bab iv perancangan dan implementasi

advertisement
BAB IV
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
Bab keempat ini menjelaskan perancangan dan impelementasi metode analisis
parameter-parameter ultrasonik yang diperkirakan dapat dimanfaatkan untuk
melakukan karakterisasi tulang dan memprediksi adanya keropos tulang. Di samping
itu, pada bab ini juga dijelaskan susunan sistem pengambilan data ultrasonik yang
digunakan.
Bab Perancangan dan Implementasi ini diawali dengan penjelasan umum mengenai
sistem Quantitative Ultrasound yang telah banyak digunakan secara klinis. Kemudian
dilanjutkan dengan penjelasan sistem pengukuran ultasonik yang digunakan serta
metode-metode analisis yang dirancang dan implementasinya.
4.1. Deskripsi Umum Quantitative Ultrasound
Secara umum sistem Quantitative Ultrasound merupakan sistem diagnosa dengan
metoda transmisi gelombang ultrasonik melewati objek. Diagram blok Quantitative
Ultrasound ditunjukkan oleh gambar 4.1.
Gambar 4.1 menunjukkan diagram blok QUS. Pada QUS komersial yang banyak
beredar di pasaran, QUS bekerja dikendalikan suatu processing unit. Operator
memberi masukan seperti umur pasien, jenis kelamin, dan kaki kanan atau kiri lewat
keyboard. Processing unit mengirim perintah pada transmitter untuk membentuk
pulsa listrik. Transducer pada satu sisi tumit mengubah pulsa listrik menjadi pulsa
ultrasonik, yang mana akan menembus tumit pasien. Frekuensi gelombang ultrasonik
yang banyak digunakan adalah antara 200-600 kHz dengan daya terkuat dipusatkan
pada 450 kHz. Tulang tumit berperilaku seperti suatu low pass filter (LPF), menahan
gelombang frekuensi tinggi dengan pelemahan yang besar. Suatu transducer pada sisi
yang lain dari tumit dianalisis oleh program dalam processing unit.
Gambar 4.1. Diagram Blok QUS
Parameter yang telah umum digunakan pada QUS adalah parameter speed of sound
(SOS) dan broadband ultrasound attenuation (BUA). Menurut definisi Langton,
pengukuran BUA adalah pengiriman suatu pulsa ultrasonik berpita sempit menembus
tulang dan diukur pelemahan intensitas pada frekuensi yang berbeda-beda. Jika nilainilai pelemahan ini diregresikan akan membentuk kurva BUA.
4.2. Akuisisi Data Sinyal Ultrasonik dan Spesifikasi Sistem Pengukuran
Pengukuran dengan sinyal ultrasonik dilakukan dengan menggunakan metoda
transmisi gelombang ultrasonik atau through transmission method. Sinyal ultrasonik
yang digunakan adalah tone burst pulse atau memiliki banyak komponen frekuensi.
Analisis terhadap atenuasi dan kecepatan dari gelombang ultrasonik akan digunakan
untuk melakukan analisis kualitas tulang.
Pertama-tama generator sinyal memberikan tegangan impuls eksitasi ke transduser
pemancar sehingga transduser pemancar menghasilkan gelombang ultrasonik tone
burst pulse. Gelombang ultrasonik ini kemudian dilewatkan pada tulang kalkanea
atau tumit sukarelawan. Setelah melewati tulang kalkanea, gelombang ultrasonik
ditangkap oleh transduser penerima. Kemudian, sinyal akustik gelombang ultrasonik
yang diterima diubah oleh transduser menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik inilah yang
kemudian masuk ke osiloskop digital. Dari osiloskop digital sinyal listrik ini
kemudian masuk ke komputer hingga dapat ditampilkan dan direkam serta dianalisis.
Dari hasil rekaman tersebut kemudian dapat dianalisis atenuasi dan kecepatan
gelombang ultrasonik.
Sistem pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah seperti tergambar pada
diagram blok berikut ini pada gambar 4.2:
Gambar 4.2 Sistem pengukuran dengan sinyal ultrasonik.
Komponen-komponen perangkat keras adalah seperti tertulis pada tabel 4.1 di bawah
ini:
Tabel 4.1 Perangkat pengukuran sinyal ultrasonik.
Nama Perangkat
Fungsi
Transduser ultrasonik Krautkramer- Pengubah
Branson tipe Z1N 1 MHz
sinyal
listrik
menjadi
gelombang ultrasonik.
