BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemisahan kepemilikan dan kontrol dalam perusahaan merupakan hal yang biasa pada lingkungan bisnis modern saat ini, dengan semakin banyak perusahaan yang terdaftar di bursa efek sebagai perusahaan publik (Ali et al., 2008). Pemisahan kepemilikan dan kontrol dalam perusahaan telah dimaksudkan untuk mewujudkan pengelolaan perusahaan yang lebih optimal. Namun, sebagaimana dijelaskan dalam teori keagenan (Jensen dan Meckling, 1976), pemisahan kepemilikan dan kontrol dalam perusahaan dapat mengarah kepada konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik/pemegang saham. Manajemen sebagai agent memiliki kecenderungan melakukan perilaku oportunistis (opportunistic behavior) dengan lebih memaksimalkan kepentingan mereka, namun mengorbankan kepentingan pemilik/pemegang saham (principal). Salah satu bentuk perilaku oportunistis manajemen adalah earnings management, yaitu perilaku manajemen dalam menyusun laporan keuangan (akuntansi) yang tidak mencerminkan kondisi riil perusahaan sehingga berpotensi merugikan stakeholders, khususnya principal. Ali et al. (2008) menyatakan bahwa pemisahaan kepemilikan dan kontrol menimbulkan insentif manajer guna memilih dan menerapkan teknik dan estimasi akuntansi yang dapat meningkatkan kekayaan mereka. 1 Schipper (1989) memberikan definisi earnings management sebagai sebuah intervensi yang disengaja oleh manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal, dengan maksud untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Motivasi yang melatarbelakangi manajemen melakukan earnings management dapat beragam antara lain guna mempengaruhi penentuan kompensasi, mempengaruhi kontrak utang (debt covenants), mempengaruhi para pembuat peraturan, hingga mempengaruhi harga saham (Healy dan Wahlen, 1999; Dechow dan Skinner, 2000; McNichols, 2000; 2002). Ding et al. (2007) menyatakan earnings management sebagai salah satu tanda adanya masalah keagenan (agency problem) yang dihadapi oleh banyak perusahaan modern. Sebagaimana dijelaskan dalam teori keagenan, hubungan keagenan memunculkan masalah berupa adanya konflik kepentingan dan asimetri informasi. Masalah keagenan tersebut memberikan kesempatan kepada manajemen melakukan earnings management. Untuk meminimasi masalah keagenan tersebut, pengawasan atas keputusan-keputusan manajerial menjadi sangat penting guna memastikan bahwa kepentingan para pemegang saham tetap terlindungi (Fama dan Jensen, 1983) dan menjamin terciptanya pelaporan keuangan yang andal dan lengkap (Alves, 2012). Beberapa penelitian menyediakan dokumentasi bahwa insentif manajer untuk melakukan earnings management dapat dibatasi oleh mekanisme corporate governance tertentu (Dechow et al., 1996; Jiambalvo, 1996). Lebih lanjut penelitian Klein (2002) memberikan bukti bahwa corporate governance yang kuat mampu memitigasi perilaku oportunistis manajemen, sehingga mengurangi 2 earnings management. Dengan demikian, dapat diprediksikan bahwa mekanisme corporate governance yang terstruktur secara tepat seharusnya dapat mengurangi earnings management karena akan menciptakan pengawasan yang efektif kepada manajemen, khususnya dalam proses pelaporan keuangan. Dalam konteks corporate governance, mekanisme pengawasan melalui struktur kepemilikan (ownership structure) telah dipertimbangkan sebagai mekanisme penting guna membatasi earnings management. Struktur kepemilikan merupakan penentu utama agency cost yang memberi pengaruh penting dalam pelaporan laba dan perilaku earnings management (Wang, 2006; Ding et al., 2007). Berbagai penelitian di bidang akuntansi dan keuangan sejauh ini telah berusaha mengidentifikasi hubungan dan juga menguji pengaruh antara berbagai tipe struktur kepemilikan antara lain kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, maupun konsentrasi kepemilikan pada earnings management. Namun demikian, masih terdapat ketidakkonsistenan hasil temuan penelitian. Adanya kepemilikan manajerial, sebagaimana dijelaskan dalam teori keagenan, diyakini dapat membatasi earnings management karena akan membuat kepentingan manajemen sejajar dengan kepentingan pemegang saham. Warfield et al. (1995) menemukan bukti bahwa para manajer yang memiliki proporsi yang signifikan dalam ekuitas perusahaan, menunjukkan insentif yang rendah untuk memanipulasi informasi pelaporan akuntansi. Klein (2002) dan Ali