BAB 4 PEMBAHASAN 4. 1. Analisis SWOT Analisis SWOT akan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Pengaruh ini dapat berupa potensi dan dapat pula berupa kekurangan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengidentifikasi pengaruh-pengaruh tersebut, perusahaan dapat mengetahui potensi apa saja yang dimiliki dan memanfaatkan potensi tersebut serta mengatasi kekurangan-kekurangan agar dapat bersaing dengan kompetitor. Dalam mengidentifikasinya, penulis akan menguraikan kondisi lingkungan industri kesehatan sehingga dapat menyimpulkan faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi perusahaan. Setelah mengidentifikasi faktor-faktor tersebut, dapat dirumuskan strategi yang tepat dengan menggunakan diagram SWOT. Hasil dari analisis diagram SWOT akan menjabarkan apakah strategi yang digunakan oleh PT Siloam International Hospitals Tbk. tepat untuk memaksimalkan potensi untuk meraih keuntungan dan minimalisir kelemahan agar dapat bertahan dalam persaingan. A. Faktor Internal Perusahaan 1. Kekuatan (Strengths) a) Grup rumah sakit swasta terbesar di Indonesia dalam hal jumlah rumah sakit dan jumlah tempat tidur operasional. b) Mengoperasikan 16 rumah sakit dengan kapasitas 3.783 tempat tidur, mempekerjakan 1.513 dokter serta 2.767 perawat dan lebih dari 2.300 staf pendukung lainnya. c) Keberhasilan mengembangkan rumah sakit baru serta mengintegrasikan dan mengakuisisi rumah sakit dengan kinerja rendah. d) Memiliki layanan gawat darurat yang sesuai dengan standar American Collage of Emergency dan Australasian Collage of Emergency. Selain 45 46 itu, perusahaan telah melibatkan spesialis kedokteran darurat dari rumah sakit John Hopkins dalam merumuskan protokol klinis standar internasional serta program pelatihan dalam pengobatan darurat untuk penyakit stroke, jantung, dan trauma. e) Memiliki layanan panggilan darurat terpusat “500-911” yang merespon panggilan darurat di salah satu daerah jangkauan rumah sakit perusahaan. f) Memiliki peralatan kedokteran tercanggih yaitu Cath-Lab, Tesla MRI, CT Scanner, Gamma Knife (pertama di Indonesia), 4D Ultrasound, Linear Accelerators, dan Cyclotron. g) Menghadirkan Centers of Excellence yang bertujuan untuk menjadikan rumah sakit perusahaan fokus pada bidang pelayanannya, sesuai kebutuhan masyarakat sambil tetap memberikan pelayanan kesehatan berkualitas internasional. Perusahaan telah mengembangkan Centers of Excellence di beberapa bidang spesialisasi di rumah sakit perusahaan, termasuk di bidang kanker, jantung, syaraf, kesuburan, urologi dan ortopedik. h) Mengembangkan model hub and spoke yang memungkinkan layanan dokter spesialis secara real time, menjangkau hingga ke daerahdaerah, tanpa menambah biaya pasien dan perusahaan. i) Peningkatan jumlah rumah sakit menyebabkan pendapatan operasional bruto tahun 2013 naik 40% dibandingkan dengan tahun 2012. j) Peningkatan aset perusahaan terutama karena saldo hasil IPO yang belum digunakan dan pembukaan dua rumah sakit baru serta akuisisi dua rumah sakit di Bali. 2. Kelemahan (Weakness) a) Kesulitan dalam merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga medis yang berkualitas. b) Kesulitan untuk mengintegrasikan secara efektif sistem dan teknologi informasi yang baru dengan teknologi yang telah digunakan di rumah sakit perusahaan. 47 c) Kemajuan teknologi yang pesat dan tantangan lain yang terkait dengan peralatan medis perusahaan. d) Pertanggungan asuransi perusahaan kemungkinan tidak mencakup semua jenis kerugian dan mungkin tidak cukup untuk menutupi kerugian perusahaan. e) Perusahaan memiliki proporsi hutang yang cukup besar sebelum melakukan IPO pada September 2013. Hal ini tentu saja kurang sehat bagi keuangan perusahaan karena perusahaan harus membayar pokok hutang beserta bunganya. B. Faktor Eksternal Perusahaan 1. Peluang (Opportunities) a) Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan kekayaan pribadi dan rumah tangga penduduk Indonesia sehingga terjadi peningkatan jumlah rumah tangga kelas menengah. b) Perubahan gaya hidup dan urbanisasi menyebabkan penyakit yang berkaitan dengan gaya hidup (jantung, kanker, stroke, diabetes) meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan perawatan tersier (rawat konsultasi spesialis, rawat jalan, pengobatan lanjut, dan bedah kompleks) serta perawatan kuarterner (bedah kompleks risiko tinggi dan cangkok organ). c) Rumah sakit pertama di Indonesia yang diakui internasional melalui akreditasi Joint Commission International tahun 2007. 2. Ancaman (Threats) a) Kemungkinan kesulitan dalam memperoleh izin atau persetujuan dari pemerintah atau pemerintah daerah untuk melaksanakan usaha dan membuka rumah sakit baru. b) Persaingan nasional dengan grup rumah sakit swasta lain di Indonesia seperti Mitra Keluarga Group, Awal Bros Group, Sari Asih Group, 48 dan Ramsay Sime Darby Health Care. Serta persaingan regional dengan rumah sakit di Singapura dan Penang, Malaysia. c) Kemungkinan menghadapi gugatan malpraktek kedokteran di mana perusahaan tidak memiliki jaminan asuransi. Saat ini perusahaan bertumpu pada strategi “Four Pillars Foundation”, yaitu keunggulan dalam layanan darurat, State-of-the-art equipment, platform Digital/Telemedicine, dan kemitraan dokter yang efektif. Strategi yang telah dijalankan oleh perusahaan di tahun 2013 yaitu 1. Memperkuat dan mengembangkan posisi memimpin di pasar layanan kesehatan Indonesia dengan: meningkatkan jumlah tempat tidur secara signifikan di seluruh jaringan rumah sakit perusahaan dengan sistematis dan efektif, merintis model rumah sakit modular, mengidentifikasi pasar yang belum terlayani, membangun atau mengakuisisi rumah sakit baru, memperluas dan meningkatkan fasilitas yang sudah ada, agar layanan klinis yang disediakan memenuhi kebutuhan pasar tersebut. 2. Mengembangkan model hub and spoke, yang efektif memperluas layanan spesialis, mengembalikan migrasi medis domestik, memberikan diagnosa ahli secara real time, mengurangi biaya bagi pasien maupun perusahaan dan mengatasi kekurangan pasokan spesialis berkualitas tinggi. 3. Mendapat marjin yang lebih tinggi dalam memberikan layanan spesialis, dan mengembalikan tren perjalanan medis ke luar negeri agar tetap di Indonesia. 4. Menerapkan model layanan klinis holistik dan perbaikan kualitas berkesinambungan, dengan cara : • menyediakan layanan kesehatan yang inovatif, komprehensif dan terpadu pada seluruh pilihan perawatan (primer, sekunder atau tersier hingga kuartener), dengan standar kualitas yang tinggi dan aturan klinis yang ketat; 49 • menyediakan dan melatih tenaga medis bekerja sama dengan UPH Medical Services (dilatih di RSUS dan rumah sakit tersier lain seperti SHLV); • menyediakan layanan terintegrasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (RSUS) dan menjadi model kemitraan publik-swasta yang berhasil; • mendirikan Centers of Excellence di beberapa rumah sakit Perseroan, sehingga menjadi rujukan untuk bidang-bidang khusus; • mempekerjakan dokter yang sangat khusus untuk layanan kuartener dan menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga kesehatan internasional untuk benchmark. Contohnya adalah dibukanya Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) yang merupakan RS pertama di Indonesia dengan fasilitas pengobatan nuklir terintegrasi dan penggunaan gamma knife dan • menjadi pionir penggunaan teknologi paling mutakhir untuk pelayanan kuartener; layanan darurat, penerapan “hub and spoke” dan sistem “tele-medicine.” 