Document 3200786

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Perilaku Konsumtif Belanja
1. Definisi Perilaku Konsumtif Belanja
Belanja merupakan suatu konsep untuk menunjukkan suatu sikap
untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-harinya
dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang
tersebut. Pada saat ini kata belanja itu sendiri telah berkembang artinya
sebagai suatu cerminan gaya hidup dan rekreasi di kalangan masyarakat
(Tambunan, 2001)
Belanja adalah kata yang sering digunakan sehari-hari dalam konteks
perekonomian, baik di dunia usaha maupun di dalam rumah tangga.
Belanja menjadi alat pemuas keinginan mereka akan barang-barang yang
sebenarnya tidak mereka butuhkan, akan tetapi karena pengaruh trend
atau mode yang tengah berlaku, maka mereka merasa akan suatu
keharusan untuk membeli barang-barang tersebut. Sehingga dari belanja
tersebut akan menimbulkan perilaku konsumtif (Tambunan, 2001)
Menurut Salim (1996) makna kata konsumtif adalah sebuah perilaku
berkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Menurut Zebua dan
Nurdjayadi (2001) perilaku konsumtif adalah suatu tindakan yang tidak
rasional dan bersifat kompulsif sehingga secara ekonomis menimbulkan
pemborosan dan efisiensi biaya.
Menurut Suyasa dan Fransisca (2005) perilaku konsumtif adalah
tindakan membeli barang bukan untuk mecukupi kebutuhan tetapi untuk
memenuhi keinginan, yang dilakukan secara berlebihan sehingga
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
menimbulkan
keborosan.
Sedangkan
menurut
sumartono
(2002)
mengatakan bahwa perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai tindakan
menggunakan produk secara tidak tuntas. Artinya belum habis suatu
produk yang dipakai, seseorang telah menggunakan produk jenis yang
sama dari merk lain atau membeli barang karena adanya hadiah yang
ditawarkan
atau
membeli
produk
karena
banyak
orang
yang
menggunakan produk tersebut.
Menurut Fromm (1995) konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang
boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada
kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas dan dapat diartikan dengan
gaya hidup
bermewah mewahan. Menurut Fromm (1995), perilaku
mengkonsumsi produk secara berlebihan dapat berakibat Consumption
hungry. Consumption hungry adalah keinginan untuk mengkonsumsi
sesuatu secara berlebihan demi memenuhi rasa puas yang dapat
membuat seseorang menjadi konsumtif.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif belanja
adalah perilaku individu yang ditunjukkan dengan mengkonsumsi secara
berlebihan terhadap barang yang kurang atau tidak diperlukan sehingga
dapat menimbulkan keborosan
2. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif
Aspek-aspek perilaku konsumtif menurut Lina dan Rosyid (1997)
adalah:
a. Pembelian Impulsif
Aspek ini menunjukkan bahwa seorang remaja berperilaku
membeli semata-mata karena didasari oleh hasrat yang tiba-tiba /
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
keinginan
sesaat,
dilakukan
tanpa
terlebih
dahulu
mempertimbangkannya, tidak memikirkan apa yang akan terjadi
kemudian dan biasanya bersifat emosional.
b. Pemborosan
Perilaku konsumtif sebagai salah satu perilaku yang menghamburhamburkan banyak dana tanpa disadari adanya kebutuhan yang
jelas.
c. Mencari kesenangan
Suatu perilaku dimana konsumen membeli sesuatu yang dilakukan
semata- mata untuk mencari kesenangan. Salah satu yang dicari
adalah kenyamanan fisik dimana para remaja dalam hal ini dilatar
belakangi oleh sifat remaja yang akan merasa senang dan nyaman
ketika dia memakai barang yang dapat membuatnya merasa trend
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
Menurut Swastha dan Handoko (1997) munculnya perilaku konsumtif
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal :
a. Faktor Internal
Kepuasan untuk membeli suatu barang sangat dipengaruhi oleh
motivasi, harga diri, proses belajar, kepribadian dan harga diri.
