45 BAB 4 PEMBAHASAN 4. 1. Analisis SWOT Analisis SWOT akan

advertisement
BAB 4
PEMBAHASAN
4. 1.
Analisis SWOT
Analisis SWOT akan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Pengaruh ini dapat
berupa potensi dan dapat pula berupa kekurangan yang dimiliki perusahaan. Dengan
mengidentifikasi pengaruh-pengaruh tersebut, perusahaan dapat mengetahui potensi
apa saja yang dimiliki dan memanfaatkan potensi tersebut serta mengatasi
kekurangan-kekurangan
agar
dapat
bersaing
dengan
kompetitor.
Dalam
mengidentifikasinya, penulis akan menguraikan kondisi lingkungan industri
kesehatan sehingga dapat menyimpulkan faktor-faktor apa saja yang menjadi
kekuatan,
kelemahan,
peluang,
dan
ancaman
bagi
perusahaan.
Setelah
mengidentifikasi faktor-faktor tersebut, dapat dirumuskan strategi yang tepat dengan
menggunakan diagram SWOT.
Hasil dari analisis diagram SWOT akan menjabarkan apakah strategi yang
digunakan oleh PT Siloam International Hospitals Tbk. tepat untuk memaksimalkan
potensi untuk meraih keuntungan dan minimalisir kelemahan agar dapat bertahan
dalam persaingan.
A. Faktor Internal Perusahaan
1. Kekuatan (Strengths)
a) Grup rumah sakit swasta terbesar di Indonesia dalam hal jumlah
rumah sakit dan jumlah tempat tidur operasional.
b) Mengoperasikan 16 rumah sakit dengan kapasitas 3.783 tempat tidur,
mempekerjakan 1.513 dokter serta 2.767 perawat dan lebih dari 2.300
staf pendukung lainnya.
c) Keberhasilan
mengembangkan
rumah
sakit
baru
serta
mengintegrasikan dan mengakuisisi rumah sakit dengan kinerja
rendah.
d) Memiliki layanan gawat darurat yang sesuai dengan standar American
Collage of Emergency dan Australasian Collage of Emergency. Selain
45
46
itu, perusahaan telah melibatkan spesialis kedokteran darurat dari
rumah sakit John Hopkins dalam merumuskan protokol klinis standar
internasional serta program pelatihan dalam pengobatan darurat untuk
penyakit stroke, jantung, dan trauma.
e) Memiliki layanan panggilan darurat terpusat “500-911” yang
merespon panggilan darurat di salah satu daerah jangkauan rumah
sakit perusahaan.
f) Memiliki peralatan kedokteran tercanggih yaitu Cath-Lab, Tesla MRI,
CT Scanner, Gamma Knife (pertama di Indonesia), 4D Ultrasound,
Linear Accelerators, dan Cyclotron.
g) Menghadirkan
Centers
of
Excellence
yang
bertujuan
untuk
menjadikan rumah sakit perusahaan fokus pada bidang pelayanannya,
sesuai kebutuhan masyarakat sambil tetap memberikan pelayanan
kesehatan berkualitas internasional. Perusahaan telah mengembangkan
Centers of Excellence di beberapa bidang spesialisasi di rumah sakit
perusahaan, termasuk di bidang kanker, jantung, syaraf, kesuburan,
urologi dan ortopedik.
h) Mengembangkan model hub and spoke yang memungkinkan layanan
dokter spesialis secara real time, menjangkau hingga ke daerahdaerah, tanpa menambah biaya pasien dan perusahaan.
i) Peningkatan
jumlah
rumah
sakit
menyebabkan
pendapatan
operasional bruto tahun 2013 naik 40% dibandingkan dengan tahun
2012.
j) Peningkatan aset perusahaan terutama karena saldo hasil IPO yang
belum digunakan dan pembukaan dua rumah sakit baru serta akuisisi
dua rumah sakit di Bali.
2. Kelemahan (Weakness)
a) Kesulitan dalam merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga
medis yang berkualitas.
b) Kesulitan untuk mengintegrasikan secara efektif sistem dan teknologi
informasi yang baru dengan teknologi yang telah digunakan di rumah
sakit perusahaan.
47
c) Kemajuan teknologi yang pesat dan tantangan lain yang terkait
dengan peralatan medis perusahaan.
d) Pertanggungan asuransi perusahaan kemungkinan tidak mencakup
semua jenis kerugian dan mungkin tidak cukup untuk menutupi
kerugian perusahaan.
e) Perusahaan memiliki proporsi hutang yang cukup besar sebelum
melakukan IPO pada September 2013. Hal ini tentu saja kurang sehat
bagi keuangan perusahaan karena perusahaan harus membayar pokok
hutang beserta bunganya.
B. Faktor Eksternal Perusahaan
1. Peluang (Opportunities)
a) Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia
Tenggara. Pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan kekayaan
pribadi dan rumah tangga penduduk Indonesia sehingga terjadi
peningkatan jumlah rumah tangga kelas menengah.
b) Perubahan gaya hidup dan urbanisasi menyebabkan penyakit yang
berkaitan dengan gaya hidup (jantung, kanker, stroke, diabetes)
meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan perawatan
tersier (rawat konsultasi spesialis, rawat jalan, pengobatan lanjut, dan
bedah kompleks) serta perawatan kuarterner (bedah kompleks risiko
tinggi dan cangkok organ).
c) Rumah sakit pertama di Indonesia yang diakui internasional melalui
akreditasi Joint Commission International tahun 2007.
2. Ancaman (Threats)
a) Kemungkinan kesulitan dalam memperoleh izin atau persetujuan dari
pemerintah atau pemerintah daerah untuk melaksanakan usaha dan
membuka rumah sakit baru.
b) Persaingan nasional dengan grup rumah sakit swasta lain di Indonesia
seperti Mitra Keluarga Group, Awal Bros Group, Sari Asih Group,
48
dan Ramsay Sime Darby Health Care. Serta persaingan regional
dengan rumah sakit di Singapura dan Penang, Malaysia.
c) Kemungkinan menghadapi gugatan malpraktek kedokteran di mana
perusahaan tidak memiliki jaminan asuransi.
Saat ini perusahaan bertumpu pada strategi “Four Pillars Foundation”, yaitu
keunggulan dalam layanan darurat, State-of-the-art equipment, platform Digital/Telemedicine, dan kemitraan dokter yang efektif.
Strategi yang telah dijalankan oleh perusahaan di tahun 2013 yaitu
1. Memperkuat dan mengembangkan posisi memimpin di pasar layanan
kesehatan Indonesia dengan: meningkatkan jumlah tempat tidur secara
signifikan di seluruh jaringan rumah sakit perusahaan dengan sistematis dan
efektif, merintis model rumah sakit modular, mengidentifikasi pasar yang
belum terlayani, membangun atau mengakuisisi rumah sakit baru,
memperluas dan meningkatkan fasilitas yang sudah ada, agar layanan klinis
yang disediakan memenuhi kebutuhan pasar tersebut.
2. Mengembangkan model hub and spoke, yang efektif memperluas layanan
spesialis, mengembalikan migrasi medis domestik, memberikan diagnosa
ahli secara real time, mengurangi biaya bagi pasien maupun perusahaan dan
mengatasi kekurangan pasokan spesialis berkualitas tinggi.
3. Mendapat marjin yang lebih tinggi dalam memberikan layanan spesialis,
dan mengembalikan tren perjalanan medis ke luar negeri agar tetap di
Indonesia.
4. Menerapkan model layanan klinis holistik dan perbaikan kualitas
berkesinambungan, dengan cara :
• menyediakan layanan kesehatan yang inovatif, komprehensif dan
terpadu pada seluruh pilihan perawatan (primer, sekunder atau
tersier hingga kuartener), dengan standar kualitas yang tinggi dan
aturan klinis yang ketat;
49
• menyediakan dan melatih tenaga medis bekerja sama dengan UPH
Medical Services (dilatih di RSUS dan rumah sakit tersier lain
seperti SHLV);
• menyediakan layanan terintegrasi untuk masyarakat berpenghasilan
rendah (RSUS) dan menjadi model kemitraan publik-swasta yang
berhasil;
• mendirikan Centers of Excellence di beberapa rumah sakit Perseroan,
sehingga menjadi rujukan untuk bidang-bidang khusus;
• mempekerjakan dokter yang sangat khusus untuk layanan kuartener
dan menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga kesehatan
internasional untuk benchmark. Contohnya adalah dibukanya
Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) yang
merupakan RS pertama di Indonesia dengan fasilitas pengobatan
nuklir terintegrasi dan penggunaan gamma knife dan
• menjadi pionir penggunaan teknologi paling mutakhir untuk
pelayanan kuartener; layanan darurat, penerapan “hub and spoke”
dan sistem “tele-medicine.”
