1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara dari dalam
negeri yang paling utama selain dari minyak dan gas bumi untuk mendanai
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) (Hidayat & Cheisviyanny,
2013). Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional
serta
berperan
dalam
peningkatan
kemakmuran
dan
kesejahteraan
masyarakat. Menurut Hidayat & Cheisviyanny (2013:1):
“Masyarakat yang adil dan makmur dapat dicapai dengan pembangunan
nasional yang berkesinambungan. Pelaksanaan pembangunan nasional
harus berlandaskan kemampuan sendiri, sedapat mungkin peranan
bantuan luar negeri semakin berkurang sehingga negara mampu
membangun berdasarkan kekuatan sendiri terutama jiwa warganya
untuk berpartisipasi membayar pajak sebagai kewajiban dan
keikutsertaannya dalam pembiayaan negara”.
Oleh karena itu, peran masyarakat dalam pelaksanaan dan peningkatan
pembangunan nasional harus terus ditumbuhkan yaitu dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar pajak.
Indonesia menganut sistem self assessment berdasarkan UU No. 6
tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dalam UU Nomor 28 tahun 2008
(Undang-Undang KUP) khususnya ayat 1 dan 2. Berdasarkan ketentuan
tersebut,
maka
Wajib
Pajak
diberikan
wewenang
penuh
dalam
memperhitungkan, menyetorkan dan pelaporan kewajiban pajak yang
sebernarnya. Kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah terhadap Wajib
Pajak dalam self assessment system ini seharusnya dapat berjalan sesuai
rencana. Wajib Pajak mampu melaksanakan kewajiban perpajakannya secara
baik tanpa adanya kelalaian, kesengajaan, maupun ketidaktauan atas
kewajibannya tersebut. Agar Self Assesment System ini berjalan secara efektif
1
2
maka selayaknya kepercayaan tersebut diimbangi dengan upaya penegakan
hukum dan pengawasan atas kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya. (Sartika, 2015:1)
Peran serta masyarakat Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan masih diharapkan.
Namun dalam kenyataannya, masih terdapat cukup banyak masyarakat yang
dengan
sengaja
melakukan
kecurangan-kecurangan
dan
melalaikan
kewajibannya dalam melaksanakan pembayaran pajak yang telah ditetapkan
sehingga menyebabkan timbulnya tunggakan pajak sebagai akibat tidak
dilunasinya utang pajak yang sebagaimana mestinya (Sartika, 2015:2). Hal
tersebut dapat dilihat dari jumlah perkembangan tunggakan pajak oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan yang terjadi di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta sebagai berikut:
Tabel 1.1
Perkembangan Tunggakan Pajak Aktif Tahun 2013-2015
Tahun
Jumlah Tunggakan Pajak
2013
244.380.552.883
2014
264.707.540.704
2015
302.349.113.473
Sumber: Sub Bagian Penagihan
dari tabel di atas memperlihatkan adanya peningkatan jumlah tunggakan
pajak yang terjadi pada tahun 2013 sampai 2015 pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surakarta. Dimana pada tahun 2014 mengalami peningkatan
sebesar Rp 20.326.987.281. Selanjutnya pada tahun 2015 juga terjadi
peningkatan jumlah tunggakan pajak sebesar Rp 37.641.572.769.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka tunggakan pajak yang dimaksud
perlu dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang mempunyai hukum yang
memaksa. Hal itu dilakukan pemerintah sebagai upaya meningkatkan
3
penerimaan pajak dengan melalui kebijakan-kebijakan perpajakan. Dalam hal
ini Direktorat Jenderal Pajak melakukan berbagai langkah untuk menagih
tunggakan tersebut, diantaranya dengan melakukan tindakan penagihan pajak
aktif yang terdiri dari serangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh aparatur
perpajakan dalam rangka mencairkan tunggakan pajak yang terjadi (Gunadi,
2004).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, perlu diketahui bagaimana
proses pelaksanaan penagihan pajak aktif. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk
membuat
Tugas
Akhir
yang
berjudul
“PELAKSANAAN
PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA SURAKARTA”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang hendak dikaji dalam penulisan ini adalah :
Bagaimanakah pelaksanaan penagihan pajak aktif di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surakarta?
C. Tujuan Pengamatan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penulisan ini adalah :
1. Tujuan Operasional
Mendeskripsikan mengenai pelaksanaan penagihan pajak aktif di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
2. Tujuan Fungsional
Agar dapat dijadikan suatu masukan dan bahan pertimbangan bagi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dalam melaksanakan penagihan pajak
aktif atas Wajib Pajak.
4
3. Tujuan Individual
Sebagai persyaratan untuk memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya
(A.Md.) pada Program Diploma Manajemen Administrasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Pengamatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak, antara lain:
a. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
perpajakan khususnya yang berkaitan dengan penagihan pajak aktif.
b. Bagi Instansi
Dalam hal ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta agar
dapat memberikan sumbangan pemikiran.
c. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menambah bacaan serta hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai informasi bagi peneliti lain dalam melakukan
penyelesaikan tugas akhir.
Download