BAB II KERANGKA TEORI Pada bagian ini, peneliti mengemukan mengenai teori maupun konsep dari kedua variabel yang akan diteliti yakni variabel budaya organisasi dan kinerja karyawan pada perusahaan BPJS Ketenagakerjaan Kanwil Sumbagut Medan, hal ini dilakukan agar penelitian lebih terarah dalam pencapaian tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti. Kerangka teori berisikan mengenai gambaran atau batasan – batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan. Teori merupakan pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa (kejadian), dan asas-asas, hukum-hukum umum yang menjadi dasar sesuatu kesenian atau ilmu pengetahuan, serta pendapat cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu. 2.1 Budaya Organisasi 2.1.1 Pengertian Budaya Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya (culture) berasal dari perkataan lain yakni colere yang memiliki arti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama mengolah atau bertani atau dapat juga diartikan sebagai segala daya dan Universitas Sumatera Utara aktivitas untuk mengolah dan mengubah alam. Budaya merupakan nilai nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai acuan bersama yang diakui dan dihormati. Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan kelompok manusia untuk waktu yang lama. Menurut Stoner (1995:181) budaya (culture) adalah gabungan kompleks dari asumsi, tingkahlaku, cerita, mitos, metafora, dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu. 2.1.2 Pengertian Organisasi Menurut J.R. Schermerhorn (dalam Tika 2006:3) Organisasi adalah kumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Chester J.Bernard (dalam tika 2006:4) organisasi adalah kerja sama dua orang atau lebih, suatu sistem dari aktivitas-aktivitas atau kekuatan-kekuatan perorangan yang dikoordinasikan secara sadar. Sedangkan menurut Philip Selzick (dalam Tika 2006:4) Organisasi adalah pengaturan personil guna memudahkan pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan melalui alokasi fungsi dan tanggung jawab. Berdasarkan ketiga definisi organisasi di atas, dapat diketahui bahwa halhal yang tercakup dalam organisasi terdiri dari: 1. Kumpulan dua orang atau lebih 2. Kerja sama 3. Tujuan bersama 4. Sistem koordinasi kegiatan 5. Pembagian tugas dan tanggung jawab personil Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Pengertian Budaya Organisasi Budaya organisasi sering dikaitkan dengan budaya yang berlaku didalam sebuah perusahaan, karena perusahaan pastilah membentuk sebuah organisasi, organisasi merupakan sekumpulan beberapa orang (lebih dari 2 orang) yang membentuk kelompok atau satuan kerja yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Pada penelitian yang dilakukan ini, peneliti memfokuskan pada budaya organisasi yang berlaku di sebuah perusahaan dimana selanjutnya antara budaya organisasi dan budaya perusahaan memiliki sinonim yang sama yakni apabila disebutkan budaya organisasi maka dapat diartikan sebagai budaya perusahaan, sedangkan apabila disebutkan budaya perusahaan maka dapat diartikan sebuah budaya organisasi yang berlaku diebuah perusahaan. Budaya organisasi merupakan sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi yang erat kaitanya dalam sebuah perusahaan. Menurut Taliziduhu Ndraha dalam bukunya Budaya Organisasi (2003:4) menyatakan bahwa budaya perusahaan (Corporate Culture) adalah aplikasi dari budaya Organisasi terhadap badan usaha (perusahaan). Lebih spesifik lagi, jika budaya organisasi diaplikasikan pada manajemen organisasi, lahirlah konsep budaya manajemen. Universitas Sumatera Utara Sedangkan Menurut Phiti Sithi Amnuai dalam tulisannya How to Build a Corporation Culture (dalam Tika, 2006: 4) budaya organisasi adalah seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal. Kotter dan Heskett (dalam Tika, 2006: 19) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan nilai yang dianut secara bersama oleh anggota organisasi, cenderung membentuk perilaku kelompok. Nilai-nilai sebagai budaya organisasi cenderung tidak terlihat maka sangat sulit berubah. Sedangkan norma perilaku kelompok dapat dilihat dan tergambar pada pola tingkah laku dan gaya anggota organisasi relatif dapat berubah. Menurut beberapa ahli ahli diantaranya Peter F. Druicker, Phiti Sithi Amnuai, dan Edgar (dalam Tika, 2006:5) dikemukakan unsur-unsur dalam budaya organisasi yakni sebagai berikut : a) Asumsi Dasar Dalam budaya orgaisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk berprilaku b) Keyakinan yang dianut Dalam budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan dilaksanakan oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai yang data berbentuk slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan umum organisasi/perusahaan, filosofi usaha, atau prinsip-prinsip menjelaskan usaha. Universitas Sumatera Utara c) Pemimpin atau kelompok pencipta dan pengembangan budaya organisasi. Budaya organisasi perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin organisasi/perusahaan atau kelompok tertentu dalam organisasi atau perusahaan tersebut. d) Pedoman mengatasi masalah Dalam organisasi/perusahaan, terdapat dua masalah pokok yang sering muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal. Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama anggota organisasi e) Berbagi nilai (Sharing of Value) Dalam budaya organisasi perlu berbagai nilai terhadap apa yang paling diinginkan atau apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang. f) Pewarisan (learning process) Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berprilaku dalam organisasi/perusahaan tersebut. g) Penyesuaian (adaptasi) Perlu penyesesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma yang berlaku dalam kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi organisasi/perusahaan terhadap perubahan lingkungan 2.1.4 Karateristik Budaya Organisasi Menurut Robins (dalam Tika, 2006:10) terdapat beberapa karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokkan, akan menjadi budaya yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Inisiatif individu yakni kebebasan atau independensi yang dimiliki oleh setiap individu didalam mengemukakan ide, gagasan, dan pendapat dalam rangka memajukan dan mengembangkan organisasi/ perusahaan, inisiatif ndividu ini perlu untuk dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi. 2. Toleransi terhadap tindakan beresiko yakni sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko dalam mengambil kesempatan yang dapat memajukan dan mengembangkan organisasi. Tindakan yang beresiko yang dimaksudkan adalah segala akibat yang timbul dari pelaksanan tugas dan fungsi yang dilakukan oleh pegawai 3. Pengarahan dimaksudkan sejauh mana pimpinan suatu organisasi dapat menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan, sehingga para pegawai dapat memahaminya dan segala kegiatan yang dilakukan para pegawai mengarah pada pencapaian tujuan organisasi. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi. 4. Integrasi yaitu sejauhmana suatu organisasi dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit-unit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan. Menurut Handoko (2003:195) koordinasi merupakan proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada unit-unit yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan. Universitas Sumatera Utara 5. Dukungan manajemen yaitu sejauh mana para pimpinan organisasi dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap pegawai. Salah satu yang merupakan dukungan dari manajemen itu sendiri seperti kegiatan pelatihan untuk menambah wawasan pegawai dalam menjalankan tugasnya. 6. Kontrol merupakan pengawasan dari para pimpinan terhadap para pegawai dengan menggunakan peraturan-peraturan maupun normanorma yang telah ditetapkan demi kelancaran organisasi. Untuk itu diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga pengawas dalam hal ini yakni satuan pengawas intern maupun atasan langsung untuk mengawasi dan mengendalikan prilaku pegawai dalam organisasi/perusahaan. Pengawasan menurut Handoko (2003:360) dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuantujuan organisasi tercapai. 7. Identitas dimaksudkan sejauh mana para anggota/karyawan suatu organisasi/perusahaan dapat mengidentifkasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian professional tertentu. Identitas diri sebagai satu kesatuan dalam perusahaan sangat membantu manajemen dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi/perusahaan. 8. Sistem Imbalan sejauhmana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Sistem imbalan yang didasarkan atas prestasi kerja Universitas Sumatera Utara pegawai dapat mendorong pegawai untuk bertindak dan berprilaku inovatif dan mencari prestasi kerja yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang dimilikinya. 