Kepedulian dan Pengetahuan Pelaku Bisnis Mengenai Green

advertisement
1.
PENDAHULUAN
Suatu industri didirikan dan dibentuk untuk menghasilkan produk atau jasa
yang akan memberikan keuntungan pada usaha tersebut. Industri tersebut juga
memberikan keuntungan pada konsumen dengan menghasilkan produk atau jasa
yang dibutuhkan konsumen. Namun tetap saja kerusakan lingkungan sebagian
besar diakibatkan oleh industri yang hanya sekedar ingin memperoleh laba
sebesar besarnya dan tidak mempeduliakan lingkungan. Dampak positif dari
berdirinya industri tersebut adalah terciptanya lapangan pekerjaan, mengurangi
kemiskinan, meningkatkan sumber daya manusia dan masih banyak lagi. Namun
ada beberapa dampak negatifnya yaitu kerusakan lingkungan, seperti pencemaran
air, tanah, udara, kerusakan ozon dan lain-lain. Di Indonesia, sekitar 15-20 %
limbah dibuang secara baik dan tepat, sisanya dibuang di sungai dan kali,
menciptakan masalah banjir (Bank Dunia, 2003). Harahap (2001,347)
menyebutkan bahwa dampak perusahaan tersebut sebagai eksternalitas. Dari segi
konsumen, sekarang ini konsumen mulai sadar akan pentingnya kelangsungan
hidup planet bumi dan lingkungan global.
Sebenarnya
tidak
kelangsungan hidup
mencanangkan
hanya
konsumen
yang
sadar
akan
pentingnya
planet bumi dan lingkungan global. Pemerintah juga
program
pembangunan
berkelanjutan,
dimana
pelaku
pembangunan dituntut untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan termasuk
perusahaan-perusahaan tersebut (Yuliusman, 2008). Tentang lingkungan memang
bukanlah hal baru lagi untuk dibahas namun selalu menarik untuk dibahas lebih
mendalam (Paranoan, 2010). Mulai dari pencemaran udara, pencemaran air,
10
bencana alam, mencairnya es dikutub utara, rusaknya ekosistem laut, perubahan
iklim yang tidak menentu dan pemanasan global. Untuk mengurangi dampak
negatif tersebut maka pelaku bisnis perlu memperbaiki kinerja lingkungan,
pengendalian biaya, investasi dengan tekhnologi yang ramah lingkungan, dan
mendorong untuk berproduksi yang lebih ramah lingkungan.
Profesi akuntansi identik dengan angka dan tidak peduli dengan sistem
industri yang lain. Isu-isu lingkungan secara langsung dan tidak langsung
telah
masuk
dalam
performa
ekonomi
suatu usaha/kegiatan
maupun
organisasi (Kartikasari, 2012). Oleh karena itu munculah akuntansi hijau atau
green accounting yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah informasi yang
dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya. Sahid (2002)
menjelaskan green accounting juga memberikan peluang untuk meminimalisasi
biaya energi, konservasi sumber daya, mengurangi resiko lingkungan terhadap
kesehatan, keamanan dan mendorong kearah keunggulan kompetitif. Green
accounting adalah jenis akuntansi yang mencoba untuk menghubungkan faktor
biaya lingkungan ke dalam hasil kegiatan usaha perusahaan. Seperti kita ketahui
bahwa banyak pelaku bisnis yang mengabaikan lingkungan dalam pembuatan dan
pengambilan keputusan, oleh karena itu dibutuhkan model revisi yang disebut
green accounting.
Kekuatan utama yang melatar belakangi munculnya green accounting
adalah banyaknya negara-negara yang berupaya untuk mengatasi ancamanancaman yang ditimbulkan perubahan iklim, dan masalah lingkungan lainnya.
Pengungkapan akuntansi lingkungan di negara-negara berkembang memang
11
masih sangat kurang. Banyak penelitian yang berkembang di area Social
Accounting Disclosure memperlihatkan bahwa pihak pelaku bisnis yang
melaporkan kinerja lingkungannya masih sangat terbatas. Lindrianasari (2007),
menegaskan bahwa salah satu faktor keterbatasan itu adalah lemahnya sanksi
hukum yang berlaku di negara tersebut. Lindrianasari (2007), mewakili penelitian
Mobus (2005) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara
sanksi hukum pengungkapan lingkungan yang wajib dengan penyimpangan aturan
yang dilakukan oleh perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian pada pelaku
bisnis khususnya pelaku bisnis usaha jasa salon di wilayah Salatiga tentang
pentingnya green accounting. Seperti yang kita ketahui usaha jasa salon bergerak
di bidang jasa kecantikan baik itu berupa kecantikan wajah, kecantikan rambut
dan kecantikan badan. Usaha ini dikhususkan bagi para wanita baik anak-anak
remaja hingga orang dewasa. Usaha yang menyangkut kaum wanita memang
tidak pernah membosankan. Selain fashion, kecantikan adalah salah satu usaha
yang berpeluang besar untuk perempuan. Perempuan untuk tampil cantik biasanya
tidak akan segan-segan mengeluarkan uang yang cukup banyak. Sehingga banyak
yang memanfaatkan peluang ini untuk membuka usaha jasa salon. Kelebihan dari
salon kecantikan itu adalah selalu dicari orang, karena siapapun orang selalu
butuh penampilan yang baik dan prima. Kelebihannya lagi adalah bisa
mendapatkan pemasukan dari pelanggan yang loyal. Akan tetapi perlu dicermati,
karena ini adalah usaha di bidang jasa, kepuasan pelanggan adalah segalanya.
Jenis jasa yang ditawarkan sangat variatif mengingat kebutuhan akan kecantikan
12
merupakan idaman bagi setiap wanita. Salon merupakan salah satu wadah untuk
mewujudkan hal tersebut. Usaha jasa salon ini sangat menjanjikan mengingat
pangsa pasar yang cukup besar dimana seiring perkembangan jaman, tren dan
model gaya rambut yang terus berubah ditambah kebutuhan akan kecantikan diri
sangat penting bagi perempuan. Seperti kita ketahui usaha jasa salon tidak
menggunakan bahan yang ramah lingkungan, misalnya penggunaan zat-zat
berbahaya, penggunaan hair spray yang mengandung aerosol yang notabene akan
mempercepat terjadinya lubang ozon, pembuangan limbah shampo dan lain-lain.
Walaupun terlihat sepele apabila dibandingkan dengan perusahaan yang beskala
besar namun limbah yag dihasikan usaha jasa salon tidak bisa dianggap remeh
mengingat banyaknya usaha jasa salon yang berdiri di wilayah Salatiga ini, mulai
dari usaha jasa salon yang tergolong kecil hingga usaha jasa salon yang tergolong
besar. Green accounting memang kurang cocok apabila diterapkan pada usaha
kecil termasuk usaha jasa salon, namun usaha besar ataupun kecil sebagian besar
selalu menghasikan limbah, untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai green
accounting pada pelaku bisnis usaha kecil khususnya pelaku bisnis usaha jasa
salon di Salatiga.
Dari uraian diatas fokus dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah pelaku bisnis usaha jasa salon di Salatiga peduli terhadap
lingkungan?
2. Apakah pelaku bisnis usaha jasa salon di Salatiga memiliki pengetahuan
mengenai green accounting?
13
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepedulian pelaku bisnis
usaha jasa salon terhadap lingkungan dan pengetahuan mengenai green
accounting pada usaha jasa salon di Salatiga. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat mengenai pengetahuan green accounting bagi peneliti,
pembaca, dan juga pelaku bisinis khususnya usaha jasa salon di Salatiga.
2.
