BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker masih menjadi masalah kesehatan terbesar di dunia. Kanker dapat dikategorikan sebagai penyakit yang bersifat ”silent killer” (pembunuh diam-diam) karena umumnya penderita kanker mengetahui bahwa dirinya mengidap kanker ketika sudah pada stadium lanjut (metastasis). Data ini juga didukung oleh WHO (2015) yang menyatakan bahwa metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Penyakit kanker tertinggi pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Kanker payudara menjadi kanker yang paling sering terjadi pada wanita dengan kisaran angka kejadian sebesar 1,38 juta kasus baru per tahun (Eccles et al., 2013). Pada tahun 2016, diperkirakan terdapat 1,68 juta kasus kanker baru dan 30% diantaranya akan meninggal dunia ( National Cancer Institute, 2016). Data hasil riset kesehatan dasar menyebutkan bahwa prevalensi kanker adalah 1,4 per 1000 orang (Anonim, 2016). Beberapa usaha penyembuhan kanker yang dilakukan selama ini antara lain pembedahan, kemoterapi, penyinaran, imunoterapi, dan pengobatan hormon. Adapun agen-agen kemoterapi dan kemoprevensi yang sudah banyak digunakan memiliki beberapa keterbatasan, seperti adanya peristiwa resistensi, efek samping, dan daya efikasi yang kurang memadai pada kanker stadium lanjut. Akibatnya terjadi inefisiensi terapi, sehingga perlu dikembangkan model 1 2 terapi yang lebih efektif. Salah satu pengembangan terapi kanker diarahkan pada terapi kombinasi (Greenwald, 2002). Bahan alam banyak dieksplorasi untuk digunakan sebagai agen kemoprevensi. Beberapa tumbuhan asli Indonesia telah diketahui memiliki aktivitas kemopreventif dengan target yang spesifik. Bahan alam Indonesia yang dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antikanker adalah daun jure (Nerium indicum Mill.) yang mengandung senyawa oleandrin dan senyawa turunan kardenolid lainnya serta kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang mengandung senyawa sinamaldehid (Wang et al., 2009). Kombinasi keduanya untuk pengembangan terapi kanker payudara yang berbasis targeted therapy khususnya pada kasus metastasis perlu ditelusuri. Oleh karena itu, melalui penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber data ilmiah terapi kanker payudara yang telah mengalami metastasis menggunakan kombinasi ekstrak daun jure (EDJ) dan destilat kayu manis (DKM). Pengujian sitotoksisitas tunggal dan kombinasi EDJ dan DKM dilakukan menggunakan MTT assay. Proses penghambatan migrasi sebagai salah satu tahap metastasis diamati dengan scratch wound healing assay. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pengembangan terapi kanker payudara yang telah mengalami metastasis. 3 B. Rumusan Masalah 1. Apakah EDJ dan DKM bersifat sitotoksik pada sel kanker payudara 4T1? 2. Apakah kombinasi EDJ dan DKM memberikan efek sinergis berdasarkan nilai indeks kombinasi yang diperoleh? 3. Apakah perlakuan kombinasi EDJ dan DKM memiliki potensi menghambat migrasi sel kanker payudara 4T1? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengeksplorasi potensi kombinasi EDJ dan DKM sebagai agen kemoprevensi dan kokemoterapi berbasis bahan alam yang dapat digunakan dalam terapi kanker payudara yang telah mengalami metastasis. 2. Tujuan Khusus a. Mengkaji aktivitas sitotoksik EDJ dan DKM pada sel kanker payudara 4T1. b. Mengkaji sinergisitas kombinasi EDJ dan DKM berdasarkan nilai indeks kombinasi yang diperoleh. c. Mengkaji potensi penghambatan migrasi sel kombinasi EDJ dan DKM. D. Urgensi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi kombinasi bahan alam Indonesia yang berpotensi sebagai agen kemoprevensi dan kokemoterapi penyakit kanker payudara, terutama untuk mengatasi kasus metastasis. Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk menambah data ilmiah mengenai aktivitas sitotoksik serta kemampuan EDJ dan DKM dalam menghambat migrasi sel kanker payudara 4T1. Hasil penelitian ini juga dapat dipublikasikan 4 untuk menambah informasi dan menjadi dasar pengembangan penelitian selanjutnya untuk mengembangkan agen terapi kanker payudara yang lebih efektif. E. Tinjauan Pustaka 1. Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker utama yang menyerang wanita dan menjadi penyebab kematian kedua setelah kanker paru-paru (Siegel et al., 2013). Kanker payudara menyerang pada membran mukosa dan kelenjar payudara terutama pada ductus dan lobus. Adapun ciri-ciri sel kanker secara umum yang telah dijelaskan oleh Hanahan and Weinberg (2011) yaitu: a. Sel kanker mampu mengadakan sinyal proliferasi secara terus menerus dan mandiri sehingga sel akan membelah secara terus menerus. b. Sel kanker mengalami kerusakan jalur antiproliferasi sehingga penghambatan pertumbuhan sel kanker tidak dapat dihindari. c. Sel kanker mampu bertahan dari mekanisme apoptosis karena jalurnya rusak. Apoptosis yaitu kematian sel yang mengalami kerusakan gen secara terprogram. d. Sel kanker tidak mengalami senescence karena mampu melakukan replikasi tanpa batas. e. Sel kanker mampu membentuk pembuluh darah baru atau angiogenesis untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen sehingga sel kanker dapat terus tumbuh dan menyebar. 5 f. Sel kanker mampu menginvasi jaringan dan bermetastasis karena kehilangan E-chaderin yang merupakan molekul penting dalam adhesi sel dengan sel lain. g. Sel kanker mampu menghidar dari kontrol sistem imun sehingga tanda-tanda pembentukan sel kanker yang akan berkembang tidak akan terdeteksi. h. Sel kanker mengalami ketidakstabilan dan mutasi genom sehingga dapat menyebabkan gagalnya sel melakukan apoptosis. i. Sel kanker mampu menginduksi inflamasi sehingga ketersediaan molekul bioaktif seperti faktor pertumbuhan akan terjaga sehingga sel tetap dapat berproliferasi. j. Sel kanker mampu meregulasi energetik seluler sehingga proliferasi sel menjadi tidak terkontrol. Proses proliferasi kanker payudara diinisiasi oleh adanya overekspresi beberapa protein, misalnya estrogen receptor (ER), progesteron receptor (PR) dan human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) yang merupakan protein predisposisi kanker payudara (Eccles, 2001). Sebesar 15-20% kanker payudara merupakan kanker payudara yang triple negative, yaitu yang tidak mengekspresikan ER, PR, dan HER2 (Abramson et al., 2015). Pada triple negative breast cancer (TNBC), sering terjadi kegagalan dalam kemoterapi (Vinod et al., 2013; Mehta et al., 2013). Dilaporkan sebagian besar pasien kanker payudara yang mengekspresikan fenotip TNBC bersifat metastatik (Ma 6 et al., 2012). Sehingga perlu adanya pengembangan terapi yang lebih efektif yaitu agen antimetastasis untuk mengatasi kegagalan tersebut. 