BERITA DAERAH 19 ttg RETRIBUSI PERIKANAN

advertisement
BERITA DAERAH
KABUPATEN NIAS
NOMOR : 19
SERI : E
PERATURAN BUPATI NIAS
NOMOR 19 TAHUN 2013
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN
RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN
DI KABUPATEN NIAS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI NIAS,
Menimbang
: a. bahwa retribusi daerah merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah
yang
penting
guna
membiayai
pelaksanaan
pemerintahan
daerah
dalam melaksanakan pelayanan kepada
masyarakat
serta
mewujudkan
kemandirian daerah;
b. bahwa
sebagai
implementasi
dari
Pasal 56 Peraturan Daerah Kabupaten
Nias Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Retribusi Perizinan Tertentu, perlu
disusun petunjuk teknis pelaksanaan
pemungutan Retribusi Izin Usaha
Perikanan di Kabupaten Nias;
c. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b di atas, perlu menetapkan
Peraturan Bupati Nias tentang Petunjuk
Teknis
Pelaksanaan
Pemungutan
Retribusi Izin Usaha Perikanan di
Kabupaten Nias;
Mengingat
: 1. Undang-Undang
Nomor
Darurat
Nomor
7
Tahun
1956
tentang
Pembentukan
Daerah
Otonom
Kabupaten-Kabupaten
dalam
Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera
Utara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1092);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996
tentang Perairan Indonesia (Lembaran
Negara Republik lndonesia Tahun 1996
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia Nomor 3647);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
75,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang
Perbendaharaan
Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4433)
sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
tentang
Perubahan
Atas
UndangUndang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5073);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125; Tambahan
Lembaran Negara Repulik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
3
8.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
5038);
10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049);
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-Undangan
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
1983 tentang Kesehatan Masyarakat
Veteriner (Lembaran Negara Tahun
1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3253);
4
13. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
2005 tentang Tata Cara Penghapusan
Piutang
Negara/Daerah
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4488);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007
tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan
antara
Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
2010 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 119, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5161);
5
17. Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan
Keuangan
Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang
Perubahan
Kedua
atas
Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
18. Keputusan
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem
dan Prosedur Administrasi
Pajak
Daerah,
Retribusi
Daerah,
dan
Penerimaan Pendapatan Lain-Lain;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang
menjadi
Kewenangan
Pemerintah
Daerah Kabupaten Nias (Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Tahun 2008
Nomor 12 Seri E, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Nomor 13);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor
7
Tahun
2008
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas
Daerah Kabupaten Nias (Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Tahun 2008
Nomor 7 Seri D, Lembaran Daerah
Kabupaten Nias Nomor 8);
6
21. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor
9
Tahun
2008
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan
dan
Kelurahan
Kabupaten
Nias
(Lembaran Daerah Kabupaten Nias
Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Lembaran
Daerah Kabupaten Nias Nomor 10);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor
10
Tahun
2008
tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Nias (Lembaran Daerah Kabupaten Nias
Tahun 2008
Nomor 10 Seri D,
Lembaran Daerah Kabupaten Nias
Nomor 11);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor 7 Tahun 2011 tentang PokokPokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Nias
Tahun 2011 Nomor 7 Seri E);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Nias
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi
Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah
Kabupaten Nias Tahun 2011 Nomor 12
Seri C);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN BUPATI NIAS TENTANG
PETUNJUK
TEKNIS
PELAKSANAAN
PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN USAHA
PERIKANAN DI KABUPATEN NIAS.
7
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Nias.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah.
3. Bupati adalah Bupati Nias.
4. Dinas
Pendapatan
adalah Dinas Pendapatan
Kabupaten Nias.
5. Kepala Dinas Pendapatan
adalah Kepala Dinas
Pendapatan Kabupaten Nias.
6. Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Nias.
7. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan adalah Kepala
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nias.
8. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, yang selanjutnya
disingkat BPPT adalah Badan Pelayanan Perizinan
Kabupaten Nias.
9. Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, yang
selanjutnya disingkat Kepala BPPT adalah Kepala
Badan Pelayanan Perizinan Kabupaten Nias.
10. Camat adalah sebagai perangkat daerah kabupaten dan
daerah kota di wilayah kecamatan.
11. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya
disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah
di lingkungan Pemerintah Daerah.
12. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas
tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
13. Bendahara Penerimaan adalah Bendahara Penerimaan
pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Nias.
8
14. Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah sebagai
15.
16.
17.
18.
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau Badan.
Retribusi Izin Usaha Perikanan yang selanjutnya
disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa pelayanan dan pemberian
perizinan oleh Pemerintah Daerah.
Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah
Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang
pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan
atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum
dan menjaga kelestarian lingkungan.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan
usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Surat Izin Usaha Perikanan, yang selanjutnya disebut
SIUP, adalah izin tertulis yang harus dimiliki pelaku
usaha perikanan untuk melakukan usaha perikanan
dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum
dalam izin tersebut.
9
19. Tanda
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Daftar Usaha Perikanan, yang selanjutnya
disebut TDUP, adalah izin tertulis yang harus dimiliki
pelaku
usaha
pembudidayaan
ikan,
usaha
penangkapan ikan dan usaha pengelolaan hasil
perikanan skala mikro, untuk melakukan usaha
perikanan dengan menggunakan sarana produksi yang
tercantum dalam izin tersebut.
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
ikan dan lingkunganya mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
Pengelolaan Perikanan adalah semua upaya termasuk
proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi,
analisis,
perencanaan,
konsultasi,
pembuatan
keputusan,
alokasi
sumber
daya
ikan,
dan
implementasi serta penegakan hukum dari peraturan
perundang-undangan di bidang perikanan, yang
dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang
diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas
sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah
disepakati.
Sumber Daya Ikan adalah potensi semua jenis ikan.
Lingkungan Sumber Daya Ikan adalah perairan tempat
kehidupan sumber daya ikan termasuk biota dan faktor
alamiah sekitarnya.
Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau
sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam
lingkungan perairan.
Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk memperoleh
ikan di perairan umum yang tidak dalam keadaan
dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,
menangani, mengolah dan/atau mengawetkannya.
10
26. Pembudidayaan
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
Ikan
adalah
kegiatan
untuk
memelihara, membesarkan, dan/atau membiakan ikan
serta memanen hasilnya dalam lingkungan terkontrol.
Usaha budidaya perikanan meliputi budidaya ikan
konsumsi, ikan hias dan penangkaran benih.
Usaha pembenihan adalah kegiatan pembiakan ikan
yang dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol
dimulai dari pemeliharaan induk, pemijahan, dan/atau
penetasan telur, pemeliharaan larva sampai dengan
ukuran benih dengan tujuan komersial.
Konservasi
Sumberdaya
Ikan
adalah
upaya
perlindungan,
pelestarian,
dan
pemanfaatan
sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis dan
genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan
kesinambungannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman
sumber daya ikan.
Usaha Perikanan adalah semua usaha pribadi atau
badan usaha untuk melakukan penangkapan atau
membudidayakan ikan.
Perusahaan Perikanan adalah perusahaan yang
melakukan usaha perikanan dan dilakukan oleh Warga
Negara Republik Indonesia atau Badan Hukum
Indonesia.
Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan.
Nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Pembudidaya
Ikan
adalah
orang
yang
mata
pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan.
Pembudidayaan Ikan Kecil adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi.
11
36. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
yang terorganisir baik merupakan badan hukum
maupun bukan badan hukum.
Kolam penampungan adalah kolam yang berfungsi
untuk menampung ikan yang sifatnya sementara untuk
dijual kepada konsumen.
Kolam pemancingan adalah kolam ikan yang digunakan
untuk usaha komersial/hobby untuk pemancingan.