9. Toleransi terhadap konflik yaitu sejauhmana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka guna memajukan organisasi, dan bagaimana pula tanggapan organisasi terhadap konflik yang tersebut. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering terjadi didalam sebuah perusahaan, namun perbedaan pendapat tidak selamanya berdampak negative melainkan dapat berdampak positif yakni dapat dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau perubahan strategi untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. 10. Pola komunikasi yaitu sejauh mana komunikasi dalam organisasi yang dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal dapat bejalan dengan baik. Menurut Handoko (2003: 272) komunikasi itu sendiri merupakan proses pemindahan pengertian atau informasi dari seseorang ke orang lain. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan sasarannya, sehingga akhirnya dapat memberikan hasil yang lebih efektif. 2.1.5 Fungsi Budaya Organisasi Tika, Moh. Pabundu (2006: 14) di dalam bukunya “Budaya organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan” menyatakan terdapat sepuluh fungsi utama budaya organisasi diantaranya sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Pertama, Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun kelompok lain. Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh suatu organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki organisasi atau kelompok lain. Kedua, Sebagai perekat bagi anggota organisasi dalam suatu organisasi. Hal ini merupakan bagian dari komitmen kolektif dari anggota organisasi. Mereka bangga sebagai karyawan suatu organisasi atau perusahaan. Para karyawan mempunyai rasa memiliki, partisipasi, dan rasa tanggung jawab atas kemajuan perusahaannya. Ketiga, Mempromosikan stabilitas sistem sosial. Hal ini tergambarkan di mana lingkungan kerja dirasakan positif, mendukung dan konflik serta perubahan diatur secara efektif. Keempat, Sebagai mekanisme kontrol dalam memadu dan membentuk sikap serta perilaku anggota-anggota organisasi. Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol, didatarkannya struktur, diperkenalkannya tim-tim dan diberi kuasanya anggota organisasi oleh organisasi, makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat memastikan bahwa semua orang diarahkan kearah yang sama. Kelima, Sebagai integrator. Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai integarator karena adanya sub-sub budaya baru. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh adanya perusahaan-perusahaan di mana setiap unit terdapat sub budaya baru. Keenam, Membentuk perilaku bagi anggotaanggota organisasi, dimaksudkan agar anggota-anggota organisasi dapat memahami bagaimana mencapai tujuan organisasi. Ketujuh, Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok Universitas Sumatera Utara organisasi. Budaya organisasi diharapkan dapat mengatasi masalah adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal. Kedelapan, Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan. Fungsi budaya organisasi adalah sebagai acuan untuk menyusun perencanaan pemasaran, segmentasi pasar, penentuan positioning yang akan dikuasai perusahaan tersebut. Kesembilan, Sebagai alat komunikasi. Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya, serta antar anggota organisasi. Budaya sebagai alat komunikasi tercermin pada aspek-aspek komunikasi yang mencakup kata-kata, segala sesuatu yang bersifat material dan perilaku. Kesepuluh, Sebagai penghambat berinovasi. Budaya organisasi bisa menjadi penghambat dalam berinovasi. Hal ini terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu mengatasi masalah-masalah yang menyangkut lingkungan eksternal dan integrasi internal. 2.1.6 Pembentukan Budaya Organisasi Unsur-unsur pemenbentuk Budaya Organisasi Menurut Deal&Kennedy dalam bukunya Corporate Culture (dalam tika 2006:16) menyebutkan ada beberapa unsur yang berpengaruh terhadap pembentukan budaya organisasi diataranya sebagai berikut : 1. Lingkungan usaha Kelangsungan hidup organisasi ditentukan oleh kemampuan organisasi memberi tanggapan yang tepat terhadap peluang dan Universitas Sumatera Utara tantangan lingkungan. Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus dilakukan organisasi agar bisa berhasil. Lingkungan usaha yang terpengaruh antara lain meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan, teknologi, pemasok, kebijakan pemerintah dan lain-lain. Untuk itu, organisasi harus melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi kondisi tersebut antara lain seperti kebijakan penjualan penemuan baru, atau pengelolaan biaya dalam menghadapi realitas pasar yang berbeda dengan lingkungan usahanya. 