Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (2) 2014 © Indonesian Food Technologists 46 Catatan Penelitian Pengaruh Marinasi Ekstrak Kulit Nenas pada Daging Itik Tegal Betina Afkir terhadap Aktivitas Antioksidan dan Kualitas Kimia 1† 2 Muhammad Zulfahmi , Yoyok Budi Pramono , Antonius Hintono 2 1 Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang Korespondensi dengan penulis ([email protected]) Artikel ini dikirim pada tanggal 16 Desember 2013 dan dinyatakan diterima tanggal 27 Februari 2013. Artikel ini juga dipublikasi secara online melalui www.journal.ift.or.id. Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang diperbanyak untuk tujuan komersial. Diproduksi oleh Indonesian Food Technologists® ©2014 (www.ift.or.id) 2 † Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh marinasi ekstrak kulit nenas pada daging itik tegal afkir terhadap aktivitas antioksidan dan kualitas kimia. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuannya adalah T0 = marinasi daging dalam air destilasi selama 60 menit; T1 = marinasi daging dalam ekstrak kulit nenas 5% selama 60 menit; T2 = marinasi daging dalam ekstrak kulit nenas 10% selama 60 menit; T3 = marinasi daging dalam ekstrak kulit nenas 15% selama 60 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan tidak berpengaruh nyata (P<0,05) demikian juga pada nilai pH, namun pada kadar protein terlarut menunjukkan adanya pengaruh nyata pada perlakuan 10% (7,55%). Bila dilihat dari rataan protein terlarut mengalami peningkatan dari T0 (5,05%), T1 (6,62%), T2 (7,55%), dan T3 (7,94%). Hal tersebut dipengaruhi oleh kadar keasaman ekstrak kulit nenas sehingga daging mengalami degradasi protein kemudian membentuk stuktur daging yang lebih sederhana dan disukai oleh konsumen. Kata kunci : marinasi, aktivitas antioksidan, kualitas kimia Pendahuluan Daging merupakan bahan makanan hewani yang digemari oleh seluruh lapisan masyarakat karena rasanya lezat dan mengandung nilai gizi yang tinggi. Daging mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap dan seimbang, serta mudah dicerna. Daging yang banyak di konsumsi masyarakat Indonesia seperti daging kambing, daging sapi, daging kerbau dan daging unggas (ayam, itik dan burung). Salah satu komoditi unggulan yang digemari oleh masyarakat adalah daging itik Tegal yang berasal dari daerah Tegal, Jawa Tengah. Itik ini memiliki ciri-ciri warna bulu yang paling dominan adalah brajangan, yaitu kecoklatan pada seluruh bagian tubuhnya yang disertai totol kecoklatan yang agak jelas pada dada, punggung, dan sayap bagian luar, paruh dan kaki berwarna hitam. Pada umumnya itik dibudidayakan sebagai penghasil telur, namun setelah berumur 84 minggu produktifitas telur itik menurun sehingga menyebabkan pendapatan peternak ikut menurun, dan pada akhirnya itik tersebut dijadikan sebagai itik pedaging (itik afkir). Itik afkir memiliki kelebihan kandungan protein tinggi dan rendahnya kandungan kalori. Namun, mempunyai kelemahan seperti bau amis, alot dan kadar lemak lebih tinggi. Menurut Oteku et al. (2006) kendala yang dihadapi dalam pengembangan daging itik, yaitu bertekstur liat, memiliki kadar lemak lebih tinggi dari ayam pedaging, kadar asam lemak tak jenuh (ALTJ) sekitar 60% dari total asam lemak (AL), dan serabut daging berwarna merah karena mengandung pigmen heminik (hemoglobin dan mioglobin) yang cukup tinggi sehingga menyebabkan terjadinya oksidasi daging yang berpengaruh terhadap komposisi asam lemak, prooksidan, dan oksigen pada daging serta proses pengolahan pangan. Salah satu cara yang dilakukan adalah pengolahan pasca panen daging tersebut dengan proses marinasi mengunakan ekstrak kulit nenas (EKN). EKN mengandung enzim proteolitik yang dapat meningkatkan keempukan dan kesan jus daging. Enzim proteolitik merupakan enzim protease yang mampu medegradasi protein atau memecah ikatan peptida menjadi molekul-molekul protein yang lebih sederhana (asam amino) sehingga menghasilkan daging yang empuk. Hasil degradasi protein tersebut akan membentuk ikatan yang mengkaitkan dua molekul asam amino disebut ikatan peptida dan senyawa tersebut disebut dipeptida. Dipeptida mempunyai gugus -COOH dan –NH2. Kemudian akan membentuk oligopeptida antara lain carnosine, balenine, dan anserine memiliki kemampuan antioksidan yang dapat menghambat reaksi oksidatif daging. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh marinasi EKN pada daging itik Tegal afkir terhadap aktivitas antioksidan dan kualitas kimia seperti kadar protein terlarut dan nilai pH dengan level yang berbeda pada suhu ruang selama 60 menit. Materi Dan Metode Materi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi materi utama dan bahan penunjang. Materi utama berupa daging itik Tegal afkir bagian dada sebanyak 20 sampel setelah menjadi karkas. Karkas adalah bagian yang telah dipotong dan dibersihkan bulu serta dikeluarkan jeroannya, tanpa leher dan kepala serta tanpa kaki bawah (Soeparno, 2005). Bahan lain meliputi ekstrak kulit nenas (enzim bromelin) dan aquades. