bab ii tinjauan pustaka

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Lembaga KeuanganBank
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana
tersebut kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian,
bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi
yang menjembatani kepentingan pihak yang kelebihan dana (penyimpan dana atau
kreditor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitor).
Pihak-pihak yang kelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan,
maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam
bentuk rekening giro, tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan
kebutuhan dan preferensinya (Suseno dan Abdullah, 2004). Sementara itu pihakpihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau
kredit kepada bank.
Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip
kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan undang-undang, struktur
perbankan
di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank
umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat
menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang
terbatas.
Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank system, yaitu
bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi pada hanya
dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah. (Bank Indonesia, 2011)
1.
Bank umum adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan
adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang
ada.Begitu juga dengan wilayah operasinya yang dapat dilakukan di seluruh
wilayah Indonesia, bahkan luar negeri (cabang).
2.
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
Berikut rekapitulasi susunan perbankan di Indonesia :
Gambar 2.1 Struktur Perbankan Indonesia
Sumber : Diolah dari Publikasi Bank Indonesia, 2011
2.2
Kredit Perbankan
Kredit
berasal
dari
bahasa
Yunani
(credere)
yang
berarti
kepercayaan.Kepercayaan itu antara si pemberi dengan si pemohon kredit yang
terkait dalam suatu kesepakatan. Menurut Kent dalamSuyatno (2003), kredit
adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan
pembayaran pada waktu yang diminta, atau pada waktu yang akan datang yang
disebabkan oleh penyerahan barang-barang sekarang. Jonson dalam Djinarto
(2000) menyatakan bahwa kredit adalah kemampuan untuk memperoleh barang
atau jasa dengan memberi janji untuk membayar pada tanggal tertentu dimasa
yang akan datang.Dalam arti ekonomi kredit adalah penundaan bayaran dari
prestasi yang diberikan sekarang baik dalam bentuk barang, uang atau jasa
(Suyatno,
2003).
Berdasarkan
Undang-Undang
Nomor
7/1992
tentang
Perbankan
sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 10/1998, pengertian
merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
kredit
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan menurut
Sinungan M dalam Amiranti Marsya Agustine (2009) kredit ialah pemberin
prestasi oleh suatu pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu
masa tertentu yang akan datang disertai kontra prestasi berupa pendapatan bunga.
Penyaluran terhadap kredit merupakan segala bentuk fasilitas pinjaman
dana melalui pasar rupiah dan valuta asing yang ditetapkan dalam peraturan bank
Indonesia. Namun dalam penyaluran kredit tersebut terdapat resiko kredit baik itu
secara langsung maupun tidak langsung. Resiko kredit merupakan resiko akibat
adanya ketidakpastian dalam pengembalian pinjaman.
Rencana kredit untuk jangka waktu satu tahun yang disusun itu
disesuaikan dengan perkiraan jumlah uang yang beredar sehingga tidak akan
menganggu kestabilan moneter. Kestabilan moneter yang dimaksudkan ialah
merupakan perimbangan antara perkembangan jumlah uang yang beredar dengan
tingkat
harga, suku bunga, perkembangan neraca pambayaran, tingkat
moneterisasi perekonomian.
2.2.1 Unsur-Unsur Kredit
1. Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan
pemberian kredit dan pelunasannya.
Menurut Muljono (2001), terdapat unsur kredit antara lain:
2. Kepercayaan, yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur
kepadadebitur, bahwa setelah jangka waktu tertentu debitur akan
mengembalikan sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui oleh
kedua belah pihak.
3. Penyerahan, yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan
nilai ekonomi kepada debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh
tempo.
4. Resiko, yang menyatakan adanya resiko yang mungkin timbul
sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya.
5. Persetujuan dan perjanjian, yang menyatakan bahwa antara kreditur
dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu
perjanjian.