2. Nilai-nilai Nilai-nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi. Setiap organisasi mempunyai nilai-nilai inti sebagai pedoman berpikir dan bertindak bagi semua warga dalam mencapai tujuan atau misi organisasi. Nilai -nilai inti yang dianut bersama oleh anggota organisasi antara lain dapat berupa slogan atau moto yang dapat berfungsi sebagai jati diri bagi orang yang berada dalam organisasi karena ada rasa yang berbeda dengan organisasi lainnya. Dan dapat dijadikan harapan konsumen untuk memperoleh kualitas pelayanan yang baik. 3. Pahlawan Panutan bisa berasal dari pendiri perusahaan, manajer, kelompok organisasi atau perorangan yang berhasil menciptakan nilai-nilai organisasi. Peraturan ini bisa menumbuhkan idealisme, semangat Universitas Sumatera Utara dan tempat mencari petunujuk bila terjadi kesulitan atau masalah dalam organisasi. 4. Ritual Ritual adalah deretan berulang dari kegiatan yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama organisasi itu, tujuan apakah yang paling penting, orang-orang manakah yang penting dan mana yang dapat dikorbankan. Acara-acara rutin ini diselenggarakan oleh organisasi-organisasi dalam rangka memberikan penghargaan kepada anggotanya. 5. Jaringan budaya Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya merupakan saluran komunikasi primer. Fungsinya menyalurkan informasi dan memberikan interpretasi terhadap informasi. Melalui jaringan informal, kehebatan perusahaan diceritakan dari waktu ke waktu. 2.1.7 Proses Pembentukan Budaya Organisasi Menurut Schein dalam bukunya Organizational Culture and Leadership (dalam Tika 2006:17) terbentuknya suatu budaya organisasi dapat dianalisis dari 3 teori yakni : 1. Teori Sociadynamic Teori ini menitikberatkan pengamatan secara detail mengenai kelompok penelitian, kelompok terapi, dan kelompok kerja yang mempunyai proses interpersonal dan emosional guna membantu Universitas Sumatera Utara menjelaskan apa yang dimaksud dengan berbagi share pandangan yang sama dari suatu masalah dan mengembangkan share tersebut. Setiap individu perlu merasakan bahwa ia adalah anggota kelompok dan bagaimana setiap anggota kelompok menyelesaikan kembali konflik inti antara keinginan yang diinginkan oleh kelompok tetapi menghilangkan identitas personil dengan keinginan secara otonomi atau bebas dari kelompoknya dimana bisa tersisih atau kehilangan sebagai anggota kelompok. 2. Teori kepemimpinan Teori ini menekankan hubungan antara pemimpin dengan kelompok dan efek personalitas dan gaya kepemimpinan terhadap formasi kelompok yang sangat relevan dengan pengertian bagaimana budaya terbentuk. Schein (dalam Tika 2006:18) membagi 2 yakni tugas dan gaya kepemimpinan dalam kelompok. a) Tugas dan kepemimpinan dan kelompok Tugas ini menekankan perbedaan antara fungsi kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas eksternal dan fungsi yang berorientasi kepada kelompok internal. Fungsi kepemimpinan meliputi fungsi dan tugas pemrakarsa, pemberi informasi, pemberian opini, menyimpulkan, dan uji konsesus, sedangkan fungsi kelompok menyangkut bantuan, harmonisasi, standart uji dan penempatan, dan penjagaan gawang. Universitas Sumatera Utara b) Gaya kepemimpinan dan kelompok Asumsi bahwa pemimpin atau pendiri suatu kelompok merupakan hubungan otoritas yang terbentuk dalam kelompok dan keadaan dimana pemimpin dan anggotanya berinteraksi pada level emosional yang akan menentukan baik stadium evolusioner kelompok maupun gaya budayanya. c) Teori pembelajaran Teori ini memberikan bagaimana kelompok mempelajari kognitif, perasaan, dan penilaian. Ada 2 tipe pembelajaran yakni, pertama situasi penyelesaian masalah secara positif yakni menyelesaikan masalah dengan mengambil sisi positifnya dengan cara mengambil cara pandang positif dari dampak sebuah permsalahan tersebut, kedua situasi menghindari gelisah yakni proses pembelajaran menghindari kegelisahan akan sebuah masalah dengan cara mencari solusi terbaik dari permsalahan tersebut. Budaya organisasi membantu mengarahkan sumber daya manusia pada pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Selain itu, budaya organisasi akan meningkatkan kekompakan tim antar berbagai departemen, divisi, atau unit