analisis pengaruh faktor eksternal dan internal perbankan syariah

advertisement
ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL
PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2010 - 2014
Oleh:
Rizky Aryo Wichaksono
NIM. 208084000017
JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ANALISIS PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL
PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN SYARIAH PERIODE 2010 - 2014
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Rizky Aryo Wichaksono
NIM. 208084000017
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Roikhan Mochamad Aziz, Dr., MM
NIDN. 0325067004
Yoghi Citra Pratama, M.Si
NIP. 19830717 201101 1 011
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, Tanggal 6 Oktober 2014 telah dilakukan ujian komprehensif atas
Mahasiswa:
1. Nama
: Rizky Aryo Wichaksono
2. NIM
: 208084000017
3. Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Ekonomi Islam
4. Judul Skripsi
: Analisis
Perbankan
Pengaruh
Syariah
Faktor
Eksternal
Terhadap
Dan
Internal
Profitabilitas
pada
Perusahaan Perbankan Syariah Periode 2010 - 2014
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 6 Oktober 2014
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP.19570617198503 1 002
(
2. Zuhairan Y Yunmi, SE, M. Sc
NIP. 19800416 200912 1 002
(
3. Yoghi Citra Pratama, M.Si
NIP. 19830717 201101 1 011
(
)
Penguji I
)
Penguji II
)
Penguji III
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, pada tanggal 26 Juni 2015 telah dilakukan ujian Skripsi atas
Mahasiswa:
1. Nama
: Rizky Aryo Wichaksono
2. NIM
: 208084000017
3. Jurusan
: IESP Ekonomi Islam
4. Judul Skripsi
: Analisis
Perbankan
Pengaruh
Faktor
Syariah
Eksternal
Terhadap
Dan
Internal
Profitabilitas
pada
Perusahaan Perbankan Syariah Periode 2010 – 2014
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan IESP Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 26 Juni 2015
1. Dr. Amilin, SE., MSi., Ak., CA., BKP
NIP. 19730615 200501 1 009
(
2. Arief Fitrijanto, M.Si
NIP. 19711118 200501 1 003
(
3. Ali Rama. SE., M.Ec
NIP. 2028068401
(
4. Roikhan Mochamad Aziz, Dr., MM
NIDN. 0325067004
(
5. Yoghi Citra Pratama, M.Si
NIP. 19830717 201101 1 011
(
)
Ketua
)
Sekretaris
)
Penguji Ahli
)
Pembimbing I
)
Pembimbing II
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Nama Mahasiswa
: Rizky Aryo Wichaksono
NIM
: 208084000017
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: IESP Ekonomi Islam
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, Juni 2015
(Rizky Aryo Wichaksono)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama
: Rizky Aryo Wichaksono
2. Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 19 September 1990
3. Alamat
: Pondok Tirta Mandala Blok i no.19 Rt/Rw :
03/019 Depok
4. Agama
: Islam
5. Nama Ayah
: Mulyo Rahardjo S.H , MM
6. Nama Ibu
: Endang Sri Siswantari
7. Nomor Telepon
: 08973411361
8. E-mail
: [email protected]
B. Data Pendidikan Formal
1. 1996 – 2002
: SD Yaspen Tugu Ibu Depok
2. 2002 – 2005
: SMP Negeri 4 Depok
3. 2005 – 2008
: SMA Plus PGRI 1 Cibinong, Bogor
4. 2008 – 2014
: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu
Ekonomi studi Pembangunan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the influence Inflation, rupiah
exchange rate, interest rate, financing deposit ratio and operational cost and
operational income toward return on asset partially and simultaneously. The
method that writer applied is multiple regression linear. The data are secondary,
based on finance report 4 years for every three months. The results show that are
simultaneous influence of variable Inflation, rupiah exchange rate, interest rate,
financing deposit ratio and operational cost and operational income. The result
also show there is a significant partially influence interest rate and BOPO
(operational cost and operational income) toward return on asset, whereas
Inflation, rupiah exchange rate and financing deposit ratio has no partially
Influence toward return on asset. The result adjusted R square show that the
influence of Inflation, rupiah exchange rate, interest rate, financing deposit ratio
and operational cost and operational income toward return on asset are 93.4%
and the rest 6.6% was affected by other variables and not included into this
regression analysis.
Keyword:
Inflation, rupiah exchange rate, interest rate, financing deposit ratio
operational cost and operational income, return on asset
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Inflasi, nilai
tukar rupiah, suku bunga financing deposit ratio, biaya operasional dan
pendapatan operasional terhadap return on asset secara parsial dan secara
simultan. Metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah analisis regresi
berganda. Data yang diperoleh merupakan data sekunder berdasarkan laporan
keuangan dalam kurun waktu 4 tahun dan di ambilnya selama 3 bulan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada
variabel inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit ratio dan BOPO
(biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap return on asset. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan variabel suku bunga dan BOPO (biaya
operasional dan pendapatan operasional) berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap return on asset, sedangkan Inflasi nilai tukar rupiah, financing deposit
ratio tidak berpengaruh secara parsial terhadap return on asset. Hasil adjusted R
square ditemukan bahwa pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga,
financing deposit ratio dan BOPO (biaya operasional dan pendapatan operasional)
terhadap return on asset dapat dijelaskan sebesar 93,4% sedangkan sisanya
sebesar 6,6% dipengaruhi oleh variabel lain dan tidak termasuk kedalam analisis
regresi ini.
Kata kunci: inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit ratio, biaya
operasional dan pendapatan operasional, return on asset
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas
nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Fakor Eksternal
dan Internal Perbankan Syariah Terhadap Profitabilitas Pada perbankan
Syariah Preiode 2010-2014 ”. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah
kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Penulis
sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program
Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayahanda tercinta (Mulyo Rahardjo SH. MM) dan ibunda tercinta (Endang
Sri Siswantari) yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dan
do’a yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis. Dan seluruh keluarga
kakak dan adik (Nikko Adhitya, Rifnaldi, Annisa Devi) yang telah
menyemangati, memberikan keceriaan, do’a dan semangat untuk terus
berusaha memberikan yang terbaik.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan, MA. MM sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu
pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga akhirnya
skripsi ini bisa terselesaikan, serta sebagai Penggagas teori hahslm 472319,
Konsep Sinlammim 319913616, Pendekatan Kaffah Thinking 396, dan
Metode berfikir menyeluruh. Terima kasih atas segala masukan guna
viii
penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan
selama ini.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat,
dan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga
akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan
konsultasi yang telah diberikan selama ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
6. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam
mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
7. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
seluruh Stafnya yang telah rela bersedia memberikan layanan dengan baik dan
tersedianya buku-buku yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Kepada seluruh teman-temanku dikelas IESP (Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan) Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2008, yang sama-sama
berjuang dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah.
Terima kasih atas bantuan, semangat dan do’anya.
9. Kepada teman-teman seperjuangan seluruh Jurusan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis angkatan pejuang terakhir 2008, terima kasih untuk persahabatan dan
pertemanan kita selama ini. Terima kasih untuk sahabat-sahabat terbaik,
Aziezul Rashid (Basir), Derry Sapta, Dendy Sumawan (Kadir), Aljuni
Vernorth (Jodi), Fandy Prasetiyo, Muhamad Rafi(Belo), Wahyu Saputro
(Wahwah), Yoga Dwidingga (Pongo), Suhendri .
10. Kepada teman-teman Perumahan Mandala yang selalu memberikan motivasi
dan semangat untuk sukses bersama-sama, Rezha Firmansah (Eca), Putra
Adisurya (Pugen), Fekky , Amirul (We), Gatra Perdana (Otoy), Reza Riztama
(Jamek), dan masih banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,
yang selalu setia menemani, memberikan motivasi dan dorongan sehingga
terselesaikan skripsi ini, yang tidak akan penah penulis lupakan.
ix
11. Dan tidak lupa kepada tambatan hatiku Suciati yang selalu memberi support
dan mengingatkanku akan jaga kesehatan, sholat, berdoa, dan selalu
memberikan dorongan dengan segala perhatian-perhatiannya.
Demikianlah dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu
kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 19 juni 2015
(Rizky Aryo Wichaksono)
x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................ i
Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .................................................
Daftar Riwayat Hidup .....................................................................................
Abstact ...............................................................................................................
Abstrak ...............................................................................................................
Kata Pengantar ................................................................................................
Daftar Isi ...........................................................................................................
Daftar Tabel ......................................................................................................
Daftar Gambar .................................................................................................
Daftar Lampiran ..............................................................................................
iv
v
vi
vii
viii
xi
xiii
xiv
xv
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
B. Perumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
1
1
12
12
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 15
A. Landasan Teori ............................................................................. 15
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ekonomi Makro ....................................................................... 15
Bank Syariah ............................................................................ 16
Profitabilitas (Return on Asset) ............................................... 19
Inflasi ........................................................................................ 21
Nilai Tukar rupiah ..................................................................... 23
Suku Bunga .............................................................................. 26
Financing Deposit Ratio (FDR) ............................................... 31
Beban Operasional dan Pendapatan Operasional ..................... 32
9. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian ..................................... 34
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 41
C. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 44
D. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 47
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 49
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 49
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 49
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 50
D. Metode Analisis Data .................................................................... 51
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 52
2. Uji Hipotesis Penelitian ........................................................... 56
3. Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda ........................ 59
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 59
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 64
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 64
B. Hasil Dan Pembahasan .................................................................. 70
1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ................................................ 70
a. Hasil Uji Normalitas Data .................................................... 71
b. Hasil Uji Multikolinieritas ................................................... 73
c. Hasil Uji Autokolerasi ......................................................... 74
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................... 75
2. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................ 76
a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ....................................... 76
b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ............................................ 76
3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda .............. 82
4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................... 82
C. Analisis dan Pembahasan .............................................................. 84
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 89
A. Kesimpulan ................................................................................... 89
B. Saran ............................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 92
LAMPIRAN ...................................................................................................... 97
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 - 2013 .......... 5
1.2
Profitabilitas (ROA), Inflasi, Suku Bunga, Kurs, FDR dan BOPO
di Indonesia Periode 2010 – 2014 ................................................... 8
2.1
Penelitian Terdahulu ....................................................................... 41
4.1
Hasil Uji Normalitas Secara Statistik .............................................. 73
4.2
Hasil Uji Multikolonieritas............................................................... 73
4.3
Hasil Uji Autokolerasi ..................................................................... 74
4.4
Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) .................................................... 76
4.5
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ......................................................... 77
4.6
Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda ....................................... 81
4.7
Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ...................................... 83
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.2
Kerangka Pemikiran ......................................................................... 46
4.1
Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik ........................................ 72
4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 75
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Data Mentah Hasil Perhitungan Variabel ........................................ 96
2
Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS .............................................. 98
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam menilai kinerja sebuah perusahaan, seorang investor biasanya
mengacu pada prospektus dan laporan keuangan perusahaan tersebut.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kegiatan operasionalnya
merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis
fundamental perusahaan), karena laba perusahaan selain merupakan indikator
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para penyandang
dananya, juga merupakan elemen dalam menciptakan nilai perusahaan yang
menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja sangatlah beragam dan
terkadang berbeda antara satu industri dengan industri lainnya. Tetapi yang
biasa digunakan oleh para manajer atau investor selama ini menggunakan rasio
keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas (current ratio, quick ratio), rasio
profitabilitas (return on equity, return on asset, return on invesment) serta rasio
solvabilitas. Dari keseluruhan rasio keuangan, yang biasa menjadi alat ukur
kesehatan adalah return on asset karena digunakan perusahaan sebagai alat
untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan, karena semakin
baiknya return on asset maka akan semakin besar tingkat pengembalian return
(Fadjar, 2013:2).
1
Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling
tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja perusahaan tersebut.
Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula kinerja keuangan
perusahaan. Salah satu rasio profitabilitas adalah return on asset (ROA), return
on asset (ROA) merupakan perbandingan nett profit after tax terhadap average
total asset. Rasio ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan
menggunakan seluruh asetnya dalam menghasilkan keuntungan. Nilai dari
kedua rasio keuangan di atas sudah tercantum dalam setiap laporan keuangan
perusahaan sehingga lebih mudah bagi investor dalam menganalisanya untuk
kemudian dijadikan dasar menentukan kebijakan portofolio (Handoko,
2008:3).
Salah satu metode dalam menilai tingkat kesehatan bank ialah dengan
menggunakan rasio kemampuan laba atau dapat disebut juga dengan rasio
profitabilitas atau rasio rentabilitas. Rasio kemampuan laba dapat diartikan
sebagai kemampuan bank dalam mengelola asset dan liabilities yang ada guna
menghasilkan laba. Terdapat enam tolak ukur tingkat kemampuan laba, yakni
net profit margin, gross proffit margin, asset utilization, return on asset,
earning per share, serta return on equity. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan tolak ukur return on asset sebagai tolak ukur tingkat
kemampuan bank. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator
yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja
2
perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula
kinerja keuangan perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur
kinerja profitabilitas atau rentabilitas adalah Return on Asset (ROE) dan Return
on Asset (ROA). ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income, sedangkan
ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income
dari pengelolaan aset yang dimiliki (Yuliani, 2007:56).
Penelitian Hardiningsih, dkk (2001), menunjukkan bahwa nilai tukar
Rupiah/US Dollar berpengaruh negatif terhadap return saham. Nilai tukar
Rupiah/US Dollar tidak berpengaruh terhadap resiko investasi saham (Meta,
2006:2). Berdasarkan hasil penelitian Purwiani (2007) dalam Sadikin
(2011:24) tentang pengaruh resiko kurs dan risiko suku bunga berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham. Dimana risiko pasar dan risiko kurs
rupiah berpengauh signifikan terhadap return saham dengan arah positif,
sedangkan risiko suku bunga berpengaruh terhadap return saham tetapi dengan
arah negatif. Bilson, Brailsford dan Hooper (2001:16) menggunakan nilai
bobot indeks pasar dunia dan beberapa variabel makroekonomi untuk
menjelaskan return saham. Hasil dari penelitian tersebut menyarankan harga
barang dan aktivitas riil memiliki kemampuan yang terbatas dalam
menjelaskan variasi dari return. Sementara money supply, nilai tukar, dan
market return merupakan variabel yang sangat signifikan dalam menjelaskan
return.