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Green Accounting
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran atau pemberian kepastian
mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan
pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam
perusahaan, organisasi dan lembaga pemerintah. Akuntansi bertujuan untuk
menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh
para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti
pemegang saham, kreditur, atau pemilik. Berikut adalah rincian dari tiga aktivitas
pelaku bisnis dalam proses akuntansi, yang pertama adalah mengidentifikasi
peristiwa-peristiwa ekonomi akan melibatkan pemilihan aktivitas-aktivitas
ekonomi yang relevan bagi organisasi. Yang kedua, setelah teridentifikasi
peristiwa-peristiwa ekonomi tersebut dicatat untuk menjadi alur aktivitas
keuangan. Pencatatan tediri atas pembuatan jurnal peristiwa-peristiwa secara
sistematik dan kronologis, yang diukur dalam satuan mata uang. Di dalam
pencatatan, peristiwa-peristiwa ekonomi juga akan diklasifikasikan dan dibuat
ikhtisarnya. Yang ketiga aktivitas pengidentifikasan dan pencatatan tidak akan
14
memberikan banyak manfaat kecuali informasi tersebut dikomunikasikan kepada
pengguna-pengguna yang berkepentingan. Informasi keuangan akan disampaikan
melalui laporan-laporan akuntansi yang tertuang dalam laporan keuangan.
Akuntansi juga dikenal sebagai bahasa bisnis. Akuntansi disebut sebagai
bahasa bisnis karena merupakan suatu alat untuk menyampaikan informasi
keuangan kepada pihak-pihak yang memerlukannya. Semakin baik kita mengerti
bahasa tersebut, maka semakin baik pula keputusan kita, dan semakin baik kita di
dalam mengelola keuangan. Akuntansi merupakan wacana yang dipengaruhi dan
mempengaruhi lingkungannya (Susilo, 2008). Susilo (2008), menjelaskan
manakala gerakan peduli lingkungan (green movement) melanda dunia,
akuntansi berbenah diri agar siap menginternalisasi berbagai eksternalitas
yang muncul sebagai konsekuensi proses industri, sehingga lahir istilah green
accounting atau akuntansi lingkungan (environmental accounting). Seperti yang
dijelaskan oleh Utomo (2001), metode-metode pembukuan yang dikenalkan oleh
Luca Pacioli pada waktu itu dipandang sudah mencukupi dan memadai lantaran
mampu
memecahkan
masalah
pelaporan dan pembukuan bisnis yang
diperlukan pada masa tersebut, namun ketika kompleksitas bisnis semakin tinggi,
diperlukan metode-metode pengukuran, pengakuan dan pelaporan yang lebih
advanced.
Green accounting mulai berkembang di Eropa sejak tahun 1970-an, diikuti
dengan mulai berkembangnya penelitian-penelitian yang terkait dengan isu green
accounting tersebut di tahun 1980-an (Bebbington, 1997; Gray, dkk., 1995).
15
Dalam Ikhsan (2008) menjelaskan bahwa green accounting didefinisikan
sebagai pencegahan, pengurangan, dan atau penghindaran dampak terhadap
lingkungan, bergerak dari beberapa kesempatan, dimulai dari beberapa perbaikan
kembali kejadian-kejadian yang menimbulkan bencana atas kegiatan-kegiatan
tersebut.
Dalam Environmental Accounting Guidelines yang dikeluarkan oleh menteri
lingkungan Jepang (2005:3) dinyatakan bahwa akuntansi lingkungan mencakup
tentang pengidentifikasian biaya dan manfaat dari aktivitas konservasi
lingkungan, penyediaan sarana atau cara terbaik melalui pengukuran kuantitatif,
serta untuk mendukung proses komunikasi yang bertujuan untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan, memelihara hubungan yang menguntugkan dengan
komunitas dan meraih efektifitas dan efisiensi dari aktivitas konservasi
lingkungan. Ditambahkan pengertian dari US EPA (1995) akuntansi lingkungan
sebagai aspek dari sisi akuntansi manajemen, mendukung keputusan manajer
bisnis dengan mencakup penentuan biaya, keputusan desain produk atau proses,
evaluasi kinerja serta keputusan bisnis lainnya.
Sampai pada saat ini banyak pelaku bisnis yang tidak memasukkan biaya
pencegahan, biaya pengurangan atau biaya penghindaran dampak terhadap
lingkungan pada laporan keuangannya karena banyak pelaku bisnis yang
mengabaikan lingkungan. Hal itu salah satu yang memotivasi munculnya green
accounting, seperti yang dijelaskan Uno (2004) bahwa green accounting adalah
penggabungan informasi manfaat dan biaya lingkungan ke dalam macam-macam
praktek akuntansi. Green accounting juga diartikan sebagai identifikasi,
16
prioritisasi, kuantifikasi, atau kualifikasi, dan penggabungan biaya lingkungan
kedalam keputusan-keputusan bisnis.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulakan bahwa green
accounting adalah jenis kuntansi yang mencoba menghubungkan antara faktor
biaya lingkungan ke dalam hasil kegiatan usaha. Dalam mengambil keputusan
bisnis harus mempertimbangkan biaya usaha, produksi, persediaan dan biaya
limbah. Tidak hanya itu, tetapi dalam merencanakan, mengevaluasi dan
mengontrol pelaku bisnis harus lebih memperhatikan agar dapat meningkatkan
efisiensi bahan, mengurangi dampak lingkungan dan mengurangi biaya
perlindungan lingkungan. Jadi disini sebaiknya pelaku bisnis memilih bahan
baku yang ramah lingkungan, atau penghindaran pembangunan industri dari
pemukiman masyarakat atau daerah pertanaian, perkebunan dan lain-lain.
Adapun fungsi dari green accounting yaitu yang pertama adalah fungsi
internal yang memungkinkan untuk mengatur biaya konversi lingkungan dan
menganalisa biaya lingkungan dengan manfaatnya, dan meningkatkan efektivitas
dan efisiensi aktivitas konservasi lingkungan terkait dengan keputusan yang
dibuat. Yang kedua adalah fungsi eksternal yang memungkinkan sebuah
perusahaan untuk mempengaruhi keputusan stakeholder, seperti konsumen, mitra
bisnis, investor, dan masyarakat lokal.
Green accounting bertujuan untuk meningkatkan jumlah informasi yang
relevan yang dibuat untuk pihak yang memerlukan dan dapat digunakan. Di
negara berkembang, green accounting berkontribusi banyak sekali, misalnya
meningkatkan
perekonomian
dengan
17
menciptakan
lapangan
pekerjaan,
mengurangi kemiskinan sekaligus mengurangi karbon dan degradasi lingkungan.
Namun tetap saja pengungkapan akuntansi lingkungan di negara-negara
berkembang masih sangat kurang. Banyak penelitian yang berkembang di area
Social Accounting Disclosure memperlihatkan bahwa pihak perusahaan
melaporkan kinerja lingkungannya masih sangat terbatas. Lindrianasari (2007)
menegaskan bahwa salah satu faktor keterbatasan itu adalah lemahnya sanksi
hukum yang berlaku di negara tersebut. Lindrianasari (2007) mewakili penelitian
Mobus (2005) yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara
sanksi hukum pengungkapan lingkungan yang wajib dengan penyimpangan aturan
yang dilakukan oleh perusahaan.
Dalam green accounting terdapat empat jenis biaya, yaitu conventional cost,
potentially hidden cost, contingent cost dan image and relationship cost.
Conventioanl cost adalah biaya bahan baku, utilitaas, barang dan pasokan. Biaya
tersebut dibahas dalam akuntansi tetapi tidak dipertimbangkan sebagai biaya
lingkungan. Penggunaan bahan baku, utilitas, barang modal serta pasokan yang
ramah lingkungan dapat mengurangi degradasi lingkungan. Memperhitungkan
biaya tersebut dalam keputusan bisnis, dengan melihat apakah biaya tersebut
dapat dikatakan masuk kedalam biaya lingkungan atau tidak masuk dalam biaya
lingkungan sangatlah penting. Selanjutnya potentially hidden cost adalah biayabiaya yang sangat berpotensi tersembunyi dari manajer seperti biaya lingkungan
dimuka yang terjadi sebelum proses operasi. Biaya untuk rancangan ramah
lingkungan, kualifikasi pemasok, evaluasi peralatan pengendalian pencemaran
adalah beberapa contoh dari potentially hidden cost. Selanjutnya adalah
18
contingent cost yaitu biaya yang mungkin atau tidak mungkin terjadi dimasa
depan. Biaya untuk kompensasi atas kecelakaan pencemaran lingkungan, denda
dan hukuman pelanggaran peraturan di masa depan atau biaya tak terduga lainnya
atas konsekuensi masa depan adalah contoh dari biaya kontijensi. Yang terakhir
adalah image and relationship cost yang berarti biaya ini bisa disebut sebagai
biaya pencitraan. Disebut biaya pencitraan karena ada beberapa biaya lingkungan
yang dapat disebut “kurang nyata” atau “nyata”. Biaya ini dikeluarkan untuk
mempengaruhi persepsi manajemen, pelanggan, karyawan, masyarakat, dan
regulator. Biaya ini dapat dikategorikan sebagai biaya pelaporan lingkungan dan
kegiatan hubungan masyarakat, biaya yang dikeluarkan sukarela untuk kegiatan
lingkungan seperti menanam pohon, dan biaya yang dikeluarkan untuk program
penghargaan atau pengakuan.
