PENGARUH IKLAN POKKITS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN KENTUCKY FRIED CHICKEN CABANG SUN PLAZA MEDAN Stephanie Harefa1 Fivi Rahmatus Sofiyah2 1 Alumni FE USU Departemen Manajemen 2 Staf Pengajar Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU Abstract The main function of advertising is to communicate an information as efficient as possible to the hundreds thousands of people in number. In its activities, it does the most important economic function for the advertisers and audiences. In many cases, introducing new products will not be done easily if the advertising can not tell people about the product. The purpose of this study was to determine and analyze the effect of Pokkits on television advertising on Consumer Buying Decision against Kentucky Fried Chicken of Sun Plaza Medan’s Branch. Data used in this study are primary and secondary data. Primary data was obtained by using questionnaire. Secondary data was obtained from documentary studies of literature, journals, magazines, and web page relevant to the study. Data analysis method used in this study is a simple regression analysis method. Population in this study is all consumers of Kentucky Fried Chicken of Sun Plaza Medan’s Branch who ever bought Pokkits and ages between 12-35 years old. Using prediction interval formula where the total sample used in this study is rounded up to 97 people. The sampling method used in this study is judgment sampling. The results showed that the television advertising of KFC Pokkits has positive and significant impacts on consumer purchasing decision against KFC of Sun Plaza Medan’s Branch. Keywords: Television Advertising and Purchasing Decision Iklan yang muncul di televisi kebanyakan adalah iklan produk yang dibuat oleh perusahaan periklanan. Jika sudah mengetahui jenis dan kualitas produk yang diiklankan, diharapkan masyarakat berminat membeli produk tersebut, dengan tidak merasa terpaksa. Mengiklankan produk dengan bahasa iklan yang mudah diingat, sederhana, dan singkat serta didukung penampilan sosok orang terkenal (tokoh masyarakat, artis, atlet, dll) sebagai komunikatornya, iklan diharapkan dapat mencapai sasaran dalam mempengaruhi dan mengubah sikap masyarakat sesuai keinginan pengiklan. Setelah itu, masyarakat bukan hanya tertarik, melainkan juga dapat mengakui dan membenarkan informasi iklan suatu produk sebagai informasi yang sangat relevan dengan kebutuhannya. Satu dari berbagai media yang banyak dipakai untuk mengiklankan suatu produk (barang dan jasa) adalah televisi. Pilihan ini logis, karena televisi memiliki jangkauan siaran yang sangat luas, bisa mencapai seluruh wilayah Indonesia, bahkan sampai ke A. Pendahuluan Latar Belakang Periklanan adalah satu dari empat alat penting yang digunakan oleh perusahaan untuk melancarkan komunikasi persuasif terhadap pembeli dan masyarakat yang ditargetkan. Tugas pokok periklanan adalah meng-komunikasikan informasi seefesien mungkin kepada orang-orang yang beratus ribuan jumlahnya. Dalam kegiatannya, ia melakukan fungsi ekonomi yang terpenting bagi si pemasang iklan dan khalayak. Dia menolong khalayaknya untuk mengambil tindakan ekonomis yang lebih baik dengan memberitahu mereka tentang barang dan jasa. Dalam banyak hal, memperkenalkan produk baru tidak akan bisa dikerjakan dengan mudah apabila periklanan tidak bisa memberitahu orangorang tentang produk tersebut. Periklanan adalah komunikasi personal dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal (Lee & Johnson, 2007:3). 1 mancanegara, sehingga penontonnya pun banyak. Melalui televisi, kita menyerap informasi dari berbagai belahan dunia. Menurut penelitian dari turnofftv.org yang dipublikasikan kembali pada blog kesehatan (http://dranak.blogspot.com/2007/05/pengaruhnonton-tv-pada-anak-anak.html), anak-anak rela menonton televisi sampai 170 jam setiap minggunya, begitu pula dengan para remaja. Televisi mencuri banyak waktu dan perhatian pemirsa terhadap hal yang seharusnya diutamakan. Ada dua alasan yang mendasari kepopuleran televisi: 1. Televisi memberikan (menyediakan) informasi edukasi, ekonomi, serta hiburan. 2. Televisi memberikan/menyediakan informasi produk dengan iklan. seperti Crispy Strips, Twister, dan Spaghetti, yang diterima dengan sangat baik oleh pasar kita. Untuk memberikan nilai tambah kepada konsumen, menu kombinasi hemat dan bermutu seperti Kombo Hitlist ber-2 dan Super Besar serta Super Family senantiasa ditawarkan. Hal ini tidak terlepas dari usaha yang dilakukan oleh pihak KFC yang terus-menerus melakukan pengembangan brand melalui pengenalan produkproduk baru, produk lanjutan, dan promosi paket murah meriah (secara permanen atau waktu terbatas) yang memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan KFC dan meningkatkan diferensiasi brand KFC yang kompetitif. Iklan di televisi adalah salah satu cara yang dilakukan KFC agar publik tetap mengingat dan mengenal produkproduk mereka. Hal ini penting mengingat derasnya arus persaingan usaha sejenis (waralaba restoran cepat saji). McDonald‘s, A&W, Pizza Hut, dan Texas merupakan nama-nama besar yang siap ‗berebut‘ konsumen dengan KFC. Melalui iklan, KFC berharap dapat membentuk persepsi konsumen yang positif dari produk-produk mereka. Tampilan ayam goreng, aneka jenis minuman, aneka menu hidangan, serta bahan-bahan makanan ditampilkan untuk mendapatkan kesan lezat, segar, dan selera yang menarik perhatian konsumen. KFC juga sering mengajak para artis maupun penyanyi sohor di tanah air sebagai model untuk menyampaikan pesan-pesannya kepada penonton melalui iklan. Salah satunya iklan KFC terbaru yang dibintangi oleh penyanyi dan pemain sinetron, Cinta Laura, untuk memperkenalkan produk terbaru ―Pokkits‖. Pokkits adalah sebuah produk snack atau light meal yang inovatif, yang terdiri atas potongan crispy strips, fresh lettuce, parutan cheddar dan jack cheese, mayonnaise, dan saus pineapple mango, yang dimasukkan ke dalam roti pita panggang. Pokkits ini sendiri merupakan versi mini produk mereka sebelumnya, Twister. Sesuai dengan slogannya, ―Siap isi