bio.unsoed.ac.id

advertisement
I. PENDAHULUAN
Perkebunan teh PTPN IX Semugih Pemalang, terdiri dari afdeling : Semugih,
Semakir, dan Pesantren. Luas afdeling Semugih adalah 412.36 Ha yang terdiri atas
emplasment dan tanaman teh. Afdeling Semugih terletak pada ketinggian 600-800 m dpl
dengan kelembaban udara berkisar 70-90%. Lahannya landai dengan kemiringan ± 15200 (Fatkurahman, 2010). Perkebunan teh PTPN IX Semugih, terletak di Desa
Banyumundal, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang Jawa Tengah. Kabupaten
Pemalang memiliki luas 1.115,30 km2, dengan curah hujan rata-rata 3019 mm/tahun dan
terletak di ketinggian 213-924 m dpl (Badan Pusat Statistik, 2013).
Tanaman teh berasal dari daerah subtropis, oleh karena itu di Indonesia teh lebih
cocok ditanam di daerah pegunungan. Lingkungan fisik yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan teh ialah iklim dan tanah. Faktor iklim yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah curah hujan, suhu udara, tinggi tempat, sinar
matahari, dan angin. Di Indonesia tanaman teh hanya ditanam di dataran tinggi. Ada
kaitan erat antara tinggi tempat (elevasi) dengan suhu, yaitu semakin rendah elevasi
suhu udara akan semakin tinggi. Perbedaan ketinggian tempat yang menyebabkan
perbedaan suhu, mempengaruhi pertumbuhan perdu teh. Perkebunan teh Indonesia
berada di berbagai tingkat elevasi, jenis tanah serta arah lereng yang memberikan
variasi kemampuan adaptasi tiap klon (Setyamidjaja, 2000).
Klon teh mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam hal daya tahan terhadap
serangan tungau hama. Morfologi daun teh yang mempengaruhi kerentanan maupun
kekebalan terhadap serangan hama tungau meliputi sudut duduk daun terhadap ranting,
ukuran trikoma daun dan luas permukaan daun. Beberapa klon tersebut mempunyai
resistensi terhadap tungau karena masing-masing mengeluarkan zat metabolit sekunder
untuk melawan stadium telur, larva, nimfa, maupun dewasa tungau (Sudoi et al., 1994).
Jenis klon tanaman teh yang ditanam di PTPN IX Semugih yaitu klon Assam,
bio.unsoed.ac.id
Gambung dan TRI 2024. Rahman et al., (2010) menyatakan bahwa klon jenis Assam
yang kebanyakan ditanam di daerah tropis mempunyai hasil ekonomis yang tinggi akan
tetapi tidak toleran terhadap cuaca yang ekstrim. Kondisi ini dapat diantisipasi dengan
melakukan seleksi klon-klon teh yang tahan terhadap cekaman kekeringan sehingga
adanya perubahan iklim global tidak berpengaruh terhadap produktivitas tanaman teh.
Menurut Sahid et al., (2000) klon Gambung memiliki ciri bentuk daun lonjong, warna
daun hijau muda, permukaan daun kasar bergelombang, posisi daun tegak, daun tebal,
1
internodia sedang dan trikoma banyak. Klon yang memiliki batang keras dan sangat
tahan terhadap penyakit cacar ini sangat unggul dalam produktivitas. Klon TRI 2024
memiliki percabangan banyak, bentuk daun lonjong, warna daun hijau muda, panjang
daun 4,0-8,5 cm, lebar daun 2,2-3,6 cm, panjang tangkai 0,2-0,3 cm, tepi bergerigi,
ujung tumpul, bentuk pangkal runcing, sudut duduk daun 220-520, panjang trikoma
52,31/mm2 (Udarno & Martono, 2013).
Kondisi tanaman inang seperti umur dan keadaan fisiologis sangat berpengaruh
terhadap kepadatan populasi tungau. Produksi telur tungau pada pohon–pohon yang
sehat (dalam keadaan baik), adalah lebih banyak daripada di kebun–kebun yang tidak
terpelihara (Watson, 1975); demikian juga pada daun yang tua kurang mendapat
serangan tungau. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan nutrisi pada daun tersebut.
Nutrisi makanan berpengaruh pada keperidian (besarnya kemampuan tungau untuk
melahirkan keturunan baru), daya tetas telur, kematian dan perkembangan populasi
tungau (van de Vrie et al., 1972).
Populasi tungau predator selalu mengadakan perpindahan harian pada seluruh
bagian tanaman teh. Daun yang terdapat pada tanaman teh dibagi menjadi dua bidang,
yaitu bidang petik dan bidang pemeliharaan. Bidang petik adalah daun yang terletak di
atas yang terdiri atas daun-daun muda, sedangkan bidang pemeliharaan terletak di
bawah bidang petik yang terdiri atas daun-daun tua (Hidayati, 2001). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia preferensi memiliki arti yaitu didahulukan dan diutamakan
daripada yang lain atau kesukaan. Peneliti menganggap bahwa pada bagian bidang
pemeliharaan yang cenderung kebagian bawah ini banyak dijumpai tungau predator
Phytoseius sp. karena menyesuaikan dengan pergerakan tungau hama. Menurut Bakker
(1993) tekstur daun mempengaruhi tingkah laku dan siklus hidup tungau Phytoseiidae,
termasuk trikoma pada daun dan tangkai daun menjadi penghambat ketangkasan
predator. Daun yang berbulu adalah contoh lain yang merupakan ciri pembawaan
tumbuhan yang mempunyai efek berbeda pada spesies tungau yang berbeda.
bio.unsoed.ac.id
Menurut Price (1997) bahwa perpindahan dapat terjadi karena faktor makanan,
pasangan hidup dan wilayah, disamping faktor fisis seperti suhu, dan angin. Menurut
Odum (1971) bahwa pencaran hewan dapat terjadi karena hewan melakukan migrasi,
yaitu pindah dari satu tempat ke tempat lain. Hewan dapat pula mengadakan pencaran
karena ulah manusia, caranya bisa sengaja atau tidak sengaja. Selanjutnya menurut
Metcalf & Luckmann (1982) bahwa tungau yang hidup di tempat yang baru ini akan
cepat berkembang pada waktu sumber daya alam belum digunakan kemudian laju
2
perkembangbiakan ini menurun setelah sumber daya alam terpakai. Laju kolonisasi
spesies juga berkembang cepat oleh datangnya spesies yang cepat memencar, spesies
yang pemencarannya lambat akan datang lebih lambat pula. Hal ini menyebabkan kurva
imigrasi yang menurun cekung dan kurva mortalitas naik cekung pula karena sudah
banyak jumlah dan jenis tungau hama serta predator sehingga terjadi kompetisi
makanan dan predasi.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat
dirumuskan permasalahan bagaimanakah pencaran tungau predator Phytoseius sp. pada
wilayah jelajah (searching area). Adapun tujuan penelitian ini adalah menentukan
pencaran tungau predator Phytoseius sp. pada wilayah jelajah (searching area). Manfaat
dari penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pencaran populasi tungau
predator Phytoseius sp. pada berbagai klon tanaman teh di PTPN IX Semugih Pemalang
Jawa Tengah dan mengetahui tempat serta waktu pelepasan tungau predator Phytoseius
sp. yang tepat.
bio.unsoed.ac.id
3
Download