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau pemotong, kertas label, alat tulis, timbangan elektrik, beaker glass 250 ml, sentrifus, frezzer, blender, kertas tisu dan alat-alat penunjang lainnya. Rancangan percobaan yang digunakan dalam Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (2) 2014 © Indonesian Food Technologists penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, dimana perlakuan tersebut adalah (T0 : 0%, T1 : 5%, T2 : 10 % dan T3 : 15%) ekstrak kulit nenas dengan lama marinasi 60 menit pada suhu ruang. Kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut : T0 (Marinasi daging dalam air destilasi selama 60 menit), T1 (Marinasi daging dalam ekstrak kulit nenas 5% selama 60 menit), T2 (Marinasi daging dalam ekstrak kulit nenas 10% selama 60 menit), dan T3 (Marinasi daging dalam ekstrak kulit nenas 15% selama 60 menit). Variabel yang diamati adalah aktivitas antioksidan dan kualitas kimia seperti kadar protein dan nilai pH. Analisis Data Model linier matematis yang digunakan dalam menjelaskan nilai pengamatan suatu penelitian ini berdasarkan Steel dan Torrie (1991). Hasil dan Pembahasan Aktivitas Antioksidan Antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam didalam tubuh. Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal berlebihan maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Adanya kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, salah satunya kulit nenas yang memiliki kandungan vitamin C. Vitamin C berfungsi mengatasi radikal peroksil, superoksida dismutase terhadap radikal superoksida, katalase terhadap H2O2 dan glutation peroksidase mengatasi H2O2 dan LOOH. Kemampuan beta karoten untuk menginaktifkan radikal bebas bukan karena dapat berubah menjadi provitamin A, tetapi karena adanya ikatan rangkap yang banyak pada struktur molekul menangkap radikal peroksil di dalam jaringan pada tekanan parsial oksigen yang rendah. Menurut Zakaria, et al. (1996), vitamin C atau Lasam askorbat merupakan antioksidan non enzimatis yang larut dalam air. Senyawa ini merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Foyer (1993) menambahkan bahwa asam askorbatt berperan sebagi reduktor untuk berbagai radikal bebas yang terjadi pada 47 daging pasca pengolahan. Dalam hal itu peneliti mencoba memplementasikan terhadap daging itik tegal afkir yang dimarinasi dengan EKN (ekstrak kulit nenas) pada konsentrasi berbeda dalam mengetahui sejauh mana reaksi aktivitas antioksidan dalam tubuh. Daging itik merupakan salah satu komoditi unggulan karena mengandung berbagai zat dan gizi yang tinggi serta memiliki citra rasa yang unik karena sebagian besar tersusun atas daging merah dengan kadar pigmen heminik (hemoglobin dan mioglobin) relatif rendah dan memiliki bau amis. Berdasarkan hasil penelitian terlihat pada Tabel 1 diketahui bahwa daging itik tegal yang dimarinasi dalam EKN tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap aktivitas antioksidan baik sebelum dan setelah pengolahan (digoreng). Menurut Ketaren (1986) bahwa kulit nenas memiliki kandungan enzim bromelin rendah dibandingkan kandungan buah nenas sehingga aktivitas antioksidan tidak dapat berkerja dengan baik. Aktivitas antioksidan disebabkan adanya enzim bromelin pada ekstrak nenas yang mendegradasi protein daging dimana akan membentuk ikatan yang mengkaitkan dua molekul asam amino seperti ikatanikatan peptida membentuk senyawa tersebut disebut dipeptida. Dipeptida mempunyai gugus -COOH dan – NH2 yang memiliki kemampuan menghambat reaksi oksidatif dan kemampuan sebagai antioksidan. Kekurangan salah satu komponen tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan status antioksidan secara menyeluruh dan berakibat perlindungan tubuh terhadap serangan radikal bebas melemah, sehingga terjadilah berbagai macam penyakit. Protein Terlarut Protein sangat berperan penting dalam sistem emulsi. Protein merupakan pengemulsi alami yang terkandung dalam bahan baku daging. Protein juga digunakan sebagai bahan pengikat karena mempunyai bagian yang dapat berikatan dengan air (hidrofilik) dan bagian yang dapat mengikat lemak (lipofilik). Jumlah protein yang terekstraksi dan kelarutannya sangat mempengaruhi terhadap sifat fisik produk yang dihasilkan. Protein juga sangat penting bagi tubuh karena merupakan zat pembangun dan pengatur selain sebagai sumber tenaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa marinasi EKN terhadap daging itik Tegal afkir berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap protein terlarut. Hal tersebut bahwa protein memiliki sifat yang mudah mengalami Tabel 1. Data Aktivitas Antioksidan, Protein Terlarut, dan Nilai pH Daging Itik Tegal Afkir dengan Level Berbeda pada Suhu Ruang selama 60 menit Perlakuan Aktivitas Antioksidan (%) Protein Nilai pH Terlarut Sebelum Sesudah (%) (%) Digoreng Digoreng c T0 3,07 7,49 5,06 6,05 b T1 4,44 6,87 6,62 5,90 ab T2 5,13 10,21 7,55 5,89 a T3 4,81 10,00 7,94 5,97 Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama, menunjukkan adanya perbedaan yang nyata Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (2) 2014 © Indonesian Food Technologists perubahan secara alamiah yang disebabkan oleh denaturasi, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif dan protein juga akan mengalami perubahan secara fisik yang mudah diamati. Berdasarkan data penelitian pengaruh nyata ditunjukkan pada perlakuan 10% EKN (7.55 %) data tersebut didukung oleh adanya pH rendah yang mendekati titik isoektrik daging terlihat pada Tabel 1. Nilai pH optimum enzim bromelin berkisar antara 7-6 sehingga enzim proteolitik yang mampu menghidrolisa protein menjadi pepton, polipeptida dan asam amino. Menurut Sudarmadji et al., (1989) selain tingkat keasaman (marinasi EKN), protein terlarut juga dipengaruhi oleh lama waktu pemasakan sehingga akan menurunkan kadar protein terlarut. Degradasi protein tersebut akan membentuk ikatan-ikatan peptida dan asam amino yang merubah struktur jaringan ikat daging menjadi sederhana seperti oligopetida (carnosine, balenine, dan anserine) yang memiliki kemampuan menghambat reaksi oksidatif dan kemampuan sebagai antioksidan. Nilai pH Ekstrak kulit nenas memiliki kandungan enzim bromelin yang mampu memecah struktur protein menjadi lebih sederhana. Tingginya volume enzim yang digunakan dalam pengempukan daging maka semakin cepat proses hidrolisis yang akan terjadi sehingga waktu yang dibutuhkan dalam pengempukan daging menjadi lebih singkat akan tetapi menyebabkan perubahan komposisi dan tingkat keasaman pada daging. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat keasaman (pH) daging itik tegal afkir yang dimarnasi dengan EKN dengan konsentrasi berbeda tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terlihat pada Tabel 1. Hal ini disebabkan dengan adanya gugus hydrogen pada peptide yang merupakan molekul organic polar, sehingga akan membentuk air dengan adanya gugus OH. Penambahan EKN mengakibatkan protein jaring ikat terhidrolisis menjadi beberapa asam amino penyusunnya, sehingga dihasilkan beberapa residu asam amino yang bersifat hidrofilik yang dapat meningkatkan pH daging. Namun, hasil penelitian tidak berbanding lurus dengan pendapat Lawrie (2005), peningkatan pH dapat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan denaturasi protein dalam sarkoplasma bukan tergantung pada tinggi ekstrak kulit nenas dalam perlakuan. 48 Tingkat keasaman (pH) daging itik afkir berkisar antara 6,20 hingga 6,10. Setelah marnasi dalam EKN dengan level berbeda tingkat keasaman mengalami penurunan hingga mencapai 6,05 sampai 5,89 atau mengalami penurunan sebesar 0,79 % akan tetapi tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap tingkat keasaman daging. Hal ini tidak berbanding lurus dengan pendapat Utami (2011), bahwa penambahan ekstrak buah nenas terhadap daging itik afkir memberikan perbedaan nyata (P<0,05) pada pH, dimana pH rata-rata adalah 6,02 (0%), 6,06 (5%), 6,21(10%), dan 6,35 (15%). Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan tidak berpengaruh seiring bertambah nya level EKN baik sebelum dan sesuadah digoreng dan nilai pH, akan tetapi berpengaruh terhadap kadar protein terlarut pada level (10 %) 7,55 persen. Daftar Pustaka Foyer. C. 1993. Scorbic Acid dalam : Antioxidant in Higher Plants.R.G. Alssher dan J.l.Hess (Eds) Boca Ration : CPC Press. hal 31-58 Ketaren. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta. Lawrie, R. A., 1995. Meat Science. Pent. A. Parakkasi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Oteku, I. T., Igene, J. O., Yessuf, I. M., 2006. An assessment of the factors influencing the consumption of duck meat in Southern Nigeria. Pakistan J. Nutrition 5 (5) : 474-477. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Penterjemah Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka, Jakarta. Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1989. Prosedur Analisia untuk Bahan Utami, D. P., Pudjomartatmo dan A. M. P. Nuhriawangsa. 2011. Manfaat Bromelin dari Ekstrak Buah Nenas (Ananas comocus L. Merr) dan Waktu Pemasakan untuk Meningkatkan Kualitas Daging Itik Afkir. Sains Peternakan Vol. 9 (2) 82-87. Zakaria, F.R. 1996. Peranan Zat-zat Gizi dalam Sistem Kekebalan tubuh. Dalam : Buletin Teknologi Industri Pangan 7 (3) :75:81.