BAB II KERANGKA TEORI A. Landasan Teori a. Konsep Return

advertisement
10
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
a. Konsep Return Saham
Return merupakan hasil yng diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasian yang sudah terjadi atau return ekspektasian yang
belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi da masa akan datang.
Return realisasian (realized return) merupakan return yang telah
tejadi. Return realisasian dihitung menggunakan data historis. Return
realisasian penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
dari perusahaan. Return realisasian atau return histori ini juga berguna
sebagai dasar penentuan return ekspekstasian (expected return) dan risiko
da masa akan datang.
Return ekspektasian (expected return) adalah return yang
diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa datang. Berbeda dengan
return realisasian yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasian sifatnya
belum terjadi.8
Para investor mempunyai daya tarik melakukan investasi modal
dengan membeli saham dikarenakan terdapat dua keuntungan yang dapat
diperoleh dalm investasi saham:9
8
Prof. Dr. Jogiyanto Hartono, MBA, CA, Teori Portofolio dan Analiis Investasi
(Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2015), hlm 263.
9
Abdul Manan, Aspek hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 94.
10
11
1. Capital gain (loss) merupakan selisih antara harga beli dan harga
jual. Capital gain (loss) terbentuk dengan adanya aktivitas
perdagangan di pasar sekunder. Umumnya investor jangka pendek
mengharapkan keuntungan dari Capital gain. Saham memungkinkan
pemodal mendapatkan keuntungan (Capital gain) dalam jumlah
besar dan dalam waktu yang singkat.
2. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor
secara periodik misalnya berupa dividen atau bunga. Yield
dinyatakan dalam presentse dari modal yang ditanamkan. Dividen
merupakan keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham
atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dan biasanya
dividen ini dibagikan setelah adanya persetujuan pemegang sahan
dengan pemilik perusahaan.
Return saham adalah keuntungan yang ditrima investasi saham
selama periode tertentu.
10
Dalam penelitian ini return saham yang
digunakan adalah capital gain. Capital gain merupakan selisih laba/rugi
dari harga investasi sekarang dengan harga periode yang lalu.
Rumus:11
Rit =
𝑃t – Pt-1
𝑃𝑡−1
Rit = keuntungan yang diharapkan
10
Saras Meta Nugrahani, Analisis Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal
perusahaan, jurnal (Semarang:UNDIP, 2012), hlm. 7.
11
Kamarudin Ahmad, S.E., Dasar – Dasar Manajemen Investasi, (Jakarta: PT RINEKA
CIPTA, 1996). hlm 100.
12
Pt = harga saham periode tertentu
Pt-1 = harga saham periode sebelumnya
Tabel 2.1
Daftar Return Saham periode 2012 – 2014
2012
No
kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
AALI
ADRO
AKRA
ASII
ASRI
CPIN
ICBP
INTP
ITMG
KLBF
LPKR
LSIP
PTBA
SMGR
TLKM
UNTR
UNVR
Harga
Saham
19700
15990
4150
7600
600
3650
7800
22450
41550
1060
1000
2300
15100
15850
9050
19700
20850
Return
Saham
-9,2%
-10,2%
37,2%
2,7%
30,4%
69,8%
50%
31,7%
7,5%
55,9%
51,5%
2,2%
-13%
38,4%
28,4%
-25,2%
10,9%
Return Saham
2013
Harga
Return
Saham
Saham
25100
27%
1090
-31%
4375
5%
6800
-11%
430
-28%
3375
-8%
10200
31%
20000
-11%
28500
-31%
1250
18%
910
-9%
1930
-16%
10200
-32%
14150
-11%
2150
19%
19000
-4%
26000
25%
2014
Harga
Saham
24250
1040
4120
7425
560
3780
13100
25000
15375
1830
1020
1890
1250
16200
2865
17350
32300
Return
Saham
-3%
-5%
-6%
9%
30%
12%
28%
25%
-46%
46%
12%
-2%
23%
14%
33%
-9%
24%
www.sahamOk.com
b. Saham dan Saham Syariah
Saham adalah surat tanda pemilikan yang membagikan deviden
kepada
pemiliknya
(surat-surat
berharga).12
Saham
juga
dapat
didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau
12
Slamet Sugiri, Pengantar Akutansi 2 (Yogyakrta: UUP AMP YKPN, 2002), hlm. 35.
