6 BAB II LANDASAN TEORETIS A. Metode Tutorial 1. Pengertian

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A.
Metode Tutorial
1.
Pengertian Metode
Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan sistemik yang sangat
kompleks. Untuk mendapatkan suatu hasil pembelajaran yang baik perlu disusun
suatu metode yang efektif dan efisien. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Pengertian metode yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan Surakhmad
(1986: 75) yang menjelaskan bahwa metode adalah cara, yang di dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Pendapat di atas sesuai dengan yang disampaikan Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan
Nasional (2008), yang menjelaskan bahwa metode merupakan upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, ditemukan kata kunci
yang menjadi prinsip mendasar dari metode, yaitu ‘cara’, ‘sistem’ dan ‘tujuan’.
6
7
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pada prinsipnya yaitu suatu
cara yang dijalankan secara sistemik untuk mencapai suatu tujuan.
Ahmadi (1997: 52) menyatakan:
“metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara
mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Metode
pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,
baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat
diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik”
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai
media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini
mendorong seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam penyampaian
materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa. Mengajar secara efektif
sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar.
2.
Pengertian Tutorial
Dasar pemikiran tentang tutorial adalah siswa yang pandai memberikan
bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat
dilakukan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah atau di luar sekolah/di luar
jam mata pelajaran (Semiawan, 1985: 94).
Sama hal nya dengan Semiawan, Ischak dan Warji (2003: 82)
mengemukakan bahwa: ”tutorial adalah sekelompok siswa yang telah tuntas
terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.”
8
Ketuntasan dalan belajar tidak selalu berarti telah menyelesaikan tingkatan
atau kelas tertentu, tetapi lebih mengarah kepada ketuntasan pada bidang atau sub
pelajaran tertentu dengan hasil evaluasi yang cukup memuaskan, sehingga siswa
yang telah tuntas tersebut bisa membantu siswa lainnya.
Pendapat yang lebih rinci disampaikan oleh Ahmadi (1997: 73), yang
berpendapat bahwa tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk
pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk arahan dan motivasi agar para siswa
belajar secara efisien dan efektif.
Selanjutnya, Ahmadi menjabarkan apa yang dimaksud dengan bimbingan,
bantuan, petunjuk/arahan, dan motivasi dalam tutorial sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
3.
Bimbingan berarti membantu para siswa memecahkan masalahmasalah belajar,
Pemberian bantuan berarti membantu siswa dalam mempelajari
materi modul,
Petunjuk berarti memberikan penjelasan tentang cara belajar secara
efektif dan efisien,
Arahan berarti mengarahkan para siswa dalam mempelajari masingmasing modul,
Motivasi berarti menggerakan kegiatan para siswa dalam mempelajari
modul-modul, mengerjakan tugas-tugas dan mengikuti penilaian.
Ciri-Ciri Metode Tutorial
Suhito (1984: 64) menjelaskan bahwa dalam model pembelajaran tutorial
terdapat ciri-ciri yang menjadi kekhasan dari model pembelajaran ini. Ciri-ciri itu
antara lain sebagai berikut:
9
a.
Tujuan pengajaran dari model pembelajaran tutorial ini adalah
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah secara rasional, mengembangkan
sikap sosial dan semangat gotong royong dalam kehidupan,
mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap
anggota merasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung
jawab, mengembangkan kemampuan kepemimpinan ketrampilan
pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok.
b.
Siswa dalam pembelajaran ini memiliki ciri – ciri :
•
Tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok
•
Tiap siswa merasa sadar diri memiliki tujuan bersama berupa
tujuan kelompok
•
Memiliki rasa saling membutuhkan dan tergantung
•
Interaksi dan komunikasi antar anggota
•
Ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab
kelompok
c.
Guru berperan dalam pembentukan kelompok, perencanaan tugas
kelompok, pelaksanaan, dan tahap evaluasi hasil belajar kelompok.
Dalam tahap pembentukan kelompok dipertimbangkan antara lain
tujuan yang akan diperoleh siswa dalam kelompok (latihan
bergotong-royong, peningkatan kecepatan dan ketepatan kerja, dan
lain-lain), latar belakang pengalaman siswa, minat / pusat perhatian
10
siswa.
