Templat tugas akhir S1

advertisement
ANALISIS BRAND SWITCHING PRODUK TELKOMSEL DAN
IMPLIKASINYA PADA BAURAN PRODUK UNTUK
SEGMEN REMAJA SISWA SLTA DI BOGOR
ADI SUSENO
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Brand
Switching Produk Telkomsel Dan Implikasinya Pada Bauran Produk Untuk
Segmen Remaja Siswa SLTA di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Adi Suseno
NIM H24090098
ABSTRAK
ADI SUSENO. H24090098. Analisis Brand Switching Produk Telkomsel
Dan Implikasinya Pada Bauran Produk Untuk Segmen Remaja SLTA di Bogor.
Dibimbing oleh PRAMONO D. FEWIDARTO.
Brand switching yang terjadi pada kartu perdana sangat tinggi, hal ini yang
menjadi fokus perusahaan dalam merencanakan strategi bauran produk yang tepat
dalam meraih pangsa pasar kartu perdana. Tujuan penelitian ini adalah (1)
Mengidentifikasi persepsi konsumen dan faktor-faktor penyebab peralihan merek
dalam menggunakan kartu perdana Telkomsel (2) Menganalisis tingkat
perpindahan merek (brand switching) produk Telkomsel (3) Merekomendasikan
pengembangan bauran produk kartu perdana Telkomsel. Berdasarkan penelitian
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat brand switching, berdasarkan bauran
produk didapatkan bahwa, hasil analisis statistika deskriptif menghasilkan
kebutuhan akan sinyal yang kuat merupakan faktor penyebab tingkat brand
switching dan harga merupakan faktor pendorong terjadinya tingkat perpindahan
kartu perdana Telkomsel. Analisis brand switching pattern matrix menunjukkan
bahwa tingkat perpindahan kartu perdana Telkomsel didominasi oleh konsumen
yang loyal atau tidak berpindah ke kartu perdana lain dan prediksi untuk priode
kedepannya Telkomsel di prediksi akan mengalami peningkatan pangsa pasar
dengan asumsi Rantai Markov.
Kata kunci : Bauran Produk, Brand Switching, Telkomsel.
ABSTRACT
ADI SUSENO. H24090098. The Brand Switching Analysis of Telkomsel
Phone Card Products and its Implications On Product Mix For High School
Teenagers Segment in Bogor. Supervised by PRAMONO D. FEWIDARTO.
Brand switching which occured on phone card products is very high, this is
the focus of the company in planning the appropriate product mix strategy in
reaching the phone card market share. The purposes of this Research are ( 1 ) to
identify the consumer perceptions and brand switching factors in using telkomsel
phone card product (2) to analyze the brand switching level of Telkomsel phone
card product, and (3) to recommend the development of Telkomsel phone card
product mix. Based on the brand switching factors research, the descriptive
statistical analysis result shows that the need of a strong signal is the main factor
of brand switching and price is the driver factor of Telkomsel phone card product
brand switching level. Analysis of brand switching pattern matrix shows that the
brand switching level of Telkomsel phone card product is dominated by loyal
consumers or not switching to other phone cards. Telkomsel is predicted to
increase in market share based on the Markov Chains assumption.
Keywords : Brand Switching, Telkomsel, The Product Mix.
ANALISIS BRAND SWITCHING PRODUK TELKOMSEL DAN
IMPLIKASINYA PADA BAURAN PRODUK UNTUK
SEGMEN REMAJA SISWA SLTA DI BOGOR
ADI SUSENO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Brand Switching Produk Telkomsel dan Implikasinya Pada
Bauran Produk Untuk Segmen Remaja Siswa SLTA di Bogor.
Nama
: Adi Suseno
NIM
: H24090098
Disetujui oleh
Ir Pramono D. Fewidarto, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP MM
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Segala Puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyusun skripsi berjudul Analisis Brand Switching Produk Telkomsel dan
Implikasinya Pada Bauran Produk Untuk Segmen Remaja Siswa SLTA di Bogor.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Intitut Pertanian
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Pramono D. Fewidarto selaku
Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran sehingga
karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada orang tua, pelajar SLTA Kota Bogor sebagai responden,
Departemen Manajemen IPB, dan Manajemen IPB 46 atas dukungan dan
motivasinya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2013
Adi Suseno
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
METODE
4
11
Kerangka Pemikiran
11
Tahapan Penelitian
12
Kebutuhan dan Sumber Data
14
Pengambilan Sample Metode Pengumpulan Data
14
Uji Validitas dan Reliabilitas
14
Pengolahan dan Analisis Data
14
Lokasi dan Waktu Penelitian
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
Gambaran Umum Perusahaan
15
Profil Responden
16
Tabulasi Silang
18
Perpindahan Merek
22
Implikasi Manajerial
26
SIMPULAN DAN SARAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
29
RIWAYAT HIDUP
30
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Populasi pelajar SLTA Kecamatan Bogor
Data jenis kelamin responden
Data uang saku
Data belanja pulsa tiap bulan
Data pengguna kartu perdana remaja SLTA Kota Bogor
Rata-rata uang saku remaja SLTA Kota Bogor bedasarkan jenis kelamin
Rata-rata belanja pulsa remaja SLTA Kota Bogor berdasarkan jenis kelamin
Keterkaitan antara uang saku dengan uang belanja pulsa
Keterkaitan antara kartu perdana dengan kualitas sinyal
Keterkaitan antara kartu perdana dengan kelancaran dalam mengakses internet
Keterkaitan antara kartu perdana dengan keinginan untuk berpindah
Keterkaitan antara belanja pulsa dengan faktor harga
Keterkaitan antara belanja pulsa dengan jumlah perpindahan
Faktor penyebab perpindahan merek
Faktor pendorong perpindahan merek
Data awal kartu perdana
Matriks brand switching pattern
Persentase brand switching pattern
Persentase perpindahan produk kartu perdana yang keluar dari produk Telkomsel
Persentase perpindahan produk kartu perdana yang masuk ke produk Telkomsel
Data pangsa pasar akhir kartu perdana
2
16
16
17
17
17
18
19
19
20
21
21
22
23
23
24
24
24
25
25
26
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
Data pelanggan operator seluler di Indonesia
Empat komponen P dalam bauran pemasaran
Kerangka Pemikiran
Tahapan Proses Penelitian
1
5
12
13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tujuan, kebutuhan data, sumber data, metode pengumpulan data,
metode analisis data dan kesimpulan
29
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak
kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Melalui
komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami
oleh pihak lain. Oleh Sebab itu, tidak heran jika pertumbuhan bisnis
telekomunikasi seluler sebagai salah satu alat komunikasi mengalami peningkatan
yang pesat tiap tahunnya. Industri telekomunikasi seluler di Indonesia dimulai
pada tahun 1984 yang di prakarsai oleh PT Telkom Indonesia, dan pada awal
tahun 1996 industri kartu perdana mulai meramaikan pasar Indonesia. Terdapat
dua provider penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia yaitu provider GSM
dan CDMA. Penyedia provider GSM diantaranya Telkomsel, Indosat, XL, Axis,
dan 3 sedangkan untuk kartu CDMA antara lain Telkom Flexi, Esia, SmartFreen,
dan StarOne.
Persaingan industri telekomunikasi seluler di Indonesia saat ini semakin
ketat, hal ini terlihat dari terus berkembangnya penyedia jasa layanan
telekomunikasi seluler. Pangsa pasar industri telekomunikasi seluler tahun 2012
didominasi oleh Telkomsel, Indosat dan XL. Daftar pelanggan operator seluler di
Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.
Jumlah Pengguna (Juta Jiwa)
250
200
Telkomsel
150
Indosat
XL
100
Axix
Tri
50
Provider
0
Telkomsel
Indosat
XL
Axis
Tri
Gambar 1 Data pelanggan operator seluler di Indonesia (Poztmo Media 2013)
Berdasarkan data pada Gambar 1, dijelaskan bahwa Telkomsel merupakan
pemimpin dalam meraih pangsa pasar industri telekomunikasi di Indonesia.
Telkomsel berupaya untuk terus mempertahankan dan mengembangkan pasar
yang telah dimiliki saat ini. Pelayanan yang optimal dengan memperluas jaringan
merupakan keunggulan tersendiri bagi Telkomsel dalam menghadapi persaingan
2
industri telekomunikasi. Upaya lain yang dapat dilakukan oleh Telkomsel adalah
dengan berusaha dan mengelola serta mengorganisasikan unsur-unsur pemasaran
secara optimal dan mengarah pada tujuan profitable. Salah satu kebijakan
Telkomsel yang berkaitan dengan masalah pemasaran yaitu bauran produk.
Bauran produk adalah sekumpulan dari semua produk dan item produk seperti
jenis produk, kualitas produk, rancangan produk, ciri-ciri produk, merek produk
serta atribut lainnya yang secara khusus para penjual menawarkan untuk dijual
kepada para pembeli (Kotler 2005)
Seiring dengan berkembangnya jumlah produsen penyedia jasa
telekomunikasi seluler, banyak produsen mengalami penurunan jumlah pelanggan.
Hal ini terjadi karena perpindahan pelanggan dari satu produk kartu perdana ke
produk kartu perdana lainnya pada penyedia jasa yang sama, maupun berpindah
dari satu penyedia jasa ke penyedia jasa lainnya. Persaingan akan memberikan
dorongan bagi produsen untuk memberikan pelayanan dan kualitas produk sebaik
mungkin untuk memuaskan harapan konsumen. Oleh sebab itu, diperlukan adanya
strategi pemasaran yang tepat untuk menciptakan permintaan akan suatu produk.