1) Motivasi
Motivasi merupakan pendorong perilaku seseorang, tidak
terkecuali dalam melakukan pembelian atau penggunaan
jasa uang tersedia di pasaran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2) Harga Diri
Harga diri berpengaruh pada perilaku membeli. Orangorang dengan harga diri rendah akan cenderung lebih
mudah dipengaruhi daripada orang-orangdengan harga
diri tinggi.
3) Proses Belajar
Bahwa
pembelian
yang
dilakukan
oleh
konsumen
merupakan suatu rangkaian proses belajar. Bila ada
pengalaman masa lalu yang menyenangkan dengan suatu
barang yang dibelinya, akan menentukan seseorang untuk
membeli barang yang sama di masa yang akan datang.
Sebaliknya, pengalaman yang kurang menyenangkan di
masa lalu terhadap suatu barang akan memberikan
pelajaran kepada konsumen untuk tidak membeli di masa
yang akan datang.
4) Kepribadian
Kepribadian dapat menentukan pola perilaku seseorang,
yang dalam hal ini dapat dilihat dari tipe kepribadian orang
tersebut.
5) Konsep Diri
Konsep diri memuat ide, persepsi dan sikap yang dimiliki
oleh seseorang tentang dirinya sendiri
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif
adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi dan media
massa.
1) Kebudayaan
Manusia dengan akal budinya telah mengembangkan
berbagai macam sistem dari perilaku demi keperluan
hidupnya. Kebudayaan adalah hasil karya manusia,
mempunyai aturan atau berpola, bagian dari masyarakat,
menunjukkan kesamaan tertentu tetapi terdapat variasi
dan terintegrasi secara keseluruhan.
2) Kelas Sosial
Perilaku membeli antara lain kelas sosial yang satu akan
berbeda dengan kelas sosial yang lain. Pada umumnya
seseorang dari golongan bawah akan menggunakan
uangnya dengan lebih cermat sedangkan kelas sosial
yang golongan atas akan cenderung lebih bebas dalam
berbelanja.
3) Kelompok Referensi
Kelompok referensi didefinisikan sebagai suatu kelompok
orang yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan
perilaku konsumen. Pengaruh kelompok referensi antara
lain menentukan produk dan merk yang mereka gunakan
yang sesuai dengan aspirasi kelompok. Sementara itu,
seseorang juga akan cenderung untuk melihat kelompok
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
referensinya dalam menentukan produk yang akan
dikonsumsinya.
Kelompok
referensi
ini
lebih
kuat
pengaruhnya pada seseorang karena akan membentuk
kepribadian dan perilakunya.
4) Media Massa
media massa yaitu sarana penyampaian pesan-pesan,
aspirasi masyarakat, sebagai alat komunikasi untuk
menyebarkan berita ataupun pesan kepada masyarakat
langsung secara luas.
4. Dimensi-Dimensi Perilaku Konsumtif
Menurut Fromm (1995) terdapat dimensi-dimensi dalam perilaku
konsumtif yaitu:
a. Pemenuhan Keinginan
Rasa puas pada manusia tidak terhenti pada satu titik saja
melainkan
cenderung
meningkat.
Oleh
karena
itu
dalam
pengkonsumsian suatu hal, manusia selalu ingin lenih untuk
memenuhi rasa puasnya, walaupun sebenarnya tidak ada kebutuhan
akan barang tersebut. Sehingga individu tersebut akan memiliki
keinginan untuk membelanjakan uangnya dengan mengkonsumsi
barang dan jasa secara terus-menerus untuk memenuhi rasa
puasnya
b. Barang di Luar Jangkauan
acquistion
transitory having and using-throwing away (or if
posibble, profitable exchange for a better mode)
acquisition= constitudes the vicious.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
new
16
Jika manusia menjadi konsumtif, tindakan konsumsinya menjadi
kompulsif dan tidak rasional. Individu tersebut selalu merasa “belum
lengkap” dan mencari kepuasan akhir dengan mendapatkan barangbarang baru. Individu tersebut tidak lagi mencari kebutuhan dirinya
dan kegunaan barang itu bagi dirinya
c. Barang Tidak Produktif
Jika pengkonsumsian barang menjadi berlebihan maka kegunaan
konsumsi menjadi tidak jelas, sehingga mengakibatkan barang atau
produk tersebut menjadi tidak produktif
d. Status
Perilaku individu bisa digolongkan sebagai konsumtif jika ia
memiliki barang-barang lebih karena pertimbangan status. Manusia
mendapatkan barang-barang untuk memilikinya. Tindakan konsumsi
itu sendiri tidak lagi merupakan pengalaman yang berarti, manusiawi
dan produktif karena hanya merupakan pengalaman pemuasan untuk
mencapai suatu status melalui barang atau kegiatan yang bukan
merupakan bagian dari kebutuhan dirinya.
