Mengendalikan TB memerlukan deteksi, pengobatan, dan pendidikan yang lebih baik Oleh: Kaiser GlobalHealthReporting.org, 6 April 2009 Laporan Pengendalian TB Sedunia 2009 WHO, diterbitkan pada Maret 2009, menjadi “bacaan yang menyedihkan” karena TB adalah “penyakit yang dapat dicegah dan diobati yang berkembang akibat kemiskinan dan sistem kesehatan yang lemah.” Hal itu berdasarkan tajuk rencana yang diterbitkan dalam jurnal Lancet. Menurut tajuk rencana, koinfeksi HIV/TB, dan juga TB yang resistan terhadap berbagai jenis obat (multi drug-resistant TB/TB-MDR) dan TB yang resistan terhadap obat secara luas ( extensivelydrug-resistant TB/TB-XDR) dapat “merumitkan pengobatan dan mengancam peningkatan angka kematian.” Selain itu, prevalensi keadaan tersebut telah meningkat karena “prosedur yang dibentuk untuk koinfeksi HIV/AIDS dan TB-MDR belum diterapkan secara luas.” Tes dan pengobatan untuk kedua infeksi sering dilakukan di tempat terpisah, diagnosis TB-MDR dan TB-XDR memerlukan tes sensitivitas terhadap obat dalam laboratorium yang bermutu, tes yang mempercepat diagnosis, memperbaiki pengobatan dan melindungi Odha terhadap penularan TB. Namun, deteksi kasus yang tidak tepat, rejimen obat dan pengawasan klinis dapat menyokong peningkatan prevalensi TB yang resistan terhadap obat. Menurut tajuk rencana, tindakan untuk memastikan praktek terbaik dalam pengendalian TB tidak berhasil di banyak tingkatan di beberapa negara karena kurang disiplin, prasarana dan sumber daya. Selain itu, faktor misalnya TB yang resistan terhadap obat, koinfeksi HIV/TB, sistem kesehatan yang tidak sesuai serta kemerosotan ekonomi, semuanya menciptakan keadaan yang baik untuk TB. Namun, faktor yang sama juga menyediakan sasaran untuk memperbaiki perawatan melalui kerja sama, menguatkan sistem kesehatan dan penelitian. Sebagai contoh, penelitian Lancet baru-baru ini menunjukkan bahwa obat baru mungkin dapat memendekkan masa pengobatan TB, sehingga kemungkinan dapat meningkatkan kepatuhan dan efisiensi. Pengembangan yang lebih banyak pada diagnosis dan pengobatan diperlukan untuk mencegah TB secara berhasil. Menurut tajuk rencana, “perubahan sifat dasar epidemiologi TB menuntut peninjauan kembali dan peningkatan tindakan pengendalian.” Dan bahwa pejabat kesehatan dan aktivis di dalam Ministerial Meeting of High M/XDR-TB Burden Countries di Beijing, “perlu membentuk konsensus, membuat tekad politis dan menjamin dana yang dapat dipertahankan” agar berhasil mencegah TB yang resistan terhadap obat. Selain itu, pejabat kesehatan dan masyarakat harus mengubah sikap terhadap TB, dan dokter dan laboratorium “perlu mengikuti tindakan terbaik untuk mendiagnosis, melaporkan dan menatalaksanakan penyakit – dan mereka harus memiliki alat untuk melakukannya.” Yang terakhir, upaya pengendalian TB “harus melibatkan komunitas untuk mengurangi stigma, mendukung layanan dan mengembangkan jalan keluar setempat untuk menghadapi TB.” Tajuk rencana menyimpulkan bahwa pertemuan di Beijing “harus menjadi titik perubahan pada tanggapan bersama untuk mencegah TB di dunia.” Artikel asli: Controlling TB Requires Improved Detection, Treatment, Education, Lancet Editorial Says Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/