Dalam
tahap
perencanaan
tugas
kelompok,
guru
memperhatikan jenis tugas yang diberikan apakah tugas paralel
ataukah tugas komplementer. Tugas paralel artinya semua kelompok
mendapat tugas yang sama, tugas komplementer artinya kelompok
saling melengkapi pemecahan masalah. Dalam tahap pelaksanaan
mengajar guru berperan antara lain pemberi informasi umum tentang
proses belajar kelompok, guru sebagai fasilitator pembimbing dan
pengendali ketertiban kelompok.
4.
Pelaksanaan Metode Tutorial
Menurut Suherman dalam Supriyadi (2003: 17) pada praktiknya, tutorial
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
“tutorial tidak sebaya/tutor kakak, dan tutorial teman sebaya. Pada tutorial
tidak sebaya/tutor kakak tutor berasal dari kelas yang lebih tinggi,
sedangkan pada tutorial teman sebaya tutor adalah teman sebaya yang lebih
pandai atau setidaknya telah menuntaskan pembelajaran dengan hasil yang
cukup memuaskan.”
Branley dalam Suherman
yang dikutip Supriyadi,
(2003 : 22)
menggambarkan hubungan antara tutor dengan siswa lain yang dibimbingnya
dalam tutorial sebaya dengan bagan sebagai berikut:
student
ttnt
student
nnnnn
student
tutor
student
tnt
student
t
11
Pelaksanaan model pembelajaran tutorial yang diberikan kepada teman
sekelas di sekolah dapat dilakukan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Beberapa siswa pandai yang akan dijadikan tutor disuruh mempelajari
suatu topik. Dalam hal ini Supriyadi (Suherman, 2003) menguraikan
cara memilih tutor yang baik, perlu diperhatikan syarat-syarat siswa
yang ditunjuk sebagai tutor dalam model pembelajaran tutor sebaya
agar berjalan efisien adalah sebagai berikut:
1) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan
bimbingan yaitu dapat menerangan pelajaran kepada temannya.
2) Dapat diterima anggota kelompok, sehingga siswa tidak merasa
takut atau enggan untuk bertanya.
3) Dapat menjelaskan pelajaran yang diperlukan oleh siswa.
Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahas
Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 –
6 orang siswa dan diusahakan kelompok yang dibentuk tersebut
adalah kelompok yang heterogen.
Siswa yang pandai (para tutor) disebar ke setiap kelompok untuk
memberikan bantuannya.
Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus
Jika ada masalah siswa yang lebih paham memberi tahu siswa yang
kurang paham dan jika ada masalah yang tidak dapat terpecahkan,
siswa meminta bantuan kepada guru
Guru mengadakan evaluasi
B.
Adjektivedeklination (Deklinasi Adjektif)
1.
Hakikat Adjektif
Dalam sebuah bahasa adjektif memegang peranan yang penting. Seperti
halnya jenis kata yang lain, adjektif memiliki ciri khas tersendiri serta fungsi
tertentu. Menurut Jung (1971:302) “Das Adjektiv ist die wichtige Wortart, die
Merkmale, vor allem Eigenschaften bezeichnet”, Dikatakannya bahwa adjektif
merupakan jenis kata yang penting yang menunjukan ciri terutama sifat.
12
Pendapat
berbeda
dikemukakan
oleh
Kürschner
(2004:32)
yang
memberikan batasan tentang kata sifat, sbb:
,,Adjektive sind auf Substantiv oder Verben bezogene Wörter, die entweder
attributive (der schöne Tag) oder prädikativ (Der Tag ist schön) oder
adverbial als Umstandsbestimmung (Er singt schön) stehen können. Sie
bezeichnen Merkmale oder Eigenschaften der vom Substantiv benannten
Gröβe oder des vom Verb benannten Geschehens.”
