BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

advertisement
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefinisikan sebagai jalur yang
dilalui oleh sebuah kebijakan moneter untuk mempengaruhi kondisi perekonomian,
terutama pendapatan nasional. Konsep standar mekanisme transmisi kebijakan
moneter dimulai dari instrumen yang mempengaruhi sasaran operasional, sasaran
antara dan sasaran akhir. Mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia
berawal dari penetapan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) yang ditentukan oleh
Bank Indonesia dengan sasaran antara salah satunya suku bunga kredit perbankan
dan akhir pencapaian tingkat inflasi yang diinginkan atau Inflation Targeting
Framework (ITF).
Kredit di Indonesia terus mengalami peningkatan dalam periode 2000:1
hingga 2012:4 dan diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Permasalahan
aliran kredit di Indonesia adalah lambatnya penyaluran kredit perbankan kepada
sektor privat akibat beberapa faktor, salah satunya kebijakan moneter bank sentral
dalam penetapan suku bunga. Dalam penelitian ini menggunakan dua instrumen
suku bunga kebijakan moneter bank sentral, yaitu suku bunga SBI dan suku bunga
PUAB, dan hasil penelitian diharapkan dapat menjawab masalah lambatnya
penyaluran kredit di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan vector autoregression (VAR) dan
beberapa alat bantu analisis seperti variance decomposition serta impulse response
function. Penggunaan pendekatan dan alat bantu analisis tersebut diharapkan penulis
49 dapat menjawab pertanyaan penelitian ini. Terdapat tiga tujuan utama dalam
penelitian ini, yaitu: (1) Mengidentifikasi kontribusi faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kredit sehingga dapat menjelaskan kinerja kredit di Indonesia, dengan
faktor-faktor yang dipilih adalah tingkat harga, nilai tukar, suku bunga SBI, suku
bunga PUAB dan pertumbuhan ekonomi; (2) Menganalisis respon dari kredit
terhadap guncangan suku bunga SBI, suku bunga PUAB, pertumbuhan ekonomi,
tingkat harga konsumen dan nilai tukar rupiah; (3) Menganalisis perbandingan
peranan tingkat suku bunga SBI dan suku bunga PUAB terhadap kredit dalam
mekanisme transmisi kebijakan moneter.
Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan pada hasil Varians Decomposition, variabel suku bunga SBI,
suku bunga PUAB, PDB riil, Indeks Harga Konsumen dan nilai tukar rupiah
mempengaruhi kredit dengan pengaruh yang berbeda-beda. Berdasarkan
pada hasil Varians Decomposition, bahwa pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, tingkat harga, nilai tukar dan kebijakan moneter merupakan
pendorong kinerja kredit di Indonesia.
2. Dari hasil analisis Impulse Response Function (IRF) menghasilkan beberapa
kajian :
a. Ketika dalam perekonomian terjadi inflasi, maka terjadi peningkatan
kredit akibat semakin meningkatnya biaya atau kebutuhan modal dari
sektor privat.
50 b. Ketika terjadi peningkatan suku bunga SBI, maka bank membeli SBI
lebih banyak diiringi dengan peningkatan suku bunga deposito dan
kredit, sehingga mengurangi penyaluran kredit.
c. Ketika terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka permintaan
kredit akan semakin meningkat karena kondisi ekonomi yang semakin
bergairah meningkatkan investasi dan konsumsi masyarakat.
d. Guncangan pada tingkat suku bunga PUAB direspon secara positif oleh
kredit pada periode awal, dikarenakan peningkatan suku bunga PUAB
membuat pinjaman antar bank meningkat (ex: bank konvensional dan
syariah) akibat kebutuhan likuiditas bank. Setelah itu terjadi respon
negatif, dimana peningkatan suku bunga PUAB juga meningkatkan suku
bunga kredit, sehingga mengurangi penyaluran kredit karena biaya kredit
yang semakin tinggi.
e. Ketika terjadi depresiasi mata uang rupiah terhadap dolar AS, ekspansi
bisnis perusahaan tertunda maka akan terjadi penurunan permintaan
kredit perbankan.
3. Hasil FEDV menunjukkan bahwa kontribusi suku bunga PUAB lebih besar
dibandingkan suku bunga SBI terhadap kredit. Dari hasil analisis Impulse
Response Function (IRF), terdapat perbandingan antara hubungan kredit
dengan suku bunga SBI dan hubungan kredit dengan suku bunga PUAB.
Suku bunga PUAB memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan
dengan suku bunga SBI terhadap kredit yang disalurkan bank umum di
51 Indonesia. Hasil ini menunjukkan bahwa suku bunga PUAB memiliki
pengaruh yang lebih daripada suku bunga SBI terhadap kredit di Indonesia.
4.2.
Saran
Bedasarkan dari hasil temuan yang didapatkan melalui penelitian ini, saran
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter diharapkan dapat menetapkan
tingkat suku bunga PUAB yang mendukung bagi penyaluran kredit
perbankan, yaitu tingkat suku bunga yang cenderung rendah dan relatif
stabil. Hal ini akan membuat penyaluran kredit perbankan di Indonesia
mengalami percepatan pertumbuhan dan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi.
2. Pemerintah bersama Bank Indonesia sebagai penentu kebijakan fiskal dan
moneter harus menentukan kebijakan dengan tepat, terutama Bank Indonesia
dalam penetapan instrumen suku bunga. Karena penggunaan instrumen suku
bunga yang tepat akan mendorong kegiatan perbankan untuk lebih serius
dalam menyalurkan kreditnya. Dimana penelitian ini menemukan suku
bunga PUAB lebih berperan dibandingkan suku bunga SBI terhadap kredit.
3. Penelitian selanjutnya di masa yang akan datang diharapkan dapat
menambahkan variabel-variabel yang dikira dapat memperdalam kajian
mengenai transmisi kebijakan moneter yang lebih baik untuk digunakan di
Indonesia.
52 
Download