Green accounting mengalami kesulitan dalam pengukuran nilai biaya dan
manfaat. Memang bukan hal yang mudah dalam mengukur kerugian yang
diterima masyarakat dan lingkungan ekologis yang ditimbulkan. Pelaporan kinerja
lingkungan ini tidak didapati dalam laporan keuangan yang konvensional, karena
di dalam laporan keuangan konvensional hanya terdapat laporan kinerja ekonomi
saja.
2.2
Biaya Lingkungan
Biaya merupakan salah satu bagian penting dalam proses akuntansi
biaya. Biaya yang terjadi merupakan nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan
untuk memperoleh manfaat. Biaya – biaya tersebut dapat diidentifikasi secara
19
langsung maupun tidak langsung. Biaya-biaya yang dapat diidentifikasi
secara langsung adalah biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Sedangkan
biaya yang tidak dapat diidentifikasi secara langsung adalah biaya overhead
(Carter Usry, 2006: 40). Alokasi biaya lingkungan terhadap produk atau proses
produksi dapat memberikan manfaat motivasi bagi manajer atau bawahannya
untuk menekan polusi sebagai akibat dari proses produksi tersebut Didalam
akuntansi konvensional, biaya ini dialokasikan pada biaya overhead dan pada
akuntansi tradisional dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
dialokasikan
ke produk tertentu atau dialokasikan pada kumpulan kumpulan
biaya yang menjadi biaya tertentu sehingga tidak dialokasikan ke produk
secara spesifik (Haryanto, 2003).
Biaya lingkungan itu sendiri adalah dampak yang timbul dari sisi keuangan
maupun non keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang
mempengaruhi
kualitas
lingkungan (Ikhsan,
2008
:
13). Mowen (2005)
menjelaskan bahwa biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya pencegahan, biaya
deteksi, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal, dimana biayabiaya tersebut timbul karena adanya kualitas lingkungan yang buruk atau
karena kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi.
Pada saat ini tidak ada standar yang baku mengenai pengungkapan
lingkungan. Namun di Indonesia, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah
menyusun suatu standar pengungkapan akuntansi lingkungan dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 dan 33. Kedua PSAK ini mengatur
tentang kewajiban perusahaan dari sektor pertambangan dan pemilik Hak
20
Pengusahaan Hutan untuk melaporkan item-item lingkungannya dalam laporan
keuangan. Motivasi yang melatarbelakangi perusahaan untuk melaporkan
permasalahan lingkungan lebih didominasi oleh faktor sukarela (Ball, 2005; Choi,
1999).
Penelitian Terdahulu
Penelitian Susilo (2008), yang membandingkan green accounting pada
kabupaten Sleman dan kabupaten Bantul dalam penelitiaannya yang berjudul
“Green Accounting di Daerah Istimewa Yogyakarta : Studi Kasus Antara
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul”. Kesimpulan penelitan tersebut adalah
terdapat perbedaan yang signifikan antara kabupaten Sleman dan kabupaten
Bantul dalam mendorong terjadinya keterlibatan, pelaporaan dan pengauditan
lingkungan.
Paranoan
(2010),
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Akuntansi
Lingkungan dan Penerapannya di Indonesia” menyimpulkan bahwa perusahaanperusahaan di Indonesia masih mengabaikan lingkungan dan mengharap di masa
mendatang masalah lingkungan menjadi yang utama. Perusahaan diharapkan
memberikan pertanggungjawaban dan pengungkapan lingkungan pada laporan
keuangan, dan sebaiknya pemerintah mewajibkan perusahaan menerapkan
akuntansi lingkungan.
Penelitian Yuliusman (2008) yang berjudul “Akuntansi Lingkungan :
Meningkatkan Keunggulan Kompetitif dan Mendorong Investasi”. Dalam
penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan akuntansi
21
lingkungan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomis suatu
perusahaan. Nilai tambah suatu perusahaan ini, merupakan salah satu keunggulan
kompetitif bagi perusahaan tersebut.
3.
METODE PENELITIAN
Obyek penelitian ini adalah usaha jasa salon yang ada di wilayah Salatiga,
mulai usaha jasa salon kecil hingga usaha jasa salon yang tergolong besar. Jenis
data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data kualitatif. Adapun sumber
data yang digunakan yaitu data primer yang berasal dari kuesioner mengenai
kepedulian lingkungan dan pengetahuan mengenai green accounting. Metode
sampling yang digunakan adalah accidental sampling yang diambil dari pelaku
bisnis usaha jasa salon yang bersedia menjadi responden penelitian. Kuesioner
diisi oleh responden dengan pendampingan.
Terdapat 6 indikator tingkat kepentingan pelaku bisnis, masing-masing
indikator akan diukur dengan menggunakan skala pengukuran yang akan diberi
nilai antara 1 sampai 6 yang menunjukkan tingkatan dari masing-masing
indikator. Dengan deskripsi sebagai berikut, nilai “1” akan diberikan jika
responden menjawab “sangat penting”, nilai “2” diberikan jika responden
menjawab “penting”, nilai “3” diberikan jika responden menjawab “cukup
penting”, nilai “4” diberikan jika responden menjawab “kurang penting” nilai “5”
diberikan jika responden menjawab “tidak penting”. Dan nilai “6” jika responden
menjawab “sangat tidak penting.”
Untuk mengukur persepsi responden mengenai tingkat kepedulian terhadap
lingkungan pelaku bisnis, tingkat kesadaran biaya lingkungan pelaku bisnis,
22
tingkat pengetahuan biaya pelaku bisnis, tingkat pengetahuan biaya lingkungan
pelaku bisnis, dan tingkat gaya pengeluaran individu pelaku bisnis dengan cara
sebagai berikut. Untuk kebutuhan nilai “1” dikategorikan “sangat tidak setuju”,
nilai “2” dikategorikan “tidak setuju”, nilai “3” dikategorikan “kurang setuju”,
nilai “4” dikategorikan “netral”, nilai “5” dikategorikan “cukup setuju”, nilai “6”
dikategorikan “setuju” dan nilai “7 dikategorikan “sangat setuju”.
Dalam kepedulian lingkungan hidup untuk menentukan responden peduli
atau tidak peduli terhadap lingkungan hidup terdapat range antara 1-3. Untuk
kebutuhan nilai
“0-2,4” dikategorikan “tidak peduli”, nilai “>2,4-4,8”
dikategorikan “biasa”, nilai “>4,8” dikategorikan “peduli”.
Dalam kesadaran biaya lingkungan untuk menentukan responden sadar atau
tidak sadar akan biaya lingkungan terdapat range antara 1-3. Untuk kebutuhan
nilai “0-2,4” dikategorikan “tidak sadar”, nilai “>2,4-4,8” dikategorikan “biasa”,
nilai “>4,8” dikategorikan “sadar”.
Setelah mendapatkan gambaran penuh dan hasil dari kuesioner yang
dibagikan kepada pelaku bisnis usaha jasa salon di Salatiga, langkah berikutnya
adalah mengolah data dalam penelitian ini dengan memberikan kode (coding)
untuk mengubah persepsi/opini secara kualitatif kedalam suatu urutan kuantitatif.
