Zona yang tidak dimasuki HIV

advertisement
Zona yang tidak dimasuki HIV
Oleh: ScienceDaily, 16 November 2009
HIV memasukkan unsur genetikanya ke dalam genom sel yang terinfeksi. Ilmuwan dari German Cancer
Research Center menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa dalam proses tersebut virus tidak memasuki
hampir seluruh daerah unsur genetika tertentu pada manusia. Temuan itu mungkin bermanfaat untuk
pengembangan obat HIV yang khusus dan baru.
Serupa dengan semua retrovirus, HIV menyatukan DNA-nya ke dalam genom sel yang terinfeksi.
Sebagai tempat bergabung, HIV biasanya lebih menyukai gen aktif yang beberapa kali bereplikasi. Hal
itu menguntungkan virus, karena di tempat itu virus menemukan banyak enzim yang bertanggung jawab
mereplikasi virus. Virus menyalahgunakan perlengkapan selular itu untuk bereplikasi.
Di DKFZ, Lektor Dr. Stephanie Laufs dan Dr. Frank Giordano berupaya untuk mengetahui apakah HIV
dapat dipakai sebagai pengantar gen pada terapi gen. Oleh karena itu penting bagi peneliti untuk
mengetahui di mana tepatnya HIV menyatu menjadi unsur genetika sel induk. Ini adalah langkah penting
dalam terapi gen, karena tergantung pada letaknya, proses itu dapat menghasilkan aktivasi secara tetap
onkogen atau kerusakan lain. Oleh karena itu, peneliti meneliti dengan seksama dengan memulai sebuah
analisis terhadap lebih dari 46.000 tempat bergabungnya pengantar gen berbasis HIV yang ditentukan
dalam berbagai penelitian terapi gen atau yang tersedia pada pangkalan data gen.
Hingga saat ini, peneliti diyakinkan bahwa HIV dan alat pengantar HIV memiliki tempat pilihan khusus
di mana replikasi gen dimulai. Di tempat itu ada sangat banyak enzim yang diperlukan virus. Namun,
analisis terhadap pangkalan data menghasilkan gambaran sangat sama sekali berbeda. Sementara banyak
HIV yang memang menyatu di wilayah yang dekat dengan tempat dimulainya replikasi, peneliti hampir
tidak menemukan tempat dimulainya replikasi yang terdekat, tempat terdekat dengan tempat HIV
bergabung, yaitu hanya 1.000 bangunan DNA “di sisi kiri” dan “ di sisi kanan” HIV.
“Untuk pertama kalinya kami memiliki tempat yang didefinisikan secara sangat tepat pada genom
manusia di mana HIV sangat sulit bersatu,” Giordano menjelaskan. Para peneliti sangat terkejut dengan
hasil tersebut, karena pasti ada alasan mengapa HIV menghindari tempat tersebut. “Kami beranggapan
bahwa ada mekanisme tertentu yang bekerja menghambat jalur HIV,” kata Giordano. “Di sisi lain,
mungkin juga ada beberapa faktor yang diperlukan HIV untuk bergabung yang tidak ada di tempat itu.”
Bahkan peneliti sudah mengetahui bahwa hambatan akses tersebut bukanlah yang tidak tertentu:
“Retrovirus lain bahkan lebih memilih memasukkan unsur genetikanya tepat di tempat replikasi
dimulai,” Laufs menjelaskan. “Oleh karena itu, kami berpendapat bahwa mekanisme yang melindungi
tempat dimulainya replikasi gen aktif terhadap penggabungan genom HIV, secara sangat khusus
mencegah penggabungan HIV.” Sebagai contoh, mekanisme tersebut mungkin menghambat kerja enzim
yang disebut integrase, yang bertanggung jawab menyatukan DNA virus ke dalam DNA sel yang
terinfeksi.
Enzim tersebut saat ini sedang menjadi pusat penelitian untuk mendapatkan terapi HIV yang lebih baik.
Pengobatan antiretroviral (ART) yang saat ini tersedia menyerang virus dari berbagai sudut dengan
memakai obat yang berbeda: Reverse transcriptase inhibitor mencegah genom virus agar tidak
bereplikasi. Protease inhibitor mencegah pematangan protein virus yang baru. Namun, para ilmuwan
sepakat bahwa cara terbaik untuk melawan kerusakan kekebalan berat adalah mencegah penggabungan
unsur genetika virus ke dalam DNA sel induk. Obat yang mencegah mekanisme tersebut disebut
integrase inhibitor, sudah dipakai dalam beberapa tahun ini, tetapi virus sudah mulai kehilangan
dampaknya melalui mutasi. Oleh karena itu, pakar virologis dengan cepat harus mencari pendekatan baru
untuk menghambat enzim kunci HIV. Mekanisme yang mencegah HIV bersatu di tempat replikasi
dimulai mungkin adalah model molekular untuk mengembangkan obat tersebut.
Artikel asli: No-Entry Zones for AIDS Virus
Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
Download