5. Mendorong efisiensi operasional dengan teknologi canggih, yang mendukung sistem keuangan dan administrasi sambil tetap mengacu pada prosedur standar internasional dan praktek klinis, melalui: • Perusahaan menggunakan beberapa sistem informasi terdepan untuk menggambarkan rincian semua transaksi dalam jaringan usahanya, seperti : sistem informasi laboratorium, sistem keuangan, radiologi, pengarsipan gambar, sistem komunikasi, sistem informasi manajemen gedung, sistem informasi HRD dan sistem pembelian. • Semua rumah sakit perusahaan terhubung dalam satu jaringan bandwith dan server yang melayani 24 jam. Ini penting untuk mendukung layanan darurat atau Call Center agar dapat merespon dengan cepat dan diandalkan. 50 • Melakukan pengkinian sistem, sehingga dapat memiliki sistem data base rekam medis terpusat (memungkinkan manajemen pasien terintegrasi, memonitor dan menganalisa biaya pada tiap tingkatan layanan). 6. Mendukung operasi klinis dengan penelitian yang teratas dan fasilitas akademik untuk memberikan pelayanan prima. Perusahaan secara aktif berkolaborasi dengan penyedia layanan medis internasional serta universitas dan lembaga penelitian lokal. Perusahaan bekerja sama dengan Universitas Pelita Harapan (UPH) dan Mochtar Riady Institute of Nanotechnology. Inilah satu-satunya organisasi kesehatan di Indonesia yang dipercaya untuk menyatukan operasi klinis dengan hasil penelitian teratas dan fasilitas akademis. Perusahaan juga telah menandatangani nota kesepahaman dengan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Singhealth – Singapura dan 10 Fakultas Kedokteran dan Sekolah Keperawatan di Indonesia untuk pendidikan lanjutan maupun penelitian medis. 7. Terus merekrut, mempertahankan dan memberi insentif bagi tenaga medis handal. Perusahaan percaya perusahaan menawarkan lingkungan kerja yang menarik dengan nama merek berkualitas, layanan kesehatan spesialis yang berkualitas tinggi, aliran pasien yang berkelanjutan, fasilitas dan sistem berkelas dunia, pelatihan berkelanjutan, otonomi dokter, serta peluang untuk mengembangkan karier pribadi. Perusahaan mengadopsi sejumlah strategi pengadaan Sumber Daya Manusia yaitu: • merekrut teknisi keperawatan dan kesehatan berkualitas dari negaranegara ASEAN dan India, serta melatih sejumlah dokter dan perawat dari UPH setiap tahun sebagai bagian dari UPHMS • mendirikan supply pool lulusan medis melalui kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi regional terkemuka. • menawarkan Beasiswa bagi dokter berpotensi tinggi sebagai insentif untuk bekerja bagi perusahaan. 51 • membuka sekolah kesehatan profesional yang terafiliasi pada tahun 2014 untuk pelatihan teknisi kesehatan, seperti apoteker dan ahli radiologi. • mendirikan SDPDP (Siloam Doctors Partnership Development Program) untuk menarik dan mempertahankan dokter-dokter spesialis bekerja di rumah-rumah sakit Perseroan. Untuk diagram SWOT, dapat dilihat di lampiran 1. 4. 2. Analisis Five Forces Porter Analisis Five Forces Porter digunakan untuk melihat lima kekuatan industri yang dapat mempengaruhi strategi perusahaan untuk menghasilkan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan kompetitor dalam industri yang sama. Lima kekuatan yang dianalisis ini dapat menunjukkan tingkat persaingan dalam industri rumah sakit, apakah tinggi, sedang, atau rendah. Setelah mengetahui tingkat persaingan yang ada dalam industri rumah sakit, penulis akan menganalisis strategi-strategi yang telah dilakukan oleh PT Siloam International Hospitals Tbk. Analisis ini akan menyimpulkan apakah strategi-strategi yang dimiliki PT Siloam International Hospitals Tbk. mampu menghadapi kompetitornya dan menilai apakah PT Siloam International Hospitals Tbk. merupakan pilihan yang baik untuk investasi. Model lima kekuatan Porter bagi PT Siloam International Hospitals Tbk. yaitu: 1. Persaingan dengan kompetitor a. Rumah sakit di negara tetangga Siloam hospitals bersaing dengan rumah sakit berkualitas internasional yang berada di negara tetangga, seperti Singapore General Hospital, Singhealth, dan National University Hospital di Singapura. Di Malaysia di antaranya Universiti Malaysia Medical Centre dan KPJ Healthcare Berhad. Rumah sakit tersebut memiliki pengalaman operasional yang cukup lama, sumber keuangan yang baik, pelayanan yang sistematis, cepat dan ramah dengan biaya berobat yang hampir sama dengan biaya berobat di Indonesia, kualitas dari dokter yang baik, perawat yang 52 ramah dan terampil. Selain itu, kelengkapan dan kemudahan mengakses informasi di internet menjadikan rumah sakit tersebut masuk dalam daftar 1.000 rumah sakit terbaik di dunia versi Webometrics. b. Rumah sakit di Indonesia Di dalam negeri, grup Siloam Hospitals merupakan grup rumah sakit swasta terbesar dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidur terbanyak. Walau begitu, Siloam Hospitals masih harus bersaing dengan grup rumah sakit swasta berkelas internasional lain seperti Mitra Keluarga Group, Awal Bros Group, Sari Asih Group, dan Ramsay Sime Darby Health Care. 2. Potensi masuknya kompetitor baru Izin untuk mendirikan rumah sakit baru diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 147 Tahun 2010. Izin akan dikeluarkan apabila rumah sakit sudah memenuhi seluruh persyaratan pendirian yang mencakup studi kelayakan, master plan, rekomendasi izin mendirikan, izin UU gangguan, persyaratan pengolahan limbah, lokasi beserta luas tanah, dan IMB. Izin untuk mendirikan dan operasional rumah sakit ini cukup sulit untuk didapatkan karena diberikan oleh Menteri Kesehatan atas rekomendasi Pemerintah Daerah Provinsi untuk rumah sakit kelas A. Bahkan untuk mendirikan klinik kecil di DKI Jakarta, harus mendapatkan persetujuan dari gubernur. Dengan sulitnya memperoleh izin untuk mendirikan rumah sakit, maka ancaman masuknya kompetitor baru tidak terlalu besar bagi PT Siloam International Hospitals Tbk. 3. Potensi pengembangan produk-produk pengganti Produk dan layanan yang diberikan PT Siloam International Hospitals Tbk. mudah untuk digantikan oleh rumah sakit maupun metode pengobatan penyakit alternatif. Banyaknya rumah sakit berkualitas internasional, klinik, dan metode pengobatan alternatif membuat pasien mempunyai banyak pilihan untuk berobat. Namun, pengobatan di rumah sakit tetap menjadi 53 pilihan utama bagi pasien dengan penyakit berat yang membutuhkan peralatan dengan teknologi canggih. Dengan adanya hambatan yang cukup besar dari produk pengganti yang menawarkan biaya pengobatan kompetitif dan nama yang dikenal serta kualitas jasa yang baik maka semakin besar hambatan yang dihadapi PT Siloam International Hospitals Tbk. 4. Daya tawar pemasok Industri kesehatan bergantung pada perusahaan farmasi dan produsen peralatan kesehatan untuk menyediakan obat-obatan dan peralatan di rumah sakit. Walau begitu, banyaknya macam obat-obatan yang memiliki kandungan bahan yang hampir serupa untuk mengobati penyakit yang sama membuat perusahaan dapat memilih untuk menggunakan obat-obatan dari perusahaan yang menyediakan kebutuhan rumah sakit dengan harga dan kualitas yang sesuai. Dalam hal penyediaan peralatan kesehatan umum, rumah sakit juga masih dapat memilih produsen mana yang menawarkan harga dan kualitas yang sesuai. Tetapi dalam hal pengadaan alat kesehatan canggih yang hanya diproduksi oleh perusahaan tertentu, seperti gamma knife yang hanya diproduksi oleh perusahaan Elekta di Swedia, tentu saja harga dan jasa perawatan tergantung dari perusahaan tersebut. Karena daya tawar pemasok obat-obatan dan peralatan medis umum rendah, namun daya tawar pemasok peralatan canggih yang cukup tinggi, maka kekuatan dari pemasok relatif sedang. Dalam hal ini perusahaan harus dapat mengevaluasi secara menyeluruh kualitas dan harga yang ditawarkan sebelum memilih supplier mana yang akan memasok obatobatan dan peralatan medis mereka. 