Skala pengukuran yang digunakan tersebut bertujuan untuk mengukur persepsi
responden mengenai tingkat kepentingan pelaku bisnis dalam usaha, tingkat
kepedulian terhadap lingkungan pelaku bisnis, tingkat kesadaran biaya lingkungan
pelaku bisnis, tingkat pengetahuan biaya pelaku bisnis, tingkat pengetahuan biaya
23
lingkungan pelaku bisnis, dan tingkat gaya pengeluaran individu pelaku bisnis.
Hasil skoring tersebut selanjutnya diolah menggunakan distribusi frekuensi.
Langkah berikutnya setelah mendapatkan gambaran penuh dari hasil data
yang diolah adalah menganalisis dan menginterpretasikan hasil data. Mulai dari
hasil preferensi kepentingan, kepedulian pelaku bisnis terhadap lingkungan hidup,
kesadaran pelaku bisnis terhadap biaya lingkungan, pengetahuan pelaku bisnis
mengenai biaya, pengetahuan pelaku bisnis mengenai biaya lingkungan hingga
gaya pengeluaran individu pelaku bisnis. Dari hasil data tersebut dapat ditarik
kesimpulan dan dapat diberikan saran.
4.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Deskriptif Responden
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Salatiga dengan obyek penelitian
pelaku bisnis usaha jasa salon. Dalam penelitian ini kuesioner diisi oleh pelaku
bisnis usaha jasa salon yang bersedia mengisi kuesioner karena ada beberapa
usaha salon yang menolak untuk mengisi kuesioner.
Responden yang berhasil
didapatkan hingga batas akhir pengumpulan
kuesioner berjumlah 50 responden yang berasal dari berbagai wilayah di Salatiga.
Dari 50 responden, 84% responden berjenis kelamin perempuan dan 16%
responden berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan umur, responden yang berusia
antara 20-39 tahun terdapat 35 responden atau 70%. Usia 40-55 tahun terdapat15
responden atau 30%.
24
Tabel 1. Sampel Penelitian
Deskripsi
Jenis Kelamin
Usia
Jumlah
Prosentase
Perempuan
42
84%
Laki-laki
8
16%
Total
50
100%
20-39 tahun
35
70%
40-55 tahun
15
30%
Total
50
100%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
4.1
Preferensi Kepentingan
Preferensi kepentingan dalam penelitian ini terdapat 6 indikator yang diisi
oleh responden dimana indikator yang terpenting hingga yang tidak penting
menurut responden akan diurutkan sesuai 6 indikator tersebut. Terdapat 6
indikator
yang
digunakan
dalam
kuesioner
yaitu
omset/penjualan,
laba/keuntungan, biaya usaha rendah, kualitas jasa/produk, produk/jasa ramah
lingkungan, dan yang terakhir produk/jasa tidak mencemari lingkungan.
Sebagian besar pelaku bisnis memilih laba sebagai indikator yang paling
penting, berbeda dengan pelaku bisnis usaha jasa salon. Pelaku bisnis usaha jasa
salon memilih indikator kualitas sebagai indikator yang paling penting, alasannya
sangat masuk akal yaitu para pelaku bisnis usaha jasa salon ini ingin mencari
pelanggan yang dapat memberikan laba secara konstan dan pasti. Biaya usaha
yang rendah menjadi indikator kedua yang dipilih responden, alasannya dengan
mendapatkan biaya usaha yang rendah dapat menekan pengeluaran usaha seperti
memilih toko grosir penjual alat-alat salon yang relatif terjangkau walaupun harus
25
keluar kota Salatiga. Indikator yang terakhir dipilih oleh para responden adalah
limbah tidak mencemri lingkungan. Menurut responden dengan mengalirkan
limbah ke sungai atau selokan sudah cukup megatasi. Karena ada beberapa dari
responden yang usaha salonnya jadi satu dengan rumah responden, responden
membayar iuran untuk membersihkan lingkungan dan sampai saat ini belum
terjadi komplain dari warga sekitar mengenai limbah salon tersebut.
Tabel 2. Preferensi Kepentingan
Pernyataan
1
2
3
4
5
6
Omset
0%
10%
36%
36%
14%
4%
Laba
6%
18%
28%
26%
16%
6%
BUR
18%
32%
18%
20%
8%
4%
Kualitas
76%
20%
0%
4%
0%
0%
P/JRL
0%
16%
16%
8%
36%
24%
Limbah
0%
2%
2%
6%
26%
64%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
4.2
Kepedulian Lingkungan Hidup
Hasil menunjukkan bahwa reponden peduli terhadap lingkungan hidup, dari
range antara 1-3 yaitu nilai “0-2,4” dikategorikan tidak peduli, nilai “>2,4-4,8”
dikategorikan biasa dan nilai “>4,8” dikategorikan peduli. Hasil menunjukkan
bahwa responden peduli terhadap lingkungan yaitu dengan nilai “4,91”. Secara
pribadi responden peduli terhadap lingkungan hidup namun usaha jasa salon ini
tidak selamanya menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan atau bahkan
menggunakan peralatan yang ramah lingkungan. Seperti kita ketahui usaha jasa
salon selalu menggunakan zat-zat berbahaya misalnya untuk meluruskan rambut,
pewarnaan, bleaching, bahkan menggunakan hair spray yang mengandung
26
aerosol yang kita ketahui aerosol dapat mempercepat terbentuknya lubang ozon
pada atmosfer. Hal ini sesuai dengan hasil kuesioner dari preferensi kepentingan
diatas bahwa indikator produk atau jasa ramah lingkungan yang menempati urutan
ke lima. Responden membuang limbah pada saluran air yang sampai saat ini tidak
menyebabkan kerusakan lingkungan ataupun mendapat komplain dari warga
sekitar.
Tabel 3. Jawaban Responden Mengenai Kepedulian Lingkungan Hidup
Pernyataan
Jawaban Responden
(Rata-Rata)
6
Secara umum, saya mengetahui bagaimana
menjaga lingkungan hidup
Secara umum saya mengetahui bahwa
menjaga lingkungan hidup sama dengan
menjaga kelangsungan hidup usaha
6
Saya selalu menggunakan bahan-bahan
(perlengkapan dan bahan baku) usaha yang
ramah lingkungan
Saya selalu menjaga agar limbah usaha tidak
mencemari lingkungan hidup
4
5,5
Saya selalu memilah limbah usaha yang
organik dan non organik
4
Secara umum, saya selalu membeli peralatan
usaha yang ramah lingkungan
4
4,916666667
Rata-rata
Sumber : Hasil olahan, November 2013
27
Tabel 4. Kepedulian Lingkungan Hidup
STS
TS
KS
N
CS
S
SS
Secara umum, saya
mengetahui bagaimana
menjaga lingkungan hidup
0%
0%
4%
2%
4%
22%
68%
Secara umum saya
mengetahui bahwa menjaga
lingkungan hidup sama
dengan menjaga
kelangsungan hidup usaha
2%
2%
4%
2%
4%
40%
46%
Saya selalu menggunakan
bahan-bahan
(perlengkapan dan bahan
baku) usaha yang ramah
lingkungan
Saya selalu menjaga agar
limbah usaha tidak
mencemari lingkungan
hidup
Saya selalu memilah limbah
usaha yang organik dan non
organik
12%
16%
16%
16%
6%
24%
10%
2%
0%
14%
16%
8%
22%
38%
10%
0%
28%
34%
6%
2%
20%
Secara umum, saya selalu
membeli peralatan usaha
yang ramah lingkungan
22%
14%
18%
8%
18%
16%
4%
14%
13%
Pernyataan
Rata-rata
8%
5%
8%
21%
31%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
4.3
Kesadaran Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan muncul ketika responden menghasilkan limbah usaha.
Dari range antara 1-3 yaitu nilai “0-2,4” dikategorikan tidak sadar, nilai “>2,44,8” dikategorikan biasa dan nilai “>4,8” dikategorikan sadar. Hasil menunjukkan
bahwa responden tidak sadar akan biaya lingkungan yaitu dengan nilai “2,36”.