kantongmu‖, Pokkits dibuat mungil, dan disesuaikan agar muat kantong celana. Pokkits memang sengaja dibuat kecil, dan tidak akan mengotori tangan sehingga bisa dimakan sambil beraktivitas. Harga Pokkits KFC sendiri dimulai dengan harga Rp 9.000-an. Nama Pokkits sendiri tergolong unik karena mudah diingat sekaligus menggambarkan produk itu sendiri yang merupakan kudapan yang bisa disisipkan di kantong (pocket). Di iklan tersebut, Cinta Laura terlihat sedang hangout bersama teman-temannya sambil mengantongi Pokkits. Konsumen selalu membentuk gambaran atau kesan tertentu terhadap iklan tertentu. Hal ini sering diartikan sebagai persepsi yang timbul dari konsumen terhadap iklan. Kotler (2001:179) menerjemahkan persepsi sebagai proses di mana kita memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti. Masing-masing orang bisa mempunyai persepsi berbeda tentang obyek yang sama karena tiga proses pemahaman: 1). Proses atensi selektif, yaitu menyortir sebagian besar rangsangan iklan atau komunikasi merek dalam sehari; 2). Proses distorsi selektif, yaitu kecenderungan untuk menerjemahkan informasi dengan cara yang sesuai dengan konsepsi awal kita; 3). Proses retensi selektif, yaitu mengingat poin bagus tentang sebuah produk yang kita sukai dan melupakan poin bagus tentang produk pesaing. Ada pula persepsi bawah sadar dimana konsumen tidak menyadari pesan yang disampaikan oleh pengiklan, tetapi pesan tersebut mempengaruhi perilaku. Saat ini, Kentucky Fried Chicken, atau yang akrab dengan sebutan KFC telah menjadi brand hidangan cepat saji yang paling dominan, dan dikenal luas sebagai jaringan restoran cepat saji di negeri ini (www.kfcindonesia.com). Dapat dipahami jika produk unggulan KFC berkualitas tinggi ini dapat diterima baik di Indonesia, sebuah negara dengan konsumsi daging ayam jauh lebih tinggi daripada daging jenis lain. Selain menyajikan produk unggulannya, KFC juga memenuhi selera konsumen lokal dengan menawarkan menu pilihan seperti Perkedel, Nasi, Salad dan Jagung Manis, serta produk lain-lain 2 Kemudian menyantapnya dengan penuh selera. Begitu juga dengan kedua orang sahabat yang menemaninya yang ikut menikmati kudapan lezat asal KFC tersebut. Dilatarbelakangi musik beralunan santai, dalam iklan terdengar kata-kata dari sang bintang, “Pokkits bikin hangout makin asik. Pas di kantong, praktis banget! Dengan topping fresh lettuce, crispy strips, cheddar cheese, dan mayo, dipadu dengan saus pineapplemango. Pokkits, emang pas banget.”. Pesan ini berusaha membentuk anggapan penonton bahwa produk terbaru ini adalah sesuatu yang layak untuk dicoba sehingga kemudian melakukan pembelian. Keputusan membeli seseorang merupakan hasil suatu hubungan yang saling mempengaruhi antara faktor-faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi. Banyak dari faktor ini tidak banyak dipengaruhi oleh pemasar. Namun faktor-faktor ini sangat berguna untuk mengidentifikasi pembeli-pembeli yang mungkin memiliki minat terbesar terhadap suatu produk. KFC sangat jeli memanfaatkan faktor-faktor berpengaruh ini dalam menghasilkan iklan produk terbarunya, Pokkits. Salah satunya adalah dengan menonjolkan gaya hidup anak-anak muda zaman sekarang yang suka jalan-jalan bersama temanteman yang ditampilkan di dalam iklan. Gaya hidup mencerminkan pola konsumsi yang menggambarkan pilihan seseorang bagaimana ia No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. menggunakan waktu dan uang. Hal ini merupakan salah satu komponen dari faktor pribadi. Konsumen berusia muda dipilih karena iklan Pokkits menargetkan konsumen yang berusia muda dilihat dari model iklan yang saat ini tengah disukai banyak kawula muda dan situasi dalam iklan dimana Cinta dan teman-temannya sedang hangout seperti yang biasa dilakukan kebanyakan anak muda. Ukurannya yang kecil dan kemasannya yang praktis cocok untuk dimakan sambil beraktivitas. Selain itu, KFC juga menyelenggarakan lomba modelling catwalk dan games Poke Me yang bisa dimainkan di website KFC Indonesia. Hal ini semakin menguatkan pendapat penulis bahwa KFC Pokkits ini memang ditujukan kepada golongan usia muda. KFC Sun Plaza dipilih karena Sun Plaza merupakan tempat favorit banyak anak muda untuk menghabiskan waktu luang bersama teman-temannya. Dan KFC merupakan salah satu restoran cepat saji terkemuka di Indonesia, sehingga diprediksi KFC Sun Plaza akan menjadi salah satu pilihan anakanak muda untuk menghabiskan waktu. Karena iklan Pokkits ini dianggap dekat dengan keseharian peneliti yang adalah seorang mahasiswa yang masih tergolong berusia muda, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang iklan KFC versi Pokkits tersebut. Adapun kategori umur menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang menjelaskan tentang kelompok yang disebut usia muda: 1. Kategori Usia Menurut Depkes RI (2009) Kategori Usia Masa balita 0-5 tahun Masa kanak-kanak 5-11 tahun Masa remaja awal 12-16 tahun Masa remaja akhir 17-25 tahun Masa dewasa awal 26-35 tahun Masa dewasa akhir 36-45 tahun Masa lansia awal 46-55 tahun Masa lansia akhir 56-65 tahun Masa manula 65 tahun ke atas Sumber:ilmu-kesehatan-masyarakat.blogspot.com/2012/05/kategori-umur.html(data diolah). Sebuah penelitian di London seperti yang dilansir detikhealth.com, mengatakan bahwa seseorang berhenti menjadi muda di usia 35 tahun. Dari data-data tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa kelompok usia muda adalah mereka yang berusia 12-35 tahun atau meminjam istilah dari Depkes RI, mereka yang berada pada masa remaja awal hingga dewasa awal. Berdasarkan uraian di latar belakang, penulis tertarik mengambil judul penelitian: “Pengaruh Iklan Pokkits terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen Kentucky Fried Chicken (KFC) Cabang Sun Plaza Medan.” Perumusan Masalah Perumusan masalah penelitian adalah: Apakah Penayangan Iklan Pokkits di Televisi 3 Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan? memberitahukan dan mendorong masyarakat untuk membeli produk-produknya, apakah melalui media massa atau dengan cara lain. Tujuan promosi: 1. