KAJIAN MEKANISME HIPOKOLESTEROLEMIK PROBIOTIK Dewi Yuliana Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia, Makassar ABSTRACT Probiotik didefinisikan suplementasi mikroba hidup yang memiliki efek menguntungkan terhadap tuan rumah (host) dengan jalan meningkatkan keseimbangan mikroba intestinal. Banyak mekanisme yang telah dikaji berhubungan dengan efek hipokolesterolemik probiotik dan bukti eksprimental yang ditunjukkan diantaranya dekonyugasi garam empedu oleh enzim BSH (Bile Salt Hidrolize)dari probiotik, asimilasi kolesterol dengan probiotik, dan konversi kolesterol menjadi koprostanol. Studi-studi yang meneliti tentang manfaat probiotik dalam menurunkan kolesterol mempunyai kekurangan dalam menjelaskan tentang mekanisme efek hipokolestrolemik probiotik, dosis optimal, frekuensi dan lamanya pemberian untuk strain probiotik yang berbeda. Melihat masih adanya kontroversi dari hasil penelitian yang didapatkan maka masih diperlukan uji invivo yang dirancang dengan baik untuk mengungkapkan tambahan pemahaman dan pengetahuan sehingga bisa didapatkan mekanisme dasar yang kuat untuk penilaian keamanan sebelum dikonsumsi. Kata kunci : Probiotik, hipokolesterolemia, enzim BSH (Bile salt Hidrolize), koprostanol PENDAHULUAN Probiotik pada umumnya diketahui nonpatogen, tapi pada beberapa keadaan dapat menjadi infeksius terutama pada populasi yang lemah atau yang mengalami immuno compromised. Beberapa spesies dari Lactobacillus, Bifidobacterium, Leuconostoc, Pediaococcus, Enterococcus, telah dilaporkan dapat menyebabkan infeksi. Strain probiotik juga telah ditemukan menunjukkan resistensi terhadap antibiotik dan menimbulkan kekhawatiran terjadinya transfer gen resisten horizontal terhadap host pada mikroflora patogen gastrointestinal. Mengingat hal tersebut maka verifikasi keamanan probiotik yang digunakan dalam industri ataupun yang dikomersialkan, menjadi sangat penting (4). WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030 penyakit kardiovaskuler akan tetap menjadi penyebab utama kematian, sekitar 26,3 juta orang di dunia terkena penyakit kardiovaskuler. Dilaporkan bahwa hiperkolesterolemia meliputi 45 % pada kejadian serangan jantung di Eropa Barat dan 35% di Eropa Timur dari tahun 1999 sampai 2003. Resiko serangan jantung tiga kali lebih tinggi pada penderita hiperkolesterolemia jika dibandingkan dengan yang memiliki profil lipid dalam batas normal. WHO mendefinisikan diet tinggi lemak, garam dan gula serta rendah karbohidrat kompleks, sayur dan buah meningkatkan resiko penyakit kardio vaskular (1,2). Sebagai alternatif pengobatan hiperkolesterolemia adalah mengontrol diet atau menggunakan suplementasi probiotik. Probiotik didefinisikan suplementasi mikroba hidup yang memiliki efek menguntungkan terhadap tuan rumah (host) dengan jalan meningkatkan keseimbangan mikroba usus. Penggunaan probiotik mulai mendapat pengakuan ilmiah pada beberapa tahun terakhir, meskipun aplikasinya sebagai makanan fungsional sudah ada sejak beberapa generasi. Efek probiotik yang menjanjikan di bidang kesehatan membuatnya semakin diakui sebagai suatu suplemen (3). Selain meningkatkan kesehatan usus, probiotik juga memiliki efek-efek lain seperti memperkuat sistem kekebalan tubuh, efek antihipertensi, mencegah kanker, efek antioksidan, mengurangi gejala dermatitis, memfasilitasi