Chapter I - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan sumber daya
alami tumbuh-tumbuhan. Jumlah spesies tumbuhan yang tersebar di seluruh
Nusantara Indonesia diperkirakan sekitar 40.000 jenis dan lebih kurang 1000
spesies telah terpakai sebagai obat tradisional (Hargono, 2012). Salah satu
tumbuhan yang telah digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat adalah
tumbuhan benalu. Benalu merupakan tanaman yang unik, satu sisi benalu
merupakan parasit bagi inang tempat tumbuhnya tetapi benalu dapat dimanfaatkan
sebagai tanaman obat (Soejono,1995).
Berdasarkan pengalaman, benalu yang menempel pada tumbuhan tertentu
telah digunakan dalam pengobatan tradisional. Benalu pada umumnya digunakan
sebagai obat campak, sedangkan benalu pada jeruk nipis dimanfaatkan sebagai
ramuan obat untuk penyakit amandel. Benalu teh dan benalu mangga sendiri
digunakan sebagai obat kanker (Purnomo, 2000).
Keunikan lain dari benalu adalah benalu yang sama dapat tumbuh pada
inang yang berbeda dan sebaliknya, benalu dengan spesies yang berbeda juga
dapat tumbuh pada spesies inang yang sama (Soejono,1995). Benalu dengan
spesies yang sama jika tumbuh pada inang yang berbeda akan memiliki
kandungan senyawa metabolit sekunder yang berbeda. Hal ini disebabkan karena
inang benalu mempengaruhi benalu sebagai parasit baik secara langsung maupun
tidak langsung, karena benalu memperoleh nutrisi dan senyawa metabolit
sekunder yang berbeda dari inang tempat tumbuhnya untuk pertahanan dari
serangan hewan herbivora (Adler, L.S, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan kelimpahan kandungan senyawa metabolit sekunder benalu
juga dipengaruhi oleh usia sampel, meskipun secara kualitatif kandungan
metabolit sekundernya sama dan juga tergantung pada faktor lingkungan dan
faktor dalam tumbuhan itu sendiri (Erlyani, 2012). Kandungan kimia utama dalam
benalu adalah flavonoid, tanin, asam amino, karbohidrat, alkaloid, dan saponin
(Pitoyo,1996 dan Kirana et al.,2001). Berdasarkan berbagai penelitian yang telah
dilakukan flavonoid, tanin dan saponin tersebut memiliki aktivitas antioksidan dan
antibakteri. Flavonoid adalah golongan senyawa polifenol yang diketahui
memiliki sifat sebagai penangkap radikal bebas, penghambat enzim hidrolisis dan
oksidatif, dan bekerja sebagai antiinflamasi (Pourmourad et al, 2006). Beberapa
tanin terbukti mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor
dan menghambat enzim seperti reverse transkiptase dan DNA topoisomerasedan
beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba (Artanti et al, 2003).
Beberapa penelitian sebelumnya telah meneliti daun benalu yaitu
pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun benalu sawo dan daun benalu kopi
menggunakan pelarut metanol pada konsentrasi 100% diperoleh diameter daya
hambat masing-masing sebesar 25±0,5mm dan 12,36±0,14 mm terhadap
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi (Nasution et al, 2009), dan untuk aktivitas
antibakteri dari benalu cokelat pada konsentrasi 500 mg/ml dengan menggunakan
pelarut metanol, etil asetat dan n-heksana memberikan zona hambat secara
berturut yaitu: 13,9 mm; 16,2 mm; 13,1 mm tehadap bakteri gram positif
Staphylococcus aureus, dan13,8 mm; 17,6 mm; 8,4 mm terhadap bakteri gram
negatif Escherichia coli (Siahaan, C.E, 2015).
Penelitian terhadap uji aktivitas antioksidan dari ekstrak daun benalu lobilobi menggunakan pelarut metanol, etil asetat dan n-heksana dimana diperoleh
nilai IC50 masing-masing sebesar 25,40 ppm;17,60ppm dan>200 ppm (Anita et al,
2014). Pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak daun benalu cokelat dengan
menggunakan pelarut metanol, etil asetat dan n-heksana dimana diperoleh nilai
IC50 secara berurut yaitu 28,043 ppm; 23,673 ppm dan 228,072 ppm (Siahaan,C.E,
2015).
