Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Dewan Gubernur menilai bahwa kinerja perekonomian domestik terus membaik. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2011 yang cukup baik, sesuai prakiraan sebesar 6,5%, diprakirakan akan terus terakselerasi. Ekonomi diprakirakan akan tumbuh sebesar 6,6% pada triwulan III-2011 dan untuk keseluruhan tahun 2011. Ekspansi ekonomi ditopang oleh kinerja ekspor yang tetap solid, kinerja konsumsi rumah tangga juga tetap kuat, serta investasi yang tumbuh cukup tinggi seiring peningkatan permintaan dan realisasi belanja modal Pemerintah. Secara sektoral, kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi diperkirakan berasal dari sektor perdagangan, hotel & restoran, sektor transportasi & komunikasi, dan sektor industri. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 diprakirakan masih mengalami surplus meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Kegiatan ekonomi domestik yang terakselerasi diperkirakan akan mendorong kenaikan impor, terutama migas, sehingga berpotensi untuk menekan transaksi berjalan. Namun, hal tersebut masih dapat diimbangi oleh surplus transaksi modal dan finansial seiring dengan masih derasnya aliran masuk modal asing. Sejalan dengan perkembangan NPI, cadangan devisa pada akhir Juli 2011 tercatat sebesar 122,7 miliar dolar AS, atau setara dengan 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Nilai tukar rupiah diprakirakan tetap stabil dengan kecenderungan apresiasi yang terbatas. Pada bulan Juli 2011, nilai tukar rupiah menguat 0,95% (ptp) ke level Rp 8.496 per dolar AS dengan volatilitas yang menurun. Pergerakan rupiah di bulan Juli 2011 juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan valas korporasi terkait dengan kebutuhan pembayaran impor yang meningkat. Namun, peningkatan permintaan valas tersebut masih dapat diimbangi oleh sisi penawarannya seiring dengan derasnya aliran masuk modal asing. Tekanan inflasi tetap terkendali, sebagaimana tercermin dari inflasi bulan Juli 2011 yang masih sejalan dengan pola musimannya. Inflasi IHK pada bulan Juli 2011 tercatat sebesar 0,67% (mtm) atau 4,61% (yoy). Inflasi tersebut masih relatif normal dibandingkan pola historisnya. Ke depan, tekanan inflasi masih akan dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi masyarakat terkait siklus puasa-lebaran. Namun, kebijakan Pemerintah dalam menjaga pasokan bahan pangan, termasuk melalui saluran impor, diperkirakan akan dapat membatasi gejolak harga yang lebih jauh sehingga inflasi dapat tetap terkendali. Di sisi lain, perkembangan perbankan menunjukkan stabilitas yang tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang membaik. Stabilitas industri perbankan tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut, tercermin pada pertumbuhan kredit yang hingga akhir Juli 2011 mencapai 23,6% (yoy). Bank Indonesia terus berupaya mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan dalam mendukung ekspansi perekonomian nasional dengan tetap menjaga stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Agustus 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih memadai dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta tetap mendukung ekspansi ekonomi yang terus meningkat. Bank Indonesia meyakini dampak gejolak pasar keuangan global seiring penurunan peringkat utang AS terhadap pasar keuangan domestik bersifat terbatas, dan dapat diatasi dengan senantiasa memantau perkembangan pasar dan koordinasi dengan Pemerintah. Bank Indonesia meyakini bahwa keputusan kebijakan moneter tersebut akan mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan membawa inflasi kepada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012. 1 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 II. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Ekonomi Indonesia masih terus mencatat pertumbuhan yang ekspansif. Pada triwulan II 2011, Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh sebesar 6,49%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan catatan pertumbuhan pada triwulan I 2011. Pertumbuhan tersebut terutama bersumber dari kinerja ekspor, yang diikuti oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Kinerja ekspor terutama didorong oleh permintaan eksternal yang masih terus meningkat, terutama dari negaranegara emerging economies seperti China dan India. Selain itu, perbaikan kinerja ekspor juga didukung oleh tingginya harga komoditas internasional. Terkait konsumsi, semakin membaiknya optimisme serta daya beli konsumen mendorong perbaikan kinerja konsumsi rumah tangga. Investasi di sektor bangunan yang mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya aktivitas konstruksi sektor properti memberikan dukungan terhadap membaiknya kinerja investasi. Investasi di sektor nonbangunan juga meningkat didukung oleh investasi mesin dan alat angkutan. Sementara itu, realisasi konsumsi pemerintah tercatat lebih baik seiring dengan adanya kenaikan belanja barang. Impor pada periode laporan juga tumbuh lebih tinggi seiring dengan kinerja ekspor dan permintaan domestik yang juga meningkat, serta nilai tukar yang cenderung terapresiasi. Melihat realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2011 yang cukup kuat serta perkembangan aktivitas ekonomi yang masih cenderung meningkat, PDB Indonesia pada triwulan III 2011 diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi dan mencapai 6,6% (yoy). Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2011 diprakirakan masih tumbuh cukup tinggi antara lain terkait perbaikan daya beli konsumen yang didorong oleh pencairan gaji ke-13 PNS. Sementara itu, berbagai hasil survei, baik yang dilakukan oleh Bank Indonesia (Survei Konsumen Juli 2011) maupun yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) (Survei Tendensi Konsumen triwulan II 2011), menunjukkan optimisme konsumen yang semakin meningkat (Grafik 2.1 & 2.2). Keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan masih tetap baik di tengah faktor musiman terjadinya kenaikan harga barang-barang terutama untuk kelompok bahan makanan dan makanan jadi yang terkait dengan perayaan hari besar keagamaan. Penjualan eceran untuk beberapa komoditi pada Juni 2011 juga terlihat mengalami peningkatan, yaitu bahan konstruksi, peralatan tulis dan suku cadang kendaraan (Grafik 2.3). Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini Conc Conf IEK (Weighted) (Indeks) Consumer Expectation Index IKE(Weighted) IKK (Weighted) indeks 140 140.0 130.0 120.0 Optimis 110.0 100.0 90.0 80.0 indeks 115 120 110 100 105 80 100 60 95 40 90 20 85 0 70.0 Pesimis 80 I II III IV I II III IV I II III IV I II III* 60.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7* 2008 2009 2010 2008 2009 2010 2011 2011 Mulai Januari 2011, perhitungan komponen IKK secara nasional menggunakan bobot tertimbang, yaitu kombinasi PDRB RT dan Jumlah RT per propinsi. Sumber: DSM Grafik 2.1 Indeks Keyakinan Konsumen – SK BI Pendapatan RT Kaitan Inflasi dg Konsumsi sehari-hari Tk Konsumsi Beberapa Kom. Makanan ITK (rhs) Grafik 2.2 Indeks Tendensi Konsumen - BPS 2 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 yoy Penjualan Mobil Penjualan Motor Penjualan Eceran (Total) 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 (20.00) (40.00) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6* 2008 2009 2010 2011 Grafik 2.3 Penjualan Eceran, Mobil dan Motor Permintaan domestik dan eksternal serta optimisme yang masih kuat diprakirakan akan mendorong pertumbuhan investasi. Tren peningkatan investasi diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan III 2011. Investasi bangunan diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya seiring dengan meningkatnya kegiatan konstruksi, antara lain terkait proyek infrastruktur. Beberapa indikator dini sektor bangunan seperti penjualan semen dan impor bahan bangunan menunjukkan peningkatan pada triwulan II 2011 (Grafik 2.4). Sementara itu, investasi nonbangunan diperkirakan tumbuh tinggi didorong oleh cenderung meningkatnya sektor industri. Meningkatnya volume impor barang modal dan alat angkut pada akhir triwulan II 2011 juga turut mendukung optimisme pertumbuhan investasi nonbangunan ke depan (Grafik 2.5). Sejalan dengan hal tersebut, optimisme pelaku usaha terus meningkat sebagaimana tercermin pada hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia (SKDU-BI). Iklim investasi yang semakin baik juga ditunjukkan oleh indeks tendensi bisnis BPS yang cenderung meningkat (Grafik 2.6). Perkiraan peningkatan investasi juga didukung oleh tingkat penggunaan kapasitas yang cenderung meningkat. Utilisasi kapasitas industri menurut SKDU-BI meningkat menjadi 74,3% pada triwulan II 2011 lebih tinggi dari rata-rata tahun 2010 sebesar 71,1%. Peningkatan utilisasi tersebut terjadi pada seluruh subsektor industri pengolahan. Hasil survei produksi juga menunjukkan kapasitas utilisasi industri pengolahan nonmigas pada bulan Juni 2011 yang berada pada level 79,08%, meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 78,86%. Selain itu, meningkatnya investasi juga didukung oleh perkiraan meningkatnya belanja modal pemerintah. % yoy % yoy 100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60 30 25 20 15 10 5 0 -5 -10 -15 I II III IV 2008 yoy Bangunan (rhs) I II III 2009 M Manuf. of non-metallic mineral products IV I II III IV 2010 I II* 2011 M Manuf. of glass and glass products Konsumsi Semen (rhs) Kons. Listrik Bisnis (rhs) Grafik 2.4 Investasi Bangunan & Indikatornya % yoy % yoy 120 12 100 11 80 10 60 40 9 20 8 0 -20 7 -40 6 -60 -80 5 I II III 2008 IV I II III 2009 yoy Mesin M Suku Cadang & Perlengkapan Barang Modal Kons. Listrik Bisnis (rhs) IV I II III 2010 IV I II 2011 IPI Machinery and Equipments M Barang Modal Kecuali Alat Angkutan Grafik 2.5 Investasi Non-Bangunan & Indikatornya 3 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 Indeks Indeks 130 115 110 120 105 110 100 100 95 90 90 80 85 I II III IV I 2008 II III IV I II III IV 2009 ITB (rhs) Penggunaan Kapasitas Produksi I 2010 II III* 2011 Pendapatan Usaha Jumlah Jam Kerja Grafik 2.6 Indeks Tendensi Bisnis-BPS Kinerja ekspor pada triwulan III 2011 diprakirakan masih akan tetap kuat sejalan dengan meningkatnya volume perdagangan dunia dan dukungan harga komoditas internasional. Pertumbuhan volume perdagangan dunia yang cukup tinggi dan tren kenaikan harga komoditas dunia sampai dengan kuartal II-2011, baik migas maupun non-migas, diperkirakan masih akan berlanjut pada sisa tahun 2011 (Grafik 2.7). Selain itu, permintaan ekspor komoditas primer dari negara-negara emerging markets yang masih cenderung meningkat memberikan keyakinan bahwa ekspor akan tetap mencatat pertumbuhan yang tinggi pada triwulan III 2011. Secara sektoral, kinerja ekspor masih akan ditopang oleh sektor pertanian dan pertambangan yang merespons tingginya harga komoditas internasional serta sektor industri. Sejalan dengan