Generator pulsa 4001 dari Global Membangkitkan pulsa listrik untuk
Specialities Corporation
memicu
transduser
menghasilkan
gelombang ultrasonik.
Amplifier ENI Model 2100L RF Menguatkan
Power Amplifier
pulsa
listrik
yang
dihasilkan generator pulsa hingga
tingkat tegangan yang dibutuhkan
untuk memicu transduser.
Flaw detector Krautkramer-Branson Menguatkan sinyal yang diterima oleh
USIP 12
transduser
penerima
agar
dapat
dideteksi oleh osiloskop digital.
Osiloskop digital ETC M621 150 ADC (analog to digital converter)
MHz (dengan driver)
dengan
(sampling
frekuensi
frequency)
pencuplikan
150
MHz
sebagai antar muka sistem dengan PC
yang dapat melakukan pencuplikan
sinyal hasil transmisi dengan baik.
PC yang kompatibel dengan parallel Penampil dan pengolah data yang
port
didapat dari rangkaian penerima
Berikut ini adalah perangkat lunak yang ter-install pada Personal Computer:
Tabel 4.2 Perangkat pengukuran sinyal ultrasonik.
Nama Perangkat
Fungsi
Microsoft Windows XP
Sistem operasi pada PC
Software ETC M621 Windows
Penampil keluaran osiloskop digital
MATLAB 7
Analisis data ultrasonik
Microsoft Excel 2003
Analisis data
Region of interest atau ROI pengukuran pada tumit memiliki luas seluas permukaan
transduser,yaitu sekitar 16,62 cm2. ROI pada tumit diperkirakan terletak pada titik 0,5
cm ke depan dari bagian belakang tumit dan 1,5 cm ke atas dari telapak kaki.
Pemilihan ROI mengandalkan perabaan dari operator karena tidak memungkinkan
untuk mendapatkan citra dari struktur tulang kalkanea sukarelawan. Untuk
mengurangi efek ketidaktepatan pemilihan ROI, maka pengambilan data dilakukan di
3 titik yang berbeda di sekitar lokasi perkiraan ROI.
Berikut ini dijelaskan spesifikasi perangkat-perangkat keras yang digunakan dalam
penelitian Tugas Akhir ini:
4.2.1.
Transduser Ultrasonik
Frekuensi ultrasonik yang sampai saat ini umum digunakan untuk melakukan
karakterisasi tulang adalah pada rentang frekuensi 0,5 MHz sampai 2,25 MHz. Pada
penelitian ini digunakan transduser Kraukramer-Branson tipe Z1N dengan frekuensi
tengah 1 MHz dengan lebar bandwidth 40%. Artinya, transduser bekerja pada rentang
frekuensi 800 kHz sampai 1,2 MHz. Transduser ini adalah jenis transduser immersion
atau anti air. Oleh karena itu, transduser perlu direndam dalam air pada
penggunaannya.
Transduser jenis immersion memiliki 3 keunggulan dibandingkan dengan transduser
jenis kontak langsung atau contact transducer. Keunggulan-keunggulan tersebut
adalah sebagi berikut:
1. Coupling yang seragam antara transduser dengan objek mengurangi variasi pada
sensitivitas pengukuran.
2. Pengurangan waktu pemindaian pada pemindaian otomatis.
3. Focusing pada transduser immersion meningkatkan sensitivitas pada refelektor
kecil.
Pada penelitian ini dipilih jenis transduser immersion untuk mengurangi variasi
sensitivitas. Dalam pengambilan data atau pengukuran ultrasonik pada objek
diupayakan mengurangi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akurasi pengukuran,
salah satunya adalah variasi pada sensitivitas. Namun, di sisi lain, pilihan
menggunakan transduser immersion ini mengurangi kenyamanan pasien. Oleh karena
itu, pada pengembangan selanjutnya hendaknya dapat didesain suatu perangkat yang
memungkinkan penggunaan transduser immersion tetapi tetap memberikan
kenyamanan pasien.
Transduser dapat menghasilkan gelombang ultrasonik pada rentang frekuensi 800
kHz sampai 1,2 MHz dengan pemicu dapat berupa pulsa sempit tegangan tinggi atau
sinyal sinusoidal dengan amplituda tidak terlalu tinggi. Pada penelitian ini digunakan
pulsa sempit tegangan tinggi untuk memicu transduser. Pulsa sempit tegangan tinggi
yang dipilih sebagai pemicu transduser agar kelak lebih mudah merealisasikan
perangkat keras QUS dibandingkan dengan pemicu transduser berupa gelombang
sinusoidal.