3
Analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami
informasi tentang laporan keuangan. Analisis laporan keuangan meliputi
perhitungan dan intepretasi rasio keuangan yang ada dalam laporan keuangan
(Lesmana, 2008:56). Dalam analisis laporan keuangan dapat membantu para
pelaku bisnis, pemerintah, dan para pemakai laporan keuangan lainnya untuk
menilai kondisi keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan
perbankan. Dalam menilai kinerja perusahaan perbankan, umumnya digunakan
lima aspek penilaian yaitu CAMEL (capital, assets, management, earnings,
liquidity). Kelima aspek tersebut dinilai dengan menggunakan rasio keuangan.
Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi
kesehatan perbankan, memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat
maupun yang tidak sehat (Chen, 1981 dalam Wilopo, 2001:23).
Perbankan syariah saat ini menjadi sektor yang meningkat dengan baik
hal ini ditunjukkan dengan peningkatan yang cukup signifikan yang dilihat
pada tahun 2010 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah dan
150 BPRS. Pada tahun 2011 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 24 Unit Usaha
Syariah dan 155 BPRS. Pada tahun 2012 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 24
Unit Usaha Syariah dan 158 BPRS dan pada tahun 2013 terdapat 11 Bank
Umum Syariah, 24 Unit Usaha Syariah dan 160 BPRS dengan total jaringan
kantor mencapai 2.925 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru
nusantara, meskipun terdapat pengurangan terhadap unit usaha syariah, akan
tetapi terdapat pula pertumbuhan BPRS. Oleh karena itu, industri perbankan
syariah dijuluki sebagai „the fastest growing industry‟. Seperti yang
ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.
4
Tabel.1.1
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 - 2013
Kelompok Bank
Bank Umum Syariah
Unit Usaha Syariah
BPRS
Sumber: http//www.bi.go.id.
2010
11
23
150
2011
11
24
155
2012
11
24
158
2013
11
23
160
Berdasarkan tabel di atas, pertumbuhan dan persaingan perbankan
syariah di Indonesia semakin ketat, maka pihak bank syariah perlu
meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor dan nasabah, serta dapat
tercipta perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Salah satu
indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat
profitabilitasnya. Salah satu alat ukur profitabilitas adalah return on asset
(ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.
Profitabilitas dipengaruhi baik dari lingkungan makro ekonomi maupun
internal perbankan syariah itu sendiri (http//www.bi.go.id).
Salah satu faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi return on
Asset perbankan adalah inflasi, yang dimaksud dengan inflasi adalah
peningkatan tingkat harga secara keseluruhan. Mempertahankan inflasi tetal
rendah telah lama menjadi tujuan kebijakan pemerintah. Yang menjadi masalah
utama adalah hiperinflasi, atau periode peningkatan yang sangat cepat dalam
tingkat harga secara keseluruhan (Case dan Fair, 2007:4).
5
Menurut Sipahutar (2007:94) mengatakan bahwa inflasi merupakan
indikator yang patut diwaspadai. Inflasi merupakan musuh perekonomian.
Salah satu alat yang dipergunakan untuk mengendalikan inflasi adalah suku
bunga. Dengan manajemen suku bunga inflasi dapat dikendalikan dan dengan
suku bunga yang terkendali, perekonomian dapat digerakkan secara
berkelanjutan. Otoritas moneter telah berhasil mengelola suku bunga untuk
mengendalikan inflasi.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah suku bunga,
yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga dari uang dan bagaimana
penerapan perhitungan bunga di pasar uang dan perhitungan bunga di bank
(Leon dan Ericson, 2007:69).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah nilai tukar
rupiah, yang dimaksud dengan nilai tukar rupiah adalah harga dari suatu mata
uang ketika dipertukarkan dengan mata uang lain, atau dengan kata lain bagi
mereka yang tinggal di Amerika Serikat, nilai tukar adalah seberapa banyak
seseorang akan membutuhkan mata uang lain yang akan setara dengan satu
dolar Amerika Serikat (Boone dan Kurtz, 2007:159). Hubungan nilai tukar
dengan profitabilitas diungkapkan oleh (Prasetyantoko, 2008:258) yang
menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang
baik. Dengan kata lain nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan
menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas
perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai
6
tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat
keuntungan yang rendah tadi.
Faktor internal yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah
financing deposit ratio, yang dimaksud dengan financing deposit ratio adalah
rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara
membagi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak
ketiga (Hariyani, 2010:55).
Faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah
biaya operasional dan pendapatan operasional, Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak
sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka
biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil
bunga (Hendrayanti dan Muharam, 2013:3). Menurut Loen dan Ericson
(2007:121) menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Sedangkan menurut
Iqbal (2010:148) menyatakan bahwa untuk menilai seberapa jauh efektivitas
operasi dan efisiensi lembaga keuangan mikro, semakin kecil nilai BOPO
maka semakin baik.
Berdasarkan penjelasan mengenai variabel penelitian, maka dapat
dijabarkan mengenai data-data empiris dari penelitian sehingga menjadi alasan
7
dilakukan penelitian, Berikut ini merupakan data mengenai faktor eksternal
(inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar) dan faktor internal (capital adequacy
ratio, financing deposit ratio) serta profitabilitas (return on asset) di Indonesia
(http//www.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015):
Tabel 1.2
Profitabilitas (ROA), Inflasi, Suku Bunga, Kurs, FDR
dan BOPO di Indonesia Periode 2010 - 2014
Tahun
ROA
(Persen)
Inflasi
SBI
(Persen) (Persen)
Kurs
FDR
BOPO
(Rupiah) (Persen) (Persen)
2010
2,86%
6,96%
6,50%
8350
89,67%
96,07%
2011
3,03%
3,79%
6,58%
9048
88,94%
87,71%
2012
3,11%
4,30%
5,77%
9712
84,51%
85,57%
2013
2,00%
8,38%
6,54%
10091
95,87%
85,06%
2014
1,30%
6,24%
7,54%
10703
98,11%
91,90%
Sumber: http//www.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015 (diolah).
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa data return on asset pada
tahun 2012 sebesar 3,11% dan inflasi pada tahun 2012 sebesar 4,30%,
sedangkan pada tahun 2013 return on asset sebesar 2,00% dan inflasi pada
tahun 2013 sebesar 8,38%. Berdasarkan data tersebut sesuai dengan teori yang
diungkapkan oleh Tandelilin (2010:343) yang mengatakan bahwa inflasi
meningkatkan pendapatan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi
lebih tinggi dari peningkatan harga yang dinikmati oleh perusahaan maka
profitabilitas
perusahaan
akan
turun.
Berdasarkan
analisa
tersebut
membuktikan bahwa semakin tingginya inflasi maka akan semakin rendah
return on asset.
8
Pada data suku bunga terlihat pada tahun 2012 sebesar 5,77% dan
return on asset sebesar 3,11%, sedangkan pada tahun 2013 suku bunga sebesar
6,54% dan return on asset sebesar 2,00% hal ini membuktikan bahwa semakin
tingginya suku bunga maka akan semakin rendah return on asset. Hal ini
sesuai dengan pendapat Tandelilin (2010:343) yang menyatakan bahwa tingkat
bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value)
aliran kas perusahaan sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada
tidak akan menarik lagi. Tingkat suku bunga yang tinggi juga akan
meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan disamping
itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang disyaratkan
investor dari suatu investasi akan meningkat.
Pada data kurs terlihat pada tahun 2012 sebesar 9712 dan return on
asset sebesar 3,11%, sedangkan pada tahun 2013 kurs sebesar 10091 dan
return on asset sebesar 2,00% hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya
nilai kurs semakin rendah nilai return on asset. Data sesuai dengan pernyataan
yang dilakukan oleh Prasetyantoko (2008:258) yang menyatakan bahwa nilai
tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang baik. Dengan kata lain
nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik
apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia
akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai tukar, karena akan
membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah
tadi.
9
Financing deposit ratio pada tahun 2012 sebesar 84,51% dan return on
asset sebesar 3,11% sedangkan pada tahun 2013 financing deposit ratio
sebesar 95,87% dan return on asset sebesar 2,00% hal ini membuktikan bahwa
semakin tinggi financing deposit ratio maka akan semakin rendah return on
asset. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang dilakukan oleh Putri dan Heykal
(2013:2) yang menyatakan bahwa Semakin tingginya FDR menunjukan
semakin riskan kondisi likuditas bank, sebaliknya semakin rendah FDR
menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan pembiayaan.
Semakin tinggi FDR maka akan semakin tinggi dana yang disalurkan pihak
ketiga, dengan penyaluran dana pihak ketiga yang besar maka pendapatan
(ROA) bank akan meningkat.
Biaya operasional dan pendapatan operasional pada tahun 2011 sebesar
87,71% dan return on asset sebesar 3,03% sedangkan pada tahun 2012 biaya
operasional dan pendapatan operasional sebesar 85,57% dan return on asset
sebesar 3,11% hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi biaya operasional
dan pendapatan operasional maka akan semakin rendah return on asset. Hal ini
terjadi karena lebih tinggi beban dibandingkan pendapatan, sehingga akan
mempengaruhi laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang
dilakukan oleh Iqbal (2010:148) yang menyatakan bahwa semakin kecil nilai
BOPO maka semakin baik.
Alasan
pemilihan
judul
pada
penelitian
ini
adalah
semakin
berkembangnya perusahaan perbankan sebagai perusahaan yang mampu
bersaing walaupun semakin ketatnya persaingan dalam dunia perbankan, yang
ditandai dengan nilai return on asset sebagai alat dalam penilaian kinerja
keuangan. Perbankan syariah senantiasa mengalami pertumbuhan yang cukup
10
pesat dari berbagai aspek. Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa
sampai dengan akhir tahun 2013, pertumbuhan aset Bank Umum Syariah
(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) mencapai 31,8 persen dengan pangsa
pasar (market share) yang terus mengalami penigkatan hingga mencapai 4,8
persen. Hal ini di dorong oleh permintaan masya rakat Indonesia akan Islamic
product sebagai alternatif dalam menggunakan jasa perbankan yang semakin
meningkat (http://www.republika.co.id, diakses pada tanggal 30 Juni 2015).
Salah satu ukuran kinerja perusahaan adalah tingkat keuntungan atau
laba. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan, termasuk perbankan
syariah, merupakan hal yang sangat penting dalam laporan ta hunan. Selain itu,
kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup kegiatan rutin atau
operasional juga perlu dilaporkan sehingga di harapkan bisa memberikan
informasi yang berkaitan dengan tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas
keuangan, dan kemampuan operasional perusahaan.
Prediksi kinerja keuangan suatu perusahaan pada umumnya dilakukan
oleh pihak internal (manajemen) dan pihak eksternal perusahaan yang memiliki
kepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan, seperti : investor, kreditur,
dan pemerintah (http://www.republika.co.id, diakses pada tanggal 30 Juni
2015).
Munawir
(2002:8)
menyatakan
bahwa
pihak-pihak
yang
menginvestasikan modalnya membutuhkan informasi tentang sejauh mana
kelancaran aktivitas dan profitabilitas perusahaan, potensi deviden.
Maka sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas (return on asset) perbankan
Syariah di Indonesia dengan mengambil tema “Analisis Pengaruh Faktor
Eksternal dan Internal Perbankan Syariah terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan Perbankan Syariah Periode 2010 - 2014”.
11
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diangkat
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap return on asset perbankan syariah
periode 2010 - 2014?
2. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap return on asset perbankan
syariah periode 2010 - 2014?
3. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap return on asset perbankan
syariah periode 2010 - 2014?
4. Bagaimana pengaruh financing deposit ratio (FDR) terhadap return on asset
perbankan syariah periode 2010 - 2014?
5. Bagaimana pengaruh biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO)
terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014?
6. Bagaimana pengaruh Inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing
deposit (FDR), biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap
return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah, selanjutnya peneliti dapat mengetahui
tujuan penelitian ini, yaitu:
a. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi terhadap return on asset perbankan
syariah periode 2010 - 2014
b. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap return on asset
perbankan syariah periode 2010 - 2014
12
c. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga terhadap return on asset
perbankan syariah periode 2010 - 2014
d. Untuk menganalisis pengaruh financing deposit ratio (FDR) terhadap
return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014
e. Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional dan pendapatan
operasional (BOPO) terhadap return on asset perbankan syariah periode
2010 - 2014
f. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga,
financing deposit ratio (FDR), biaya operasional dan pendapatan
operasional terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 2014
2. Manfaat penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis
pengaruh faktor eksternal (Inflasi, nilai tukar, suku bunga) dan internal
(financing deposit ratio (FDR), biaya operasional dan pendapatan
operasional) terhadap profitabilitas (return on asset) perbankan syariah
periode 2010 - 2014.
b. Bagi sektor perbankan
Khususnya dalam menganalisis pengaruh pengaruh faktor
eksternal (Inflasi, nilai tukar, suku bunga) dan internal (financing deposit
13
ratio (FDR), biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap
profitabilitas (return on asset) perbankan syariah periode 2010 - 2014.,
penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan
sektor perbankan syariah.
c. Bagi Pemertintah
Sebagai bahan pemikiran untuk para pengambil keputusan atau
kebijakan perekonomian agar lebih tepat untuk mempertimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah.
d. Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan kesadaran pentingnya menabung terutama di
bank Syariah, karena lebih banyak manfaat, keuntungan yang didapat
dibanding mudharatnya dari produk-produk yang di tawarkan baik bagi
yang ingin menginvestasikan uangnya atau sekedar menyimpan uangnya
kepada
khususnya
masyarakat
Indonesia
yang
mayoritas
muslim/muslimah.
e. Bagi Pihak Lain
Seperti pihak swasta/wiraswasta sebagai masukan bagi mereka
untuk memilih sistem perbankan syariah sebagai pilihan alternatif.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ekonomi Makro
Ekonomi makro merupakan bidang ekonomi yang mengkaji
fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas, misalnya inflasi,
pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Saat ini ekonomi makro mengkaji
berbagai bidang yang luas, misalnya bagaimana total investasi dan
konsumsi ditentukan, apa penyebab krisis moneter, bagaimana bank sentral
mengelola uang dan suku bunga, mengapa beberapa negara maju
berkembang pesat sementara yang lain mengalami stagnasi (kemunduran).
