5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan salah satu

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Air
Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk hidup dan
kehidupan manusia maupun flora, fauna dan makhluk hidup lainnya.Manusia
memerlukan air tidak hanya sebagai zat makanan untuk mendukung metabolisme
tubuh, melainkan juga untuk kepentingan lainnya seperti pembersih tubuh,
pengairan tanaman, tempat hidup hewan yang hidup di air sebagai sumber
makanan manusia. Penyediaan air untuk kehidupan di bumi diatur mengikuti
suatu siklus hidrologi, yaitu suatu siklus yang menggambarkan sirkulasi air secara
terus-menerus melalui proses alami. Melalui siklus ini, suplai air yang tersedia
bagi manusia dan organisme lainnya dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu air
permukaan dan air tanah.Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan
berkembangnya industrialisasi, kebutuhan ketersediaan air terus mengalami
peningkatan yang sangat signifikan. Penambahan penduduk dengan kegiatannya
yang semakin meningkat, telah melampaui daya dukung lingkungan, sehingga
mengakibatkan kerusakan pada aspek fisik maupun kualitas air (Fauzi, dkk.,
2011).
Peran dari lingkungan hidup seperti sungai dan danau adalah memelihara
potensi keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budidaya, transportasi, pariwisata
dan lain-lain. Semua fungsi tersebut dapat terpenuhi dengan baik jika kondisi
kuantitas dan kualitas air memenuhi syarat kebutuhan. Akan tetapi, sebagian besar
sungai dan danau telah mengalami pencemaran dari berbagai sumber (Fauzi, dkk.,
2011).
5
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan air sebagai air minum di Indonesia minimal mencapai 9,3
milyar m3/ tahun. Untuk lahan pertanian juga memerlukan air dalam jumlah yang
sangat besar.Dalam skala global dari sekitar 3.600 km3 air yang digunakan
manusia per tahun, sekitar 69% adalah untuk sektor pertanian. Bahkan di Asia
konsumsi air untuk sektor pertanian mencapai rata-rata sekitar 83% dari total air
yang digunakan manusia (Fauzi, dkk., 2011).
2.2
Gunung Berapi
Gunung berapi yang aktif akan berubah menjadi separuh aktif, padam dan
akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Sukar untuk menentukan apakah suatu
gunung berapi sudah mati ataukah masih aktif.Karena, ada juga gunung berapi
yang sudah mati kemudian aktif kembali. Gunung berapi adalah istilah yang
didefinisikan sebagai suatu saluran fluida panas yang mengandung batuan dalam
wujud cair atau lava termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan
saat meletus, saluran ini yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah
permukaan bumi sampai ke permukaan bumi,.Secara singkat, gunung berapi
adalah gunung yang masih aktif dalam mengeluarkan material di dalamnya
(Hartuti, 2009).
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terdapat di bawah gunung
berapi akan keluar sebagai lahar atau lava. Lava ini sangat panas dan berbahaya
bagi makhluk hidup.Selain aliran lava, material lain yang juga berbahaya dari
gunung yang sedang meletus adalah aliran lumpur, abu, dan gas beracun. Selain
itu, meletusnya gunung berapi juga akan mengakibatkan kebakaran hutan,
gelombang tsunami, bahkan gempa bumi (Hartuti, 2009).
6
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hartuti (2009), gunung berapi berdasarkan bentuknya terbagi
menjadi empat :
a. Stratovolcano
Gunung berapi jenis ini tersusun dari beberapa jenis batuan hasil letusan
tersusun secara berlapis-lapis.Jenis ini membentuk suatu kerucut besar (raksasa)
dan terkadang bentuknya tidak beraturan.Hal ini dikarenakan adanya letusan yang
terjadi beberapa ratus kali.Gunung Sinabung termasuk gunung berapi jenis
stratovolcano.