Tabel 1 Populasi pelajar SLTA Kecamatan di Kota Bogor
Kecamatan
Bogor Selatan
Bogor Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Tanah Sereal
Jumlah
a
SLTA Negeri (orang)
SLTA Swasta (orang)
Jumlah
(orang)
950
766
2089
1623
2036
1820
9274
1039
1140
1927
2518
1535
834
8993
1989
1906
4016
4131
3571
2657
18267
Sumber : Pemerintah Kota Bogor (2010)
Jumlah populasi remaja SLTA Kota Bogor sebagaimana tersaji pada Tabel 1,
didapatkan bahwa fenomena yang terjadi saat ini, di kalangan remaja sebagai
pengguna penyedia jasa telekomunikasi yang sering kali berpindah-pindah dari
satu penyedia jasa ke penyedia jasa lainnya adalah dikarenakan kebutuhan remaja
yang beragam, dan biasanya kalangan remaja menggunakan kartu yang berbeda
untuk menikmati atau menghabiskan pulsa perdana dan fasilitas-fasiltas menarik
yang ditawarkan. Data yang disajikan menunjukkan bahwa kebutuhan akan sinyal
yang kuat dan jaringan internet yang luas merupakan faktor utama dalam
terjadinya perpindahan merek di kalangan remaja, selain itu faktor harga seperti
tarif untuk SMS, internet, harga pulsa, harga kartu perdana merupakan faktor
pendorong terjadinya perpindahan merek, hal ini memberi tantangan kepada para
provider untuk mengembangkan strategi-strategi baru untuk dapat
mempertahankan loyalitas pelanggan dan dapat lebih unggul dari pesaingnya.
Telkomsel dengan produknya Kartu AS, Kartu HALO, dan Simpati
memungkinkan terjadinya perpindahan pelanggan walaupun masih dalam satu
operator namun juga tidak menutup kemungkinan pelanggan Telkomsel beralih ke
operator lain. Juga dari pengguna kartu prabayar menjadi pascabayar dan
sebaliknya. Hal ini terjadi dikarenakan adanya faktor-faktor yang membuat
konsumen berpindah dan tingkat loyalitas konsumen yang berbeda-beda.
3
Apabila loyalitas konsumen terhadap produk telah tertanam dalam pikiran
konsumen maka akan sulit bagi mereka untuk berpindah perhatiannya ke merek
lain. Kepercayaan seorang konsumen yang telah mengetahui benar profil produk
yang biasa dikonsumsinya cenderung tidak akan beralih ke merek produk lain
walaupun terdapat perubahan baik harga maupun atributnya. Dengan demikian
tingkat perpindahan merek (brand switching) akan berkurang.
Perumusan Masalah
Perpindahan merek kartu perdana yang terjadi di kalangan remaja siswa
SLTA Kota Bogor, menarik untuk di ketahui hal-hal apa saja yang menyebabkan
pengguna kartu perdana bertahan dan berpindah dari produk-produk Telkomsel.
Oleh karena itu diperlukan adanya strategi pemasaran yang tepat terhadap produkproduk Telkomsel. Dengan demikian tingkat perpindahan konsumen kartu
perdana dapat ditekan, sehingga nantinya produsen dapat menyusun suatu strategi
bauran produk yang lebih tepat untuk segmen remaja.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dalam penelitian ini,
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengidentifikasi persepsi konsumen dan faktor-faktor penyebab peralihan
merek dalam menggunakan kartu perdana Telkomsel.
2. Menganalisis tingkat perpindahan merek (brand switching) produk Telkomsel.
3. Merekomendasikan pengembangan bauran produk kartu perdana Telkomsel.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh pihak-pihak terkait dari penelitian yang
dilakukan antara lain:
1. Bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
terhadap strategi bauran produk yang tepat dalam meraih pangsa pasar kartu
perdana.
2. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan studi
di Departemen Manajemen FEM IPB dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
Penelitian ini juga dapat memperluas wawasan peneliti dan mengaplikasikan
ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.
3. Bagi pendidikan dan civitas akademi yang lain, penelitian ini dapat dijadikan
referensi untuk penelitian selanjutnya.
4
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 dan mengambil responden
pelajar SLTA Kota Bogor. Hasil penelitian ini untuk mengetahui tingkat
perpindahan merek (brand switching) terhadap produk Telkomsel dan mengetahui
strategi bauran produk yang tepat diterapkan Telkomsel agar loyalitas pelanggan
terhadap produknya tetap terjaga. Produk yang di teliti dalam penelitian ini adalah
produk Telkomsel prabayar dan pascabayar. Hal ini dilatar belakangi oleh data
yang menyebutkan bahwa produk Telkomsel merupakan leader dalam meraih
pangsa pasar industri telekomunikasi di Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
Brand Switching (Perpindahan Merek)
Brand Switching adalah suatu perpindahan merek yang digunakan oleh
pelanggan untuk setiap waktu penggunaan (SWA 2013). Dalam menentukan
pilihannya, konsumen selalu mempertimbangkan nilai maksimal yang akan
mereka dapatkan dengan membeli suatu produk tertentu. Menurut Kotler (2005),
nilai maksimal adalah perbandingan antara manfaat yang diharapkan diperoleh
konsumen dari produk atau jasa tertentu dengan biaya pengorbanan konsumen
yang diperkirakan akan terjadi dalam mengevaluasi, memperoleh, dan
menggunakan produk atau jasa tersebut. Tingkat peralihan merek atau brand
switching ini juga dapat menunjukkan sejauh mana sebuah merek memiliki
pelanggan atau customer yang loyal. Semakin tinggi tingkat brand switching suatu
merek, maka semakin tidak loyal pelanggan merek tersebut.
Peralihan merek sering terjadi apabila konsumen merasa tidak puas dalam
mengkonsumsi suatu merek produk dan adanya produk pesaing yang lebih
menarik. Ketidakpuasaan tersebut berasal dari kualitas produk yang semakin
menurun, harga yang semakin mahal, kegiatan promosi yang tidak menarik, dan
maraknya produk pesaing di pasar.
Jika hal tersebut terjadi, perusahaan harus menyusun langkah-langkah untuk
mengantisipasi peralihan merek. Langkah-langkah tersebut antara lain :
1. Menciptakan hambatan untuk beralih
Konsumen akan enggan beralih ke merek lain jika melibatkan biaya
modal yang tinggi, biaya pencairan yang lebih besar, kehilangan potongan
harga, biaya modal yang tinggi dan lainnya.
2. Menciptakan relationship marketing
Relationship marketing adalah langkah-langkah yang dilakukan
perusahaan untuk mengenal dan melayani konsumen dengan lebih baik
(Kotler 2005). Relationship marketing lebih mengarah pada mempertahankan
pelanggan yang telah ada.
5
Tingkat brand switching biasanya diukur dengan melihat merek-merek
yang dibeli oleh pelanggan dalam beberapa kurun waktu terakhir misalnya 3 bulan
sampai 12 bulan, berdasarkan keterangan ini dapat diketahui seberapa sering
pelanggan
berpindah
merek
untuk
satu
jenis
produk
tertentu.
Brand switching adalah perilaku konsumen yang mencerminkan pergantian
dari merek produk yang biasa dikonsumsi dengan produk merek lain. Berdasarkan
definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa brand switching adalah saat dimana
seorang pelanggan atau sekelompok pelanggan berpindah kesetiaan dari satu
merek sebuah produk tertentu ke merek produk lainnya. Brand switching ditandai
dengan adanya perbedaan signifikansi antar merek. Konsumen dalam hal ini tidak
mengetahui banyak mengenai kategori produk yang ada. Para pemasar dengan
demikian perlu mendiferensiasikan keistimewaan mereknya untuk menjelaskan
merek tersebut. Perpindahan merek (brand switching) juga ditandai dengan
keterlibatan yang rendah (low involvement). Konsumen tidak melalui tahap-tahap
keyakinan, sikap atau perilaku yang normal. Konsumen tidak secara ekstensif
mencari informasi mengeai merek, melainkan merupakan penerima informasi
pasif (information catching). Konsumen tidak membentuk keyakinan merek (bran
conviction), tetapi memilih suatu merek karena merek tersebut akrab (brand
familiarty).
Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaannya dalam pasar sasaran (Kotler
1997). Alat-alat pemasaran ini menjadi empat kelompok besar yang dikenal
dengan empat P tentang pemasaran : produk (product), harga (price), tempat
(place), dan promosi (promotion). Keputusan bauran pemasaran harus dibuat
untuk mempengaruhi konsumen akhir sebagai pasar sasaran seperti yang terlihat
pada Gambar 2.
Bauran Pemasaran
Pasar Sasaran
Produk
Keragaman Produk
Kualitas
Kemasan & Label
Bentuk
Merek
Desain
Ukuran
Pelayanan
Jaminan
Pengembalian
Harga
Rabat
Potongan
Syarat Kredit
Daftar Harga
Jangka Waktu
Pembayaran
Tempat
Saluran
Ruang Lingkup
Penyortiran
Lokasi
Persediaan
Pengangkutan
Promosi
Iklan
Humas
Promosi Penjualan
Usaha Penjualan
Pemasaran Langsung
Gambar 2 Empat komponen P dalam bauran pemasaran (Kotler 1997)
6
Bauran Produk
Bauran produk adalah kumpulan dari seluruh produk dan barang yang
ditawarkan penjual tertentu kepada pembeli (Kotler 2005). Bauran produk terdiri
dari beberapa unsur yang terkait dengan keseluruhan aspek produk yang
dihasilkan. Menurut Kotler (1997), unsur-unsur bauran produk terdiri atas
keanekaragaman, kualitas, desain , bentuk, merek, kemasan dan label, ukuran,
pelayanan, jaminan, dan pengembalian. Berikut penjelasan dari masing-masing
unsur bauran produk :
1.
Keanekaragaman
Menurut Angiopora (2002), faktor ini memiliki pengertian yang luas, tidak
hanya menyangkut product item dan product line, tetapi juga menyangkut
kualitas,desain, bentuk, merek, kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan, dan
pengembalian. Dengan menghasilkan keanekaragaman produk yang terkait unsurunsur bauran produk, maka secara tidak langsung perusahaan telah mampu
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang selalu berubah, mengatasi
kelemahan berbagai produk yang telah memiliki siklus yang semakin menurun,
mengatasi menurunnya tingkat penjualan dan laba, serta mampu mengatasi
berbagai ancaman dari pesaing dalam industri yang sama.
2.