5. Daya tawar konsumen Degan banyaknya pilihan rumah sakit, klinik, maupun metode pengobatan alternatif membuat pasien dapat memilih di mana mereka ingin menyembuhkan penyakit mereka. Daya tawar dari pengguna layanan kesehatan sangat tinggi. Hal ini dikarenakan beragamnya pilihan dari rumah sakit lain yang menawarkan biaya pengobatan yang lebih murah, 54 layanan yang lebih baik, peralatan yang lebih canggih dan lebih lengkap, serta kondisi ekonomi yang dimiliki pasien yang lebih memilih rumah sakit ataupun klinik yang menyediakan layanan dengan harga terjangkau. Dari faktor-faktor di atas, daya tawar konsumen cukup tinggi yang menyebabkan tingginya persaingan yang dihadapi oleh PT Siloam International Hospitals Tbk. 4.2.1. Strategi Menghadapi Lima Kekuatan Industri Sebelumnya telah diuraikan lima kekuatan industri yang dimiliki oleh PT Siloam International Hospitals Tbk. dalam industrinya. Berikut merupakan tabel ringkasan analisis Porter mengenai tingkat persaingan untuk industri rumah sakit. Tabel 4.1. Tingkat Kekuatan Untuk Industri Rumah Sakit Kekuatan Persaingan dengan kompetitor Tingkat Kekuatan High √ √ √ Daya tawar pemasok Daya tawar konsumen Low √ Potensi masuknya pesaing baru Potensi pengembangan produk pengganti Medium √ Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa kekuatan yang dimiliki oleh industri rumah sakit cukup tinggi. Tingginya kekuatan berpengaruh pada tingginya persaingan yang harus dihadapi PT Siloam International Hospitals Tbk. Agar dapat menghadapi persaingan tersebut maka Siloam Hospitals melakukan strategi kompetitif agar dapat mengungguli kompetitornya. Strategi-strategi yang dilakukan PT Siloam International Hospitals Tbk. dalam menghadapi kekuatan industri adalah: 1. Menambah jumlah tempat tidur di setiap rumah sakit, membangun rumah sakit baru, mengakuisisi rumah sakit yang sudah ada, 55 meningkatkan fasilitas yang sudah ada, menggunakan peralatan medis tercanggih, serta bekerja sama dengan universitas untuk mendapatkan tenaga medis dengan kemampuan baik agar dapat bersaing dengan rumah sakit lain. 2. Menjalin kerja sama dengan dokter swasta ataupun klinik agar dapat merujuk pasien mereka ke Siloam Hospitals untuk kegunaan jasa tersier atau kuarterner yang tidak dapat disediakan oleh rumah sakit lainnya. 3. Menjalin kemitraan dengan bank untuk menawarkan promosi dan diskon kepada pengguna kartu kredit. Fasilitas yang diberikan seperti pembayaran angsuran, paket medical check-up, program diskon dan voucher. 4. Untuk mempertahankan pelanggan, Siloam menyediakan artikel dan konten mengenai kesehatan secara gratis melalui website dan jaringan media sosial lainnya, selain mengirimkan promosi kesehatan melalui SMS maupun email kepada pasien-pasien perusahaan. Program “My Siloam Card” dibuat untuk menawarkan manfaat kepada pasien, seperti diskon untuk pelayanan di rumah sakit, serta promosi untuk harga kamar hotel dan restoran yang dimiliki grup perusahaan. 5. Untuk menjaring pasien kelas menegah ke bawah, Siloam membuka rumah sakit umum berbiaya rendah yang dilayani oleh dokter-dokter rumah sakit Siloam dan mahasiswa kedokteran dari Universitas Pelita Harapan. Layanan di rumah sakit ini diberikan kepada pasien berpenghasilan rendah dan yang hanya diasuransikan oleh pemerintah. 6. Dari sisi pemasok obat-obatan Siloam mengoperasikan sistem pengadaan terpusat untuk menjaga dan memanfaatkan lokasi rumah sakit yang tersebar di Indonesia secara baik dan mencapai skala ekonomis. Untuk sebagian besar pemesanan obat dari pemasok utama, PT Siloam International Hospitals Tbk. telah menegosiasikan supaya beberapa rumah sakit bisa menempatkan pemesanan secara langsung, sehingga perusahaan dapat mempertahankan harga 56 sekaligus memanfaatkan economies of scale. Penempatan pemesanan secara langsung ini oleh rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya kepada pemasok membantu untuk menghindari pemesanan ganda dan membuat proses pemesanan lebih efisien. 4. 3. Analisis PESTLE Dalam analisis PESTLE ini akan dijabarkan mengenai faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan industri kesehatan, terutama rumah sakit, yaitu faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, hukum, dan lingkungan. 1. Politik a) Adanya Jaminan Sosial Kesehatan yang mewajibkan rumah sakit untuk menerima pasien dari semua kalangan. Nantinya pemerintah akan membayarkan biaya berobat dari pasien pemegang jaminan kesehatan. b) Pergantian pemerintahan terkadang menyebabkan berubahnya kebijakan pemerintah dalam hal peraturan yang harus diikuti perusahaan. 2. Ekonomi a) Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 mencapai 5.78% dibandingkan dengan tahun 2012 dengan peningkatan di sektor jasa sebanyak 5.46%. Tentu saja hal ini akan mempengaruhi peningkatan pendapatan di perusahaan industri kesehatan. b) Tingkat inflasi yang akan mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. Inflasi akan mempengaruhi harga obat-obatan dan peralatan kesehatan yang dibutuhkan oleh rumah sakit. 3. Sosial a) Tanggung jawab sosial perusahaan untuk melayani pasien yang berpenghasilan kecil dan tidak mampu. b) Perubahan gaya hidup dan urbanisasi menyebabkan peningkatan pada penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seperti jantung, stroke, 57 dan kanker. Hal ini berpengaruh pada peningkatan permintaan perawatan tersier (rawat konsultasi spesialis, rawat jalan, pengobatan lanjut, dan bedah kompleks) serta perawatan kuarterner (bedah kompleks risiko tinggi dan cangkok organ). 4. Teknologi a) Perkembangan teknologi alat-alat kesehatan mengharuskan pelaku industri untuk berinvestasi pada pembelian dan perawatan alat kesehatan terbaru dan tercanggih agar dapat meningkatkan kualitas layanan kepada pasien. 5. Hukum a) Penerapan Good Corporate Governance di perusahaan berdasarkan peraturan yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance. b) Kementrian Keuangan menetapkan bahwa perusahaan diharuskan membayarkan pajak penghasilan sebesar 25% setiap tahunnya. 6. Lingkungan a) Salah satu syarat dalam mendirikan rumah sakit adalah bangunan rumah sakit memenuhi standar lingkungan sehat yang atur dalam undang-undang. 4. 4. Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan untuk PT Siloam International Hospitals Tbk. dilakukan untuk periode 2011 dan 2012 dan dibandingkan dengan perusahaan pembanding dari industri rumah sakit yang telah terdaftar di bursa efek yaitu Mayapada Hospital (PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, kode SRAJ) dan Omni Hospital (PT Sarana Mediatama Metropolitan Tbk., kode SAME). Sebagai catatan, pada tahun 2012 PT Siloam International Hospitals Tbk. dan PT Sarana Mediatama Metropolitan Tbk. belum melakukan IPO sehingga hasil dari perhitungan analisis laporan keuangan dapat mengalami banyak perubahan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis rasio-rasio yang umum digunakan dalam menganalisis bisnis perusahaan. Analisis tersebut adalah: 1. Analisis rasio likuiditas 58 2. Analisis rasio aktivitas 3. Analisis rasio hutang 4. Analisis rasio keuntungan 4.4.1. Analisis Rasio Likuiditas Analisis pertama yang akan dilakukan adalah analisis rasio likuiditas. Analisis ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek. Rasio ini dihitung berdasarkan data angka yang terdapat pada neraca. Berikut analisis rasio likuiditas perusahaan: 1. Rasio lancar (current ratio) Rasio lancar dihitung dengan membagi aset lancar dengan hutang jangka pendek mengevaluasi perusahaan. likuiditas dan Rasio lancar kemampuan digunakan untuk perusahaan dalam membayar hutang jangka pendek mereka. Tabel 4.2. Rasio Lancar Tahun SILO SRAJ SAME Rata-rata 2011 1.7279 0.7161 0.2956 0.9132 2012 1.7066 0.2443 0.2837 0.7449 Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa likuiditas dari Siloam Hospitals berada pada sekitar angka 1,7. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan dua perusahaan lain yang berkisar antara 0,2 sampai dengan 0,7. Hal ini berarti PT Siloam International Hospitals Tbk. mampu memenuhi kewajiban lancar dengan aset lancar yang mereka miliki. Dan bila dibandingkan dengan perusahaan lain, perusahaan berada dalam keadaan likuid karena rasio likuiditas Siloam Hospitals berada di atas perusahaan lain. 2. Quick (Acid-test) ratio Rasio kedua yang dihitung dalam menganalisis likuiditas perusahaan adalah quick ratio, dihitung dengan membagi aset lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan alat 59 likuiditas yang paling cepat dan dapat digunakan untuk membayar hutang jangka pendek. Nilai persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan karena persediaan termasuk dalam aktiva lancar yang paling tidak lancar. Tabel 4.3. Quick (Acid-test) Ratio Tahun SILO SRAJ SAME Rata-rata 2011 1.5152 0.3684 0.2373 0.7070 2012 1.4250 0.2040 0.2236 0.6175 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai rasio Siloam Hospital berada di atas angka 1 dan perusahaan lain memiliki rasio di bawah 0,5. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan perusahaan berada dalam keadaan likuid karena dapat memenuhi kewajiban lancar mereka dengan menggunakan aset lancar, tanpa memperhitungkan persediaan. 4.4.2. Analisis Rasio Aktivitas Analisis kedua yang akan dilakukan adalah analisis rasio aktivitas. Rasio ini dipakai untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber dana yang mereka miliki. Rasio aktivitas membandingkan antara pendapatan dengan berbagai aktiva pendukung untuk penjualan. Data yang dipakai berasal dari laporan laba rugi. Berikut adalah perhitungannya: 1. Perputaran persediaan (inventory turnover) Inventory turnover digunakan untuk mengukur aktivitas, atau likuiditas, dari persediaan perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi beban pokok pendapatan dengan rata-rata persediaan. Di bawah ini adalah hasil perhitungan inventory turnover PT Siloam International Hospitals Tbk. dan perusahaan pembandingnya: 60 Tabel 4.4. Inventory Turnover Tahun SILO SRAJ SAME Rata-rata 2011 24.5728 6.6667 18.4991 16.5795 2012 22.4937 8.4463 17.9127 16.2842 Melihat perhitungan di atas, nilai perputaran persediaan PT Siloam International Hospitals Tbk. berada jauh di atas rata-rata perusahaan pembanding. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan Siloam Hospitals cukup tinggi, mencapai 24,6 kali pada tahun 2011. Bila dihitung rata-rata umur persediaan pada tahun 2012, (360/22,5) maka didapat angka 16 (asumsi satu tahun = 360 hari). Berarti, rata-rata persediaan akan terjual dalam waktu 16 hari. Kesimpulannya, perusahaan cukup efektif dalam memutar/menjual persediaan mereka dan hanya membutuhkan waktu rata-rata 16 hari untuk menjual setiap persediaan. 2. Rata-rata pengumpulan piutang (average collection period) Untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam menagih piutang, dapat menghitung rata-rata pengumpulan piutang. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung rata-rata pendapatan per hari dengan membagi pendapatan dengan 360 (asumsi setahun = 360 hari). Setelah itu menghitung rata-rata pengumpulan piutang dengan membagi jumlah piutang dengan ratarata pendapatan per hari. Berikut adalah hasil perhitungan rata-rata pengumpulan piutang PT Siloam International Hospitals Tbk. dan perusahaan pembandingnya: Tabel 4.5. Rata-rata Pengumpulan Piutang Tahun SILO SRAJ SAME Rata-rata 2011 45.0712 12.9478 31.9527 29.9906 2012 39.2879 18.3593 28.7669 28.8047 61 Dari perhitungan di atas, perputaran piutang yang dilakukan PT Siloam International Hospitals Tbk. cukup banyak dan jauh di atas rata-rata perusahaan lain. Dalam setahun, rata-rata perusahaan dapat menagih piutangnya sebanyak 39 sampai dengan 45 kali, berada di atas rata-rata dari perusahaan pembanding yang maksimum memutar piutangnya sebanyak 30 kali. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan cukup efektif dalam melakukan penagihan piutang. 3. Tingkat perputaran hutang (account payable turnover) Tingkat perputaran hutang digunakan untuk mengukur berapa kali hutang perusahaan berputar dalam satu tahun. Rasio ini dihitung dengan membagi biaya pokok pendapatan dengan rata-rata hutang usaha. Tabel 4.6. Tingkat Perputaran Hutang Tahun SILO 2011 2012 SRAJ SAME Rata-rata 9.1612 14.4076 7.1749 10.2479 9.9798 7.6407 7.5864 5.1387 Perputaran hutang PT Siloam International Hospitals Tbk. bila dibandingkan dengan rata-rata dua perusahaan pembanding berada pada kondisi yang cukup baik. Walaupun pada tahun 2011 berada di bawah rata-rata, namun perbedaan tersebut masih dalam berada dalam batas yang wajar karena tidak terlalu jauh di bawah rata-rata dari Mayapada dan Omni. 4. Total asset turnover Dalam mengukur efektivitas penggunaan total aktiva, dapat menggunakan rasio total asset turnover. Perputaran total aset menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aset yang dimilikinya untuk menghasilkan tingkat penjualan yang cukup saat dibandingkan dengan total aset secara keseluruhan. Rasio ini membandingkan penjualan dengan total aset perusahaan. 62 Tabel 4.7. Perputaran Total Aset Dengan Tahun SILO SRAJ 2011 1.1321 2012 1.1273 membandingkan International Hospitals SAME Rata-rata 0.1938 0.7977 0.7079 0.1573 0.9302 0.7382 perputaran Tbk. dengan total aset rata-rata PT rumah Siloam sakit pembanding, dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengelola aset yang mereka miliki cukup baik. Hal ini dapat dilihat melalui rasio perputaran aset perusahaan yang selalu berada di atas rumah sakit lainnya. 4.4.3. Analisis Rasio Hutang (Laverage Ratio) Rasio hutang adalah rasio yang membandingkan antara dana sendiri (ekuitas) dengan dana pinjaman. Perhitungan rasio hutang dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu melalui neraca dan laporan laba rugi. Pendekatan melalui neraca menginformasikan seberapa besar hutang digunakan untuk aktiva. Sedangkan pendekatan melalui laporan laba rugi menunjukkan seberapa besar hutang bisa ditutup dengan laba operasional. Analisis dari rasio hutang ditunjukkan dalam perhitungan di bawah ini: 1. Debt to total assets ratio Tujuan dari menghitung debt to total assets ratio adalah untuk mengukur seberapa besar hutang dipakai untuk kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini membandingkan antara total hutang dengan total aktiva. Total hutang merupakan total hutang jangka pendek dan jangka panjang. Sedangkan total aktiva meliputi aset lancar dan aset tidak lancar. Tabel 4.8. Debt to Total Assets Ratio Tahun SILO SRAJ SAME 2011 83.91% 24.85% 101.34% 75.02% 2012 84.58% 47.10% 70.03% 93.39% Rata-rata 63 Dengan melihat hasil perbandingan hutang dan aset, dapat disimpulkan bahwa kondisi keuangan PT Siloam International Hospitals Tbk. tidak sehat karena sebagian besar kegiatan operasional perusahaan dibiayai dari hutang kepada pihak lain. Selain perbandingan hutang yang lebih dari 50%, rasio hutang perusahaan juga lebih besar dari rasio rata-rata industri. Hal ini dapat membahayakan bagi kelangsungan operasional perusahaan karena, apabila perusahaan mengalami kerugian sedikit saja, kegiatan operasional perusahaan dapat tersendat dan