I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspergillosis merupakan penyakit fungal yang menyerang semua jenis burung dan unggas, umumnya menyerang organ pernafasan walaupun dapat juga bersifat sistemik menyerang organ lain seperti hepar dan otak. Aspergillosis ditularkan dari lingkungan namun penularan antar unggas tidak terjadi. Aspergillosis dapat disebabkan oleh beberapa jenis Aspergillus sp. namun paling sering disebabkan oleh Aspergillus fumigatus (Musa et al., 2014). Terdapat dua faktor penyebab timbulnya penyakit ini, yaitu jumlah spora dan yang kedua kekebalan hospes. Beberapa jenis hewan pernah dilaporkan terinfeksi aspergillosis seperti kelompok burung anseriformes, galiformes, psittaciformes, columbiformes, passeriformes, falconiformes dan lain-lain. Pada burung peliharaan dan unggas produksi, aspergillosis dapat menyebabkan beberapa kerugian seperti hilangnya suara, berkurangnya performa dan kematian (Beernaert et al., 2009; Reza et al., 2013) Metode diagnosa penyakit aspergillosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, gejala klinis, hematologi, radiologi dan sejarah hewan tersebut kemudian diteguhkan dengan kultur fungi dan pemeriksaan histopatologi (Chege et al., 2013). Dari beberapa metode diagnosa tersebut, pengamatan gejala klinis dan pemeriksaan histopatologi merupakan metode yang dinilai murah dan mudah untuk dilakukan. Organ pernafasan merupakan target utama penyakit ini, namun hepar juga dapat mengalami perubahan namun belum banyak diteliti, sehingga diperlukan 1 2 penelitian untuk mengetahui gejala klinis dan gambaran histopatologi hepar dari penyakit aspergillosis. Beberapa hewan coba dan metode infeksi sudah dilaporkan contohnya secara inhalasi spora dan injeksi intravena spora pada kalkun (Femenia et al., 2007), injeksi intratrakeal pada starling, burung puyuh, merpati dan alap-alap (Beernaert et al., 2008), serta injeksi intra air sac pada kalkun dan merpati balap (Arne et al., 2014). Mortalitas, morbiditas dan gejala penyakit aspergillosis bergantung dari jenis hewan, jumlah spora dan rute inokulasi hewan coba. Berdasarkan hal tersebut penggunaan hewan coba broiler yang diinfeksi intra air sac dilakukan karena dinilai dapat menggambarkan gejala alami penyakit aspergillosis dan dapat dijadikan acuan diagnosa terhadap jenis unggas lain. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala klinis dan gambaran histopatologis hepar pada broiler yang diinfeksi buatan dengan Aspergillus fumigatus. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti dan pemelihara unggas khususnya broiler mengenai gejala klinis dan gambaran histopatologis hepar pada ayam yang terinfeksi Aspergillus fumigatus sehingga penanganan dan pencegahan penyakit ini dapat dilakukan lebih awal.