(Ahman, 2007:113).
Ilmu
ekonomi
makro
memperhatikan
perekonomian
secara
keseluruhan. Ilmu ekonomi makro tidak mencoba memahami apa yang
menentukan output perusahaan atau industri tunggal atau pola konsumsi
rumah tangga tunggal atau kelompok rumah tangga. Ilmu ekonomi makro
sebaliknya menelaah faktor-faktor yang menentukan output nasional. Ilmu
ekonomi makro berhubungan dengan ketenagakerjaan dan pengangguran
agregat (secara keseluruhan), berapa banyak pekerjaan yang tersedia dalam
perekonomian secara keseluruhan dan berapa banyak orang yang mau
bekerja tapi tak mamapu pekerjaan (Case dan Fair, 2007:11).
15
Prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara
keseluruhan, sehingga analisis penilaian saham yang dilakukan investor juga
harus
memperhatikan
beberapa
variabel
ekonomi
makro
yang
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Investor
bisa melakukan analisis fundamental secara top-down untuk menilai
prospek perusahaan. Pertama kali perlu dilakukan analisa terhadap faktorfaktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan,
kemudian dilanjutkan dengan analisa industri dan pada akhirnya dilakukan
analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan
untuk menilai apakah sekuritas yang dikeluarkan menguntungkan atau
merugikan bagi investor (Tandelilin, 2010:338).
2. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Perkembangan ekonomi islam ditandai dengan perkembangan
bank dan lembaga keuangan syariah (Suwiknyo, 2010:1). Bank syariah
adalah institusi keuangan institusi keuangan yang berbasis syariah islam.
Hal ini berarti secara makro bank syariah adalah institusi keuangan yang
memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam mendukung dan
memainkan kegiatan investasi di masyarakat sekitarnya. Dalam kaamata
mikro bank syariah adalah institusi keuangan yang menjamin seluruh
aktivitas investasi yang menyertainya telah sesuai dengan syariah
(Ascarya, 2011:1).
16
Dunia ekonomi dalam islam adalah dunia bisnis atau investasi hal
ini bisa dicermati mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan
investasi (ajakan bisnis dalam Al quran dan sunah) hingga tanda - tanda
implisit untuk menciptakan sistem yang mendukung iklim investasi
(adanya sistem zakat sebagai alat disinsentif atas penumpukan harta,
larangan riba untuk mendorong optimalisasi investasi, serta larangan
maysir atau judi dan spekulasi untuk mendorong produktivitas atas setiap
investasi). (Ascarya, 2011:1).
Kebijakan pemerintah terhadap perbankan syariah di ndonesia
terdapat dalam undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 tentang
perbankan dan undang - undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas undang - undang No. 7 tahun 1992. Berdasarkan kebijakan tersebut,
perkembangan
kebiijakan
perbankan
islam
di
Indonesia
dapat
diklasifikasikan dalam dua periode, yaitu periode 1992 - 1998 dan
periode 1998 - 1999 (Suwiknyo, 2010:2).
b. Produk Bank Syariah
Secara
garis
besar,
pengembangan
produk
bank
syariah
dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu produk penghimpunan dana,
produk penyaluran dana dan produk jasa. Penjelasan selengkapnya sebagai
berikut (Suwiknyo, 2010:20-40):
17
1) Produk Penghimpunan Dana
a) Prinsip Wadi‟ah
Prinsip Wadi‟ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, di
mana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank
bertindak sebagai yang meminjam
b) Prinsip Mudharabah
Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpanan
bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib, dana ini
digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun
syirkah. Berdasarkan kewenangan penggunaan dana, prinsip
mudharabah dibagi menjadi:
(1) Mudharabah Mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan
dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana
yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.
(2) Mudharabah Muqayadah On Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus
(restricted investment) di mana pemilik dana dapat menetapkan
syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.
(3) Mudharabah Muqayadah Off Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana
mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana
bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara
pemilik dana dengan pelaksana usaha.
18
2) Produk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan
menjadi tiga model, yaitu transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk
memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli, transaksi
pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan
dengan prinsip sewa dan transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk
usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang
dan jasa.
3) Produk Jasa
Produk jasa dikembangkan dengan akad al-hiwalah, ar-rahn, alqardh, al-wakalah dan al-khafalah.
3. Profitabilitas (Return on Asset)
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan
antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan
dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan
perusahaan (operating asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali
investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam
kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok
perusahaan. ROA (return on asset); Rasio ini sering juga disebut sebagai
Return on Investment. Hasil pengembalian investasi atau lebih di kenal
dengan nama return on investasi atau return on total asset merupakan rasio
yang menunjukan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas
19
manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu hasil dari
pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh dana
perusahaan, baik dalam modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin
kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya.
Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari seluruh
perusahaan (Kasmir dan Jakfar, 2008:201).
Investor harus menganalisis struktur industri untuk menilai kekuatan
dari lima faktor persaingan, sehingga investor dapat menentukan
profitabilitas dari suatu industry. Struktur industry cenderung berubah
sehingga investor perlu terus memperbaharui aanalisis lingkungan industri
sesuai dengan perubahan yang terjadi. Dari sudut pandang para investor
adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di
masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan
profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk
mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor
disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang
disyaratkan investor (Tandelilin, 2010:357).
ROA (return on asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak
untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki
oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan
laba (Hakim, 2006:19).
20
Rasio
ini
mengukur
seberapa
efektif
perusahaan
dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk
menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32).
4. Inflasi
Kasmir dan Jakfar (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses
kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu
periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat
pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan
tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku
bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a)
indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang
dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari dengan
perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks perdagangan besar,
merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat
perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk
dalam perhitungan indeks harga, dan (c) gross net product (GNP) deflator,
merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis
indeks diatas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah
perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas.
21
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah
yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut
sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor
biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi
penurunan daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103).
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa
secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga
konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar,
layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2007:128).
Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang
bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus
barang (Gilarso, 2004:200). Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik
dari persentase perubahan indeks harga konsumen (IHK) pada suatu saat
dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah
perbandingan relatif dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat
dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar,
dan dinyatakan dalam persen (Gilarso, 2004:201). Rumus yang digunakan
untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201):
22
5. Nilai Tukar Rupiah
a. Pengertian Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar menunjukkan banyaknya unit mata uang yang dapat
dibeli dan ditukar dengan satu satuan mata uang lain (Sartono, 2001).
Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain.
Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang
ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar
rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,dan lain
sebagainya. Dalam transaksi valuta asing dibedakan menjadi dua jenis
kurs yaitu kurs spot (spot rate) dan kurs berjangka (forward rate). Dari
kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing yang paling dikenal
transaksi seketika (on the spot). Transaksi spot yang lazim digunakan
dalam melakukan pembayaran dan penerimaan valuta asing adalah dalam
jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut.
Sedangkan transaksi berjangka (forward transaction) merupakan
kesepakatan yang dicapai pada hari ini namun baru berlaku beberapa
waktu kemudian (misalnya 3 bulan). Dalam penelitian ini kurs yang
dipakai adalah kurs spot (spot rate). (Subalno, 2010:25).
Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi
aktivitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung
akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah
terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh
negatif terhadap ekonomi dan pasa rmodal (Sitinjak dan Kurniasari,
2003:24).
23
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga
atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang
negara lain, kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah
uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang
dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno,
2004:176).
b. Sistem Kurs Mata Uang
Menurut Kuncoro (2001:26), ada beberapa sistem kurs mata uang
yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:
1) Sistem Kurs Mengambang (floating exchange rate)
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau
tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs
mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :
a) Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan
sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan
pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di
dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas
moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.
b) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)
dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada
tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan
karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk
mempengaruhi pergerakan kurs.
24
2) Sistem Kurs Tertambat (peged exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata
uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata
uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang
yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata
uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi
tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak
mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain
mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.
3) Sistem Kurs Tertambat Merangkak (crawling pegs).
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan
dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk
bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu.
Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur
penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem
kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutankejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang
tiba-tiba dan tajam.
4) Sistem Sekeranjang Mata Uang (basket of currencies).
Banyak
negara
terutama
negara
sedang
berkembang
menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang.
Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang
suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang
mata uang.
25
Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“
umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan
negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda
tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang
mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang
yang berbeda dengan bobot yang berbeda.
5) Sistem Kurs Tetap (fixed exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs
tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui
untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada
kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi
dalam batas yang sangat sempit.
6. Suku Bunga
a. Pengertian Tingkat Suku Bunga (SBI)
Tingkat bunga dalam investasi akan menjadi pedoman yang
penting dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Umumnya tingkat
bunga akan memiliki hubungan negatif dengan kinerja saham. Bila
pemerintah mengumumkan kenaikan tingkat bunga akan meleihi harapan
imbal hasil dalam saham maka para investor akan beraksi dengan
menjual saham dan menggantinya dengan sekuritas berpendapatan tetap
(deposito) yang memberi imbal hasil (bunga) lebih tinggi. Suku bunga
dan prakiraan nilainya di masa depan merupakan salah satu masukan
yang penting dalam keputusan investasi (Bodie, 2006:180).
26
Menurut Case dan Fair (2007:635) suku bunga adalah
pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase
dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun
dibagi dengan jumlah pinjaman. Suku bunga merupakan harga dari
pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per
unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang
digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur
(Sunariyah, 2004:80).
Menurut Prasetiantono (2000:97) mengenai suku bunga adalah
jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan
dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang
menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk
memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk
mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan
tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah
belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan
cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika
suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk
menyimpan uangnya di bank.
Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku
bunga di Indonesia adalah tingginya suku bunga terkait dengan kinerja
sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi
(perantara), kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan memanfaatkan
berbagai jasa bank secara relatif masih belum cukup tinggi, dan sulit
untuk menurunkan suku bunga perbankan bila laju inflasi selau tinggi
(Prasetiantono, 2000:99-101).
27
b. Fungsi Suku Bunga
Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu :
penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari
sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi.
Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar
masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh
tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan
semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.
Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi
rendahnya suku bunga tabungan masyarakat, Adapun Fungsi suku bunga
menurut Sunariyah (2004:81) adalah:
1) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih
untuk diinvestasikan.
2) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam
suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan
suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari
industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi
tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.
3) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol
jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi
uang dalam suatu perekonomian.
28
c. Faktor Yang Menentukan Tingkat Suku bunga
Prakiraan suku bunga merupakan salah satu bagian yang paling
sulit dari ekonomi makro terapan. Namun secara sederhana, kita dapat
ketahui bahwa faktor-faktor penting yang menentukan tingkat suku
bunga adalah (Bodie, 2006:180):
1) Suplai dana dari para penabung, terutama sektor rumah tangga
2) Permintaan terhadap dana dari sektor bisnis untuk keperluan
pembiayaan investasi dalam bentuk pabrik, peralatan dan persediaan
(asset riil atau pembentukan modal)
3) Penawaran dan permintaan bersih pemerintah terhadap dana yang
terlihat dari tindakan-tindakan bank sentral
Beberapa faktor dalam ekonomi yang dapat mempengaruhi
pergerakan suku bunga, yaitu (Madura 2007:25):
1) Pertumbuhan ekonomi
Pada saat perusahaan melakukan ekspansi, akan diperlukan
uang sehingga permintaan akan uang semakin meningkat. Perusahaan
yang melakukan ekspansi ini tak lepas dari kondisi perekonomian
yang mendukung (kondisi perekonomian baik). Pada saat kondisi
perekonomian baik, maka tingkat suku bunga meningkat. Sebaliknya,
pada saat kondisi ekonomi buruk, maka perusahaan akan merubah
strategi pembelanjaannya menjadi penggunaan modal sendiri sehingga
tidak ada permintaan akan uang (permintaan menurun). Permintaan
akan uang yang menurun menyebabkan tingkat suku bunga turun.
29
2) Adanya Inflasi
Saat tingkat inflasi suatu Negara meningkat maka tingkat suku
bunga juga akan semakin menigkat, karena pada saat terjadi inflasi
akan diikuti dengan naiknya harga barang dan diperkirakan dimasa
depan harga barang akan naik lagi (expected inflation rate) sehingga
masyrakat banyak yang akan membeli barang-barang sekarang.
Dengan melakukan pembelian maka dana yang dimiliki masyarakat
berkurang sehingga muncul permintaan akan uang. Naiknya
permintaan akan uang menyebabkan tingkat suku bunga meningkat.
3) Defisit Anggaran Pemerintah
Defisit anggaran merupakan suatu kondisi dimana pengeluaran
lebih besar dari pada pendapatan. Untuk menutupi deficit, maka
pemerintah
melakukan
peminjaman
sehingga
hal
ini
dapat
menyebabkan tingkat suku bunga meningkat dan sebaliknya.
Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor
menarik investasi sahamnya dan memindahkannya pada investasi yang
menawarkan tingkat pengembalian lebih baik dan aman, seperti deposito.
Akibat aksi para investor yang menarik sahamnya menyebabkan pasar
modal sepi. Turunnya permintaan akan saham mengakibatkan terjadinya
kelebihan penawaran saham, sehingga harga-harga saham turun dan akan
menyebabkan indeks harga saham gabungan juga turun (Samsul
2006:65).
30
7. Financing Deposit Ratio (FDR)
Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks
dalam kegiatan operasi bank, hal tersebut disebabkan karena dana yang
dikelola bank sebagian besar adalah dana dari masyarakat yang sifatnya
jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Likuiditas suatu bank
berarti bahwa bank tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia
untuk memenuhi semua kewajiban (Siamat, 2005:56). Salah satu penilaian
likuiditas bank adalah dengan menggunakan financing to deposit ratio
(pembiayaan). Financing to deposit ratio (pembiayaan) dijadikan variablel
independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan
tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank (ROA).
