Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 SADD DZARI’AH ( ِ َ ْ ) َ ُّد َّذلا ِر Muchamad Toif Chasani1 Abstrak Sadd al-dzari’ah sebagai salah satu metode dalam penafsiran atau penggalian hukum Islam, dalam aplikasinya senantiasa bersandar pada konsep maslahah dengan berbagai ragamnya. Metode ini lebih berkesan preventif, karena segala sesuatu yang pada mulanya mengandung pengertian boleh (mubah) menjadi dilarang (haram) karena akibat yang ditimbulkan dari perbuatan tersebut ada indikasi yang mengarah kepada mafsadat baik dari segi jenis maupun kualitasnya. Kata kunci: Sadd al-dzari’ah, maslahah, mafsadat. 1 Dosen di STAINU Kebuman, saat ini sedang melanjutkan studi di S3 Islamic Studies SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 149 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 Pendahuluan penggalian hukum dalam kajian hukum Al-Qur’an dan al-Sunnah Islam. adalah sumber hukum utama dalam berbagai permasalahan yang Tujuan ada, Islam disyariatkan adalah untuk hukum memelihara dengan kemaslahatan manusia sekaligus untuk waktu menghindari mafsadat, baik di dunia muncul peristiwa dengan beraneka maupun di akhirat. Tujuan tersebut ragam permasalahannya, sementara itu harus dipahami secara menyeluruh masa turunnya wahyu dari Allah swt oleh orang yang akan menggali atau telah menafsirkan hukum (mujtahid) dalam namun berbarengan perkembangan ruang berakhir dan ditandai dengan wafatnya Rasulullah saw. Berbagai rangka permasalahan dalam hukum Islam dan menjawab persoalan- masyarakat setelah berakhirnya masa persoalan hukum kontemporer yang kenabian kasusnya yang (ba`da muncul bi`tsah) akan mengembangkan belum pemikiran ditemukan secara menimbulkan persoalan tersendiri bagi eksplisit di dalam nash al-Qur’an. para ahli hukum Islam, apabila tidak Lebih dari itu, tujuan hukum harus ditemukan jawaban hukum dari al- diutamakan Quran secara mengetahui apakah suatu hukum yang tekstual. Dalam menghadapi berbagai telah ada masih dapat diterapkan masalah baru inilah para ahli hukum terhadap permasalahan yang muncul Islam dituntut untuk selalu berkreasi belakangan karena adanya perubahan secara inovatif melalui berbagai metode struktur penafsiran karenanya maupun atau al-Sunnah penggalian hukum dalam sosial rangka untuk masyarakat. pengetahuan Oleh tentang terhadap ayat-ayat al-Quran maupun maqasid al-syari’ah atau tujuan utama al-sunnah. Berkreasi secara inovatif hukum untuk mencari jawaban hukum ini penting dalam upaya pembentukan dalam kajian hukum Islam dikenal hukum Islam yang sesuai dengan nilai- dengan istinbath ahkam. Sadd al- nilai universal al-Quran. dzari`ah merupakan salah satu dari sekian banyak metode penafsiran atau 150 Islam memegang peranan Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 Paradigma Sadd al-dzari’ah dalam adalah wajib juga tatkala memang Hukum Islam mampu melakukannya.3 Secara ( ِ َ ْ ِ) َّذلار berarti etimologi, “jalan Dzari’ah yang Sedangkan secara terminologis, menuju 2 kepada sesuatu ( ِ مل ْ ) مْ َ ِ ِس َ ُي إ َ َّذل.” Imam al-Qarafy al-Maliki menyatakan: Dari أو يه عبارة، مت ال مبباح إ ما فيو جناح:اططال ًا sisi etimologis, maka ketentuan hukum ار 4 .