5. Mendorong
efisiensi
operasional
dengan
teknologi
canggih,
yang
mendukung sistem keuangan dan administrasi sambil tetap mengacu pada
prosedur standar internasional dan praktek klinis, melalui:
• Perusahaan menggunakan beberapa sistem informasi terdepan untuk
menggambarkan rincian semua transaksi dalam jaringan usahanya,
seperti : sistem informasi laboratorium, sistem keuangan, radiologi,
pengarsipan
gambar,
sistem
komunikasi,
sistem
informasi
manajemen gedung, sistem informasi HRD dan sistem pembelian.
• Semua rumah sakit perusahaan terhubung dalam satu jaringan
bandwith dan server yang melayani 24 jam. Ini penting untuk
mendukung layanan darurat atau Call Center agar dapat merespon
dengan cepat dan diandalkan.
50
• Melakukan pengkinian sistem, sehingga dapat memiliki sistem data
base rekam medis terpusat (memungkinkan manajemen pasien
terintegrasi, memonitor dan menganalisa biaya pada tiap tingkatan
layanan).
6. Mendukung operasi klinis dengan penelitian yang teratas dan fasilitas
akademik untuk memberikan pelayanan prima. Perusahaan secara aktif
berkolaborasi dengan penyedia layanan medis internasional serta universitas
dan lembaga penelitian lokal. Perusahaan bekerja sama dengan Universitas
Pelita Harapan (UPH) dan Mochtar Riady Institute of Nanotechnology.
Inilah satu-satunya organisasi kesehatan di Indonesia yang dipercaya untuk
menyatukan operasi klinis dengan hasil penelitian teratas dan fasilitas
akademis. Perusahaan juga telah menandatangani nota kesepahaman dengan
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Singhealth – Singapura dan
10 Fakultas Kedokteran dan Sekolah Keperawatan di Indonesia untuk
pendidikan lanjutan maupun penelitian medis.
7. Terus merekrut, mempertahankan dan memberi insentif bagi tenaga medis
handal. Perusahaan percaya perusahaan menawarkan lingkungan kerja yang
menarik dengan nama merek berkualitas, layanan kesehatan spesialis yang
berkualitas tinggi, aliran pasien yang berkelanjutan, fasilitas dan sistem
berkelas dunia, pelatihan berkelanjutan, otonomi dokter, serta peluang untuk
mengembangkan karier pribadi.
Perusahaan mengadopsi sejumlah strategi pengadaan Sumber Daya Manusia
yaitu:
• merekrut teknisi keperawatan dan kesehatan berkualitas dari negaranegara ASEAN dan India, serta melatih sejumlah dokter dan perawat
dari UPH setiap tahun sebagai bagian dari UPHMS
• mendirikan supply pool lulusan medis melalui kerja sama dengan
berbagai perguruan tinggi regional terkemuka.
• menawarkan Beasiswa bagi dokter berpotensi tinggi sebagai insentif
untuk bekerja bagi perusahaan.
51
• membuka sekolah kesehatan profesional yang terafiliasi pada tahun
2014 untuk pelatihan teknisi kesehatan, seperti apoteker dan ahli
radiologi.
• mendirikan SDPDP (Siloam Doctors Partnership Development
Program) untuk menarik dan mempertahankan dokter-dokter
spesialis bekerja di rumah-rumah sakit Perseroan.
Untuk diagram SWOT, dapat dilihat di lampiran 1.
4. 2.
Analisis Five Forces Porter
Analisis Five Forces Porter digunakan untuk melihat lima kekuatan industri
yang dapat mempengaruhi strategi perusahaan untuk menghasilkan keunggulan
kompetitif dibandingkan dengan kompetitor dalam industri yang sama. Lima
kekuatan yang dianalisis ini dapat menunjukkan tingkat persaingan dalam industri
rumah sakit, apakah tinggi, sedang, atau rendah.
Setelah mengetahui tingkat persaingan yang ada dalam industri rumah sakit,
penulis akan menganalisis strategi-strategi yang telah dilakukan oleh PT Siloam
International Hospitals Tbk. Analisis ini akan menyimpulkan apakah strategi-strategi
yang dimiliki PT Siloam International Hospitals Tbk. mampu menghadapi
kompetitornya dan menilai apakah PT Siloam International Hospitals Tbk.
merupakan pilihan yang baik untuk investasi.
Model lima kekuatan Porter bagi PT Siloam International Hospitals Tbk. yaitu:
1. Persaingan dengan kompetitor
a. Rumah sakit di negara tetangga
Siloam hospitals bersaing dengan rumah sakit berkualitas internasional
yang berada di negara tetangga, seperti Singapore General Hospital,
Singhealth, dan National University Hospital di Singapura. Di Malaysia
di antaranya Universiti Malaysia Medical Centre dan KPJ Healthcare
Berhad. Rumah sakit tersebut memiliki pengalaman operasional yang
cukup lama, sumber keuangan yang baik, pelayanan yang sistematis,
cepat dan ramah dengan biaya berobat yang hampir sama dengan biaya
berobat di Indonesia, kualitas dari dokter yang baik, perawat yang
52
ramah dan terampil. Selain itu, kelengkapan dan kemudahan mengakses
informasi di internet menjadikan rumah sakit tersebut masuk dalam
daftar 1.000 rumah sakit terbaik di dunia versi Webometrics.
b. Rumah sakit di Indonesia
Di dalam negeri, grup Siloam Hospitals merupakan grup rumah sakit
swasta terbesar dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidur terbanyak.
Walau begitu, Siloam Hospitals masih harus bersaing dengan grup
rumah sakit swasta berkelas internasional lain seperti Mitra Keluarga
Group, Awal Bros Group, Sari Asih Group, dan Ramsay Sime Darby
Health Care.
2. Potensi masuknya kompetitor baru
Izin untuk mendirikan rumah sakit baru diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 147 Tahun 2010. Izin akan dikeluarkan apabila rumah
sakit sudah memenuhi seluruh persyaratan pendirian yang mencakup studi
kelayakan, master plan, rekomendasi izin mendirikan, izin UU gangguan,
persyaratan pengolahan limbah, lokasi beserta luas tanah, dan IMB. Izin
untuk mendirikan dan operasional rumah sakit ini cukup sulit untuk
didapatkan karena diberikan oleh Menteri Kesehatan atas rekomendasi
Pemerintah Daerah Provinsi untuk rumah sakit kelas A. Bahkan untuk
mendirikan klinik kecil di DKI Jakarta, harus mendapatkan persetujuan dari
gubernur.
Dengan sulitnya memperoleh izin untuk mendirikan rumah sakit, maka
ancaman masuknya kompetitor baru tidak terlalu besar bagi PT Siloam
International Hospitals Tbk.
3. Potensi pengembangan produk-produk pengganti
Produk dan layanan yang diberikan PT Siloam International Hospitals Tbk.
mudah untuk digantikan oleh rumah sakit maupun metode pengobatan
penyakit alternatif. Banyaknya rumah sakit berkualitas internasional, klinik,
dan metode pengobatan alternatif membuat pasien mempunyai banyak
pilihan untuk berobat. Namun, pengobatan di rumah sakit tetap menjadi
53
pilihan utama bagi pasien dengan penyakit berat yang membutuhkan
peralatan dengan teknologi canggih.
Dengan adanya hambatan yang cukup besar dari produk pengganti yang
menawarkan biaya pengobatan kompetitif dan nama yang dikenal serta
kualitas jasa yang baik maka semakin besar hambatan yang dihadapi PT
Siloam International Hospitals Tbk.
4. Daya tawar pemasok
Industri kesehatan bergantung pada perusahaan farmasi dan produsen
peralatan kesehatan untuk menyediakan obat-obatan dan peralatan di rumah
sakit. Walau begitu, banyaknya macam obat-obatan yang memiliki
kandungan bahan yang hampir serupa untuk mengobati penyakit yang sama
membuat perusahaan dapat memilih untuk menggunakan obat-obatan dari
perusahaan yang menyediakan kebutuhan rumah sakit dengan harga dan
kualitas yang sesuai. Dalam hal penyediaan peralatan kesehatan umum,
rumah sakit juga masih dapat memilih produsen mana yang menawarkan
harga dan kualitas yang sesuai. Tetapi dalam hal pengadaan alat kesehatan
canggih yang hanya diproduksi oleh perusahaan tertentu, seperti gamma
knife yang hanya diproduksi oleh perusahaan Elekta di Swedia, tentu saja
harga dan jasa perawatan tergantung dari perusahaan tersebut.
