BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif Belanja 1. Definisi Perilaku Konsumtif Belanja Belanja merupakan suatu konsep untuk menunjukkan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-harinya dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut. Pada saat ini kata belanja itu sendiri telah berkembang artinya sebagai suatu cerminan gaya hidup dan rekreasi di kalangan masyarakat (Tambunan, 2001) Belanja adalah kata yang sering digunakan sehari-hari dalam konteks perekonomian, baik di dunia usaha maupun di dalam rumah tangga. Belanja menjadi alat pemuas keinginan mereka akan barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, akan tetapi karena pengaruh trend atau mode yang tengah berlaku, maka mereka merasa akan suatu keharusan untuk membeli barang-barang tersebut. Sehingga dari belanja tersebut akan menimbulkan perilaku konsumtif (Tambunan, 2001) Menurut Salim (1996) makna kata konsumtif adalah sebuah perilaku berkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Menurut Zebua dan Nurdjayadi (2001) perilaku konsumtif adalah suatu tindakan yang tidak rasional dan bersifat kompulsif sehingga secara ekonomis menimbulkan pemborosan dan efisiensi biaya. Menurut Suyasa dan Fransisca (2005) perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang bukan untuk mecukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi keinginan, yang dilakukan secara berlebihan sehingga 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 menimbulkan keborosan. Sedangkan menurut sumartono (2002) mengatakan bahwa perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai tindakan menggunakan produk secara tidak tuntas. Artinya belum habis suatu produk yang dipakai, seseorang telah menggunakan produk jenis yang sama dari merk lain atau membeli barang karena adanya hadiah yang ditawarkan atau membeli produk karena banyak orang yang menggunakan produk tersebut. Menurut Fromm (1995) konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas dan dapat diartikan dengan gaya hidup bermewah mewahan. Menurut Fromm (1995), perilaku mengkonsumsi produk secara berlebihan dapat berakibat Consumption hungry. Consumption hungry adalah keinginan untuk mengkonsumsi sesuatu secara berlebihan demi memenuhi rasa puas yang dapat membuat seseorang menjadi konsumtif. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif belanja adalah perilaku individu yang ditunjukkan dengan mengkonsumsi secara berlebihan terhadap barang yang kurang atau tidak diperlukan sehingga dapat menimbulkan keborosan 2. Aspek-aspek Perilaku Konsumtif Aspek-aspek perilaku konsumtif menurut Lina dan Rosyid (1997) adalah: a. Pembelian Impulsif Aspek ini menunjukkan bahwa seorang remaja berperilaku membeli semata-mata karena didasari oleh hasrat yang tiba-tiba / http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 keinginan sesaat, dilakukan tanpa terlebih dahulu mempertimbangkannya, tidak memikirkan apa yang akan terjadi kemudian dan biasanya bersifat emosional. b. Pemborosan Perilaku konsumtif sebagai salah satu perilaku yang menghamburhamburkan banyak dana tanpa disadari adanya kebutuhan yang jelas. c. Mencari kesenangan Suatu perilaku dimana konsumen membeli sesuatu yang dilakukan semata- mata untuk mencari kesenangan. Salah satu yang dicari adalah kenyamanan fisik dimana para remaja dalam hal ini dilatar belakangi oleh sifat remaja yang akan merasa senang dan nyaman ketika dia memakai barang yang dapat membuatnya merasa trend 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif Menurut Swastha dan Handoko (1997) munculnya perilaku konsumtif disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal : a. Faktor Internal Kepuasan untuk membeli suatu barang sangat dipengaruhi oleh motivasi, harga diri, proses belajar, kepribadian dan harga diri. 1) Motivasi Motivasi merupakan pendorong perilaku seseorang, tidak terkecuali dalam melakukan pembelian atau penggunaan jasa uang tersedia di pasaran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 2) Harga Diri Harga diri berpengaruh pada perilaku membeli. Orangorang dengan harga diri rendah akan cenderung lebih mudah dipengaruhi daripada orang-orangdengan harga diri tinggi. 3) Proses Belajar Bahwa pembelian yang dilakukan oleh konsumen merupakan suatu rangkaian proses belajar. Bila ada pengalaman masa lalu yang menyenangkan dengan suatu barang yang dibelinya, akan menentukan seseorang untuk membeli barang yang sama di masa yang akan datang. Sebaliknya, pengalaman yang kurang menyenangkan di masa lalu terhadap suatu barang akan memberikan pelajaran kepada konsumen untuk tidak membeli di masa yang akan datang. 