TB dan HIV di dalam penjara meningkat

advertisement
TB dan HIV di dalam penjara meningkat
Oleh: Mara Kardas-Nelson, aidsmap.com, 7 Desember 2009
Kepadatan yang tinggi, rendahnya akses ke perawatan kesehatan, kurangnya kemauan politik (political
will) dan populasi berisiko tinggi di antara para tahanan semua berkontribusi terhadap sebuah “badai
yang sempurna” untuk infeksi HIV dan TB di antara populasi penjara di seluruh dunia, para peneliti
mengumumkan di Union World Conference on Lung Health ke-40 di Cancun, Meksiko.
Dr. Fabienne Hariga dari UN Office on Drugs and Crime dan Dr. Alasdair Reid dari UNAIDS menyoroti
suramnya statistik kesehatan untuk orang-orang di balik jeruji besi. Menurut Hariga, beberapa penjara
memiliki sampai 65% populasi orang yang terinfeksi HIV.
Menambahkan ini, kata Reid, angka TB di penjara mencapai angka 50 kali lebih tinggi daripada populasi
umum. Angka peningkatan ditemukan pada tahanan yang dihukum lebih lama. Hal ini mengakibatkan
adanya keterkaitan antara infeksi TB dan lama tahanan. Narapidana juga lebih mungkin meninggal
akibat TB dan/atau dari pengobatan dibandingkan dengan populasi di luar penjara.
Dr. Hariga menegaskan bahwa kemiskinan indikator tersebut tidak hanya menimbulkan ancaman bagi
kesehatan narapidana, tapi juga menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat umum. Mengingat
tingginya tingkat kembalinya narapidana ke masyarakat, HIV dan TB mudah menyebar ke masyarakat.
Staf penjara juga dipengaruhi oleh kejadian HIV dan TB yang tinggi. Dr. Salome Charalambous dari
Afrika Selatan, berbicara tentang proyek HIV dan TB penjara yang disponsori oleh Department of
Corrections dan Institut Aurum, mencatat bahwa banyak staf penjara mendukung akses yang lebih luas
terhadap tes, pengobatan dan pengendalian infeksi karena keprihatinan atas kesehatan mereka sendiri.
Tetapi meskipun statistik kesehatan kurang, reformasi undang-undang yang efektif dan mencakup
peningkatan pelayanan kesehatan bagi para tahanan masih jauh dari kenyataan. Dr. Hariga mengklaim
bahwa “ada kurangnya minat” di antara para pembuat kebijakan, mengakibatkan dana untuk mengatasi
masalah kesehatan bagi tahanan sangat kurang. “Di banyak tempat di dunia, tidak ada program kesehatan
di penjara,” ia menyatakan.
Sifat yang sulit dari populasi penjara juga memberi sumbangan bagi jumlah program yang sedikit. Dr.
Charalambous mengutip kekhawatiran logistik menghambat pengujian dan pengobatan terhadap tahanan
studi di Afrika Selatan, yang sering dipindahkan dari penjara ke penjara atau dibebaskan. Hal ini dapat
mengakibatkan penyelaan terhadap tindak lanjut pengobatan HIV dan TB.
Karena perpindahan ini, 21% dari pasien yang telah memulai ARV dalam salah satu program studi
menjadi hilang. Di penjara lain, tujuh dari 22 tahanan yang dipanggil untuk tindak lanjuti telah
dipindahkan sebelum menjalani pemeriksaan.
Untuk memerangi retensi rendah dari program, studi yang sedang berlangsung hanya mendaftar tahanan
dengan hukuman empat bulan atau lebih. Para peneliti juga “menandai” mereka yang terdaftar, dan
mengingatkan petugas penjara untuk tidak memindahkan mereka kecuali untuk keperluan persidangan
Selain itu, diagnosis berdasarkan gejala untuk mengidentifikasikan kemungkinan pasien TB sulit
dilakukan di populasi penjara. Dalam studi Afrika Selatan, 46% dari pasien menunjukkan gejala apapun
untuk TB, sementara 37% menampilkan tiga gejala.
Charalambous menduga bahwa beberapa gejala lebih dihubungkan dengan lingkungan penjara pada
umumnya daripada infeksi TB secara khusus, dan karena itu ia menyatakan, “skrining gejala mungkin
tidak efektif dalam lingkungan ini.”
Meskipun menghadapi tantangan-tantangan ini, Dr. Charalambous berharap bahwa tahanan bisa
mengikuti tes dan pengobatan HIV dan TB. Studinya menunjukkan bahwa tahanan mungkin akan lebih
responsif terhadap program-program tersebut. Di salah satu tempat, 98% dari tahanan setuju untuk
bergabung. Dr. Reid menyatakan bahwa penjara menawarkan kesempatan unik untuk mengobati
populasi terpinggirkan.
Dalam rangka mendorong program-program kesehatan penjara yang lebih banyak, Dr. Reid menyerukan
Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
TB dan HIV di dalam penjara meningkat
untuk penelitian lebih lanjut yang menilai tingkat penularan HIV dan TB di balik jeruji penjara: data
yang menunjukkan tingkat tinggi dari kedua infeksi di antara populasi penjara sudah tersedia,
angka-angka yang mengarah ke penjara sebagai tempat yang kondusif untuk menyebarkan HIV dan TB
lebih sulit untuk ditemukan.
Reid menyatakan “advokasi, penamaan dan mempermalukan” negara yang mendorong beberapa
indikator terburuk penjara terkait dengan kepadatan yang berlebihan, HIV dan TB, dan pelanggaran hak
asasi manusia bisa menjadi bahan bakar dari political will. “Pelaporan global sangat penting bagi
negara-negara untuk menanggapi hal ini dengan lebih serius,” katanya.
Ringkasan: Tuberculosis and HIV within prisons skyrocketing, a public health threat
Sumber: Charalambous, S. TB-HIV in prisons and the community response: the case of South Africa. Presented at the 40th Union World
Conference on Lung Health, 2009.
Hariga, F. Access to HIV and TB services in prison setting, injecting drug users in prisons: myths and realities. Presented at the 40th Union
World Conference on Lung Health, 2009.
Reid, A. Guidelines and advocacy: HIV/TB, prisons, IDU and poverty. Presented at the 40th Union World Conference on Lung Health, 2009.
–2–
Download