Menurutnya adjektif adalah kata-kata yang mengacu pada kata benda atau
kata benda yang dapat berfungsi atributif, predikatif atau adverbial. Adjektif
menunjukan ciri-ciri atau sifat-sifat dari besaran (ukuran) yang di tunjukkan oleh
kata benda atau kejadian yang ditunjukan oleh kata kerja.
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa adjektif adalah kata yang
mengacu pada kata benda atau kata kerja. Kata-kata sifat ini dapat bertindak
sebagai atribut, predikat dan adverb dan menunjukkan sifat-sifat atau ciri-ciri dari
sebuah kata benda atau kata kerja.
Penjelasan yang hampir sama mengenai adjektif diberikan oleh Engel
(1996:556) ,, dass Adjektive Wörter ohne konstantes Genus, die zwischen
Determinativ und Nomen stehen können”. Menurutnya adjektif adalah kata yang
tidak memiliki jenis (artikel) yang tetap Adjektif ini dapat diletakkan di antara
determinatif dan kata benda.
Contoh:
•
die schöne Frau
•
ein toller Mann
13
•
der tolle Bruder
•
mein teures Buch
Konsep serupa juga disampaikan oleh Griesbach (1960:25) yang
mengemukakan bahwa: ,, Das Adjektive ist eine Wortart, die als attributiv ein
Nomen oder Pronomen beschreibt oder näher kennzeichnet, wobei es sich seiner
Deklinationsform nach dem Nomen oder Pronomen richtet” Definisi tersebut
menjelaskan adjektif adalah jenis kata yang apabila berfungsi atributif
menggambarkan atau menunjukkan sebuah verba atau kata ganti dimana bentuk
deklinasi adjektif ini mengacu pada verba dan kata ganti tersebut. Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa adjektif adalah sebuah kelas kata yang berfungsi
atributif.
Senada dengan Griesbach, Götz (1997:24) menjelaskan pengertian adjektif
sebagai berikut:
,,Das Adjektiv ist ein Wort, das man deklinieren und moisten auch steigern
kann, das im Deutschen entweder beim Verb (Prädikativ oder Adverb) vor
dem Substantiv (Atributif) steht und diesem eine bestimmte Eigenschaft ode
rein Merkmal zuschreibt.”
Menurutnya adjektif adalah sebuah kata yang dapat di deklinasi pada
umumnya mempunyai bentuk perbandingan. Jika adjektif berfungsi sebagai
atributif maka diletakkan di depan kata benda, namun jika sebagai predikatif atau
adverb
maka
diletakkan
dekat
dengan
kata
kerja.
Adjektif
tersebut
menggambarkan sebuah sifat atau ciri tertentu dari suatu kata benda atau kata
14
kerja. Contoh : „Das kleine Kind ist krank“ Dalam kalimat tersebut terdapat dua
buah adjektif yakni klein dan krank. Adjektif klein mendapat akhiran e karena
dalam kalimat tersebut kata sifat ini berfungsi atributif sedangkan adjektif krank
tidak mendapat penambahan akhiran karena berfungsi predikatif.
Dari contoh diatas tampak bahwa sebagai atribut adjektif merupakan kelas
kata yang mengalami perubahan akhiran dan diletakkan di depan sebuah kata
benda. Selain itu kata sifat juga dapat berdiri sendiri dan juga dapat diletakkan
setelah kata kerja. Hal ini dimungkinkan juga kata sifat tersebut bertindak sebagai
predikatif atau adverbial.
Dari penjelasan-penjelasan mengenai adjektif seperti yang diuraikan di atas
dapat disimpulkan bahwa adjektif dalam bahasa Jerman adalah kelas kata yang
menunjukan ciri khas atau sifat. Sebuah adjektif tidak memiliki jenis artikel dapat
berfungsi atributif dan predikatif
2.
Penggunaan kata Sifat
Engel (1996:556) secara umum mengkasifikasikan adjektif berdasarkan
penggunaannya menjadi enam kelompok, yakni:
a.
Adjektif yang hanya dapat digunakan sebagai atribut
Dalam kelompok ini termasuk semua adjektif yang merincikan kelas,
tempat atau waktu ke kata benda yang memegang peranan.
Contoh:
15
b.
