rancangan - BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung

advertisement
PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG
NOMOR 06 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI JASA USAHA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,
Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang
penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah;
b. bahwa kebijakan Retribusi Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi,
pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat dan akuntabilitas dengan
memerhatikan potensi daerah;
c. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan
Daerah tentang Retribusi Jasa Usaha;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan
huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung tentang Retribusi
Jasa Usaha;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat
Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor
55), Undang-Undang Darurat Nomor 5 Tahun 1956, (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1956 Nomor 56) dan Undang-Undang Darurat Nomor 6 Tahun
1956, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 57), tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Daerah
Tingkat I Sumatera Selatan sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1821);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kalinya, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4422);
9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1982 tentang Perubahan Batas Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3213);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1983 tentang Perubahan Nama Kotamadya
Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung menjadi Kotamadya Daerah Tingkat
II Bandar Lampung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 30
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3254);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983
Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5145);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609 ), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara epublik
Indonesia Nomor 4855);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah;
19. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal
Transportasi Jalan;
20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata
Cara Pemungutan Dibidang Retribusi Daerah ;
21. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata
cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah ;
22. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan
Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Lain-Lain;
23. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman
Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam Penegakkan Peraturan
Daerah ;
24. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pokokpokok Pengelolaan Keuangan Daerah;
25. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 01 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Daerah Kota Bandar Lampung.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG
dan
WALIKOTA BANDAR LAMPUNG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Kota Bandar Lampung.
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung.
c. Walikota adalah Walikota Bandar Lampung.
d. Peraturan Walikota adalah Peraturan Walikota Bandar Lampung.
e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Bandar Lampung.
f. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kota Bandar Lampung.
g. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan Orang Pribadi atau Badan.
h. Jasa Usaha adalah Jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut
prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
i. Wajib Retribusi Jasa Usaha yang selanjutnya disebut Wajib Retribusi adalah Orang
pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau
pemotong Retribusi Jasa Usaha.
j. Subjek Retribusi Jasa Usaha yang selanjutnya disebut Subjek Retribusi adalah orang
pribadi atau badan yang menggunakan dan atau menikmati pelayanan jasa usaha
yang disediakan oleh pemerintah daerah.
k. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk Badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
l. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu
bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dari Pemerintah Daerah.
m. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Bandar Lampung.
n. Pedagang adalah setiap orang atau badan hukum yang menggunakan pasar dan
perpasaran (pusat-pusat pertokoan/perdagangan/perbelanjaan dan pedagang umum
lainnya atas jasa pengaturan tempat oleh Pemerintah Daerah) sebagai tempat
melakukan kegiatan yang mencari keuntungan.
o. Bangunan Pasar adalah semua bangunan beserta fasilitasnya yang berada dalam
areal pasar.
p. Kios adalah ruang dagang yang dibatasi dengan dinding atau papan yang dapat
ditutup/dibuka.
q. Los Amparan adalah ruang dagang yang berupa meja batu atau papan yang
memanjang beratap dan tidak dibatasi/dipisahkan dengan dinding.
r. Amparan/Jongkok adalah ruang dagang terbuka yang digunakan oleh pedagang
dengan cara menggelar dilantai atau bakulan.
s. Toko adalah ruang dagang yang bersifat permanen /menetap dibatasi dengan dinding
yang dapat ditutup dan dibuka.
t. Ruko adalah ruang dagang permanen dan bertingkat yang dibatasi dengan dinding
dengan penggunaan lantai dasar sebagai tempat berdagang dan lantai atasnya
sebagai tempat tinggal.
u. Gerobak adalah tempat dagang berupa gerobak yang menggunakan roda dan dapat
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.
v. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara.
w. Kendaraan adalah kendaraan bermotor yang dipergunakan untuk tempat berdagang
dan dapat dipindahkan dari satu tempat ketempat lain.
x. Taman Santapan adalah suatu tempat tertentu yang dipergunakan sebagai tempat
berdagang santapan baik berupa makanan maupun minuman dengan
mempergunakan tenda, pondok dan peralatan lainnya.
y. Unit Pelelangan Ikan (UPI) adalah unit yang meliputi tempat pendaratan ikan,
dermaga, penyelenggaraan pelelangan ikan, pelataran parkir, pengepakan dan lain
sebagainya.
z. Terminal adalah pemberhentian kendaraan guna menurunkan penumpang orang
dan/atau barang.
aa. Hewan Potong adalah sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi dan ayam.
bb. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) adalah suatu bangunan dan/atau komplek
bangunan dengan desain tertentu yang digunakan sebagai tempat pemotongan
hewan, selain unggas untuk konsumsi masyarakat luas.
