13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Internet Saat ini, internet menjadi

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Internet
Saat ini, internet menjadi mediator antara masyarakat dengan perusahaan dalam
memperoleh informasi yang dibutuhkan kapanpun dan dimanapun. Perusahaan
menggunakan internet untuk membangun sebuah hubungan yang lebih dekat dengan
pelanggan dan juga digunakan untuk mempromosikan produk atau jasa dengan lebih
efektif dan efisien.
Menurut Kotler dan Armstrong (2004, p71), internet adalah jaringan komputer
global yang luas dan terus berkembang yang menghubungkan para pengguna komputer
di seluruh dunia ke sebuah media penyimpanan informasi yang sangat luas.
Menurut Bertha Silvia Sutejo, dalam jurnal internet marketing - konsep dan
persiapan baru dunia pemasaran (2006,p11), mengatakan bahwa internet merupakan
sumber informasi yang paling banyak digunakan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan
internet dapat menjangkau semua wilayah, cepat dan efektif dalam menyampaikan
berbagai informasi secara universal, berkualitas serta efisien karena dalam
penggunaannya hampir tidak memerlukan biaya.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa internet merupakan
suatu jaringan komputer untuk mendapatkan informasi yang saat ini paling banyak
digunakan oleh perusahaan karena dianggap efektif dan efisien dalam menghubungkan
para penggunanya pada sebuah media penyimpanan informasi yang sangat luas.
13
14
Menurut McLeod (2004:55), ada beberapa istilah yang berhubungan dengan internet,
antara lain :
•
WWW
WWW (World Wide Web) merupakan sistem besar terdiri dari server-server
yang menawarkan berbagai jenis informasi kepada semua orang di internet.
Informasi ini bisa berbentuk tulisan, gambar, suara, dan tipe data lainnya.
•
Website
Website ditujukan pada sebuah komputer yang dihubungkan dengan internet
yang memuat hypermedia yang dapat diakses melalui komputer lain yang
berada dalam jaringan melalui sebuah hypertext links.
•
Homepage
Homepage merupakan sebuah halaman utama dari sebuah website dimana
halaman lain dari website dapat diakses melalui homepage.
•
Electeronic Mail (E-Mail)
Sebuah fasilitas internet yang memungkinkan penggunanya mengirim dan
menerima surat dalam format digital.
Menurut Chaffey (2001, p10) terdapat enam manfaat yang dapat diperoleh lewat
pemanfaatan Internet dalam bisnis yaitu :
•
Cost Reduction
Dapat dicapai melalui pengurangan kebutuhan untuk pemasaran yang
ditangani lewat telepon dan pengurangan biaya cetak dan distibusi materi
pemasaran, yang semuanya akan ditampilkan dalam situs web.
15
•
Capabilty
Internet dapat membantu untuk mencari peluang baru untuk jasa yang
ditawarkan, dan juga membantu dalam mencari pangsa pasar yang baru.
•
Competitve Advantage
Dapat
menambah
daya
saing
perusahaan
dengan
memperkenalkan
kemampuan baru yang belum dimiliki oleh perusahaan lainnya, sehingga
kekuatan tersebut dapat digunakan untuk menambah keuntungan perusahaan.
•
Communication Improvement
Hal ini meliputi peningkatan komunikasi dengan pelanggan, karyawan,
pemasok dan distributor.
•
Control
Internet menyediakan penelitian pemasaran yang lebih baik melalui
pelacakan perilaku konsumen dan cara karyawan memberikan pelayanan.
•
Customer Service Improvement
Dicapai dengan database interaktif yang memuat tentang stok dan
pertanyaan-pertanyaan mengenai layanan pelanggan.
2.2 E-Business dan E-Commerce
Menurut Bentley dan Whitten (2007, p18), e-business atau electronic business
merupakan suatu bentuk aktifitas hasil dari kegunaan internet dalam mengurus dan
mendukung kegiatan bisnis dalam suatu perusahaan setiap harinya.
Chaffey (2008, p397), mendefinisikan e-business sebagai penggunaan jaringan
elektronik untuk bisnis dan biasanya menggunakan teknologi web.
16
Sedangkan menurut Turban et al (2010, p4), e-business merujuk pada definisi yang
lebih luas dari e-commerce, tidak hanya sekedar menjual dan membeli produk atau jasa,
tetapi juga melayani pelanggan, kolaborasi antar rekan bisnis dan membawa sebuah
perusahaan dalam melakukan transaksi secara elektornik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa e-business merupakan wujud aktifitas yang
berasal dari kegunaan internet mencakup seluruh kegiatan bisnis pada perusahaan, yang
diantaranya berupa aktifitas layanan pelanggan, kolaborasi dengan mitra binis serta
transaksi jual beli produk atau jasa menggunakan jaringan elektronik yang biasanya
memanfaatkan teknologi web sebagai medianya.