perkembangan ekspor dan permintaan domestik yang masih kuat, pertumbuhan impor pada triwulan III 2011 diprakirakan juga akan tetap tinggi. Impor terutama digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku serta perlengkapan alat angkut untuk industri (Grafik 2.8). Meningkatnya permintaan domestik menjelang perayaan hari raya Idul Fitri turut mendorong pertumbuhan impor, selain meningkatnya impor minyak akibat meningkatnya konsumsi BBM di dalam negeri seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian. Total Ekspor %yoy 40 Pertanian Industri Pertambangan %yoy 50 30 40 20 30 10 20 0 10 M total %yoy M Barang Konsumsi M Bahan Baku M Barang Modal 80 60 40 20 0 -10 -20 I II III 2008 IV I II III 2009 IV I II III 2010 IV I II 2011 0 -10 Grafik 2.7 Indeks Harga Komoditas Ekspor Non-Migas -20 I II III -40 2008 -60 Source: DSM IV I II III IV I 2009 II III 2010 IV I II 2011 Grafik 2.8 Impor Non-Migas Dari sisi lapangan usaha, perekonomian pada triwulan III 2011 diprakirakan ditopang oleh pertumbuhan pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan di sektor-sektor tersebut sejalan dengan permintaan eksternal dan domestik yang tetap kuat. Sementara itu, kinerja sektor bangunan diperkirakan juga akan cenderung membaik seiring dengan meningkatnya investasi bangunan. 4 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 Neraca Pembayaran Indonesia Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011 diprakirakan akan mencatat surplus. Surplus tersebut bersumber dari surplus pada Transaksi Modal dan Finansial (TMF) yang dapat mengimbangi defisit pada Transaksi Berjalan (TB). Perkembangan pada NPI tersebut membawa cadangan devisa pada akhir Juli 2011 tercatat sebesar 122,7 miliar dolar AS atau setara dengan 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan III 2011 diprakirakan masih akan mencatat surplus yang besar. Surplus yang besar tersebut didorong oleh kondisi fundamental dan prospek perekonomian domestik yang tetap positif serta selisih imbal hasil yang masih menarik. Kedua faktor tersebut pada akhirnya mendorong investor tetap mengalirkan dananya ke Indonesia, terutama dalam bentuk investasi langsung (FDI) serta investasi portofolio pada SUN dan saham, di tengah kondisi ekses likuiditas global. Kinerja transaksi berjalan pada triwulan III 2011 diprakirakan mengalami defisit, seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian. Kondisi transaksi berjalan yang diperkirakan mengalami defisit pada triwulan III 2011 terutama berasal dari sektor minyak dan gas, sebagai akibat dari menurunnya produksi dan meningkatnya konsumsi minyak masyarakat di tengah masih tingginya harga minyak internasional. Sementara itu, kinerja ekspor non-migas yang cukup kuat mampu menahan defisit transaksi berjalan. Kinerja ekspor diperkirakan masih akan menunjukkan perkembangan positif, ditunjang oleh tingginya volume perdagangan dunia dan harga komoditas di pasar internasional. Inflasi Sesuai dengan pola musimannya, inflasi bulanan (mtm) pada Juli 2011 tercatat mengalami peningkatan, walaupun secara tahunan inflasi IHK masih cenderung menurun. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2011 tercatat sebesar 0,67% (mtm) atau 4,61% (yoy) (Grafik 2.9). Secara bulanan, inflasi Juli lebih tinggi dari Juni 2011 yang mencatat inflasi sebesar 0,55% (mtm), namun secara tahunan inflasi Juli tersebut tercatat lebih rendah dari inflasi Juni 2011 sebesar 5,54% (yoy). Inflasi yang terjadi di bulan Juli 2011 tersebut sejalan dengan faktor musiman menjelang bulan Ramadhan dan tahun ajaran baru yang mendorong terjadinya kenaikan harga. Tekanan inflasi pada bulan Juli 2011 terutama didorong oleh kelompok volatile food dan inti, sedangkan kelompok administered prices mencatat inflasi yang lebih rendah dari bulan sebelumnya (Grafik 2.10). Dengan realisasi inflasi sampai dengan bulan Juli 2011 yang tercatat hanya sebesar 1,74% (ytd) dan perkiraan masih terjaganya kondisi pasokan di tengah meningkatnya permintaan ke depan, serta tidak adanya kebijakan yang mengakibatkan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Pemerintah, inflasi tahun 2011 diprakirakan akan berada pada kisaran sasaran yang ditetapkan yaitu 5% ± 1%. 5 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 Inti 30 20 Vol.Food Adm.Prices 2.05 IHK (%,yoy) Inti (%,yoy) Y g diatur pemerintah (%,yoy) Bergejolak (%,yoy) 25 2.00 1.69 1.50 15 1.00 10 5 0.50 0.42 0.54 0.49 0.21 0 0.00 -5 Juli '11 (mtm,%) 7-11 4-11 1-11 7-10 10-10 4-10 1-10 7-09 10-09 4-09 1-09 7-08 10-08 4-08 1-08 7-07 10-07 4-07 1-07 -10 Rata-rata Juli '11 Rata-rata Juli '11 Rata-rata Inflasi Juli (mtm,%) Inflasi Juli (mtm,%) Inflasi Juli 2003-2010 2003-2010 2003-2010 (excl. 2009) Sumber : BPS Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Grafik 2.10 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Inflasi kelompok makanan bergejolak (volatile food) mengalami peningkatan seiring dengan dimulainya siklus bulan Ramadhan. Inflasi volatile food pada Juli 2011 mencapai 2,05% (mtm) atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 1,42% (mtm). Namun secara tahunan, inflasi volatile food Juli 2011 (5,07% yoy) masih cenderung menurun dan tercatat lebih rendah dari Juni 2011 (8,57% yoy). Kenaikan harga beras menjadi penyumbang utama inflasi pada kelompok volatile food di samping kenaikan harga beberapa komoditas pangan lainnya seperti daging ayam, telur ayam, dan daging sapi. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh meningkatnya permintaan menjelang bulan puasa. Sementara itu, di tengah tekanan kenaikan harga beberapa pangan utama, komoditas aneka bumbu (bawang putih, cabai rawit, dan cabai merah) serta minyak goreng menunjukan penurunan harga sehingga mampu meredam tekanan inflasi pada kelompok volatile food. Tidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang dan jasa yang bersifat strategis sampai dengan Juli 2011 menyebabkan tekanan inflasi dari kelompok administered prices cukup rendah. Inflasi kelompok itu tercatat sebesar 0,21% (mtm) atau 4,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,32% (mtm) atau 5,61% (yoy). Komoditas administered yang berkontribusi menyebabkan inflasi pada bulan Juli 2011 yakni rokok dan tarif air minum PAM. Komoditas rokok secara konsisten memberikan sumbangan inflasi setiap bulan mengingat harga transaksi pasar (HTP) atau harga yang dibayarkan oleh konsumen masih lebih rendah dibandingkan dengan Harga Jual Eceran (HJE) yang ditetapkan Pemerintah. Di sisi lain, terjadi deflasi pada tarif kereta api akibat penurunan tarif kereta rel listrik di wilayah Jabodetabek. Peningkatan tekanan inflasi inti pada Juli 2011 masih moderat. Inflasi inti tercatat sebesar 0,42% (mtm), sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya yakni sebesar 0,33% (mtm) antara lain terkait faktor musiman tahun ajaran baru. Secara tahunan, inflasi inti Juli 2011 tercatat lebih rendah yaitu sebesar 4,55% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 4,63% (yoy). Inflasi yang terjadi pada kelompok inti pada bulan Juli disebabkan oleh komoditas non-pangan terutama emas yang mencatat inflasi sebesar 1,41% (mtm) (Grafik 2.11). Selain itu, komoditas lain yang memberikan sumbangan kepada inflasi inti pada bulan Juli adalah transportasi udara, pendidikan dan tempat tinggal. Kenaikan inflasi transportasi udara dan biaya pendidikan terkait dengan tibanya masa liburan sekolah dan tahun ajaran baru, sedangkan biaya tempat tinggal meningkat seiring dengan peningkatan permintaan dan harga bahan bangunan. Sementara itu, tren penguatan rupiah yang masih terus berlanjut mampu meredam peningkatan inflasi inti akibat kenaikan harga-harga komoditas internasional. Selain itu, ekspektasi inflasi pada Juli 2011 juga membaik. Ekspektasi inflasi di pasar keuangan menunjukkan tren penurunan yang juga dikonfirmasi oleh hasil survei Consensus Forecast yang turun dari 6,2%(yoy) menjadi 5,9% (yoy) (Grafik 2.12), walaupun ekspektasi di sektor riil, yaitu dari sisi pedagang dan konsumen, menunjukkan tren yang meningkat, akibat faktor musiman perayaan hari keagamaan (Grafik 2.13 dan 2.14). . 6 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 9 Inti Inti - Pangan Inti - Non Pangan Inti - Non Pangan kec. Emas %, yoy 8 7 8 CF 2011 CF 2012 %, yoy 7 6 6.2 6.1 5 6 5.9 6.0 4 3 5 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 4 2010 Sumber : BPS, diolah 1 2011 2 3 4 5 6 7 8 Months Grafik 2.11 Inflasi Inti Pangan dan Non-Pangan Grafik 2.12 Ekspektasi Inflasi – Consensus Forecast 220 20 200 IHK (%,yoy), skala kanan Suveri Pedagang Eceran (3 bulan) Survei Pedagang Eceran (6 bulan) 190 180 20 IHK (%,yoy), s kala kanan Survei Kons um en (3 bulan) Survei Kons um en (6 bulan) 200 15 15 170 160 180 10 10 150 140 160 130 5 5 120 140 110 0 0 1-07 4-07 7-07 10-07 1-08 4-08 7-08 10-08 1-09 4-09 7-09 10-09 1-10 4-10 7-10 10-10 1-11 4-11 7-11 7-11 4-11 1-11 7-10 10-10 4-10 1-10 7-09 10-09 4-09 1-09 7-08 10-08 4-08 1-08 7-07 10-07 4-07 1-07 100 Sumber : Survei Konsumen, BI Sumber : Survei Pedagang Eceran, BI Grafik 2.13 Ekspektasi Inflasi Pedagangan (SPE) Grafik 2.14 Ekspektasi Inflasi Konsumen (SK) Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar rupiah pada bulan Juli 2011 masih cenderung menguat. Pada Juli 2011, ratarata rupiah menguat 0,39% ke level Rp8.529 per USD dan ditutup pada level Rp8.496 per USD (Grafik 2.15). Penguatan tersebut diikuti oleh level volatilitas yang menurun menjadi 0,29% dari 0,34% di bulan sebelumnya (Grafik 2.16). Tren penguatan rupiah tersebut masih sejalan dengan tren pergerakan mata uang di negara-negara kawasan. 9175 9150 9048 9050 8950 Rata-rata Volatilitas 1.4 Nilai Tukar Harian 9300 9200 9100 1.2 9000 8900 0.8 8800 0.6 Jul-11 Jun-11 Apr-11 May-11 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Dec-10 Oct-10 Nov-10 8500 Sep-10 8600 Jul-10 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 1-Jul 5-Jul 7-Jul 11-Jul 13-Jul 15-Jul 19-Jul 21-Jul 25-Jul 27-Jul 29-Jul Grafik 2.15 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah 8700 0.2 Aug-10 8564 8450 0.4 Jun-10 8708 Apr-10 8550 1.6 1.0 8949 8750 8650 9400 1.8 May-10 8850 IDR/USD Volatilitas Harian Jan-10 9250 9335 Feb-10 Mar-10 9350 % 2.0 IDR/USD 9450 Grafik 2.16 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Beberapa faktor baik yang bersumber dari eksternal maupun domestik mendorong nilai tukar rupiah bergerak apresiatif. Dari sisi eksternal, masih melimpahnya likuiditas global di tengah perlambatan ekonomi serta ketidaksinambungan fiskal di negara maju mendorong aliran modal masuk 7 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 ke Indonesia. Hal ini selanjutnya mendorong penguatan rupiah. Kondisi ketidakpastian global dan kebijakan suku bunga rendah di negara maju juga menyebabkan aliran dana asing ke pasar keuangan domestik. Dari sisi domestik, kondisi fundamental ekonomi yang solid dan prospek ekonomi domestik yang masih terus ekspansif