•
ärztlich
•
parlamentarisch : ein parlamentarischer Staatsekretär
: der ärztliche Rat
Adjektif yang hanya dapat digunakan sebagai atribut dan keterangan
Adjektif seperti täglich, tatsächlich dan juga adjektif yang menyatakan
kualifikasi yang tidak hanya menentukan ukuran namun juga suatu kejadian.
Contoh:
c.
•
sein täglicher Spaziergang ( sebagai atribut)
•
Nehmen Sie dieses Mittel täglich ein (sebagai kalimat keterangan)
Adjektiv yang hanya dapat digunakan sebagai atribut, apposisi dan
adjunkt
Dalam kelompok ini termasuk sebagian besar partizipien I dan II yakni kata
kerja yang berfungsi seperti kata sifat contoh: geöffnet ‘terbuka’, weinend ‘yang
menangis’.
Contoh:
•
alle noch geöffneten Bäckerein (sebagai atribut)
•
Alle Bäckereien, teilweise sonntags geöffnet,…….(apposisi)
•
Er hatte die Bäckerei geöffnet gesehen. (sebagai adjunkt)
•
Ein schimmernder Teich (atribut)
•
Ein Teich, schimmernd in der Herbstsonne,…..(apposisi)
16
•
d.
Der Teich lag schimmernd da. (adjunkt)
Adjektif yang hanya dapat digunakan sebagai atribut, apposisi,
adjunkt dan pelengkap
Kedalam kelompok ini termasuk kata sifat ansässig ‚bertempat tinggal di‘,
tätig ‚sibuk‘.
Contoh:
e.
•
sein in Heppenheim tätiger Bruder (atribut)
•
sein Brüder, in Heppenheim tätig,…..(apposisi)
•
Ich habe ihr in Heppenheim tätig gesehen. (adjunkt)
•
Sein Brüder war in Heppenheim tätig . (pelengkap)
Adjektif yang hanya dapat digunakan sebagai atribut, apposisi,
pelengkap dan keterangan
Yang termasuk ke dalam kelompok ini hanya sebagian kecil kata sifat
seperti erheblich ‚cukup besar‘, gleichzeitig ‚dalam waktu bersamaan‘,
wahrscheinlich ‚kemungkinan‘.
Contoh:
•
eine erhebliche Differenze (atribut)
•
diese Differenze, erhebliche im Hinblick auf seine Einkünfte
(apposisi)
•
Diese beiden Vorgänge erfolgen gleichzeitig. (pelengkap)
17
•
f.
Beide fingen gleichzeitig zu reden an. (keterangan
Adjektif yang kemungkinan digunakan dalam setiap kelas kata
Ke dalam kelompok ini termasuk adjektif yang bersifat qualifikatif.
Contoh:
•
Ein zuverlässiger Partner (atribut)
•
Unser Vorsitzender, zuverlässig wie immer,…(apposisi)
•
Rifki ist zuverlässig. (pelengkap)
•
Sie wird zuverlässig kontrollieren. (adjunkt)
•
Die Sache wird zuverlässig erledigt werden. (keterangan)
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua kata
sifat dapat digunakan dalam kelima fungsi yang disebutkan diatas secara
menyeluruh.
3.
Deklinasi Adjektif
a.
Hakikat Deklinasi
Selama adjektif itu dapat dideklinasikan, maka adjektif tersebut
dideklinasikan berdasarkan genus, kasus dan jumlah. Namun hal tersebut hanya
pada penggunaan atributif. dan jika kata benda memiliki beberapa adjektif, maka
semua kata sifat tersebut dideklinasikan sama.
18
Heringer (1989:) menyatakan: “Flektierte Adjektive in dem Rachmen
zwischen Artikel und Substantiv stehen”. Definisi tersebut menjelaskan, bahwa
adjektif yang dideklinasikan ditempatkan diantara kata benda dan artikel.
Pendapat senada dikemukakan oleh Steinmann (1988) :
“Die Endung eines Adjektives vom Nomen abhängt zu dem es gehört. Das
Adjektive hat denselben Kasus (Nominativ, genitive, Dativ oder akkusativ),
denselben Numerus (Singular oder plural) und dasselbe genus (Feminin,
Maskulin und Neutral). Das heiβt dass das Adjektiv mit dem Nomen
congruent ist.