Karena daya tawar pemasok obat-obatan dan peralatan medis umum
rendah, namun daya tawar pemasok peralatan canggih yang cukup tinggi,
maka kekuatan dari pemasok relatif sedang. Dalam hal ini perusahaan
harus dapat mengevaluasi secara menyeluruh kualitas dan harga yang
ditawarkan sebelum memilih supplier mana yang akan memasok obatobatan dan peralatan medis mereka.
5. Daya tawar konsumen
Degan banyaknya pilihan rumah sakit, klinik, maupun metode pengobatan
alternatif membuat pasien dapat memilih di mana mereka ingin
menyembuhkan penyakit mereka. Daya tawar dari pengguna layanan
kesehatan sangat tinggi. Hal ini dikarenakan beragamnya pilihan dari
rumah sakit lain yang menawarkan biaya pengobatan yang lebih murah,
54
layanan yang lebih baik, peralatan yang lebih canggih dan lebih lengkap,
serta kondisi ekonomi yang dimiliki pasien yang lebih memilih rumah sakit
ataupun klinik yang menyediakan layanan dengan harga terjangkau.
Dari faktor-faktor di atas, daya tawar konsumen cukup tinggi yang
menyebabkan tingginya persaingan yang dihadapi oleh PT Siloam
International Hospitals Tbk.
4.2.1.
Strategi Menghadapi Lima Kekuatan Industri
Sebelumnya telah diuraikan lima kekuatan industri yang dimiliki oleh PT
Siloam International Hospitals Tbk. dalam industrinya. Berikut merupakan
tabel ringkasan analisis Porter mengenai tingkat persaingan untuk industri
rumah sakit.
Tabel 4.1. Tingkat Kekuatan Untuk Industri Rumah Sakit
Kekuatan
Persaingan dengan kompetitor
Tingkat Kekuatan
High
√
√
√
Daya tawar pemasok
Daya tawar konsumen
Low
√
Potensi masuknya pesaing baru
Potensi pengembangan produk pengganti
Medium
√
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa kekuatan yang dimiliki oleh
industri rumah sakit cukup tinggi. Tingginya kekuatan berpengaruh pada
tingginya persaingan yang harus dihadapi PT Siloam International Hospitals
Tbk. Agar dapat menghadapi persaingan tersebut maka Siloam Hospitals
melakukan strategi kompetitif agar dapat mengungguli kompetitornya.
Strategi-strategi yang dilakukan PT Siloam International Hospitals Tbk.
dalam menghadapi kekuatan industri adalah:
1. Menambah jumlah tempat tidur di setiap rumah sakit, membangun
rumah sakit baru, mengakuisisi rumah sakit yang sudah ada,
55
meningkatkan fasilitas yang sudah ada, menggunakan peralatan
medis tercanggih, serta bekerja sama dengan universitas untuk
mendapatkan tenaga medis dengan kemampuan baik agar dapat
bersaing dengan rumah sakit lain.
2. Menjalin kerja sama dengan dokter swasta ataupun klinik agar dapat
merujuk pasien mereka ke Siloam Hospitals untuk kegunaan jasa
tersier atau kuarterner yang tidak dapat disediakan oleh rumah sakit
lainnya.
3. Menjalin kemitraan dengan bank untuk menawarkan promosi dan
diskon kepada pengguna kartu kredit. Fasilitas yang diberikan seperti
pembayaran angsuran, paket medical check-up, program diskon dan
voucher.
4. Untuk mempertahankan pelanggan, Siloam menyediakan artikel dan
konten mengenai kesehatan secara gratis melalui website dan jaringan
media sosial lainnya, selain mengirimkan promosi kesehatan melalui
SMS maupun email kepada pasien-pasien perusahaan. Program “My
Siloam Card” dibuat untuk menawarkan manfaat kepada pasien,
seperti diskon untuk pelayanan di rumah sakit, serta promosi untuk
harga kamar hotel dan restoran yang dimiliki grup perusahaan.
5. Untuk menjaring pasien kelas menegah ke bawah, Siloam membuka
rumah sakit umum berbiaya rendah yang dilayani oleh dokter-dokter
rumah sakit Siloam dan mahasiswa kedokteran dari Universitas Pelita
Harapan. Layanan di rumah sakit ini diberikan kepada pasien
berpenghasilan
rendah
dan
yang
hanya
diasuransikan
oleh
pemerintah.
6. Dari sisi pemasok obat-obatan Siloam mengoperasikan sistem
pengadaan terpusat untuk menjaga dan memanfaatkan lokasi rumah
sakit yang tersebar di Indonesia secara baik dan mencapai skala
ekonomis. Untuk sebagian besar pemesanan obat dari pemasok
utama, PT Siloam International Hospitals Tbk. telah menegosiasikan
supaya beberapa rumah sakit bisa menempatkan pemesanan secara
langsung, sehingga perusahaan dapat mempertahankan harga
56
sekaligus memanfaatkan economies of scale. Penempatan pemesanan
secara langsung ini oleh rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya
kepada pemasok membantu untuk menghindari pemesanan ganda dan
membuat proses pemesanan lebih efisien.
4. 3.
Analisis PESTLE
Dalam analisis PESTLE ini akan dijabarkan mengenai faktor-faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi perkembangan industri kesehatan, terutama rumah sakit,
yaitu faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, hukum, dan lingkungan.
1. Politik
a) Adanya Jaminan Sosial Kesehatan yang mewajibkan rumah sakit
untuk menerima pasien dari semua kalangan. Nantinya pemerintah
akan membayarkan biaya berobat dari pasien pemegang jaminan
kesehatan.
b) Pergantian
pemerintahan
terkadang
menyebabkan
berubahnya
kebijakan pemerintah dalam hal peraturan yang harus diikuti
perusahaan.
2. Ekonomi
a) Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 mencapai
5.78% dibandingkan dengan tahun 2012 dengan peningkatan di sektor
jasa sebanyak 5.46%. Tentu saja hal ini akan mempengaruhi
peningkatan pendapatan di perusahaan industri kesehatan.
b) Tingkat inflasi yang akan mempengaruhi kegiatan operasional
perusahaan. Inflasi akan mempengaruhi harga obat-obatan dan
peralatan kesehatan yang dibutuhkan oleh rumah sakit.
3. Sosial
a) Tanggung jawab sosial perusahaan untuk melayani pasien yang
berpenghasilan kecil dan tidak mampu.
b) Perubahan gaya hidup dan urbanisasi menyebabkan peningkatan pada
penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seperti jantung, stroke,
57
dan kanker. Hal ini berpengaruh pada peningkatan permintaan
perawatan tersier (rawat konsultasi spesialis, rawat jalan, pengobatan
lanjut, dan bedah kompleks) serta perawatan kuarterner (bedah
kompleks risiko tinggi dan cangkok organ).
4. Teknologi
a) Perkembangan teknologi alat-alat kesehatan mengharuskan pelaku
industri untuk berinvestasi pada pembelian dan perawatan alat
kesehatan terbaru dan tercanggih agar dapat meningkatkan kualitas
layanan kepada pasien.
5. Hukum
a) Penerapan Good Corporate Governance di perusahaan berdasarkan
peraturan yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance.
b) Kementrian Keuangan menetapkan bahwa perusahaan diharuskan
membayarkan pajak penghasilan sebesar 25% setiap tahunnya.
6. Lingkungan
a) Salah satu syarat dalam mendirikan rumah sakit adalah bangunan
rumah sakit memenuhi standar lingkungan sehat yang atur dalam
undang-undang.
4. 4.
Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan untuk PT Siloam International Hospitals Tbk.
dilakukan untuk periode 2011 dan 2012 dan dibandingkan dengan perusahaan
pembanding dari industri rumah sakit yang telah terdaftar di bursa efek yaitu
Mayapada Hospital (PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, kode SRAJ) dan Omni
Hospital (PT Sarana Mediatama Metropolitan Tbk., kode SAME). Sebagai catatan,
pada tahun 2012 PT Siloam International Hospitals Tbk. dan PT Sarana Mediatama
Metropolitan Tbk. belum melakukan IPO sehingga hasil dari perhitungan analisis
laporan keuangan dapat mengalami banyak perubahan. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis rasio-rasio yang umum digunakan dalam menganalisis
bisnis perusahaan. Analisis tersebut adalah:
1. Analisis rasio likuiditas
58
2. Analisis rasio aktivitas
3. Analisis rasio hutang
4. Analisis rasio keuntungan
4.4.1.
Analisis Rasio Likuiditas
Analisis pertama yang akan dilakukan adalah analisis rasio likuiditas.
Analisis ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar
kewajiban jangka pendek. Rasio ini dihitung berdasarkan data angka yang
terdapat pada neraca. Berikut analisis rasio likuiditas perusahaan:
1. Rasio lancar (current ratio)
Rasio lancar dihitung dengan membagi aset lancar dengan hutang
jangka
pendek
mengevaluasi
perusahaan.
likuiditas
dan
Rasio
lancar
kemampuan
digunakan
untuk
perusahaan
dalam
membayar hutang jangka pendek mereka.