2.2.2 Tujuan Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan dan fungsi tertentu.
Adapun yang menjadi tujuan pemberian kredit tersebut adalah :
a. Mencari keuntungan
Keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank
nasabah.Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank dan
memperluas usaha bank.
sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada
b. Membantu usaha nasabah
Bank memberikan fasilitas kredit untuk membantu usaha nasabah yang
memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal
kerja. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan
dimana bank memperoleh bunga dan nasabah dapat mengembangkan dan
memperluas usahanya.
c. Membantu pemerintah
Pemerintah menerima pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan
bank, meningkatkan devisa Negara apabila produk dari kredit yang
dibiayai untuk keperluan ekspor, dan membuka kesempatan kerja bila
kredit yang diberikan digunakan untuk membuka usaha baru.
2.2.3
Prinsip-prinsip Kredit
Menurut Kasmir (2004), prinsip-prinsip penilaian kredit yang dilakukan
dengan analisis 5C yang terdiri dari faktor sebagai berikut:
a.
Character,
adalah
sifat
atau
watak
calon
debitur.
Hal
ini
bertujuanmemberikan keyakinan kepada pihak perbankan bahwa sifat atau
watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit dapat dipercaya.
b. Capacity, adalah kemampuan calon debitur dalam membayar kredit yang
dihubungkan dengan kemampuan calon debitur tersebut dalam mengelola
bisnis serta kemampuannya mendapat keuntungan.
c. Capital, adalah sumber-sumber pembiayaaan yang dimiliki calon debitur
dalam usaha yang dilakukannya.
d. Collateral, adalah jaminan yang diberikan calon debitur baik besifat fisik
maupun non fisik. Jaminan yang diberikan dianjurkan melebihi jumlah
kredit yang diberikan.
e. Condition, adalah penilaian kredit yang mempertimbangkan kondisi
ekonomi sekarang dan masa yang akan datang.
2.2.4 Fungsi kredit
Fungsi kredit secara luas sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmir
serta Vetihzal dan Andria (2007:8) yaitu :
a. Untuk meningkatkan daya guna uang
b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
c. Untuk meningkatkan daya guna barang
d. Untuk meningkatkan peredaran barang
e. Sebagai stabilitas ekonomi
f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan nasional
h. Untuk meningkatkan hubungan internasional
2.2.5 Jenis-jenis Kredit
Secara umum jenis-jenis kredit dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :
2.2.5.1
Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaan
Berdasarkan tujuan penggunaannya, kredit terbagi menjadi dua jenis :
1)
Kredit konsumtif yaitu, kredit yang digunakan untuk membiayai
pembelianbarang-barang atau jasa-jasa yang dapat memberikan
kepuasan langsungkepada konsumen. Jenis kredit ini digunakan untuk
membiayai hal-hal yangbersifat konsumtif seperti kredit perumahan,
kredit kendaraan serta kredituntuk membeli makanan dan pakaian.
Secara tidak langsung kredit konsumtifakan memberikan efek
produktif dengan cara meningkatkan produksi daribarang atau jasa
yang telah dibeli oleh peminjam.
2)
Kredit produktif yaitu, kredit yang digunakan untuk tujuan-tujuan
yangproduktif. Kredit ini digunakan untuk membeli barang-barang
modal yangbersifat
tetap maupun untuk membiayai kegiatan
pengadaan barang yang habisdalam sekali produksi. Kredit produktif
dapat dibagi lagi menjadi dua bagianyaitu, kredit investasi dan kredit
modal kerja. Kredit investasi merupakan jeniskredit yang dikeluarkan
oleh perbankan untuk pembelian barang-barangmodal yaitu, tidak
habis dalam satu cycle. Kredit modal kerja merupakan jeniskredit yang
diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhikebutuhan
modal
kerjanya
yang
biasanya
habis
dalam
satu
siklus
usahanya.Menurut Thamrin (2002), kredit investasi merupakan
suatukebijaksanan kredit yang bersifat jangka menengah atau jangka
panjang yang diberikan kepada pengusaha perorangan atau perusahaan
dengan persyaratan danprosedur khusus atau dengan pertimbangan
kelayakan. Program kelompok kecilIndustri (KKI) digunakan untuk
pembiayaan investasi barang modal dan jasa yangdiperlukan dalam
rangka perluasan proyek lama atau baru serta rehabilitasi asset yang
ada. Sedangkan program kredit modal kerja permanen hanya diberikan
untukpembiayaan modal secara terus menerus digunakan untuk
kelancaran usaha.