Kualitas
Kualitas sebagai tingkat kemampuan dari suatu merek atau produk tertentu
dalam melaksanakan fungsi yang diharapkan mengacu pada pendapat Garvin
dalam Durianto et al. (2004), dimensi persepsi kualitas produk dibagi menjadi
tujuh aspek yaitu kinerja, pelayanan, ketahanan, keandalan, karakteristik produk,
kesesuaian dengan spesifikasi, dan hasil. Kinerja berkaitan dengan fungsi utama
dari suatu produk. Pelayanan adalah karakteristik yang berkaitan dengan
kecepatan, kompetisi, kemudahan, dan akurasi, dalam memberikan layanan untuk
perbaikan barang.
Ketahanan merupakan dimensi kualitas produk yang menunjukkan suatu
pengukuran terhadap siklus produk, baik secara teknis maupun waktu. Keandalan
lebih menunjukkan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil
menjalanan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan
dalam kondisi tertentu pula. Karakteristik produk atau features mencakup aspek
performansi untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan
produk dan pengembangannya. Kesesuaian dengan spesifikasi lebih menunjukkan
seberapa jauh suatu produk dapat menyamai standar atau spesifikasi tertentu.
Hasil berkaitan dengan sifat subyektif perasaan pelanggan mengenai keberaaan
produk tersebut sebagai produk yang berkualitas.
Desain
3.
Menurut Durianto et al. (2004), dimensi desain adalah dimensi yang unik
dan banyak menawarkan aspek emosional. Beberapa aspek yang terkait dengan
aspek emosional, antara lain : estetika, self-expressive value, dan brand
personality. Estetika berkaitan dengan bentuk dan warna. Self-expressive lebih
menunjukkan pada bentuk kepuasan yang terjadi karena lingkungan sosial di
sekitarnya. Sedangkan brand personality adalah aspek yang berkaitan dengan
karakter personal dari suatu merek.
7
4.
Bentuk
Aspek bentuk merupakan salah satu aspek yang berkaitan erat dengan
estetika. Menurut Durianto et al. (2004), bentuk meliputi besar kecilnya produk,
proporsi, dan kesimetrisan. Melalui bentuk produk yang semakin bervariasi sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, maka secara tidak langsung telah
memberikan banyak kemungkinan kepada perusahaan untuk menawarkan yang
lebih baik dan bervariasi kepada konsumen dibandingkan pesaingnya.
5.
Merek
Merek adalah suatu nama, istilah, simbol, desain, atau gabungan
keempatnya yang mengidentifikasikan produk para penjual dan membedakannya
dari produk pesaing (Angipora 2002). Terdapat sejumlah syarat dalam merek, agar
suatu merek dapat mencerminkan makna-makna yang ingin disampaikan, yaitu :
mudah untuk diucapkan, mudah untuk dikenali, mudah untuk diingat, mempunyai
kesan positif, tepat untuk promosi (karena memiliki daya tarik), pendek, memiliki
khas tersendiri atau unik, menggambarkan penggunaan produk, menggambarkan
manfaat produk, memperkuat citra produk yang diinginkan, secara hukum
kepentingannya terlindungi baik dipasar domestik maupun mancanegara.
6.
Kemasan dan label
Kemasan
Baik langsung maupun tidak langsung, kemasan memiliki arti penting untuk
mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Dalam memilih dan
menetapkan kemasan yang akan dibuat, perusahaan dapat memahami 4 fungsi
kemasan, yaitu : memuat dan melindungi produk; mempromosikan produk;
memudahkan penyimpanan, penggunaan dan kenyamanan dari produk; dan
memudahkan pendauran ulang dan pengurangan perusakan lingkungan (Angipora
2002). Tjiptono (2008) menyatakan bahwa kemasan memiliki beberapa tujuan
penggunaan, antara lain : sebagai pelindung isi (protection), memberi kemudahan
dalam penggunaan (operating), bermanfaat dalam pemakaian ulang (reuseable),
memberi daya tarik (promotion), sebagai identitas (image) produk, distribusi
(shipping), informasi (labelling), dan sebagai cermin inovasi produk berkaitan
dengan kemajuan teknologi dan daur ulang.
Label
Label merupakan bagian dari sebuah produk yang mengandung informasi
verbal tentang produk atau tentang penjualannya. Secara garis besar Stanton et al.
dalam Tjiptono (2008) membagi label menjadi tiga macam, yaitu : Brand label
(nama merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada kemasan),
Descriptive label (label yang memberi informasiobjektif mengenai penggunaan,
pembuatan, perawatan, dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik
lainnya yang berhubungan dengan produk), dan Grade label (label
mengidentifikasikan penilaian kualitas produk dengan suatu huruf, angka, atau
kata).
Ukuran
7.
Keberhasilan dari elemen bauran produk yang dihasilkan, juga tidak dapat
lepas dari ukuran produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Ukuran produk yang
ditawarkan haruslah selaras dengan tujuan dan sasaran konsumen yang dituju
(Angipora 2002).
8
8.
Pelayanan
Keberhasilan pemasaran suatu produk sangat ditentukan pada baik tidaknya
pelayanan yang diberikan oleh perusahaan dalam memasarkan produknya. Assauri
(2004) menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan dalam pemasaran suatu
produk mencakup pelayanan sewaktu penawaran produk, pelayanan dalam
pembelian atau penjualan, pelayanan saat penyerahan produk, pelayanan saat
pengangkutan produk yang ditanggung penjual, instalasi produk, asuransi atau
jaminan risiko rusaknya produk dalam perjalanan, pelayanan purna jual.
9.
Jaminan
Jaminan adalah suatu janji yang merupakan kewajiban produsen atas
produknya kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila
produknya ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau
dijanjikan. Jaminan dapat berupa garansi, reparasi, ganti rugi (uang kembali atau
produk ditukarkan), dan lainnya (Tjiptono 2008).
10. Pengembalian
Masalah pengembalian berkaitan erat dengan jaminan yang ditawarkan oleh
perusahaan. Menurut Angipora (2002), pengembalian dapat terjadi jika produk
yang telah dijual kepada konsumen dalam waktu tertentu mengalami kerusakan,
maka perusahaan akan mengganti produk tersebut dengan produk baru yang
sejenis tanpa meminta tambahan pembayaran, perusahaan juga dapat
mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan konsumen untuk membeli produk
tersebut. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menjaga kepercayaan konsumen
terhadap perusahaan.
Metode Pengambilan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder,
baik yang bersifat kuantitatif maupun kualititatif. Data primer didapatkan dengan
menggunakan metode survey dengan pengumpulan data dalam bentuk kuesioner
kepada responden. Data tersebut dijadikan data primer yang semuanya diperoleh
dari lapangan atau tempat penelitian (field research). Survei yang dilakukan
ditujukan kepada kalangan siswa-siswi SLTA yang mengetahui produk Telkomsel.
Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur dan penelitian terdahulu baik
berupa buku, majalah, artikel, jurnal, internet, dan lainnya.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan non
probability sampling karena tidak memberikan peluang atau kesempatan yang
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sempel.
Metode yang digunakan adalah quota sampling. Tahap pertama adalah tahap
dimana peneliti merumuskan katagori kontrol atau kuota dari populasi yang akan
ditelitinya. Tahap kedua adalah penentuan cara pengambilan contoh, secara
convenience sampling dengan cara survei langsung ke SLTA yang ada di Kota
Bogor. Ukuran responden diperoleh berdasarkan rumus Slovin dalam Umar
(2000):
9
. . . . . (1)
Keterangan:
n: jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : nilai kritis yang digunakan yaitu 10%
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara, diolah
dengan Microsoft Excel dan Software SPSS version 20.0. Pengolahan data
dilakukan coding terlebih dahulu terhadap aspek yang diuji. Dalam pelaksanaan
pengolahan data, diusahakan agar kesalahan yang terjadi dalam penelitian sekecil
mungkin.
Uji Validitas dan Reabilitas
Sebelum kuesioner disebarkan kepada responden, kuesioner harus diuji
validitas dan realibilitasnya terlebih dahulu agar instrumen atau variabel yang
digunakan terbukti baik dan handal.
Validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau
arti sebenarnya yang diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan
teknik korelasi product moment (Simamora 2005), sedangkan pengolahan datanya
dilakukan dengan menggunakan program Excel 2007. Rumus korelasi product
moment :
∑
√[ ∑
∑
– ∑ ∑
][ ∑
. . . . . (2)
∑
]
Keterangan
r
= Koefisien korelasi
X
= Skor butir-butir pertanyaan
Y
= Skor total
n
= Jumlah responden
Realibilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang
ditujukan oleh instrumen pengukuran. Pengujian realibilitas dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach (Simamora 2005), sedangkan
pengolahan datanya dilakukan dengan program SPSS versi 20.0. Rumus Alpha
Cronbach
∑
(
)(
) . . . . . (3)
10
Rumus varian yang digunakan:
∑
∑
. . . . . (4)
Keterangan :
α
= Realibilitas instrumen
k
= Banyak butir pertanyaan
= Varian Total
∑
= Jumlah varian butir
x
= Nilai skor yang dipilih
n
= Jumlah responden
2.9 Uji Chi -Square
Uji Chi-Square menurut Kountur (2005) adalah suatu analisis yang
digunakan untuk mengukur frekuensi dari dua variabel dengan banyak kategori
untuk menentukan apakah ada hubungan antara kedua variabel. Uji Chi-Square
merupakan salah satu uji non parametik. Uji Chi-Square digunakan untuk
mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel satu dengan variabel yang
lain, khususnya data nominal. Rumus uji Chi-Square :
∑∑
. . . . . (5)
= Chi Square
= Frekuensi hasil observasi
= Frekuensi yang diharapkan
Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian Septiani (2010), pada Analisis Hubungan Bauran Produk
Terhadap Brand Bwitching Produk Indomie Reguler-Goreng didapatkan hasil
bahwa sebagian besar konsumen memilih kualitas sebagai prioritas utama bagi
mereka untuk melakukan perpindahan merek. Penelitian ini menggunakan metode
rank spearman, Uji cochran, dan brand switching pattern matrix. Persamaan
dengan penelitian ini adalah pada metode untuk menghitung tingkat perpindahan
merek yaitu dengan brand switching pattern matrix, dan yang membedakannya
faktor-faktor yang menyebabkan tingkat perpindahan merek yang akan berdampak
pada strategi bauran produk.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh William (2008), pada Produk XL
Bebas Dalam Strategi Penetapan Harga XL Bebas, didapatkan hasil bahwa tarif
percakapan dan tarif SMS sebagai alasan utama konsumen dalam beralih kartu
seluler. Tetapi sinyal dan jaringan yang luas juga menjadi alasan yang kuat dalam
konsumen dalam beralih merek sehingga dapat disimpulkan bahwa konsumen
11
tidak hanya memperhatikan elemen harga tetapi juga elemen mutu yang lain
terutama kualitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan Uji Chochran dan rantai Markov sebagai salah satu alat analisis
dalam menilai citra merek dan tingkat peralihan merek. Persamaan dengan
penelitian ini adalah pada alat analisis rantai Markov untuk mengukur tingkat
peralihan merek dan dari segi obyek yang diteliti yaitu kartu perdana.