berakibat pada kebangkrutan. Hutang Siloam Hospitals sebagian besar berasal dari hutang jangka panjang tanpa bunga kepada pihak berelasi untuk kegiatan ekspansi dan akuisisi entitas anak. 2. Times intertest earned Rasio time intertest earned membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini bertujuan mengetahui seberapa jauh laba mengalami penurunan tanpa mengganggu kewajiban perusahaan terhadap kreditur. Tabel 4.9. Times Interest Earned Tahun SILO SRAJ SAME Rata-rata 2011 7.4941 1.3377 1.2280 3.3533 2012 10.6525 1.4490 2.3744 4.8253 Dari hasil perhitungan rasio di atas, dapat dilihat bahwa Siloam Hospitals dapat memenuhi kewajibannya dengan baik dan perusahaan berada dalam kondisi sehat. Hal ini ditunjukkan dengan rasio TIE yang berada jauh di atas rata-rata dari Mayapada dan Omni. 3. Debt to equity ratio Debt to equity ratio menunjukkan sejauh mana modal dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak lain. Semakin kecil hasil dari perhitungan rasio ini semakin baik karena hal tersebut menunjukkan 64 bahwa perusahaan memiliki cukup dana untuk membayar seluruh hutang yang dimilikinya. Tabel 4.10. Debt to Equity Ratio Tahun SILO SRAJ SAME Rata-rata 2011 522% 33% -7585% -2344% 2012 548% 89% 1413% 683% Nilai dari rata-rata debt to equity ratio dipengaruhi oleh rasio dari perusahaan pembanding. Pada tahun 2011 rata-rata pembanding bernilai negatif karena rasio yang dimiliki oleh Omni Hospital bernilai negatif, yang disebabkan oleh ekuitas mereka bernilai negatif. Untuk tahun 2012, walaupun rasio PT Siloam International Hospitals Tbk. masih lebih kecil dari rata-rata, namun kondisi ini tidak sehat bagi keuangan perusahaan. Karena hal ini berarti perusahaan dapat dikatakan tidak mampu untuk membayar hutang kepada pihak lain dengan menggunakan modal sendiri. 4.4.4. Analisis Rasio Keuntungan Rasio profitabilitas berhubungan dengan tingkat keuntungan dan kerugian perusahaan. Investor dapat melihat efektivitas suatu perusahaan melalui rasio ini. Bentuk rasio profitabilitas adalah: 1. Profit margin Profit margin adalah rasio untuk mengukur persentase keuntungan dari pendapatan yang dihasilkan dalam pendapatan bersih. Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara net income dengan pendapatan. Tabel 4.11. Profit Margin Tahun SILO SRAJ SAME Rata-rata 2011 3.0079% 2.7708% -5.0454% 0.2444% 2012 2.9059% 0.2430% 8.6033% 3.9174% 65 Walaupun mengalami penurunan rasio yang tidak signifikan antara tahun 2011 dan 2012, namun margin perusahaan pada tahun 2012 lebih rendah dari rata-rata dua perusahaan pembanding lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh perusahaan pembanding, yaitu PT Sarana Mediatama Metropolitan Tbk. berhasil meningkatkan keuntungan mereka sehingga rata-rata industri naik sebanyak 3,7% di tahun 2012. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan PT Siloam International Hospitals Tbk. untuk menghasilkan laba kurang baik dibandingkan dengan pembandingnya. 2. Earning per share (EPS) Pendapatan per lembar saham mengukur keuntungan bersih yang didapatkan untuk setiap saham. Rasio ini biasanya telah terdapat dalam laporan keuangan bagian laporan laba rugi. Pada dasarnya rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham biasa yang diterbitkan oleh perusahaan. Tabel 4.12. Earning per Share Tahun SILO SRAJ SAME Rata-rata 2011 43.74 0.90 -12.19 10.82 2012 50.46 0.86 23.27 24.86 Dalam hal perolehan laba investor dari setiap saham yang mereka miliki, PT Siloam International Hospitals Tbk. memiliki performa yang sangat baik saat dibandingkan dengan rata-rata industri rumah sakit. Hal ini ditunjukkan dengan EPS dari perusahaan yang mencapai dua sampai tiga kali lebih besar dari rata-rata perusahaan pembanding. 3. Return on assets (ROA) ROA adalah rasio untuk mengukur seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi pendapatan yang dapat dibagikan kepada entitas dengan total aset perusahaan. 66 Tabel 4.13. Return on Assets Tahun SILO SRAJ SAME Rata-rata 2011 3.4052% 0.5371% -4.0245% -0.0274% 2012 3.2757% 0.3822% 8.0024% 3.8868% ROA Siloam Hospitals mengalami penurunan sebesar 0,1% dari tahun 2011 ke tahun 2012. Namun bila pada tahun 2011 ROA perusahaan berada di atas rata-rata, pada tahun 2012 ROA perusahaan berasa di bawah rata-rata seiring dengan peningkatan pendapatan dari perusahaan pembanding. Tentu saja dapat disimpulkan bahwa ROA dari PT Siloam International Hospitals Tbk. tidak terlalu baik. 4. Return on equity (ROE) Rasio lain yang akan digunakan adalah rasio return on equity. Rasio ini mengukur profitabilitas perusahaan dari sudut pandang pemegang saham biasa. ROE dihitung dengan membagi total laba yang dapat dibagikan kepada entitas dengan total ekuitas saham biasa. Tabel 4.14. Return on Equity Tahun SILO SRAJ SAME Rata-rata 2011 21.17% 0.71% 301.25% 107.71% 2012 21.24% 0.72% 121.05% 47.67% Nilai ROE dari PT Siloam International Hospitals Tbk. selalu berada di bawah rata-rata rumah sakit lain. Hal ini terutama disebabkan oleh laba dan nilai ekuitas dari PT Sarana Mediatama Metropolitan Tbk. yang sangat fluktuatif. Pada tahun 2011, Omni Hospitals mengalami kerugian dan memiliki nilai ekuitas yang negatif. Sedangkan pada tahun 2012 Omni memiliki jumlah laba yang dapat didistribusikan kepada entitas yang lebih besar dari pada total ekuitas saham biasa. Hal ini menyebabkan besarnya nilai ROE pada industri rumah sakit. 67 4. 5. Analisis FCFF Analisis Free Cash Flow to Firm (FCFF) pada PT Siloam International Hospitals Tbk. dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia 2. Menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang terdiri dari : a) Menghitung Cost of equity (Ks) dengan pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM) b) Menghitung Cost of debt (Kd) dengan pendekatan Damodaran Spreadsheet c) Menghitung Tax Rate, proporsi hutang (Wd), dan proporsi modal (Ws) 3. Memasukkan komponen-komponen FCFF 4. Mengestimasikan komponen FCFF tahun 2013 dengan cara forecasting 5. Menghitung FCFF tahun 2013 6. Menghitung Value of Firm 7. Menghitung Total equity 8. Menghitung nilai intrinsik saham PT Siloam International Hospitals Tbk. dan membandingkan dengan harga saham perdana saat IPO. 4.5.1. Menentukan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model tingkat pertumbuhan stable growth, di mana tingkat pertumbuhan yang digunakan berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Tingkat pertumbuhan yang digunakan adalah tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2013 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu sebesar 5.81%. Karena itu, tingkat economic growth (g) yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebesar 5.81%. Adapun data pendukung untuk data pertumbuhan ekonomi ini dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.5.2. Menghitung WACC Pendekatan WACC yang digunakan dalam perhitungan estimasi harga wajar saham PT Siloam International Hospitals Tbk. diperoleh dari nilai tiap- 68 tiap komponen biaya dari WACC, yaitu cost of equity (Ks) dan cost of debt (Kd). 