BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
I.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuningan merupakan logam paduan antara tembaga (Cu) dan seng (Zn).
Konsentrasi seng (Zn) yang terdapat di dalam kuningan berkisar antara 10-40%.
Kuningan banyak digunakan di industri yang menggunakan air laut, antara lain
sebagai material untuk pipa, tube, tube plate, baffle, serta valves dari alat penukar
panas. Pada alat tersebut sering terbentuk suatu genangan air atau endapan tanah
lumpur yang membentuk biofilm. Biofilm merupakan tempat yang cocok bagi
bakteri-bakteri anaerob untuk tumbuh dan berkembang. Aktivitas bakteri-bakteri
tersebut dapat menimbulkan korosi pada kuningan.
Kuningan sangat rawan terhadap SCC (Stress Corrosion Cracking) dan
dezinsifikasi. Dezinsifikasi adalah bentuk dari serangan korosi yang melarutkan
komponen aktif seng (Zn) secara selektif. Dezinkifikasi ada 2 bentuk yaitu:
1. Layer Type (arah serangan sejajar permukaan)
2. Plug Type (arah serangan kedalam paduan sehingga tegak lurus
permukaan)
Korosi adalah kerusakan material akibat interaksi dengan lingkungan.
Dalam sektor industri, terjadinya korosi dapat menimbulkan berbagai kerugian
yang sangat besar. Hal tersebut disebabkan kerugian akibat korosi meliputi
berbagai bidang yaitu bidang ekonomi, keselamatan kerja (safety), maupun dalam
hal konservasi sumber daya alam. Korosi pada instalasi industri merupakan suatu
hal yang tidak dapat dihindari. Korosi menjadi hal yang penting karena biaya
perawatan dan perbaikan bertambah bila terjadi kerusakan pada bahan, khususnya
logam.
Korosi yang terjadi akibat interaksi dengan lingkungan umumnya
disebabkan oleh reaksi dari logam dengan lingkungannya, seperti CO2, H2S, O2,
ion Cl-, serta berbagai komponen lain yang terdapat di udara, air, tanah, dan aliran
proses suatu industri. Maka upaya pencegahan yang ditimbulkan korosi tersebut
adalah pemilihan material harus lebih baik, proses proteksi katodik, proses
pengecatan, inhibisi dan lain sebagainya.
1
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, didapati fakta bahwa korosi dapat
disebabkan oleh mikroorganisme yang lebih berbahaya daripada korosi yang
disebabkan oleh abrasi, elektrokimia maupun zat Kimia, sebab kerusakan yang
ditimbulkan oleh mikroorganisme ini merupakan gabungan dari efek zat kimia,
kelakuan mekanik dan elektrokimia.
Korosi mikrobiologi merupakan kerusakan logam yang terjadi baik secara
langsung
maupun
tidak
langsung
sebagai
efek
proses
metabolisme
mikroorganisme (bakteri) yang menggunakan senyawa-senyawa kimia sebagai
sumber energi dan nutrisinya. Hasil metabolisme ini dapat menghasilkan senyawa
kimia lain yang korosif atau yang bersifat katalis bagi reaksi korosi.
Mikroorganisme yang menimbulkan korosi antara lain adalah dari genus
Desulfovibrio, Desulftomaculum, Desulfomonas, Thiobacillus, dan Beggiatoa.
Umumnya, korosi mikrobiologi berhubungan dengan kombinasi aktivitas
antara bakteri pereduksi sulfat (Sulfate-reducing Bacteria / SRB) dan bakteri
pengoksidasi sulfur (Sulfur-oxidizing Bacteria).
Jika peralatan yang terbuat dari kuningan terkorosi dalam air laut yang
mengandung SRB maka yang terjadi adalah korosi mikrobiologis. Karena
mengganggu proses, oleh sebab itu harus dikendalikan. Metode penanggulangan
korosi mikrobiologis dapat dilakukan dengan penambahan inhibitor.
I.2
Perumusan Masalah
Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti mekanisme korosi yang
berkaitan dengan metabolisme SRB. Khusus untuk kuningan dan paduan-paduan
Cu umumnya yang bersifat oligodinamik perlu diketahui mekanisme korosi
mikrobiologisnya.
Dalam hal penanggulangan korosi kuningan oleh bakteri, inhibitor yang
digunakan harus mampu berfungsi sebagai inhibitor korosi kuningan dan sebagai
biosida. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian efektifitas beberapa inhibitor
dalam menghambat korosi oleh bakteri, serta kemampuannya sebagai biosida.
2
I.3
Tujuan Penelitian
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui keefektifan Kalium Vanadat, Na-Benzoat dan
Glutaraldehid dalam menginhibisi korosi mikrobiologis kuningan oleh SRB
dalam lingkungan air laut alami.
I.4
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian di atas, maka ruang lingkup penelitian
yang akan dilakukan, ditetapkan sebagai berikut:
1. Pengukuran laju korosi mikrobiologis kuningan pada lingkungan air laut
yang mengandung SRB dengan penambahan Kalium Vanadat, NaBenzoat dan Glutaraldehid
2. Pengukuran laju korosi kuningan dalam lingkungan air laut alami yang
mengandung SRB menggunakan metode kehilangan berat.
3. Penentuan perubahan populasi SRB dalam media air laut dengan variasi
penambahan Kalium Vanadat, Na-Benzoat dan Glutaraldehid dan waktu
perendaman.
4. Analisa mikrobiologis untuk penentuan populasi SRB menggunakan
metode MPN (Most Probable Number).
3
Download