2.2.5.2
Kredit Berdasarkan Jangka Waktu
Djinarto (2000) menyatakan berdasarkan jangka waktunya, kredit
dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1)
Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang jangka waktu
pembayarannyamaksimal satu tahun. Kredit ini biasanya digunakan
untuk membiayaikebutuhan modal kerja.
2)
Kredit
jangka
menengah,
merupakan
kredit
yang
jangka
waktupembayarannya antara satu sampai dengan tiga tahun. Kredit
jangkamenengah biasanya berupa kredit modal kerja dan kredit
investasi yang tidakterlalu besar.
3)
Kredit
jangka panjang, merupakan jenis kredit yang jangka
waktupembayarannya lebih dari tiga tahun. Kredit ini biasanya
digunakan untukpembelian mesin, pabrik, perumahan, dan alat-alat
untuk keperluan investasi.
2.3
Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Perekonomian sebuah negara terbuka (open economy) terdiri dari 4 sektor,
sektor moneter, sektor riil, sektor fiskal, dan sektor eksternal. Hubungan
yaitu
sektor moneter dan sektor riil terjadi melalui mekanisme transmisi
antar
(mechanism of transmision). Mekanisme ini dilakukan oleh bank sentral sebagai
otoritas sektor moneter dapat mengeluarkan kebijakan yang akan berpengaruh
pada sektor riil.
Gambar 2.2 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Sumber : Bank Indonesia
Mekanisme transmisi melalui jalur kredit bekerja dengan memanfaatkan
media pasar utang dan pasar kredit.Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi
antara Surplus Spending Unit (SSU) dan Defisit Spending Unit (DSU)
berperan penting dalam mekanisme kebijakan melalui jalur kredit.Mekanisme
jalur kredit dibedakan menjadi dua jalur.Pertama, bank lending channel yang
menekan pengaruh kebijakan moneter pada kondisi keuangan bank, dari sisi
aset khususnya. Kedua, balance sheet channel yang menekankan pengaruh
kebijakan moneter pada kondisi keuangan perusahaan dan kemudian akan
mempengaruhi akses perusahaan untuk mendapatkan kredit.
Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga
deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang
mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter
yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas
ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit
sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan
meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal
perusahaan untuk melakukan investasi.
Ini semua akan meningkatkan
aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin
bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank
Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem
aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan
inflasi.
Gambar 2.3 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur
Kredit (Credit Channel)
Kebijakan
Moneter
Liabilitas Bank
Jumlah Uang Beredar
Suku Bunga/ Harga
Saham
Ketersediaan Kredit
Bank
Investasi
Nilai Bersih
Perusahaan
Pemberian Kredit
Sumber : Warjiyo dan Solikin dalam Septy Andriani, 2008
Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada
kecepatan
transmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat risiko
perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI
Rate biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang melakukan
konsolidasi
untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan
meningkatnya
permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan
penyaluran kredit.Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan
juga belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat
apabila prospek perekonomian sedang lesu.
Simpulannya, kondisi sektor
keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan
efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.
2.4
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Menurut Hubeis (2009), UKM didefinisikan dengan berbagai cara yang
berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tinjauan khusus terhadap definisi-definisi tersebut agar diperoleh
pengertian yang sesuai tentang UKM, yaitu menganut ukuran kuantitatif yang
sesuai dengan kemajuan ekonomi.