4.5.2.1. Cost of Equity (Ks) Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam menghitung cost of equity (Ks) adalah pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Data-data yang diperlukan untuk menghitung cost of equity (Ks) yaitu risk free rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai market rate of return (Rm), dan beta. Risk free rate (RFR) yang digunakan di dalam penelitian ini menggunakan BI Rate. BI Rate digunakan sebagai risk free rate karena satu-satunya yang diasumsikan bebas risiko. Berikut ini adalah perubahan suku bunga BI Rate selama periode 2011 sampai dengan 2012. Tabel 4.15. BI Rate 2011-2012 Bulan 2011 2012 Januari - 6.00% Februari - 5.75% Maret - 5.75% April 6.75% 5.75% Mei 6.75% 5.75% Juni 6.75% 5.75% Juli 6.75% 5.75% Agustus 6.75% 5.75% September 6.75% 5.75% 6.5% 5.75% November 6.00% 5.75% Desember 6.00% 5.75% Oktober Sumber: http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/data/Default.aspx BI Rate yang telah diperoleh dibagi dengan 360 (asumsi 1 tahun = 360 hari) karena data yang digunakan adalah data harian (Daily). Setelah 69 itu dilakukan perhitungan rata-rata risk free rate dengan menggunakan fungsi Average dalam Microsoft Excel. Hasil rata-rata yang diperoleh masih berupa risk free rate harian yaitu sebesar 0,017%. Setelah itu hasil dari rata-rata harian ini dikalikan dengan 360 untuk memperoleh risk free rate tahunan, sehingga risk free rate yang diperoleh adalah sebesar 6,11%. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Selanjutnya adalah menghitung market rate of return (Rm) yang diperoleh dari return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode Januari sampai dengan Agustus 2013. IHSG dipilih menjadi market rate of return karena IHSG mewakili return saham yang ada di Indonesia secara keseluruhan. Periode yang digunakan adalah dari tanggal 11 April 2011 sampai dengan 28 Desember 2012. Hal ini dikarenakan perusahaan yang digunakan untuk menghitung nilai beta baru melakukan IPO pada tanggal 11 April 2011. Hal pertama yang dilakukan adalah menghitung tingkat pengembalian pasar (Rm) mingguan dari IHSG dengan menggunakan persamaan: Dari hasil perhitungan tingkat pengembalian IHSG harian (Rm), terdapat tingkat pengembalian yang bernilai positif dan negatif. Tingkat pengembalian yang bernilai negatif karena terjadinya penurunan IHSG 70 dari harga sebelumnya. Sebaliknya tingkat pengembalian yang bernilai positif karena terjadinya kenaikan IHSG dari harga sebelumnya. Sedangkan tingkat pengembalian yang bernilai 0% terjadi karena tidak terjadinya kenaikan maupun penurunan harga sama, dengan kata lain harga saham tetap (tidak berubah). Setelah melakukan perhitungan tingkat pengembalian pasar (Rm) harian periode 11 April 2011 sampai dengan 28 Desember 2012, langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata dari tingkat pengembalian harian saham IHSG dengan fungsi Average di dalam Microsoft Excel. Maka didapatlah hasil rata-rata tingkat pengembalian IHSG harian sebesar (0,041%). Untuk memperoleh tingkat pengembalian pasar yang akan dimasukkan ke dalam rumus CAPM, maka tingkat pengembalian harian dikalikan 360 (asumsi 1 tahun = 360 hari). Akhirnya didapatlah tingkat pengembalian pasar atau market rate of return (Rm) sebesar 14,79%. Langkah selanjutnya adalah menghitung besarnya nilai beta. Beta yang digunakan di dalam penelitian ini diasumsikan sama dengan ratarata beta industri rumah sakit. Di mana perusahaan yang diambil sebagai rata-rata industri adalah perusahaan yang telah melakukan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia yang bergerak di bidang jasa rumah sakit. Dalam menghitung beta industri rumah sakit, hanya satu perusahaan yang digunakan dalam perhitungan, yaitu Mayapada Hospital (PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, kode SRAJ). Omni Hospital (PT Sarana Mediatama Metropolitan Tbk., kode SAME) tidak digunakan dalam perhitungan beta industri dikarenakan pada tahun 2011 Omni Hospital belum melakukan Initial Public Offering sehingga tidak memiliki data yang diperlukan dalam menghitung beta. 71 Data harga saham perusahaan yang digunakan sama dengan harga saham IHSG yaitu harga saham harian (dialy) pada periode 11 April 2011 sampai dengan 28 Desember 2012. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung tingkat pengembalian saham (Ri) harian perusahaan menggunakan cara yang sama dengan penghitungan Rm harian. Tingkat pengembalian saham (Ri) Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai beta yang akan digunakan ke dalam persamaan CAPM. Beta perusahaan dapat diperoleh dengan fungsi Slope di dalam Microsoft Excel. Beta dari industri Setelah dilakukan perhitungan beta perusahaan dengan menggunakan fungsi Slope, maka diperoleh beta industri sebesar 0,3421 yang artinya ukuran sensitifitas saham dari risiko pasar yang mengukur tingkat pengembalian saham bergerak terhadap saham. Jika beta bernilai sama dengan 1 berarti harga saham sensitif atau agresif terhadap pasar saham. Jika beta bernilai kurang dari 1 berarti harga saham tidak sensitif terhadap pasar. Dengan kata lain, semakin besar nilai suatu beta, maka semakin besar pula risiko saham tersebut. Untuk data-data harga saham IHSG, SRAJ, BI Rate serta perhitungan Ri dan Rm dapat dilihat secara lengkap di lampiran 3. Setelah memperoleh hasil perhitungan dari ketiga komponen cost of equity (Ks), yaitu market rate of return (Rm), Beta (β), dan risk free rate (RFR), maka kita dapat menghitung cost of equity (Ks) dengan menggunakan CAPM. Berikut ini adalah perhitungan cost of equity (Ks) menggunakan CAPM: 72 Tabel 4.16. Perhitungan Cost of Equity Harian Tahunan Risk free rate (RFR) 0.017% 6.11% Market rate of return (Rm) 0.041% 14.79% Beta (β) 0.3421 Cost of equity (Ks) 9.08% Cost of equity (Ks) yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan CAPM adalah sebesar 9,08%, yang menunjukkan besarnya biaya yang perlu dibayarkan kepada investor, seperti dividen, sebagai hasil pengembalian dari investasi mereka. 4.5.2.2. Cost of Debt (Kd) Dalam penelitian ini, biaya hutang diasumsikan sama dengan bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada kreditornya. Hal ini dikarenakan PT Siloam International Hospitals Tbk. tidak menerbitkan obligasi dan seluruh hutang jangka panjangnya didapatkan dari bank yang ada di Indonesia. Bank tersebut adalah PT Bank Central Asia Tbk. dan Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur. PT Bank Central Asia Tbk. memberikan bunga 11% per tahun dan BPD Kalimantan Timur memberikan bunga 11,5% per tahun atas pinjaman yang diberikan. Biaya hutang akan dihitung dengan menggunakan ratarata dari bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan per tahunnya dengan asumsi bahwa perusahaan telah membayar bunga yang telah ditetapkan oleh bank. Perhitungannya adalah sebagai berikut: 73 Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa cost of debt yang harus dibayarkan PT Siloam International Hospitals Tbk. adalah 11,25% 4.5.2.3. Tarif Pajak Biaya modal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yang berada di luar kendali perusahaan dan yang dipengaruhi oleh keputusan keuangan dan investasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah tarif pajak. Tarif pajak ini akan digunakan dalam perhitungan cost of debt biaya hutang, yaitu biaya hutang setelah pajak. Jadi langkah berikutnya adalah menentukan besarnya tarif pajak selama periode 20102012. Tarif pajak akan dihitung dengan menggunakan rata-rata dari keseluruhan pajak yang telah dibayarkan oleh perusahaan dengan asumsi bahwa perusahaan telah membayar pajak sesuai dengan tarif pajak yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) untuk wajib pajak badan pada periode yang telah ditetapkan. Sejak tahun 2010 DJP telah menetapkan tarif pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan adalah sebesar 25%. 