20 3. PENDEKATAN TEORITIS Dalam peranannya sebagai pelapis edible, isinglass harus memiliki kriteria dasar dari suatu pelapis. Tingkat keyakinan yang dapat digunakan adalah melihat sejauhmana produk tersebut terlapisi. Hal ini menyangkut tertutupnya produk secara keseluruhan dan ketebalan lapisan yang menutupi produk tersebut. Untuk tertutupnya produk, dapat dilihat dari teknik pelapisan yang digunakan. Berdasarkan teknikteknik pelapisan yang dikemukan Krochta et al. (1994), yaitu pencelupan (dipping), penyemprotan (spraying), pembungkusan (casting) dan pengolesan (brushing), hanya pencelupan (dipping) yang praktis, mudah dan layak menutupi keseluruhan produk udang masak tersebut. Ketebalan lapisan, dipengaruhi oleh teknik pelapisan dan tingkat kekentala n larutan yang digunakan. Oleh karena itu, analisis terhadap sifat gelembung renang menjadi sangat penting untuk diketahui. Selain itu konsentrasi pelarut, proporsi bahan yang ditambahkan dengan pelarut, dan keadaan lain yang menunjang seperti lamanya pela rutan atau suhu yang digunakan. Keterkaitan antara faktor-faktor yang menentukan tingkat efektivitas pelapisan dapat dilihat pada Gambar 4. komposisi kimia gelembung renang * konsentrasi pelarut * jumlah gelembung renang kekentalan pelapis edible teknik pelapisan (pencelupan) karakteristik isinglass sebagai pelapis edible Tingkat efektivitas pelapis edible Gambar 4. Faktor-faktor dalam menentukan tingkat efektivitas pelapisan bahan menggunakan isinglass. 21 Sebagai salah satu produk pangan, udang masak yang disimpan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan produk dan faktor lingkungan dimana produk tersebut berada. Faktor yang ber hubungan dengan produk meliputi bentuk atau ukuran, sehingga nantinya akan menentukan luas permukaan produk. Laju penetrasi udara atau uap air dari luar akibat dari luasnya permukaan produk akan mempenga ruhi laju perubahan produk. Oleh karena itu keseragaman ukuran dari produk sangat menentukan dalam analisis ini. Aplikasi pelapis edible dari isinglass akan terlihat dari modifikasi terhadap keadaan ini. Jadi tingkat keberhasilan pelapis edible dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan dalam memenuhi fungsinya sebagai artificial barrier untuk menciptakan kondisi dalam memperlambat perubahan mutu produk. Oleh karena itu, penilaian efektivitas pelapis edible dapat ditinjau dari perubahan pada berbagai parameter mutu produk yang ada. Perubahan mutu udang masak dapat ditentukan dengan melihat perubahan kimia, mikrobiologi, dan sifat fisik. Secara skematis keterkaitan faktor -faktor tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. LINGKUNGAN PENYIMPANAN PERUBAHAN MUTU PRODUK MASA SIMPAN PELAPIS EDIBLE Gambar 5. Keterkaitan pe rlakuan dalam penentuan kemunduran mutu produk udang masak selama penyimpanan dingin. Adanya indikator mutu dari produk merupakan petunjuk yang sangat penting dalam menilai tingkat keberhasilan percobaan yang dilakukan. Faktor ini dapat berupa penilaian konsumen, melalui penampakan, bau dan rasa atau juga nilai gizi. Namun yang terpenting adalah indikator-indikator akibat perubahan kimia, mikrobiologi dan fisik, yang menunjukkan suatu tingkat keakuratan terjadinya perubahan mutu tersebut. Indikator perubahan kimia hasil perikanan segar, termasuk 22 udang masak umumnya dapat berupa perubahan kandungan protein, lemak dan air. Indikator perubahan komposisi protein dapat dilihat dari makin tingginya nilai total volatile base (TVB) dan nilai pH, yang menunjukkan te lah terjadi perubahan pada protein menjadi komponen-komponen penyusunnya. Timbulnya bau akibat perubahan lemak dapat diukur dengan makin tingginya nilai thiobarbituric acid (TBA). Hal ini menunjukkan bahwa lemak telah teroksidasi, sehingga menyebabkan perubahan komposisi pada asam-asam lemak menjadi komponen volatil seperti aldehid dan keton. Indikator perubahan kimia lainnya adalah makin meningkatnya kadar air dan nilai aw dari produk. Indikator serangan mikroorganisme dapat diketahui dengan makin meningkatnya nilai total plate count atau TPC pada produk tersebut. Sedangkan perubahan fisik dapat ditunjukkan dengan hilangnya kekerasan dari produk atau terjadinya drip (keluarnya cairan dari produk biasanya disertai kandungan komponen lainnya). Hal ini dapat diukur dengan melihat kecenderungan dari makin menurunnya daya ikat air atau water holding capacity (WHC) serta terjadinya perubahan warna, yang diukur secara obyektif dengan sistem notasi hunter (L*a*b*). Adapun faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain ruang penyimpanan. Indikasi yang digunakan adalah suhu dan kelembaban (RH). Untuk faktor lingkungan lain yang diduga dapat mempengaruhi produk adalah kemasan yang digunakan. Kemasan ini dapat berupa bahan kemasan beserta karakteristiknya serta ketebala nnya.