Perairan umum adalah bagian dari perairan daratan
yang merupakan bagian permukaan bumi yang secara
permanen atau berkala digenangi air dan terbentuk
secara alami atau buatan yang dikuasai / dimiliki oleh
negara (seperti : situ, waduk, rawa, sungai, cekungan,
sodetan sungai).
Kolam budidaya ikan hias adalah kolam ikan yang
digunakan untuk membudidayakan ikan komersial/
hobby.
Kolam air deras adalah kolam untuk pemeliharaan ikan
air tawar dengan menggunakan air mengalir yang debit
airnya lebih dari 20 liter/detik.
Kolam air tenang adalah kolam untuk pemeliharaan
ikan yang aliran air masuk serta keluarnya tidak lebih
dari 5 liter/detik/1.000 m2.
Nota Perhitungan Retribusi Izin Usaha Perikanan, yang
selanjutnya disingkat Nota Perhitungan adalah hasil
penghitungan besaran retribusi izin usaha perikanan
oleh Tim Penghitungan Retribusi izin usaha perikanan
sesuai ketentuan perundang-undangan.
Tim Penghitungan Retribusi Izin Usaha Perikanan
adalah Tim yang dibentuk oleh Kepala BPPT atas nama
Bupati, yang beranggotakan unsur BPPT, unsur Dinas
Pendapatan dan SKPD yang menangani urusan
kegiatan usaha izin Usaha Perikanan serta SKPD terkait
lainnya.
12
45. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu
46.
47.
48.
49.
50.
51.
yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi
untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari
Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya
disingkat SSRD adalah bukti pembayaran atau
penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan
cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran
yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
Surat Tanda Setoran yang selanjutnya disingkat STS
adalah surat bukti setoran retribusi, pajak daerah dan
lain-lain pendapatan asli daerah ke Kas Umum Daerah
oleh Bendahara Penerimaan.
Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya
disingkat RKUD adalah rekening kas umum pemerintah
daerah pada PT. Bank Sumut Cabang Gunungsitoli
dengan Nomor AC. 004.
Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang
menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang
terutang.
Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang
selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan
retribusi
yang
menentukan
jumlah
kelebihan
pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi
lebih besar daripada retribusi yang terutang atau
seharusnya tidak terutang.
Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di
bidang
retribusi
daerah
serta
menemukan
tersangkanya.
13
BAB II
ASAS, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pengelolaan Perikanan dilakukan berdasarkan asas
manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan,
keterbukaan, efisiensi, ramah lingkungan, berkelanjutan
dan bertanggungjawab.
Pasal 3
Pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tujuan :
a. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan;
b. mencapai pemanfaatan sumber daya ikan, lahan
pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumber daya
ikan secara optimal;
c. menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan
pembudidayaan ikan, dan tata ruang;
d. meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan
daya saing;
e. meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber
protein ikan;
f. meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk
pengolahan ikan;
g. mendorong perluasan dan kesempatan kerja;
h. meningkatkan taraf hidup pembudidaya ikan dan
penangkap ikan.
BAB III
NAMA, SUBJEK DAN OBJEK
Pasal 4
Dengan nama Retribusi Izin Usaha Perikanan dipungut
retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan pemberian
izin usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.
14
Pasal 5
Subjek retribusi Izin Usaha Perikanan adalah pelaku usaha
perikanan di daerah yang meliputi usaha perorangan,
usaha kelompok dan perusahaan berbadan hukum.
Pasal 6
(1) Objek retrbusi izin usaha perikanan ialah izin kegiatan
usaha dengan tujuan komersial di bidang penangkapan
ikan dan budidaya ikan yang memerlukan izin dari
pemerintah daerah.
(2) Tidak termasuk objek Retribusi sebagaimanadimaksud
pada ayat (1) adalah usaha/kegiatan di bidang
perikanan yang tidak memerlukan izin berdasarkan
peraturan perundang-undangan di sektor perikanan.
