PENGARUH MUTASI FISIK MELALUI IRADIASI

advertisement
PENGARUH MUTASI FISIK MELALUI
IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN
BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.)
M. HAIKAL CATUR SAPUTRA
A24080056
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
i
PENGARUH MUTASI FISIK MELALUI IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN
BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.)
Physic Mutation with Iradiation Gamma Ray Influence on Sunflower (Helianthus annuus L.) Performance
M. Haikal Catur Saputra1 , Juang Gema Kartika2, Syarifah Iis Aisyah2
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
Abstract
Research was conducted in Green House at IPB Reseacrh Station Cikabayan from January to Mei 2012.
Gamma Ray Irradiation was given at Development and Research Laboratorium Center of Isotop and Radiation
Technology, BATAN, Pasar Jumat, South Jakarta. The objectives of this research was to determine sunflower
fenotipics differences by quantitatif and qualitatif characters. Research arranged by Randomized Completely Design
with 2 factors. First factor was variety with 4 genotip, Italian White, Sunspot, Lemon Queen, and Mammoth. Second
factor was gamma ray rate with 4 rate, 0, 20, 40, and 60 gray. Result showed that gamma ray gave different value
compared from the existed sunflower. Some mutans also showed attractive fenotipic and has more positive
character than sunflower with 0 Gy.
Keywords : Mutan, Italian White, Sunspot, Lemon Queen, Mammoth.
RINGKASAN
M. HAIKAL CATUR SAPUTRA. Pengaruh Mutasi Fisik Melalui Iradiasi
Sinar Gamma terhadap Keragaan Bunga Matahari (Hellianthus Annuus L.)
(Dibimbing oleh JUANG GEMA KARTIKA dan SYARIFAH IIS AISYAH).
Bunga matahari (Hellianthus Annuus L.), selain sebagai tanaman hias,
juga dimanfatkan sebagai makanan ringan, makanan ternak dan juga sebagai
bahan baku kosmetik serta sebagai penghasil minyak. Banyak penelitian
mengenai kandungan minyak dari biji bunga matahari, namun tidak banyak
penelitian pada bidang pemuliaan tanaman untuk tanaman bunga matahari
khususnya pada bunga matahari sebagai tanaman hias.
Penelitian dilaksanakan dari Bulan Januari 2012 hingga Mei 2012 di
Green House kebun percobaan Cikabayan IPB, Dramaga Bogor, dan perlakuan
iradiasi sinar gamma dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Atom dan Tenaga Nuklir
Nasional, Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
keragaaan fenotipik bunga matahari akibat pengaruh iradiasi sinar gamma
berdasarkan karakter kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor
yaitu varietas dan taraf dosis sinar gamma. Varietas yang digunakan sebanyak
empat varietas yaitu “Italian White”, “Sunspot”, “Lemon Queen”, serta
“Mammoth” dan taraf dosis yang dipakai sebanyak empat taraf dosis yaitu 0, 20,
40 dan 60 gray. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga
pada penelitian ini terdapat 48 satuan percobaan dan masing-masing ulangan
terdiri dari tiga tanaman. Jumlah total tanaman pada percobaan ini adalah 144
tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sinar gamma mampu memberikan
keragaan lain dari tanaman bunga matahari yang sudah ada. Beberapa mutan
cukup menarik dan memiliki karakter positif dibandingkan dengan tanaman tanpa
perlakuan iradiasi sinar gamma.
ii
PENGARUH MUTASI FISIK MELALUI
IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN
BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.)
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
M. HAIKAL CATUR SAPUTRA
A24080056
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
iii
JUDUL : PENGARUH MUTASI FISIK MELALUI IRADIASI
SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN
BUNGA MATAHARI (Hellianthus annuus L.)
NAMA : M. HAIKAL CATUR SAPUTRA
NRP
: A24080056
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I,
Dosen Pembimbing II,
Juang Gema Kartika SP, MSi
NIP. 19810701 200501 2 005
Dr. Ir .Syarifah Iis Aisyah MSc, Agr
NIP. 19670318 199103 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal lulus :
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 21 Agustus 1989. Penulis merupakan anak
keempat dari pasangan H. Abidin Kamay (Alm) dan Hj. Masnah Penulis
menyelesaikan pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah
menengah atas di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Tahun 1996 penulis
menyelesaikan pendidikan di TK Xaverius, kemudian pada tahun 2002 penulis
menyelesaikan studi di SD Xaverius. Tahun 2005 lulus dari SMP Negeri 4 Bandar
Lampung, kemudian pada tahun 2008 lulus dari SMA Negeri 2 Bandar Lampung.
Penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2008 dan kemudian memilih
Komunikasi sebagai bidang keahlian pelengkap (minor) dari Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.
Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi diantaranya Dewan
Perwakilan Mahasiswa TPB 2009-2010, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Pertanian 2010-2011, dan PSM IPB Agriaswara 2008-2012. Prestasi yang pernah
diraih selama kuliah antara lain Juara 1 lomba Vokal Grup IPB Art Contest 2009,
Juara 2 Monolog dan Tari Kontemporer IPB Art Contest 2010, Finalis Botani
Ambassador 2010, Juara 2 Tari Kreasi IPB Art Contest 2011 peraih dana PKM-P
Dikti 2012 dengan judul MIKIGA dalam PKMM, dan Best Presenter dalam acara
Communication Day 2010, serta Wakil II Jajaka Kabupaten Bogor 2012.
Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Sosiologi Umum tahun ajaran
2010/2011, Komunikasi Bisnis tahun ajaran 2010/2011 dan 2011/2012, DasarDasar Komunikasi tahun ajaran 2011/2012, serta Perancangan Percobaan
2010/2011 dan kini sedang bekerja di Green TV IPB sebagai host. Penulis juga
sebagai MC, Announcer dan News Anchor di Megaswara Network.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan ke Hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga proposal usulan penelitian yang berjudul ”Pengaruh
Mutasi Fisik Melalui Iradiasi Sinar Gamma terhadap Keragaan Bunga Matahari
(Helianthus annuus L.) ” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Juang G. Kartika, SP. MSi. dan
Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, MSc. Agr. yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan selama kegiatan penyusunan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan
terima kasih kepada dosen penguji, yaitu Dr. Desta Wirnas, SP. MSi. atas saran
dan masukan yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih
juga penulis sampaikan kepada Ibu Echa (Alm.) yang telah membukakan jalan
kepada penulis dalam penentuan topik skripsi. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Dr. Faiza C. Suwarno selaku pembimbing akademik selama
berkuliah di IPB. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman
yang memberikan bantuan (Kak Roby, Bebeb Panda, Bebep Willy, Dira, Nanda,
Fajar, Wulan, Indi, Gita, Weny, Bayu, Yuyuk, Tiara, Agus, Miftah, Kak Rene,
Dwi, Tiara, Rahmy, Kak Vicky, Ican, Rista, Hardian, Arga, Nisa, Kak Tian, Rifa,
Sarah, Elin, Dede Adithia SH, Mas Bejo, Didit Darmawan, Kak Mail, ORENZ
Digital Printing, B08, Q18, sahabat Indigenous 45, Green TV dan KPM 45).
Kepada keluarga yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun
materil, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam - dalamnya. Semoga
hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, September 2012
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
ix
PENDAHULUAN .........................................................................................
Latar Belakang ......................................................................................
Tujuan Percobaan .................................................................................
Hipotesis ...............................................................................................
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
Botani Bunga Matahari .........................................................................
Budidaya Tanaman Bunga Matahari ....................................................
Pemuliaan Mutasi .................................................................................
Mutagen ................................................................................................
Sinar Gamma ........................................................................................
3
3
4
5
6
6
BAHAN DAN METODE ..............................................................................
Waktu dan Tempat................................................................................
Bahan dan Alat .....................................................................................
Metode Pelaksanaan .............................................................................
Pelaksanaan Penelitian .........................................................................
Pengamatan ...........................................................................................
8
8
8
8
9
10
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
Kondisi Umum .....................................................................................
A. Karakter Kuantitatif ........................................................................
A.1. Tinggi Tanaman ......................................................................
A.2. Jumalah Daun .........................................................................
A.3. Panjang Daun ..........................................................................
A.4. Lebar Daun .............................................................................
A.5. Lebar Tajuk dan Diameter Batang ..........................................
A.6. Diameter Petal, Diameter Tabung, dan Jumlah Mahkota .......
A.7. Umur Berkecambah, Umur Keluar Kuncup, Umur Mekar
Sempurna, Umur Mekar – Layu…………………………….
11
11
14
14
16
17
18
18
19
20
B. Karakter Kualitatif ...........................................................................
B.1. Warna Daun..............................................................................
