pendahuluan - IPB Repository

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Newcastle Disease (ND) adalah penyakit viral yang sangat menular dan menyerang
unggas segala umur. Virus ND menyebabkan penyakit pada lebih dari 250 jenis unggas dan
endemik di banyak negara. Spesies yang biasa terinfeksi antara lain ayam, kalkun, merpati
dan bebek.
Newcastle Disease bersifat zoonosis dan menyebabkan konjungtivitis pada
manusia (Alexander & Senne 2008). Nama Newcastle Disease pertama kali menjadi
perhatian internasional karena kejadian penyakit pertama kali dilaporkan di Jawa Barat,
Indonesia dan diidentifikasi oleh Prof. Kranevelt di laboratorium yang sekarang dikenal
sebagai Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor pada tahun 1926 dan di daerah
Newcastle, Inggris oleh Doyle tahun 1927. Nama Newcastle Disease sendiri baru digunakan
oleh Doyle setelah tahun 1935 (Samal 1997).
Di Inggris, ND dapat menyebabkan angka kematian unggas yang terkena lebih dari
90 %. Wabah ND terbaru di California, Nevada dan Texas, Amerika Serikat menyerang lebih
dari 3,4 juta ekor unggas dan memerlukan biaya lebih dari US $ 5 Milyar untuk pengendalian
penyakit. Kejadian lain di Australia, pada beberapa tahun terakhir ini juga membuat panik
kalangan industri perunggasan, karena dampak secara ekonomi sangat tinggi. Kerugian
berupa kematian, pengendalian penyakit serta penghentian import dari negara-negara yang
terserang wabah ND (Brown et al. 1999).
Kegagalan program vaksinasi di peternakan ayam (pembibitan, petelur dan pedaging)
menunjukkan frekuensi yang meningkat. Penampilan fenotip ayam akibat perbaikan genetika
secara progresif, akan menyebabkan peningkatan stress fisiologis dalam tubuh ayam (internal
physiological stress). Akibatnya respon imunitas terhadap program vaksinasi menurun dan
reaksi pasca vaksinasi (post reaction vaccination) terutama vaksinasi aktif akan meningkat.
Pemanasan global juga berperan dengan
mengakibatkan perubahan kondisi lingkungan
secara signifikan, dimana suhu dan kelembaban menjadi sangat fluktuatif. Fluktuasi suhu
dan kelembaban yang tinggi menyebabkan perubahan kondisi fisiologi virus, stress eksternal
dan penurunan respon terhadap vaksinasi. (Hsiang-Jung Tsai et al. 2004).
Program vaksinasi yang pelaksanaannya sangat ketat, terutama di peternakan petelur
maupun pembibitan (breeding farm) dapat menjadi faktor predisposisi perubahan
karakterisasi virus ND di lapangan. Paramyxovirus tergolong dalam 1 serotipe, namun virus
ND mempunyai kemampuan untuk menerobos level antibodi yang marginal dan mempunyai
kecepatan tinggi untuk bereplikasi pada tubuh ayam. Hidden immunosuppressive akibat
mikotoksikosis juga dapat menyebabkan penurunan respon terhadap vaksinasi (Henning et
al. 2008).
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah penyangga produksi ternak ayam
pedaging nasional. Sentra produksi ternak ayam pedaging di Provinsi Jawa Barat antara lain
di Kabupaten Bogor dan Bandung disamping beberapa kabupaten yang lain seperti
Tasikmalaya, Ciamis, Purwakarta serta Subang. Sebagai sentra produksi peternakan, maka
provinsi Jawa Barat bertanggung jawab terhadap penyediaan hasil produksi yang sehat dan
aman untuk dikonsumsi. Kesehatan ayam yang terjaga menjadi kunci dari hal tersebut.
Banyak kasus-kasus penyakit menular pada unggas yang studi kasusnya dilakukan di Jawa
Barat. Upaya pemantauan penyakit, pencegahan serta penanganan dilakukan untuk tujuan
yang lebih luas. Sebagai pendukung maka sistem produksi, sistem pemeliharaan serta
sistem pemasarannya akan sangat menentukan kualitas hasil produk yang sampai ke
konsumen.