BAB IV
PENGELOLAAN PERIKANAN
Pasal 7
(1) Pengelolaan perikanan dalam wilayah pengelolaan
perikanan daerah dilakukan untuk tercapainya manfaat
sumber daya ikan yang optimal, berkelanjutan dan
bertanggungjawab,
serta
terjaminnya
kelestarian
sumber daya ikan tersebut.
(2) Pengelolaan perikanan untuk kepentingan penangkapan
ikan
dan
pembudidayaan
ikan
harus
mempertimbangkan kultur setempat serta melibatkan
peran serta masyarakat setempat.
Pasal 8
(1) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan pengelolaan
sumber daya ikan, Bupati menetapkan :
a. rancang bangun pengelolaan perikanan;
b. mengalokasikan lahan pembudidayaan ikan di
wilayah pengelolaan perikanan daerah;
15
c. perairan umum untuk kegiatan penangkapan ikan
di wilayah pengelolaan perikanan daerah;
d. pembudidayaan ikan dan perlindungannya;
e. daerah dan waktu penangkapan ikan;
f. jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan;
g. jumlah tangkapan yang diperbolehkan di wilayah
pengelolaan perikanan daerah;
h. jenis ikan dan wilayah penebaran kembali
(restocking) serta penangkapan ikan berbasis
budidaya;
i. pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber
daya ikan serta lingkungannya;
j. rehabilitasi dan peningkatan sumber daya ikan
serta lingkungannya.
(2) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
pengelolaan perikanan wajib mematuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 9
(1) Setiap orang dilarang melakukan penangkapan ikan
dan/atau pembudidayaan ikan dengan menggunakan
bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat
dan/atau cara dan/atau bangunan yang dapat
merugikan
dan/atau
membahayakan
kelestarian
sumber daya ikan dan/atau lingkungannya di wilayah
pengelolaan perikanan daerah.
(2) Pemilik perusahaan pembudidayaan ikan, kuasa pemilik
perusahaan
pengelolaan
pembudidayaan
ikan,
dan/atau penanggung jawab perusahaan pembudidaya
ikan yang melakukan usaha pembudidayaan ikan
dilarang menggunakan bahan kimia, bahan biologis,
bahan peledak dan/atau cara dan/atau bangunan yang
dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian
sumber daya ikan dan/atau lingkungannya di wilayah
pengelolaan perikanan daerah.
16
(3) Penggunaan bahan kimia, bahan biologis, bahan
peledak, alat dan/ atau cara dan/atau bangunan untuk
penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperbolehkan
hanya utuk penelitian.
Pasal 10
(1) Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan
sumber daya ikan dan/atau lingkungannya di wilayah
pengelolaan perikanan daerah.
(2) Setiap orang dilarang membudidayakan ikan yang
dapat membahayakan sumber daya ikan, lingkungan
sumber daya ikan dan/atau kesehatan manusia di
wilayah pengelolaan perikanan daerah.
(3) Setiap orang dilarang menggunakan obat-obatan dalam
pembudidayaan ikan yang dapat membahayakan
sumber daya ikan, lingkungan sumber daya ikan
dan/atau kesehatan manusia di wilayah pengelolaan
perikanan daerah.
Pasal 11
Ikan hasil penangkapan dan/atau pembudidayaan harus
memenuhi standar mutu dan keamanan hasil perikanan.
Pasal 12
Setiap orang dilarang menggunakan bahan baku, bahan
tambahan makanan, bahan penolong yang membahayakan
kesehatan
manusia
dan/atau
lingkungan
dalam
melaksanakan penanganan ikan.
17
BAB V
USAHA PERIKANAN
Pasal 13
Usaha perikanan di daerah terdiri dari :
a. penangkapan ikan;
b. pembudidayaan ikan.