b. Shieldvolcano
Shieldvolcano disebut juga gunung api perisai, terjadi karena magma cair
keluar dengan tekanan rendah tanpa adanya letusan. Lereng gunung yang
terbentuk menjadi sangat landai.Di Indonesia tidak ada gunung yang berbentuk
seperti ini. Contoh gunung api perisai antara lain, Maona Loa Hawaii, Amerika
Serikat.
c. Cinder Cone
Gunung berapi jenis ini merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil
batuan vulkaniknya menyebar di sekeliling gunung.Sebagian besar gunung jenis
ini membentuk mangkuk di puncaknya. Gunung jenis ini jarang yang mempunyai
tinggi diatas 500 meter dari permukaan tanah.
d. Kaldera
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang
melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan.Gunung Bromo
termasuk ke dalam gunung jenis ini.
7
Universitas Sumatera Utara
Gunung berapi biasanya akan diberi status oleh para pengamat
kegunungapian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu gunung
sedang berproses.Berikut beberapa status dari gunung berapi yang digunakan
sebagai isyarat keadaan suatu gunung.
Tabel 2.1 Status dari Gunung berapi yang digunakan sebagai isyarat keadaan
suatu gunung.
Status
Makna
AWAS



SIAGA








WASPADA




NORMAL


Tindakan
Menandakan gunung berapi akan
segera atau sedang meletus atau
dalam keadaan kritis yang
menimbulkan bencana.
Letusan pembukaan dimulai
dengan keluarnya abu dan asap.
Letusan berpeluang terjadi dalam
waktu 24 jam.
Menandakan gunung berapi yang
sedang bergerak menuju letusan.
Peningkatan intensif kegiatan
seismik.
Semua data menunjukkan
bahwa aktivitas dapat segera
berlanjut ke letusan atau
menuju pada keadaan yang
dapat menimbulkan bencana.
Jika
terjadi
peningkatan
berlanjut, letusan dapat
terjadi dalam waktu 2 minggu
Gunung
selalu
melakukan
aktivitas dalam bentuk apa pun.
Terdapat kenaikan aktivitas di
atas level normal.
Peningkatan aktivitas vulkanis.
Sedikit perubahan aktivitas yang
diakibatkan
oleh
aktivitas
magma,
tektonik,
dan
hidrotermal.
Tidak ada gejala adanya aktivitas
tekanan magma.
Level aktivitas masih pada posisi
dasar.














Wilayah yang terancam
bahaya direkomendasikan
untuk dikosongkan.
Koordinasi
dilakukan
secara harian.
piket penuh.
Sosialisasi di wilayah
terancam.
Penyiapan sarana darurat.
Koordinasi harian.
piket penuh.
Penyuluhan/sosialisasi.
Penilaian bahaya.
Pengecekan sarana.
Pelaksanaan
piket
terbatas.
Pengamatan rutin.
Survei dan Penyelidikan
(Hartuti, 2009).
8
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hartuti (2009), gunung berapi berdasarkan frekuensi letusan di
Indonesia terbagi menjadi tiga :
a. Gunung Berapi Tipe A
Gunung berapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya
satu kali sesudah tahun 1600.Gunung Sinabung termasuk gunung berapi tipe A.
b. Gunung Berapi Tipe B
Gunung berapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi
magmetik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan
solfatara.
c. Gunung Berapi Tipe C
Gunung berapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun
masih
terdapat
tanda-tanda
kegiatan
masa
lampau
berupa
lapangan
solfatara/fumarola pada tingkat lemah.
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah “erupsi”. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona
kegempaan aktif yang berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng
terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sekitar 1.000 °C sehingga
mampu melehkan material sekitarnya membentuk cairan pijar (magma).Cairan
magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava.Suhu lava yang dikeluarkan bisa
mencapai 700-1200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu
dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa
membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung merapi sering
meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif (Hartuti,
2009).