Sedangkan definisi e-commerce menurut Carter (2002, p2) adalah semua bentuk
transaksi yang berhubungan dengan aktivitas komersial, baik itu organisasi ataupun
individual berdasarkan pengelolaan dan transmisi data secara digital, termasuk tulisan,
suara maupun gambar.
Menurut Turban et al (2010, p4), e-commerce menggambarkan suatu proses
pembelian, penjualan, pertukaran dari suatu produk, jasa dan informasi melalui jaringan
komputer khususnya dengan menggunakan internet.
Kesimpulan yang didapat mengenai e-commerce yaitu suatu bentuk transaksi yang
mencakup pembelian, penjualan, pertukaran produk, jasa atau informasi secara digital
melalui jaringan komputer khususnya dengan menggunakan internet.
2.3 Perilaku Pelanggan
Menurut Rangkuti (2006, p58), perilaku pelanggan dapat didefinisikan sebagai
berikut :
17
a. Perilaku pelanggan bersifat dinamis, menekankan bahwa seorang pelanggan,
sekelompok pelanggan atau masyarakat luas yang selalu berubah dan
bergerak sepanjang waktu.
b. Perilaku pelanggan melibatkan interaksi, menekankan bahwa untuk
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami apa
yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh pelanggan. Selain itu, kita
harus dapat memahami kejadian dan hal-hal apa saja yang mempengaruhi
serta dipengaruhi oleh pikiran, perasaan dan tindakan pelanggan.
c. Perilaku pelanggan melibatkan pertukaran, menekankan bahwa pelanggan
tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga berkaitan
dengan pertukaran.
Antecedents
(Expectations)
Performance
Outcome
Black Box
(Processing
Phsycology)
Satisfaction
Dissatisfaction
Gambar 2.1 Model “Kotak Hitam” Pelanggan
Sumber : Rangkuti (2006, p60)
Model perilaku pelanggan sebagian bersumber dari model rangsangan
tanggapan. Rangsangan pemasaran dan hal lainnya masuk kedalam “kotak hitam”
pembeli dan menghasilkan tanggapan pembeli. Rangsangan pemasaran terdiri dari
produk, harga, tempat dan promosi yang disertai dengan rangsangan lainnya berupa
18
kekuatan dari peristiwa dalam lingkungan pembeli, seperti lingkungan ekonomi,
politik, dan budaya akan masuk melalui “kotak hitam” pembeli dan menghasilkan
rangkaian tanggapan pembeli.
Perilaku pembelian para pelanggan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
utama, yaitu :
1. Faktor Budaya
Faktor budaya yang memiliki pengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku
pembelian pelanggan terdiri dari komponen budaya dan sub budaya serta
kelas sosial.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang mempengaruhi perilaku pelanggan antara lain, acuan
kelompok, keluarga serta peran dan status.
3. Faktor Pribadi
Keputuan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang
meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya
hidup, kepribadian dan konsep.
4. Faktor Psikologis
Pilihan seseorang untuk membeli dipengaruhi oleh empat faktor psikologis
utama, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta keyakinan dan pendirian.
2.4 Pemasaran (Marketing)
Pemasaran memiliki berbagai pengertian dan sudut pandang yang beragam, namun
inti dari kegiatan pemasaran mengacu pada satu tujuan, seperti beberapa pendapat yang
dikemukakan oleh para pakar-pakar berikut.
19
Menurut Madura (2007, p21), pemasaran adalah cara bagaimana suatu produk atau
jasa dikembangkan, ditetapkan harganya, didistribusikan dan dipromosikan kepada
pelanggan.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008, p12), konsep pemasaran merupakan
pencapaian tujuan organisasi, tergantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan
keinginan target pasar serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih baik
dari pada pesaing. Pemasaran mengkordinasikan seluruh aktifitas organisasional yang
berdampak pada pelanggan untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan
kegiatan dalam mengembangkan, mendistribusikan, mempromosikan dan menentukan
harga suatu produk atau jasa yang disesuaikan pada kebutuhan dan keinginan pelanggan
secara lebih baik dari pada pesaing.
2.4.1
Konsep Pemasaran
Menurut Kotler dan Armstrong (2004, p12), konsep pemasaran mengatakan
bahwa untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan target pasar dan memberikan kepuasan kepada pelanggan secara lebih
efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing.