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial. 2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit. 3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan. 4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar. 5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing. 6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan. Promosi tidak hanya dilakukan oleh perusahaan/penjual saja, tetapi pembeli juga sering menggunakannya. Misalnya mereka memasang iklan pada sebuah suratkabar untuk mencari barang atau jasa yang diperlukan dari pihak lain. Selain itu pembeli dan penjual dapat menggunakan perantara komunikasi seperti biro periklanan untuk melaksanakan kegiatan promosi mereka. Jadi dapat dikatakan bahwa pembeli, penjual, dan perantara bisa terlibat dalam promosi. Bauran promosi terdiri dari lima elemen penting: 1. Periklanan (advertising), yaitu segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan, barang, atau jasa. 2. Penjualan personal (personal selling), yaitu presentasi pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan. 3. Promosi penjualan (sales promotion), yaitu insentif jangka pendek untuk men-dorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa. 4. Hubungan masyarakat (public relation), yaitu membangun hubungan baik dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan, membangun ―citra perusahaan‖ yang baik, dan menangani atau menyingkirkan gosip, cerita, dan peristiwa yang dapat merugikan. 5. Pemasaran langsung (direct marketing), yaitu komunikasi langsung dengan sejumlah konsumen sasaran untuk memperoleh tanggapan langsung—penggunaan surat, telepon, faks, e-mail, dan lain-lain untuk berkomunikasi langsung dengan konsumen Tujuan Penelitian Mengetahui dan menganalisis Iklan Pokkits di Televisi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian pada Konsumen Kentucky Fried Chicken Cabang Sun Plaza Medan. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini sebagai berikut: a. Bagi perusahaan, sebagai bahan informasi dalam rangka membangkitkan kreativitas pembuatan iklan untuk mempengaruhi persepsi konsumen sebagaimana yang dikehendaki perusahaan sehingga dapat meningkatkan penjualan. b. Bagi penulis, menjadi sebuah kesempatan untuk mengetahui cara-cara pemasaran yang baik sebelum memasuki dunia kerja. c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi apabila ingin melakukan penelitian lainnya yang berkaitan dengan bidang pemasaran. B. 1. Tinjauan Pustaka Promosi dan Bauran Promosi Promosi dipandang sebagai arus informasi atau persuasi satu-arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Menurut Harper, ―Promosi adalah suatu program terkendali dan terpadu dari metode komunikasi material perusahaan atau produk yang dapat memuaskan konsumen, mendorong penjualan serta memberi kontribusi pada kinerja laba perusahaan‖ (2000:65). Promosi menunjukkan adanya lalu lintas informasi dua arah meliputi informasi mengenai produk dan segenap aspek informasi organisasi yang memerlukan pengelolaan dalam keberadaannya. Tujuan utama dari promosi sebenarnya hampir pasti ialah untuk meningkatkan penjualan. Hal ini terlihat dari pendapat Buchari Alma yang juga ‗menyetujui‘ pernyataan Harper di mana ia menegaskan, ―Tujuan utama promosi adalah memberi informasi, menarik perhatian, dan selanjutnya memberi pengaruh meningkatnya penjualan‖ (2002:137). Dalam kondisi perekonomian yang modern seperti saat ini, perusahaanlah yang harus 4 tertentu atau usaha untuk mendapat tanggapan langsung. yang menguntungkan. Adapun beberapa tujuaN lain dari periklanan adalah (Basu Swastha, 1996:252): 1. Mendukung program personal selling dan kegiatan promosi yang lain. 2. Mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh tenaga penjualan/salesman dalam jangka waktu tertentu. 3. Mengadakan hubungan dengan para penyalur, misalnya dengan mencantumkan nama dan alamatnya. 4. Memasuki daerah pemasaran baru atau menarik langganan baru. 5. Memperkenalkan produk baru. 6. Menambah penjualan industri. 7. Mencegah timbulnya barang-barang tiruan. 8. Memperbaiki reputasi perusahaan dengan memberikan pelayanan umum melalui periklanan. 2. Iklan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, iklan merupakan berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Menurut Guinn, Allen, dan Semenik dalam buku yang berjudul Advertising & Integrated Brand Promotion mengemukakan bahwa periklanan merupakan sebuah proses komunikasi. Ketiga tokoh tersebut menyatakan bahwa "Communication is a fundamental aspect of human existence, and advertising is a communication." (2003:13). ―Komunikasi adalah aspek fundamental dari keberadaan manusia, dan periklanan adalah komunikasi‖. 3. Mengenali Khalayak Sasaran Langkah pertama dalam mengembangkan atau merencanakan program pembuatan iklan adalah mengenali khalayak sasaran iklan dimaksud, yaitu meneliti kelompok calon pembeli yang langsung akan diperlihatkan iklan tersebut. Sejauh waktu dan dana memungkinkan, khalayak sasaran program periklanan merupakan pasar sasaran bagi pengusaha barang dan jasa yang bisa dikenali melalui riset pasar dan studi pemilahan pasar. Melalui penelitian dan pengkajian tersebut, seorang pengusaha akan mengetahui tentang profil khalayak sasarannya yang mencakup gaya hidup, sikap, dan nilai-nilai pemikirannya, sehingga lebih memudahkan pembuatan jenis iklannya. Apabila perusahaan itu ingin menjangkau audiens dengan menggunakan iklannya, ia perlu mengetahui acara apa yang biasa ditonton di televisi dan apa yang biasa dibaca dari majalah. Setiap perusahaan pun mengetahui bahwa para konsumen banyak menerima informasi, gagasan, dan penawaran barang-barang pada saat yang berbeda dengan cara yang berbeda pula. Maka untuk menyukseskan upaya periklanannya, perusahaan tersebut harus tahu saat dan cara yang berbeda dari yang lain serta sangat menarik perhatian khalayaknya. Iklannya hendaknya lebih menarik daripada iklan pengusaha lainnya, serta waktu dan tempatnya pun dipilih setepat mungkin. Suhandang (2010:60) mengemukakan banyak manajer bisnis, bila diminta identifikasi tujuan mereka, segera