ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2010 - 2014 Oleh: Rizky Aryo Wichaksono NIM. 208084000017 JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2010 - 2014 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Rizky Aryo Wichaksono NIM. 208084000017 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Roikhan Mochamad Aziz, Dr., MM NIDN. 0325067004 Yoghi Citra Pratama, M.Si NIP. 19830717 201101 1 011 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Senin, Tanggal 6 Oktober 2014 telah dilakukan ujian komprehensif atas Mahasiswa: 1. Nama : Rizky Aryo Wichaksono 2. NIM : 208084000017 3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Ekonomi Islam 4. Judul Skripsi : Analisis Perbankan Pengaruh Syariah Faktor Eksternal Terhadap Dan Internal Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan Syariah Periode 2010 - 2014 Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 6 Oktober 2014 1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP.19570617198503 1 002 ( 2. Zuhairan Y Yunmi, SE, M. Sc NIP. 19800416 200912 1 002 ( 3. Yoghi Citra Pratama, M.Si NIP. 19830717 201101 1 011 ( ) Penguji I ) Penguji II ) Penguji III ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Rabu, pada tanggal 26 Juni 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas Mahasiswa: 1. Nama : Rizky Aryo Wichaksono 2. NIM : 208084000017 3. Jurusan : IESP Ekonomi Islam 4. Judul Skripsi : Analisis Perbankan Pengaruh Faktor Syariah Eksternal Terhadap Dan Internal Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan Syariah Periode 2010 – 2014 Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan IESP Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 26 Juni 2015 1. Dr. Amilin, SE., MSi., Ak., CA., BKP NIP. 19730615 200501 1 009 ( 2. Arief Fitrijanto, M.Si NIP. 19711118 200501 1 003 ( 3. Ali Rama. SE., M.Ec NIP. 2028068401 ( 4. Roikhan Mochamad Aziz, Dr., MM NIDN. 0325067004 ( 5. Yoghi Citra Pratama, M.Si NIP. 19830717 201101 1 011 ( ) Ketua ) Sekretaris ) Penguji Ahli ) Pembimbing I ) Pembimbing II iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Nama Mahasiswa : Rizky Aryo Wichaksono NIM : 208084000017 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : IESP Ekonomi Islam Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya. Jakarta, Juni 2015 (Rizky Aryo Wichaksono) iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Data Pribadi 1. Nama : Rizky Aryo Wichaksono 2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 September 1990 3. Alamat : Pondok Tirta Mandala Blok i no.19 Rt/Rw : 03/019 Depok 4. Agama : Islam 5. Nama Ayah : Mulyo Rahardjo S.H , MM 6. Nama Ibu : Endang Sri Siswantari 7. Nomor Telepon : 08973411361 8. E-mail : [email protected] B. Data Pendidikan Formal 1. 1996 – 2002 : SD Yaspen Tugu Ibu Depok 2. 2002 – 2005 : SMP Negeri 4 Depok 3. 2005 – 2008 : SMA Plus PGRI 1 Cibinong, Bogor 4. 2008 – 2014 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi studi Pembangunan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. v ABSTRACT The purpose of this study is to analyze the influence Inflation, rupiah exchange rate, interest rate, financing deposit ratio and operational cost and operational income toward return on asset partially and simultaneously. The method that writer applied is multiple regression linear. The data are secondary, based on finance report 4 years for every three months. The results show that are simultaneous influence of variable Inflation, rupiah exchange rate, interest rate, financing deposit ratio and operational cost and operational income. The result also show there is a significant partially influence interest rate and BOPO (operational cost and operational income) toward return on asset, whereas Inflation, rupiah exchange rate and financing deposit ratio has no partially Influence toward return on asset. The result adjusted R square show that the influence of Inflation, rupiah exchange rate, interest rate, financing deposit ratio and operational cost and operational income toward return on asset are 93.4% and the rest 6.6% was affected by other variables and not included into this regression analysis. Keyword: Inflation, rupiah exchange rate, interest rate, financing deposit ratio operational cost and operational income, return on asset vi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset secara parsial dan secara simultan. Metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda. Data yang diperoleh merupakan data sekunder berdasarkan laporan keuangan dalam kurun waktu 4 tahun dan di ambilnya selama 3 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit ratio dan BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap return on asset. Hasil penelitian ini juga menunjukkan variabel suku bunga dan BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset, sedangkan Inflasi nilai tukar rupiah, financing deposit ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap return on asset. Hasil adjusted R square ditemukan bahwa pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit ratio dan BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap return on asset dapat dijelaskan sebesar 93,4% sedangkan sisanya sebesar 6,6% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis regresi ini. Kata kunci: inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional, return on asset vii KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Fakor Eksternal dan Internal Perbankan Syariah Terhadap Profitabilitas Pada perbankan Syariah Preiode 2010-2014 ”. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ayahanda tercinta (Mulyo Rahardjo SH. MM) dan ibunda tercinta (Endang Sri Siswantari) yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dan do’a yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis. Dan seluruh keluarga kakak dan adik (Nikko Adhitya, Rifnaldi, Annisa Devi) yang telah menyemangati, memberikan keceriaan, do’a dan semangat untuk terus berusaha memberikan yang terbaik. 2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan, MA. MM sebagai Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan, serta sebagai Penggagas teori hahslm 472319, Konsep Sinlammim 319913616, Pendekatan Kaffah Thinking 396, dan Metode berfikir menyeluruh. Terima kasih atas segala masukan guna viii penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan selama ini. 4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si Selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, dan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan konsultasi yang telah diberikan selama ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua. 6. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain. 7. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh Stafnya yang telah rela bersedia memberikan layanan dengan baik dan tersedianya buku-buku yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepada seluruh teman-temanku dikelas IESP (Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan) Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2008, yang sama-sama berjuang dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Terima kasih atas bantuan, semangat dan do’anya. 9. Kepada teman-teman seperjuangan seluruh Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan pejuang terakhir 2008, terima kasih untuk persahabatan dan pertemanan kita selama ini. Terima kasih untuk sahabat-sahabat terbaik, Aziezul Rashid (Basir), Derry Sapta, Dendy Sumawan (Kadir), Aljuni Vernorth (Jodi), Fandy Prasetiyo, Muhamad Rafi(Belo), Wahyu Saputro (Wahwah), Yoga Dwidingga (Pongo), Suhendri . 10. Kepada teman-teman Perumahan Mandala yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk sukses bersama-sama, Rezha Firmansah (Eca), Putra Adisurya (Pugen), Fekky , Amirul (We), Gatra Perdana (Otoy), Reza Riztama (Jamek), dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang selalu setia menemani, memberikan motivasi dan dorongan sehingga terselesaikan skripsi ini, yang tidak akan penah penulis lupakan. ix 11. Dan tidak lupa kepada tambatan hatiku Suciati yang selalu memberi support dan mengingatkanku akan jaga kesehatan, sholat, berdoa, dan selalu memberikan dorongan dengan segala perhatian-perhatiannya. Demikianlah dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu‟alaikum Wr. Wb. Jakarta, 19 juni 2015 (Rizky Aryo Wichaksono) x DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................ i Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... Abstact ............................................................................................................... Abstrak ............................................................................................................... Kata Pengantar ................................................................................................ Daftar Isi ........................................................................................................... Daftar Tabel ...................................................................................................... Daftar Gambar ................................................................................................. Daftar Lampiran .............................................................................................. iv v vi vii viii xi xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ A. Latar Belakang Masalah ............................................................... B. Perumusan Masalah ...................................................................... C. Tujuan Penelitian .......................................................................... D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 1 1 12 12 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 15 A. Landasan Teori ............................................................................. 15 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ekonomi Makro ....................................................................... 15 Bank Syariah ............................................................................ 16 Profitabilitas (Return on Asset) ............................................... 19 Inflasi ........................................................................................ 21 Nilai Tukar rupiah ..................................................................... 23 Suku Bunga .............................................................................. 26 Financing Deposit Ratio (FDR) ............................................... 31 Beban Operasional dan Pendapatan Operasional ..................... 32 9. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian ..................................... 34 B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 41 C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 44 D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 47 xi BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 49 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 49 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 49 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 50 D. Metode Analisis Data .................................................................... 51 1. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 52 2. Uji Hipotesis Penelitian ........................................................... 56 3. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ........................ 59 4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 59 E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 60 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 64 A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 64 B. Hasil Dan Pembahasan .................................................................. 70 1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ................................................ 70 a. Hasil Uji Normalitas Data .................................................... 71 b. Hasil Uji Multikolinieritas ................................................... 73 c. Hasil Uji Autokolerasi ......................................................... 74 d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................... 75 2. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................ 76 a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ....................................... 76 b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ............................................ 76 3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda .............. 82 4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................... 82 C. Analisis dan Pembahasan .............................................................. 84 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 89 A. Kesimpulan ................................................................................... 89 B. Saran ............................................................................................. 90 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 92 LAMPIRAN ...................................................................................................... 97 xii DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman 1.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 - 2013 .......... 5 1.2 Profitabilitas (ROA), Inflasi, Suku Bunga, Kurs, FDR dan BOPO di Indonesia Periode 2010 – 2014 ................................................... 8 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 41 4.1 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik .............................................. 73 4.2 Hasil Uji Multikolonieritas............................................................... 73 4.3 Hasil Uji Autokolerasi ..................................................................... 74 4.4 Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) .................................................... 76 4.5 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ......................................................... 77 4.6 Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda ....................................... 