BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Merek (Brand) Menurut (Kotler,2009),merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, ataukombinasi keseluruhan, dimaksudkan untukidentitasbarangatau jasadarisatu penjualatau kelompokpenjual danuntuk membedakanmereka daripesaing. Sedangkan menurut (Tjiptono,2001), merek merupakan nama, istilah, simbol atau lambang, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk tanda, lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Berdasarkan kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa semua definisi mempunyai pengertian yang sama mengenai merek. Pada dasarnya merek terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang dapat diucapkan yaitu nama merek, dan bagian yang dapat dikenali tapi tidak dapat diucapkan yaitu tanda merek. Pada dasarnya merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan tampilan serta manfaat tertentu kepada konsumen. Merek yang baik akan menunjang kualitas produk. Sehingga produk tersebut dapat bersaing dipasaran. Merek mempermudah mengidentifikasikan suatu produk, merek juga bisa membuat konsumen yakin akan memperoleh kualitas yang sama jika mereka membeli ulang. Maksudnya merek dapat membantu konsumen agar tidak keliru dalam memilih produk yang diinginkan para konsumen, yakni terhadap mutu dan harga. Merek mengurangi perbedaan harga, karena konsumen akan mudah membandingkan harga dari suatu produk dengan merek yang berbeda dan akhirnya bagi produsen dapat menambah prestasi. Karena merek adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam memandingkan produk-produk sejenis. (Kotler,2005) berpendapat bahwa merek memiliki peranan dilihat dari sudut pandang produsen, dimana merek memiliki peranan serta kegunaan sebagai berikut: 1. Merek memudahkan penjual untuk memproses pesanan dan menelusuri bila terjadi kesalahan. Di samping itu juga lebih mudah bagi produsen untul menemukan kalau ada keluhan dari konsumen. 2. Merek memberikan kesempatan pada penjual untuk menarik pelanggan yang setia dan menguntungkan. Kesetiaan merek memberikan perlindungan terhadap produsen dari pesaing serta pengendalian yang lebih besar dalam perencanan program pemasarannya. 3. Merek dan tanda dagang produsen memberikan perlindungan hukum atas tampilan produk yang unik, yang tanpa itu akan dapat ditiru oleh pesaing. 4. Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar. 5. Merek yang baik membantu citra perusahaan. Dengan membawa nama perusahaan, merek membantu mengiklankan mutu dan ukuran perusahaan. 2.2 Citra (Image) (Eitchner dan Ritchie, 1991 (dalam Suhartanto, 2005)) mengemukakan bahwa citra merupakan persepsi yang ada pada ingatan seseorang terhadap suatu fenomena. Sebagai konsekuensi dari pengaruh citra terhadap persepsi seseorang, citra dapat mendukung atau merusak nilai yang konsumen rasakan terhadap suatu barang. Citra yang baik akan dapat meningkatkan atau menutup kekurangan pelayanan yang dirasakan oleh konsumen, atau sebaliknya citra yang buruk akan lebih memburuk pelayanan yang dirasakan (Gronroos, 1983 (dalam Suhartanto, 2005)). Dengan demikian jelas bahwa citra positif maupun negatif mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap penyedia jasa. Konsumen memiliki citra yang berbeda-beda terhadap suatu merek. Citra yang diberikan konsumen terhadap suatu merek biasanya memiliki citra positif atau negatif. Oleh karena itu pembentukan citra yang positif sangat diperlukan agar konsumen menaruh rasa yakin dan percaya terhadap suatu produk. 2.3 Citra Merek (Brand Image) Citra merek merupakan hasil penilaian persepsi konsumen terhadap suatu merek baik itu positif atau negatif. Citra merek yang baik akan mempunyai dampak yang menguntungkan bagi perusahaan, sedangkan citra merek yang buruk akan merugikan perusahaan. Pengertian brand image menurut (Wilson Arafat,2006:53), adalah “Brand image didefinisikan sebagai persepsi terhadap merek yang direfleksi oleh asosiasi merek dalam memori konsumen yang mengandung makna bagi konsumen” Citra merek brand image menurut (Fandy Tjiptono,2005:49), adalah “Brand image atau brand description yaitu deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu”. (Kotler dan Armstrong,2006), mendefinisikan bahwa citra merupakan seperangkat keyakinan, ide, serta kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek. Kemudian sikap dan tindakan orang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh citra objek tersebut. Beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa citra merek merupakan kumpulan asosiasi merek yang ada