Tabel 4.2. Rasio Lancar
Tahun
SILO
SRAJ
SAME
Rata-rata
2011
1.7279
0.7161
0.2956
0.9132
2012
1.7066
0.2443
0.2837
0.7449
Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa likuiditas dari Siloam
Hospitals berada pada sekitar angka 1,7. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan dengan dua perusahaan lain yang berkisar antara 0,2
sampai dengan 0,7. Hal ini berarti PT Siloam International Hospitals
Tbk. mampu memenuhi kewajiban lancar dengan aset lancar yang
mereka miliki. Dan bila dibandingkan dengan perusahaan lain,
perusahaan berada dalam keadaan likuid karena rasio likuiditas
Siloam Hospitals berada di atas perusahaan lain.
2. Quick (Acid-test) ratio
Rasio kedua yang dihitung dalam menganalisis likuiditas perusahaan
adalah quick ratio, dihitung dengan membagi aset lancar dikurangi
persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan alat
59
likuiditas yang paling cepat dan dapat digunakan untuk membayar
hutang jangka pendek. Nilai persediaan tidak dimasukkan dalam
perhitungan karena persediaan termasuk dalam aktiva lancar yang
paling tidak lancar.
Tabel 4.3. Quick (Acid-test) Ratio
Tahun
SILO
SRAJ
SAME
Rata-rata
2011
1.5152
0.3684
0.2373
0.7070
2012
1.4250
0.2040
0.2236
0.6175
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai rasio Siloam Hospital
berada di atas angka 1 dan perusahaan lain memiliki rasio di bawah
0,5. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan perusahaan berada dalam
keadaan likuid karena dapat memenuhi kewajiban lancar mereka
dengan
menggunakan
aset
lancar,
tanpa
memperhitungkan
persediaan.
4.4.2.
Analisis Rasio Aktivitas
Analisis kedua yang akan dilakukan adalah analisis rasio aktivitas. Rasio
ini dipakai untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber
dana yang mereka miliki. Rasio aktivitas membandingkan antara pendapatan
dengan berbagai aktiva pendukung untuk penjualan. Data yang dipakai berasal
dari laporan laba rugi. Berikut adalah perhitungannya:
1. Perputaran persediaan (inventory turnover)
Inventory turnover digunakan untuk mengukur aktivitas, atau
likuiditas, dari persediaan perusahaan. Rasio ini dihitung dengan
membagi beban pokok pendapatan dengan rata-rata persediaan. Di
bawah ini adalah hasil perhitungan inventory turnover PT Siloam
International Hospitals Tbk. dan perusahaan pembandingnya:
60
Tabel 4.4. Inventory Turnover
Tahun
SILO
SRAJ
SAME
Rata-rata
2011
24.5728
6.6667
18.4991
16.5795
2012
22.4937
8.4463
17.9127
16.2842
Melihat perhitungan di atas, nilai perputaran persediaan PT Siloam
International Hospitals Tbk. berada jauh di atas rata-rata perusahaan
pembanding. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran
persediaan Siloam Hospitals cukup tinggi, mencapai 24,6 kali pada
tahun 2011. Bila dihitung rata-rata umur persediaan pada tahun 2012,
(360/22,5) maka didapat angka 16 (asumsi satu tahun = 360 hari).
Berarti, rata-rata persediaan akan terjual dalam waktu 16 hari.
Kesimpulannya, perusahaan cukup efektif dalam memutar/menjual
persediaan mereka dan hanya membutuhkan waktu rata-rata 16 hari
untuk menjual setiap persediaan.
2. Rata-rata pengumpulan piutang (average collection period)
Untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam menagih
piutang, dapat menghitung rata-rata pengumpulan piutang. Hal
pertama
yang
harus
dilakukan
adalah
menghitung
rata-rata
pendapatan per hari dengan membagi pendapatan dengan 360
(asumsi setahun = 360 hari). Setelah itu menghitung rata-rata
pengumpulan piutang dengan membagi jumlah piutang dengan ratarata pendapatan per hari. Berikut adalah hasil perhitungan rata-rata
pengumpulan piutang PT Siloam International Hospitals Tbk. dan
perusahaan pembandingnya:
Tabel 4.5. Rata-rata Pengumpulan Piutang
Tahun
SILO
SRAJ
SAME
Rata-rata
2011
45.0712 12.9478
31.9527
29.9906
2012
39.2879 18.3593
28.7669
28.8047
61
Dari perhitungan di atas, perputaran piutang yang dilakukan PT
Siloam International Hospitals Tbk. cukup banyak dan jauh di atas
rata-rata perusahaan lain. Dalam setahun, rata-rata perusahaan dapat
menagih piutangnya sebanyak 39 sampai dengan 45 kali, berada di
atas rata-rata dari perusahaan pembanding yang maksimum memutar
piutangnya sebanyak 30 kali. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan
cukup efektif dalam melakukan penagihan piutang.
3. Tingkat perputaran hutang (account payable turnover)
Tingkat perputaran hutang digunakan untuk mengukur berapa kali
hutang perusahaan berputar dalam satu tahun. Rasio ini dihitung
dengan membagi biaya pokok pendapatan dengan rata-rata hutang
usaha.
Tabel 4.6. Tingkat Perputaran Hutang
Tahun
SILO
2011
2012
SRAJ
SAME
Rata-rata
9.1612 14.4076
7.1749
10.2479
9.9798
7.6407
7.5864
5.1387
Perputaran hutang PT Siloam International Hospitals Tbk. bila
dibandingkan dengan rata-rata dua perusahaan pembanding berada
pada kondisi yang cukup baik. Walaupun pada tahun 2011 berada di
bawah rata-rata, namun perbedaan tersebut masih dalam berada
dalam batas yang wajar karena tidak terlalu jauh di bawah rata-rata
dari Mayapada dan Omni.
4. Total asset turnover
Dalam mengukur efektivitas penggunaan total aktiva, dapat
menggunakan rasio total asset turnover. Perputaran total aset
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aset
yang dimilikinya untuk menghasilkan tingkat penjualan yang cukup
saat dibandingkan dengan total aset secara keseluruhan. Rasio ini
membandingkan penjualan dengan total aset perusahaan.
62
Tabel 4.7. Perputaran Total Aset
Dengan
Tahun
SILO
SRAJ
2011
1.1321
2012
1.1273
membandingkan
International
Hospitals
SAME
Rata-rata
0.1938
0.7977
0.7079
0.1573
0.9302
0.7382
perputaran
Tbk.
dengan
total
aset
rata-rata
PT
rumah
Siloam
sakit
pembanding, dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan
dalam mengelola aset yang mereka miliki cukup baik. Hal ini dapat
dilihat melalui rasio perputaran aset perusahaan yang selalu berada di
atas rumah sakit lainnya.
4.4.3.
Analisis Rasio Hutang (Laverage Ratio)
Rasio hutang adalah rasio yang membandingkan antara dana sendiri
(ekuitas) dengan dana pinjaman. Perhitungan rasio hutang dapat menggunakan
dua pendekatan, yaitu melalui neraca dan laporan laba rugi. Pendekatan
melalui neraca menginformasikan seberapa besar hutang digunakan untuk
aktiva. Sedangkan pendekatan melalui laporan laba rugi menunjukkan seberapa
besar hutang bisa ditutup dengan laba operasional. Analisis dari rasio hutang
ditunjukkan dalam perhitungan di bawah ini:
1. Debt to total assets ratio
Tujuan dari menghitung debt to total assets ratio adalah untuk
mengukur seberapa besar hutang dipakai untuk kegiatan operasional
perusahaan. Rasio ini membandingkan antara total hutang dengan
total aktiva. Total hutang merupakan total hutang jangka pendek dan
jangka panjang. Sedangkan total aktiva meliputi aset lancar dan aset
tidak lancar.
Tabel 4.8. Debt to Total Assets Ratio
Tahun
SILO
SRAJ
SAME
2011
83.91%
24.85% 101.34%
75.02%
2012
84.58%
47.10%
70.03%
93.39%
Rata-rata
63
Dengan melihat hasil perbandingan hutang dan aset, dapat
disimpulkan bahwa kondisi keuangan PT Siloam International
Hospitals Tbk. tidak sehat karena sebagian besar kegiatan operasional
perusahaan dibiayai dari hutang kepada pihak lain. Selain
perbandingan hutang yang lebih dari 50%, rasio hutang perusahaan
juga lebih besar dari rasio rata-rata industri. Hal ini dapat
membahayakan bagi kelangsungan operasional perusahaan karena,
apabila perusahaan mengalami kerugian sedikit saja, kegiatan
operasional
perusahaan
dapat
tersendat
dan
berakibat
pada
kebangkrutan. Hutang Siloam Hospitals sebagian besar berasal dari
hutang jangka panjang tanpa bunga kepada pihak berelasi untuk
kegiatan ekspansi dan akuisisi entitas anak.