13
pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan.13 Saham
dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorng
atau badan dalam suatu perusahaan ata perseroan terbatas. Saham
berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang
ditanamkan di perusahaan tersebut.14
Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang
memiliki karakteristik khusus berupa control yang ketat dalam hal
kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha. Saham syariah dimasukan dalam
perhitungan Jakarta Islamic Index merupakan indeks yang telah
dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia ynag merupakan subset dari
Indeks Harga Saham Gabungan. Menurut Dewan Syariah Nasional
(DSN) saham syariah adalah suatu bukti kepemilikan atas suatu
perusahaan yang memenuhi kriteria syariah dan tidak termasuk saham
yang memiliki hak-hak istimewa.15
Prinsip-prisip dasar saham syariah:
a. Bersifat musyarakah jika ditawarkan secara terbatas.
b. Bersifat mudharabah jika ditawarkan kepada publik.
13
Asbi Rachman Faried, Analisis Faktor Fundamental dan Nilai Kapitalisasi Pasar
Terhadap Return Saham, Tesis (Semarang: Universitas Diponegoro, 2008), hlm. 3.
14
Tjipto Darmadji dan Hendy Fakhurudin, Pasar Modal Di Indonesia, edisi ke 3(Jakarta:
salemba empat, 2011), hlm. 6.
15
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, (Malang: UIN Maliki Press, 2010),
hlm. 71.
14
c. Tidak boleh ada pembeda jenis saham, karena risiko harus
ditanggung oleh semua pihak.
d. Prisip bagi hasil laba-rugi.
e. Tidak dapat dicairkan kecuali likuiditasi.
c.
Jenis Saham
Dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal
oleh publik yaitu saham biasa (commont stock) dan saham istimewa
(preference stock). Dimana kedua jenis ini memiliki arti dan aturannya
masing-masing.16
a. Common Stock (saham biasa)
Common Stock (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang
dijual oleh perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar,
yen dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk
mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPLBS
(Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk
menentukan membeli righ issue (penjualan saham terbatas) atau
tidak, yang selanjutnya diakhir tahun akan memperoleh keuntungan
dalam bentuk deviden.
b. Preferent Stock (saham istimewa)
Preferent Stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang
dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah.
Dolar, yen dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh
16
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan, (teori dan soal jawab), (Bandung:
Alfabeta, 2014), hlm. 271.
15
pendapatan tetap dalam bentuk deviden yag biasanya akan diterima
setiap kuartal (tiga bulanan).
Sebagai catatan, keuntungan yang diperoleh dari common stock
adalah lebih tinggi dari preferent stock. Perolehan keuntungan
tersebut juga diikuti oleh tingginya resiko yang akan diterima
nantinya. Ini sebagaimana dikatakan oleh Haryajid, Hendy dan Anjar
“Investor yang ingin memperoleh penghasilan yang lebih tinggi lebih
baik untuk melakukan investasi di saham biasa karena perputaran
yang diperoleh dari saham tersebut sangat tinggi. Apabila investor
mengonvestasikan dananya disaham preferen, maka hanya pada
waktu tertentu saham-saham itu dapat diuangkan.
d. Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagaii alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan.17
Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan
gambaran atau laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan pihak
manajemen atau akuntan, berikut adalah tujuan dari laporan keuangan:
1) Menyediakan informasi yang berguna untuk investor, kreditor, dan
pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan
17
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010), hlm. 2.
16
keputusan yang rasional atas investasi, kredit atau keputusan lain yang
sejenis.
2) Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditior dan
pengguna potensial lainnya yang membantu dalam menilai jumlah,
waktu, dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dari deviden atau
bunga dan pendapatan dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo
sekuritas atau pinjaman.
3) Menaksir aliran kas masuk (future cash flow) pada perusahaan.
4) Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas
sumber daya tersebut dan perubahannya.
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari
transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa
kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini
merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara
langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban
dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja
dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban.laporan perubahan
posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi
dan perubahan dalam berbagai unsur neraca. Penyajian berbagai unsur ini
dalam neraca dan laporan laba rugi memerlukan proses subklasifikasi.18
1. Neraca
18
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Modern, (Yogayakarta:
Andi Yogyakarta, 2011), hlm. 67-72.