B.2. Warna Bunga ............................................................................
21
21
22
C. Perubahan keragaan Fenotipik Khusus ............................................
C.1. Italian White .............................................................................
C.2. Sunspot .....................................................................................
C.3. Lemon Queen ...........................................................................
C.4. Mammoth .................................................................................
C.5. Bunga Tabung ..........................................................................
C.6. Perubahan Fisiologis Prospektif ...............................................
25
25
26
27
28
29
30
vii
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
Kesimpulan ...........................................................................................
Saran .....................................................................................................
31
31
31
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
32
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Rekapitulasi sidik ragam pengaruh varietas dan dosis sinar gamma
terhadap karakter kuantitatif bunga matahari ............................... 13
2.
Morfologi tanaman bunga matahari berdasarkan deskripsi
varietas yang digunakan ...............................................................
14
Hasil uji lanjut pengaruh varietas terhadap rata-rata tinggi
tanaman setelah iradiasi ................................................................
15
4.
Hasil uji lanjut pengaruh varietas terhadap rata-rata jumlah daun
16
5.
Hasil uji lanjut pengaruh dosis terhadap rata-rata jumah daun .....
17
6.
Pengaruh varietas dan dosis terhadap rata-rata panjang daun .....
17
7.
Pengaruh varietas dan dosis terhadap rata-rata lebar daun ..........
18
8.
Hasil uji lanjut pengaruh varietas terhadap rata-rata lebar tajuk
dan diameter batang ......................................................................
19
3.
9.
Hasil uji lanjut pengaruh varietas terhadap diameter petal, tabung,
dan jumlah mahkota ...................................................................... 19
10.
Pengaruh varietas dan dosis sinar gamma terhadap umur
berkecambah, umur keluar kuncup bunga, umur mekar
sempurna, dan umur mekar bunga sampai layu ............................
20
Perbandingan warna petal masing-masing varietas pada
Pengamatan ...................................................................................
22
Warna bunga tabung pada masing-masing varietas ......................
25
11.
12.
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Kutu putih ........................................................................................
12
2.
Hawar daun .....................................................................................
12
3.
Predator alami .................................................................................
12
4.
Serangan ulat daun ..........................................................................
12
5.
Serangan belalang ...........................................................................
12
6.
Kemasan italian white .....................................................................
14
7.
Kemasan sunspot .............................................................................
14
8.
Kemasan lemon queen ....................................................................
14
9.
Kemasan mammoth .........................................................................
14
10. Perbandingan tinggi tanaman masing-masing varietas dalam
setiap dosis ......................................................................................
16
11. Keragaan warna daun klorosis ........................................................
21
12. Daun normal ...................................................................................
21
13. Keragaan bunga varietas Italian White ...........................................
22
14. Keragaan bunga varietas Sunspot ..................................................
23
15. Perbedaan warna mahkota pada varietas Lemon Queen .................
24
16. Perbedaan warna mahkota pada varietas Mammoth .......................
24
17. Italian White 40 Gy .........................................................................
25
18. Italian White 60 Gy .........................................................................
25
19. Bentuk dan kerapatan petal pada varietas Italian White .................
26
20. Perubahan fisiologis khusus pada varietas Sunspot ........................
26
21. Bentuk dan kerapatan pada varietas Sunspot ..................................
27
22. Perubahan fisiologis khusus pada varietas Lemon Queen ..............
27
23. Bentuk dan kerapatan petal pada varietas Lemon Queen................
28
24. Bentuk dan kerapatan petal pada varietas Mammoth......................
28
25. Bentuk bunga tabung yang tersembul .............................................
29
26. Perubahan fisiologis prospektif ......................................................
30
x
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi pengembangan tanaman hias di Indonesia sangat baik, terutama
untuk pengembangan ekspornya. Kesempatan dalam peluang usaha tanaman hias
terus meningkat dan selalu mengalami perkembangan seiring dengan permintaan
para konsumen. Menurut data Badan Pusat Statistik RI (2010) total produksi
beberapa komoditas tanaman hias untuk bunga potong di Indonesia tertinggi
mencapai 185,232,970 potong pada tahun 2010 meningkat dari tahun sebelumnya
yaitu sebesar 107,847,072 potong.
Indonesia sebagai negara tropis, tentu memiliki potensi yang luar biasa
dalam pengembangan tanaman hias. Selain Sumber Daya Alam (SDA) yang
cukup menunjang, sinar matahari sepanjang tahun di Indonesia membuat tanaman
hias tropis di Indonesia cukup diminati di beberapa negara, khususnya untuk
negara dengan empat musim yang tidak memiliki sinar matahari sepanjang tahun.
Hal inilah yang menjadi salah satu faktor tingginya permintaan nilai ekspor untuk
beberapa tanaman hias Indonesia.
Keberadaan
Indonesia
yang
beriklim
tropis
mampu
untuk
mengembangkan tidak hanya tanaman hias asli Indonesia, tetapi juga tanaman
hias yang mampu beradaptasi di lingkungan tropis. Salah satu tanaman introduksi
yang telah dibudidayakan di Indonesia adalah tanaman bunga matahari
(Helianthus anuuss L.).
Bunga matahari merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki
cakupan adaptasi yang luas dan membutuhkan daerah yang panas dengan sinar
matahari penuh, namun dalam pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh
fotoperiodisme. Menurut Chapman dan Carter (1975), pertumbuhan bunga
matahari yang optimal dicapai pada suhu di atas 10o C. Bunga matahari juga dapat
tumbuh pada ketinggian sampai 1000 m dpl ( Hasanah dan Wikardi, 1989)
Konsumen tanaman hias lebih menyukai tanaman hias yang memiliki
keragaman atau kekhasan tersendiri. Semakin beragam atau semakin khas suatu
tanaman hias maka harga jualnya pun akan semakin tinggi, terlebih lagi didukung
dengan era pasar bebas saat ini yang juga membuka peluang peningkatan usaha
2
agribisnis tanaman hias, baik dalam skala kecil, menengah, maupun besar.
Dengan demikian perlu adanya peningkatan dan perbaikan kualitas baik produksi
maupun inovasi dalam pengembangan performa tanaman hias.
Salah satu upaya peningkatan keragaan pada tanaman hias yaitu dengan
mutasi iradiasi sinar gamma. Pemuliaan mutasi adalah salah satu pendekatan
pemuliaan yang berguna untuk menimbulkan keragaman dan keragaan tanaman.
Secara umum mutasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan materi genetik pada
suatu bagian tanaman tertentu. Menurut Poespodarsono (1988), mutasi adalah
suatu perubahan terhadap gen tunggal, terhadap sejumlah gen, atau terhadap
susunan kromosom. Sementara menurut Poehlman dan Slaper (1995), mutasi
merupakan proses perubahan yang mendadak pada materi genetik dari suatu sel
yang mencakup perubahan pada tingkat gen, molekuler, atau kromosom. Mutasi
tanaman pada bunga matahari ini diharapkan mampu memberikan keragaan yang
berbeda dari tanaman yang sudah ada sebelumnya, baik pada karakter kuantitatif
maupun pada karakter kualitatif .
Peningkatan keragaan pada penelitian ini diprioritaskan pada karakterkarakter kualitatif seperti bentuk daun, warna bunga, warna daun, dan keragaan
fenotipik khusus pada mutan yang dihasilkan, serta beberapa karakter kuantitatif.
Pengembangan keragaan diprioritaskan pada karakter kualitatif karena yang
menjadi pusat perhatian dan nilai jual dari suatu tanaman hias adalah keragaan
fenotipik dan bentuk fisik yang tampak secara langsung.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat keragaaan fenotipik bunga matahari
akibat pengaruh iradiasi sinar gamma berdasarkan karakter kualitatif dan
kuantitatif.
Hipotesis
Terdapat perbedaan keragaan hasil pada masing-masing varietas bunga
matahari akibat perlakuan iradiasi sinar gamma dan dapat diperoleh perubahan
karakter pada tanaman bunga matahari yang prospektif untuk diteliti lebih lanjut
dan dikembangkan menjadi varietas baru.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Bunga Matahari (Helianthus annuus L.)
Bunga matahari merupakan salah satu tanaman hias dari famili asteraceae
dengan nama latin Helianthus annuus L. Bunga ini sudah ada sejak abad ke-16
yang berasal dari Amerika Utara. Menurut Benson (1957) klasifikasi tanaman
bunga
matahari
(Helianthus
annuus
Kingdom
:
Plantae
Divisi
:
Spermatophyta
Kelas
:
Angiospermae
Sub Kelas
:
Dicotyledoneae
Ordo
:
Asterales
Famili
:
Compositae
Genus
:
Helianthus
Spesies
:
Helianthus annuus L.
