BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan merupakan suatu zone atau daerah yang merupakan pusat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan, serta pemusatan penduduk dengan cara hidup yang heterogen (Lindgren, 1974). Dalam bagian penjelasan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, sarana dasar yang utama bagi berfungsinya suatu lingkungan permukiman seperti (1) jaringan jalan untuk mobilitas manusia dan angkutan barang, mencegah perambatan kebakaran serta untuk menciptakan ruang dan bangunan yang teratur (2) jaringan saluran pembuangan air limbah dan tempat pembuangan sampah untuk kesehatan lingkungan, dan (3) jaringan saluran air hujan untuk pengatusan (drainase) dan pencegahan banjir setempat. Dalam keadaan tidak terdapat air tanah sebagai sumber air bersih, jaringan air bersih merupakan sarana dasar. Daerah perkotaan mempunyai kondisi penggunaan lahan sehingga perlu terus dipantau perkembangannya, karena dinamis, seringkali pemanfaatan lahan tidak sesuai dengan peruntukannya dan tidak memenuhi syarat. Sehingga dalam pemanfaatan lahannya perlu adanya Landasan hukum mengenai penyusunan tata ruang. Landasan hukum mengenai penyusunan tata ruang di Indonesia secara umum mengacu pada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Pedoman ini sebagai landasan hukum yang berisi tentang kewajiban setiap Propinsi, Kabupaten dan Kota untuk menyusun tata ruang wilayah sebagai arahan pelaksanaan pembangunan daerah. Kewajiban Daerah untuk menyusun tata ruang 1 Perencanaan tata ruang yang dirumuskan dengan cara berjenjang mulai dari tingkat yang sangat umum hingga tingkat yang sangat rinci seperti halnya pada tata ruang tingkat propinsi, kabupaten, perkotaan, desa atau bahkan untuk tata ruang yang bersifat tematis seperti jaringan jalan, distribusi jaringan pelayanan perdagangan, jasa dan lain sebagainya yang telah terdapat dalam Undang- Undang Nomor 26 tahun 2007. Dan setiap pemanfaatan ruang merupakan bagian dari suatu penggunaan lahan baik pada daerah perkotaan maupun pedesaan. Secara umum penggunaan lahan merupakan kegiatan manusia terhadap lahan dalam memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya, itu sebabnya penggunaan lahan dapat mempengaruhi unsure- unsure yang melingkupi aspek fisik, ekonomi, teknik, dan sosial (Soetanto, 1980). Oleh karena itu penggunaan lahan dipengaruhi oleh aktivitas penduduk dan keadaan fisik lahan. Selain itu, penggunaan lahan juga bergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah permukiman, industri, maupun daerah rekreasi (Suparmoko, 1995). Seiring dengan berkembangnya zaman dan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan berkembangnya aktivitas didaerah perkotaan dapat berdampak terhadap perubahan pola pikir dari masyarakatnya. Karena ketersediaan lahan di daerah perkotaan mulai berkurang dan kebutuhan manusia akan tempat tinggal semakin tinggi dapat berakibat terhadap perubahan fisik lahan, atau terjadinya alih fungsi lahan di daerah yang masih berada disekitar perkotaan atau daerah yang disebut Rural-urban fringe. Kecamatan Banguntapan dapat dikatakan sebagai daerah peralihan atau Rural-urban fringe karena lokasinya berbatasan langsung dengan daerah kota dan daerah desa. Selain itu Kecamatan Banguntapan sebagian wilayahnya telah berkembang menjadi daerah perkotaan terutama di daerah pinngiran yang berbatasan langsung dengan daerah perkotaan dan sebagian 2 lahan pertanian telah berubah menjadi lahan non pertanian sehingga kegiatan pertanian mulai berkurang. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat oleh manusia, seperti untuk tempat tinggal, tempat melakukan usaha, pemenuhan akses umum dan fasilitas lain akan menyebabkan lahan yang tersedia semakin menyempit. Timbulnya permasalahan penurunan kualitas lingkungan nantinya akan mengganggu keseimbangan ekosistem. Hal tersebut dikarenakan penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kemampuan lahan, daya dukung dan bentuk peruntukannya. Lahan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan lahan. Perubahan tersebut dikarenakan pemanfaatan lahan untuk kepentingan hidup manusia. Kebutuhan akan lahan non pertanian cenderung terus mengalami peningkatan, seiring pertumbuhan dan perkembangan peradaban manusia, maka penguasaan dan penggunaan lahan mulai beralih fungsi. Alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali apabila tidak ditanggulangi dapat mendatangkan permasalahan yang serius, antara lain dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan (Iqbal dan Sumaryanto, 2007). Kecenderungan terus meningkatnya kebutuhan akan lahan ini menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit untuk dihindari. Tingginya alih fungsi lahan di wilayah DIY, seperti di Kabupaten Bantul dan Sleman akan berdampak pada keberlangsungan usaha pertanian. Saat ini pembangunan perumahan memang marak terjadi, hal tersebut disebabkan lokasinya dekat dengan Kota Yogyakarta sehingga menjadi daya tarik untuk membangun perumahan di sana. Hampir setengah dari luas wilayah Kabupaten Bantul merupakan kawasan budidaya pertanian dengan 3 tingkat kesuburan yang cukup tinggi dengan didukung irigasi teknis pada sebagian besar areal persawahan yang ada. Selain itu, perubahan penggunaan lahan ini juga dapat disebabkan oleh mobilitas penduduk yang semakin tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya kebutuhan tempat tinggal. Sehingga berdampak pada peralihan penggunaan lahan pertanian menjadi penggunaan lahan bangunan berupa permukiman yang semakin berkembang disekitar daerah pinggiran kota. Hal demikian terjadi karena pada daerah ini keterjangkauan dan aksesibilitas pada daerah pinggiran kota sudah cukup memadai, sehingga penduduk yang tinggal di daerah ini dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dengan mudah. Oleh karena itu diperlukan suatu pemantauan terhadap penggunaan lahan, agar jika terjadi perubahan penggunaan lahan dapat diperoleh informasi yang up to date. Pemantauan perubahan penggunaan lahan ini dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemantauan perubahan penggunaan lahan secara langsung dapat dilakukan dengan cara terjun ke lapangan , sedangkan untuk pemantauan perubahan penggunaan lahan secara tidak langsung ini dapat dilakukan melalui citra satelit dengan teknologi penginderaan jauh. Teknologi ini sangat bermanfaat pada sektor pemetaan dan informasi spasial. Sebagai dasar ilmu dari suatu teknologi pemetaan dan bermanfaat dalam penyelesaian setiap masalah- masalah yang saling berhubungan dengan informasi spasial. Lillesand dan Kiefer, 1979 dalam buku penginderaan Jauh karangan Sutanto yang menyatakan bahwa Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi mengenai objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa melakukan kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). 4 Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menemutunjukkan (mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian (Avery, 1985). Pengertian lain tentang Penginderaan Jauh yang juga dinyatakan oleh Lindgren, 1985 dalam buku Penginderaan Jauh karangan Sutanto menyatakan bahwa Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis informasi tentang bumi, dan Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1985). Dari beberapa pengertian yang disampaikan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh merupakan upaya memperoleh informasi mengenai objek yang dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut “sensor” (alat peraba), tanpa melakukan kontak langsung dengan objek di lapangan. Dengan kata lain dapat juga dinyatakan bahwa penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh data dari jarak jauh dengan menggunakan bantuan peralatan tertentu, yang kemudian data yang diperoleh tersebut dianalisis dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Jadi penginderaan jauh merupakan pemantauan terhadap suatu objek dari jarak jauh dengan tidak melakukan kontak langsung dengan objek tersebut. Meskipun teknologi penginderaan jauh di Indonesia masih tergolong baru, tetapi pemanfaatan dari teknologi ini di Indonesia sudah cukup pesat. Informasi yang diperoleh dari pemanfaatan penginderaan jauh antara lain untuk mengetahui penggunaan lahan, perencanaan tata ruang wilayah, keberadaan sumber daya alam baik yang berada di laut maupun di darat ataupun dimanfaatkan untuk memprediksi cuaca. Penggunaan data penginderaan jauh memiliki resolusi spasial tinggi seperti citra Satelit Quickbird dapat membantu pemecahan masalah penggunaan lahan, serta mengetahui berapa luas tutupan lahan pada wilayah perkotaan. 