Starting Point
Target
Pasar
Focus
Means
Kebutuhan
Pelanggan
Pemasaran
Terpadu
Ends
Laba Dari
Kepuasan
Pelanggan
Gambar 2.2 Konsep Pemasaran
Sumber : Kotler dan Armstrong (2004, p12)
20
Konsep pemasaran memandang dari luar ke dalam. Konsep ini dimulai dari
mengenal pasar dengan baik, fokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan
semua aktifitas pemasaran yang mempengaruhi pelanggan, dan membuat laba
dengan cara menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan berdasarkan
nilai dan kepuasan pelanggan. Dengan konsep pemasaran, perusahaan membuat
sesuatu sesuai dengan keinginan pelanggan, yang nantinya dapat memuaskan
pelanggan sehingga hasil akhirnya akan menghasilkan laba.
2.5 Pemasaran Online (E-Marketing/Electronic Marketing)
Menurut Strauss dan Frost (2009, p6), e-marketing adalah penggunaan teknologi
informasi dalam proses penciptaan, komunikasi dan penyaluran nilai kepada pelanggan
serta untuk mengatur relasi dengan pelanggan dengan cara yang menguntungkan bagi
perusahaan serta pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Implementasi kegiatan e-marketing merupakan hasil dari penggunaan teknologi
informasi berdasarkan pemasaran tradisional. Beberapa pengaruh pemasaran tradisional
yang terjadi melalui kegiatan e-marketing antara lain,
meningkatkan efisiensi dan
efektifitas yang sesuai dengan fungsi pemasaran tradisional serta dapat dijadikan sebagai
sarana dalam menjalankan strategi pemasaran yang bervariasi. Transformasi ini juga
menghasilkan model bisnis baru yang dapat menambah nilai pelanggan dan
meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Dalam jurnal e-marketing – A Literature Review From A Small Businesess
Perspective, pemasaran online (e-marketing) dapat dipandang sebagai sebuah filosofi
21
baru dan praktek bisnis modern yang terlibat dengan pemasaran barang, jasa, informasi
dan ide melalui internet dan elektronik lainnya (El-Gohary, 2010, p216).
Dampak e-marketing menciptakan perubahan perilaku kegiatan jual-beli, yaitu
dengan munculnya online shopping. Dalam jurnal Online Buying Innovativeness :
Effects of Percived Value, Percived Risk, and Percived Enjoyment, online shopping
menggabungkan teknologi baru dan pola-pola perilaku baru ke dalam cara baru untuk
membeli produk atau jasa yang memungkinkan perusahaan untuk menyediakan
informasi dan menawarkan penjualan langsung kepada pelanggan melalui media
elektronik atau dalam bentuk toko virtual (Norazah & Norbayah, 2007, p81).
2.6 Retail dan E-Retailing
Salah satu perantara dalam saluran pemasaran adalah pengecer (retailer). Usaha
eceran (retailing) mempunyai peran penting dalam perekonomian dengan menawarkan
keragaman produk ataupun layanan. Retail merupakan cara pemasaran produk. Dalam
cara pemasaran retail, sebuah toko menjual banyak pilihan produk pada pengunjung
dalam jumlah satuan. Harga retail adalah harga yang berlaku untuk siapapun yang
datang membeli produk atau jasa dalam jumlah berapapun.
Menurut Berman & Evans (2007, p3), menjelaskan bahwa “retailing consist of the
business activities involved in selling goods and services to consumers for their
personal, family or household use”. Definisi diatas dapat diartikan bahwa retailing
merupakan suatu usaha bisnis yang melibatkan penjualan produk dan jasa pada
pelanggan yang digunakan untuk keperluan pribadi, keluarga atau rumah tangga.
Definisi lain yang juga dikemukakan oleh Berman & Evans (2007, p70),
mengemukakan pengertian retail sebagai aktifitas yang berhubungan langsung dengan
22
penjualan produk dan jasa kepada pelanggan akhir yang digunakan untuk kebutuhan
pribadi bukan bisnis.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa retail merupakan mata rantai terakhir dari
kegiatan saluran distribusi produk atau jasa dengan target pelanggan akhir yang
menggunakan produk atau jasa tersebut untuk kebutuhan pribadi, keluarga atau rumah
tangga bukan untuk aktifitas bisnis atau memperdagangkan kembali produk atau jasa
tersebut .
E-Retailing termasuk dalam jenis e-commerce yang memperdagangkan barang atau
jasa secara langsung (direct selling) kepada pelanggan. Menurut Harris & Dennis (2002,
p2), e-retailing dapat diartikan sebagai penjualan barang dan jasa melalui internet atau
saluran elektronik lainnya, yang diperuntukan bagi kebutuhan personal dan rumah
tangga. Definisi ini termasuk semua kegiatan e-commerce yang menghasilkan transaksi
kepada pelanggan akhir.
Sedangkan menurut Turban (2004, p82), e-retailing merupakan perdagangan eceran
secara online yang dilakukan dengan media elektronik melalui internet.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa e-retailing adalah kegiatan
perdagangan atau penjualan barang dan jasa melalui internet atau saluran elektronik
yang ditujukan bagi pelanggan dalam memenuhi kebutuhan personal atau rumah tangga.
