sistem pencernaan - Sri Mutarsih, S.Pd.

advertisement
SISTEM PENCERNAAN
1. PENDAHULUAN
Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Tubuh manusia
memperoleh tenaga dan energi dari makanan. Fungsi makanan antara lain
menyediakan materi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh serta
memperbaiki jaringan yang rusak. Yang diperlukan tubuh sebenarnya zat
makanan atau sari makanan yang terkandung didalam bahan makanan yang
kita konsumsi mengandung zat makanan yang siap dipakai oleh tubuh. Untuk
dapat dipakai pastinya bahan makanan haruslah dicerna terlebih dahulu, untuk
itu dibutuhkan alat – alat pencernaan.
Proses pencernaan ini dibagi menjadi dua cara yaitu yang pertama secara
mekanik (dengan bantuan otot - otot) dan secara kimiawi (dengan bantuan
saliva, enzim maupun getah). Dan hasilnya yaitu zat – zat makanan yang
dapat digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas hidupnya. Organ –
organ pencernaan terdiri atas : mulut (gigi lidah dan saliva), esophagus
(kerongkongan), lambung, usus halus, usus besar.
2.
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
 Bacalah dengan cermat semua buku – buku yang mendukung
 Carilah yang sekiranya sulit dimengerti dan tanyakan
 Carilah semua yang bermanfaat dari sumber – sumber yang mendukung
modul ini
3.
STANDAR KOMPETENSI
Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu ,
kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas
4. KEMAMPUAN PRASYARAT
Proses pencernaan ini memiliki fungsi untuk proses pemecahan bahan
makanan
menjadi
molekul
yang
berguna
bagi
tubuh
kita.
Lalu
hasil
pemecahan itu diserap oleh alat pencernaan untuk diedarkan oleh darah dan
diangkut keseluruh tubuh kita untuk kebutuhan fisiologis tubuh. Dan sisa dari
system pencernaan ini dikeluarkan oleh tubuh berupa feses dan air (H2O).
Maka dari itu kita haruslah mengetahui mana makanan yang baik untuk tubuh
kita. Yaitu makanan yang bergizi.
PRETEST
5.
a. Jelaskan fungsi system pencernaan?
b. Apa saja organ pencernaan pada manusia ? sebutkan !
c. Bagaimana mekanisme pemecahan makanan pada usus halus?
d. d.Jelaskan mekanisme jalannya proses pencernaan dari mulut hingga
anus ?
6. INDIKATOR

Menganalisis variasi dan komposisi makanan serta menyusun menu
seimbang.

Memahami jenis dan kandungan makanan yang bergizi.

Mengidentifikasi struktur, fungsi, dan proses dalam system pencernaan
makanan pada manusia dan hewan ruminasia.

Mengaitkan struktur, fungsi, dan proses system pencernaan makanan pada
manusia dan hewan ruminasia.

Mengidentifikasikan gangguan
/ kelainan yang terjadi pada system
pencernaan makanan.
7.
URAIAN MATERI
Gambar : Struktur system pencernaan manusia
1) Mulut
Dilakukan pencernaan secara mekanik oleh gigi dan kimiawi oleh ludah yang
dihasilkan
Kelenjar
Parotis,
Submandibularis
dan
Sublingualis
yang
mengandung enzim Amilase (Ptyalin).
2) Lambung
Dilakukan
secara
mekanik
dan
kimiawi,
Sekretin
yaitu
hormon
yang
merangsang pankreas untuk mengeluarkan sekretnya. Renin yaitu enzim yang
mampu menggumpalkan Kasein (sejenis protein) dalam susu.
Fungsi HCI Lambung :
a.
Merangsang keluamya sekretin
b.
Mengaktifkan Pepsinogen menjadi Pepsin untuk memecah protein.
c.
Desinfektan
d. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang
empdu mengeluarkan getahnya.