Terdapat beberapa definisi UMKM menurut berbagai lembaga yang
berbeda, diantaranya menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil
Menengahpengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mengacu
kepada kriteria usaha, yaitu :
I.
Usaha mikro :
a. Usaha
produktif milik
orang perorangan dan/atau
badan usaha
peroranganyang memenuhi kriteria usaha mikro.
b. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
jutarupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasilpenjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
II.
Usaha kecil :
a. Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orangperorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan ataubukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baiklangsung atau maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besaryang memenuhi kriteria usaha kecil.
b. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah)sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidaktermasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki
hasil penjualantahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai denganpaling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
III.
Usaha menengah :
a. Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orangperorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan ataubukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baiklangsung atau maupun tidak langsung dengan usaha
kecil atau usaha besar.
b. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah)tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasilpenjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar
lima
ratus
jutarupiah)
sampai
dengan
paling
banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyarrupiah).
Keberhasilan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia
tidak terlepas dari dukungan dan peran pemerintah dalam mendorong penyaluran
kredit kepada UMKM. Berbagai skim Kredit/pembiayaan UMKM diluncurkan
oleh pemerintah dikaitkan dengan tugas dan program pembangunan ekonomi pada
sektor-sektor usaha tertentu, misalnya ketahanan pangan, perternakan dan
perkebunan. Peran pemerintah dalam skim-skim kredit UMKM ini adalah pada
sisi penyediaan dana APBN untuk subsidi bunga skim kredit dimaksud, sementara
dana kredit/pembiayaan seluruhnya (100%) berasal dari bank-bank yang ditunjuk
pemerintah sebagai bank pelaksana. Selain itu pemerintah berperan dalam
penyiapan UMKM agar dapat dibiayai dengan skim dimaksud, menetapkan
kebijakan dan prioritas usaha yang akan menerima kredit, melakukan pembinaan
dan pendampingan selama masa kredit, dan memfasilitasi hubungan antara
UMKM dengan pihak lain. Skim kredit yang sangat familiar di masyarakat
adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang khusus diperuntukkan bagi UMKM
dengan kategori usaha layak, namun tidak mempunyai agunan yang cukup dalam
rangka persyaratan Perbankan. KUR adalah Kredit/pembiayaan kepada UMKM
dan Koperasi yang tidak sedang menerima Kredit/Pembiayaan dari Perbankan
dan/atau yang tidak sedang menerima Kredit Program dari Pemerintah pada saat
permohonan Kredit/Pembiayaan diajukan.Tujuan akhir diluncurkan Program
KUR
adalah meningkatkan perekonomian, pengentasan kemiskinan dan
penyerapan
tenaga kerja.
Tabel 2.1
Kriteria Kredit Usaha Rakyat
Definisi
KUR adalah Kredit/pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi yang
tidak sedang menerima Kredit/Pembiayaan dari Perbankan dan/atau
yang tidak sedang menerima Kredit Program dari Pemerintah, pada
saat permohonan Kredit/Pembiayaan diajukan, yang dibuktikan
dengan hasil Sistem Informasi Debitur dikecualikan untuk jenis
KPR, KKB, Kartu Kredit dan Kredit Konsumtif lainnya.
Usaha Dibiayai
Usaha produktif
Jangka Waktu
2014
Sumber Dana
Bank Pelaksana 100%
Plafon Kredit
1. KUR Mikro plafon maksimal Rp5.000.000,00
2. KUR Retail plafon maksimal Rp 500.000.000,00
Suku Bunga
1. KUR Mikro : 22% p.a. ; 2. KUR Retail : 14% p.a.
Kredit
Jangka Waktu
1. KMK maksimal 3 tahun dan dapat diperpanjang menjadi 6 tahun
Kredit
2. KI maksimal 5 tahun dan dapat diperpanjang sampai 10 tahun
Peran Pemerintah
1. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian : menunjuk
Bank Pelaksana
2. Kementerian Keuangan : menyediakan dana APBN dan
membayar subsidi untuk IJP
3. Kementerian teknis : Mempersiapkan UMKM dan Koperasi
untuk dapat dibiayai dengan KUR, menetapkan kebijakan dan
prioritas
usaha
yang
akan
menerima
kredit,
melakukan
pembinaan dan pendampingan selama masa kredit,memfasilitasi
hubungan antara UMKM dengan pihak lain (misal :perusahaan
inti).