5 Permasalahan yang terjadi pada saat ini adalah Bagaimana mengolah Citra QuickBird untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah perkotaan. Perkembangan teknologi penginderaan jauh terutama Citra Quickbird memudahkan dalam pengkajian dan monitoring perubahan penggunaan lahan. QuickBird telah dimanfaatkan untuk menyusun peta penggunaan lahan yang paling up to date. Karena QuickBird memiliki keunggulan mampu menyajikan data dengan resolusi hingga 61 cm, maka perkembangan wilayah kota tersebut dapat dikendalikan sesuai dengan orientasi perencanaan pembangunan kota agar tidak menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. 1.2 Rumusan Masalah Pemilihan Kecamatan Banguntapan sebagai daerah kajian penelitian dikarenakan pada wilayah ini banyak berkembang lahan non-pertanian berupa bangunan. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Banguntapan yang memiliki lokasi yang strategis karena letaknya berdekatan dengan kota, serta memiliki aksesibilitas yang cukup mudah sehingga banyak menjadi incaran para pengembang perumahan maupun industri. Selain itu juga karena kepengurusan perizinan yang mudah dari pemerintah Kabupaten Bantul maupun pemerintah setempat, sehingga muncul banyak perumahan maupun industri di Kecamatan Banguntapan. Pemanfaatan data spasial penginderaan jauh akan sangat membantu dalam pemantauan perubahan penggunaan lahan di wilayah ini, karena perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan bangunan cukup pesat di Kecamatan Banguntapan. Penggunaan data penginderaan jauh ini dirasa lebih efektif karena dapat membantu sebelum melakukan uji terrestrial. 6 Perubahan penggunaan lahan ini dapat berdampak terhadap kehidupan masyarakat disekitar daerah pengembangan baik dampak positif maupun negatif. Dari sisi ekonomi menjadikan munculnya usaha- usaha baru sehingga terdapat lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Selain itu harga lahan yang mulanya tidak subur atau tandus di wilayah ini mulai merangkak naik sehingga mulai bermunculan sarana prasarana yang lebih memadai seperti jalan pedesaan yang mulai di aspal. Tetapi dampak negatif dari terjadinya pengembangan wilayah ini adalah berkurangnya lahan pertanian baik sawah, ladang ataupun kebun karena berubah menjadi lahan bangunan. Dari berbagai permasalahan yang terjadi diatas tersebut, dapat dirumuskan menjadi seperti berikut : 1. Bagaimana pemanfaatan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam mengetahui perubahan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Banguntapan? 2. Jenis penggunaan lahan apa saja yang banyak bermunculan di wilayah Kecamatan Banguntapan? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Memanfaatkan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk mengetahui jenis penggunaan lahan di Kecamatan Banguntapan pada tahun 2006 dan tahun 2010 melalui pengolahan Citra Quickbird 2. Memantau setiap jenis perubahan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Banguntapan tahun 2010 melalui survai lapangan 3. Mengetahui sebaran perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian di Kecamatan Banguntapan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 7 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Pemanfaatan data penginderaan jauh dalam melakukan pemantauan serta up dating informasi perubahan penggunaan lahan pertanian melalui pengolahan citra satelit dengan memanfaatkan sistem informasi geografi. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.Memberikan informasi perubahan penggunaan lahan pertanian yang up to date di wilayah Kecamatan Banguntapan 2.Memberikan informasi sebaran titik lokasi lahan yang mengalami perubahan penggunaan lahan pertanian di Kecamatan Banguntapan 8