16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Definisi dan pengertian komunikasi sekarang ini menjadi semakin banyak dan beragam, dimana masing masing mempunyai penekanan arti, cakupan dan konteks yang berbeda, namun pada dasarnya saling melengkapi dan menyempurnakan. Definisi komunikasi yang paling banyak digunakan adalah definisi menurut Laswell (1960), komunikasi pada dasarnya suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dan apa hasilnya. Seorang yang ahli di bidang komunikasi dan karyanya banyak digunakan dalam praktek komunikasi adalah Wilbur Schramm. Beliau menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut : “Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006 : 2-3) 1 1 Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, Yogyakarta, Media Pressindo, 2006 hal 2-3 17 2 Dengan kata lain, komunikasi merupakan suatu usaha untuk menyamakan makna dari satu orang kepada orang lain, supaya tujuan yang ingin dicapai oleh komunikator dapat tercapai. Sedangkan Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mencoba mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver)2 Berdasarkan definisi yang diberikan Parwito, penulis mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu usaha untuk memindahkan pesan melalui saluran tertentu, dimana diharapkan dapat mengakibatkan perubahan pada diri komunikan. Dari berbagai definisi komunikasi yang ada, Sasa Djuarsa Sendjaja dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mencoba menjabarkan tujuh definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Definisidefinisi tersebut antara lain : 1. Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk katakata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Definisi ini seperti yang dikemukakan Hovland, Janis & Kelley (1953). 2. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti katakata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Komunikasi ini seperti yang dikemukakan Berelson dan Stainer (1964). 3. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan 2 Pawito dan C. Sardjono, Teori – Teori Komunikasi, Surakarta. Universitas Sebelas Maret, 1994 hal 12 18 4. 5. 6. 7. akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what? In which channel? To whom? With what effect?). Definisi seperti yang dikemukakan Lasswell (1960). Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Definisi ini seperti yang dikemukakan Gode (1959). Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. Definisi ini seperti dikemukakan Barnlund (1964). Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Definisi ini seperti yang disampaikan Ruesch (1957). Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. Definisi ini seperti yang dikemukakan Weaver (1949) (Zubair, 2006) 3. Dari keseluruhan definisi yang diberikan, pada dasarnya komunikasi mengandung elemen komunikator, pesan, media, komunikan, dan diharapkan membawa perubahan pada diri komunikan setelah diterpa pesan atau disebut juga efek, dimana efek merupakan faktor yang paling penting dan paling digaris bawahi dalam penelitian ini, karena efek merupakan indikasi keberhasilan dari komunikasi yang dilakukan. 2.1.2 Proses Komunikasi Selain Schramm, Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling 3 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta. Rosdakarya, 2007 hal 3 19 terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Sebagai proses, Smith mengatakan sebagaimana dikutip Blake & Haroldsen bahwa komunikasi sekaligus bersifat khas dan umum, sempit dan luas dalam ruang lingkupnya. Dirinya menguraikan : “Komunikasi antarmanusia merupakan suatu rangkaian proses yang halus dan sederhana. Selalu dipenuhi dengan berbagai unsur-sinyal, sandi, arti tak peduli bagaimana sederhananya sebuah pesan atau kegiatan itu. Komunikasi antarmanusia juga merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia dapat menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata maupun isyarat ataupun kartu berlubang baik berupa percakapan pribadi maupun melalui media massa dengan audience di seluruh dunia…ketika manusia berinteraksi saat itulah mereka berkomunikasi…saat orang mengawasi orang lain, mereka melakukan melalui komunikasi” 4 Sedangkan menurut Riswandi, Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Dari keseluruhan pengertian dan penjabaran, bisa ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan proses yang dilakukan secara berkesinambungan dan bertahap. 2.2 Strategi Komunikasi Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan menggunakan model-model komunikasi. 