akan berkata untuk memperoleh laba sebanyak mungkin. Sudah tentu laba yang banyak diperlukan sebagai hasil akhir, namun pernyataan itu tidak begitu operasional bagi penetapan suatu tujuan. Tujuan yang berorientasikan pemasaran harus melukiskan segmen mana saja yang dituju untuk melayani keinginan dan keperluan utama orang-orang. Jadi, perusahaan atau petugas pemasaran harus mempertimbangkan penetapan tujuan berdasarkan sikap dan pemikiran konsumen dalam hal memenuhi keinginan dan keperluannya pada saat dihadapkan kepada barang atau jasa yang ditawarkan lewat iklan. Setelah khalayak sasaran dikenali, langkah selanjutnya yang harus diambil adalah menentukan kegiatan kampanye yang sempurna sehingga konsumen (khalayak dimaksud tadi) dapat dikatakan akan menanggapinya melalui suatu hirarki efek. Hirarki yang dimaksud adalah sikap khalayak yang merupakan rangkaian tingkat kesiapan calon pembeli, dari awal mengetahui adanya barang atau jasa yang ditawarkan sampai dengan melakukan tindakan akhir terhadap barang atau jasa tersebut, baik mencoba maupun menggunakan atau memilikinya (Lavidge dalam Suhandang, 2010:61). Adapun hirarki efek dimaksud terdiri atas: 1. Awareness (mengetahui/menyadari), yaitu tahap di mana konsumen bisa 4. Tujuan Iklan Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan periklanan adalah untuk meningkatkan penjualan 5 2. 3. 4. 5. mengenal dan mengingat barang atau jasa yang ditawarkan, minimal merknya; Interest (perhatian/minat), ialah tahap di mana terjadi peningkatan keinginan konsumen untuk mempelajari beberapa keistimewaan barang atau jasa dari merk yang ditawarkan itu; Evaluation (penilaian), yakni tahap penilaian konsumen terhadap barang atau jasa dari merk yang ditawarkan itu, sesuai dengan perasaan yang diharapkannya; Trial (percobaan), yaitu tahap di mana timbul kesungguhan konsumen untuk mengawali pembelian dalam rangka mencoba memakai barang atau jasa dari merk yang ditawarkan tersebut; Adoption (pengadopsian), ialah tahap di mana konsumen merasakan perlunya membeli kembali dan menggunakan atau seterusnya memakai barang atau jasa dari merk tersebut, setelah memperoleh pengalaman yang menyenangkan pada awal pembelian (percobaan) tadi. 3. Mendorong khalayak agar berpikir dan bertindak (membeli) serta menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan itu. 5. Penyusunan Naskah Iklan Unsur sentral dalam rencana penyusunan program periklanan adalah naskah iklan, berupa pesan iklan yang diharapkan dapat dilihat atau ditonton khalayak sasaran (pada majalah, suratkabar, TV, dan internet) serta didengarnya (dari radio). Hal tersebut mencakup pesan untuk memperkenalkan keistimewaan barang atau jasa yang dianggap penting bagi para calon pembeli dalam membuat keputusannya untuk mencoba dan membelinya guna dimiliki atau dipakainya. Orang-orang kreatif di agen atau biro-biro iklan bertanggungjawab dalam mengolah keistimewaan-keistimewaan dimaksud, seperti kualitas, model, hal-hal yang bisa dipercaya, sifat ekonomisnya, dan manfaatnya, untuk dikemas menjadi naskah iklan yang bisa menumbuhkan perhatian dan minat, serta dapat dipercaya. Kiat demikian sering mengandalkan teknik-teknik persuasi yang melibatkan daya cipta humor, kekhawatiran, kedukaan, keindahan, latar belakang suara, dan ilustrasi dalam visualisasi. Kiat-kiat penyusunan naskah iklan dapat dilakukan melalui tiga langkah utama: 1. Message generation (Penurunan Pesan) Para petugas periklanan yang kreatif biasanya menggunakan berbagai metode yang berbeda untuk mencurahkan ideidenya dalam naskah atau pesannya guna meraih tujuannya. 2. Message Evaluation and Selection (Penilaian dan Pemilihan Pesan) Para pembuat iklan perlu menilai naskah pesan-pesan iklannya yang mungkin bisa dipergunakan. 3. Message Execution (Penentuan/Pengabsahan Pesan) Pengaruh pesan tidak hanya tergantung pada apa yang diutarakannya saja, melainkan juga bagaimana cara mengutarakannya. Perlu diperhatikan bahwa periklanan pada dasarnya merupakan komunikasi yang beresensi persuasi. Jadi tujuan akhir yang hakiki dari penyusunan iklan adalah kegiatan komunikasi untuk menjangkau khalayak tertentu, agar mereka dapat membantu memperluas serta menyebarluaskan informasinya, dan mempergunakannya selama mungkin. Para konsumen tidak selalu bisa mengubah dirinya secara tiba-tiba dari insan yang tidak tertarik menjadi pembeli yang berkeyakinan. Umumnya mereka bergerak dari keadaan tidak tahu tentang barang atau jasa yang dilihat menjadi tahu dan kemudian mengenalinya, menyukainya, memilihnya, menerima, dan akhirnya membeli barang atau jasa dimaksud. Langkah-langkah atas komunikasi persuasif tersebut menunjukkan adanya tiga tujuan utama dari pemasangan iklan, yaitu: 1. Membentuk kesadaran khalayak untuk mengetahui segala sesuatunya tentang barang atau jasa tertentu (yang ditawarkan); 2. Menciptakan perasaan khalayak sedemikian rupa sehingga menyukai dan memilih barang atau jasa yang ditawarkan tersebut; 6. Kategorisasi Iklan Televisi Kategori besar dari sebuah iklan televisi adalah berdasarkan sifat media ini, di mana iklan televisi dibangun dari kekuatan visualisasi objek dan kekuatan audio (Burhan Bungin, 2008:111). Iklan televisi adalah salah satu dari iklan lini atas (above-the-line). Umumnya iklan televisi 6 terdiri atas iklan sponsorship, iklan layanan masyarakat, iklan spot (Bovee, 1995:405), Promo Ad, dan iklan politik. Iklan sponsorship atau juga yang dimaksudkan dengan iklan konsumen merupakan dominasi utama dalam iklan televisi. Iklan ini perkembangannya lebih pesat karena didukung oleh dana yang besar dan kreativitas yang menakjubkan serta sarat dengan harapan-harapan konsumtif. Iklan layanan masyarakat lebih dimaksudkan untuk memberi informasi tentang sesuatu yang penting bagi masyarakat luas. Iklan ini dilakukan melalui kerjasama dengan pihak-pihak lembaga nonkomersial atau divisi nonkomersial dari sebuah perusahaan komersial. Contohnya iklan bahaya merokok, iklan bahaya narkotika, iklan anti kekerasan, dan sebagainya. Iklan spot ialah iklan yang hanya menampilkan gambar-gambar yang tidak bergerak