Menurut penelitian yang dilakukan Nikmah (2007) Promosi yang dilakukan
McDonalds dinilai lebih mampu menarik konsumen untuk beralih ke merek
McDonalds. Akan tetapi, promosi McDonalds belum sepenuhnya menciptakan
kesetiaan konsumen akan merek McDonalds. Promosi McDonalds lebih bersifat
promosi jangka pendek daripada promosi jangka panjang. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi dan brand switching pattern matrix.
Persamaan dengan penelitian ini adalah pada alat analisis rantai Markov untuk
mengukur tingkat peralihan merek, dan yang membedakannya adalah penelitian
ini berfokus pada segi promosi
METODE
Kerangka Pemikiran
Persaingan dalam industri telekominkasi di Indonesia terus berkembang, hal
ini yang membuat perusahaan telekomunikasi memikirkan strategi yang tepat
untuk terus dapat mempertahankan konsumennya agar tidak beralih ke produk
lain. Telkomsel merupakan market leader dalam industri telekomunikasi di
Indonesia memiliki formulasi strategi pemasaran yang tepat agar tidak kehilangan
konsumennya. Penetapan strategi pemasaran ini melibatkan bauran pemasaran
(marketing mix) yang terdiri dari harga, produk, promosi dan distribusi. Strategi
pemasaran sangat penting bagi perusahaan dimana strategi pemasaran merupakan
suatu cara untuk mencapai tujuan dari sebuah perusahaan.
Bauran produk merupakan salah satu aspek dalam bauran pemasaran
(marketing mix) yang harus tetap diperhatikan agar tingkat perpindahan merek
dapat ditekan. Telkomsel memiliki unsur bauran produk seperti keanekaragaman
produk, kualitas produk, desain bentuk produk, dan pelayanan produk. Hasil dari
kuisioner yang telah disebarkan kepada remaja siswa SLTA Kota Bogor
didapatkan hasil mengenai persepsi konsumen untuk beralih merek, faktor
penyebab dan peluang brand switching dan persepsi konsumen mengenai produk
Telkomsel. Dari data tersebut akan didapatkan juga hasil mengenai tingkat
perpindahan merek yang terjadi pada konsumen (remaja).
Perpindahan merek tidak akan terjadi apabila loyalitas konsumen (remaja)
terhadap produk tersebut sangat tinggi sehingga konsumen (remaja) tidak ragu
untuk menggunakan produk tersebut. Hal inilah yang akan menjadi rekomendasi
bagi pihak Telkomsel untuk meningkatkan strategi bauran produk agar loyalitas
konsumen tetap terjaga. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3
12
Persaingan industri kartu perdana
Kebutuhan gaya hidup
Strategi bauran produk kartu Perdana
Profil preferensi konsumen remaja
Terjadinya switching
Ekonomis
Sosial
Emosional
Strategi bauran produk kartu perdana untuk
memenangkan persaingan
belum
Sesuai
y
a
Peningkatan pangsa pasar
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini diawali dengan menentukan profil penyedia kartu
perdana dan profil konsumen remaja yang nantinya akan menjadi sumber refrensi
dari penelitian ini. Kemudian mengidentifikasi bauran produk kartu perdana,
dilihat dari pihak Telkomsel dan penyedia kartu perdana lain yang nantinya akan
dibandingkan.
Langkah selanjutnya yaitu penyusunan kuesioner (Lampiran 5).
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara kepada responden,
data internal dari pihak Telkomsel dan penyebaran kuisioner kepada pelajar SLTA
Kota Bogor. Data-data yang didapat dari hasil penelitian akan dianalisis
menggunakan metode-metode yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
menganalisis persepsi konsumen untuk beralih merek menggunakan alat analisis
crostab, faktor-faktor penyebab dan peluang brand switching menggunakan alat
analisis Markov dan persepsi konsumen mengenai produk Telkomsel
menggunakan alat analisis deskriptif.
Dari hasil pengumpulan data yang diperolah didapat tingkat perpindahan
merek, dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya switching. Kemudian
nantinya akan dibuat langkah perbaikan dari strategi bauran produk yang nantinya
akan menjadi rekomendasi strategi bauran produk kartu perdana. Untuk lebih
jelasnya, tahapan proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
13
Mulai
Perusahaan Penyedia Kartu
Perdana
Identifikasi Startegi
bauran produk
Telkomsel
Profil Konsumen
Remaja
Identifikasi Strategi
bauran produk Kartu
Perdana Lain
Penyusunan Kuesioner dan
Uji Validitas dan Reabilitas
Perpindahan Merek
Faktor-Faktor
perpindahan Merek
Perbaikan Strategi Bauran Produk
Belum
Sudah
Rekomendasi Strategi Bauran
Produk Kartu Perdana
Stop
Gambar 4 Tahapan proses penelitian
14
Kebutuhan dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah data primer dan
data sekunder. Data Primer pada penelitian ini akan diperoleh melalui survei dan
wawancara dengan responden, yang berisi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat perpindahan merek dan juga peluang konsumen untuk
berpindah. Survei ditujukan kepada remaja SLTA kota Bogor yang memakai
produk kartu perana.
Data sekunder akan diperoleh dari literatur, perusahaan, internet dan studi
kepustakaan yang relevan dengan tema penelitian. Data sekunder ini berisi
mengenai profil perusahaan, pangsa pasar kartu perdana, faktor-faktor yang
mempengaruhi perpindahan merek dan sebagainya. Data yang diperoleh untuk
diolah dalam penelitian ini mengenai persepsi konsumen untuk beralih merek,
faktor penyebab dan peluang brand switching, dan persepsi konsumen mengenai
produk Telkomsel.
Pengambilan Sample dan Metode Pengumpulan Data
Metode pengambilan sempel yang digunakan adalah metode quota sampling.
Tahap pertama, peneliti memastikan responden yang dipakai adalah siswa-siswi
SLTA Kota Bogor yang mengetahui produk Telkomsel. Peneliti secara sengaja
memilih sampel remaja SLTA Kota Bogor, karena di Bogor sendiri terdapat
banyak SLTA yang tersebar di setiap kecamatan, selain itu juga remaja siswa
SLTA memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi seluruh SLTA Kota Bogor, yang dapat dilihat
pada Tabel 1. Tahap kedua, sampel dipilih dengan metode convenience.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum kuesioner disebarkan, terlebih dahulu dilakukan uji Validitas dan
Reliabilitas. Uji Validitas (Lampiran 1) dilakukan terlebih dahulu untuk
mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam
mendifinisikan suatu variabel. Uji coba kuisioner dilakukan kepada 30 orang
responden dengan menggunakan tingkat kepercayaan 90%, sehingga nilai r tabel
yang digunakan sebagai acuan adalah sebesar 0.361.
Uji Reliabilitas (Lampiran 1) dilakukan dengan menggunakan rumus
Cronbach’s Alpha. Dari uji reliabilitas apabila nilai Alpha Cronbach > 0.6, maka
kuesioner dapat diandalkan atau reliabel.
Pengolahan dan Analisis Data
Brand Switching Pattern Matrix
Brand Switching pattern matrix merupakan matriks yang tersusun dari
peluang-peluang perpindahan merek. Metode yang digunakan dalam brand
switching pattern matrix akan didapatkan rasio probabilitas perpindahan merek
15
Uji Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk melihat faktor-faktor lain yang
menyebabkan terjadinya perpindahan merek dilihat dari persepsi konsumen
mengenai produk Telkomsel.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dan ditujukan kepada remaja SLTA
Kota Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja karena melihat pengguna produk Telkomsel di kalangan
remaja Kota Bogor sangat banyak dan para siswa-siswi SLTA Kota Bogor
memiliki prospek yang bagus melihat trend perpindahan merek (brand switching)
di kalangan remaja SLTA sangat tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah Singkat Telkomsel
Telkomsel merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan
Telekomunikasi di Indonesia yang berbasis GSM. Telkomsel didirikan pada tahun
1995 sebagai wujud semangat inovasi untuk mengembangkan telekomunikasi
Indonesia yang terdepan. Perusahaan ini menguasai pangsa pasar yang ada sebesar
48%, hal ini yang menjadikan Telkomsel sebagai pemimping pangsa pasar dalam
meraih pelanggan di tahun 2013. Telkomsel merupakan kepanjangan dari
Telekomunikasi Selular dengan produk-produknya yaitu kartu AS, simPATI dan
kartu HALO.
Telkomsel menjadi pelopor untuk teknologi telekomunikasi selular di
Indonesia, termasuk yang pertama meluncurkan layanan roaming internasional
dan layanan 3G di Indonesia. Telkomsel merupakan operator yang pertama kali
melakukan ujicoba jaringan pita lebar LTE. Telkomsel juga menjadi pelopor
dalam penggunaan energi terbarukan untuk menara-menara Base Transceiver
Station (BTS) di kawasan Asia. Telkomsel terus mengembangkan layanan
telekomunikasi seluler untuk mengukuhkan posisi sebagai penyedia layanan gaya
hidup seluler, a truly mobile lifestyle.
Telkomsel berupaya untuk terus mempertahankan dan mengembangkan
pangsa pasar yang telah dimilikinya saat itu salah satunya dengan cara
peningkatan bauran produk. Keanekaragaman produk, kekuatan merek, kualitas
dan layanan merupakan bagian yang harus tetap diperhatikan oleh Telkomsel
dalam menjaga agar pangsa pasar yang ada saat ini tetap bisa dipertahankan dan
ditingkatkan lagi.