dibenak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu memiliki kecenderungan bahwa konsumen tersebut konsistensi terhadap citra merek produk yang digunakannya. Komponen citra merek terdiri atas 3 bagian (Simamora, 2004), yaitu: 1. Citra perusahaan (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yangdipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatubarang atau jasa. 2. Citra pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yangdipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatubarang atau jasa. 3. Citra produk (product image), yaitu sekumpulan yangdipersepsikan konsumen terhadap suatu barang atau jasa. asosiasi (Kadampully dan Suhartanto, 2000) citra perusahaan yang baik membantu orang mengambil keputusan untuk bertransaksi di perusahaan tersebut. Karena sudah percaya dengan reputasi baik itu, tentunya orang tidak membeli hanya satu kali, tetapi dapat berkali-kali. Citra pemakai merupakan salah satu indikator dari citra merek dan sering menjadi rujukan bagi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Pada kondisi yang menguntungkan, pemakai dari sebuah produk mempunyai peran sangat strategis dalam komunikasi pemasaran. Citra pemakai dianggap memiliki kemampuan mempengaruhi persepsi pelanggan dan loyal terhadap barang dan jasa yang ditawarkan (Zeithaml dan Bitner, 1996). Jadi, citra pemakai akan mempengaruhi perilaku pelanggan dan loyalitas konsumen dalam membeli. Citra produk dipandang sebagai elemen penting didalam upaya mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Semakin baik dan berkualitas suatu produk, maka semakin tinggi kepuasan yang akan diterima oleh konsumen (Chen, 2001). Kualitas yang melekat pada produk merupakan nilai yang akan menjadikan produk memiliki citra yang baik. Sehingga dalam hubungan jangka panjang, nilai dari sebuah produk menjadi sesuatu yang mutlak, karena dengan adanya nilai yang mampu memuaskan inilah yang menjadi landasan konsumen di dalam mengambil keputusan untuk bertransaksi saat ini maupun dimasa mendatang. 2.4 Faktor-faktor Pembentuk Citra Merek (Schiffman dan Kanuk, 2006), menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra merek adalah sebagai berikut: 1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu. 2. Dapat dipercaya atau diandalkan. berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi. 3. Kegunaan atau manfaat yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen. 4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya. 5. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen. 6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang. 7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu. Sedangkan (Sutrisna,2002), indikator yang mempengaruhi brand image melalui persepsi konsumen mengenai pengenalan produk, kuialitas, ukuran, daya tahan, desain atau model kemasan, warna produk, harga, dan lokasi. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi citra merek sangat variatif tergantung dari produk dan jasa itu sendiri yang dinilai oleh konsumen. Faktor-faktor ini punya daya tarik tersendiri antara satu dengan lainnya juga tergantung penilaian kesan dan citra dari konsumen itu sendiri. 2.5 Loyalitas Konsumen Menurut (Ali Hasan,2008),loyalitas pelanggan didefinisikan sebagai orang yang membeli, khusunya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang. Pelanggan merupakan seseorang yang terus menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut. (Selnes,1993), menjelaskan bahwa loyalitas pelanggan menunjukkan perilaku yang berkaitan dengan produk atau jasa. Hal ini termasuk kemungkinan pembelian mendatang atau pembaharuan kontrak jasa atau sebaliknya, seberapa mungkin konsumen akan beralih ke penyedia jasa atau merek lain. Dari dua uraian diatas dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan merupakan sebuah sikap yang menjadi dorongan perilaku untuk melakukan pembelian produk/jasa dari suatu perusahaan yang menyertakan aspek perasaan didalamnya.Khususnya,merekayang membeli secara teratur dan berulang-ulang dengan konsistensi yang tinggi, tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap yang terhadap perusahaan yang menawarkan produk/ jasa tersebut. positif Untuk menjadi pelanggan yang loyal, seorang pelanggan harus melalui beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama, dengan penekanan dan perhatian yang berbeda-beda untuk masing-masing tahapan, karena setiap tahap mempunyai kebutuhan yang berbeda. Dengan memperhatikan masing-masing tahap dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut, perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi konsumen yang loyal dan klien perusahaan. (Sugiyono,2010), menggambarkan tingkatan loyalitas konsumen sebagai berikut: The Customer Loyalty Pyramid Gambar 2.1Sumber:(Sugiyono, 2010) Menurut (Sugiyono, 2010), tahap loyalitaskonsumen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Suspect, meliputi semua orang yang diyakini akan membeli (membutuhkan) barang/jasa, tetapi belum memiliki informasi tentang barang/jasa perusahaan. 