penyerapan mineral, mengurangi gejala alergi. Probiotik juga diteliti memiliki efek menurunkan kolesterol (2,3). PENELITIAN SEPUTAR EFEK HIPOKOLESTEROLEMIK PROBIOTIK Penelitian pada hewan dan manusia yang menguji efek hipokolesterolemik probiotik berkembang demikian pesat pada beberapa tahun ini. Nguyen, et al (5), meneliti efek L. plantarum PH04 yang diisolasi dari feses bayi terhadap kolesterol. Dengan menggunakan L. plantarum (dosis 4 x 108 CFU/ml setiap tikus per hari) pada 12 tikus jantan yang hiperkolesterolemia selama 14 hari. Peneliti menemukan efek yang signifikan (P < 0,05) mengurangi serum kolesterol total sampai 7% dan mengurangi trigliserida 10% dibanding kontrol. Abd El Gawad, et al (6), melakukan penelitian secara randomized–controlled trial dengan menggunakan susu yoghurt kerbau yang difortifikasi dengan Bifidobacterium longum Bb-46 menunjukkan efek 95 96 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.2 – Juli 2012, hlm. 95 – 98 menurunkan kolesterol. Pada penelitian ini 48 tikus jantan yang hiperkolesterolemia dengan berat ratarata 80 – 100 g diberi konsumsi 50 g yoghurt (konsentrasi 0,07% b/v Bifidobacterium longum Bb-46) selama 35 hari, dan menunjukkan hasil yang signifikan dalam mengurangi kolesterol total 50,3%, LDL 56,3 % dan trigliserida 51,2% dibandingkan dengan kontrol (P<0,05). Fukushima, et al (7), menemukan pada tikus Fischer jantan 344/Jcl (umur 8 minggu) mengkomsumsi 30g/kg L. acidophillus ditambahkan pada beras bekatul yang difermentasikan, signifikan memperbaiki profil lipid dibanding kontrol (tanpa L.acidophillus). Penelitian ini dilakukan 4 minggu, peneliti melaporkan efek signifikan (P < 0,05) mengurangi serum kolesterol total dan kolesterol hati 21,3% dan 22,9% dibandingkan dengan kontrol. Adapun studi-studi yang meneliti efek hipokolesterolemia probiotik pada manusia di antaranya adalah Anderson, et al (8), mengeksplorasi efek L. acidophillus L1 pada susu fermentasi pada serum kolesterol pada subyek manusia yang hiperkolesterol. Penelitian ini RCT dan crossover selama 10 minggu pada 48 relawan dengan kadar serum kolesterol antara 5,40 – 8,32 mmol/L. Mereka mengkonsumsi 200 g yoghurt yang mengandung L. acidophillus L1 setelah makan malam, dan secara signifikan (P< 0,05) mengurangi konsentrasi serum kolesterol 2,4% dibandingkan dengan kelompok kontrol. Xiao, et al (9), menguji efek yoghurt rendah lemak yang mengandung 108 CFU/g B. longum BL1 terhadap profil lipid pada 32 subyek (dengan serum kolesterol total baseline 220 – 280 mg/dl, dengan berat badan 55,4 – 81,8 kg, umur 28-60 tahun). Hasil yang didapat pada RCT dan studi paralel ini menunjukkan efek signifikan (P<0,05) terhadap serum kolesterol total, LDL dan trigliserida setelah 4 minggu intervensi. Peneliti melaporkan peningkatan 14,5% HDL dibandingkan dengan kelompok kontrol (tanpa B.longum BL1 : P<0,05). Sebuah meta-analisis RCT jangka pendek (4 – 8 minggu), dengan 6 penelitian yang mencakup 45 subyek (laki-laki dan perempuan dengan kadar awal kolesterol yang berbeda), menunjukkan bahwa konsumsi yoghurt yang mengandung Enterococus faecium (Gaio) efektif dalam menurunkan kolesterol total 4% dan LDL sekitar 5% dibanding dengan kontrol. Meskipun ada penelitian sebelumnya yang meneliti penggunaan E.faecium pada susu fermentasi oleh subyek manusia yang