et al. (2008) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhubungan dengan level earnings management yang lebih rendah. Namun, hasil temuan berbeda didapatkan oleh Koh (2003) dan Bowen et al. (2004) yang tidak menemukan adanya hubungan 3 signifikan antara kepemilikan manajerial dan earnings management. Temuan penelitian-penelitian tersebut menandakan bahwa masih terdapat ketidakkonsistenan hubungan dan pengaruh antara kepemilikan manajerial pada earnings management. Seperti halnya kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional juga dipercaya dapat mengawasi manajemen secara lebih efektif dalam kaitannya membatasi earnings management. Beberapa penelitian menemukan bahwa kepemilikan institusional mencegah para manajer untuk melakukan praktek earnings management (Chung et al., 2002; Koh, 2003; Cornett et al., 2008). Namun, Claesens dan Fan (2002) berpendapat bahwa kepemilikan institusional tidak memainkan peranan aktif dalam mengawasi aktivitas manajemen. Duggal dan Millar (1999) dalam Alves (2012) menyatakan pendapat yang serupa bahwa kepemilikan institusional merupakan para investor pasif, mereka akan lebih cenderung untuk menjual kepemilikannya pada saat kinerja perusahaan memburuk daripada menghabiskan sumber daya untuk melakukan pengawasan. Dari hasil temuan penelitian-penelitian tersebut, diindikasikan bahwa masih terdapat ketidakkonsistenan hubungan dan pengaruh antara kepemilikan institusional pada earnings management. Selain kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional, beberapa penelitian juga menguji hubungan antara konsentrasi kepemilikan dan earnings management. Kepemilikan yang terkonsentrasi dianggap akan semakin memperkuat pengawasan terhadap manajemen. Penelitian Iturriaga dan Hoffmann (2005) dan Ali et al. (2008) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan mampu 4 mengurangi perilaku manipulatif para manajer. Namun, berdasarkan adanya dugaan bahwa pemegang saham mayoritas melakukan ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas (expropriation hypothesis), pemegang saham mayoritas mungkin mengintervensi manajemen, dan mungkin semakin mendorong manajemen untuk melakukan earnings management (Jaggi dan Tsui, 2007). Hal ini menandakan bahwa ketidakkonsistenan juga terdapat dalam hubungan dan pengaruh antara konsentrasi kepemilikan pada earnings management. Mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Alves (2012), penelitian ini bermaksud melakukan pengujian atas pengaruh struktur kepemilikan pada earnings management pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebagaimana dalam Alves (2012), struktur kepemilikan yang diamati dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan konsentrasi kepemilikan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa dalam penelitian ini ditambahkan sebuah variabel independen yaitu kepemilikan asing, sehingga penelitian ini juga menguji pengaruh kepemilikan asing pada earnings management. Pengujian hubungan dan pengaruh kepemilikan asing pada earnings management perlu dilakukan karena tipe kepemilikan ini secara total lebih mendominasi kepemilikan saham-saham yang terdaftar di BEI dibandingkan kepemilikan domestik. Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), kepemilikan asing per 31 Juli 2013 tercatat sebesar 57%. Angka tersebut menurun sebesar 2% jika dibandingkan angka tahun sebelumnya yaitu sebesar 59%. 5 Investor asing dapat mengambil peranan penting dalam pengawasan manajemen, karena mereka memiliki insentif yang positif untuk melindungi kekayaannya (Sachs dan Warner, 1995 dalam An, 2009). Investor asing mempunyai kelebihan dalam hal sumber daya finansial, pengetahuan manajerial, dan keahlian dalam corporate governance, sehingga memberikan mereka keunggulan untuk mengawasi manajemen (Frydman et al., 1999). Penelitian An (2009) mengenai kepemilikan asing pada perusahaan publik di Korea Selatan menemukan bahwa keberadaan kepemilikan asing mampu meningkatkan kualitas laba (persistensi dan relevansi nilai). Meskipun belum banyak penelitian yang membuktikan secara empiris pengaruh kepemilikan asing pada earnings management, patut diduga jika kepemilikan asing mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap earnings management. Berdasarkan pada uraian di atas, penelitian ini berusaha menguji pengaruh struktur kepemilikan yang meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing dan konsentrasi kepemilikan pada praktek earnings management. Obyek penelitian yang digunakan adalah perusahaanperusahaan manufaktur yang terdaftar pada BEI periode 2009 – 2012. 