34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap

advertisement
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Tahap Proses Perancangan Alat
Perancangan
rangkaian daya
Proteksi
perangkat daya
Penentuan
strategi kontrol
Perancangan
rangkaian
logika dan
nilai nominal
Gambar 3.1 Proses perancangan catu daya elektronik [Sumber: (Rashid, Elektronika Daya:
rangkaian, devais, dan aplikasinya, 1999)]
Menurut (Rashid, Elektronika Daya: rangkaian, devais, dan aplikasinya, 1999),
perancangan peralatan elektronika daya dapat dibagi menjadi empat bagian:
1. Perancangan rangkaian daya
2. Proteksi perangkat daya
3. Penentuan strategi kontrol
4. Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal.
3.2
Spesifikasi Inverter Fasa Tunggal Jembatan Penuh
Spesifikasi inverter yang akan dirancang ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk
membuat inverter kedalam bentuk hardware. Sumber tegangan yang digunakan untuk
mencatu inverter berasal dari sumber tegangan DC. Inverter yang akan dirancang memiliki
spesifikasi daya output
dan tegangan output sebesar 600 VA dan 220 Volt. Bentuk
gelombang yang diharapkan dari inverter adalah sinusoidal murni (pure sine wave).
Diharapkan pula efisiensi yang dihasilkan oleh inverter yang dirancang mencapai 90% dan
THD yang timbul sebesar kurang dari 5%.
Fajar Witama Wijaya, 2016
RANCANG BANGUN INVERTER JEMBATAN PENUH FASA TUNGGAL DENGAN TAPIS LC
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
Tabel 3.1 Spesifikasi Perancangan Inverter Fasa Tunggal Jembatan Penuh yang
diharapkan
Nama
3.3
Keterangan
Tegangan
220 Volt
Daya Semu
600 VA
Bentuk Gelombang
Sinuoidal Murni (pure sine wave)
THD
<5%
Efisiensi
90%
Ukuran
(132,08x70,21) mm
Tahap Proses Simulasi
loop terbuka
dengan
simulasi
sinyal besar
model sinyal
kecil (linier)
dan desain
kontroler
loop tertutup
dengan
perilaku
sistem dengan
sinyal besar
rincian
penyaklaran
Gambar 3.2 Tahap proses simulasi [Sumber: (Mohan, Undeland, & Robbins, 2003, hal. 63)]
Dalam merancang peralatan elektronika daya, beberapa analisis harus dilakukan. Di
setiap jenis analisis memiliki derajat ketelitian simulasi masing-masing, yaitu bagaimana
komponen rangkaian dan kontroler dimodelkan dalam simulasi. Di setiap tahap analisis, hasil
simulasinya dapat diverifikasi dengan membuat prototipnya. Berikut adalah tahap-tahap
dalam proses simulasi:
1.
Tahap loop terbuka dengan simulasi sinyal besar. Untuk memahami lebih baik
tentang perilaku sistem, dapat dimulai dengan mensimulasikan prosesor daya dengan
sinyal kontrol yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan dari simulasi ini adalah
untuk mendapatkan beragam bentuk gelombang tegangan dan arus pada konverter
prosesor daya untuk membuktikan bahwa perilaku rangkaian sudah benar. Langkah
Fajar Witama Wijaya, 2016
RANCANG BANGUN INVERTER JEMBATAN PENUH FASA TUNGGAL DENGAN TAPIS LC
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
ini memberi kesempatan untuk memilih topologi rangkaian dan nilai-nilai
komponen. Di tahap ini, tidak ada keuntungan dalam memodelkan komponen
rangkaian secara detail. Oleh karena itu komponen dimodelkan sebagai komponen
ideal. Desain kontroler dan perilaku dinamis sistem tidak diperlukan dalam tahap
awal ini.
2.
Tahap model sinyal kecil (linier) dan desain kontroler. Setelah menentukan topologi
rangkaian dan nilai-nilai komponen, prosesor daya dapat dikembangkan menjadi
model sinyal kecil (linier) sebagai fungsi transfer. Dalam model ini, saklar-saklar
dimodelkan dengan karakteristik rata-ratanya. Setelah model rangkaian menjadi
linier, selanjutnya menerapkan desain kontroler untuk memastikan stabilitas dan
respon dinamis terhadap gangguan atau perubahan kecil pada input, beban, dan
referensi.