3) Usus
Di
dalam
Duodenum
terdapat
getah
pankreas
(bersifat
basa)
yang
mengandung Steapsin (Lipase), Amilase dan Tripsinogen.
Enterokinase adalah suatu aktivator enzim. Dalam usus halus makanan
diabsorbsi. Usus memperluas bidang penyerapan dengan melakukan jonjot
usus (Villi).
Dalam usus besar (Kolon), air direabsorbsi serta sissa makanan dibusukkan
menjadi feses selanjutnya dibuang melalui anus (Proses Defekasi).
Sistem Pencernaan Makanan Hewan Memamah Biak
Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia :
1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa
tetumbuhan seperli rumput
2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lobar.
3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.
4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum
dan Abomasum.
Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas
mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan
kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain.
Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:
3
3
0
0
0
0
0
0
Rahang atas
M
P
C
I
I
C
P
M
Jenis gigi
3
3
0
4
4
0
3
3
Rahang bawah
I = insisivus = gigi seri
C = kaninus = gigi taring
P = premolar = geraham depan
M = molar = geraham belakang
Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak)
tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi
geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya
untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang
terdiri atas 50% selulosa.
Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus
(kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi
(mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan
sekitar 5 cm.
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut.
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara
yang akan dimamah kembali (kedua kah). Selain itu, pada lambung juga terjadi
proses pembusukan dan peragian.
Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan
abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya.
Kapasitas
rumen
80%,
retikulum
5%,
omasum
7-8%,
dan
abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot
sfinkter berkontraksi.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang
sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,
polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh
bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke
retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan
yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan Jimuntahkan kembali ke mulut
untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk
diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi
enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke
abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses
pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak
selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di
abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati,
namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah
biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti
pada manusia.
Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung
seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan
yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung
bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di
lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses
pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada
sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang
kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan
kembali. Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat
makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci.
Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan
sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar
dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan
kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu
dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk
mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas
yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh
organisme
bersama
feses,
sehingga
di
dalam
feses
(tinja)
hewan
yang
mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas
bio).
Gangguan Dan Kelainan Sistem Pencernaan
Gangguan Sistem Pencernaan
 Apendikitis yaitu
Radang usus buntu.
 Diare yaitu Feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat.
 Kontipasi (Sembelit) yaitu Kesukaran dalam proses Defekasi (buang air
besar)
 Maldigesti
yaitu Terlalu banyak makan atau makan suatu zat yang
merangsang lambung.
 Parotitis
yaitu Infeksi pada kelenjar parotis disebut juga GondonG
 Tukak Lambung/Maag yaitu "Radang" pada dinding lambung, umumnya
diakibatkan infeksi Helicobacter pylori
 Xerostomia yaitu Produksi air liur yang sangat sedikit
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola
makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara
gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis,
kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).
Diare
Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi
lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini
disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu,
atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama
menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi
dehidrasi.
 Konstipasi (Sembelit)
Sembelit terjadi jika kim masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air
terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit
ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan
berserat dan banyak mengkonsumsi daging.

Tukak Lambung (Ulkus)
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim.
Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagianbagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah
terjadinya
tukak
lambung.
Tukak
lambung
menyebabkan
berlubangnya
dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar
tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.
Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut:
Peritonitis;
merupakan
peradangan
pada
selaput
perut
(peritonium).
Gangguan lain adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang
lambung, seperti alkohol dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang
disebut kolik. Sedangkan produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul
rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah kalau
lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang pada
akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada
lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula apendiks
terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut apendisitis.
 Zat Makanan
Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh adalah
- karbohidrat
- lemak
- protein
- vitamin
- mineral
- air
Makanan sehat harus terdiri dari zat-zat nutrien (zat gizi) antara lain :
1. Protein
Mengandung asam amino (essensial dan non essensial). Kebutuhan protein
untuk orang dewasa adalah 1 gram/kg.BB/hari. Jika kebutuhan tersebut
berlebih, maka kelebihannya akan dibuang melalui ginjal dalam bentuk urea Þ
inilah yang disebut Nitrogen Balans.
