BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk hidup dan kehidupan manusia maupun flora, fauna dan makhluk hidup lainnya.Manusia memerlukan air tidak hanya sebagai zat makanan untuk mendukung metabolisme tubuh, melainkan juga untuk kepentingan lainnya seperti pembersih tubuh, pengairan tanaman, tempat hidup hewan yang hidup di air sebagai sumber makanan manusia. Penyediaan air untuk kehidupan di bumi diatur mengikuti suatu siklus hidrologi, yaitu suatu siklus yang menggambarkan sirkulasi air secara terus-menerus melalui proses alami. Melalui siklus ini, suplai air yang tersedia bagi manusia dan organisme lainnya dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air tanah.Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan berkembangnya industrialisasi, kebutuhan ketersediaan air terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Penambahan penduduk dengan kegiatannya yang semakin meningkat, telah melampaui daya dukung lingkungan, sehingga mengakibatkan kerusakan pada aspek fisik maupun kualitas air (Fauzi, dkk., 2011). Peran dari lingkungan hidup seperti sungai dan danau adalah memelihara potensi keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budidaya, transportasi, pariwisata dan lain-lain. Semua fungsi tersebut dapat terpenuhi dengan baik jika kondisi kuantitas dan kualitas air memenuhi syarat kebutuhan. Akan tetapi, sebagian besar sungai dan danau telah mengalami pencemaran dari berbagai sumber (Fauzi, dkk., 2011). 5 Universitas Sumatera Utara Kebutuhan air sebagai air minum di Indonesia minimal mencapai 9,3 milyar m3/ tahun. Untuk lahan pertanian juga memerlukan air dalam jumlah yang sangat besar.Dalam skala global dari sekitar 3.600 km3 air yang digunakan manusia per tahun, sekitar 69% adalah untuk sektor pertanian. Bahkan di Asia konsumsi air untuk sektor pertanian mencapai rata-rata sekitar 83% dari total air yang digunakan manusia (Fauzi, dkk., 2011). 2.2 Gunung Berapi Gunung berapi yang aktif akan berubah menjadi separuh aktif, padam dan akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Sukar untuk menentukan apakah suatu gunung berapi sudah mati ataukah masih aktif.Karena, ada juga gunung berapi yang sudah mati kemudian aktif kembali. Gunung berapi adalah istilah yang didefinisikan sebagai suatu saluran fluida panas yang mengandung batuan dalam wujud cair atau lava termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan saat meletus, saluran ini yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi,.Secara singkat, gunung berapi adalah gunung yang masih aktif dalam mengeluarkan material di dalamnya (Hartuti, 2009). Apabila gunung berapi meletus, magma yang terdapat di bawah gunung berapi akan keluar sebagai lahar atau lava. Lava ini sangat panas dan berbahaya bagi makhluk hidup.Selain aliran lava, material lain yang juga berbahaya dari gunung yang sedang meletus adalah aliran lumpur, abu, dan gas beracun. Selain itu, meletusnya gunung berapi juga akan mengakibatkan kebakaran hutan, gelombang tsunami, bahkan gempa bumi (Hartuti, 2009). 6 Universitas Sumatera Utara Menurut Hartuti (2009), gunung berapi berdasarkan bentuknya terbagi menjadi empat : a. Stratovolcano Gunung berapi jenis ini tersusun dari beberapa jenis batuan hasil letusan tersusun secara berlapis-lapis.Jenis ini membentuk suatu kerucut besar (raksasa) dan terkadang bentuknya tidak beraturan.Hal ini dikarenakan adanya letusan yang terjadi beberapa ratus kali.Gunung Sinabung termasuk gunung berapi jenis stratovolcano. b. Shieldvolcano Shieldvolcano disebut juga gunung api perisai, terjadi karena magma cair keluar dengan tekanan rendah tanpa adanya letusan. Lereng gunung yang terbentuk menjadi sangat landai.Di Indonesia tidak ada gunung yang berbentuk seperti ini. Contoh gunung api perisai antara lain, Maona Loa Hawaii, Amerika Serikat. c. Cinder Cone Gunung berapi jenis ini merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkaniknya menyebar di sekeliling gunung.Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Gunung jenis ini jarang yang mempunyai tinggi diatas 500 meter dari permukaan tanah. d. Kaldera Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan.Gunung Bromo termasuk ke dalam gunung jenis ini. 7 Universitas Sumatera Utara Gunung berapi biasanya akan diberi status oleh para pengamat kegunungapian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu gunung sedang berproses.Berikut beberapa status dari gunung berapi yang digunakan sebagai isyarat keadaan suatu gunung. Tabel 2.1 Status dari Gunung berapi yang digunakan sebagai isyarat keadaan suatu gunung. Status Makna AWAS SIAGA WASPADA NORMAL Tindakan Menandakan gunung berapi akan segera atau sedang meletus atau dalam keadaan kritis yang menimbulkan bencana. Letusan pembukaan dimulai dengan keluarnya abu dan asap. Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam. Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak menuju letusan. Peningkatan intensif kegiatan seismik. Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana. Jika terjadi peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu Gunung selalu melakukan aktivitas dalam bentuk apa pun. Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal. Peningkatan aktivitas vulkanis. Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal. Tidak ada gejala adanya aktivitas tekanan magma. Level aktivitas masih pada posisi dasar. Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan. Koordinasi dilakukan secara harian. piket penuh. Sosialisasi di wilayah terancam. Penyiapan sarana darurat. Koordinasi harian. piket penuh. Penyuluhan/sosialisasi. Penilaian bahaya. Pengecekan sarana. Pelaksanaan piket terbatas. Pengamatan rutin. Survei dan Penyelidikan (Hartuti, 2009). 8 Universitas Sumatera Utara Menurut Hartuti (2009), gunung berapi berdasarkan frekuensi letusan di Indonesia terbagi menjadi tiga : a. Gunung Berapi Tipe A Gunung berapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.Gunung Sinabung termasuk gunung berapi tipe A. b. Gunung Berapi Tipe B Gunung berapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmetik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara. c. Gunung Berapi Tipe C Gunung berapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkat lemah. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah “erupsi”. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif yang berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sekitar 1.000 °C sehingga mampu melehkan material sekitarnya membentuk cairan pijar (magma).Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava.Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua gunung merapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif (Hartuti, 2009). 9 Universitas Sumatera Utara Menurut Hartuti (2009), letusan gunung berapi sangatlah berbahaya bagi makhluk hidup. Bahaya-bahaya akibat letusan gunung berapi antara lain : a. Awan panas Awan panas merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) yang dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher, atau kaki.Selain itu, dapat menyebabkan sesak napas. b. Lontaran Material (Pijar) Lontaran material memiliki suhu yang tinggi (>200°C), ukuran materialnya pun besar dengan diameter lebih dari 10 cm sehingga mampu membakar, melukai, atau mematikan makhluk hidup. c. Hujan Abu Lebat Hujan abu lebat terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernapasan, mata, pencemaran air tanah, dan perusakan tumbuh-tumbuhan. d. Lava Lava merupakan magma yang mencapai permukaan bersifat cairandan bersuhu tinggi, berkisar 700-1200°C. Lava mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yng dilalui dan akan menjadi batu apabila sudah dingin. e. Gas Beracun Gas beracun muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang 10 Universitas Sumatera Utara terdapat didaerah gunung api. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2 dan CO. yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2. 2.3 Logam Berat Logam berat adalah unsur-unsur yang memiliki bobot atom dan bobot jenis yang tinggi, dalam jumlah tertentu dapat bersifat racun bagi makhluk hidup. Jenis cemaran logam berat adalah arsen (As), kadmium (Cd), merkuri (Hg), timah (Sn), tembaga (Cu) dan timbal (Pb) (Badan Standardisasi Nasional, 2009). Pencemaran logam berat dapat terjadi pada daerah lingkungan yang bermacam-macam dan ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu udara, tanah/daratan dan air/lautan (Darmono, 1995). 2.3.1 Timbal (Pb) Timbal merupakan salah satu jenis logam berat.Merupakan logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan.Timbal memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Timbal meleleh pada suhu 328 °C (662 °F), titik didih 1740 °C (3164 °F), memiliki nomor atom 82, berat atom 207,20 dan massa jenis 11,34 g/cm3. Pencemaran timbal berasal dari sumber alami maupun limbah hasil aktivitas manusia dengan jumlah yang terus meningkat, baik dilingkungan air, udara maupun darat (Widowati, dkk., 2008). Toksisitas timbal bersifat kronis dan akut. Paparan timbal secara kronis bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuan, gangguan iritabilitas, gangguan gastrointestinal, kehilangan libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstruasi serta aborsi spontan pada wanita, depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu dan sulit tidur (Widowati, dkk., 2008). 