2.7 Kualitas Layanan (Service Quality)
Kualitas layanan (service quality) menjadi begitu penting penggunaannya dalam
ruang lingkup bisnis dengan meningkatnya persaingan yang terus berkelanjutan.
Menurut Arief
(2007, p118), kualitas layanan berpusat pada upaya pemenuhan
23
kebutuhan
dan
keinginan
pelanggan
serta
ketepatan
penyampaiannya
untuk
mengimbangi harapan pelanggan.
Sedangkan menurut Lupiyoadi & Hamdani (2006, p181), kualitas layanan
didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan
atas layanan yang mereka terima.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan merupakan
upaya perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan sehingga
layanan yang dirasakan oleh pelanggan sesuai dengan harapan pelanggan.
2.7.1
Dimensi Kualitas Layanan
Menurut Tjiptono & Chandra (2007, p118), mengidentifikasikan dimensi
kualitas layanan dapat menjaga keunggulan persaingan dan berpengaruh
terhadap hubungannya dengan pelanggan.
Menurut Parasuraman, dalam Tjiptono & Chandra (2007, p132), terdapat
sepuluh dimensi dari kualitas layanan yang dihasilkan dari penelitiannya, yaitu :
1. Reliability (kehandalan), melibatkan konsistensi dari kinerja dan keterkaitan.
Berarti perusahaan dituntut untuk melibatkan layanan dengan benar pada saat
yang tepat.
2. Responsiveness
(ketanggapan),
berhubungan
dengan
kesiagaan
dan
ketersediaan dari karyawan untuk menyediakan layanan. Responsiveness
melibatkan ketepatan waktu dari layanan atau jasa.
3. Competence (kemampuan), berarti memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk melaksanakan layanan atau jasa.
24
4. Acces (mudah diperoleh), berarti memiliki pendekatan dan mudah
mengadakan kontak.
5. Courtesy (kehormatan), melibatkan kesopanan, rasa hormat, pertimbangan,
dan keakraban dari kontak personil.
6. Communication (komunikasi), berarti memelihara pelanggan dengan bahasa
yang mudah dimengerti dan mendengarkan pelanggan.
7. Credibility (dapat dipercaya), berarti kelayakan kepercayaan dan keujujuran.
8. Security (keamanan), berarti bebas dari bahaya, resiko dan ancaman.
9. Understanding/knowing
(memahami),
yaitu
usaha
untuk
memahami
kebutuhan pelanggan.
10. Tangibles (bukti nyata yang kasat mata), berarti bukti secara fisik yang
meliputi fasilitas fisik, penampilan personil, peralatan dan perlengkapan yang
disediakan
2.8 Kualitas Layanan Online (e-ServQual/Electronic Service Quality)
Kualitas layanan pada lingkungan online menjadi sesuatu yang penting
dalampenentuan kesuksesan atau kegagalan dari e-businees ataupun e-commerce.
Menurut Voss (2003) mendefinisikan layanan dalam lingkungan online (e-service)
sebagai “the delivery as service using new media such as the web”. Definisi tersebut
berarti penyerahan layanan dengan menggunakan media yang baru yaitu web.
Menurut Parasuraman et al., (2005), menyatakan definisi kualitas layanan online
dalam interaksinya dengan website adalah ”the extent to wich a website facilities
efficient and effective shopping, purchasing and delivery”. Definisi tersebut dapat
diartikan bahwa kualitas layanan online sebagai suatu tingkat sebuah website secara
25
efektif dan efisien memfasilitasi dalam hal berbelanja, pembelian dan proses penyerahan
produk atau jasa. Penilaian kualitas layanan online tidak hanya pada saat melakukan
interaksi dengan website, tetapi juga saat sebelum dan sesudah melakukan interaksi.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan online
merupakan penilaian dari interaksi yang dilakukan pelanggan melalui website sebagai
fasilitas dalam memberikan layanan secara efektif dan efisien saat melakukan pembelian
dan proses penyerahan produk atau jasa.
2.8.1
Dimensi Kualitas Layanan Online
Kualitas layanan pada lingkungan online khususnya pada industri online
retail merupakan hal penentu terpenting dalam hal efektifitas dari proses ecommerce. Kesuksesan dari kualitas layanan online yaitu keuntungan potensial
dari internet dapat direalisasikan. Berkembanganya dimensi kualitas layanan
online akan membuat layanan online menjadi lebih efektif dan menarik sehingga
membantu perusahaan dalam pencapaian tahap tertinggi terhadap kepuasan
pelanggan yaitu loyalitas pelanggan.