Asam Amino Essensial adalah asam amino yang tidak dapat dibuat sendiri oleh
tubuh, jadi harus didatangkan dari luar.
Misalnya : Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, dsb.
Protein tidak menghasilkan energi
2. Lemak (Lipid)
Diperlukan sebagai pelarut beberapa vitamin, sebagai "bantalan lemak"
(pelindung jaringan tubuh) dan penghasil energi yang besar (9 kal/g).
Kebutuhan lemak untuk orang dewasa adalah 0,5 - 1 gram/kg.BB/hari.
3. Karbohidrat
Sebagai penghasil energi (4 kal/g). Kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan
disimpan dalam bentuk lemak.
4. Garam-Garam Mineral
- Kalsium (Ca)
Þ
Untuk
membentuk
matriks
tulang,
membantu
proses penggumpalan darah dan mempengaruhi
penerimaan rangsang oleh saraf. Kebutuhannya
adalah 0,8 g/hari.
- Fosfor (P)
Þ
Untuk
membentuk
matriks
tulang,
diperlukan
dalam pembelahan sel, pada pengurutan otot,
metabolisme zat. Kebutuhannya adalah 1 mg/hari.
- Besi (Fe)
Þ
Merupakan komponen penting sitokrom (enzim
pernafasan), komponen penyusun Hemoglobin.
Kebutuhannya adalah 15 - 30 mg/hari.
- Fluor (F)
Þ
Untuk menguatkan geligi.
- lodium (I)
Þ
Komponen penting dalam hormon pertumbuhan
(Tiroksin),
terjadi
kekurangan
sebelum
atau
unsur
tersebut
sesudah
dapat
pertumbuhan
berhenti
-
Natrium
(NaCl)
&
KlorÞ
Untuk
pembentukan
asam
Kebutuhannya adalah 1 g/hari.
klorida
(HCl).
5. Vitamin
Diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil, tidak menghasilkan energi.
Kekurangan vitamin dapat menyebabkan Penyakit Defisiensi.
Vitamin Yang Larut Dalam Air (Water Soluble Vitamins)
- B1 (Aneurin =Þ Untuk mempengaruhi absorbsi lemak dalam usus.
Thiamin)
- B2
Defisiensinya menyebabkan Beri-Beri dan Neuritis.
(RiboflavinÞ Transmisi rangsang sinar ke mata. Defisiensinya akan
= Laktoflavin)
- Asam
mengakibatkan Katarak, Keilosis.
NikotinÞ Proses
(Niasin)
pertumbuhan,
perbanyakan
sel
dan
anti
pelagra. Defisiensi akan menyebabkan Pelagra dengan
gejala 3 D: Dermatitis, Diare, Dimensia.
- B6
(PiridoksinÞ Untuk pergerakan peristaltik usus. Defisiensi akan
= Adermin)
menyebabkan Kontipasi (Sembelit).
Asam Pantotenat Þ Defisiensi akan menyebabkan Dermatitis
PABA
(ParaÞ Untuk mencegah timbulnya uban
Amino
Asam
Benzoat)
Kolin
Þ Defisiensi akan menimbulkan timbunan lemak pada
hati.
Biotin
(VitaminÞ Defisiensi akan menimbulkan gangguan kulit
H)
Asam Folat
Þ Defisiensi akan menimbulkan Anemia defisiensi asam
folat.
B12
Þ Defisiensi akan menimbulkan Anemia Pernisiosa
(Sianokobalamin)
Vitamin C (AsamÞ Berfungsi
Askorbinat)
dalam
pembentukan
sel,
pembuatan
trombosit. Defisiensi akan menimbulkan pendarahan
gusi, karies gigi, pendarahan di bawah kulit. Pada
jeruk selain vitamin C ditemukan pula zat Sitrin dan
Rutin yang mampu menghentikan pendarahan. Zat
tersebut ditemukan olelj Sant-Gyorgi disebut pula
Vitamin P.