B. Konformitas
1. Definisi Konformitas
Menurut Sears, Taylor & Peplau (1991) konformitas adalah kecendrungan
seseorang untuk mengubah tingkah laku atau kepercayaan agar sesuai
dengan tingkah laku orang lain.
Menurut Baron dan Byrne (2003) mengatakan bahwa konformitas adalah
suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah
mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Sedangkan Myers
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
(1996) mengartikan konformitas sebagai perubahan tingkah laku atau
keyakinan individu sesuai dengan kelompoknya yang merupakan hasil dari
tekanan yang nyata atau tidak nyata dari kelompok
Dari uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konformitas
merupakan perubahan perilaku individu sebagai usaha untuk menyesuaikan
diri dan merubah keyakinan diri dengan norma kelompok acuan dikarenakan
adanya tekanan baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Dasar Pembentuk Konformitas
Menurut Baron dan Byrne (2003) terdapat dua dasar pembentuk
konformitas, yaitu:
a. Pengaruh Normatif
Penyesuaian diri dengan keinginan atau harapan orang lain untuk
mendapatkan penerimaan. Baron dan Byrne (2003) menambahkan
bahwa dalam pengaruh ini, individu berusaha untuk mematuhi
standar norma yang ada di dalam kelompok. Apabila norma ini
dilanggar, maka efeknya adalah penolakan ataupun pengasingan
oleh kelompok pada individu.
b. Pengaruh Informasional
Penyesuaian individu ataupun keinginan individu untuk memiliki
pemikiran yang sama sebagai akibat dari adanya pengaruh
menerima pendapat maupun asumsi pemikiran kelompok dan
beranggapan bahwa informasi dari kelompok lebih kaya daripada
informasi milik pribadi, sehingga individu cenderung untuk conform
dalam menyamakan pendapat atau sugesti.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
3. Jenis Konformitas
Menurut Myers (2005) konformitas dibagi menjadi dua jenis yaitu
compliance dan acceptance.
a. Compliance
Konformitas compliance adalah bentuk konformitas dimana
individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh
kelompok sementara secara pribadi tidak menyetujui perilaku
tersebut. Hal ini karena adanya pengaruh sosial normatif (normative
social influence) yang didasarkan pada keinginan individu untuk
diterima atau disukai orang lain (Baron, 2005).
b. Acceptance
Konformitas acceptance adalah suatu bentuk konformitas dimana
tingkah laku maupun keyakinan individu sesuai dengan tekanan
kelompok yang diterima.konformitas bentuk acceptance terjadi
karena adanya pengaruh sosial informasional (informational social
influence) didasarkan pada keinginan individu untuk memiliki
perpepsi yang tepat mengenai dunia sosial (Baron, 2005)
Individu melakukan konformitas dkarenakan mereka berfikir bahwa
orang lain dalam kelompok memiliki lebih banyak informasi yang tidak
diketahui (Feldman, 1985). Sementara Shaw (dalam Feldman, 1985)
menyatakan konformitas akan meningkat jika seseorang berada
dalam situasi yang membingungkan.
4. Aspek-aspek Konformitas
Sears dkk (1991) menjelaskan terdapat aspek-aspek konformitas,
aspek-aspek tersebut adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
a. Kekompakan
Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan remaja
tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan
remaja dengan kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara
anggota
kelompok
serta
harapan
memperoleh
manfaat
dari
keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu
terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk
memeperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin
kompak kelompok tersebut.
b. Kesepakatan
Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan
kuat sehingga remaja harus menyesuaikan pendapatnya dengan
pendapat
kelompok,
percaya
terhadap
kelompok
dan
tidak
melakukan penyimpangan.
c. Ketaatan
Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja membuatnya
rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya.