17
Neraca atau balance sheet adalah laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat yang
memerlukan nilai perusahaan pada waktu tertentu. Neraca biasanya
disajikan tiap akhir tahun, atau kuartal pertama.
Neraca suatu perusahaan dibentuk dari persamaan akutansi,
yaitu harta = kewajiban + ekuitas. Bagian pertama neraca adalah
harta-harta perusahaan, yaitu harta lancar (current asset) dan harta
tetap (fixed assets). Aset disusun secara runtut berdasar likuiditas,
yakni aset yang paling cepat dapat dicairkan menjadi uang kas.
Bagian kedua berisi kewajiban (liabilities), yaitu klaim pemberi
pinjaman terhadap harta-harta perusahaan dan modal pemilik
(owner’s equity), yaitu nilai ivestasi pemilik dalam suatu bisnis.
2. Laporan rugi laba
Laporan laba rugi atau income statement/profit and loss
statement
membandingkan
pendapatan
terhadap
beban
pengeluarannya untuk menentukan laba (atau rugi) bersih. Laporan
ini memberikan informasi tentang hasil akhir (bottom line)
perusahaan selama periode tertentu.
e. Analisis Rasio Keuangan
1. Rasio Keuangan
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan
(matematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio
18
ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada
penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan
suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka rasio penbanding yang digunakan sebagai standar.19
Rasio (perbandingan) dapat dilakukan untuk dan antar
sepasang pos baik dalam Neraca maupun perhitungan rugi laba.
Ada banyak rasio keuangan baik yang menyangkut likuiditas,
solvabilitas, maupun rentabilitas perusahaan. Namun hanya
beberapa dari rasio yang sering digunakan.
2. Current Ratio (CR)
Current Ratio merupakan salah satu komponen dari rasio
likuiditas. Frend Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila
perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang
tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.20
Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan likuid, apabila
perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva
lancar yang lebih besar dibandingkan dengan utang lancarnya.
Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban
19
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty , 2010), hlm. 2.
20
Dr. Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta, PT rajagrafindo persada,2012), hlm.
129.
19
keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam
keadaan tidak likuid.21
Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan perbandingan antara
aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek (hutang lancar). Rasio
lancar adalah rasio yang paling umum digunakan untuk menaksir
risiko hutang yang disajikan dalam neraca. Rasio ini menghubungkan
antara aktiva lancar terhadap kewjiban lancar untuk mencoba
memperlihatkan
keamanan
klaim
pemberi
hutang
jika
ada
kegagalan.22
Apabila rasio rendah dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang
modal untuk membayar utang. Namun apabila hasil pengukuran rasio
tinggi belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat saja terjadi
karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu
kondisi perusahaan baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang
digunakan. Dalam praktiknya sering dipakai bahwa rasio lancar
dengan standar 200% (2 : 1) yang terkadang sudah dianggap sebagai
ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi perusahaan. Artinya
dengan rasio tersebut, perusahaan sudah berada di titik aman dalam
jangka pendek.23
21
David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, Manajemen Investasi (Pendekatan
Teknikal dan Fundamental Untuk analisis saham), (Yogyakarta, Graha Ilmu,2010), Cet pertama,
hlm. 233.
22
Erich A. Helfert, Teknik Anaisis Keuangan (Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan
Mengukur Kinerja perusahaan), (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1997), hlm. 95.
23
Dr. Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta, PT rajagrafindo persada,2012), hlm.
134.
20
3. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio adalah salah satu jenis dari rasio
leverage. Rasio leverage menunjukan ukuran besarnya dana yang
diperoleh
dari
kreditur.
Rasio
ini
menunjukan
kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Debt to
Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.24
Debt to Equity Ratio mengukur proporsi dana dari utang.
Semakin rendah semakin aman. Rasio yang tinggi menunjukan
perusahan menggunakan financial leverage yang tinggi.25 Sehingga,
semakin tinggi rasio ini mengakibatkan resiko finansial perusahaan
yang semakin tinggi. Perusahaanyang memiliki resiko finansial tinggi
cenderungdihindari oleh calon investor karena nilai return sahamnya
rendah.26
B. Tinjauan Pustaka
Adapun beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh penelitipeneliti sebelumnya yang bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk
memperkuat penelitin ini. Yang pertama, IG.K.A. Ulupui (2009)
24
Dr. Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, ...hlm. 158.