Vitamin Yang Larut Dalam Lemak (Lipid Soluble Vitamins)
- Vitamin
AÞ
(Aseroftol)
Berfungsi dalam pertumbuhan sel epitel, mengatur
rangsang sinar pada saraf mata. Defisiensi awal akan
menimbulkan gejala Hemeralopia (rabun senja) dan
Frinoderma (kulit bersisik). Kemudian pada mata akan
timbul Bercak Bitot setelah itu mata akan mengering
(Xeroftalmia)
akhirnya
mata
akan
hancur
(Keratomalasi).
- Vitamin D
Þ
Mengatur
kadar
kapur
dan
fosfor,
(Kalsiferol
=
Ergosterol) memperlancar proses Osifikasi. Defisiensi
akan menimbulkan Rakhitis. Ditemukan oleh McCollum,
Hesz dan Sherman.
- Vitamin
EÞ
Berperan dalam meningkatkan Fertilitas.
(Tokoferol)
- Vitamin K (AntiÞ
Hemoragi)
Ditemukan oleh Dam dan Schonheydcr. Berfungsi
dalam pembentukan protrombin. Dibuat dalam kolon
dengan bantuan bakteri Escherichia coli
Zat aditif
Tetapi, selain zat-zat makanan tersebut di atas, di dalam makanan kita masih
terdapat zat-zat lain yang pada umumnya tidak mempunyai nilai gizi.
Zat-zat ini disebut zat tambahan (additives) pada makanan, yaitu :
Zat tambahan untuk membuat makanan menjadi lebih menarik
kelihatannya, lebih sedap bau dan rasanya dan lebih awet bila disimpan.
Zat tambahan yang bercampur dengan makanan pada waktu dalam
proses
penyediaan/pembuatan bahan makanan.
Zat tambahan im harus aman penggunaannya, yaitu tidak mengganggu
kesehatan
URAIAN BEBERAPA ZAT TAMBAHAN
Zat warna: tujuan penambahan ialah membuat makanan lebih menarik.
Ada 2 macam zat warna:
a. Zat Warna Nabati,
yaitu yang berasal dari alam/tumbuh-tumbuhan.
seperti warna hijau dari daun suji (daun pandan) dan
warna kuning atau jingga dari kunir (kurkuma).
b. Zat Warna Sintetik,
B.
yang umumnya dibuat dari ter batubara
Zat warna ini tidak boleh digunakan untuk makanan,
karena beracun. Penelitian menunjukkan bahwa
beberapa zat warna itu dapat menimbulkan penyakit
Zat Penyedap (penguat rasa) : Tujuan penambahan ialah agar
makanan lebih sedap rasa dan baunya
C.
Zat Pengawet
Penggunaan gula dan garam sebagai pengawet sudah diketahui orang banyak.
Untuk makanan dalam kaleng umumnya digunakan zat pengawet lain,
misalnya natrium benzoat. nipagin, sendawa dan asam sitrat. Ada kalanya
digunakan juga antibiotik.Minyak dan lemak jika tidak disimpan baik, lama
kelamaan menjadi tengik. Peristiwa ini terjadi karena asam lemakyang tidak
jenuh dalam bahan ini teroksidasi.Udara, cahaya dan kerja bakteri adalah
penyebabnya.
Untuk
mencegah
proses
ini
pada
minyak
atau
lemak
ditambahkan zat pengawet yang tergolong "antioksidan".
