BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan jaman sekarang ini sangat pesat, bukan hanya teknologi, ilmu
pengetahuan dan perekonomian saja yang berkembang, tetapi cara berpakaian, gaya
hidup, tata krama dan gaya bergaul pun kini semakin tidak terkendali. Pergaulan
semakin bebas, setiap orang bebas untuk bergaul dengan siapa saja. Dalam pergaulan
bukan hanya hubungan pertemanan saja yang dapat terjalin, tetapi juga hubungan
yang lebih khusus lagi yaitu berpacaran. Berpacaran merupakan hal yang biasa
dilakukan masyarakat Indonesia, bahkan juga dilakukan hampir seluruh masyarakat
dunia. Pada umumnya yang berpacaran adalah para remaja dan orang dewasa.
Pacaran dijadikan ajang untuk saling mengenal pribadi pasangan sebelum
memutuskan untuk memasuki tahapan yang lebih serius yaitu pernikahan.
Jaman yang semakin berkembang, gaya berpacaran pun menjadi semakin
bebas. Mereka bukan hanya saling berbincang atau jalan-jalan, namun perilaku
mereka mengarah pada perilaku yang harusnya hanya boleh dilakukan oleh pasangan
yang telah menikah seperti berpelukan, berciuman, dan bahkan melakukan hubungan
badan yang kemudian berakibat pada kehamilan yang tidak diinginkan. Banyak
pasangan muda yang menikah dikarenakan si wanita telah hamil duluan. Hal ini
dikarenakan kebebasan mereka saat berpacaran. Selain itu berkembangnya teknologi
juga berpengaruh, kemudahan untuk mengakses gambar dan video porno dapat
merangsang mereka untuk mencoba melakukan apa yang mereka lihat itu.
Orang tua yang memberi izin anak-anak mereka berpacaran tentunya sangat
memberi peluang untuk terjadinya perilaku seksual pranikah. Mereka membiarkan
anak mereka berduaan di ruang tamu, atau pergi jalan-jalan berdua, itu tentu saja
menjadi peluang bagi sepasang remaja itu untuk bisa melakukan hal-hal yang
menjurus ke arah perilaku seksual, contohnya saling pegang, berpelukan, berciuman
atau bahkan lebih dari itu. Tetapi bukan hanya rendahnya kontrol orang tua dan
rendahnya kontrol lingkungan saja, rendahnya kontrol diri juga menjadi
penyebabnya. Jika ada kontrol diri yang baik maka dapat mengurangi perilaku
negatif yang ditimbulkan oleh dorongan-dorongan negatif saat berpacaran.
LaiLy dan Matulessy (Kurniawan, 2009) menyebutkan adanya suatu
fenomena yang menarik yaitu bahwa hubungan seksual sebelum menikah justru
banyak dilakukan oleh remaja yang berpacaran. Meskipun tidak semua remaja
berpacaran melakukan hal tersebut, tetapi dari fakta tersebut menunjukan
kecenderungan yang mengkhawatirkan dan memprihatinkan. Ironisnya, bujukan
atau permintaan pacar merupakan motivasi untuk melakukan hubungan seksual dan
hal ini menempati posisi keempat setelah rasa ingin tahu, agama atau keimanan yang
kurang kuat serta terinspirasi dari film dan media massa.
Budaya seks bebas yang semakin meningkat di kalangan pelajar mulai
mengancam masa depan bangsa Indonesia. Bahkan perilaku seks pra nikah tersebut
dari tahun ke tahun meningkat. Pendataan yang dilakukan oleh Direktur Remaja dan
Perlindungan Hak-Hak Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Masri Muadz, mengatakan kasus tersebut menunjukkan peningkatan
yang semakin miris. Menurut penuturan Masri Muadz (tribunnews, 2012) Wimpie
Pangkahila pada tahun 1996 melakukan penelitian terhadap remaja SMA di Bali,
mengambil sampling 633 orang, kesemuanya memiliki pengalaman berhubungan
seks pra nikah, dengan persentase perempuan 18% dan 27% laki-laki. Sedangkan
penelitian Situmorang tahun 2001 mencatat laki-laki dan perempuan di Medan
mengatakan sudah melakukan hubungan seks dengan komposisi, 9% perempuan dan
27% laki-laki.
