ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN NILAI TUKAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN STUDI KASUS : 5 NEGARA ASEAN PERIODE 2006-2011 FINESYA MAULI MARGAKATRA 107084003522 JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 DAFTAR RIWAYAT HIDUP IDENTITAS DIRI Nama : Finesya Mauli Margakatra Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Juli 1988 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Unta Raya No. 2B Rt/Rw.003/006 Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang Selatan 15412 Agama : Islam No Telp/HP : 021-73690624 / 081288880726 Email : [email protected] PENDIDIKAN TK Islam Al-Azhar Pusat (1993-1994) SD Islam Al-Azhar Pusat (1994-2000) SMP Islam Al-Azhar Pusat (2000-2003) SMA Negeri 47 Jakarta (2003-2006) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2007-2014) i ABSTRACT ASEAN or Association of South East Asian Nation Economic are an organization of countries in South East Asian that consisting of ten countries, Indonesia, Malaysia, Singapore, Philipines, Thailand, Cambodia, Laos, Brunei Darussalam, Vietnam and Myanmar that formed to work togheter in one frame to build the economy of each country. In economics ASEAN this day was increasing very rapidly, the impact of macroeconomic forces on five ASEAN composites index stock market movement including Malaysia, Indonesia, Thailand, Singapore and Philippines will be analyzed the effect in this research . Two macroeconomic variables that influences are exchanges rate and inflation rate will explain the variation of the composites index stock market movement. Applying pooled least squares regressions and using panel data including five cross-section data from January 2006 to December 2011, the results show the significant impact of exchanges rate and inflation rate, both partial and simultan to the stock market movement and two independent variables only can explain the relation 86%. This research only covers two selected macroeconomic variables. Therefore, for further research should examine other potential macroeconomics variable. Keywords: Exchange Rate, Inflation Rate, Composite Index, Panel Least Square, Panel Data. ii ABSTRAK ASEAN atau Association of South East Asian Nation adalah organisasi negaranegara di Asia Tenggara yang beranggotakan 10 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Laos, Kamboja, Brunei Darussalam, Vietnam dan Myanmar yang dibentuk untuk saling bekerjasama dalam membangun perekonomian masing-masing negara. Perkembangan perekonomian di ASEAN mengalami kemajuan yang sangat pesat, efek dari variabel makro lima negara ASEAN terhadap fluktuasi Indeks Harga Saham Gabungan di negara Malaysia, Indonesia, Thailand, Singapura dan Filipina yang akan dianalisa dalam penelitian ini. Dua variabel makro ekonomi yang berpengaruh yaitu nilai tukar (kurs) dan tingkat inflasi yang akan diteliti pengaruhnya terhadap IHSG di lima negara ASEAN. Menggunakan analisis regresi data panel yang terdiri dari lima cross sections dari data times series bulan Januari 2006 sanpai dengan bulan desember 2011, hasil menunjukkan bahwa Inflasi dan Nilai Tukar (Kurs) baik secara parsial maupun bersama-sama menunjukkan hubungan secara signifikan namun tidak berpengaruh terhadap IHSG dan hanya mampu menjelaskan sebesar 86%. Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel makro ekonomi, untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel makro ekonomi lainnya yang dianggap potensial. Kata kunci: Nilai Tukar (Kurs), Tingkat Inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan, Panel Least Square, Data Panel. iii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan anugerah dan nikmatnya pada diri ini sehingga dalam menjalani aktivitas dapat berjalan sesuai apa yang diharapkan dan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan dengan kekuatan doa yang selama ini saya panjatkan, akhirnya skripsi ini diberi kemudahan dan kelancaran dalam menyusunnya. Tak lupa Shalawat teriring salam selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan pengikutnya. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan skripsi ini bukan merupakan satu hasil dari usaha segelintir orang, karena manusia adalah makhluk sosial dimana keberhasilan manusia tidak pernah lepas dari bantuan orang lain. Oleh karena itu dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang telah memberikan masukan yang berarti dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. Untuk itu ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada: 1. Yang paling istimewa untuk ibunda tercinta Efi Rahmi, yang selalu menyayangi, merawat dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang dalam siang dan malam, yang doa-doanya tidak pernah putus, selalu mengiri langkah saya untuk meraih cita-cita yang saya impikan. 2. Untuk adik-adik saya yang ku sayangi Fauzi Tri Margakatra dan Fika Chesa Margakatra. Terima kasih atas dorongan spirit dan materil serta doa-doa yang dipanjatkan yang selama ini telah saya rasakan, semoga kalian menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan sukses. Amin. iv 3. Bapak Prof. Arif Mufraini, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan, M.Sc selaku kepala Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan, dan Bapak Zaenal Muttaqin, SE., selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan yang telah memberikan dukungan dan kesempatan yang sangat besar kepada saya dalam membantu dalam penyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Jakarta. 5. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku pembimbing I, yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi. 6. Bapak Arif Fitrijanto, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, perhatian, dan semangat serta memberikan banyak ilmu yang bermanfaat kepada saya, demi selesainya skripsi ini dengan baik. 7. Bapak Tony Santika Chendrawan., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan banyak ilmu kepada saya, terutama dalam membentuk insan ekonomi moneter yang berlandaskan syariah islam di UIN Jakarta. 8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan juga seluruh Staff Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas kerja kerasnya dalam memberikan pelayanan yang terbaik setiap mahasiswa, khususnya di Jurusan IESP. 9. Terima kasih untuk Mas Biyan Rizaldy yang selalu memberikan kehangatan, semangat dan masukan selama pengerjaan skripsi saya dan selalu ada di saat suka maupun duka semoga menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat. Amin. 10. Keluarga besar IESP 2007, konsentrasi Ekonomi Moneter, Pembangunan dan Syariah baik kelas A ataupun kelas B, kenangan selama empat tahun bersama kalian tidak akan terlupakan olehku. Baik didalam kelas maupun diluar kelas, saling bertukar pikiran dan v saling mengeluarkan pendapat suka maupun duka telah kita rasakan bersama selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan IESP. 11. Untuk Keluarga Besar MEMO’07 (Mahasiswa Ekonomi Moneter 2007). Terima kasih atas kerja sama kalian selama ini yang telah memberikan saya memori indah untuk dikenang, pengalaman bersosialisasi, dan arti sebuah persahabatan yang akan saya kenang selalu. 12. Teman kelasku yang terbaik yaitu Tika Hernaningsih dan Ahmad Milad Auliauddin yang telah mengajarkan mengolah data dengan Eviews. Canda dan tawa kita selalu mengiringi kuliah dan kebersamaan kita. 13. Semua teman terbaikku di kelas Moneter Angkatan 2007 yaitu Finsa, Anin, Fahmi, Syamsul, Mamet, Ahmad, JB, Slamet, Alisah, Yuni, Fenny, dan, terimakasih banyak. 14. Terimakasih untuk teman-teman IESP Angkatan 2007 yaitu Edo, Rizi, Dini, Luthfi dan Yunie, Hikmah, Muis, Ahong, Niar, Saiful, Rudi, Satria, Hafa, Huza, Regina, Reza. Semoga kalian semua sukses dan dapat menggapai cita-cita yang di impikan. Amin. 15. Sahabat-sahabat di kelompok canda tawa, Bowcadh: Andari, Shenny, Karina, Rendie, Dhenny, Abu Bakrin, Ikbal dan Edi, semua terimakasih atas waktu dan kebersamaan kalian. 16. Seluruh Keluarga Besar H. Adjid Hutomo, Uwa` Atom beserta keluarga, Uwa` Eva beserta keluarga dan Om Iman beserta keluarga yang selalu member dukungan baik moril dan materil sehingga saya bisa menjadi pribadi yang baik dan dapat menyelesaikan studi dengan sempurna. 17. Seluruh staff dan barista, partner kerja di PT. Sari Coffee Indonesia (Starbucks Coffee) TerasKota, Mas Gunadi, Bang Mamet, Eki, Rahma, Effendi, Indri, Nova dan teman-teman parttimer yang selalu vi member dukungan sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Masih dalam keterbatasan penulis, yang hanya manusia biasa. Maka penulis memohon maaf dan mengucapkan terimaksih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu oleh penulis. Wassalamualaikum. Wr. Wb. Jakarta, 3 Desember 2014 Finesya Mauli Margakatra vii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................ i ABSTRACT............................................................................................. ii ABSTRAK................................................................................................ iii KATA PENGANTAR............................................................................. iv DAFTAR ISI............................................................................................ viii DAFTAR TABEL.................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR............................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian............................................................. 1 B. Perumusan Masalah....................................................................... 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................... 11 1. Tujuan Penelitian..................................................................... 11 2. Manfaat Penelitian................................................................... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 14 A. Landasan Teori.............................................................................. 14 1. Pengertian Saham.................................................................... 17 2. Jenis-Jenis Saham.................................................................... 17 3. Keuntungan dan Risiko Saham............................................... 22 viii B. Indeks Harga Saham Gabungan.................................................... 24 C. Pasar Modal................................................................................... 26 1. Pengertian Pasar Modal........................................................... 26 2. Fungsi Dan Manfaat Pasar Modal........................................... 27 D. Inflasi............................................................................................. 28 1. Pengertian Inflasi..................................................................... 28 2. Cara Mengukur Inflasi............................................................ 29 3. Jenis-Jenis Inflasi.................................................................... 30 4. Sebab-Sebab Inflasi................................................................. 32 5. Cara Mengatasi Inflasi............................................................. 33 E. Nilai Tukar..................................................................................... 36 1. Pengertian Nilai Tukar (Kurs)................................................. 36 2. Perubahan Nilai Tukar............................................................. 37 3. Macam-Macam Nilai Tukar.................................................... 39 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing......... 40 F. Penelitian Terdahulu...................................................................... 44 1. Kerangka Penelitian................................................................ 49 2. Hipotesis.................................................................................. 50 BAB III METODE PENELITIAN...................................................... 52 A. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 52 B. Metode Pengumpulan Data........................................................... 52 C. Metode Analisis Data.................................................................... 54 1. Uji Asumsi Klasik................................................................... 54 a. Uji Normalitas................................................................... 54 b. Uji Multikolinieritas.......................................................... 55 c. Uji Autokorelasi................................................................ 57 d. Uji Heteroskedastisitas...................................................... 58 2. Regresi Data Panel.................................................................. 60 a. Pooled Regression............................................................ 63 b. Fixed Effect Model............................................................ 64 ix c. Random Effect Model........................................................ 65 d. Uji Haussman.................................................................... 66 3. Uji Statistika Model................................................................ 67 a. Uji F-statistic..................................................................... 67 b. Uji Probability t-statistic................................................... 68 c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)........................... 68 D. Operasional Variabel Penelitian.................................................... 69 1. Variabel Tidak Bebeas (Dependen)........................................ 69 2. Variabel Bebas (Independen).................................................. 70 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN......................................... 72 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.................................. 72 1. Sejarah Perkembangan Association of South East Asian Nation (ASEAN)..................................................................... 72 a. Indonesia............................................................................ 76 b. Malaysia............................................................................. 79 c. Singapura ......................................................................... 81 d. Filipina............................................................................... 84 e. Thailand............................................................................. 86 2. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan di ASEAN... 89 3. Perkembangan Inflasi di ASEAN........................................... 91 4. Perkembangan Nilai Tukar (Kurs) di 4 Negara ASEAN........ 93 B. Hasil Analisis Data........................................................................ 96 1. Uji Asumsi Klasik................................................................... 96 a. Uji Normalitas............................................................. 96 b. Uj Multikolinieristas................................................... 97 c. Uji Autokorelasi.......................................................... 98 d. Uji Heteroskedastisitas............................................... 99 2. Regresi Data Panel (Panel Least Square)............................... 99 a. Metode Fixed Effect (FEM) vs Pooled Least Square (PLS)...................................................................... 100 x b. Metode Fixed Effect (FEM) vs Random Effect (REM)......101 c. Fixed Effect Model............................................................ 103 3. Pengujian Signifikansi............................................................. 104 a. Adjusted R2........................................................................ 104 b. Uji F................................................................................... 104 c. Uji t.................................................................................... 105 C. Analisis Teknikal........................................................................... 106 D. Analisis Ekonomi.......................................................................... 107 1. Inflasi...................................................................................... 108 2. Nilai Tukar ............................................................................ 110 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 112 A. Kesimpulan.................................................................................... 112 B. Saran.............................................................................................. 113 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 115 LAMPIRAN............................................................................................. 121 xi DAFTAR TABEL No. 1.1 Keterangan Halaman Indeks Harga Saham Gabungan 5 Negara ASEAN pada Periode 2006-2011......................................................... 4 1.2 Inflasi ASEAN 5 pada Periode 2006-2011............................. 7 1.3 Nilai Tukar (Kurs) Terhadap US Dollar 5 Negara ASEAN pada periode 2006-2011......................................................... 9 2.1 Matriks Referensi Penelitian Terdahulu................................. 45 3.1 Sumber Data Penelitian Periode 2006-2011.......................... 53 3.2 Operasional Variabel.............................................................. 71 4.1 Profil Negara Indonesia.......................................................... 76 4.2 Profil Negara Malayisa........................................................... 79 4.3 Profil Negara Singapura......................................................... 81 4.4 Profil Negara Filipina............................................................. 84 4.5 Profil Negara Thailand........................................................... 86 4.6 Matriks Korelasi..................................................................... 97 4.7 Hasil Olah Data Dengan Uji Chow-Test................................. 101 4.8 Hasil Olah Data Dengan Uji Hausmann................................. 102 4.9 Hasil Olah Data Dengan Metode Fixed Effect....................... 103 4.10 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model.............................. 107 xii DAFTAR GAMBAR No. Keterangan Halaman 2.1 Kurva Perubahan Permintaan Kurs........................................ 37 2.2 Kurva Perubahan Penawaran Kurs......................................... 38 2.3 Kerangka Pemikiran............................................................... 49 4.1 Bendera dan Lambang ASEAN............................................. 72 4.2 Grafik Perkembangan IHSG di ASEAN................................ 90 4.3 Grafik Perkembangan Inflasi di ASEAN............................... 92 4.4 Grafik Perkembangan Nilai Tukar di 4 Negara ASEAN....... 94 4.5 Grafik Perkembangan Nilai Tukar di Indonesia.................... 95 xiii DAFTAR LAMPIRAN No. Keterangan Halaman 1 Data Penelitian...................................................................................... 120 2 Hasil Uji Haussman.............................................................................. 129 3 Hasil Uji Chow-test .............................................................................. 