Target Realisasi
Rp 20 triliun per tahun
Daerah Realisasi
Seluruh propinsi
Permasalahan
1. Sosialiasi kepada masyarakat masih kurang
2. Suku bunga KUR masih dirasakan cukup tinggi
3. Keterlambatan pembayaran klaim dari Lembaga Penjamin
4. Kesulitan mencari debitur yang sesuai dengan kriteria
5. Terdapat dispute terhadap beberapa ketentuan KUR.
Sumber : Diolah dari Publikasi Bank Indonesia, 2011
2.5
Penawaran Kredit Perbankan
Sebagaimana diatur dalam UU No. 10, Tahun 1998 tentang Perbankan,
yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana tersebut kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian, bank merupakan
bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yang
menjembatani kepentingan pihak yang kelebihan dana (penyimpan dana atau
kreditor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitor).
Pihak-pihak yang kelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha, yayasan,
maupun
lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam
bentuk rekening giro, tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan
kebutuhan dan preferensinya (Suseno dan Piter A 2003:6). Sementara itu pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau
pihak
kepada bank. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi, kredit modal
kredit
kerja, dan kredit konsumsi.
2.6
Teori Keseimbangan Kredit
Keseimbangan kredit terbentuk dari perpotongan antara kurva penawaran
kredit (S0) dan permintaaan kredit (D0). Keseimbangan ini menghasilkan tingkat
suku bunga sebesar r0 dan kuantitas kredit sebesar L0.
Gambar 2.4 Keseimbangan Kredit
Suku Bunga Kredit
S0
r0
D0
L0
Kualitas Kredit
Sumber :Agung (2001)
Berdasarkan
gambar
tersebut,
penurunan
penawaran
kredit
akanmengakibatkan pergeseran S0 ke kiri atas, dan sebaliknya jika terjadi
peningkatan.Sementara
bila
terjadi
penurunan
permintaan
kredit
akan
mengakibatkanpergeseran D0 ke kiri bawah, dan juga sebaliknya.Menurut Agung
(2001),
turunya kredit yang disalurkan olehperbankan dapat disebabkan oleh:
2.6.1 Penurunan Kredit Akibat Turunnya Permintaan
Pergeseran
permintaan
kredit
akibat
lemahnya
perekonomian
akanmenyebabkan kredit permintaan dari kredit yaitu D menurun menjadi D1,
denganasumsi penawaran yang tetap. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
penurunanpada tingkat suku bunga menjadi r1. Jika perubahan kredit didorong
oleh faktor-faktor struktural mikroekonomi maka penurunan kurva permintaan
kredit jugadiikuti oleh semakin menajamnya kemiringan dari kurva
permintaan yangmengakibatkan menurunnya sensitivitas perubahan suku
bunga terhadappermintaan kredit.Kondisi ini ditunjukkan oleh kurva D2.
Gambar 2.5 Penurunan Kredit Akibat Menurunnya Permintaan
Suku Bunga Kredit
S
r0
r1
D0
D2 D1
Kualitas Kredit
L’L
Sumber: Agung (2001)
2.6.2 Penurunan Kredit Akibat Turunnya Penawaran
Penawaran kredit dapat disebabkan oleh turunnya kemauan bank
untukmenyalurkan
kredit
pada
tingkat
suku
bunga
yang
berlaku.