dengan latar suara tertentu sebagai dukungan utama terhadap gambar tersebut. Iklan ini disebut juga ‗Iklan Kecil‘. Promo Ad merupakan bentuk iklan yang menayangkan cuplikan acara tertentu. Promo Ad memandu para audiens untuk memilih acara-acara mana yang perlu, harus ditonton, dan bukan harus tertarik pada iklan itu sendiri. Target utama promo Ad bukan menjual sebuah produk atau jasa, namun jumlah pemirsa yang menonton sebuah acara di televisi tersebut. Dengan meningkatnya jumlah pemirsa terhadap acara tersebut, maka akan meningkat pula rating acara tersebut. Kondisi ini akan sangat menguntungkan untuk meraih sebanyak-banyaknya sponsor untuk acara tersebut. Iklan politik hampir sama dengan iklan konsumen, hanya saja berbeda pada ‗produk‘ yang dijual dan penyelesaian akhir tujuan iklan. Iklan politik tidak menjual barang, namun menjual program partai, dan tidak mengarahkan pemirsa kepada perilaku membeli, namun mengarahkan perilaku pemirsa kepada sikap menerima sebuah partai dan memilihnya di saat pemilihan umum. 2008: 5). Di dalam mempelajari perilaku konsumen ini pemasar tidak hanya berhenti pada perilaku konsumen semata namun juga perlu mengaitkannya dengan strategi pemasaran yang akan disusunnya. Strategi pemasaran bukan hanya disesuaikan dengan konsumen, tetapi juga mengubah apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen tentang diri mereka sendiri, tentang berbagai macam tawaran pasar, serta tentang situasi yang tepat untuk pembelian dan penggunaan produk. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yakni: 1. Faktor-faktor kebudayaan a. Kebudayaan Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. b. Sub-budaya Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. c. Kelas Sosial Merupakan kelompok-kelompok yang relatif homogen yang mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa. 2. Faktor-faktor sosial a. Kelompok Referensi Terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. b. Keluarga Terdiri dari keluarga orientasi dan keluarga prokreasi. Keluarga orientasi merupakan orang tua seseorang, sedangkan keluarga prokreasi yaitu pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga. c. Peran dan Status Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. 3. Faktor Pribadi. a. Umur dan Tahapan dalam Siklus Hidup Konsumsi seseorang dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. b. Pekerjaan Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu. c. Keadaan Ekonomi 7. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut (Engel, Blackwell, dan Miniard dalam Suryani, 7 Terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan, tabungan dan hartanya, serta kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung. d. Gaya Hidup Merupakan pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat, dan pendapat seseorang. e. Kepribadian dan Konsep Diri Jenis-jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenisjenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk atau merek. b. 8. 9. c. d. e. Adanya keterkaitan secara terus-menerus dengan konsumen. Mengandung resiko yang cukup tinggi. Pertimbangan emosional. Pengaruh dari norma grup. Keterlibatan yang tinggi digolongkan sebagai high involvement purchase decision, sedangkan keterlibatan rendah digolongkan low involvement purchase decision. Pengambilan keputusan sebagai proses penting yang mempengaruhi perilaku konsumen sangat penting untuk dipahami pemasar. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Umumnya ada lima peranan yang terlibat. Kelima peran tersebut meliputi: a. Pemrakarsa (initiator), yaitu orang yang pertama kali menyarankan ide untuk membeli suatu barang/ jasa. b. Pembawa pengaruh (influencer), yaitu orang yang memiliki pandangan atau nasihat yang mempengaruhi keputusan pembelian. c. Pengambil keputusan (decider), yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian. d. Pembeli (buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian secara nyata. e. Pemakai (user), yaitu orang yang mengkonsumsi dan menggunakan barang/ jasa yang dibeli. Keputusan Pembelian Menurut Philip Kotler (2007:223), Keputusan Pembelian yaitu beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk. Adapun tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian itu meliputi pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi berbagai alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Penjelasan singkat dari tahap-tahap itu adalah: 1. Pengenalan masalah, adalah tahap dimana konsumen mengenali adanya suatu masalah atau kebutuhan. 2. Pencarian informasi, adalah tahap dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi, dilakukan dengan cara meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi. 3. Evaluasi berbagai alternatif, adalah tahap dimana konsumen menggunakan informasi yang telah didapat untuk mengevaluasi merek-merek alternatif. 4. Keputusan pembelian, adalah tahap dimana konsumen benar-benar melakukan pembelian. 5. Perilaku pasca pembelian, adalah tindakan lebih lanjut setelah melakukan pembelian berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan. Dilihat dari proses pengambilan keputusan, proses keputusan pembelian sangat bervariasi. Ada yang sederhana dan ada pula yang kompleks. Assael (dalam Suryani, 2008:13-15) membagi dalam dua dimensi yaitu tingkat pengambilan keputusan dan derajat keterlibatan saat membeli. Pada dimensi pertama, konsumen dibedakan berdasarkan tingkat pengambilan keputusan. Konsumen sering melakukan pencarian informasi dan evaluasi terhadap merek yang lain sebelum keputusan diambil. Dilain pihak ada pula konsumen yang jarang mencari informasi tambahan, karena konsumen ini telah terbiasa membeli merek tersebut. Pada dimensi kedua, konsumen dibedakan berdasarkan tingkat keterlibatan saat pemilihan suatu merek. Pada saat itu konsumen tidak jarang terlibat terlalu dalam, hal ini dapat terjadi karena: a. Produk amat penting bagi konsumen sebab image pribadi dari konsumen terkait dengan produk. Penelitian Terdahulu Hilda (2011) telah melakukan penelitian yang berjudul ―Pengaruh Iklan Tarif Hemat Terhadap Keputusan Pembelian Kartu Simpati Pada Mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU‖. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh iklan tarif hemat Simpati terhadap 8 keputusan untuk membeli kartu Simpati pada Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan. Hasil dari analisis data deskriptif dan data kualitatif menunjukkan bahwa Iklan Tarif Hemat Simpati (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian Kartu Simpati (Y) pada Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi USU. Masrina (2011) telah melakukan penelitian yang berjudul ―Pengaruh Iklan Televisi Molto Ultra Sekali Bilas Terhadap Keputusan Pembelian Pada Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi USU‖. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Dari hasil penelitian analisis regresi linear sederhana diketahui bahwa iklan televisi berpengaruh sebesar 41,8% terhadap variabel keputusan pembelian pada Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi USU di Medan dan 58,2% dipengaruhi oleh variabel lain. Sari (2010) telah melakukan penelitian yang berjudul ―Pengaruh Iklan Bersambung Televisi Pond‘s Flawless White Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswi Politeknik Negeri Medan‖. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Dari penelitian dengan menggunakan analisis regresi linear berganda tersebut diketahui bahwa secara simultan video (X1), variabel audio (X2), variabel talent (X3), variabel props (X4), variabel setting (X5), variabel lightning (X6), variabel pacing (X7), dan variabel kontinuitas (X8) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian (Y) Mahasiswi Politeknik Negeri Medan. Kerangka Konseptual Dalam melakukan kegiatan pemasaran, terlebih melalui iklan di televisi, dibutuhkan ideide kreatif dari pihak perusahaan agar sukses menarik perhatian dari penonton. Melalui iklan, perusahaan harus sebisa mungkin menampilkan produk mereka dengan menonjolkan segala kebaikan dan keunggulan dibandingkan produk pesaing agar dapat membentuk persepsi konsumen bahwa produk merekalah yang terbaik. Menurut Philip Kotler (2007:223), Keputusan Pembelian yaitu beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk. Adapun tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian itu meliputi pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi berbagai alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Pengaruh iklan Pokkits terhadap keputusan pembelian konsumen yaitu munculnya ketertarikan dan rasa penasaran tentang produk yang diiklankan sehingga konsumen membeli produk sebagai hasil akhirnya. Dengan iklan yang dikemas semenarik mungkin, diharapkan dapat menimbulkan tanggapan yang positif pada benak konsumen. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut: 2. Kerangka Konseptual IklanTelevisi (X) Keputusan Pembelian (Y) Sumber: Kotler (2007: 223) (data diolah, Maret 2013) 1. Variabel Independen (bebas) adalah iklan televisi. 2. Variabel dependen (terikat) adalah keputusan pembelian. C. Metode Penelitian Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian asosiatif, yakni penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk melihat pengaruh, yakni iklan (X) berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y). Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah konsumen KFC Sun Plaza Medan yang sudah pernah Variabel Penelitian Jenis-jenis variabel yang diteliti ialah: 9 Y=α+ßX membeli Pokkits dan berusia 12-35 tahun dengan mengambil sampel sebanyak 97 orang. Uji Hipotesis Uji t (Uji secara signifikansi) Uji t atau uji secara signifikansi yaitu membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh iklan sebagai variabel bebas terhadap keputusan pembelian sebagai variabel terikat. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika Koefisien Determinasi (R2) semakin besar (mendekati satu) menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y. Dimana 0 < R2 < 1. sebaliknya, jika Koefisien Determinasi (R2) semakin kecil (mendekati nol), maka akan dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah kecil terhadap variabel terikat. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengukur kelayakan butir-butir dalam daftar pertanyaan yang mendefinisikan suatu variabel (Sugiyono, 2006:114) Reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrumen penelitian. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2006:110). Metode Analisis Data Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan. D. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas Uji normalitas ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Pada tabel terlihat bahwa nilai Asymp. Sig (2tailed) adalah 0.908 dan di atas nilai signifikan (0.05). Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z lebih kecil dari 1.97 berarti tidak ada perbedaan antara distribusi teoritik dan distribusi empiric atau dengan kata lain data dikatakan normal. Analisis Regresi Sederhana Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh satu variabel independen (X) terhadap satu variabel dependen (Y). Dalam hal ini melihat pengaruh iklan televisi Pokkits terhadap keputusan pembelian. Analisis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 10 3. Tabel Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 97 Normal Parametersa,,b Most Extreme Differences Mean .0000000 Std. Deviation 1.48508023 Absolute .057 Positive .057 Negative -.050 Kolmogorov-Smirnov Z .564 Asymp. Sig. (2-tailed) .908 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data Hasil Penelitian, 2013 (diolah, SPSS 17.00) keputusan pembelian, hal ini terlihat dari nilai signifikansi (0.000) lebih kecil dari 0.05. Hal ini trelihat dari nilai thitung (5.169) > ttabel (1.66). 