cc. Hewan Potong adalah
dd. Penonjolan ruang adalah penambahan ruang yang mengakibatkan dagangan
berubahnya ruang tempat berdagang
ee. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah Bukti
pembayaran atau penyetoran Rretribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
ff. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disebut SKRD adalah
Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok Retribusi.
gg. Surat Keterangan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disebut SKRDLB
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar daripada Retribusi yang terutang
atau tidak seharusnya terutang.
hh. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disebut STRD adalah surat
untuk melakukan tagihan Retribusi atau sanksi administrasi berupa bunga atau
denda.
ii. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek
Retribusi dan subjek Retribusi, penentuan besarnya Retribusi yang terutang sampai
kegiatan penagihan Retribusi kepada wajib Retribusi serta pengawasan
penyetorannya.
jj. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan
mengelola data dan keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan
pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
Retribusi Daerah.
kk. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut
Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana di bidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
BAB II
JENIS RETRIBUSI JASA USAHA
Pasal 2
Jenis Retribusi Jasa Usaha dalam Peraturan Daerah ini adalah :
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan;
c. Retribusi Tempat Pelelangan ikan;
d. Retribusi Terminal;
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
f. Retribusi Rumah Potong Hewan;
g. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga.
BAB III
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 3
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha didasarkan
pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan
yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan
berorientasi pada harga pasar.
BAB IV
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
Bagian Kesatu
Nama, Objek dan Subjek Retribusi
Pasal 4
Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut retribusi sebagai
pembayaran atas Pemakaian Kekayaan Daerah.
Pasal 5
(1) Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian kekayaan daerah
yang dikelola dan/atau diberikan oleh perangkat daerah untuk digunakan pihak
ketiga.
(2) Dikecualikan dari objek pemakaian kekayaan daerah sebagaimana dimaksud ayat (1)
adalah Penggunaan Tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut.
Pasal 6
Subjek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah Orang Pribadi atau Badan yang
memakai dan atau memanfaatkan kekayaan daerah.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 7
Tingkat penggunaan jasa pemakaian kekayaan daerah diukur berdasarkan fasilitas jenis
penggunaan, ukuran, lokasi, zona, luas, tarif dan jangka waktu pemakaian kekayaan
daerah.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 8
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam lampiran I, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
BAB V
RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ ATAU PERTOKOAN
Bagian Kesatu
Nama, Objek dan Subjek Retribusi
Pasal 9
Dengan Nama Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan dipungut Retribusi atas
pemakaian pasar grosir dan/atau pertokoan.
Pasal 10
(1) Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan sebagaimana dimaksud pada Pasal
(9) adalah penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas
pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari obyek retribusi sebagiamana dimaksud pada ayat (1) adalah
fasilitas pasar yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan
pihak Swasta.
Pasal 11
Subjek Retribusi Pasar Grosir dan/ atau Pertokoan adalah Orang Pribadi atau Badan
yang menggunakan/memakai/memanfaatkan fasilitas pasar grosir pertokoan.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 12
Tingkat penggunaan jasa pasar grosir dan/atau pertokoan diukur berdasarkan lokasi
bangunan, jenis tempat, tarif, jangka waktu pemakaian Pasar Grosir dan/atau Pertokoan.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 13
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam lampiran II, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
BAB VI
RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN
Bagian Kesatu
Nama, Objek dan Subjek Retribusi
Pasal 14
Dengan nama Retribusi tempat Pelelangan Ikan dipungut Retribusi sebagai pembayaran
atas pelayanan penyediaan jasa tempat pelelangan Ikan dan fasilitas lainnya yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 15
(1) Obyek Retribusi Tempat Pelelangan ikan adalah penyediaaan tempat pelelangan
yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan
ikan, termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan ditempat
pelelangan.
(2) Termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tempat yang
dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat
pelelangan.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
tempat pelelangan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD
dan pihak swasta
Pasal 16
Subyek Retribusi Tempat Pelelangan Ikan adalah Orang Pribadi atau Badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa Pelelangan Ikan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 17
Pelelangan ikan di ukur berdasarkan nilai lelang atas ikan yang di lelang di tempat
pelelangan ikan, jenis pelayanan, jangka waktu, tarif, fasilitas dan ukuran kapal.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 18
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Pelelangan Ikan ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam lampiran III, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
BAB VII
RETRIBUSI TERMINAL
Bagian Kesatu
Nama, Objek dan Subjek Retribusi
Pasal 19
Dengan nama Retribusi Terminal dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas
pelayanan dan pemakaian fasilitas terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 20
(1) Objek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan Tempat Parkir untuk
kendaraan penumpang, Bus Umum, Tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di
lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
terminal yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah, BUMN,
BUMD dan Pihak Swasta.