Keenggananmenyalurkan kredit ini dapat berasal dari faktor internal maupun
eksternal.Faktorinternal mengenai permasalahan seperti rendahnya kualitas
dari jumlah aset yangdimiliki oleh perbankan, tingginya tingkat NPL dan
turunya
modal
yang
dimilikioleh
bank
akibat
menurunnya tingkat
keuntungan.Sisi eksternal permasalahanterjadi akibat lemahnya kondisi
keuangan perusahaan serta bank tidak mengetahuisecara pasti mengenai
kondisi dari sutu perusahaan serta kemampuannya untukmembayar pinjaman.
Gambar 2.6 Penurunan Kredit Akibat Menurunnya Penawaran
Suku Bunga Kredit
S1
S2
S2
r2
r1
D
Kualitas Kredit
L2
L
Sumber: Agung (2001)
Menurunya jumlah kredit akibat perubahan faktor penawaran dapat
dilihatdengan bergesernya kurva penawaran ke kiri atas dari S0 menjadi
S1.Implikasidari pergeseran ini adalah kenaikan tingkat suku bunga dan
penurunan jumlahpenyaluran kredit.Terkadang keengganan bank untuk
menyalurkan kredit tidakdiikuti dengan perubahan tingkat suku bunga.Hal ini
menyebabkan kurvapenawaran bergeser kekiri dan berubah menjadi vertikal
(S2), dan kurvapenawaran menjadi tidak sensitif terhadap perubahan tingkat
suku bunga.Efek seperti ini disebut sebagai Non Price Credit Rationing.Hal
ini dapatdipahami sebagai akibat memburuknya resiko kredit dunia usaha dan
karenapersoalan informasi yang membuat bank tidak dapat membedakan
kualitasdebitur.Persoalan
ini lebih buruk lagi ketika ada pergantian
manajemen didalamperbankan dengan orang yang baru.Karena hubungan
bank
dengan
nasabahjangka
panjang
pergantian
manajemen
bank
menyebabkan kurang mengertinyakondisi nasabah.Akibatnya, bank cenderung
lebih berhati-hati dalammenyalurkan kredit dan tingkat suku bunga bukan hal
utama dalam menyalurkankredit, karena bank berpendapat bahwa hanya
nasabah yang kualitas rendah yangbersedia membayar tingkat suku bunga
pinjaman yang tinggi (adverse selectionproblem).
2.7
Faktor – faktor yang mempengaruhi penawaran kredit modal kerja
dan kredit investasi sektor UMKM oleh bank umum di Indonesia
Penulis melakukan pengelompokkan kategori terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM yakni faktor
eksternal dan faktor internal.Faktor internal yaitu faktor yang khusus dari internal
bank itu sendiri yaitu, NPLinv (Non Performing Loan Investasi), NPLmk (Non
Performing Loan Modal Kerja), danROA (Return On Asset), Sedangkan untuk
faktor eksternal diwakili oleh Gross Domestic Product (GDP) dan tingkat suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (rSBI).
Perry Warjiyo (2004)memaparkan bahwa mekanismetransmisi kebijakan
moneter melalui saluran uang secara implisit beranggapan bahwa semua dana
yang dimobilisasi perbankan dari masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1,
M2) digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit
perbankan. Dalam kenyataannya menurut Perry Warjiyo (2004), anggapan seperti
itu tidak
selamanya benar. Selain dana yang tersedia (DPK), perilaku penawaran
perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha
kredit
debitor dan kondisi perbankan itu sendiri, seperti permodalan (CAR), jumlah
kredit macet (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR).
Suseno dan Piter (2003), selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor
rentabilitas atau tingkat keuntungan yang tercermin dalam Return on Assets
(ROA) juga berpengaruh terhadap keputusan bank untuk menyalurkan kredit
kepada debitor.
Berdasarkan tinjauan teori penawaran uang Keynes dan perilaku penawaran
kredit di atas, maka penelitian ini menggunakan beberapa variabel bebas sebagai
proksi dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perbankan dalam
menyalurkan kredit kepada sektor UMKM, yang akan dijelaskan pada uraian
berikut.