2. Migrasi dan Metastasis Migrasi sel merupakan proses yang sangat penting dalam proses invasi, yang memungkinkan tumor primer untuk bermetastasis. Migrasi dideskripsikan sebagai perpindahan sel dalam substrat seperti membran basal atau serat matriks ekstraseluler. Migrasi terjadi pada permukaan 2D tanpa merusak jaringan serat. Sedangkan dalam invasi terjadi perpindahan sel menembus matriks 3D dan diikuti dengan pembentukan kembali lingkungan 3D (Kramer et al., 2012). Pada sel tumor, kemampuan invasi dan metastasis mampu membentuk koloni baru setelah sel terlepas dari tumor primer. Migrasi sel diawali dengan protrusi atau penonjolan membran sel membentuk lamellipodia atau kaki semu. Sel kanker dapat bergerak secara perlahan melalui serat matriks ekstraseluler (ECM) ke pembuluh darah pada tumor primer menggunakan lamellipodia (Condeelis and Segall, 2003). Metastasis merupakan salah satu tahapan dalam proses karsinogenesis di mana terjadi penyebaran sel-sel kanker pada berbagai jaringan dan organ lain dalam tubuh. Metastasis dapat menyebar melalui jaringan limfa, pembuluh darah, rongga tubuh dan juga transplantasi kanker. Metastasis merupakan fase kritik dan merupakan penyebab utama kematian pasien kanker (Steeg, 2003). Pada proses metastasis, sel kanker atau tumor akan terlepas dari sel tumor primer dengan merusak jaringan ekstraseluler, melakukan migrasi, menginvasi jaringan di sekitarnya, memasuki pembuluh darah dan mencapai target jaringan 7 tertentu (Geho et al., 2005). Setelah berpindah dari sistem sirkulasi darah atau sistem limpatik, sel kanker dapat tersimpan dalam suatu organ dan membentuk tumor sekunder (Woodhouse et al., 1997). Proses terjadinya metastasis salah satunya dimulai dengan peningkatan degradasi proteolitik komponen matrik ekstraseluler (ECM) (Pantel and Brakenhoff, 2004). Setelah sel tumor melekat pada ECM, sel tumor harus menghancurkan ECM dengan mengeluarkan enzim proteolitik dan merangsang fibroblast dan makrofag untuk memproduksi enzim protease. Terdapat tiga enzim protease, yaitu serin, sistein, dan metalloprotease (MMP). Terdapat 26 jenis MMP, diantaranya adalah MMP2 dan MMP9 yang masuk dalam golongan gelatinase. Enzim ini mendegradasi kolagen tipe IV pada membran basalis dan gelatin pada kulit (Verma and Hansch, 2007). Ekspresi berlebihan dari MMP2 dan MMP9 dapat menurunkan kemungkinan survival pasien kanker payudara. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa mitogen-activated protein kinase (MAPK) merupakan pusat pengaturan aktivitas MMP (Chen et al., 2005 ; Westermarck and Kahari, 1999). MAPK terlibat dalam induksi promotor MMP melalui NF-κB dan AP-1 (Gondi and Rao, 2009). Ekspresi MMP9 diregulasi oleh faktor transkripsi NFкB (Cho et al., 2007), sedangkan MMP2 diregulasi oleh faktor transkripsi P53 (Kenny et al., 2008). Promotor MMP2 juga mempunyai beberapa faktor transkripsi yang mengikat, diantaranya NF-κB dan AP-1 (Peng et al., 2006). Selain itu, dilaporkan aktivasi jalur phosphatidylinositol 3-kinase (PI3K) dan downstream-nya mampu meningkatkan kemampuan metastasis dengan memodulasi motilitas dan invasi sel kanker (Lee et al, 2010). Terdapat bukti 8 bahwa faktor pertumbuhan dan sitokin mempengaruhi ekspresi MMP9 melalui aktivasi faktor transkripsi NF-κB dan AP-1 melalui jalur signaling Ras/MAPK dan PI3K/AKT (Deryugina and Quigley, 2006). NF-κB dan AP-1 mengikat promotor MMP2 dan MMP9 dalam induksi ekspresi gen MMP2 dan MMP9 yang terkait dengan invasi sel tumor (Chuang et al., 2007 ; Huang et al., 2002). Pengamatan migrasi sel dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Terdapat 10 metode untuk mengamati migrasi sel yaitu Boyden chamber assay, scratch wound healing assay, cell exclussion zone assay, Fence assay, microcarrier bead assay, spheroid migration assay, horizontal capillary assay, capillary tube migration assay, leukocyte migration agarose technique assay, dan single cell motility assay (Kramer et al., 2012). Metode scratch wound healing merupakan metode in vitro untuk pengamatan migrasi sel yang paling sederhana dan