Bila ketaatannya tinggi maka konformitas akan tinggi juga. Salah satu
cara untuk memaksimalkan ketaatan adalah dengan menempatkan
individu dalam situasi yang terkendali, dimana segala sesuatunya
diatur sedemikian rupa dan meningktakan tekanan agar menampilakn
perilaku yang diinginkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
5. Faktor-faktor yang Memengaruhi konformitas
Menurut Baron dan Byrne (2005), menjelaskan bahwa terdapat
beberapa faktor yang memengaruhi konformitas, faktor-faktor tersebut
adalah:
a. Pengaruh dari Orang-orang yang Disukai
Orang-orang yang disukai akan memberikan pengaruh lebih
besar. Perkataan dan perilaku mereka cenderung akan diikuti oleh
orang lain yang menyukai dan dekat dengan mereka.
b. Kekompakkan Kelompok
Kekompakan kelompok sering disebut sebagai kohesivitas.
Semakain kohesif suatu kelompok maka akan semakin kuat
pengaruhnya dalam membentuk pola pikir dan perilaku anggota
kelompok.
c. Ukuran Kelompok dan Tekanan Sosial
Konformitas akan meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah
anggota kelompok. Semakin besar kelompok tersebut maka akan
semakin besar pula kecendrungan untuk ikut serta, walaupun
mungkin akan menerapkan sesuatu yang berbeda dari yang
sebenarnya yang kita inginkan.
d. Norma Sosial Deskriptif dan Norma Sosial Injungtif
Norma deksriptif adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa
yang sebagia orang lakukan pada situasi tertentu. Norma ini akan
memengaruhi tingkah laku kita dengan cara memberitahu kita
mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau bersifat adaptif
dari
situasi
tertentu.
Sementara
itu,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
norma
injungtif
akan
21
memengaruhi kita dalam menetapkan apa yang harus dilakukan dan
tingah laku apa yang diterima dan tidak diterima pada situasi tertentu.
C. Intensitas Iklan
1. Definisi Intensitas Iklan
Menurut Ajzen (1991) intensitas merupakan suatu usaha seseorang
atau individu dalam melakukan tindakan tertentu. Seseorang yang
melakukan suatu usaha tertentu memiliki jumlah pada pola tindakan atau
perilaku yang sama, yang didalamnya adalah usaha tertentu dari orang
tersebut untuk mendapatkan pemuas kebutuhannya. Azwar (2000)
mengartian intensitas sebagai kekuatan atau kedalaman sikap terhadap
sesuatu. Tingkat kedalaman meliputi kemampuan, kekuatan, daya atau
konsentrasi terhadap sesuatu atau tingkat keseringan. Menurut Peter dan
Olson (2000) iklan (advertising) adalah penyajian informasi non personal
tentang suatu produk, merk, perusahaan atau toko yang dilakukan dengan
bayaran tertentu. Menurut Kotler (2008) iklan adalah segala bentuk
penyajian non personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor
tertentu yang memerlukan pembayaran. Iklan adalah seluruh proses yang
meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan iklan
(Fandy, 1997)
Menurut Suyanto (2004) iklan adalah penggunaan media bayaran oleh
seseorang penjual untuk mengkomunikasikan informasi persuasif tentang
produk (ide, barang dan jasa) ataupun organisasi yang merupakan alat
promosi yang kuat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan bagian
dari komunikasi yang terdiri dari berbagai kegiatan untuk memberikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
informasi dari komunikasi pasar sasaran akan adanya suatu produk baik
berupa barang, jasa dan ide.