4 Reed H. Blake and Edwin O. Haroldsen, Taksonomi Konsep Komunikasi, Surabaya. Papyrus, 2003 hal 2 – 3 20 Dalam proses kegiatan komunikasi yang sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan proses komunikasi tersebut terutama efek dari proses komunikasi tersebut digunakan model komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi” menyatakan bahwa : “.... strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi”.(2006:84) 5 Sedangkan menurut Anwar Arifin dalam buku ‘Strategi Komunikasi’ menyatakan bahwa : Sesungguhnya suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat. (1984 :10) 6 Anwar Arifin juga menambahkan bahwa strategi komunikasi, baik secara makro (planned multimedia strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda: 1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. 2. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya 7 Berbicara mengenai tujuan dari strategi komunikasi, R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for Effective 5 6 7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Praktek, Bandung. Rosdakarya, 2006 hal 4 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Bandung. Armico, 1984 hal 10 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, Bandung. Armico, 1984 hal 14 21 Comunication, yang dikutip oleh Rosady (2005 : 37) menyatakan bahwa tujuan 8 sentral kegiatan strategi komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu: a. To secure understanding, (memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya). b. To establish acceptance, (maka penerimaannya itu harus dibina). c. To motivate action, (pada akhirnya kegiatan dimotivasikan). R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dikutip Ruslan menambahkan bahwa komunikasi merupakan proses yang rumit. Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor dalam setiap komponen tersebut. 1. Mengenali Sasaran Komunikasi Kita perlu mempelajari siapa saja yang akan menjadi sasaran komunikasi kita. Sudah tentu itu bergantung pada tujuan komunikasi, apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui (dengan metode informatif) atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu (metode persuasif atau instruktif). a. Faktor kerangka referensi Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dan paduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, dan sebagainya. b. Faktor situasi dan kondisi Yang dimaksud dengan situasi disini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Yang dimaksud dengan kondisi disini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi. 2. 8 Pemilihan Media Komunikasi Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakna. Mana yang terbaik dari sekian banyak media komunikasi itu tidak dapat Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta. Raja Grasindo Perkasa, 2005 hal 37 22 ditegaskan dengan pasti sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. 3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi. Peranan Komunikator dalam Komunikasi Ada faktor yang penting pada diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, yaitu: a. Daya tarik sumber Apabila pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Atau komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. b. Kredibilitas sumber Ialah kepercayaan komunikan kepada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator 9 4. Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap empatik (empathy), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan kata lain, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seorang komunikator harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, dan sebagainya. Berbicara mengenai strategi komunikasi, perusahaan perlu memiliki tiga tahap perubahan yang ditujukan bagi masyarakat atau komunitasnya. Tahap pertamanya ialah tahap perubahan pengetahuan. Dalam tahap ini masyarakat mengetahui dengan jelas akan usaha apa yang sudah dilakukan perusahaan 9 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta. Raja Grasindo Perkasa, 2005 hal 39 23 guna mempertahankan citra mereka. Dengan demikian pesan yang disampaikan menunjukkan informasi yang penting dari usaha tersebut. Tahapan kedua adalah tahapan perubahan sikap, yang ditentukan oleh tiga unsur sebagai tricomponent, attitude, change yang menunjukkan tahap perubahan sikap ditentukan oleh tiga komponen yaitu cognition (pengetahuan), affection (perasaan), conation (perilaku). Jika ketiga komponen ini menunjukkan adanya kecenderungan perubahan, maka akan mungkin adanya perubahan sikap berupa keinginan untuk terlibat dalam kegiatan CSR perusahaan. Pada tahap ketiga, yaitu tahap perubahan, dimaksudkan agar masyarakat mendukung dan berpihak pada perusahaan. Mulyana juga menambahkan bahwa berbagai strategi komunikasi tersebut intinya dilakukan untuk mencapai tujuan yaitu: 1. Awareness : Menumbuhkan kesadaran akan adanya kegiatan CSR perusahaan 2. Knowledge : Memberikan informasi mengenai kegiatan CSR 3. Likeability : Menumbuhkan kesukaan atau dukungan 4. Motivation : Mengajak masyarakat untuk melakukan apa yang diinginkan perusahaan 5. Believing : Menumbuhkan kepercayaan terhadap perusahaan 6. Image : Memperkuat kredibilitas perusahaan 7. Remembering : Mengingatkan kembali mengenai aktifitas CSR 24 8. Loyalty : Mengajak masyarakat untuk mendukung dan setia pada Perusahaan 10 Dari berbagai penjabaran dan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi pada dasarnya berfungsi untk menjembatani hubungan antarmanusia dalam menyampaikan pesan dan tujuan, baik untuk tujuan pribadi maupun perusahaan. 