133 4 Hasil Uji Regresi Dengan Metode Fixed Effect....................................131 5 Hasil Uji Regresi Log (LN) Dengan Metode Fixed Effect................... 132 6 Hasil Uji Autokorelasi.......................................................................... 132 7 Hasil Uji Regresi GLS.......................................................................... 133 xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ASEAN atau Association of South East Asian Nation adalah organisasi negara-negara di Asia Tenggara yang beranggotakan 10 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Laos, Kamboja, Brunei Darussalam, Vietnam dan Myanmar dibentuk untuk saling bekerjasama dalam membangun perekonomian masing-masing negara.Mereka berlomba menjadi negara makmur diantara negara-negara anggota ASEAN lainnya. Dari data yang dihimpun, kita dapat melihat sejauh mana perkembangan perekonomian negara anggota ASEAN. Apakah mengalami kemajuan pesat, stagnan di level tertentu, atau malah menurun dan tidak mengalami perkembangan. Liberalisasi pasar keuangan di lima negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapore dan Thailand) pada tahun 1980an menghasilkan aliran modal masuk yang cukup besar di negara-negara tersebut. Terjadilah ekspansi pasar keuangan dan pasar modal. Tetapi liberalisasi ini tidak didukung dengan regulasi dan pengawasan sistem keuangan yang kuat sehingga justru memicu krisis ekonomi pada tahun 1997 (Dwi Wulandari, 2011).Krisis yang terjadi ini tidak hanya menyerang pasar keuangan dan pasar saham di ASEAN tetapi juga menyerang fundamental ekonomi makro negara-negara tersebut yang ditandai dengan inflasi dan suku bunga yang tinggi, nilai tukar yang terdepresiasi dan pasar saham berada dalam kondisi resesi (Atmadja, 2004). 1 Kemajuan negara-negara yang berada di bawah bendera ASEAN, tidak semuanya merata.Ada beberapa negara yang dapat dikatakan maju, ada pula negara yang dikatakan berkembang.Ditunjukkan dengan data-data yang dapat dilihat baik di situs resmi negara tersebut ataupun situs resmi ASEAN. Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand adalah 5 negara teratas yang dapat dihimpun datanya dengan terperinci karena kelima negara tersebut bersaing dalam memajukan perekonomian dan kesejahteraan rakyatnya. Sedangkan untuk Laos, Kamboja, Brunei Darussalam, Vietnam dan Myanmar, data yang didapat tidak teratur dan pencatatan dari situs resmi kelima negara tersebut tidak selalu diperbaharui sehingga peneliti memutuskan untuk meneliti hanya kelima negara anggota ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand. Pada tahun 1999, selain tergabung dalam serikat ASEAN, Indonesia tergabung dalam KTT G20 karena imbas dari krisis ekonomi pada tahun 1998. Indonesia bergabung karena memiliki latar belakang krisis ekonomi tahun 1998 yang sangat mempengaruhi kondisi ekonomi. KTT G20 ini bertujuan menghimpun kekuatan negara-negara maju dan berkembang untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia agar tetap menjaga stabilitas keuangan internasional. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dikatakan berhasil apabila tingkat kemakmuran masyarakatnya tinggi.Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya.Tingkat kemakmuran yang tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka 2 akan semakin banyak orang yang memiliki dana berlebih, yang dapat disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga. Karena dibutuhkannya modal yang cukup besar dalam menjalankan dan membangun perekonomian negara, lahirlah pasar modal, tempat dimana investorinvestor dapat membeli dan menanamkan modalnya diberbagai perusahaan yang terdaftar di dalam pasar modal. Setiap investor dalam mengambil keputusan berinvestasi selalu dihadapkan pada sejumlah alternatif, apakah ia akan menginvestasikan dananya dalam bentuk aset real seperti membeli peralatan produksi dan mengoperasikannya sehingga mendapatkan keuntungan, atau memilih melakukan investasi dalam bentuk aset finansial dengan membeli sekuritas yang berpendapatan seperti membeli obligasi, deposito, sertifikat bank atau membeli sekuritas yang berpendapatan tidak tetap seperti saham.Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi. (Yogi Permana, 2009: 1). Selain itu, peran aktif lembaga pasar modal sangat dibutuhkan dalam membangun perekonomian sebuah negara. Lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak yang memiliki kelebihan dana dengan peminjaman selaku pihak yang membutuhkan dana (Adiatmo, 2009:1). Krisis moneter yang melanda dunia berimbas juga bagi negara-negara ASEAN yang telah memporak-porandakan perekonomian yang semula mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, sehingga menimbulkan dampak- 3 dampak ekonomi seperti inflasi. Akibat inflasi yang terus menerus meningkat dan peningkatannya tidak dapat dikendalikan, membuat semua bidang ekonomi terkena imbasnya. Krisis moneter dunia juga berdampak pada pasar uang, pasar modal, dan pasar barang jasa di wilayah ASEAN. Masing-masing negara memiliki pasar modalyang berjalan setiap harinya, dilihat dari harga-harga sahamnya yang fluktuatif. Namun sejak krisis moneter, pasar modal berfluktuatif dengan perubahan angka-angka yang signifikan, dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan di masing-masing negara. Tabel 1.1 Indeks Harga Saham Gabungan 5 Negara ASEAN pada periode 2006-2011 Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina (JCI) (KLCI) (STI) (SET 100) (PSEi) 2006 1,805.523 1,096.24 2,573.39 717.14 2,412.42 2007 2,745.98 1,445.03 3,444.80 779.04 3,442.84 2008 1,340.89 876.75 2,587.35 665.74 2,587.35 2009 2,534.07 1,090.34 2,637.03 587.79 2,511.65 2010 3,703.13 1,379.39 2,954.95 865.98 3,550.93 2011 3,821.07 1.508,88 2,975.29 1,017.27 4,110.60 Tahun Sumber :Yahoo Finance, Bloomberg 2013. (data diolah) Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat dilihat perubahan yang terjadi pada harga saham di negara ASEAN dari tahun 2006-2011 yang selalu berfluktuasi. 5 4 Negara ASEAN mengalami peningkatan di tahun 2007, kembali menurun di tahun 2008 dikarenakan imbas krisis global yang terjadi di negara adikuasa, Amerika Serikat. Tahun 2009, negara Thailand dan Filipina masing-masing mengalami penurunan 11.71% dan 2.93% karena disaat krisi global melanda dunia, investor cenderung ingin menghindari resiko atas kerugian yang akan diderita jika berinvestasi pada bentuk portofolio. Investor hanya mau berinvestasi di negara-negara maju dan negara berkembang yang menjanjikan profit daripada negara yang sedang membangun perekonomiannya. Mereka menginginkan yang pasti menguntungkan, daripada gambling harus berspekulasi jika berinvestasi yang belum pasti menguntungkan. Pasar modal ASEAN telah mengalami berbagai perkembangan misalnya dengan paket-paket deregulasi untuk mempermudah transaksi saham dan membuka pintu investasi untuk investor asing dan kemudahan investasi untuk negara-negara ASEAN sendiri.Sehingga, saat ini pasar modal di ASEAN telah mengalami perkembangan cukup pesat di satu sisi tetapi juga sangat rentan terhadap pengaruh berbagai perubahan kondisi ekonomi makro, sosial maupun politik di dalam maupun luar negeri. Pasar-pasar ini memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu banyaknya spekulasi asing yang masuk ke pasar-pasar ini. Financial Times menyebutkan, hot money yang masuk ke pasar di kawasan Asia pada 2009, mencapai US$ 26 milliar. Besarnya hot money, akan membuat pergerakan indeks harga saham akan dipengaruhi oleh investor asing. Investor asing bisa dengan mudah menarik dan 5 memasukkan dananya ke suatu negara.Capital outflow dan inflow akan sangat mempengaruhi pergerakan harga saham. Arus modal asing yang masuk ke negara-negara ASEAN turut mewarnai bursa saham di negara-negara ini.Masuknya modal asing, salah satunya dipengaruhi oleh semakin terbukanya pasar modal di kawasan ASEAN.Keterbukaan suatu negara bisa terwakili salah satunya adalah dengan melihat indeks kebebasan ekonomi di suatu negara. Setelah krisis global melanda di tahun 2008, negara-negara ASEAN mulai memperbaiki perekonomian agar stabil kembali.Terlihat seluruh negara mengalami peningkatan perlahan-lahan dari tahun 2010 dan 2011. Yang terlihat cukup signifikan adalah dua negara yang pada tahun 2009 menurun harga saham gabungannya, Filipina mengalami kenaikan harga saham sebesar 15.76% dan Thailand sebesar 17.47% guna menyeimbangkan dengan negara-negara tetangga yang bisa dibilang sudah cukup stabil. Perubahan harga saham tidak hanya mengukur perkembangan suatu negara, akan tetapi dapat mengukur apakah suatu negara sedang mengalami suatu permasalahan ketika nilainya turun atau suatu negara sedang mengalami suatu peningkatan kinerja perekonomian. Oleh karena itu, diperlukannya penelitian atas perubahan harga saham di suatu negara sebagai salah satu indikasi perkembangan perusahaan atau industri suatu negara. Tingkat inflasi sering dikaitkan dengan keadaan ekonomi suatu negara.Besarnya angka inflasi setiap tahunnya dapat menunjukkan perkembangan ekonomi dan tingkat kesejahteraan rakyat pada suatu negara. 6 Tabel 1.2 Inflasi 5 Negara ASEAN pada periode 2006-2011 Tahun Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina 2006 13.33 3.64 1.00 4.86 6.28 2007 6.4 2.06 1.85 2.23 2.66 2008 11.19 5.27 6.46 5.72 9.29 2009 2.75 0.93 1.12 1.05 3.33 2010 6.76 1.63 2.40 3.40 3.85 2011 3.79 3.09 5.17 3.70 4.43 Sumber :Yahoo Finance, Bloomberg 2013(data diolah) Berdasarkan tabel 1.2 di atas, dapat dilihat perubahan yang terjadi pada inflasi di negara ASEAN dari tahun 2006-2011 yang berfluktuasi. Tingkat inflasi terhebat terjadi pada negara Indonesia sebesar 13,33% pada tahun 2006, diikuti Filipina dan Thailand masing-masing sebesar 6,28% dan 4,86%. Ketika krisis ekonomi dunia melanda, harga minyak di dunia tinggi sehingga pemerintah negara-negara ASEAN menaikkan tingkat inflasinya agar tetap bisa mngendalikan ekonominya. Seperti halnya tingkat bunga, inflasi juga berperan besar dalam mendorongnya penanaman modal spekulatif. Para pemilik modal akan mengalihkan modalnya untuk lebih memilih menginvestasikan ke usaha-usaha produktif. Inflasi sangat berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham yang 7 diminta, apabila inflasi meningkat yang akan berdampak pada naiknya harga bahan baku yang pada akhinrya akan menyebabkan menurunnya daya saing terhadap produk barang yang dihasilkan suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak pada menurunnya prospek perusahaan dan akan berdampak buruk pada harga saham perusahaan tersebut di pasar modal. Selain itu, meningkatnya inflasi akan menaikkan biaya perusahaan yang mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa saham yang pada akhirnya akan memperkecil deviden yang diterima para pemegang saham. Selain itu, perubahan tingkat nilai kurs juga mempengaruhi fluktuasi indeks harga saham suatu negara. Apabila nilai tukar terhadap dollar di sebuah negara meningkat yang akan berdampak pada pemilihan berinvestasi oleh investor. Mereka akan lebih memilih menginvestasikan uangnya dalam bentuk dollar daripada menanamkan modalnya di saham karena mereka akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Nilai tukar terhadap dollar dan sekuritas adalah dua faktor yang sangat diperhatikan oleh investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Dalam meneliti fluktuasi indeks harga saham gabungan, terdapat banyak indikator ekonomi makro yang seringkali dihubungkan dengan pasar modal seperti tingkat bunga, inflasi, kurs dan pertumbuhan PDB. Namun dalam penelitian kali ini penulis mengambil dua faktor, yaitu inflasi dan nilai tukar (kurs) 8 Tabel 1.3 Nilai Tukar (Kurs) Terhadap US Dollar 5 Negara ASEAN pada periode 2006-2011 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Indonesia Malaysia Singapura (Dollar (Rupiah) (Ringgit) Singapura) 9,164.49 3.67 1.59 9,139.37 3.44 1.51 10,950.11 3.33 1.42 9,400.83 3.52 1.45 8,991.85 3.22 1.36 9,086.01 3.06 1.26 Thailand (Baht) 37.88 34.52 33.31 34.29 31.69 30.49 Filipina (Peso) 51.31 46.15 44.47 47.64 45.11 43.31 Sumber :Yahoo Finance, Bloomberg 2013 (data diolah) Berdasarkan tabel 1.3 di atas, dapat dilihat perubahan yang terjadi pada nilai tukar terhdap US dollar di negara ASEAN dari tahun 2006-2011 yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Di utrutan pertama ada negara Singapura yang memimpin dalam kurs tukar terhadap dollar, dan di urutan terakhir ada negara Indonesia yang perbandingan kurs nilai tukarnya terhadap US dollar terbelakang dibandingkan negara ASEAN lainnya. Tidak terlihat fluktuasi yang signifikan yang dialami negara Singapura, negara tersebut pertumbuhan ekonominya sangat pesat sehingga mampu menjaga stabilitas Dollar Singapore terhadap US dollar.Diikuti dengan Malaysia, negara maju di ASEAN yang nilai Ringgit Malaysia terhadap US dollar juga tidak terlihat perubahan yang mencolok. Tetapi untuk negara Indonesia, terdapat fluktuasi yang signifikan terhadap US Dollar, mungkin dikarenakan luas negara dan jumlah penduduk yang dimiliki serta pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil menyebabkan Rupiah Indonesia terhadap US Dollar sangat memprihatinkan. 9 Pada setiap krisis yang terjadi, setiap kali terjadi pelemahan di pasar keuangan dan pasar modal, maka terjadi pula pelemahan pada variable-variabel ekonomi makro di negara-negara tersebut. Ini mengindikasikan adanya hubungan antara pasar saham dan variabel-variabel ekonomi makro negara-negara ASEAN (Dwi Wulandari, 2011). Inflasi dan nilai tukar terhadap dollar salah satu instrumen kebijakan moneter yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dan tingkat pengembalian saham di pasar modal.Berdasarkan data dan penjelasan di atas, peneliti melihat perkembangan perekonomian di ASEAN belum sepenuhnya merata. Peneliti mengambil sampel 5 negara maju dan berkembang di ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina dengan 2 faktor yang diperkirakan mempengaruhi indeks harga saham gabungan yaitu inflasi dan nilai tukar. Kedua faktor tersebut secara teoritis dan didukung dengan penelitianpenelitain terdahulu yang sudah dilakukan sebelumnya akan berkaitan dengan indeks harga saham gabungan. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian yang berjudul: Analisis Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Studi Kasus :5 Negara ASEAN Periode 2006-2011. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas, penulis mencoba mencari faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di negara-negara ASEAN, khususnya lima negara yang 10 diteliti yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina dengan mengambil variable inflasi dan nilai tukar dimana penulis ingin menganalisis: 1. Bagaimana pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar secara bersama-sama terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dilima negara ASEANpada periode penelitian tahun 2006-2011 2. Bagaimana pengaruh Inflasi secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dilima negara ASEAN pada periode penelitian tahun 2006-2011 3. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di lima negara ASEANpada periode penelitian tahun 2006-2011 4. Bagaimana nilai rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) individu masing-masing negaraatas pengaruh individual effect pada model, selama periode penelitian tahun 2006-2011. C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut : a. Mengetahui pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar secara bersama-sama terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di lima negara ASEAN pada periode penelitian tahun 2006-2011 11 b. Mengetahui pengaruh Inflasi secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dilima negara ASEAN pada periode penelitian tahun 2006-2011 c. Mengetahui pengaruh Nilai Tukar secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di lima negara ASEANpada periode penelitian tahun 2006-2011 d. Mengetahui nilai rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) individu masing-masing negaraatas pengaruh individual effect pada model, selama periode penelitian tahun 2006-2011 2. Manfaat Penelitian Dengan ditulisnya karya ilmiah ini, penulis berharap penelitian ini bermanfaat yang antara lain adalah : a. Bagi Penulis Untuk mengimplentasikan ilmu-ilmu dan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah pada program S1 Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan khususnya kosentrasi Ekonomi Moneter. b. Bagi Investor Sebagai informasi tambahan yang dapat digunakan sebagai tolak ukur perkembangan perekonomian Indonesia dan pengetahuan bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi investor yang akan berinvestasi di masing-masing negara yang menjadi objek penelitian. 12 c. Bagi Perguruan Tinggi dan Akademisi Penelitian ini akan menambahkan keperpustakaan dibidang ilmu ekonomi dan studi pembangunan konsetrasi ekonomi moneter dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang berisikan suatu studi perbandingan yang bersifat karya ilmiah untuk menambah wawasan dan pengetahuan. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Saham dipergunakan sebagai salah satu alat untuk mencari tambahan sumber dana yang menyebabkan kajian dan analisis tentang saham berkembang dengan baik secara teknikal maupun fundamental. (Irham Fahmi,2012:80). Pemilik saham yang biasa disebut investor, menjadikan Rate of Return sebagai salah satu alasan dalam mendukung untuk mengambil keputusan berinvestasi yang ditunjang oleh berbagai alasan keputusan lainnya (Irham Fahmi, 2012:85). Pada saat seseorang memiliki saham preffered stock (saham istimewa) jika dilihat dari perspektif rate of return, yaitu ―Saham preferen ini biasanya memberikan deviden yang tetap setiap tahunnya seperti halnya obligasi. Pada umumnya saham preferen ini tidak mempunyai hari jatuh (perpetuity). Menurut A.A.R.J Turgot, seorang ekonom Perancis, melihat sistem bagi hasil yang diterapkan dalam perdagangan jaman dahulu yang dinilai using, namun tidak bagi beliau. Pada tahun 1775 beliau menerapkan sistem bagi hasil dengan pencatatan resmi yang kemudian dikembangkan menjadi pencatatan penyertaan modal dan bagi hasil yang kita kenal sekarang ini dnegan nama saham. Kemudian Chaler Babbage berpendapat bahwa pada tahun 1920-an, Amerika menerapkan sistem bagi hasil atau insentif dengan merubah sistem hasil tunai menjadi sistem kepemilikan saham perusahaannya melalui employee stock ownership plans (ESOPs). Dengan memiliki saham perusahaan, para pekerja 14 memperoleh tambahan penghasilan melalui deviden yang dibagikan setiap tahun, bahkan ketika mereka sudah tidak bekerja lagi di perusahaan tersebut. (www.belajarinvestasi.com, 2015) Rate of return dari saham preferen ini dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rate of Return = Dividen per lembar harga saham preferen Harga pasar Keuntungan dari saham preferen yang paling utama adalah pembayaran deviden akan lebih diutamakan dibandingkan saham biasa (common stock) sehingga mereka akan lebih memilih menyimpan uang mereka dalam bentuk saham preferen karena dalam pembayaran deviden, mereka akan diprioritaskan dan dapat dihitung penerimaan devidennya. Penentuan besarnya Rate of Return dan nilai dari saham biasa lebih sukar dibandingkan dengan saham preferen karena pendapatan, deviden dan harga saham di masa depan akn sukar diprediksai. Selain itu, seperti halnya dengan bunga dan deviden saham preferen, pendapatan dan deviden saham biasa diharapkan meningkat setiap tahun akan meningkat dan tidak tetap konstan. Menurut Charles P. Jones (2007), dalam perhitungan common stock dengan formula yang dikembangkan oleh Myron J. Gordon, dimana formula Gordon ini biasa dikenal dengan constant growth model, yaitu: P0 = D 1 15 r –g Keterangan: P0 = Nilai dari common stock (saham biasa) D1 = revenue deviden dalam satu tahun r = rate of return yang diharapkan g = growth yang ditaksir, sifatnya selalu konstan Fakta yang didapat dari mempertahankan presentase pembayaran hasil deviden adalah konstan, maka dengan constant growth model deviden dan hasil harga saham semuanya diharapkan akan tumbuh secara konstan (g). (Charles P. Jones, 2007:266) Pihak yang memiliki saham akan mendapat keuntungan sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima, yaitu setiap akhir tahun akan menerima deviden, memperoleh hak suara jika memegang saham jenis common stock dan memperoleh keuntungan pada saat saham yang dimiliki dijual kembali dengan harga yang lebih mahal atau capital gain. Adapun bentuk rumus capital gain adalah sebagai berikut : CG = Pit - Pit-1 Pit-1 Keterangan: CG = Capital Gain Pit = Harga Sahm Akhir Periode Pit-1 = Harga Saham Periode Sebelumya 16 1. Pengertian Saham Saham merupakan surat berharga yang paling populer dan sangat dikenal dimasyarakat luas baik di negara maju berkembang. Menurut Darmaji dan maupun di negara Hendy (2006), saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik yang menerbitkan surat berharga tersebut. porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut. Sedangkan menurut Pandji Anoraga dan Piji Pakarti (2006:58), saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Saham digunakan sebagai salah satu alat untuk mencari tambahan dana yang menyebabkan kajian-kajian dan analisis tentang saham berkembang luas baik secara fundamental maupun teknikal 2. Jenis-Jenis Saham Saham dapat dibedakan berdasarkan unsur intrinsik, kepemilikan saham dan klasifikasi kapitalisasi pasar, dimana klasifikasi saham-saham ini memiliki arti dan aturannya masing- masing (Djoko Supriyadi, 2010:17). a. Unsur Intrinsik 1) Saham Biasa 17 Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa, biasanya pemegang saham mempunyai hak untuk memperoleh memperoleh dalam dividen sepanjang perseroan keuntunganan dan dijual oleh perusahaan satuan nominal (rupiah, yen, dollar, dan sebagainya). Pemilik saham biasa ini ikut serta dalam RUPS sesuai jumlah saham yang dimilikinya (one share one vote).Ketika perseroan terlikuidasi, pemilik saham memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayaan setelah kewajibannya dilunasi. 2) Saham Preferen Saham preferen adalah saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan dividen dan/bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi lebih dulu dari saham biasa. Disamping itu, saham preferen mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau komisaris. Saham preferen dibagi 4, yaitu : a) Saham preferen non-kumulatif, non-partisipasi Adalah bagian saham preferen dividen tertunggak tidak ada kecuali dividen berjalan dan sisanya untuk bagian saham biasa. b) Saham preferen kumulatif, non-partisaipasi 18 Adalah bagian saham preferen dividen yang tertunggak dan dividen tahun berjalan menjadi bagian saham preferen dan sisa laba-rugi menjadi bagian saham biasa. Bila dividen untuk saham preferen telah dibayarkan pada tanggal tersebut, maka sisanya menjadi bagian saham biasa. c) Saham preferen non-kumulatif, partisipasi Adalah bagian saham preferen yang hanya dividen tahun berjalan dan sisa laba dibagi menurut perbandingan modal saham biasa dan saham preferen. Bila perusahaan menderita kerugian, bagian saham preferen hanya dividen tahun berjalan dan sisanya untuk bagian saham biasa. d) Saham preferen kumulatif, partisipasi Apabila perusahaan memperoleh laba, dividen saham preferen yang belum dibayar pada tahun sebelumnya (tertunggak) termasuk dividen tahun berjalan menjadi bagian saham preferen, sedangkan bagian saham biasa dihitung dari persentase saham preferen dikalikan jumlah modal saham biasa. Apabila ada sisa laba dibagikan kepada saham preferen dan saham biasa berdasarkan perbandingan modal saham preferen dan saham biasa. Kemudian apabila perusahaan menderita kerugian, maka bagian 19 laba untuk saham preferen, yaitu dividen yang tertunggak termasuk dividen tahun berjalan. Untuk bagian saham biasa yaitu kerugian ditambah dividen tertunggak dan tahun berjalan. b. Kepemilikan Saham Klasifikasi saham atas dasar kepemilikan saham dibagi dua, saham atas unjuk dan saham atas nama (Djoko Supriyadi, 2010: 19). 1) Saham atas unjuk Saham atas unjuk mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Mudah diperdagangkan b. Tidak perlu daftar sebagai pemegang saham c. Pemegang saham anonim sehingga sukar untuk diawasi d. Dapat dengan mudah dipalsukan e. Jika terjadi kehilangan maka akan sukar untuk diganti f. Pembuatannya sulit dikarenakan syarat-syarat yang berat 2) Saham Atas Nama Saham atas nama mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 20 a. Prosedurnya panjang jika diperdagangkan, karena memerlukan pernyataan pemindahan (PPH). b. Harus ada yang mencatat nama-nama dari pemegang saham dan masuk ke dalam Daftar Pemegang Saham. c. Nama-nama pemegang saham diketahui dan terdaftar, sehingga mudah diawasi. d. Sukar dipalsukan karena melewati beberapa prosedur kepemilikan e. Kalau hilang mudah diganti karena terdaftar di daftar pemegang saham f. 3) Pembuatannya relatif mudah. Klasifikasi Kapitalisai Pasar Klasifikasi saham atas dasar klasifikasi kapitalisasi pasar dibagi tiga, yaitu Big Cap, Middle Cap dan Small Cap.Adapun penjelasannya sebagai berikut : a. Big Cap Adalah saham yang bernilai lebih dari Rp 5 Triliun, biasa disebut Blue Chip atau saham papan atas atau saham lapis pertama. b. Middle Cap 21 Adalah saham yang bernilai antara Rp 1 Triliun sampai dengan Rp 5 Triliun, biasa disebut Baby Blue-Chip atau saham lapis kedua. c. Small Cap Adalah saham yang bernilai dibawah Rp 1 Triliun yang biasa disebut juga saham lapis ketiga. 3. Keuntungan Dan Resiko Saham a. Keuntungan 1) Deviden Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu 22 untuk setiap saham – atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 2) Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga jual dan harga beli yang terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500. b. Resiko Saham 1) Capital Loss Capital Loss merupakan kebalikkan dari Capital Gain.Yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga belinya.Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham. 23 2) Risiko Likuidasi Perusahaan yang sahamnya dimiliki kemudian dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan. B. Indeks Harga Saham Gabungan Menurut Abdul Halim (2005), Indeks harga saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh terutama tentang kejadian ekonomi. Sedangkan menurut Darmaji dan Hendy (2006), indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Indeks harga saham (IHS) dapat dijadikan barometer kesehatan suatu negara. 24 Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa, juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah indeks harga saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah salah satu indeks yang digunakan dalam pasar saham sebagai indicator pergerakan saham biasa maupun preferen yang tercatat di bursa efek. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut ; IHSG t = (NPt /ND ) x 100 Keterangan : IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan NP : Nilai pasar pada hari –t ND : Nilai dasar Perhitungan indkes mempresentasikan pergerakan harga saham di bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai dasar akan disesuaikan secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat factor lain yang tidak terkait dengan saham. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar regular yang didasarkannpada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang. Di pasar modal, sebuah indeks memiliki 5 (lima) fungsi, yaitu: 25 a) Sebagai indikator tingkat perkembangan dan penurunan pasar b) Sebagai indikator tingkat keuntungan saham c) Sebagai tolak ukur kinerja dari suatu portofolio investasi d) Sebagai dasar pembentukan portofolio dalam strategi pasif e) Menggambarkan perkembangan produk derivative yang diperdagangkan di bursa C. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar modal mendefinisikan pasar modal sebagai ―Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek‖. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Menurut Sunariyah (2004) pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan sebuah lembaga perantara bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang 26 disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para pedagang efek. Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen. 2. Fungsi dan Manfaat Pasar Modal Pasar modal memiliki peranan penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, karena dengan kapasitasnya sebagai regulator, pemerintah mempengaruhi evolusi dan perkembangan dari pasar keuangan dimaksud dan kelembagaan lain. Dengan dua fungsi, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan, pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara.Yang pertama, fungsi ekonomi. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak investor dan pihak issuer untuk memperoleh dana berupa obligasi dan saham. Yang kedua, fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kesempatan dan kemungkinan dalam mendapatkan imbalan atau return bagi pemilik dana sesuai investasi yang dipilih. 27 Jadi dengan adanya pasar modal, diharapkan aktifitas perekonomian menjadi meningkat karena menyediakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan pendapatan dan kemakmuran untuk masyarakat luas. Dengan demikian, pasar modal dapat memainkan peran penting bagi perkembangan perekonomian suatu negara, karena seperi yang dikemukakan oleh Munir Fuady bahwa pasar modal memiliki fungsifungsi sebagai berikut: a) Sebagai alternatif investasi bagi para pemilik modal b) Mempertinggi alokasi sumber produksi c) Mendorong tercipatanya kesempatan berusaha sekaligus kesempatan bekerja d) Menekan tingginya tingkat bunga atau rate sehingga tercapai tingkat bunga yang masuk diakal e) Memperkokoh beroperasinya financial market dalam menata sistem moneter karena pasar modal dapat menjadi sarana open market operation yang sewaktu-waktu dibutuhkan oleh Bank Sentral. f) Sumber pembiayaan yang cepat, mudah dan murah bagi dunia usaha dan pembangunan modal. D. Inflasi 1. Pengertian Inflasi Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga- harga secara umum dan kontinu (terus-menerus) berkaitan dengan 28 mekanisme pasar. Menurut Sadono Sukirno, Tingkat inflasi (persentasi kenaikan harga) berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu Negara ke Negara lainnya (Sukirno, 1994 : 326). Menurut Muana, inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. (Muana, 2001).Sedangkan menurut Dr. Boediono, Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. (Boediono, 1982: 155). Jadi, dari beberapa pendapat mengenai Inflasi, dapat disimpulkan bahwa Inflasi yaitu suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. 2. Cara Mengukur Inflasi Menurut Nopirin (1990:25), inflasi atau kenaikan harga dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi adalah: b. Indeks biaya hidup (consumer price indeks) Yaitu mengukur biaya/pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Banyaknya barang tersebut bermacam-macam, di 29 Indonesia terdapat 9 bahan pokok, 62 macam barang serta 162 barang. c. Indeks harga perdagangan besar (wholesale price index) Yaitu menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan berat seperti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi. d. GNP (gross national product) deflator Yaitu jenis barang yang mencakup dalam perhitunga GNP.Dimana perhitungannya diperoleh dari membagi GNP nominal (atas harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan). 3. Jenis-Jenis Inflasi Diukur dari besarnya laju inflasi, inflasi digolongkan menjadi tiga yaitu : a. Inflasi Merayap (creeping inflation) Tingkat inflasi yangtingkatannya masih di bawah 10% pertahun dan meningkatnya harga-harga secara perlahan b. Inflasi Menengah (galloping inflation) Tingkat inflasi yang mengganas berkisar antara 20%-100% dan tandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar dan kondisi tersebut berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi, biasanya dapat menimbulkan 30 gangguan-gangguan serius terhadap perekonomian dan menimbulkan distorsi besar dalam perekonomian. c. Inflasi Tinggi (hyper inflation) Tingkat inflasi yang sangat mengkhawatirkan dan sangat tinggi, di atas 100% karena harga-harga meningkat sampai dengan lima atau enam kali, sehingga nilai uang turun secara tajam (Nopirin : 2001). Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalupanas (over heated), artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga hargaharga cenderung mengalami kenaikan. Kondisi ekonomi yang over heated tersebut juga akan menurunkan daya beli uang (purchasing power of money) dan mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya (Tandelilin : 2001). Inflasi meningkatkan pendapatandan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun. Kestabilan inflasi merupakan syarat untuk pertumbuhann ekonomi yang sehat yang pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi berdasarkan pada pertimbagan bahwa inflasi yang tinggi akan mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi dan berdampak negatif bagi masyarakat. 31 4. Sebab-Sebab Inflasi Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi: a. Demand Pull Inflation Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan de-ngan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pemintaan agregat. b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif. Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh Domestic Inflation dan Imported Inflation. Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang ysng pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau gabungan dari dua masalah berikut, tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa serta pekerja-pekerja diberbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah. Disamping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari : Pertama, kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Kedua, penambahan penawaran 32 uang yang berlebihan tanpa diikuti pertambahan produksi dan penawaran barang. Ketiga, kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintah yang kurang bertanggung jawab. Akibat-akibat buruk dari inflasi beragam seperti pengangguran yang kian bertambah, menurunkan taraf kemakmuran masyarakat dimana upah riil para pekerja akan merosot sehingga taraf hidupnya pun akan menurun. Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk jika inflasi tidak dapat dikendalikan atau diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung akan mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba sebagai akibat suatu peristiwa tertentu ysng berlaku diluar ekspektasi pemerintah misalnya depresiasi nilai uang yang sangat besar atau keadaan politik yang tidak stabil. 5. Cara Mengatasi Inflasi Usaha untuk mengatasi terjadinya inflasi harus dimulai dari penyebab terjadinya inflasi supaya dapat dicari jalan keluarnya. Secara teoritis untuk mengatasi inflasi relatif mudah, yaitu dengan cara mengatasi pokok pangkalnya, mengurangi jumlah uang yang beredar. Berikut ini kebijakan yang diharapkan dapat mengatasi inflasi: 33 a. Kebijakan Moneter Segala kebijakan pemerintah di bidang moneter dengan tujuan menjaga kestabilan moneter untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kebijakan ini meliputi: 1) Politik diskonto, dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menaikan suku bunga bank, hal ini diharapkan permintaan kredit akan berkurang. 2) Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI 3) Operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual SBI 4) Kredit selektif, politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit 5) Politik sanering, ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1 b. Kebijakan Fiskal Guna menjaga kestabilan tingkat inflasi di bidang fiskal, pemerintah menerapkan kebijakan fiskal yang meliputi : 1) Menaikkan tarif pajak, diharapkan masyarakat akan menyetor uang lebih banyak kepada pemerintah sebagai 34 pembayaran pajak, sehingga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar. 2) Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah 3) Mengadakan pinjaman pemerintah, misalnya pemerintah memotong gaji pegawai negeri 10% untuk ditabung, ini terjadi pada masa orde lama. c. Kebijakan Non Moneter Selain kebijakan tersebut di atas, pemerintah menerapkan kebijakan non-moneter yang meliputi : 1) Menaikan hasil produksi, Pemerintah memberikan subsidi kepada industri untuk lebih produktif dan menghasilkan output yang lebih banyak, sehingga harga akan menjadi turun. 2) Kebijakan upah, pemerintah menghimbau kepada serikat buruh untuk tidak meminta kenaikan upah disaat sedang inflasi. 3) Pengawasan harga, kebijakan pemerintah dengan menentukan harga maksimum bagi barang-barang tertentu. 35 E. Nilai Tukar 1. Pengertian Nilai Tukar (Kurs) Kurs valuta asing adalah kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain Menurut Krugman dan Obstfeld (2005), nilai tukar merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhpengaruhnya yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variable ekonomi makro lainnya. Sedangkan menurut Mishkin (2008), kurs adalah harga dari suatu mata uang dalam mata uang lainnya. Kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagau jumlah uang domestik yang dibutuhkan, misalnya banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu satuan unit mata uang asing seperti dollar Amerika. Definisi nilai tukar atau kurs dalam jual-beli valuta asing, dikenal ada empat jenis transaksi, yaitu : a. Kurs jual Kurs yang di tentukan oleh bank suatu negara untuk penjualan valuta asing pada waktu tertentu. b. Kurs beli Kurs yang ditentukan oleh banksuatu negara untuk pembelian valuta asing pada waktu tertentu. c. Kurs tengah 36 Kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional suatu negara yang ditetapkan oleh bank sentral pada waktu tertentu. d. Kurs flat Kurs yang berlaku untuk jual beli bank notes dan traveller cheque, dimana kurs ini telah termasuk biaya promosi dan biaya lainya yang telah diperhitungkan. 2. Perubahan Nilai Tukar Kurs yang ditentukan oleh pasar bebas dapat mengalami dua bentuk perubahan, yaitu perubahan kurs atas efek perubahan permintaan dan perubahan kurs atas efek perubahan penawaran (Gregory Mankiew, 2000:400-401). a. Perubahan kurs atas efek kenaikan permintaan Gambar 2.1 Kurva Perubahan Permintaan Kurs S 150 0 1000 D1 D 37 Dalam gambar 2.1 diatas dimisalkan bahwa pada mulanya permintaan keatas dolar adalah D dan penawaran keatas dolar adalah S. Maka kurs pertukaran adalah satu dolar sama dengan 1500 rupiah dan kualitas dolar yang dijual belikan adalah Q 1. Dari akibat suatu kenaikan dalam permintaan keatas dolar, kurva permintaan dolar bergerak dari D ke D1.Kurva yang baru ini menaikkan harga dolar dari 1500 rupiah setiap unit menjadi 2000 rupiah perunit dan menambahkan kuantitas valuta dolar yang diperjual-belikan dalam pasar valuta asing dari Q1 menjadi Q2. b. Perubahan kurs atas efek perubahan penawaran Gambar 2.2 Kurva perubahan penawaran kurs S S1 2000 1500 D Q1 Q2 Dari gambar 2.2 diatas yang ditunjukkan adalah perubahan penawaran.Kurva S dan D menggambarkan penawaran dan 38 permintaan uang dolar yang pada mulanya wujud. Sesudahnya penawaran bertambah dari S menjadi S1 sebagai akibat kurs pertukaran untuk setiap dolar turun dari 2000 rupiah menjadi 1500 rupiah, dan kuantitas mata uang dolar dan diperjual-belikan bertambah dari Q1 menjadi Q2. 