dalam organisasi sehingga mampu menjadi perekat yang mengikat orang dalam organisasi bersama-sama. Budaya organisasi membentuk perilaku karyawan dan mendorong percampuran core values (nilai-nilai dominan) dan perilaku yang diinginkan sehingga memungkinkan organisasi bekerja dengan lebih efisien dan efektif, meningkatkan konsisten, menyelesaikan konflik dan memfasilitasi Universitas Sumatera Utara koordinasi dan kontrol. Budaya organisasi akan meningkatkan motivasi karyawan dengan memberi mereka perasaan memiliki, loyalitas, kepercayaan dan nilai-nilai dan mendorong mereka berpikir positif tentang mereka dan organisasi. Dengan demikian, organisasi itu memaksimalkan potensi karyawan dan memenangkan kompetisi. Dengan budaya organisasi dapat diperbaiki perilaku dan motivasi sumber daya manusia sehingga meningkatkan kinerjanya dan pada gilirannya meningkatkan kinerja organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Budaya organisasi membantu mengarahkan sumber daya manusia pada pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Selain itu, budaya organisasi akan meningkatkan kekompakan tim antar berbagai departemen, divisi, atau unit dalam organisasi sehingga mampu menjadi perekat yang mengikat orang dalam organisasi bersamasama. 2.2 Kinerja Karyawan 2.2.1 Pengertian Kinerja karyawan Kinerja SDM merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau presatasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Definisi kinerja karyawan yang dikemukakan Bambang Kusriyanto (dalam Anwar 2009:9) adalah: “ perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu”. Menurut Faustino Cardosa (dalam Anwar 2009:9) kinerja karyawan merupakan ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas yang sering dihubungkan dengan produktivitas. Sedangkan menurut A.A. Anwar Universitas Sumatera Utara Prabu Mangkunegara (2000:67) bahwa kinerja pegawai (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah pretasi kerja atau hasil (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pengertian kinerja telah dirumuskan oleh beberapa ahli (dalam Tika, 2006:121) antara lain sebagai berikut: 1. Stoner dalam bukunya yang berjudul “management” mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari motifasi, kecakapan dan persepsi peranan. 2. Bernardin dan Russell menjelaskan kinerja merupakan catatan out came yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan jumlah (rata-rata) dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan. 3. Handoko mendefinsikan kinerja sebagai proses dimana organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. 4. Prawiro Suntoro mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organissi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam priode waktu tertentu. Universitas Sumatera Utara Malayu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Dari beberapa definisi kinerja yang telah disebutkan di atas, maka unsur-unsur yang terdapat dalam kinerja, adalah sebagai berikut, (a) hasil-hasil fungsi pekerjaan, (b) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai, seperti motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya, (c) pencapaian tujuan organisasi, (d) periode waktu tertentu. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan hasil yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. 2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pencapaian kinerja Menurut Keith Davis (dalam Anwar 2006:13) Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja ada beberapa faktor yakni : 1. Faktor Kemampuan (Ability) Kompetensi individu adalah kemampuan dan keterampilan melakukan kerja. Kompetensi karyawan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemampuan dan keterampilan kerja serta motivasi dan etos kerja. Kemampuan dan keterampilan kerja setiap orang dipengaruhi oleh kebugaran fisik dan kesehatan jiwa individu yang bersangkutan, Universitas Sumatera Utara pendidikan, akumulasi pelatihan dan pengalaman kerjanya. Motivasi dan etos kerja sangat penting mendorong semangat kerja. Motivasi dan etos kerja dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, lingkungan masyarakat, budaya dan nilai-nilai agama yang dianutnya. Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan Kemampuan reality (Knowledge + skill) 2. Faktor Motivasi (Motivation) Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya dan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. 