BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan peraturan Pemerintah nomor 3 tahun 2005 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik, penyediaan tenaga listrik dilakukan dengan memanfaatkan seoptimal mungkin sumber energi primer setempat dengan kewajiban mengutamakan pemanfaatan sumber energi terbarukan. Dalam rangka diversifikasi energi dan pemanfaatan energi terbarukan tersebut, pasokan tenaga listrik pada tahun 2020 menggunakan minimal 5% berasal dari energi terbarukan. Pemanfaatan energi terbarukan yang pada saat ini banyak dikembangkan antara lain adalah tenaga air (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro). Untuk jangka pendek, pemanfaatan energi terbarukan di pedesaan adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat antara lain penerangan/listrik pedesaan, pompa air, pengering dan kegiatan ekonomi produktif skala kecil. Sedangkan untuk jangka panjang, pemanfaatan energi terbarukan dimaksudkan untuk mensubstitusikan energi fosil dalam rangka pembangunan energi berkelanjutan. Sesuai dengan keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 2 tahun 2004, kebijakan energi terbarukan dan konservasi energi pada dasarnya mengatur pemanfaatan energi yang efisien dan budaya hemat energi. Salah satu pembangkit listrik skala kecil yang potensial adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), yang merupakan salah satu implementasi dari greenenergi-initiative yaitu mendorong energi terbarukan, energi efisiensi, dan energi bersih. Program pembangunan PLTMH bertujuan untuk mendorong kegiatan ekonomi skala kecil masyarakat di daerah pedesaan serta dalam upaya penghematan penggunaan bahan bakar minyak. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan suatu pembangkit listrik skala kecil yang mengkonversi energi potensial menjadi energi listrik. Dikategorikan sebagai pembangkit skala kecil karena energi potensial yang 1 2 digunakan hanya berasal dari sumber dengan debit yang kecil juga, seperti saluran irigasi, sungai atau air terjun alam. Hasil konversi listrik tidak akan berada pada skala produksi industri, namun umumnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Terutama untuk daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN). Diantara manfaat PLTMH yang menjadi keuntungan tersendiri antara lain: 1. memanfaatkan sumber energi terbarukan, 2. teknologi yang ramah lingkungan karena tidak memerlukan infrastruktur yang besar karena bisa memanfaatkan langsung dari sungai sehingga tidak mengganggu ekologi dan habitat lingkungan hidup, 3. produk dan penelitian tidak membutuhkan asupan dari luar negeri, karena teknologi lokal sudah bisa diadaptasikan untuk mendirikan PLTMH, 4. biaya pengoperasian dan perawatan (maintenance) yang relatif lebih murah, 5. sistem sangat sederhana dan memiliki ketangguhan yang baik, sehingga dapat diandalkan. Energi potensial akan sangat bergantung dengan kondisi geografis dari aliran air. Semakin tinggi jatuhan dan besaran debit yang dihasilkan akan menghasilkan energi listrik yang besar pula. Terkadang beberapa rekayasa perlu dilakukan agar mencapai hasil yang optimal, seperti pembuatan bak penampung sementara (forebay) guna penampungan air yang lebih banyak dan memaksimalkan titik jatuh air. Tidak hanya sampai disitu bahkan para ahli pemberdayaan dan pengembangan energi air sudah membuat sistem yang menjadi standar keamanan dan operasional PLTMH. Salah satu standar operasional suatu PLTMH adalah ditempatkannya penyaring sampah (trashrack) di bagian pengambilan air (intake) untuk menjaga aliran air masuk dari sampah yang ikut terbawa bersama aliran. Sampah-sampah ini akan menjadi masalah serius pada PLTMH jika terbawa kedalam sistem. Hal umum yang dapat terjadi adalah rotasi kincir yang tidak stabil atau bahkan trip karena terhambat dan komponen metal yang rusak karena reaksi kimia seperti korosi. Trashrack biasanya dipasang tegak dengan sudut 90° terhadap slope saluran dengan keadaan statis (permanen). Oleh karena itu, perlu pengawas 3 operasional untuk mengangkat dan memindahkan sampah yang tersangkut pada bagian trashrack ke pinggir aliran untuk menjaga aliran air masuk agar tetap stabil. Pada PLTMH tertentu kondisi ini akan merugikan sistem operasional. Adanya biaya yang harus dikeluarkan dan kondisi sampah yang tidak menentu menjadi masalah utama pada