BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab dua yang berisi berbagai landasan teori ini akan dibahas mengenai definisi
dan konsep dari saham, force index, dan moving average . Landasan teori ini akan
memberikan pemahaman yang lebih detil mengenai topik-topik tersebut sehingga
akan memudahkan proses analisis penyelesaian masalah pada bab selanjutnya.
2.1 Saham
Saham adalah sebuah sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti
kepemilikan atas suatu perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk
menerima sebagian pendapatan tetap atau dividen dari perusahaan serta memiliki
kewajiban untuk menanggung resiko kerugian yang diderita perusahaan yang
bersangkutan. Ada 2 buah jenis saham, yaitu saham biasa dan saham preferen. Bentuk
saham biasa dan dan saham preferen sama, perbedaannya ada pada jumlah dividen
yang diterima, waktu pengajuan klaim, dan hak suara yang dimiliki oleh pemilik
saham. Pemilik saham preferen menerima dividen dalam jumlah yang tetap,
sedangkan pemilik saham biasa menerima deviden yang jumlahnya tidak tetap. Waktu
pengajuan klaim dan hak suara dari pemilik saham preferen juga lebih diprioritaskan
dari pemilik saham biasa. Orang yang memiliki saham suatu perusahaan memiliki hak
untuk ambil bagian dalam mengelola perusahaan sesuai dengan hak suara yang
dimilikinya, berdasarkan besar kecilnya nilai saham yang dipunyai. Semakin banyak
prosentase saham yang dimiliki maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk
mengontrol operasional perusahaan. Salah satu tujuan masyarakat untuk membeli
saham adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan cara:
1 Meningkatnya nilai kapital (capital gain).
2 Mendapatkan dividen.
2.1.1 Jenis Kondisi Pasar Keuangan
Bullish
Bullish Market adalah suatu kondisi pasar keuangan dalam periode tertentu dimana
harga pasar dari surat berharga seperti saham sedang mengalami kenaikan.
II-1
II-2
Kondisi ini digambarkan dengan binatang Banteng, ketika banteng sedang marah
biasanya dia akan menandukkan kepalanya, gerakan menandukkan kepala bergerak ke
atas tersebut dianalogikan sebagai kondisi pasar sedang mengalami kenaikan, yaitu
dengan chart yang bergerak ke atas.
Gambar 1 Keadaan Bullish [STC08]
Bearish
Bearish Market adalah suatu kondisi pasar keuangan dalam periode tertentu dimana
harga pasar dari surat berharga seperti saham sedang mengalami penurunan.
Kondisi ini digambarkan dengan binatang beruang, ketika beruang sedang marah
biasanya dia akan menerkam, gerakan menerkam beruang yang bergerak ke bawah
dengan menjatuhkan badannya secara tiba-tiba tersebut dianalogikan sebagai kondisi
II-3
pasar sedang mengalami penurunan, yaitu dengan chart yang bergerak kebawah dan
terkadang tidak terduga.
Gambar 2 Keadaan bearish[STC08]
2.1.2 Tren Harga dan Volume
Tren harga dan volume atau lebih dikenal dengan istilah Price and Volume Trend
(PVT atau PV) merupakan suatu indikator dalam analisis teknis yang ditujukan untuk
menggabungkan harga dan volume pada pasar modal. PVT didasarkan oleh volume
transaksi berjalan, dengan penambahan volume berdasarkan persentase perubahan
harga pada saat penutupan pasar dibandingkan dengan harga penutupan sebelumnya.
Rumusan PVT adalah sebagai berikut :
(2.1)
II-4
PVT adalah serupa dengan On-balance Volume (OBV), tetapi apabila OBV
menggunakan volume hanya berdasarkan saat mencapai harga penutupan tertinggi
atau terendah maka pada PVT juga dimasukkan besaran nilai tertinggi atau terendah
yang terjadi.
PVT diartikan dengan cara yang serupa dengan OBV. Pemikiran umumnya adalah
bahwa volume akan meningkat pada hari dimana harga bergerak pada arah yang
dominan, misalnya saja pada tren kenaikan yang kuat maka volume akan lebih tinggi
daripada hari dimana harga mengalami penurunan. Jadi apabila harga mengalami
kenaikan maka PVT akan naik juga dan sewaktu harga menciptakan tingkat tertinggi
barunya maka PVT juga akan demikian. Apabila PVT gagal untuk mencapai reli
harga tertinggi sebelumnya maka ini adalah merupakan divergensi negatif yang
menandakan melemahnya pergerakan.