1.2 Rumusan Masalah Gu dan Lee (1999) menyatakan bahwa praktek earnings management telah meluas dan ada di setiap pelaporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa praktek earnings management merupakan suatu fenomena yang umum terjadi, tidak hanya pada peristiwa- 6 peristiwa tertentu saja tetapi telah sedemikian mengakar dalam kehidupan bisnis secara turun-temurun. Sebagai tanda adanya masalah keagenan, earnings management dapat meningkatkan biaya keagenan yang pada akhirnya akan berakibat buruk bagi nilai perusahaan. Earnings management terjadi karena lemahnya pengawasan oleh pemilik terhadap manajemen. Untuk itu, mekanisme pengawasan melalui struktur kepemilikan menjadi salah satu pertimbangan guna membatasi terjadinya earnings management. Penelitian-penelitian yang mengamati hubungan ataupun pengaruh struktur kepemilikan pada earnings management sejauh ini masih menunjukkan adanya ketidakkonsistenan dalam hasil temuan sehingga pengaruh struktur kepemilikan terhadap earnings management menjadi sulit untuk ditentukan. Variasi dalam struktur kepemilikan perusahaan publik di berbagai negara kemungkinan memberikan insentif yang berbeda untuk terjadinya earnings management. Oleh karena itu, pengujian terhadap berbagai struktur kepemilikan khususnya kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, konsentrasi kepemilikan, dan kepemilikan asing pada earnings management untuk perusahaan publik di Indonesia perlu dilakukan, agar dapat mengetahui hubungan antara tiaptiap struktur kepemilikan tersebut dengan praktek earnings management secara lebih spesifik. 1.3 Pertanyaan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: 7 a. Apakah kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh negatif pada earnings management? b. Apakah kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif pada earnings management? c. Apakah kepemilikan asing mempunyai pengaruh negatif pada earnings management? d. Apakah konsentrasi kepemilikan mempunyai pengaruh negatif pada earnings management? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisis secara lebih mendalam hubungan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan konsentrasi kepemilikan dengan earnings management. b. Untuk menguji secara lebih spesifik pengaruh dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan konsentrasi kepemilikan pada earnings management di Indonesia. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil atau temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan dan bermanfaat baik kepada investor maupun manajemen perusahaan. Bagi investor, hasil penelitian ini memberikan penjelasan tentang sejauh mana tipe struktur kepemilikan mampu menyediakan tingkat pengawasan 8 manajemen dalam mencegah terjadinya earnings management. Investor diharapkan mampu untuk mencermati dan mendeteksi adanya praktek earnings management dalam suatu perusahaan dan untuk selanjutnya mampu memberikan pengawasan yang lebih efektif melalui mekanisme struktur kepemilikan. Bagi manajemen, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pemahaman praktek manajerial sehingga dapat mewujudkan corporate governance secara lebih baik. Pada akhirnya, manajemen diharapkan mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan perusahaan kepada semua stakeholders-nya. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode pengamatan adalah tahun 2009 sampai dengan 2012. 1.7 Sistematika Penulisan Agar diperoleh susunan dan bahasan yang sistematis, maka penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang landasan teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang mendukung dan mendasari pelaksanaan penelitian ini. Selain itu dijelaskan pula mengenai pengembangan hipotesis yang diajukan. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi desain penelitian, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang proses penetapan sampel, uraian deskripsi data, hasil uji asumsi klasik, hasil pengujian hipotesis, dan diskusi hasil penelitian. BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI Bab ini berisi simpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya serta implikasi secara teoritis dan praktis. 10