عن أم ٍر ِري ممه ع يف هفسو خياف من رتاكبو م ق ع يف ممن ع yang berlaku pada Dzari’ah adalah Artinya: “Dzari’ah adalah perantara mengikuti yang dengan perkara mubah kepada sesuatu terdapat pada perbuatan yang menjadi yang berdosa, atau bisa dikatakan sasarannya. Jelasnya, perbuatan yang bahwa ia adalah sesuatu yang tidak membawa ke arah mubah adalah dilarang, mubah’ perbuatan yang membawa ke karena ditakutkan jatuh kepada hal arah yang dilarang. ketentuan haram adalah hukum haram; dan (tetapi menjadi dilarang) perbuatan yang menjadi perantara atas terlaksananya perbuatan wajib adalah Akan tetapi, Ibn Qayyim al- wajib. Misalnya, zina adalah haram. Jauziyah (691-751 H/1292-1350M) Maka, mengatakan melihat aurat wanita yang bahwa pembatasan menyebabkan seseeorang melakukan pengertian Dzari’ah kepada sesuatu perbuatan zina adalah haram juga. yang dilarang saja tidak tepat, karena Shalat Jum’at adalah fardhu (wajib), ada juga Dzari’ah yang bertujuan maka guna kepada yang dianjurkan. Oleh sebab menjalankan itu, menurutnya, pengertian Dzari’ah ibadah shalat Jum’at adalah wajib, lebih baik dikemukakan yang bersifat karena hal ini merupakan Dzari’ah. umum, sehingga Dzari’ah mengandung Menunaikan ibadah haji adalah fardhu dua pengertian, yaitu: yang dilarang, (wajib), disebut dengan sadd dhari’ah ( ِ َ ْ َ ُّد َّذلا ِر meninggalkan memenuhi kewajiban maka pergi jual-beli menuju ke Baitullah untuk menunaikan ibadah haji 3 Abu Zahroh, Ushul Fiqih, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2008. Hal: 439. :أب م باس شياب دلين أمح بن إدريس بن عب مرمحن ملاميك مشيري ابمقر يف ( ملت ىف4 انرص بن عيل: إع د مطامب، جز من رشح تنقيح مفص ل يف عمل لا ل،(ىـ684 محزة بن/ فض ي مشِس خ ل ِستاذ دلكت ر: إرش ف،)بن انرص مغام ي (ر اةل ماجسِستري : عام منرش، جام أم مقرى- لك مرش، ر اةل علم: منارش،حسني مف ر 503 : ص، م2000 - ىـ1421 مفروق،أب م باس شياب دلين أمح بن إدريس بن عب مرمحن ملاميك مشيري ابمقر يف2 ، ب ون طب وب ون اترخي: مطب، عامل مكتب: منارش،= أه ر مربوق يف أه مفروق 274 :ص 151 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 ) dan yang dituntut untuk dilaksanakan, c. disebut fath Dzari’ah ( ِ َ ْ ِ) فَ ْت ُح َّذلار. tidak diungkapkan secara langsung Imam al-Syaţibi mendefinisikan oleh al-Qur’an dan al-sunnah dan Dzari’ah dengan: tidak pula bertentangan dengan َمتَّذل َ ُّد ُل ِب َما ُى َ َم ْصل َ َ ٌ ِ َ َم ْف َس َ ٍة “Melakukan semula suatu pekerjaan mengandung keduanya. yang kemaslahatan Dzari’ah merupakan salah satu untuk menuju kepada kemafsadatan.” Maksudnya; sumber pokok (ashl) yang secara seseorang eksplisit dituturkan dalam kitab-kitab melakukan suatu pekerjaan yang pada dasarnya dibolehkan mengandung suatu lain dari madhab Maliki dan Hanbali. karena Adapun kitab-kitab madhab yang lain kemaslahatan, tidak menuturkannya dengan judul itu. tetapi tujuan yang akan ia capai Tetapi secara implisit bab ini dibahas berakhir pada suatu kemafsadatan. dalam mu’tabaroh, maslahat Untuk lebih jelasnya dapat hukum terbagi atas dua bagian: sunnah. 1. Maslahat mulghat, maslahat yang dengan dan dikemukakan, bahwa sumber ketetapan baik oleh al-Qur’an maupun al- bertentangan Hanafy kesamaan pada bagian-bagian lain.6 yang diungkapkan secara langsung b. Madzhab bagian-bagian tertentu dan ada pula tiga maslahat, yaitu5: Maslahat fiqh Syafi’I, meski terdapat perbedaan pada Di dalam ilmu ushul fiqh dikenal ada a. Maslahat mursalah, maslahat yang Maqasid (tujuan/sasaran), yakni perkara-perkara yang mengandung ketentuan maslahat atau mafsadat. yang termaktub di dalam al-Qur’an 2. Wasail dan al-sunnah. (perantaraan), yaitu jalan/perantaraan yang membawa kepada 5 Imron, Ali, Dr., Menerapkan Hukum Islam Yang Inovatif dengan Metode Sadd al-Dzari’ah, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI, dengan mengutip dari: al-Ghozali, al-Mustashfa Min `Ilmi al-Ushul, Matba’ah Mustafa Muhammad, Mesir, 1356 H, hal. 139.Dimuat di: http://unwahas.ac.id/publikasiilmiah/index.php /QISTIE/article/viewFile/593/710 maqasid, dimana hukumnya mengikuti hukum dari perbuatan 6 yang menjadi Abu Zahroh, Ushul Fiqih, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2008. Hal: 438. 