diintervensi selama 24 minggu, yang mendapatkan penurunan kadar kolesterol pada minggu ke-4 dan minggu ke-12, tapi tidak pada minggu ke-24, demikian juga pada minggu ke-30 setelah ditindaklanjuti (10). Meskipun pada beberapa studi pada hewan dan manusia yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan efek probiotik dalam menurunkan kolesterol,ada beberapa penelitian yang menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian oleh Hatakka, et al (11), melaporkan bahwa penggunaan L.rhamnosus LC705 (1010 CFU/g per kapsul, 2 kapsul per hari) tidak menunjukkan hasil terhadap profil lipid pada 38 laki-laki dengan rata-rata kadar kolesterol 6,2 mmol/L setelah 4 minggu intervensi. Simon, et al (12), pada 46 relawan (umur 30- 75 tahun) menemukan bahwa komsumsi Lactobacillus fermentum (2 x 109 CFU per kapsul, 4 kapsul per hari tidak menyebabkan perubahan profil lipid setelah 10 minggu. Lewis dan Burmeister (13) pada suatu penelitian RCT, double blind dan crossover design meneliti efek L. acidophilus pada profil lipid manusia. Pada studi ini 8 relawan umur 20–65 tahun dengan kolesterol total baseline > 5,0 mmol/L, BMI 27,8 kg/m 2 mengkomsumsi 2 kapsul 10 yang berisi L. acidophilus kering beku (3x10 CFU per 2 kapsul) 3 kali sehari selama 6 minggu dan crossover dengan 6 minggu periode washout. Peneliti menemukan tidak ada perubahan signifikan pada plasma kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida pada subyek. Kontroversi yang ditemukan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain perbedaan strain probiotik, variasi dosis, akurasi analitik analisis lemak, karateristik subyek, lamanya periode pemberian, ukuran sampel yang tidak memadai dan kelayakan kontrol atau kelompok plasebo. Meskipun beberapa studi gagal memberikan hasil yang signifikan, efek hipokolesterolemik suplementasi probiotik perlu diteliti lebih lanjut (4). DOSIS PROBIOTIK YANG BERESPON Meskipun efek hipokolesterolemia probiotik telah diteliti secara luas, namun dosis akurat sampai sekarang belum dapat ditetapkan. Sebuah tinjauan dari penelitian sebelumnya menggambarkan dosis efektif probiotik sangat besar variasinya dan tergantung pada strain yang digunakan dan karateristik subyek, terutama profil lipid. Meskipun probiotik yang digunakan pada rentang 107 – 1011 CFU/hari pada manusia dan 107 – 109 CFU/hari pada hewan, beberapa probiotik telah khasiat pada kadar terendah, sedangkan be-berapa yang lain membutuhkan jumlah yang lebih besar untuk menimbulkan efek hipokolesterolemia (4). Penggunaan L.plantarum 299 v pada dosis 7 5,0 x 10 CFU/ml per hari cukup dapat mengurangi LDL 12 % dibandingkan dengan kontrol. Hal ini berbeda dari penelitian yang dilakukan Lee et al, bahwa mengkonsumsi kapsul probiotik yang mengandung L.acidophilus DDS-1 dan B. longum (3 x 109 CFU/kapsul per hari) secara signifikan tidak mengubah profil lipid. Hal ini mendorong bahwa dosis yang tinggi mungkin tidak mudah mengubah efek yang lebih baik terhadap kolesterol, dibanding dosis rendah. Perbedaan strain membutuhkan dosis yang bervariasi untuk menunjukkan efek hipokolesterolemik. Dosis efektif probiotik di klinik hanya dapat dinyatakan berdasarkan studi pada strain spesifik yang dilakukan pada manusia (4). EFEK MEKANISME KOLESTEROL PENURUNAN KADAR Studi-studi in vitro sebelumnya mengevaluasi sejumlah