Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 UNDERSTANDING OF UNDERACHIEVER STUDENTS Nurfaizal Bimbingan dan Konseling, STKIP Muhammadiyah Pringsewu Email: [email protected] Good learning habit will determine students learning achievement. Underachiever students do not have good learning habit. They have characteristis for instance bad competence in doing school assignment, bad learning habit, having acceptance problem from their contemporary friends, having bad concentration in school activities, do not have self management both in the school and home, getting bored easily, leaving school activities, having good abiliy in spoken but not in written, no patient, busy with their mind, less honesty, frequently criticizing their self, having bad relationship with their friends, causing noise in the class. Thus, underachiever students have to be understood and assisted in order to develop maximally. Key Words: underachiever students. merupakan 1. PENDAHULUAN Pendidikan juga merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan unsur penting dalam membangun masyarakat, kebudayaan dan perkembangan bangsa. Penegasan dari individu. Melalui pendidikan, individu tujuan pendidikan, memperoleh informasi dan pengetahuan Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang ayat 1 yang berbunyi: Pendidikan adalah dapat dipergunakan mengembangkan diri sesuai untuk dengan usaha sadar dalam UU Sistem dan terencana untuk kemampuan, dan kesempatan yang ada. mewujudkan suasana belajar dan proses Pendidikan bertujuan menyiapkan siswa pembelajaran agar peserta didik secara menjadi aktif mengembangkan potensi dirinya anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik yang untuk dapat menerapkan dan mengembangkan keagamaan, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. kepribadian, Pendidikan harus memberikan dampak keterampilan yang diperlukan dirinya, positif bagi kehidupan masyarakat dan masyarakat, bangsa dan Negara. kebudayaan nasional 1992:149). Pernyataan menyiratkan arti (Depdikbud, pendidikan memiliki Menurut kekuatan spritual pengendalian diri, akhlak mulia, Nurihsan serta (2006:3) tersebut pendidikan yang bermutu di lingkungan yang pendidikan haruslah yang seimbang, yang Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 76 Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 tidak hanya mampu mengantarkan pesera prestasi. Fasilitas tersebut ditunjukkan didik agar individu mengenali, menemukan, pada pencapaian standar kemampuan profesional akademis, tetapi dan juga mampu membuat perkembangan diri dimilikinya. yang sehat dan produktif. Sekolah mengembangkan Usaha merupakan potensi dalam yang mengembangkan lembaga potensi individu dalam pendidikan dapat pendidikan formal yang secara sistematik dilakukan dengan mengacu pada dua melaksanakan komponen program bimbingan, utama pengajaran, dan latihan dalam rangka program membantu pembelajaran. siswa agar mampu yaitu, pendidikan dan Proses proses pembelajaran mengembangkan potensinya, baik yang merupakan menyangkut moral-spritual, mewujudkan tujuan pendidikan, karena di intelektual, emosional maupun sosial dalamnya terdapat program dan aktivitas (Yusuf, 2005:95). belajar untuk memfasilitasi siswa dalam aspek usaha kurikulum strategis untuk Bimbingan dan konseling sebagai mencapai perkembangan yang optimal, bagian integral pendidikan mempunyai yaitu situasi di mana siswa telah dapat peran penting dalam mendukung dan mengaktualisasikan potensi-potensi yang memfasilitasi terdapat di dalam dirinya. pengembangan potensi peserta didik secara optimal. Sesuai Salah satu indikator pencapaian dengan tujuan pendidikan sebagaimana keberhasilan belajar siswa dapat dilihat yang dinyatakan dalam pasal 3, undang- dari prestasi yang didapatkan, karena undang sistem pendidikan nasional yaitu prestasi berkembangnya potensi peserta didik agar manifestasi dari perubahan sebagai hasil menjadi manusia yang beriman dan dari proses belajar. Namun demikian, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, prestasi sesuai dengan potensi yang kreatif, mandiri, dan menjadi warga dimiliki, negara yang bertanggung jawab. menampilkan hasil optimal. Salah satu kata kunci dari definisi pendidikan di atas belajar semua siswa siswa merupakan dapat mencapai banyak di antara siswa tidak Proses belajar yang dilakukan siswa adalah di sekolah pada kenyataannya dipengaruhi mengembangnya potensi