Contohnya:
-
butil hidroksi anisol (BHA)
-
butil hidroksi toluena (BHT)
Biasanya antioksidan digunakan bersama dengan asam sitrat atau asam
askorbat (vitamin C) yang fungsinya untuk memperkuat kerja antioksidan
itu.Zat tambahan golongan lainnya yang secara tidak sengaja bercampur
dengan makanan ialah bahan-bahan kimia yang digunakan dalam bidang
pertanian dan peternakan, misalnya senyawa organoklor.Karena itu kita harus
mencuci bersih lebih dahulu sayuran dan buah-buahan yang akan kita makan
untuk mencegah keracunan oleh bahan kimia itu. Hormon-hormon yang
sekarang sering diberikan kepada hewan potong untuk
mempercepat
pertumbuhannya dapat juga merupakan zat pada makanan yang tidak kita
kehendaki.
D.` Zat Pemanis
Gula Pasir dan gula jawa adalah pemanis alami yang sering dipakai seharihari. Pemanis sintetis sering digunakan dalam industri minuman seperti limun,
sirup dan lain-lain. Penggunaan pemanis sintetis ini harus dibatasi karena
kelebihan pemanis sintetis dalam minuman atau makanan akan menyebabkan
penyakit.
Pemanis sintetis yang aman penggunaannya adalah gula stevita yaitu gula
yang berasal dari daun Stevita rebaudina.
Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan
zat aditif makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif
makanan di definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan
sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif
makanan sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap,
antioksidan,
pengemulsi,
pengumpal,
pemucat,pengental,danantigumpal.
Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah
merebak kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan,
tahu, ikan dan daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan. Formalin
sendiri digunakan sebagai zat pengawet agar produk olahan tersebut tidak
lekas
busuk/terjauh
dari
mikroorganisme.
Penyalahgunaan
formalin
ini
membuka kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam memilah-milah
mana
zat
aditif
yang
dapat
dikonsumsi
dan
manayangberbahaya.
Secara umum, zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua yaitu :
(a)
aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan
maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita
rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk
dan rupa, dan lain sebagainya.
(b)
aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam
jumlah
sangat
kecil
sebagai
akibat
dari
proses
pengolahan.
Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah
seperti lesitin, asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari
bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang
sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat metabolismenya seperti
karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan sintetis
mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah.
Walaupun
demikian
ada
kelemahannya
yaitu
sering
terjadi
ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya
bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat
merangsang
terjadinya
kanker
pada
hewan
dan
manusia.
Beberapa Contoh Zat Aditif
Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan
makanan, berikut adalah beberapa contoh zat aditif
Zat aditif
Contoh
Keterangan
Daun
pandan
(hijau),
kunyit
(kuning), buah coklat (coklat), wortel Pewarna alami
(orange)
Pewarna
Sunsetyellow
FCF
(orange),
Carmoisine (Merah), Brilliant Blue Pewarna sintesis
FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll
Terlalu
banyak
mengkonsumsi zat pengawet
Natrium benzoat, Natrium Nitrat,
Pengawet
akan
mengurangi
daya
Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin
tahan
tubuh
terhadap
penyakit
Pala, merica, cabai, laos, kunyit,
Penyedap alami
ketumbar
Penyedap Mono-natrium
glutamat/vetsin
(ajinomoto/sasa),
asam
cuka, Penyedap sintesis
benzaldehida, amil asetat, dll
Butil hidroksi anisol (BHA), butil
Antioksidan
Mencegah Ketengikan
hidroksi toluena (BHT), tokoferol
Hidrogen peroksida, oksida klor,
Pemutih
benzoil peroksida, natrium hipoklorit
Baik dikonsumsi penderita
Pemanis
Sakarin, Dulsin, Siklamat
diabetes, Khusus siklamat
bukan gula
bersifat karsinogen
Menjadi lebih asam, lebih
Pengatur Aluminium amonium/kalium/natrium
basa,
atau
menetralkan
keasaman sulfat, asam laktat
makanan
Aluminium silikat, kalsium silikat,
Anti
Ditambahkan
ke
dalam
magnesium karbonat, magnesium
Gumpal
pangan dalam bentuk bubuk
oksida
Rumus untuk Menghitung Berat Badan Ideal
Ternyata, rumus untuk menghitung berat badan ideal telah ada sejak lebih dari
seabad lalu. Rumus berat badan ideal yang pertama dibuat oleh seorang ahli bedah
Perancis bernama Dr. P.P. Broca pada tahun 1897 (Halls, 2005).