16
Visi dan Misi Telkomsel
Visi dari Telkomsel adalah adalah penyedia layanan mobile lifestyle terbaik
di Indonesia (The best mobile lifestyle provider in religion).
Misi dari Telkomsel adalah memberikan pelayanan dan solusi komunikasi
yang sesuai dengan harapan customer, memberikan nilai tambah pada stakeholder
dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi bangsa. (Deliver
mobile life style – service and solution in excellent way that exceed customer
expectation, create value for all stakeholders, and the economic development for
nation)
Profil Responden
Kuesioner disebarkan kepada 100 responden remaja SLTA Kota Bogor
pengguna kartu perdana dari berbagai merek. Hasil penelitian didapatkan bahwa
sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 58%,
sedangkan sisanya konsumen laki-laki yang berjumlah 42%. Data responden
berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data jenis kelamin responden
No
1.
2.
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Total
Total (%)
42
58
100
Hasil penelitian mengenai besarnya uang saku remaja SLTA Kota Bogor
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki uang saku sebesar Rp400 001
– Rp500 000 setiap bulan atau jika dibagi dalam hitungan hari rata-rata remaja
SLTA Kota Bogor mendapatkan uang sebesar Rp15 000 – Rp19 000 setiap
harinya. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat uang saku remaja SLTA Kota Bogor
masih dinilai cukup wajar. Secara lengkap data mengenai jumlah responden
berdasarkan besarnya uang saku dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Data uang saku setiap bulan
No
1.
2.
3.
4.
5.
Uang saku
<Rp300 000
Rp300 001 – Rp400 000
Rp400 001 – Rp500 000
Rp500 001 – Rp600 000
Rp600 001 – Rp700 000
Total
Total (%)
18
24
37
17
4
100
Hasil penelitian mengenai besarnya belanja pulsa remaja SLTA Kota Bogor
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki belanja pulsa sebesar
Rp25 001 – Rp50 000 setiap bulan atau jika dibagi dalam hitungan hari rata-rata
remaja SLTA Kota Bogor membelanjakan pulsanya sebesar Rp800 – Rp1 700
setiap harinya. Secara lengkap data mengenai jumlah responden berdasarkan
besarnya belanja pulsa dapat dilihat pada Tabel 4.
17
Tabel 4 Data belanja pulsa setiap bulan
No
1.
2.
3.
4.
5.
Belanja Pulsa
<Rp 10 000
Rp 10 001 – Rp 25 000
Rp 25 001 – Rp 50 000
Rp 50 001 – Rp 100 000
>Rp 100 000
Total
Total (%)
12
22
39
23
4
100
Hubungan antara besarnya uang saku dengan belanja pulsa remaja SLTA
Kota Bogor dapat disimpulkan bahwa, besarnya belanja pulsa tiap bulan tidak
sampai 10% dari besarnya uang saku yang diterima. Artinya bahwa kebutuhan
akan belanja pulsa remaja SLTA Kota Bogor masih kurang, yang memungkinkan
uang saku tersebut digunakan untuk keperluan lain yang lebih penting.
Hasil penelitian mengenai merek kartu perdana yang digunakan remaja
SLTA Kota Bogor saat ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
menggunakan produk kartu perdana Tri, berbeda pada fakta tinjauan yang ada
bahwa Telkomsel merupakan pemimpin pasar dalam industri telekomunikasi di
Indonesia. Hal ini yang menjadi perhatian penting khususnya pihak Telkomsel
untuk menjaga konsumen yang loyal dan mendapatkan konsumen baru agar tetap
menjadi pemimpin pasar dalam persaingan untuk segmen nasional. Secara
lengkap data mengenai jumlah responden berdasar kartu perdana yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Data pengguna kartu perdana remaja SLTA Kota Bogor
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kartu Perdana yang Digunakan
Telkomsel
Indosat
XL
Tri
SmartFren
Axis
Total
Total (%)
8
31
17
33
1
10
100
Rata-rata uang saku remaja SLTA Kota Bogor berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan bahwa, uang saku remaja SLTA berjenis kelamin perempuan lebih
besar dari uang saku laki-laki walaupun besarnya tidak terlalu signifikan yaitu
rata-rata uang saku perempuan sebesar Rp415 500 dan laki-laki sebesar
Rp414 000, hal ini menunjukkan bahwa besaran pengeluaran uang saku
perempuan lebih banyak dari laki-laki. Secara lengkap rata-rata uang saku remaja
SLTA Kota Bogor berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Rata-rata uang saku remaja SLTA Kota Bogor berdasarkan jenis kelamin
Jenis
kelamin
<Rp300 000
Perempuan
Laki-Laki
12
6
Uang saku
Rp300 001- Rp400 001Rp400 000 Rp500 000
12
20
12
17
Rp500 001Rp600 000
12
5
Rp600 001- Rata-rata
Rp700 000
2
Rp415 500
2
Rp414 000
Rata-rata belanja pulsa remaja SLTA Kota Bogor berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan bahwa belanja pulsa remaja SLTA berjenis kelamin perempuan
sebesar Rp39 000 dan laki-laki sebesar Rp42 000 setiap bulannya. Hal ini
18
menunjukkan bahwa besaran belanja pulsa laki-laki lebih besar dari belanja
perempuan. Secara lengkap rata-rata uang belaja pulsa remaja SLTA Kota Bogor
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Rata-rata belanja pulsa remaja SLTA Kota Bogor berdasarkan jenis
kelamin
Jenis
Kelamin
Perempuan
Laki-Laki
<Rp10 000
7
5
Rp10 001Rp25 000
14
8
Belanja pulsa
Rp25 001Rp50 000
23
16
Rp50 001Rp100 000
11
12
>Rp100 000
3
1
Rata-rata
Rp39 000
Rp42 000
Hubungan antara uang saku dan belanja pulsa remaja siswa SLTA Kota
Bogor menunjukkan bahwa walaupun uang saku perempuan lebih besar dari uang
saku laki-laki tetapi pada kenyatannya belanja pulsa laki-laki lebih besar dari
perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan akan belanja pulsa lakilaki lebih besar dari pada perempuan, dapat dimungkinkan bahwa besarnya uang
saku perempuan lebih besar untuk keperluan sehari-hari dari pada keperluan lakilaki. Jika dihitung besarnya belanja pulsa laki-laki sebesar 10.1%, berbeda dengan
belanja pulsa perempuan yang hanya sebesar 9.4% . Hal ini akan menjadi bagian
yang potensial dimana perempuan yang memiliki uang saku yang besar tetapi
belanja pulsa yang relatif kecil dibanding laki-laki sehingga Telkomsel dapat lebih
mengembangkan produk-produknya untuk dapat dinikmati oleh kalangan
perempuan.
Tabulasi Silang
Tabulasi silang dilakukan antara masing-masing karakteristik responden
yang satu dengan yang lainnya dan juga antara karakteristik responden dengan
faktor pendorong perpindahan kartu perdana dan penilaian terhadap produk
Telkomsel. Pada tabulasi silang yang diolah dengan menggunakan SPSS dapat
dilihat hubungan antar karakteristik dengan melihat nilai chi-square hitung lebih
besar daripada chi-square tabel maka dapat dikatakan tolak Ho, dimana Ho tidak
ada hubungan antara baris dan kolom.
Hubungan baris dan kolom dapat dilihat melalui nilai Asymp Sig. (2-sided)
dimana bila nilai chi-square test menampilkan hasil kurang dari 0.05 maka asumsi
ditolak, yang artinya ada hubungan antara baris dan kolom. Pengolahan tabulasi
silang pada penelitian ini hanya dilakukan pada beberapa karakteristik konsumen
yang dianggap mempengaruhi.
Keterkaitan Antara Uang Saku Dengan Belanja Pulsa.
Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa tidak ada kecenderungan
antara uang saku dengan belanja pulsa. Keterkaitan antara uang saku dan belanja
pulsa relatif menyebar. Artinya bahwa berapapun besar uang saku remaja siswa
SLTA Kota Bogor tidak mempengaruhi besarnya belanja pulsa. Besarnya uang
saku siswa SLTA Kota Bogor mayoritas memiliki uang saku sebesar Rp400 000 –
Rp500 000, sedangkan untuk besarnya belanja pulsa remaja siswa SLTA Kota
19
Bogor mayoritas terbanyak pada rentang Rp25 000 – Rp100 000. Tabel 8
berdasarkan hipotesis awal tidak ada keterkaitan antara uang saku dengan uang
belanja pulsa.
Tabel 8 Keterkaitan antara uang saku dengan belanja pulsa.
Uang saku
<Rp300 000
Rp300 001-Rp 400 000
Rp400 001-Rp500 000
Rp500 001-Rp600000
Rp600 001-Rp700 000
Total
Belanja pulsa (%)
Rp10 001 Rp25 001<Rp10 000
Rp25 000
Rp50 000
4
4
8
4
6
9
4
8
15
0
3
7
0
1
0
12
22
39
Total
(%)
Rp50 001– >Rp
Rp100 000
100 000
1
1
4
1
9
1
6
1
3
0
23
4
18
24
37
17
4
100
Hasil tabulasi silang keterkaitan antara uang saku dengan belanja pulsa
didapatkan nilai Asymp. Sig. pada uji chi-square sebesar 0.466 yang berarti H0
diterima, tidak ada keterkaitan antara uang saku dengan belanja pulsa.
Keterkaitan Antara Kartu Perdana Dengan Harapan Kualitas Sinyal.
Hasil dari tabulasi silang antara kartu perdana dengan harapan kualitas
sinyal menujukkan bahwa secara umum seluruh kartu perdana menginginkan
adanya perbaikan dalam kualitas sinyal yang ada. Artinya bahwa remaja siswa
SLTA Kota Bogor merasakan sinyal yang ada saat ini masih belum sesuai dengan
harapan konsumen. Tabel 9 berdasarkan hipotesis awal tidak ada pengaruh antara
kartu perdana dengan harapan dengan kualitas sinyal.