2. Times intertest earned
Rasio time intertest earned membagi laba sebelum bunga dan pajak
dengan beban bunga. Rasio ini bertujuan mengetahui seberapa jauh
laba mengalami penurunan tanpa mengganggu kewajiban perusahaan
terhadap kreditur.
Tabel 4.9. Times Interest Earned
Tahun
SILO
SRAJ
SAME
Rata-rata
2011
7.4941
1.3377
1.2280
3.3533
2012
10.6525
1.4490
2.3744
4.8253
Dari hasil perhitungan rasio di atas, dapat dilihat bahwa Siloam
Hospitals dapat memenuhi kewajibannya dengan baik dan perusahaan
berada dalam kondisi sehat. Hal ini ditunjukkan dengan rasio TIE
yang berada jauh di atas rata-rata dari Mayapada dan Omni.
3. Debt to equity ratio
Debt to equity ratio menunjukkan sejauh mana modal dapat
menutupi hutang-hutang kepada pihak lain. Semakin kecil hasil dari
perhitungan rasio ini semakin baik karena hal tersebut menunjukkan
64
bahwa perusahaan memiliki cukup dana untuk membayar seluruh
hutang yang dimilikinya.
Tabel 4.10. Debt to Equity Ratio
Tahun
SILO
SRAJ
SAME
Rata-rata
2011
522%
33%
-7585%
-2344%
2012
548%
89%
1413%
683%
Nilai dari rata-rata debt to equity ratio dipengaruhi oleh rasio dari
perusahaan pembanding. Pada tahun 2011 rata-rata pembanding
bernilai negatif karena rasio yang dimiliki oleh Omni Hospital
bernilai negatif, yang disebabkan oleh ekuitas mereka bernilai
negatif. Untuk tahun 2012, walaupun rasio PT Siloam International
Hospitals Tbk. masih lebih kecil dari rata-rata, namun kondisi ini
tidak sehat bagi keuangan perusahaan. Karena hal ini berarti
perusahaan dapat dikatakan tidak mampu untuk membayar hutang
kepada pihak lain dengan menggunakan modal sendiri.
4.4.4.
Analisis Rasio Keuntungan
Rasio profitabilitas berhubungan dengan tingkat keuntungan dan
kerugian perusahaan. Investor dapat melihat efektivitas suatu perusahaan
melalui rasio ini. Bentuk rasio profitabilitas adalah:
1. Profit margin
Profit margin adalah rasio untuk mengukur persentase keuntungan
dari pendapatan yang dihasilkan dalam pendapatan bersih. Rasio ini
dihitung dengan membandingkan antara net income dengan
pendapatan.
Tabel 4.11. Profit Margin
Tahun
SILO
SRAJ
SAME
Rata-rata
2011
3.0079%
2.7708%
-5.0454%
0.2444%
2012
2.9059%
0.2430%
8.6033%
3.9174%
65
Walaupun mengalami penurunan rasio yang tidak signifikan antara
tahun 2011 dan 2012, namun margin perusahaan pada tahun 2012
lebih rendah dari rata-rata dua perusahaan pembanding lainnya. Hal
ini dipengaruhi oleh perusahaan pembanding, yaitu PT Sarana
Mediatama Metropolitan Tbk. berhasil meningkatkan keuntungan
mereka sehingga rata-rata industri naik sebanyak 3,7% di tahun 2012.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan PT Siloam International
Hospitals Tbk. untuk menghasilkan laba kurang baik dibandingkan
dengan pembandingnya.
2. Earning per share (EPS)
Pendapatan per lembar saham mengukur keuntungan bersih yang
didapatkan untuk setiap saham. Rasio ini biasanya telah terdapat
dalam laporan keuangan bagian laporan laba rugi. Pada dasarnya
rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham
biasa yang diterbitkan oleh perusahaan.
Tabel 4.12. Earning per Share
Tahun
SILO
SRAJ
SAME
Rata-rata
2011
43.74
0.90
-12.19
10.82
2012
50.46
0.86
23.27
24.86
Dalam hal perolehan laba investor dari setiap saham yang mereka
miliki, PT Siloam International Hospitals Tbk. memiliki performa
yang sangat baik saat dibandingkan dengan rata-rata industri rumah
sakit. Hal ini ditunjukkan dengan EPS dari perusahaan yang
mencapai dua sampai tiga kali lebih besar dari rata-rata perusahaan
pembanding.
3. Return on assets (ROA)
ROA adalah rasio untuk mengukur seberapa besar tingkat
pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dihitung
dengan membagi pendapatan yang dapat dibagikan kepada entitas
dengan total aset perusahaan.
66
Tabel 4.13. Return on Assets
Tahun
SILO
SRAJ
SAME
Rata-rata
2011
3.4052%
0.5371%
-4.0245%
-0.0274%
2012
3.2757%
0.3822%
8.0024%
3.8868%
ROA Siloam Hospitals mengalami penurunan sebesar 0,1% dari
tahun 2011 ke tahun 2012. Namun bila pada tahun 2011 ROA
perusahaan berada di atas rata-rata, pada tahun 2012 ROA
perusahaan berasa di bawah rata-rata seiring dengan peningkatan
pendapatan
dari
perusahaan
pembanding.
Tentu
saja
dapat
disimpulkan bahwa ROA dari PT Siloam International Hospitals Tbk.
tidak terlalu baik.
4. Return on equity (ROE)
Rasio lain yang akan digunakan adalah rasio return on equity. Rasio
ini mengukur profitabilitas perusahaan dari sudut pandang pemegang
saham biasa. ROE dihitung dengan membagi total laba yang dapat
dibagikan kepada entitas dengan total ekuitas saham biasa.
Tabel 4.14. Return on Equity
Tahun
SILO
SRAJ
SAME
Rata-rata
2011
21.17%
0.71%
301.25%
107.71%
2012
21.24%
0.72%
121.05%
47.67%
Nilai ROE dari PT Siloam International Hospitals Tbk. selalu berada
di bawah rata-rata rumah sakit lain. Hal ini terutama disebabkan oleh
laba dan nilai ekuitas dari PT Sarana Mediatama Metropolitan Tbk.
yang sangat fluktuatif. Pada tahun 2011, Omni Hospitals mengalami
kerugian dan memiliki nilai ekuitas yang negatif. Sedangkan pada
tahun 2012 Omni memiliki jumlah laba yang dapat didistribusikan
kepada entitas yang lebih besar dari pada total ekuitas saham biasa.
Hal ini menyebabkan besarnya nilai ROE pada industri rumah sakit.
67
4. 5.
Analisis FCFF
Analisis Free Cash Flow to Firm (FCFF) pada PT Siloam International
Hospitals Tbk. dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia
2. Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang terdiri
dari :
a) Menghitung Cost of equity (Ks) dengan pendekatan Capital Asset
Pricing Model (CAPM)
b) Menghitung Cost of debt (Kd) dengan pendekatan Damodaran
Spreadsheet
c) Menghitung Tax Rate, proporsi hutang (Wd), dan proporsi modal
(Ws)
3. Memasukkan komponen-komponen FCFF
4. Mengestimasikan komponen FCFF tahun 2013 dengan cara forecasting
5. Menghitung FCFF tahun 2013
6. Menghitung Value of Firm
7. Menghitung Total equity
8. Menghitung nilai intrinsik saham PT Siloam International Hospitals
Tbk. dan membandingkan dengan harga saham perdana saat IPO.
4.5.1.
Menentukan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model tingkat pertumbuhan
stable growth, di mana tingkat pertumbuhan yang digunakan berdasarkan
tingkat pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Tingkat pertumbuhan yang
digunakan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II
tahun 2013 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu sebesar
5.81%. Karena itu, tingkat economic growth (g) yang digunakan di dalam
penelitian ini adalah sebesar 5.81%. Adapun data pendukung untuk data
pertumbuhan ekonomi ini dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.5.2.
Menghitung WACC
Pendekatan WACC yang digunakan dalam perhitungan estimasi harga
wajar saham PT Siloam International Hospitals Tbk. diperoleh dari nilai tiap-
68
tiap komponen biaya dari WACC, yaitu cost of equity (Ks) dan cost of debt
(Kd).
4.5.2.1.