L.)
adalah
sebagai
berikut:
Tanaman bunga matahari termasuk tanaman semusim yang berasal dari
Amerika Utara (Meksiko), yang memiliki beberapa varietas. Batang tanaman
bunga matahari ini tegak, tidak bercabang dan tingginya mencapai 1.5 m- 2.5 m
(Napis et al., 1980). Menururt Chapman dan Carter (1975) tinggi tanaman bunga
matahari bervariasi dan ada yang mencapai lebih dari 3 m. Selain itu bunga
matahari memiliki batang dan daun yang lebar serta berbulu (Napis, et al., 1980)
Bunga matahari merupakan kumpulan bunga-bunga tubular yang kecil dan
tersusun secara solid pada suatu piringan tipis yang dikelilingi oleh mahkota
bunga.
Pertumbuhan tanaman bunga matahari relatif cepat, dan tergolong ke
dalam tanaman tahunan. Tanamannya bersifat terna atau perdu yang memiliki
saluran-saluran
getah
kelenjar
minyak.
Berdaun
tunggal
dan
tersebar
(Tjitrosoepomo, 1988). Duke (1983) menyatakan bahwa panjang daun berkisar
antara 10 cm - 30 cm dan lebar 5 cm - 20 cm.
Varietas bunga matahari sangat beragam dan memiliki ciri khas masingmasing. Sebanyak 67 spesies tanaman bunga matahari telah diketahui, dan hanya
4
17 jenis spesies tanaman bunga matahari yang dikembangkan sebagai tanaman
hias (Desai, Kotecha, dan Salunkhe, 1997). Beberapa spesies tanaman bunga
matahari yang sering dibudidayakan terbagi menjadi beberapa tipe yaitu tipe besar
(giant types), semi kerdil (semi-dwarf types) dan kerdil (dwarf types). Pada tipe
besar, tinggi tanaman sekitar 1.8 m - 4.2 m, pemasakannya lambat, diameter
bunga mencapai 30 cm - 50 cm. Pada tanaman tipe semi kerdil memiliki kisaran
tinggi 1.3 m - 1.8 m, pemasakan bunganya lebih cepat, dan diameter bunga sekitar
17 cm - 23 cm. Tipe kerdil hanya memiliki tinggi sekitar 0.6 m - 1.4 m,
pemasakan bunganya cepat, diameter bunga 14 cm - 16 cm. Berdasarkan
kandungan minyak nabati dari ketiga tipe bunga matahari, kandungan minyak
tertinggi secara berturut-turut tipe kerdil, tipe semi kerdil, dan tipe besar. (Duke,
1983)
Selain sebagai tanaman hias, bunga matahari juga termasuk ke dalam salah
satu tanaman penghasil minyak nabati (Myers dan Minor, 2005). Benih yang
ditujukan untuk produksi minyak nabati (oilseed sunflower) biasanya berwarna
hitam dan memiliki pericarp yang tipis, sedangkan benih untuk produksi nonminyak (non-oilseed sunflower) memiliki ukuran yang lebih besar dan pericarp
yang lebil tebal, dan kulitnya bercorak garis. Manfaat lain dari biji bunga matahari
di Indonesia dan beberapa negara di dunia juga sebagai makanan ringan, makanan
ternak dan juga sebagai bahan baku kosmetik.
Budidaya Tanaman Bunga Matahari
Bunga matahari untuk tujuan tanaman hias dan produksi bunga potong
merupakan varietas komersial yang memiliki beberapa kriteria tumbuh seperti
tahan terhadap kekeringan, membutuhkan sinar matahari penuh, dan mampu
tumbuh pada cakupan kondisi tanah yang luas. Tanaman bunga matahari akan
maksimal pertumbuhannya pada pH 6.5 - 7.5, suhu pertumbuhan yang optimal
berkisar antara 22oC – 30oC, dan cahaya matahari penuh. Umur tanaman dari
penyemaian hingga berbunga berbeda-beda, tergantung varietas yang digunakan
yaitu antara 7 - 11 minggu. Bunga matahari merupakan tanaman hari normal,
namun untuk tujuan tanaman hias dan bunga potong, pembungaannya akan lebih
5
cepat dengan fase hari pendek. Pemanenan bunga dilakukan ketika warna
mahkota bunga telah tampak (Schoellhorn et al., 2004).
Beberapa tahun terakhir, bunga matahari telah dikenal sebagai tanaman
hias dalam pot di beberapa negara seperti kawasan Eropa. Pemberian tambahan
penyinaran hingga 13 jam akan meningkatkan kualitas tanaman dalam pot. Bunga
matahari dalam pot umumnya tidak tahan terhadap kekeringan karena akan
mengakibatkan pertumbuhannya menurun. (Whipker et al., 1998).
Pemuliaan Mutasi
Secara umum mutasi dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan materi
genetik dari suatu tanaman yang akan menimbulkan keragaman genetik. Menurut
Nasir (2001), mutasi adalah perubahan dalam struktur gen baik yang terjadi secara
spontan (alami) maupun secara buatan dengan menggunakan metode fisik atau
kimia. Menurut Aisyah (2006), mutasi dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh
tanaman dan setiap fase pertumbuhan tanaman, namun lebih banyak terjadi pada
bagian yang sedang aktif mengadakan pembelahan sel seperti tunas, biji, dan
sebagainya.
Mutasi dapat dikategorikan sebagai mutasi yang terjadi secara buatan
dengan merekayasa karakter genetik pada bahan tanam yang akan digunakan.
Mutasi yang secara alamiah lebih jarang terjadi dibandingkan dengan mutasi
buatan, sehingga frekuensi keragamaan yang dihasilkan pun lebih sedikit.
Menurut IAEA (1977), peluang terjadinya mutasi secara alamiah sangat kecil
yaitu sekitar 10-7 - 10-6 . Nasir (2001) menyatakan bahwa hasil mutasi yang terjadi
secara alamiah mengalami evolusi selektif dan tergabung dalam genotipe yang
seimbang dan sangat jarang sekali mutasi baru yang memiliki suatu keuntungan
secara cepat. Aisyah (2006) menyatakan bahwa mutasi alamiah dapat disebabkan
antara lain oleh sinar kosmos, bantuan radio aktif, dan sinar UV matahari.
Mutasi buatan atau mutasi induksi mampu meningkatkan frekuensi
keragaman yang dihasilkan dengan menggunakan mutagen karena waktu yang
dibutuhkan relatif lebih singkat dibandingkan dengan mutasi yang terjadi secara
spontan (alami).
6
Mutagen
Mutagen adalah agen yang digunakan untuk menghasilkan mutasi buatan.
Mutagen dapat diklasifikasikan sebagai mutagen fisik, mutagen kimia, dan
mutagen biologis. Mutagen yang sering digunakan adalah mutagen fisik dan
mutagen kimia. Menurut Nasir (2006) mutagen yang sering digunakan terbagi
menjadi tiga yaitu: 1) radiasi pengionan, 2) radiasi non pengionan, 3) radiasi
menggunakan bahan kimia. Salah satu contoh mutagen kimia adalah EMS
(ethylene methane sulfonate). Mutagen fisik contohnya adalah iradiasi pengion
seperti iradiasi sinar gamma, sinar X, sinar beta dan neutron.
Menurut Qosim et.al. (2007), induksi mutasi berkontribusi dalam
meningkatkan keragaman genetik tanaman. Frekuensi mutasi juga dapat
ditingkatkan dengan teknik induksi mutasi menggunakan mutagen. Penggunaan
mutagen fisik pada tanaman sangat dianjurkan dibandingkan dengan mutagen
kimia, karena frekuensi mutasi yang tinggi.
Berbagai mutagen fisik secara khas dibedakan dari tipe radiasinya. Para
pemulia tanaman umumnya menggunakan sinar X, sinar gamma, ultraviolet, dan
neutron sebagai mutagen fisik. Semua radiasi ini (kecuali sinar ultraviolet)
mengionisasi atom-atom dalam jaringan dengan cara melepaskan elektron –
elektron dari atomnya (Aisyah, 2006).
Aisyah (2006) menyatakan bahwa pada proses ionisasi terbentuk radikal
positif dan elektron bebas. Pada jaringan yang mengandung kadar air rendah,
seperti biji – bijian kering, radikal – radikal yang diinduksi dari iradiasi akan
merusak dengan sangat lambat. Sebaliknya, jika kandungan air tinggi, maka
radikal tersebut akan membuat kerusakan dengan cepat. Jadi pada saat meradiasi
biji, pemulia harus mengukur kadar air dan kadar oksigen biji terlebih dahulu.