Jun et al., (2004, p826) menyatakan telah menemukan dimensi kualitas
layanan online untuk melakukan pengukuran terhadap kualitas layanan online
yang mengambil cakupan penelitian pada industri online retail. Hal tersebut
didasari berdasarkan penggabungan dimensi kualitas layanan tradisional dan
online yang telah dikembangkan. Pada hasil penelitian, diidentifikasikan enam
dimensi kualitas online, yaitu :
•
Reliable/Prompt Responses
Dimensi ini mengacu pada kemampuan untuk melakukan layanan yang
dijanjikan secara akurat, dapat dipercaya, cepat dan tepat waktu.
26
•
Access
Dimensi ini mengacu pada kemudahan untuk menghubungi dan mendapatkan
informasi dari perusahaan online retail.
•
Ease of Use
Dimensi ini mengacu pada karakteristik dari sistem online, dalam
mempertahankan website pelaku bisnis online perlu fokus pada kemudahan
navigasi, online katalog yang terorganisir dan terstruktur dengan baik dan
kemudahan dalam memahami syarat dan ketentuan pada webstie.
•
Attentiveness
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pelaku online retail menyediakan
layanan yang personal kepada pelanggan.
•
Security
Dimensi ini mengacu pada keamanan bertransaksi dan privasi pelanggan.
•
Credibility
Dimensi ini mengacu pada kepercayaan dan keyakinan pelanggan kepada
pelaku online retail.
Inisiatif peningkatan kualitas layanan harus dimulai dengan mendefinisikan
kebutuhan dan pilihan pelanggan, serta mengetahui dimensi kualitas menurut pelanggan.
Jika pelaku online retail mengerti dimensi apa yang pelanggan gunakan untuk
menentukan kualitas, mereka dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengawasi
dan menambah kinerja didalam dimensi tersebut serta sebagai cara untuk memperbaiki
kesalahan layanan.
27
Untuk mempertahankan kualitas layanan secara keseluruhan, pelaku online retail
harus memperhatikan enam dimensi yang telah disebutkan diatas, namun untuk
meningkatkan dan memperkuat daya saing didalam pasar, disarankan bagi pelaku online
retail untuk fokus dengan empat dimensi yaitu reliable/prompt responses, attentiveness,
ease of use, dan access dalam rangka untuk mencapai keseluruhan kualitas layanan yang
dirasakan pelanggan dan kepuasan pelanggan secara bersamaan (Jun et al., 2004, p835).
2.9 Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction)
Menurut Irawan (2003, p233), kepuasan berasal dari bahasa latin, yaitu satis yang
berarti enough atau cukup dan facere yang berarti to do atau melakukan. Jadi, produk
atau jasa dapat dikatakan memuaskan apabila sanggup memberikan dan mencukupi
kebutuhan pelanggan.
Sedangkan menurut Supranto (2006, p233), kepuasan adalah tingkat perasaan
seseorang setelah melakukan perbandingan antara harapan dengan kinerja (hasil) yang
dirasakan. Harapan pelanggan terbentuk berdasarkan pengalaman, komentar dari kerabat
serta janji-janji yang ditawarkan oleh perusahaan dan pesaingnya.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan merupakan hasil
dari perbandingan antara harapan dengan kinerja yang dirasakan oleh pelanggan
sehingga perusahaan harus dapat memberikan dan mencukupi kebutuhan pelanggan.
Manusia memiliki kemampuan berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan sesuatu,
sehingga manusia secara alamiah harus memenuhi segala macam kebutuhan dengan cara
membeli ataupun menukar barang atau jasa yang diinginkan. Berdasarkan kondisi
tersebut, terbentuklah manusia sebagai pembeli dalam dunia industri yang disebut
pelanggan untuk melakukan transaksi dalam memenuhi kebutuhan.
28
Menurut Umar (2003, p11), individu atau kumpulan individu yang dipengaruhi oleh
aspek-aspek internal dan eksternal yang mengarah untuk memilih dan mengkonsumsi
barang atau jasa yang diinginkan disebut pelanggan.
Sedangkan menurut Garperz dalam buku Nasution (2004, p101), arti pelanggan
adalah semua orang yang menuntut perusahaan untuk memenuhi suatu standar kualitas
tertentu yang akan memberikan pengaruh pada kinerja perusahaan dan manajemen
perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pelanggan adalah sekelompok
manusia atau individu yang melakukan pembelian dalam rangka memenuhi
kebutuhannya. Selain itu, pelanggan merupakan suatu sarana dalam melakukan penilian
terhadap kinerja dan manajemen perusahaan.