Pasal 14
(1) Penangkapan ikan sebagaimana dimaksud Pasal 13
huruf a adalah penangkapan ikan di perairan umum
untuk usaha dengan menggunakan alat tangkap,
meliputi :
a. pancing;
b. sirib/anco;
c. jala;
d. bubu;
e. jaring insang(gillnet).
(2) Pembudidayaan ikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 huruf b terdiri dari pembudidayaan di air
tawar dengan skala usaha tertentu, meliputi :
a. budidaya ikan di kolam air tenang/sawah;
b. budidaya ikan di perairan umum;
c. budidaya ikan di kolam air deras;
d. budidaya ikan hias;
e. usaha kolam pemancingan;
f. usaha di kolam penampungan.
(3) Skala usaha perikanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati atas usul
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan.
18
BAB VI
PERIZINAN
Pasal 15
(1) Setiap orang yang melakukan usaha perikanan di
bidang penangkapan, pengolahan hasil perikanan dan
pembudidayaan wajib memiliki Surat Izin Usaha
Perikanan (SIUP).
(2) Kewajiban memiliki SIUP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tidak berlaku pada nelayan kecil dan/atau
pembudidaya ikan kecil berskala usaha mikro.
(3) Untuk pembudidaya ikan kecil berskala mikro wajib
memiliki Tanda Daftar Usaha Perikanan (TDUP), yang
selanjutnya akan diatur oleh Kepala Dinas Kelautan
dan Perikanan bersama dengan Kepala BPPT.
Pasal 16
(1) Nelayan kecil dan/atau pembudidaya ikan kecil
berskala mikro mendaftarkan diri dan kegiatannya pada
Dinas Kelautan dan Perikanan, tanpa dikenai biaya.
(2) Pendaftaran nelayan kecil dan/atau pembudidaya ikan
kecil berskala mikro dilakukan untuk keperluan
pendataan statistik serta pemberdayaan ekonomi
masyarakat perikanan.
(3) Nelayan kecil bebas menangkap ikan di seluruh wilayah
pengelolaan perikanan daerah dengan tetap mematuhi
ketentuan Pasal 9 ayat (1).
(4) Pembudidaya ikan kecil dapat membudidayakan
komoditas ikan pilihan di seluruh wilayah pengelolaan
perikanan daerah dengan tetap mematuhi ketentuan
pada Pasal 9 ayat (1).
(5) Nelayan kecil dan/atau pembudidaya ikan kecil harus
ikut serta menjaga kelestarian lingkungan perikanan
dan keamanan pangan hasil perikanan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
19
Pasal 17
(1) SIUP diterbitkan oleh Kepala BPPT atas nama Bupati.
(2) Masa berlaku SIUP selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang untuk 3 (tiga) tahun berikutnya.
BAB VII
PERSYARATAN DAN TATA CARA MEMPEROLEH IZIN
Pasal 18
(1) Untuk memperoleh Izin Usaha Perikanan sesuai dengan
Pasal 15, pelaku usaha perikanan mengajukan
permohonan secara tertulis Kepada Kepala BPPT
melalui Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan dengan
melampirkan persyaratan administrasi yang terdiri
dari :
a. formulir Isian DPD-45 (Tersedia di BPPT, dan diisi
dengan jelas, benar dan lengkap).
b. dokumen teknik kapal yang telah dimiliki.
c. foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon
(perorangan, ketua kelompok, atau pimpinan/
penanggungjawab perusahaaan), sebanyak 2 (dua)
lembar.
d. map biasa, sebanyak 3 (tiga) buah.
e. pas photo ukuran 3x4 cm, sebanyak 3 (tiga) lembar.
f. Materai Rp. 6.000,- sebanyak 2 (dua) lembar.
g. foto copy akta pendirian perusahaan dan NPWP bagi
badan hukum (bagi yang memiliki).
h. rencana usaha (bagi yang memiliki).
i. dokumen lingkungan sesuai dengan kapasitas bagi
badan hukum.
j. foto copy Izin Gangguan (HO) bagi yang berbadan
hukum.