Sinar Gamma
Berbagai mutagen fisik secara khas dibedakan dari tipe radiasinya. Sinar
Gamma merupakan salah satu mutagen yang sering digunakan oleh para pemulia
tanaman dalam mutasi fisik. Penggunaan sinar gamma sebagai alternatif dalam
pemuliaan mutasi fisik dikarenakan sinar gamma memiliki penetrasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan sinar X ataupun sinar lainnya. Aisyah (2006)
7
menyatakan bahwa sinar gamma adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang yang lebih pendek dari sinar X, artinya sinar gamma menghasilkan
radiasi elektromagnetik dengan tingkat energi yang lebih tinggi. Mohr dan
Schopher (1995), menyatakan bahwa iradiasi sinar gamma akan menghasilkan ion
dan radikal dalam bentuk hidroksil (OH-). Radikal hidroksil dan hydrogen
peroksida yang dihasilkan oleh pancaran iradiasi sinar gamma akan bersenyawa
dengan bahan tanaman yang diradiasi dan menyebabkan kerusakan fisiologis,
diferensiasi sel, dan kerusakan gen.
Tingkat radiasi energi sinar gamma yang dihasilkan oleh reaktor nuklir
mencapai lebih dari 10 MeV. Energi sinar gamma mampu menembus jaringan
yang sangat dalam dan bersifat merusak jaringan yang dilewatinya. Radiasi sinar
gamma biasanya diperoleh dari disintegrasi radioisotop – radioisotop
60
Co (Sparrow 1979, van Harten 1998).
137
Cs atau
8
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada akhir bulan Januari 2012, dan berakhir pada
awal Mei 2012 di Green House kebun percoban Cikabayan IPB, Dramaga Bogor.
Perlakuan iradiasi sinar gamma dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional,
Pasar Jumat, Jakarta Selatan.
Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah benih bunga
matahari dengan varietas Italian White, Sunspot, Lemon Queen, dan Mammoth.
Selain itu pada penelitian ini juga digunakan arang sekam, pupuk kandang ayam,
tanah, pupuk NPK (15:15:15), gandasil D, gandasil B, polybag ukuran 15 cm x 15
cm dan polybag berukuran 40 cm x 40 cm. Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Gamma Chamber 4000A, meteran, label, amplop, plastik
berukuran 12 cm x 8 cm, penggaris, ember, gelas ukur, timbangan digital, RHCC
(Royal Horticulture Colour Chart) dan alat-alat penunjang penelitian lainnya.
Metode Pelaksanaan
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua
faktor yaitu varietas dan taraf dosis sinar gamma. Varietas yang digunakan
sebanyak empat varietas yaitu Italian White, Sunspot, Lemon Queen, dan
Mammoth dan taraf dosis yang dipakai sebanyak empat taraf dosis yaitu 0, 20, 40,
dan 60 gray. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga pada
penelitian ini terdapat 48 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan
terdiri dari tiga tanaman, jadi pada penelitian ini terdapat 144 sample tanaman.
Rancangan ini dapat ditulis dengan model aditif sebagai berikut (Mattjik dan
Sumertajaya, 2002) :
9
Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + έij
Yij
= nilai pengamatan pengaruh faktor α ke i, faktor β ke j
µ
= rataan umum
αi
= pengaruh varietas ke -i
βi
= pengaruh taraf dosis ke –j
(αβ)ij = interaksi pengaruh antara faktor α ke i, faktor β ke j
έij
= galat percobaan
Apabila dalam perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap hasil pengamatan, maka dilakukan analisis uji lanjut dengan metode
DMRT (Duncan Mulitple Range Test) pada taraf α 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga tahap pelaksanaan penelitian. Tiga tahap
tersebut antara lain meliputi :
a. Iradiasi Sinar Gamma
Benih dimasukkan ke dalam kantong-kantong plastik sejumlah 3 benih
(tiap kantong per varietas, per dosis, dan per ulangan). Dosis yang diberikan yaitu
0, 20, 40, dan 60 gray. Semua benih dibawa ke BATAN termasuk benih kontrol.
Hal ini bertujuan agar tidak ada pengaruh lain dari percobaan selain akibat iradiasi
sinar gamma. Benih yang sudah diradiasi harus segera ditanam.
b. Penanaman dan Pemeliharaan
Persemaian benih dilakukan dalam polybag berukuran 15 cm x 15 cm
sebanyak 144 buah dengan campuran media yang terdiri dari tanah, arang sekam,
dan pupuk kandang ayam (1:1:1). Benih dari masing-masing perlakuan yang telah
diradiasi dimasukkan ke dalam polybag yang telah disediakan sebanyak satu
benih/polybag sesuai dengan label dan perlakuan yang diberikan pada masingmasing benih. Kedalaman lubang tanam dalam polybag sekitar 1-2 cm.
Transplanting dilakukan setelah 4 MST ke dalam polybag berukuran 40 cm x 40
cm yang telah berisi media tanam yang terdiri dari campuran pupuk kandang
ayam, tanah, dan arang sekam (1:1:1), kemudian diberi pupuk dasar NPK
(15:15:15) dengan dosis 2 g/polybag dan disusun sesuai layout di dalam rumah
kaca. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan yang meliputi penyiraman, pemupukan,
10
dan pengendalian hama dan penyakit sampai tanaman berbunga. Pemupukan
dilakukan setiap satu minggu sekali dengan pupuk Gandasil B dan D dengan dosis
2 g/l tiap tanaman, sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika
mulai muncul gejala.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan mencakup dua aspek yaitu pengamatan karakter
kuantitatif dan pengamatan karakter kualitatif. Pengamatan karakter kuantitatif
dilakukan satu minggu sekali dari setiap parameter, namun untuk karakter
kualitatif diamati di akhir masa pengamatan.
Pengamatan
Pengamatan terhadap karakter kuantitatif dan karakter kualitatif dimulai
setelah 4 MST (setelah benih berkecambah), dengan parameter yang diamati
sebagai berikut :
A. Karakter Kuantitatif
1. Umur berkecambah benih, dihitung sejak sehari setelah tanam (HST)
2. Umur keluar kuncup bunga (HST)
3. Umur mekar sempurna (HST)
4. Umur mekarnya bunga sampai layu (hari), dihitung sejak bunga mekar
hingga petal tampak mengering/layu pada bunga yang dijadikan contoh
pengamatan dalam tanaman.
5. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah sampai ke titik
tumbuh tertinggi.
6. Ukuran daun, meliputi panjang dan lebar daun (cm),
7. Lebar tajuk, diukur lebar terluar dari kanopi tanaman (cm), diamati
setelah bunga pertama mekar sempurna
8. Diameter batang (mm)
B. Karakter Kualitatif
1. Warna bunga dan warna daun (dibandingkan menggunakan standard
warna Royal Horticulture Colour Chart)
2. Keragaan fenotipik khusus pada mutan yang dihasilkan setelah diradiasi
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini dilakukan di Green House (GH) berukuran sekitar 100 m2.
Suhu GH selama penelitian berkisar antara 27oC - 36oC. Benih yang digunakan
pada penelitian ini adalah benih impor dengan merk dagang Plant Heart’s Seed’s.
Daya berkecambah benih ini kurang baik untuk beberapa varietas. Hal ini diduga
karena lingkungan yang kurang mendukung untuk pertumbuhan varietas tertentu.
Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan tanaman yang kurang maksimal,
sehingga banyak benih yang tidak tumbuh pada beberapa perlakuan. Kemasan
benih yang tidak dilengkapi dengan pembungkus alumunium foil juga diduga
menjadi faktor kecilnya daya berkecambah dan menyebabkan banyak data yang
kosong. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan program GLM (General
Linear Manager) untuk menghitung nilai tengah rata-rata dari masing-masing
parameter pengamatan . Hingga akhir waktu pengamatan berkecambahnya benih
(4MST), presentase benih yang hidup adalah 33.33% atau sekitar 48 tanaman dari
total tanaman sejumlah 144 tanaman.
Menurut Mike dan Donini (1993), keberhasilan induksi mutasi sangat
bergantung pada genotipe yang digunakan, bagian tanaman yang diradiasi, dan
dosis yang diaplikasikan. Selain faktor biologis seperti genetik, hal yang
mempengaruhi keberhasilan suatu induksi mutasi adalah faktor lingkungan seperti
oksigen, kadar air, penyimpanan pasca iradiasi dan suhu.
Selama penelitian, terdapat beberapa OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman) yang menyerang seperti hama, penyakit, dan gulma. Hama yang
menyerang yaitu belalang yang menyebabkan daun berlubang namun tanaman
masih dapat tumbuh (Gambar 5). Pengendalian yang dilakukan yaitu
menggunakan perangkap serangga dan membasmi secara manual.