2. Uji t (Uji secara signifikansi) Berdasarkan tabel yang tersaji di bawah, dapat disimpulkan bahwa variabel iklan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap 4. Tabel Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error Standardized Coefficients Beta t Sig. 3.159 1.289 2.451 .016 Iklan .267 a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian .048 .499 5.619 .000 Sumber: Data Hasil Penelitian, 2013 (diolah, SPSS 17.00) konsumen sebesar 24.2%. Sedangkan sisanya sebesar 75.8% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 3. Koefisien Determinasi (R²) Seperti yang terlihat dalam tabel berikut, Adjusted R Square sebesar 0.242 berarti Iklan Pokkits mempengaruhi keputusan pembelian 11 5. Tabel Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square a 1 .499 a. Predictors: (Constant), Iklan b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian .249 Adjusted R Square .242 Std. Error of the Estimate 1.49288 Sumber: Data Hasil Penelitian, 2013 (diolah, SPSS 17.00) pembuatan iklan berikutnya dapat menimbulkan kesan yang mendalam di benak penontonnya. Iklan televisi berkembang dengan berbagai kategori di samping karena iklan televisi perlu kreativitas dan selalu menghasilkan produkproduk iklan baru, namun juga karena daya beli masyarakat terhadap sebuah iklan televisi yang selalu bervariasi karena tekanan ekonomi. Bila dibandingkan dengan media lain, iklan televisi memiliki kategorisasi yang jauh berbeda karena sifat media yang juga berbeda. Kategori besar dari sebuah iklan televisi adalah berdasarkan sifat media ini, di mana iklan televisi dibangun dari kekuatan visualisasi objek dan kekuatan audio (Burhan Bungin, 2008:111). Berdasarkan tipe produk, iklan Pokkits termasuk dalam kategori pioneering (perintisan). Iklan perintisan digunakan untuk memperkenalkan produk baru dengan menceritakan tentang produknya. Iklan Pokkits digunakan untuk memperkenalkan kudapan Pokkits yang merupakan produk terbaru dari KFC. Berdasarkan segi penampilannya, iklan Pokkits digolongkan dalam quality advertising, yaitu iklan yang tampil dengan menonjolkan mutu dari barang atau jasa yang ditawarkan. Hal ini terlihat dari kata-kata yang disampaikan oleh narator pada bagian ―Pokkits bikin hangout makin asik. Pas di kantong, praktis banget!”. KFC cenderung mengikuti metode ikatan awal (start-up pulse) dari segi pendekatan menyusun jadwal pemasangan iklan. Adapun pendekatan ikatan awal itu sendiri mengandung pengertian bahwa umumnya iklan dilakukan untuk mengkampanyekan suatu produk baru. Iklan Pokkits juga merupakan iklan sponsorship. Iklan sponsorship atau juga yang dimaksudkan dengan iklan konsumen merupakan dominasi utama dalam iklan televisi. Iklan ini perkembangannya lebih pesat karena didukung oleh dana yang besar dan kreativitas yang E. Pembahasan Perusahaan tertentu membutuhkan iklan untuk memperkenalkan produknya kepada pelanggan sasaran. Salah satu perusahaan yang menggunakan jasa ini adalah restoran waralaba cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC) untuk memperkenalkan makanan ringan keluaran terbaru, Pokkits, melalui media televisi karena dinilai lebih efektif. Adapun beberapa kelebihan yang didapatkan dari penayangan iklan melalui media televisi adalah dapat dinikmati oleh siapa saja, waktu dan acara siarannya sudah tertentu, serta dapat memberikan kombinasi antara suara dengan gambar yang bergerak. Sedangkan kekurangan media ini di antaranya biaya iklan yang relatif tinggi, hanya dapat dinikmati sebentar, dan kurang fleksibel. Iklan berfungsi untuk memperkenalkan produk kepada konsumen sekaligus bersifat persuasif yang mengajak audiens untuk membeli dan menganggap bahwa produk yang diiklankan adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh audiens sehingga ingin memiliki atau sekedar mencoba produk yang ditawarkan. Selain itu, iklan juga dimaksudkan untuk meningkatkan total penjualan Pokkits sehingga dapat menambah keuntungan KFC. Penayangan iklan Pokkits yang memakai bintang sinetron dan penyanyi Cinta Laura guna menarik perhatian konsumen sasaran diharapkan dapat membuat Pokkits ―dilirik‖ dan tentunya dibeli. Namun tidak semua iklan yang menggunakan artis sebagai model iklannya sukses. Salah satunya iklan Pokkits yang saat penulis melakukan penelitian di lokasi hanya beberapa orang saja yang mampu mengingat iklan dengan baik. Beberapa di antaranya merupakan responden yang mengisi kuesioner yang disodorkan oleh penulis. Hal ini harus mendapat tanggapan serius dari pihak pengiklan, agar 12 menakjubkan serta sarat dengan harapan-harapan konsumtif. Keputusan pembelian merupakan hasil dari perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut (Engel, Blackwell, dan Miniard dalam Suryani, 2008: 5). Di dalam mempelajari perilaku konsumen ini pemasar tidak hanya berhenti pada perilaku konsumen semata namun juga perlu mengaitkannya dengan strategi pemasaran yang akan disusunnya. Strategi pemasaran yang baik pada hakekatnya didasarkan pada apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumennya. Strategi pemasaran yang dilakukan KFC salah satunya adalah melalui penayangan iklan di televisi. Diharapkan iklan dapat mempengaruhi keputusan pembelian dari konsumen. Dalam iklan televisi ini, Pokkits diberitahukan dapat membuat saat jalan-jalan (hangout) bersama teman menjadi lebih asyik. Kata-kata ini dirancang untuk mengubah pola pikir konsumen yang tadinya tidak perduli dengan produk menjadi peka, karena Pokkits digambarkan menjadi suatu kebutuhan. Yaitu agar hangout makin asyik. Perusahaan yang mampu memahami perilaku konsumen akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar karena dapat menyusun strategi pemasaran yang tepat yang dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dibandingkan pesaing. Penjabaran dari bahanbahan yang digunakan untuk membuat Pokkits seperti ―topping fresh lettuce, crispy strips, cheddar cheese, dan mayo, dipadu dengan saus pineapple-mango” diharapkan dapat membentuk persepsi konsumen yang tertarik terhadap produk yang ditawarkan. Dengan adanya penjabaran bahan-bahan itu, yang ada di benak konsumen adalah Pokkits merupakan snack yang enak yang pada gilirannya mendorong audiens untuk melakukan pembelian terhadap Pokkits. Berdasarkan Uji T, nilai signifikansi (0.000) lebih kecil dari 0.05, dan nilai thitung (5.169) > ttabel (1.66). Hal ini berarti variabel iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Lalu pada Koefisien Determinasi (R 2) diperoleh hasil R adalah 0.499 (49.9%) yang artinya bahwa tingkat keeratan pengaruh variabel iklan terhadap keputusan pembelian cukup tinggi. Adjusted R Square sebesar 0,242 berarti 24.2% faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh iklan. Sedangkan sisanya 75.8% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian, variabel iklan belum memberikan hasil yang maksimal terhadap keputusan pembelian konsumen. Maka KFC sebaiknya lebih memperhatikan pemilihan model iklan yang tepat ketika ingin memperkenalkan produk baru melalui media televisi. Pelafalan dari narator juga perlu diperhatikan agar konsumen dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan pihak pengiklan. F. 1. 