Rasio pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan bank
tersebut apakah mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar
kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan pembiayaan
yang diajukan. Atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian pembiayaan
kepada nasabah, pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban bank untuk
segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya
yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan (Siamat,
2005:81). Menurut Hasbi dan Haruman (2011:34) financing to deposit ratio
(FDR) dapat dirumuskan sebagai berikut:
31
8. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
Menurut Loen dan Ericson (2007:121) menyatakan bahwa biaya
operasional dan pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Hariyani
(2010:55) yang menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan
operasional (BOPO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional, semakin kecil rasio ini maka akan
semakin
efisien
biaya
operasional
yang
dikeluarkan
bank
yang
bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari
total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan
operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total
pendapatan operasional lainnya. BOPO adalah rasio perbandingan antara
Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat
rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena
lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan
(Pratiwi, 2012:7).
Baiknya kinerja keuangan tersebut diperoleh karena efisiensi
operasional yang berhasil diterapkan. Dengan jumlah cabang yang banyak
dan luas tetap mampu mempertahankan operasional dengan efisiensi yang
tinggi. Biaya operasional masih jauh di bawah pendapatan operasional.
32
Efisiensi juga dilakukan cukup baik terhadap asset sehingga mampu
mengimbangi pertumbuhan asset dan modal yang berakibat pada tingginya
perolehan rentabilitas (Liestyo, 2005:25).
Biaya operasional dan pendapatan operasional merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi
lembaga keuangan mikro semakin kecil biaya operasional dan pendapatan
operasional (BOPO) maka akan semakin baik (Iqbal, 2010:148). Menurut
Bank Indonesia standar terbaik BOPO adalah antara 85% - 92%. Indikator
ini mempunyai bobot 15% (Rangkuti, 2011:103).
Rasio
biaya operasional
adalah
perbandingan
antara biaya
operasional dan pendapatan operasional (BOPO), digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah sebagai
perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana (misalnya dana
masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh
biaya bunga dan hasil bunga (Margaretha, 2007:62). Menurut Margaretha
(2007:62) biaya operasional dan pendapatan operasional dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
33
9. Keterkaitan antar Variabel Penelitian
a. Keterkaitan antara Inflasi dengan Return on Asset
Kasmir dan Jakfar (2010:40) menyatakan inflasi adalah proses
kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu
periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat
pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan
tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku
bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: (a)
indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang
dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari
dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. (b) indeks
perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada
sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan
mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan (c)
gross net product (GNP) deflator, merupakan suatu jenis indeks harga
yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks diatas yang mencangkup
dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih
banyak dibanding dengan dua indeks di atas.
Menurut
Sipahutar
(2007:94)
mengatakan
bahwa
inflasi
merupakan indikator yang patut diwaspadai. Inflasi merupakan musuh
perekonomian. Salah satu alat yang dipergunakan untuk mengendalikan
inflasi adalah suku bunga. Dengan manajemen suku bunga inflasi dapat
dikendalikan dan dengan suku bunga yang terkendali, perekonomian
34
dapat digerakkan secara berkelanjutan. Otoritas moneter telah berhasil
mengelola suku bunga untuk mengendalikan inflasi.
Inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya asset, karena
dengan inflasi yang tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat,
sehingga akan mengurangi asset yang dimiliki perusahaan. Inflasi yang
meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah
diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai
risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya
menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan
daya beli yang dialaminya (Tandelilin, 2010:103).
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel
yang berbeda beda telah membuktikan bahwa inflasi mempunyai
pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh
Dwijayanthy dan Naomi (2007) dan Wibowo (2013) yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel
inflasi terhadap return on asset.
b. Keterkaitan antara Kurs dengan Return on Asset
Kurs (Exchange Rate) merupakan nilai atas suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya. Peningkatan nilai suatu mata uang
dibandingkan dengan mata uang lainnya disebut apresiasi, sedangkan
penurunan nilai mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya
disebut depresiasi. Nilai tukar menunjukkan banyaknya unit mata uang
yang dapat dibeli dan ditukar dengan satu satuan mata uang lain
35
(Sartono, 2001). Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata
uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata
rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain.Misalnya nilai
tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,dan lain
sebagainya. Dalam transaksi valuta asing dibedakan menjadi dua jenis
kurs yaitu kurs spot (spot rate) dan kurs berjangka (forward rate). Dari
kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing yang paling dikenal
transaksi seketika (on the spot). Transaksi spot yang lazim digunakan
dalam melakukan pembayaran dan penerimaan valuta asing adalah dalam
jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut.
Sedangkan transaksi berjangka (forward transaction) merupakan
kesepakatan yang dicapai pada hari ini namun baru berlaku beberapa
waktu kemudian (misalnya 3 bulan). Dalam penelitian ini kurs yang
dipakai adalah kurs spot (spot rate). (Subalno, 2010:25).
Prasetyantoko (2008:258) yang menyatakan bahwa nilai tukar
umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang baik. Dengan kata lain
nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih
baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas
perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai
tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat
keuntungan yang rendah tadi.
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel
yang berbeda beda telah membuktikan bahwa kurs mempunyai pengaruh
terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Dwijayanthy dan
36
Naomi (2007) dan Swandayani dan Kusumaningtias (2009) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan
antara variabel kurs terhadap return on asset.
c. Keterkaitan antara Suku Bunga dengan Return on Asset
Tingkat bunga merupakan variabel yang diwakilkan oleh SBI
yang merupakan alat kebijakan moneter pemerintah dalam mengatur dan
menyesuaikan aktivitas perekonomian. Apabila pemerintah ingin
mengurangi jumlah konsumsi dan uang beredar, maka pemerintah dapat
meningkatkan suku bunga SBI. Dengan adanya suku bunga yang tinggi,
maka biaya ekonomi (Opportunity Cost) dari kegiatan konsumsi terutama
konsumsi yang menggunakan pinjaman bank akan semakin mahal karena
biaya bunga semakin mahal. Adanya kenaikan suku bunga juga
mengakibatkan suku bunga deposito meningkat sehingga menyebabkan
menyimpan uang di bank akan lebih menguntungkan dibandingkan
dengan digunakan untuk konsumsi. Hal ini akan mengakibatkan uang
yang beredar semakin berkurang dan konsumsi menurun sehingga
mengakibatkan
penurunan
aktivitas
perekonomian.
Begitu
pula
sebaliknya, apabila pemerintah ingin meningkatkan jumlah konsumsi dan
produksi, maka pemerintah dapat menurunkan suku bunga SBI. Dengan
adanya suku bunga yang rendah, maka biaya ekonomi (Opportunity
Cost) dari kegiatan konsumsi maupun produksi terutama kegiatan yang
menggunakan pinjaman bank akan semakin rendah karena biaya bunga
yang semakain rendah. Hal ini akan mendorong kegiatan produksi dan
konsumsi akan lebih besar sehingga aktivitas perekonomian akan
semakin meningkat. Suku bunga merupakan harga dari pinjaman. Suku
37
bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga
merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur
yang harus dibayarkan kepada kreditur (Sunariyah, 2004:80).
Tingkat bunga dalam investasi akan menjadi pedoman yang
penting dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Umumnya tingkat
bunga akan memiliki hubungan negatif dengan kinerja saham. Bila
pemerintah mengumumkan kenaikan tingkat bunga akan meleihi harapan
imbal hasil dalam saham maka para investor akan beraksi dengan
menjual saham dan menggantinya dengan sekuritas berpendapatan tetap
(deposito) yang memberi imbal hasil (bunga) lebih tinggi. Suku bunga
dan prakiraan nilainya di masa depan merupakan salah satu masukan
yang penting dalam keputusan investasi (Bodie, 2006:180).
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel
yang berbeda beda telah membuktikan bahwa suku bunga mempunyai
pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh
Swandayani dan Kusumaningtias (2009) yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel suku
bunga terhadap return on asset.
d. Keterkaitan antara Financing Deposit Ratio dengan Return on Asset
Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan menggunakan
financing to deposit ratio (pembiayaan). Financing to deposit ratio
(pembiayaan) dijadikan variablel independen yang mempengaruhi ROA
didasarkan didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang
38
bermuara pada profitabilitas bank (ROA). Rasio pembiayaan digunakan
untuk mengukur kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar
hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta
dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang diajukan. Atau dengan
kata lain seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah,
pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi
permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah
digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan (Siamat, 2005:81).
Rasio FDR yang analog dengan loan to deposit ratio (LDR) pada
bank konvensional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi
permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank.
(Dendawijaya, 2003:46).
Penelitian mengenai financial deposit ratio terhadap return on
asset banyak dilakukan oleh penelitian terdahulu seperti penelitian yang
dilakukan oleh Nugroho (2011) dan Fadjar (2013) yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara financing deposit ratio
terhadap return on asset.
e. Keterkaitan antara Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
dengan Return on Asset
Hasil akhir dari aktivitas bank akan menghasilkan biaya dan juga
pendapatan operasional. Kedua hal ini mempengaruhi tingkat efisiensi
operasional
bank
yaitu
kemampuan
bank
untuk
menghasilkan
39
keuntungan dari penggunaan aktiva agar dapat menutupi biaya-biaya
operasional. Semakin efisien biaya operasional, maka semakin efisien
pula bank tersebut dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan. Tingkat efisiensi operasional diukur dengan rasio BOPO.
Semakin
rendah
BOPO
menunjukkan
semakin
tinggi
efisiensi
operasional bank yakni semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan
keuntungan yang ditunjukkan dengan meningkatnya profitabilitas
(ROA). Sebaliknya, tingginya rasio BOPO mencerminkan inefisiensi
operasional bank yang ditandai dengan tingginya beban operasional dan
akan berakibat pada berkurangnya laba dan menurunkan rasio ROA.
Baiknya kinerja keuangan tersebut diperoleh karena efisiensi
operasional yang berhasil diterapkan. Dengan jumlah cabang yang
banyak dan luas tetap mampu mempertahankan operasional dengan
efisiensi yang tinggi. Biaya operasional masih jauh di bawah pendapatan
operasional. Efisiensi juga dilakukan cukup baik terhadap asset sehingga
mampu mengimbangi pertumbuhan asset dan modal yang berakibat pada
tingginya perolehan rentabilitas (Liestyo, 2005:25).
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel
yang berbeda beda telah membuktikan bahwa biaya operasional dan
pendapatan operasional mempunyai pengaruh terhadap return on asset
seperti yang diungkapkan oleh Adyani (2010) dan Wibowo (2013) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan
antara variabel biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap
return on asset.
40
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu sumber yang dijadikan acuan
dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang digunakan berasal dari
jurnal dan skripsi dengan melihat hasil penelitianya dan akan dibandingkan
dengan penelitian selanjutnya dengan menaganalisa berdasarkan keadaan dan
waktu yang berbeda, adapun ringkasan penelitian terdahulu akan dijabarkan
pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
Judul
Penelitian
1. Pengaruh
Penyaluran
Kredit dan
Tingkat Suku
Bunga terhadap
Profitabilitas
(ROA) (Studi
Kasus pada
Perusahaan
Sektor
Perbankan yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Periode 20082012)
2. Analisis Faktor
Internal dan
Eksternal Bank
yang
Mempengaruhi
Profitabilitas
Bank Umum di
Indonesia
Peneliti Dan
Tahun
Kurniawati
(2012)
Metode
Hasil
Penelitian
Penelitian
Regresi
Hasil penelitian
Linier
menyatakan bahwa BI
Berganda rate berpengaruh
terhadap return on
asset dan penyaluran
kredit tidak
berpengaruh terhadap
return on asset
Fadjar (2013)
Regresi
Linier
Berganda
Hasil penelitian
menyatakan bahwa
NPL berpengaruh
negatif terhadap
return on asset,
BOPO berpengaruh
positif terhadap return
on asset, LDR
berpengauh negatif
terhadap return on
equity sedangkan
CAR, nilai tukar,
tingkat suku bunga
dan inflasi tidak
berpengaruh terhadap
return on asset.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
41
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
Judul
Penelitian
3. Analisis
Pengaruh
Inflasi, BI Rate,
dan Nilai Tukar
Mata Uang
terhadap
Profitabilitas
Bank Periode
2003-2007
Peneliti Dan
Tahun
Dwijayanthy
dan Naomi
(2007)
4. Capital
Olalekan (2013)
Adequacy And
Banks'
Profitability: An
Empirical
Evidence From
Nigeria
5. Analisis
Pengaruh FDR,
NPF, BOPO,
KAP Dan PLO
Terhadap return
On Asset Studi
pada Bank
Syariah di
Indonesia
periode tahun
2006 - 2010
6. Analisis FaktorFaktor Yang
Mempengaruhi
Profitabilitas
(ROA)
Nugroho (2011)
Adyani (2010)
Metode
Hasil
Penelitian
Penelitian
Regresi
Hasil penelitian
Linier
menyatakan bahwa
Berganda inflasi berpengaruh
negatif terhadap
return on asset, nilai
tukar berpengaruh
positif terhadap return
on asset sedangkan BI
rate tidak berpengaruh
terhadap return on
asset.
Regresi
The findings for the
Linier
primary data analysis
Berganda revealed a nonsignificant
relationship but the
secondary data
analysis showed a
positive and
significant
relationship between
capital adequacy and
profitability of bank.
Regresi
Hasil analisis
Linier
menunjukkan bahwa
Berganda data FDR, NPF, dan
BOPO secara parsial
signifikan terhadap
ROA.
Regresi
Linier
Berganda
Hasil menyatakan
bahwa bahwa variabel
CAR dan FDR tidak
berpengaruh
signifikan positif
terhadap profitabilitas
(ROA) bank.
Sedangkan NPF dan
BOPO berpengaruh
negatif signifikan
terhadap profitabilitas.