menjadi faktor penarik aliran modal masuk sehingga mendorong penguatan rupiah. Selain itu, imbal hasil yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di kawasan juga memberikan daya tarik yang besar bagi investor untuk berinvestasi di aset rupiah (Grafik 2.17 dan 2.18). Persepsi investor terhadap rupiah masih positif terlihat dari indikator risiko (CDS) yang menurun (Grafik 2.19). Namun, adanya kekhawatiran meningkatnya risiko global serta meningkatnya kebutuhan valas untuk membayar impor di tengah berbagai faktor positif tersebut telah memoderasi penguatan rupiah. % 11.0 8.0 Indonesia 9.0 % Indonesia Philippinnes Malaysia Korea 6.0 4.0 7.0 2.0 5.0 Korea 3.0 1.0 0.0 -2.0 Malaysia Filipina -1.0 -4.0 -6.0 Feb-07 Apr-07 Jun-07 Aug-07 Oct-07 Dec-07 Feb-08 Apr-08 Jun-08 Aug-08 Oct-08 Dec-08 Feb-09 Apr-09 Jun-09 Aug-09 Oct-09 Dec-09 Feb-10 Apr-10 Jun-10 Aug-10 Oct-10 Dec-10 Feb-11 Apr-11 Jun-11 Jul-11 May-11 Jan-11 Mar-11 Nov-10 Jul-10 Sep-10 May-10 Jan-10 Mar-10 Nov-09 Jul-09 Sep-09 Mar-09 May-09 Oct-08 Dec-08 Jun-08 Aug-08 Feb-08 Apr-08 -3.0 Grafik 2.17 UIP (Uncovered Interest Parity) % 3.0 Grafik 2.18 CIP (Covered Interest Parity) Risiko Memburuk bps 400 Risiko Memburuk 2.8 2.6 2.4 2.2 2.0 250 1.8 1.6 Yield Spread CDS Ind (RHS) EMBIG Spread (RHS) 1.4 1.2 Sumber: Bloomberg Jul-11 Jun-11 Apr-11 May-11 Mar-11 Jan-11 Feb-11 Dec-10 Oct-10 Nov-10 Sep-10 Aug-10 Jul-10 Jun-10 May-10 Apr-10 Mar-10 Jan-10 100 Feb-10 1.0 Grafik 2.19 Indikator Risiko (CDS dan Yield Spread) Perkembangan Suku Bunga Domestik Suku bunga PUAB selama Juli 2011 mengalami penurunan di sekitar floor rate terkait dengan kondisi pasar uang yang masih likuid. Rata-rata suku bunga PUAB O/N pada Juli 2011 menurun sebesar 9 bps dibandingkan akhir bulan sebelumnya menjadi 5,91%. Sementara itu, ratarata suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang bergerak sejalan dengan suku bunga PUAB O/N. Rata-rata suku bunga PUAB dengan tenor di atas 3 bulan berada pada kisaran 6,07% - 7,95%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (6,18-8,27%). Di sisi risiko, persepsi risiko likuiditas di PUAB selama Juli 2011 tetap terjaga sejalan dengan kondisi pasar uang yang likuid. Hal tersebut tercermin pada rata-rata selisih suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah yang menurun menjadi 24bps dibandingkan bulan sebelumnya (39bps). 8 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 Di sisi suku bunga perbankan, suku bunga deposito dan kredit relatif stabil. Sampai dengan Juni 2011, suku bunga perbankan tidak jauh berbeda dibandingkan bulan sebelumnya. Suku bunga deposito 1 bulan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi sebesar 6,82%. Penurunan tersebut juga diikuti oleh suku bunga deposito tenor 24 bulan dari 7,39% bulan sebelumnya menjadi 7,27%, sementara peningkatan suku bunga terjadi pada suku bunga deposito jangka waktu 3 bulan dari 6,91% menjadi 6,95% serta deposito 12 bulan dari 7,07% menjadi 7,08%. Adapun untuk deposito 6 bulan suku bunganya tidak mengalami perubahan. Suku bunga kredit Rupiah berdasarkan jenis penggunaannya relatif tidak berubah dari bulan sebelumnya. Suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) tercatat sebesar 12,60%, Kredit Investasi (KI) sebesar 12,13% dan Kredit Konsumsi (KK) sebesar 14,37%. Suku bunga KMK dan KI masingmasing hanya mengalami penurunan tipis sebesar 1 bp dan 2 bps dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara suku bunga KK tidak mengalami perubahan. Tabel 2.1 Perkembangan Berbagai Suku Bunga Suku Bunga (%) 2010 2011 Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun BI Rate 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.50 6.75 6.75 6.75 6.75 6.75 Penjaminan Deposito 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.25 7.25 7.25 7.25 7.25 Dep 1 bulan (Weighted Average ) 6.79 6.79 6.75 6.72 6.81 6.78 6.83 6.72 6.72 6.83 6.80 6.85 6.82 Base Lending Rate 12.50 12.39 12.38 12.21 12.07 11.98 11.98 12.03 11.84 12.21 12.06 12.22 12.15 Kredit Modal Kerja (KMK) 13.17 13.21 13.19 13.00 13.01 12.96 12.83 12.75 12.72 12.69 12.68 12.61 12.60 Kredit Investasi (KI) 12.70 12.60 12.40 12.41 12.38 12.35 12.28 12.25 12.20 12.18 12.16 12.15 12.13 Kredit Konsumsi (KK) 14.99 14.92 14.83 14.75 14.65 14.53 14.53 14.48 14.50 14.39 14.38 14.37 14.37 Dana, Kredit, dan Uang Beredar Dana pihak ketiga (DPK) mencatat pertumbuhan yang positif walaupun tidak setinggi bulan sebelumnya. Pada Juni 2011, pertumbuhan DPK mencapai 16,3% (yoy) menjadi Rp2.438 triliun, menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 19,1% (yoy) (Grafik 3.18). Perlambatan pertumbuhan DPK terutama bersumber dari sumbangan giro yang menurun. Selain giro, sumbangan pertumbuhan DPK yang menurun juga berasal dari tabungan dan deposito walaupun penurunannya lebih minimal. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan giro menurun menjadi 10,5% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (18,5%, yoy), sementara pertumbuhan tabungan dan deposito juga menurun masing-masing menjadi 23,4% (yoy) dan 15,0% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (25,8% dan 15,2%, yoy). Pertumbuhan kredit terus meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang diprakirakan semakin baik. Pada Juni 2011, pertumbuhan total kredit (termasuk channeling) tercatat sebesar 23,3% (yoy) menjadi Rp1.979,6 triliun, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (22,9%, yoy). Tren peningkatan pertumbuhan kredit diperkirakan akan terus berlanjut sebagaimana dikonfirmasi oleh indikasi pertumbuhan kredit berdasarkan data Laporan Harian Bank Umum (LHBU) di akhir Juli 2011 yang kembali meningkat menjadi 23,6% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan KK mengalami peningkatan menjadi 23,2% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (17,8%, yoy). Sementara walaupun pertumbuhan KMK dan KI sedikit melambat, kontribusi kedua jenis kredit tersebut masih tetap dominan dibandingkan dengan KK. Pertumbuhan KMK dan KI sedikit menurun menjadi 23,8% dan 20,8% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya sebesar (24,8% dan 29,0%, yoy). Secara sektoral, sumbangan dari sektor pengangkutan, jasa dunia usaha, sektor konstruksi dan sektor listrik, air dan gas terhadap pertumbuhan total kredit mengalami peningkatan. Pertumbuhan kredit sektor pengangkutan dan jasa dunia usaha meningkat masing-masing menjadi 9 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 10,2% (yoy) dan 34,5% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (4,0% dan 33,2%, yoy). Sementara itu, pertumbuhan kredit sektor konstruksi dan sektor listrik, air dan gas juga meningkat masing-masing menjadi 12,0% (yoy) dan 59,1% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (7,5% dan 34,4%, yoy). Pertumbuhan kredit sektor lainnya juga meningkat menjadi 27,0% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (21,8%, yoy). 60 60 % yoy KMK 50 KI KK Industri Pengolahan Jasa Dunia Usaha Pertanian %, yoy 50 40 40 30 30 Perdagangan Lainnya 34.5 27.0 23.6 23.8 20.8 20 23.2 10 20 18.5 13.3 10 - 0 Data LBU s.d Juni 2011 -10 (10) Grafik 2.20 Pertumbuhan Kredit per Jenis May-11 Jan-11 Mar-11 Nov-10 Jul-10 Sep-10 May-10 Jan-10 Mar-10 Nov-09 Jul-09 Sep-09 May-09 Jan-09 Mar-09 Nov-08 Jul-08 Sep-08 May-08 Jan-08 Mar-08 Jan-11 May-11 Sep-10 Jan-10 May-10 Sep-09 Jan-09 May-09 Sep-08 Jan-08 May-08 Sep-07 Jan-07 May-07 Sep-06 Jan-06 May-06 Sep-05 Jan-05 May-05 Olah Tim-4 BKM (20) Grafik 2.21 Pertumbuhan Kredit Sektoral Likuiditas perekonomian menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang bulan Ramadhan dan perbaikan aktivitas ekonomi, terutama konsumsi. Pada bulan Juli 2011, uang kartal dan uang primer meningkat sesuai dengan pola historisnya. Perkembangan tersebut sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, terutama konsumsi, menjelang bulan Ramadhan. Pertumbuhan uang kartal meningkat menjadi 22,0% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (19,0%, yoy). Sementara itu, pertumbuhan uang primer juga meningkat yaitu sebesar 35,7% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya 34,9% (yoy). Sementara itu, perkembangan M1 dan M2 masih dalam tren meningkat walaupun mengalami perlambatan. Pada Juli 2011, pertumbuhan M1 sebesar 16,6% (yoy) menjadi Rp636,2 triliun, melambat dibandingkan bulan sebelumnya (19,0%, yoy). Sementara itu, pertumbuhan M2 sebesar 13,1% (yoy) menjadi Rp2.523 triliun, juga melambat dibandingkan bulan sebelumnya (15,5%, yoy). Pertumbuhan M1 yang melambat terutama bersumber menurunnya sumbangan giro khususnya giro perseorangan, sementara kontribusi uang kartal relatif stabil. Seiring dengan perlambatan pertumbuhan M1 tersebut, menurunnya pertumbuhan deposito juga menyebabkan pertumbuhan M2 yang menurun. 50 35 GWM LDR % yoy M2 %, yoy GWM 8% 40 M1 %, yoy BI Rate (RHS) 30 12 GWM SR 30 25 20 20 16.6 10 15 10 13.1 M0 (GWM 5%) 10 M0 As of Jun 2011 Data per Juli 2011 May-11 Jan-11 Sep-10 May-10 Jan-10 Sep-09 May-09 Jan-09 Sep-08 May-08 Jan-08 Sep-07 May-07 Jan-07 Sep-06 May-06 Jul-11 Apr-11 Jan-11 Oct-10 Jul-10 Apr-10 Jan-10 Jul-09 Oct-09 Apr-09 Jan-09 Oct-08 Jul-08 Apr-08 Jan-08 Jul-07 Oct-07 Jan-07 Apr-07 Grafik 2.22 Pertumbuhan Kartal dan Base Money 4 Jan-06 0 Sep-05 Currency -20 Jan-05 -10 8 6.75 6 5 May-05 0 14 Grafik 2.23 Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian 10 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 Pasar Saham Kinerja IHSG terus menunjukkan peningkatan. Kondisi makro yang cukup kondusif mendorong pertumbuhan IHSG yang terus berlanjut. Penguatan IHSG terutama didorong oleh fundamental makro yang terjaga seperti inflasi dan nilai tukar yang relatif stabil dan terkendali. Dari sisi mikro, pertumbuhan IHSG sejalan dengan rilis laporan kinerja keuangan emiten pada semester I-2011 yang menunjukkan perkembangan positif. Cukup kondusifnya kondisi makro ekonomi dan mikro perusahaan pada akhirnya mampu menopang pertumbuhan IHSG ditengah dinamika eksternal yang diwarnai oleh sentimen negatif sehubungan dengan prospek perekonomian AS dan Eropa. Pada Juli 2011, perkembangan IHSG sempat terpengaruh oleh sentimen negatif eksternal seperti penurunan peringkat pada sejumlah negara, kekhawatiran perluasan krisis utang ke Italia, serta ketidakpastian akan pembahasan debt limit di AS. Sentimen tersebut menekan kinerja pasar saham di beberapa negara. Namun demikian, kuatnya fundamental emiten yang tercermin dalam laporan keuangan semester I 2011 mampu mendorong IHSG untuk tetap tumbuh positif. Laba bersih 31 emiten LQ-45 pada semester I-2011 tercatat sebesar Rp.58,6 triliun atau tumbuh sekitar 28,75% dibandingkan semester I-2010 sekitar Rp45,52 triliun. 