Tabel 9 Keterkaitan antara kartu perdana dengan harapan kualitas sinyal
Kualitas Sinyal (%)
Kartu Perdana
Telkomsel
Indosat
XL
Tri
SmartFren
Axis
Total
Sangat
Tidak
Setuju
0
1
1
0
0
0
2
Tidak
Setuju
Netral
Setuju
Sangat
Setuju
0
2
1
1
0
1
5
0
7
3
6
0
4
20
2
9
10
16
1
4
42
6
12
2
10
0
1
31
Total
(%)
8
31
17
33
1
10
100
Seluruh konsumen Telkomsel memiliki harapan akan adanya perbaikan
dalam kualitas sinyal, hal ini terlihat dari hasil tabulasi silang yang menunjukkan
bahwa seluruh konsumen menyatakan setuju dan sangat setuju. Artinya bahwa
jangkauan sinyal Telkomsel yang dirasakan remaja siswa SLTA Kota Bogor
masih kurang. Berbeda dengan Indosat XL, Tri dan Axis walaupun konsumen
memiliki harapan yang sama akan kualitas sinyal yang kuat tetapi ada konsumen
yang telah merasakan kepuasan akan kualitas sinyal yang ada saat ini walaupun
dalam jumlah yang kecil. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seluruh kartu perdana
harus lebih fokus terhadap perbaikan kualitas sinyal yang ada di Kota Bogor. Bagi
pihak Telkomsel diharapkan adanya perbaikan seperti menambah jumlah tower
yang ada dan memperbaiki jaringan sehingga harapan dari pelanggan dapat
dipenuhi dan pelanggan tidak beralih ke produk-produk kartu perdana lainnya.
20
Hasil tabulasi silang keterkaitan antara kartu perdana dengan kualitas sinyal
yang kuat didapatkan nilai Asymp. Sig. pada uji chi-square sebesar 0.376 yang
berarti tidak ada pengaruh antara kartu perdana dengan harapan kualitas sinyal.
Keterkaitan Antara Kartu Perdana Dengan Harapan Kualitas Internet.
Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa tidak ada kecenderungan antara
kartu perdana dengan harapan kualitas internet yang cepat. Seluruh data tersebar
secara merata akan tetapi mayoritas menginginkan adanya perbaikan dalam
mengakses internet. Seluruh kartu perdana mayoritas memiliki harapan akan
adanya kualitas dalam mengakses internet. Artinya bahwa keadaan yang dialami
remaja siswa SLTA Kota Bogor saat ini dalam mengakses internet masih tidak
sesuai dengan harapan konsumen. Tabel 10 berdasarkan hipotesis awal tidak ada
pengaruh antara kartu perdana dengan harapan dalam kualitas internet.
Tabel 10 Keterkaitan antara kartu perdana dengan harapan kelancaran mengakses
internet
Kualitas internet (%)
Kartu Perdana
Telkomsel
Indosat
XL
Tri
SmartFren
Axis
Total
Sangat
Tidak
Setuju
0
1
1
1
0
0
3
Tidak
Setuju
Netral
Setuju
Sangat
Setuju
0
0
1
1
0
1
3
0
6
1
7
0
4
18
5
15
10
15
1
4
50
3
9
4
9
0
1
26
Total
(%)
8
31
17
33
1
10
100
Seluruh konsumen Telkomsel memiliki harapan akan adanya perbaikan
dalam kualitas pelayanan internet, hal ini terlihat dari hasil tabulasi silang yang
menunjukkan bahwa seluruh konsumen menyatakan setuju dan sangat setuju.
Artinya bahwa Telkomsel masih dinilai kurang oleh remaja siswa SLTA Kota
Bogor mengenai kelancaran dalam kualitas internet. Berbeda dengan Indosat, XL
dan Tri walaupun konsumen memiliki harapan yang sama akan adanya perbaikan
dalam kualitas internet tetapi ada konsumen yang telah merasakan kepuasan akan
kelancaran dalam mengakses internet walaupun sedikit jumlahnya. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa seluruh kartu perdana harus memperhatikan akses dalam
pelayanan internet yang ada di Kota Bogor. Tidak hanya memperhatikan dalam
aspek kualitas sinyal saja akan tetapi Telkomsel juga harus memperhatikan
pelayanan dalam kualitas internet yang cepat agar konsumen tetap loyal dan dapat
meraih konsumen baru.
Hasil tabulasi silang keterkaitan antara kartu perdana dengan kelancaran
dalam kualitas internet didapatkan nilai Asymp. Sig. pada uji chi-square sebesar
0.857 yang berarti H0 diterima, tidak ada pengaruh kartu perdana dengan harapan
kelancaran dalam kualitas internet.
Keterkaitan Antara Kartu Perdana Dengan Keinginan Untuk Berpindah.
Hasil dari tabulasi silang antara kartu perdana dengan keinginan untuk
berpindah ke merek lain didapatkan hasil bahwa 82 % konsumen menyatakan
tidak ingin berpindah dan 18 % menyatakn ingin berpindah. Secara umum seluruh
konsumen tidak ingin berpindah ke kartu perdana lain atau tetap bertahan di kartu
21
perdana yang digunakan saat ini. Tabel 11 berdasarkan hipotesis awal tidak ada
hubungan antara kartu perdana dengan keinginan untuk berpindah.
Tabel 11 Keterkaitan antara kartu perdana dengan keinginan untuk berpindah
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keinginan untuk pindah (%)
Ingin
Tidak Ingin
1
7
4
27
1
16
8
25
0
1
4
6
18
82
Kartu perdana
Telkomsel
Indosat
XL
Tri
SmartFren
Axis
Total
Total (%)
8
31
17
33
1
10
100
Berdasarkan hasil yang diperoleh didaptkan bahwa seluruh pelanggan XL
dan SmartFren menyatakan untuk tidak ingin berpindah ke merek lain. Hal ini
menunjukkan bahwa pelanggan XL dan SmartFren memiliki pelanggan yang loyal
lebih tinggi dari yang lain. Artinya bahwa produk XL dan SmartFren yang
dirasakan oleh remaja SLTA Kota Bogor sudah sesuai dengan harapan yang
diinginkan. Bagi pihak Telkomsel, perlu adanya perbaikan bauran produk yang
tepat terhadap produk-produk yang ada saat ini dan perlu memperhatikan
keunggulan dari produk-produk pesaing seperti XL dan SmartFren yang memiliki
pelanggan loyal terbesar.
Hasil tabulasi silang keterkaitan antara kartu perdana dengan keinginan
untuk berpindah didapatkan nilai Asymp. Sig. pada uji chi-square sebesar 0.238
yang berarti H0 diterima, tidak ada hubungan antara kartu perdana dengan
keinginan untuk berpindah.
Keterkaitan Antara Belanja Pulsa Dengan Faktor Harga.
Hasil tabulasi silang antara belanja pulsa dengan faktor harga menunjukkan
bahwa faktor harga tidak mempengaruhi tingkat belanja pulsa remaja siswa SLTA
Kota Bogor, karena seluruh data tersebar secara merata. Berapapun harga yang
ditawarkan oleh produsen kartu perdana tidak mempengaruhi tingkat belanja
remaja SLTA Kota Bogor. Tabel 12 berdasarkan hipotesis awal faktor harga tidak
mempengaruhi besarnya belanja pulsa.
Tabel 12 Keterkaitan antara belanja pulsa dengan faktor harga
Faktor Harga (%)
Belanja pulsa
<Rp10 000
Rp10 001- Rp25 000
Rp25 001-Rp 50 000
Rp50001–Rp100 000
>Rp100 000
Total
Sangat
Tidak
Setuju
2
1
1
0
0
4
Tidak
Setuju
Netral
Setuju
Sangat
Setuju
0
2
1
0
0
3
1
4
7
6
0
18
4
3
19
8
2
36
5
12
11
9
2
39
Total
(%)
12
22
39
23
4
100
Mayoritas remaja siswa SLTA Kota Bogor membelanjakan uangnya untuk
membeli pulsa sebesar Rp25 000 – Rp100 000, menyatakan bahwa faktor harga
merupakan faktor utama dalam pemilihan kartu pedana yang digunakan. Faktor
harga merupakan pertimbangan yang penting terkait dengan belanja pulsa.
Telkomsel disamping harus memperhatikan perbaikan dalam kualitas sinyal dan
22
kualitas internet yang kuat juga harus memperhatikan faktor harga untuk remaja
siswa SLTA Kota Bogor
Hasil tabulasi silang keterkaitan antara belanja pulsa dengan faktor harga
didapatkan nilai Asymp. Sig. pada uji chi-square sebesar 0.223 yang berarti H0
diterima, faktor harga tidak mempengaruhi besarnya belanja pulsa.
Keterkaitan Antara Belanja Pulsa Dengan Jumlah Perpindahan.
Hasil dari tabulasi silang antara belanja pulsa dengan jumlah perpindahan
menunjukkan bahwa sebagian besar remaja siswa SLTA Kota Bogor telah
melakukan perpindahan sebanyak lebih dari 3 kali dan mayoritas yang memiliki
belanja pulsa sebesar Rp25 000–Rp50 000. Tabel 13 berdasarkan hipotesis awal
tidak ada hubungan antara belanja pulsa dengan jumlah perpindahan.
Tabel 13 Keterkaitan antara belanja pulsa dengan jumlah perpindahan
Jumlah perpindahan (%)
Belanja pulsa
<Rp10 000
Rp10 001-Rp25 000
Rp25 001-Rp50 000
Rp50 001-Rp100 000
> Rp100 000
Total
1 kali
2 kali
3 kali
2
2
4
4
0
12
2
3
7
4
0
16
4
12
3
6
2
27
Lebih dari 3
kali
4
5
25
9
2
45
Total
(%)
12
22
39
23
4
100
Berdasarkan hasil pengolahan didapatkan bahwa kecenderungan remaja
siswa SLTA Kota Bogor lebih sering berpindah ke produk lain. Adanya
peningkatan belanja pulsa diikuti dengan adanya peningkatan jumlah perpindahan
yang dilakukan. Mayoritas responder yang memiliki belanja pulsa Rp25 000 –
Rp50 000 telah melakukan perpindahan sebanyak lebih dari tiga kali. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat perpindahan kartu perdana pada remaja SLTA
Kota Bogor masih sangat tinggi. Hal ini yang perlu diperhatikan oleh Telkomsel
agar dapat meningkatkan pangsa pasar untuk kedepannya khususnya untuk remaja
SLTA Kota Bogor. Faktor Harga yang telah dijelaskan sebelumnya dapat
mempengaruhi pelayanan kualitas sinyal dan internet yang cepat.