4) Kepribadian Kepribadian dapat menentukan pola perilaku seseorang, yang dalam hal ini dapat dilihat dari tipe kepribadian orang tersebut. 5) Konsep Diri Konsep diri memuat ide, persepsi dan sikap yang dimiliki oleh seseorang tentang dirinya sendiri http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi dan media massa. 1) Kebudayaan Manusia dengan akal budinya telah mengembangkan berbagai macam sistem dari perilaku demi keperluan hidupnya. Kebudayaan adalah hasil karya manusia, mempunyai aturan atau berpola, bagian dari masyarakat, menunjukkan kesamaan tertentu tetapi terdapat variasi dan terintegrasi secara keseluruhan. 2) Kelas Sosial Perilaku membeli antara lain kelas sosial yang satu akan berbeda dengan kelas sosial yang lain. Pada umumnya seseorang dari golongan bawah akan menggunakan uangnya dengan lebih cermat sedangkan kelas sosial yang golongan atas akan cenderung lebih bebas dalam berbelanja. 3) Kelompok Referensi Kelompok referensi didefinisikan sebagai suatu kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku konsumen. Pengaruh kelompok referensi antara lain menentukan produk dan merk yang mereka gunakan yang sesuai dengan aspirasi kelompok. Sementara itu, seseorang juga akan cenderung untuk melihat kelompok http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 referensinya dalam menentukan produk yang akan dikonsumsinya. Kelompok referensi ini lebih kuat pengaruhnya pada seseorang karena akan membentuk kepribadian dan perilakunya. 4) Media Massa media massa yaitu sarana penyampaian pesan-pesan, aspirasi masyarakat, sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita ataupun pesan kepada masyarakat langsung secara luas. 4. Dimensi-Dimensi Perilaku Konsumtif Menurut Fromm (1995) terdapat dimensi-dimensi dalam perilaku konsumtif yaitu: a. Pemenuhan Keinginan Rasa puas pada manusia tidak terhenti pada satu titik saja melainkan cenderung meningkat. Oleh karena itu dalam pengkonsumsian suatu hal, manusia selalu ingin lenih untuk memenuhi rasa puasnya, walaupun sebenarnya tidak ada kebutuhan akan barang tersebut. Sehingga individu tersebut akan memiliki keinginan untuk membelanjakan uangnya dengan mengkonsumsi barang dan jasa secara terus-menerus untuk memenuhi rasa puasnya b. Barang di Luar Jangkauan acquistion transitory having and using-throwing away (or if posibble, profitable exchange for a better mode) acquisition= constitudes the vicious. http://digilib.mercubuana.ac.id/ new 16 Jika manusia menjadi konsumtif, tindakan konsumsinya menjadi kompulsif dan tidak rasional. Individu tersebut selalu merasa “belum lengkap” dan mencari kepuasan akhir dengan mendapatkan barangbarang baru. Individu tersebut tidak lagi mencari kebutuhan dirinya dan kegunaan barang itu bagi dirinya c. Barang Tidak Produktif Jika pengkonsumsian barang menjadi berlebihan maka kegunaan konsumsi menjadi tidak jelas, sehingga mengakibatkan barang atau produk tersebut menjadi tidak produktif d. Status Perilaku individu bisa digolongkan sebagai konsumtif jika ia memiliki barang-barang lebih karena pertimbangan status. Manusia mendapatkan barang-barang untuk memilikinya. Tindakan konsumsi itu sendiri tidak lagi merupakan pengalaman yang berarti, manusiawi dan produktif karena hanya merupakan pengalaman pemuasan untuk mencapai suatu status melalui barang atau kegiatan yang bukan merupakan bagian dari kebutuhan dirinya. B. Konformitas 1. Definisi Konformitas Menurut Sears, Taylor & Peplau (1991) konformitas adalah kecendrungan seseorang untuk mengubah tingkah laku atau kepercayaan agar sesuai dengan tingkah laku orang lain. Menurut Baron dan Byrne (2003) mengatakan bahwa konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Sedangkan Myers http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 (1996) mengartikan konformitas sebagai perubahan tingkah laku atau keyakinan individu sesuai dengan kelompoknya yang merupakan hasil dari tekanan yang nyata atau tidak nyata dari kelompok Dari uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku individu sebagai usaha untuk menyesuaikan diri dan merubah keyakinan diri dengan norma kelompok acuan dikarenakan adanya tekanan baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Dasar Pembentuk Konformitas Menurut Baron dan Byrne (2003) terdapat dua dasar pembentuk konformitas, yaitu: a. Pengaruh Normatif Penyesuaian diri dengan keinginan atau harapan orang lain untuk mendapatkan penerimaan. Baron dan Byrne (2003) menambahkan bahwa dalam pengaruh ini, individu berusaha untuk mematuhi standar norma yang ada di dalam kelompok. Apabila norma ini dilanggar, maka efeknya adalah penolakan ataupun pengasingan oleh kelompok pada individu. b. Pengaruh Informasional Penyesuaian individu ataupun keinginan individu untuk memiliki pemikiran yang sama sebagai akibat dari adanya pengaruh menerima pendapat maupun asumsi pemikiran kelompok dan beranggapan bahwa informasi dari kelompok lebih kaya daripada informasi milik pribadi, sehingga individu cenderung untuk conform dalam menyamakan pendapat atau sugesti. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 3. Jenis Konformitas Menurut Myers (2005) konformitas dibagi menjadi dua jenis yaitu compliance dan acceptance. a. Compliance Konformitas compliance adalah bentuk konformitas dimana individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok sementara secara pribadi tidak menyetujui perilaku tersebut. Hal ini karena adanya pengaruh sosial normatif (normative social influence) yang didasarkan pada keinginan individu untuk diterima atau disukai orang lain (Baron, 2005). b. Acceptance Konformitas acceptance adalah suatu bentuk konformitas dimana tingkah laku maupun keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterima.konformitas bentuk acceptance terjadi karena adanya pengaruh sosial informasional (informational social influence) didasarkan pada keinginan individu untuk memiliki perpepsi yang tepat mengenai dunia sosial (Baron, 2005) Individu melakukan konformitas dkarenakan mereka berfikir bahwa orang lain dalam kelompok memiliki lebih banyak informasi yang tidak diketahui (Feldman, 1985). Sementara Shaw (dalam Feldman, 1985) menyatakan konformitas akan meningkat jika seseorang berada dalam situasi yang membingungkan. 4. Aspek-aspek Konformitas Sears dkk (1991) menjelaskan terdapat aspek-aspek konformitas, aspek-aspek tersebut adalah: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 a. Kekompakan Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan remaja tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan remaja dengan kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memeperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin kompak kelompok tersebut. b. Kesepakatan Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga remaja harus menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok, percaya terhadap kelompok dan tidak melakukan penyimpangan. c. Ketaatan Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatannya tinggi maka konformitas akan tinggi juga. Salah satu cara untuk memaksimalkan ketaatan adalah dengan menempatkan individu dalam situasi yang terkendali, dimana segala sesuatunya diatur sedemikian rupa dan meningktakan tekanan agar menampilakn perilaku yang diinginkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 5. Faktor-faktor yang Memengaruhi konformitas Menurut Baron dan Byrne (2005), menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi konformitas, faktor-faktor tersebut adalah: a. Pengaruh dari Orang-orang yang Disukai Orang-orang yang disukai akan memberikan pengaruh lebih besar. Perkataan dan perilaku mereka cenderung akan diikuti oleh orang lain yang menyukai dan dekat dengan mereka. b. Kekompakkan Kelompok Kekompakan kelompok sering disebut sebagai kohesivitas. Semakain kohesif suatu kelompok maka akan semakin kuat pengaruhnya dalam membentuk pola pikir dan perilaku anggota kelompok. c. Ukuran Kelompok dan Tekanan Sosial Konformitas akan meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok. Semakin besar kelompok tersebut maka akan semakin besar pula kecendrungan untuk ikut serta, walaupun mungkin akan menerapkan sesuatu yang berbeda dari yang sebenarnya yang kita inginkan. d. Norma Sosial Deskriptif dan Norma Sosial Injungtif Norma deksriptif adalah norma yang hanya mendeskripsikan apa yang sebagia orang lakukan pada situasi tertentu. Norma ini akan memengaruhi tingkah laku kita dengan cara memberitahu kita mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau bersifat adaptif dari situasi tertentu. Sementara itu, http://digilib.mercubuana.ac.id/ norma injungtif akan 21 memengaruhi kita dalam menetapkan apa yang harus dilakukan dan tingah laku apa yang diterima dan tidak diterima pada situasi tertentu. C. Intensitas Iklan 1. Definisi Intensitas Iklan Menurut Ajzen (1991) intensitas merupakan suatu usaha seseorang atau individu dalam melakukan tindakan tertentu. Seseorang yang melakukan suatu usaha tertentu memiliki jumlah pada pola tindakan atau perilaku yang