ekonomis dibanding dengan metode lainnya (Todaro et al., 1965). Prinsip dari metode ini adalah membuat celah buatan (scratch) pada sel monolayer yang kofluen. Sel akan berkomunikasi satu sama lain sehingga pada waktu tertentu akan menutup scratch yang telah dibuat. Tahap dasar dari metode ini adalah membuat scratch pada sel monolayer, pengambilan gambar pada waktu awal dan beberapa rentang waktu tertentu, kemudian membandingkan gambar untuk menentukan nilai migrasi sel (Liang et al., 2007). Pengamatan dilakukan hingga waktu 24 jam setelah perlakuan sampel. Pengamatan lebih dari 24 jam akan mengurangi validitas penelitian karena tidak dapat dibedakan antara sel yang berproliferasi dengan sel yang bermigrasi (Rodriguez et al., 2005). 9 3. Sel 4T1 Sel 4T1 adalah salah satu model sel kanker payudara yang sering digunakan dalam penelitian karena mempunyai kemiripan sifat dengan kanker payudara manusia stadium lanjut atau metastasis (Tao et al., 2008). Sifat dari sel 4T1 adalah agresif, metastatik kuat, imunogenik rendah dan mewakili karakteristik yang menyerupai kanker payudara stadium IV pada manusia (Zwolak et al., 2008). Sel 4T1 merupakan model kanker payudara triple negative, yaitu kanker payudara yang tidak mengekspresikan estrogen receptor (ER), progesteron receptor (PR), dan human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) (Bao et al., 2011). Sel 4T1 merupakan continous cell line yang diisolasi dari jaringan tumor payudara mencit (Mus musculus). Sel 4T1 telah digunakan untuk menguji efikasi terapi dan mekanisme molekuler agen kemoterapi yang relevan terhadap manusia. Sel 4T1 mudah ditransplantasikan pada mencit dan bermetastasis ke berbagai jaringan antara lain hati, paru-paru, otak, limfa, dan tulang (Pulaski and Ostrand-Rosenberg, 2001). 4. Jure (Nerium indicum Mill.) Jure (Nerium indicum Mill.) (Gambar 1) adalah tumbuhan yang secara tradisional dilaporkan sebagai antikanker (Hartwel, 1982). Di Indonesia, tumbuhan ini dikenal dengan nama jure (jawa), kenyeri (Bali), kembang mentega dan oleander (Hembing, 1993). Klasifikasi tanaman ini adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae 10 Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Apocynales Suku : Apocynaceae Genus : Nerium Jenis : Nerium indicum Mill. (Backer and Van den Brink, 1963) Gambar 1. Jure (Nerium indicum Mill.) (Koleksi CCRC) Beberapa aktivitas telah banyak dilaporkan antara lain sebagai antikanker, diuretika, antiskabies, mengobati herpes (Perry, 1980), antibakteri, antijamur, ekspektoran, insektisida, bengkak, panguat jantung (Siddiqui et al., 1987). Jure mengandung senyawa golongan kardenolida seperti oleandrin, oleandrigenin, digoksin, digitoin, digitoksigenin, nerizoside, neritaloside, dan odoroside (Trease and Evans, 2002). Tanaman jure mengandung senyawa oleandrin yang berpotensi sebagai antiinflamasi dan antikanker (Shanmugam et al., 2012). Ekstrak etanolik jure diketahui memiliki potensi antikanker, diantaranya berefek sitotoksik pada sel leukimia HL60 dan K562 (Turan et al., 2006), dan sel kanker paru-paru A549 (Jose et al., 2013). Oleandrin yang merupakan senyawa bioaktif daun jure juga memiliki efek sitotoksik pada sel myeloma (Wahyuningsih et al., 2000), dan sel kanker ginjal (Wahyuningsih, 2006). Kandungan senyawa golongan kardenolida dalam jure mampu 11 menghambat fibroblast growth factor -2 (FGF-2) melalui interaksi dengan pompa Na+, K+ -ATPase pada sel kanker prostat (Smith et al., 2001). Oleandrin mampu memblok NF-κB dan AP-1 yang diinduksi oleh TNF, PMA, dan LPS (Manna et al., 2001) dan mampu menginduksi apoptosis pada sel kanker prostat melalui penghambatan Na+, K+ -ATPase (McConkey et al., 2000). Uji toksisitas sub akut daun jure pernah dilakukan pada tikus putih jantan galur wistar dan hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun jure sampai konsentrasi 20% selama 30 hari tidak menyebabkan efek toksik dan perubahan hematologi, berat badan, masukan makanan, kimia urin, SGPT, ureum dan histopatologi masih dalam rentang nilai normal (Prasetyawati et al., 2004). 5. Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Kayu manis (Cinnamomum burmanii) (Gambar 2) merupakan tanaman tahunan yang banyak terdapat di daerah sub tropis dan tropis. Selain digunakan sebagai rempah atau pemberi cita rasa, hasil olahan lainnya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan sebagainya. Klasifikasi tanaman ini adalah sebagai berikut: Divisi : Magnoliophyta-Flowering plants Kelas : Magnoliopsida-Dicotyledons Subkelas : Magnoliidae Ordo : Laurales Famili : Lauraceae- Laurel famili Genus : Cinnamomum Schaeffer- Cinnamon 12 Jenis : Cinnamomum burmanii Nees ex Blume (Wagner et al., 1999) Gambar 2. Tanaman dan Simplisia Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) (Koleksi CCRC) Di dalam minyak atsiri kayu manis terdapat senyawa yang berperan sebagai antioksidan dimana senyawa terbesar yang dimiliki adalah kumarin (13,39%), eugenol (17,62%), dan sinamaldehid (60,72%) (Wang and Yang, 2009). Ekstrak kayu manis dapat menjadi inhibitor protein angiogenesis, VEGF, sehingga berpotensi sebagai agen kemopreventif (Lu et al., 2010) serta menghambat pertumbuhan beberapa jenis sel myeloid dan menginduksi G2/M arrest (Scoene et al., 2008). Sinamaldehid yang terdapat dalam kayu manis memiliki aktivitas antiinflamasi dengan menghalangi degradasi IκB sehingga mempengaruhi supresi NF-κB (Liao et al., 2005). Selain itu, sinamaldehid juga mampu menurunkan level protein anti-apoptosis XIAP dan Bcl-2 seiring dengan protein pro-apoptosis Bax (Lin et al., 2013 ). Larasati et al. (2014) membuktikan bahwa DKM memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker serviks HeLa dengan IC50 sebesar 250 µg/mL dan mampu menginduksi apoptosis pada sel kanker serviks HeLa. 13 F. Landasan Teori Kanker payudara stadium lanjut memiliki kemampuan untuk melakukan metastasis atau penyebaran sel kanker pada organ dan jaringan tubuh lain. Metastasis terjadi ketika sel terlepas dari tumor primer dan berpindah ke bagian lain melalui sirkulasi darah ataupun limpa, hingga akhirnya sel kanker dapat tersimpan dan membentuk tumor sekunder. Salah satu proses terjadinya metastasis adalah adanya migrasi sel kanker di jaringan ataupun antar organ dalam tubuh. Daun jure dan kayu manis merupakan bahan alam yang mengandung senyawa yang berpotensi sebagai antikanker yaitu oleandrin dan sinamaldehid. Senyawa oleandrin dan sinamaldehid dilaporkan mampu berefek antikanker. Salah satu mekanismenya yaitu melalui penghambatan jalur NF-κB dan AP-1. Oleh karena itu, dengan dihambatnya jalur tersebut, diduga kombinasi daun jure dan kayu manis mampu menekan ekspresi MMP2 dan MMP9 sehingga menghambat migrasi sel kanker payudara yang telah mengalami metastasis. Dengan demikian, diharapkan kombinasi EDJ dan DKM memiliki efek penghambatan migrasi sel kanker melalui scratch wound healing assay. G. Hipotesis 1. EDJ dan DKM bersifat sitotoksik pada sel kanker payudara 4T1 2. Kombinasi EDJ dan DKM memberikan efek sinergis berdasarkan nilai indeks kombinasi yang diperoleh Perlakuan kombinasi EDJ dan DKM memiliki potensi menghambat migrasi sel kanker payudara 4T1