siswa. Peran oleh berbagai faktor, sehingga hasil pendidikan adalah memfasilitasi menjadi belajar yang dicapai Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung akan sangat 77 Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 tergantung pada interaksi dari berbagai prestasi belajarnya tergolong rendah atau faktor yang saling terkait antara satu dibawah dengan dimilikinya, (Surya :1983). yang merupakan lainya. salah satu Inteligensi faktor yang rata-rata Sedangkan potensi Rimm yang (2000:218) diprediksikan sebagai penyebab utama mengemukakan bahwa yang dimaksud dalam pencapaian prestasi belajar siswa dengan underachiever adalah kemampuan oleh karena itu tingkat inteligensi sering anak dalam penelitian ini dijabarkan digunakan meramalkan dengan skor IQ yang diperoleh siswa. kemampuan dalam belajar serta prestasi Sedangkan prestasi sekolah dijabarkan yang akan diraih siswa. dalam bentuk nilai tes hasil belajar. Untuk untuk Dalyono (Djamarah, menyebutkan secara 2002:160) tegas mengidentifikasi underachiever bahwa didasarkan kereteria perkembangan antara seseorang yang memiliki inteligensi baik IQ dengan proses perbandingan dalam (IQ-nya tinggi) umumnya mudah dalam tiga mata pelajaran, tidak sesuai, mata belajar dan hasilnya cenderung baik, pelajaran dibawah rata-rata kelompok sebaliknya orang yang inteligensinya (total/kelasnya masing-masing. rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, dan prestasi yang rendah. Secara teoritis dapat dinyatakan bahwa siswa yang mempunyai tingkat intelegensi normal bisa memperoleh hasil Oleh karena itu, menurut Nasution (Djamrah, 2002:160) mempunyai peran kecerdasan penting dalam belajar yang baik jika ia mempunyai kebiasaan lingkungan belajar yang sekitarnya baik dan memberikan menentukan berhasil tidaknya seseorang pengaruh yang positif. Sebaliknya, jika mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu siswa yang memiliki tingkat kecerdasan program pendidikan dan pengajaran. Dan yang tinggi tidak didukung dengan orang yang lebih cerdas pada umumnya kebiasaan belajar yang baik maka tidak akan lebih mampu belajar dari pada orang menutup kemungkinan akan mendapat yang kurang cerdas. hasil belajar yang kurang memuaskan. Kebiasaan belajar yang baik akan 2. PEMBAHASAN Underachiever adalah siswa yang memiliki potensi tergolong tinggi tetapi menentukan prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa. Menurut Nedi (2008) suatu tuntutan atau tekad serta Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 78 Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 cita-cita yang ingin mendorong dicapai dapat seseorang sekolah, tidak bisa mengatur diri baik di untuk rumah maupun di sekolah, mudah bosan, membiasakan dirinya melakukan sesuatu “meninggalkan” kegiatan kelas, memiliki agar apa yang diinginkannya tercapai kemampuan berbahasa oral yang baik tapi dengan baik. Kebiasaan belajar yang baik buruk dalam menulis, mudah terdistraksi akan dapat meningkatkan prestasi belajar dan siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang pikirannya sendiri, kurang jujur, sering tidak mengkritik diri sendiri, baik cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah. Berdasarkan Francisco penelitian (Panji, 2008) tidak sabaran, sibuk dengan mempunyai hubungan pertemanan yang kurang baik, San mengatakan suka bercanda di kelas (membuat keributan), ramah terhadap orang yang bahwa keberhasilan siswa dalam studinya, lebih tua, dan berperilaku kebiasaan belajar menduduki ranking biasa. yang tidak tertinggi di atas minat dan IQ. Banyak ditemukan underachiever tidak siswa a. Karakteristik Underachiever mempunyai Pada masa anak-anak siswa kebiasaan yang baik. Menurut Rahmi underachiever menunjukan kemampuan (2008) mengemukakan bahwa pada siswa belajar yang sangat baik. Namun secara underachiever dapat perlahan-lahan biasanya mereka prestasinya terus tidak punya keinginan untuk sekolah dan menurun. Penurunan prestasi ini nampak berprestasi. Sekolah acapkali dijadikan jelas dari nilai-nilai ulangan dan nilai prioritas terakhir dan selalu kalah dengan raport yang semakin lama makin rendah, kegiatan bahkan ada yang sulit untuk mencapai lainnya yang disukainya, misalnya bolos hanya untuk bermain. nilai rata-rata. Siswa underachiever Selain itu Preckle at al. (Tarmidi, dikatakan tidak berprestasi sesuai dengan 2008:9) mengemukakan bahwa siswa kemampuannya, sebenarnya mereka bisa