Responden tidak sadar akan biaya lingkungan dan tidak membebankan biaya
lingkungan sebagai beban usaha. Bahkan responden juga tidak mengetahui bahwa
biaya lingkungan adalah salah satu tanggung jawab usaha. Apabila terjadi selokan
28
mampet karena pembuangan limbah salon pelaku bisnis menganggap itu adalah
suatu kewajiban bukan karena responden sadar tentang adanya biaya lingkungan.
Responden tidak memiliki pengetahuan mengenai biaya lingkungan yang
diperlukan dalam usaha, responden juga tidak memiliki pengetahuan yang cukup
untuk setiap pengeluaran yang dilakukan untuk biaya lingkungan. Seperti sudah
dijelaskan
diatas
responden
hanya
membayar
iuran
kebersihan
untuk
membersihkan selokan tempat membuang limbah cair dari usaha jasa salon
tersebut. Usaha jasa salon tidak selamanya menggunakan bahan-bahan dan alatalat yang ramah lingkungan seperti penggunaan zat-zat berbahaya dalam pewarna
rambut, pelurus rambut, bleaching dan lain-lain. Limbah usaha yang dihasilkan
dari usaha jasa salon sebagian besar adalah limbah cair jadi responden
berpendapat tidak ada yag perlu diolah dari limbah cair usaha jasa salon tersebut.
Responden tidak membebankan biaya lingkungan sebagai bagian dari biaya
usaha, responden berpendapat untuk membersihkan selokan tempat limbah cair
dibuang adalah suatu kewajiban, tidak perlu membebankan biaya lingkungan
kedalam biaya usaha.
29
Tabel 5. Jawaban Responden Mengenai Kesadaran Biaya Lingkungan
Pernyataan
Jawaban Responden
(Rata-Rata)
2
Secara umum, saya mengetahui bahwa biaya
lingkungan adalah tanggung jawab usaha
Saya memiliki pengetahuan yang baik mengenai biaya
lingkungan yang diperlukan dalam usaha
Secara umum, saya mengetahui setiap pengeluaran
yang dilakukan untuk biaya lingkungan
3
2
Saya mengetahui biaya menggunakan bahan-bahan
usaha ramah lingkungan
2,3
Saya mengetahui biaya yang harus dikeluarkan untuk
mengolah limbah usaha
Saya membebankan biaya lingkungan sebagai bagian
dari beban usaha
2,5
2,4
2,366666667
Rata-rata
Sumber : Hasil olahan, November 2013
Tabel 6. Kesadaran Biaya Lingkungan
Pernyataan
Secara umum, saya mengetahui bahwa
biaya lingkungan adalah tanggung
jawab usaha
Saya memiliki pengetahuan yang baik
mengenai biaya lingkungan yang
diperlukan dalam usaha
Secara umum, saya mengetahui setiap
pengeluaran yang dilakukan untuk
biaya lingkungan
Saya mengetahui biaya menggunakan
bahan-bahan usaha ramah lingkungan
Saya mengetahui biaya yang harus
dikeluarkan untuk mengolah limbah
usaha
Saya membebankan biaya lingkungan
sebagai bagian dari beban usaha
Rata-rata
STS
TS
KS
N
CS
S
14%
42%
32%
12%
0%
0%
0%
22%
30%
26%
20%
2%
0%
0%
22%
28%
34%
14%
2%
0%
0%
22%
40%
24%
12%
2%
0%
0%
16%
40%
26%
16%
0%
2%
0%
20%
38%
28%
14%
0%
0%
0%
19%
36% 29% 15%
1%
0%
0%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
30
SS
4.4
Pengetahuan Biaya
Pengetahuan biaya adalah hal paling dasar yang harus diketahui pelaku
bisnis dalam mendirikan usahanya. Bisa dilihat dari hasil kuesioner yang
menunjukkan bahwa responden secara umum mengetahui bagaimana mengelola
biaya usaha dan bahkan responden mengetahui komponen-komponen biaya usaha.
Responden sudah cukup lama menggeluti atau menjalankan usaha jasa salon
tersebut, sehingga para responden sudah mempunyai pengalaman yang cukup
dalam mengelola biaya usaha. Walaupun dalam preferensi keuntungan laba atau
profit mendapatkan urutan ke tiga, para responden tetap mengukur kinerja
usahanya dalam profit atau keuntungan karena pada dasarnya dalam mendirikan
usaha apapun pelaku bisnis selalu ingin mendapatkan keuntungan walapun tidak
menjadi prioritas utama. Responden selalu memilahkan pengeluaran usaha yang
dilakukan dengan pengeluaran pribadi hal ini bertujuan agar usaha jasa salon ini
dapat melangsungkan kehidupan usahanya atau going concern.
Responden
berpendapat enggan mencampur adukkan pengeluaran usaha dan pengeluaran
pribadi karena akan mengacaukan keuangan usaha responden tersebut.
Pengeluaran biaya usaha bagi responden hanya untuk membeli alat-alat salon,
membayar jasa pegawai salon dan untuk membeli produk-produk yang digunakan
untuk pewarnaan rambut, pelurusan rambut, pengritingan rambut, dan lain-lain.
Biaya lingkungnan sama sekali tidak dibebankan dalam biaya usaha salon.
31
Tabel 7. Pengetahuan Biaya
Pernyataan
STS
TS
KS
N
CS
S
SS
Secara umum, saya menegetahui
bagaimana mengelola biaya usaha
0%
0%
2%
0%
6%
22%
70%
Saya selalu mengukur kinerja usaha
saya dalam profit (keuntungan)
Saya mengetahui bagaimana mengelola
biaya usaha
2%
0%
0%
2%
8%
28%
60%
0%
0%
0%
4%
12%
28%
56%
Saya mengetahui komponen-komponen
biaya usaha
Saya memiliki pengalaman yang cukup
untuk mengelola biaya usaha
0%
0%
0%
6%
14%
34%
46%
0%
0%
0%
4%
12%
24%
60%
Saya memilahkan pengeluaran usaha
yang dilakukan dengan pengeluaran
pribadi
Saya mengetahui bagaimana
membebankan biaya usaha dalam
perhitungan harga produk/jasa maupun
profit/keuntungan
4%
0%
0%
10%
6%
20%
60%
0%
2%
10%
22%
24%
24%
18%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
4.5
Pengetahuan Biaya Lingkungan
Hasilnya sangat disayangkan karena responden tidak memiliki pengetahuan
mengenai biaya lingkungan, bahkan komponen-komponen biaya lingkunganpun
responden tidak mengerti. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan hasil
kuesioner yang menyatakan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik
mengenai biaya usaha. Tidak heran kenapa para responden tidak memiliki
pengetahuan yang baik mengenai biaya lingkungan hal ini dikarenakan para
responden beranggapan bahwa selama ini limbah yang dihasilkan tidak merusak
lingkungan sehingga responden tidak perlu mengetahui tentang biaya lingkungan
dan komponen-komponen biaya lingkungan. Pelaku bisnis usaha jasa salon
berpendapat bahwa limbah usaha jasa salon hampir sama dengan limbah rumah
32
tangga, sehingga wajar apabila responden tidak mengetahui tentang biaya
lingkungan dan komponen-komponen biaya lingkungan. Responden sudah
mengeluarkan iuran rutin untuk membersihkan lingkungan didaerahnya, misalnya
pembersihan sungai, selokan dan lain-lain. Iuran rutin untuk membersihkan
lingkungan terutama selokan tempat pembuangan limbah cair usaha jasa salon ini
dianggap sebagai kewajiban atau bentuk tanggung jawab untuk kebersihan
lingkungan bagi para responden. Jadi, para responden berpendapat tidak perlu
mengetahui biaya lingkungan dan komponen-komponennya atau bahkan harus
membebankan biaya lingkungan kedalam biaya usaha untuk membersihkan
lingkungan atau selokan tempat pembuangan limbah cair usaha jasa salon
tersebut.