81 4.7 Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ...................................... 83 xiii DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan Halaman 2.2 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 46 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik ........................................ 72 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 75 xiv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Keterangan Halaman 1 Data Mentah Hasil Perhitungan Variabel ........................................ 96 2 Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS .............................................. 98 xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menilai kinerja sebuah perusahaan, seorang investor biasanya mengacu pada prospektus dan laporan keuangan perusahaan tersebut. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kegiatan operasionalnya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya, juga merupakan elemen dalam menciptakan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja sangatlah beragam dan terkadang berbeda antara satu industri dengan industri lainnya. Tetapi yang biasa digunakan oleh para manajer atau investor selama ini menggunakan rasio keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas (current ratio, quick ratio), rasio profitabilitas (return on equity, return on asset, return on invesment) serta rasio solvabilitas. Dari keseluruhan rasio keuangan, yang biasa menjadi alat ukur kesehatan adalah return on asset karena digunakan perusahaan sebagai alat untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan, karena semakin baiknya return on asset maka akan semakin besar tingkat pengembalian return (Fadjar, 2013:2). 1 Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan. Salah satu rasio profitabilitas adalah return on asset (ROA), return on asset (ROA) merupakan perbandingan nett profit after tax terhadap average total asset. Rasio ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan menggunakan seluruh asetnya dalam menghasilkan keuntungan. Nilai dari kedua rasio keuangan di atas sudah tercantum dalam setiap laporan keuangan perusahaan sehingga lebih mudah bagi investor dalam menganalisanya untuk kemudian dijadikan dasar menentukan kebijakan portofolio (Handoko, 2008:3). Salah satu metode dalam menilai tingkat kesehatan bank ialah dengan menggunakan rasio kemampuan laba atau dapat disebut juga dengan rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas. Rasio kemampuan laba dapat diartikan sebagai kemampuan bank dalam mengelola asset dan liabilities yang ada guna menghasilkan laba. Terdapat enam tolak ukur tingkat kemampuan laba, yakni net profit margin, gross proffit margin, asset utilization, return on asset, earning per share, serta return on equity. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tolak ukur return on asset sebagai tolak ukur tingkat kemampuan bank. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja 2 perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas atau rentabilitas adalah Return on Asset (ROE) dan Return on Asset (ROA). ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income, sedangkan ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki (Yuliani, 2007:56). Penelitian Hardiningsih, dkk (2001), menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah/US Dollar berpengaruh negatif terhadap return saham. Nilai tukar Rupiah/US Dollar tidak berpengaruh terhadap resiko investasi saham (Meta, 2006:2). Berdasarkan hasil penelitian Purwiani (2007) dalam Sadikin (2011:24) tentang pengaruh resiko kurs dan risiko suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dimana risiko pasar dan risiko kurs rupiah berpengauh signifikan terhadap return saham dengan arah positif, sedangkan risiko suku bunga berpengaruh terhadap return saham tetapi dengan arah negatif. Bilson, Brailsford dan Hooper (2001:16) menggunakan nilai bobot indeks pasar dunia dan beberapa variabel makroekonomi untuk menjelaskan return saham. Hasil dari penelitian tersebut menyarankan harga barang dan aktivitas riil memiliki kemampuan yang terbatas dalam menjelaskan variasi dari return. Sementara money supply, nilai tukar, dan market return merupakan variabel yang sangat signifikan dalam menjelaskan return. 3 Analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi tentang laporan keuangan. Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan intepretasi rasio keuangan yang ada dalam laporan keuangan (Lesmana, 2008:56). Dalam analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah, dan para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan. Dalam menilai kinerja perusahaan perbankan, umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu CAMEL (capital, assets, management, earnings, liquidity). Kelima aspek tersebut dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi kesehatan perbankan, memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat maupun yang tidak sehat (Chen, 1981 dalam Wilopo, 2001:23). Perbankan syariah saat ini menjadi sektor yang meningkat dengan baik hal ini ditunjukkan dengan peningkatan yang cukup signifikan yang dilihat pada tahun 2010 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah dan 150 BPRS. Pada tahun 2011 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 24 Unit Usaha Syariah dan 155 BPRS. Pada tahun 2012 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 24 Unit Usaha Syariah dan 158 BPRS dan pada tahun 2013 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 24 Unit Usaha Syariah dan 160 BPRS dengan total jaringan kantor mencapai 2.925 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara, meskipun terdapat pengurangan terhadap unit usaha syariah, akan tetapi terdapat pula pertumbuhan BPRS. Oleh karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai „the fastest growing industry‟. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini. 4 Tabel.1.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 - 2013 Kelompok Bank Bank Umum Syariah Unit Usaha Syariah BPRS Sumber: http//www.bi.go.id. 2010 11 23 150 2011 11 24 155 2012 11 24 158 2013 11 23 160 Berdasarkan tabel di atas, pertumbuhan dan persaingan perbankan syariah di Indonesia semakin ketat, maka pihak bank syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor dan nasabah, serta dapat tercipta perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Salah satu indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat profitabilitasnya. Salah satu alat ukur profitabilitas adalah return on asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Profitabilitas dipengaruhi baik dari lingkungan makro ekonomi maupun internal perbankan syariah itu sendiri (http//www.bi.go.id). Salah satu faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi return on Asset perbankan adalah inflasi, yang dimaksud dengan inflasi adalah peningkatan tingkat harga secara keseluruhan. Mempertahankan inflasi tetal rendah telah lama menjadi tujuan kebijakan pemerintah. Yang menjadi masalah utama adalah hiperinflasi, atau periode peningkatan yang sangat cepat dalam tingkat harga secara keseluruhan (Case dan Fair, 2007:4). 5 Menurut Sipahutar (2007:94) mengatakan bahwa inflasi merupakan indikator yang patut diwaspadai. Inflasi merupakan musuh perekonomian. Salah satu alat yang dipergunakan untuk mengendalikan inflasi adalah suku bunga. Dengan manajemen suku bunga inflasi dapat dikendalikan dan dengan suku bunga yang terkendali, perekonomian dapat digerakkan secara berkelanjutan. Otoritas moneter telah berhasil mengelola suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah suku bunga, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga dari uang dan bagaimana penerapan perhitungan bunga di pasar uang dan perhitungan bunga di bank (Leon dan Ericson, 2007:69). Faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah nilai tukar rupiah, yang dimaksud dengan nilai tukar rupiah adalah harga dari suatu mata uang ketika dipertukarkan dengan mata uang lain, atau dengan kata lain bagi mereka yang tinggal di Amerika Serikat, nilai tukar adalah seberapa banyak seseorang akan membutuhkan mata uang lain yang akan setara dengan satu dolar Amerika Serikat (Boone dan Kurtz, 2007:159). Hubungan nilai tukar dengan profitabilitas diungkapkan oleh (Prasetyantoko, 2008:258) yang menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang baik. Dengan kata lain nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai 6 tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah tadi. Faktor internal yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah financing deposit ratio, yang dimaksud dengan financing deposit ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga (Hariyani, 2010:55). Faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah biaya operasional dan pendapatan operasional, Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Menurut Loen dan Ericson (2007:121) menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Sedangkan menurut Iqbal (2010:148) menyatakan bahwa untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi lembaga keuangan mikro, semakin kecil nilai BOPO maka semakin baik. Berdasarkan penjelasan mengenai variabel penelitian, maka dapat dijabarkan mengenai data-data empiris dari penelitian sehingga menjadi alasan 7 dilakukan penelitian, Berikut ini merupakan data mengenai faktor eksternal (inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar) dan faktor internal (capital adequacy ratio, financing deposit ratio) serta profitabilitas (return on asset) di Indonesia (http//www.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015): Tabel 1.2 Profitabilitas (ROA), Inflasi, Suku Bunga, Kurs, FDR dan BOPO di Indonesia Periode 2010 - 2014 Tahun ROA (Persen) Inflasi SBI (Persen) (Persen) Kurs FDR BOPO (Rupiah) (Persen) (Persen) 2010 2,86% 6,96% 6,50% 8350 89,67% 96,07% 2011 3,03% 3,79% 6,58% 9048 88,94% 87,71% 2012 3,11% 4,30% 5,77% 9712 84,51% 85,57% 2013 2,00% 8,38% 6,54% 10091 95,87% 85,06% 2014 1,30% 6,24% 7,54% 10703 98,11% 91,90% Sumber: http//www.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015 (diolah). Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa data return on asset pada tahun 2012 sebesar 3,11% dan inflasi pada tahun 2012 sebesar 4,30%, sedangkan pada tahun 2013 return on asset sebesar 2,00% dan inflasi pada tahun 2013 sebesar 8,38%. Berdasarkan data tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Tandelilin (2010:343) yang mengatakan bahwa inflasi meningkatkan pendapatan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. Berdasarkan analisa tersebut membuktikan bahwa semakin tingginya inflasi maka akan semakin rendah return on asset. 8 Pada data suku bunga terlihat pada tahun 2012 sebesar 5,77% dan return on asset sebesar 3,11%, sedangkan pada tahun 2013 suku bunga sebesar 6,54% dan return on asset sebesar 2,00% hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya suku bunga maka akan semakin rendah return on asset. Hal ini sesuai dengan pendapat Tandelilin (2010:343) yang menyatakan bahwa tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat suku bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan disamping itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat. Pada data kurs terlihat pada tahun 2012 sebesar 9712 dan return on asset sebesar 3,11%, sedangkan pada tahun 2013 kurs sebesar 10091 dan return on asset sebesar 2,00% hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya nilai kurs semakin rendah nilai return on asset. Data sesuai dengan pernyataan yang dilakukan oleh Prasetyantoko (2008:258) yang menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang baik. Dengan kata lain nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah tadi. 9 Financing deposit ratio pada tahun 2012 sebesar 84,51% dan return on asset sebesar 3,11% sedangkan pada tahun 2013 financing deposit ratio sebesar 95,87% dan return on asset sebesar 2,00% hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi financing deposit ratio maka akan semakin rendah return on asset. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang dilakukan oleh Putri dan Heykal (2013:2) yang menyatakan bahwa Semakin tingginya FDR menunjukan semakin riskan kondisi likuditas bank, sebaliknya semakin rendah FDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Semakin tinggi FDR maka akan semakin tinggi dana yang disalurkan pihak ketiga, dengan penyaluran dana pihak ketiga yang besar maka pendapatan (ROA) bank akan meningkat. Biaya operasional dan pendapatan operasional pada tahun 2011 sebesar 87,71% dan return on asset sebesar 3,03% sedangkan pada tahun 2012 biaya operasional dan pendapatan operasional sebesar 85,57% dan return on asset sebesar 3,11% hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi biaya operasional dan pendapatan operasional maka akan semakin rendah return on asset. Hal ini terjadi karena lebih tinggi beban dibandingkan pendapatan, sehingga akan mempengaruhi laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang dilakukan oleh Iqbal (2010:148) yang menyatakan bahwa semakin kecil nilai BOPO maka semakin baik. Alasan pemilihan judul pada penelitian ini adalah semakin berkembangnya perusahaan perbankan sebagai perusahaan yang mampu bersaing walaupun semakin ketatnya persaingan dalam dunia perbankan, yang ditandai dengan nilai return on asset sebagai alat dalam penilaian kinerja keuangan. Perbankan syariah senantiasa mengalami pertumbuhan yang cukup 10 pesat dari berbagai aspek. Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa sampai dengan akhir tahun 2013, pertumbuhan aset Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) mencapai 31,8 persen dengan pangsa pasar (market share) yang terus mengalami penigkatan hingga mencapai 4,8 persen. Hal ini di dorong oleh permintaan masya rakat Indonesia akan Islamic product sebagai alternatif dalam menggunakan jasa perbankan yang semakin meningkat (http://www.republika.co.id, diakses pada tanggal 30 Juni 2015). Salah satu ukuran kinerja perusahaan adalah tingkat keuntungan atau laba. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan, termasuk perbankan syariah, merupakan hal yang sangat penting dalam laporan ta hunan. Selain itu, kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup kegiatan rutin atau operasional juga perlu dilaporkan sehingga di harapkan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan operasional perusahaan. Prediksi kinerja keuangan suatu perusahaan pada umumnya dilakukan oleh pihak internal (manajemen) dan pihak eksternal perusahaan yang memiliki kepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan, seperti : investor, kreditur, dan pemerintah (http://www.republika.co.id, diakses pada tanggal 30 Juni 2015). Munawir (2002:8) menyatakan bahwa pihak-pihak yang menginvestasikan modalnya membutuhkan informasi tentang sejauh mana kelancaran aktivitas dan profitabilitas perusahaan, potensi deviden. Maka sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas (return on asset) perbankan Syariah di Indonesia dengan mengambil tema “Analisis Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Perbankan Syariah terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan Syariah Periode 2010 - 2014”. 11 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 2. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 3. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 4. Bagaimana pengaruh financing deposit ratio (FDR) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 5. Bagaimana pengaruh biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 6. Bagaimana pengaruh Inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit (FDR), biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah, selanjutnya peneliti dapat mengetahui tujuan penelitian ini, yaitu: a. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014 b. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014 12 c. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014 d. Untuk menganalisis pengaruh financing deposit ratio (FDR) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014 e. Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014 f. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit ratio (FDR), biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 2014 2. Manfaat penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis pengaruh faktor eksternal (Inflasi, nilai tukar, suku bunga) dan internal (financing deposit ratio (FDR), biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap profitabilitas (return on asset) perbankan syariah periode 2010 - 2014. b. Bagi sektor perbankan Khususnya dalam menganalisis pengaruh pengaruh faktor eksternal (Inflasi, nilai tukar, suku bunga) dan internal (financing deposit 13 ratio (FDR), biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap profitabilitas (return on asset) perbankan syariah periode 2010 - 2014., penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan sektor perbankan syariah. c. Bagi Pemertintah Sebagai bahan pemikiran untuk para pengambil keputusan atau kebijakan perekonomian agar lebih tepat untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah. d. Bagi Masyarakat Dapat meningkatkan kesadaran pentingnya menabung terutama di bank Syariah, karena lebih banyak manfaat, keuntungan yang didapat dibanding mudharatnya dari produk-produk yang di tawarkan baik bagi yang ingin menginvestasikan uangnya atau sekedar menyimpan uangnya kepada khususnya masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim/muslimah. e. Bagi Pihak Lain Seperti pihak swasta/wiraswasta sebagai masukan bagi mereka untuk memilih sistem perbankan syariah sebagai pilihan alternatif. 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Ekonomi Makro Ekonomi makro merupakan bidang ekonomi yang mengkaji fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas, misalnya inflasi, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Saat ini ekonomi makro mengkaji berbagai bidang yang luas, misalnya bagaimana total investasi dan konsumsi ditentukan, apa penyebab krisis moneter, bagaimana bank sentral mengelola uang dan suku bunga, mengapa beberapa negara maju berkembang pesat sementara yang lain mengalami stagnasi (kemunduran). (Ahman, 2007:113). Ilmu ekonomi makro memperhatikan perekonomian secara keseluruhan. Ilmu ekonomi makro tidak mencoba memahami apa yang menentukan output perusahaan atau industri tunggal atau pola konsumsi rumah tangga tunggal atau kelompok rumah tangga. Ilmu ekonomi makro sebaliknya menelaah faktor-faktor yang menentukan output nasional. Ilmu ekonomi makro berhubungan dengan ketenagakerjaan dan pengangguran agregat (secara keseluruhan), berapa banyak pekerjaan yang tersedia dalam perekonomian secara keseluruhan dan berapa banyak orang yang mau bekerja tapi tak mamapu pekerjaan (Case dan Fair, 2007:11). 15 Prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara keseluruhan, sehingga analisis penilaian saham yang dilakukan investor juga harus memperhatikan beberapa variabel ekonomi makro yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Investor bisa melakukan analisis fundamental secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Pertama kali perlu dilakukan analisa terhadap faktorfaktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisa industri dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas yang dikeluarkan menguntungkan atau merugikan bagi investor (Tandelilin, 2010:338). 2. Bank Syariah a. Pengertian Bank Syariah Perkembangan ekonomi islam ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah (Suwiknyo, 2010:1). Bank syariah adalah institusi keuangan institusi keuangan yang berbasis syariah islam. Hal ini berarti secara makro bank syariah adalah institusi keuangan yang memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam mendukung dan memainkan kegiatan investasi di masyarakat sekitarnya. Dalam kaamata mikro bank syariah adalah institusi keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya telah sesuai dengan syariah (Ascarya, 2011:1). 16 Dunia ekonomi dalam islam adalah dunia bisnis atau investasi hal ini bisa dicermati mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan investasi (ajakan bisnis dalam Al quran dan sunah) hingga tanda - tanda implisit untuk menciptakan sistem yang mendukung iklim investasi (adanya sistem zakat sebagai alat disinsentif atas penumpukan harta, larangan riba untuk mendorong optimalisasi investasi, serta larangan maysir atau judi dan spekulasi untuk mendorong produktivitas atas setiap investasi). (Ascarya, 2011:1). Kebijakan pemerintah terhadap perbankan syariah di ndonesia terdapat dalam undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dan undang - undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang - undang No. 7 tahun 1992. Berdasarkan kebijakan tersebut, perkembangan kebiijakan perbankan islam di Indonesia dapat diklasifikasikan dalam dua periode, yaitu periode 1992 - 1998 dan periode 1998 - 1999 (Suwiknyo, 2010:2). b. Produk Bank Syariah Secara garis besar, pengembangan produk bank syariah dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut (Suwiknyo, 2010:20-40): 17 1) Produk Penghimpunan Dana a) Prinsip Wadi‟ah Prinsip Wadi‟ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, di mana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai yang meminjam b) Prinsip Mudharabah Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpanan bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib, dana ini digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Berdasarkan kewenangan penggunaan dana, prinsip mudharabah dibagi menjadi: (1) Mudharabah Mutlaqah Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. (2) Mudharabah Muqayadah On Balance sheet Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment) di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. (3) Mudharabah Muqayadah Off Balance sheet Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. 18 2) Produk Penyaluran Dana Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan menjadi tiga model, yaitu transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli, transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa dan transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa. 3) Produk Jasa Produk jasa dikembangkan dengan akad al-hiwalah, ar-rahn, alqardh, al-wakalah dan al-khafalah. 3. Profitabilitas (Return on Asset) Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. ROA (return on asset); Rasio ini sering juga disebut sebagai Return on Investment. Hasil pengembalian investasi atau lebih di kenal dengan nama return on investasi atau return on total asset merupakan rasio yang menunjukan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas 19 manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu hasil dari pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik dalam modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari seluruh perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2008:201). Investor harus menganalisis struktur industri untuk menilai kekuatan dari lima faktor persaingan, sehingga investor dapat menentukan profitabilitas dari suatu industry. Struktur industry cenderung berubah sehingga investor perlu terus memperbaharui aanalisis lingkungan industri sesuai dengan perubahan yang terjadi. Dari sudut pandang para investor adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor (Tandelilin, 2010:357). ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba (Hakim, 2006:19). 20 Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32). 4. Inflasi Kasmir dan Jakfar (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks diatas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas. 21 Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103). Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2007:128). Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang (Gilarso, 2004:200). Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik dari persentase perubahan indeks harga konsumen (IHK) pada suatu saat dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah perbandingan relatif dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar, dan dinyatakan dalam persen (Gilarso, 2004:201). Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201): 22 5. Nilai Tukar Rupiah a. Pengertian Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar menunjukkan banyaknya unit mata uang yang dapat dibeli dan ditukar dengan satu satuan mata uang lain (Sartono, 2001). Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,dan lain sebagainya. Dalam transaksi valuta asing dibedakan menjadi dua jenis kurs yaitu kurs spot (spot rate) dan kurs berjangka (forward rate). Dari kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing yang paling dikenal transaksi seketika (on the spot). Transaksi spot yang lazim digunakan dalam melakukan pembayaran dan penerimaan valuta asing adalah dalam jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut. Sedangkan transaksi berjangka (forward transaction) merupakan kesepakatan yang dicapai pada hari ini namun baru berlaku beberapa waktu kemudian (misalnya 3 bulan). Dalam penelitian ini kurs yang dipakai adalah kurs spot (spot rate). (Subalno, 2010:25). Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasa rmodal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003:24). 23 Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain, kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004:176). b. Sistem Kurs Mata Uang Menurut Kuncoro (2001:26), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu: 1) Sistem Kurs Mengambang (floating exchange rate) Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu : a) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. b) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs. 24 2) Sistem Kurs Tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. 3) Sistem Kurs Tertambat Merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutankejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam. 4) Sistem Sekeranjang Mata Uang (basket of currencies). Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. 25 Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda. 5) Sistem Kurs Tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit. 6. Suku Bunga a. Pengertian Tingkat Suku Bunga (SBI) Tingkat bunga dalam investasi akan menjadi pedoman yang penting dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Umumnya tingkat bunga akan memiliki hubungan negatif dengan kinerja saham. Bila pemerintah mengumumkan kenaikan tingkat bunga akan meleihi harapan imbal hasil dalam saham maka para investor akan beraksi dengan menjual saham dan menggantinya dengan sekuritas berpendapatan tetap (deposito) yang memberi imbal hasil (bunga) lebih tinggi. Suku bunga dan prakiraan nilainya di masa depan merupakan salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi (Bodie, 2006:180). 26 Menurut Case dan Fair (2007:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Suku bunga merupakan harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur (Sunariyah, 2004:80). Menurut Prasetiantono (2000:97) mengenai suku bunga adalah jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank. Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku bunga di Indonesia adalah tingginya suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi (perantara), kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa bank secara relatif masih belum cukup tinggi, dan sulit untuk menurunkan suku bunga perbankan bila laju inflasi selau tinggi (Prasetiantono, 2000:99-101). 27 b. Fungsi Suku Bunga Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat, Adapun Fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah: 1) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. 2) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain. 3) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. 