152 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 (maqasid), sasarannya baik perbuatan buruk, maka ia menjadi berupa halal atau haram.7 terlarang. Imam al-Shaţibi mengemukakan tiga Hanya saja dari segi syarat yang harus dipenuhi sehingga derajat/tingkatan hukumnya, ketetapan suatu perbuatan itu dilarang, yaitu: hukum terhadap wasail lebih ringan 1. dibanding ketetapan hukum membawa kepada kemafsadatan, yang terdapat pada maqasid. Imam al-Qarafi ”Wasilah berkata: 2. Kemafsadatan maqasid kepada Perbuatan yang boleh dilakukan itu lebih kuat dari kemaslahatan pekerjaan, dan yang paling baik adalah sebaik-baik 3. Dalam melakukan perbuatan yang wasilah; wasilah kepada maqasid yang dibolehkan unsur kemafsadatannya paling buruk adalah seburuk-buruk lebih banyak. wasilah dan wasilah kepada maqasid yang bertentangan adalah pertengahan Sedangkan Imam al-Subki membagi Dzari’ah menjadi : pula. Dengan demikian, yang menjadi dasar diterimanya dzara’i 1. Dzari’ah secara pasti dapat sebagai menyampaikan pada yang haram, sumber pokok hukum Islam adalah maka ia adalah haram menurut tinjauan kami terhadap akibat suatu perbuatan. Perbuatan yang menjadi perantara mendapatkan dan menurut Malikiyah. ketetapan 2. Yang dipastikan hukum sama dengan perbuatan yang menyampaikan menjadi akibat haram, perbuatan itu dikehendaki atau tidak dengan dikehendaki sasarannya, baik Ulama akan tidak pada tetapi perkara perkara bercampur yang dapat terjadinya. Apbila menyampaikan pada yang haram, mengarah kepada maka untuk kehati-hatian adalah sesuatu yang diperintahkan (mathlub) dengan menutup kesempatan ini maka ia menjadi mathlub. Sebaliknya ()سد الذرائع. perbuatan itu jikalau perbuatan itu mengarah kepada 3. Sesuatu yang kemungkinannya setengah-setengah, maka dalam hal ini dilihat dari tingkatan kuat 7 Abu Zahroh, Ushul Fiqih, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2008. Hal: 439. 153 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 atau lemahnya kemungkinan dalam beramal, adalah sabda Nabi tersebut. 8 saw: Tinggalkanlah Dasar pegangan ulama untuk antara Begitu pula sabda Nabi yang maslahat dan mafsadat. Bila maslahat berbunyi: بي ٌةن َو ه َْبُيو َم أُأ ُم ْو ٌر ُم َت ِب َو تٌ أَأ َ َو َّذلن ُح َى ِ ُم َح َّذلر َم ٌة َ ّ ِ َ َ ْ َلح َ ُل َو ْ َلح َر ُم ِ ِ ْ ِ َ َمف ْن َح َم َح ْو َل ْ ُلح َمى ُْوي َ كُ أَأ ْن ُْوي َق َع .فيه yang dominan, maka boleh dilakukan; dan bila mafsadat yang doniman, maka harus ditinggalkan. Bila sama kuat dia Yang halal itu sudah jelas dan yang antara keduanya, maka untuk menjaga kehati-hatian yang harus berlaku, yaitu diambil haram itu sudah jelas. Yang terletak di prinsip antara keduanya termasuk urusan yang sebagaimana meragukan dirumuskan dalam kaidah: ِ َ َد ْر ُأأ ْ َلم فس َد ُم َ َّذلقد ٌم ع َ َ ْل ِب ْ َلم َصلِ ِح Menolak kerusakan yang yang tidak meragukanmu. kehati-hatian dalam beramal ketika perbenturan