Tabel 8. Pengetahuan Biaya Lingkungan
Pernyataan
STS
TS
KS
N
CS
S
SS
Secara umum, saya mengetahui
bagaimana mengelola biaya
lingkungan
Saya memiliki pengalaman yang
cukup untuk mengelola biaya
lingkungan
Secara umum, saya memiliki
pengetahuan mengenai biaya
lingkungan
12%
22%
34%
30%
2%
0%
0%
14%
26%
32%
28%
0%
0%
0%
16%
22%
34%
26%
2%
0%
0%
Saya mengetahui komponenkomponen biaya lingkungn
20%
44%
22%
14%
0%
0%
0%
Saya mengetahui bagaimana
membebankan biaya lingkungan
dalam biaya usaha
16%
44%
28%
12%
0%
0%
0%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
33
4.6
Gaya Pengeluaran Individu
Hasil menunjukkan bahwa responden lebih berani untuk mengeluarkan
biaya yang digunakan untuk usaha dibandingkan pengeluaran pribadi, karena
responden memilah-milah antara pengeluaran usaha dan pengeluaran pribadi.
Pengeluaran untuk kepentingan usaha dianggap lebih penting bagi responden
karena dianggap untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.
Responden lebih menekan pengeluaran kepentingan pribadi dengan cara
berhemat. Bahkan responden selalu mengecek uang yang ada ketika memutuskan
untuk membeli sesuatu karena untuk memastikan agar tidak melakukan
pengeluaran
yang
sia-sia.
Hasil
juga
menunjukkan
responden
cukup
mengkuatirkan pengeluaran uang terutama pengeluaran uang untuk kepentingan
pribadi. Walaupun responden tidak membebankan biaya lingkungan kedalam
bagian biaya usaha dan walaupun pengeluaran pribadi sangat diperhitungkan
pengeluarannya para responden tetap memiliki tanggung jawab dalam iuran
pembersihan lingkungan khususnya selokan tempat pembuangan limbah cair
usaha jasa salon tersebut.
34
Tabel 9. Gaya Pengeluran Individu
Pernyataan
STS
TS
KS
N
CS
S
SS
Ketika saya melakukan pengeluaran
untuk kepentingan usaha, saya selalu
merasa seperti melakukan
pengeluaran menggunakan uang
pribadi saya
Bagi saya sangat penting untuk
mengetahui usaha saya tidak
melakukan pengeluaran yang sia-sia
Saya selalu mengecek uang yang ada
ketika saya memutusan untuk
membeli sesuatu
Saya selalu hati-hati dalam
melakukan pengeluaran pribadi
dibandingkan pengeluaran usaha
Saya jarang mengkuatirkan
pengeluaran uang
40%
24%
6%
2%
2%
10%
16%
0%
0%
0%
0%
2%
44%
54%
0%
0%
0%
2%
4%
36%
58%
2%
2%
0%
2%
6%
42%
46%
30%
10%
12%
16%
10%
10%
12%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
5.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari peneitian ini adalah pelaku bisnis usaha jasa salon di
Salatiga menganggap indikator kualitas dan biaya usaha yang rendah sebagai
indikator yang paling penting dalam usahanya, alasannya adalah pelaku bisnis
ingin mendapatkan pelanggan yang banyak dengan memberikan kualitas yang
baik. Sangat disayangkan bahwa indikator produk/jasa ramah lingkungan dan
indikator limbah tidak mencemari lingkungan menempati posisi terakhir.
Walapun menempati posisi terakhir bukan berarti pelaku bisnis usaha jasa salon
tidak peduli terhadap lingkungan. Secara umum pelaku bisnis usaha jasa salon di
Salatiga peduli terhadap lingkungan, namun pelaku bisnis usaha jasa salon ini
tidak memiliki pengetahuan mengenai green accunting, tidak sadar akan biaya
lingkungan sehigga tidak membebankan biaya lingkungan dalam biaya usahanya.
35
Walaupun pelaku bisnis usaha jasa salon tidak membebankan biaya lingkungan
kedalam bagian biaya usaha, pelaku bisnis usaha jasa salon tetap memiliki
tanggung jawab dalam iuran pembersihan lingkungan khususnya selokan tempat
pembuangan limbah cair usaha jasa salon tersebut.
5.2
Saran
Dari kesimpulan diatas peneliti memberikan saran kepada pelaku bisnis
usaha jasa salon di Salatiga untuk lebih peduli terhadap lingkungan misalnya
dengan menempatkan indikator limbah tidak mencemari lingkungan sebagai
indikator yang penting dalam usahanya. Karena menurut peneliti menjaga
lingkungan hidup sama dengan menjaga kelangsungan hidup usaha. Sebaiknya
diadakan sosialisasi mengenai green accounting kepada pelaku bisnis usaha jasa
salon di Salatiga agar pelaku bisnis usaha jasa salon di Salatiga dapat mencegah,
mengurangi dan menghindari dampak terhadap lingkungan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Ball, A. 2005, “Environmental; accounting and change in UK local government”.
Accounting, Auditing & Accountability Journal. Vol. 18, No., pp. 46373.
Bebbington, J. 1997, “Engagement, education,and sustainability”.
Accounting,Auditing and Accountability Journal.Volume 10. No 3.,
pp.365-381.
Carter dan Usry. 2006, “Cost Accounting”, Salemba Empat. Jakarta.
Choi, J.S. 1999, “An investigation of the initial voluntary environmental
disclosures made in Korean semiannual inancial report”. Pacific
Accounting Review. Palmerston North, June, Vol.11, Iss. 1; pp. 73.
Gray, R., Kouhy, R. and Lavers S. 1995,“Corporate Social and Environmental
Reporting : A Review of the Literature and a Longitudinal Study of UK
Disclosure”. Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 8, 4777.
Hansen, R dan M. Mowen. 2005, “Management Accounting”.7th Edition.
Diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Jakarta.
Salemba Empat.
Harahap, S.S. 2002, Teori Akuntansi. edisi revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
37
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009, “Standar Akuntansi Keuangan”. Salemba
Empat. Jakarta.
Ikhsan, Arfan, 2008, Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. Edisi
pertama.Penerbit: Graha Ilmu, Yogyakarta.
Indonesia Expanding Horizon, 2003, Bank Dunia: Mengelola Lingkungan Hidup.
Kartikasri, 2012, “Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan”
Lindrianasari. 2007, “Hubungan antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas
Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan di
Indonesia” JAAI. Vol 11. No2.
Sahid., 2002, Akuntansi Lingkungan: Info Jakstra Good governance, Pemeriksa,
No. 86, pp: 38-42.
Susilo Joko, 2008, “Green Accounting Di Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi
Kasus Antara Kabupaten Sleman Dan Kabupaten Bantul”, Jaai Volume 12
No. 2, Desember 2008:149 – 165.
United
States
Environmental
Protection
Agency (EPA),
1995,
An
Introduction to Environmental Accounting as a business management
tool: key concepts and Terms. June.
Uno, Kimio dan Bartelmus, Peter. 2004, “Environmental Accounting in Theory
and Practice”. Kluwer Publisher.
Utomo, M. M. 2001, “Wacana Akuntansi Alternatif”. Aksamala Institute.
Februari.