3. Dukungan Organisasi Kinerja seseorang juga tergantung pada dukungan organisasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja. Pengorganisasian dimaksudkan untuk memberikan kejelasan bagi setiap unit kerja dan setiap orang tentang sasaran yang harus dicapai dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap orang perlu memiliki dan memahami uraian jabatan dan uraian tugas yang jelas. Demikian juga dengan penyediaan sarana Universitas Sumatera Utara dan alat kerja langsung mempengaruhi kinerja setiap orang. Penggunaan peralatan dan teknologi maju sekarang ini bukan saja dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja, akan tetapi juga dipandang untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan kerja. Kondisi kerja mencakup kenyamanan lingkungan kerja, aspek keselamatan dan kesehatan kerja karena apabila dikaitkan dengan instansi pemerintah, diupayakan tempat kerja yang bersih, asri, segar dan menciptakan semangat kerja dan kenyamanan untuk melakukan tugas yang lebih lanjut mempengaruhi kinerja setiap orang dan peningkatannya. 4. Dukungan manajemen Kemampuan seseorang juga dipengaruhi oleh kemampuan manajerial para manajer atau pimpinan, baik dengan membangun sistem kerja dan hubungan industrial yang aman dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompetensi pekerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan mobilisasi seluruh karyawan untuk bekerja secara optimal, manajemen melakukan pengembangan kepada karyawan dengan mengidentifikasikan dan mengoptimalkan pemanfaatan kekuatan, keunggulan dan potensi yang dimiliki oleh setiap karyawan, mendorong karyawan untuk belajar meningkatkan wawasan dan pengetahuannya, membuka seluas-luasnya untuk pegawai agar belajar dan meningkatkan pengetahunnya, baik secara pribadi maupun pendidikan dan pelatihan yang telah diprogramkan, serta membantu setiap orang yang menghadapi kesulitan dalam Universitas Sumatera Utara melaksanakan tugas misalnya dengan memberikan bimbingan dan penyuluhan, pelatihan dan pendidikan. 2.2.3 Prinsip dasar penialain/evaluasi kinerja Menurut A.A.Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya Evaluasi Kinerja pegawai SDM (2005:14), secara singkat dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar evaluasi kinerja sebagai berikut: a) Fokusnya adalah membina kekuatan untuk menyelesaikan setiap persoalan yang timbul dalam pelaksanaan evaluasi kinerja. Jadi bukan semata-mata menyelesaikan persoalan itu sendiri, namun pimpinan dan karyawan mampu menyelesaikan persoalannya dengan baik setiap saat, setiap ada persoalan baru. Jadi yang penting adalah kemampuannya. b) Selalu didasarkan atas suatu pertemuan pendapat, misalnya dari hasil diskusi antara karyawan dengan penyelia langsung, suatu diskusi yang kontruktif untuk mencari jalan yang terbaik dalam meningkatkan mutu dan baku yang tinggi. c) Suatu proses manajemen yang alami, jangan merasa dan menimbulkan kesan terpaksa, namun dimasukkan secara sadar ke dalam corporate planning, dilakukan secara periodic, terarah dan terprogram, bukan kegiatan yang hanya setahun sekali atau kegiatan yang dilakukan jika maajer ingat saja. Universitas Sumatera Utara Bernandin & Russell (1993:135) mengemukakan ukuran-ukuran dari Kinerja karyawan yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes dalam bukunya Human Resource Manajemen yaitu sebagai berikut : 1. Quantity of work yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang ditentukan 2. Quality of work yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syaratsyarat kesesuaian dan kesiapanya 3. Job Knowledge yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya 4. Creativeness yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul. 5. Cooperation yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau sesama karyawan 6. Dependability yaitu kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja 7. Initiative yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya 8. Personal Qualities yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan dan integritas pribadi 2.2.4 Efektivitas kinerja perusahaan Menurut Gibson (dalam tika 2006:129) mengemukakan kriteria efektivitas organisasi terdiri dari lima unsur yakni: pertama, produksi sebagaia Universitas Sumatera Utara kriteria efektifitas mengacu pada ukuran keluaran utama organisasi. Ukuran produksi mencakup keuntungan, penjualan, pangsa pasar, dokumen yang diproses, rekanan yang dilayani, dan