4.5.2.4. Perhitungan WACC Data selanjutnya yang dibutuhkan dalam menghitung WACC adalah proporsi struktur modal perusahaan yang terdiri dari bobot hutang (Wd) dan bobot ekuitas (Ws). Proporsi struktur modal ini dapat dihitung dengan menggunakan data-data yang terdapat di dalam laporan keuangan perusahaan yaitu laporan posisi keuangan periode 2010-2012. Tabel 4.17. Proporsi Struktur Modal PT Siloam International Hospitals Tbk. (Dalam Rp) Hutang Jangka Panjang Ekuitas Total Bobot Hutang (Wd) Bobot Ekuitas (Ws) Total Rata-rata Wd Ws Total 2010 474,549,029,599 137,578,748,083 612,127,777,682 77.52% 22.48% 100.00% 79.73% 20.27% 100.00% 2011 726,153,324,258 178,963,457,179 905,116,781,437 80.23% 19.77% 100.00% 2012 1,073,952,369,506 244,640,798,509 1,318,593,168,015 81.45% 18.55% 100.00% 74 Contoh perhitungan proporsi struktur modal untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut: Pada perhitungan proporsi modal tahun 2010, diperoleh proporsi struktur modal perusahaan terdiri dari 77,52% hutang dan 22,48% ekuitas. Hal ini berarti bahwa PT Siloam International Hospitals Tbk. memiliki modal yang sebagian besar terdiri dari hutang yaitu 77,52% dan ekuitas sebesar 22,48%. Begitu juga halnya dengan proporsi modal perusahaan pada tahun 2011 dan 2012 yang mana sebagai besar modal perusahaan terdiri atas hutang. Setelah menghitung bobot hutang per tahun, langkah selanjutnya adalah merata-ratakan bobot hutang tersebut dengan menggunakan fungsi Average dalam Microsoft Excel. Dari perhitungan rata-rata tersebut, didapatkan rata-rata bobot hutang adalah 79,73% dan bobot modal sebesar 20,27%. Setelah seluruh komponen WACC selesai dihitung, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah memasukkan seluruh komponen WACC tersebut ke dalam rumus perhitungan WACC, yaitu: 75 Tabel 4.18. Perhitungan WACC WACC Ks 9,08% Kd 11,25% Ws 20,27% Wd 79,73% Tax Rate WACC 4.5.3. 25% 8,57% Menghitung FCFF Free Cash Flow to Firm (FCFF) mencerminkan arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada investor dan lebih relevan digunakan untuk mengestimasi nilai dari suatu perusahaan. Nilai dari operasi suatu perusahaan akan bergantung pada seluruh arus kas bebas yang diharapkan pada masa yang akan datang. Data-data yang dibutuhkan untuk menghitung free cash flow dapat diperoleh dari laporan keuangan PT Siloam International Hospitals Tbk. periode 2010-2012. Di mana komponen-komponen dari FCFF itu terdiri dari laba operasi setelah pajak, beban penyusutan dan amortisasi (depreciation and amortization expense), pengeluaran modal (Capital Expenditure), dan perubahan modal kerja (change in working capital). Untuk data-data komponen dari FCFF dapat dilihat secara lengkap di Lampiran 4. Data laba operasi setelah pajak didapatkan dari income statement sebesar Rp 71.873.483.583 pada tahun 2010. Untuk beban penyusutan dan amortisasi detailnya terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Data ini dihitung dengan menjumlahkan seluruh beban penyusutan dan amortisasi yang dimiliki perusahaan. Data pengeluaran modal (capital expenditures) didapatkan dari catatan atas laporan keuangan. Untuk komponen modal kerja didapatkan 76 dari piutang usaha ditambah persediaan lalu dikurangi hutang usaha. Setelah didapatkan total modal kerja, dihitunglah perubahan modal kerja yang merupakan modal kerja tahun ini dikurangi dengan modal kerja tahun sebelumnya. 4.5.3.1. Peramalan Pendapatan PT Siloam International Hospitals Tbk. Pendapatan PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 dapat dihitung dengan menggunakan fungsi forecast pada Microsoft Excel. Perkiraan pendapatan PT Siloam International Hospitals Tbk. ini akan digunakan dalam memperkirakan FCFF tahun 2013 dan selanjutnya dapat melihat harga IPO saham PT Siloam International Hospitals Tbk. Perkiraan pendapatan PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 dapat dihitung sebagai berikut : Berdasarkan perhitungan di atas, diperkirakan nilai estimasi pendapatan PT Siloam International Hospitals Tbk. pada tahun 2013 adalah sebesar Rp2.116.911.724.416. Di mana estimasi pendapatan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar Rp328.829.202.253 dari pendapatan tahun 2012. Hal ini terjadi karena estimasi dihitung dengan menggunakan Percentage of Sales Method (PSM) dari rata-rata tahun historis yang fluktuatif. 4.5.3.2. Perkiraan FCFF Tahun 2013 Untuk menghitung perkiraan FCFF PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013, maka penulis juga harus melakukan peramalan untuk masing-masing komponen FCFF, yaitu EBIT (1T), depreciation and amortization expense, capital expenditure, dan change in working capital. Peramalan dilakukan dengan menggunakan Percentage of sales method (PSM) untuk masing-masing komponen tersebut. 77 Untuk memperoleh PSM maka masing-masing komponen harus dibagi dengan jumlah pendapatan pada tahun tersebut. Misalnya saja untuk menghitung PSM dari EBIT (1-T) tahun 2010, maka yang harus kita lakukan adalah membagi EBIT (1-T) tahun 2010 dengan total pendapatan tahun 2010. Hal yang sama juga dilakukan pada komponen yang lain dari periode 2010-2012. Berikut ini adalah perhitungan PSM dari masing-masing komponen untuk tahun 2011: Untuk PSM masing-masing komponen tahun 2010 dan 2012 dihitung dengan cara yang sama dengan tahun 2011. Setelah semuanya PSM periode 2010-2012 dihitung, maka langkah selanjutnya adalah menghitung PSM rata-rata dari EBIT (1- T), depreciation and amortization expense, capital expenditure, dan change in working capital PT Siloam International Hospitals Tbk. PSM rata-rata dihitung dengan menggunakan fungsi average dalam Microsoft Excel. Perhitungan dari PSM rata-rata masing-masing komponen adalah sebagai berikut : Setelah perhitungan percentage of sales method (PSM) selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung estimasi masing-masing komponen FCFF tahun 2012. Estimasi 78 masing-masing komponen dapat dihitung dengan cara mengalikan PSM rata-rata yang telah dihitung sebelumnya dengan estimasi/peramalan pendapatan tahun 2012 yang telah dihitung. Perhitungan untuk masing-masing komponen disajikan sebagai berikut : Tabel 4.19. Perhitungan Estimasi Komponen FCFF Estimasi Sales Rata-rata PSM Estimasi FCFF (1) (2) (1) x (2) Estimasi EBIT(1-T) Estimasi Depr. Exp. Estimasi Capex 2,116,911,724,416 Estimasi ΔWC 5.21% 110,345,901,065 4.59% 97,227,276,686 19.24% 407,209,869,499 2.95% 62,519,963,624 Untuk data perhitungan PSM dan estimasi masing-masing komponen secara lengkap, dapat dilihat pada Lampiran 4. Setelah estimasi masing-masing komponen telah dihitung, maka langkah selanjutnya adalah menghitung estimasi FCFF PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013. Perhitungan dari estimasi FCFF tahun 2012 adalah sebagai berikut: Estimasi FCFF = Rp110,345,901,065 + Rp97,227,276,686 – Rp407,209,869,499 - Rp62,519,963,624 Estimasi FCFF = Rp(262,156,655,371) Berdasarkan rumus FCFF, maka estimasi FCFF PT Siloam International Hospitals Rp(262,156,655,371). Tbk. tahun 2013 adalah sebesar 79 4.5.4. Menghitung Value of Firm dan Total Equity Value of firm diperoleh dengan cara membagi estimasi Free Cash Flow to Firm tahun 2013 yang telah dihitung sebelumnya dengan pengurangan antara WACC dan tingkat pertumbuhan ekonomi (economic growth) Indonesia tahun 2013. Setelah menghitung value of firm, maka langkah selajutnya adalah menghitung nilai ekuitas (total equity) dari perusahaan. Nilai ekuitas dapat diperoleh dengan cara mengurangi value of firm dengan rata-rata hutang jangka panjang perusahaan dari periode 2010-2012. Rata-rata hutang jangka panjang dapat dihitung dengan menggunakan fungsi average pada Microsoft Excel, maka didapatlah rata-rata hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp758.218.241.121. Tabel 4.20. Rata-rata Hutang Jangka Panjang Hutang Jangka Panjang 2010 474,549,029,599 2011 726,153,324,258 2012 1,073,952,369,506 