Pasal 21
Subjek Retribusi Terminal adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan fasilitas
terminal yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 22
Tingkat penggunaan Jasa Terminal diukur berdasarkan jenis fasilitas yang digunakan,
ukuran tempat dan frekuensi waktu penggunaan fasilitas Terminal.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 23
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Terminal ditetapkan sebagaimana tercantum dalam
lampiran IV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB VIII
RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
Bagian Kesatu
Nama, Objek dan Subjek Retribusi
Pasal 24
Dengan Nama Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut Retribusi sebagai pembayaran
atas pelayanan penyediaan tempat khusus Parkir yang disediakan dimiliki dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah
Pasal 25
(1) Obyek retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan tempat parkir yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah, BUMN, BUMD, dan Pihak Swasta
Pasal 26
Subjek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah Orang Pribadi atau Badan yang
menggunakan Tempat Khusus Parkir yang disediakan, dimiliki dan/ atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 27
Tingkat Penggunaan Jasa Tempat Khusus Parkir diukur berdasarkan jenis tempat, jenis
kendaraan dan jangka waktu penggunaan Tempat Khusus Parkir.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif
Pasal 28
(1) Struktur Besarnya Tarif Retribusi Tempat Khusus Parkir ditetapkan berdasarkan
lama parkir dan/ atau durasi berlangganan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
V, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Prosedur pembayaran tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disediakan dalam dua pilihan yaitu dengan membayar berdasarkan tarif progresif
atau membayar secara berlangganan.
(3) Pilihan atas prosedur pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diserahkan
secara mutlak kepada wajib retribusi untuk dipilih.
BAB IX
RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
Bagian Kesatu
Nama, Objek dan Subjek Retribusi
Pasal 29
Dengan nama Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut Retribusi sebagai pembayaran
atas Pemakaian dan Pelayanan Fasilitas Rumah Potong Hewan dan Pemeriksaan
Kesehatan Hewan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 30
(1) Objek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah
pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan
sebelum dan sesudah di potong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan,
dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.
Pasal 31
Subyek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah Orang Pribadi atau Badan yang
menggunakan atau menikmati pelayanan Rumah Potong Hewan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah Daerah.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 32
Tingkat Penggunaan Jasa Rumah Potong Hewan dihitung berdasarkan Jenis hewan,
Jumlah Hewan dan Jenis Pelayanan.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 33
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Rumah Potong Hewan ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam lampiran VI, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
BAB X
RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA
Bagian Kesatu
Nama, Objek dan Subjek Retribusi
Pasal 34
Dengan Nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas pemakaian tempat Rekreasi, Pariwisata dan Olahraga yang disediakan
dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 35
(1) Obyek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah raga adalah pelayanan tempat rekreasi,
pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga yang disediakan, dimiliki dan
atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 36
Subjek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah Orang Pribadi atau Badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga yang
disediakan Pemerintah Daerah.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 37
Tingkat Penggunaan Jasa Tempat Rekreasi dan Olahraga diukur berdasarkan Jenis
Tempat, Luas Tempat dan Lama Pemakaian Fasilitas tempat rekreasi dan olahraga.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 38
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam lampiran VII, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB XI
PERUBAHAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 39
(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali
(2) Peninjauan Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memerhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan Perubahan Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan PeraturanWalikota.
BAB XII
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Wilayah Pemungutan
Pasal 40
Wilayah pemungutan Retribusi Jasa Usaha adalah di tempat kegiatan pelayanan
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dalam wilayah Kota Bandar Lampung.
Bagian Kedua
Tata Cara Pemungutan
Pasal 41
1. Pemungutan retribusi dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah atau pejabat
yang ditunjuk oleh Walikota sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
2. Pemungutan Retribusi tidak dapat di borongkan.
3. Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
4. Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
5. Tata cara pelaksanaan Pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
Bagian Ketiga
Pemanfaatan Hasil Pungutan
Pasal 42
(1) Hasil Pungutan Retribusi merupakan pendapatan daerah dan sepenuhnya disetorkan
ke Kas Daerah.
(2) Hasil Penerimaaan Retribusi Jasa Usaha merupakan Pendapatan Asli Daerah yang
pemanfaatannya dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Bagian Keempat
Keberatan Wajib Retribusi dalam Pemungutan
Pasal 43
(1) Wajib retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Walikota atau
pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasanalasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak
tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika wajib retribusi tertentu dapat menunjukkan
bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu
keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan wajib retribusi.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan
penagihan retribusi.