Cost of Equity (Ks)
Dalam
penelitian
ini,
pendekatan
yang
digunakan
dalam
menghitung cost of equity (Ks) adalah pendekatan Capital Asset Pricing
Model (CAPM). Data-data yang diperlukan untuk menghitung cost of
equity (Ks) yaitu risk free rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
sebagai market rate of return (Rm), dan beta.
Risk free rate (RFR) yang digunakan di dalam penelitian ini
menggunakan BI Rate. BI Rate digunakan sebagai risk free rate karena
satu-satunya yang diasumsikan bebas risiko. Berikut ini adalah
perubahan suku bunga BI Rate selama periode 2011 sampai dengan
2012.
Tabel 4.15. BI Rate 2011-2012
Bulan
2011
2012
Januari
-
6.00%
Februari
-
5.75%
Maret
-
5.75%
April
6.75%
5.75%
Mei
6.75%
5.75%
Juni
6.75%
5.75%
Juli
6.75%
5.75%
Agustus
6.75%
5.75%
September
6.75%
5.75%
6.5%
5.75%
November
6.00%
5.75%
Desember
6.00%
5.75%
Oktober
Sumber: http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/data/Default.aspx
BI Rate yang telah diperoleh dibagi dengan 360 (asumsi 1 tahun =
360 hari) karena data yang digunakan adalah data harian (Daily). Setelah
69
itu dilakukan perhitungan rata-rata risk free rate dengan menggunakan
fungsi Average dalam Microsoft Excel. Hasil rata-rata yang diperoleh
masih berupa risk free rate harian yaitu sebesar 0,017%. Setelah itu hasil
dari rata-rata harian ini dikalikan dengan 360 untuk memperoleh risk free
rate tahunan, sehingga risk free rate yang diperoleh adalah sebesar
6,11%. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Selanjutnya adalah menghitung market rate of return (Rm) yang
diperoleh dari return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode
Januari sampai dengan Agustus 2013. IHSG dipilih menjadi market rate
of return karena IHSG mewakili return saham yang ada di Indonesia
secara keseluruhan. Periode yang digunakan adalah dari tanggal 11 April
2011 sampai dengan 28 Desember 2012. Hal ini dikarenakan perusahaan
yang digunakan untuk menghitung nilai beta baru melakukan IPO pada
tanggal 11 April 2011. Hal pertama yang dilakukan adalah menghitung
tingkat pengembalian pasar (Rm) mingguan dari IHSG dengan
menggunakan persamaan:
Dari hasil perhitungan tingkat pengembalian IHSG harian (Rm),
terdapat tingkat pengembalian yang bernilai positif dan negatif. Tingkat
pengembalian yang bernilai negatif karena terjadinya penurunan IHSG
70
dari harga sebelumnya. Sebaliknya tingkat pengembalian yang bernilai
positif karena terjadinya kenaikan IHSG dari harga sebelumnya.
Sedangkan tingkat pengembalian yang bernilai 0% terjadi karena tidak
terjadinya kenaikan maupun penurunan harga sama, dengan kata lain
harga saham tetap (tidak berubah).
Setelah melakukan perhitungan tingkat pengembalian pasar (Rm)
harian periode 11 April 2011 sampai dengan 28 Desember 2012, langkah
selanjutnya adalah menghitung rata-rata dari tingkat pengembalian harian
saham IHSG dengan fungsi Average di dalam Microsoft Excel. Maka
didapatlah hasil rata-rata tingkat pengembalian IHSG harian sebesar
(0,041%). Untuk memperoleh tingkat pengembalian pasar yang akan
dimasukkan ke dalam rumus CAPM, maka tingkat pengembalian harian
dikalikan 360 (asumsi 1 tahun = 360 hari). Akhirnya didapatlah tingkat
pengembalian pasar atau market rate of return (Rm) sebesar 14,79%.
Langkah selanjutnya adalah menghitung besarnya nilai beta. Beta
yang digunakan di dalam penelitian ini diasumsikan sama dengan ratarata beta industri rumah sakit. Di mana perusahaan yang diambil sebagai
rata-rata industri adalah perusahaan yang telah melakukan pencatatan
saham di Bursa Efek Indonesia yang bergerak di bidang jasa rumah sakit.
Dalam menghitung beta industri rumah sakit, hanya satu perusahaan
yang digunakan dalam perhitungan, yaitu Mayapada Hospital (PT
Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, kode SRAJ). Omni Hospital (PT Sarana
Mediatama Metropolitan Tbk., kode SAME) tidak digunakan dalam
perhitungan beta industri dikarenakan pada tahun 2011 Omni Hospital
belum melakukan Initial Public Offering sehingga tidak memiliki data
yang diperlukan dalam menghitung beta.
71
Data harga saham perusahaan yang digunakan sama dengan harga
saham IHSG yaitu harga saham harian (dialy) pada periode 11 April
2011 sampai dengan 28 Desember 2012. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah menghitung tingkat pengembalian saham (Ri) harian
perusahaan menggunakan cara yang sama dengan penghitungan Rm
harian.
Tingkat pengembalian saham (Ri)
Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai beta yang akan
digunakan ke dalam persamaan CAPM. Beta perusahaan dapat diperoleh
dengan fungsi Slope di dalam Microsoft Excel.
Beta dari industri
Setelah
dilakukan
perhitungan
beta
perusahaan
dengan
menggunakan fungsi Slope, maka diperoleh beta industri sebesar 0,3421
yang artinya ukuran sensitifitas saham dari risiko pasar yang mengukur
tingkat pengembalian saham bergerak terhadap saham. Jika beta bernilai
sama dengan 1 berarti harga saham sensitif atau agresif terhadap pasar
saham. Jika beta bernilai kurang dari 1 berarti harga saham tidak sensitif
terhadap pasar. Dengan kata lain, semakin besar nilai suatu beta, maka
semakin besar pula risiko saham tersebut.
Untuk data-data harga saham IHSG, SRAJ, BI Rate serta
perhitungan Ri dan Rm dapat dilihat secara lengkap di lampiran 3.
Setelah memperoleh hasil perhitungan dari ketiga komponen cost of
equity (Ks), yaitu market rate of return (Rm), Beta (β), dan risk free rate
(RFR), maka kita dapat menghitung cost of equity (Ks) dengan menggunakan
CAPM. Berikut ini adalah perhitungan cost of equity (Ks) menggunakan
CAPM:
72
Tabel 4.16. Perhitungan Cost of Equity
Harian
Tahunan
Risk free rate (RFR)
0.017%
6.11%
Market rate of return (Rm)
0.041%
14.79%
Beta (β)
0.3421
Cost of equity (Ks)
9.08%
Cost of equity (Ks) yang diperoleh dengan menggunakan
pendekatan CAPM adalah sebesar 9,08%, yang menunjukkan besarnya
biaya yang perlu dibayarkan kepada investor, seperti dividen, sebagai
hasil pengembalian dari investasi mereka.
4.5.2.2.
Cost of Debt (Kd)
Dalam penelitian ini, biaya hutang diasumsikan sama dengan
bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada kreditornya. Hal
ini dikarenakan PT Siloam International Hospitals Tbk. tidak
menerbitkan obligasi dan seluruh hutang jangka panjangnya didapatkan
dari bank yang ada di Indonesia. Bank tersebut adalah PT Bank Central
Asia Tbk. dan Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur. PT Bank
Central Asia Tbk. memberikan bunga 11% per tahun dan BPD
Kalimantan Timur memberikan bunga 11,5% per tahun atas pinjaman
yang diberikan. Biaya hutang akan dihitung dengan menggunakan ratarata dari bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan per tahunnya
dengan asumsi bahwa perusahaan telah membayar bunga yang telah
ditetapkan oleh bank. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
73
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa cost of debt yang
harus dibayarkan PT Siloam International Hospitals Tbk. adalah 11,25%
4.5.2.3.
Tarif Pajak
Biaya modal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
yang berada di luar kendali perusahaan dan yang dipengaruhi oleh
keputusan keuangan dan investasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi
adalah tarif pajak. Tarif pajak ini akan digunakan dalam perhitungan cost
of debt biaya hutang, yaitu biaya hutang setelah pajak. Jadi langkah
berikutnya adalah menentukan besarnya tarif pajak selama periode 20102012. Tarif pajak akan dihitung dengan menggunakan rata-rata dari
keseluruhan pajak yang telah dibayarkan oleh perusahaan dengan asumsi
bahwa perusahaan telah membayar pajak sesuai dengan tarif pajak yang
telah ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk wajib pajak
badan pada periode yang telah ditetapkan. Sejak tahun 2010 DJP telah
menetapkan tarif pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan adalah
sebesar 25%.
4.5.2.4.