28 c. Faktor Yang Menentukan Tingkat Suku bunga Prakiraan suku bunga merupakan salah satu bagian yang paling sulit dari ekonomi makro terapan. Namun secara sederhana, kita dapat ketahui bahwa faktor-faktor penting yang menentukan tingkat suku bunga adalah (Bodie, 2006:180): 1) Suplai dana dari para penabung, terutama sektor rumah tangga 2) Permintaan terhadap dana dari sektor bisnis untuk keperluan pembiayaan investasi dalam bentuk pabrik, peralatan dan persediaan (asset riil atau pembentukan modal) 3) Penawaran dan permintaan bersih pemerintah terhadap dana yang terlihat dari tindakan-tindakan bank sentral Beberapa faktor dalam ekonomi yang dapat mempengaruhi pergerakan suku bunga, yaitu (Madura 2007:25): 1) Pertumbuhan ekonomi Pada saat perusahaan melakukan ekspansi, akan diperlukan uang sehingga permintaan akan uang semakin meningkat. Perusahaan yang melakukan ekspansi ini tak lepas dari kondisi perekonomian yang mendukung (kondisi perekonomian baik). Pada saat kondisi perekonomian baik, maka tingkat suku bunga meningkat. Sebaliknya, pada saat kondisi ekonomi buruk, maka perusahaan akan merubah strategi pembelanjaannya menjadi penggunaan modal sendiri sehingga tidak ada permintaan akan uang (permintaan menurun). Permintaan akan uang yang menurun menyebabkan tingkat suku bunga turun. 29 2) Adanya Inflasi Saat tingkat inflasi suatu Negara meningkat maka tingkat suku bunga juga akan semakin menigkat, karena pada saat terjadi inflasi akan diikuti dengan naiknya harga barang dan diperkirakan dimasa depan harga barang akan naik lagi (expected inflation rate) sehingga masyrakat banyak yang akan membeli barang-barang sekarang. Dengan melakukan pembelian maka dana yang dimiliki masyarakat berkurang sehingga muncul permintaan akan uang. Naiknya permintaan akan uang menyebabkan tingkat suku bunga meningkat. 3) Defisit Anggaran Pemerintah Defisit anggaran merupakan suatu kondisi dimana pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan. Untuk menutupi deficit, maka pemerintah melakukan peminjaman sehingga hal ini dapat menyebabkan tingkat suku bunga meningkat dan sebaliknya. Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik investasi sahamnya dan memindahkannya pada investasi yang menawarkan tingkat pengembalian lebih baik dan aman, seperti deposito. Akibat aksi para investor yang menarik sahamnya menyebabkan pasar modal sepi. Turunnya permintaan akan saham mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran saham, sehingga harga-harga saham turun dan akan menyebabkan indeks harga saham gabungan juga turun (Samsul 2006:65). 30 7. Financing Deposit Ratio (FDR) Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank, hal tersebut disebabkan karena dana yang dikelola bank sebagian besar adalah dana dari masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Likuiditas suatu bank berarti bahwa bank tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban (Siamat, 2005:56). Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan menggunakan financing to deposit ratio (pembiayaan). Financing to deposit ratio (pembiayaan) dijadikan variablel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang diajukan. Atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah, pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan (Siamat, 2005:81). Menurut Hasbi dan Haruman (2011:34) financing to deposit ratio (FDR) dapat dirumuskan sebagai berikut: 31 8. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Menurut Loen dan Ericson (2007:121) menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Hariyani (2010:55) yang menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional, semakin kecil rasio ini maka akan semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Pratiwi, 2012:7). Baiknya kinerja keuangan tersebut diperoleh karena efisiensi operasional yang berhasil diterapkan. Dengan jumlah cabang yang banyak dan luas tetap mampu mempertahankan operasional dengan efisiensi yang tinggi. Biaya operasional masih jauh di bawah pendapatan operasional. 32 Efisiensi juga dilakukan cukup baik terhadap asset sehingga mampu mengimbangi pertumbuhan asset dan modal yang berakibat pada tingginya perolehan rentabilitas (Liestyo, 2005:25). Biaya operasional dan pendapatan operasional merupakan rasio yang digunakan untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi lembaga keuangan mikro semakin kecil biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) maka akan semakin baik (Iqbal, 2010:148). Menurut Bank Indonesia standar terbaik BOPO adalah antara 85% - 92%. Indikator ini mempunyai bobot 15% (Rangkuti, 2011:103). Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO), digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Margaretha, 2007:62). Menurut Margaretha (2007:62) biaya operasional dan pendapatan operasional dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 33 9. Keterkaitan antar Variabel Penelitian a. Keterkaitan antara Inflasi dengan Return on Asset Kasmir dan Jakfar (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a) indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan (c) gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks diatas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas. Menurut Sipahutar (2007:94) mengatakan bahwa inflasi merupakan indikator yang patut diwaspadai. Inflasi merupakan musuh perekonomian. Salah satu alat yang dipergunakan untuk mengendalikan inflasi adalah suku bunga. Dengan manajemen suku bunga inflasi dapat dikendalikan dan dengan suku bunga yang terkendali, perekonomian 34 dapat digerakkan secara berkelanjutan. Otoritas moneter telah berhasil mengelola suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya asset, karena dengan inflasi yang tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat, sehingga akan mengurangi asset yang dimiliki perusahaan. Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103). Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa inflasi mempunyai pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Dwijayanthy dan Naomi (2007) dan Wibowo (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel inflasi terhadap return on asset. b. Keterkaitan antara Kurs dengan Return on Asset Kurs (Exchange Rate) merupakan nilai atas suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Peningkatan nilai suatu mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya disebut apresiasi, sedangkan penurunan nilai mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya disebut depresiasi. Nilai tukar menunjukkan banyaknya unit mata uang yang dapat dibeli dan ditukar dengan satu satuan mata uang lain 35 (Sartono, 2001). Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain.Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,dan lain sebagainya. Dalam transaksi valuta asing dibedakan menjadi dua jenis kurs yaitu kurs spot (spot rate) dan kurs berjangka (forward rate). Dari kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing yang paling dikenal transaksi seketika (on the spot). Transaksi spot yang lazim digunakan dalam melakukan pembayaran dan penerimaan valuta asing adalah dalam jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut. Sedangkan transaksi berjangka (forward transaction) merupakan kesepakatan yang dicapai pada hari ini namun baru berlaku beberapa waktu kemudian (misalnya 3 bulan). Dalam penelitian ini kurs yang dipakai adalah kurs spot (spot rate). (Subalno, 2010:25). Prasetyantoko (2008:258) yang menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang baik. Dengan kata lain nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah tadi. Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa kurs mempunyai pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Dwijayanthy dan 36 Naomi (2007) dan Swandayani dan Kusumaningtias (2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel kurs terhadap return on asset. c. Keterkaitan antara Suku Bunga dengan Return on Asset Tingkat bunga merupakan variabel yang diwakilkan oleh SBI yang merupakan alat kebijakan moneter pemerintah dalam mengatur dan menyesuaikan aktivitas perekonomian. Apabila pemerintah ingin mengurangi jumlah konsumsi dan uang beredar, maka pemerintah dapat meningkatkan suku bunga SBI. Dengan adanya suku bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (Opportunity Cost) dari kegiatan konsumsi terutama konsumsi yang menggunakan pinjaman bank akan semakin mahal karena biaya bunga semakin mahal. Adanya kenaikan suku bunga juga mengakibatkan suku bunga deposito meningkat sehingga menyebabkan menyimpan uang di bank akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan digunakan untuk konsumsi. Hal ini akan mengakibatkan uang yang beredar semakin berkurang dan konsumsi menurun sehingga mengakibatkan penurunan aktivitas perekonomian. Begitu pula sebaliknya, apabila pemerintah ingin meningkatkan jumlah konsumsi dan produksi, maka pemerintah dapat menurunkan suku bunga SBI. Dengan adanya suku bunga yang rendah, maka biaya ekonomi (Opportunity Cost) dari kegiatan konsumsi maupun produksi terutama kegiatan yang menggunakan pinjaman bank akan semakin rendah karena biaya bunga yang semakain rendah. Hal ini akan mendorong kegiatan produksi dan konsumsi akan lebih besar sehingga aktivitas perekonomian akan semakin meningkat. Suku bunga merupakan harga dari pinjaman. Suku 37 bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur (Sunariyah, 2004:80). Tingkat bunga dalam investasi akan menjadi pedoman yang penting dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Umumnya tingkat bunga akan memiliki hubungan negatif dengan kinerja saham. Bila pemerintah mengumumkan kenaikan tingkat bunga akan meleihi harapan imbal hasil dalam saham maka para investor akan beraksi dengan menjual saham dan menggantinya dengan sekuritas berpendapatan tetap (deposito) yang memberi imbal hasil (bunga) lebih tinggi. Suku bunga dan prakiraan nilainya di masa depan merupakan salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi (Bodie, 2006:180). Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa suku bunga mempunyai pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Swandayani dan Kusumaningtias (2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel suku bunga terhadap return on asset. d. Keterkaitan antara Financing Deposit Ratio dengan Return on Asset Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan menggunakan financing to deposit ratio (pembiayaan). Financing to deposit ratio (pembiayaan) dijadikan variablel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang 38 bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang diajukan. Atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah, pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan (Siamat, 2005:81). Rasio FDR yang analog dengan loan to deposit ratio (LDR) pada bank konvensional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. (Dendawijaya, 2003:46). Penelitian mengenai financial deposit ratio terhadap return on asset banyak dilakukan oleh penelitian terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2011) dan Fadjar (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara financing deposit ratio terhadap return on asset. e. Keterkaitan antara Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional dengan Return on Asset Hasil akhir dari aktivitas bank akan menghasilkan biaya dan juga pendapatan operasional. Kedua hal ini mempengaruhi tingkat efisiensi operasional bank yaitu kemampuan bank untuk menghasilkan 39 keuntungan dari penggunaan aktiva agar dapat menutupi biaya-biaya operasional. Semakin efisien biaya operasional, maka semakin efisien pula bank tersebut dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Tingkat efisiensi operasional diukur dengan rasio BOPO. Semakin rendah BOPO menunjukkan semakin tinggi efisiensi operasional bank yakni semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan yang ditunjukkan dengan meningkatnya profitabilitas (ROA). Sebaliknya, tingginya rasio BOPO mencerminkan inefisiensi operasional bank yang ditandai dengan tingginya beban operasional dan akan berakibat pada berkurangnya laba dan menurunkan rasio ROA. Baiknya kinerja keuangan tersebut diperoleh karena efisiensi operasional yang berhasil diterapkan. Dengan jumlah cabang yang banyak dan luas tetap mampu mempertahankan operasional dengan efisiensi yang tinggi. Biaya operasional masih jauh di bawah pendapatan operasional. Efisiensi juga dilakukan cukup baik terhadap asset sehingga mampu mengimbangi pertumbuhan asset dan modal yang berakibat pada tingginya perolehan rentabilitas (Liestyo, 2005:25). Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional mempunyai pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Adyani (2010) dan Wibowo (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset. 40 B. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari jurnal dan skripsi dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan dengan penelitian selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan waktu yang berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan pada tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Judul Penelitian 1. Pengaruh Penyaluran Kredit dan Tingkat Suku Bunga terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20082012) 2. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di Indonesia Peneliti Dan Tahun Kurniawati (2012) Metode Hasil Penelitian Penelitian Regresi Hasil penelitian Linier menyatakan bahwa BI Berganda rate berpengaruh terhadap return on asset dan penyaluran kredit tidak berpengaruh terhadap return on asset Fadjar (2013) Regresi Linier Berganda Hasil penelitian menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap return on asset, BOPO berpengaruh positif terhadap return on asset, LDR berpengauh negatif terhadap return on equity sedangkan CAR, nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset. Berlanjut Ke Halaman Berikutnya 41 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Judul Penelitian 3. Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007 Peneliti Dan Tahun Dwijayanthy dan Naomi (2007) 4. Capital Olalekan (2013) Adequacy And Banks' Profitability: An Empirical Evidence From Nigeria 5. Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP Dan PLO Terhadap return On Asset Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 - 2010 6. Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA) Nugroho (2011) Adyani (2010) Metode Hasil Penelitian Penelitian Regresi Hasil penelitian Linier menyatakan bahwa Berganda inflasi berpengaruh negatif terhadap return on asset, nilai tukar berpengaruh positif terhadap return on asset sedangkan BI rate tidak berpengaruh terhadap return on asset. Regresi The findings for the Linier primary data analysis Berganda revealed a nonsignificant relationship but the secondary data analysis showed a positive and significant relationship between capital adequacy and profitability of bank. Regresi Hasil analisis Linier menunjukkan bahwa Berganda data FDR, NPF, dan BOPO secara parsial signifikan terhadap ROA. Regresi Linier Berganda Hasil menyatakan bahwa bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Berlanjut Ke Halaman Berikutnya 42 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Judul Penelitian 7. Analisis Pengaruh Suku Bunga, INFLASI, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah Peneliti Dan Tahun Wibowo (2013) 8. Impact of Interest Rate Changes on the Profitability of four Major Commercial Banks in Pakistan 9. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Valas dan Jumlah Uang Beredar terhadap Profitabilitas pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 20052009 Sattar (2014) Swandayani dan Kusumaningtias (2009) 10. The Impact Of Chisty (2012) Capital Adequacy Requirements On Profitability Of Private Banks In India (A Case Study Of J&K, Icici, Hdfc And Yes Bank) Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu Metode Hasil Penelitian Penelitian Regresi Berdasar hasil analisis Linier data maka dapat Berganda ditarik kesimpulan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA sedangkan variabel CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh. Regresi As a result it is found Linier that there is strong Berganda and positive correlation between interest rate and commercial banks‟ profitability Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa secara parsial suku bunga, nilai tukar valas dan jumlah uang beredar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Sedangkan variabel inflasi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap ROA perbankan syariah. the result is corroborating with the hypothesis that there is no significant impact of capital adequacy, non interest income and net interest income on profitability of the private commercial banks 43 C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran konseptual pada dasarnya merupakan review atau tinjauan pustaka yang dituangkan dalam bentuk skema serta mencerminkan keterikatan antara variabel yang diteliti. Pada penelitian ini ingin mengetahui pengaruh antara inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financial deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset. Inflasi berpengaruh terhadap return on asset diungkapkan oleh Tandelilin (2010:343) yang menyatakan bahwa inflasi meningkatkan pendapatan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. Pengaruh suku bunga terhadap profitabilitas diungkapkan oleh Tandelilin (2010:343) yang menyatakan bahwa tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat suku bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan disamping itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat. Sedangkan pengaruh kurs terhadap return on asset dikarenakan nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah tadi. Sesuai teori yang diungkapkan oleh Prasetyantoko (2008:258) yang menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang baik. Dengan kata lain nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan 44 menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah tadi. Financing deposit ratio memiliki pengaruh terhadap return on asset, sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Putri dan Heykal (2013:2) yang menyatakan bahwa Semakin tingginya FDR menunjukan semakin riskan kondisi likuditas bank, sebaliknya semakin rendah FDR menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Semakin tinggi FDR maka akan semakin tinggi dana yang disalurkan pihak ketiga, dengan penyaluran dana pihak ketiga yang besar maka pendapatan (ROA) bank akan meningkat. Biaya operasional memiliki pengaruh terhadap return on asset sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Iqbal (2010:148) yang menyatakan bahwa semakin kecil nilai BOPO maka semakin baik. Untuk mengetahui pengaruh antara Inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit (FDR), biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset digunakan metode regresi linier berganda. Langkah dalam uji regresi linier berganda pertama dilakukan uji asumsi klasik, setelah melakukan uji asumsi klasik lalu dilakukan uji regresi berganda yang terdiri uji t, uji F dan uji determinasi. Setelah melakukan uji regresi dibuat suatu interpretasi yang akan menghasilkan kesimpulan dan saran. Berdasarkan hubungan antar variabel yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka konseptual sebagai berikut: 45 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Perbankan Syariah Di Indonesia Variabel Independen Faktor Eksternal 1. Inflasi (X1) 2. Nilai Tukar Rupiah (X2) 3. Suku Bunga (X3) Faktor Internal 4. Financial Deposit Ratio (FDR) / (X4) 5. Biaya Operasioanal dan Pendapatan Opersional ( BOPO) / (X5) Variabel Dependen Profitabilitas (Return On Asset) Uji Asumsi Klasik 1. 2. 3. 4. Uji Normalitas Data Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji Hipotesis 1. Uji t (Parsial) 2. Uji F (Simultan) Uji Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Kesimpulan dan Saran 46 D. Hipotesis Penelitian Dari permasalahan yang ada, dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut: 1. Ho1 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1) terhadap return on asset (Y) Ha1 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1) terhadap return on asset (Y). 2. Ho2 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel nilai tukar rupiah (X2) terhadap return on asset (Y) Ha2 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel nilai tukar rupiah (X2) terhadap return on asset (Y). 3. Ho3 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel suku bunga (X3) terhadap return on asset (Y). Ha3 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel suku bunga (X3) terhadap return on asset (Y). 4. Ho4 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel financial deposit ratio (X4) terhadap return on asset (Y). Ha4 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel financial deposit ratio (X4) terhadap return on asset (Y). 5. Ho5 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya operasional dan pendapatan operasional (X5) terhadap return on asset (Y). Ha5 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya operasional dan pendapatan operasional (X5) terhadap return on asset (Y). 47 6. Ho6 = 0; tidak ada pengaruh signifikan antara variabel inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), suku bunga (X3), financial deposit ratio (X4) dan biaya operasional dan pendapatan operasional (X5) terhadap return on asset (Y). Ha6 ≠ 0; ada pengaruh signifikan antara variabel inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), suku bunga (X3), financial deposit ratio (X4) dan biaya operasional dan pendapatan operasional (X5) terhadap return on asset (Y). 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini yang dijadikan tempat penelitian adalah seluruh perusahaan perbankan syariah di Indonesia dan penelitian dilakukan pada tahun 2014. Adapun yang akan dibahas terbatas hanya pada seberapa besar pengaruh inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), suku bunga (X3), capital adequacy ratio (X4) dan financial deposit ratio (X5) terhadap variabel dependen, yaitu return on asset (Y). Sebagai variabel independen pada penelitian ini adalah yang diberi inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), suku bunga (X3), capital adequacy ratio (X4) dan financial deposit ratio (X5). Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah return on asset yang diberi lambang (Y). B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2010:117) populasi, yaitu suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti supaya dapat dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdapat di indonesia. 49 2. Sampel Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dengan metode purposive sampling. Metode purposive sampling yaitu sampel yang diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian (Yama dan Adityawati, 2009:287). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan beberapa kriteria atau pertimbangan sebagai berikut: a. Perusahaan Perbankan yang listing dalam kurung waktu 2009 sampai 2013. b. Perusahaan Perbankan Syariah yang memiliki laporan keuangan c. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember. C. Metode Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini, baik yang bertujuan untuk mendeskripsikan maupun untuk menganalisis, diperoleh dari data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data sekunder adalah data yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Sedangkan menurut Indriantoro dan Supomo (2009:147), data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). 50 Data-data sekunder tersebut berupa rasio-rasio laporan keuangan dari laporan keuangan perusahaan perbankan syariah yang telah diaudit per 31 desember 2009 - 2013. Pada penelitian ini data sekunder tersebut didapat dengan cara sebagai berikut: 1. Studi Lapangan (Field Research) Adalah tehnik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data dari pusat referensi pasar modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia yang dapat dilihat dengan menggunakan capital electronic document service, Indonesian capital market directory, prospectus serta Fact book actually dari seluruh perusahaan yang termasuk dalam sampel penelitian selama periode tahun penelitian. 2. Studi Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan memahami bahan-bahan yang berkaitan dengan bidang yang menjadi topik pembahasan penulis, penelitian ini dimaksudkan agar penulis memperoleh gambaran yang jelas tentang aspek-aspek teoritis dari masalah yang akan penulis bahas. D. Metode Analisis Data Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh beberapa variabel bebas atau variabel penjelas (independent/explanatory variable) terhadap satu variabel terikat (dependent variable), metode analisis data dalam penelitian ini 51 (return on asset, current ratio, debt to equity ratio dan dividend payout ratio) menggunakan model regresi berganda atau Multiple Regression (Ghozali, 2009:5). Tahapan penelitian dalam menganalisis pengaruh inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), suku bunga (X3), capital adequacy ratio (X4) dan financial deposit ratio (X5) terhadap return on asset adalah sebagai beriku: 1. Uji Asumsi Klasik Untuk menunjukkan pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka perlu digunakan pengujian asumsi klasik. Uji asumsi dasar yang dilakukan adalah: a. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2009:27). 1) Analisis Grafik Metode yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Untuk dapat mengetahui apakah model regresi tersebut mengalami normalitas atau tidak dideteksi dengan melihat penyebaran 52 data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan. (Santoso, 2007:214) adalah: (a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. (b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 2) Analisis Statistik Selain itu penelitian uji normalitas dapat juga menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS. Dalam penelitian ini, uji yang dilakukan untuk menentukan normalitas dengan menggunakan statistik Kolmogorov–Smirnov (Ghozali, 2009:30). Hal ini dapat dilihat sebagai berikut: (a) Dengan membandingkan K-Shitung dengan K-Stabel : (1) Jika K- Shitung < K- Stabel , Ho ditolak. (2) Jika K- Shitung > K- Stabel , Ho diterima. (b) Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: (1) Probabilitas > 0,05, maka Ho ditolak. (2) Probabilitas < 0,05, maka Ho diterima. 53 b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antara beberapa variabel bebas (independen) dalam model regresi (Ghazali, 2009:95). Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika perubahan-perubahan bebas digunakan sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Uji multikolinearitas dapat juga dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Information Factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil dari 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa variance variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan residual. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran-ukuran (kecil, sedang dan besar). Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara nilai prediksi 54 variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2009:125). Dasar analisis dari uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. (Ghozali, 2009:99). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mengisyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam 55 model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah: Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0) Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0) Autokorelasi adalah korelasi antara sesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Untuk memeriksa adanya aotukorelasi, biasanya dilakukan uji statistik Durbin – Watson. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat kepercayaan = 5%. Apabila D-W terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi (Santoso. 2002:219). 2. Uji Hipotesis Penelitian a. Uji Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen (X) secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y) (Ghozali, 2009:88). Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 0,05 jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil 56 daripada 0,05 independen (untuk tingkat secara signifikansi=0,05), maka variabel bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Kemudian akan diketahui apakah hipotesis dalam penelitian ini secara simultan ditolak atau diterima, adapun bentuk hipotesis secara simultan adalah: Ho : b1 = b2 = b3 = b = b5 = 0 ; inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), suku bunga (X3), capital adequacy ratio (X4) dan financial deposit ratio (X5) secara simultan tidak berpengaruh terhadap return on asset (Y). Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0 ; inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), suku bunga (X3), capital adequacy ratio (X4) dan financial deposit ratio (X5) secara simultan berpengaruh terhadap return on asset (Y). 57 b. Uji Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Uji t digunakan untuk mengetahui apakah pengaruh variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen bersifat menentukan (significant) atau tidak (Santoso, 2007:168). Dalam penelitian ini menggunakan uji signifikan dua arah atau two tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua daerah penolakan Ho yaitu terletak di ujung sebelah kanan dan kiri. Dalam pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda sama dengan (=) pada hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠) pada hipotesis alternatif. Tanda (=) dan (≠) ini tidak menunjukan satu arah, sehingga pengujian dilakukan untuk dua arah (Suharyadi dan Purwanto S.K., 2009:88-89). Kriteria dalam uji parsial (Uji t) dapat dilihat sebagai berikut: Uji Hipotesis dengan membandingkan thitung dengan ttabel 1) Apabila - thitung < - ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 2) Apabila thitung ≤ ttabel atau - thitung ≥ - ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Uji Hipotesis berdasarkan Signifikansi 1) Jika angka sig. > 0,05, maka Ho diterima, 2) Jika angka sig. < 0,05, maka Ho ditolak, 58 3. Analisis Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan model regresi linier berganda dimana variabel independen yaitu inflasi, gross domestic product dan non performing financing terhadap variabel dependen yaitu return on asset. Model regresi linier berganda penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + Ɛ Keterangan: Y = Variabel return on asset a = Konstanta b1…b2 = Koefisien regresi terhadap dugaan X1 = Variabel inflasi X2 = Variabel nilai tukar rupiah X3 = Variabel suku bunga X4 = Variabel capital adequacy ratio (CAR) X5 = Variabel financial deposit ratio (FDR) Ɛ = Standar Error 4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Menurut Ghozali (2009:87) menyatakan Uji Koefisien Determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R². Adjusted R² ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dua. 59 Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh > 0,5 maka model yang digunakan dianggap cukup handal dalam melakukan suatu estimasi. Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya. E. Definisi Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel penelitian merupakan batasan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian, dengan maksud menghindari kemungkinan adanya makna ganda, sekaligus mendevinisikan variabel-variabel sampai dengan kemungkinan pengukuran dan cara pengukuran (Hamid, 2007:33). Jadi, oprasional variabel penelitian merupkan penjabaran atau penjelasan mengenai variabel-variabel yang ada, dan juga merupakan penjelasan-penjelasan yang mengenai variabel-variabel yang menjadikan kajian dalam penelitian tersebut. Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji dan model yang disusun, maka oprasional variabel dalam penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Profitabilitas (Y) Investor harus menganalisis struktur industri untuk menilai kekuatan dari lima faktor persaingan, sehingga investor dapat menentukan profitabilitas dari suatu industry. Struktur industry cenderung berubah sehingga investor perlu terus memperbaharui aanalisis lingkungan industri sesuai dengan perubahan yang terjadi. Dari sudut pandang para investor adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di 60 masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor (Tandelilin, 2010:357). Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32). 2. Inflasi (X1) Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2007:128). Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang (Gilarso, 2004:200). Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201): 61 3. Nilai Tukar Rupiah (X2) Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain, kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004:176). 4. Suku Bunga (X3) Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Suku bunga merupakan harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur (Sunariyah, 2004:80). 5. Financial Deposit Ratio (FDR) / (X4) Rasio pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang diajukan. Atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah, pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan (Siamat, 62 2005:81). Menurut Hasbi dan Haruman (2011:34) financing to deposit ratio (FDR) dapat dirumuskan sebagai berikut: 6. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO), digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Margaretha, 2007:62). Menurut Margaretha (2007:62) biaya operasional dan pendapatan operasional dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 63 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan Perbankan Syariah Di Indonesia Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilainilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan 64 masyarakat Indonesia tanpa terkecuali (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). 65 2. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia Untuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan syariah dan meletakkan posisi serta cara pandang Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, selanjutnya Bank Indonesia pada tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Dalam penyusunannya, berbagai aspek telah dipertimbangkan secara komprehensif, antara lain kondisi aktual industri perbankan syariah nasional beserta perangkat-perangkat terkait, trend perkembangan industri perbankan syariah di dunia internasional dan perkembangan sistem keuangan syariah nasional yang mulai mewujud, serta tak terlepas dari kerangka sistem keuangan yang bersifat lebih makro seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI) maupun international best practices yang dirumuskan lembaga-lembaga keuangan syariah internasional, seperti IFSB (Islamic Financial Services Board), AAOIFI dan IIFM (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang 66 Nasional (RPJPN). Dengan demikian upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat nasional (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” memuat visi, misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif strategis dengan prioritas yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang signifikan melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas keuangan nasional, regional dan internasional, dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dgn sektor keuangan syariah lainnya. Dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan pasar domestik yang potensinya masih sangat besar. Dengan kata lain, perbankan Syariah nasional harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan dan kinerja yang bertaraf internasional (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks kekinian permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan 67 dengan tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka upaya pengembangan sistem perbankan syariah akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan negeri (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). 3. Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan sebagai tahap implementasi dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah, antara lain adalah sebagai berikut: Pertama, menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I tahun 2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond Banking, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.50 triliun dan 68 pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II tahun 2009 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 75%. Fase III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81% (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). Kedua, program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yang beragam, transparans, kompeten dalam keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selalu up-date dan user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking” (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). Ketiga, program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). 69 Keempat, program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). Kelima, program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah; dan Keenam, program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media cetak, elektronik, online/web-site), yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015). B. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), maka penelitian menggunakan analisis untuk membandingkan dua varibel yang berbeda. Pada analisis regresi untuk memperoleh model regresi yang bisa dipertanggungjawabkan, maka asumsiasumsi berikut harus dipenuhi: 70 a. Hasil Uji Normalitas Data Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (uji Kolmogorov - smirnov), adapun penjelasan mengenai uji normalitas data adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009:147): 1) Hasil Uji Normalitas Secara Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal (Ghozali, 2009:147). Adapun hasil perhitungan uji normalitas dengan melihat 71 dari segi grafik yang ditunjukan pada gambar grafik p-p plot berikut ini: Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik Sumber: data diolah Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas (Ghozali 2009:112). 2) Hasil Uji Normalitas Secara Statistik Uji normalitas secara grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik (Ghozali, 2009:149). Adapun hasil perhitungan uji normalitas secara statistic yang dilihat berdasarkan uji kolmogorofsmirnov adalah sebagai berikut: 72 Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Secara Statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 20 Mean 0E-7 a,b Normal Parameters Std. Deviation .00116397 Absolute .112 Most Extreme Differences Positive .112 Negative -.071 Kolmogorov-Smirnov Z .499 Asymp. Sig. (2-tailed) .964 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: data diolah Berdasarkan uji kolmogorov-smirnov dapat diketahui bahwa nilai unstandarized residual memiliki nilai sig. > 0,05, ini mengartikan bahwa semua data terdistribusi dengan normal. b. Hasil Uji Multikolinearitas Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mendeteksi adanya problem multikol, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen. Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolonieritas a Coefficients Collinearity Statistics Tolerance Model VIF (Constant) INF KURS 1 SB FDR BOPO a. Dependent Variable: ROA .904 .313 .655 .355 .682 1.107 3.193 1.526 2.818 1.467 Sumber: data diolah 73 Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas. c. Hasil Uji Autokolerasi Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson (DW). Tabel 4.3 Hasil Uji Autokolerasi b Model Model Summary R Square Adjusted R Square R a Std. Error of the Estimate 1 .975 .952 .934 a. Predictors: (Constant), BOPO, INF, FDR, SB, KURS b. Dependent Variable: ROA .00136 Durbin-Watson 1.549 Sumber: data diolah Pada tabel di atas diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 1,549, berdasarkan nilai durbin watson sebesar 1,549 maka hasil membuktikan tidak terjadi autokolerasi, karena nilai DW berada pada angka -2 sampai dengan +2, maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif. 74 d. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variasi variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: data diolah Dari grafik scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali 2009:107). 75 2. Hasil Pengujian Hipotesis a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel di bawah ini, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha. Tabel 4.4 Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) a Model Regression 1 ANOVA Sum of Squares .001 df 5 Mean Square .000 .000 Residual .000 14 Total .001 19 F 54.992 Sig. b .000 a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), BOPO, INF, FDR, SB, KURS Sumber: data diolah Hasil uji F dapat dilihat pada tabel di atas nilai Fhitung diperoleh sebesar 54,992 > Ftabel sebesar 2,96 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa inflasi, kurs, suku bunga, financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset berpengaruh secara simultan (bersama-sama). b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh 76 masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88). Tabel 4.5 Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) a Coefficients Unstandardized Coefficients B Std. Error Model (Constant) .087 .007 INF .014 KURS -9.048E-007 1 SBI -.149 FDR .001 BOPO -.066 a. Dependent Variable: ROA .021 .000 .057 .008 .005 Standardized Coefficients Beta .040 -.151 -.189 .017 -.936 t Sig. 11.815 .000 .651 -1.440 -2.606 .172 -13.132 .525 .172 .021 .866 .000 Sumber: data diolah Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengaruh suku bunga dan biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset menunjukkan pengaruh yang signifikan. Sedangkan inflasi, kurs dan financing deposit ratio tidak berpengaruh terhadap return on asset Berikut ini adalah hasil penjelasan mengenai pengaruh antar variabel independen terhadap return on asset: 1) Pengaruh Inflasi terhadap Return on Asset Variabel inflasi dengan nilai thitung < ttabel sebesar 0,651 < 2,10 atau nilai sig. lebih besar dari 0,05 (0,525 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti inflasi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun inflasi mengalami kenaikan, namun laba yang diperoleh perusahaan tidak mengalami penurunan yang signifikan dan sebaliknya. Alasan yang menjadi menjelaskan 77 kondisi tersebut adalah bahwa pada dasarnya inflasi yang tinggi mencerminkan kenaikan barang-barang yang menjadikan nilai peredaran uang dapat berkurang akibat harga yang meningkat. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadjar (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor Internal dan Eksternal Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap return on asset, BOPO berpengaruh positif terhadap return on asset, LDR berpengauh negatif terhadap return on equity sedangkan CAR, nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset. 2) Pengaruh Kurs terhadap Return on Asset Variabel kurs dengan nilai -thitung > -ttabel sebesar -1,440 > -2,10 atau nilai sig. lebih besar dari 0,05 (0,172 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti kurs tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. Hal ini membuktikan fluktuasi nilai tukar Rp terhadap dollar tidak berpengaruh terhadap peningkatan profitabilitas perbankan (ROA). Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan nilai tukar Rupiah pada Dollar berdampak pada peningkatan profitabilitas bank (ROA) Peningkatan nilai tukar (kurs) Rupiah pada Dollar hanya berdampak signifikan pada perbankan yang mempunyai hubungan secara 78 langsung dengan mata uang asing seperti bank Campuran, Asing ataupun bank Devisa. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadjar (2013) dengan judul penelitian “Analisis Faktor Internal dan Eksternal Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”. Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap return on asset, BOPO berpengaruh positif terhadap return on asset, LDR berpengauh negatif terhadap return on equity sedangkan CAR, nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset. 3) Pengaruh Suku Bunga terhadap Return on Asset Variabel suku bunga dengan nilai -thitung < -ttabel sebesar -2,606 < -2,10 atau nilai sig. lebih besar dari 0,05 (0,021 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti suku bunga berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. hal ini disebabkan karena BI Rate merupakan kebijakan yang dibuat sebagai dampak dari perubahan tingkat inflasi. Bila dalam Rapat Dewan Gubernur BI menyatakan akan menaikan atau menurunkan BI Rate, maka sebagian besar bank akan mengubah suku bunga bank, dan ini akan mempengaruhi sektor riil pada umumnya. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penyaluran Kredit 79 dan Tingkat Suku Bunga terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BI rate berpengaruh terhadap return on asset dan penyaluran kredit tidak berpengaruh terhadap return on asset. 4) Pengaruh Financing Deposit Ratio terhadap Return on Asset Variabel financing deposit ratio dengan nilai thitung < ttabel sebesar 0,172 < 2,10 atau nilai sig. lebih besar dari 0,05 (0,866 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti financing deposit ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. Nilai positif yang ditunjukkan financing deposit ratio menunjukkan bahwa semakin besar financing deposit ratio menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyani (2010) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”. Hasil menyatakan bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. 80 5) Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Variabel biaya operasional dan pendapatan operasional dengan nilai -thitung < -ttabel sebesar -13,132 < -2,10 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. Nilai negatif yang ditunjukkan BOPO menunjukkan bahwa semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya, BOPO yang kecil menunjukkan bahwa biaya operasional bank lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyani (2010) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”. Hasil menyatakan bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian lain yang sejalan dilakukan oleh Wibowo (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga, INFLASI, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah” hasil penelitiannya menyatakan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA sedangkan variabel CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh. 81 3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Inflasi, kurs, suku bunga, financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional mempengaruhi return on asset. Tabel 4.6 Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda a Coefficients Unstandardized Coefficients B Std. Error Model (Constant) INF KURS 1 SBI FDR BOPO a. Dependent Variable: ROA .087 .007 .014 -9.048E-007 -.149 .001 -.066 .021 .000 .057 .008 .005 Standardized Coefficients Beta .040 -.151 -.189 .017 -.936 t Sig. 11.815 .000 .651 -1.440 -2.606 .172 -13.132 .525 .172 .021 .866 .000 Sumber: data diolah Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui pengaruh Inflasi, kurs, suku bunga, financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional mempengaruhi return on asset sebagai berikut: Y = 0,087 + 0,014 X1 – 9,048E-007 X2 - 0,149 X3 + 0,001 X4 - 0,066 X5 Keterangan : Y = Return on Asset a = Konstanta X1 = Inflasi X2 = Kurs X3 = Suku Bunga X4 = Financing Deposit Ratio X5 = Biaya Operasioanal dan Pendapatan Opersional ei = Standar Error 82 Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar 0,087. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel Inflasi, kurs, suku bunga, financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional dianggap konstan atau bernilai 0 (nol), maka return on asset akan meningkat sebesar 0,087 satuan. Variabel inflasi sebesar 0,014 menunjukkan bahwa jika variabel inflasi meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return on asset sebesar 0,014 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel kurs sebesar -9,048E-007 menunjukkan bahwa jika variabel kurs meningkat 1 satuan maka akan menurunkan return on asset sebesar 9,048E-007 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel suku bunga sebesar -0,149 menunjukkan bahwa jika variabel suku bunga meningkat 1 satuan maka akan menurunkan return on asset sebesar 0,149 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel financing deposit ratio sebesar 0,001 menunjukkan bahwa jika variabel financing deposit ratio meningkat 1 satuan maka akan menurunkan return on asset sebesar 0,001 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel biaya operasional dan pendapatan operasional sebesar -0,066 menunjukkan bahwa jika variabel biaya operasional dan pendapatan operasional meningkat 1 satuan maka akan menurunkan return on asset sebesar 0,066 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. 83 4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (return on asset), melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien determinasi 2 2 (Adjusted R ). Dari koefisien determinasi (Adjusted R ) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Tabel 4.7 Hasil Uji Determinasi Adjusted R Square b Model Model Summary R Square Adjusted R Square R a 1 .975 .952 .934 a. Predictors: (Constant), BOPO, INF, SBI, FDR, KURS b. Dependent Variable: ROA Std. Error of the Estimate .00136 Durbin-Watson 1.549 Sumber: data diolah Hasil pengujian menunjukkan besarnya koefisien korelasi berganda (R), koefisien determinasi (Adj R Square) dan koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square). Berdasarkan tabel model summaryb di atas diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,975. Ini menunjukkan bahwa variabel Inflasi, kurs, suku bunga, financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset mempunyai hubungan yang sangat kuat. Hasil pada tabel di atas juga menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,952 dan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square) adalah 0,934. Hal ini berarti 93,4% variasi dari return on asset bisa dijelaskan oleh variasi variabel independen (Inflasi, kurs, suku bunga, financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional). Sedangkan sisanya (100% - 93,4% = 6,6%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. 84 C. Analisis dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa variabel financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh terhadap return on asset, sedangkan Inflasi, kurs, suku bunga tidak berpengaruh terhadap return on asset berikut ini merupakan pembahasan mengenai penelitian ini, yaitu: 1. Pengaruh Inflasi terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset, Tingkat inflasi yang tinggi akan menurunkan return on asset, sedangkan tingkat inflasi yang sangat rendah akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lambat. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun inflasi mengalami kenaikan, namun laba yang dipeorleh perusahaan tidak mengalami penurunan yang signifikan dan sebaliknya. Alasan yang menjadi menjelaskan kondisi tersebut adalah bahwa pada dasarnya inflasi yang tinggi mencerminkan kenaikan barangbarang yang menjadikan nilai peredaran uang dapat berkurang akibat harga yang meningkat. Tingginya inflasi mengakibatkan turunnya profitabilitas perusahaan sehingga memengaruhi kemampuan perusahaan untuk memberikan laba bagi pemegang saham. Kenaikan harga faktor produksi juga akan meningkatkan biaya modal perusahaan, sehingga pengaruh dari kenaikan laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan menurunkan harga saham (Suryanto dan Kesuma, 2012). 85 Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadjar (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor Internal dan Eksternal Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap return on asset, BOPO berpengaruh positif terhadap return on asset, LDR berpengauh negatif terhadap return on equity sedangkan CAR, nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset. 2. Pengaruh Suku Bunga terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh terhadap return on asset, hal ini disebabkan karena BI Rate merupakan kebijakan yang dibuat sebagai dampak dari perubahan tingkat inflasi. Bila dalam Rapat Dewan Gubernur BI menyatakan akan menaikan atau menurunkan BI Rate, maka sebagian besar bank akan mengubah suku bunga bank, dan ini akan mempengaruhi sektor riil pada umumnya (Dwijayanthy dan Naomi, 2007:8) Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2012) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penyaluran Kredit dan Tingkat Suku Bunga terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BI rate berpengaruh terhadap return on asset dan penyaluran kredit tidak berpengaruh terhadap return on asset. 86 3. Pengaruh Kurs terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa Kurs tidak berpengaruh terhadap return on asset, Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadjar (2013) dengan judul penelitian “Analisis Faktor Internal dan Eksternal Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”. Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap return on asset, BOPO berpengaruh positif terhadap return on asset, LDR berpengauh negatif terhadap return on equity sedangkan CAR, nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset. 4. Pengaruh Financing Deposit Ratio terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa financing deposit ratio tidak berpengaruh terhadap return on asset. Nilai positif yang ditunjukkan financing deposit ratio menunjukkan bahwa semakin besar financing deposit ratio menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. Hasil sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Adyani (2010) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”. Hasil menyatakan bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. 87 5. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh negatif terhadap return on asset. Nilai negatif yang ditunjukkan BOPO menunjukkan bahwa semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya, BOPO yang kecil menunjukkan bahwa biaya operasional bank lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyani (2010) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”. Hasil menyatakan bahwa variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian lain yang sejalan dilakukan oleh Wibowo (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga, INFLASI, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah” hasil penelitiannya menyatakan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA sedangkan variabel CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh. 88 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel independen (Inflasi, kurs, suku bunga, financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap return on asset, untuk menganalisisnya maka dilakukan uji regresi linier berganda yang menghasilkan suatu analisa, setelah dianalisa maka dapat ditarik suatu kesimpulan, adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap return on asset. 2. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel nilai tukar tidak berpengaruh secara parsial terhadap return on asset. 3. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel suku bunga berpengaruh secara parsial terhadap return on asset. 4. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel financing deposit ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap return on asset. 89 5. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan hasil yang menyatakan bahwa variabel biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh secara parsial terhadap return on asset. 6. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara simultan atau (uji F) ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel independen (Inflasi, kurs, suku bunga, financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap return on asset. B. Saran Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Saran Bagi Investor Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa variabel suku bunga dan biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh terhadap return on asset hal ini membuktikan bahwa return on asset dipengaruhi oleh kedua variabel tersebut, maka sebaiknya bagi investor perlu melakukan analisa rasio keuangan sebelum melakukan investasi dalam suatu perusahaan. Karena dalam suatu investasi adanya ketidakpastian, namun dalam penelitian ini membuktikan bahwa rasio keuangan mampu memberikan informasi dalam berinvestasi. 2. Saran Bagi Perusahaan Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang 90 berhubungan dengan investasi. Dan bagi perusahaan agar lebih meningkatkan usahanya agar investor untuk menanamkan sahamnya. 