2.1.3 Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah sebuah metode analisis yang menitik beratkan pada
pergerakan pasar. Metode ini dijalankan dengan cara memperhatikan perubahan harga
dan volume perdagangan saham dipasar. Analisis teknikal banyak digunakan oleh
dealer sebagai pertimbangan dalam menentukan kapan membeli atau menjual saham
2.1.4 Strategi
Ada dua jenis perdagangan yang melibatkan uang atau saham yang sebenarnya tidak
dimiliki penjualan pendek dan pembelian batas.
Penjualan Pendek
Dalam penjualan pendek (short selling), seseorang menjual saham yang mereka tidak
miliki sendiri, berharap harga akan jatuh. Mereka pada akhirnya harus membeli
kembali saham tersebut. Keluar dari posisi pendek dengan membeli kembali saham
disebut covering a short. Mudahnya, seseorang meminjam saham milik orang lain
untuk dijual pada harga pasar. Kemudian orang tersebut berharap agar harga saham
tersebut turun agar dapat dibeli kembali dengan harga lebih murah untuk
dikembalikan
kepada
pemiliknya
dalam
bentuk
keuntungannya yaitu selisih harga jual dan harga beli.
saham,
dan
mengantongi
II-5
Pembelian Batas
Dalam pembelian batas, Go long berarti seseorang meminjam uang untuk membeli
saham dan berharap saham tersebut dapat naik harganya. Banyak negara industri
mempunyai aturan yang mengharuskan kalau peminjaman berdasarkan kolateral dari
saham lain, peminjaman ini harus dalam persentasi tertentu dari harga saham lain
tersebut. Aturan lain termasuk pelarangan freeriding (penungangan gratis), yaitu
menaruh pesan untuk membeli saham tanpa membayar terlebih dahulu, dan kemudian
menjualnya dan menggunakan keuntungan untuk membayar harga pembelian
sebelumnya.
Short-term trading
Short-term trading bisa diartikan sebagai sebuah perdagangan saham atau media
lainnya, yang dilakukan dengan jangka waktu yang sangat pendek, biasanya dalam
periode harian atau bahkan bisa sampai hitungan menit. Bisa saja transaksi short-term
trading terjadi 10 kali dalam waktu 1 jam. Tentunya short-term trading akan
memberikan keuntungan yang sangat besar jika dilakukan dengan tepat, tapi sangat
berpotensi untuk memberikan kerugian yang besar pula.
Long-term investment
Long-term investment bisa diartikan sebagai usaha untuk melakukan investasi dengan
jangka waktu yang lama, biasanya lebih dari 1 bulan, bahkan bisa sampai bertahuntahun. Tentunya long-term investment tidak akan memberikan keuntungan sebesar
short-term trading, tetapi long-term investment memiliki resiko yang lebih kecil.
2.1.5 Jenis Tampilan dan Jenis Harga Saham
Jenis Harga Saham
1) Open: Harga pembukaan suatu saham pada hari tertentu.
2) Close : Harga penutupan suatu saham pada hari tertentu.
3) High : Harga tertinggi yang dicapai suatu saham pada suatu hari tertentu.
4) Low : Harga terendah yang dicapai suatu saham pada suatu hari tertentu.
Jenis Tampilan
II-6
1) Bar Charts : Merupakan jenis tampilan paling sederhana yang menampilkan harga
terhadap satuan waktu tertentu.
Gambar 3 Bar chart [STC08]
2) Volume Charts: Menampilkan volume transaksi terhadap satuan waktu tertentu .
Gambar 4 Volume chart [STC08]
II-7
3) Candlestick Charts: Menampilkan harga terhadap waktu, namun harga yang
ditampilkan adalah harga opening, closing, high, dan low. Dimana opening dan
closing digambarkan dengan lilin, dan high dan low sebagai sumbu lilinnya.
Gambar 5 Candlestick chart [STC08]
4) Equivolume Charts: Menampilkan harga terhadap volume, dimana sebuah pasar
dianggap berjalan pada sebuah volume transaksi dan bukan pada satuan waktu.
Sebuah hari dengan aktifitas volume yang tinggi dapat berpengaruh lebih besar
daripada beberapa minggu dengan volume kecil.