sama, yang didalamnya adalah usaha tertentu dari orang tersebut untuk mendapatkan pemuas kebutuhannya. Azwar (2000) mengartian intensitas sebagai kekuatan atau kedalaman sikap terhadap sesuatu. Tingkat kedalaman meliputi kemampuan, kekuatan, daya atau konsentrasi terhadap sesuatu atau tingkat keseringan. Menurut Peter dan Olson (2000) iklan (advertising) adalah penyajian informasi non personal tentang suatu produk, merk, perusahaan atau toko yang dilakukan dengan bayaran tertentu. Menurut Kotler (2008) iklan adalah segala bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Iklan adalah seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan iklan (Fandy, 1997) Menurut Suyanto (2004) iklan adalah penggunaan media bayaran oleh seseorang penjual untuk mengkomunikasikan informasi persuasif tentang produk (ide, barang dan jasa) ataupun organisasi yang merupakan alat promosi yang kuat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan bagian dari komunikasi yang terdiri dari berbagai kegiatan untuk memberikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 informasi dari komunikasi pasar sasaran akan adanya suatu produk baik berupa barang, jasa dan ide. 2. Jenis-jenis Iklan Menurut Larreche (2000) jenis iklan dibagi menjadi tiga jenis yaitu iklan merk (brand advertising), iklan kerjasama (cooperative advertising), dan iklan korporasi (cooperate-institusional advertising) a. Iklan Merk (Brand Advertising) Membantu meningkatkan penjualan merk dengan mendorong konsumen untuk beralih dari merk-merk pesaing, meningkatkan konsumsi diantara pengguna sekarang, menarik nonpengguna dari jenis produk, dan mempertahankan penjualan para pengguna sekarang. b. Iklan Kerjasama (Cooperative Advertising) Upaya gabungan yang dilakukan perusahaan manufaktur dan pengecer untuk menjual produk tertentu. c. Iklan Korporasi (Cooperate-Institusional Advertising) Berbeda dari iklan produk dalam hal tujuan, yaitu untuk memberi manfaat pada perusahaan dengan membangung sikap yang mengesankan terhadap perusahaan secara keseluruhan. Iklan korporasi mencakup iklan isu (issue advertising) dan iklan hubungan investor (investor relation). Iklan isu dirancang untuk mendukung isu sosial atau ekonomi tertentu dimana perusahaan memiliki kepentingan yang kuat. Iklan hubungan investor dirancang untuk menghasilkan kesadaran dengan membangun http://digilib.mercubuana.ac.id/ sikap yang 23 menyenangkan terhadap perusahaan diantara analis keuangan dan investor. 3. Tujuan dan Fungsi Periklanan Menurut Swastha (1996) fungsi dari periklanan yaitu: a. Memberikan Informasi Periklanan dapat memberikan informasi lebih banyak dari pada lainnya, baik tentang barangnya, harganya, atau pun informasi lain yang mempunyai kegunaan bagi konsumen. b. Membujuk atau Mempengaruhi Periklanan tidak hanya berfungsi memberitahukan saja, tetapi juga bersifat membujuk terutama kepada pembeli-pembeli potensial, dengan menyatakan bahwa suatu produk adalah lebih baik daripada produk lainnya. c. Menciptakan Kesan (Image) Pemasangan iklan selalu berusaha untuk menciptkan iklan sebaikbaiknya, misalnya dengan menggunakan warna, ilustrasi bentuk, dan susunan yang menarik. Tindakan tersebut bertujuan agar sebuah iklan, orang akan mempunyai suatu kesan tertentu pada masyarakat untuk melakukan pembelian secara rasional dan ekonomis. d. Memuaskan Keinginan Periklanan merupakan suatu alat yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan yang berupa memuaskan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ pertukaran yang saling 24 e. Sebagai Alat Komunikasi Periklanan merupakan suatu alat untuk membuka komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi dengan efektif dan efisien. Fungsi iklan menurut Shimp (2003): a. Informing (Memberi Informasi) Periklanan membut konsumen sadar akan merk-merk baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merk, serta memfasilitasi penciptaan merk yang positif. Karena merupakan suatu bentuk komunikasi yang efektif. b. Persuading (Membujuk) Iklan mampu membujuk pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. c. Reminding (Mengingat) Iklan menjaga agak merk perusahaan tetap segar dalam ingatan konsumen. Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat konsumen terhadap merk yang sudah ada. d. Adding Value (Menambah Nilai) Terdapat tiga cara mendasar dimana perusahaan bisa menjadikan nilai tambah bagi penawaran mereka yaitu inovasi, penyempurnaan kualitas dan mengubah persepsi konsumen. 