4500 11 4000 10 3500 9 3000 4500 500 4000 450 3500 400 2500 8 2500 2000 7 2000 1500 6 1000 350 3000 300 250 200 1500 150 1000 Grafik 2.24 IHSG dan BI Rate JCI Ebida Index (RHS) 50 Jul-11 Nov-10 Mar-11 Jul-10 Mar-10 Jul-09 Nov-09 Mar-09 Jul-08 0 Nov-08 0 Mar-08 Jul-11 Jan-11 Apr-11 Jul-10 Oct-10 Jan-10 Apr-10 Jul-09 Oct-09 Jan-09 Apr-09 Jul-08 Oct-08 Jan-08 Apr-08 Jul-07 Oct-07 Jan-07 4 Apr-07 0 100 500 Jul-07 5 BI RATE Nov-07 JCI Mar-07 500 Grafik 2.25 IHSG dan EBITDA Index Dari sisi sektoral, penguatan IHSG selama bulan Juli ditopang oleh peningkatan seluruh sektor khususnya aneka industri dan properti. Kedua sektor tersebut mengalami penguatan masing-masing sebesar 13,1% dan 12,1%. Sedangkan sektor lainnya menguat dikisaran 0,5-10,4%. Penguatan indeks sektoral tersebut didukung oleh kinerja emiten pada masing-masing sektor yang cukup baik. Sejalan dengan prospek fundamental yang cukup kondusif tersebut, investor asing kembali melakukan net beli di pasar saham. Sektor yang paling diminati oleh investor non residen selama bulan Juli 2011 adalah sektor keuangan dan sektor aneka industri termasuk otomotif. Dengan perkembangan tersebut asing mencatat net beli asing sebesar Rp5,19 triliun selama Juli 2011 atau meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp3,09 triliun. 11 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 Properti Dunia EM ASIA AS (Dow Jones) Jepang (Nikkei) Inggris (FTSE) India (SENSEX) Hong Kong (Hang Seng) Shanghai (SHCOMP) Strait Times (STI) Kuala Lumpur (KLCI) Filipina Thailand (SET) Vietnam Indonesia (IHSG) 12.1% Pertanian 5.9% Perdagangan 10.4% Konsumsi 6.2% Industri Lain-Lain 13.1% Industri Dasar 3.2% Keuangan 7.2% Pertambangan Perubahan bulanan 3.3% Infrastruktur 0.5% -10% -5% 0% 5% 10% 15% -2.6% -0.3% -2.2% 0.2% -2.2% -3.4% 0.2% -2.2% 2.2% -1.9% MOnthly Changes 8.8% -6.2% 6.2% -17% -14% -11% -8% -5% -2% 1% 20% Grafik 2.26 Pertumbuhan Sektoral 5.0% 4% 7% 10% Grafik 2.27 Pertumbuhan Indeks Dunia Pasar SBN Derasnya arus masuk modal asing dalam bentuk portfolio investment mendorong penurunan imbal hasil SBN pada seluruh tenor. Hal tersebut juga didukung dengan prospek pertumbuhan ekonomi, nilai tukar yang relatif stabil, inflasi yang terjaga serta faktor risiko fiskal yang relatif terbatas. Dengan dukungan faktor-faktor tersebut, secara bulanan imbal hasil SBN untuk tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing masing turun sebesar 5,6 bps, 6,9 bps dan 8,2 bps, atau secara rata-rata yield turun sebesar 6,8 bps menjadi 7,42%. Imbal hasil SBN pada bulan Juli 2011 juga lebih rendah jika dibandingkan akhir tahun 2010. 25 BI RATE (RHS) 14 Yield SBN 12 20 10 15 10 Deviasi Juli dan Juni (aksis kanan) 31 Juli 2011 30 Juni 2011 31 Desember 2010 1 0.5 8 0 6 -0.5 4 5 -1 2 Jul-11 Jan-11 Apr-11 Jul-10 Grafik 2.28 Yield SBN dan BI Rate Oct-10 Jan-10 Apr-10 Jul-09 Oct-09 Jan-09 Apr-09 Jul-08 Oct-08 Jan-08 Apr-08 Jul-07 Oct-07 Jan-07 Apr-07 0 0 -1.5 1th 2th 3th 4th 5th 6th 7th 8th 9th 10th 15th 20th 30th Grafik 2.29 Perubahan Yield SBN Bulanan Investor asing tercatat melakukan net beli sebesar Rp13,4 triliun pada Juli 2011 setelah pada Juni membukukan net beli sebesar Rp11,7 Triliun. Selain faktor imbal hasil yang menarik baik secara nominal mau riil, motivasi asing tersebut juga terkait dengan optimisme investor terhadap prospek perekonomian domestik dan premi risiko yang relatif terjaga bila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan. 12 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 % Triliun rupiah % 20 18.0 15 16.0 25 Yield SBN 20 10 Inflasi 14.0 5 15 12.0 12.588 0 10.0 (5) 10 Beli/Jual Asing Neto 5 Yield SUN 6.0 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May June July (15) 2008 2009 2010 7.036 6.3073 8.0 (10) 4.03 3.877 0 2011 Thailand Grafik 2.30 Yield SBN dan Net Beli/Jual Asing Vietnam Filipina Malaysia Indonesia Grafik 2.31 Yield Negara Kawasan Pasar Reksadana Kinerja reksadana selama Juni 2011 menunjukkan perkembangan yang positif. Secara umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang tumbuh sebesar 0,7%. Peningkatan NAB reksadana tersebut ditopang oleh produk reksadana berbasis campuran dan indeks. Adapun produk reksadana yang mengalami koreksi adalah jenis pendapatan tetap. Tabel 2.2 Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk) MTM 1 2 3 4 5 2010 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2011 4 5 6 Juni 11Des 10 Saham -2.8% 1.7% 0.8% 5.2% -1.6% -4.4% -1.8% -1.1% 9.4% 5.5% 2.1% 8.6% 1.8% 3.7% 8.0% 3.6% 3.9% 1.8% P Uang 16.7% 3.7% 10.4% 10.1% -2.5% -1.2% 2.1% 0.7% 0.8% -2.2% -2.0% 0.6% 5.9% -1.0% -2.5% 2.5% 1.1% -4.6% 25.1% 1.2% Campuran Pend tetap Terproteksi -11.4% -9.7% -0.7% 1.0% -0.1% 0.1% 5.9% 2.1% -3.9% 4.1% 11.1% 6.7% 0.9% -0.1% 1.5% -1.6% 10.8% 2.8% -1.8% -0.6% 0.3% 0.7% 7.5% 6.0% 7.8% 6.4% 4.4% 3.4% 10.5% 1.1% 5.1% -4.5% 2.8% -0.1% -3.3% -0.8% 3.9% -3.1% -1.9% 2.7% -0.9% 1.1% 6.0% 0.9% 0.5% 0.6% 0.8% 1.2% 0.3% -2.1% 1.3% 5.3% -1.3% -0.6% 20.0% -5.5% 1.6% Indeks -0.8% -34.1% 4.3% 5.1% -5.8% -5.1% -3.6% 10.8% 14.2% 9.2% 3.1% -30.6% 42.8% 0.5% 9.0% 3.9% -3.3% 5.3% 65.5% ETF-Saham ETF-Pend Tetap -20.4% 2.4% -2.9% -39.6% 8.8% 3.6% 6.3% 2.9% -5.2% -1.2% 4.8% 3.2% 4.7% 2.4% -1.5% 0.6% 10.3% 2.3% -11.4% 3.2% -21.1% -15.4% 0.0% 0.0% -24.1% -6.5% 1.4% -0.4% 7.2% 5.8% 3.3% 4.2% 0.4% 1.5% 1.8% 0.5% -13.0% 4.8% Syariah 0.7% 0.8% -2.9% 4.8% -6.4% 3.6% 0.9% -2.8% 2.8% -1.8% -1.0% 17.1% -13.8% 0.9% 3.6% 1.0% 0.1% 0.0% Total -3.5% 0.6% 0.6% 6.7% -0.3% 1.1% -0.6% 2.9% 6.3% 4.2% 0.9% 2.1% -0.1% 1.7% 3.7% 1.9% 1.5% 0.7% -8.9% 9.7% Kondisi Perbankan Di tengah sentimen negatif terkait prospek perekonomian AS dan Eropa, stabilitas sistem keuangan Indonesia masih tetap terjaga. Kinerja perbankan menunjukkan performa yang baik seperti terlihat pada berbagai indikator utama perbankan seperti rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio – CAR), rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan – NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Return On Asset (ROA). CAR pada Juni 2011 sebesar 17%, jauh berada di atas level minimal yang ditetapkan BI, NPL pada Juni 2011 lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dari 3,2% menjadi sebesar 3,0%. Sementara itu, ROA sedikit meningkat dari 3,0% menjadi 3,1% dan NIM tetap stabil pada level 0,5% (Tabel 2.2). 