Seiring
dengan
berjalannya
waktu,
Rumus
Broca
telah
mengalami
berbagai
modifikasi. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari tiga kutipan berikut.
Rumus Broca seperti yang dikutip dari tulisan Steven B. Halls (2005) adalah :
Wanita : Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 15%
Pria: Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 10%
Sedangkan Rumus Broca yang dikutip dari publikasi di Website Depkes RI
adalah :
Bobot badan ideal (kg) = 90% x {tinggi badan (cm) - 100} x 1 kg
Khusus untuk pria dengan tinggi badan kurang dari 160 cm dan wanita kurang
dari 150 cm, digunakan rumus : Bobot badan ideal (kg) = {tinggi badan (cm)
- 100} x 1 kg
Interpretasi : seseorang dikatakan underweight bila bobot badannya kurang
dari 90% bobot badan ideal.
Lain lagi yang dipublikasikan di Pikiran Rakyat (2004) :
(Tinggi Badan - 100) - 10% (Tinggi Badan - 100) , untuk usia <= 30 th
Tinggi Badan - 100, untuk usia > 30 th
Tetapi banyak orang menggunakan rumus yang sangat disederhanakan, yaitu
:
Berat Badan Ideal = (Tinggi Badan - 100) - 10% (Tinggi Badan - 100)
Kemudian tahun 1974 Dr. BJ Devine mempublikasikan sebuah rumus baru
untuk menghitung berat badan ideal. Rumus tersebut adalah (Halls, 2005) :
Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 50 + 2.3 kg per inch over 5 feet
Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 45.5 + 2.3 kg per inch over 5 feet
Rumus Devine ini sebenarnya dibuat untuk digunakan dalam dunia medis,
yaitu menghitung dosis obat-obat tertentu seperti digoksin, teofilin, atau
gentamisin. Tetapi kemudian penggunaannya semakin meluas. Sebagian besar
rumus-rumus penghitung berat badan ideal yang dipajang di situs-situs
internet menggunakan rumus ini.
Pada tahun 1983, Dr. JD Robinson mempublikasikan rumus penghitung berat
badan ideal yang dimodifikasi dari rumus Devine (Halls, 2005).
Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 52 kg + 1.9 kg for each inch over 5
feet
Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 49 kg + 1.7 kg for each inch over
5 feet
Modifikasi rumus Devine juga dilakukan oleh Dr. DR Miller. Rumus tersebut
adalah (Halls, 2005) :
Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 56.2 kg + 1.41 kg for each inch over
5 feet
Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 53.1 kg + 1.36 kg for each inch
over 5 feet
Baik Rumus Devine, Robinson, maupun Miller tampaknya hanya tersedia
dalam satuan inci dan feet (kaki). Sedangkan satuan dalam cm tidak penulis
temukan saat tulisan ini dibuat.
Rumus lain yang banyak digunakan untuk mengetahui status berat badan
adalah Indeks Massa Tubuh (IMT atau BMI, body mass index). Rumus ini lazim
digunakan di bidang kesehatan termasuk oleh WHO (World Health
Organization).
Pada rumus IMT, status berat badan dihitung dengan membandingkan berat
badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Rumusnya adalah :
IMT = BB / (TBxTB)
Jika nilai IMT sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan berikut
Nilai IMT < 18,5 = Berat badan kurang
Nilai IMT 18,5 - 22,9 = Normal
Nilai IMT 23-24,9 = Normal Tinggi
Nilai IMT 25,0 - 29,9 = Gemuk
Nilai IMT >= 30,0 = Gemuk Banget
Sumber : Adaptasi dari Kriteria WHO
Contoh penggunaan rumus IMT : Misal, A mempunyai berat badan 60 kg
dengan tinggi badan 1,69 m, maka IMTnya adalah 60 / (1,69x1,69) = 21,01.