Perhitungan WACC
Data selanjutnya yang dibutuhkan dalam menghitung WACC
adalah proporsi struktur modal perusahaan yang terdiri dari bobot hutang
(Wd) dan bobot ekuitas (Ws). Proporsi struktur modal ini dapat dihitung
dengan menggunakan data-data yang terdapat di dalam laporan keuangan
perusahaan yaitu laporan posisi keuangan periode 2010-2012.
Tabel 4.17. Proporsi Struktur Modal PT Siloam International Hospitals Tbk.
(Dalam Rp)
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas
Total
Bobot Hutang (Wd)
Bobot Ekuitas (Ws)
Total
Rata-rata
Wd
Ws
Total
2010
474,549,029,599
137,578,748,083
612,127,777,682
77.52%
22.48%
100.00%
79.73%
20.27%
100.00%
2011
726,153,324,258
178,963,457,179
905,116,781,437
80.23%
19.77%
100.00%
2012
1,073,952,369,506
244,640,798,509
1,318,593,168,015
81.45%
18.55%
100.00%
74
Contoh perhitungan proporsi struktur modal untuk tahun 2010
adalah sebagai berikut:
Pada perhitungan proporsi modal tahun 2010, diperoleh proporsi
struktur modal perusahaan terdiri dari 77,52% hutang dan 22,48%
ekuitas. Hal ini berarti bahwa PT Siloam International Hospitals Tbk.
memiliki modal yang sebagian besar terdiri dari hutang yaitu 77,52% dan
ekuitas sebesar 22,48%. Begitu juga halnya dengan proporsi modal
perusahaan pada tahun 2011 dan 2012 yang mana sebagai besar modal
perusahaan terdiri atas hutang.
Setelah menghitung bobot hutang per tahun, langkah selanjutnya
adalah merata-ratakan bobot hutang tersebut dengan menggunakan fungsi
Average dalam Microsoft Excel.
Dari perhitungan rata-rata tersebut, didapatkan rata-rata bobot
hutang adalah 79,73% dan bobot modal sebesar 20,27%.
Setelah seluruh komponen WACC selesai dihitung, langkah
selanjutnya yang dilakukan adalah memasukkan seluruh komponen
WACC tersebut ke dalam rumus perhitungan WACC, yaitu:
75
Tabel 4.18. Perhitungan WACC
WACC
Ks
9,08%
Kd
11,25%
Ws
20,27%
Wd
79,73%
Tax Rate
WACC
4.5.3.
25%
8,57%
Menghitung FCFF
Free Cash Flow to Firm (FCFF) mencerminkan arus kas yang
benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada investor dan lebih
relevan digunakan untuk mengestimasi nilai dari suatu perusahaan. Nilai
dari operasi suatu perusahaan akan bergantung pada seluruh arus kas
bebas yang diharapkan pada masa yang akan datang.
Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung free cash flow dapat
diperoleh dari laporan keuangan PT Siloam International Hospitals Tbk.
periode 2010-2012. Di mana komponen-komponen dari FCFF itu terdiri dari
laba operasi setelah pajak, beban penyusutan dan amortisasi (depreciation
and amortization expense), pengeluaran modal (Capital Expenditure), dan
perubahan modal kerja (change in working capital). Untuk data-data
komponen dari FCFF dapat dilihat secara lengkap di Lampiran 4.
Data laba operasi setelah pajak didapatkan dari income statement
sebesar Rp 71.873.483.583 pada tahun 2010.
Untuk beban penyusutan dan amortisasi detailnya terdapat dalam
catatan atas laporan keuangan. Data ini dihitung dengan menjumlahkan
seluruh beban penyusutan dan amortisasi yang dimiliki perusahaan.
Data pengeluaran modal (capital expenditures) didapatkan dari
catatan atas laporan keuangan. Untuk komponen modal kerja didapatkan
76
dari piutang usaha ditambah persediaan lalu dikurangi hutang usaha.
Setelah didapatkan total modal kerja, dihitunglah perubahan modal kerja
yang merupakan modal kerja tahun ini dikurangi dengan modal kerja
tahun sebelumnya.
4.5.3.1.
Peramalan Pendapatan PT Siloam International Hospitals
Tbk.
Pendapatan PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun
2013 dapat dihitung dengan menggunakan fungsi forecast pada
Microsoft Excel. Perkiraan pendapatan PT Siloam International
Hospitals Tbk. ini akan digunakan dalam memperkirakan FCFF
tahun 2013 dan selanjutnya dapat melihat harga IPO saham PT
Siloam International Hospitals Tbk. Perkiraan pendapatan PT
Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 dapat dihitung
sebagai berikut :
Berdasarkan perhitungan di atas, diperkirakan nilai estimasi
pendapatan PT Siloam International Hospitals Tbk. pada tahun
2013 adalah sebesar Rp2.116.911.724.416. Di mana estimasi
pendapatan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar
Rp328.829.202.253 dari pendapatan tahun 2012. Hal ini terjadi
karena estimasi dihitung dengan menggunakan Percentage of Sales
Method (PSM) dari rata-rata tahun historis yang fluktuatif.
4.5.3.2.
Perkiraan FCFF Tahun 2013
Untuk menghitung perkiraan FCFF PT Siloam International
Hospitals Tbk. tahun 2013, maka penulis juga harus melakukan
peramalan untuk masing-masing komponen FCFF, yaitu EBIT (1T), depreciation and amortization expense, capital expenditure,
dan change in working capital.
Peramalan dilakukan dengan menggunakan Percentage of
sales method (PSM) untuk masing-masing komponen tersebut.
77
Untuk memperoleh PSM maka masing-masing komponen harus
dibagi dengan jumlah pendapatan pada tahun tersebut. Misalnya
saja untuk menghitung PSM dari EBIT (1-T) tahun 2010, maka
yang harus kita lakukan adalah membagi EBIT (1-T) tahun 2010
dengan total pendapatan tahun 2010. Hal yang sama juga dilakukan
pada komponen yang lain dari periode 2010-2012. Berikut ini
adalah perhitungan PSM dari masing-masing komponen untuk
tahun 2011:
Untuk PSM masing-masing komponen tahun 2010 dan 2012
dihitung dengan cara yang sama dengan tahun 2011. Setelah
semuanya PSM periode 2010-2012 dihitung, maka langkah
selanjutnya adalah menghitung PSM rata-rata dari EBIT (1- T),
depreciation and amortization expense, capital expenditure, dan
change in working capital PT Siloam International Hospitals Tbk.
PSM rata-rata dihitung dengan menggunakan fungsi average dalam
Microsoft Excel. Perhitungan dari PSM rata-rata masing-masing
komponen adalah sebagai berikut :
Setelah perhitungan percentage of sales method (PSM)
selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung
estimasi masing-masing komponen FCFF tahun 2012. Estimasi
78
masing-masing komponen dapat dihitung dengan cara mengalikan
PSM
rata-rata
yang
telah
dihitung
sebelumnya
dengan
estimasi/peramalan pendapatan tahun 2012 yang telah dihitung.
Perhitungan untuk masing-masing komponen disajikan sebagai
berikut :
Tabel 4.19. Perhitungan Estimasi Komponen FCFF
Estimasi Sales
Rata-rata PSM
Estimasi FCFF
(1)
(2)
(1) x (2)
Estimasi EBIT(1-T)
Estimasi Depr. Exp.
Estimasi Capex
2,116,911,724,416
Estimasi ΔWC
5.21%
110,345,901,065
4.59%
97,227,276,686
19.24%
407,209,869,499
2.95%
62,519,963,624
Untuk data perhitungan PSM dan estimasi masing-masing
komponen secara lengkap, dapat dilihat pada Lampiran 4.
Setelah estimasi masing-masing komponen telah dihitung,
maka langkah selanjutnya adalah menghitung estimasi FCFF PT
Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013. Perhitungan dari
estimasi FCFF tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Estimasi FCFF = Rp110,345,901,065 + Rp97,227,276,686 –
Rp407,209,869,499 - Rp62,519,963,624
Estimasi FCFF = Rp(262,156,655,371)
Berdasarkan rumus FCFF, maka estimasi FCFF PT Siloam
International
Hospitals
Rp(262,156,655,371).
Tbk.
tahun
2013
adalah
sebesar
79
4.5.4.
Menghitung Value of Firm dan Total Equity
Value of firm diperoleh dengan cara membagi estimasi Free Cash Flow
to Firm tahun 2013 yang telah dihitung sebelumnya dengan pengurangan
antara WACC dan tingkat pertumbuhan ekonomi (economic growth) Indonesia
tahun 2013.
