BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan dapat menghasilkan keuntungan di masa depan. Agar harapan tersebut tercapai maka sebelum memasuki dunia investasi diperlukan pengetahuan di bidang investasi. Pengetahuan ini penting sebagai pegangan ketika memasuki dunia investasi yang penuh risiko dan ketidakpastian. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua yaitu, investasi pada aset-aset financial dan investasi pada aset-aset rill. Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang , misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan dipasar modal misalnya, berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lain-lain. Sedangkan investasi pada aset-aset rill dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya (Rodoni dan Yong, 2002). Pembelian untuk investasi dapat dilakukan secara langsung lewat pabrik atau produsen yang menghasilkan aset tersebut, maupun lewat toko atau orang pribadi yang menjual aset tersebut. Sedangkan pembelian investasi untuk aset keuangan dapat dilakukan di pasar keuangan yang relatif bersifat jangka pendek seperti surat berharga pasar uang (SPBU) maupun di pasar modal dengan tujuan investasi jangka panjang. Khusus investasi dalam saham di Indonesia investor dapat melakukannya di bursa efek indonesia (BEI). Pada umumnya investasi di pasar modal indonesia ada dua kelompok pasar saham yang tergabung yaitu, perusahaan di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan perusahaan di Indeks LQ45. Indeks harga merupakan barometer sebelum melakukan investasi di pasar saham untuk mengetahui situasi gambaran secara umum, namun agar bisa 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2 mengambil keputusan dengan tepat harus dilakukan analisa faktor-faktor yang mempengaruhi (Sukiyanto, 2011) Saat ini IHSG sedang mengalami penurunan indeks harga (pasar saham bearish), hal ini berpengaruh terhadap keputusan investor dalam melakukan investasi di pasar saham. indeks harga pada IHSG merosot jatuh pada tanggal 1 september 2015 IHSG melemah sebesar 59,50 poin (1,32 persen) ke level 4.450,10. Kondisi IHSG semakin melemah pada tanggal 2 september Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah. IHSG turun 47,97 poin atau 1,1 persen ke 4.364,49 , pada tanggal 7 september 2015 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah. IHSG pada penutupan sore ditutup melemah 113,97 poin atau 2,6 persen ke 4.301,37pelemahan ini adalah kondisi terpuruk indeks harga saham gabungan (IHSG), IHSG kembali jatuh melemah parah pada tanggal28 september 2015bursa saham Indonesia bergerak di zona negatif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 88,94 poin atau 2,1 persen ke 4.120,5. (okezone.com) Ada sebanyak 157 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sedangkan hanya 85 saham menguat dan 70 saham diam ditempat. Pada sesi pertama , IHSG sempat sentuh level tertinggi 4.484,78 dan terendah 4.444,30. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 108.624 kali dengan volume perdagangan saham 2,58 milliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 1,9 triliun. (Liputan6.com) Secara sektoral, sebagian besar sektor saham melemah kecuali sektor tambang naik tambang naik 0,54 persen dan sektor saham perkebunan menguat 0,83 persen. Sedangkan sektor saham Agriculture lainnya seperti sektor pertanian, sektor perikanan dan sektor perhutanan melemah signifikan sebesar 2,48 persen dan memimpin penurunan sektor saham, sementara sektor saham keuangan melemah sebesar 2,31 persen, sedangkan sektor saham barang kosumsi dan sektor saham aneka industri sebesar 2,08 persen dan 1,83 persen. Berdasarkan data RTI, investor asing masih melakukan aksi jual mencapai Rp 240 milliar. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar 200 milliar. Hal ini mempengaruhi kegiatan investasi di pasar modal. (liputan6.com) Dalam melakukan investasi saham, investor secara umum dapat melakukan strategi aktif atau strategi pasif. Dalam strategi aktif pada dasarnya meliputi tindakan investor dalam melakukan pemilihan dan jual beli saham, mencari informasi, mengikuti waktu dan pergerakan harga saham serta berbagai tindakan aktif lainnya untuk menghasilkan return abnormal (Tandellin, 2010). Di sisi lainnya strategi pasif biasanya meliputi tindakan investor yang cenderung pasif dalam berinvestasi pada saham dan hanya mendasarkan pergerakan sahamnya pada pergerakan indeks pasar. Artinya investor tidak secara aktif mencari informasi atau melakukan jual beli saham yang bisa menghasilkan return abnormal (Tandellin, 2010). Namun untuk memperoleh suatu imbal hasil (return), investor harus menanggung risiko tertentu (risk-return trade-off) dan setiap investor harus mampu mengahadapi sebuah risiko tersebut. (Buchadi, 2007). Risiko dapat diartikan sebagai ketidakpastian tentang hasil (earning) yang akan diperoleh di masa datang sebagai akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar. Akibat ketidakpastian ini, maka para pengambil keputusan sering bertanya tentang besarnya risiko (kerugian) yang akan ditanggung jika kondisi pasar berubah menjadi terpuruk. Risiko harga saham meupakan risiko pasar disebabkan perubahannya sangat dipengaruhi oleh iklim investasi global (Sunaryo, 2007). Risiko yang dihadapi institusi keuangan secara umum dapat dibagi menjadi tiga menjadi risiko pasar, risiko kredit, dan risiko operasional, dimana investasi di bursa saham digolongkan sebagai investasi yang memiliki risiko saham (Sunaryo, 2007). Pembagian risiko secara umum dibagi menjadi tiga kelompok bukan dimaksudkan untuk mentiadakan faktor risiko yang lain, hal ini dikarenakan kesulitan dalam mengkuantifikasi suatu risiko. Risiko yang tidak dapat dikuantifikasi akan lebih sulit dalam pengelolaannya. Sementara ini, model http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4 pengukuran risiko yang sudah berkembang secara garis besar masih sebatas ketiga risiko tadi, dimana risiko-risiko lain diluar ketigannya, asalkan dapat dikuantifikasi, dapat dimaksukan kedalam risiko operasional (Sunaryo, 2007). Investor dapat mengurangi risiko dengan cara melakukan diversifikasi investasi. Diversifikasi investasi akan memberikan manfaat optimum apabila return antar investasi dalam satu portofolio berkorelasi negatif. Markowitz telah membuktikan bahwa risiko berinvestasi dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa aset kedalam sebuah portofolio. Metode Markowitz menunjukan bahwa apabila aset-aset keuangan dalam suatu portofolio memiliki korelasi return yang lebih kecil dari positif 1, risiko portofolio secara keseluruhan dapat diturunkan. Risiko minimum dapat dicapai apabila korelasi return investasi adalah negatif sempurna. (Sartono dan Andika, 2006). Institusi-institusi finansial dan juga para investor selalu ingin berusaha agar risiko bisa selalu dikuantifikasikan. Pengukuran-pengukuran tradisional yang digunakan dalam mengkuantifikasikan risiko banyak kaitannya dengan pengukuran sensitivitas. Pengukuran risiko dengan sensitivitas memperhatikan perubahan pada salah satu faktor risiko dan dampaknya terhadap keuntungan (profit) dan kerugian (loss) pada suatu portofolio. Pengukuran-pengukuran tradisional hanya memberikan hasil dalam bentuk jumlah kerugian yang mungkin dialami. Pengukuran-pengukuran tersebut tidak memberikan gambaran mengenai potensi atau probabilitas terjadinya kerugian-kerugian tersebut. Selain itu pengukuran-pengukuran tradisional tersebut digunakan pada aset aset individual sehingga setiap aset memiliki metode pengukuran risiko secara tersendiri. (Sartono dan Andika, 2006). Masalah timbul ketika masing-masing aset tersebut digabungkan dalam suatu kelompokproduk ataupun sebuah portofolio. Seperti yang diketahui, perlu adanya diversifikasi dalam suatu kelompok produk atau portofolio agar risiko berkurang. Pengukuran risiko menjadi sulit dikarenakan banyaknya metode yang digunakan untuk mengukur http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5 beberapa risiko aset