mekanisme probiotik dalam menu- Dewi Yuliana, Kajian Mekanisme Hipokolesterolemik Probiotik runkan kadar kolesterol. Salah satu di antaranya menjelaskan mekanisme enzimatik asam empedu oleh hidrolase garam empedu pada probiotik. Empedu adalah produk akhir kolesterol di hati yang larut air, tersimpan dalam kandung empedu dan akan dikeluarkan pada saat pencernaan makanan. Empedu ini terdiri dari kolesterol, phospholipid, konjugasi asam empedu, pigmen empedu dan elektrolit. Ketika mengalami dekonjugasi, asam empedu akan larut dan diabsorbsi sedikit pada usus, sehingga meningkatkan eliminasinya di feses. Akibatnya kolesterol akan digunakan untuk mensintesis asam empedu baru yang merupakan respon hemostatis, mengakibatkan turunnya kadar serum kolesterol. Studi in vitro Jones et al (14) mengevaluasi mekanisme hidrolase garam empedu dalam menurunkan kadar kolesterol dengan menggunakan Lactobacillus plantarum 80 (pCBHI). Bile Salt Hydrolase (BSH) adalah enzim yang beerperan untuk dekonjugasi pada sirkulasi enterohepatik. Penelitian ini mendeteksi probiotik yang berada dalam saluran cerna, dan menemukan bahwa aktivitas BSH mampu menghidrolisis asam glikodeoksikholik konjugasi dan asam taurodeoksikholik, meningkatkan dekonjugasi gliko- dan tauro-asam empedu. Usman dan Hosono (15) melaporkan bahwa strain Lactobacillus gasseri dapat mengeluarkan kolesterol melalui ikatan pada permukaan bagian ontoseluler probiotik. Kemampuan pengikatan kolesterol ditimbulkan oleh adanya pertumbuhan dan strain spesifik tertentu. Kimoto et al (16), telah menekankan hipotesa sebelumnya, mengevaluasi kemampuan mengeluarkan kolesterol selama kondisi pertumbuhan yang berbeda. Sel yang hidup dan tumbuh dibandingkan, yang tumbuh (hidup dalam suspensi larutan buffer phosphat) dan sel mati (dimatikan dengan pemanasan), dan menemukan bahwa sel yang bertumbuh dapat mengeluarkan kolesterol lebih banyak dibanding sel mati. Sel yang mati akibat pemanasan masih dapat mengeluarkan kolesterol dari media, mengindikasikan bahwa sejumlah kolesterol dapat terikat pada permukaan sel. Kolesterol dikeluarkan oleh probiotik dengan berikatan pada membran sel yang hidup. Kimoto et al (16), menguji pengeluaran kolesterol pada beberapa strain lactococci dari media. Peneliti mengobservasi perbedaan pola distribusi asam lemak pada sel yang bertumbuh dengan melihat ada tidaknya kolesterol. Lemak pada probiotik terutama ditemukan pada membran, hal ini mendorong penggabungan kolesterol pada membran sel mengubah komposisi asam lemak pada sel. Penggabungan kolesterol pada membran sel meningkatkan konsentrasi asam lemak jenuh dan tidak jenuh, sehingga menambah kekuatan membran sel pada akhirnya resistensi seluler lebih tinggi terhadap lisis. Lye et al (17), mengevaluasi mekanisme ini dengan menetapkan lokasi penggabungan kolesterol pada membran bilayer fosfolipid sel probiotik. Peneliti memeriksa dengan menggunakan teknik fluoresensi pada membran bilayer 97 pada sel probiotik yang bertumbuh dengan ada tidaknya kolesterol. Yang kaya kolesterol ditemukan pada region ujung membran fosfolipid, fosfolipid lapisan atas dan pangkal membran bilayer fosfolipid seluler pada sel, pada sel yang bertumbuh ditemukan adanya kolesterol dibanding sel kontrol, hal ini mengindikasikan kolesterol ada pada bagian ini. (16,17) Kolesterol dapat