38
Paranoan, 2010, “Akuntansi Lingkungan Dan Penerapannya Di Indonesia”
Yuliusman,2008, “Akuntansi Lingkungan: Meningkatkan Keunggulan Kompetitif
dan Mendorong Investasi”
http://adi04wahyudi.wordpress.com/pendidikan/akuntansi-biaya-lingkungan/
http://ratna0412.wordpress.com/2010/06/09/green-accounting/
: http://soalusmstan.com/hijau-akuntansi-lingkungan-akuntansi.html
39
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
NAMA
:
NAMA USAHA
:
ALAMAT
:
JENIS USAHA
:
USIA
:
JENIS KELAMIN
:
PREFERENSI KEPENTINGAN
Isilah dengan urutan kepentingan (1 – 6)
KEPENTINGAN
URUTAN
KE
Omset / Penjualan
Laba / Keuntungan
Biaya Usaha Rendah
Kualitas Jasa / Produk
Produk/Jasa ramah lingkungan
Limbah tidak mencemari lingkungan
KEPEDULIAN LINGKUNGAN HIDUP
Isi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat Setuju
No
PERNYATAAN
1
Secara umum, saya mengetahui bagaimana
menjaga lingkungan hidup
2
Secara umum saya mengetahui bahwa menjaga
lingkungan hidup sama dengan menjaga
kelangsungan hidup usaha
3
Saya selalu menggunakan bahan-bahan
(perlengkapan dan bahan baku) usaha yang
ramah lingkungan
4
Saya selalu menjaga agar limbah usaha tidak
mencemari lingkungan hidup
5
Saya selalu memilah limbah usaha yang
organik dan non organik
6
Secara umum, saya selalu membeli peralatan
usaha yang ramah lingkungan
40
1
2
3
4
5
6
7
KESADARAN BIAYA LINGKUNGAN
Isi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat Setuju
No
PERNYATAAN
1
Secara umum, saya mengetahui bahwa biaya
lingkungan adalah tanggung jawab usaha
2
Saya memiliki pengetahuan yang baik
mengenai biaya lingkungan yang diperlukan
dalam usaha
3
Secara umum, saya mengetahui setiap
pengeluaran yang dilakukan untuk biaya
lingkungan
4
Saya mengetahui biaya menggunakan bahanbahan usaha ramah lingkungan
5
Saya mengetahui biaya yang harus dikeluarkan
untuk mengolah limbah usaha
6
Saya membebankan biaya lingkungan sebagai
bagian dari beban usaha
1
2
3
4
5
6
7
4
5
6
7
PENGETAHUAN BIAYA
Isi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat Setuju
No
PERNYATAAN
1
Secara umum, saya mengetahui bagaimana
mengelola biaya usaha
2
Saya selalu mengukur kinerja usaha saya dalam
profit (keuntungan)
3
Saya mengetahui bagaimana mengelola biaya
usaha
4
Saya mengetahui komponen-komponen biaya
usaha
5
Saya memiliki pengalaman yang cukup untuk
mengelola biaya usaha
6
Saya memilahkan pengeluaran usaha yang
dilakukan dengan pengeluaran pribadi
7
Saya mengetahui bagaimana membebankan
biaya usaha dalam perhitungan harga
produk/jasa maupun perhitungan
profit/keuntungan
41
1
2
3
PENGETAHUAN BIAYA LINGKUNGAN
Isi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat Setuju
No
PERNYATAAN
1
Secara umum, saya mengetahui bagaimana
mengelola biaya lingkungan
2
Saya memiliki pengalaman yang cukup untuk
mengelola biaya lingkungan
3
Secara umum, saya memiliki pengetahuan
mengenai biaya lingkungan
4
Saya mengetahui komponen-komponen biaya
lingkungan
5
Saya mengetahui bagaimana membebankan
biaya lingkungan dalam biaya usaha
1
2
3
4
5
6
7
4
5
6
7
GAYA PENGELUARAN INDIVIDU
Isi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat Setuju
No
PERNYATAAN
1
Ketika saya melakukan pengeluaran untuk
kepentingan usaha, saya selalu merasa seperti
melakukan pengeluaran menggunakan uang
pribadi saya
2
Bagi saya sangat penting untuk mengetahui
usaha saya tidak melakukan pengeluaran yang
sia-sia
3
Saya selalu megecek uang yang ada ketika saya
memutuskan untuk membeli sesuatu
4
Saya selalu hati-hati dalam melakukan
pengeluaran pribadi dibandingkan pengeluaran
usaha
5
Saya jarang mengkuatirkan pengeluaran uang
42
1
2
3
Lampiran 2
Responden Penelitian
Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Nama Usaha
Liliek Salon
Salon Atiek
Ratna Salon
Red-O Salon
Aura Salon
Diwan Salo
The Jeff Salon
Salon Ayu
Queen Salon
Salon Ika
Bee Salon
Salon Hans
V. Salon
Tresna Salon
Ani Salon
Salon Dina
Salon Rayi
Salon Ella
Lilis Salon
Yuliand Salon
Watik Salon
Dialoka Salon
Salon Srikandi
Salon Permata
Titin Salon
Gracia Salon
Salon Arwin
K. Tuti Salon
Arty Salon
Isma Salon
Salon Kencana
Salon Lieke
Salon Donny
Salon Harry Andrian
Salon Evi
Alamat
Shoping Centre Salatiga
Jl. Tanjung IV no: 15 Salatiga
Monginsidi
Kemiri 2
Kemiri 2
Kemiri 1
Cemara Raya
Monginsidi
Komplek Tamansari
Klaseman
Jl. Merak 45 Klaseman
Jl. Wahid Hasim no 9
Jl. Osamaliki 78
Jl. Merak no 20
Jl. Merak no 64
Jl. Merak no 68
Jl. Sidomulyo
Jl. Tegalrejo Raya
Jl. Tegalrejo Raya no 33
Jl. Tegalrejo Raya
Jl. Raya Argoboyo
Jl. Argomas Timur 2
Perum. Argomulyo Blok A5 Salatiga
Perum. Argomulyo 10 Ledok
Jl. Kalibodri
Jl. Nanggulan no 45
Jl. Tanggulrejo Salatiga
Jl. Tembus Tamansari Blok A no 124
Jl. Tembus Tamansari Blok A
Jl. Tembus Tamansari Blok A
Jl. Tembus Tamansari no 14
Shoping Centre Ruko Belakang no 19
Jl. Salatiga Paza
Salatiga Plaza G8
Jl. A. Yani no 16 Salatiga
43
No
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Nama Usaha
Ratna Salon
Iwan Salon
Andre Setiawan Salon
Nayla Salon
Puspa Rini
Brenda Salon
Salon Vensy
Salon Alliya
Asis Salon
DC Salon
Angela Salon
Fanny Salon
Nevy Salon
Hosana Salon
Salon Lukssita
Alamat
Jl. Tanjung
Jl. Pemotongan
JL. dr. Sumardi no 13
Jl. Dliko Indah
JL. Dliko Indah no 18
Jl. Kota Baru 254