Selain
belalang, banyak terdapat kutu yang juga menyerang tanaman bunga matahari
seperti Aphis craccivora, Aphis gosyphii, Psedococcidae, dan juga ulat
daun.(gambar 1). Kutu-kutu tersebut menyerang hampir di seluruh bagian
tanaman, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman sangat terganggu, bahkan
sampai
menyebabkan
kematian.
Pengendalian
yang
dilakukan
adalah
12
penyemprotan
menggunakan
deterjen
dan
juga
pestisida,
namun
cara
pengendalian tersebut tidak mampu membasmi kutu-kutu yang ada. Selain secara
manual, juga terdapat predator alami yaitu laba-laba (gambar 3). Penyakit yang
menyerang adalah hawar daun (gambar 2) sehingga menyebabkan beberapa
tanaman kehilangan daun, namun serangan tidak menimbukan gejala yang
membahayakan dibanding dengan serangan kutu. Pengendalian pada penyakit
hawar daun dilakukan secara manual yaitu dengan memetik daun yang terserang
penyakit. Gulma tumbuh selain di polybag, juga tumbuh di pinggir-pinggir
dinding GH. Gulma yang tumbuh adalah gulma rumput dan daun lebar yaitu
Cynodon dactylon dan Phyllanthus niruri. Pengendalian yang dilakukan hanya
secara manual karena jumlahnya belum sampai merugikan tanaman.
Gambar 1. Kutu putih
Gambar 2. Hawar daun Gambar 3. Predator alami Gambar 4. Serangan ulat daun
Gambar 5. Serangan belalang
13
Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh varietas dan dosis sinar
gamma terhadap karakter kuantitatif bunga matahari
No
Peubah
1
2
Umur Berkecambah (hari)
Tinggi Tanaman (cm)
3
Jumlah Daun (helai)
4
Panjang Daun (cm)
5
Lebar Daun (cm)
6
7
8
9
11
12
Lebar Tajuk (cm)
Diameter Batang (cm)
Umur Keluar Kuncup (HST)
Umur Mekar Sempurna
(HST)
Umur Mekar Bunga-Layu
(HST)
Jumlah Mahkota (helai)
Diameter Tabung (cm)
13
Diameter Petal (cm)
10
Keterangan:
tn: Tidak nyata
MST : Minggu Setelah Tanam
HST : Hari Setelah Tanam
1-4 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
10 MST
10 MST
32-56 HST
50-68 HST
V
tn
*
*
*
*
**
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
**
**
tn
tn
Uji F
D
V*D
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
51-94 HST
tn
tn
tn
10.93
7-12 MST
7-12 MST
**
**
tn
tn
tn
tn
23.12
19.30
7-12 MST
**
tn
tn
18.93
Waktu
** : Sangat nyata
KK : Koefisien Keragaman
V*D: Interaksi antara varietas dan dosis
KK %
35.81
44.22
44.29
45.26
41.31
41.68
27.41
27.34
22.91
22.97
21.85
39.95
39.09
38.05
38.36
38.40
44.73
43.32
43.37
44.04
43.18
12.53
12.25
17.29
12.30
* : Nyata
V: Varietas
D: Dosis
14
Tabel 2. Morfologi tanaman bunga matahari berdasarkan deskripsi varietas
yang digunakan
No
1
2
3
4
Varietas
Italian White
Sunspot
Lemon Queen
Mammoth
Tinggi
120 - 180 cm
60 cm
180 - 240 cm
180 - 270 cm
Warna Bunga
Putih
Kuning
Kuning Lemon
Kuning
Tipe Bunga
Spray
Standard
Spray
Standard
Keterangan: spray : tipe bunga yang majemuk; standard : tipe bunga tunggal
Gambar 6. Keragaan varietas Italian White
Gambar 7. Keragaan varietas Sunspot
Gambar 8. Keragaan varietas Lemon Queen
Gambar 9. Keragaan varietas Mammoth
A. Karakter Kuantitatif
A.1. Tinggi Tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dimulai sejak 4 MST dan diakhiri pada 8
MST. Hal dilakukan karena pengukuran secara keseluruhan berdasarkan umur
mekarnya bunga pertama yaitu sampai 8 MST. Benih dikatakan mati apabila
setelah umur 4 MST benih tetap tidak berkecambah. Walaupun demikian pada
akhir pengamatan yaitu 12 MST, tetap dilakukan pengukuran tinggi tanaman
15
dengan nilai tertinggi secara keseluruhan berturut-turut adalah Lemon Queen
(151.19 cm), Mammoth (139.08 cm), Italian White (106.50 cm), dan Sunspot
(50.25 cm).
Tabel 3. Hasil uji lanjut pengaruh varietas terhadap rata-rata tinggi
tanaman setelah iradiasi
V
Italian White
Sunspot
Lemon Queen
Mammoth
Umur tanaman (MST)
4
5
6
7
8
----------------------------------cm------------------------------16.75a 20.56ab
34.87a
46.36ab
58.62bc
8.12b 10.67b
19.00b
27.83b
34.41c
20.72a 26.03a
49.93a
68.22a
92.06a
21.88a 27.74a
47.93a
62.98a
76.43ab
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji lanjut DMRT 5%
Berdasarkan hasil pengamatan yang ditunjukkan pada Tabel 1, tinggi
tanaman hanya dipengaruhi oleh faktor varietas, sementara faktor dosis tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Pengaruh varietas berpengaruh nyata
sampai 7 MST, sedangkan pada 8 MST, faktor varietas memberikan pengaruh
sangat nyata. Pengamatan juga menunjukkan bahwa tinggi tanaman dari beberapa
varietas cukup beragam walaupun dalam dosis (gray) yang sama. Hal ini diduga
karena dari karateristik tinggi tanaman pada masing-masing varietas sudah jelas
berbeda.
Berdasarkan uji lanjut DMRT pada taraf 5%, varietas Mammoth memiliki
nilai tertinggi sampai 5 MST dibandingkan dengan varietas Italian White,
Sunspot, dan Lemon Queen, sedangkan 6 MST - 8 MST nilai tertinggi diperoleh
varietas Lemon Queen, sementara varietas Sunspot memiliki nilai terendah dan
berpengaruh nyata dengan semua varietas.
Perbandingan tinggi tanaman pada masing-masing varietas dalam setiap
dosis ditunjukkan pada (Gambar 10). Tanaman kontrol (0 Gy) pada varietas
Sunspot tidak ada yang tumbuh, sehingga tidak dapat dibandingan dengan tinggi
tanaman pada perlakuan lainnya. Pembandingan dilakukan menggunkan kemasan
benih, yaitu dengan nilai tinggi sekitar 2 feet atau sekitar 60 cm.
16
A. Italian White
0Gy-20Gy-40Gy-40Gy-60Gy-60Gy
A. Lemon Queen
0Gy – 20Gy – 40Gy – 60Gy
C. Sunspot
20Gy – 40Gy – 40Gy – 60Gy
D. Mammoth
0Gy – 20Gy – 40Gy – 60Gy
Gambar 10. Perbandingan tinggi tanaman masing-masing varietas dalam setiap
dosis
A.2. Jumlah Daun
Berdasarkan hasil pengamatan yang ditunjukkan pada Tabel 4 dan 5,
jumlah daun dipengaruhi oleh varietas dan taraf dosis, namun tidak ada interaksi
diantara keduanya. Pengaruh varietas nyata terhadap jumlah daun pada 4 MST,
sementara taraf dosis memberikan pengaruh yang nyata pada 6 MST.
Tabel 4. Hasil uji lanjut pengaruh varietas terhadap rata-rata jumlah daun
Varietas
Italian White
Sunspot
Lemon Queen
Mammoth
Umur tanaman (MST)
4
5
6
7
8
-----------------------------------helai---------------------------9.17b 12.47
18.10
21.87
24.77
12.33ab 16.00
19.75
22.41
24.50
14.00a 17.50
23.00
29.25
31.50
13.19a 15.59
20.54
24.16
25.13
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji lanjut DMRT 5% .
17
Tabel. 5 Hasil uji lanjut pengaruh dosis terhadap rata-rata jumlah daun
Dosis
0 Gy
20 Gy
40 Gy
60 Gy
Umur tanaman (MST)
4
5
6
7
8
---------------------------------------------helai--------------------------------11.61
14.50
18.56b
24.22
25.97
13.91
17.77
23.83a
27.47
28.33
10.20
13.37
17.67b
21.83
25.17
12.77
15.56
21.04ab
24.62
26.80
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji lanjut DMRT 5%
Perlakuan varietas berpengaruh pada 4 MST yaitu pada varietas Italian
White, Lemon Queen, dan Mammoth. Pengaruh dosis berpengaruh pada 6 MST
yaitu terhadap dosis 0 Gy, 20 Gy, dan 40 Gy. Jumlah daun yang tersisa di setiap
minggunya, juga dipengaruhi oleh serangan hama penyakit dan virus, yang
mengharuskan daun tersebut ditanggalkan sebelum
waktu yang seharusnya,
sehingga menyebabkan jumlah daun mengalami fluktuasi hampir di setiap MST.