Gambar 3.3 Simulasi loop terbuka dengan simulasi sinyal besar [Sumber: (Mohan, Undeland,
& Robbins, 2003, hal. 63)]
Gambar 3.4 Model sinyal kecil (linier) dan desain kontroler [Sumber: (Mohan, Undeland, &
Robbins, 2003, hal. 63)]
3.
Tahap loop tertutup dengan perilaku sistem dengan sinyal besar. Setelah desain
kontroler ditentukan, langkah selanjutnya adalah menguji unjuk kerja sistem dengan
Fajar Witama Wijaya, 2016
RANCANG BANGUN INVERTER JEMBATAN PENUH FASA TUNGGAL DENGAN TAPIS LC
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
menggabungkan kontroler dan rangkaian pada operasi loop tertutup, dalam
merespon gangguan besar seperti perubahan step di sisi beban dan input. Simulasi
sinyal besar dilakukan dalam domain waktu di sepanjang waktu yang terdiri dari
beberapa (ribuan) siklus penyaklaran. Oleh karena itu, perangkat penyaklaran harus
dimodelkan secara sederhana, yaitu sebagai saklar ideal. Namun saturasi,
ketidaklinieran, dan rugi-rugi bisa dimasukkan pula dalam model. Rangkaian
kontroler dalam simulasi sudah cukup dimodelkan dengan sesederhana mungkin,
daripada dimodelkan dengan rinci pada tingkat komponen dengan op-amp,
komparator, dan lain-lain.
4.
Tahap rincian penyaklaran. Tahap sebelumnya bertujuan untuk mendapatkan
perilaku sistem secara menyeluruh yang batasannya hanya dipengaruhi oleh
ketidaklinieran komponen semikonduktor. Sedangkan tahap keempat ini bertujuan
untuk mendapatkan tegangan berlebih (overvoltages), rugi-rugi daya, dan tekanantekanan komponen lainnya dikarenakan tidak idealnya perangkat penyaklaran dan
induktansi menyimpang (stray inductances) dan kapasitansi di dalam prosesor daya.
Hal ini penting untuk memilih nominal komponen, menilai kebutuhan rangkaian
proteksi
seperti
snubber
dan
kebutuhan
untuk
meminimalisir induktansi
menyimpang dan kapasitansi (Mohan, Undeland, & Robbins, 2003).
Gambar 3.5 Simulasi loop tertutup dengan perilaku sistem sinyal besar. [Sumber: (Mohan,
Undeland, & Robbins, 2003, hal. 64)]
Fajar Witama Wijaya, 2016
RANCANG BANGUN INVERTER JEMBATAN PENUH FASA TUNGGAL DENGAN TAPIS LC
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
Gambar 3.6 Rincian penyaklaran [Sumber: (Mohan, Undeland, & Robbins, 2003, hal. 64)]
3.4
Blok Diagram Sistem Inverter Fasa Tunggal
Gambar 3.7 Blok Diagram Sistem Inverter Fasa Tunggal yang diajukan
Sistem inverter fasa tunggal yang dibuat merupakan sistem loop tertutup. Sistem loop
tertutup diharapkan dapat membuat inverter merespon terhadap gangguan atau perubahan di
sisi beban atau perubahan pada nilai referensi (set point), sehingga tegangan output AC
inverter memiliki respon transien yang relatif cepat menuju ke nilai set point dan pada
keadaan tunak, tegangan output AC yang stabil dan sesuai dengan set point.
Karena inverter fasa tunggal yang diajukan adalah inverter dengan tegangan output
konstan atau VSI (Voltage Source Inverter) sehingga input sumber daya DC diharapkan
memiliki karakteristik sumber tegangan DC ideal, yaitu sumber daya DC yang menghasilkan
berapapun nilai arus yang dibutuhkan untuk mempertahankan nilai tegangan terminal
(Alexander & Sadiku, 2006). Untuk menjadi sumber tegangan DC ideal, maka sumber daya
DC harus memiliki impedansi internal sama dengan nol (Mohan, Undeland, & Robbins,
2003).
Fajar Witama Wijaya, 2016
RANCANG BANGUN INVERTER JEMBATAN PENUH FASA TUNGGAL DENGAN TAPIS LC
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
Jika input sumber daya DC tidak memiliki karakteristik sumber tegangan ideal
(impedansi internal sama dengan nol), maka di sisi input inverter disisipkan tapis input yang
fungsinya untuk merendahkan nilai impedansi internal atau memblok/melemahkan frekuensi
tegangan diatas nol (karena frekuensi DC adalah nol). Karena hubungan antara kapasitansi
(C) dengan impedansi (Z) adalah berbanding terbalik (𝑍𝑐 ≈ 1/𝐶), sehingga dengan
memasang kapasitor dengan kapasitansi yang relatif cukup besar di sisi input inverter dapat
merendahkan nilai impedansi internal.