25
David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, Manajemen Investasi (Pendekatan
Teknikal dan Fundamental Untuk analisis saham), (Yogyakarta, Graha Ilmu,2010), Cet pertama,
hlm. 234-235.
26
Nini Safitri Aziz, Pengaruh return on asset (ROA), debt to equity ratio (DER), tingkat
suku bunga dan tingkat inflasi terhadap return saham sektor perbankan di Bursa Efek Indoneia
(periode 2003-2010), skripsi, (Makasar: Universitas Hasanudin, 2012), hlm. 21.
21
dalam penelitiannya terhadap 13 perusahaan manu faktur, yang di ukur
dengan current ratio, return on asset, debt to equity ratio dan total
asset turnover. Dengan hasil bahwa current ratio, debt to equity ratio,
return on asset mempunyai pengaruh positif terhadap return saham,
sedangkan total asset turnover mempunyai pengaruh yang negatif
terhadap return saham. Hal ini dikarenakan karena perusahaan belum
mampu mengelola aktiva yang tersedia dalam operasionalnya,
sehingga menyebabkan total assets turnover yang didapat turun.27
Kedua, Lalu Anton Amrullah tahun 2009 dengan judul Pengaruh
Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Risiko Sistematis
terhadap Return Saham. Pada perusahaan yang masuk di JII 2004-2006.
Variabel Independent yang digunakan CR,DER dan risiko sitematis
Variabel dependen Return Saham. alat analisis yang digunakan adalah
analisis regresi berganda. Hasil menunjukan Variabel CR, DER dan
Risiko sistematis berpengaruh terhadap Return Saham. Sedangkan
secara parsial hanya Risiko Sistematis yang tidak berpengaruh
terhadap Return Saham. Cr dan DER berpengaruh positif terhadap
Return Saham.28
IG. K. A. Ulupui. 2009.”Analisis pengaruh rasio likuiditas, laverage,
aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham (study pada perusahaan
makanan dan minuman dengan kategori industri barang dan konsumsi)”. Jurnal
riset akuntansi dan bisnis. adhipranoto.wordpress.com
27
28
Lalu Anton Amrullah,Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan
RisikoSistematis terhadap Return Saham pada perusahaan yang masuk di JII periode 2004-2006,
Skripsi (Yogyakarta: UIN Kalijaga, 2009), Hlm. 16.
22
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Asbi rachman faried
pada tahun 2008, dengan judul Analisis pengaruh faktor fundamental
dan kapitalisasi pasar terhadap return saham perusahaan manufaktur di
BEI periode 2002-2006. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah ROA, NPM, DER, PBV dan nilai kapitalisasi pasar dan
variabel dependen adalah Return Saham. Alat analisis yang digunakan
adalah regresi berganda. Hasil analisis ROA,PBV dan nilai kapitalisasi
pasar berpengaruh terhadap terhadap Return Saham, dan NPM dan
DER tidak berpengaruh terhadap Return Saham.29
Keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Hartati pada
tahun 2010 dengan judul Pengaruh return on asset (ROA), debt to
equity ratui (DER), earning pershare (EPS), price earning ratio (PER)
terhadap return saham (studi pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Variabel independent yang
digunakan adalah ROA, DER, EPS, dan PER dan variabel dependent
adalah return saham. Alat analisis yang digunakan regresi berganda.
Hasil analisis menunjukan ROA dan DER berpengruh terhadap return
saham dan EPS dan PER tidak berpengaruh terhadap return saham.30
29
Asbi rachman faried, Analisis pengaruh faktor fundamental dan kapitalisasi pasar
terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI periode 2002-2006, Tesis (Semarang:
UNDIP, 2008). Hlm. 57-58.
30
Hartati, Pengaruh return on asset (ROA), debt to equity ratui (DER), earning pershare
(EPS), price earning ratio (PER) terhadap return saham (studi pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia), skripsi (Surakarta: Universitas sebelas maret, 2010), Hlm. 64.