A.3. Panjang Daun
Tabel 6 menunjukkan bahwa panjang daun dalam penelitian ini tidak
dipengaruhi oleh varietas maupun taraf dosis sinar gamma dan tidak ada interaksi
diantara keduanya. Berdasarkan Tabel 6, rata-rata daun terpanjang dihasilkan oleh
varietas Mammoth sampai 8 MST, dengan taraf dosis yaitu 20 Gy.
Tabel 6. Pengaruh varietas dan dosis sinar gamma terhadap rata-rata
panjang daun
Perlakuan
Varietas
Italian White
Sunspot
Lemon Queen
Mammoth
Uji F
Dosis
0 Gy
20 Gy
40 Gy
60 Gy
Uji F
Umur tanaman (MST)
4
5
6
7
8
-----------------------------------cm----------------------------------8.73
11.29
14.43
15.01
15.06
8.15
9.88
13.61
14.10
14.14
11.19
13.96
17.88
18.00
18.00
13.29
16.15
20.00
21.04
21.06
tn
tn
tn
tn
tn
-----------------------------------cm----------------------------------10.20
12.25
14.89
15.31
15.35
12.72
15.94
20.42
21.15
21.15
9.48
12.00
15.30
15.92
15.95
10.52
12.92
16.89
17.53
17.58
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada uji F 5 %
18
A.4. Lebar Daun
Varietas dan dosis juga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
lebar daun. Berdasarkan Tabel 6 di minggu ke 7 dan 8 pada varietas Italian White
dan Mammoth dalam 40 Gy, sempat terjadi pengurangan lebar daun, hal ini
disebabkan karena ada daun yang terserang hama sehingga mempengaruhi
pengukuran lebar daun.
Tabel 7. Pengaruh varietas dan dosis sinar gamma terhadap rata-rata lebar
daun
Perlakuan
Varietas
Italian White
Sunspot
Lemon Queen
Mammoth
Uji F
Dosis
0 Gy
20 Gy
40 Gy
60 Gy
Uji F
Interaksi
Umur tanaman (MST)
4
5
6
7
8
--------------------------------cm-------------------------------------3.83
4.33
4.53
4.60
4.16
4.20
4.75
5.25
5.27
5.29
4.64
5.44
5.83
5.98
6.00
6.22
6.89
7.36
7.58
7.50
tn
tn
tn
tn
tn
--------------------------------cm-------------------------------------4.47
4.87
5.08
5.25
5.27
5.85
6.51
6.92
7.08
7.10
4.39
5.00
5.46
5.57
5.47
4.79
5.60
5.97
6.12
6.12
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada uji F 5 %
A.5. Lebar Tajuk dan Diameter Batang
Berdasarkan hasil pengamatan, lebar tajuk dan diameter batang pada
penelitian ini menghasilkan perbedaan yang sangat nyata. Lebar tajuk diukur dari
dua daun yang paling luar. Berdasarkan pengamatan, semakin lebar tajuk suatu
tanaman, maka diameter batang juga semakin besar. Hal ini juga dipengaruhi oleh
tinggi tanaman. Mayoritas tanaman yang tinggi akan memiliki lebar tajuk yang
lebih besar dibanding dengan tanaman yang rendah.
19
Tabel 8. Hasil uji lanjut pengaruh varietas terhadap rata-rata lebar tajuk
dan diameter batang
Varietas
Italian White
Sunspot
Lemon Queen
Mammoth
Lebar Tajuk (cm)
56.14b
44.91c
61.12b
79.52a
Diameter (mm)
12.43b
10.03c
14.12b
16.85a
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji lanjut DMRT 5%
Lebar tajuk tertinggi berturut-turut diperoleh pada varietas Mammoth,
Lemon Queen, Italian White, dan Sunspot. Parameter lebar tajuk tidak
dipengaruhi oleh dosis sinar gamma dan tidak terdapat interaksi antara dosis sinar
gamma terhadap varietas yang digunakan. Sama hal nya dengan lebar tajuk,
diameter batang pun hanya dipengaruhi oleh varietas, dan memberikan pengaruh
yang sangat nyata.
A.6. Diameter Petal, Diameter Tabung, dan Jumlah Mahkota
Karakter generatif (diameter petal,diameter tabung, dan jumlah mahkota)
memiliki kaitan satu sama lain. Bunga yang besar memiliki diameter petal dan
tabung serta jumlah mahkota bunga yang lebih besar dibandingkan dengan
tanaman yang memiliki bunga berukuran kecil (karakteristik bunga per varietas
ditampilkan pada Tabel 2).
Tabel 9. Hasil uji lanjut pengaruh varietas terhadap rata-rata diameter
petal, diameter tabung, jumlah mahkota
Varietas
Italian White
Sunspot
Lemon Queen
Mammoth
Diameter petal
Diameter tabung
---------------------cm-------------------13.33b
5.16a
12.62b
5.50bc
15.28b
6.75b
19.07a
9.09a
Jumlah mahkota
--------helai-----22.70b
21.66b
29.68a
35.56a
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji lanjut DMRT 5%
Secara berurutan bunga yang terbesar hingga terkecil untuk penelitian ini
adalah varietas Mammoth, Lemon Queen, Italian White, dan Sunspot, sehingga
20
varietas Mammoth memiliki diameter petal, tabung dan jumlah mahkota bunga
yang lebih besar dibandingkan 3 varietas lainnya. Faktor varietas memberikan
pangaruh nyata terhadap ketiga parameter tersebut, sementara dosis sinar gamma
tidak memberikan pengaruh nyata.
A.7. Umur Berkecambah, Umur Keluar Kuncup, Umur Mekar Sempurna,
Umur Mekar - Layu
Perlakuan sinar gamma dapat
mempercepat atau memperlambat
perkecambahan dan fase generatif suatu tanaman. Bhagwat dan Duncan (1998)
menyatakan bahwa dalam pemuliaan mutasi pada umumnya frekuensi mutasi
meningkat dengan meningkatnya dosis dan laju dosis, meskipun tingkat daya
tumbuh dan daya regenerasi pada tanaman akan menurun dengan meningkatnya
dosis.
Tabel 10. Pengaruh varietas dan dosis sinar gamma terhadap umur berkecambah,
umur mekar sempurna, umur mekar - layu
Perlakuan
Varietas
Italian White
Sunspot
Lemon Queen
Mammoth
Uji F
Dosis
0 Gy
20 Gy
40 Gy
60 Gy
Uji F
Interaksi
Parameter
Umur
Umur
Umur
Keluar
Umur Mekar
mekarBerkecambah
Kuncup
Sempurna
layu
---------------------------------HST-----------------------------------5.55
40.22
58.00
64.94
5.00
34.41
52.00
60.16
6.00
40.31
59.63
66.87
4.96
43.21
64.00
71.84
tn
tn
tn
tn
---------------------------------HST-----------------------------------5.57
41.71
58.07
65.14
4.55
38.50
57.38
65.50
6.12
41.31
60.53
68.62
5.36
39.73
60.30
67.63
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan : tn = tidak berbeda nyata pada uji F 5 %
Pada penelitian ini waktu berkecambah diketahui sekitar 7 hari - 10 hari
sebagaimana yang tertera pada kemasan dari setiap varietas, dan tanaman akan
21
berbunga sekitar 2 - 3 bulan setelah tanam. Berdasarkan Tabel 8, umur
berkecambah, umur keluarnya kuncup bunga, umur mekar sempurna bunga, dan
umur mekarnya bunga sampai layu tidak dipengaruhi oleh varietas maupun dosis
sinar gamma. Umur berkecambah tercepat adalah pada varietas Mammoth dan
diperoleh akibat perlakuan dosis 20 Gy. Pada penelitian ini varietas Sunspot
memberikan hasil tercepat dalam umur keluar kuncup dan umur mekar sempurna
bunga yaitu secara berturut-turut 34.41 HST dan 52 HST pada dosis 20 Gy,
sedangkan untuk umur mekarnya bunga sampai layu pada dosis 0 Gy (tidak
diradiasi).
B.