Rata-rata 758,218,241,121 Setelah value of firm dan rata-rata hutang jangka panjang dihitung, maka total ekuitas sudah dapat dihitung sebagai berikut : 80 4.5.5. Menghitung Nilai Intrinsik Saham Dengan mengetahui nilai ekuitas dari perusahaan, maka langkah terakhir yang dilakukan adalah menghitung nilai intrinsik saham perusahaan. Nilai intrinsik saham perusahaan dapat dihitung dengan cara membagi nilai ekuitas dengan jumlah saham perusahaan yang beredar. Maka, perhitungan nilai intrinsik saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 diperlihatkan sebagai berikut : Berdasarkan perhitungan, nilai intrinsik saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 adalah sebesar Rp(8.879,89). Bila dibandingkan dengan harga saham saat IPO, yaitu sebesar Rp9.000, maka harga saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 dianggap overvalued. Hal ini dikarenakan nilai dari FCFF perusahaan yang negatif. Nilai capital expenditure yang besar disebabkan karena pada tahun-tahun terakhir ini perusahaan melakukan ekspansi usaha dengan membangun rumah sakit baru dan mengakuisisi rumah sakit lain yang sudah berdiri. Dengan rencana perusahaan untuk membangun rumah sakit baru di berbagai daerah merupakan hal yang baik bagi perusahaan untuk menguatkan posisinya sebagai jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia. 4. 6. Analisis PER Pendekatan lain yang juga biasa digunakan oleh investor untuk mengestimasi harga wajar saham adalah Price Earning Ratio (PER). Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung PER perusahaan yang akan digunakan untuk menghitung estimasi harga saham. Untuk memperoleh PER perusahaan, penulis menggunakan rata-rata PER yang dihitung dari perusahaan dengan industri sejenis. Perusahaan yang digunakan sebagai pembanding adalah perusahaan yang bergerak di bidang yang sama dengan PT Siloam International Hospitals Tbk. .Perusahaan tersebut adalah Mayapada Hospital (PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, kode 81 SRAJ). Omni Hospital (PT Sarana Mediatama Metropolitan Tbk., kode SAME) kembali tidak dimasikkan dalam perhitungan karena rumah sakit ini baru melakukan IPO pada tahun 2013. Penulis menghitung nilai PER dengan membagi rata-rata harga saham periode 11 April 2011 sampai dengan 28 Desember 2012 dengan nilai earning per share yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan tahun 2012. Berikut perhitungan PER SRAJ perusahaan tahun 2013: Dari hasil perhitungan di atas, telah diperoleh PER sebesar 496.658x. Setelah PER perusahaan pembanding diketahui, maka langkah selanjutnya adalah menentukan nilai EPS dari perusahaan. Nilai EPS PT Siloam International Hospitals Tbk. dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan tersebut. EPS perusahaan pada saat IPO adalah sebesar Rp50,46/lembar. Setelah PER dan EPS perusahaan diketahui, maka langkah terakhir yang dilakukan adalah menghitung estimasi harga saham tahun 2013. Estimasi harga saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 dapat diperoleh dengan cara mengalikan PER perusahaan pembanding yang telah dihitung sebelumnya dengan nilai EPS perusahaan. Berikut adalah hasil perhitungan estimasi harga saham PT Siloam International Hospitals Tbk. pada tahun 2013 : Dari hasil perhitungan, maka diperoleh estimasi stock price dari PT Siloam International Hospitals Tbk. pada tahun 2013 sebesar Rp25.061,36. Jika kita membandingkan antara estimasi stock price dan harga pasar saham pada saat IPO, yaitu Rp9.000, maka dapat dikatakan bahwa saham PT Siloam International 82 Hospitals Tbk. dinilai undervalued karena perusahaan pembanding yang digunakan merupakan perusahaan rumah sakit yang memiliki nilai kapitalisasi pasar yang lebih rendah dari PT Siloam International Hospitals Tbk. sehingga estimasi harga saham yang diperoleh jauh lebih kecil daripada harga saham pada saat IPO. 4. 7. Analisis PBV Pendekatan terakhir yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah Price to Book Value (PBV) method. Sama halnya seperti Price Earning Ratio, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung PBV tahun 2013 dari perusahaan pembanding. Perusahaan pembanding yang digunakan sama dengan penghitungan PER, yaitu Mayapada Hospital (PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, kode SRAJ). Untuk menghitung nilai PBV telah dijelaskan pada bab 2 sebelumnya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung book value per share masing-masing perusahaan. Book value per share diperoleh dengan cara membagi common shareholder’s equity dengan number of common stock shares outstanding. Berikut ini adalah perhitungan book value per share dari perusahaan pembanding : Setelah mengetahui nilai book value per share dari perusahaan pembanding, maka langkah selanjutnya adalah menentukan harga saham dari perusahaan pembanding pada tahun 2013. Harga saham yang digunakan dalam menghitung PBV ini merupakan harga saham penutupan pada tanggal 28 Desember 2012, yaitu Rp440. Setelah kedua komponen untuk menghitung PBV telah diketahui, langkah selanjutnya adalah menghitung PBV perusahaan pembanding tahun 2013. Penghitungan PBV tahun 2013 adalah sebagai berikut : PBV dari perusahaan pembanding ini akan diasumsikan sebagai PBV PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 yang akan digunakan dalam perhitungan estimasi harga saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 83 2013. Book value per share dari PT Siloam International Hospitals Tbk. dapat diketahui dengan membagi common shareholder’s equity dengan number of common stock shares outstanding. Maka diperoleh book value per share PT Siloam International Hospitals Tbk. sebesar Rp211,61/lembar. Berikut adalah perhitungan estimasi harga saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013. Tabel 4.21. Perhitungan PBV Siloam Hospitals Tahun 2013 Siloam Hospitals Shareholder Equity 244,640,798,509.00 Outstanding Share 1,156,100,000 BV per Share PBV 211.61 3.72 Dari perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa estimasi harga saham PT Siloam International Hospitals Tbk. pada tahun 2013 adalah sebesar Rp787,94. Jika estimasi harga saham yang diperoleh dibandingkan dengan harga pasar saham pada saat IPO, maka dapat dikatakan bahwa saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 dinilai overvalued karena hal yang sama seperti metode PER yaitu perusahaan pembanding yang digunakan merupakan rumah yang memiliki kapitalisasi pasar yang lebih rendah daripada PT Siloam International Hospitals Tbk. 4. 8. Penilaian Perhitungan FCFF, PER, dan PBV Hasil dari perhitungan nilai intrinsik saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 dengan metode FCFF, PER, dan PBV dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: 84 Tabel 4.22. Penilaian Perhitungan Metode FCFF, PER, dan PBV FCFF Nilai Intrinsik Rp (8,879.89) Rp 25,061.36 Rp 9000 Overvalued Undervalued Harga Saham Saat IPO Penilaian PER PBV Rp 787,94 Overvalued Dari ketiga perhitungan nilai intrinsik saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013, dapat dilihat bahwa perhitungan dengan metode FCFF dan PBV bernilai overvalued, sedangkan perhitungan dengan metode PER bernilai undervalued. Jika melihat harga saham perusahaan sejak IPO hingga akhir Mei 2014, harga saham berada pada kisaran Rp10.000. Namun pada bulan Juni 2014 harga saham berkisar antara Rp13.000 sampai dengan Rp14.500. Namun, dengan melihat hasil perhitungan nilai intrinsik saham PT Siloam International Hospitals Tbk. tahun 2013 dapat disimpulkan bahwa harga saham saat IPO bernilai di atas harga wajarnya (overvalued).