2.3 Public Relations Definisi Public Relations menurut (British) Institute of Public Relations (IPR), PR adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara nilai baik (goodwill) dan saling pengertian antara satu organisasi dengan segenap khalayak. (Nova, 2009: 35) 11 Adapun definisi lain PR yang dikemukakan oleh Cutlip, dkk dalam Soemirat (2004:14) 12 , mendefinisikan PR adalah fungsi manajemen secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan and kerja sama antara organisasi dengan publiknya. 10 11 12 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Bandung. Rosdakarya, 2008 hal 71 Firsan Nova, Crisis Public Relations, Jakarta. Grasindo, 2009 hal 35 Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto. Dasar-dasar Public Relations. Bandung. Rosdakarya. 2005 hal 115-116 25 Menurut Jefkins (2003:10) 13 PR yaitu semua bentuk komunikasi terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara satu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Berdasarkan beberapa definisi diatas PR merupakan suatu seni untuk dapat adanya saling pengertian dalam komunikasi, pemahaman, penerimaan dan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang spesifik, yang selalu berlandaskan adanya saling pengertian, pemahaman, penerimaan dan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang spesifik yang selalu berlandaskan adanya saling pengertian satu sama lain, dapat membentuk suatu kegiatan yang terencana, serta dapat membentuk sebuah citra perusahaan yang positif. Dengan kata lain, PR juga berperan dalam membangun hubungan, khususnya hubungan komunikasi antara organisasi dengan masyarakat luas. Untuk itu, dalam sebuah Public Relations sangat penting untuk bisa mengelola manajemen komunikasi. Aktivitas PR sehari hari adalah mengadakan komunikasi timbal balik antara lembaga dan pihak publik yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan demi tercapainya sebuah tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi,demi kemajuan lembaga atau citra positif lembaga yang bersangkutan. Jadi kegiatan PR tersebut erat kaitannya dengan pembentukan opini publik dan pembentukan sikap dari masyarakat. PR mempunyai fungsi yang tentunya dapat menumbuhkan dan menumbuhkan hubungan baik antar lembagadengan audiencenya, internal 13 Frank Jefkins, Public Relations Edisi ke 5. Jakarta. Erlangga. 1998 hal 20 dan 412 26 maupun eksternal dalam upaya menanamkan pengertian, memotivasi dan partisipasi publik. Menurut International Public Relations Associations (IPRA) pada tahun 1981, yang dikutip olah Nova (2009:39) 14 menjelaskan beberapa fungsi seorang PR masa kini diantaranya sebagai berikut: 1. Memberikan konseling yang didasari pemahaman masalah perilaku manusia 2. Membuat analisis “trend” masa depan dan ramalan akan akibat akibatnya bagi institusi 3. Melakukan riset pendapat, sikap dan harapan masyarakat terhadap institusi dan memberikan saran tindakan tindakan yang diperlukan institusi untuk mengatasinya 4. Menciptakan dan membina komunikasi dua arah berlandaskan kebenaran dan informasi yang utuh 5. Mencegah konflik dan salah pengertian Menurut pakar Humas Internasional, Cutlip, dkk (1982) dalam Ruslan (2005:19) 15, fungsi PR dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mecapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga atau organisasi) 2. Membina hubungan yang harmonis antar badan atau organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran 3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap organisasi atau badan yang diwakilinya atau sebaliknya 4. Melayani keinginan publik dan memberikan sumbangan saran kepada pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama 5. Menciptakan komunikasi dua arah timbale balik, dan mengatur arus informasi, publikasi, serta pesan dari badan atau organisasi ke publiknya atau sebaliknya, demi terciptanya citra positif bagi kedua belah pihak 14 15 Firsan Nova, Crisis Public Relations, Jakarta. Grasindo, 2009 hal 39 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta. Raja Grasindo Perkasa, 2005 hal 19 27 Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan fungsi PR dapat mengembangkan hubungan baik antara lembaga dengan publiknya baik internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam rangka menciptakan citra yang positif bagi sebuah perusahaan. Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai, dituju atau diraih. Tujuan dapat juga objektif. Tujuan merupakan sesuatu yang mengarahkan kegiatan PR, sehingga tidak melenceng atau salah sasaran. Karena PR adalah fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan komunikasi, maka pada dasarnya tujuan PR adalah tujuan tujuan komunikasi. Menurut Jefkins (2003:54) 16 mendefinisikan sekian banyak hal yang bisa dijadikan tujuan PR sebuah perusahaan yaitu: a. Untuk mengubah citra umum dimasyarakat sehubungan dengan adanya kegiatan kegitan baru yang dilakukan oleh perusahaan b. Untuk meningkatkan kualitas para calon pegawai c. Menyebarkan cerita sukses yang telah dicapai oleh sebuah perusahaan kepada masyarakat d. Membuka pangsa pasar baru guna untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat e. Mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat pada bursa saham atau rencana perusahaan guna membuka saham baru f. Memperbaiki hubungan antar perusahaan dengan masyarakat, sehubungan dengan adanya suatu ancaman dikalangan masyarakat g. Mendidik konsumen agar masyarakat lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan suatu produk perusahaan h. Meyakinkan masyarakat bahwa perusahaan mampu bertahan pada saat krisis i. Meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi suatu resiko pengambilalihan oleh pihak lain 16 Frank Jefkins, Public Relations Edisi ke 5. Jakarta. Erlangga. 1998 hal 54 28 j. Menciptakan identitas perusahaan baru k. Menyebarluaskan informasi mengenai aktifitas dan partisipasi para pimpinan perusahaan dalam kehidupan sehari hari l. Mendukung suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan sebagai sponsor dari suatu kegiatan tersebut m. Memastikan bahwa para politisi benar benar memahami kegiatan kegiatan atau produk perusahaan yang positif n. Menyebarluaskan kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan terhadap masyarakat Dari penjelasan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan PR dapat membina hubungan baik antar organisasi dengan publiknya demi membentuk sebuah citra yang positif dimata masyarakat dalam melaksanakan sebuah kegiatan PR dan kegiatan tersebut digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang timbul sehubungan dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan dan menitikberatkan pembahasan pada identifikasi tingkat kesadaran masyarakat, sikap dan persepsi masyarakat terhadap perusahaan. Seluruh kegiatan atau aktivitas tidak terlepas dari kerja keras PR itu sendiri, tetapi kita harus terbuka untuk saling kerjasama dengan segala konsekuensinya, serta dapat menciptakan hubungan harmonis antara organisasi yang diwakilinya dengan public atau stakeholder. 2.4 Corporate Social Responsibility Pengertian public secara umum ialah kelompok orang orang yang sama terikat perhatiannya oleh kepentingan yang sama, serta bersifat anonim. Didalam Public Relations, publik terbagi menjadi dua bagian besar yang disebut publik internal dan publik eksternal. Berdasarkan pengelompokan 29 tersebut, lalu munculah hubungan-hubungan yang biasa dinamakan hubungan dengan publik internal dan publik eksternal. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan membahas hubungan dengan publik eksternal, yang terdiri dari 4 publik (hubungan dengan pelanggan, pemerintah, pers dan khalayak sekitar), dan khususnya pembahasan akan difokuskan kepada hubungan dengan khalayak sekitar. Hubungan dengan khalayak sekitar, mengacu kepada satu kegiatan khusus yang biasa dilakukan oleh perusahaan, demi memperoleh kepercayaan publik dan menciptakan hubungan yang harmonis adalah Corporate Social Responsibility. Tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih singkatnya CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu komitmen yang berkelanjutan dari suatu perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi secara positif kepada karyawannya, komunitas dan lingkungan sekitarnya, serta masyarakat luas. CSR adalah komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan” (Kotler & Nancy, 2005 hal 4) 17 CSR Forum juga mendefinikan Corporate Social Responsibility sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilainilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan, komunitas dan lingkungan (Wibisono, 2007:8) 18. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa CSR adalah komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap satu issue tertentu di masyarakat 17 Phillip Kotler and Nancy Kotler, Corporate Social Responsibility, US. Wiley. 