13 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 Tabel 2.3 Kondisi Umum Perbankan 2010 Indikator Utama Total Aset DPK Kredit * LDR* NPLs Gross* NPLs Net * CAR NIM ROA * dengan channeling 1) Angka Sementara (T Rp) (T Rp) (T Rp) (%) (%) (%) (%) (%) (%) 2011 Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb 2,678.3 2,096.0 1,615.8 2,683.5 2,082.6 1,627.4 2,700.2 2,092.8 1,670.6 2,758.1 2,144.1 1,689.1 2,769.4 2,173.9 1,705.8 2,856.3 2,212.2 1,736.1 3,008.9 2,338.8 1,796.0 2,990.7 2,302.1 1,776.1 2,993.1 2,287.8 1,803.9 77.1 3.3 0.8 17.4 0.5 2.9 78.1 3.4 0.9 16.5 0.5 2.9 79.8 3.4 0.7 16.2 0.5 2.8 78.8 3.3 0.7 16.4 0.5 2.8 78.5 3.6 0.9 16.4 0.5 2.9 78.5 3.4 1.0 16.3 0.5 2.8 76.8 2.9 0.7 17.0 0.5 2.7 77.2 3.1 0.9 17.0 0.5 3.0 78.8 3.1 0.9 18.0 0.5 2.8 Mar Apr Mei Jun 3,065.8 2,351.4 1,844.2 3,069.1 2,340.2 1,872.6 3,136.4 2,397.2 1,918.6 3,195.1 2,438.0 1,979.6 78.4 3.2 0.9 17.6 0.6 3.1 80.0 3.2 0.9 17.8 0.5 3.0 80.0 3.2 1.1 17.4 0.5 3.0 81.2 3.0 0.9 17.0 0.5 3.1 III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Agustus 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih memadai dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta tetap mendukung ekspansi ekonomi yang terus meningkat. Bank Indonesia meyakini dampak gejolak pasar keuangan global seiring penurunan peringkat utang AS terhadap pasar keuangan domestik bersifat terbatas, dan dapat diatasi dengan senantiasa memantau perkembangan pasar dan koordinasi dengan Pemerintah. Bank Indonesia meyakini bahwa keputusan kebijakan moneter tersebut akan mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan membawa inflasi kepada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012. 14 Tinjauan Kebijakan Moneter – Agustus 2011 Indikator Terkini SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 9 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln Suku bunga deposito 3 bln JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) Juni Juli Agt 2010 Sept Okt Nov Des Jan Feb 2011 Mar Apr Mei Jun* 6.79 6.95 6.34 2,914 6.79 6.95 6.32 3,069 6.83 6.75 6.96 6.33 3,082 6.84 6.72 6.69 6.30 3,501 6.84 6.81 6.99 6.16 3,635 6.70 6.78 7.03 5.68 3,531 6.60 6.83 7.06 5.83 3,704 6.50 6.72 6.88 6.21 3,409 6.71 6.72 6.82 6.27 3,470 6.72 6.83 6.91 6.49 3,679 7.18 6.80 6.96 6.48 3,820 7.36 6.85 6.91 6.50 3,837 7.36 6.81 6.93 6.45 3,889 BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah 401,435 545,405 222,828 322,577 2,082,394 1,536,988 1,412,917 808,099 604,818 124,072 1,958,322 408,967 539,732 228,237 311,495 2,069,905 1,530,173 1,402,561 792,848 609,712 127,612 1,942,292 426,867 555,495 241,166 314,328 2,097,385 1,541,891 1,410,754 789,119 621,635 131,137 1,966,248 423,809 549,941 229,825 320,117 2,132,476 1,582,535 1,450,485 809,958 640,527 132,050 2,000,426 418,884 555,549 235,709 319,840 2,170,484 1,614,935 1,480,067 834,274 645,793 134,868 2,035,616 483,922 571,337 238,500 332,837 2,206,509 1,635,172 1,500,890 842,690 658,200 134,282 2,072,227 518,447 605,411 260,227 345,184 2,322,951 1,717,541 1,587,407 872,921 714,487 130,133 2,192,818 512,192 604,169 247,481 356,688 2,290,381 1,686,212 1,562,083 864,039 698,044 124,129 2,166,252 502,190 585,890 245,327 340,563 2,260,031 1,674,141 1,550,021 854,852 695,168 124,121 2,135,911 506,785 580,601 241,618 338,984 2,291,424 1,710,822 1,582,184 885,197 696,987 128,639 2,162,785 520,673 584,634 252,013 332,621 2,281,904 1,697,270 1,575,325 869,445 705,880 121,945 2,159,959 525,857 611,791 254,066 357,725 2,322,081 1,710,291 1,590,187 878,771 711,416 120,104 2,201,977 541,624 636,204 261,501 374,702 2,372,058 1,735,854 1,618,278 887,230 731,048 117,576 2,254,482 Tagihan kepada Sektor Lainnya Tagihan pada Sektor Swasta 1,721,286 1,511,482 1,722,911 1,518,049 1,774,363 1,561,226 1,795,954 1,583,468 1,808,229 1,598,643 1,842,798 1,626,469 1,910,022 1,684,207 1,881,004 1,662,189 1,917,047 1,690,927 1,964,490 1,727,537 1,993,307 1,762,032 2,045,007 1,809,801 2,108,267 1,863,961 0.97 5.05 1.57 6.22 0.76 6.44 0.44 5.80 0.06 5.67 0.60 6.33 0.92 6.96 0.89 7.02 0.13 6.84 -0.32 6.65 -0.31 6.16 0.12 5.98 0.55 5.54 9,083 10,538 9,045 69.68 8,952 10,815 10,067 70.86 9,041 11,841 9,939 73.93 8,924 10,106 7,478 76.76 8,928 11,924 9,315 79.69 9,013 12,439 10,051 80.72 8,991 13,482 10,723 83.59 9,057 11,824 9,468 82.18 8,823 11,677 9,276 85.05 8,709 13,472 11,445 88.61 8,574 12,532 10,707 92.87 8,537 14,616 10,959 96.95 8,597 96.56 2) 2) HARGA Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy) SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD) INDIKATOR KUARTALAN 2010 Tw.II Tw.III Pertumbuhan PDB (%, yoy) ** Konsumsi Investasi (PMTB) Perubahan Stok Ekspor Impor * angka sementara ** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 *** angka prakiraan Bank Indonesia 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS 2011 Tw.IV Tw.I Tw.II 6.5 4.3 7.3 91.3 12.3 15.6 6.5 4.6 9.2 151.1 17.4 16.0 15