Karakter Kualitatif
B.1. Warna Daun
Perlakuan sinar gamma tidak memberikan pengaruh terhadap warna dan
bentuk daun pada beberapa individu varietas tertentu. Warna daun diukur
menggunakan Royal Horticulture Colour Chart (RHCC). Warna daun normal
seperti pada gambar 13). Pada penelitian ini terdapat perubahan warna pada daun
akibat klorosis (Gambar 12) yang diperoleh karena perlakuan 60 Gy pada varietas
Italian White. Penulis meyakini bahwa perubahan warna daun yang mengalami
klorosis tersebut merupakan pengaruh iradiasi sinar gamma karena pada tanaman
lainnya tidak ditemukan gejala seperti pada tanaman tersebut. Selain itu juga
keragaan daun yang mengalami klorosis tersebut sudah ada sejak tanaman berusia
4 MST hingga akhir pengamatan.
Gambar 11. Daun Klorosis
Gambar 12. Daun normal
22
B.2. Warna Bunga
Tabel 11. Perbandingan warna petal masing-masing varietas pada
perlakuan dosis sinar gamma yang berbeda
Varietas
0 Gy
20 Gy
40 Gy
60 Gy
Italian White
Kuning
(RHS 12A)
Kuning
(RHS 12A)
Kuning
(RHS 12A)
Kuning
(RHS 12A)
Sunspot
Kuning*
Kuning
(RHS 14A)
Kuning
(RHS 14A)
Kuning
(RHS 14A)
Lemon Queen
Kuning
Lemon
(RHS 4A)
Kuning
Kehijauan
(RHS 150B)
Kuning
Lemon
(RHS 4A)
Kuning
Keputihan
(RHS 2C)
Mammoth
Kuning
(RHS 12A)
Orange
(RHS 23A)
Kuning
(RHS 12A)
Kuning Tua
(RHS 6A)
Keterangan : * warna berdasarkan kemasan
Keragaan bunga menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Tidak hanya
dilihat dari bentuk ataupun ukuran saja, tetapi juga dilihat dari warna. Pada
gambar 13 – 16 disajikan hasil dari pengamatan di lapang terhadap parameter
warna bunga setelah perlakuan iradiasi sinar gamma.
0 Gy ( RHS 12 A)
20 Gy ( RHS 12 A)
RHS 12 A
40 Gy ( RHS 12 A)
60 Gy ( RHS 12 A)
kemasan benih
Gambar 13. Keragaan bunga Varietas Italian White
23
Berdasarkan pengamatan warna bunga pada varietas Italian White tidak
terdapat perbedaan warna yang dihasilkan dalam taraf dosis yang berbeda, namun
warna yang dihasilkan pada taraf dosis sinar gamma 0 Gy (kontrol) sangat tidak
sesuai dengan kemasan benih yang berwarna putih kekuningan. Hal ini diduga
karena mungkin ada pengaruh lingkungan yang menyebabkan perbedaan pada
varietas Italian White yang kurang sesuai dengan kondisi lingkungan asalnya.
20 Gy (RHS 14 A)
40 Gy (RHS 14 A)
Warna pada kemasan
60 Gy (RHS 14 A)
RHS 14A
Gambar 14. Keragaan Bunga Varietas Sunspot
Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian ini, tidak diperoleh
perbedaan warna pada varietas Sunspot (gambar 14). Taraf dosis yang digunakan
tidak memberikan pengaruh yang nyata untuk parameter warna bunga. Tanaman
bunga matahari varietas Sunspot untuk tanaman kontrol (0 Gy) tidak tumbuh,
sehingga perbandingan keragaan fenotip tanaman dilakukan melalui kemasan
yang tertera pada benih.
24
0 Gy (RHS 4A)
20 Gy (RHS 150 B)
40 Gy (RHS 4A)
60 Gy (RHS 2C)
Gambar 15. Perbedaan warna mahkota pada Varietas Lemon Queen
Berdasarkan Gambar 15, terlihat jelas adanya perbedaan warna pada
mahkota bunga hasil iradiasi sinar gamma. Walaupun tidak semua tanaman pada
dosis yang sama memberikan respon warna yang serupa, tetapi respon yang ada
cukup memberikan nilai tambah tersendiri bagi tanaman tersebut. Dosis 20 Gy
dan 60 Gy memberikan respon warna yang cukup signifikan. Warna kuning
kehijauan dihasilkan oleh tanaman yang diradiasi dengan dosis 20 Gy, sedangkan
warna kuning keputihan dihasilkan pada iradiasi dengan dosis 60 Gy. Dosis 40 Gy
tidak memberikan perubahan warna pada mahkota bunga di mana mahkota bunga
terlihat berwarna serupa dengan kontrol, yaitu kuning lemon.
0 Gy (RHS 12 A)
20 Gy (RHS 23 A)
40 Gy (RHS 12 A)
60 Gy (RHS 6A)
Gambar 16. Perbedaan warna mahkota pada varietas Mammoth
25
Warna yang terbentuk dari varietas Mammoth terjadi pada dosis 20 Gy
dan 60 Gy (gambar 16). Pada 20 Gy bunga terlihat lebih berwarna orange (RHS
23A) dibandingkan dengan kontrol yang lebih berwarna kuning (RHS 12A).
Perlakuan dosis 60 Gy membentuk warna bunga sedikit lebih kuning tua
dibandingkan dengan dosis 0 Gy.
Secara keseluruhan, pada penelitian ini tidak terdapat perubahan warna
pada bunga tabung. Warna
bunga tabung pada masing-masing varietas
ditunjukkan pada tabel 12.
Tabel 12. Warna bunga tabung pada masing-masing varietas
Varietas
Italian White
Sunspot
Lemon Queen
Mammoth
Warna
Kuning
Orange-Kuning
Kuning Lemon
Kuning Muda
Kode Warna
RHS 12A
RHS 14A
RHS 4A
RHS 6A
C. Perubahan keragaan Fenotipik Khusus
C.1 Italian White
Pada penelitian ini terdapat dua perubahan fisiologis yang dihasilkan yang
memiliki tajuk cukup unik, yaitu pada varietas Italian White dalam dosis 40 Gy
(bercabang 4) dan 60 Gy (bercabang 2) yang seharusnya pada varietas Italian
White tidak bercabang (tunggal). Kedua perubahan fisiologis tersebut disajikan
pada gambar 17 dan 18.
Gambar 17. Italiuan White 40 Gy
Gambar 18. Italian White 60 Gy
26
Perubahan fisiologis khusus lainnya yang dihasilkan pada varietas Italian
White ini juga memberikan bentuk petal yang berbeda. Diduga pertumbuhan
pada varietas Italian White kurang baik, maka perbandingan bentuk petal pun
mangacu pada kemasan benih, walaupun pada dosis 0 Gy ada beberapa tanaman
yang tumbuh.
Bentuk petal yang meruncing (makin ke ujung makin lancip) dihasilkan
dalam dosis 20 Gy dengan kerapatan petal yang cukup jarang (Gambar 19 A),
sedangkan pada perlakuan dalam 60 Gy bentuk petal seperti menggulung (terlipat;
berbentuk lembaran menjadi berbentuk bulat atau tubular) dengan kerapatan yang
sangat jarang (Gambar 19 B).
A (20 Gy)
B (60 Gy)
Gambar 19. Bentuk dan kerapatan petal pada varietas Italian White
C.2 Sunspot
Gambar 20. Perubahan fisiologis khusus pada varietas Sunspot
(bunga bergerombol)
Perubahan fisiologis yang terbentuk pada varietas Sunspot ini yaitu
terjadinya pemendekkan tanaman dan bunga yang tumbuh secara bergerombol.
Tinggi yang tertera pada kemasan yaitu 60 cm atau 2 feet dan perubahan fisiologis
yang dihasilkan hanya 26 cm pada dosis 20 Gy dan 60 Gy (Gambar 20).