4.2.2
Generator Pulsa
Generator pulsa dalam sistem ini berfungsi untuk memberikan energi listrik ke
transduser pengirim. Energi listrik tersebut diberikan dalam bentuk sinyal impuls
untuk eksitasi transduser agar membangkitkan gelombang ultrasonik. Generator pulsa
ini dilengkapi dengan pengatur lebar pulsa dan pengatur waktu repetisi. Pada
penelitian ini digunakan lebar pulsa 0,6 mikrosekon. Lebar pulsa ini didapatkan dari
percobaan terhadap transduser. Dari percobaan awal diketahui bahwa transduser
membangkitkan sinyal ultrasonik secara optimal pada lebar pulsa 0,6 mikrosekon.
Selang waktu pengulangan di atur setiap 100 mikrosekon untuk memberikan selang
waktu yang cukup bagi setiap periode sinyal ultrasonik sehingga tidak terjadi
overlapping antara satu periode sinyal ultrasonik dengan periode sinyal ultrasonik
berikutnya. Di samping itu, periode repetisi selama 100 mikrosekon masih dalam
batas aman bagi pasien.
Tingkat tegangan generator pulsa diatur pada tingkat tegangan 0,6 milivolt. Tingkat
tegangan di atur pada nilai ini karena transduser dapat membangkitkan gelombang
ultrasonik yang dapat menembus tulang ketika mendapatkan pulsa pemicu dengan
tegangan minimal sekitar 180 volt. Oleh karena penguatan amplifier adalah tetap
pada 50 dB, maka tingkat tegangan generator pulsa diatur pada nilai 0,6 volt. Tingkat
tegangan dipilih seminimal mungkin agar paparan ultrasonik ke jaringan tubuh
manusia masih dalam batas aman yang tidak membahayakan.
Namun, terdapat kekurangan pada generator pulsa yang digunakan, yaitu tingkat
tegangan tidak konstan sepenjang pengukuran melainkan berubah-ubah pada rentang
tegangan sekitar 0,5 sampai 0,7 volt. Oleh karena itu, tegangan ultrasonik yang
diterima pun berubah-ubah. Hal perlu diperhatikan pada analisis sinyal ultrasonik.
4.2.3
Penguat (Amplifier)
Pada sistem pengukuran dibutuhkan 2 macam amplifier, yaitu amplifier pada bagian
pengirim dan amplifier pada bagian penerima.
4.2.3.1.
Penguat Bagian Pengirim
Penguat pada bagian pengirim berfungsi untuk menguatkan pulsa sempit yang
dibangkitkan oleh generator pulsa sampai tingkat tegangan yang cukup untuk memicu
transduser pengirim membangkitkan gelombang ultrasonik. Penguat yang digunakan
adalah amplifier ENI Model 2100L RF Power Amplifier. Amplifier ini memiliki
penguatan hingga 50 dB atau sekitar 316,2 kali dengan tingkat tegangan masukan
maksimum 1 volt. Penguatan amplifier ini tidak dapat diubah-ubah.
4.2.3.2.
Penguat Bagian Penerima
Sinyal yang diterima oleh transduser penerima terlalu kecil untuk langsung dideteksi
oleh osiloskop digital. Oleh karena itu, dibutuhkan penguatan sebelum sinyal tersebut
dapat diterima oleh osiloskop digital. Pada penelitian ini, digunakan bagian amplifier
dari flaw detector Kratkramer-Branson USIP 12. Penguatan diatur pada tingkat 50
dB. Dengan penguatan 50 dB sinyal ultrasonik sudah dapat terdeteksi oleh osiloskop
digital.
4.2.4.
Osiloskop Digital
Osiloskop digital berfungsi untuk menampilkan sinyal dan merekam sinyal pemicu
transduser dan sinyal yang diterima oleh transduser penerima. Pada penelitian ini,
osiloskop digital yang digunakan adalah osiloskop digital ETC M621. Osiloskop
digital ini dapat mengukur sinyal dengan menggunakan dua kanal atau channel
independen dengan resolusi ADC 8-bit dan sensitivitas tingkat tegangan mulai 5
volt/div hingga 10 milivolt/div. Resolusi waktu osiloskop digital mulai dari 50
milisekon/div hingga 10 nanosekon/div. Panjang sampel mulai dari 512 sampel
hingga 32256 sampel.