Inverter fasa tunggal merupakan komponen utama di sistem yang diajukan. Kualitas
inverter ditentukan oleh bentuk gelombang output yang dihasilkannya. Berdasarkan bagian
2.3, skema penyaklaran PWM dapat membuat inverter menghasilkan gelombang output
sinusoidal PWM (SPWM) yang relatif lebih baik gelombang outputnya dibandingkan skema
penyaklaran gelombang kotak, multiple PWM, atau gelombang kotak-quasi (3-level).
Topologi inverter yang sesuai dengan skema penyaklaran PWM adalah topologi jembatan
penuh.
Gelombang output dari inverter masih berupa sinusoidal PWM yang masih kaya
dengan kandungan harmonisa frekuensi tinggi. Diharapkan gelombang tegangan output
adalah “true sine wave”, yaitu mendekati bentuk sinusoidal dengan frekuensi jala-jala 50 Hz.
Oleh karena itu di sisi output disisipkan tapis untuk memblok atau melemahkan harmonisa
frekuensi tinggi. Topologi tapis yang sesuai untuk memblok frekuensi tinggi adalah tapis
low-pass.
Tegangan keluaran dari inverter adalah 12Vac peak-to-peak, sedangkan beban inverter
membutuhkan 220Vac rms. Oleh karena itu dibutuhkan trafo untuk menaikkan tegangan dari
12Vac peak-to-peak ke 220Vac rms. Trafo yang digunakan memiliki frekuensi nominal
sesuai dengan frekuensi jala-jala, yaitu 50Hz, hal ini untuk menghindari terjadinya
permasalahan seperti yang telah dijelaskan pada bab 2.7.4.
Tegangan output dari trafo menjadi umpan-balik bagi rangkaian kontroler. Karena
tegangan rms output sekitar 220V, maka output inverter tidak dapat diumpanbalikkan secara
langsung karena tegangan kerja kontroler berada pada -12 s/d +12 V. Sensor berfungsi
sebagai antarmuka antara output inverter dengan rangkaian kontroler. Sensor yang digunakan
adalah transformer karena selain mendeteksi tegangan output, juga memberikan isolasi pada
rangkaian kontroler terhadap tegangan output.
Fajar Witama Wijaya, 2016
RANCANG BANGUN INVERTER JEMBATAN PENUH FASA TUNGGAL DENGAN TAPIS LC
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
Skema penyaklaran PWM membutuhkan dua sinyal input: (1) gelombang sinusoidal
sebagai sinyal kontrol, dan (2) gelombang segitiga sebagai sinyal pembawa. Sehingga
dibutuhkan pembangkit sinyal sinusoidal dan sinyal segitiga agar rangkaian kontroler bekerja
dengan baik.
Karena inverter yang dirancang posisinya sebagai inverter pada UPS, maka diharapkan
frekuensi output konstan, memiliki respon transien yang baik, tegangan output yang stabil,
dan menghasilkan gelombang output yang baik. Dari bab 2.4, rangkaian kontroler yang
sesuai dengan spesifikasi UPS adalah fixed-frequency control dimana frekuensi
inverter/sinyal pembawa tidak berubah-ubah. Sedangkan kontrol pita-toleransi lebih sesuai
dengan aplikasi driver motor listrik karena frekuensi outputnya yang berubah-ubah.
Driver saklar berfungsi sebagai antarmuka antara rangkaian kontrol dengan rangkaian
inverter, karena tegangan kerjanya berbeda. Setelah pemrosesan sinyal dilakukan oleh
rangkaian kontroler, driver saklar menguatkan arus atau tegangan dari rangkaian kontroler
untuk menyalakan atau mematikan saklar semikonduktor daya. Selain sebagai antarmuka,
driver saklar berfungsi sebagai isolasi antara rangkaian kontrol dan rangkaian inverter.
Penentuan desain driver disesuaikan dengan jenis saklar semikonduktor daya yang digunakan
dan beberapa faktor lain, selengkapnya telah dibahas di bab 2.7.1.
Fajar Witama Wijaya, 2016
RANCANG BANGUN INVERTER JEMBATAN PENUH FASA TUNGGAL DENGAN TAPIS LC
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Download