4. Efektifitas Iklan Menurut Kotler (2008) sebuah iklan yang baik atau efektif adalah sebuah iklan yang diciptakan untuk pelanggan yang spesifik, dan iklan yang memikirkan dan memahami kebutuhan pelanggan, selain itu iklan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 yang efektif adalah iklan yang dapat mengkomunikasikan keuntungan yang spesifik, menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil oleh konsumen, mendapatkan perhatian dan diingat serta membuat konsumen untuk melakukan pembelian. Adapun hal-hal yang mempengaruhi efektifitas periklanan sebagai berikut: a. Durasi Iklan yang efektif adalah tidak menayangkan iklan dalam waktu yang terlalu lama. Agar konsumen tidak mejadi bosen terhadap produk yang sedang diiklankan. b. Atensi Dapat menimbulkan perhatian. Maksudnya adalah dalam menyajikan suatu iklan harus dapat menimbulkan perhatian baik dalam bentuk dan media apapun, dimana perhatian itu dapat bertujuan secara umum atau khusus kepada calon konsumen yang dituju. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat gambar atau tulisan-tulisan yang menarik atau menyolok, lagu yang menarik dan mudah untuk diingat, kata-kata yang menarik misalnya mengandung janji, jaminan, keistimewaan, anjuran dan sebagainya c. Endorser Peranan endorser atau pendukung dalam iklan sangatlah penting. Kebutuhan endorser pun semakin berkembang dalam bentuknya sekarang ini. Kebanyakan pemilik merek merangkul para endorser dari orang yang sudah terkenal untuk mendapatkan perhatian publik yang lebih banyak. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 d. Isi Pesan Ide atau informasi yang dikomunikasikan kepada seseorang melalui media iklan. Dimana isi pesan iklan harus dimengerti dan dipahami oleh sasaran (konsumen). Isi pesan yang dibuat dalam sebuah iklan harus jelas, singkat dan padat agar konsumen mengerti apa isi yang terdapat dalam suatu iklan. D. Remaja 1. Definisi Remaja Masa remaja adalah peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanan menuju masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif dan psikososial (papalia et al., 2009). Selaras dengan dengan dariyo (2004), remaja adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Dariyo (2004) menggolongkan remaja menjadi 3 tahap yaitu remaja awal (usia 12-14 tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun) dan remaja akhir (usia 18-21 tahun). Dari pemaparan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi perubahan terhadap fisik, psikis, kognitif dan psikososial yang rentang usia 13-21 tahun. 2. Karakteristik Masa Remaja Menurut Gunawan (2011), sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakteristik yang khas jika dibandingkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 dengan periode-periode perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: a. Masa Remaja adalah Periode yang Penting Periode ini memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minat yang baru. b. Masa Remaja adalah Masa Peralihan Periode ini menurut seorang anak untuk meninggalkan sifat kekananak-kanakannnya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan polapola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengenai peran yang dituntut oleh lingkungan. c. Masa Remaja adalah Periode Perubahan Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. d. Masa Remaja adalah Usia Bermasalah Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik bagi anak pria maupun wanita. e. Masa Remaja adalah Masa Pencarian Identitas Diri Pada periode ini, mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 f. Masa Remaja adalah Usia yang Ditakutkan Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh invidu itu sendiri dan lingkungan. Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat mengenai perilaku remaja memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan remaja. g. Masa Remaja adalah Ambang dari Masa Dewasa Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obatobatan bahkan melakukan hubungan seksual. E. Kerangka Berpikir Konformitas (X1) Perilaku Konsumtif Belanja (y) Intensitas Iklan (X2) Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa apabila semakin tinggi konformitas dan intensitas iklan maka semakin meningkat perilaku konsumtifnya, namun sebaliknya apabila konfomitas dan intensitas iklan semakin rendah maka perilaku konsumtifnya akan menurun F. Hipotesis Ho : Tidak terdapat pengaruh konformitas dan intensitas iklan terhadap perilaku konsumtif belanja pada remaja H1 : Terdapat pengaruh konformitas dan intensitas iklan terhadap perilaku konsumtif belanja pada remaja http://digilib.mercubuana.ac.id/