4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas adalah keadaan abnormal atau akumulasi lemak yang berlebihan yang menyebabkan timbulnya resiko terhadap kesehatan (WHO, 2006). Obesitas juga merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong W.F, 2003). 2.1.2. Prevalensi dan Epidemiologi Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1.5 milliar dewasa adalah overweight dan WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar dewasa akan mengalami overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese. Sedangkan menurut RISKESDAS (2007), prevalensi obesitas pada penduduk di beberapa kota besar di Indonesa seperti di Sumatera Utara adalah sebesar 20.9%, Jakarta 26.9%, Jawa Barat 17.0%, Jawa Tengah 17.0%, Yogyakarta 18.7% dan Jawa Timur 20.4%. Secara menyeluruh, prevalensi obesitas di Indonesia adalah 19.1%. Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk Indonesia (Sugondo, 2006). Tingginya prevalensi ini telah membuat obesitas mendapat perhatian yang cukup singnifikan dalam medis. Obesitas lebih sering terjadi antara wanita dan yang menyedihkan, prevalensi pada anak-anak juga mengingkat pada taraf yang mengkhawatirkan. (Flier et al, 2005) 5 2.1.3. Klasifikasi Tipe obesitas berdasarkan persen kelebihan lemak (Misnadiarly, 2007): 1. Mild obesity Dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat badan ideal. 2. Moderate obesity Apabila berat badan individu antara 30-60% di atas berat badan ideal. 3. Morbid Penderita obesitas yang berat badannya 60% atau lebih di atas berat badan ideal. Tipe obesitas berdasarkan letak timbunan lemak (Emedicine Health, 2010): 1. Obesitas android atau tipe sentral (Apple Shape) Bila lemak banyak tertimbun di setengah bagian atas tubuh (perut, dada, punggung, muka). Pada umumnya, tipe ini dialami oleh pria. 2. Obesitas ginekoid atau tipe perifer (Pear Shape) Bila lemak tertimbun di setengah bagian bawah tubuh (pinggul dan paha). Kegemukan tipe ini biasanya dialami oleh wanita. 2.1.4. Fakor Penyebab Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya memandang dari satu sisi. Beberapa kajian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya obesitas. a. Genetik Bila kedua orang tua obesitas, maka 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas kemungkinan anak obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, kemungkinan anak menjadi obesitas adalah sebesar 14%. Ada penelitian menunjukkan ratarata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang (Farida El Baz, 2009). 6 b. Psikologis Pola makan sangat dipengaruhi oleh emosi seseorang. Persepsi diri yang negatif merupakan salah satu daripada contoh bentuk gangguan emosi yang dapat meningkatkan pola makan individu. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda dan biasa menimbulkan kesadaran yang berlebihan serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Gangguan ini akan mengakibatkan dua pola makan abnormal yang dapat menjadi penyabit obesitas, yaitu makan dalam jumlah yang sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan (Shils, 2006). c. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obese, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007). d. Perkembagan dari kanak-kanak Dari hasil beberapa penelitian, penderita obesitas mengalami penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh (Volek JS, Vanheest JL, Forsythe CE, 2005). Obesitas biasanya terjadi pada masa kanak-kanak lagi dan bisa memiliki sel lemak 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Obesitas yang terjadi pada anak mempunyai resiko yang besar unutk menghidapi obese pada waktu dewasa (Barnes LA, Opitz JM, 2007). e. Pola makan Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan 7 penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007). f. Sosial ekonomi Pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Syarif, 2003). 2.1.5. Diagnosa Penentuan kriteria obesitas ada berbagai macam, dan obesitas dapat ditentukan dengan cara langsung atau tidak langsung (Rahmatullah, 2009). a. IMT (Index Massa Tubuh) Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuardrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT tidak bergantung pada umur maupun jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin tidak berkorenspondensi untuk derajat kegemukan pada populasi yang berbeda dikarenakan perbedaan proporsi tubuh pada mereka (WHO, 2000). Tabel. 2.1. Klassifikasi Internasional untuk underweight, overweight dan obesitas pada berdasarkan IMT referensi WHO 2004 (kg/m2) Klasifikasi IMT BB kurang (underweight) < 18.50 Normal 18.50 - 24.99 BB lebih (overweight) ≥ 25.00 Berisiko (pre-obese) 25.00 - 29.99 Obese, kelas I 30.00 - 34.99 Obese, kelas II 35.00 - 39.99 Obese, kelas III ≥ 40.00 8 Tabel. 2.2. Klasifikasi berdasarkan graf CDC Persentil >95 75-95 25 – 75 <25 Kategori obesitas overweight normal kurang Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh : Berdasarkan metode pengukuran IMT menurut WHO 2011, pengukuran indeks massa tubuh dilakukan dengan cara sampel diukur terlebih dahulu berat badannya menggunakan alat timbangan badan dan kemudian diukur tinggi badannya lalu hasilnya dimasukkan ke dalam rumus di bawah : IMT = Berat Badan (kilogram) Tinggi Badan2(meter) Hasil yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan tabel klasifikasi IMT di atas. b. Lingkar Pinggang Selain IMT, metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang. Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis (Alberti, 2005). Tabel. 