Untuk pengambilan data, osiloskop digital di-setting pada tingkat sensitivitas
tegangan 100 milivolt/div dan resolusi waktu 5 mikrosekon/div sehingga frekuensi
sampling-nya 10 MHz. Trigger osiloskop diatur otomatis menyesuaikan dengan
trigger dari sinyal masukan.
4.2.5.
Perangkat Mekanik
Perangkat mekanik pada penelitian ini terdiri atas bak air dan statik transduser. Bak
air dibuat dari bahan acrylic, sedangkan statik transduser dibuat dari bahan PVC.
Bahan-bahan tersebut dipilih karena tidak berkarat, ringan, dan biaya pembuatannya
relatif murah dibandingkan menggunakan bahan-bahan seperti aluminium atau
stainless steel. Dimensi perangkat mekanik adalah sebesar 30x40x10 centimeter.
Dalam pengambilan data, perangkat mekanik masih diatur manual karena otomatisasi
belum menjadi ruang lingkup dari penelitian ini. Di masa yang akan datang,
hendaknya perangkat mekanik dapat dirancang untuk otomatisasi untuk kenyamanan,
kecepatan, serta akurasi region of interest.
4.3. Pengolahan Awal (Pre-processing)
Sebelum dilakukan analisis dengan metode yang telah dirancang, perlu dilakukan
pengolahan awal atau pre-processing terlebih dahulu terhadap data ultrasonik agar
data sesuai dengan format yang dibutuhkan untuk pengolahan selanjutnya. Tahaptahap pengolahan awal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
4.3.1.
Sampling Sinyal
Sampling sinyal dilakukan oleh osiloskop digital ETC M621 yang berfungsi sebagai
ADC. Untuk akuisisi semua sinyal yang diterima, time/division dari osiloskop digital
ETC M621 diatur pada 5 mikrosekon/div, dan dengan skala vertikal diatur pada 100
milivolt/div. Pada 5 mikrosekon/div, interval antara sampel adalah 100 nanosekon
karena setiap division terdapat 50 sampel, sehingga sampling rate-nya adalah sebesar
10 MHz.
4.3.2.
Konversi Format Data
Data yang didapatkan dari osiloskop digital tidak dapat langsung diolah, tetapi format
datanya harus disesuaikan terlebih dahulu. Pada penelitian ini, format data yang
digunakan dalam pengolahan data adalah data berekstensi *.mat atau MATLAB data
file. Sedangkan, data dari osiloskop digital ETC M621 adalah berupa data berekstensi
*.xls atau file Microsoft Excel.
4.3.3.
Pemotongan Data
Data sinyal ultrasonik yang didapatkan dari osiloskop digital adalah sepanjang 32256
sampel untuk masing-masing objek. Dari 32256 sampel tersebut, ternyata tidak
semuanya memiliki nilai. Maka, dilakukan pemotongan data mulai dari sampel ke
14001 sampai dengan sampel ke 32256, sehingga panjang data menjadi hanya 18256
sampel.
4.3.4.
Penghilangan Komponen DC
Setiap data sinyal ultrasonik yang didapatkan memiliki komponen DC atau nilai
offset. Penghilangan komponen DC dilakukan untuk menghindari terjadinya
pergeseran DC dari nilai sinyal yang diterima. Penghilangan komponen DC atau
koreksi nilai offset dilakukan dengan mengurangi setiap nilai sampel dengan nilai
rata-rata atau mean dari semua nilai sampel.
4.3.5.
Penapisan Derau
Penapisan derau atau noise filtering adalah tahap persiapan data dengan mengurangi
derau dari data sinyal. Tapis atau filter yang digunakan adalah jenis tapis band pass
filter. Jenis tapis ini dipilih karena selain derau frekuensi tinggi, terdapat juga derau
berfrekuensi rendah yang berasal dari perangkat keras. Batas frekuensi penapisan
diambil bandwidth 100 % dari bandwidth transduser, atau pada frekuensi 0,5 MHz
sampai 1,5 MHz. Dengan penapisan ini, diharapkan derau yang mengganggu
informasi pada data sinyal ultrasonik dapat ditekan atau dikurangi.