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
42
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
Judul
Penelitian
7. Analisis
Pengaruh Suku
Bunga,
INFLASI,
CAR, BOPO,
NPF Terhadap
Profitabilitas
Bank Syariah
Peneliti Dan
Tahun
Wibowo (2013)
8. Impact of
Interest Rate
Changes on
the
Profitability of
four Major
Commercial
Banks in
Pakistan
9. Pengaruh
Inflasi, Suku
Bunga, Nilai
Tukar Valas dan
Jumlah Uang
Beredar
terhadap
Profitabilitas
pada Perbankan
Syariah di
Indonesia
Periode 20052009
Sattar (2014)
Swandayani dan
Kusumaningtias
(2009)
10. The Impact Of
Chisty (2012)
Capital
Adequacy
Requirements
On Profitability
Of Private
Banks In India
(A Case Study
Of J&K, Icici,
Hdfc And Yes
Bank)
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
Metode
Hasil
Penelitian
Penelitian
Regresi
Berdasar hasil analisis
Linier
data maka dapat
Berganda ditarik kesimpulan
bahwa BOPO
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap ROA
sedangkan variabel
CAR, NPF, Inflasi
dan Suku Bunga tidak
berpengaruh.
Regresi
As a result it is found
Linier
that there is strong
Berganda and positive
correlation between
interest rate and
commercial banks‟
profitability
Regresi
Linier
Berganda
Regresi
Linier
Berganda
Dari hasil penelitian
disimpulkan bahwa
secara parsial suku
bunga, nilai tukar
valas dan jumlah uang
beredar mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
ROA. Sedangkan
variabel inflasi
mempunyai pengaruh
yang tidak signifikan
terhadap ROA
perbankan syariah.
the result is
corroborating with the
hypothesis that there
is no significant
impact of capital
adequacy, non interest
income and net
interest income on
profitability of the
private commercial
banks
43
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran konseptual pada dasarnya merupakan review atau
tinjauan pustaka yang dituangkan dalam bentuk skema serta mencerminkan
keterikatan antara variabel yang diteliti. Pada penelitian ini ingin mengetahui
pengaruh antara inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financial deposit ratio,
biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset. Inflasi
berpengaruh terhadap return on asset diungkapkan oleh Tandelilin (2010:343)
yang menyatakan bahwa inflasi meningkatkan pendapatan biaya perusahaan.
Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang
dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun.
Pengaruh suku bunga terhadap profitabilitas diungkapkan oleh
Tandelilin (2010:343) yang menyatakan bahwa tingkat bunga yang terlalu
tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan
sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi.
Tingkat suku bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang
harus ditanggung oleh perusahaan disamping itu tingkat bunga yang tinggi juga
akan menyebabkan return yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan
meningkat. Sedangkan pengaruh kurs terhadap return on asset dikarenakan
nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik
apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia
akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai tukar, karena akan
membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah
tadi. Sesuai teori yang diungkapkan oleh Prasetyantoko (2008:258) yang
menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang
baik. Dengan kata lain nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan
44
menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas
perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai
tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat
keuntungan yang rendah tadi.
Financing deposit ratio memiliki pengaruh terhadap return on asset,
sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Putri dan Heykal (2013:2) yang
menyatakan bahwa Semakin tingginya FDR menunjukan semakin riskan
kondisi likuditas bank, sebaliknya semakin rendah FDR menunjukkan
kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Semakin tinggi
FDR maka akan semakin tinggi dana yang disalurkan pihak ketiga, dengan
penyaluran dana pihak ketiga yang besar maka pendapatan (ROA) bank akan
meningkat. Biaya operasional memiliki pengaruh terhadap return on asset
sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Iqbal (2010:148) yang menyatakan
bahwa semakin kecil nilai BOPO maka semakin baik.
Untuk mengetahui pengaruh antara Inflasi, nilai tukar rupiah, suku
bunga, financing deposit (FDR), biaya operasional dan pendapatan operasional
terhadap return on asset digunakan metode regresi linier berganda. Langkah
dalam uji regresi linier berganda pertama dilakukan uji asumsi klasik, setelah
melakukan uji asumsi klasik lalu dilakukan uji regresi berganda yang terdiri uji
t, uji F dan uji determinasi. Setelah melakukan uji regresi dibuat suatu
interpretasi yang akan menghasilkan kesimpulan dan saran. Berdasarkan
hubungan antar variabel yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dibuat
kerangka konseptual sebagai berikut:
45
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Perbankan Syariah Di Indonesia
Variabel Independen
Faktor Eksternal
1. Inflasi (X1)
2. Nilai Tukar Rupiah (X2)
3. Suku Bunga (X3)
Faktor Internal
4. Financial Deposit Ratio (FDR) / (X4)
5. Biaya Operasioanal dan Pendapatan
Opersional ( BOPO) / (X5)
Variabel Dependen
Profitabilitas (Return On Asset)
Uji Asumsi Klasik
1.
2.
3.
4.
Uji Normalitas Data
Uji Multikolinearitas
Uji Autokorelasi
Uji Heteroskedastisitas
Uji Hipotesis
1. Uji t (Parsial)
2. Uji F (Simultan)
Uji Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Kesimpulan dan Saran
46
D. Hipotesis Penelitian
Dari permasalahan yang ada, dapat diambil suatu hipotesis sebagai
berikut:
1. Ho1 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1)
terhadap return on asset (Y)
Ha1 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi (X1) terhadap
return on asset (Y).
2. Ho2 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel nilai tukar
rupiah (X2) terhadap return on asset (Y)
Ha2 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel nilai tukar rupiah
(X2) terhadap return on asset (Y).
3. Ho3 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel suku bunga
(X3) terhadap return on asset (Y).
Ha3 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel suku bunga (X3)
terhadap return on asset (Y).
4. Ho4 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel financial
deposit ratio (X4) terhadap return on asset (Y).
Ha4 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel financial deposit
ratio (X4) terhadap return on asset (Y).
5. Ho5 = 0; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya
operasional dan pendapatan operasional (X5) terhadap return on
asset (Y).
Ha5 ≠ 0; ada pengaruh yang signifikan antara variabel biaya operasional
dan pendapatan operasional (X5) terhadap return on asset (Y).
47
6. Ho6 = 0; tidak ada pengaruh signifikan antara variabel inflasi (X1), nilai
tukar rupiah (X2), suku bunga (X3), financial deposit ratio (X4)
dan biaya operasional dan pendapatan operasional (X5) terhadap
return on asset (Y).
Ha6 ≠ 0; ada pengaruh signifikan antara variabel inflasi (X1), nilai tukar
rupiah (X2), suku bunga (X3), financial deposit ratio (X4) dan
biaya operasional dan pendapatan operasional (X5) terhadap
return on asset (Y).
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini yang dijadikan tempat penelitian adalah seluruh
perusahaan perbankan syariah di Indonesia dan penelitian dilakukan pada
tahun 2014. Adapun yang akan dibahas terbatas hanya pada seberapa besar
pengaruh inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), suku bunga (X3), capital
adequacy ratio (X4) dan financial deposit ratio (X5) terhadap variabel
dependen, yaitu return on asset (Y).
Sebagai variabel independen pada penelitian ini adalah yang diberi
inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2), suku bunga (X3), capital adequacy ratio
(X4) dan financial deposit ratio (X5). Sedangkan variabel dependen pada
penelitian ini adalah return on asset yang diberi lambang (Y).
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:117) populasi, yaitu suatu wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti supaya dapat
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian adalah
perusahaan perbankan yang terdapat di indonesia.
49
2. Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dengan metode
purposive sampling. Metode purposive sampling yaitu sampel yang diambil
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu untuk mendapatkan sampel yang sesuai
dengan tujuan penelitian (Yama dan Adityawati, 2009:287). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2010 sampai tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan beberapa kriteria atau pertimbangan sebagai berikut:
a. Perusahaan Perbankan yang listing dalam kurung waktu 2009 sampai
2013.
b. Perusahaan Perbankan Syariah yang memiliki laporan keuangan
c. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit
dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31
Desember.
C. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini, baik yang bertujuan
untuk mendeskripsikan maupun untuk menganalisis, diperoleh dari data
sekunder yang bersifat kuantitatif. Data sekunder adalah data yang
informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Sedangkan
menurut Indriantoro dan Supomo (2009:147), data sekunder adalah sumber
data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
50
Data-data sekunder tersebut berupa rasio-rasio laporan keuangan dari
laporan keuangan perusahaan perbankan syariah yang telah diaudit per 31
desember 2009 - 2013.
Pada penelitian ini data sekunder tersebut didapat dengan cara sebagai
berikut:
1. Studi Lapangan (Field Research)
Adalah tehnik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung
data dari pusat referensi pasar modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia yang
dapat dilihat dengan menggunakan capital electronic document service,
Indonesian capital market directory, prospectus serta Fact book actually
dari seluruh perusahaan yang termasuk dalam sampel penelitian selama
periode tahun penelitian.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan,
membaca dan memahami bahan-bahan yang berkaitan dengan bidang yang
menjadi topik pembahasan penulis, penelitian ini dimaksudkan agar penulis
memperoleh gambaran yang jelas tentang aspek-aspek teoritis dari masalah
yang akan penulis bahas.
D. Metode Analisis Data
Untuk menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh beberapa variabel
bebas atau variabel penjelas (independent/explanatory variable) terhadap satu
variabel terikat (dependent variable), metode analisis data dalam penelitian ini
51
(return on asset, current ratio, debt to equity ratio dan dividend payout ratio)
menggunakan model regresi berganda atau Multiple Regression (Ghozali,
2009:5).
Tahapan penelitian dalam menganalisis pengaruh inflasi (X1), nilai
tukar rupiah (X2), suku bunga (X3), capital adequacy ratio (X4) dan financial
deposit ratio (X5) terhadap return on asset adalah sebagai beriku:
1. Uji Asumsi Klasik
Untuk menunjukkan pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y), maka perlu digunakan pengujian asumsi klasik. Uji
asumsi dasar yang dilakukan adalah:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model
regresi
variabel
dependen,
variabel
independen
atau
keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2009:27).
1) Analisis Grafik
Metode yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan
melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal.
Untuk dapat mengetahui apakah model regresi tersebut
mengalami normalitas atau tidak dideteksi dengan melihat penyebaran
52
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Adapun dasar
pengambilan keputusan. (Santoso, 2007:214) adalah:
(a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola
distribusi normal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi
normalitas.
(b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
2) Analisis Statistik
Selain itu penelitian uji normalitas dapat juga menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS. Dalam
penelitian ini, uji yang dilakukan untuk menentukan normalitas
dengan
menggunakan
statistik
Kolmogorov–Smirnov
(Ghozali,
2009:30). Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
(a) Dengan membandingkan K-Shitung dengan K-Stabel :
(1) Jika K- Shitung < K- Stabel , Ho ditolak.
(2) Jika K- Shitung > K- Stabel , Ho diterima.
(b) Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan:
(1) Probabilitas > 0,05, maka Ho ditolak.
(2) Probabilitas < 0,05, maka Ho diterima.
53
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antara beberapa variabel bebas (independen) dalam model
regresi (Ghazali, 2009:95). Multikolinieritas merupakan keadaan dimana
satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier
dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika perubahan-perubahan bebas
digunakan sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang lain maka bisa
dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Uji multikolinearitas dapat juga
dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Information
Factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila
nilai tolerance lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil dari 10
maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa variance variabel
tidak sama untuk semua pengamatan. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu
homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan residual. Kebanyakan data
cross section mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini
menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran-ukuran (kecil, sedang
dan besar).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu
melihat hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara nilai prediksi
54
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized
(Ghozali, 2009:125). Dasar analisis dari uji heteroskedastisitas adalah
sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah
angka
0
pada
sumbu
Y,
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam sebuah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang beruntun sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Masalah timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya. (Ghozali, 2009:99). Uji Durbin
Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order
autocorrelation) dan mengisyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam
55
model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen.
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Autokorelasi adalah korelasi antara sesama urutan pengamatan
dari waktu ke waktu. Untuk memeriksa adanya aotukorelasi, biasanya
dilakukan uji statistik Durbin – Watson. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (D-W), dengan tingkat kepercayaan 
= 5%. Apabila D-W terletak antara -2 sampai +2 maka tidak ada
autokorelasi (Santoso. 2002:219).
2. Uji Hipotesis Penelitian
a. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen (X) secara simultan (bersama-sama) mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Y) (Ghozali, 2009:88).
Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
sebesar 0,05 jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama seluruh
variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat
juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil
56
daripada 0,05
independen
(untuk tingkat
secara
signifikansi=0,05), maka variabel
bersama-sama
berpengaruh
terhadap
variabel
dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05
maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Kemudian akan diketahui apakah hipotesis dalam penelitian ini
secara simultan ditolak atau diterima, adapun bentuk hipotesis secara
simultan adalah:
Ho : b1 = b2 = b3 = b = b5 = 0 ; inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2),
suku bunga (X3), capital adequacy
ratio (X4) dan financial deposit
ratio (X5) secara simultan tidak
berpengaruh terhadap return on
asset (Y).
Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0 ; inflasi (X1), nilai tukar rupiah (X2),
suku bunga (X3), capital adequacy
ratio (X4) dan financial deposit
ratio
(X5)
secara
simultan
berpengaruh terhadap return on
asset (Y).
57
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan
variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Uji t digunakan untuk mengetahui
apakah pengaruh variabel independen berpengaruh secara parsial
terhadap variabel dependen bersifat menentukan (significant) atau tidak
(Santoso, 2007:168). Dalam penelitian ini menggunakan uji signifikan
dua arah atau two tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua daerah
penolakan Ho yaitu terletak di ujung sebelah kanan dan kiri. Dalam
pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda sama dengan (=) pada
hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠) pada hipotesis alternatif.
Tanda (=) dan (≠) ini tidak menunjukan satu arah, sehingga pengujian
dilakukan untuk dua arah (Suharyadi dan Purwanto S.K., 2009:88-89).
Kriteria dalam uji parsial (Uji t) dapat dilihat sebagai berikut:
Uji Hipotesis dengan membandingkan thitung dengan ttabel
1) Apabila - thitung < - ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2) Apabila thitung ≤ ttabel atau - thitung ≥ - ttabel, maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya variabel independen secara parsial tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Uji Hipotesis berdasarkan Signifikansi
1) Jika angka sig. > 0,05, maka Ho diterima,
2) Jika angka sig. < 0,05, maka Ho ditolak,
58
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen digunakan model regresi linier berganda dimana variabel
independen yaitu inflasi, gross domestic product dan non performing
financing terhadap variabel dependen yaitu return on asset. Model regresi
linier berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + Ɛ
Keterangan:
Y
= Variabel return on asset
a
= Konstanta
b1…b2
= Koefisien regresi terhadap dugaan
X1
= Variabel inflasi
X2
= Variabel nilai tukar rupiah
X3
= Variabel suku bunga
X4
= Variabel capital adequacy ratio (CAR)
X5
= Variabel financial deposit ratio (FDR)
Ɛ
= Standar Error
4. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Menurut Ghozali (2009:87) menyatakan Uji Koefisien Determinasi
bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas
menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R². Adjusted R²
ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari dua.