23
Kelima, Penelitian yang dilakukan oleh
Nini Safitri Aziz,
Pengaruh return on asset (ROA), debt to equity ratio (DER), tingkat
suku bunga dan tingkat inflasi terhadap return saham sektor perbankan
di Bursa Efek Indoneia (periode 2003-2010). Variabel independen
yang digunakan adalah ROA, DER, tingkat suku bunga dan tingkat
inflasi dan variabel dependen Return Saham. Alat uji yang digunakan
adalad regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
inflasi, nilai tukar dan Debt toEquity Ratio (DER) berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap Return Saham.Sedangkan Return On Asset
(ROA) dan Current Ratio (CR) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Return Saham pada industri real estate and property.31
Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Ratna Prihantini, SE
tahun 2009 berjudul Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai tukar, ROA, DER
dan CR terhadap Return Saham ( Studi Kasus Saham Industri Real
Estate and Property yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia Periode
2007 – 2010). Variabel Independen yang digunakan Inflasi, Nilai
tukar, ROA,DER dan Cr dan Variabel Dependen Return Saham. Alat
analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel inflasi, nilai tukar dan Debt toEquity
Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return
Saham.Sedangkan Return On Asset (ROA) dan Current Ratio (CR)
31
Nini Safitri Aziz, Pengaruh return on asset (ROA), debt to equity ratio (DER), tingkat
suku bunga dan tingkat inflasi terhadap return saham sektor perbankan di Bursa Efek Indoneia
(periode 2003-2010), skripsi, (Makasar: Universitas Hasanudin, 2012), hlm. 76-81.
24
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return Saham pada
industri real estate and property.32
Ketujuh, penelitian yang dilakukan Farhan dan Ika tahun 2012
berjudul Pengaruh rasio keuangan terhadap Return Saham perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel independent yang
digunakan current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), total assets
turn over (TATO), return on assets (ROA) dan price earning ratio
PER), dan Variabel dependent Return Saham. Alat analisis yang
digunakan adalah regresi berganda. Hasil dari penelitian ini
menunjukan ROA dan PER berpengaruh positif terhadap return saham,
dan CR, DER dan TATO tidak berpengaruh terhadap return saham.33
Kedelapan, Pambuko Naryoto tahun 2013 berjudul Pengaruh
Return On Equity (ROE), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio
(DER), Total Assets Turn Over (TATO) dan Earning Per Share (EPS)
terrhadap return saham. (studi empiris pada perusahaan Real Estated
dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20102012). Variabel independent yang digunakan ROE, CR, DER, TATO,
EPS, dan Variabel dependent Return Saham. Alat analisis yang
digunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini secara
simultan Return On Equity (ROE), Current Ratio (CR), Debt To
32
Ratna Prihartini, Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar,ROA, DER dan CR terhadap
Return Saham (Studi Kasus Saham Industri Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2003-2006), Tesis (Semarang: UNDIP, 2009), hlm. 126-127. .
33
Farhan dan Ika, Pengaruh rasio keuangan terhadap Return Saham perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia, jurnal (Semarang: Univerrsitas Stikubank, 2012). Hlm. 16.
25
Equity Ratio (DER), Total Assets Turn Over (TATO) dan Earning Per
Share (EPS) mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Return
saham. Ketika di uji secara parsial hanya Current Ratio (CR) dan
Earning Per Share (EPS) yang mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap Return saham.34
Kesembilan, Yohanes Jhony kurniawan tahun 2013, Analisis
Pengaruh Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER),
Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap Return
Saham. (studi empiris pada perusahaan Real Estated dan Property
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012). Variabel
independent adalah EPS, DER, ROA, ROE dan Variabel dependen
Return Saham. Alat analisis yang digunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini adalah DER tidak berpengaruh terhadap Return
saham, ROA berpengaruh terhadap Return Saham, ROE berpengaruh
terhadap return saham, EPS berpengaruh terhadap return saham.