4.4. Metode Analisis Parameter Sinyal Ultrasonik
Pada penelitian ini, parameter yang digunakan adalah parameter kecepatan dan
atenuasi. Parameter-parameter dasar tersebut dikembangkan parameter-parameter
turunan lainnya yang diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih kaya
tentang karakteristik material.
Pada penelitian ini, dilakukan analisis parameter-
parameter tersebut di atas terhadap komponen fastwave dan slowwave yang terdapat
pada data ultrasonik. Parameter-parameter tersebut adalah sebagai berikut:
4.4.1.
Speed of Sound (SOS)
Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, kecepatan ultrasonik merambat
melalui medium bergantung pada densitas dan kompresibilitas dari material. Secara
teoritis, kecepatan dihitung dengan mengukur waktu tempuh sinyal ultrasonik dan
kemudian menjadi faktor pembagi jarak antar transduser. Atau dengan formula
v=
d
. Waktu tempuh diukur dengan mendeteksi puncak pertama dari sinyal
Δt
ultrasonik yang diterima.
Pada penelitian ini pengukuran kecepatan dilakukan dengan mendeteksi nilai
maksimal dari pulsa trigger dan nilai maksimal dari sinyal ultrasonik yang diterima
pada suatu periode sinyal. Penggunaan nilai maksimal sebagai acuan karena, puncak
pertama sinyal ultrasonik sulit dideteksi. Oleh karena, waktu kemunculan nilai
maksimal cukup konsisten pada suatu rentang waktu dan pada penelitian ini tidak
terlalu ditekankan untuk mendapatkan nilai pasti dari kecepatan, maka penggunaan
nilai maksimal sebagai acuan masih dapat dibenarkan.
Selisih dari indeks nilai maksimal pulsa trigger dan nilai maksimal sinyal ultrasonik
dikalikan dengan periode frekuensi sampling, yaitu sebesar 0,1 mikrosekon.
Kemudian, nilai waktu yang didapatkan tersebut dikurangi waktu tunda yang
merupakan selisih antara generator pulsa dengan transduser pengirim. Maka,
didapatkanlah waktu tempuh ultrasonik pada medium atau objek.
Pengukuran jarak antar transduser atau tebal objek dilakukan dengan menggunakan
jangka sorong dengan ketelitian hingga 1 milimeter.
Pada penelitian ini, akan dihitung juga kecepatan fastwave dan slowwave yang
terdapat pada data sinyal ultrasonik. Diharapkan perhitungan kecepatan fastwave dan
slowwave akan memberikan informasi tambahan tentang karakteristik material.
Menurut Cardoso (2001), fastwave lebih berkaitan dengan komponen sinyal frekuensi
rendah, sedangakan slowwave lebih berkaitan dengan komponen sinyal frekuensi
tinggi. Berdasarkan teori tersebut, maka untuk melakukan perhitungan kecepatan
fastwave dan slowwave, dilakukan penapisan lolos rendah dan lolos tinggi terlebih
dahulu pada sinyal ultrasonik agar didapatkan komponen frekuensi fastwave dan
slowwave.
4.4.2.
Broadband Ultrasound Attenuation (BUA)
Pada jaringan, gelombang ultrasonik mengalami kehilangan energi yang kemudian
disebut sebagai redaman atau atenuasi. Faktor yang menyebabkan terjadinya redaman
antara lain: beam spreading, scattering, absorption, dan mode conversion. Pada
tulang kalkanea, faktor yang paling mempengaruhi atenuasi adalah adanya scattering.
Scattering utamanya disebabkan oleh perbandingan panjang gelombang ultrasonik
terhadap ukuran partikel scattering dan impedansi akustik dari partikel scattering.
Menurut definisi Langton, pengukuran BUA adalah pengiriman suatu pulsa
ultrasonik yang memiliki beberapa komponen frekuensi menembus tulang dan
kemudian diukur pelemahan intensitas pada frekuensi yang berbeda-beda. Nilai-nilai
pelemahan ini apabila diregresikan akan membentuk kurva BUA. Redaman pada
setiap frekuensi dapat diformulasikan sebagai berikut:
A( f ) =
| Vsample( f ) |
| Vref ( f ) |
(4.1)
BUA adalah regresi dari ln A(f) yang merupakan atenuasi setiap frekuensi pada sinyal
ultrasonik yang ditransmisikan. Prinsip dasar penghitungan BUA adalah seperti pada
diagram alir berikut ini:
Data Ultrasonik
Referensi
Sampel
Fast Fourier Transform
ln A(f) = ln ( |Vsampel(f)| / |Vref(f)| )
Regresi
Broadband Ultrasound
Attenuation
(BUA)
Gambar 4.3 Prinsip dasar perhitungan BUA.