Merebaknya kasus ND selama dua tahun terakhir ini sangat mengagetkan kalangan
praktisi perunggasan, karena selama ini vaksin yang ada dianggap cukup protektif melindungi
ayam, pada kenyataannya banyak peternakan mulai dari sektor peternakan komersial hingga
peternakan pembibitan terserang ND. Kejadian ini sangat mempengaruhi jumlah day old
chick (DOC) yang dihasilkan hingga menjadi sangat berkurang dan berimbas pada harga
DOC yang membumbung tinggi. Di sisi lain pemeliharaan di peternakan komersial yang
terindikasi ND meningkat angka mortalitasnya hingga penurunan kualitas produk yang
dihasilkan.
Berbagai jenis vaksin ND yang beredar di Jawa Barat baik yang berasal dari produsen
lokal maupun import mengklaim bahwa jenis vaksin yang digunakan adalah yang paling
tepat. Pemanasan global (global warming) serta perubahan micro environment yang terjadi
pada individu ayam menyebabkan variasi hasil dalam pelaksanannya. Penggunaan teknologi
sequencing maupun antibodi monoklonal berhasil menunjukkan variasi genetik virus ND di
lapangan dan dapat dibuat phylogenetic tree untuk melihat kekerabatan isolat virus tersebut
(Alexander & Senne 2008).
Peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap kualitas kesehatan produk yang
dihasilkan akhir-akhir ini, membuat masyarakat menginginkan produk yang dikonsumsinya
aman serta menyehatkan. Studi khusus harus dilakukan untuk mengamati perubahan lesi
patologi maupun genetik virus ND dilapangan guna mengevaluasi daya perlindungan
terhadap ayam pedaging.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat proteksi ayam yang divaksinasi strain La Sota dan ditantang
dengan isolat virus ND velogenik isolat lokal
2. Mengetahui perbedaan performa bobot badan, feed intake serta feed conversion rate
(FCR)
3. Mengetahui gejala klinis ayam pedaging yang ditantang dengan isolat virus ND
velogenik isolat lokal
4. Mengetahui perubahan patologi anatomi dan histopatologi organ otak, usus halus dan
proventrikulus ayam pedaging yang divaksin strain La Sota dan ditantang dengan
virus ND velogenik isolat lokal, diidentifikasi dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin
(HE) dan imunohistokimia.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi program
vaksinasi ND yang dilakukan di lapangan; dengan mengetahui relevansi dan daya protektif
vaksin terhadap isolat lapangan.
Kerangka Pemikiran
Beberapa kesamaan serologik telah dibuktikan antara virus ND dan serotipe
Paramyxovirus lainnya, yang paling mirip adalah PMV-3. Selama ini galur virus ND dan
berbagai isolatnya disimpulkan mempunyai grup serologik yang homogen dan kenyataan ini
dijadikan sebagai dasar pelaksanaan program vaksinasi pada ayam pedaging di berbagai
negara di dunia. Dengan asumsi tersebut, beberapa strain vaksin yang dipakai di lapangan
akan memberikan tingkat proteksi yang relatif baik dan sama dengan strain virus yang lain
(Henning et al. 2008).
Akhir-akhir ini praktisi perunggasan sering kali dihadapkan pada kasus ND di
lapangan baik di sektor komersial maupun breeding farm. Timbul pertanyaan mendasar,
apakah program vaksinasi yang selama ini dijalankan di lapangan masih relevan dan masih
memberikan proteksi yang cukup bagi ayam. Ada beberapa pertanyaan yang muncul sebagai
konsekuensi kejadian-kejadian ND di lapangan; yang pertama adalah kecocokan vaksin yang
digunakan dengan isolat lapangan. Yang kedua adalah kemungkinan telah terjadi perubahan
genetik virus ND di lapangan, sehingga berubah juga sifat antigenik dan virulensinya. Hal ini
semakin menarik setelah dikembangkannya antibodi monoklonal, maka dapat dibuktikan
adanya suatu variasi antigenik diantara galur virus ND yang berbeda. Teknik ini tidak hanya
dapat membedakan antar galur virus ND, tetapi juga antar subpopulasi dari virus tersebut. Uji
serologik dengan metode netralisasi virus ataupun Agar Gel Presipitasi (AGP) juga
menunjukkan adanya variasi yang bersifat minor dari isolat virus ND (Alexander &Senne
2008).
Hipotesis
Ayam yang divaksin dengan vaksin ND strain La Sota mampu melindungi ayam dari
tantangan virus ND velogenik isolat lokal.
Download