Sedangkan secara simultan variabel DER, ROA, ROE dan EPS secara
bersama berpengaruh terhadap return saham.35
Kesepuluh, Guntur Widi Prastowo tahun 2013, Analisis pengaruh
Current Ratio, ROA, ROE, PBV, DER terhadap Return Saham. (Study Kasus
34
Pambuko Naryoto, Pengaruh Return On Equity (ROE), Current Ratio (CR), Debt to
Equity Ratio (DER), Total Assets Turn Over (TATO) dan Earning Per Share (EPS) terrhadap
return saham. (studi empiris pada perusahaan Real, Jurnal (Jakarta: Universitas Budi Luhur,
2013). hlm 28.
35
Yohanes Jhony kurniawan, Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Debt to
Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap Return
Saham. (studi empiris pada perusahaan Real Estated dan Property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2008-2012), jurnal, hlm 16.
26
Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2008 – 2011). Variabel Independen
yang digunakan adalah CR,ROA,ROE, PBV, DER, sedangkan
Variabel dependen Return Saham. Alat analisis yang digunkan adalah
regresi berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ROA,
ROE, PBV, DER berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Sedangkan Current Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap return
saham.36
Tabel 2.2
Penelitian terdahulu
No
Nama dan Judul
1
IG.
K.
A.
Ulupui.
2009.
Analisis
pengaruh rasio
likuiditas,
laverage,
aktivitas, dan
profitabilitas
terhadap return
saham
(study
pada perusahaan
makanan
dan
minuman
dengan kategori
industri barang
dan konsumsi)
Lalu
Anton
Amrullah/ 2009,
Pengaruh
Current
Ratio
2
36
Variabel
Alat
Analisis
Variabel
Regresi
independen
Berganda
(current
ratio (CR),
debt
to
equity ratio
(DER),
return
on
assets
(ROA)),
variabel
dependen
(return
saham)
Variabel
Independen
(CR,DER)
Variabel
Hasil Penelitian
Dengan hasil bahwa current ratio,
debt to equity ratio, return on asset
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap return saham, sedangkan
total asset turnover mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap
return saham.
Menunjukan Variabel CR, DER dan
regresi
sistematis
berpengaruh
berganda. Risiko
terhadap Return Saham. Sedangkan
secara parsial hanya Risiko
Guntur Widi Prastowo, Analisis pengaruh Current Ratio, ROA, ROE, PBV, DER
terhadap Return Saham. (Study Kasus Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2008 – 2011), Tesis,
(Surakarta: Universitas Muhamadiah2013). Hlm. 13.
27
3
4
5
(CR), Debt to
Equity
Ratio
(DER)
dan
Risiko Sistematis
terhadap Return
Saham.
Pada
perusahaan yang
masuk di JII
2004-2006.
Asbi
rachman
faried pada tahun
2008,
dengan
judul
Analisis
pengaruh faktor
fundamental dan
kapitalisasi pasar
terhadap return
saham
perusahaan
manufaktur
di
BEI
periode
2002-2006.
Hartati/
2010
Pengaruh return
on asset (ROA),
debt to equity
ratui
(DER),
earning pershare
(EPS),
price
earning
ratio
(PER) terhadap
return
saham
(studi
pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia).
Nini Safitri Aziz,
Pengaruh return
on asset (ROA),
debt to equity
ratio
(DER),
tingkat
suku
bunga
dan
tingkat
inflasi
terhadap return
dependen
(Return
Saham)
Sistematis yang tidak berpengaruh
terhadap Return Saham. Cr dan
DER berpengaruh positif terhadap
Return Saham.
Variabel
regresi
independen
berganda.
ROA, NPM,
DER, PBV
dan
nilai
kapitalisasi
pasar
variabel
dependen
adalah
Return
Saham.
Hasil analisis ROA,PBV dan nilai
kapitalisasi pasar berpengaruh
terhadap terhadap Return Saham,
dan NPM dan DER tidak
berpengaruh
terhadap
Return
Saham.
Variabel
regresi
independen
berganda.
ROA, DER,
EPS,
dan
PER
dan
variabel
dependentad
alah return
saham.
Hasil analisis menunjukan ROA
dan DER berpengruh terhadap
return saham dan EPS dan PER
tidak berpengaruh terhadap return
saham.