apa-apa meragukanmu untuk mengambil apa menggunakan sadd al-dzari’ah adalah menghadapi َ َد ْع َما يُ ِر ْ ُب َ ِ َ َما َ يُ ِر ْ ُب (syubhat). Ketahuilah bahwa ladang Allah itu adlaah padang yang diutamakan diharamkan. menggembala ketimbang mengambil kemaslahatan. di Siapa sekitar yang padang larangan Allah itu diragukan akan terjatuh ke dalamnya. Bila antara yang halal dan yang haram berbaur (bercampur), maka Terdapat perbedaan pendapat prinsipnya dirumuskan dalam kaidah: َذ ْجتَ َم َ مْ َ َط ُل َو مْ َ َر ُم ُ ِل ّ َب مْ َ َر ُم ِ ulama terhadap keberadaan sadd al- Bila berbaur yang haram dengan yang dzari’ah sebagai alat atau dalil dalam halal, maka yang haram mengalahkan menetapkan hukum (istinbath) syara’. yang halal. Ulama yang menolak metode sadd al- dzari’ah secara mutlak adalah ulam Sebagai pegangan bagi ulama Zhahiriyah. yang mengambil tindakan kehati-hatian Penolakan itu secara panjang lebar dibeberkan Ibnu Hazm yang intisarinya adalah sebagai berikut: a. ، لشِسباه و منظائر،)ىـ771 : ات دلين عب م ىاب بن تقي دلين مسِسبيك ( ملت ىف8 Haditst yang dikemukakan oleh ulama yang mengamalkan sadd al- .120 : ص،م1991 -ىـ1411 لو: مطب، د ر مكتب م لم:منارش 154 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 dzari’ah itu dilemahkan dari segi dengan nash atau ijma’, hanyalah sanad dan maksud artinya. Hadits hukum itu sedangkan hukum pada washilah diriwayatkan versi yang dalam berbeda banyak peawinya. dzari’ah atau maqashid, tidak pernah oleh nash atau ijma’. ditetapkan yang adalah Oleh karena itu cara seperti ini yang ditolak, sesuai dengan firman Allah sedangkan dalam surat al-Nahl: 116: َ ََو ت َ ُق مُ ِم َما ت َِص ُ أَأمْ ِسن َ ُت ُ ُ مْكَ ِ َب َى َ َالط ٌل َو َى َ َح َر ٌم ِمتَ ْف ََتُو ع َّذل ِا مْكَ ِ َب diharamkan di padang terlarang, menggembala di sekitarnya tidak dilarang. Antara menggembala di dalam dengan di sektiar padang Artinya: itu, hukumnya tidak sama. Karena itu hukumnya hukum kembali asalnya, yaitu adalah ijtihad mubah apa kamu yang kebohongan terhadap Allah.” dengan Dengan argumentasi di atas, kalangan ulama Zhahiriyah menolak secara mutlak Zhahiriyah dengan tegas menolak sadd al-dzari’ah. ijtihad dengan ra’yu (daya nalar) seperti ini. Landasan Hukum Sadd al-dzari’ah: Hukum syara’ hanya menyangkut Ulama mazhab Malikiyah dan apa-apa yang diterapkan Allah atau terhadap mengada-adakan kemaslahatan, sedangkan ulama al-Qur’an janganlah dusta "Ini halal dan ini haram", untuk berpatokan kepada pertimbangan dalam Dan disebut-sebut oleh lidahmu secara Dasar pemikiran sadd al-dzari’ah itu ” mengatakan kepada (boleh). c. atau Maksud hadis tersebut ialah bahwa menggembala b. pokok ulama mazhab Hanabilah menyatakan dalam bahwa sadd al-dzari’ah dapat diterima Sunnah dan Ijma’ Ulama. Adapun sebagai salah satu alat atau dalil untuk yang ditetapkan di luar ketiga menetapkan hukum. sumber itu bukanlah hukum syara’. 1. Dalam hubungannya dengan sadd Firman Allah dalam surat al-An’am (6) ayat 108: ِ ُ وال تَسبُّوا ااَّل ِ ي ْد و َو ِ ي ِوو االَّل ِ فَيَسبُّوا االَّل َ َ ْد وا ِ َ ْد ُ َ َ ْد ً ُ ُ َ ... ِلْد ٍم al-dzari’ah dalam bentuk kehatihatian yang ditetapkan hukumnya 155 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 Artinya “Dan : jangan kamu Muslim dan Abu Daud). Hadits ini memaki sesembahan yang mereka menurut Ibn sembah selain Allah, karena nanti menunjukkan bahwa mereka akan memaki Allah dengan dzari’ah tanpa batas tanpa pengetahuan alasan untuk menetapkan hukum ...”