2. Kesimpulan Hasil analisis data dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa variabel bebas yakni iklan pada media televisi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada KFC Cabang Sun Plaza Medan. Dari hasil Koefisien Determinasi (R2), diketahui bahwa nilai Adjusted R Square adalah 0,242, yang artinya 24,2% faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh iklan. Sedangkan sisanya 75,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain tersebut seperti setting iklan, warna, harga, kebutuhan konsumen, dan adanya keinginan dari diri sendiri. G. Saran 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 24,2% dari faktor iklan yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen KFC. Oleh sebab itu, perusahaan sebaiknya lebih memaksimalkan lagi pengelolaan iklan di televisi jika ingin meningkatkan penjualan melalui media ini. 2. Pihak manajemen sebaiknya lebih memperhatikan pemilihan model iklan yang tepat untuk memperkenalkan produk terbaru mereka. Bila perlu, perusahaan melakukan survei/polling di internet atau mencari informasi tentang figur yang mampu menarik perhatian konsumen sasaran untuk menyaksikan dan mengingat iklan dengan baik. 3. Sebelum menayangkan iklan ada baiknya perusahaan mencari seorang narator yang pelafalannya jelas dan dapat dipahami oleh 13 4. 5. audiens pada saat melihat iklan, sehingga audiens dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan mengenai produk. Promosi, terlebih melalui iklan di televisi, memberikan manfaat yang begitu besar bagi perusahaan apabila dimanfaatkan secara tepat. Maka dari itu, ketika ingin membuat sebuah iklan, perusahaan sebaiknya lebih memaksimalkan kreativitas yang dimiliki sehingga iklan tersebut menarik, unik, dan dapat diingat dengan baik. Pesan iklan juga harus diperhatikan. Pesan iklan harus bisa mempengaruhi audiens untuk membeli produk yang diiklankan. Perusahaan juga harus memperhatikan aspekaspek lain di luar penelitian ini, karena 6. 7. 75,8% keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Bagi peneliti selanjutnya, sebelum melakukan penelitian yang berkaitan dengan iklan televisi, sebaiknya mencari informasi tentang iklan televisi yang sedang menjadi ―topik hangat‖ di tengah masyarakat, sehingga hasil penelitian akan lebih memuaskan. Bagi peneliti selanjutnya, daftar pertanyaan sebaiknya dibuat lebih banyak untuk tiap indikator, sehingga hasil penelitian lebih baik dan kredibel. DAFTAR PUSTAKA Echols, J. M dan Shadily, H. 1976, Kamus Inggris Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Armstrong, Garry & Phillip Kotler, 2007. Marketing an Introduction (Eight Edition), Pearson Prentice Hall, New Jersey. Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan. Fridolin, Iwan, 1993. Kita Gesek Biola Sementara Rumah Kita Terbakar, LP3ES, Jakarta. Balai Pengkajian dan Pengembangan Informasi (BP2I), Badan Litbang SDM & Departemen Komunikasi Informatika, 2007. Observasi: Menyoroti Iklan Di Televisi, Simbiosa Rekatama Media Bandung, Bandung. Ginting, P dan Situmorang, S. H, 2008. Filsafat Ilmu Dan Metode Riset, USU Press, Medan. Bovee, Courdand L, 1995. Advertising Exellence, McGraw-Hill, Inc, New York. Hanks, Patrick, 1992. The Collins Paperback English Dictionary. 2nd Edition, HarperCollinsPublishers, Glasgow, UK. Bungin, Burhan, 2008. Konstruksi Sosial Media Massa, Prenada Media, Jakarta. Kotler, Philip, 2002. Manajemen Pemasaran, Prenhallindo, Jakarta. Daft, Richard, 2002. Manajemen, Erlangga, Jakarta. Kotler, P dan Armstrong, G, 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran, Erlangga, Jakarta. Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga, Jakarta. Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono, 2001. Analisa Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, Yogyakarta, Andi. Lee, Monle dan Carla Johnson, 2007. Prinsipprinsip Periklanan Dalam Perspektif Global, Kencana, Jakarta. Setiadi, Nugroho, 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, Prenada Media, Jakarta. Rochaety, Ety., Tresnadi, Ratih & Latief, A. M, 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS, Mitra Wacana Media, Jakarta. _______________, 2005. Perilaku Konsumen. Kencana. Jakarta. 14 Situmorang, S. H dan Lufti, M, 2011. Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis, USU Press, Medan. Sumarwan, Ujang, 2004. Perilaku Konsumen: Teori & Penerapannya dalam Pemasaran, Ghalia Indonesia, Bogor. Sudjiman, Panuti dan Zoest, Aart V, 1992. Serbaserbi Semiotika, Gramedia, Jakarta. Supranto, J dan Krisna, N. L, 2011. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran untuk Memenangkan Persaingan Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta. Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Alfabeta, CV, Bandung. Bisnis, Suryani, Tatik, 2008. Perilaku Konsumen: Implikasi Pada Strategi Pemasaran, Graha Ilmu, Yogyakarta. Suhandang, Kustadi, 2010. Periklanan Manajemen, Kiat dan Strategi, Nuansa, Bandung. Swastha, Basu, 1996. Azas-azas Marketing, Liberty Yogyakarta,Yogyakarta. Suliyanto, 2006. Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy, 2003. Periklanan yang Efektif, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni, 2006. Metodologi Penelitian Bisnis, Penerbit Andi, Yogyakarta. Widayat dan Amrullah, 2002. Riset Bisnis, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. 15