Hasil tabulasi silang keterkaitan antara belanja pulsa dengan jumlah
perpindahan didapatkan nilai Asymp. Sig. pada uji chi-square sebesar 0.05
signifikan di nilai eror 5%, 10% dan 15% yang berarti H0 ditolak, ada hubungan
antara belanja pulsa dengan jumlah perpindahan, semakin tinggi belanja pulsa
konsumen, semakin tinggi jumlah perpindahan yang terjadi.
Perpindahan Merk
Faktor-Faktor Penyebab Perpindahan Merek
Faktor-faktor penyebab perpindahan merek adalah faktor-faktor bauran
produk yang merupakan penyebab terjadinya perpindahan merek. Hasil survei
mengindikasikan bahwa faktor utama penyebab responden kartu perdana
berpindah ke merek lain adalah kualitas sinyal (31%). Artinya, konsumen remaja
SLTA Kota Bogor merasakan kualitas sinyal yang diperoleh menjadi faktor
penyebab terjadinya perpindahan merek. Konsumen akan memilih provider yang
23
memiliki kualitas sinyal yang baik, maka konsumen akan loyal pada produk
tersebut. Kemudahan akses internet menjadi faktor penyebab perpindahan merek
lainnya. Secara lengkap data mengenai alasan yang dianggap penting oleh
responden dalam beralih merek kartu perdana dapat dilihat pada Tabel 14
Tabel 14 Faktor penyebab perpindahan merek
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
Alasan
Kualitas sinyal
Kualitas layanan internet
Features yang disediakan
Kemudahan akses SMS
Merek
Kesesuaian dengan spesifikasi
Keragaman produk
Pelayanan costumer care
Presentase (%)
31
30
14
10
7
5
3
0
Berdasarkan data yang ada, kualitas sinyal yang dirasakan oleh sebagian
besar remaja siswa SLTA Kota Bogor belum sesuai dengan harapan konsumen.
Perlu adanya perbaikan dalam kualitas sinyal untuk tetap dapat mempertahankan
konsumen lama dan mendapatkan konsumen baru. Salah satu strategi yang tepat
untuk mengatasi masalah kualitas sinyal adalah dengan mendirikan tower
pemancar baru di setiap daerah di Kota Bogor. Sehingga nantinya harapan akan
kualitas sinyal yang bagus akan dirasakan oleh remaja siswa SLTA Kota Bogor.
Faktor Pendorong Penyebab Perpindahan Merek
Faktor pendorong penyebab perpindahan merek adalah faktor-faktor lain di
luar bauran produk yang masih memiliki keterkaitan dengan penyebab terjadinya
perpindahan merek. Hasil survei yang dilakukan, diketahui alasan utama faktor
pendorong perpindahan merek adalah faktor harga (47%) seperti tarif internet,
sms dan layanan lainnya.
Faktor harga menjadi hal yang penting bagi konsumen remaja SLTA Kota
Bogor karena remaja SLTA masih belum memiliki penghasilan sendiri sehingga
faktor harga menjadi faktor yang penting dalam pendorong penyebab perpindahan
merek.
Tabel 15 Faktor pendorong perpindahan merek
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Alasan
Faktor harga
Kepribadian
Pengaruh gedget yang digunakan
Hanya mencoba
Pengaruh teman
Tergantung situasi
Presentase (%)
47
24
16
5
4
4
Faktor pendorong utama terjadinya perpindahan merek untuk segmen
remaja siswa SLTA Kota Bogor adalah faktor harga. Telkomsel perlu
mengembangkan strategi bauran harga yang tepat untuk segmen remaja SLTA
Kota Bogor, disamping harus memperhatikan aspek bauran produk seperti
kualitas sinyal dan kualitas internet. Telkomsel juga harus menyesuaikan harga
yang tepat seperti tarif percakapan, tarif internet, tarif sms dan tarif aplikasi
pendukung lainnya, agar pelayanan yang diberikan dapat memenuhi harapan
konsumen.
24
Brand Switching Pattern
Telkomsel mempunyai pangsa pasar awal sebesar 12.50%, sedangkan
Indosat memiliki nilai pangsa pasar paling tinggi dibanding kartu perdana merek
lainnya yaitu sebesar 35.50%. Telkomsel merupakan pemimpin pasar dalam
persaingan secara nasional, akan tetapi untuk segmen remaja SLTA Kota Bogor,
Telkomsel berada dibawah pesaingnya Indosat.
Tabel 16 Data pangsa pasar awal kartu perdana
No
1
2
3
4
5
6
Pangsa Pasar Awal
Telkomsel
Indosat
XL
Tri
SmartFreen
Axis
Persentase (%)
12.50
35.50
18
22.50
0.50
11
Hasil perhitungan brand switching pattern menunjukkan bahwa konsumen
Telkomsel yang loyal sebesar 32% dan konsumen Indosat yang loyal sebesar 58%.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen produk kartu perdana Indosat sebagian
besar cenderung lebih memilih untuk tidak beralih ke produk kartu perdana lain,
berbeda dengan konsumen Telkomsel yang sebagian besar memilih untuk
berpindah ke merek lain. Dapat dilihat pada Tabel 17 perpindahan antara kartu
perdana ke kartu perdana lainnya, untuk segmen remaja SLTA Kota Bogor.
Tabel 17 Matriks brand switching pattern.
Dari/Ke
Telkomsel
Indosat
XL
Tri
SmartFreen
Axis
Telkomsel
8
5
4
5
0
2
Indosat
4
41
5
4
0
3
XL
4
7
17
5
0
4
Tri
7
13
7
29
0
7
Smartfreen
0
1
0
0
1
0
Axis
2
4
3
2
0
6
Total
25
71
36
45
1
22
Selanjutnya Matriks Brand Switching Pattern diolah dalam bentuk
persentase. Sebelum dianalisis perlu diketahui bahwa asumsi dasar untuk
pemakaian Rantai Markov adalah bahwa keadaan pasar dianggap konstan dan
variabel-variabel pemasaran dianggap stabil. Secara lengkap persetase peralihan
merek konsumen dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Persentase Brand Switching Pattern
Dari/Ke
Telkomsel
Indosat
XL
Tri
SmartFreen
Axis
Telkomsel
0.32
0.07
0.11
0.11
0
0.09
Indosat
0.16
0.58
0.14
0.09
0
0.14
XL
0.16
0.1
0.47
0.11
0
0.18
Tri
0.28
0.18
0.19
0.64
0
0.32
Smartfreen
0
0.01
0
0
1
0
Axis
0.08
0.06
0.09
0.05
0
0.27
Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa konsumen produk kartu
perdana Telkomsel mayoritas lebih memilih untuk berpindah ke merek lain, hal
ini terlihat dari perpindahan yang terjadi paling banyak ke kartu peradana Tri yaitu
sebesar 28 %. Faktor utama bauran produk yang menjadi penyebab perpindahan
25
merek tersebut adalah kualitas sinyal yang diperoleh produk kartu perdana lain di
rasakan lebih baik dari Telkomsel dan faktor pendorong lainnya yaitu faktor harga.
Jika dilihat dari loyalitas konsumennya SmartFren memiliki konsumen yang loyal
sebesar 100 % karena hanya ada satu konsumen SmartFren. Sementara itu,
persentase perpindahan produk-produk Telkomsel dapat dilihat pada Tabel 19.
Brand Switching Pattern produk Telkomsel
Brand switching produk terjadi baik ke dalam produk Telkomsel maupun
keluar dari produk Telkomsel. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 18,
terlihat bahwa lebih banyak konsumen Telkomsel yang lebih memilih berpindah
ke produk-produk merek kartu perdana lain. Dapat dilihat pada Tabel 19
persentase perpindahan produk kartu perdana yang keluar dari Telkomsel.
Tabel 19 Persentase perpindahan produk kartu perdana yang keluar dari produk
Telkomsel
Telkomsel
Dari/Ke
Simpati
Telkomsel
Halo
As
Indosat
IM3
Mentari
XL
Tri
SmartFren
Axis
Simpati
0.31
0
0
0.06
0.06
0.19
0.25
0
0.13
Halo
0
1
0
0
0
0
0
0
0
As
0
0
0.25
0.13
0.13
0.13
0.36
0
0
Persentase perpindahan produk-produk yang keluar dari kartu perdana
Telkomsel, terjadi perpindahan terbesar yaitu pada produk As yang berpindah ke
produk Tri begitupun pada produk Simpati yang sebagian besar berpindah ke
produk Tri. Berbeda dengan Halo yang seluruhnya konsumen menginginkan
untuk tidak berpindah ke produk kartu perdana lain. Hal ini menunjukkan bahwa
konsumen produk Halo merupakan konsumen yang paling loyal Telkomsel.
Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengguna
kartu perdana Telkomsel berpindah ke produk kartu perdana lainnya.
Tabel 20 Persentase perpindahan produk kartu perdana yang masuk ke produk
Telkomsel
Indosa
Dari/ke
Simpati
Telkomsel
Halo
As
IM3
0.4
0.2
0.4
Mentari
0
0
0
XL
0.5
0
0.5
Tri
0.6
0
0.4
SmartFren
0
0
0
Axis
0.5
0
0.5
Persentase perpindahan produk kartu perdana yang masuk ke dalam kartu
perdana Telkomsel dapat dilihat pada Tabel 20. Terlihat bahwa persentase
perpindahan produk paling banyak masuk ke produk Simpati. Hal ini
menunjukkan bahwa produk Simpati lebih memiliki keunggulan dibanding
produk Telkomsel lainnya. Konsumen produk Tri yang masuk ke produk Simpati
lebih banyak dari produk kartu perdana lainnya. Kesimpulannya adalah walaupun
26
konsumen Telkomsel banyak yang beralih ke produk Tri, pada kenyataannya
konsumen produk Tri juga banyak yang masuk ke produk-produk Telkomsel.