Implementasi dari prinsip dasar di atas untuk sinyal lengkap, fastwave, dan slowwave
adalah seperti terlihat pada diagram blok di bawah ini:
Gambar 4.4 Implementasi perhitungan BUA pada sinyal lengkap
Dari prinsip dasar kemudian diimplementasikan menjadi seperti diagram pada
gambar 4.4. Diimplementasikan filter smooth dengan algoritma Savitzky-Golay
karena algoritma ini melakukan smoothing nilai-nilai pada spektrum frekuensi dengan
halus sehingga tidak jauh berbeda dibandingkan dengan nilai sesungguhnya.
Dilakukan pemotongan frekuensi sebanyak dua kali karena filter smoothing
cemderung membuat nilai-nilai di ujung-ujung spektrum frekuensi menjadi nol.
Maka, tidak langsung dilakukan pemotongan frekuensi pada daerah 0,7 – 1 MHz.
Daerah frekuensi dipilih pada daerah tersebut karena linearitasnya yang masih
seragam.
Gambar 4.5 Implementasi perhitungan BUA pada fastwave
Bagian sinyal fastwave terdapat pada sekitar 50 sampel pertama dari satu periode
sinyal sehingga pada perhitungan faswave dilakukan pemotongan 50 sampel pertama
dari satu periode sinyal pada domain waktu. Kekurangan data sampel pada FFT
diperbaiki dengan melakukan zero padding.
Gambar 4.6 Implementasi perhitungan BUA pada slowwave.
Data referensi adalah data sinyal ultrasonik yang melalui air atau dengan kata lain,
tanpa adanya objek di antara transduser.
ƒ
Fast Fourier Transform
Langkah awal analisis BUA adalah melakukan transformasi sinyal dari domain waktu
ke domain frekuensi dengan Transformasi Fourier. Dalam hal ini, transformasi
dilakukan dengan algoritma Fast Fourier Transform (FFT). FFT dilakukan dengan
menggunakan fungsi fft.m yang ada pada toolbox MATLAB 7.0. FFT dilakukan
sesuai panjang data pada domain waktu. Untuk optimasi FFT, panjang data pada
domain waktu disesuaikan menjadi 2N.
ƒ
Smooth Filtering
Hasil FFT pada data sampel umumnya tidak halus. Untuk mengurangi kesalahan pada
regresi, dilakukan smooth filtering agar perubahan nilai-nilai spektral daya pada tiaptiap frekuensi tidak terlalu tajam. Smooth filtering menggunakan algoritma SavitzkyGolay. Algoritma Savitzky-Golay melakukan regresi polynomial pada suatu
distribusi untuk menentukan nilai paling halus untuk setiap titik. Keunggulan dari
pendekatan ini adalah kecenderunganya untuk menjaga fitur dari distribusi seperti
nilai maksimal relatif, nilai minimal realatif, dan lebar, yang umumnya menjadi
berubah pada aplikasi teknik perata-rataan lain.
ƒ
Rentang Frekuensi
Daerah frekuensi analisis BUA diambil pada 0,7 MHz sampai 1 MHz karena pada
kalkanea ultrasonik memiliki perilaku berbeda antara rentang 0,5 -1 MHz dan 1-2
MHz. Di bawah 400 kHz pengukuran atenuasi menunjukkan perilaku yang nonlinear,
tetapi linear pada 400-800 kHz. Atenuasi menunjukkan perbedaan perilaku antara
rentang 1-2 MHz dibandingkan dengan rentang 0,5 – 1 MHz. Pada rentang frekuensi
yang lebih rendah, BUA menunjukkan sebuah korelasi positif yang signifikan dengan
kepadatan pada arah anterior-posterior (AP) dan medialateral, tetapi tidak pada
orientasi superior-inferior. Pada frekuensi yang lebih tinggi, BUA menunjukkan
sebuah korelasi positif yang signifikan dengan kepadatan hanya pada orientasi
superior-inferior.
Download