11 Universitas Sumatera Utara Toksisitas akut dapat menimbulkan gangguan gastrointestinal, seperti kram perut, kolik, dan biasanya diawali dengan sembelit, mual, muntah-muntah dan sakit perut yang hebat, gangguan neurologi seperti sakit kepala, bingung atau pikiran kacau, sering pingsan dan koma, gangguan fungsi ginjal, oliguria dan gagal ginjal (Widowati, dkk., 2008). 2.3.2 Kadmium (Cd) Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila dipanaskan.Kadmium bersifat lentur dan tahan terhadap tekanan. Kadmium memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4 g/mol, titik leleh 3210C, titik didih 7670C dan massa jenis 8,65 g/cm3 (Widowati, dkk., 2008). Efek akut pajanan kadmium terutama mengakibatkan iritasi lokal.Setelah termakan, manifestasi klinisnya berupa mual, muntah-muntah, dan nyeri perut. Setelah penghirupan, efek yang diakibatkannya antara lain adalah edema paruparu dan pneumonitis (Lu, 1991). Toksisitas kronis kadmium bisa merusak sistem fisiologis tubuh, kerusakan tubulus renalis, gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan sistem skeletal, menurunkan fungsi pulmo, empisema, kehilangan mineral tulang yang disebabkan oleh disfungsi nefron ginjal (Widowati, dkk., 2008). 2.3.3 Tembaga (Cu) Tembaga memiliki sistem kristal kubik yang secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat menggunakan mikroskop akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Tembaga ada dalam tubuh sebanyak 50-120 mg. Sekitar 40% ada di dalam otot, 15% di dalam hati, 10% di dalam otak, 6% di dalam darah dan selebihnya di tulang, ginjal dan jaringan tubuh lain. Tembaga memegang peranan 12 Universitas Sumatera Utara penting dalam mencegah anemia dengan cara, yaitu membantu absorbsi besi, merangsang sintesis hemoglobin dan melepas simpanan besi dalam hati (Almatsier, 2004). Kelebihan tembaga secara kronis menyebabkan penumpukan tembaga di dalam hati yang dapat menyebabkan nekrosis hati.Konsumsi sebanyak 10-15 mg tembaga sehari dapat menimbulkan muntah-muntah dan diare, berbagai tahap pendarahan intravaskular, nekrosis sel-sel hati dan gagal ginjal.Konsumsi dosis tinggi dapat menyebabkan kematian (Almatsier, 2004). 2.4 Spektrofotometri Serapan Atom Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur- unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat sekelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk analisis sekelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm) dan pelaksanaannya relatif sederhana dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007). Metode spektrofotometri serapan atom berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom.Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom.Dengan adanya absorpsi energi, berarti energi yang dimiliki lebih banyak sehingga mengakibatkan kenaikan tingkat energi dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi (Khopkar, 1985). Sebagai contoh, natrium menyerap pada panjang gelombang 598 nm.Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk 13 Universitas Sumatera Utara mengubah tingkat elektronik suatu atom yang mana transisi elektronik suatu atom bersifat spesifik. Dengan menyerap sejumlah energi maka atom akan memperoleh lebih banyak energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat eksitasi. Natrium mempunyai konfigurasi elektron 1s2, 2s2, 2p6 dan 3s1.Elektron valensi 3s1 pada keadaan dasar dapat mengalami eksitasi ke tingkat 3p atau ke tingkat 4p (Gandjar dan Rohman, 2007). Prinsip spektrofotometri serapan atom sama dengan spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaannya terletak pada bentuk spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya (Gandjar dan Rohman, 2007). Menurut Gandjar dan Rohman (2007), instrumen spektrofotometer serapan atom diperlihatkan pada Gambar 2.1 berikut ini. Gambar 2.1 Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom Adapun instumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut : a. Sumber Sinar Sumber sinar yang dipakai adalah lampu katoda (hollow cathode lamp).Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda.Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam dan 14 Universitas Sumatera Utara dilapisi dengan logam tertentu.Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) (Gandjar dan Rohman, 2007). b. Tempat Sampel Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan dasar. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu: 1. Dengan nyala (flame) Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 22000C (Gandjar dan Rohman, 2007). 2. Tanpa nyala (flameless) Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel diambil sedikit (hanya beberapa μL), lalu diletakkan dalam tabung grafit kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2007). c. Monokromator Monokromator untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis.Dalam monokromator terdapat chopper (pemecah sinar), 15 Universitas Sumatera Utara suatu alat yang berputar dengan frekuensi atau kecepatan perputaran tertentu (Gandjar dan Rohman, 2007). d. Detektor Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman (Gandjar dan Rohman, 2007). e. Readout Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencatat hasil.Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2007). Gangguan-gangguan (interference) yang ada pada AAS adalah peristiwaperistiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari yang nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2007). Menurut Gandjar dan Rohman (2007), gangguan-gangguan yang dapat terjadi dalam AAS adalah sebagai berikut: 1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala. Sifat-sifat tertentu matriks sampel dapat mengganggu analisis yakni matriks tersebut dapat berpengaruh terhadap laju aliran bahan bakar/ gas pengoksidasi.Sifat-sifat tersebut adalah viskositas, tegangan permukaan, berat jenis dan tekanan uap. Gangguan matriks yang lain adalah pengendapan unsur yang dianalisis sehingga jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit dari konsentrasi yang seharusnya yang terdapat dalam sampel. 2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah/banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala. 16 Universitas Sumatera Utara Terbentuknya atom-atom netral yang masih dalam keadaan azas di dalam nyala sering terganggu oleh dua peristiwa kimia, yaitu: a. Disosiasi senyawa-senyawa yang tidak sempurna b. Ionisasi atom-atom di dalam nyala 2.5 Validasi Metode Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis menurut Harmita (2004) adalah sebagai berikut : 1. Kecermatan (accuracy) Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu : Metode simulasi (spiked-placebo recovery) Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Metode penambahan baku (standard addition method) Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya 17 Universitas Sumatera Utara (hasil yang diharapkan). Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan tadi dapat ditemukan.Persen perolehan kembali seharusnya tidak melebihi nilai presisi RSD. Rentang persen perolehan kembali yang diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2 Rentang persen perolehan kembali yang diijinkan pada setiap konsentrasi analit Jumlah analit pada sampel Persen perolehan kembali yang diijinkan (%) 1 ppm 80-110 100 ppb 80-110 10ppb 60-115 1 ppb 40-120 (Harminta, 2004). 2. Keseksamaan (precision) Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan (Harmita, 2004). Nilai simpangan baku relatif (RSD) untuk analit dengan kadar part per million (ppm) adalah tidak lebih dari 16% dan untuk analit dengan kadar part per billion (ppb) RSD-nya adalah tidak lebih dari 32% (Harmita, 2004). 3. Selektivitas (Spesifisitas) Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel (Harmita, 2004). 18 Universitas Sumatera Utara 4. Linearitas Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proposional terhadap konsentrasi analit dalam sampel (Harmita, 2004). 5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi tetapi tidak dikuantitasi pada kondisi percobaan yang dilakukan.Batas deteksi dinyatakan dalam konsentrasi analit (persen, bagian per sejuta) dalam sampel (Harmita, 2004). Batas kuantitasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi.Batas ini dinyatakan dalam konsentrasi analit (persen, bagian per sejuta) dalam sampel (Harmita, 2004). 6. Ketangguhan Metode Merupakan derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll (Harmita, 2004). 7. Kekuatan Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan metodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan akurasi (Harmita, 2004). 19 Universitas Sumatera Utara