Menurut Aritonang dan Lerbin (2005, p2), kepuasan pelanggan dapat diartikan
sebagai hasil penilaian pelanggan terhadap apa yang diharapkannya dengan membeli
dan mengkonsumsi suatu produk. Harapan tersebut lalu dibandingkan dengan persepsi
terhadap kinerja yang diterimanya dalam mengkonsumsi produk tersebut. Jika
harapannya lebih tinggi dari pada kinerja produk, maka hasil yang ditimbulkan adalah
rasa tidak puas, namun jika harapan berada pada tingkat yang sama atau lebih rendah
dari pada kinerja produk maka hasil yang ditimbulkan yaitu pelanggan akan merasa
puas.
Menurut Yunianto (2006), kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana
keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi. Pengukuran kepuasan
pelanggan merupakan elemen penting dalam dalam menyediakan pelayanan yang lebih
baik, lebih efisien dan lebih efektif. Suatu pelayanan dinilai memuaskan jika dapat
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
29
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor terpenting dalam
mengembangkan suatu sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan
pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak pelayanan
terhadap populasi sasaran.
2.9.1
Konsep Kepuasan Pelanggan
Sekarang ini semakin disadari bahwa pelayanan dan kepuasan pelanggan
merupakan aspek vital untuk dapat bertahan dalam area bisnis dan memenangkan
persaingan. Meskipun demikian, tidaklah mudah untuk mewujudkan kepuasan
pelanggan secara menyeluruh. Saat ini pelanggan semakin cerdas dan menyadari
hak-haknya, oleh karena itu setiap perusahaan harus beusaha meminimalkan
ketidakpuasan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang semakin baik.
Menurut Tjiptono (2006, p25), menjelaskan konsep kepuasan pelanggan melalui
gambar dibawah ini :
Kebutuhan dan
Keinginan
Pelanggan
Tujuan
Perusahaan
Produk atau Jasa
Nilai Produk/Jasa
Bagi Pelanggan
Harapan Pelanggan
Terhadap Produk
Tingkat Kepuasan
Pelanggan
Gambar 2.2 Konsep Kepuasan Pelanggan
Sumber : Tjiptono (2006, p25)
30
Kepuasan pelanggan merupakan konsep penting dalam konsep pemasaran dan
penelitian konsumen dan sudah menjadi pendapat umum bahwa jika konsumen
merasa puas dengan suatu produk atau jasa, maka mereka cenderung terus
menggunakannya dan membeli kembali dikemudian hari.
2.9.2
Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengukur dan memantau
kepuasan pelanggan. Menurut Tjiptono (2006, p148), terdapat empat metode untuk
mengukur kepuasan pelanggan, yaitu :
1. Sistem Keluhan Dan Saran
Setiap perusahan yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) perlu
memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk
menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang dapat
digunakan meliputi kotak saran yang diletakan ditempat-tempat yang mudah
dijangkau dan sering dilewati pelanggan, menyediakan kartu komentar serta
menyediakan saluran telepon khusus pelanggan (customer hotline).
2. Survei Kepuasan Pelanggan
Melalui survei, perusahan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara
langsung dari pelanggan, sekaligus juga memungkinkan adanya dampak
positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap pelanggan. Menurut
Tjiptono (2006, p18), pengukuran kepuasan pelanggan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain :
a. Directly Reported Satisfaction
Pengukuran dilakukan secara langsung, melalui pertanyaan dengan skala
berikut, sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas dan sangat puas.
31
b. Derived Dissatisfaction
Pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal utama, yakni besarnya
harapan dan perasaan pelanggan terhadap atribut tertentu.
c. Problem Analysis
Pelanggan yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan dua
hal pokok. Pertama, masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan
dengan penawaran dari perusahaan. Kedua, saran-saran untuk melakukan
perbaikan.
d. Importance Performance Analysis
Dalam teknik ini, responden diminta untuk memberikan penilaian
terhadap berbagai atribut dari penawaran berdasarkan derajat kepentingan
setiap atribut tersebut. Selain itu, responden juga diminta memberikan
penilaian seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing atribut
tersebut.
3. Ghost Shopping
Metode ini dilaksanakan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost
shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan/pembeli potensial
produk perusahaan dan pesaing. Lalu ghost shopper tersebut menyampaikan
kepada temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk
perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian
produk-produk tersebut.
4. Lost Customer Analysis
Perusahaan berusaha menghubungi pelanggan yang telah berhenti membeli
atau yang telah beralih pada pemasok lain. Yang diharapkan adalah akan
32
diperolehnya informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini sangat
bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam
rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
2.10
Kesetiaan Pelanggan (Customer Loyalty)
Menurut Djati dan Darmawan (2005), kesetiaan pelanggan merupakan suatu tahap
pencapaian yang menguntungkan bagi perusahaan yang menunjukkan konsistensi
hubungan antara pelangggan dan perusahaan.
Menurut Oliver dalam Huriyati (2005), mendefinisikan kesetiaan pelanggan sebagai
komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau
melakukan pembelian ulang produk atau jasa secara konsisten di masa yang akan
datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi
untuk menyebabkan perubahan perilaku.