sebagainya. Ukuran ini berhubungan secara langsung dengan yang dikonsumsi oleh pelanggan dan rekanan organisasi yang bersangkutan, kedua, efisiensi sebagai kriteria efektivitas mengacu pada ukuran penggunaan sumberdaya yang langka oleh organisasi. Ketiga, kepuasan sebagai kriteria efektivitas mengacu kepada keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan dan anggotanya. Ukuran kepuasan meliputi sikap karyawan, penggantian karyawan, absensi, kelambanan, keluhan, kesejahteraan, dan sebagainya. Keempat, keadaptasian sebagai kriteria efektivitas mengacu kepada tanggapan organisasi terhadap perubahan eksternal dan internal. Perubahan-perbuhan eksternal seperti persaingan, keinginan pelanggan, kualitas produk, dan sebagainya, serta perubahan internal seperti ketidakefisienan, ketidakpuasan, dan sebagainya merupakan adaptasi terhadap lingkungan. Kelima, kelangsungan hidup sebagai kriteria efektivitas mengacu kepada tanggung jawab organisasi dalam memperbesar kapasitas dan potensinya untuk berkembang. Dalam praktik, para manajer menggunakan indicator jangka pendek untuk kelangsungan hidup jangka panjang. Menurut Campbell, 1974 (dalam Tika 2006:130) indikator-indikator terdiri dari ukuran produktivitas, efisiensi, kecelakaan, pergantian pegawai, absensi, kualitas, tingkat keuntungan, moral, dan kepuasan karyawan. Universitas Sumatera Utara 2.3 Hubungan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan Seperti banyak teori yang telah dikemukakan sebelumnya, sebagian besar berpendapat bahwa antara budaya organisasi terhadap kinerja memiliki dampak yang positif yakni berbanding lurus. Budaya perusahaan bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan anggota organisasi. Semua organisasi mempunyai satu budaya yang bergantung pada kekuatannya. Budaya dapat mempunyai pengaruh yang bermakna pada sikap dan perilaku anggota-anggota organisasi (Robbins: 1996). Dalam Lako (2004:28) hubungan antara budaya organisasi terhadap kinerja diyakini oleh para ilmuwan perilaku organisasi dan manajemen serta sejumlah peneliti akuntansi. Mereka menyatakan bahwa budaya organisasi diyakini merupakan faktor penentu utama terhadap kesuksesan kinerja suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi untuk mengimplementasikan aspek-aspek atau nilai-nilai budaya organisasinya dapat mendorong organisasi tersebut tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Pengelolaan secara efektif terhadap budaya organisasi dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif. Dari beberapa pendapat dan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat di simpulkan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kinerja pegawai dalam organisasi demi tercapainya tujuan organisasi. Universitas Sumatera Utara 2.4 Peneliti terdahulu Tabel 2.1: Daftar Peneliti Terdahulu No 1 Peneliti Ainun Mardiah (2009) Judul Lubis Pengaruh Organisasi Kinerja CV.Jabal Medan 2 Prima Anugerah Sinaga Pengaruh Budaya (2009) Organisasi terhadap Kinerja Pegawai Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi Sumatera Utara 3 Harisa (2010) 4 Juanda Yuditya Wirawan Pengaruh Budaya (2013) Organisasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT.Perkebunan Nusantara III, Medan Budaya terhadap pada Rahmat Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap kinerja pegawai Studi kasus pada SOGO Store Sun plaza Medan Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi pada CV. Jabal Rahmat Medan sudah diterapkan dengan baik sehingga terdapat pengaruh terhadap kinerja pegawai pada Organisasi tersebut Hasil penelitian menunjukan budaya organisasi pada secretariat daerah kabupaten Dairi sangat tinggi yang juga memiliki pengarug yang tinggi juga terhadap kinerja pegawainya. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa budaya Organisasi pada SOGO store sudah berjalan dengan baik seiring dengan kinerja pegawainya Hasil dari penelitian menunjukan bahwa budaya organisasi memiliki hubungan dan pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja Universitas Sumatera Utara 5 Asfar Halim Dalimunte Pengaruh Budaya (2009) Organisasi terhadap Kinerja pegawai pada dinas informasi dan komunikasi dan pengolahan data elektronik kota Medan karyawan pada PT.Perkebunan Nusantara III, Medan Hasil penelitian menunjukan budaya organisasi mempunyai hubungan dan pengaruh yang cukup kuat terhadap kinerja pegawai pada Dinas Informasi dan Komunikasi Universitas Sumatera Utara