Pasal 44
(1) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat
keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan
menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian
hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi Keputusan
oleh Walikota.
(3) Keputusan Walikota atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau
sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Walikota
tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap
dikabulkan.
Pasal 45
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau selutuhnya, kelebihan
pembayaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan
sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.
Bagian Kelima
Insentif Pemungutan
Pasal 46
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi Insentif atas dasar
pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010
tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah.
BAB XIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 47
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan
permohonan pengembalian kepada Walikota.
(2) Walikota dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) telah
dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu keputusan, permohonan
pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus
diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila wajib retribusi mempunyai hutang lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi
sebagiamana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi
terlebih dahulu hutang Retribusi tersebut.
(5) Pengembalian, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya
SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua)
bulan Walikota memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas
keterlambatan kelebihan pembayaran Retribusi.
(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB XIV
TATA CARA PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN
RETRIBUSI TERUTANG
Bagian Kesatu
Tata Cara Penagihan Retribusi Terutang
Pasal 48
(1) Tata Cara Penagihan Tunggakan Retribusi diawali dengan memberi Surat teguran
atau Surat peringatan atau surat lain yang sejenis, dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak
saat jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat
Peringatan atau Surat lain yang sejenis disampaikan, wajib Retribusi harus melunasi
Retribusi yang terutang.
(3) Surat teguran, Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikeluarkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Bagian Kedua
Tata Cara Pembayaran Retribusi Terutang
Pasal 49
(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak
diterbitkannya SKRD, atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur dengan
Peraturan Walikota.
(4) Hasil pemungutan retribusi disetorkan sepenuhnya ke kas daerah.
BAB XV
PENGURANGAN, KERINGANAN, PENUNDAAN, DAN PEMBEBASAN
RETRIBUSI
Pasal 50
1. Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan, penundaan, dan pembebasan
Retribusi terhadap Retribusi Jasa Usaha.
2. Pemberian pengurangan, keringanan, penundaan, dan pembebasan Retribusi
sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, dengan memerhatikan kemampuan wajib
Retribusi berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
3. Pemberian pengurangan, keringanan, penundaan, dan pembebasan Retribusi
sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, dapat diberikan kepada masyarakat yang
ditimpa bencana alam dan/atau kerusakan dan/atau masyarakat yang tidak mampu,
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
4. Tata Cara pengurangan, keringanan, penundaan, dan pembebasan Retribusi
ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
BAB XVI
KEDALUWARSA PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN
PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA
Bagian Kesatu
Kedaluwarsa Penagihan
Pasal 51
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui
waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib
Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi;
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh
jika :
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun
tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkannya Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a, kedaluwarsa penagihan dihitubng sejak tanggal diterimanya Surat Teguran
tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyetakan masih
mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah
Kota Bandar Lampung.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan
pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.
Bagian Kedua
Penghapusan Piutang Retribusi Yang Kedaluwarsa
Pasal 52
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan
penagihan sudah kedaluarsa dapat dihapuskan;
(2) Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah
kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan
Peraturan Walikota.
BAB XVII
PEMERIKSAAN RETRIBUSI
Pasal 53
(1) Walikota berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban Retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan
Retribusi.
(2) Wajib retribusi yang diperiksa wajib :
a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek retribusi
yang terutang;
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap
perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. Memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi diatur dengan
Peraturan Walikota.
BAB XVIII
PENYIDIKAN
Pasal 54
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota Bandar
Lampung diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil
tertentu dilingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang diangkat oleh pejabat
yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang retrebusi daerah agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana Retribusi;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan
dengan tindak pidana dibidang Retribusi;
d. Memeriksa buku-buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana dibidang Retribusi Daerah;
e. Mengadakan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
catatan dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti
tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka melaksanakan tugas pentidikan
tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana yang dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Retribusi
Daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
(4) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui
Penyidik Pejabat POLRI sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UndangUndang tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XIX
SANKSI ADMINSTRATIF
Pasal 55
(1) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
ditagih dengan menggunakan STRD.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagimana dimaksud pada Ayat (3) didahului dengan
Surat Teguran.
BAB XX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 56
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda
paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar.
(2) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan penerimaan negara.
BAB XXI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 57
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Retribusi yang masih terutang dapat
ditagih selama jangka waktu 3 ( tiga) tahun sejak tanggal terutang.