Berdasarkan pendapat tersebut, kesetiaan pelanggan adalah komitmen pelanggan
untuk bertahan menggunakan suatu produk atau jasa, karena produk dan jasa tersebut
dianggap telah memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.
2.10.1 Karakteristik Kesetiaan Pelanggan
Pelanggan yang setia merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini dapat
dilihat dari krakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan oleh Griffin
(2005,p31), pelanggan yang setia memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Melakukan pembelian secara teratur atau pembelian ulang, yaitu pelanggan
yang telah melakukan pembelian suatu produk atau jasa sebanyak 2 kali atau
lebih.
2. Membeli diluar lini produk atau jasa (pembelian antar lini produk), yaitu
pelanggan yang membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan dan
33
mereka butuhkan . Mereka membeli secara teratur,hubungan dengan jenis
pelanggan seperti ini sudah kuat dan berlangsung lama sehingga membuat
mereka tidak terpengaruh oleh produk pesaing
3. Merekomendasikan produk atau jasa pada orang lain, yaitu pelanggan yang
mendorong orang lain agar membeli barang atau jasa dari perusahaan
tersebut. Secara tidak langsung, mereka telah melakukan pemasaran untuk
perusahaan dan membawa konsumen pada perusahaan.
4. Menunjukan kekebalan dari daya tarik produk atau jasa sejenis, atau dengan
kata lain tidak mudah terpengaruh oleh daya tarik pesaing.
2.10.2 Tahapan Kesetiaan Pelanggan
Menurut Griffin (2005, p35) tahapan kesetiaan pelanggan terbagi atas lima
tahapan yaitu:
1. Suspect
Meliputi semua orang yang mungkin akan membeli produk atau jasa perusahaan
tetapi belum tahu apa pun mengenai perusahaan dan produk (barang atau jasa)
yang di tawarkan.
2. Prospects
Adalah orang – orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa tertentu
dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada prospect ini, meskipun
belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan perusahaan
dan produk (barang atau jasa yang di tawarkan).
34
3. Disqualified Prospect
Adalah orang yang telah mengetahui keberadaan produk atau jasa tertentu, tetapi
tidak mempunyai kebutuhan akan produk atau jasa tersebut, atau tidak
mempunyai kemampuan untuk membelinya.
4. First Time Customer
Adalah pelanggan yang membeli untuk pertama kali nya. Mereka masih menjadi
pelanggan baru.
5. Repeat Customer
Adalah pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk atau jasa
sebanyak 2 kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas
produk atau jasa yang sama sebanyak 2 kali atau membeli 2 macam produk atau
jasa yang berbeda dalam 2 kesempatan yang berbeda pula.
6. Clients
Adalah membeli semua produk atau jasa yang di tawarkan dan mereka butuhkan.
Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat
dan berlangsung lama, yang membuat mereka tidak terpengaruh olah produk
pesaing.
7. Advocates
Seperti halnya clients, advocates membeli produk atau jasa yang ditawarkan dan
mereka butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. Selain itu , mereka
mendorong relasi mereka agar membeli produk atau jasa perusahaan atau
merekomendasikan perusahaan tersebut kepada orang lain, dengan begitu secara
tidak langsung mereka telah melakukan pemasaran untuk perusahaan dan
35
membawa pelanggan untuk perusahaan . tahapan pelanggan yang di ungkap kan
Griffin tersebut dikenal dengan istilah Profile Generator System.
2.11
Efisiensi dan Efektifitas
Menurut Arfan (2008), efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang telah
ditentukan dengan benar dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian
relatif, membandingkan antara masukan (in) dan keluaran (out) yang diterima. Sebagai
contoh, untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A memerlukan waktu satu jam,
sedangkan cara B memerlukan waktu dua jam, maka cara A lebih efisien dari pada cara
B. Dengan kata lain, tugas tersebut dapat selesai dengan cara yang benar atau efisien.
Menurut Aras (2003, p6), efektifitas yaitu suatu keadaan dimana kemampuan suatu
sistem sesuai dengan keinginan dari pengguna, baik dari sistem pengaplikasiannya
maupun sistem pengoperasiannya. Kemampuan sistem berarti kesanggupan sistem untuk
melakukan suatu hal. Keinginan pengguna adalah suatu tambahan atas kebutuhan yang
diharapkan dapat dipenuhi sehingga pengguna merasa lebih puas.
Dengan demikian antara efisiensi dan efektifitas itu saling terkait. Suatu perusahaan
tidak hanya dituntut untuk mengejar tujuan, akan tetapi bagaimana tujuan tersebut dapat
dicapai secara efisien dan efektif. Oleh karena itu, efisiensi dan efektifitas selalu menjadi
pertimbangan utama didalam sebuah perusahaan sebelum menjalankan suatu kegiatan
atau aktifitas dalam menerapkan sebuah sistem atau strategi perusahaan.