dikonversi di usus menjadi koprostanol oleh bakteri, yang mana secara langsung diekskresi melalui feses. Penurunan jumlah kolesterol yang diabsorbsi, mengakibatkan berkurangnya konsentrasi kolesterol. Pada penelitian ini, dilaporkan dehidrogenase kolesterol/isomerase yang diproduksi oleh Sterolibacterium dinitrificans yang bertanggung jawab terhadap katalisis yang mengubah kolesterol menjadi choles-4-en-3-one, pada kofaktor yang mengubah kolesterol menjadi koprostanol. Penelitian in vitro mengevaluasi konversi kolesterol menjadi koprostanol oleh strain lactobacillus seperti Lactobacillus acidophilus, L. bulgaricus dan L. casei ATCC 393 melalui analisis fluorometrik. Peneliti mendeteksi pengurangan kolesterol intra dan ekstra seluler pada semua strain probiotik yang diuji, hal ini mengindikasikan kemungkinan konversi kolesterol intra dan ekstra seluler menjadi koprostanol. Konsentrasi kolesterol pada medium ini menurun pada saat fermentasi oleh probiotik dengan meningkatkan konsentrasi koprostanol. Mekanisme ini menjamin evaluasi reduktase kolesterol secara langsung mengubah kolesterol menjadi koprostanol pada usus halus manusia yang berefek menurunkan kolesterol. (18) Meskipun hipotesa-hipotesa melalui penelitian in vitro, mekanisme tidak begitu kuat dan ditunjukkan pada penelitian in vivo. Sehingga penelitian in vivo perlu lebih dikaji untuk dapat menjelaskan mekanisme probiotik dalam menurunkan kolesterol agar dapat lebih dimengerti mekanismenya dan formulasi yang lebih baik untuk dikomsumsi manusia. KESIMPULAN Sudah banyak penelitian yang menilai efek probiotik terhadap pengaruhnya pada perbaikan profil lipid seperti jumlah kolesterol,LDL,HDL dan trigliserida,dan pada umumnya menunjukkan hasil yang signifikan. Strain probiotik tertentu menunjukkan efek penurunan kolesterol sementara strain tertentu tidak berefek. Untuk itu beberapa penelitian berusaha mengungkapkan mekanisme probiotik terhadap efek hipokolesterolemik melalui uji in vitro dan in vivo. Banyak mekanisme yang diusulkan berhubungan dengan efek hipokolesterolemik probiotik dan bukti eksperimental yang ditunjukkan, di antaranya dekonjugasi garam empedu oleh enzim BSH (Bile Salt Hidrolize) dari probiotik, asimilasi kolesterol dengan probiotik, dan konversi kolesterol menjadi koprostanol. Melihat masih adanya kontroversi dari hasil penelitian yang didapatkan maka masih diperlukan uji in vivo yang 98 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.2 – Juli 2012, hlm. 95 – 98 dirancang dengan baik untuk mengungkapkan tambahan pemahaman dan pengetahuan sehingga bisa didapatkan mekanisme dasar yang kuat untuk penilaian keamanan sebelum dikonsumsi. DAFTAR PUSTAKA 1. WHO, 2009. Cardiovascular Diseases, Fact sheet N°317, Geneva, Switzerland, September, Available at : http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs317/en/print.html (accessed on 19 May 2010) 2. WHO. 2003. Diet, Nutrition and Prevention of Chronic Diseases : Report of a Joint WHO/FAO Expert Consultation, Geneva, Switzerland, 3. FAO, WHO. 2001. Health and Nutritional Properties of Probiotics in Food including Powder Milk with Live Lactic Acid Bacteria: Report of a Joint FAO/WHO Expert Consultation on Evaluation of Health and Nutritional Properties of Probiotics in Food Including Powder Milk with Live Lactic Acid Bacteria, Cordoba, Argentina. 