JL. Dliko Indah 3 no 168
Jl. Diponegoro no 112
Jl. Turen no 1B
Jl. Kemiri Raya RT:02 RW:11
Jl. Kemiri 2 no 21
Jl. Kemiri 3 RT:03 RW:9
Jl. Monginsidi no 38
Kemiri Raya
Jl. Merdeka Utara G14
44
Lampiran 3
Jawaban Responden
1. Preferensi Kepentingan
PREFERENSI KEPENTINGAN
NO
Omset
Laba
BUR
Kualitas
P/JRL
Limbah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
6
4
4
3
3
2
3
3
2
5
5
2
4
3
3
2
4
3
3
3
6
4
3
4
3
4
3
4
5
6
3
1
4
3
2
2
3
6
6
3
3
2
4
3
5
2
4
4
5
2
4
1
1
3
2
3
3
5
5
2
1
6
4
4
4
1
1
5
2
4
2
4
3
4
2
2
1
3
2
3
4
2
4
1
1
1
1
4
2
1
1
1
1
4
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
2
1
1
2
2
2
2
5
5
4
6
5
5
3
3
4
6
5
5
5
2
5
6
5
3
5
6
6
6
6
5
6
4
3
6
6
6
5
5
6
6
6
4
6
5
6
6
6
6
6
5
6
4
6
5
5
5
5
6
5
45
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Rata-rata
4
3
4
4
3
2
4
5
4
5
3
5
4
5
4
4
3
4
3
4
3
5
3,66
3
2
3
3
2
3
5
4
5
4
5
4
3
4
5
3
4
5
4
2
4
4
3,46
2
6
2
2
4
4
3
1
2
2
2
3
2
1
3
2
1
1
5
3
2
3
2,8
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
2
2
1
1
1
1
1,32
6
4
5
5
5
6
2
3
3
3
4
2
5
3
2
5
5
3
2
6
5
6
4,36
5
5
6
6
6
5
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
5
6
2
5,48
2. Kepedulian Terhadap Lingkungan Hidup
KEPEDULIAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
NO
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
1
2
3
4
5
7
7
7
3
3
6
6
7
2
3
7
6
1
4
3
7
7
7
3
3
7
1
3
3
3
6
3
7
3
2
46
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
7
7
5
7
7
4
6
7
6
7
7
7
7
7
7
7
7
6
7
7
6
7
7
7
7
5
6
6
7
6
6
6
7
7
7
6
7
7
7
7
7
7
5
7
1
3
6
6
6
7
7
7
7
7
6
6
7
6
7
7
7
7
7
6
7
5
6
6
7
6
6
6
6
7
6
6
7
6
7
6
3
3
4
7
7
6
7
6
5
7
5
6
3
2
6
1
3
1
2
1
2
6
2
6
4
3
4
2
2
3
6
3
4
4
2
4
5
6
6
6
7
7
6
7
1
6
7
7
6
7
7
6
5
4
7
4
4
7
4
5
6
7
3
7
4
3
4
5
3
3
6
6
7
6
6
6
7
7
6
7
47
7
3
4
7
1
3
1
3
3
5
4
4
4
7
1
7
7
1
4
4
7
4
4
7
5
4
7
3
4
4
4
3
4
3
3
3
4
6
5
3
3
3
5
6
7
1
5
5
5
5
5
6
1
1
6
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
3
3
2
3
3
5
5
5
4
3
6
6
6
6
4
46
47
48
49
50
Rata-rata
7
7
7
7
6
6
7
4
7
7
6
6
6
4
1
2
1
4
7
5
4
4
3
5,5
4
3
4
4
7
4
4
4
2
2
1
4
3. Kesadaran Biaya Lingkungan
KESADARAN BIAYA LINGKUNGAN
NO
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
3
2
2
3
4
2
3
4
3
1
1
2
1
3
2
2
2
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
3
1
5
2
1
1
2
1
4
1
2
2
3
3
4
4
4
2
3
3
3
4
3
1
3
2
1
1
3
1
4
1
1
2
3
4
4
4
5
2
3
3
3
4
4
1
4
4
2
1
3
1
4
1
1
2
2
4
5
1
1
3
2
2
4
4
2
1
4
3
2
1
6
1
3
1
1
2
2
3
4
3
4
2
2
2
2
4
1
1
4
3
2
1
3
1
3
1
1
2
3
4
3
3
4
48
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Rata-rata
2
3
2
3
4
2
3
3
2
2
1
2
1
2
3
2
3
3
2
2
3
1
1
2
2
2
3
2
2
2
2
4
4
4
2
3
2
3
2
2
2
3
1
3
2
3
3
2
1
3
2
1
1
2
1
3
1
3
2
2
4
3
4
2
3
3
3
2
1
2
2
2
3
2
3
2
3
1
3
2
1
3
2
1
3
1
2
49
2
2
3
3
1
2
2
3
2
2
1
2
2
2
3
3
2
3
2
2
3
3
1
2
2
2
1
2
2,3
2
4
4
3
3
1
4
3
3
2
1
2
2
2
3
3
2
3
2
2
3
2
1
2
2
2
2
2
2,5
2
4
4
3
3
1
3
2
2
2
1
2
2
2
3
3
4
3
2
2
3
2
1
2
2
3
2
1
2,4
4. Pengetahuan Biaya
PENGETAHUAN BIAYA
NO
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
7
7
7
5
3
7
7
5
7
7
7
6
7
7
7
6
6
7
7
7
6
7
6
7
7
7
7
7
7
7
5
7
7
1
7
5
5
7
7
4
6
7
7
7
7
7
7
7
7
6
7
7
7
6
7
6
6
7
6
7
7
6
7
5
7
7
6
7
7
5
7
7
7
5
7
7
7
4
7
6
6
4
6
7
7
6
7
5
6
7
7
7
7
6
7
7
6
7
7
6
7
7
4
7
7
7
6
7
7
7
7
7
6
6
4
6
6
7
7
7
6
6
6
7
7
7
4
6
6
6
5
6
6
7
7
4
7
7
7
6
7
7
6
5
7
7
6
4
7
7
7
5
7
6
7
6
7
7
5
5
7
7
5
7
7
7
7
7
4
7
7
1
6
4
1
6
7
7
7
7
5
7
7
6
7
4
4
7
7
6
6
4
5
7
6
6
7
7
6
7
7
3
7
6
3
6
6
7
7
7
7
7
6
5
6
6
5
6
4
4
3
5
4
6
3
4
5
4
2
4
4
50
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Rata-rata
7
6
6
7
7
6
7
7
7
7
7
6
7
6
7
6
7
6,6
7
7
7
7
7
6
5
6
6
7
7
6
6
6
7
6
7
6
7
6
6
7
7
6
5
6
6
6
7
5
7
5
7
7
7
6
5
6
6
6
7
5
5
5
7
6
7
5
7
5
7
7
7
6
7
7
6
7
7
7
6
6
7
6
7
5
6
6
7
7
7
6
7
7
7
7
7
6
7
7
7
7
7
6
7
7
7
5
6
6,1
3
5
4
4
4
5
4
5
6
5
6
5
5
5
7
5
6
5
5. Pengetahuan Biaya Lingkungan
PENGETAHUAN BIAYA LINGKUNGAN
NO
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
3
4
4
4
3
1
3
4
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
2
3
4
2
3
3
3
4
3
1
4
4
1
1
3
4
3
3
3
4
4
2
1
3
3
1
1
2
4
3
2
1
2
4
4
3
3
3
1
1
2
3
2
2
1
2
2
51
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Rata-rata
2
2
3
4
3
2
3
2
1
3
4
5
1
2
4
3
4
3
4
4
3
2
1
2
2
1
3
2
3
1
2
2
3
4
4
3
4
2,9
2
1
4
4
3
2
2
2
1
2
3
4
1
3
4
4
4
3
4
4
3
1
1
2
2
1
3
2
2
1
3
2
2
3
4
4
4
3
2
2
3
4
3
2
3
2
1
3
4
5
1
2
4
3
4
3
4
3
3
2
1
2
2
1
3
2
3
1
2
2
3
4
4
3
4
2,8
52
2
2
2
4
2
2
2
1
1
2
2
4
1
2
2
3
4
3
2
3
2
2
2
3
3
3
1
2
1
1
2
2
2
3
3
4
4
2
1
1
2
3
3
2
2
1
2
2
2
4
2
2
2
3
4
4
2
3
2
4
3
3
3
2
2
2
1
1
2
2
2
3
3
3
4
2
6. Gaya Pengeluaran Individu
GAYA PENGELUARAN INDIVIDU
NO
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
1
7
1
3
1
1
7
4
6
7
1
7
7
7
7
6
1
1
1
6
2
1
2
2
2
2
2
3
3
2
1
2
1
7
7
7
6
7
7
7
5
7
7
7
6
7
6
7
7
7
6
6
7
7
6
7
6
7
6
6
6
7
6
6
7
6
6
7
7
6
7
7
7
6
7
7
7
7
7
6
6
7
6
7
6
7
7
6
7
6
6
6
6
6
6
7
7
4
6
7
7
7
5
1
2
7
5
7
7
6
7
7
7
6
6
7
6
6
7
4
6
7
6
6
6
5
7
6
7
6
6
6
3
1
2
4
1
3
7
5
4
4
1
1
2
1
2
1
1
4
6
1
3
7
7
7
6
7
6
3
4
4
7
6
4
53
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Rata-rata
1
5
6
7
6
2
1
2
1
1
1
1
2
1
1
1
2
3
7
6
6
6
6
6
6
7
6
6
7
7
7
7
7
7
6
6,5
5
7
7
6
7
7
7
6
7
7
7
7
7
7
7
5
6
7
54
6
7
7
6
6
7
7
6
7
6
6
6
7
7
7
7
6
6
5
1
1
3
2
1
1
1
2
1
3
5
5
5
1
4
6
3,4
Download