(2) Untuk memperoleh perpanjangan SIUP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17, pelaku usaha perikanan
harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala
BPPT melalui Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan.
20
Pasal 19
Tata cara pengajuan permohonan, perpanjangan SIUP,
penundaan dan/atau penolakan SIUP serta bentuk-bentuk
formulir yang digunakan ditetapkan dengan Keputusan
Bupati atas usul Kepala BPPT bersama Kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan.
Pasal 20
(1) Pemberian SIUP dapat ditunda apabila menurut hasil
penelitian terdapat dokumen yang masih belum
lengkap.
(2) Penundaan pemberian SIUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan secara tertulis disertai
penetapan batas waktu yang telah ditetapkan.
(3) Permohonan SIUP dapat ditolak apabila sampai batas
waktu penundaan, pemohon tidak menyampaikan
dokumen yang harus dilengkapi.
(4) Penolakan permohonan SIUP sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dilakukan secara tertulis dan disertai
dengan alasan penolakan.
Pasal 21
Pemegang
Surat
Izin
Usaha
Perikanan
berkewajiban :
a. melaksanakan ketentuan dalam SIUP;
b. menyampaikan laporan kegiatannya setiap
kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan;
c. merealisasikan rencana usahanya;
d. membayar retribusi.
(SIUP)
tahun
Pasal 22
(1) SIUP tidak berlaku atau berakhir apabila :
a. telah habis masa berlakunya;
b. pelaku usaha perikanan melakukan alih usaha.
(2) Tata cara pelaksanaan pencabutan SIUP ditetapkan
dengan Keputusan Bupati atas usul Kepala BPPT
bersama Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan.
21
BAB VIII
RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Nama, Objek, dan Subjek Retribusi
Pasal 23
Dengan nama Retribusi Izin Usaha Perikanan dipungut
retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan pemberian
Izin kepada orang pribadi atau Badan untuk melakukan
kegiatan usaha penangkapan dan/atau pembudidayaan
ikan.
Pasal 24
(1) Objek Retribusi adalah pemberian Izin kepada orang
pribadi atau Badan untuk melakukan kegiatan usaha
penangkapan dan/atau pembudidayaan ikan.
(2) Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan bagi nelayan kecil dan/atau pembudidaya
ikan kecil.
Pasal 25
(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin usaha perikanan dari Pemerintah
Daerah.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi
izin usaha perikanan.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi
Pasal 26
Retribusi Izin Gangguan digolongkan ke dalam Retribusi
Perizinan Tertentu.
22
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 27
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi
Izin Usaha Perikanan didasarkan pada tujuan untuk
menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan
pemberian izin yang bersangkutan.
(2) Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi penerbitan dokumen
izin dan penatausahaan dari pemberian izin tersebut.
Pasal 28
(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga)
tahun sekali.
(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga
dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati atas usul
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan bersama dengan
Kepala Dinas Pendapatan.
Bagian Keempat
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 29
Tingkat penggunaan jasa Retribusi berdasarkan jenis ikan
dan ukuran kapal, luas usaha dan jangka waktu.
Pasal 30
(1) Struktur dan besarnya tarif Retribusi Izin Usaha
Perikanan adalah ditetapkan sebagai berikut :
23
No
Ukuran
Alat Penangkapan Ikan
Tarif (Rp)
Kapal
0.5-3 GT Long
Line
dan/atau
60.000,Pancing Rawai Dasar
GT Sda
120.000,1. 3-5
5-7
GT Sda
180.000,7-10 GT Sda
240.000,0.5-3 GT Pukat Udang
120.000,3-5
GT Sda
240.000,2.
5-7
GT Sda
600.000,7-10 GT Sda
700.000,0.5-3 GT Pukat Ikan
72.000,3-5
GT Sda
156.000,3.