Dengan nilai IMT 21,01, berat badan A termasuk dalam kategori normal.
8. KEGIATAN BELAJAR
 Menjelaskan mengenai pengertian system pencernaan
 Menjelaskan alat – alat pencernaan manusia yaitu mulut, usus, lambung,
kolon, pancreas, rectum dan anus
 Menjelaskan mekanisme makan dalam tubuh
 Menjelaskan status gizi menggunakan rumus IMT
 Menjelaskan zat – zat makanan
9. RANGKUMAN
Mulut
Lambung
Usus
Sistem Pencernaan Makanan Hewan Memamah Biak
Struktur khusus sistem pencernaan hewan ruminansia :
1. Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk menjepit makanan berupa
tetumbuhan seperli rumput
2. Geraham belakang (Molare) memiliki bentuk datar dan lobar.
3. Rahang dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.
4. Struktur lambung memiliki empat ruangan, yaitu: Rumen, Retikulum, Omasum
dan Abomasum.
Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu
terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian,
struktur alat pencernaan kadangkadang berbeda antara hewan yang satu dengan
hewan yang lain.
Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:
3
3
0
0
0
0
0
0
Rahang atas
M
P
C
I
I
C
P
M
Jenis gigi
3
3
0
4
4
0
3
3
Rahang bawah
I = insisivus = gigi seri
C = kaninus = gigi taring
P = premolar = geraham depan
M = molar = geraham belakang
Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan
abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya.
Kapasitas
rumen
80%, retikulum
5%,
omasum
7-8%,
dan
abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot
sfinkter berkontraksi.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang
sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,
polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh
bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke
retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan
yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan Jimuntahkan kembali ke mulut
untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk
diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi
enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke
abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses
pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak
selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di
abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati,
namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah
biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti
pada manusia.
Gangguan Dan Kelainan Sistem Pencernaan
Gangguan Sistem Pencernaan
o
Apendikitis yaitu
Radang usus buntu.
o
Diare yaitu Feses yang sangat cair akibat peristaltik yang terlalu cepat.
o
Kontipasi (Sembelit) yaitu Kesukaran dalam proses Defekasi (buang air
besar)
o
Maldigesti
yaitu Terlalu banyak makan atau makan suatu zat yang
merangsang lambung.
o
Parotitis
yaitu Infeksi pada kelenjar parotis disebut juga Gondong
o
Tukak Lambung/Maag yaitu "Radang" pada dinding lambung, umumnya
diakibatkan infeksi Helicobacter pylori
o
Xerostomia yaitu Produksi air liur yang sangat sedikit
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh pola
makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di antara
gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung, peritonitis,
kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis).
Diare
Konstipasi (Sembelit)
Tukak Lambung (Ulkus)
Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh adalah
- karbohidrat
- lemak
- protein
- vitamin
- mineral
- air
Zat aditif
Tetapi, selain zat-zat makanan tersebut di atas, di dalam makanan kita masih
terdapat zat-zat lain yang pada umumnya tidak mempunyai nilai gizi.
Zat-zat ini disebut zat tambahan (additives) pada makanan, yaitu :
Zat tambahan untuk membuat makanan menjadi lebih menarik
kelihatannya, lebih sedap bau dan rasanya dan lebih awet bila disimpan.
Zat tambahan yang bercampur dengan makanan pada waktu dalam
proses
penyediaan/pembuatan bahan makanan.
URAIAN BEBERAPA ZAT TAMBAHAN

Zat warna: tujuan penambahan ialah membuat makanan lebih menarik.