bagian ini. Khusus PLTMH Minggir, akibat banyaknya volume sampah yang tersangkut di trashrack dalam hitungan jam membuat pengelola menghentikan produksi listrik secara keseluruhan. Kondisi ini akan terus berlanjut hingga ditemukan solusi tepat dan praktis untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kenyataan tersebut menginspirasi penulis untuk membuat rancangan sistem pengangkat sampah otomatis pada aliran PLTMH. Sistem ini menggunakan basis pemanfaatan kincir secara langsung (direct use) disertai modifikasi pada bagian konversi rotasi kincir, ditambah dengan ruji pengangkat sampah dan sistem pemindahan sampah ke badan sungai. Untuk itu, diharapkan desain ini menjadi solusi yang tepat guna dan berdampak baik bagi perkembangan pemberdayaan energi air. Hal ini ditujukan agar nantinya penerapan desain ini tidak hanya sebatas aliran PLTMH, bahkan diharapkan bisa membantu pengurangan volume sampah pada aliran berskala besar. Perancangan desain dilakukan dengan pembuatan prototipe yang diujikan di laboratorium. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang akurat dan meminimalisir biaya perancangan sehingga dapat diterapkan pada kondisi yang sebenarnya. Prinsip kerjanya adalah dengan menghitung secara analitik nilai rancangan dari masing-masing komponen, membuat prototipe, kemudian menguji di laboratorium dengan menjaga kesamaan karakteristik flume dengan saluran aslinya. I.2. Pokok Masalah Bagaimana merancang sistem pengangkat sampah secara otomatis yang dapat diadaptasikan pada kondisi real dengan rasio perbandingan kincir yang 4 terbaik, perbedaan work yang tidak signifikan dengan aslinya, serta mampu meningkatkan efisiensi PLTMH pada sektor debit aliran masuk. I.3. Batasan Masalah Demi memfokuskan pembahasan dan memberikan kejelasan mengenai sistem desain yang akan ditinjau serta mempertimbangkan adanya keterbatasan waktu dan peralatan operasional. Maka ada beberapa batasan kajian masalah yang diperlukan, antara lain: 1. penelitian dilakukan di Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, 2. penelitian difokuskan untuk mengkaji efisiensi pada bagian trashrack dan saluran intake PLTMH, tidak mengkaji efisiensi komponen lainnya secara keseluruhan, 3. penelitian ini hanya akan mengkaji satu macam bahan pembuatan yang disesuaikan dengan fabrikasi prototipe (pemilihan bahan didasarkan pada asumsi penggunaan di lapangan, tingkat ekonomis dan ergonomis bahan tersebut), 4. energi potensial yang diterima oleh masing-masing kincir diasumsikan seragam (kecepatan aliran seragam) disesuaikan dengan kondisi di laboratorium, 5. material yang diujikan di laboratorium disesuaikan dengan kondisi real dengan skala laboratorium seperti: permukaan penampang aliran terbuat dari kaca, sampah dari kertas atau bahan miniatur lainnya dan tidak ada lonjakan aliran yang signifikan karena perubahan penampang bawah aliran, 6. penelitian ini tidak membahas kelayakan ekonomi dengan penambahan desain sistem pengangkat sampah pada PLTMH. I.4. Maksud dan Tujuan Perancangan Maksud dari perancangan ini adalah untuk menganalisis gambaran desain sistem pengangkat sampah otomatis yang diujikan di laboratorium agar dapat diterapkan pada kondisi sebenarnya. Sedangkan tujuan dari perancangan ini untuk 5 memperoleh informasi faktor-faktor yang menentukan kinerja/efisiensi kinerja trashrack dari aspek hidraulik, mekanik dan tata letak. I.5. Manfaat Perancangan Perancangan ini tidak hanya memberi dampak positif untuk perkembangan penelitian di bidang optimasi energi air, namun juga beberapa pengaruh untuk bidang lainnya. 1. Sebagai bahan masukan bagi pengelola dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman bagian Pengembangan Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) untuk membantu menyelesaikan masalah trashrack statis yang terkendala pada masalah sumber daya manusia (SDM) untuk melakukan pengangkatan sampah secara berkala. 2. Rancangan alat dan desain yang dihasilkan dapat digunakan kembali untuk menyelesaikan masalah sampah pada aliran air berskala besar dan membutuhkan perhatian berkala. Nantinya jika sampah pada bantaran aliran air sudah terangkat maka peluang kejadian musibah banjir dapat dikurangi. 3. Hasil rancangan ini bisa digunakan sebagai referensi, pustaka dan sumber pengetahuan untuk memudahkan pengembangan sumber daya air lainnya.