Setelah menghitung value of firm, maka langkah selajutnya adalah
menghitung nilai ekuitas (total equity) dari perusahaan. Nilai ekuitas dapat
diperoleh dengan cara mengurangi value of firm dengan rata-rata hutang jangka
panjang perusahaan dari periode 2010-2012. Rata-rata hutang jangka panjang
dapat dihitung dengan menggunakan fungsi average pada Microsoft Excel,
maka didapatlah rata-rata hutang jangka panjang perusahaan sebesar
Rp758.218.241.121.
Tabel 4.20. Rata-rata Hutang Jangka Panjang
Hutang Jangka Panjang
2010
474,549,029,599
2011
726,153,324,258
2012
1,073,952,369,506
Rata-rata
758,218,241,121
Setelah value of firm dan rata-rata hutang jangka panjang dihitung, maka
total ekuitas sudah dapat dihitung sebagai berikut :
80
4.5.5.
Menghitung Nilai Intrinsik Saham
Dengan mengetahui nilai ekuitas dari perusahaan, maka langkah terakhir
yang dilakukan adalah menghitung nilai intrinsik saham perusahaan. Nilai
intrinsik saham perusahaan dapat dihitung dengan cara membagi nilai ekuitas
dengan jumlah saham perusahaan yang beredar. Maka, perhitungan nilai
intrinsik saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013
diperlihatkan sebagai berikut :
Berdasarkan perhitungan, nilai intrinsik saham PT Siloam International
Hospitals Tbk. tahun 2013 adalah sebesar Rp(8.879,89). Bila dibandingkan
dengan harga saham saat IPO, yaitu sebesar Rp9.000, maka harga saham PT
Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 dianggap overvalued. Hal ini
dikarenakan nilai dari FCFF perusahaan yang negatif. Nilai capital expenditure
yang besar disebabkan karena pada tahun-tahun terakhir ini perusahaan
melakukan ekspansi usaha dengan membangun rumah sakit baru dan
mengakuisisi rumah sakit lain yang sudah berdiri. Dengan rencana perusahaan
untuk membangun rumah sakit baru di berbagai daerah merupakan hal yang
baik bagi perusahaan untuk menguatkan posisinya sebagai jaringan rumah sakit
swasta terbesar di Indonesia.
4. 6.
Analisis PER
Pendekatan lain yang juga biasa digunakan oleh investor untuk mengestimasi
harga wajar saham adalah Price Earning Ratio (PER). Hal pertama yang harus
dilakukan adalah menghitung PER perusahaan yang akan digunakan untuk
menghitung estimasi harga saham. Untuk memperoleh PER perusahaan, penulis
menggunakan rata-rata PER yang dihitung dari perusahaan dengan industri sejenis.
Perusahaan yang digunakan sebagai pembanding adalah perusahaan yang bergerak di
bidang yang sama dengan
PT Siloam International Hospitals Tbk. .Perusahaan
tersebut adalah Mayapada Hospital (PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, kode
81
SRAJ). Omni Hospital (PT Sarana Mediatama Metropolitan Tbk., kode SAME)
kembali tidak dimasikkan dalam perhitungan karena rumah sakit ini baru melakukan
IPO pada tahun 2013.
Penulis menghitung nilai PER dengan membagi rata-rata harga saham periode
11 April 2011 sampai dengan 28 Desember 2012 dengan nilai earning per share
yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan tahun 2012. Berikut perhitungan
PER SRAJ perusahaan tahun 2013:
Dari hasil perhitungan di atas, telah diperoleh PER sebesar 496.658x. Setelah
PER perusahaan pembanding diketahui, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan nilai EPS dari perusahaan. Nilai EPS PT Siloam International Hospitals
Tbk. dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan tersebut. EPS perusahaan
pada saat IPO adalah sebesar Rp50,46/lembar. Setelah PER dan EPS perusahaan
diketahui, maka langkah terakhir yang dilakukan adalah menghitung estimasi harga
saham tahun 2013. Estimasi harga saham PT Siloam International Hospitals Tbk.
tahun 2013 dapat diperoleh dengan cara mengalikan PER perusahaan pembanding
yang telah dihitung sebelumnya dengan nilai EPS perusahaan. Berikut adalah hasil
perhitungan estimasi harga saham PT Siloam International Hospitals Tbk. pada tahun
2013 :
Dari hasil perhitungan, maka diperoleh estimasi stock price dari PT Siloam
International Hospitals Tbk. pada tahun 2013 sebesar Rp25.061,36. Jika kita
membandingkan antara estimasi stock price dan harga pasar saham pada saat IPO,
yaitu Rp9.000, maka dapat dikatakan bahwa saham PT Siloam International
82
Hospitals Tbk. dinilai undervalued karena perusahaan pembanding yang digunakan
merupakan perusahaan rumah sakit yang memiliki nilai kapitalisasi pasar yang lebih
rendah dari PT Siloam International Hospitals Tbk. sehingga estimasi harga saham
yang diperoleh jauh lebih kecil daripada harga saham pada saat IPO.
4. 7.
Analisis PBV
Pendekatan terakhir yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah Price
to Book Value (PBV) method. Sama halnya seperti Price Earning Ratio, hal pertama
yang harus dilakukan adalah menghitung PBV tahun 2013 dari perusahaan
pembanding. Perusahaan pembanding yang digunakan sama dengan penghitungan
PER, yaitu Mayapada Hospital (PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, kode SRAJ).
Untuk menghitung nilai PBV telah dijelaskan pada bab 2 sebelumnya. Hal pertama
yang harus dilakukan adalah menghitung book value per share masing-masing
perusahaan. Book value per share diperoleh dengan cara membagi common
shareholder’s equity dengan number of common stock shares outstanding. Berikut
ini adalah perhitungan book value per share dari perusahaan pembanding :
Setelah mengetahui nilai book value per share dari perusahaan pembanding,
maka langkah selanjutnya adalah menentukan harga saham dari perusahaan
pembanding pada tahun 2013. Harga saham yang digunakan dalam menghitung PBV
ini merupakan harga saham penutupan pada tanggal 28 Desember 2012, yaitu Rp440.
Setelah kedua komponen untuk menghitung PBV telah diketahui, langkah
selanjutnya adalah menghitung PBV perusahaan pembanding tahun 2013.
Penghitungan PBV tahun 2013 adalah sebagai berikut :
PBV dari perusahaan pembanding ini akan diasumsikan sebagai PBV PT
Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 yang akan digunakan dalam
perhitungan estimasi harga saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun
83
2013. Book value per share dari PT Siloam International Hospitals Tbk. dapat
diketahui dengan membagi common shareholder’s equity dengan number of common
stock shares outstanding. Maka diperoleh book value per share PT Siloam
International Hospitals Tbk. sebesar Rp211,61/lembar. Berikut adalah perhitungan
estimasi harga saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013.
Tabel 4.21. Perhitungan PBV Siloam Hospitals Tahun 2013
Siloam Hospitals
Shareholder Equity
244,640,798,509.00
Outstanding Share
1,156,100,000
BV per Share
PBV
211.61
3.72
Dari perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa estimasi harga saham PT
Siloam International Hospitals Tbk. pada tahun 2013 adalah sebesar Rp787,94. Jika
estimasi harga saham yang diperoleh dibandingkan dengan harga pasar saham pada
saat IPO, maka dapat dikatakan bahwa saham PT Siloam International Hospitals
Tbk. tahun 2013 dinilai overvalued karena hal yang sama seperti metode PER yaitu
perusahaan pembanding yang digunakan merupakan rumah yang memiliki
kapitalisasi pasar yang lebih rendah daripada PT Siloam International Hospitals Tbk.
4. 8.
Penilaian Perhitungan FCFF, PER, dan PBV
Hasil dari perhitungan nilai intrinsik saham PT Siloam International Hospitals
Tbk. tahun 2013 dengan metode FCFF, PER, dan PBV dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
84
Tabel 4.22. Penilaian Perhitungan Metode FCFF, PER, dan PBV
FCFF
Nilai Intrinsik
Rp (8,879.89)
Rp 25,061.36
Rp 9000
Overvalued
Undervalued
Harga Saham Saat IPO
Penilaian
PER
PBV
Rp 787,94
Overvalued
Dari ketiga perhitungan nilai intrinsik saham PT Siloam International Hospitals
Tbk. tahun 2013, dapat dilihat bahwa perhitungan dengan metode FCFF dan PBV
bernilai overvalued, sedangkan perhitungan dengan metode PER bernilai
undervalued. Jika melihat harga saham perusahaan sejak IPO hingga akhir Mei 2014,
harga saham berada pada kisaran Rp10.000. Namun pada bulan Juni 2014 harga
saham berkisar antara Rp13.000 sampai dengan Rp14.500. Namun, dengan melihat
hasil perhitungan nilai intrinsik saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun
2013 dapat disimpulkan bahwa harga saham saat IPO bernilai di atas harga wajarnya
(overvalued).
Download