9
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hartuti (2009), letusan gunung berapi sangatlah berbahaya bagi
makhluk hidup. Bahaya-bahaya akibat letusan gunung berapi antara lain :
a. Awan panas
Awan panas merupakan campuran material letusan antara gas dan
bebatuan (segala ukuran) yang dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh
yang terbuka seperti kepala, lengan, leher, atau kaki.Selain itu, dapat
menyebabkan sesak napas.
b. Lontaran Material (Pijar)
Lontaran material memiliki suhu yang tinggi (>200°C), ukuran
materialnya pun besar dengan diameter lebih dari 10 cm sehingga mampu
membakar, melukai, atau mematikan makhluk hidup.
c. Hujan Abu Lebat
Hujan abu lebat terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung.
Material berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan
jatuh sebagai hujan abu. Karena ukurannya yang halus, material ini akan
sangat berbahaya bagi pernapasan, mata, pencemaran air tanah, dan perusakan
tumbuh-tumbuhan.
d. Lava
Lava merupakan magma yang mencapai permukaan bersifat cairandan
bersuhu tinggi, berkisar 700-1200°C. Lava mengalir mengikuti lereng dan
membakar apa saja yng dilalui dan akan menjadi batu apabila sudah dingin.
e. Gas Beracun
Gas beracun muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab
gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang
10
Universitas Sumatera Utara
terdapat didaerah gunung api. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2,
H2S, HCl, SO2 dan CO. yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2.
2.3
Logam Berat
Logam berat adalah unsur-unsur yang memiliki bobot atom dan bobot
jenis yang tinggi, dalam jumlah tertentu dapat bersifat racun bagi makhluk hidup.
Jenis cemaran logam berat adalah arsen (As), kadmium (Cd), merkuri (Hg), timah
(Sn), tembaga (Cu) dan timbal (Pb) (Badan Standardisasi Nasional, 2009).
Pencemaran logam berat dapat terjadi pada daerah lingkungan yang
bermacam-macam dan ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu udara,
tanah/daratan dan air/lautan (Darmono, 1995).
2.3.1
Timbal (Pb)
Timbal merupakan salah satu jenis logam berat.Merupakan logam lunak
berwarna
abu-abu
kebiruan
mengkilat
serta
mudah
dimurnikan
dari
pertambangan.Timbal memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat
kimia yang aktif, sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak
timbul perkaratan. Timbal meleleh pada suhu 328 °C (662 °F), titik didih 1740 °C
(3164 °F), memiliki nomor atom 82, berat atom 207,20 dan massa jenis 11,34
g/cm3. Pencemaran timbal berasal dari sumber alami maupun limbah hasil
aktivitas manusia dengan jumlah yang terus meningkat, baik dilingkungan air,
udara maupun darat (Widowati, dkk., 2008).
Toksisitas timbal bersifat kronis dan akut. Paparan timbal secara kronis
bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuan, gangguan iritabilitas, gangguan
gastrointestinal, kehilangan libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstruasi
serta aborsi spontan pada wanita, depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya
ingat terganggu dan sulit tidur (Widowati, dkk., 2008).
11
Universitas Sumatera Utara
Toksisitas akut dapat menimbulkan gangguan gastrointestinal, seperti
kram perut, kolik, dan biasanya diawali dengan sembelit, mual, muntah-muntah
dan sakit perut yang hebat, gangguan neurologi seperti sakit kepala, bingung atau
pikiran kacau, sering pingsan dan koma, gangguan fungsi ginjal, oliguria dan
gagal ginjal (Widowati, dkk., 2008).
2.3.2
Kadmium (Cd)
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak
larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila
dipanaskan.Kadmium bersifat lentur dan tahan terhadap tekanan. Kadmium
memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4 g/mol, titik leleh 3210C, titik didih
7670C dan massa jenis 8,65 g/cm3 (Widowati, dkk., 2008).
Efek akut pajanan kadmium terutama mengakibatkan iritasi lokal.Setelah
termakan, manifestasi klinisnya berupa mual, muntah-muntah, dan nyeri perut.