Pendapat di atas mengungkapkan bahwa akhiran sebuah adjektif itu
bergantung pada kata benda. Adjektif itu memiliki kesamaan kasus (Nominatif,
genitif, datif dan akkusatif), jumlah (singular atau jamak) dan Genus (Feminim,
maskulin dan neutral) seperti kata benda. Ini berarti bahwa adjektif itu sesuai
dengan kata benda.
Berdasarkan hal tersebut Steinmann (2003) juga menjelaskan bahwa
terdapat 2 kategori dari akhiran adjektif yakni:
•
Wenn das Artikelwort kein Kasussignal hat (oder vor dem Adjektiv
kein Artikelwort ist), steht das kasussugnal am Adjektiv, zum
Beispiel: ein heiβer Kaffee, ein ruhiges Zimmer
•
Wenn das Artikelwort ein Kasussignal hat (oder wenn ein neutrales
oder maskulines Nomen im Genitiv Singular steht),hat das Adjektiv
die Endung-e oder –en, wie zum beispiel: Wegen des kalten
Wassers
19
Penjelasan di atas menyatakan:
•
Jika artikel tidak memiliki signal kasus (atau sebelum adjektif tidak
terdapat artikel) maka signal kasus terletak pada adjektif,
Contoh: : ein heiβer Kaffee, ein ruhiges Zimmer
•
Jika artikel memiliki signal kasus (atau jika sebuah kata benda
berjenis neutrum atau maskulin terletak dalam kasus genitif
singular), maka akhiran dari adjektif tersebut yakni –e atau –en
Contoh: Wegen des kalten Wassers
Berbeda dengan pendapat Steinmann, Homberger dan Madsen (1988)
menjelaskan: “die Deklination des attributtiven Adjektivs nach drei Bedigungen
richtet:
1.
Das Adjektiv wird in Genus, Numerus und Kasus entsprechend dem
zugehörigen Nomen dekliniert (dies nennt man: gramatische
Komgruenz): ich bemerkte eine geöffnete Tür. (feminininum Singular,
Akkusativ)
2.
Wenn dem Adjektive ein Artikel vorageht, wird es schwach dekliniert:
in der Küche duftete es nach einem frischen Fisch
3.
Wenn das Adjektiv allein, ohne Artikel, vor dem Nomen steht, wird es
stark dekliniert: in der Küche duftete es nach frischem Brot.
Penjelasan di atas dapat dipahami yakni: “deklinasi adjektif sebagai atribut
mengacu pada tiga syarat, yakni:
20
1.
Adjektif di deklinasikan berdasarkan genus, jumlah dan kasus yang
disesuaikan dengan kata benda (hal tersebut dikenal sebagai
kesesuaian Grammatik/ tata bahasa)
Contoh : Ich bemerkte eine geöffnete Tür (feminimum, Singular,
Akkusativ)
2.
Jika sebuah artikel terletak di depan adjektif, maka adjektif tersebut di
deklinasikan lemah.
Contoh : In der Küche duftete es nach einem frischen Fisch
3.
Jika adjektif tidak disertai artikel dan terletak di depan kata benda,
maka adjektif tersebut dideklinasikan kuat.
Contoh : :Iin der Küche duftete es nach frischem Brot.
b.
Deklinasi Kata Sifat
Setiap adjektif atributif tidak langsung terikat oleh kata benda, melainkan
oleh satu dari 3 jenis artikel (kata sandang) atau sebuah determinatif. Berikut ini
adalah deklinasi artikel (kata sandang) tentu dan tanpa artikel (nol artikel)
menurut Klinger (2002) :
1.
Adjektive mit dem bestimmten Artikel (Schwahe Deklination)
Dalam artikel (kata sandang) tentu hanya terdapat 2 akhiran adjektif
yang berbeda, yakni:
21
-e : dalam kasus nominativ (mask/fem/neut)
dalam kasus akkusatif singular (fem + neutr)
-en: dalam jumlah jamak
dalam kasus dativ dan genitif jumlah singular
dalam kasus akkusatif jumlah singular tetapi berbentuk maskulin
Maskulin
Sing.