5-7
GT Sda
228.000,7-10 GT Sda
330.000,4. 5-10 GT Pukat Cincin
30.000,-/GT
0.5-3 GT Jaring Isang
48.000,3-5
GT Sda
96.000,5.
5-7
GT Sda
144.000,7-10 GT Sda
210.000,0.5-3 GT Bubu
24.000,3-5
GT Sda
48.000,6.
5-7
GT Sda
72.000,7-10 GT Sda
108.000,7. Alat Penangkapan Ikan dengan 300.000,-/unit
Jermal
8. Alat Penangkap Ikan dengan Bagan 240.000,-/unit
Boat
9. Kapal Pengangkutan hasil Perikanan
24.000,-/unit
(carrier boat)
10. Alat Penangkapan Ikan dengan
30.000,-/unit
Pancang
24
(2) Struktur dan besarnya tarif retribusi Pembudidayaan
Ikan adalah sebagai berikut :
No
Jenis Usaha
Tarif (Rp)
Pembudidayaan
1
2
1. usaha pembudidayaan ikan
laut
2 usaha pembudidayaan ikan
atau udang di tambak :
a. Tambak
tradisional/alam
b. Tambak semi insentif
c. Tambak insentif
3. usaha pembudidayaan ikan
hias
4. usaha pembudidayaan biota
perairan lainnya
5. usaha pembudidayaan ikan
di kolam
6. usaha pembudidayaan ikan
di sungai, rawa, dan waduk
usaha pembenihan ikan di
kolam, danau atau waduk
7.
lebih dari 10.000 (sepuluh)
ribu ekor
8. usaha pembudidayaan ikan
di kolam pemancingan
9. usaha
pengolahan
(pengawetan) ikan
3
2.000,-/M2
100,-/M2
150,-/M2
200,-/M2
25.000,-/M2
1.500,-/M2
150,-/M2
1.000,-/M2
25.000,-/Tahun
60.000,-/Petak
Kolam
60.000,-/unit
Bagian Kelima
Tata Cara Pemungutan
Pasal 31
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan
25
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan, sebelum penerbitan
izin usaha perikanan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa Nota Perhitungan.
(4) Nota Penghitungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ditetapkan oleh Kepala BPPT atau Kepala Bidang
yang dihunjuk.
(5) Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar atas
penghitungan kurang bayar, dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen)
setiap bulan dari retribusi yang terutang kurang bayar
dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(6) Penagihan retribusi terhutang sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) didahului Surat Teguran.
(7) Apabila dalam kurun waktu 5 (lima) bulan setelah
dikeluarkan STRD, Wajib Retribusi masih belum
melunasi retribusi terutang kurang bayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), penerbitan izin usaha
perikanan untuk Wajib Retribusi dapat ditinjau ulang
atau dibatalkan.
Pasal 32
(1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus
(2) Besaran Retribusi yang tercantum dalam SKRD atau
Nota Perhitungan, dibayar oleh Wajib Retribusi kepada
Bendahara Penerimaan atau ke RKUD.
(3) Bendahara Penerimaan dalam waktu paling lama 1 X
24 jam telah menyetorkan retribusi ke RKUD.
Bagian Keenam
Saat Retribusi Terutang
Pasal 33
Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkan SKRD
atau nota perhitungan.
26
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 34
Pada saat Peraturan Bupati Nias ini mulai berlaku, semua
peraturan atau ketentuan mengenai petunjuk teknis
pelaksanaan Pemungutan Retribusi Izin Usaha Perikanan
di Kabupaten Nias dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
Peraturan Bupati Nias ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati Nias ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Nias.
Ditetapkan di Gunungsitoli Selatan
pada tanggal 24 April 2013
BUPATI NIAS,
ttd
SOKHIATULO LAOLI
Diundangkan di Gunungsitoli Selatan
pada tanggal
24 April 2013
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NIAS,
O’OZATULO NDRAHA
BERITA DAERAH KABUPATEN NIAS TAHUN 2013 NOMOR : 19 SERI : E
27
Download