. syara’. Walaupun hanya masih 2. Firman Allah: اْسَ ُعوا َا أَُّ َها ااَّل ِ َي آ َ نُوا ال تَ ُقواُوا َرا ِنَا َوقُواُوا انْدظُْدرنَا َو ْد ِ َ واِلْد َ افِ ِر ي َ َ ٌب اا أَاي ٌب َ Artinya: ” Hai orang-orang yang 4. Nabi Muhammad saw mencegah para terang-terangan orang- saw., saat dosa besar Dzari’ah “Wahai Rasulullah bagiamana mungkin Rasulullah orang kepada perbuatan riba dimana menjawab, itu, dikatakan agar hal tersebut tidak mengarah penerimaan hadiah itu dianggap sebagai ganti dari bunga. lain, maka ayahnya juga akan maki Nabi yang hadiah dari orang yang berutang “Seseorang mencaci ayah orang dicaci (perantaraan) orang ang mengutangi menerima seseorang melaknat kedua orang tuanya?” merupakan 5. Nabi Muhammad saw melarang melaknat kedua orang tuanya. Lalu ditanya, mereka Sebab membunuh para shahabatnya. seseorang Rasulullah menyebarkan bencana. menyebabkan sebesar-besar adalah terjadi membunuh yang artinya: “Sesungguhnya membunuh fitnah di kalangan kaum muslimin (QS. Al-Baqarah: 104). Rasulullah sahabatnya orang-orang munafik yang dengan orang kafir siksaan yang pedih. 3. Hadits satu melarang perbuatan tersebut. tetapi katakanlah: "Unzhurna", dan bagi salah al- dugaan itu pula Rasulullah saw. (kepada Muhammad): "Raa`ina", Dan termasuk sadd berupa praduga, namun atas dasar beriman, janganlah kamu katakan "dengarlah". Taimiyah 6. Nabi Muhammad saw melarang dan memotong tangan pencuri pada seseorang mencaci maki ibu orang masa perang bagi orang yang lain, maka ibunya juga akan dicaci tidak bergabung dengan orang- maki orang itu”. (HR. Al-Bukhari, orang musyrikin. 156 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 7. Para ulama salaf al-shalih kalangan shahabat dari yang telah dikeluarkan untuk orang memberikan lain karena Allah, meskipun ‘iwadh/pengganti. hak warisan kepada perempuan dengan yang ditalak ba’in oleh suaminya Kadangkala itu menjadi Dzari’ah pada saat sakit yang membawa untuk memperdaya kaum mfakir kematiannya, agar perceraian itu miskin dengan jalan menyerahkan Dzari’ah sedekah hartanya, lalu menarik (perantaraan) bagi terhalanginya si kembali melalui cara pembelian istri dengan tidak menjadi dari mendapatkan bagian warisan. yang keji, malahan kadang-kadang hal itu 8. Nabi Muhammad saw melarang dijadikan perbuatan menimbun harta. Beliau bersabda: ِ َتحـ ـ ٌ َاا تكـ ُر ِ َّذل ِ ـ ْ ََ ـ mazhab Syafi’iyyah dapat menerima sadd al-dzari’ah sebagai dalil dalam berbuat salah.” penimbunan masalah-masalah harta kesulitan/krisis masyarakat, yang perbuatan menampakkan hadapan hukumnya. udzur untuk tidak tidak umum puasanya (bagi yang di tidak mengetahui udzurnya). Contoh ini - 9. Nabi Muhammad saw melarang membeli karena berpuasa, tetapi tidak membolehkan menimbun harta itu sendiri haram seseorang dan Imam al-Syafi’i membolehkan orang terjadinya perekonomian selain tertentu menolaknya dalam kasus-kasus lain. merupakan Dzari’ah (perantaraan) menyebabkan untuk Ulama mazhab Hanafiyah dan harta kecuali orang-orang yang Sebab persaratan pemberian sedekah tersebut. Artinya: “Tidak berbuat menimbun yang penipuan paling tidak - berprinsip pada metode kembali sadd al-dzari’ah. barang yang telah disedekahkan Ulama mazhab Hanafiyah dan kepada orang lain, walaupun ia ulama mendapatkannya terjual di pasar, mazhab menerima demi menghindarkan dari Dzari’ah