4. Ooi, Gaik-Lay and Liong Tze-Ming. 2010. Cholesterol-Lowering Effects of Probiotics and Prebiotics: A Review of in vivo and in vitro Findings, International Journal of Molecular Sciences, ISSN 1422-0067, Malaysia, 2499 – 2522 5. Nguyen, T.D.T., Kang, J.H., and Lee, M.S. 2007. Characterization of Lactobacillus plantarum PHO4, a Potential Probiotic Bacterium with Cholesterol-Lowering Effects. Int. J Food Microbiol. 2007, 113. 358 – 361. 6. Abd El-Gawad, I.A., El-Sayed, E.M., Hafez, S.A., El-Zeini, H.M., and Saleh, F.A. 2005. The Hypocholesterolaemic Effects of Milk Yoghurt and Soy-Yoghurt Containing Bifidobacteria in Rats Fed on Cholesterol-Enriched Diet. Int.Dairy J. 2005,15, 37 – 44. 7. Fukushima, M, Yamada, A., Endo, T. and Nakamo, M. 1999. Effects of A Mixture of Organisms, Lactobacillus acidophilus or Streptococcus faecalis on D6-Desaturase Activity in The Livers of Rats Fed A fat- and CholesterolEnriched Diet. Nutrrients. 1999, 15, 373- 378. 8. Gill, S. and Harshamjit. 2004. Review Probiotic and human health : a clinical perspective, Postgrad Med J, 2004, 80, 516 – 526. 9. Agerholm-Larsen, l., Bell, M.L., Grunwald GK, et al. 2000. The effect of probiotic milk product on plasma cholesterol; a meta–analysis of short-term intervention studies. Eur J Clin Nutr 54 : 856-60. 10. Liong, M.T., Dunshea, F.R., and Shah, N.P. 2007. Effects of a Symbiotic Containing Lactobacillus acidophilus ATCC 4962 on Plasma Lipid Profiles and Morphology of Erytrhrocytes in Hypercholesterolemic Pigs on High –and Low –Fat Diets. Br. J. Nutr. 2007, 98, 736 - 744. 11. Hatakka, K., Mutanen, M., Holma, R., Saxelin, M. and Korpela, R. 2008. Lactobacillus rhamnosus LC705 together with Propionibacterium freudereichii ssp shermanii JS Administered in Capsules Is Ineffective in Lowering Serum Lipids. J. Am. Coll. Nutr. 2008, 27, 441- 447. 12. Simons, L.A, ; Amansec, S.G. ; Conway, P. 2006. Effect of Lactobacillus fermentum on Serum Lipids in Subjects with Elevated Serum Cholesterol. Nutr. Metabolism Cardiovas. Dis. 2006, 16, 531-535. 13. Lewis, S.J. and Burmeister, S. 2005. A Double – Blind Placebo – Controlled Study of the Effects of Lactobacillus acidophilus on Plasma Lipids. Eur. J. Clin. Nutr. 2005, 59, 776 – 778. 14. Jones, M.L., Chen, H., Ouyang, W., and Prakash, S. 2004. Microencapsulated Genetically Enginered Lactobacillus plantarum 80 (pCBH1) for Bile Acid Deconjugation and Its Implication in Lowering Cholesterol J. Biomed. Biotechnol. 2004, 1, 61 – 69. 15. Usman, H.A. 1999. Bile Tolerance, Taurocholate Deconjugation, and Binding of Cholesterol by Lactobacillus gasseri Strains. J. Dairy Sci. 1999, 82, 243 – 248. 16. Kimoto, H., Ohmomo, S., and Okamoto, T. 2002. Cholesterol Removal from Media by Lactococci. J. Dairy Sci, 2002, 85, 3182 – 3188. 17. Abe, F., Muto, M., Yaeshima, T., Iwatsuki, K., Aihara, H., Ohashi, Y., and Fujisawa, T. 2010. Safety Evaluation of Probiotic Bifidobacteria by Analysis of Mucin Degradation Activity and Translocation Ability. Anaerobe 2010, 16, 131136. 18. Liong, M.T., Yeo, S.K., Kuan, C,Y., Fung, W.Y, and Ewe, J.A. 2009. Antibiotic Resistance and Probiotics: Roles, Mechanisms and Evidence, In Antibiotic Resistance : Causes and Risk Factors; Bonilla, A.R.,Muniz, K.P., Eds.; Nova Science Publishers, Inc,: New York, USA, 2009; pp. 5 – 38