Infeksi kriptokokus salah didiagnosis pada banyak pasien AIDS Oleh: hivandhepatitis.com, 9 September 2011 Kebanyakan pasien AIDS, saat didiagnosa infeksi jamur cukup dikenal sebagai kriptokokosis, diasumsikan memiliki infeksi Cryptococcus neoformans, tetapi studi terbaru dari Duke University Medical Center menunjukkan bahwa spesies saudara, Cryptococcus gattii, adalah penyebab yang lebih umum daripada yang diketahui sebelumnya. Perbedaan antara jenis dapat membuat perbedaan dalam pengobatan, perjalanan klinis, dan hasil, kata Joseph Heitman, MD, PhD, penulis senior studi dan ketua Departemen Genetika Molekuler dan Mikrobiologi. Studi ini diterbitkan di PLoS Pathogens edisi 1 September 2011. Penelitian ini menekankan bahwa tenaga kesehatan perlu lebih berhati-hati dalam merekam spesies kriptokokus untuk memahami perjalanan klinis yang berbeda dan mungkin untuk mengubah strategi pengobatan. Para peneliti di Duke University Medical Center menemukan bahwa di daerah Los Angeles, lebih dari 12 persen pasien AIDS yang didiagnosis dengan Crypotococcus ternyata terinfeksi dengan C. gattii, jauh lebih tinggi dari studi sebelumnya, menunjukkan hanya sekitar 1 persen memiliki C gattii. Para peneliti mendasarkan angka-angka ini pada pengujian molekul kode bar DNA jamur. Penemuan ini datang pada saat yang sama dengan perkembangan wabah C. gattii yang sedang terjadi di Pacific Northwest, menyebar dari Vancouver selatan, British Columbia, melalui Washington, Oregon, dan ke utara California. Pengujian molekuler membantu baik pejabat kesehatan maupun ilmuwan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana jamur yang sebelumnya tergolong jamur tropis ini menemukan wilayah baru, pada daerah beriklim sedang. “Yang paling penting, kami menemukan bahwa isolat yang menyebabkan wabah dan yang menginfeksi pasien AIDS benar-benar berbeda (VGII vs VGIII),” kata Edmond Byrnes, PhD, seorang mahasiswa yang baru lulus dari laboratorium Heitman. Wenjun Li, PhD, juga merupakan rekan penulis dan peneliti di laboratorium Heitman, mencatat bahwa, berdasarkan sampel isolat jamur yang diambil dari pasien, mereka dengan infeksi C.gatii dapat mengalami resistansi terhadap obat “azole” yang memerangi infeksi jamur, dan dokter harus lebih menyadari potensi masalah pengobatan jika mereka mengetahui spesies jamur. Karena jenis kriptokokal bertanggung jawab atas lebih dari 620.000 kematian setiap tahunnya dan bertanggung jawab untuk satu-sepertiga dari semua kematian akibat AIDS, perbedaan spesies mungkin penting bagi kesehatan masyarakat. “Mungkin ada beban kesehatan yang belum diakui pada pasien AIDS yang disebabkan oleh C. gattii daripada C. neoformans,” kata Heitman. Dia mengatakan bahwa sementara hanya dibutuhkan tes sederhana untuk membedakan dua jenis tersebut,” hanya sedikit laboratorium atau rumah sakit, bahkan di negara maju, yang diperlengkapi untuk membedakan C. neoformans dari C. gattii.” Heitman mengatakan bahwa ia tidak percaya bahwa ada penularan C. gattii dari manusia ke manusia. Namun penularan tersebut terjadi karena pasien yang terpajan dari lingkungan. Sebagai contoh, satu pasien AIDS dari San Diego memiliki isolat yang ditelusuri kembali ke suatu jenis pohon, yang merupakan tempat umum untuk menemukan C gattii, di Australia dan di tempat lain. “Studi ini jelas menggambarkan bahwa pasien AIDS di daerah-daerah tertentu di dunia mungkin terinfeksi oleh dua spesies yang berbeda kriptokokus,” kata John R. Perfect, MD, profesor kedokteran di Duke University Medical Center. “Meskipun hasil dari infeksi pada perbandingan antara dua spesies masih belum pasti, studi ini menunjukkan bahwa kita perlu berhati-hati untuk mengendalikan perbedaan potensial dan mempelajari mereka lebih lanjut.” Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Infeksi kriptokokus salah didiagnosis pada banyak pasien AIDS Pengelolaan medis mungkin akan lebih rumit untuk C. gattii dibandingkan dengan C. neoformans, termasuk kemungkinan resistansi obat “azole” dan pembentukan cryptococcomas dalam sistem saraf pusat yang dapat sulit untuk diobati dan dapat menyebabkan abses. “Berdasarkan prevalensi yang kami temukan, masuk akal untuk melanjutkan studi klinis yang lebih lanjut, tidak hanya untuk mengetahui spesies, tetapi juga jenis molekul, sehingga kita dapat mempelajari semua yang kita dapat kita ketahui tentang perjalanan dan perkembangan patogen ini,” kata Heitman. Afiliasi peneliti: Department of Molecular Genetics and Microbiology, Duke University Medical Center, Durham, NC; Mycology Laboratory, Wadsworth Center, Albany, NY; School of Biosciences, University of Birmingham, Birmingham, UK; Centre for Infectious Disease Research, Department of Molecular and Microbial Sciences, University of Queensland, Brisbane, Australia; Institute for Genome Sciences and Policy, Duke University Medical Center, Durham, NC. Ringkasan: Cryptococcus May Be Misdiagnosed in People with AIDS Sumber: EJ Byrnes, W Li, P Ren, J Heitman, et al. A Diverse Population of Cryptococcus gattii Molecular Type VGIII in Southern Californian HIV/AIDS Patients. PLoS Pathogens7 (9): e1002205 (abstract). September 1, 2011. Duke University Medical Center. Cryptococcus Infections Misdiagnosed in Many AIDS Patients. Press release. September 1, 2011. –2–