Gambar 6 Equivolume chart [STC08]
II-8
5) Point & Figure Charts: Berfokus pada pergerakan harga, fluktuasi kecil diabaikan
yang mana hampir tidak memiliki efek pada tren jangka panjang. Menampilkan
nilai tren menaik terhadap tren menurun.
Gambar 7 Point & figure chart [STC08]
2.2 Moving Average
Dalam statistika, moving average atau rolling average salah satu teknik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan waktu berseri. Teknik ini diaplikasikan di
bidang keuangan dan khususnya pada analisis teknikal. Teknik ini juga bisa
digunakan sebagai operasi penghalusan generik, dimana data mentahnya tidak harus
merupakan data dengan waktu berseri.
II-9
Moving average bisa dikalkulasikan dimanapun dalam sebuah serial waktu. Di dalam
keuangan, teknik ini seringkali dipalikasikan pada harga saham, keuntungan atau
volume perdagangan. Moving average digunakan untuk menghaluskan fluktuasi
jangka pendek, dan menguatkan tren jangka panjang. Penggunaan jangka pendek atau
jangka panjang tergantung dari aplikasinya, dan parameter dari moving average bisa
diatur sedemikian rupa.
2.2.1 Time Frame
Semakin pendek timeframe sebuah moving average (MA) Semakin sensitif dan
semakin mudah untuk melihat tren baru dengan lebih cepat, tetapi bisa juga
memberikan sinyal yang salah. Moving average yang lebih panjang dapat lebih
diandalkan, tapi hanya dapat mengidentifikasi tren yang berskala besar.
Sangat disarankan untuk menggunakan moving average dengan jangka waktu
setengah dari siklus pergerakan data yang dianalisis. Jika panjang siklus puncak ke
puncak adalah sekitar 30 hari, maka sangat disarankan untuk menggunakan moving
average dengan jangka waktu 15 hari. Jika siklusnya adalah 20 hari, maka
pergunakanlah MA 10 hari. Tetapi, banyak pemain saham yang menggunakan MA 14
untuk siklus 30 hari, dan MA 9 untuk siklus 20 hari dengan harapan mereka dapat
mendapatkan sinyal-sinyal dengan lebih cepat.
•
200 Hari (40 Minggu) moving average sangat populer untuk melakukan
analisis siklus jangka panjang
•
20 sampai 65 Hari ( 4 sampai 13 Minggu) moving average sangat berguna
untuk siklus jangka panjang
•
5 sampai 20 Hari untuk siklus jangka pendek.
Panjang siklus dapat berubah seiring berjalannya waktu, sehingga penggunaan moving
average selalu disesuaikan sesuai keadaan.
II-10
2.2.2 Simple Moving Average
Simple moving average (atau SMA) adalah yang paling gampang untuk diterapkan.
Sebuah SMA 5 hari mengambil jumlah harga 5 hari terakhir dan membaginya dengan
5. Sangat mudah tapi tidak selalu akurat. Sebagai Contoh:
Tabel 1 Contoh Simple Moving Average
Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Harga ($)
16
17
17
10
17
18
17
17
17
15.4
15.8
15.8
15.8
17.2
SMA 5 hari
Bisa dilihat pada hari ke 9 terdapat kenaikan besar dalam SMA, padahal harganya
berada pada nilai konstan $17. Distorsi ini disebabkan oleh rendahnya nilai harga
pada hari ke-4, yang tidak lagi diperhitungkan oleh SMA pada hari ke 9.
2.2.3 Exponential Moving Average
Untuk menghitung sebuah Exponential moving average (EMA):
1 Ambil nilai dari harga hari ini dan dikalikan dengan EMA%.
2 Tambahkan dengan harga EMA kemarin dikalikan dengan (1 - EMA%).
Jika dilakukan kalkulasi ulang dengan data pada tabel 1, maka dapat dilihat bahwa
EMA memberikan sebuah tren yang lebih halus:
Tabel 2 Contoh EMA
Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Harga ($)
16
17
17
10
17
18
17
17
17
16.3
16.5
14.4
15.2
16.2
16.4
16.6
16.8
EMA 33,3%
EMA %
EMA% adalah bobot berdasarkan nilai jangka waktu:
•
50% adalah nilai yang digunakan untuk EMA 3 hari.
•
10% adalah nilai yang digunakan untuk EMA 19 hari.
•
1% adalah nilai yang digunakan untuk EMA 199 hari.