Setelah penghirupan, efek yang diakibatkannya antara lain adalah edema paruparu dan pneumonitis (Lu, 1991).
Toksisitas kronis kadmium bisa merusak sistem fisiologis tubuh,
kerusakan tubulus renalis, gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan sistem
skeletal, menurunkan fungsi pulmo, empisema, kehilangan mineral tulang yang
disebabkan oleh disfungsi nefron ginjal (Widowati, dkk., 2008).
2.3.3
Tembaga (Cu)
Tembaga memiliki sistem kristal kubik yang secara fisik berwarna kuning
dan apabila dilihat menggunakan mikroskop akan berwarna pink kecoklatan
sampai keabuan. Tembaga ada dalam tubuh sebanyak 50-120 mg. Sekitar 40% ada
di dalam otot, 15% di dalam hati, 10% di dalam otak, 6% di dalam darah dan
selebihnya di tulang, ginjal dan jaringan tubuh lain. Tembaga memegang peranan
12
Universitas Sumatera Utara
penting dalam mencegah anemia dengan cara, yaitu membantu absorbsi besi,
merangsang sintesis hemoglobin dan melepas simpanan besi dalam hati
(Almatsier, 2004).
Kelebihan tembaga secara kronis menyebabkan penumpukan tembaga di
dalam hati yang dapat menyebabkan nekrosis hati.Konsumsi sebanyak 10-15 mg
tembaga sehari dapat menimbulkan muntah-muntah dan diare, berbagai tahap
pendarahan intravaskular, nekrosis sel-sel hati dan gagal ginjal.Konsumsi dosis
tinggi dapat menyebabkan kematian (Almatsier, 2004).
2.4
Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-
unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace).
Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan
tidak tergantung pada bentuk molekul logam dalam sampel tersebut. Cara ini
cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi
(batas deteksi kurang dari 1 ppm) dan pelaksanaannya relatif sederhana dan
interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007).
Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorbsi cahaya
oleh atom.Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.Cahaya pada panjang gelombang ini
mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom.Dengan
adanya absorpsi energi, berarti energi yang dimiliki lebih banyak sehingga
mengakibatkan kenaikan tingkat energi dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi
(Khopkar, 1985).
Sebagai contoh, natrium menyerap pada panjang gelombang 598
nm.Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk
13
Universitas Sumatera Utara
mengubah tingkat elektronik suatu atom yang mana transisi elektronik suatu atom
bersifat spesifik. Dengan menyerap sejumlah energi maka atom akan memperoleh
lebih banyak energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan
energinya ke tingkat eksitasi. Natrium mempunyai konfigurasi elektron 1s2, 2s2,
2p6 dan 3s1.Elektron valensi 3s1 pada keadaan dasar dapat mengalami eksitasi ke
tingkat 3p atau ke tingkat 4p (Gandjar dan Rohman, 2007).
Prinsip spektrofotometri serapan atom sama dengan spektrofotometri sinar
tampak dan ultraviolet. Perbedaannya terletak pada bentuk spektrum, cara
pengerjaan sampel dan peralatannya (Gandjar dan Rohman, 2007).
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), instrumen spektrofotometer serapan
atom diperlihatkan pada Gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom
Adapun instumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai
berikut :
a. Sumber Sinar
Sumber sinar yang dipakai adalah lampu katoda (hollow cathode
lamp).Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda
dan anoda.Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam dan
14
Universitas Sumatera Utara
dilapisi dengan logam tertentu.Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon
atau argon) (Gandjar dan Rohman, 2007).
b. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan
dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan
dasar. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu
sampel menjadi uap atom-atom yaitu:
1. Dengan nyala (flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi
bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh
nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara
suhunya sebesar 22000C (Gandjar dan Rohman, 2007).