Variabel
Regresi
independen
Berganda
(ROA, DER,
tingkat suku
bunga dan
tingkat
inflasi),
variabel
dependen
Secara parsial hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
variabel
Return
On
Asset
(ROA)
berpengaruh positif, Debt to Equity
Ratio (DER) berpengaruh negative
tetapi tidak signifikan sementara
variabel tingkat suku bunga dan
tingkat inflasi sama-sama memiliki
pengaruh yang negative dan
28
saham
sektor (Return
perbankan
di Saham)
Bursa
Efek
Indoneia
(periode 20032010)
6
7
8
Ratna Prihantini,
SE / 2009,
Analisis
Pengaruh Inflasi,
Nilai
tukar,
ROA,DER dan
CR
terhadap
Return Saham (
Studi
Kasus
Saham Industri
Real Estate and
Property
yang
Terdaftar
di
BursaEfek
Indonesia
Periode 2007 –
2010).
Farhan dan Ika
tahun/
2012,
Pengaruh rasio
keuangan
terhadap Return
Saham
perusahaan
manufaktur
di
Bursa
Efek
Indonesia.
Variabel
Regresi
Independen Berganda
(Inflasi,
Nilai tukar,
ROA,DER
dan
CR),
Variabel
Dependen
(Return
Saham)
Variabel
independent
current ratio
(CR), debt
to
equity
ratio (DER),
total assets
turn
over
(TATO),
return
on
assets
(ROA) dan
price
earning
ratio PER)
Variabel
dependent
Return
Saham.
Pambuko
Variabel
Naryoto / 2013,
independen
Pengaruh Return (ROE, CR,
signifikan terhadap return saham
sektor perbankan di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2003-2010.
Secara simultan menunjukkan
bahwa secara bersama-sama semua
variabel independent berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel inflasi, nilai tukar
dan Debt toEquity Ratio (DER)
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return Saham.Sedangkan
Return On Asset (ROA) dan
Current Ratio (CR) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
Return Saham pada industri real
estate and property.
Analisis
regresi
berganda
Hasil
dari
penelitian
ini
menunjukan ROA dan PER
berpengaruh positif terhadap return
saham, dan CR, DER dan TATO
tidak berpengaruh terhadap return
saham.
Analisis
Regresi
Linear
Hasil penelitian ini secara simultan
Return On Equity (ROE), Current
Ratio (CR), Debt To Equity Ratio
29
9
10
On
Equity
(ROE), Current
Ratio (CR), Debt
to Equity Ratio
(DER),
Total
Assets Turn Over
(TATO)
dan
Earning
Per
Share
(EPS)
terrhadap return
saham.
(studi
empiris
pada
perusahaan Real
Estated
dan
Property
yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
periode
20102012).
DER,
TATO,
EPS)
Variabel
dependen
(Return
Saham
Berganda
(DER), Total Assets Turn Over
(TATO) dan Earning Per Share
(EPS) mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap Return saham.
Ketika di uji secara parsial hanya
Current Ratio (CR) dan Earning
Per Share (EPS) yang mempunyai
pengaruh
secara
signifikan
terhadap Return saham.
Yohanes Jhony
kurniawan/ 2013,
Analisis
Pengaruh
Earning
Per
Share
(EPS),
Debt To Equity
Ratio
(DER),
Return On Asset
(ROA)
dan
Return
On
Equity
(ROE)
terhadap Return
Saham.
(studi
empiris
pada
perusahaan Real
Estated
dan
Property
yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
periode
20082012).
Guntur
Widi
Prastowo/ 2013,
Analisis
pengaruh
Variabel
Regresi
independen
Berganda
(EPS, DER,
ROA, ROE)
Variabel
dependen
(Return
Saham)
Hasil penelitian ini adalah DER
tidak berpengaruh terhadap Return
saham, ROA berpengaruh terhadap
Return Saham, ROE berpengaruh
terhadap Return saham, EPS
berpengaruh
terhadap
Return
saham. Sedangkan secara simultan
variabel DER, ROA, ROE dan EPS
secara
bersama
berpengaruh
terhadap Return saham.
Variabel
Regresi
Independen Berganda
(CR,ROA,R
OE, PBV,
Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa ROA, ROE, PBV, DER
berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Sedangkan Current
30
Current Ratio, DER)
ROA,
ROE, Variabel
PBV,
DER dependen
terhadap Return (Return
Saham.(Study
Saham).
Kasus
Pada
Perusahaan
Manufaktur di
BEI 2008 –
2011).