II-11
EMA Time Periods
Cara untuk menghitung EMA% untuk periode waktu tertentu:
EMA% = 2 / (n+1) ; dimana n adalah nilai dari waktu
(2.2)
Sebagai contoh:
EMA% untuk EMA 5 hari adalah 2/ (5hari + 1) = 33,3%
2.2.4 Weighted Moving Average
Weighted moving average (WMA) memberikan bobot yang lebih besar pada data
yang paling baru. Pembobotannya dihitung dari jumlah hari.
Contoh: Untuk WMA 5 hari, jumlah harinya adalah 1+2+3+4+5 = 15
Tabel 3 Contoh WMA
Hari
1
2
3
4
5
Harga ($)
16
17
17
10
17
Pembobotan
1/15
2/15
3/15
4/15
5/15
Nilai bobot
1.07
2.27
3.40
2.67
5.67
WMA 5 Hari
15.07
Nilai bobot dihitung dengan mengalikan harga hari tersebut dengan 5/15, hari hari
sebelumnya dengan 4/15, dan seterusnya. WMA adalah jumlah dari 5 nilai bobot.
2.3 Force Index
Ditemukan oleh Dr Alexander Elder, Force index mengkombinasikan pergerakan
harga dan volume pembelian atau penjualan untuk mengukur kekuatan kenaikan dan
penurunan di pasar saham. Index mentahnya sangat kasar dan hasil yang lebih baik
dapat dicapai dengan menghaluskannya dengan EMA 2 hari atau EMA 13 hari sesuai
dengan rekomendasi Dr Alexander Elder.
II-12
•
EMA 2 hari dari Force Index digunakan untuk mengukur kekuatan pembeli
dan penjual dalam jangka pendek
•
EMA 13 hari digunakan untuk mengukur kekuatan kenaikan dan perununan
dalam siklus jangka panjang
Jika Force Index bernilai positif, maka dapat berarti keadaan berada pada posisi Bulls.
Force index negatif memberikan pertanda bahwa keadaan berada pada posisi bears.
Jika indeksnya berada disekitar angka 0, maka ini adalah suatu pertanda tidak ada tren
kuat pada saat itu.
•
Semakin tinggi nilai positif pada Force Index, maka semakin kuat nilai bulls.
•
Nilai negatif yang dalam menunjukkan kekuatan nilai bears.
•
Jika Force index cenderung mendatar, maka volume penjualan pembelian
sedang turun atau volume yang besar gagal untuk menggerakkan harga.
Keduanya akan cenderung berlanjut ke arah yang sebaliknya.
Dalam metode ini, pembelian atau penjualan hanya dilakukan sesuai dengan arah tren,
yang dapat dilihat melalui Force Index dengan EMA 13 hari.
•
Go long Jika Force index dibawah nol, dan kondisi berada pada keadaan
bullish.
•
Go short Jika Force index diatas nol, dan kondisi berada pada keadaan
bearish.
II-13
Gambar 8 The All Ordinaries Index (Australia) ditunjukkan dengan exponential moving
average (EMA) 13 hari dan Force Index.[INC08]
1 Sebuah penurunan yang curam menandakan akhir dari tren menurun, tapi itu
juga dapat berarti akan ada kecuraman yang sama dari dasar sebelumnya.
2 Go long [L] untuk kondisi bullish. Tunggu EMA sampai menjadi positif.
3 Puncak yang semakin menurun menandakan kalo kekuatan bulls semakin
berkurang. Tidak ada aksi yang dilakukan karena nilai EMA masih mengalami
kenaikan.
4 Nilai Force index turun dibawah nol menandakan bulls sudah lepas kendali.
Dalam kekuatan bearish, go short [S] sewaktu EMA mengalami penurunan.
Formula Force Index
Force index dihitung dengan cara mengurangi nilai penutupan hari ini dengan nilai
penutupan hari sebelumnya, dan dikalikan dengan volume:
FORCE INDEX (i) = VOLUME (i) * ((MA (PRICE, N, i) - MA (PRICE, N, i-1))
(2.3)
II-14
dimana:
FORCE INDEX (i) — Force Index pada waktu i;
VOLUME (i) — volume pada waktu i;
MA (PRICE, N, i) — Exponential Moving Average pada waktu i untuk periode N
PRICE — harga penutupan;
N — periode penghalusan (2 dan 13);
MA (PRICE, N, i-1) — Exponential Moving Average dari waktu sebelumnya.
Download