2. Tanpa nyala (flameless)
Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil
sedikit (hanya beberapa μL), lalu diletakkan dalam tabung grafit kemudian
tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan
arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini maka zat yang akan dianalisis
berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu
sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses
penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Gandjar
dan Rohman, 2007).
c. Monokromator
Monokromator untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang
digunakan dalam analisis.Dalam monokromator terdapat chopper (pemecah sinar),
15
Universitas Sumatera Utara
suatu alat yang berputar dengan frekuensi atau kecepatan perputaran tertentu
(Gandjar dan Rohman, 2007).
d. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui
tempat pengatoman (Gandjar dan Rohman, 2007).
e. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
pencatat hasil.Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang
menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Gangguan-gangguan (interference) yang ada pada AAS adalah peristiwaperistiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi
lebih kecil atau lebih besar dari yang nilai yang sesuai dengan konsentrasinya
dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).
Menurut Gandjar dan Rohman (2007), gangguan-gangguan yang dapat
terjadi dalam AAS adalah sebagai berikut:
1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang dapat mempengaruhi
banyaknya sampel yang mencapai nyala.
Sifat-sifat tertentu matriks sampel dapat mengganggu analisis yakni
matriks tersebut dapat berpengaruh terhadap laju aliran bahan bakar/ gas
pengoksidasi.Sifat-sifat tersebut adalah viskositas, tegangan permukaan, berat
jenis dan tekanan uap. Gangguan matriks yang lain adalah pengendapan unsur
yang dianalisis sehingga jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit
dari konsentrasi yang seharusnya yang terdapat dalam sampel.
2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/banyaknya atom yang
terjadi di dalam nyala.
16
Universitas Sumatera Utara
Terbentuknya atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas di dalam
nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia, yaitu:
a. Disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna
b. Ionisasi atom-atom di dalam nyala
2.5
Validasi Metode
Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,
2004).
Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi
metode analisis menurut Harmita (2004) adalah sebagai berikut :
1. Kecermatan (accuracy)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan
ditentukan dengan dua cara yaitu :

Metode simulasi (spiked-placebo recovery)
Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke
dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran
tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang
ditambahkan (kadar yang sebenarnya).

Metode penambahan baku (standard addition method)
Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah
tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan
dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya
17
Universitas Sumatera Utara
(hasil yang diharapkan). Persen perolehan kembali ditentukan dengan
menentukan
berapa
persen
analit
yang
ditambahkan
tadi
dapat
ditemukan.Persen perolehan kembali seharusnya tidak melebihi nilai presisi
RSD. Rentang persen perolehan kembali yang diijinkan pada setiap konsentrasi
analit pada matriks dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2
Rentang persen perolehan kembali yang diijinkan pada setiap
konsentrasi analit
Jumlah analit pada sampel
Persen perolehan kembali yang diijinkan (%)
1 ppm
80-110
100 ppb
80-110
10ppb
60-115
1 ppb
40-120
(Harminta, 2004).
2. Keseksamaan (precision)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi
persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan (Harmita,
2004).
Nilai simpangan baku relatif (RSD) untuk analit dengan kadar part per
million (ppm) adalah tidak lebih dari 16% dan untuk analit dengan kadar part per
billion (ppb) RSD-nya adalah tidak lebih dari 32% (Harmita, 2004).
3. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang
hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel (Harmita, 2004).
18
Universitas Sumatera Utara
4. Linearitas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proposional terhadap konsentrasi analit dalam sampel (Harmita, 2004).
5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam
sampel yang masih dapat dideteksi tetapi tidak dikuantitasi pada kondisi
percobaan yang dilakukan.Batas deteksi dinyatakan dalam konsentrasi analit
(persen, bagian per sejuta) dalam sampel (Harmita, 2004).
Batas kuantitasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam
sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi.Batas ini dinyatakan
dalam konsentrasi analit (persen, bagian per sejuta) dalam sampel (Harmita,
2004).
6. Ketangguhan Metode
Merupakan derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel
yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis,
instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll (Harmita, 2004).
7. Kekuatan
Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan
metodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan
efek presisi dan akurasi (Harmita, 2004).
19
Universitas Sumatera Utara
Download