2005 hal 4 30 atau lingkungan untuk dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik. Kontribusi dari perusahaan ini bisa berupa banyak hal, misalnya : bantuan dana, bantuan tenaga ahli dari perusahaan, bantuan berupa barang, dll. Program CSR merupakan program yang berkelanjutan dan bertujuan untuk menciptakan kemandirian publik (Wibisono, 2007:8) 18 Perusahaan yang menjalankan model bisnisnya dengan berpijak pada prinsip-prinsip etika bisnis dan manajemen pengelolaan sumber daya alam yang strategik dan sustainable akan dapat menumbuhkan citra positif serta mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari masyarakat (Wibisono, 2007:66) 19 Philip Kotler dan Nancy Lee juga mengatakan bahwa CSR memiliki kemampuan untuk meningkatkan citra perusahaan karena jika perusahaan menjalankan tata kelola bisnisnya dengan baik dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah maka pemerintah dan masyarakat akan memberikan keleluasaan bagi perusahaan tersebut untuk beroperasi di wilayah mereka. Citra positif ini akan menjadi asset yang sangat berharga bagi perusahaan dalam menjaga keberlangsungan hidupnya saat mengalami krisis (Kotler & Nancy,2005) 20 Melihat pentingnya pelaksanaan CSR dalam membantu perusahaan menciptakan citra positifnya maka perusahaan seharusnya melihat Corporate 18 19 20 Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Jakarta. Fascho, 2007 hal 8 Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Jakarta. Fascho, 2007 hal 66 Phillip Kotler and Nancy Kotler, Corporate Social Responsibility, US. Wiley. 2005 hal 6 31 Social Responsibility bukan sebagai sentra biaya (cost center) melainkan sebagai sentra laba (profit center) di masa mendatang. Logikanya sederhana, jika Corporate Social Responsibility diabaikan kemudian terjadi insiden. Maka biaya yang dikeluarkan untuk biaya recovery bisa jadi lebih besar dibandingkan biaya yang ingin dihemat melalui peniadaan Corporate Social Responsibility itu sendiri. Hal ini belum termasuk pada resiko non-finansial yang berupa memburuknya citra perusahaan di mata publiknya (Wibisono, 2007) 21 Dalam buku, “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR”, Yusuf Wibisono (2007) menguraikan 10 tujuan yang dapat dicapai oleh perusahaan jika melakukan program CSR, yaitu: 1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan Perbuatan destruktif pasti akan menurunkan reputasi perusahaan, sebaliknya kontribusi positif pasti akan mendongkrak image dan reputasi positif perusahaan. Image / citra yang positif ini penting untuk menunjang keberhasilan perusahaan. 2. Layak Mendapatkan sosial licence to operate Masyarakat sekitar adalah komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan keuntungan dari perusahaan, maka dengan sendirinya mereka akan merasa memiliki perusahaan. Sehingga imbalan yang diberikan kepada perusahaan adalah keleluasaan untuk menjalankan roda bisnisnya di kawasan tersebut. 3. Mereduksi Resiko Bisnis Perusahaan Mengelola resiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal yang esensial untuk suksesnya usaha. Disharmoni dengan stakeholders akan menganggu kelancaran bisnis perusahaan. Bila sudah terjadi permasalahan, maka biaya untuk recovery akan jauh lebih berlipat bila dibandingkan dengan anggaran untuk melakukan program CSR. Oleh karena itu, pelaksanaan CSR sebagai langkah preventif untuk mencegah memburuknya hubungan dengan stakeholders perlu mendapat perhatian. 4. Melebarkan Akses Sumber Daya Track records yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan bersaing bagi perusahaan yang dapat membantu memuluskan jalan menuju sumber daya yang diperlukan perusahaan. 5. Membentangkan Akses Menuju Market Investasi yang ditanamkan untuk program CSR ini dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang yang lebih besar. Termasuk di 21 Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Jakarta. Fascho, 2007 hal 70 32 dalamnya memupuk loyalitas konsumen dan menembus pangsa pasar baru. 6. Mereduksi Biaya Banyak contoh penghematan biaya yang dapat dilakukan dengan melakukan CSR. Misalnya: dengan mendaur ulang limbah pabrik ke dalam proses produksi. Selain dapat menghemat biaya produksi, juga membantu agar limbah buangan ini menjadi lebih aman bagi lingkungan. 7. Memperbaiki Hubungan dengan Stakehoder Implementasi CSR akan membantu menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholder, dimana komunikasi ini akan semakin menambah trust stakeholders kepada perusahaan. 8. Memperbaiki Hubungan dengan Regulator Perusahaan yang melaksanakan CSR umumnya akan meringankan beban pemerintah sebagai regulator yang sebenarnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan lingkungan dan masyarakat. 