3. Saran Bagi Akademis Penilaian analisis pengaruh Inflasi, kurs, suku bunga, financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional yang mempengaruhi return on asset dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya. Dan melakukan penelitian yang lebih baik lagi serta menambah jumlah variabel dan periode penelitian agar menghasilkan data yang lebih baik lagi, karena masih terdapat 6,6 persen variabel yang dapat mempengaruhi return on asset. 91 DAFTAR PUSTAKA Adyani, Lyla Rahma, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”, Jurnal Manjemen Perbankan, Jakarta, 2010. Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah”, Rajawali Pers, Jakarta, 2011. Awan, Maria Rasheed, “Impact of liquidity, leverage, inflation on firm profitability an empirical analysis of food sector of Pakistan”, IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM), Pakistan, 2014. Bilson, Cristopher M., Timothy J. Brailsford, and Vincent J. Hooper, “Selecting macroeconomic variables as explanatory factors of emerging stock market returns”, Pacific-Basin Finance Journal, 9, p.401–426, Kanada, 2001. Bodie, Z., Kane A., Markus, A.J., “Investasi”, buku 2, edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Boone, Louis E. Kurtz, David L, “Pengantar Bisnis Kontemporer”, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2007. Case, E. Karl dan Ray C. Fair, “Prinsip – Prinsip Ekonomi”, Erlangga, Jakarta, 2007. Chisti, Khalid Ashraf, “The Impact Of Capital Adequacy Requirements On Profitability Of Private Banks In India (A Case Study Of J&K, Icici, Hdfc And Yes Bank)”, Journal of African Macroeconomic Review Vol. 2, No. 1 (2012), India, 2012. Dendawijaya, Lukman “Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005. Dendawijaya, Lukman “Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2006. Dwijayanthy, Febrina dan Prima Naomi “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”, Jurnal Karisma, Jakarta, 2009. Fadjar, Aris, “Analisis Faktor Internal dan Eksternal Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”, Journal Of Management, Jakarta, 2013. 92 Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Undip, Semarang, 2009. Gilarso, T. ”Pengantar Ilmu Ekonomi Makro”, Kanisius, Yogyakarta, 2004. Hakim, R. “Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Metode EVA, ROA dan Pengaruhnya Terhadap Retun Saham Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta”, Tesis Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006. Hamid, Abdul, “Buku Panduan Skripsi”, Edisi I. FEB UIN Press Grafika Karya Utama, Jakarta, 2010. Handoko, T. Hani, Manajemen (edisi ke2), BPFE-Yogyakarta, 2008. Hardiningsih, Pancawati, “Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Ekonomi terhadap Return Saham pada Perusahaan di BEJ”, Jurnal Bisnis Strategi, Vol.8, Desember, pp 83-97. Jakarta, 2001. Hariyani, Ismi, “Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet Kenapa Perbankan Memanjakan Debitur Besar Sedangkan Usaha/Debitur Kecil Dipaksa, Cetakan Pertama, Kompas Gramedia, Jakarta, 2010. Hasbi, Hariandy dan Tendi Haruman, “Banking: According to Islamic Sharia Concepts and Its Performance in Indonesia.” International Review of Business Research Papers, Vol. 7, No. 1, pp. 60 – 76. 2011. Hendrayanti, Silvia dan Muharam, Harjum “Analisis Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank Umum di Indonesia Periode Januari 2003 - Februari 2012)”, Diponegoro Journal Of Management, Volum 2., Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-15, Semarang, 2013. http//www.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015. Iba, Zainuddin dan Aditya Wardhana, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, Profitabilitas dan Pertumbuhan Aktiva terhadap Harga Saham Perusahaan Pembiayaan di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Kebangsaan, Vol.I No.1, Januari 2012, Aceh, 2012. Indriantoro, Nur Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2009. Karim, Adiwarman, “Ekonomi Mikro Islam”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. 93 Kasmir dan Jakfar, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. _______, “Pengantar Manajemen Keuangan”, Jakarta, Prenada Media Group, 2010. Kuncoro, M, “Manajemen Keuangan Internasional”, Edisi kedua, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2001. Kurniawati, Ayu, “Pengaruh Penyaluran Kredit dan Tingkat Suku Bunga terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)”, Jurnal Universita Komputer, Jakarta, 2012. Leon, Boy dan Sonny Ericson, ”Manajemen Aktiva Pasiva Bank Non Devisa”, PT. Grasindo, Jakarta, 2007. Lesmana, Yuanita, “Konsistensi Antara Discretionary Accrual dengan Rasio CAMEL dalam Mengukur Tingkat Kesehatan Bank”, Usahawan. No.5, hal 41-47, 2008. Liestyo, Harahap, “Nasabah dan Bank Optimalisasi Fasilitas Perbankan”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005. Madura, Jeff, ”Pengantar Bisnis, Edisi Empat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. 2007. Martono, Cyrillius, Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa Pasar Terhadap “ROA” dan “ROE” Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, 2010. Meta, Rayun Sekar, “Perbedaan Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah/Us Dollar terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada Saham Properti dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta 2000 - 2005)”, Jurnal Diponegoro, Semarang, 2006. Nugroho, Aluisius Wishnu, “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP DAN PLO terhadap Return on Asset (Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”, Semarang, 2011. Olalekan, Asikhia “Capital Adequacy And Banks' Profitability: An Empirical Evidence From Nigeria”, American International Journal of Contemporary Research, Vol. 3 No. 10; October 2013, Nigeria, 2013. 94 Prasetiantono, “Keluar Dari Krisis:Analsis Ekonomi Indonesia”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000. Prasetyantoko, A, “Corporate Governance Pendekatan Institusional, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008. Pratiwi, Dhian Dayinta, Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005 - 2010), Jurnal Perbankan, Jakarta, 2012. Putri, Citra Tristami, Mohamad Heykal, “Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Internal Dan Eksternal Bank Terhadap Profitabilitas Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri Dan Bank Mega Syariah Tahun 20082012”, Jurnal Binus, Jakarta, 2013. Rangkuti, Freddy, “SWOT Balanced Scorcard”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011. Riyadi, Slamet, “Banking Asset and Liability Management”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Sadikin, Ali, “Pengaruh Variabel-Variabel Risiko Suku Bunga, Risiko Kurs Dan Risiko Finansial Terhadap Return Saham (Studi Kasus Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI Periode 2004 – 2008)”, Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Banjarmasin, 2011. Samsul, Muhamad, “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”, Erlangga, Jakarta, 2006. Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta, 2002. _______, dan Tjiptono Fandy, “Riset Pemasaran dan Aplikasi Dengan SPSS”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007. Sattar, “Impact of Interest Rate Changes on the Profitability of four Major Commercial Banks in Pakistan”, International Journal of Accounting and Financial Reporting, Pakistan, 2014. Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu, Jakarta, 2005. Sipahutar, Mangasa Augustinus, “Manajemen Dana Bank”, Edisi Ke dua, STIEYKPN, Yogyakarta, 2007. 95 Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari, “Indikator-Indikator Pasar Saham Dan Pasar Uang yang Saling Berkaitan Ditinjau Dari Pasar Saham Sedang Bullish dan Bearish”, Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, vol.3 no.3, Jakarta, 2003. Subalno, Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kondisi Ekonomi terhadap Return Saham (Study Kasus pada Perusahaan Otomotif dan Komponen Yang Listed di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007)”, Jurnal Pascasarjana UNDIP, Semarang, 2010. Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D”, Alfabeta, Bandung, 2010. Suharyadi, Purwanto S.K., “Statistik :Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern”, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga)”, Grafindo, Jakarta, 2004. Sunariyah, “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”, Edisi Keempat, UMP AMP YKPN, Yogyakarta, 2004. Supriyanti, Neni “Analisis Pengaruh Inflasi Dan Suku Bunga Bi Terhadap Kinerja Keuangan PT. Bank mandiri, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan”, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Jakarta, 2009. Suwiknyo, “Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010. Swandayani, Desi Marilin dan Rohmawati Kusumaningtias, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Nilai Tukar Valas dan Jumlah Uang Beredar terhadap Profitabilitas pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2005-2009”, Akrual Jurnal Akuntansi, Jawa Timur, 2009. Tandelilin, Eduardus,“Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2010. Wibowo, Edhi Satriyo, “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah”, Diponegoro Journal Of Management, Semarang, 2013. Wilopo, “Faktor-faktor yang Menentukan Kualitas Audit pada Sektor Publik/Pemerintah”. Ventura. STIE Perbanas Surabaya”, Vol. 4 No. 1. Juni. pp. 27 – 32, 2001. Yuliani, “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”, jurnal manajemen & bisnis Sreiwijaya Vol. 5 No. 10, 2007. www.republika.co.id, diakses pada tanggal 30 Juni 2015 96 Lampiran 1: Data Mentah Hasil Perhitungan Variabel Variabel Inflasi No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014 1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 6,32% 4,12% 4,41% 8,36% 7,76% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 6,15% 4,67% 4,48% 8,60% 7,09% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 4,37% 5,89% 4,49% 5,65% 4,35% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 3,65% 6,84% 3,73% 5,26% 6,47% 2010 2011 2012 2013 2014 Variabel Suku Bunga No Perusahaan Perbankan 1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 6,50% 6,67% 5,83% 5,75% 7,50% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 6,50% 6,75% 5,75% 5,83% 7,50% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 6,50% 6,75% 5,75% 6,81% 7,50% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 6,50% 6,17% 5,75% 7,42% 7,63% 2010 2011 2012 2013 2014 Variabel Kurs No Perusahaan Perbankan 1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 8373,65 8944,82 9601,77 10067,59 10610,82 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 8057,19 9125,96 9401,62 9696,24 10836,89 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 8133,64 9023,43 9873,97 9774,97 10885,68 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 8853,56 9099,42 10000,28 10833,17 10485,33 Variabel Capital Adequacy Ratio (FDR) No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014 1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 77,87% 87,25% 86,94% 93,02% 95,93% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 77,91% 90,02% 91,25% 96,99% 95,77% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 88,46% 86,87% 94,03% 97,67% 94,94% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 75,60% 85,20% 91,33% 95,29% 92,12% 97 Variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014 1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 84,70% 86,19% 87,93% 82,20% 87,73% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) 118,43% 87,65% 86,03% 84,90% 91,28% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 92,14% 87,60% 84,13% 85,46% 91,67% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 89,01% 89,39% 84,18% 87,66% 92,75% Variabel Return on Asset (ROA) No Perusahaan Perbankan 2010 2011 2012 2013 2014 1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I) 1,78% 1,50% 1,28% 1,88% 1,08% 2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II) -0,46% 1,38% 1,59% 1,58% 0,78% 3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III) 0,97% 1,35% 1,70% 1,45% 0,71% 4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV) 1,14% 1,14% 1,58% 1,35% 0,61% 98 Lampiran 2: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS ROA INF KURS SBI FDR BOPO Descriptive Statistics Mean Std. Deviation .0122 .00529 .0563 .01524 9584.0000 884.53831 .0657 .00670 .8972 .06541 .8905 .07499 Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N ROA INF KURS SBI FDR BOPO ROA INF KURS SBI FDR BOPO ROA INF KURS SBI FDR BOPO N 20 20 20 20 20 20 Correlations ROA INF 1.000 -.023 -.023 1.000 .101 .222 -.464 .104 .255 .276 -.936 .016 . .461 .461 . .335 .173 .020 .332 .139 .120 .000 .473 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 KURS .101 .222 1.000 .423 .774 -.332 .335 .173 . .032 .000 .076 20 20 20 20 20 20 SBI -.464 .104 .423 1.000 .206 .233 .020 .332 .032 . .192 .161 20 20 20 20 20 20 FDR BOPO .255 -.936 .276 .016 .774 -.332 .206 .233 1.000 -.409 -.409 1.000 .139 .000 .120 .473 .000 .076 .192 .161 . .037 .037 . 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 b Model Model Summary R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate R Durbin-Watson a 1 .975 .952 .934 .00136 a. Predictors: (Constant), BOPO, INF, SBI, FDR, KURS b. Dependent Variable: ROA 1.549 a Model Regression 1 ANOVA Sum of Squares df .001 5 Residual .000 14 Total .001 19 Mean Square .000 F 54.992 Sig. b .000 .000 a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), BOPO, INF, SBI, FDR, KURS 99 a Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta Model (Constant) .087 .007 INF .014 KURS -9.048E-007 1 SBI -.149 FDR .001 BOPO -.066 a. Dependent Variable: ROA .021 .000 .057 .008 .005 .040 -.151 -.189 .017 -.936 t Sig. Collinearity Statistics Tolerance 11.815 .000 .651 -1.440 -2.606 .172 -13.132 .525 .172 .021 .866 .000 .904 .313 .655 .355 .682 100 VIF 1.107 3.193 1.526 2.818 1.467 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 20 Mean 0E-7 a,b Normal Parameters Std. Deviation .00116397 Absolute .112 Most Extreme Differences Positive .112 Negative -.071 Kolmogorov-Smirnov Z .499 Asymp. Sig. (2-tailed) .964 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 101