Universitas Sumatera Utara
Benalu kopi (Loranthus parasiticus (L.) Merr.) adalah salah satu contoh
dari beberapa tumbuhan benalu yang dapat ditemukan pada pohon kopi yang
berada di Desa Parongil, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
Masyarakat setempat di daerah tersebut menggunakan benalu kopi untuk
mengatasi masalah sakit pinggang dan sakit perut dengan cara merebus daun
benalu kopi. Benalu kopi dapat menghasilkan ekstrak benalu kopi menggunakan
pelarut metanol dan etil asetat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil) dan aktivitas antibakteri dengan menggunakan metode difusi agar
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dari daun benalu
kopi (Loranthus parasiticus (L.) Merr).
1.2 Perumusan Masalah
1. Golongan senyawa metabolit sekunder apakah yang terdapat didalam ekstrak
metanol danetil asetatdaun benalu pohon kopi (Loranthus parasiticus (L.)
Merr.) berdasarkan uji skrining fitokimia?
2. Bagaimanakah aktivitas antibakteri ekstrak metanol dan etil asetat dari daun
benalu kopi (Loranthus parasiticus (L.) Merr.) terhadap bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia colidengan menggunakan metode difusi agar?
3. Bagaimanakah aktivitas antioksidan ekstrak metanol dan etil asetat dari daun
benalu pohon kopi (Loranthus parasiticus (L.) Merr.) dengan metode DPPH
(2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazil)?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menentukan golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
didalam ekstrak metanol dan etil asetat daun benalu kopi (Loranthus
parasiticus (L.) Merr.) dengan uji skrining fitokimia.
2. Untuk menentukan aktivitas antibakteri ekstrak metanol dan etil asetat dari
daun benalu kopi (Loranthus parasiticus (L.) Merr.) terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia colidengan metode difusi agar.
3. Untuk menentukan aktivitas antioksidan ekstrak metanol dan etil asetat dari
daun benalu kopi (Loranthus parasiticus (L.) Merr.) dengan metode DPPH
(2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazil).
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai komponenkomponen kimia senyawa metabolit sekunder serta memberikan informasi tentang
sifat antibakteri yang terdapat didalam ekstrak metanol dan etil asetat dari daun
benalu kopi (Loranthus parasiticus (L.) Merr.) terhadap bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia colidengan menggunakan metode difusi agarserta
informasi tentang sifat antioksidannya dengan menggunakan metode DPPH (2,2diphenyl-1-picryl-hydrazil).
1.5 Lokasi Penelitian
Penelitian untuk ekstraksi dan skrining fitokimia daun benalu kopi (Loranthus
parasiticus (L.) Merr.) dilakukan di Kimia Organik FMIPA USU, Untuk uji
aktivitas antioksidan di Laboratorium Kimia Departemen FMIPA USU Medan
dan Uji aktivitas antibakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Farmasi USU Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen laboratorium dan sebagai objek
penelitian adalah daun benalu kopi (Loranthus parasiticus (L.) Merr.) yang
diperoleh dari pohon kopi yang berada di Kota Sidikalang, Sumatera Utara. Daun
benalu kopi dipisahkan dari batang dan buahnya, di iris tipis-tipis kemudian
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, dihaluskan dengan menggunakan
blender.
Serbuk
benalu
kopi
diekstraksi
dengan
cara
maserasi
dengan
menggunakan pelarut metanol, dilakukan perlakuan yang sama sampai pelarut
metanol berwarna jernih, kemudian ditampung filtrat metanol daun benalu kopi
diuapkan sampai pelarut metanol habis, sehingga dihasilkan ekstrak kering
metanol. Sebagian ekstrak kering metanol dilarutkan dengan pelarut etil asetat,
dilakukan percobaan ini sampai filtrat etil asetat berwarna jernih, filtrat etil asetat
yang dihasilkan diuapkan diatas penangas air sampai dihasilkan ekstrak kering etil
asetat. Ekstrak kering yang dihasilkan diuji skrining fitokimia, aktivitas
antioksidan dan antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.
Universitas Sumatera Utara
Download