Ada 2 macam zat warna:
Zat Warna Sintetik
Zat Warna Nabati

Zat Penyedap (penguat rasa)

Zat Pengawet
butil hidroksi anisol (BHA)
butil hidroksi toluena (BHT)
` Zat Pemanis
Beberapa Contoh Zat Aditif
Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan
makanan, berikut adalah beberapa contoh zat aditif
Zat aditif
Contoh
Keterangan
Daun
pandan
(hijau),
kunyit
(kuning), buah coklat (coklat), wortel Pewarna alami
(orange)
Pewarna
Sunsetyellow
FCF
(orange),
Carmoisine (Merah), Brilliant Blue Pewarna sintesis
FCF (biru), Tartrazine (kuning), dll
Terlalu
banyak
mengkonsumsi zat pengawet
Natrium benzoat, Natrium Nitrat,
Pengawet
akan
mengurangi
daya
Asam Sitrat, Asam Sorbat, Formalin
tahan
tubuh
terhadap
penyakit
Pala, merica, cabai, laos, kunyit,
Penyedap alami
ketumbar
Penyedap Mono-natrium
glutamat/vetsin
(ajinomoto/sasa),
asam
cuka, Penyedap sintesis
benzaldehida, amil asetat, dll
Butil hidroksi anisol (BHA), butil
Antioksidan
Mencegah Ketengikan
hidroksi toluena (BHT), tokoferol
Hidrogen peroksida, oksida klor,
Pemutih
benzoil peroksida, natrium hipoklorit
Baik dikonsumsi penderita
Pemanis
Sakarin, Dulsin, Siklamat
diabetes, Khusus siklamat
bukan gula
bersifat karsinogen
Menjadi lebih asam, lebih
Pengatur Aluminium amonium/kalium/natrium
basa,
atau
menetralkan
keasaman sulfat, asam laktat
makanan
Aluminium silikat, kalsium silikat,
Anti
Ditambahkan
ke
dalam
magnesium karbonat, magnesium
Gumpal
pangan dalam bentuk bubuk
oksida
Rumus untuk Menghitung Berat Badan Ideal
Ternyata, rumus untuk menghitung berat badan ideal telah ada sejak lebih
dari seabad lalu. Rumus berat badan ideal yang pertama dibuat oleh seorang
ahli bedah Perancis bernama Dr. P.P. Broca pada tahun 1897 (Halls, 2005).
Seiring dengan berjalannya waktu, Rumus Broca telah mengalami berbagai
modifikasi. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari tiga kutipan berikut.
Rumus Broca seperti yang dikutip dari tulisan Steven B. Halls (2005) adalah
:
Wanita : Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 15%
Pria: Berat Badan Ideal (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100 ± 10%
Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 50 + 2.3 kg per inch over 5 feet
Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 45.5 + 2.3 kg per inch over 5 feet
Rumus Devine ini sebenarnya dibuat untuk digunakan dalam dunia medis,
yaitu menghitung dosis obat-obat tertentu seperti digoksin, teofilin, atau
gentamisin. Tetapi kemudian penggunaannya semakin meluas. Sebagian besar
rumus-rumus penghitung berat badan ideal yang dipajang di situs-situs
internet menggunakan rumus ini.
Pada tahun 1983, Dr. JD Robinson mempublikasikan rumus penghitung berat
badan ideal yang dimodifikasi dari rumus Devine (Halls, 2005).
Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 52 kg + 1.9 kg for each inch over 5
feet
Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 49 kg + 1.7 kg for each inch over
5 feet
Modifikasi rumus Devine juga dilakukan oleh Dr. DR Miller. Rumus tersebut
adalah (Halls, 2005) :
Men: Ideal Body Weight (in kilograms) = 56.2 kg + 1.41 kg for each inch over
5 feet
Women: Ideal Body Weight (in kilograms) = 53.1 kg + 1.36 kg for each inch
over 5 feet
Baik Rumus Devine, Robinson, maupun Miller tampaknya hanya tersedia
dalam satuan inci dan feet (kaki). Sedangkan satuan dalam cm tidak penulis
temukan saat tulisan ini dibuat.
Download