2. Prospect, adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan jasa tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini meskipun mereka belum melakukan pembelian tetapi telah mengetahui keberadaan perusahaan dan jasa yang ditawarkan melalui rekomendasi pihak lain (Word of Mouth). 3. Customer, pada tahap ini pelanggan sudah melakukan hubungan transaksi dengan perusahaan, tetapi tidak mempunyai perasaan positif terhadap perusahaan, loyalitas pada tahap ini belum terlihat. 4. Clients, meliputi semua pelanggan yang telah membeli barang/jasa yang dibutuhkan dan ditawarkan perusahaan secara teratur, hubungan ini berlangsung lama dan mereka telah memiliki sifat retention. 5. Advocates, pada tahap ini, clients secara aktif mendukung perusahaan dengan memberikan rekomendasi kepada orang lain agar mau membeli barang/jasa di perusahaan tersebut. 6. Partners, pada tahap ini telah terjadi hubungan yang kuat dan saling menguntungkan antara penyedia jasa dengan pelanggan, dan pada tahap ini pula pelanggan berani menolak barang/jasa dari perusahaan lain. Loyalitas adalah bukti konsumen yang selalu menjadi pelanggan, yang memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan itu.Loyalitas berasal dari pemenuhan harapan atau harapan konsumen, sedangkan ekspektasi sendiri berasal dari pengalaman pembelian terdahulu oleh konsumen, opini dari teman dan kerabat, janji atau informasi dari pemasar atau pesaing. Ada alasan untuk mengembangkan hubungan jangka panjang dengan konsumen (Kotler dan Armstong 2007). 1. Biaya perolehan pelanggan baru tinggi. 2. Pelanggan yang puas merekomendasikan produk-produk perusahaan. 3. Pelanggan yang setia akan menekankan pesaing dari pembagian pasar. 2.6 Hubungan antara Citra Merek dan Loyalitas Konsumen Hubungan antara citra merek dengan loyalitas konsumen terletak pada keinginan-keinginan dan pilihan konsumen (preference) atas suatu merek. Dalam banyak hal, merek tertentu sering mempengaruhi apakah konsumen akan loyal atau tidak. Persepsi yang baik dan kepercayaan konsumen akan suatu merek tertentu akan menciptakan minat beli konsumen dan bahkan meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk tertentu. Teori penghubung antara citra dengan loyalitas konsumen dikutip dari (Freddy Rangkuti,2002:2),yang merek mengatakan: “Apabila konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu yang disebut dengan loyalitas merek”. 2.7 Model Penelitian BRAND IMAGE Corporate Image User Image Loyalitas Produk Image Gambar 2.2Model Penelitian Sumber : (Simamora 2004) Berdasarkan tinjauan teoritis di pada BAB II, maka teori tersebut dibuatlah suatu model penelitian yang di ambil dari teori (Simamora,2004) yaitu brand image terbentuk dari citra perusahaan (corporate image),citra pemakai ( user image),citra pengguna ( product image) yang mempengaruhi loyalitas konsumen produk starter pack XL Bebas di Bandung. 2.8 Hipotesis Menurut (Martono,2010), hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya harus diuji atau rangkuman kesimpulan secara teoritis yang diperoleh melalui tinjauan pustaka. 1. H1 (Baca: H satu) Menurut(Arikunto, 2009), hipotesis satu yang menyatakan adanya hubungan antar variabel.Yaitu hipotesis yang menyatakan keberadaan hubungan di antara dua variable yang sedang dioperasionalkan. 2. H0 (Baca: H nol ) Menurut (Arikunto,2009), hipotesis nol menyatakan ketidak adanya hubungan antara variabel.Yaitu hipotesis yang menyatakan ketiadaan hubungan di antara dua variabel yang sedang dioperasionalkan. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari citra perusahaan (corporate image) terhadap loyalitas konsumen. H1 : Terdapat hubungan yang signifikan dari citra perusahaan (corporate image)terhadap loyalitas konsumen. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan daricitra pemakai (user image) terhadap loyalitas konsumen. H1 : Terdapat hubungan yang signifikan daricitra pemakai (user image) terhadap loyalitas konsumen. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari citra produk (product image) terhadap loyalitas konsumen. H1: Terdapat hubungan yang signifikan dari citra produk (product image) terhadap loyalitas konsumen.