36
2.12
Model Penelitian
Penelitian yang dilakukan saat ini terdiri dari tiga variabel, yaitu service quality,
customer satisfaction dan customer loyalty. Dari varibel-variabel tersebut, dibuatlah
perumusan hipotesis yang digambarkan pada gambar 2.4.
Customer
Satisfaction
H1
H3
Customer
Loyalty
Service
Quality
H2
Gambar 2.4 Model Penelitian
Sumber : (Diadaptasi dari Jun et. al (2004); Flavian et. al (2005); Sheng & Liu (2010) )
2.13 Pengembangan Hipotesis
2.13.1 Service Quality dan Customer Satisfaction
Tidak semua dimensi kualitas layanan memberikan dampak yang sama
pada persepsi pelanggan atas kepuasan, oleh karena itu identifikasi dimensi
kualitas layanan penting untuk dilakukan oleh perusahaan. Menurut Jun et al.,
(2004, p835) diferensiasi kualitas pelayanan pada retail online menjadi kekuatan
pendorong utama dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dan pada akhirnya
memperluas jangkauan pelanggan. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang kuat dan positif antara kualitas pelayanan pada retail
online dengan kepuasan pelanggan. Berdasarkan pendapat tersebut maka
37
diketahui bahwa terdapat pengaruh antara Service Quality dengan Customer
Satisfaction.
2.13.2 Service Quality dan Customer Loyalty
Kualitas layanan dipandang sebagai faktor penting dalam meraih
profitabilitas dan kesuksesan sebuah perusahaan. Menurut Venetis & Ghauri
(2000, p215) dalam European Journal of Marketing (2005, p912), “service
quality enhances customers inclination to buy again, to buy more, to buy other
services, and become less price-sensitive and to tell others about their favorable
experiences” yang dapat diartikan yaitu kualitas layanan meningkatkan
kecenderungan pelanggan dalam melakukan pembelian berulang, melakukan
lebih banyak pembelian dan membeli layanan lain yang ditawarkan perusahaan
serta tidak terpengaruh terhadap harga dan membuat pelanggan memberitahukan
pengalaman menguntukan yang mereka rasakan kepada orang lain. Semua ini
merupakan perilaku pelanggan yang merujuk pada loyalitas pelanggan.
Berdasarkan pendapat tersebut maka diketahui bahwa terdapat pengaruh antara
Service Quality dengan Customer Loyalty.
2.13.3 Customer Satisfaction dan Customer Loyalty
Mencapai kepuasan pelanggan merupakan target dari pelaku bisnis
karena dari hal tersebut akan mempengaruhi perilaku lanjutan dari pelanggan
yaitu melakukan penggunaan produk secara berulang dalam arti terciptanya
kesetiaan pelanggan. Anderson & Srinivasan (2003) dalam Nankai Business
Review International, (2010, p276) berpendapat mengenai kepuasan pelanggan
38
dan kesetiaan pelanggan pada sektor bisnis online yaitu, “the customers
comparing applause of an e-commerce enterprise, wich causes the customers repurchase”. Pada penelitian ini mengindikasikan bahwa kepuasan pelanggan pada
sektor bisnis online memiliki pengaruh positif pada kesetiaan pelanggan.
Berdasarkan pendapat tersebut maka diketahui bahwa terdapat pengaruh antara
Customer Satisfaction dengan Customer Loyalty.
Berdasarkan pendapat para peneliti diatas, maka dalam penelitian ini akan
diuji bertujuan untuk menjawab permasalahan telah dirumuskan. Hipotesis yang
disusun dalam penelitian ini terdiri dari tiga hipotesis yang dijelaskan sebagai
berikut:
•
Hipotesis 1: Membuktikan ada atau tidaknya pengaruh antara Service
Quality dengan Customer Satisfaction.
Ho= Tidak ada pengaruh antara Service Quality dengan
Customer Satisfaction.
Ha= Ada pengaruh antara Service Quality dengan Customer
Satisfaction.
•
Hipotesis 2: Membuktikan ada atau tidaknya pengaruh antara Service
Quality dengan Customer Loyalty.
Ho= Tidak ada pengaruh antara Service Quality dengan
Customer Loyalty.
Ha= Ada pengaruh antara Service Quality dengan Customer
Loyalty.
39
•
Hipotesis 3: Membuktikan ada atau tidaknya pengaruh antara Customer
Satisfaction dengan Customer Loyalty.
Ho= Tidak ada pengaruh antara Customer Satisfaction
dengan Customer Loyalty.
Ha= Ada pengaruh antara Customer Satisfaction dengan
Customer Loyalty.
Download