berupa ditariknya kembali barang 157 kaidah Syafi’iyyah sadd apabila kemafsadatan muncul itu dapat dapat al-dzari’ah yang akan dipastikan akan Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 terjadi, atau sekurang-kurangnya b. Perbuatan yang dilakukan itu praduga keras (ghilbah al-dhan) akan biasanya membawa kepada terjadi. mafsadat Para ulama mengelompokkan ushul Dzari’ah fiqh ghalib) kedalam membawa al- kepada mafsadat. Misalnya, seseorang mafsadatnya dan Dzari’ah dilihat dari segi jenis mafsadatnya. 1. besar (dhann kemungkinan dua kategori. Dzari’ah dilihat dari segi kualitas atau menjual anggur kepada produsen minuman keras. Dzari’ah dari kualitas mafsadatnya. Pada Imam al-Syathibi mengemukakan barang (anggur) itu boleh- bahwa boleh saja, akan tetapi apabila dari segi kualitas dasarnya menjual kemafsadatannya, Dzari’ah terbagi ternyata dijual kepada empat macam, yaitu : produsen minuman a. Perbuatan yang dilakukan itu besar kemungkinan anggur itu membawa kepada kemafsadatan secara diproses pasti keras menjadi yang kepada keras minuman memabukkan (qat’i). Misalnya, seseorang (khamar). Perbuatan seperti menggali sumur di depan pintu ini rumahnya sendiri dan ia tahu dugaan pada malam yang gelap itu perbuatan ada kepada kemafsadatan. orang berkunjung yang ke akan dilarang, karena keras itu ada bahwa membawa rumahnya. c. Perbuatan yang dilakukan itu Perbuatan ini pada dasarnya jarang atau kecil kemungkinan boleh-boleh saja (mubah fi membawa kepada mafsadat. dzatih), akan tetapi dengan Misalnya melihat yang mengendarai sepeda motor di perbuatannya jalan raya dengan kecepatan akibat ditimbulkan secara pasti akan seseorang 30 sampai 50 km/jam pada mendatangkan mafsadat maka jalur menjadi dilarang. normal. Perbuatan seperti ini serta kondisi boleh-boleh saja. 158 yang Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 d. Perbuatan yang dilakukan itu mengandung tetapi b. Perbuatan itu pada dasarnya kemaslahatan, memungkinkan perbuatan juga bahkan yang dibolehkan dianjurkan, tetapi perbuatan tersebut membawa dijadikan kepada mafsadat. Misalnya, melakukan seseorang pisau, haram, baik dengan tujuan sabit, gunting, jarum dan yang yang disengaja maupun tidak. sejenisnya di pasar tradisional Perbuatan yang mempunyai secara bebas pada malam tujuan yng disengaja, misalnya hari. Untuk jenis yang pertama seorang yang menikahi wanita dan para yang telah dithalaq tiga oleh ulama’ sepakat melarangnya suaminya dengan tujuan agar sehingga perbuatan tersebut suami (Dzari’ah) perlu menikahinya lagi (nikah al- dicegah/ditutup (sadd). Untuk tahlil). Sedangkan perbuatan jenis yang ketiga para ulama’ yang dilakukan tanpa tujuan tidak melarangnya, sedangkan sejak jenis seseorang yang memaki-maki menjual kedua di atas, keempat perbedaan terjadi pendapat di ibu kalangan para ulama’. jalan untuk perbuatan yang pertama dapat semula bapak seperti orang lain. Akibatnya orang tuanya sendiri 2. Dzari’ah dari jenis mafsadat yang akan dibalas caci-makian. ditimbulkan. Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Dzari’ah dilihat dari Dzari’ah diakui seluruh madzhab jenis mafsadat yang ditimbulkan Abu Zahroh dalam bukunya terbagi menjadi: Ushul Fiqh mengatakan bahwa dzari’ah a. Perbuatan itu membawa kepada diakui mafsadat. suatu oleh seluruh madzhab. Seperti Perbedaan pendapat di sini hanya minuman keras terletak pada penentuan kriterianya. menimbulkan mabuk Mereka pad aprinsipnya tetpa sepakat dan mabuk itu suatu mafsadat. bahwa dzaar’ah ini merupakan sumber meminum dapat pokok yang diakui dan berdiri sendiri. 