Plural
NOM
der
alte
Bruder
AKK
den
alten
Bruder
DAT
dem
alten
Bruder
GEN
des
alten
Bruders
NOM
die
alten
Brüder
AKK
die
alten
Brüder
DAT
den
alten
Brüdern*
GEN
der
alten
Brüder
NOM
das
kleine
Kind
AKK
das
kleine
Kind
DAT
dem
kleinen
Kind
GEN
des
kleinen
Kindes
Neutrum
Sing
22
Plural
NOM
die
kleinen
Kinder
AKK
die
kleinen
Kinder
DAT
den
kleinen
Kindern*
GEN
der
kleinen
Kinder
NOM
die
junge
Mutter
AKK
die
junge
Mutter
DAT
der
jungen
Mutter
GEN
der
jungen
Mutter
NOM
die
jungen
Mütter
AKK
die
jungen
Mütter
DAT
den
jungen
Müttern*
GEN
der
jungen
Mütter
Feminin
Sing
Plural
Adjektive nach dieser/diese/dieses und anderen Artikelwörtern
Maskulin
Sing
Plural
NOM
dieser
junge
Bruder
AKK
diesen
jungen
Bruder
DAT
diesem
jungen
Bruder
GEN
dieses
jungen
Bruders
NOM
diese
jungen
Brüder
23
AKK
diese
jungen
Brüder
DAT
diesen
jungen
Brüdern*
GEN
dieser
jungen
Brüder
NOM
jedes
kleine
Kind
AKK
jedes
kleine
Kind
DAT
jedem
kleinen
Kind
GEN
jedes
kleinen
Kindes
NOM
alle
kleine
Kinder
AKK
alle
kleine
Kinder
DAT
allen
kleinen
Kindern*
GEN
aller
kleinen
Kinder
NOM
dieselbe
junge
Mutter
AKK
dieselbe
junge
Mutter
DAT
derselben
jungen
Mutter
GEN
derselben
jungen
Mutter
NOM
dieselben
jungen
Mütter
AKK
dieselben
jungen
Mütter
DAT
denselben
jungen
Müttern*
GEN
derselben
jungen
Mütter
Neutrum
Sing
Plural
Feminin
Sing
Plural
24
2. Adjektive nach unbestimmten Artikel
(Gemischte Deklination)
Maskulin
Sing.
NOM
ein
junge
Bruder
AKK
einen
jungen
Bruder
DAT
einem
jungen
Bruder
GEN
eines
jungen
Bruders
NOM
ein
kleines
Kind
AKK
ein
kleines
Kind
DAT
einem
kleinen
Kind
GEN
eines
kleinen
Kindes
NOM
eine
junge
Mutter
AKK
eine
junge
Mutter
DAT
einer
jungen
Mutter
GEN
einer
jungen
Mutter
Neutrum
Sing
Feminin
Sing
Adjektiv mit Possessivartikel
Maskulin
Sing
NOM
sein
alter
Freund
AKK
seinen
alten
Freund
25
Plural
DAT
seinem
alten
Freund
GEN
seines
alten
Freundes
NOM
seine
alten
Freunde
AKK
seine
alten
Freunde
DAT
seinen
alten
Freunden*
GEN
seiner
alten
Freunde
NOM
ihr
altes
Haus
AKK
ihr
altes
Haus
DAT
ihrem
alten
Haus
GEN
ihres
alten
Hauses
NOM
ihre
altes
Häuser
AKK
ihre
altes
Häuser
DAT
ihren
alten
Häusern*
GEN
ihres
alten
Häuser
NOM
unsere
alte
Freundin
AKK
unsere
alte
Freundin
DAT
unserer
alten
Freundin
GEN
unserer
alten
Freundin
NOM
unsere
alten
Freundinnen
AKK
unsere
alten
Freundinnen
Neutrum
Sing
Plural
Feminin
Sing
Plural
26
3
DAT
unserer
alten
Freundinnen
GEN
unserer
alten
Freundinnen
NOM
guter
Wein
AKK
guten
Wein
DAT
gutem
Wein
GEN
guten
Weines
NOM
gute
Weine
AKK
gute
Weine
DAT
guten
Weinen*
GEN
guter
Weinen
NOM
reines
Wasser
AKK
reines
Wasser
DAT
reinem
Wasser
GEN
reinen
Wassers
NOM
kleine
Kinder
AKK
kleine
Kinder
DAT
kleinen
Kindern*
GEN
kleiner
Kinder
Adjektive Ohne Artikel
Maskulin
Sing
Sing
Neutrum
Sing
Plural
27
Feminin
Sing
Plural
C.