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 58
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka :
a. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 2 Tahun 2009 tentang Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 9 Tahun 2001 tentang Izin Usaha
Perikanan dan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2001
tentang Retribusi Unit Pelelangan Ikan Kota Bandar Lampung ;
c. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 06 Tahun 2000 tentang Retribusi
Terminal;
d. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 07 Tahun 2008 tentang Retribusi
Tempat Khusus Parkir;
e. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 13 Tahun 2008 tentang Retribusi
Pemotongan Hewan.
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku .
Pasal 59
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, untuk pelaksanaannya menunjuk :
a. Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Bandar Lampung;
Untuk melaksanakan Pemungutan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung;
Untuk melaksanakan Pemungutan Retribusi Pasar Grosir dan/atau pertokoan;
c. Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bandar Lampung;
Untuk melaksanakan Pemungutan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan;
d. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung;
Untuk melaksanakan Pemungutan Retribusi Terminal dan Retribusi Tempat Khusus
Parkir;
e. Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kota Bandar Lampung;
Untuk melaksanakan Pemungutan Retribusi Rumah Potong Hewan;
f. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung;
Untuk melaksanakan Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga sub
Retribusi Tempat Rekreasi dan Pariwisata;
g. Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Bandar Lampung;
Untuk melaksanakan Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga sub
Retribusi Tempat Olahraga;
Pasal 60
Peraturan Walikota yang mengatur pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan paling
lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini berlaku.
Pasal 61
Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bandar Lampung.
Disahkan di Bandar Lampung
pada tanggal 12 Mei 2011
WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,
Cap/dto
HERMAN HN.
Diundangkan di Bandar Lampung
pada tanggal 13 Mei 2011
SEKRETARIS DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG,
Cap/dto
BADRI TAMAM
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011 NOMOR 07
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG
NOMOR 06 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI JASA USAHA
I.
UMUM
Bahwa untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di
Kota Bandar Lampung, serta dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat perlu
dilakukan upaya-upaya menggali Pendapatan Asli Daerah secara sah guna mendukung
penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan Kota Bandar Lampung secara berkesinambungan.
Bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah maka perlu disusun Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Usaha sebagai salah
satu sumber Pendapatan Asli Daerah secara sah.
Bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah ini diharapkan upaya pelayanan kepada
masyarakat dapat ditingkatkan khususnya pelayanan dibidang Jasa Usaha dapat terlaksana dengan
sebaik-baiknya dibawah pembinaan, bimbingan dan pengawasan dari Pemerintah Kota Bandar
Lampung. Dan dengan berlakunya Peraturan Daerah ini diharapkan kemampuan Daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluarannya semakin besar karena dapat menyesuaikan pendapatan
sejalan dengan adanya peningkatan basis dan diskresi dalam penetapan tarif. Di pihak lain Retribusi
Jasa Usaha yang baru akan memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha yang
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajibannya.
II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Pemakaian kekayaan daerah, antara lain : penyewaan tanah dan bangunan, laboratorium,
ruangan dan kendaraan bermotor.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Contoh penghitungan tarif Retribusi pasar Grosir dan atau Pertokoan
A menyewa pertokoan milik Pemerintah dalam bentuk Ruko dengan ukuran 12 x 4 m2 di
daerah Pasar Tengah Tanjungkarang maka A harus membayar Retribusi Pasar Grosir dan
Pertokoan sebesar : 12 x 4 m2 x Rp. 23.500,- (Harga /m2/bulan) = Rp 1.128.000,- / bulan
Pasal 14
Yang dimaksud dengan fasilitas lainnya yang disediakan antara lain jasa, parkir, transit, labuh
dan kios.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud fasilitas lainnya termasuk tempat bongkar muat barang, tempat
pengujian kendaraan dan tempat parkir kendaraan yang menginap
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1) cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Biaya pemotongan hewan termasuk biaya pemeriksaan kesehatan hewan , biaya asuransi dan
biaya administrasi
1. Yang dimaksud dengan biaya pemotongan adalah biaya yang harus dibebankan
/ditanggung oleh Subjek Retribusi karena menggunakan fasilitas Rumah Potong Hewan
2. Biaya asuransi dipergunakan untuk memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi para
petugas jagal melalui asuransi jiwa.
3. Biaya administrasi dipergunakan untuk pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan
sesudah dipotong dimalam hari oleh dokter hewan pemeriksa
4. Pemotongan untuk kepentingan Negara /Pemerintah Kota maupun untuk upacara ibadah /
ritual tidak dikenakan Retribusi.
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Dalam hal besarnya tarif Retribusi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah perlu
disesuaikan karena biaya penyediaan layanan cukup besar dan/atau besarnya tarif tidak
efektif lagi untuk mengendalikan permintaan layanan tersebut, Walikota dapat
menyesuaikan tarif Retribusi.
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011 NOMOR 06
Download