159 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 Imam Syafi’I dan Hanafy meski tidak dzari’ah mengakui berdiri terjatuh ke dalam perbuatan haram. sendiri, Oleh karena , Ibnu ‘Arabi di dalam namun tidaklah menolaknya secara kitabnya ‘Ahkam total. Hanya saja Imam Syafi’I dan menetapkan kriteria Hanafy tidak menganggapnya sebagai perbuatan yang diharamkan karena sumber hukum yang berdiri sendiri tapi dzari’ah secara implisit termasuk ke dalam landasan nashnya, bukan semata-mata sumber-sumber pokok lain yang diakui, karena qiyas atau dzari’ah saja. seperti qiyas dan isthsan yang dipakai madzhab Hanafy berbeda dari yang tidak sumberpokok harus al-Qur’an’ bahwa setiap diseetai dengan Maka tidak bisa dibenarkan jauh mininggalkan kewajiban yang harta anak yatim karena takut berbuat dipakai Imam Syafi’I kecuali dalam hal zhalim. ‘Urf. berkata: “Jika dikatakan bahwa Imam Meski demikian, pemakaian Malik Karenanya mengelola harus Imam Qurtuby meinggalkan sumber dzara’I tentu saja tidak diterapkan pokoknya (sadd al-dzari’ah) dalam hal secara adanya berlebihan. diterapkan dengan tekadang Sebab kalau tanpa batas, pelaksanaan munculnya persangkaan buruk, maka jawabnya: mengakibatkan terhambatnya kekhawatiran Tidak perkara harus dianggap demikian. sebagai Yang dari’ah bisa adalah yang sebenarnya mubah, mandub, perbuatan-perbuatan atau takut mengacu kepada perbuatan terlarang terperosik ke dalam kelaliman, seperti yang jelas ada nash-nya. Sedang keengganan sebagian orang yang adil dalam hal mengelola harta anak yatim untuk mengelola harta benda anak di sini, Allah swt telah memberikan izin yatim dalam bentuk pergaulan yang baik, dan bahkan atau wajib, harta karena waqaf, karena terlarang yang khawatir timbulnya berbadai tuduhan menyerahkan sepenuhnya orang atau takut dirinya tereleset dalam amanat diemban kelaliman. Dan memang berdasarkan dengan firman Allah: ِ َِواالَّل ُ َ ْدعلَ ُ ااْد ُ ْد ِس َ ِ َي ْدااُ ْد ل Artinya: “…dan Allah mengetahui siapa obsevasi diketahui bahwa sebagain orang tidak mau mengerjakan yang kepada para wali, yang membuat kerusakan dari yang berbeagai perbuatan gara-gara takut 160 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 mengadakan perbaikan.” (QS. Al- segera melunasinya. Akan tetapi, bila Baqarah : 220). Jadi ditakutkan kendaraan itu - yang dibeli seharga setiap perkara yang tigapuluh juta rupiah – dijual kembali dimana Allah telah kepada menyerahkan (pemberi kredit) kepada dengan harga tunai sebesar lima belas mukallaf, tidak bisa dikatakan sebagai juta rupiah, maka tujuan ini akan dzari’ah yang membawa kepada suatu kemafsadatan, mau karena terlarang, sepenuhnya penjual kepada perbuatan sehingga ia tdak seakan-akan mengerjakannya (karena menganggap diperjualbelikan haram). Allah pedagang menjadikan wanita terpercaya dalam menunggu hal Maksudnya, Sebagaimana menyangkut pengakuan akan tidak kendaraan barang yang ada dan itu tinggal keuntungan pembeli saja. pada saat kesuciannya, meskipun mengandung membeli kendaraan mendapatkan uang akibat yang cukup besar sehubungan sebesar limabelas juta rupiah, tetapi ia dengan ucapan itu, dan menyangkut tetap harus melunasi hutangnya (kredit pula soal kehalalan, keharaman dan kendaraan