BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang (tersebar di Pulau Sumatera), Nycticebus javanicus (tersebar di Pulau Jawa), dan Nycticebus menagensis (tersebar di Pulau Kalimantan). Kukang hidup di hutan tropis, terutama hutan primer, hutan sekunder, semak belukar dan hutan bambu (Nekaris, 2008). Semua jenis Kukang termasuk hewan yang dilindungi keberadaannya termasuk kukang Jawa. kukang Jawa adalah hewan yang sangat dilindungi keberadaannya dan menjadi salah satu hewan dari 25 spesies primata yang paling terancam punah dunia (Mittermeier et al., 2009). Saat ini kukang Jawa dalam daftar buku yang dikeluarkan IUCN masuk kedalam kategori critically endangered (terancam punah) sementara CITES memasukkan kukang Jawa pada kategori Apendix I (Nekaris et al., 2008). Sedangkan pemerintah Indonesia melindungi jenis ini dengan Undang-Undang No.5, 1990 dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan 10 Juni 1991, No. 301/Kpts-II/1991. Kukang merupakan jenis primata prosimian yang dikategorikan dalam subsuku prosimii yang artinya primata primitif jika dibandingkan dengan jenis primata yang lainnya. Hal ini dikarenakan adanya ciri-ciri utama yang ditemukan pada hewan menyusui namun sifat tersebut tidak ditemukan pada jenis primata lainnya, misal terdapat tapetum, yaitu bagian lapisan retina yang bergerak secara reflek apabila terkena cahaya langsung dan merupakan ciri khas satwa yang aktif pada malam hari (Supriatna, 2000). 1 Kukang Jawa termasuk dalam genus (Nycticebus javanicus) dapat hidup di hutan primer, hutan sekunder, hutan bambu, hutan bakau, dan hutan gambut. Bahkan terkadang dapat ditemukan di wilayah perkebunan (Nekaris et al, 2008 dan Thorn et al, 2009). Meskipun Kukang dapat ditemukan di berbagai tipe hutan, namun tidak semua tipe hutan tersebut dapat digunakan sebagai habitat hidupnya. Kecenderungan suatu satwa untuk memilih habitat yang disukainya dan kualitas habitat juga sangat mempengaruhi keberadaan satwa liar pada umumnya termasuk kukang Jawa. Berkurangnya wilayah habitat Kukang akibat tindakan yang disengaja ataupun tidak disengaja seperti gangguan aktivitas manusia atau bencana alam mengakibatkan berkurangnya jumlah populasi yang ada di alam liar. Selain itu adanya aktivitas manusia di sekitar habitat mempengaruhi tingkah laku terhadap kehidupan satwa, seperti perkembangbiakan dan pola adaptasi mereka terhadap perubahan kondisi sekitar, namun setiap jenis satwa memberikan perilaku atau respon yang berbeda terhadap perubahan kondisi tersebut (Johns, 1986). Habitat dapat menghubungkan kehadiran spesies, populasi atau individu (satwa atau tumbuhan) dengan sebuah kawasan fisik dan karakteristik biologi (Morrison, 2002). Pemilihan habitat merupakan suatu hal yang sangat penting karena satwa liar dapat bergerak secara mudah untuk mendapatkan makanan, air, tempat reproduksi atau menempati tempat baru yang lebih menguntungkan (Kuswanda, 2012). Habitat juga menyediakan sumber makanan bagi kukang Jawa. Sumber pakan adalah salah satu komponen ekologi yang sangat mempengaruhi kelestarian primata, kualitas dan kuantitas pakan mempengaruhi perilaku dan organisasi sosial primata (Raemaker dan Chivers,1980 dalam Bismark, 1994). 2 Kukang Jawa termasuk jenis primata omnivora. Dari semua jenis makanan hampir 90% makanan kukang Jawa berasal dari nektar yang ada pada bunga pada musim tertentu. Dari jenis tumbuhan berbunga, jenis Kaliandra adalah sumber makanan yang paling disukai oleh kukang Jawa (Moore , 2012). Hutan rimba campuran di desa Kemuning, kecamatan Bejen, kabupaten Temanggung adalah kawasan yang masih memiliki kondisi tegakan yang cukup baik. Hutan ini termasuk jenis hutan tropis dataran rendah, sehingga masih banyak dijumpai jenis flora dan fauna yang hidup di dalam hutan tersebut. Salah satu satwa liar yang dapat ditemukan disana adalah kukang Jawa. Jenis satwa ini baru saja ditemukan di hutan rimba campuran Alas Kemuning karena mendapat banyak informasi dari masyarakat lokal disana. Namun hingga saat ini belum ada bukti ilmiah keberadaannya. Hasil survei ke masyarakat menunjukkan bahwa hutan Alas Kemuning masih dapat ditemukan kukang Jawa (Ahmad, 2015). 3 1.2. Rumusan Masalah Hutan Alas Kemuning di Temanggung adalah hutan tropis yang masih tersisa di daerah Jawa Tengah yang berstatus hutan produksi terbatas. Hutan ini merupakan habitat bagi satwa maupun tumbuhan yang ada di dalamnya sebagai fungsi pelindung, penyedia pakan, tempat tinggal dan interaksi komponen fisik dan biotik terhadap satwa. Salah satu satwa endemik yang ada di kawasan hutan ini adalah kukang Jawa (Nycticebus javanicus). Satwa liar ini adalah satwa langka yang sangat sulit untuk dijumpai dan hanya dijumpai pada daerah-daerah tertentu saja karena populasi di alam menurun drastis akibat perburuan ataupun seleksi alam sehingga ekologi satwa tersebut terancam punah. Oleh karena itu hutan Alas Kemuning merupakan habitat yang sangat penting bagi kukang Jawa. Mengingat pentingnya hutan Alas Kemuning bagi keberadaan salah satu spesies terancam punah ini, pemahaman tentang karakteristik habitat kukang Jawa merupakan informasi yang sangat penting untuk menyusun program konservasinya. Pemahaman tentang karakter habitat dapat digunakan untuk memprediksi kebutuhan populasi jangka panjang (Fagen, 1988). Berdasarkan kenyataan tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimakah karakteristik habitat bagi kukang Jawa di hutan Alas Kemuning. Selanjutnya untuk memahami karakteristik habitat diperlukan pengetahuan tentang lokasi mana saja yang terdapat kukang Jawa dan faktor fisik serta biotik apa saja yang memengaruhi keberadaan kukang Jawa di hutan Alas Kemuning. 4 1.3. 1. Tujuan Mengetahui tempat persebaran individu kukang Jawa di hutan Alas Kemuning. 2. Mengetahui karakteristik komponen habitat dan variabel yang memengaruhi probabilitas keberadaan kukang Jawa di hutan Alas Kemuning. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai komponen habitat yang memengaruhi kehadiran kukang Jawa di hutan Alas Kemuning. Hal ini menjadi sangat penting karena pemilihan komponen habitat dapat digunakan untuk memprediksi kebutuhan populasi jangka panjang. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan habitat kukang Jawa di hutan Alas Kemuning. Selain itu Manfaat lainnya adalah untuk memodelkan dan memproyeksikan dampak perubahan habitat, dengan asumsi bahwa perbandingan antara kepadatan populasi sama dengan ketersediaan sumberdaya ( Fagen, 1998) 5