59
Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang diperoleh > 0,5 maka model
yang digunakan dianggap cukup handal dalam melakukan suatu estimasi.
Semakin besar angka Adjusted R² maka semakin baik model yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap variabel
terikatnya. Jika Adjusted R² semakin kecil berarti semakin lemah model
tersebut untuk menjelaskan variabilitas dari variabel terikatnya.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan batasan pendefinisian dari
serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian, dengan
maksud
menghindari
kemungkinan
adanya
makna
ganda,
sekaligus
mendevinisikan variabel-variabel sampai dengan kemungkinan pengukuran
dan cara pengukuran (Hamid, 2007:33). Jadi, oprasional variabel penelitian
merupkan penjabaran atau penjelasan mengenai variabel-variabel yang ada,
dan juga merupakan penjelasan-penjelasan yang mengenai variabel-variabel
yang menjadikan kajian dalam penelitian tersebut. Berdasarkan rumusan
masalah yang akan dikaji dan model yang disusun, maka oprasional variabel
dalam penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Profitabilitas (Y)
Investor harus menganalisis struktur industri untuk menilai kekuatan
dari lima faktor persaingan, sehingga investor dapat menentukan
profitabilitas dari suatu industry. Struktur industry cenderung berubah
sehingga investor perlu terus memperbaharui aanalisis lingkungan industri
sesuai dengan perubahan yang terjadi. Dari sudut pandang para investor
adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di
60
masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan
profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk
mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor
disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang
disyaratkan investor (Tandelilin, 2010:357).
Rasio
ini
mengukur
seberapa
efektif
perusahaan
dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk
menghitung ROA digunakan rumus (Handoko, 2008:32).
2. Inflasi (X1)
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa
secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga
konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar,
layanan kesehatan dan listrik (Madura, 2007:128).
Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang
bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus
barang (Gilarso, 2004:200). Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi
adalah sebagai berikut (Gilarso, 2004:201):
61
3. Nilai Tukar Rupiah (X2)
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau
nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain,
kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang domestik
yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno, 2004:176).
4. Suku Bunga (X3)
Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran
bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman
yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan
jumlah pinjaman. Suku bunga merupakan harga dari pinjaman. Suku bunga
dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga
merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur
yang harus dibayarkan kepada kreditur (Sunariyah, 2004:80).
5. Financial Deposit Ratio (FDR) / (X4)
Rasio pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan bank
tersebut apakah mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar
kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan pembiayaan
yang diajukan. Atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian pembiayaan
kepada nasabah, pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban bank untuk
segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya
yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan (Siamat,
62
2005:81). Menurut Hasbi dan Haruman (2011:34) financing to deposit ratio
(FDR) dapat dirumuskan sebagai berikut:
6. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional
Rasio
biaya operasional
adalah perbandingan
antara biaya
operasional dan pendapatan operasional (BOPO), digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah sebagai
perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana (misalnya dana
masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh
biaya bunga dan hasil bunga (Margaretha, 2007:62). Menurut Margaretha
(2007:62) biaya operasional dan pendapatan operasional dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
63
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perusahaan Perbankan Syariah Di Indonesia
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan
dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam
kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan
alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat
Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan
konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara
lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor
perekonomian nasional (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni
2015).
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek
keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilainilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari
kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan
beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema
keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem
perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan
64
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada
tanggal 1 Juni 2015).
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya
penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat
merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta
menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin
meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan
mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi
transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas
sistem keuangan secara keseluruhan,
yang pada gilirannya akan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan
harga jangka menengah-panjang (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada
tanggal 1 Juni 2015).
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki
landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya
secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif,
yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam
lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah
dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan
(http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015).
65
2. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Untuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan syariah
dan meletakkan posisi serta cara pandang Bank Indonesia dalam
mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, selanjutnya Bank
Indonesia pada tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan
Perbankan Syariah di Indonesia”. Dalam penyusunannya, berbagai aspek
telah dipertimbangkan secara komprehensif, antara lain kondisi aktual
industri perbankan syariah nasional beserta perangkat-perangkat terkait,
trend perkembangan industri perbankan syariah di dunia internasional dan
perkembangan sistem keuangan syariah nasional yang mulai mewujud, serta
tak terlepas dari kerangka sistem keuangan yang bersifat lebih makro seperti
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Arsitektur Sistem Keuangan
Indonesia (ASKI) maupun international best practices yang dirumuskan
lembaga-lembaga keuangan syariah internasional, seperti IFSB (Islamic
Financial Services Board), AAOIFI dan IIFM (http://www.bi.go.id/id/,
diakses pada tanggal 1 Juni 2015).
Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan
kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal
bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan
perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana
strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur
Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
66
Nasional (RPJPN). Dengan demikian upaya pengembangan perbankan
syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung pencapaian
rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat nasional
(http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015).
“Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”
memuat visi, misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta
sekumpulan inisiatif strategis dengan prioritas yang jelas untuk menjawab
tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun waktu 10 tahun ke
depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang signifikan
melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas keuangan
nasional, regional dan internasional, dalam kondisi mulai terbentuknya
integrasi dgn sektor keuangan syariah lainnya. Dalam jangka pendek,
perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan pasar domestik
yang potensinya masih sangat besar. Dengan kata lain, perbankan Syariah
nasional harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi
memiliki kualitas layanan dan kinerja yang bertaraf internasional
(http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015).
Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan
oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat
universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari
konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks
kekinian permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan
67
dengan tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa
ini menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka
upaya pengembangan sistem perbankan syariah akan senantiasa dilihat dan
diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan negeri (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal
1 Juni 2015).
3. Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah
Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di
Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi
Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif
pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan
visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN,
pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif
dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk
yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru
yang
memposisikan
perbankan
syariah
lebih
dari
sekedar
bank
(http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015).
Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan
sebagai tahap implementasi dari grand strategy pengembangan pasar
keuangan perbankan syariah, antara lain adalah sebagai berikut:
Pertama, menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah
pada fase I tahun 2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai
Beyond Banking, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.50 triliun dan
68
pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II tahun 2009 menjadikan
perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di
ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.87 triliun dan
pertumbuhan industri sebesar 75%. Fase III tahun 2010 menjadikan
perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di
ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124 triliun dan
pertumbuhan industri sebesar 81% (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada
tanggal 1 Juni 2015).
Kedua, program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi
aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning baru bank
syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak,
aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan skema
yang beragam, transparans, kompeten dalam keuangan dan beretika,
teknologi informasi yang selalu up-date dan user friendly, serta adanya ahli
investasi keuangan syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding
adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”
(http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015).
Ketiga, program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi
pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa
bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan
masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank
syariah (http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015).
69
Keempat, program pengembangan produk yang diarahkan kepada
variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang
ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang
luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami
(http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015).
Kelima, program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh
SDM yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu
memenuhi
kebutuhan
dan
kepuasan
nasabah
serta
mampu
mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara
benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah; dan
Keenam, program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih
luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun
tidak langsung (media cetak, elektronik, online/web-site), yang bertujuan
untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa
perbankan
syariah
yang
dapat
dimanfaatkan
oleh
masyarakat
(http://www.bi.go.id/id/, diakses pada tanggal 1 Juni 2015).
B. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y), maka penelitian menggunakan analisis untuk
membandingkan dua varibel yang berbeda. Pada analisis regresi untuk
memperoleh model regresi yang bisa dipertanggungjawabkan, maka asumsiasumsi berikut harus dipenuhi:
70
a. Hasil Uji Normalitas Data
Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi
distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti
asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang
diperoleh
harus
dilakukan
uji
normalitas
terhadap
data
yang
bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus
digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji
normalitas. Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan apakah
dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen
(bebas) mempunyai kontribusi atau tidak.
Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (uji
Kolmogorov - smirnov), adapun penjelasan mengenai uji normalitas data
adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009:147):
1) Hasil Uji Normalitas Secara Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal (Ghozali,
2009:147). Adapun hasil perhitungan uji normalitas dengan melihat
71
dari segi grafik yang ditunjukan pada gambar grafik p-p plot berikut
ini:
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Data Secara Grafik
Sumber: data diolah
Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar
garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena
asumsi normalitas (Ghozali 2009:112).
2) Hasil Uji Normalitas Secara Statistik
Uji normalitas secara grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi
dengan uji statistik (Ghozali, 2009:149). Adapun hasil perhitungan uji
normalitas secara statistic yang dilihat berdasarkan uji kolmogorofsmirnov adalah sebagai berikut:
72
Tabel 4.1
Hasil Uji Normalitas Secara Statistik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
20
Mean
0E-7
a,b
Normal Parameters
Std. Deviation
.00116397
Absolute
.112
Most Extreme Differences
Positive
.112
Negative
-.071
Kolmogorov-Smirnov Z
.499
Asymp. Sig. (2-tailed)
.964
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data diolah
Berdasarkan uji kolmogorov-smirnov dapat diketahui bahwa
nilai unstandarized residual memiliki nilai sig. > 0,05, ini
mengartikan bahwa semua data terdistribusi dengan normal.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Untuk mendeteksi adanya problem multikol, maka dapat dilakukan
dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) serta
besaran korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolonieritas
a
Coefficients
Collinearity Statistics
Tolerance
Model
VIF
(Constant)
INF
KURS
1
SB
FDR
BOPO
a. Dependent Variable: ROA
.904
.313
.655
.355
.682
1.107
3.193
1.526
2.818
1.467
Sumber: data diolah
73
Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi
gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu
dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai
10
maka
data
di
atas
dapat
dipastikan
tidak
terjadi
gejala
multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih
kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 keadaan seperti itu
membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.
c. Hasil Uji Autokolerasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi
autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson
(DW).
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokolerasi
b
Model
Model Summary
R Square Adjusted R
Square
R
a
Std. Error of
the Estimate
1
.975
.952
.934
a. Predictors: (Constant), BOPO, INF, FDR, SB, KURS
b. Dependent Variable: ROA
.00136
Durbin-Watson
1.549
Sumber: data diolah
Pada tabel di atas diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar
1,549, berdasarkan nilai durbin watson sebesar 1,549 maka hasil
membuktikan tidak terjadi autokolerasi, karena nilai DW berada pada
angka -2 sampai dengan +2, maka dapat disimpulkan tidak ada
autokorelasi baik positif maupun negatif.
74
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa variasi
variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas
kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukkan hubungan
yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel.
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: data diolah
Dari grafik scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun
dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali 2009:107).
75
2. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabelvariabel independen secara simultan (bersama-sama) mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Hasil uji
statistik F dapat dilihat pada tabel di bawah ini, jika nilai probabilitas
lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho, sedangkan jika
nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha.
Tabel 4.4
Hasil Uji Secara Simultan (Uji F)
a
Model
Regression
1
ANOVA
Sum of Squares
.001
df
5
Mean Square
.000
.000
Residual
.000
14
Total
.001
19
F
54.992
Sig.
b
.000
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), BOPO, INF, FDR, SB, KURS
Sumber: data diolah
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel di atas nilai Fhitung diperoleh
sebesar 54,992 > Ftabel sebesar 2,96 dengan tingkat signifikansi 0,000 <
0,05. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima,
sehingga dapat dikatakan bahwa inflasi, kurs, suku bunga, financing
deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap
return on asset berpengaruh secara simultan (bersama-sama).
b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)
Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas
atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
76
masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88).
Tabel 4.5
Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
Model
(Constant)
.087
.007
INF
.014
KURS
-9.048E-007
1
SBI
-.149
FDR
.001
BOPO
-.066
a. Dependent Variable: ROA
.021
.000
.057
.008
.005
Standardized
Coefficients
Beta
.040
-.151
-.189
.017
-.936
t
Sig.
11.815
.000
.651
-1.440
-2.606
.172
-13.132
.525
.172
.021
.866
.000
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengaruh suku
bunga dan biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return
on asset menunjukkan pengaruh yang signifikan. Sedangkan inflasi, kurs
dan financing deposit ratio tidak berpengaruh terhadap return on asset
Berikut ini adalah hasil penjelasan mengenai pengaruh antar variabel
independen terhadap return on asset:
1) Pengaruh Inflasi terhadap Return on Asset
Variabel inflasi dengan nilai thitung < ttabel sebesar 0,651 < 2,10
atau nilai sig. lebih besar dari 0,05 (0,525 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti inflasi
tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun inflasi mengalami kenaikan,
namun laba yang diperoleh perusahaan tidak mengalami penurunan
yang signifikan dan sebaliknya. Alasan yang menjadi menjelaskan
77
kondisi tersebut adalah bahwa pada dasarnya inflasi yang tinggi
mencerminkan kenaikan barang-barang yang menjadikan nilai
peredaran uang dapat berkurang akibat harga yang meningkat.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadjar
(2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor Internal
dan Eksternal Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di
Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL berpengaruh
negatif terhadap return on asset, BOPO berpengaruh positif terhadap
return on asset, LDR berpengauh negatif terhadap return on equity
sedangkan CAR, nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi tidak
berpengaruh terhadap return on asset.
2) Pengaruh Kurs terhadap Return on Asset
Variabel kurs dengan nilai -thitung > -ttabel sebesar -1,440 > -2,10
atau nilai sig. lebih besar dari 0,05 (0,172 > 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti kurs tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset. Hal ini
membuktikan fluktuasi nilai tukar Rp terhadap dollar tidak
berpengaruh terhadap peningkatan profitabilitas perbankan (ROA).
Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan nilai tukar Rupiah pada
Dollar berdampak pada peningkatan profitabilitas bank (ROA)
Peningkatan nilai tukar (kurs) Rupiah pada Dollar hanya berdampak
signifikan pada perbankan yang mempunyai hubungan secara
78
langsung dengan mata uang asing seperti bank Campuran, Asing
ataupun bank Devisa.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadjar
(2013) dengan judul penelitian “Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”.
Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap return on asset, BOPO
berpengaruh positif terhadap return on asset, LDR berpengauh negatif
terhadap return on equity sedangkan CAR, nilai tukar, tingkat suku
bunga dan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset.
3) Pengaruh Suku Bunga terhadap Return on Asset
Variabel suku bunga dengan nilai -thitung < -ttabel sebesar -2,606
< -2,10 atau nilai sig. lebih besar dari 0,05 (0,021 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti suku
bunga berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on asset.
hal ini disebabkan karena BI Rate merupakan kebijakan yang dibuat
sebagai dampak dari perubahan tingkat inflasi. Bila dalam Rapat
Dewan Gubernur BI menyatakan akan menaikan atau menurunkan BI
Rate, maka sebagian besar bank akan mengubah suku bunga bank, dan
ini akan mempengaruhi sektor riil pada umumnya.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati
(2012) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penyaluran Kredit
79
dan Tingkat Suku Bunga terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus
pada Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2012)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
BI rate berpengaruh terhadap return on asset dan penyaluran kredit
tidak berpengaruh terhadap return on asset.
4) Pengaruh Financing Deposit Ratio terhadap Return on Asset
Variabel financing deposit ratio dengan nilai thitung < ttabel
sebesar 0,172 < 2,10 atau nilai sig. lebih besar dari 0,05 (0,866 >
0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang
berarti financing deposit ratio tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap return on asset. Nilai positif yang ditunjukkan
financing deposit ratio menunjukkan bahwa semakin besar financing
deposit ratio menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan
aktifitas usahanya.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyani
(2010) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”. Hasil menyatakan bahwa
variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh
negatif signifikan terhadap profitabilitas.
80
5) Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap
Return on Asset
Variabel biaya operasional dan pendapatan operasional dengan
nilai -thitung < -ttabel sebesar -13,132 < -2,10 atau nilai sig. lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti biaya operasional dan pendapatan
operasional berpengaruh signifikan secara parsial terhadap return on
asset. Nilai negatif yang ditunjukkan BOPO menunjukkan bahwa
semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam
menjalankan aktifitas usahanya, BOPO yang kecil menunjukkan
bahwa biaya operasional
bank lebih kecil
dari pendapatan
operasionalnya sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen
bank sangat efisien dalam menjalankan aktivitas operasionalnya.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyani
(2010) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Profitabilitas (ROA)”. Hasil menyatakan bahwa
variabel CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
profitabilitas (ROA) bank. Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh
negatif signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian lain yang sejalan
dilakukan oleh Wibowo (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Suku Bunga, INFLASI, CAR, BOPO, NPF
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah” hasil penelitiannya menyatakan
bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA
sedangkan variabel CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak
berpengaruh.
81
3. Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Inflasi, kurs, suku
bunga, financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan
operasional mempengaruhi return on asset.
Tabel 4.6
Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
Model
(Constant)
INF
KURS
1
SBI
FDR
BOPO
a. Dependent Variable: ROA
.087
.007
.014
-9.048E-007
-.149
.001
-.066
.021
.000
.057
.008
.005
Standardized
Coefficients
Beta
.040
-.151
-.189
.017
-.936
t
Sig.
11.815
.000
.651
-1.440
-2.606
.172
-13.132
.525
.172
.021
.866
.000
Sumber: data diolah
Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk
mengetahui pengaruh Inflasi, kurs, suku bunga, financing deposit ratio,
biaya operasional dan pendapatan operasional mempengaruhi return on
asset sebagai berikut:
Y = 0,087 + 0,014 X1 – 9,048E-007 X2 - 0,149 X3 + 0,001 X4 - 0,066 X5
Keterangan :
Y
= Return on Asset
a
= Konstanta
X1 = Inflasi
X2 = Kurs
X3 = Suku Bunga
X4 = Financing Deposit Ratio
X5 = Biaya Operasioanal dan Pendapatan Opersional
ei
= Standar Error
82
Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar
0,087. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel Inflasi, kurs, suku bunga,
financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional
dianggap konstan atau bernilai 0 (nol), maka return on asset akan
meningkat sebesar 0,087 satuan.
Variabel inflasi sebesar 0,014 menunjukkan bahwa jika variabel
inflasi meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan return on asset sebesar
0,014 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel kurs
sebesar -9,048E-007 menunjukkan bahwa jika variabel kurs meningkat 1
satuan maka akan menurunkan return on asset sebesar 9,048E-007 satuan
dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel suku bunga sebesar
-0,149 menunjukkan bahwa jika variabel suku bunga meningkat 1 satuan
maka akan menurunkan return on asset sebesar 0,149 satuan dengan catatan
variabel lain dianggap konstan. Variabel financing deposit ratio sebesar
0,001 menunjukkan bahwa jika variabel financing deposit ratio meningkat 1
satuan maka akan menurunkan return on asset sebesar 0,001 satuan dengan
catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel biaya operasional dan
pendapatan operasional sebesar -0,066 menunjukkan bahwa jika variabel
biaya operasional dan pendapatan operasional meningkat 1 satuan maka
akan menurunkan return on asset sebesar 0,066 satuan dengan catatan
variabel lain dianggap konstan.
83
4. Hasil Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (return on asset),
melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien determinasi
2
2
(Adjusted R ). Dari koefisien determinasi (Adjusted R ) dapat diketahui
derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya
variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Tabel 4.7
Hasil Uji Determinasi Adjusted R Square
b
Model
Model Summary
R Square
Adjusted R
Square
R
a
1
.975
.952
.934
a. Predictors: (Constant), BOPO, INF, SBI, FDR, KURS
b. Dependent Variable: ROA
Std. Error of
the Estimate
.00136
Durbin-Watson
1.549
Sumber: data diolah
Hasil pengujian menunjukkan besarnya koefisien korelasi berganda
(R), koefisien determinasi (Adj R Square) dan koefisien determinasi yang
disesuaikan (Adjusted R Square). Berdasarkan tabel model summaryb di atas
diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,975. Ini
menunjukkan bahwa variabel Inflasi, kurs, suku bunga, financing deposit
ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on
asset mempunyai hubungan yang sangat kuat. Hasil pada tabel di atas juga
menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,952
dan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square)
adalah 0,934. Hal ini berarti 93,4% variasi dari return on asset bisa
dijelaskan oleh variasi variabel independen (Inflasi, kurs, suku bunga,
financing deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional).
Sedangkan sisanya (100% - 93,4% = 6,6%) dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak ada dalam penelitian ini.
84
C. Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa variabel financing
deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh
terhadap return on asset, sedangkan Inflasi, kurs, suku bunga tidak
berpengaruh terhadap return on asset berikut ini merupakan pembahasan
mengenai penelitian ini, yaitu:
1. Pengaruh Inflasi terhadap Return on Asset
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa inflasi tidak
berpengaruh terhadap return on asset, Tingkat inflasi yang tinggi akan
menurunkan return on asset, sedangkan tingkat inflasi yang sangat rendah
akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lambat. Hal ini
menunjukkan bahwa meskipun inflasi mengalami kenaikan, namun laba
yang dipeorleh perusahaan tidak mengalami penurunan yang signifikan dan
sebaliknya. Alasan yang menjadi menjelaskan kondisi tersebut adalah
bahwa pada dasarnya inflasi yang tinggi mencerminkan kenaikan barangbarang yang menjadikan nilai peredaran uang dapat berkurang akibat harga
yang meningkat.
Tingginya inflasi mengakibatkan turunnya profitabilitas perusahaan
sehingga memengaruhi kemampuan perusahaan untuk memberikan laba
bagi pemegang saham. Kenaikan harga faktor produksi juga akan
meningkatkan biaya modal perusahaan, sehingga pengaruh dari kenaikan
laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan menurunkan harga saham
(Suryanto dan Kesuma, 2012).
85
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadjar (2013)
dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap return on
asset, BOPO berpengaruh positif terhadap return on asset, LDR berpengauh
negatif terhadap return on equity sedangkan CAR, nilai tukar, tingkat suku
bunga dan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset.
2. Pengaruh Suku Bunga terhadap Return on Asset
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa suku bunga
berpengaruh terhadap return on asset, hal ini disebabkan karena BI Rate
merupakan kebijakan yang dibuat sebagai dampak dari perubahan tingkat
inflasi. Bila dalam Rapat Dewan Gubernur BI menyatakan akan menaikan
atau menurunkan BI Rate, maka sebagian besar bank akan mengubah suku
bunga bank, dan ini akan mempengaruhi sektor riil pada umumnya
(Dwijayanthy dan Naomi, 2007:8)
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati
(2012) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penyaluran Kredit dan
Tingkat Suku Bunga terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus pada
Perusahaan Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2008-2012)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BI rate
berpengaruh terhadap return on asset dan penyaluran kredit tidak
berpengaruh terhadap return on asset.
86
3. Pengaruh Kurs terhadap Return on Asset
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa Kurs tidak
berpengaruh terhadap return on asset, Hasil sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fadjar (2013) dengan judul penelitian “Analisis Faktor
Internal dan Eksternal Bank yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum
di Indonesia”. Hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap return on asset,
BOPO berpengaruh positif terhadap return on asset, LDR berpengauh
negatif terhadap return on equity sedangkan CAR, nilai tukar, tingkat suku
bunga dan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on asset.
4. Pengaruh Financing Deposit Ratio terhadap Return on Asset
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa financing deposit
ratio tidak berpengaruh terhadap return on asset. Nilai positif yang
ditunjukkan financing deposit ratio menunjukkan bahwa semakin besar
financing deposit ratio menunjukkan semakin efisien bank dalam
menjalankan aktifitas usahanya.
Hasil sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Adyani (2010)
dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Profitabilitas (ROA)”. Hasil menyatakan bahwa variabel CAR dan FDR
tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank.
Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas.
87
5. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap Return
on Asset
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa biaya operasional
dan pendapatan operasional berpengaruh negatif terhadap return on asset.
Nilai negatif yang ditunjukkan BOPO menunjukkan bahwa semakin kecil
BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas
usahanya, BOPO yang kecil menunjukkan bahwa biaya operasional bank
lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga hal tersebut
menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan
aktivitas operasionalnya.
Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyani (2010)
dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Profitabilitas (ROA)”. Hasil menyatakan bahwa variabel CAR dan FDR
tidak berpengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas (ROA) bank.
Sedangkan NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas. Penelitian lain yang sejalan dilakukan oleh Wibowo (2013)
dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Suku Bunga,
INFLASI, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah” hasil
penelitiannya menyatakan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif
terhadap ROA sedangkan variabel CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak
berpengaruh.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh antara variabel independen (Inflasi, kurs, suku bunga, financing
deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional) terhadap return
on asset, untuk menganalisisnya maka dilakukan uji regresi linier berganda
yang menghasilkan suatu analisa, setelah dianalisa maka dapat ditarik suatu
kesimpulan, adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan
hasil yang menyatakan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh secara
parsial terhadap return on asset.
2. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan
hasil yang menyatakan bahwa variabel nilai tukar tidak berpengaruh secara
parsial terhadap return on asset.
3. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan
hasil yang menyatakan bahwa variabel suku bunga berpengaruh secara
parsial terhadap return on asset.
4. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan
hasil yang menyatakan bahwa variabel financing deposit ratio tidak
berpengaruh secara parsial terhadap return on asset.
89
5. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial (uji t) ditemukan
hasil yang menyatakan bahwa variabel biaya operasional dan pendapatan
operasional berpengaruh secara parsial terhadap return on asset.
6. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara simultan atau (uji F)
ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel
independen (Inflasi, kurs, suku bunga, financing deposit ratio, biaya
operasional dan pendapatan operasional) terhadap return on asset.
B. Saran
Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang
dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, maka saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1. Saran Bagi Investor
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa variabel suku bunga dan
biaya operasional dan pendapatan operasional berpengaruh terhadap return
on asset hal ini membuktikan bahwa return on asset dipengaruhi oleh kedua
variabel tersebut, maka sebaiknya bagi investor perlu melakukan analisa
rasio keuangan sebelum melakukan investasi dalam suatu perusahaan.
Karena dalam suatu investasi adanya ketidakpastian, namun dalam
penelitian ini membuktikan bahwa rasio keuangan mampu memberikan
informasi dalam berinvestasi.
2. Saran Bagi Perusahaan
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan
pertimbangan
bagi
perusahaan
dalam
melakukan
kebijakan
yang
90
berhubungan
dengan
investasi.
Dan
bagi
perusahaan
agar
lebih
meningkatkan usahanya agar investor untuk menanamkan sahamnya.
3. Saran Bagi Akademis
Penilaian analisis pengaruh Inflasi, kurs, suku bunga, financing
deposit ratio, biaya operasional dan pendapatan operasional yang
mempengaruhi return on asset dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi
penelitian selanjutnya. Dan melakukan penelitian yang lebih baik lagi serta
menambah jumlah variabel dan periode penelitian agar menghasilkan data
yang lebih baik lagi, karena masih terdapat 6,6 persen variabel yang dapat
mempengaruhi return on asset.
91
DAFTAR PUSTAKA
Adyani, Lyla Rahma, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas
(ROA)”, Jurnal Manjemen Perbankan, Jakarta, 2010.
Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah”, Rajawali Pers, Jakarta, 2011.
Awan, Maria Rasheed, “Impact of liquidity, leverage, inflation on firm
profitability an empirical analysis of food sector of Pakistan”, IOSR
Journal of Business and Management (IOSR-JBM), Pakistan, 2014.
Bilson, Cristopher M., Timothy J. Brailsford, and Vincent J. Hooper, “Selecting
macroeconomic variables as explanatory factors of emerging stock market
returns”, Pacific-Basin Finance Journal, 9, p.401–426, Kanada, 2001.
Bodie, Z., Kane A., Markus, A.J., “Investasi”, buku 2, edisi 6, Salemba Empat,
Jakarta, 2006.
