Tidak ada hubungan yang signifikan antara

advertisement
Tidak ada hubungan yang signifikan antara kontrasepsi
suntik dan risiko HIV
Oleh: Gus Cairns, 18 April 2012
Dua penelitian yang dipresentasikan pada International Microbicides Conference bulan lalu gagal untuk
sepenuhnya menghilangkan hubungan antara kontrasepsi suntik dan peningkatan risiko PENULARAN
HIV.
Bidang pencegahan HIV mengalami kebingungan pada tahun lalu ketika studi internasional yang besar
menemukan bahwa perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal tampaknya memiliki risiko dua
kali lipat untuk terinfeksi HIV, atau, memiliki peningkatan risiko untuk menularkan HIV di antara
mereka yang sudah terinfeksi HIV. Studi selanjutnya menegaskan bahwa risiko tersebut tampaknya
hanya terbatas pada kontrasepsi hormonal. Yang menambahkan kebingungan, sebuah studi besar yang
dilakukan di Afrika Selatan yang diterbitkan Januari 2012 menemukan tidak ada hubungan yang
signifikan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dan HIV dan studi yang disajikan di Conference on
Retroviruses and Opportunistic Infections (CROI) pada bulan Maret 2012 menemukan hubungan yang
signifikan pada ambang batas.
Hal ini menyebabkan organisasi kesehatan masyarakat global seperti Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menghadapi dilema, terutama karena kontrasepsi yang paling umum digunakan, depot
medroxy-progesterone acetate (DMPA, Depo-Provera) adalah kontrasepsi yang paling umum digunakan
di Afrika. Apakah lebih banyak nyawa bisa diselamatkan jika mereka mengatakan pada perempuan
untuk tidak menggunakan DMPA dan karena itu lebih sedikit orang yang akan menjadi HIV positif?
Atau apakah lebih banyak perempuan (dan anak) akan meninggal karena kematian selama persalinan dan
pada masa bayi?
Sebuah analisis baru disajikan di Microbicides 2012 menemukan bahwa, dibandingkan dengan
perempuan yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal apa pun, tingkat infeksi HIV tidak meningkat
secara signifikan di antara perempuan yang menggunakan DMPA, meskipun mereka memiliki risiko
yang berada pada ambang batas signifikansi dibandingkan dengan perempuan yang menggunakan pil
kontrasepsi oral. Ditemukan bahwa infeksi herpes kelamin (HSV-2) juga mengambil peran dalam risiko
infeksi, terutama pada risiko infeksi HIV pada perempuan yang memiliki hasil HSV-2 positif dan
menggunakan DMPA.
Analisis ini dilakukan di antara 3087 perempuan yang mengambil bagian di studi HPTN 035, sebuah
studi besar yang dilakukan di beberapa negara untuk calon mikrobisida yang dilaporkan pada Februari
2009. Para peserta ini memiliki usia rata-rata 26 tahun dan 62% sudah menikah. Tujuh dari sepuluh
orang menggunakan beberapa bentuk kontrasepsi hormonal, dengan 51% menggunakan DMPA dan 21%
menggunakan pil kontrasepsi oral. 13% mengandalkan kondom sebagai alat kontrasepsi, 5% telah
disterilisasi dan 9% tidak menggunakan kontrasepsi apa pun.
Namun, pola penggunaan kontrasepsi bervariasi menurut pusat studi. Sebagai contoh, di pusat di Malawi,
dua pertiga dari perempuan menggunakan DMPA dan hanya 8% menggunakan pil kontrasepsi oral,
dimana di Harare, Zimbabwe, 72% dari para perempuan menggunakan pil kontrasepsi oral. Demikian
pula, penggunaan kondom berkisar antara 2% di Harare sampai 27% di Durban, Afrika Selatan.
Setelah rata-rata 1,7 tahun masa tindak lanjut, insidensi HIV tahunan di antara peserta studi adalah 4%,
berkisar antara 9% di Hlabasa di KwaZulu Natal sampai 1,4% di Lilongewe, Malawi, sementara tingkat
insidensi kehamilan adalah 11,5% per tahun.
Insidensi HIV keseluruhan di antara pengguna DMPA adalah 4,27% per tahun dan angka ini tidak
signifikan secara statistik dari insidensi rata-rata (rasio hazard, 1,42, 95% interval kepercayaan
0,78-2,58). Insidensi HIV di antara pengguna kontrasepsi oral juga tidak berbeda secara signifikan dari
rata-rata (rasio hazard 0,86, 95% interval kepercayaan 0,41-1,83).
Infeksi menular seksual (IMS) tertentu dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi dari HIV: perempuan
dengan gonore memiliki risiko enam kali lebih tinggi untuk terinfeksi HIV. Terdapat kemungkinan yang
kuat dari terinfeksi HIV di antara perempuan yang memiliki HSV-2 dan menggunakan DMPA: mereka
Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
Tidak ada hubungan yang signifikan antara kontrasepsi suntik dan risiko HIV
adalah 8,2 kali lebih mungkin terinfeksi HIV, meskipun hal ini tidak mencapai signifikansi statistik
(p=0,07). Tidak diketahui apakah risiko ini terkait dengan memiliki sudah memiliki HSV-2 atau apakah
infeksi HIV terkait dengan HSV-2. Analisis lebih lanjut sedang dilakukan.
IMS tertentu dikaitkan dengan risiko tinggi HIV: wanita dengan gonore enam kali lebih mungkin
terjangkit HIV. Ada kemungkinan yang sangat kuat dari penularan HIV pada wanita yang memiliki
HSV-2 dan berada di DMPA: mereka 8,2 kali lebih mungkin terjangkit HIV, meskipun ini hanya gagal
mencapai signifikansi statistik (p = 0,07). Tidak diketahui apakah risiko ini terkait dengan sudah
memiliki HSV-2, atau apakah penularan HIV dikaitkan dengan HSV-2 akuisisi. Analisis lebih lanjut
sedang dilakukan.
Sementara itu, studi lain juga menemukan peningkatan risiko yang sama dari infeksi HIV di antara
perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal (dalam studi ini tidak dibedakan antara pengguna
kontrasepsi oral maupun suntik). Dalam studi ini, 606 perempuan mengambil bagian dalam studi
kelayakan mikrobisida, 45% dari perempuan menggunakan kontrasepsi hormonal dan dari jumlah
tersebut, 86% menggunakan kontrasepsi suntikan. Insidensi HIV meningkat sebesar 40% di antara
perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal namun angka ini tidak signifikan secara statistik (p
= 0,32).
Secara keseluruhan, dua kali lipat dari risiko HIV yang ditemukan pada perempuan yang menggunakan
kontrasepsi suntik dalam studi tahun lalu belum ditegakkan. Namun studi terus menunjukkan sedikit
peningkatan risiko di antara perempuan yang menggunakan DMPA yang tidak signifikan secara statistik.
Pertanyaan untuk saat ini adalah apakah penggunaan kontrasepsi suntikan meningkatkan risiko HIV
masih tetap ditanyakan.
Ringkasan: No significant link between injectable contraceptives and HIV risk, but questions still remain
Sumber: Chirenje ZM et al. Association between hormonal contraception and HIV infection in HPTN 035. International Microbicides
Conference, Sydney, 2012.
Naicker I et al. Hormonal contraception and the risk of HIV and sexually transmitted infection acquisition – lessons from the MDP feasibility
study. International Microbicides Conference, Sydney, 2012.
–2–
Download