yang digabungkan dalam suatu kelompok produk atau portofolio (Sartono dan Andika, 2006). Dalam hal ini, setelah mengetahui volatilitas maka investor dapat memperkirakan dengan tingkat keyakinan (level of confidence) dan dalam jangka waktu tertentu beberapa potensi penurunan nilai imbal hasil (Value at risk ). Salah satu kelebihan VAR adalah bahwa metode pengukuran ini dapat diaplikasikan ke seluruh produk-produk financial yang diperdagangkan. angka yang didapatkan merupakan hasil perhitungan secara agregat atau menyeluruh terhadap risiko produk-produk sebagai suatu kesatuan (Jorion, 2001). VAR juga memberikan estimasi kemungkinan atau probabilitas mengenai timbulnya kerugian yang jumlahnya lebih besar daripada kerugian yang telah ditentukan. VAR juga memperhatikan beberapa aset-aset yang lain. Hal ini memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap berkurangnya risiko yang diakibatkan oleh diversifikasi kelompok produk atau portofolio (Sartono dan Andika, 2006). Variabel standar deviasi dalam perhitungan VAR, seperti yang disajikan Buchadi (2007) diasumsikan distribusi normal. Namun demikian, beberapa penelitian asumsi distribusi normal dan unconditional variance kurang tepat apabila digerakan pada pasar keuangan. Situngkir dan Surya (2006) mengemukakan perhitungan Var pada pasar saham lebih tepat bila memperhatikan kecenderungan (skewness) dan kelebihan kurtosis. Berdasarkan telaah dari penelitian sebelumnya peneliti tertarik untuk mencari tahu nilai kerugian dengan menggunakan metode VaR saat terjadinya kondisi pasar saham yang terpuruk atau saham Bearish. Maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS VALUE AT RISK UNTUK PORTOFOLIO OPTIMUM PADA SAHAM AGRICULTURE SAAT TERJADINYA PASAR SAHAM BEARISH OKTOBER 2014 SEPTEMBER 2015” penelitian ini memerlukan exposure sebagai nilai posisi aset yang akan dihitung nilai risikonya (VaR). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Berapakah potensi kerugian setiap saham Agriculture pembentuk portofolio optimal dengan menggunakan metode Value at Risk pada saat kondisi pasar saham Bearish? 2. Berapakah potensi kerugian portofolio optimal saham Agriculture dengan menggunakan metode Value at Risk pada saat kondisi pasar saham Bearish ? 3. Apakah Potensi kerugian portofolio optimal dengan metode Value at Risk lebih besar dari potensi keuntungan portofolio optimal saham Agriculture pada saat pasar saham Bearish ? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada bagian perumusan masalah , antara lain : 1. Untuk menilai potensi kerugian maksimal dari setiap saham Agriculture pembentuk portofolio optimal dan portofolio optimal saham Agriculture dengan menggunakan metode Value at Risk pada saat kondisi pasar saham Bearish. 2. Untuk mengetahui apakah potensi kerugian portofolio optimal lebih besar dari potensi keuntungan portofolio optimal saham Agriculture pada saat pasar saham Bearish. D. Kontribusi Penelitian 1. Kontribusi Praktis : Penelitian Ini diharapkan dapat menjadi masukan Para analis dan investor di pasar saham indonesia untuk dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai model yang tepat dari value at risk untuk mengukur salah satu risiko pasar yaitu volatilitas return dari saham saham Agriculture, sehingga dalam keputusan investasinnya dapat memperhitungkan apakah risiko yang ditanggung sesuai dengan return yang diharapkan.Perusahaan yang tergabung sahamnya di IHSG sektor http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7 Agriculture dapat mengevaluasi performa saham perusahaan tersebut dengan mengetahui VAR dari portofolio terpilih 2. Kontribusi Akademik : penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori-teori mengenai Portofolio Optimal dan Value at Risk. Para akademisi dapat mengambil manfaat penelitian ini sebagai kasus nyata yang dapat digunakan dalam penelitian manajemen keuangan dan menjadi pelengkap penelitian-penelitian yang lain serta dapat mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/