NOM
klare
Luft
AKK
klare
Luft
DAT
klarer
Luft
GEN
klarer
Luft
NOM
junge
Frauen
AKK
junge
Frauen
DAT
junge
Frauen
GEN
junge
Frauen
Kerangka Berpikir
Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal perlu diperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor dari dalam dan faktor dari
luar siswa tersebut. Adapun faktor dari luar diantaranya adalah kurikulum,
program, sarana dan fasilitas serta guru atau tenaga pendidik. Oleh karena itu
keberadaaan model dan strategi pembelajaran sangatlah mendukung dalam proses
belajar mengajar untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan menyeluruh.
Sejauh ini diketahui bahwa pengajaran yang dilakukan guru kebanyakan
menggunakan metode pengajaran konvensional, sehingga anak lebih bersifat
pasif. Kebanyakan siswa akan merasa malu atau takut untuk aktif bertanya
langsung dengan gurunya apabila dia mengalami kesulitan dalam belajar, selain
itu kendala lain yang menyebabkan pasifnya siswa dalam mengajukan suatu
28
pertanyaan adalah bahasa apa yang sesuai untuk mengungkapkan maksud yang
ingin mereka sampaikan.
Melalui model pembelajaran tutor / teman sebaya siswa kecakapan
komunikasi siswa akan terlatih, karena dengan model pembelajaran ini siswa
akan lebih leluasa untuk bertanya tanpa ada perasaan malu, takut, ataupun
kesulitan dalam penyampaian maksud yang ingin mereka sampaikan, karena
dalam hal ini guru mereka tak lain adalah teman mereka sendiri, sehingga tidak
akan timbul perasaan canggung. Dengan meningkatnya kecakapan komunikasi
siswa maka dapat membawa siswa pada pemahaman yang lebih mendalam
tentang suatu hal.
Hal
tersebut
senada
dengan
pendapat
Suherman
(2003),
yang
mengungkapkan bahwa bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan
kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan
teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga
diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Sementara itu, bagi tutor sendiri yang memberikan bimbingan dan bantuan
kepada siswa lainnya, pembelajaran dengan metode ini memberikan manfaat bagi
pengembangan karakter dan pengalaman. Tugas sebagai tutor merupakan
kegiatan yang kaya akan pengalaman dan sebenarnya merupakan kebutuhan anak
itu sendiri. Dalam model pembelajaran tutorial ini, mereka (para tutor) harus
berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman
29
sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan
sosial. Dengan demikian, beban yang diberikan kepada mereka akan memberi
kesempatan untuk mendapatkan perannya, bergaul dengan orang–orang lain, dan
bahkan mendapatkan pengetahuan serta pengalaman.
Metode tutorial sangat sesuai digunakan dalam pembelajaran bahasa
terutama dalam upaya pemerolehan bahasa (kosa kata) maupun pemahaman
grammatik. Dengan model pembelajaran teman sebaya, maka tidak ada batasan
bagi tiap siswa untuk lebih terbuka dan saling berkomunikasi antara satu dengan
yang lainnya sehingga diharapkan dapat melatih kecakapan komunikasi siswa.
Melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir
logisnya, dan siswa dapat meng’explore’ ide-ide mereka.
D.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis
penelitian pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Penggunaan
metode tutorial dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
penggunaan grammatik pada materi pokok Adjektivdeklination im Akkusativ”
Download