2.3. Kriteria ukuran pinggang berdasarkan etnis: Negara/grup etnis Lingkar pinggang (cm) pada obesitas Eropa Pria > 94 Wanita > 80 Asia Selatan Populasi China, Pria > 90 Wanita > 80 Melayu, dan Asia-India China Pria > 90 Wanita > 80 Jepang Pria > 90 Wanita > 80 Amerika Tengah Gunakan rekomendasi Asia Selatan hingga tersedia data spesifik Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik Timur Tengah Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik 9 c. Waist-To-Hip Ratio (Flier Et Al, 2005) Selain IMT dan lingkar perut, rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul merupakan alternative klinis yang praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar perut dengan lingkar pinggul berhubungan dengan besarnya resiko untuk terjadinya gangguan kesehatan. Tabel. 2.4. Rasio Lingkar perut dan pinggul Jenis Kelamin Ukuran RLPP Normal Wanita < 0.85 Pria < 0.90 2.1.6. Penatalaksanaan a. Diet Dianjurkan diet dengan rendah kalori tetapi cukup gizi. b. Pengaturan aktivitas fisik Peningkatan aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Dianjurkan untuk melakukan aktivita s fisik selama 20-30 menit per hari (Syarif, 2003). c. Obat-obatan Obat-obatan yang banyak digunakan untuk obesitas terdiri dari obat penahan nafsu makan di antaranya adalah golongan Amfetamin. Obat yang meningkatkan metabolisme tubuh misalnya preparat Tiroid dan obat pemacu keluarnya cairan tubuh misalnya Diuretika. Namun obat-obat tersebut bila digunakan dalam jangka panjang akan menyebabkan efek samping sangat merugikan tubuh. Oleh karena itu penggunaannya sebaiknya disertai kontrol ketat. 10 2.1.7. Komplikasi Komplikasi bagi obesitas termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe-2, obstruksi saluran pernapasan, Obstructive Sleep Apnea dan lain lagi. 2.1.8. Prognosis Jika ditangani dengan baik dan tepat dalam penurunan berat badan maka prognosisnya baik. Namun jika dibiarkan maka obesitas akan berlanjut dan bisa sampai terjadi komplikasi. 2.2. Kalori Kalori merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan jumlah energi. Pada umumnya kalori digunakan untuk menunjukkan jumlah energi yang terkandung dalam makanan. Kalori dapat diperoleh dari asupan nutrisi yang mengandung nutrisi, seperti karbohidrat, lemak, protein, dan alkohol. Jumlah kalori dalam makanan diperlukan untuk memperhitungkan keseimbangan energi. Apabila jumlah kalori yang dikonsumsi lebih kecil dari kalori yang digunakan, berat badan akan berkurang karena cadangan energi dari lemak akan digunakan. Sebaliknya, apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar dari kalori yang digunakan, berat badan akan meningkat. Kelebihan energi pun akan disimpan sebagai lemak. Tubuh membutuhkan energi (yang disebut kalori) dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pembagian kalori yang seimbang mengacu pada Piramida Makanan. Kebutuhan kalori harian tiap individu berbeda-beda. Namun, secara umum Departemen Kesehatan RI menetapkan kebutuhan kalori individu sebesar 2000kkalori/hari. Ada tiga sumber energi utama yang dapat diperoleh dari makanan, antara lain karbohidrat, protein dan lemak. Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Satu gram karbohidrat setara dengan 4 kkalori. Protein merupakan zat pembangun sel dan berperan dalam memperbaiki bagian tubuh yang rusak. Protein juga merupakan nutrisi untuk mendukung pembentukan otot serta berperan dalam metabolisme tubuh serta sistem imun selain berperan sebagai 11 sumber energi. Satu gram protein setara dengan 4 kkalori. Lemak berfungsi sebagai cadangan energi dan pelindung organ tubuh. Kelebihan kalori dari asupan makanan akan disimpan sebagai cadangan energi. Karena itu, konsumsi karbohidrat atau protein yang berlebih akan diubah tubuh menjadi lemak. Asupan lemak harian perlu diperhatikan. Pasalnya, kelebihan asupan lemak mengakibatkan penumpukan lemak yang memicu obesitas dan peningkatan kolesterol. Kadar kolesterol yang tinggi dapat memicu penyakit jantung koroner yang berakibat pada kematian. Satu gram lemak setara dengan 9 kkalori. 2.3. Aktivitas Fisik 2.3.1. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010, Physical Activity. In Guide to Community Preventive Services Website, 2008). Menurut Proof Andrew Booth, aktivitas fisik seseorang dikira tinggi apabila melakukan aktivitas fisik lebih dari 3 kali dalam seminggu, dan setiap sesi harus lebih dari 20 menit. Jika kurang dari itu dikira aktivitas rendah. 2.3.2. Manfaat Aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang menguntungkan terhadap kesehatan yaitu : a. Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis dan, lain-lain. b. Berat badan terkendali. c. Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat. d. Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional. e. Lebih percaya diri. f. Lebih bertenaga dan bugar. 12 g. Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik. 2.3.3. Tipe Aktivitas Fisik Ada 3 tipe aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh yaitu : a. Ketahanan (endurance) Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan dapat membantu jantung, paru-paru, otot dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih bertenaga. Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: Berjalan kaki Lari ringan Berenang Bermain tenis b. Kelenturan (flexibility) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lentur dan sendi berfungsi dengan baik. Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti : Tai Chi Yoga c. Kekuatan (strength) Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat dan mempertahankan bentuk tubuh. Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: Push-up Naik turun tangga Angkat beban Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur(fitness)