2.7.1 Return on Assets (ROA)
Pengembalian atas total aktiva merupakan ukuran efisiensi operasi
yang relevan. Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh
aktiva (pendanaan) yang diberikan pada perusahaan. Ukuran ini tidak
membedakan
pengembalian
berdasarkan
sumber
pendanaan
.dengan
menghilangkan dampak sumber pendanaan aktiva, analisis berpusat pada
evaluasi dan peramalan kinerja operasi (John, Subramanyam dan Halsey
2003).
Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva
yang digunakan. Return on assets merupakan perbandingan antara laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki
perusahaan. Return on assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari
total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu
memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang
negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan
mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang
tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan
pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak
memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan
menghambat pertumbuhan.
Baik profit margin maupun total asset turnover tidak dapat
memberikan pengukuran yang memadai atas efektivitas keseluruhan
perusahaan. Profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva
,sementara total asset turnover tidak memperhitungkan profitabilitas dalam
penjualan. Rasio return on asset atau return on investment mengatasi kedua
kelemahan tersebut. Peningkatan kemampuan perusahaan dapat terjadi jika
ada peningkatan profit margin atau peningkatan total asset turn over atau
keduanya. Dua perusahaan dengan profit margin dan total asset turnover yang
berbeda dapat saja memiliki rasio ROA yang sama.(Van Horne 2005:225)
Meskipun demikian untuk mengukur kinerja perusahaan secara
keseluruhan ROA tidaklah cukup karena ROA belum memperhitungkan rasio
hutang yang digunakan dalam aktivitas perusahaan.
ROA adalah salah satu metode penilaian yang digunakan untuk
mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu tingkat keuntungan yang
dicapai olehsebuah bank dengan seluruh dana yang ada di bank. ROA
membandingkan laba terhadap total aset, yang dapat dicari dengan rumus
berikut (Bank Indonesia, 2006)
………………….……………(2.2)
Seperti halnya CAR dan DPK, ROA juga diharapkan berkorelasi
positif dengan penawaran kredit
2.7.2 Non Performing Loans (NPL)
NPL menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam
mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas.
NPLs merupakan persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang
lancar, diragukan, dan macet) terhadap total kredit yang dikeluarkan bank.
NPLs mempunyai hubungan negatif dengan penawaran kredit.
2.7.3
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesi (rSBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu
pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu
mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai
Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang
primer yang beredar. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan
SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal
Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI
mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan
pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai
acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. Tingkat suku bunga SBI
yang digunakan adalah dalam periode bulanan.
2.7.4 Gross Domestic Product (GDP)
GDP adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi
dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu dan sering dianggap sebagai
ukuran terbaik dari kinerja perekonomian (Mankiw 2004). GDP meliputi
komponen-komponen seperti konsumsi rumah tangga, investasi swasta,
pengeluaran pemerintah, dan ekspor bersih, disimbolkan dengan rumus
sebagai berikut:
Y
= C + I + G + ( X – M ) ...................................................................(2.3)
Dimana :Y= Gross Domestic Product ; C= Konsumsi rumah tangga ; I =
Investasi swasta ; G= Pengeluaran Pemerintah ; X= Ekspor ;M= Impor
Pada penelitian ini, data GDP yang digunakan adalah data hasil
interpolasi dari kuartalan menjadi bulanan dengan metode Quadratic Match
Sumdengan bantuan Software Eviews for Windows Realease 6.0.Peningkatan
pada GDP berarti adanya peningkatan pada konsumsi dan investasi secara
agregat, sehingga berpengaruh positif pada permintaan kredit, termasuk kredit
pada sektor UMKM.
2.8
Penelitian Terdahulu
Sedikitnya terdapat tiga penelitian terdahulu yang meneliti tentang
penawaran kredit perbankan.
Download