3. Macam-Macam Nilai Tukar Menurut Gregory Mankiew (2000), macam-macam nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua macam: a. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) Nilai tukar nominal adalah nilai atau uang tarif dimana seseorang dapatn memperdagangkan mata uang suatu negara dengan mata uang lainnya. Nilai tukar ini selalu dapat dinyatakan dengan dua cara, atau secara timbal balik. Jika nilai tukar dolar terhadap rupiah adalah $1 = Rp 8000. Itu artinya kurs rupiah terhadap dolar adalah Rp 1 = 1/8000 dolar. b. Nilai tukar riil (real exchange rate) Nilai tukar riil adalah tingkatan dimana seseorang dapat memperdagangkan barang atau jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa di negara lainnya.Nilai tukar riil tersebut dinyatakan sebagai unit-unit barang asing perunit dari barang domestik. 39 Menurut Gregory Mankiw (2000), formula untuk Perhitungan nilai tukar riil dengan cara sebagai berikut: Nilai tukar riil : Nilai tukar nominal x harga domestik Harga luar negeri 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing Menurut Sadono Sukirno (2004), perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta asing yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta asing, disebabkan oleh banyak faktor. Yang terpenting diantaranya adalah seperti yang sebagai berikut: a. Perubahan Dalam Citra Masyarakat Citra masyarakat mempengaruhi corak ekonomi mereka. Maka perubahan cita rasa masyarakat akan mengubah corakkonsumsi mereka atas barang-barang yang diproduksi didalam negeri maupun yang diimpor. Jika kualitas barang impor lebih berkualitas daripada barang-barang yang diproduksi dalam negeri akan menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang impor bertambah besar sehingga permintaan barang-barang impor ikut bertambah besar. b. Perubahan Harga-Harga Barang Ekspor Impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah suatu barang akan di impor atau di ekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga 40 yang relatif lebih murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor. Dan sebaliknya, impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan uang negara tersebut. c. Kenaikan-Kenaikan Harga Umum Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing.Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yang berikut : inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, inflasi berkecendrungan mengurangi ekspor. Keadaan ini menyebabkan permintaan valuta asing bertambah dan akhirnya akan harga valuta asing akan bertambah. d. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian sangat penting dalam mempengaruhi aliran pengembalian investasi modal. yang Suku bunga rendah dan cenderung tingkat akan menyebabkan modal dalam negeri akan mengalir keluar negeri. Begitupun sebaliknya, suku bunga dan pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk kenegara tersebut. Apabila lebih banyak modal mengalir kesuatu 41 negara, permintaan keatas maka uangnnya bertambah maka nilai mata uang tersebut akan bertambah. e. Pertumbuhan Ekonomi Efek yang akan diakibatkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan itu teryata diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan keatas maka uang negara tersebut bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara bersangkutan akan meningkat f. Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity) Teori ini dikemukakan oleh Gustav Cassel, seorang ekonom Swedia, yang memperkenalkan teori PPP pada tahun 1918. PPP menghubungkan kurs valas dengan harga-harga komoditi dalam mata uang lokal di pasar internasional, yaitu bahwa kurs valas akan cenderung menurun dalam proporsi yang sama dengan laju kenaikan harga. Pada intinya, PPP menekankan hubungan jangka panjang antara kurs valas dan harga-harga komoditi secara relatif. Teori paritas daya beli merumuskan bahwa kurs antara dua mata uang adalah identik dengan rasio dari tingkat harga umum dari kedua negara yang bersangkutan. Artinya, penurunan daya beli mata uang domestik akan diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar valas. Menurut teori 42 ini, pasar valas berada pada kondisi keseimbangan apabila semua deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan tingkat imbalan yang sama. Kondisi dimana tingkat imbalan yang semua simpanan dalam berbagai valas sama disebut kondisi paritas suku bunga (interesty parity). Dengan kata lain, segenap simpanan valas menawarkan tingkat imbalan resiko kurs, dan kemungkinan perubahan kurs secara keseluruhan setara sehingga prospek keuntungan ataupun daya tarik atas aset-aset tersebut besar. Kenaikan suku bunga dari simpanan suatu mata uang domestik menyebabkan mata uang domestiknya tersebut mengalami depresiasi terhadap mata uang asing, dengan asumsi kondisi yang lainnya tetap (perkiraan kurs dimasa datang tidak berubah). Namun demikian, asumsi yang digunakan tersebut dalam kenyataannya sangat tidak realistis sebab perubahan suku bunga senantiasa disertai dengan perubahan kurs dimasa yang akan datang. (Domonic,1997 pada Gandha, 2011:33-34). Dengan kata lain, PPP absolut menerangkan bahwa kurs spot ditentukan oleh harga relatif dari sejumlah barang yang sama (ditunjukkan oleh indeks harga). Misalnya, katakanlah tingkat harga saat ini di Indonesia 110 sedang di AS sebesar 105. Jika kurs awal dolar adalah Rp2.500, maka menurut PPP, kurs rupiah yang dinilai dalam dolar AS seharusnya meningkat 43 menjadi Rp2.619 , yang diperoleh dari (2.500 x 110/105), atau mengalami depresiasi sebesar 4,76%. Di lain pihak, bila tingkat harga di AS sekarang menjadi 115 maka rupiah akan mengalami apresiasi sekitar 4,36%, atau menjadi Rp2.391 yang diperoleh dari (2.500 x 110/115). Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam PPP absolut, negara yang mata uangnya mengalami tingkat inflasi yang tinggi seharusnya mengurangi nilai mata uangnya relatif terhadap mata uang dengan tingkat inflasi yang lebih rendah. Sementara itu, PPP yang relatif mengatakan persentase perubahan kurs nominal akan sama dengan perbedaan inflasi di antara kedua negara. F. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir semua sama, tetapi karena objek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka akan terdapat banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan bahan referensi untuk saling melengkapi. 44 Tabel. 2.1 Matriks Refrensi Penelitian Terdahulu Nama Judul Periode Metode Variabel Peneliti Penelitian Penelitian Kesimpulan Analisis Suramaya Pengaruh Januari Regresi 1. IHSG Hanya 1 Suci Kewal Inflasi, Suku 2000- berganda 2. Inflasi variabel yang Bunga, Kurs Desember 3. Suku Bunga berpengaruh Dan 2009 4. Kurs signifikan, 5. Pertumbuhan yaitu Kurs. Pertumbuhan Terhadap PDB Indeks Harga Saham Gabungan Sugeng Pengaruh Januari Regresi 1. Inflasi Inflasi Raharjo Inflasi, Nilai 2007- berganda 2. Kurs rupiah memiliki Kurs Rupiah, Desember terhadap pengaruh Dan Tingkat 2009 dollar positif terhadap Suku Bunga Terhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia 3. Tingkat Suku harga saham, Bunga sedangkan kurs 4. Harga Saham dan tingkat bunga negatif. 45 Nama Judul Periode Metode Variabel Peneliti Penelitian Dwi Analisis Wulandari Penelitian 1995-2010 Kesimpulan Analisis Regresi 1. Harga Saham Hanya 9 Pengaruh Berganda 2. Kebebasan variabel yang Kebebasan dan Ekonomi berpengaruh Ekonomi Dan Principal 3. Inflasi terhadap harga Variabel Component 4. Suku Bunga saham di Moneter Analysis 5. Nilai Tukar negara 6. JUB ASEAN, 5 Terhadap Harga Saham Di 5 variabel positif Negara ASEAN dan 4 variabel negatif. Joven Analisis Sugianto Pengaruh dan Trisnadi Tingkat Inflasi, Wijaya Nilai Tukar dan 2007-2011 Regresi 1. Inflasi Hanya variabel Linier 2. Tingkat SBI Infllasi yang Berganda 3. Nilai Tukar memberikan 4. IHSG pengaruh Suku Bunga positif terhadap SBI Terhadap IHSG. IHSG Di Bursa Efek Indonesia 46 Nama Judul Periode Metode Variabel Peneliti Penelitian Moh Rizal The Impact of Miseman, Macroeconomic Fathiyah s Forces on the Money terdapat Ismail, ASEAN Stock Supply pengaruh yang Wardiyah Markets 3. Domestic sangat kuat dan Ahmad, Movement. Farazida M. Akit, Penelitian Kesimpulan 2013 Analisis Panel Data 1. Interest Rate Dalam 2. Broad penelitian ini Output 4. Inflation Rate signifikan antara tingkat suku bunga, Rohana M2 dan Inflasi Mohamad terhadap and Wan pertumbuhan Mansor pasar saham, sedangkan untuk variabel PDB tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan dan negatif. 47 Nama Judul Periode Metode Variabel Peneliti UK Essays Penelitian Relationship Penelitian 2006-2010 Kesimpulan Analisis Multiple 1. KLSE All the Between KLSE Regression Composite independent Composite Analysis Index variable do Index As 2. Money Depent Supply (M3) Variables 3. Inflation influence the effect of KLSE performances. Rate (CPI) 4. Exchange Rate Ahmad Analisis Milad Auliauddin Regresi 1. Inflasi Inflasi dan Pengaruh Linier 2. Tingkat SBI Suku Bunga Tingkat Inflasi, Berganda 3. Nilai Tukar berpengaruh 4. IHSG signifikan, Nilai Tukar dan 2005-2013 Suku Bunga sedangkan SBI Terhadap Kurs tidak IHSG Di Bursa berpengaruh Efek Indonesia secara signifikan. 48 1. Kerangka Penelitian Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni,2010). Berikut penjelasan dari kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan : Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Nilai Tukar (X2) Inflasi (X1) Indeks Harga Saham Gabungan (Y) Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, terdapat 2 variabel independen yaitu Inflasi dan Nilai Tukar dna 1 variabel dependen yaitu Indeks Harga Saham gabungan. Peneliti akan meneliti pengaruhinflasi dan nilai tukar dalam periode 2006-2011 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan yang terdapat di lima negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand. Karena terdapat 5 negara yang diteliti, 49 makan akan menggunakan metode data panel dengan 5 data cross section dan 6 tahun data time series dari tahun 2006-2011. Dimana pengaruh yang akan diteliti adalah pengaruh bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen dan pengaruh parsial masing-masing variabel independen tehadap variabel dependen. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahi pengaruh individual effect yang terjadi dan apa pengaruhnya terhadap besarnya poin IHSG yang terbentuk ketika seluruh variabel independen bernilai nol. 2. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan dan jawaban itu masih diuji secara empiris (Irfan Fahmi, 2012). Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, penulis menurunkan hipotesis sebagai berikut: a. Inflasi dan Nilai Tukar secara bersama-sama berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di negara Indonesia pada periode penelitian tahun 2006-2011 b. Inflasi secara parsial berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di negaraIndonesia pada periode penelitian tahun 2006-2011 c. Nilai Tukar secara parsial berpengaruh positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di negara Indonesia pada periode penelitian tahun 2006-2011. 50 d. Terdapat pengaruh individual effect pada individu masing-masing negara atas perubahan Inflasi danNilai Tukar terhadap nilai ratarata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di lima negara ASEANpada periode penelitian tahun 2006-2011 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat (dependent) yaitu indeks harga saham gabungan dan 2 variabel bebas (indpendent) yaitu nilai tukar dan inflasi. Sehingga yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah indeks harga saham gabungan, nilai tukar dan inflasi di 5 negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina. Data yang digunakan adalah data indeks harga saham gabungan, inflasi dan nilai tukar dari tahun 2006 hingga 2011 dengan data bulanan yang diambil dari Bursa Efek dan Bank Sentral di masing-masing negara. B. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yang merupakan data sekunder.Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dari pihak kedua atau data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003: 127). Data sekunder dalam penelitian ini berupa indeks harga saham gabungan, tingkat inflasi dan nilai tukar terhadap US dollar, selama bulan Januari 2006 52 sampai bulan Desember 2011 di lima negara ASEAN yang dalam penelitian ini menggunakan data runtut waktu dan data antar ruang atau seing disebut data panel. Data panel merupakan sekelompok data individual yang diteliti selama rentang waktu tertentu sehingga data panel memberikan informasi observasi setiap individu dalam sampel tertentu. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data statistik, laporan tahunan Bank Sentral yang diterbitkan oleh masing-masing negara, Bank Sentral dan Bursa Efek serta sumber-sumber lainya yang berkaitan dengan penelitian ini dari tahun 2006 hingga 2011 dengan data bulanan. Tabel 3.1 Sumber Data Penelitian Periode 2006-2011 Indonesia Malaysia Singapura Filipina Thailand www.nso.go.th BiroPusat www.bps.go.i www.statistics. www.singsat.g www.nscb.gov Statistik d gov.my ov.sg .ph Bank www.bi.go.id www.bnm.gov www.mas.gov. www.bsp.gov. .my sg ph www.idx.co.i www.bursamal www.sgx.com www.pse.com. d aysia.com Sentral Bursa Efek www.bot.or.th www.set.or.th ph 53 Selain itu, data lain yang digunakan untuk mendukung penelitian ini dikumpulkan dengan cara dokumentasi dari berbagai macam sumber dan informasi dilakukan dengan cara mengambil dari internet, artikel, jurnal, dan mempelajari dari buku-buku pustaka yang mendukung proses penelitian ini. C. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data terbebas dari masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas, danautokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah. Untuk itu perlu dibuktikan lebih lanjut apakah model regresi yang digunakan sudah memenuhi asumsi tersebut. a. Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah variabel pengganggu memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji Jarque-Bera atau J-B test dengan membandingkan nilai J-B hitung yang diperoleh dari perangkat lunak Eviews 6.0 dengan nilai X2 – tabel. Apabila nilai J-B hitung > nilai X2 – tabel maka hipotesis nul yang menyatakan bahwa residual berdistribusi normal ditolak. Sebaliknya bila nilai J-B hitung < nilai X2 – tabel maka hipotesis nol 54 yang menyatakan residual berdistribusi normal diterima atau probabilitas < 0,05 maka hipotesis yang menyatakan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal ditolak dan sebaliknya, bila prob > 0,05 maka hipotesis yang menyatakan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal diterima (Wing Wahyu Winarno, 2009:5.40). Jarque-Bera = ( ) Dimana: N = Ukuran sampel S = Skewness/Kemencengan K = Kurtosis/Peruncingan k = banyaknya koefisien yang digunakan didalam persamaan b. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah situasi di mana terdapat korelasi variabel-variabel bebas diantara satu dengan lainnya. Hubungan linier antara variabel independen dapat terjadi dalam bentuk hubungan linier yang sempurna dan hubungan linier yang kurang sempurna (Nachrowi D. Nachrowi dan Hardius Usman, 2006). Salah satu cara mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas adalah dengan uji korelasi. Pada uji korelasi, kita menguji multikolinieritas hanya dengan melihat hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu variabel independen yang 55 lain. Tetapi multikolinieritas bisa juga muncul karena satu atau lebih variabel independen merupakan kombinasi linier dengan variabel independen lain. Dalam penelitian ini penulis akan melihat multikolienieritas dengan menguji koefisien korelasi (r) antarvariabel independen. Sebagai aturan main (rule of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas 0,8 maka diduga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi relatif rendah maka diduga model tidak mengandung multikolinieritas (Agus Widarjono, 2005). Regresi jenis ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel indenpenden secara bersama-sama (misalnya X1 dan X2) mempengaruhi variabel independen yang lain (misal X3). Kita harus menjalankan beberapa regresi, masing-masing dengan memberlakukansatuvariabelindependen(misalnyaX1) sebagaivariabel dependen dan variabelindependen lainnya tetap diperlakukan sebagaivariabelindependen.Dari masing- masingpersamaanakankitahitungnilai F-nyadengan rumusberikut : Dimana : 56 c. n = banyaknya observasi k = banyaknya variabel independen R = koefisien determinasi masing-masing model Uji Autokolerasi Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengan asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu residual dengan residual yang lainnya. Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan residual adalah tidak adanya hubungan antara residual satu dengan residual yang lain (Agus Widarjono, 2005:177). Rumus yang digunakan untuk uji Durbin-Watson adalah: DW = ∑ ∑ Keterangan: DW = Nilai Durbin-Watson Test e = Nilai residual et-1 = Nilai residua satu periode sebelumnya Dalam penelitian ini untuk melihat ada tidaknya autokorelasi digunakan uji autokorelasi yang dikembangkan oleh Bruesch dan 57 Godfrey yang lebih umum dan dikenal dangan uji Lagrange Multiplier (LM-test). Hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ho : tidak ada autokorelasi Ha : ada autokorelasi Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% dan menggunakan distribusi Chi-Square, maka : Jika Prob Chi-Square < 0,05, maka tidak signifikan dan Ho ditolak Jika Prob Chi-Square < 0,05, maka signifikan dan Ho diterima Maka keputusan tergantung dengan: Tolak Ho Tidak dapat Tidak Tidak dapat Tolak Ho, berarti ada diputuskan menolak Ho, diputuskan berarti ada autokorelasi berarti tidak autokorelasi positif ada korelasi negative 0 dL d. dL 2 4-du 4dL 4 Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi penting OLS adalah varian dari residual adalah konstan. Namun dalam kenyataannya seringkali varian residual adalah tidak konstan atau disebut denganheteroskedastisitas. Heteroskedastisitas biasanya terdapat pada data cross section. Sementara itu data time series jarang mengandung unsur heteroskedastisitas, dikarenakan ketika menganalisis perilaku data 58 yang sama dari waktu ke waktu fluktuasinya akan relatif lebih stabil(Agus Widarjono, 2005). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, maka bisa menggunakan uji White, yang pada prinsipnya meregres residual yang dikuadratkan dengan variabel bebas pada model. Di mana keputusan ada tidaknya heteroskedastisitas berdasarkan besar kecilnya Obs* R square. Hipotesisnya adalah sebagai berikut : Ho : tidak ada heteroskedastisitas Ha : ada heteroskedastisitas Kriteria Uji White adalah jika: Obs* R square > χ2 tabel, tidak signifikan, Ho ditolak Obs* R square < χ2 tabel, signifikan, Ho diterima Dengan tingkat signifikan (α) sebesar 5% bisa juga dengan menggunakanprobabilitas Probabilitas Chi-Square, maka : Prob Chi-Square < 0,05, tidak signifikan, Ho ditolak Prob Chi-Square > 0,05, signifikan, Ho diterima Jika model regresi yang akan kita uji memiliki tiga variabel bebas, yaitu X1, X2, dan X3, maka persamaan yang digunakan untuk uji heteroskedastisitas menggunakan metode White adalah sebagai berikut: 59 Ui2 = α + β1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X12 + β 5X22 + β 6X32 + β7X1X2X3 + υi Keterangan: 2. Ui = Nilai residual Xi = Variabel bebas Regresi Data Panel Metode analisis data dalam analisis regresi penelitian ini menggunakan linier berganda dengan menggunakan model metode data paneluntuk melihat hubungan antara satu variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebas dimana dalam penelitian ini mengukur pengaruh inflasi dan nilai tukar terhadap indeks harga saham gabungan di 5 negara ASEAN. Kemudian fungsi tersebut dimasukan kedalam bentuk model regresi linier berganda pada ekonometrika sebagai berikut: Y = β₀ + β₁X₁ + β₂X + εit IHSG = β₀ + β₁INFit + β₂ KURSit +εit Keterangan: IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan βo : Constanta β 1, β 2 : Koefisien regresi INF :Inflasi KURS : NIlai Tukar 60 ε : error terms Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis.Koefisien β akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan yang searah antara variabel independen dengan variabel dependen, Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula sebaliknya jika variabel independen mengalami penurunan. Sedangkan nilai β akan negatif (-) jika menunjukkan hubungan yang berlawanan, artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen, demikian pula sebaliknya. Model ini memfokuskan pada analisis regresi dengan kombinasi data time series dan cross section, yang populer disebut dengan pooled time series. Pooled time series merupakan kombinasi antara time series yang memiliki observasi temporalbiasa pada suatu unit analisis dengan data cross section yang miliki obserevasi-observasipada unit analisis pada titik tertentu (Mudrajat Kuncoro,2001). Ciri khusus pada data time series adalah berupa urutan numerik di manainterval antar observasi atas sejumlah variabel bersifat konstan dan tetap sedang data cross section adalah suatu unit analisis pada suatu titik tertentu dengan observasi atassejumlah variabel. Unit analisis dalam hal ini dapat berupa individu, kota, kabupaten,provinsi, negara, bisnis, rumah tangga, atau industri. Jadi bila sejumlah variabel untuksejumlah cross 61 section yang berbeda obsevasi selama kurun waktu tertentu, makaakan diperoleh data pooling. Regresi dengan metode panel data memberikan beberapa keunggulan dibandingkan dengan pendekatan standar time series dan cross section, antara lain: a. Penggunaan data pooling meningkatkan jumlah observasi (sampel). Dengan kata lain, cara ini mengatasi masalah keterbatasan jumlah data runtu waktu. b. Dengan data pooling akan diperoleh variasi antar unit yang berbeda menurut ruang dan variasi yang muncul menurut waktu. c. MeningkatkanDegree of Freedom (derajat kebebasan) karena data memiliki variabilitas yang besar dan mengurangi kolinieritas antar variabel penjelas dan dapat menghasilkan estimasi ekonometri yang efisien. d. Dengan data yang lebih bervariasi, panel data dapat memberikan informasi yang lebih banyak yang tidak dapat diberikan oleh data time series maupun cross section. e. Dibandingkan data cross section, panel data dapat memberikan penyelesaian yang lebih baik dalam interfensi perubahan yang dinamis. Permodelan dalam menggunakan teknik regresi data panel dapat menggunakan tiga pendekatan alternatif metode dalam pengolahannya, yaitu 62 Metode Common-Constant (The Pooled OLS Method), Fixed Effect Model dan Random Effect Model. a. Pooled Regression Metode ini mengasumsikan bahwa nilai intersep antar individual dianggap sama dimana hal ini merupakan asumsi yang sangat membatasi (Gujarati, 2003). Sehingga metode ini tidak dapat menangkap gambaran yang sebenarnya atas hubungan yang terjadi antara variabel bebas dengan variabel terikatnya, begitu juga dengan hubungan diantara tiap individu icross-section. Metode Pooled Regression akan dipilih saat tidak terdapat data matrix pada dimensi cross-section, dengan kata lain model ini mengestimasikan nilai α yang konstan untuk semua dimensi crosssection. Dapat dirumuskan denganpersamaan : Yti = xti βti+ еti Keterangan: Yti : observasi dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t xti : vekor k-variabel-variabel independen dari unit ke-I dan diamati pada periode ke-t (komponen konstanta) 63 b. Fixed Effect Model Regresi panel data memungkinkan kita untuk dapat mengetahui intersep masing-masing individu karena adanya perubahan keadaan pada masing-masing variabel. Jika menggunakan slope konstan tetapi intersep bervariasi untuk setiap individu, kita dapat menggunakan variabel dummy unit cross-section pada variabel yang diamati.Jumlah variabel dummy yang dibuat adalah ni-1 atau jumlah crosssectiondikurangi satu angka. Secara umum, FEM dapat diestimasi dengan dua metode yang berbeda, yaitu dengan OLS standard yang disebut Least Square Dummy Variables dan GLS (Generalized Least Square).Ketika menggunakan dummy untuk mengestimasi FEM maka persamaan tersebut disebut sebagai Least Squared Dummy Variabel (LSDV) (Nur Tsaniyah, 2010).Persamaan untuk Fixed Effect Model (FEM) adalah: Yti =α0 + x1β1 + x2β2+ α1D1 + α2D2 + …. + еti Keterangan: Yti : observasi dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t xti : variabel independen yang diteliti α0, α1, α2 : koefisien dummy variabel D cross section data (dummy variabel) : 64 c. Random Effect Model Untuk melihat pengaruh dari berbagai karakteristik yang bersifat konstan dalam waktu, atau konstan diantara individu dapat digunakan model yang disebut Random Effect Model (REM).Yang secara umum dituliskan sebagai berikut: Yti = xti βti + vti vti = ci + dt + еti Keterangan: Yti : observasi dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t xti : vektor k-variabel-variabel independen dari unit ke-I dan diamati pada periode ke-t (komponen konstanta) ci : konstanta yang bergantung pada unit ke i tetapi tidak bergantung kepada waktu t dt : konstanta yang bergantung pada waktu ke t tetapi tidak bergantung kepada unit ke i Disini ci diasumsikan bersifar Independent Identically Distributed (IID) normal dengan mean 0 dan variance σc2 , dt diasumsikan bersifat IID normal dengan mean 0 dan variance σd2 dan еti bersifat IID normal dengan mean 0 dan variance σe2 (dan еti , ci dan 65 dt diasumsikan independen satu dengan yang lainnya) (Dedi Rosadi, 2012:274). Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat efek dari masingmasing negara sehingga metode pooled regressiontidak dapat menangkap gambaran yang sebenarnya atas hubungan yang terjadi antara variabel bebas dengan variabel terikatnya, begitu juga dengan hubungan diantara tiap individu cross-section. Begitu juga seperti yang telah dijabarkan pada metode pemilihan secara teoritis mengatakan bahwa metode pooled regression terlalu sederhana untuk mendeskripsikan fenomena yang ada. Oleh karena itu, hal yang perlu dilakukan adalah menemukan metode yang lebih spesifik atas hubungan yang terjadi antara masingmasing individu pada data cross-section. Maka dalam penelitian ini, data di olah menggunakan metode fixed effect. Data diolah dengan metode fixed effect karena diasumsikan bahwa slope konstan tetapi intersep bervariasi untuk setiap individu dengan menggunakan variabel dummy untuk setiap unit cross-section yang diamati. d. Uji Hausmann Uji Hausmann digunakan untuk mengetahui model mana yang paling tepat digunkan untuk regresi data panel, antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model. Uji ini sebenarnya digunakan untuk 66 melihat apakah terdapat efek random di dalam panel data, yaitu dengan uji hipotesis berbentuk : H0 :E (Ci | X) = E(u) = 0 Dalam perhitungan statistik Uji Hausmann diperlukan asumsi bahwa banyaknya kategori cross section lebih besar dibandingkan jumlah variable independen (termasuk konstanta) dalam model.Dalam estimasi uji ini diperlukan estimasi variansi cross-section yang positif, yang tidak selalu dapat dipenuhi oleh model. Apabila kondisi-kondisi ini tidak dapat terpenuhi maka data panel regresi hanya dapat menggunakan model fixed effect. 3. Uji Statistik Model a. Uji F-statistic Uji F digunakan untuk menganalisis apakah semua variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara simultan (Kuncoro, 2009: 239). Hipotesis: H0 : β0 = β 1 = β2 = 0 Ha : β0 ≠ β 1 ≠ β 2 ≠ 0 67 Bila Fhitung lebih besar daripada Ftabel atau signifikannya kurang dari α = 5% maka tolak Ho yang berarti bahwa semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. (Kuncoro, 2009 : 239). b. Uji Probability t-statistic Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hipotesis: H0 : β0 = β1 = β2 = 0 Ha : β0 ≠ β1 ≠ β2 ≠ 0 Bila thitunglebih besar daripada t tabel atau signifikannya kurang dari α = 5% maka tolak Ho yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen (Kuncoro, 2009: 238). c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted-R2) Koefisien determasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat dengan nilai diantara nol dan satu.Jika nilai R2 kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan 68 untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Kuncoro, 2009: 240241). Perlu diperhatikan bahwa nilai R2 yang tinggi tidak selalu menunjukkan kualitas model yang sudah baik. Dalam analisis timeseries, yang biasanya semua variabel mengalami kenaikan seiring berjalannya waktu, maka nilai R2akan cenderung tinggi dan pada analisis cross-section akan cenderung rendah (Winarno, 2009:4.9). D. Operasional Variabel Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka variabel-variabel dalam penelitian ini bisa didefinisikan sebagai berikut: 1. Variabel tidak bebas (dependent) Variabel tak bebas (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independent), yaitu : a. Indeks harga Saham Gabungan Indeks harga saham (IHSG) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh terutama tentang kejadian ekonomi, data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2006 hingga 2011.Satuan yang digunakan adalah milyar rupiah. 69 2. Variable Bebas (independent) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel tidak bebas (independent), yaitu: a. Inflasi (INF) Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama suatu priode tertentu. Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2006 hingga 2011 yang didapat dari bank sentral di masing-masing negara dalam satuan persen (%). b. Nilai Tukar (KURS) Nilai tukar adalah perbandingan nilai mata uang negara satu dengan negara lainnya, dalam penelitian ini membandingkan nilai mata uang satu negara dengan dollar US. Dalam penelitian yang digunakan dalam nilai tukar adalah satuan mata uang Indonesia (rupiah), mata uang Singapura (dollar singapura), mata uang Thailand (baht), mata uang Filipina (peso) dan mata uang Malaysia (ringgit) terhadap mata uang US (dollar) yang telah ditetapkan oleh Bank Sentral di masing-masing negara. Data yang digunakan tersebut adalah data bulanan dari tahun 2006 hingga 2011. 70 Tabel 3.2 Operasional Variabel No Variable Simbol Sumber data Data bulanan Skala Bursa Efek Indonesia, Indeks Harga 1 Saham IHSG Gabungan Malaysia, Singapura, 2006-2011 Rasio 2006-2011 Rasio 2006-2011 Rasio Thailand dan Filipina Bank Sentral dan Badan Statistik 2 Nilai Tukar KURS Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina Bank Sentral dan Badan Statistik 3 Inflasi INF Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina 71 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Perkembangan Association of South East Asian Nation (ASEAN) Associaton of South East Asian Nation (ASEAN) atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara yang merupakan sebuah organisasi geopolitik dan ekonomi yang didirikan di Bangkok tanggal 8 Agustus 1967. Lima negara penggagas ASEAN yaitu Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik, Filipina oleh Narcisco Ramos, Malaysia oleh Tun Abdul Razak, Singapura oleh S. Rajaratnam dan Thailand diwakili oleh Thanat Khotman. Organiasasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai. Gambar 4.1 Bendera dan Lambang ASEAN 72 ASEAN meliputi wilayah daratan seluas 4.46 juta km² atau setara dengan 3% total luas daratan di bumi dan memiliki populasi yang mendekati angka 600 juta orang atau setara dengan 8.8% total populasi dunia. Luas wilayah laut ASEAN tiga kali lipat dari luas wilayah daratan. Pada tahun 2010, kombinasi nominal GDP ASEAN telah tumbuh hingga 1,8 Triliun Dolar AS. Jika ASEAN adalah sebuah entitas tunggal, maka ASEAN akan duduk sebagai ekonomi terbesar kesembilan setelah Amerika Serikat, Cina, Jepang, Jerman, Perancis, Brazil, Inggris, dan Italia. Prinsip Utama ASEAN Dalam menjalankan keselarasan dalam berasosiasi, ASEAN mempunyai prinsip-prinsip yang harus dijalani dan dipatuhi, antara lain: a. menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah dan identitas nasional seluruh Negara Anggota ASEAN; b. berbagi komitmen dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan perdamaian, keamanan dan kemakmuran regional; c. menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan atau tindakan lain dalam cara yang tidak sesuai dengan hukum internasional; d. ketergantungan pada penyelesaian damai sengketa; e. tidak campur tangan dalam urusan internal negara anggota ASEAN; f. menghormati hak setiap Negara Anggota untuk menjaga eksistensi nasionalnya bebas dari campur tangan eksternal, subversi, dan paksaan; 73 g. konsultasi ditingkatkan mengenai hal-hal serius memengaruhi kepentingan bersama ASEAN; h. kepatuhan terhadap aturan hukum, tata pemerintahan yang baik, prinsipprinsip demokrasi dan pemerintahan yang konstitusional; i. menghormati kebebasan dasar, promosi dan perlindungan hak asasi manusia, dan pemajuan keadilan sosial; j. menjunjung tinggi Piagam PBB dan hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional, yang disetujui oleh negara anggota ASEAN; k. tidak turut serta dalam kebijakan atau kegiatan, termasuk penggunaan wilayahnya, dan dikejar oleh Negara Anggota ASEAN atau non-ASEAN Negara atau aktor non-negara, yang mengancam kedaulatan, integritas wilayah atau stabilitas politik dan ekonomi ASEAN Negara-negara Anggota; l. menghormati perbedaan budaya, bahasa dan agama dari masyarakat ASEAN, sementara menekankan nilai-nilai bersama dalam semangat persatuan dalam keanekaragaman; m. sentralitas ASEAN dalam hubungan politik, ekonomi, sosial dan budaya eksternal sambil tetap aktif terlibat, berwawasan ke luar, inklusif dan tidak diskriminatif, dan n. kepatuhan terhadap aturan-aturan perdagangan multilateral dan aturan berbasis ASEAN rezim bagi pelaksanaan efektif dari komitmen ekonomi 74 dan pengurangan progresif terhadap penghapusan semua hambatan untuk integrasi ekonomi regional, dalam dorongan ekonomi pasar. Negara-negara anggota ASEAN beranggotakan semua negara di Asia Tenggara, berikut daftar anggotanya: a. Filipina (negara pendiri ASEAN) b. Indonesia (negara pendiri ASEAN) c. Malaysia (negara pendiri ASEAN) d. Singapura (negara pendiri ASEAN) e. Thailand (negara pendiri ASEAN) f. Brunei Darussalam bergabung pada (7 Januari1984) g. Vietnam bergabung pada (28 Juli1995) h. Laos bergabung pada (23 Juli1997) (Laos dan Myanmar bergabung pada waktu yang sama) i. Myanmar bergabung pada (23 Juli1997) (Laos dan Myanmar bergabung pada waktu yang sama) j. Kamboja bergabung pada (16 Desember1998) Mengingat kepentingan geografis, ekonomis dan politik yang strategis, sejak beberapa tahun belakangan ini, ASEAN telah mencoba menjajaki perluasan anggota kepada negara-negara tetangga di sekitar ASEAN. Berikut ini adalah daftar negara-negara perluasan keanggotaan ASEAN: 75 a. Bangladesh b. Palau c. Papua Nugini d. Republik China (Taiwan) e. Timor Leste Dari 10 negara-negara yang bergabung dalam ASEAN, lima negara teratas dalam pertumbuhan ekonominya adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand. Kelima negara tersebut yang akan diteliti dalam penelitian ini. Berikut sejarah singkat kelima negara tersebut: a. Indonesia Tabel 4.1 Profil Negara Indonesia Ibu kota Letak Geografis Jakarta 6°10.5′LU 106°49.7′BT Bahasa resmi Indonesia Pemerintahan Republikpresidensial Luas Total 1,904,569 km2 Perairan (%) 4,85% Penduduk Perkiraan 19 Juni 2009 230.472.833 Sensus 2010 237.556.363 76 Kepadatan 124/km2 PDB (KKB) Perkiraan 2011 Total Rp10,706 triliun (AS$ 1,121 miliar) Per kapita Rp44,885 juta (AS$ $4.700) PDB (nominal) Perkiraan 2011 Total Rp4,821 triliun (AS$ 846 miliar) Per kapita Rp36,261 juta (AS$ 3.797) Mata uang Rupiah (Rp) (IDR) Sumber: www.asean.org, www.wikipedia.com (diolah) Republik Indonesia, disingkat RI atau Indonesia, adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau,nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 207 juta jiwa, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung. Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus 77 berlanjut. Namun, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam memengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%. Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari. Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang 40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%. Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%. Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara jirannya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia. 78 b. Malaysia Tabel 4.2 Profil Negara Malaysia Ibu kota Letak Geografis Kuala Lumpur 3°08′LU 101°42′BT Bahasa resmi Bahasa Melayu Pemerintahan Monarki terpilih konstitusional (Parlementer) Luas Total 329,857 km2 Perairan (%) 0,4% Penduduk Perkiraan 2015 30.434.000 Sensus 2010 28.334.135 Kepadatan 92/km2 PDB (KKB) Perkiraan 2015 Total $800,169 miliar Per kapita $25.833,204 PDB (nominal) Perkiraan 2015 Total $375,633 miliar Per kapita $12.127,206 Ringgit (RM) (MYR) Mata uang Sumber: www.asean.org, www.wikipedia.com (diolah) Malaysia adalah sebuah negara federasiyang terdiri dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan di Asia Tenggara dengan luas 329.847 km persegi.Ibukotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya 79 menjadi pusat pemerintahan persekutuan.Jumlah penduduk negara ini melebihi 27 juta jiwa.Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan — Malaysia Barat dan Malaysia Timur — oleh Kepulauan Natuna, wilayah Indonesia di Laut Tiongkok Selatan.Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina.Negara ini terletak di dekat khatulistiwa dan beriklim tropika.Kepala negara Malaysia adalah Yang diPertuan Agong dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri.Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementerWestminster. Malaysia mempunyai sejumlah elemen makroekonomi yang stabil (di mana tingkat inflasi dan tingkat pengangguran tetap di bawah 3%), simpanan pertukaran uang asing yang sehat, dan utang luar negeri yang rendah. Ini memungkinkan Malaysia untuk tidak mengalami krisis yang sama seperti Krisis finansial Asia pada tahun 1997. Walau bagaimanapun, prospek jangka panjang kelihatan kurang baik disebabkan kurangnya perubahan dalam sektor badan hukum terutama sektor yang berurusan dengan utang korporat yang tinggi dan kompetitif.Pada September 2005, Howard J. Davies, direktur London School of Economics, di dalam sebuah pertemuan di Kuala Lumpur, memperingatkan para pejabat Malaysia bahwa jika mereka ingin pasar modal fleksibel kembali, mereka harus mencabut larangan penjualan singkat. Pada Maret 2006, Malaysia mencabut larangan penjualan singkat.Kini, Malaysia dipandang sebagai negara industri baru. 80 c. Singapura Tabel 4.3 Profil Negara Singapura Ibu kota Letak Geografis Singapore 1°17′LU 103°50′BT Bahasa resmi Bahasa Inggris Pemerintahan Republik Parlementer Luas Total 710.2 km2 Perairan (%) 1,444% Penduduk Perkiraan 2009 4.987.600 Sensus 2010 5.076.700 Kepadatan 7,022/km2 PDB (KKB) Perkiraan 2010 Total $255.338 miliar Per kapita $52.839 PDB (nominal) Perkiraan 2010 Total $194.918 miliar Per kapita $40.336 Mata uang Dollar Singapura (SGD) Sumber: www.asean.org, www.wikipedia.com (diolah) Singapura nama resminya Republik Singapura, adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, 137 kilometres (85 mi) 81 di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor di utara, dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Singapura di selatan. Singapura adalah pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia. Singapura memiliki sejarah imigrasi yang panjang. Penduduknya yang beragam berjumlah 5 juta jiwa, terdiri dari Cina, Melayu, India, berbagai keturunan Asia, dan Kaukasoid.42% penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa. Negara ini adalah yang terpadat kedua di dunia setelah Monako.A.T. Kearney menyebut Singapura sebagai negara paling terglobalisasi di dunia dalam Indeks Globalisasi tahun 2006. Singapura memiliki ekonomi pasar yang sangat maju, yang secara historis berputar di sekitar perdagangan entrepôt.Bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan, Singapura adalah satu dari Empat Macan Asia. Ekonominya sangat bergantung pada ekspor dan pengolahan barang impor, khususnya di bidang manufaktur yang mewakili 26% PDB Singapura tahun 2005dan meliputi sektor elektronik, pengolahan minyak Bumi, bahan kimia, teknik mekanik dan ilmu biomedis. Singapura memiliki salah satu pelabuhan tersibuk di dunia dan merupakan pusat pertukaran mata uang asing terbesar keempat di dunia 82 setelah London, New York dan Tokyo.Bank Dunia menempatkan Singapura pada peringkat hub logistik teratas dunia.Ekonomi Singapura termasuk di antara sepuluh negara paling terbuka, kompetitif dan inovatif di dunia.Dianggap sebagai negara paling ramah bisnis di dunia, ratusan ribu ekspatriat asing bekerja di Singapura di berbagai perusahaan multinasional.Terdapat juga ratusan ribu pekerja manual asing. Sebagai akibat dari resesi global dan kemerosotan pada sektor teknologi, PDB negara ini berkurang hingga 2.2% pada 2001.Economic Review Committee (ERC) didirikan bulan Desember 2001 dan menyarankan beberapa perubahan kebijakan dengan tujuan merevitalisasi perusahaan. Sejak itu, Singapura pulih dari resesi, terutama karena banyaknya perbaikan dalam ekonomi dunia; ekonomi negara ini tumbuh 8,3% pada 2004 dan 6,4% pada 2005 dan 7.9% in 2006. Banyak perusahaan di Singapura terdaftar sebagai perusahaan berkewajiban terbatas swasta (umumnya disebut perseroan terbatas swasta).Sebuah perseroan terbatas swasta di Singapura adalah entitas hukum terpisah dan pemegang saham tidak berkewajiban atas utang perusahaan yang melebihi jumlah modal saham yang ditanamkan. 83 d. Filipina Tabel 4.4 Profil Negara Filipina Ibu kota Letak Geografis Manila 5°21′LU 117°126′BT Bahasa resmi Tagalog Pemerintahan Republik Luas Total 300,000 km2 Perairan (%) 0,61% Penduduk Perkiraan 2013 98.900.000 Kepadatan 308,0/km2 PDB (KKB) Perkiraan 2013 Total $454.286 miliar Per kapita $4.660 PDB (nominal) Perkiraan 2013 Total $272.207 miliar Per kapita $2.792 Peso Filipina (PHP) Mata uang Sumber: www.asean.org, www.wikipedia.com (diolah) Filipina atau Republik Filipina (Republika ng Pilipinas) adalah sebuah negara republik di Asia Tenggara, sebelah utara Indonesia dan Malaysia. Filipina merupakan sebuah negara kepulauan yang terletak di Lingkar 84 Pasifik Barat, negara ini terdiri dari 7.107 pulau. Selama ribuan tahun, warga kepulauan Filipina yang bahagia dan pekerja keras ini telah mengembangkan sistem cocok tanam padi yang sangat maju, yang menyediakan makanan pokok bagi masyarakatnya. Filipina adalah negara paling maju di Benua Asia setelah Perang Dunia II, namun sejak saat itu telah tertinggal di belakang negara-negara lain akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah, penyitaan kekayaan yang dilakukan pemerintah, korupsi yang luas, dan pengaruh-pengaruh neokolonial. Meskipun begitu, saat ini Filipina mengalami pertumbuhan ekonomi yang moderat, yang banyak disumbangkan dari pengiriman uang oleh pekerja-pekerja Filipina di luar negeri dan sektor teknologi informasi yang sedang tumbuh pesat. Filipina seringkali dianggap sebagai satu-satunya negara di Benua Asia di mana pengaruh budaya Barat terasa sangat kuat.Filipina terkenal dengan pertanian padi bukitnya, yang diperkenalkan kira-kira 2.000 tahun lalu oleh suku Batad.Padi-padi bukit tersebut terletak di lereng-lereng Gunung Ifugaodan berada di ketinggian 5.000 kaki dpl.Luasnya mencakup 4.000 mil² serta diusahakan secara tradisional tanpa penggunaan pupuk.Ia dinyatakan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO(Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan) pada tahun 1995. Pada 1998 ekonomi Filipina, sebuah campuran dari pertanian, industri ringan, dan jasa pendukung; mengalami kemunduran sebagai akibat dari krisis finansial 85 Asia dan cuaca yang buruk. Pertumbuhan jatuh ke 0,6% pada 1998 dari 5% pada 1997, tetapi kembali ke sekitar 3% pada 1999, dan 4% pada 2000. Pemerintah telah menjanjikan untuk terus mereformasi ekonominya untuk membantu Filipina setanding dengan perkembangan negara industri Asia Timur.Hutang besar ("public debt" sekitar 77% dari PDB), menghambat perbaikan situasi ekonomi. Alokasi dana untuk hutang lebih tinggi dari pada untuk Departemen Pendidikan dan militer digabungkan. Strategi yang dilakukan termasuk peningkatan infrastruktur, merombak sistem pajak untuk menambah pendapatan pemerintah, juga deregulasi dan penswastaan ekonomi, dan meningkatkan integrasi perdagangan di wilayah sekitar. Prospek masa depan sangat tergantung dari performa ekonomi dari dua partner dagang utama, Amerika Serikat dan Jepang, dan administrasi yang lebih tepercaya dan kebijakan pemerintah yang konsisten.Filipina merupakan anggota dari Bank Pengembangan Asia. e. Thailand Tabel 4.5 Profil Negara Thailand Ibu kota Letak Geografis Bangkok 5°21′LU 97°106′BT 86 Bahasa resmi Thai Pemerintahan Monarki Konstitusional Luas Total 514.000 km2 Perairan (%) 0,4% Penduduk Perkiraan 2011 66.720.153 Sensus 2010 65.479.453 Kepadatan 132,1/km2 PDB (KKB) Perkiraan 2013 Total US$701.554 miliar Per kapita US$10.849 Mata uang Baht Thailand (BTH) Sumber: www.asean.org, www.wikipedia.com (diolah) Kerajaan Thai (nama resmi bahasa Thai: ราชอาณาจักรไทยRatcha Anachak Thai; atau Prathēt Thai), yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa Inggris, atau dalam bahasa aslinya Mueang Thai (dibaca: "meng-thai", sama dengan versi Inggrisnya, berarti "Negeri Thai"), adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat. Kerajaan Thai dahulu dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei1949. Kata "Thai" (ไทย) berarti "kebebasan" dalam bahasa Thai, namun juga dapat merujuk kepada suku Thai, sehingga menyebabkan nama Siam masih 87 digunakan di kalangan warga negara Thai terutama kaum minoritas Tionghoa.Setelah menikmati rata-rata pertumbuhan tertinggi di dunia dari tahun 1985 hingga 1995 - rata-rata 9% per tahun - tekanan spekulatif yang meningkat terhadap mata uang Kerajaan Thai, Baht, pada tahun 1997 menyebabkan terjadinya krisis yang membuka kelemahan sektor keuangan dan memaksa pemerintah untuk mengambangkan Baht. Setelah sekian lama dipatok pada nilai 25 Baht untuk satu dolar AS, Baht mencapai titik terendahnya pada kisaran 56 Baht pada Januari 1998 dan ekonominya melemah sebesar 10,2% pada tahun yang sama. Krisis ini kemudian meluas ke krisis finansial Asia. Kerajaan Thai memasuki babak pemulihan pada tahun 1999; ekonominya menguat 4,2% dan tumbuh 4,4% pada tahun 2000, kebanyakan merupakan hasil dari ekspor yang kuat dan meningkat sekitar 20% pada tahun 2000.Pertumbuhan sempat diperlambat ekonomi dunia yang melunak pada tahun 2001, namun kembali menguat pada tahun-tahun berikut berkat pertumbuhan yang kuat di RRC dan beberapa program stimulan dalam negeri serta Kebijakan Dua Jalur yang ditempuh pemerintah Thaksin Shinawatra. Pertumbuhan pada tahun 2003 diperkirakan mencapai 6,3%, dan diperkirakan pada 8% dan 10% pada tahun 2004 dan 2005. Sektor pariwisata menyumbang banyak kepada ekonomi Kerajaan Thai, dan industri ini memperoleh keuntungan tambahan dari melemahnya Baht dan stabilitas Kerajaan Thai. Kedatangan wisatawan pada tahun 2002 88 (10,9 juta) mencerminkan kenaikan sebesar 7,3% dari tahun sebelumnya (10,1 juta). 2. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan di ASEAN Tempat dimana bertemunya berbagai pihak khususnya perusahaan penjual saham dan obligasi yang bertujuan menjual kedua komoditi tersebut untuk tambahan dana atau memperkuat modal perusahaan disebut pasar modal. Keberadaan pasar modal itu sendiri tidak bisa dipungkiri menjadi sangat penting bagi sebuah negara karena mempengaruhi dan mendorong setiap perusahaan untuk berkembang, baik secara dinamis maupun kompetitif. Keputusan berinvestasi yang lebih memilih untuk menempatkan sejumlah uang dengan membeli surat-surat berharga daripada menaruh sejumlah uang di bank dipilih investor yang datang ke pasar modal yang biasa disebut keputusan financial statement.Permasalahan yang dihadapi oleh suatu negara dan juga perusahaan adalah ketika keputusan investasi yang dibuat tidak memperhitungkan akibat-akibat yang timbul secara jangka panjang (long time effect). Kita tidak bisa melakukan membuat perhitungan konsep investasi dengan mengandalkan kondisi yang bersifat selalu stabil (ceteris paribus) namun kita ketahui bahwa apa yang ada di dunia ini selalu berubah setiap waktu. Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan IHSG 5 negara ASEAN untuk periode tahun 2006-2011 dapat dilihat pada Grafik 4.1. 89 Gambar 4.2 Grafik Perkembangan IHSG Di ASEAN 4.500,00 4.000,00 3.500,00 3.000,00 IND 2.500,00 MAL 2.000,00 SIN 1.500,00 PHI 1.000,00 THA 500,00 0,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Lampiran 1, diolah Berdasarkan grafik 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai Indeks Harga Saham Gabungan dari 2 negara di ASEAN yaitu Malaysia dan Thailand, dari Januari 2006 sampai Desember 2011 relatif stabil, karena fluktuasi yang terjadi tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Namun pada tahun 2007-2008, dampak dari krisis global di Amerika Serikat mempengaruhi negara Filipina yang harga sahamnya turun 855.49 poin dan Singapura turun 809.77 poin. Di tahun 2009 kelima negara ini merangkak naik yang terbukti dengan naiknya grafik IHSG di semua negara anggota ASEAN, pergerakan grafik yang fluktuatif dan signifikan sedikit banyak dapat mempengaruhi tingkat investasi di pasar modal masing-masing negara. 90 3. Perkembangan Inflasi di ASEAN Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik individu maupun perusahaan.Salah satu peristiwa yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Didalam perekonomian ada kekuatan tertentu yang menyebabakan tingkat harga melonjak sekaligus, tetapi ada kekuatan lain yang menyebabkan kenaikan tingkat harga berlangsung terus menerus secara perlahan. Secara sederhana inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus.Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecualai bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan kepada barang lainnya di suatu wilayah pada periode tertentu. Laju inflasi merupakan indikator yang sangat menentukan dalam perekonomian makro suatu negara. Inflasi merupakan suatu masalah bagi ekonomi makro jika pemerintah tidak segera menangani masalah inflasi akan menyebabkanketidakstabilan suatu perekonomian yang akhirnya akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara. Berdasarkan data yang diperoleh, laju inflasi 5 negara ASEAN untuk periode tahun 2006-2011 dapat dilihat pada Grafik 4.2. 91 Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Inflasi di ASEAN 16 14 12 IND 10 MAL 8 SIN 6 PHI 4 THA 2 0 -2 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Lampiran 1, diolah Berdasarkan grafik 4.2 di atas, dapat dilihat perubahan yang terjadi pada inflasi di negara ASEAN dari tahun 2006-2011 yang berfluktuasi. Tingkat inflasi terhebat terjadi pada negara Indonesia sebesar 13,33% pada tahun 2006, diikuti Filipina dan Thailand masing-masing sebesar 6,28% dan 4,86%. Ketika krisis ekonomi dunia melanda, harga minyak di dunia tinggi sehingga pemerintah negara-negara ASEAN menaikkan tingkat inflasinya agar tetap bisa mngendalikan ekonominya. Nilai inflasi terendah terjadi di Thailand pada tahun 2009, negara tersebut terlambat memperbaiki stabilitas ekonominya sehingga merangkak naik perlahan selama tahun 2009 dan di tahun 2010 mereka dapat menjaga stabilnya nilai inflasi hingga tahun 2011. 92 Negara Singapura menjadi negara yang mendekati stabil untuk tingkat inflasinya, sepanjang tahun 2006-2011 nilai infalsinya hanya naik di tahun 2008, yang diakibatkan oleh krisis global di Amerika Serikat.Negara tersebut dapat kembali menjaga tingkat inflasinya hingga akhir tahun 2011.Fluktuasi yang tergambar pada grafik memperlihatkan bahwa inflasi sangat berpengaruh pada perekonomian di suatu negara, bahkan inflasi bisa dijadikan alat ukur perkembangan perekonomian suatu negara. 4. Perkembangan Nilai Tukar (Kurs) di ASEAN Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan nilai atau harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain, contohnya mata uang rupiah dibandingkan dengan mata uang dollar Amerika. Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara mempunyai mata uangnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing (Salvatore,1998). Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan nilai tukar atau kurs 4 negara ASEAN untuk periode tahun 2006-2011 dapat dilihat pada Grafik4.3 berikut ini. 93 Gambar 4.4 Perkembangan Nilai Tukar di 4 Negara ASEAN 60,00 50,00 40,00 MAL SIN 30,00 PHI 20,00 THA 10,00 0,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Lampiran 1, diolah Berdasarkan grafik 4.3 di atas, 4 negara ASEAN yang diteliti menunjukkan fluktuasi nilai tukar terhadap dollar US.Pada awal tahun 2006, nilai tukar di keempat negara masih tinggi imbas dari naiknya harga minyak bumi di tahun 2005.Di awal 2009, ketika negara-negara berkembang sedang penyembuhan dari dampak krisis global, nilai tukar masih menyesuaikan nilainya dengan Dollar US sehingga di tahun 2009 menjadi nilai kurs tertinggi dari periode 2006-2011. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai Ringgit, Dllar Singapura, Baht dan Peso terhadap Dollar AS mengalami fluktuasi yang signifikan sehingga sedikit banyak dapat mempengaruhi tingkat investasi di pasar modal Indonesia. 94 Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Nilai Tukar Di Indonesia 11.000,00 10.500,00 10.000,00 9.500,00 IND 9.000,00 8.500,00 8.000,00 7.500,00 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Lampiran 1, diolah Grafik 4.4. dapat dilihat bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dari Januari 2006 sampai September 2008 relatif stabil, karena fluktuasi yang terjadi tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Namun pada akhir tahun 2008 di bulan November nilai mata uang Rupiah terdepresiasi oleh Dollar AS sebesar 12.151 Rupiah.Hal ini dikarenakan terkena dampak krisis global yang terjadi di Amerika Serikat.Kemudian Rupiah terapresiasi mulai dari pertengahan tahun 2009 sampai akhir tahun 2010, dimana Rupiah terapresiasi sebesar 8.925 Rupiah di bulan November 2010.Hal ini mengindikasikan bahwa nilai Rupiah terhadap Dollar AS mengalmi penurunan dan kenaikan yang signifikan sehingga sedikit banyak dapat mempengaruhi tingkat investasi di pasar modal Indonesia. 95 B. Hasil Analisis Data Analisis data bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel inflasidan nilai tukar terhadap indeks harga saham gabungan.Model analisis yang digunakan adalah model regresi data panel yang merupakan gabungan dari data cross section dan time series, maka modelnya dituliskan dengan : Y = β₀ + β₁X₁ + β₂X2 + εit IHSG = β₀ + β₁INFit + β₂ KURSit +εit Keterangan: 1. Y : Indeks Harga Saham Gabungan X1 : Inflasi X2 : Kurs β₀,β₁, β2 : koefisien masing-masing variabel ε : residual masing-masing regresi i : banyaknya observasi t : banyaknya waktu Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Shocrul R. Ajija (2012:52) dalam bukunya mengemukakan bahwa keunggulan data panel memiliki implikasi pada tidak harus dilakukan pengujian asumsi klasik dalam model data panel, karena 96 penelitian yang menggunakan data panel memperbolehkan identifikasi parameter tertentu tanpa perlu membuat asumsi yang ketat atau tidak mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik regresi linier pada OLS. b. Uji Multikolinieritas Multikolinearitas adalah hubungan yang terjadi diantara variabel-variabel independen.Multikolinearitas diduga terjadi bila R2 tinggi, tetapi nilai t semua variabel independen tidak signifikan atau nilai F tinggi.Konsekuensi multikolinearitas adalah invalidnya signifikansi variabel. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas digunakan uji correlation dengan menggunakan matriks korelasi. Jika koefisien korelasi cukup tinggi diatas 0,8 maka diduga adanya multikolinearitas. Sebaliknya jika koefisien korelasi rendah atau dibawah 0,8 maka diduga model tidak mengandung multikolinearitas. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan Eviews diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.6 Matriks Korelasi LNINF LNKURS LNINF 1.000000 0.301988 LNKURS 0.301988 1.000000 Sumber: Lampiran 6, diolah 97 Berdasarkan hasil pengujian korelasi pada tabel 4.6 diatas, terlihat bahwa tidak ada variabel yang mempunyai korelasi di atas 0,8. Hal ini menyatakan bahwa model regresi ini tidak mengandung masalah multikolinearitas. c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin-Watson statistik dengan batas bawah (dL) dan batas atas (dU) tabel DW. Dari hasil regresi diperoleh nilai Durbin-Watson statistik sebesar 1,466510. Dengan n = 360, k = 2, dan α = 5% maka nilai dL = 0.61018 dan dU = 1.40015 sehingga (4-dL) = 4 –0.61018 = 3.38982 dan (4-dU) = 4 –1.40015 = 2.59985. Nilai Durbin-Watson statistik sebesar 1,466510 berada dalam keputusan tidak ada korelasi , yang berarti model bebas dari masalah autokorelasi. 0 Tolak Ho Tidak dapat Tidak Tidak dapat Tolak Ho, berarti ada diputuskan menolak Ho, diputuskan berarti ada autokorelasi berarti tidak autokorelasi positif ada korelasi negative 0,6 1,4 2 2,5 3,3 4 98 d. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas dalam data panel digunakan metode GLS (Generalized Least Squared) yang memberikan pembobotan kepada variasi data yang digunakan dengan kuadrat varians dari model (Gujarati, 2003:394). Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan program yang sudah ada dalam Eviews, sehingga dengan menggunakan metode GLS masalah heteroskedastisitas sudah dapat diatasi, maka persamaan yang diestimasi telah bebas dari masalah heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2007:255). Model efek tetap ini menggunakan data panel yang berarti juga menggunakan data cross-section sehingga bisa diasumsikan bahwa model ini melakukan pelanggaran homoskedastisitas. Ini dapat dilihat dari Sum Square Error (SSE) sebelum dan sesudah diberlakukan cross-sectional weights. Dalam hal ini nilai SSE sebelum (2157,630) lebih besar daripada SSE sesudah (22,71426) maka model ini dapat diasumsikan terbebas dari homoskedastisitas (Lihat Lampiran 7). 2. Regresi Data Panel (Panel Least Square) Data panel (data pooling) adalah data beberapa individu yang pengamatannya dilakukan dari waktu ke waktu. Permodelan dalam menggunakan teknik regresi data panel dapat dilakukan dengan 99 menggunakan tiga pendekatan alternatif metode pengolahannya. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu : a. Metode Common-Constant(The Pooled OLS Method) b. Metode Fixed Effect (FEM) c. Metode Random Effect (REM) Pemilihan model yangdapat dilakukan secara valid dengan menggunakan langkah-langkah seperti yang akan dijelaskan di bawah ini. a. Metode Fixed Effect (FEM) vs Pooled Least Square (PLS) Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa metode common-consant terlalu sederhana dalam mendeskripsikan fenomena yang ada. Metode ini dipilih ketika tidak terdapat perbedaan diantara data matrix padadimensi cross section.Olehkarena itu, hal yang perlu dilakukan adalah menemukan nature yang spesifik atas hubungan yang terjadi diantara masing-masing individu pada data cross section,maka dalam penelitian ini menggunakan metode fixed effect model. Chow Test ini bertujuan untuk membandingkan antara metode fixed effect dengan metode common constant. Hasil dari pengujian menggunakan tes ini adalah mengetahui model mana yang sebaiknya dipilih untuk mengolah data panel selanjutnya. Berkut merupakan output dari Chow Test: 100 Tabel 4.7 Hasil Olah Data Dengan Chow Test Redundant Fixed Effects Tests Pool: ASEAN Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic Cross-section F Cross-section Chi-square 133.639293 331.304225 d.f. Prob. (4,351) 4 0.0000 0.0000 Sumber :Lampiran 3, diolah Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai probability pada chow test tersebut memperlihatkan probability F stat bernilai 0.0001 yang berarti signifikan dengan tingkat signifikansi 95% (α = 5%). Sehingga keputusan yang diambil pada pengujian ini yaitu tolak Ho(pvalue< 0.05) dengan hipotesis: Ho : metode Common Constant H1 : metode Fixed Effect Maka dapat disimpulkan dari pengujian Chow Test ini menggunkan metode pilihan pada penelitian skripsi yaitu model Fixed Effect (FEM). b. Metode Fixed Effect (FEM) vs Metode Random (REM) Penentuan permodelan antara kedua metode ini dapat dilakukan secara teoritis dengan melihat hubungan korelasi antara individu cross-section, komponen error еi dan X sebagai regressor (variabel 101 bebas) (Gujarati, 2004:650).Dalam teori yang dikemukakan oleh Gujarati (2004) bahwa apabila jumlah data cross-section (N) maupun lebih besar dari jumlah data time series (T) maka harus menggunakan metode random effect dalam pengolahannya. Namun disebutkan pula oleh Nachrowi (2006) bahwa saran pemilihan metode antara fixed effect cross-sectionakan lebih baik jika dilakukan pengujian statistic yang disebut Uji Hausmann. Uji Hausmann ini bertujuan untuk membandingkan antara metode fixed effect dengan metode random effect. Hasil dari pengujian menggunakan tes ini adalah mengetahui model mana yang sebaiknya dipilih untuk mengolah data panel selanjutnya. Berkut merupakan output dari uji Hausmann. Tabel 4.8 Hasil Olah Data Dengan Uji Hausmann Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: ASEAN Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 19.524763 2 0.0001 Sumber :Lampiran 2, diolah Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai probability pada tescross section random effect memperlihatkan angka bernilai 0.0001 yang berarti signifikan dengan tingkat signifikansi 95% (α = 5%) dan menggunakan distribusi Chi-square (Gujarati, 2003:651). Sehingga 102 keputusan yang diambil pada pengujian ini yaitu tolak Ho(p-value< 0.05) dengan hipotesis: Ho : metode Random Effect H1 : metode Fixed Effect Maka dapat disimpulkan dari pengujian Hausmann Test ini menggunkan metode pilihan pada penelitian skripsi yaitu model Fixed Effect (FEM). c. Fixed Effect Model Setelah mendapatkan hasil pemilihan model, terpilih lah model fixed effect dengan metode LSDV untuk melanjutkan penelitian ini. Berdasarkan penjelasan pada bab III, berikut hasil output regresi model fixed effect: Tabel 4.9 Hasil Olah Data Dengan Metode Fixed Effect Dependent variabel : LIHSG Method: Pooled Least Squares Date: 03/12/15 Time: 16:51 Sample: 2006 2011 Included Observations: 6 Cross-sections included: 5 Total pool(balanced) observations: 360 Variable LNINF LNKURS C Coefficient -0.254653 -2.187259 16.06893 Fixed Effect (Cross) INDONESIA-C 12.41982 MALAYSIA-C -5.608188 SINGAPURA-C -6.716824 FILIPINA-C 1.012458 THAILAND-C -1.107263 Std Error t-Statistic 0.055346 -4.601085 0.164588 -13,28927 0.640660 25.08185 Individual Effect 28.48875 10.460742 9.352106 17.081388 15.061667 Prob 0.0000 0.0000 0.0000 103 Adjusted R-squared F-statistic Probability 0.868805 389.6082 0.000000 Sumber: Lampiran 5, diolah 3. Pengujian Signifikansi a. Adjusted R2 Pengujian Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kemampuan model untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu (0 ≤ R2 ≤ 1).Kelemahan yang dimilik oleh R2 dapat diatasi denganAdjusted R2.Semakin besar nilai Adjusted R2 semakin baik pula modelnya (Wing Wahyu Winarno, 2007:21). Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh dari ketiga model, model fixed Effect memiliki nilai Adjusted R2 sebesar 0.868805 atau sebesar 86,88%. Ini berarti variabel inflasi dan nilai tukar mampu menjelaskan variabel indeks harga saham gabungan sebesar 86,88%. Sedangkan sisanya sebesar 13,12% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. b. Uji F Uji F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersamaan terhadap variabel 104 dependen.Dalam konteks penelitian ini, pengujian secara serempak ingin melihat apakah variabel inflasi dan variabel nilai tukar berpengaruh terhadap IHSG atau tidak. Untuk melihat apakah ada atau tidaknya pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, maka digunakan uji F dengan cara membandingkan F-statistik dengan F-tabel. Dengan n=360, k=2 maka df (k-1, n-k) = df(1, 358). Pada α = 5%, diperoleh nilai 3,8415 jika dibandingkan F-hitung (389,6082) > F-tabel (3,8415) maka variabel inflasi dan nilai tukar secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel IHSG, dengan asumsi ceteris paribus. c. Uji t Uji statistic t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen.Untuk melakukan uji t dengan melihat nilai probability dan derajat kesalahan yang telah ditentukan dalam penelitian.Jika nilai probability < derajat kesalahan yang telah ditentukan dan jika nilai thitung lebih tinggi daripada t-tabel makansuatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependennya (Kuncoro, 2003:219). Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikatnya, yaitu dengan membandingkan masing-masing nilai t-statistik dari regresi dengan t- 105 tabel. Pada tingkat kepercayaan α =5%, df = 358, maka diperoleh ttabel 1,645. C. Analisis Teknikal Dari hasil regresi di atas memperlihatkan hasil uji t-statistik sebagai berikut: 1) Pengaruh Inflasi terhadap IHSG Hasil perhitungan yang didapat adalah t-statistikInflasi = -4.601085 sedangkan t-tabel = 1,645 (df ( n-k ) 360-2 = 358, α = 0,05), sehingga t-statistik> t-tabel (-4.601085< 1,645) yang artinya bahwa variabel inflasi berpengaruh secara parsial terhadap IHSG. Begitu pula dengan nilai probabilitas t-hitung yang lebih besar dari α (0,0000< 0,05) sehingga secara statistik variabel inflasisignifikan terhadap IHSG di lima negara ASEAN. Nilai koefisien regresi sebesar -0,254653 yang artinya apabila inflasi naik sebesar 1%, maka IHSG akan turun sebesar 0,25465 satuan poin IHSG, dengan asumsi ceteris paribus. 2) Pengaruh Nilai Tukar terhadap IHSG Hasil perhitungan yang didapat adalah t-statistik Nilai Tukar = 13,28927, sedangkan t-tabel = 1,645 (df ( n-k ) 360-2 = 358, α = 0,05), sehingga t-statistik < t-tabel (-13,28927< 1,645) yang artinya bahwa variabel nilai tukar berpengaruh secara parsial terhadap IHSG. Begitu pula dengan nilai probabilitas t-hitung yang lebih besar dari α (0,0000< 0,05) sehingga secara statistik variabel nilai tukarsignifikan terhadap IHSG di lima negara ASEAN. Nilai koefisien regresi sebesar 106 -2,187259 yang artinyaapabila nilai tukar naik sebesar 1 satuan nilai tukar KURS, maka akan berpengaruh terhadap IHSG yang akan turun sebesar 2,187259 satuan poin IHSG, dengan asumsi ceteris paribus. D. Analisis Ekonomi Tabel 4.10 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model Fixed Effect (Cross) INDONESIA-C 12.41982 MALAYSIA-C -5.608188 SINGAPURA-C -6.716924 FILIPINA-C 1.012458 THAILAND-C -1.107263 Individual Effect 28.48875 10.460742 9.352106 17.081388 15.061667 Sumber Lampiran 5, diolah Berdasarkan hasil regresi data panel di atas, dapat disimpulkan bahwa a. Bila terdapat perubahan nilai Inflasi dan Nilai Tukar baik antar negara maupun antar waktu sama dengan nol, maka negara Indonesia akan mendapatkan pengaruh individu/wilayah terhadap nilai IHSG rata-rata akan sebesar 28,49 poin. b. Bila terdapat perubahan Inflasi dan Nilai Tukar baik antar negara maupun antar waktu sama dengan nol, maka negara Malaysia akan mendapatkan pengaruh individu/wilayah terhadap nilai IHSG rata-rata akan sebesar 10,46 poin. c. Bila terdapat perubahan Inflasi dan Nilai Tukar baik antar negara maupun antar waktu sama dengan nol, maka negara Singapura akan 107 mendapatkan pengaruh individu/wilayah terhadap nilai IHSG rata-rata akan sebesar 9,35 poin. d. Bila terdapat perubahan Inflasi dan Nilai Tukar baik antar negara maupun antar waktu sama dengan nol, maka negara Filipina akan mendapatkan pengaruh individu/wilayah terhadap nilai IHSG rata-rata akan sebesar 17,08 poin. e. Bila terdapat perubahan Inflasi dan Nilai Tukar baik antar negara maupun antar waktu ama dengan nol, maka negara Thailand akan mendapatkan pengaruh individu/wilayah terhadap nilai IHSG rata-rata akan sebesar 15,06 poin. 1. Inflasi Dalam penelitiannya, Irham Fahmi (2012:12) mengemukakan bahwa investasi di negara berkembang dianggap oleh banyak pihak memiliki tingkat risiko lebih tinggi dibandingkan dengan di negara maju.Inflasi yang merupakan salah satu variabel makro ekonomi yang dapat menguntungkan sekaligus dapat merugikan suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan peningkatan inflasi akan meningkatkan biaya perusahaan domestic yang akan mempengaruhi pasar perdagangan di ASEAN pada umumnya. Berdasarkan hasil olah data dengan menggunakan hasil regresi data panel menunjukan bahwa Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG, dengan nilai koefisien -0,254653dan bertanda negatif, 108 artinya setiap kenaikan 1% satuan inflasi akan berpengaruh terhadap penurunan IHSG sebesar 0,254653%. Dalam penelitian ini, inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap indeks harga saham gabungan. Inflasi yang tidak diantisipasi akanberpengaruh negatif terhadap harga saham melalui perubahan tingkat harga yang tidak diantisipasi. Ketidakpastian inflasi juga mempengaruhi discount rate yang akan mengurangi present value dari aliran kas perusahaan. Inflasi digunakan oleh investor sebagai salah satu indikator untuk membeli saham. Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Mohd Rizal Miseman, Farazida M. Akit dan Rohana Mohamad (2013) dengan judul ―The Impact of Macroeconomic Forces on the ASEAN Stock Market Movements” yang menyatakan bahwa hasil penelitian yang mereka lalukan menunjukkan bahwa variabel Inflasi berpengaruh secara signifikan secara parsial terhadap saham. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa kenaikan inflasi akan menaikkan biaya produksi yang pada akhirnya akan menurunkan profit sebuah perusahaan dan hal itu akan berpengaruh secara signifikan kepada return saham perusahaan tersebut di bursa saham. Dengan return saham yang kecil, investor akan mencari saham lain dari perusahaan yang terdaftar di pasar bursa, karena besarnya tingkat inflasi maka akan mempengaruhi indicator investasi bagi para investor. Tidak dipungkiri, investor akan selalu mencari keuntungan 109 dan tingkat resiko yang kecil, mungkin mereka bisa mengalihkan modalnya ke investasi lain selain saham dan obligasi. 2. Nilai Tukar (Kurs) Sadono Sukirno (2004) menjelaskan bahwa perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta asing yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta asing, disebabkan oleh banyak faktor yang salah satunya adalah (return) saham.Return saham sangat penting dalam mempengaruhi aliran modal suatu perusahaan. Tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri akan mengalir ke luar negeri. Begitupun sebaliknya, pengembalian investasi pengembalian investasi yang tinggi menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara tersebut. Apabila lebih banyak modal mengalir ke suatu negara, maka permintaan atas mata uangnya bertambah maka nilai mata uangnya tersebut akan bertambah juga. Negara yang perusahaan di dalamnya berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari fluktuasi dollar Amerika. Sebaliknya, negara yang perusahaan di dalamnya berorientasi impor akan berdampak negatif terhadap harga saham di perusahaan di dalam negara tersebut. Variabel nilai tukar memiliki pengaruh negatif yangsignifikan terhadap IHSG dengan koefisien variabelnya adalah -3,056869. 110 Keterangan tersebut menunjukkan bahwa tiap kenaikan kurs sebesar 1% maka IHSG akan menurun sebesar 3,056869 satuan poin IHSG. Bagi negara Thailand, Filipina dan Indonesia, fluktuasi nilai tukar terhadap dollar sangant berpengaruh terhadap jalannya ekspor-impor, dapat dilihat dari besarnya poin IHSG yang bergerak dengan adanya pergerakan nilai tukar, ketiga negara tersebut mempunyai nilai individual effect yang cukup besar. Jika nilai tukar melonjak naik, maka harga barang ekspor akan lebbih menguntungkan dan eksporter akan lebih banyak mengekspor komoditinya. Begitu pula para investor yang melihat peluang perusahaan ekspor yang melonjak naik, akan berinvestasi dan menaikkan poin IHSG di bursa saham. Penelitian yang pernah dilakukan oleh M. Zuhdi Amin (2012) dengan judul ―Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar, dan Indeks Dow Jones (DIJA) Terhadap Pergerakan IHSG Di Bursa Efek Inonesia (BEI) (Periode 2008-2011)‖ juga menunjukkan pengaruh yang negatif dari variabel nilai tukar atau kurs terhadap IHSG.Penelitian tersebut menunjukkan bahwa signifikansi lebih kecil dari alpha 5% sehingga dapat dikatakan bahwa nilai tukar atau kurs signifikan dan berpengaruh negatif terhadap IHSG. 111 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan berikut ini : 1. Inflasi dan Nilai Tukar (Kurs) secara bersama-sama berpengaruhsecara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di 5 Negara ASEAN pada periode penelitian tahun 2006-2011. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung yang signifikan pada taraf keyakinan 95 persen sebesar 389,6082. Selain itu, variabel-variabel independennya dapat menjelaskan 86 persen, sedangkan sisanya yaitu 14 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. 2. Inflasi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di 5 Negara ASEAN pada periode penelitian tahun 2006-2011. 3. Nilai Tukar (Kurs) juga menunjukkan secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di 5 Negara ASEAN pada periode penelitian tahun 2006-2011. 4. Mengetahui individual effect masing-masing negara atas perubahan Inflasi dan Nilai Tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di 5 negara ASEAN pada periode penelitian tahun 2006-2011. Ini ditunjukkan dengan besarnya individual effect yang dihasilkan. Perubahan inflasi dan 112 nilai tukar berpengaruh besar terhadap IHSG negara Thailand, Filipina dan Indonesia, sedangkan untuk negara Malaysia dan Singapura berpengaruh terhadap jual; beli saham, karena kedua negara tersebut cenderung melakukan perdagangan di bursa saham dibandingkan dengan perdagangan ekspor-impor, ditunjukan dengan nilai individual effect yang menempati urutan keemapat dan kelima setelah Indonesia, Filipina dan Thailand. B. Saran Beberapa saran yang ditunjukkan bagi instansi terkait dan masyarakat dalam menjalankan kegiatan perekonomian di masing-masing negara, serta saran bagi peneliti dan akademisi dengan maksud dapat meningkatkan penelitian di bidang perekonomian di Indonesia pada khususnya dan di 4 negara ASEAN lainnya pada umumnya, antara lain : 1. Regulasi untuk investasi dan perdagangan harus dipermudah untuk menjaga persepsi investor baik dalam maupun luar negeri. Selain itu pemerintah harus mengurangi campur tangan yang berlebihan di sektor finansial agar investor lebih mudah berinvestasi. 2. Investor perlu memperhatikan variabel-variabel moneter dalam melakukan keputusan berinvestasi di negara yang akan ditanamkan modalnya, terutama pada perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor, guna menghindari kerugian nantinya di kemudian hari. 3. Untuk lebih memperdalam kajian ini, penelitian berikutnya diharapkan menambah variabel lainnya yang dianggap mempengaruhi variabel IHSG, 113 menambah jumlah negara baik yang di ASEAN maupun di benua lain agar kajian yang dihasilkan lebih mencakup luas. Serta memperpanjang periode data penelitian guna memberikan hasil yang baik dan lebih akurat. 114 DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim, “ Analisis Investasi”, Salemba Empat Jakarta, 2005. Ahmad Kamaruddin, “Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Protofolio”, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2004. Ahmad Rodoni, “Buku Panduan Penulisan Skripsi FEB-UIN Jakarta”, FEIS UIN Press, 2010. Ajija, Shochrul R dan Rahmat H. Setianto, “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba Empat, Jakarta, 2011. Anonim, “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2006”, Bank Indonesia, Jakarta, 2006. ______, “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2007”, Bank Indonesia, Jakarta, 2007. ______, “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2008”, Bank Indonesia, Jakarta, 2008. ______, “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2009”, Bank Indonesia, Jakarta, 2009. ______, “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2010”, Bank Indonesia, Jakarta, 20010. ______, “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2011”, Bank Indonesia, Jakarta, 2011. _____, “Pengaruh Indeks Harga Saham Luar Negeri Dan Fluktuasi Kurs Valuta Asing Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek 115 Indonesia (BEI)”, Universitas Gunadarma, 2008. Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, “Pengantar Pasar Modal”, Cetakan Kelima, Rineka Cipta Jakarta, 2006. Atmadja, A., “The Granger Causality test For The Five ASEAN Countries Stock Markets And Macro Economics Variables During And Post The 1977 ASIAN Financial Crisis”, Jurnal Universitas Petra, 2004. Aulia Pohan, “Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya Di Indonesia”,Edisi Kesatu, Cetakan Pertama, Penerbit Raja GrafindonPersada, Jakarta, 2008. Bank Indonesia, “Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia Tahun 2005-2012”, Berbagai Edisi, Penerbit Bank Indonesia, Jakarta, 2012. Boediono, “Ekonomi Makro”, Edisi Keempat, Penerbit BPFE UGM, 1999. Case, Karl E. and C. Fair, “Principle Of Economics”, Eighth Edition, Prentice Hall International Publisher, New Jersey, 2007. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M, ―Pasar Modal Di Indonesia. Pendekatan Tanya Jawab”, Salemba Empat Jakarta, 2006. Gujarati, Damodar,”Basic Econometric”, Mc Graw Hill Publisher, Singapore, 2003. Irham Fahmi, “Pengantar Pasar Modal”, Cetakan Kesatu, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2012. Jogiyanto, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi Kelima, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, 2000. Jones, Charles P., “Investmenst: Analysis And Management, Nineth Edition”, 116 Willey India Pvt, 2007. Kewal, Suramaya Suci, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”, STIE Musi, Palembang, 2012. Krugman, Paul R dan Obsfeld Maurice, “Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan”, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999. Kuncoro, Mudrajad, “Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi – Bagaimana Meneliti Dan Menulis Tesis”, Edisi KEtiga Penerbit Erlangga, 2009. Mankiw, N.Gregory, “Principle of Economics”, Third Edition, Thomson SouthWestern Publisher, United States of America, 2004. Mishkin, Frederic S,. “The Economics of Money Banking and Financial Market”, Third Edition, Harper Collins Publisher, New York, 2000. Muhammad Zuhaidin Amin, “Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs Dollar dan Indeks Dow Jones (DJIA) TErhadap pergerakan Indkes Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2008-2011), Jurnak Skripsi FEB UB, 2012. Nopirin, “Ekonomi Moneter, Buku II‖, Edisi Pertama dan Cetakan Ketiga.Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, 1990. Nachrowi, Djalal Nachrowi dan Hardius Usman, “Penggunaan Teknik Ekonometri”, Rajawali Pers, 2006 P. Todaro, Michael and Stephen C. Smith, ―Economic Development”, Eight Edition, New York, 2003. Permana, Yogi, ―Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Suku Bunga Dan 117 Tingkat Inflasi Terhadap Pergerakan Harga Saham (Studi Kasus Perusahaan Semen Yang Terdaftar Di BEI), Jurnal Akuntansi Universitas Gunadarma, 2009. Redityo, Adiatmo, “ Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, PDB, JUB, Kurs Dollar Amerika dan Suku Bunga SIBOR Terhadap Indeks Harga Saham LQ45 Di Bursa Efek Jakarta 2002.1-2007.4)”, Skripsi FE Universitas MUhammadiyah Surakarta, 2009. Rizal Miseman, Mohd, Fatiyah Ismail, Wardiyah Ahmad, Farazida M. Akit, Rohana Mohammad and Wan Mansor, “The Impact of Macroeconomics Forces on the ASEAN Stock Market Movements”, World Applied Sciences Journal, IDOSI Publicantions, 2013. Sadono Sukirno, “Pengantar Teori Makro”, Edisi Ketiga, penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. Salaludin Muis, “Analisis Pembentukan Harga Pasar”, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta , 2008. Samuelson, Paul A dan William D Nordhaus, “Ilmu Makro Ekonomi”, Penerbit PT. Media Global Edukasi Jakarta, 2004. Sochrul, Ajija, ―Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba Empat Jakarta, 2012. Sunariyah, “Pengantar Pasar Modal”, Penerbit UMP-APP YPKN, Yogyakarta, 2004. Supriyadi, Djoko, ―Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Camels Dan Leverage Dalam Memprediksi Perubahan Laba (Studi Pada 10 Bank Dengan Aset Terbesar Tahun 2010)‖, Perpustakaan Universitas Gunadarma, 118 2010. Tandelin, Eduardus, “Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikas Edisi 1”, Kanisius, Yogyakarta, 2010. Widarjono, Agus, “Ekonometrika: Teori Aplikasi Untuk Ekonomi Dan Bisnis”, Ekonosia, Jogjakarta, 2005. Winarno, Wing W, “Analisa Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”, STIM YPKN, Edisi Kedua, Yogyakarta, 2009. Wongbangpo, Praphan dan Subhash C. Sharma, “Stock Market and Macroeconomic Fundamental Dynamic Interaction : ASEAN-5 Countries”,Journal of Asian Economics, 2002. Wulandari, Dwi, ―Kebebasan Berbisnis Dan Harga Saham Di Lima Negara ASEAN”, Jurnal Aplikasi Manajemen Volume 11, 2013. www.asean.org www.belajarinvestasi.com www.bloomberg.com www.bps.go.id www.bi.go.id www.bnm.gov.my www.bursamalaysia.com www.bsp.gov.ph www.bot.or.th www.idx.co.id www.mas.gov.ph 119 www.nsb.gov.ph www.nso.go.th www.pse.com.ph www.statistic.gov.my www.singsat.gov.sg www.sgx.com www.set.or.th www.yahoofinance.com www.wikipedia.com, 120 Lampiran 1 : Data Penelitian Negara Indonesia Tahun 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2006.5 2006.6 2006.7 2006.8 2006.9 2006.10 2006.11 2006.12 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2007.5 2007.6 2007.7 2007.8 2007.9 2007.10 2007.11 2007.12 2008.1 2008.2 2008.3 2008.4 2008.5 2008.6 2008.7 2008.8 2008.9 2008.10 2008.11 2008.12 IHSG 1232.32 1230.66 13222.97 1464.41 1330 1310.26 1351.65 1431.26 1534.61 1582.63 1718.96 1805.52 1757.26 1740.97 1830.92 1999.17 2084.32 2139.28 2348.67 2194.34 2359.21 2643.49 2688.33 2745.83 2627.25 2721.94 2447.3 2304.52 2444.35 2349.1 2304.51 2165.94 1832.51 1256.7 1241.54 1355.41 INF 17.03 17.92 15.74 15.4 15.6 15.53 15.15 14.9 14.55 6.29 5.27 6.6 6.26 6.3 6.52 6.29 6.01 5.77 6.06 6.51 6.95 6.88 6.71 6.59 7.36 7.4 8.17 8.96 10.38 11.03 11.9 11.85 12.14 11.77 11.68 11.06 KURS 9493 9253.15 9171.57 8936.94 8984.86 9362.73 9125.48 9094.25 9143.33 9187.18 9134.59 9086.8 9066.5 9067.8 9163.95 9097.55 8844.33 8983.65 9067.14 9366.68 9309.9 9107.06 9264.27 9333.6 9406.35 9181.15 9184.94 9208.64 9290.8 9295.71 9163.45 9149.25 9340.65 10048.35 11711.15 11324.84 121 Negara Indonesia Malaysia Tahun 2009.1 2009.2 2009.3 2009.4 2009.5 2009.6 2009.7 2009.8 2009.9 2009.10 2009.11 2009.12 2010.1 2010.2 2010.3 2010.4 2010.5 2010.6 2010.7 2010.8 2010.9 2010.10 2010.11 2010.12 2011.1 2011.2 2011.3 2011.4 2011.5 2011.6 2011.7 2011.8 2011.9 2011.10 2011.11 2011.12 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 IHSG 1332.67 1285.48 1434.07 1722.77 1916.83 2026.78 2323.24 2341.54 2467.59 2367.7 2415.84 2534.36 2610.8 2549.03 2777.3 2971.25 2796.96 2913.68 3069.28 3081.88 3501.3 3635.32 3531.21 3703.51 3409.17 3470.35 3678.67 3819.62 3836.97 3888.57 4130.8 3841.72 3549.03 3790.85 3715.08 3821.99 914.01 928.94 926.63 949.23 INF 9.17 8.6 7.92 7.31 6.04 3.65 2.71 2.75 2.83 2.57 2.41 2.78 3.72 3.81 3.43 3.91 4.16 5.05 6.22 6.44 5.8 5.67 6.33 6.96 7.02 6.84 6.65 6.16 5.98 5.54 4.61 4.79 4.61 4.42 4.15 3.79 3.3 3.2 3.2 4.8 KURS 11167.21 11852.75 11849.55 11025.1 10392.65 10206.64 10111.33 9977.6 9900.72 9482.73 9469.95 9457.75 9275.45 9348.21 9173.73 9027.33 9183.21 9148.36 9049.45 8971.76 8975.84 8927.9 8938.38 9022.62 9037.38 8912.56 8761.48 8651.3 8555.8 8564 8533.24 8532 8765.5 8895.24 9015.18 9088.48 3.75 3.73 3.7 3.66 122 Negara Malaysia Tahun 2006.5 2006.6 2006.7 2006.8 2006.9 2006.10 2006.11 2006.12 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2007.5 2007.6 2007.7 2007.8 2007.9 2007.10 2007.11 2007.12 2008.1 2008.2 2008.3 2008.4 2008.5 2008.6 2008.7 2008.8 2008.9 2008.10 2008.11 2008.12 2009.1 2009.2 2009.3 2009.4 2009.5 2009.6 2009.7 2009.8 IHSG 927.78 914.69 935.85 958.12 967.55 988.3 1080.66 1096.24 1189.35 1196.45 1246.87 1322.25 1346.89 1354.38 1373.71 1273.93 1336.3 1413.65 1396.98 1445.03 1393.25 1357.4 1247.52 1279.86 1276.1 1186.57 1163.09 1100.5 1018.68 863.61 866.14 876.75 884.45 890.67 872.55 990.74 1044.11 1075.24 1174.9 1174.27 INF 4.6 3.9 3.9 4.1 3.3 3.3 3.1 3 3.1 3.2 3.1 1.5 1.5 1.4 1.4 1.6 1.9 1.8 1.9 2.3 2.4 2.3 2.7 2.8 3 3.8 7.7 8.5 8.5 8.2 7.6 5.7 4.4 3.9 3.7 3.5 3 2.4 -1.4 -2.4 KURS 3.61 3.66 3.67 3.67 3.67 3.68 3.64 3.55 3.51 3.49 3.49 3.44 3.4 3.44 3.44 3.48 3.47 3.37 3.36 3.33 3.27 3.22 3.18 3.16 3.21 3.26 3.25 3.33 3.44 3.52 3.58 3.55 3.57 3.63 3.67 3.61 3.52 3.52 3.54 3.52 123 Negara Malaysia Tahun 2009.9 2009.10 2009.11 2009.12 2010.1 2010.2 2010.3 2010.4 2010.5 2010.6 2010.7 2010.8 2010.9 2010.10 2010.11 2010.12 2011.1 2011.2 2011.3 2011.4 2011.5 2011.6 2011.7 2011.8 2011.9 2011.10 2011.11 2011.12 Singapura 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2006.5 2006.6 2006.7 2006.8 2006.9 2006.10 2006.11 2006.12 IHSG 1202.08 1243.23 1259.11 1272.78 1259.16 1270.78 1320.57 1346.38 1285.01 1314.02 1360.92 1422.49 1463.5 1505.66 1485.23 1518.91 1519.94 1491.25 1545.13 1534.95 1558.29 1579.07 1548.81 1447.27 1387.13 1491.89 1472.1 1530.73 2412.08 2481.96 2533.40 2610.71 2383.87 2435.89 2445.43 2482.39 2568.86 2701.75 2838.53 2985.83 INF -2.4 -2 -1.5 -0.1 1.1 1.3 1.2 1.3 1.5 1.6 1.7 1.9 2.1 1.8 2 2 2.2 2.4 2.9 2.8 3.2 3.3 3.5 3.4 3.3 3.4 3.4 3.3 1.30 1.70 1.20 1.10 1.10 1.10 1.40 1.10 0.70 0.40 0.40 0.50 KURS 3.49 3.4 3.39 3.41 3.38 3.41 3.32 3.2 3.25 3.26 3.2 3.15 3.1 3.1 3.11 3.13 3.06 3.05 3.03 3.01 3.01 3.03 2.99 2.98 3.08 3.13 3.15 3.16 1.63 1.63 1.62 1.60 1.58 1.59 1.58 1.58 1.58 1.58 1.56 1.54 124 Negara Tahun 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2007.5 2007.6 2007.7 2007.8 2007.9 2007.10 2007.11 2007.12 2008.1 2008.2 2008.3 2008.4 2008.5 2008.6 2008.7 2008.8 2008.9 2008.10 2008.11 2008.12 2009.1 2009.2 2009.3 2009.4 2009.5 2009.6 2009.7 2009.8 2009.9 2009.10 2009.11 2009.12 2010.1 2010.2 2010.3 2010.4 IHSG 3125.56 3104.15 3231.24 3361.29 3511.13 3548.20 3547.66 3392.91 3706.23 3805.70 3521.27 3482.30 2981.75 3026.45 3007.36 3147.79 3192.62 2947.54 2929.65 2739.95 2358.91 1794.20 1732.57 1761.56 1746.47 1594.87 1699.99 1920.28 2329.08 2333.14 2659.20 2592.90 2672.57 2651.13 2732.12 2897.62 2745.35 2750.86 2887.46 2974.61 INF 0.80 -0.60 -0.10 0.20 0.40 1.30 1.70 3.00 3.50 3.00 4.10 4.90 3.70 6.60 6.50 6.70 7.50 7.50 7.50 6.50 6.40 6.70 6.40 5.50 5.50 4.30 3.30 2.60 0.30 0.20 0.00 -0.30 -0.30 -0.50 -0.90 -0.80 -0.50 0.20 1.00 1.60 KURS 1.54 1.53 1.52 1.51 1.52 1.54 1.52 1.52 1.51 1.46 1.45 1.45 1.43 1.41 1.38 1.36 1.37 1.37 1.36 1.41 1.43 1.48 1.51 1.48 1.49 1.52 1.53 1.50 1.46 1.45 1.45 1.44 1.42 1.40 1.39 1.40 1.40 1.41 1.40 1.38 125 Negara Filipina Tahun 2010.5 2010.6 2010.7 2010.8 2010.9 2010.10 2010.11 2010.12 2011.1 2011.2 2011.3 2011.4 2011.5 2011.6 2011.7 2011.8 2011.9 2011.10 2011.11 2011.12 2006.1 2006.2 2006.3 2006.4 2006.5 2006.6 2006.7 2006.8 2006.9 2006.10 2006.11 2006.12 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2007.5 2007.6 2007.7 2007.8 IHSG 2752.60 2835.51 2987.70 2950.33 3097.63 3142.62 3144.70 3190.04 3179.72 3010.51 3105.85 3172.73 3159.93 3120.44 3189.26 2885.26 2675.16 2855.77 2702.46 2646.35 2145.39 2122.96 2195.95 2270.53 2296.11 2178.79 2390.84 2312.23 2556.71 2708.50 2788.46 2982.54 3239.27 3067.45 3203.55 3270.73 3473.67 3660.86 3501.20 3365.29 INF 3.20 3.20 2.70 3.10 3.30 3.70 3.50 3.80 4.60 5.50 5.00 5.00 4.50 4.50 5.20 5.40 5.70 5.50 5.40 5.70 6.70 7.60 7.60 7.10 6.90 6.70 6.40 6.30 5.70 5.40 4.60 4.30 3.90 2.60 2.20 2.30 2.40 2.30 2.60 2.40 KURS 1.39 1.40 1.38 1.36 1.33 1.30 1.30 1.31 1.29 1.28 1.27 1.25 1.24 1.23 1.22 1.21 1.25 1.28 1.29 1.30 52.62 51.82 51.22 51.36 52.13 53.16 52.40 51.36 50.40 50.00 49.84 49.47 48.91 48.38 48.52 47.82 46.81 46.16 45.63 46.07 126 Negara Tahun 2007.9 2007.10 2007.11 2007.12 2008.1 2008.2 2008.3 2008.4 2008.5 2008.6 2008.7 2008.8 2008.9 2008.10 2008.11 2008.12 2009.1 2009.2 2009.3 2009.4 2009.5 2009.6 2009.7 2009.8 2009.9 2009.10 2009.11 2009.12 2010.1 2010.2 2010.3 2010.4 2010.5 2010.6 2010.7 2010.8 2010.9 2010.10 2010.11 2010.12 IHSG 3572.90 3758.97 3578.55 3621.60 3266.00 3129.99 2984.67 2749.77 2827.44 2459.98 2577.10 2688.09 2569.65 1951.09 1971.57 1872.85 1825.09 1872.22 1986.22 2103.50 2389.31 2473.99 2798.33 2884.18 2800.82 2908.50 3044.97 3052.68 2953.19 3043.75 3161.80 3290.09 3272.73 3372.71 3426.95 3566.23 4100.07 4268.74 3953.70 4201.14 INF 2.70 2.70 3.20 3.9 4.90 5.40 6.40 8.30 9.50 11.40 12.30 12.40 11.80 11.20 9.90 8.00 7.10 7.30 6.40 4.80 3.30 1.50 0.20 0.10 0.60 1.60 2.80 4.30 4.30 4.20 4.40 4.50 4.30 4.00 3.90 4.10 3.50 2.80 3.10 3.10 KURS 46.13 44.38 43.22 41.74 40.94 40.67 41.25 41.82 42.90 44.28 44.96 44.88 46.69 48.03 49.19 48.09 47.21 47.58 48.46 48.22 47.52 47.91 48.15 48.16 48.14 46.85 47.03 46.42 46.03 46.31 45.74 44.63 45.60 46.30 46.32 45.18 44.31 43.44 43.49 43.96 127 Negara Thailand Tahun 2011.1 2011.2 2011.3 2011.4 2011.5 2011.6 2011.7 2011.8 2011.9 2011.10 2011.11 2011.12 2006.1 2006.2 IHSG 3881.47 3766.73 3055.14 4319.51 4244.64 4291.21 4503.63 4348.50 3999.65 4333.70 4211.04 4371.96 762.63 744.05 INF 3.60 4.30 4.30 4.30 4.50 4.60 4.60 4.30 4.60 5.30 4.70 4.00 5.8 5.9 KURS 44.17 43.70 43.52 43.24 43.13 43.37 42.81 42.42 43.03 43.45 43.27 43.65 39.58 39.35 2006.3 2006.4 2006.5 2006.6 2006.7 2006.8 2006.9 2006.10 2006.11 2006.12 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2007.5 2007.6 2007.7 2007.8 2007.9 2007.10 2007.11 2007.12 2008.1 2008.2 2008.3 733.25 768.29 709.43 678.13 691.49 690.9 686.1 722.46 739.06 679.84 5.6 5.7 6 6.2 5.9 4.4 3.8 2.7 2.8 3.5 3.5 3 2.3 2 1.8 1.9 1.9 1.7 1.1 2.1 2.5 3 3.2 4.3 5.4 38.93 37.94 37.97 38.30 37.96 37.59 37.38 37.30 36.50 35.78 35.93 35.69 35.01 34.83 34.57 34.54 33.67 34.14 34.21 34.12 33.84 33.66 33.14 32.57 31.41 654.04 677.13 673.71 699.16 737.4 776.79 859.76 813.21 845.5 907.28 846.44 858.1 78,.23 845.76 817.03 128 Negara Tahun 2008.4 2008.5 2008.6 2008.7 2008.8 2008.9 2008.10 2008.11 2008.12 2009.1 2009.2 2009.3 2009.4 2009.5 2009.6 2009.7 2009.8 2009.9 2009.10 2009.11 2009.12 2010.1 2010.2 2010.3 2010.4 2010.5 2010.6 2010.7 2010.8 2010.9 2010.10 2010.11 2010.12 2011.1 2011.2 2011.3 2011.4 2011.5 2011.6 2011.7 IHSG 832.45 833.65 768.59 676.32 684.44 596.54 416.53 401.84 449.96 437.69 431.52 431.5 491.69 560.41 597.48 624 653.25 717.07 685.24 689.07 734.54 696.55 721.37 787.98 763.51 750.43 797.31 855.83 913.19 975.3 984.46 1,005.12 1,032.76 964.1 987.91 1,047.48 1,093.56 1,073.83 1,041.48 1,133.53 INF 5.3 6.2 7.6 8.9 9.2 6.4 6 3.9 2.2 0.4 -0.4 -0.1 -0.2 -0.9 -3.3 -4 -4.4 -1 -1 0.4 1.9 3.5 4.1 3.7 3.4 3 3.5 3.3 3.4 3.3 4.03 2.8 2.8 3 3.03 2.9 3.1 3.27 4.19 4.06 KURS 31.54 32.06 33.15 33.45 33.80 34.24 34.38 35.04 34.98 34.87 35.27 35.73 35.41 34.54 34.09 34.00 33.97 33.78 33.36 33.23 33.18 32.99 33.10 32.46 32.23 32.34 32.42 32.28 31.70 30.79 29.97 29.89 30.12 30.58 30.72 30.37 30.05 30.24 30.51 30.08 129 Negara Tahun 2011.8 2011.9 2011.10 2011.11 2011.12 IHSG 1,070.05 916.21 974.75 995.33 1,025.32 INF 4.08 4.29 4.03 4.2 4.2 KURS 29.88 30.42 30.89 30.95 31.21 Lampiran 2 : Hasil Uji Haussman Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: ASEAN Test cross-section random effects Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 19.524763 2 0.0001 Var(Diff.) Prob. 0.119406 0.007030 0.9675 0.0000 Test Summary Cross-section random Cross-section random effects test comparisons: Variable INF? KURS? Fixed -38.808106 -0.672930 Random -38.822171 -0.317450 Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: IHSG? Method: Panel Least Squares Date: 11/21/14 Time: 15:20 Sample: 2006M01 2011M12 Included observations: 72 Cross-sections included: 5 Total pool (unbalanced) observations: 358 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C INF? KURS? 3558.917 -38.80811 -0.672930 240.6621 14.29276 0.122439 14.78803 -2.715229 -5.496026 0.0000 0.0070 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid 0.617571 0.611033 760.9152 2.03E+08 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion 2111.572 1220.057 16.12628 16.20216 130 Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) -2879.604 94.46938 0.000000 Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 16.15646 1.466510 Lampiran 3 : Hasil Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool: ASEAN Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic Cross-section F Cross-section Chi-square d.f. Prob. 133.639293 331.304225 (4,351) 4 0.0000 0.0000 Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: IHSG? Method: Panel Least Squares Date: 11/21/14 Time: 15:17 Sample: 2006M01 2011M12 Included observations: 72 Cross-sections included: 5 Total pool (unbalanced) observations: 358 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C INF? KURS? 1944.158 15.69001 0.052536 103.5708 21.73588 0.019389 18.77129 0.721849 2.709501 0.0000 0.4709 0.0071 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.035148 0.029712 1201.795 5.13E+08 -3045.256 6.465980 0.001745 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 2111.572 1220.057 17.02936 17.06188 17.04230 0.579777 131 Lampiran 4 : Hasil Uji Regresi Dengan Metode Fixed Effect Dependent Variable: IHSG? Method: Pooled Least Squares Date: 11/21/14 Time: 15:21 Sample: 2006M01 2011M12 Included observations: 72 Cross-sections included: 5 Total pool (unbalanced) observations: 358 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C INF? KURS? Fixed Effects (Cross) _INDONESIA--C _MALAYSIA--C _SINGAPURA--C _FILIPINA--C _THAILAND--C 3558.917 -38.80811 -0.672930 240.6621 14.29276 0.122439 14.78803 -2.715229 -5.496026 0.0000 0.0070 0.0000 5643.676 -2215.106 -624.4880 -231.4455 -2646.140 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.617571 0.611033 760.9152 2.03E+08 -2879.604 94.46938 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 2111.572 1220.057 16.12628 16.20216 16.15646 1.466510 132 Lampiran 5 : Hasil Uji Regresi Log (LN) Dengan Metode Fixed Effect Dependent Variable: LIHSG? Method: Pooled Least Squares Date: 03/12/15 Time: 01:45 Sample: 2006M01 2011M12 Included observations: 72 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 360 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C LINF? LKURS? Fixed Effects (Cross) _INDONESIA--C _MALAYSIA--C _SINGAPURA--C _FILIPINA--C _THAILAND--C 16.06893 -0.254653 -2.187259 0.640660 0.055346 0.164588 25.08185 -4.601085 -13.28927 0.0000 0.0000 0.0000 12.41982 -5.608188 -6.716824 1.012458 -1.107263 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.868805 0.866575 0.219132 16.95069 39.22526 389.6082 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 7.485723 0.599912 -0.179029 -0.103466 -0.148984 0.729251 Lampiran 6 : Hasil Uji Autokorelasi LNINF LNKURS LNINF 1.000000 0.301998 LNKURS 0.301998 1.000000 133 Lampiran 7: Hasil Uji Regresi EGLS Dependent Variable: LIHSG? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/12/15 Time: 09:31 Sample: 2006M01 2011M12 Included observations: 72 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 360 Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C LINF? LKURS? Random Effects (Cross) _INDONESIA--C _MALAYSIA--C _SINGAPURA--C _FILIPINA--C _THAILAND--C 10.59305 -0.154859 -0.745318 0.541624 0.054576 0.097282 19.55794 -2.837476 -7.661448 0.0000 0.0048 0.0000 4.423456 -2.156028 -2.005285 0.691071 -0.953213 Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random 0.827828 0.219132 Rho 0.9345 0.0655 Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) 0.117095 0.112149 0.252241 23.67355 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat 0.233412 0.267698 22.71426 0.536699 Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid -15.699640 2157.630 Mean dependent var Durbin-Watson stat 7.485723 0.005650 134