9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan Image perusahaan yang baik di mata stakeholders dan kontribusi positif yang diberikan perusahaan kepada masyarakat serta lingkungan, akan menimbulkan kebanggan tersendiri bagi karyawan yang bekerja dalam perusahaan mereka sehingga meningkatkan motivasi kerja mereka. 10. Peluang Mendapatkan Penghargaan Banyaknya penghargaan atau reward yang diberikan kepada pelaku CSR sekarang, akan menambah kans bagi perusahaan untuk mendapatkan award 22 Mengartikan CSR menurut pandangan penulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan guna membentuk, meningkatkan dan akhinya mempertahankan citra perusahaan dimata masyarakat. Dalam hal ini berhubungan dengan komunitas disekitar perusahaan didirikan. Dalam hal CSR, tidak pernah ada tujuan untuk mendapatkan profit, kegiatan ini semata mata merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap 22 Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Jakarta. Fascho, 2007 hal 72 33 komunitas sekitar, adapun kegiatannya sendiri harus disesuaikan denga kebutuhan komunitas disekitarnya. Hal ini perlu dilakukan karena mereka pada suatu waktu mungkin diperlukan, serta untuk menunjukkan kepada mereka bahwa perusahaan dan karyawannya tidak mengasingkan diri dari masyarakat sekitarnya. 2.5 Citra Keinginan sebuah organisasi untuk mempunyai citra yang baik pada public sasaran berawal dari pengertian yang tepat mengenai citra sebagai stimulus adanya pengelolaan upaya yang perlu dilaksanakan. Ketepatan pengertian citra agar organisasi dapat menetapkan upaya dalam mewujudkannya pada obyek dan mendorong prioritas pelaksanaannya. Menurut Phillip Kotler, seperti yang dikutip oleh Buchari Alma “Citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek” (2005: 374-375) 23. Definisi citra menurut Rhenald Kasali, yaitu “ Kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan” (2003:28) 24 Berdasarkan pemahaman pemahaman tersebut , citra menunjukkan kesan suatu obyek terhadap obyek lain yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari sumber terpercaya. Menurut Jefkins (2003) 25 ada beberapa jenis citra (image) yaitu : 23 Buchari Alma, Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum, Bandung. Alfabeta, 2004 hal 374375 24 Rhenald Kasali. Manajemen Public Relations. Jakarta. Grafiti, 2003 hal 30 25 Frank Jefkins, Public Relations Edisi ke 5. Jakarta. Erlangga. 2003 hal 33 34 1. Citra Bayangan (Mirror Image). Citra jenis ini adalah citra yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan terutama pihak manajemen yang tidak percaya “apa dan bagaimana” kesan pihak luar terhadap institusi yang dipimpinnya, tidak selamanya dalam posisi yang baik; 2. Citra Kini (Current Image). Citra yang sekarang dimiliki oleh pihak luar dalam memandang institusi tersebut. Ada kemungkinan ”citra kini” yang dimiliki oleh sebuah institusi adalah citra yang buruk atau negatif. 3. Citra Harapan (Wish Image). Citra yang menjadi harapan dan cita-cita dari suatu insitusi yang hendak ditampilkan kepada publiknya. Idealnya citra sebuah insitusi adalah positif. 4. Citra Perusahaan (Corporate Image). Citra adalah citra yang berkaitan dengan sosok insititusi sebagai tujuan utamanya, bagaimana citra institusi yang positif lebih dikenal serta diterima oleh publiknya. 5. Citra Serbaneka (Multiple Image). Citra ini adalah komplimen (pelengkap) dari corporate image sebagai contoh pihak PR dapat menampilkan citra dari atribut logo, nama produk, tampilan gedung dan lain sebagainya 6. Citra Penampilan (Performance Image). Citra ini lebih ditujukan kepada subyek yang ada pada institusi, bagaimana kinerja atau penampilan diri dari para profesional pada institusi yang bersangkutan sebagai contoh citra yang ditampilkan karyawan dalam menangani keluhan para pelanggan Hal yang dapat diambil dalam definisi dan penjabaran citra di atas, adalah bahwa citra perusahaan menunjukkan kesan obyek terhadap perusahaan yang terbentuk dengan memproses informasi. Serta citra memegang peranan yang penting akan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Dengan adanya pembentukan citra yang positif, dengan sendirinya akan menggiring masyarakat untuk perlahan lahan mulai mengetahui, setuju dan akhirnya melakukan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan, ini sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan pada umumnya Citra sendiri merupakan hal pokok dan mendasar dari kegiatan dan fungsi PR secara spesifik, berbeda dengan peran lain dalam perusahaan, PR adalah fungsi yang bertanggung jawab langsung akan pembentukan dan mempertahankan citra perusahaan, 35 Sedangkan citra yang ingin diterapkan atau dicapai oleh PT HM Sampoerna Tbk. adalah citra perusahaan (corporate image).