Boone, Louis E. Kurtz, David L, “Pengantar Bisnis Kontemporer”, Buku 1,
Salemba Empat, Jakarta, 2007.
Case, E. Karl dan Ray C. Fair, “Prinsip – Prinsip Ekonomi”, Erlangga, Jakarta,
2007.
Chisti, Khalid Ashraf, “The Impact Of Capital Adequacy Requirements On
Profitability Of Private Banks In India (A Case Study Of J&K, Icici, Hdfc
And Yes Bank)”, Journal of African Macroeconomic Review Vol. 2, No. 1
(2012), India, 2012.
Dendawijaya, Lukman “Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2005.
Dendawijaya, Lukman “Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia,
Bogor, 2006.
Dwijayanthy, Febrina dan Prima Naomi “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan
Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”,
Jurnal Karisma, Jakarta, 2009.
Fadjar, Aris, “Analisis Faktor Internal dan Eksternal Bank yang Mempengaruhi
Profitabilitas Bank Umum di Indonesia”, Journal Of Management,
Jakarta, 2013.
92
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan
Penerbit Undip, Semarang, 2009.
Gilarso, T. ”Pengantar Ilmu Ekonomi Makro”, Kanisius, Yogyakarta, 2004.
Hakim, R. “Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Metode EVA, ROA dan
Pengaruhnya Terhadap Retun Saham Pada Perusahaan yang Tergabung
dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta”, Tesis Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, 2006.
Hamid, Abdul, “Buku Panduan Skripsi”, Edisi I. FEB UIN Press Grafika Karya
Utama, Jakarta, 2010.
Handoko, T. Hani, Manajemen (edisi ke2), BPFE-Yogyakarta, 2008.
Hardiningsih, Pancawati, “Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Ekonomi
terhadap Return Saham pada Perusahaan di BEJ”, Jurnal Bisnis Strategi,
Vol.8, Desember, pp 83-97. Jakarta, 2001.
Hariyani, Ismi, “Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet Kenapa
Perbankan Memanjakan Debitur Besar Sedangkan Usaha/Debitur Kecil
Dipaksa, Cetakan Pertama, Kompas Gramedia, Jakarta, 2010.
Hasbi, Hariandy dan Tendi Haruman, “Banking: According to Islamic Sharia
Concepts and Its Performance in Indonesia.” International Review of
Business Research Papers, Vol. 7, No. 1, pp. 60 – 76. 2011.
Hendrayanti, Silvia dan Muharam, Harjum “Analisis Pengaruh Faktor Internal
Dan Eksternal Terhadap Profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank
Umum di Indonesia Periode Januari 2003 - Februari 2012)”, Diponegoro
Journal Of Management, Volum 2., Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-15,
Semarang, 2013.
http//www.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015.
Iba, Zainuddin dan Aditya Wardhana, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Sbi, Nilai
Tukar Rupiah terhadap USD, Profitabilitas dan Pertumbuhan Aktiva
terhadap Harga Saham Perusahaan Pembiayaan di Bursa Efek
Indonesia”, Jurnal Kebangsaan, Vol.I No.1, Januari 2012, Aceh, 2012.
Indriantoro, Nur Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta,
Yogyakarta, 2009.
Karim, Adiwarman, “Ekonomi Mikro Islam”, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2008.
93
Kasmir dan Jakfar, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008”,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
_______, “Pengantar Manajemen Keuangan”, Jakarta, Prenada Media Group,
2010.
Kuncoro, M, “Manajemen Keuangan Internasional”, Edisi kedua, Cetakan
Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2001.
Kurniawati, Ayu, “Pengaruh Penyaluran Kredit dan Tingkat Suku Bunga
terhadap Profitabilitas (ROA) (Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)”,
Jurnal Universita Komputer, Jakarta, 2012.
Leon, Boy dan Sonny Ericson, ”Manajemen Aktiva Pasiva Bank Non Devisa”,
PT. Grasindo, Jakarta, 2007.
Lesmana, Yuanita, “Konsistensi Antara Discretionary Accrual dengan Rasio
CAMEL dalam Mengukur Tingkat Kesehatan Bank”, Usahawan. No.5, hal
41-47, 2008.
Liestyo, Harahap, “Nasabah dan Bank Optimalisasi Fasilitas Perbankan”, Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2005.
Madura, Jeff, ”Pengantar Bisnis, Edisi Empat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
2007.
Martono, Cyrillius, Analisis Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage
Keuangan Tertimbang dan Intensitas Modal Tertimbang Serta Pangsa
Pasar Terhadap “ROA” dan “ROE” Perusahaan Manufaktur Yang Go
Public Di Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya,
2010.
Meta, Rayun Sekar, “Perbedaan Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai
Tukar Rupiah/Us Dollar terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada
Saham Properti dan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
2000 - 2005)”, Jurnal Diponegoro, Semarang, 2006.
Nugroho, Aluisius Wishnu, “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP DAN
PLO terhadap Return on Asset (Studi pada Bank Syariah di Indonesia
periode tahun 2006 – 2010”, Semarang, 2011.
Olalekan, Asikhia “Capital Adequacy And Banks' Profitability: An Empirical
Evidence From Nigeria”, American International Journal of
Contemporary Research, Vol. 3 No. 10; October 2013, Nigeria, 2013.
94
Prasetiantono, “Keluar Dari Krisis:Analsis Ekonomi Indonesia”, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2000.
Prasetyantoko, A, “Corporate Governance Pendekatan Institusional, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008.
Pratiwi, Dhian Dayinta, Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap Return
on Asset (ROA) Bank Umum Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum
Syariah di Indonesia Tahun 2005 - 2010), Jurnal Perbankan, Jakarta,
2012.
Putri, Citra Tristami, Mohamad Heykal, “Analisis Pengaruh Faktor-Faktor
Internal Dan Eksternal Bank Terhadap Profitabilitas Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri Dan Bank Mega Syariah Tahun 20082012”, Jurnal Binus, Jakarta, 2013.
Rangkuti, Freddy, “SWOT Balanced Scorcard”, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2011.
Riyadi, Slamet, “Banking Asset and Liability Management”, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Sadikin, Ali, “Pengaruh Variabel-Variabel Risiko Suku Bunga, Risiko Kurs Dan
Risiko Finansial Terhadap Return Saham (Studi Kasus Perusahaan
Farmasi Yang Terdaftar Di BEI Periode 2004 – 2008)”, Jurnal
Manajemen dan Akuntansi, Banjarmasin, 2011.
Samsul, Muhamad, “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”, Erlangga,
Jakarta, 2006.
Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Penerbit PT Elex
Media Komputindo, Gramedia, Jakarta, 2002.
_______, dan Tjiptono Fandy, “Riset Pemasaran dan Aplikasi Dengan SPSS”,
Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007.
Sattar, “Impact of Interest Rate Changes on the Profitability of four Major
Commercial Banks in Pakistan”, International Journal of Accounting and
Financial Reporting, Pakistan, 2014.
Siamat, Dahlan, “Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan
Perbankan”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, edisi kesatu,
Jakarta, 2005.
Sipahutar, Mangasa Augustinus, “Manajemen Dana Bank”, Edisi Ke dua,
STIEYKPN, Yogyakarta, 2007.
95
Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari, “Indikator-Indikator
Pasar Saham Dan Pasar Uang yang Saling Berkaitan Ditinjau Dari Pasar
Saham Sedang Bullish dan Bearish”, Jurnal Riset Ekonomi dan
Manajemen, vol.3 no.3, Jakarta, 2003.
Subalno, Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kondisi Ekonomi terhadap
Return Saham (Study Kasus pada Perusahaan Otomotif dan Komponen
Yang Listed di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007)”, Jurnal
Pascasarjana UNDIP, Semarang, 2010.
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D”, Alfabeta,
Bandung, 2010.
Suharyadi, Purwanto S.K., “Statistik :Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern”,
Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga)”, Grafindo,
Jakarta, 2004.
Sunariyah, “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”, Edisi Keempat, UMP AMP
YKPN, Yogyakarta, 2004.
Supriyanti, Neni “Analisis Pengaruh Inflasi Dan Suku Bunga Bi Terhadap
Kinerja Keuangan PT. Bank mandiri, Tbk Berdasarkan Rasio Keuangan”,
Jurnal Bisnis dan Manajemen, Jakarta, 2009.
Suwiknyo, “Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah”, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2010.
Swandayani, Desi Marilin dan Rohmawati Kusumaningtias, “Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga, Nilai Tukar Valas dan Jumlah Uang Beredar terhadap
Profitabilitas pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2005-2009”,
Akrual Jurnal Akuntansi, Jawa Timur, 2009.
Tandelilin, Eduardus,“Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Edisi
Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2010.
Wibowo, Edhi Satriyo, “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO,
NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah”, Diponegoro Journal Of
Management, Semarang, 2013.
Wilopo, “Faktor-faktor yang Menentukan Kualitas Audit pada Sektor
Publik/Pemerintah”. Ventura. STIE Perbanas Surabaya”, Vol. 4 No. 1.
Juni. pp. 27 – 32, 2001.
Yuliani, “Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada
Sektor Perbankan yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”, jurnal
manajemen & bisnis Sreiwijaya Vol. 5 No. 10, 2007.
www.republika.co.id, diakses pada tanggal 30 Juni 2015
96
Lampiran 1: Data Mentah Hasil Perhitungan Variabel
Variabel Inflasi
No
Perusahaan Perbankan
2010
2011
2012
2013
2014
1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I)
6,32%
4,12%
4,41%
8,36%
7,76%
2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II)
6,15%
4,67%
4,48%
8,60%
7,09%
3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III)
4,37%
5,89%
4,49%
5,65%
4,35%
4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV)
3,65%
6,84%
3,73%
5,26%
6,47%
2010
2011
2012
2013
2014
Variabel Suku Bunga
No
Perusahaan Perbankan
1
Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I)
6,50%
6,67%
5,83%
5,75%
7,50%
2
Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II)
6,50%
6,75%
5,75%
5,83%
7,50%
3
Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III)
6,50%
6,75%
5,75%
6,81%
7,50%
4
Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV)
6,50%
6,17%
5,75%
7,42%
7,63%
2010
2011
2012
2013
2014
Variabel Kurs
No
Perusahaan Perbankan
1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I)
8373,65
8944,82 9601,77 10067,59 10610,82
2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II)
8057,19
9125,96 9401,62 9696,24 10836,89
3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III)
8133,64
9023,43 9873,97 9774,97 10885,68
4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV)
8853,56
9099,42 10000,28 10833,17 10485,33
Variabel Capital Adequacy Ratio (FDR)
No
Perusahaan Perbankan
2010
2011
2012
2013
2014
1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I)
77,87%
87,25%
86,94%
93,02%
95,93%
2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II)
77,91%
90,02%
91,25%
96,99%
95,77%
3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III)
88,46%
86,87%
94,03%
97,67%
94,94%
4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV)
75,60%
85,20%
91,33%
95,29%
92,12%
97
Variabel Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
No
Perusahaan Perbankan
2010
2011
2012
2013
2014
1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I)
84,70% 86,19%
87,93%
82,20%
87,73%
2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II)
118,43% 87,65%
86,03%
84,90%
91,28%
3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III)
92,14% 87,60%
84,13%
85,46%
91,67%
4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV)
89,01% 89,39%
84,18%
87,66%
92,75%
Variabel Return on Asset (ROA)
No
Perusahaan Perbankan
2010
2011
2012
2013
2014
1 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN I)
1,78%
1,50%
1,28%
1,88%
1,08%
2 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN II)
-0,46%
1,38%
1,59%
1,58%
0,78%
3 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN III)
0,97%
1,35%
1,70%
1,45%
0,71%
4 Perbankan Di Indonesia (TRIWULAN IV)
1,14%
1,14%
1,58%
1,35%
0,61%
98
Lampiran 2: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS
ROA
INF
KURS
SBI
FDR
BOPO
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
.0122
.00529
.0563
.01524
9584.0000
884.53831
.0657
.00670
.8972
.06541
.8905
.07499
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
ROA
INF
KURS
SBI
FDR
BOPO
ROA
INF
KURS
SBI
FDR
BOPO
ROA
INF
KURS
SBI
FDR
BOPO
N
20
20
20
20
20
20
Correlations
ROA
INF
1.000 -.023
-.023 1.000
.101
.222
-.464
.104
.255
.276
-.936
.016
.
.461
.461
.
.335
.173
.020
.332
.139
.120
.000
.473
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
KURS
.101
.222
1.000
.423
.774
-.332
.335
.173
.
.032
.000
.076
20
20
20
20
20
20
SBI
-.464
.104
.423
1.000
.206
.233
.020
.332
.032
.
.192
.161
20
20
20
20
20
20
FDR BOPO
.255
-.936
.276
.016
.774
-.332
.206
.233
1.000
-.409
-.409
1.000
.139
.000
.120
.473
.000
.076
.192
.161
.
.037
.037
.
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
b
Model
Model Summary
R Square Adjusted R Std. Error of
Square
the Estimate
R
Durbin-Watson
a
1
.975
.952
.934
.00136
a. Predictors: (Constant), BOPO, INF, SBI, FDR, KURS
b. Dependent Variable: ROA
1.549
a
Model
Regression
1
ANOVA
Sum of Squares df
.001
5
Residual
.000
14
Total
.001
19
Mean Square
.000
F
54.992
Sig.
b
.000
.000
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), BOPO, INF, SBI, FDR, KURS
99
a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
Model
(Constant)
.087
.007
INF
.014
KURS
-9.048E-007
1
SBI
-.149
FDR
.001
BOPO
-.066
a. Dependent Variable: ROA
.021
.000
.057
.008
.005
.040
-.151
-.189
.017
-.936
t
Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance
11.815
.000
.651
-1.440
-2.606
.172
-13.132
.525
.172
.021
.866
.000
.904
.313
.655
.355
.682
100
VIF
1.107
3.193
1.526
2.818
1.467
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
20
Mean
0E-7
a,b
Normal Parameters
Std. Deviation
.00116397
Absolute
.112
Most Extreme Differences
Positive
.112
Negative
-.071
Kolmogorov-Smirnov Z
.499
Asymp. Sig. (2-tailed)
.964
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
101
Download