Prediksi Pangsa Pasar
Indikasi akhir merupakan merupakan prediksi pangsa pasar untuk waktu
yang akan datang diasumsikan untuk priode 12 bulan dari masing-masing merek
kartu perdana, sesuai asumsi dasar pemakaian Rantai Markov adalah bahwa
keadaan pasar dianggap konstan dan variabel-variabel pemasaran dianggap stabil.
Dari data pangsa pasar akhir, terlihat bahwa kenaikan terjadi pada Telkomsel yaitu
sebesar 9.1 % berbeda dengan pesaing Indosat yang turun sebesar 11% untuk
periode 12 bulan.Secara lengkap dapat dilihat pangsa pasar akhir kartu perdana
pada Tabel 21.
Tabel 21 Data pangsa pasar akhir kartu perdana
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Merek
Telkomsel
Indosat
XL
Tri
SmartFreen
Axis
Pangsa
Pasar Awal
12.5
35.5
18
22.5
0.5
11
Periode
12 Bulan
21.6
24.5
21.4
21.6
0.5
21.4
Indikasi (%)
Naik 9.1
Turun 11
Naik 3.4
Turun 0.9
Tetap
Naik 10.4
Peralihan merek terjadi apabila konsumen merasa tidak puas dalam
mengkonsumsi suatu merek produk. Ketidakpuasan tersebut dapat berasal dari
keragaman produk yang disajikan, kesesuaian dengan spesifikasi, citra merek,
features yang yang disediakan, kemudahan akses internet dan SMS serta kualitas
sinyal yang kuat. Dari hasil perhitungan brand switching pattern matrix
didapatkan bahwa Telkomsel akan mengalami kenaikan sebesar 9.1% pada
periode berikutnya jika diasumsikan keadaan pasar tetap dan variabel-variabel
pemasaran stabil, hal ini yang akan menjadi pemacu nantinya bagi Telkomsel
untuk tetap dapat meningkatkan pangsa pasar untuk kalangan remaja SLTA di
Kota Bogor.
Implikasi Manajerial
Telkomsel harus terus memperbaiki srategi pemasaran yang tepat agar
pangsa pasar yang ada dapat ditingkatkan lagi ditengah persaingan kartu perdana
yang semakin ketat. Agar dapat memiliki strategi yang tepat, maka Telkomsel
harus mengetahui informasi-informasi yang ada dari konsumen. Hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai informasi bagi Telkomsel untuk mengetahui atribut
apa yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi.
1. Telkomsel harus memiliki strategi bauran produk yang tepat untuk menjaga
konsumen yang loyal agar tidak berpindah ke produk lain dengan cara
mempertahankan pencitraan yang baik dalam memperoleh sinyal, kemudahan
akses internet, dan banyak features yang disediakan. Atribut tersebut telah
dicitrakan dengan baik terhadap Telkomsel, akan tetapi citra ini masih dapat
hilang di tengah persaingan yang semakin tinggi. Persaingan yang ketat antar
kartu perdana dapat menggusur citra yang dimiliki Telkomsel saat ini.
27
2. Peningkatan kinerja untuk beberapa atribut bauran produk Telkomsel harus
dilakukan demi meningkatkan pangsa pasar saat . Konsumen remaja SLTA
Kota Bogor menginginkan adanya perbaikan pada kualitas sinyal yang
diperoleh dan kemudahan akses internet pada produk Telkomsel agar mampu
memenuhi permintaan dan daya beli konsumen dan untuk memperkuat
positioning Telkomsel dalam benak konsumen.
3. Berdasarkan analisis brand switching pattern didapatkan bahwa prediksi
pangsa pasar Telkomsel meningkat hal ini perlu menjadi perhatian yang serius
untuk pihak Telkomsel untuk tetap menjaga meraih pangsa pasar terbesar di
Indonesia.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Persepsi konsumen mengenai produk Telkomsel adalah adanya citra yang kuat
dalam memperoleh sinyal, kemudahan akses internet, dan banyak features
yang disediakan. Faktor utama penyebab peralihan merek adalah faktor
kualitas sinyal yang diperoleh (31%) hal ini yang dirasakan oleh pengguna
kartu perdana khususnya Telkomsel terkait dengan kualitas sinyal yang ada
saat ini masih dirasa cukup kurang dan faktor harga (47%) yang menjadi
faktor pendorong dari terjadinya perpindahan merek.
2. Pangsa pasar produk kartu perdana Telkomsel untuk segmen remaja siswa
SLTA Kota Bogor mengalami peningkatan untuk 12 bulan kedepan.
Telkomsel juga harus memperbaiki citra dalam hal ini dengan meningkatkan
kualitas sinyal yang ada.
3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengembangan bauran produk
kartu perdana Telkomsel berfokus pada pengembangan kualitas sinyal (31%)
karena konsumen merasakan bahwa kualitas sinyal yang ada saat ini masih
cukup kurang, selain itu faktor akses internet (30%) merupakan faktor yang
harus diperhatikan dalam pengembangan bauran produk kartu perdana
Telkomsel.
Saran
1. Telkomsel perlu memperhatikan aspek bauran produk yang tepat demi
menjaga dan meningkatkan pangsa pasar yang ada. Selain itu Telkomsel juga
harus mengetahui informasi mengenai apa yang dibutuhkan konsumen saat ini
khususnya untuk remaja Kota Bogor.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya menganalisis brand switching
dari pengembangan strategi bauran produk saja akan tetapi bisa lebih luas
lagi cakupannya.
28
DAFTAR PUSTAKA
[Poztmo] Poztmo Media.2013. Brand Switching [Internet]. [diunduh 2013 Maret
10]. Tersedia pada : http://www.poztmo.com/2012/06/operator-selularterbesar-di-dunia.html
[SWA] Majalah SWA Online.2012. Daftar operator seluler terbesar [Internet].
[diunduh
2013
Maret
12].
Tersedia
pada
:
http://swa.co.id/?s=brand+switching
Angiopora M. 2002. Dasar-dasar Pemasaran Edisi Kedua. Jakarta (ID): PT Raja
Grafindo Persada.
Assauri. 2002. Manajemen Pemasaran (Dasar,Konsep, dan Strategi). Jakarta
(ID): Grafindo Persada.
Durianto ASD, Sugiarto D, Sitinjak T. 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui
Rise Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.
Kotler P. 1997. Manajemen Pemasaran 9e : Analisis, Perencanaan, Implementasi,
dan Kontrol Jilid 1. Jakarta (ID): Prenhallindo.
Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta (ID):
Indeks.
Kountur R. 2005. Metode Penelitian untuk Penulis Skripsi dan Thesis. Jakarta
(ID): PPM
Nikmah A. 2007. Analisis implikasi promosi terhadap perpidahan merek (brand
switching) fast food (studi kasus di mcDonald’s cabang Padjadjaran Bogor)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Septiani S. 2010. Analisis hubungan bauran produk terhadap brand switching
produk Indomie reguler-goreng [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Simamora B. 2005. Analisis Multiverat Pemasaran. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Tjiptono F. 2008. Strategi Pemasaran Edisi III. Yogyakarta (ID): OFFSET.
Umar. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): Gramedia
Pustaka Utama.
William. 2008. Analis hubungan strategi penetapan harga XL Bebas terhadap
brand swithing (studi kasus di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Lampiran 1 Tujuan, kebutuhan data, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan kesimpulan
No
Tujuan
1.
Mengidentifikasi
persepsi
konsumen
dan
faktor-faktor
penyebab peralihan
merek
dalam
menggunakan kartu
perdana Telkomsel.
a
Menganalisis tingkat
perpindahan merek
(brand
switching)
produk Telkomsel.
a
Merekomendasikan
pengembangan bauran
produk kartu perdana
Telkomsel.
a
2.
3.
Kebutuhan data
b
c
b
b
Sumber data
Metode pengumpulan
data
Kuesioner
Metode analisis data
Kesimpulan
Deskriptif dan tabulasi
silang.
Faktor utama yang mempengaruhi
terjadinya perpindahan merek adalah
faktor kualitas sinyal yang diperoleh.
Persepsi
konsumen
terhadap kartu perdana
Telkomsel.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
peralihan
merek.
Keterkaitan antara profil
responden dengan atribut
bauran produk.
Pangsa pasar awal kartu
perdana.
Persentase
perpindahan
yang terjadi antara kartu
perdana.
Remaja
siswa
SLTA Kota Bogor.
Remaja
siswa
SLTA Kota Bogor.
Kuesioner
Brand
switching
pattern matrix
Pangsa pasar produk kartu perdana
Telkomsel untuk segmen remaja siswa
SLTA
Kota
Bogor
mengalami
peningkatan untuk 12 bulan kedepan.
Faktor yang mempengaruhi
peralihan merek.
Faktor pendorong yang
mempengaruhi
peralihan
merek.
Remaja siswa
SLTA Kota Bogor.
Kuesioner
Deskriptif
Kualitas sinyal dan internet perlu
ditingkatkan demi menjaga konsumen
lama dan mendapatkan konsumen baru.
29
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Januari 1991 dari Bapak
Parmin dan Ibu Sukarsih. Penulis adalah putra ketiga dari tiga bersaudara. Tahun
2009 penulis lulus dari SMA Negri 28 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis
lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Tes Mandiri
(UTM) dan diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi staff Produksi dan
Oprasi Centre of Management 2010 – 2012. Selain itu penulis juga aktif sebagai
member bike to campus di tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis pernah
melakukan kegiatan magang pada Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu
Industri, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.
Penulis pernah juga aktif mengikuti berbagai macam lomba fotografi yang
telah diikuti. Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain ialah Juara I
Advan Community Photo contest (2012), Juara I Eprint Photo Contest
(2012), Juara 1 Rakuten Indonesia Photo Contest (2011), Juara II kapanlagi.com
Photo Contest (2011), Juara I Nasmoco Photo Contest (2011), Juara I Olimpiade
Speedy Cerdas Advertisment (2011), Juara I Good view Travel Photo Contest
(2011), Juara I Advertising Contest Nissan Indonesia.
.
Download