2. Jenis-jenis Iklan
Menurut Larreche (2000) jenis iklan dibagi menjadi tiga jenis yaitu iklan
merk (brand advertising), iklan kerjasama (cooperative advertising), dan iklan
korporasi (cooperate-institusional advertising)
a. Iklan Merk (Brand Advertising)
Membantu meningkatkan penjualan merk dengan mendorong
konsumen untuk beralih dari merk-merk pesaing, meningkatkan
konsumsi diantara pengguna sekarang, menarik nonpengguna dari
jenis produk, dan mempertahankan penjualan para pengguna
sekarang.
b. Iklan Kerjasama (Cooperative Advertising)
Upaya gabungan yang dilakukan perusahaan manufaktur dan
pengecer untuk menjual produk tertentu.
c. Iklan Korporasi (Cooperate-Institusional Advertising)
Berbeda dari iklan produk dalam hal tujuan, yaitu untuk memberi
manfaat pada perusahaan dengan membangung sikap yang
mengesankan terhadap perusahaan secara keseluruhan. Iklan
korporasi mencakup iklan isu (issue advertising) dan iklan hubungan
investor (investor relation). Iklan isu dirancang untuk mendukung isu
sosial
atau
ekonomi
tertentu
dimana
perusahaan
memiliki
kepentingan yang kuat. Iklan hubungan investor dirancang untuk
menghasilkan
kesadaran
dengan
membangun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sikap
yang
23
menyenangkan terhadap perusahaan diantara analis keuangan dan
investor.
3. Tujuan dan Fungsi Periklanan
Menurut Swastha (1996) fungsi dari periklanan yaitu:
a. Memberikan Informasi
Periklanan dapat memberikan informasi lebih banyak dari pada
lainnya, baik tentang barangnya, harganya, atau pun informasi lain
yang mempunyai kegunaan bagi konsumen.
b. Membujuk atau Mempengaruhi
Periklanan tidak hanya berfungsi memberitahukan saja, tetapi juga
bersifat membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial,
dengan menyatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik
daripada produk lainnya.
c. Menciptakan Kesan (Image)
Pemasangan iklan selalu berusaha untuk menciptkan iklan sebaikbaiknya, misalnya dengan menggunakan warna, ilustrasi bentuk,
dan susunan yang menarik. Tindakan tersebut bertujuan agar
sebuah iklan, orang akan mempunyai suatu kesan tertentu pada
masyarakat untuk melakukan pembelian secara rasional dan
ekonomis.
d. Memuaskan Keinginan
Periklanan merupakan suatu alat yang dapat dipakai untuk
mencapai
tujuan
yang
berupa
memuaskan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pertukaran
yang
saling
24
e. Sebagai Alat Komunikasi
Periklanan merupakan suatu alat untuk membuka komunikasi dua
arah antara penjual dan pembeli sehingga keinginan mereka
dapat terpenuhi dengan efektif dan efisien.
Fungsi iklan menurut Shimp (2003):
a. Informing (Memberi Informasi)
Periklanan membut konsumen sadar akan merk-merk baru,
mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merk,
serta memfasilitasi penciptaan merk yang positif. Karena
merupakan suatu bentuk komunikasi yang efektif.
b. Persuading (Membujuk)
Iklan mampu membujuk pelanggan untuk mencoba produk
dan jasa yang diiklankan.
c. Reminding (Mengingat)
Iklan menjaga agak merk perusahaan tetap segar dalam
ingatan konsumen. Periklanan yang efektif juga meningkatkan
minat konsumen terhadap merk yang sudah ada.
d. Adding Value (Menambah Nilai)
Terdapat tiga cara mendasar dimana perusahaan bisa
menjadikan nilai tambah bagi penawaran mereka yaitu inovasi,
penyempurnaan kualitas dan mengubah persepsi konsumen.
4. Efektifitas Iklan
Menurut Kotler (2008) sebuah iklan yang baik atau efektif adalah
sebuah iklan yang diciptakan untuk pelanggan yang spesifik, dan iklan
yang memikirkan dan memahami kebutuhan pelanggan, selain itu iklan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
yang efektif adalah iklan yang dapat mengkomunikasikan keuntungan
yang spesifik, menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil
oleh konsumen, mendapatkan perhatian dan diingat serta membuat
konsumen
untuk
melakukan
pembelian.
Adapun
hal-hal
yang
mempengaruhi efektifitas periklanan sebagai berikut:
a. Durasi
Iklan yang efektif adalah tidak menayangkan iklan dalam waktu
yang terlalu lama. Agar konsumen tidak mejadi bosen terhadap
produk yang sedang diiklankan.
b. Atensi
Dapat
menimbulkan
perhatian.