C. Kerangka Berfikir
Ratio berpengaruh tidak signifikan
terhadap return saham.
a. Kerangka Teori
Kerangka teoritis adalah model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara
logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Karena
kerangka teoritis memberikan dasar konseptual bagi penelitian dan
karena kerangka teoritis tidak lain adalah mengidentifikasi jaringan
hubungan antar variabel yang dianggap penting bagi studi terhadap
situasi masalah apapun, sangat penting untuk memahami apa arti
variabel yang ada.
31
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
Current Ratio
(CR)
X1
X2
Return Saham
(Y)
Debt to Equity
Ratio (DER)
X3
b. Pengaruh CR terhadap Return Saham
Current Ratio yang rendah akan menyebabkan terjadi penurunan
harga pasar dari harga saham yang bersangkutan. Sebaliknya Current
Ratio terlalu tinggi juga belum tentu baik, karena pada kondisi tertentu
hal tersebut menunjukkan banyak dana perusahaan yang menganggur
(aktivitas sedikit) yang akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba
perusahaan.
Current Ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang
tidak tertagih dan persediaan yang belum terjual, yang tentunya tidak
dapat digunakan secara cepat untuk membayar hutang. Disisi lain
perusahaan yang memiliki aktiva lancar yang tinggi akan lebih
cenderung memiliki aset lainnya dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa
mengalami penurunan nilai pasarnya (menjual efek). Perusahaan
32
dengan posisi tersebut sering kali terganggu likuiditasnya, sehingga
investor lebih menyukai untuk membeli saham-saham perusahaan
dengan nilai aktiva lancar yang tinggi dibandingkan perusahaan yang
mempunyai nilai aktiva lancar yang rendah.
Semakin besar current ratio yang dimiliki menunjukkan besarnya
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya
terutama modal kerja yang sangat penting untuk menjaga perfomance
kinerja perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi performance
harga saham. Hal ini dapat memberikan keyakinan kepada investor
untuk
memiliki
saham
perusahaan
tersebut
sehingga
dapat
meningkatkan return saham.
c. Pengaruh DER terhadap Return Saham
Tingkat Debt to Equity Ratio yang tinggi menunjukan komposisi
total hutang (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang)
semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri,
sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar pula beban
perusahaan terhadap pihak eksternal (para kerditur).37 Peningkatan
beban terhadap kreditur akan menunjukan sumber modal usaha sangat
tergantung dari pihk eksternal, sehingga mengurangi minat investor
dalam menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan.
Penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini akan
berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return
37
Nini Safitri Aziz, Pengaruh return on asset (ROA), debt to equity ratio (DER), tingkat
suku bunga dan tingkat inflasi terhadap return saham sektor perbankan di Bursa Efek Indoneia
(periode 2003-2010), skripsi, (Makasar: Universitas Hasanudin, 2012), hlm. 24.
33
perusahaan juga semakin menurun. Debt to Equity Ratio (DER) yang
terlalu tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan,
karena tingkat hutang yang semakin tinggi berati beban bunga
perusahaan akan semakin besar dan mengurangi keuntungan sehingga
semakin tinggi hutang (DER) cenderung menurunkan return saham.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan sementara yang menunjukan dugaan
sementara tentang sesuatu. Dugaan tersebut merupakkan jawaban
sementara terhadap suatu masalah. Dalam statistik selalu terdapat dua
macam hipotesis, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif, dua hipotesis
tersebut merupakan pasangan yang saling berlawanan. Hipotesis nol (Ho)
merupakan peryataan yang bernilai nengatif sedangkan hipotesis alternatif
(Ha) merupakan pernyataan yang bernilau positif.38
Hipotesis Parsial
Ho1 : Current Ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap Return
Saham.
Ha1 : Current Ratio (CR) berpengaruh terhadap Return Saham.
Ho2 : Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap
Return Saham.
Ha2 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Return
Saham.
38
Salafudin, statistika Terapan untuk Penilaian Sosial, (Pekalongan: STAIN Pekalongan
press, 2008), cetakan kedua, hlm. 44.
34
Hipotesis simultan
Ha3 : Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak
berpengaruh terhadap Return Saham.
Ha3 : Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh terhadap Return Saham.
Download