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) di tahun 20022003, remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada:
usia 14 -19 tahun, perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%. Sedangkan pada usia 20-24
tahun perempuan 48,6% dan laki-laki 46,5%. Di tahun 2005 Yayasan DKT Indonesia
melakukan penelitian yang sama. DKT memfokuskan penelitiannya di empat kota
besar antara lain: Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Medan. Hasilnya
menunjukkan angka yang fantastis. Presentasi nya sebagai berikut: Jabodetabek
51%,
Bandung
54%
Surabaya
47%
dan
Medan
52%.
(dalam
http://news.okezone.com/read/2010/12/04/338/400182/tiap-tahun-remaja-sekspra%09nikahmeningkat).
Pada 2007 SKRRI melakukan penelitian kembali. Penelitian tersebut
menunjukkan peningkatatan yang drastis. Pertama, perilaku seks pranikah remaja
cenderung terus meningkat dan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) juga terjadi
pada remaja. Kedua, jumlah kelompok remaja Indonesia yang menginginkan
pelayanan Keluarga Berencana (KB) diberikan kepada mereka meningkat jauh dari
SKRRI 2002. (dalam http://news.okezone.com/read/2010/12/04/338/400182/tiaptahun-remaja-sekspra-%09nikahmeningkat).
Penelitian Komnas Perlindungan Anak (KPAI) di 33 Provinsi pada bulan
Januari-Juni 2008 menyimpulkan empat hal: Pertama, 97% remaja SMP dan SMA
pernah menonton film porno. Kedua, 93,7% remaja SMP dan SMA pernah ciuman,
genital stimulation (meraba alat kelamin) dan oral seks. Ketiga, 62,7% remaja SMP
tidak perawan. Dan yang terakhir, 21,2% remaja mengaku pernah aborsi. (dalam
http://news.okezone.com/read/2010/12/04/338/400182/tiap-tahun-remaja-sekspra%09nikahmeningkat).
Pengamatan yang dilakukan penulis di daerah asal penulis (Banjarmasin) juga
menunjukkan fakta bahwa banyak anak-anak usia sekolah yang akhirnya harus
berhenti sekolah karena hamil akibat perilaku seksual pranikah. Tetangga penulis
memiliki seorang puteri yang menikah dan berhenti sekolah saat kelas 3 SMA akibat
hamil. Saat masih SMA pun penulis memiliki seeorang teman yang hamil saat ikut
ujian akhir SMA, pihak sekolah mengetahui hal itu tetapi tetap membiarkan teman
penulis itu untuk mengikuti ujian karena pertimbangan nama baik sekolah. Di kota
Banjarmasin saja ada banyak kasus perilaku seksual pranikah, apalagi di kota
metropolitan Jakarta.
Dalam penelitian ini peneliti memilih melakukan nya di Jakarta karena
penulis tertarik dengan sebuah SMK yang terkenal banyak memiliki siswa-siswi
nakal di daerah Jakarta Barat. Penulis ingin mengetahui apakah kenakalan siswasiswi SMK tersebut termasuk dalam masalah perilaku seksual pranikah. Karena itu
lah penelitian ini dilakukan di Jakarta.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri
dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMK yang berpacaran.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pengetahuan terhadap ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial dan psikologi
perkembangan dalam mengembangkan ilmu di bidang tersebut.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk lebih mengenalkan tentang
gambaran maraknya perilaku seksual pranikah yang terjadi pada siswa SMK
yang berpacaran. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber
referensi untuk dijadikan acuan melatih meningkatkan kontrol diri agar terhindar
dari perilaku seksual pranikah. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi
penelitian-penelitian selanjutnya yang serupa.
Download