itu) sebesar tiga puluh juta hubungan nasab, walaupun adalah rupiah. Jual beli seperti ini dalam fiqh sangat mungkin wanita itu berbuat disebut dengan bay’u al-‘ajal ( َب ْي ُعع )ا ْيل َبع َبجل. Gamabaran jual beli seperti ini, bohong. menurut al-Syathibi, tidak lebih dari Penggunaan Sadd al-dzari’ah dalam pelipatgandaan hutang tanpa sebab. Penyelesaian Isu-Isu Kontemporer Karenanya, Contohnya, pada dasarnya jual perbuatan seperti ini dilarang. beli itu adalah halal, karena jual beli Contoh lain adalah dalam merupakan salah satu sarana tolong- masalah zakat. Sebelum waktu haul menolong untuk memenuhi kebutuhan (batas hidup manusia. Seseorang membeli sehingga sebuah kendaraan seharga tiga puluh zakatnya) datang, seseorang yang juta rupiah secara kredit adalah sah memiliki sejumlah harta yang wajib karena dizakatkan, pihak penjual memberi keringanan kepada pembeli untuk tidak waktu perhitungan wajib zakat mengeluarkan menghibahkan sebagian hartanya kepada anaknya, sehingga 161 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 berkurang nishab harta itu dan ia hukum dalam hukum Islam. Dengan terhindar dari kewajiban zakat. menggunakan metode sadd al-dzari`ah Pada dasarnya, menghibahkan diharapkan hukum Islam akan selalu harta kepada anak atau orang lain dianjurkan syara’, oleh mengedepankan karena kemanfaatan dan kemaslahatan hukum. perbuatan ini merupakan salah satu akad tolong menolong. Akan tetapi, karena tujuan hibah yang dilakukan itu Daftar Pustaka adalah untuk menghindari kewajiban – maka Haroen, Nasrun, Dr.H., Ushul Fiqh 1, perbuatan ini dilarang. Pelanggaran ini Logos Wacana Ilmu, Jakarta, didasarkan 1997. yaitu membayar zakat pemikiran – bahwa hibah Imron, Ali, Dr., Menerapkan Hukum yang hukumnya sunat menggugurkan Islam Yang Inovatif dengan zakat yang hukumnya wajib. Metode Penutup Jurnal Sadd Ilmiah al-dzari’ah, Ilmu Hukum Ada tidaknya hukum senantiasa QISTI, dengan mengutip dari: ditentukan oleh ‘ilat. Sementara itu al-Ghozali, al-Mustashfa Min pertumbuhan `Ilmi dinamika dan perkembangan sosial masyarakat al-Ushul, Matba’ah Mustafa Muhammad, Mesir, kontemporer terus bergerak sehingga 1356 H, hal. 139. Dimuat di: mempengaruhi sistem hukum yang ada http://unwahas.ac.id/publika di dalamnya. Oleh karenanya hukum siilmiah/index.php/QISTIE/ar dituntut ticle/viewFile/593/710 untuk selalu mengikuti perubahan yang ada. Metode sadd al- dzari’ah cukup merupakan fleksibel tawaran untuk Syarifuddin, Amir, Prof. Dr. H., Ushul Fiqh 2, Kencana Prenada yang menghadapi Media Group, Jakarta, 2011. Zahroh, Abu, Prof. Dr., Ushul Fiqih, perubahan sosial masyarakat tersebut, mengingat unsur maslahat dan Pustaka mafsadat serta tujuan syara’ menjadi 2008. pilar utama dalam metode istibath 162 Firdaus, Jakarta, Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 أب م باس شياب دلين أمح بن إدريس بن عب مرمحن ملاميك مشيري ابمقر يف ) ملت ىف684 :ىـ( ،جز من رشح تنقيح مفص ل يف عمل لا ل ،إع د مطامب :انرص بن عيل بن انرص مغام ي )ر اةل ماجسِستري( ،إرش ف :فض ي مشِس خ ل ِستاذ دلكت ر /محزة بن حسني مف ر، منارش :رسةل علم ،لك مرش -جام أم مقرى، عام منرش 1421 :ىـ 2000 -م ،ص: 503 أب م باس شياب دلين أمح بن إدريس بن عب مرمحن ملاميك مشيري ابمقر يف ،مفروق = أه ر مربوق يف أه مفروق، منارش :عامل مكتب ،مطب :ب ون طب وب ون اترخي، ص274 : ات دلين عب م ىاب بن تقي دلين مسِسبيك ) ملت ىف771 :ىـ(، لشِسباه و منظائر ،منارش :د ر مكتب م لم ،مطب : لو 1411ىـ1991 -م 163