Maksudnya
adalah
dalam
menyajikan suatu iklan harus dapat menimbulkan perhatian baik
dalam bentuk dan media apapun, dimana perhatian itu dapat
bertujuan secara umum atau khusus kepada calon konsumen
yang dituju. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat gambar
atau tulisan-tulisan yang menarik atau menyolok, lagu yang
menarik dan mudah untuk diingat, kata-kata yang menarik
misalnya mengandung janji, jaminan, keistimewaan, anjuran dan
sebagainya
c. Endorser
Peranan endorser atau pendukung dalam iklan sangatlah penting.
Kebutuhan endorser pun semakin berkembang dalam bentuknya
sekarang ini. Kebanyakan pemilik merek merangkul para
endorser dari orang yang sudah terkenal untuk mendapatkan
perhatian publik yang lebih banyak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
d. Isi Pesan
Ide atau informasi yang dikomunikasikan kepada seseorang
melalui media iklan. Dimana isi pesan iklan harus dimengerti dan
dipahami oleh sasaran (konsumen). Isi pesan yang dibuat dalam
sebuah iklan harus jelas, singkat dan padat agar konsumen
mengerti apa isi yang terdapat dalam suatu iklan.
D. Remaja
1. Definisi Remaja
Masa remaja adalah peralihan masa perkembangan antara masa
kanak-kanan menuju masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada
aspek fisik, kognitif dan psikososial (papalia et al., 2009). Selaras dengan
dengan dariyo (2004), remaja adalah masa transisi atau peralihan dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya
perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial.
Dariyo (2004) menggolongkan remaja menjadi 3 tahap yaitu remaja
awal (usia 12-14 tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun) dan remaja
akhir (usia 18-21 tahun).
Dari pemaparan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa remaja
adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa
yang meliputi perubahan terhadap fisik, psikis, kognitif dan psikososial
yang rentang usia 13-21 tahun.
2. Karakteristik Masa Remaja
Menurut Gunawan (2011), sebagai periode yang paling penting,
masa remaja ini memiliki karakteristik yang khas jika dibandingkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
dengan periode-periode perkembangan lainnya. Adapun rinciannya
adalah sebagai berikut:
a. Masa Remaja adalah Periode yang Penting
Periode ini memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik
dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah menuntut
individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat
pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minat yang baru.
b. Masa Remaja adalah Masa Peralihan
Periode ini menurut seorang anak untuk meninggalkan sifat
kekananak-kanakannnya dan harus mempelajari pola-pola perilaku
dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan polapola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini,
seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengenai peran
yang dituntut oleh lingkungan.
c. Masa Remaja adalah Periode Perubahan
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara
cepat, perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya
perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat.
d. Masa Remaja adalah Usia Bermasalah
Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani
baik bagi anak pria maupun wanita.
e. Masa Remaja adalah Masa Pencarian Identitas Diri
Pada periode ini, mereka mencoba mencari identitas diri dengan
berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan
kelompoknya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
f.
Masa Remaja adalah Usia yang Ditakutkan
Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh invidu itu sendiri dan
lingkungan.
Gambaran-gambaran
negatif
yang
ada
dibenak
masyarakat mengenai perilaku remaja memengaruhi cara mereka
berinteraksi dengan remaja.
g. Masa Remaja adalah Ambang dari Masa Dewasa
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap
dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype
remaja dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa.
Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang
dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk
memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan
status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obatobatan bahkan melakukan hubungan seksual.
E. Kerangka Berpikir
Konformitas (X1)
Perilaku Konsumtif Belanja (y)
Intensitas Iklan (X2)
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa apabila semakin tinggi
konformitas dan intensitas iklan maka semakin meningkat perilaku
konsumtifnya, namun sebaliknya apabila konfomitas dan intensitas iklan
semakin rendah maka perilaku konsumtifnya akan menurun
F. Hipotesis
Ho
: Tidak terdapat pengaruh konformitas dan intensitas iklan
terhadap perilaku konsumtif belanja pada remaja
H1
: Terdapat pengaruh konformitas dan intensitas iklan terhadap
perilaku konsumtif belanja pada remaja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download