27
A
B
Gambar 21. Bentuk dan kerapatan pada varietas Sunspot
Bentuk petal yang dihasilkan pada varietas Sunspot ada yang menggulung
(terlipat; berbentuk lembaran menjadi berbentuk bulat panjang atau pendek) yaitu
pada dosis 20 Gy (Gambar 21 A). Bentuk petal terlihat tidak beraturan dan terlipat
secara bertumpukan. Selain itu juga diperoleh bentuk petal yang lain yaitu petal
terlihat melengkung (berlekuk seperti bentuk busur), yang dihasilkan pada dosis
40 Gy. Bagian ujung petal terlihat seperti tertarik ke belakang dan mengulung.
Secara keseluruhan, kerapatan petal pada varietas Sunspot agak jarang- rapat yang
dihasilkan dari penelitian ini (Gambar 23 B)
C.3 Lemon Queen
A (0 Gy)
B (20 Gy)
C (40 Gy)
Gambar 22. Perubahan fisiologis khusus pada varietas Lemon Queen
Perubahan fisiologis yang dihasilkan pada varietas Lemon Queen ini yaitu
bunga terlihat bergerombol pada satu titik tumbuh yang dihasilkan pada dosis 20
Gy (Gambar 23 B). Juga dihasilkan bunga yang bercabang, dihasilkan pada dosis
40 Gy (Gambar 23 C).
28
A (20 Gy)
B (40 Gy)
C (60 Gy)
Gambar 23. Bentuk dan kerapatan petal pada varietas Lemon Queen
Secara keseluruhan pada varietas Lemon Queen kerapatan petalnya agak
jarang-rapat. Seperti yang terlihat pada perlakuan dengan taraf dosis 40 Gy yang
agak jarang dengan bentuk petal yang menggulung ( terlipat; berbentuk lembaran
menjadi berbentuk bulat atau tubular) seperti pada gambar 23 B. Pada perlakuan
20 Gy, bentuk petal terlihat seperti membulat dengan kerapatan yang rapat
(Gambar 23 A), sedangkan pada perlakuan 60 Gy, petal berbentuk seperti
meruncing (makin ke ujung makin lancip) dengan kerapatan yang rapat (Gambar
23 C).
C.4 Mammoth
A (20 Gy)
B (40 Gy)
C (60 Gy)
Gambar 24. Bentuk dan kerapatan petal pada varietas Mammoth
Pada varietas Mammoth, tidak dihasilkan mutan khusus, namun terdapat
bentuk-betuk petal yang beraneka ragam. Bentuk petal yang dihasilkan seperti
melengkung (berlekuk seperti bentuk busur) yang dihasilkan akibat pengaruh
radiasi pada dosis 20 Gy dengan kerapatan yang agak rapat (Gambar 24 A).
Bentuk petal menggulung (terlipat; berbentuk lembaran menjadi berbentuk bulat 29
atau tubular) dihasilkan akibat perlakuan dosis 40 Gy dengan kerapatan yang
jarang (Gambar 24 B), sedangkan bentuk petal yang ujungnya meruncing (makin
ke ujung makin lancip), dihasilkan akibat perlakuan dosis 60 Gy dengan kerapatan
petal yang agak jarang (Gambar 24 C).
C.5 Bunga tabung
(Lemon Queen 0 Gy)
(Mammoth 0 Gy )
(Lemon Queen 60 Gy)
(Mammoth 40 Gy)
(Mammoth 60 Gy)
Gambar 25. Bentuk bunga tabung yang tersembul
Pada penelitian ini juga terdapat perubahan fenotip yang terjadi pada
bunga tabung, yang diduga akibat iradiasi sinar gamma. Seperti pada varietas
Lemon Queen akibat perlakuan dosis 60 Gy, dan varietas Mammoth akibat
perlakuan dosis 40 Gy serta 60 Gy, yang bentuk bunga tabungnya tersembul dan
membesar jika dibandingkan dengan perlakuan 0 Gy (Gambar 25).
30
C.6 Perubahan Fisiologis Prospektif
A
B
Gambar 26. Perubahan fisiologis prospektif
Banyak perubahan fisiologis yang dihasilkan pada penelitian ini. Namun
dari semua perubahan fisiologis yang dihsailkan, terdapat dua perubahan
fisiologis yang cukup potensial untuk dikembangkan menurut penulis, yaitu pada
varietas Sunspot akibat perlakuan dosis 60 Gy (Gambar 26 A) dan pada varietas
Lemon Queen akibat perlakuan dosis 40 Gy (Gambar 26 B).
Hal yang menjadi daya tarik dari perubahan fisiologis yang dihasilkan
pada varietas Sunspot (Gambar 26 A) menurut penulis adalah secara fenotip,
keragaan yang dihasilkan memiliki tinggi tanaman yang relatif pendek, namun
memiliki bunga yang bergerombol pada satu titik tumbuh. Perubahan fisiologis
pada varietas Lemon Queen (Gambar 26 B) memiliki daya tarik yaitu pada bunga
yang tumbuh secara bercabang. Selain itu ukuran petal yang tidak terlalu besar
juga membuat keragaan tanaman ini menjadi terlihat lebih indah. Walaupun
demikian tanaman-tanaman tersebut tidak dapat serta merta dikembangkan,
karena masih harus melalui beberapa tahapan lagi untuk mendapatkan hasil mutan
yang stabil. Penanaman pada generasi kedua (M2) bahkan mungkin sampai
generasi keempat (M4) masih perlu dilakukan.
31
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan sinar gamma dapat mengubah keragaan fenotip pada tanaman
bunga matahari. Iradiasi sinar gamma pada taraf dosis 20 Gy - 60 Gy dalam
penelitian ini memberikan pengaruh yang nyata pada karakter tinggi tamanan,
jumlah daun, lebar tajuk, diameter batang, diameter petal, diameter tabung, dan
jumlah mahkota.
Perubahan fisiologis yang diperoleh akibat perlakuan mutasi induksi
terjadi pada varietas Italian White, Lemon Queen, dan Mammoth pada dosis 20
Gy, 40 Gy, dan 60 Gy. Perubahan fisiologis pada varietas Sunspot dengan
perlakuan dosis 60 Gy dan pada varietas Lemon Queen dengan perlakuan dosis 40
Gy prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut
Saran
Disarankan untuk melakukan uji viabilitas benih terlebih dahulu sebelum
dilakukan penelitian. Pada penelitian ini juga disarankan untuk melakukan
penelitian lanjutan dengan iradiasi berulang atau pada taraf dosis yang lebih
beragam agar menambah jenis-jenis perubahan yang dihasilkan pada tanaman
bunga matahari.
32
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik RI. 2010. Nilai Produksi Tanaman Hias Indonesia.
http://bps.go.id [diakses tanggal 29 Oktober 2011
Benson, L. 1957. Plant Classification. D. C. Heath and Company. Boston. 688 p.
Chapman, S.R. and L.O. Carter. 1975. Crop Production. W.H. Freeman and
Company. San Fransisco. 566 p.
Desai, B. B., P. M. Kotecha and D. K. Salunkhe. 1997. Seed Handbook: Biology,
Production, Processing, and Storage. Marcel Dekker, Inc. New York.
627 p.
Duke, J. A. 1983. Handbook of Energy Crops. http://www.hort.purdue.edu/htm.
[diakses tanggal 22 Desember 2011].
Hasanah, M. dan E. Wikardi. 1989. Tanaman minyak bunga matahari dan wijen.
Edisi khusus LITTRO V(1): 1-11.
International Atomic Energy Agency. 1977. Manual on Mutation Bredeing 2nd
edition. Tech. Report Series No. 119.Joint FAO/IAEA/ Vienna: Div. of
AtomicEnergy in Food and Agriculture. 286 p.
Mattjik, A.A. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab,
Jilid I. Edisi ke-2. IPB Press. Bogor. 287 hal.
Micke A, Donini B. 1993. Induced Mutation. In: Hayward MD, Bosemark NO,
Romagosa I (eds). Plant Breeding Principles and Prospect. London:
Chapmant and Hall.
Mohr H, Schopfer. 1995. Plant Physiology. Berlin: Springer-Verlag.
Myres. R. L. and H. C. Minor. 2005. Sunflower: an American native. Missouri
University Extension. http://extension.missouri.edu/htm [diakses 22
Desember 2011]
Napis, A., Zaini A., SabaruddinA., Djufri M. dan Sanusi I. 1980. Pengolahan Biji
Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) Menjadi Margarin. Laporan
Penelitian. Universitas Andalas. Padang.
Poelhman, J. M., and D.A. Sleeper.1995. Breeding Field Crops. Iowa State
University Press.Ames.432p.
Poespadarsono, S. 1988. Dasar-Dasar
Bogor.169 hal.
Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU IPB.
Qosim, W.A., R. Purwanto, G.A. Watimena, Witjaksono. 2007. Pengaruh Iradiasi
Sinar Gamma terhadap Kapasitas Regenerasi Kalus Nodular Tanaman
Manggis. HAYATI J Biosci. Vol 14 (4). p 140-144
Schoellhorn, R., E. Emino, E. Alfarez, and M. Frank. 2004. Warm Climate
Production Guidelines for Specialty Cut Flowers: Sunflower. Commercial
Floriculture Update. Univ. of Florida
Syarifah, I. A. 2006. Sitogenetika Tanaman. Ed: Sarsidi Sastrosumarjo. Fakultas
Pertanian IPB, Bogor.
33
Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuh-Tumbuhan (Spermatophyta). Gajah
Mada Univ. Press. Yogyakarta. 479 hal.
Whipker, B., S. Dosoju and I. McCall. 1998. Guide to Successful Pot Sunflower
Production. Departemen of Horticulture Science, NC State Univ
Download