underachiever karakteristik mencapai prestasi yang baik jika sedang keahlian dalam dalam keadaan penuh semangat. Namun tugas-tugas sekolah, kebiasaan belajar ketika motivasinya hilang, prestasi belajar yang masalah yang diraihnya kembali buruk (Rimm, sebaya, 1986). memiliki antara lain buruknya buruk, penerimaan memiliki oleh teman konsentrasi yang buruk dalam aktivitas Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 79 Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 Berkaitan dengan karakteristik underachiever ditemukan bahwa siswa underachiever Kaufman underachiever cenderung menarik diri (Trevallion, 2008) menyatakan bahwa dari pergaulan, tidak mandiri, merasa siswa underachiever tampil dalam dua tidak mempunyai kebiasaan bertindak arah perilaku di dalam kelas yaitu tidak ada rasa memiliki, dan merasa perilaku agresif atau menghindar. Siswa tidak berarti. Sedangkan siswa achiver underachiever sering mengatakan bahwa menunjukan kepercayaan diri, merasa pelajaran di sekolah tidak relevan atau bebas membuat pilihan sendiri. bisa tidak penting karena itu mereka biasanya menghadapi kesulitan dan mengatasinya lebih tertarik dengan kegiatan lain selain dengan baik. siswa kegiatan sekolah. Siswa Karakteristik dari menilai siswa dirinya inadekuat dan rendah diri. Dilain underachiever dinyatakan oleh Rimm pihak siswa achiever dapat menerima (1986) yaitu buruknya keahlian dalam dirinya, penuh optimisme, serta percaya mengerjakan sekolah, diri akan kemampuan-kemampuannya. kebiasaan belajar yang buruk, memiliki Selain itu siswa underacniever mampu masalah penerimaan oleh teman sebaya, membuat target-target yang reailistis konsentrasi yang buruk dalam aktivitas untuk diwujudkan, sedangkan siswa- sekolah, tidak bisa mengatur siswa underachiever adalah image diri dengan lain underachiever tugas-tugas dirinya baik di rumah maupun di yang buruk. sekolah, mudah bosan, '"meninggalkan'' Penelitian yang diadakan oleh kegiatan kelas, memiliki kemampuan Combs (Withmore, 1980) memberikan berbahasa yang baik tetapi buruk dalam ringkasan menulis, mudah terdistraksi dan tidak siswa underachiever sebagai berikut: 1) sabaran, sibuk dengan pikirannya sendiri, memandang diri kurang mampu atau kurang jujur, tidak adekuat (memenuhi syarat) 2) sendiri, sering mengkritik diri kepribadian hubungan memandang diri kurang diterima oleh pertemanan yang kurang baik, suka orang lain 3) memandang teman sebaya bercanda di kelas (membuat keributan), kurang dan berperilaku yang tidak biasa. memandang orang dewasa kurang mau Beberapa mempunyai karakteristik penelitian yang membandingkan siswa achiever dan mau menerima mereka 4) menerima mereka 5) tidak merasa punya kebebasan, dan kurang Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung mampu 80 Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 mengekspresikan perasaan dengan tepat 3) Karakteristik tersier. Karena siswa 6) pendekatan terhadap masalah tidak underachiever menghindari usaha efisien dan tidak efektif. dan prestasi untuk melindungi rasa Rimm dan Whitmore (Munandar, 2002) siswa mengungkapkan underachiever harga diri mereka yang rentan, maka karakteristik adalah timbul karakteristik tersier berupa sebagai kebiasaan buruk yang diperlihatkan berikut. 1) di sekolah. Karakteristik primer: rasa harga diri yang rendah, paling karakteristik yang ditemukan secara sering konsisten pada siswa underachiever (1992) mengungkapkan secara jelas mengenai karakteristik siswa underachiever sebagai berikut. 1) Menemukan secara berulang-ulang adalah rasa harga diri yang rendah. adanya konsep diri yang rendah Mereka terutama pada aspek eveluasi diri, tidak kemampuan 2) Delisie percaya yang dengan dimiliki dan memiliki rasa inferior merasa tidak mampu melakukan apa ditunjukan yang menjadi harapan orang tua dan ketidakpercayaan, guru terhadap mereka. perhatian, Karakteristik sekunder: perilaku mengakibatkan perilaku bentuk kurangnya dan memperlihatkan menghindar. Rasa harga diri yang rendah dengan yang sesekali permusuhan terhadap orang lain, 2) Sering merasa ditolak oleh keluarga menghindar yang non produktif baik dan merasa orang tua tidak puas di terhadap mereka, sekolah Misalnya. menghindari maupun siswa rumah. underachiever 3) Karena rasa tidak percaya, mereka berprestasi tidak bertanggung jawab terhadap dengan menyatakan bahwa belajar perilakunya, dan tidak dapat keluar adalah suatu kegiatan yang tidak ada dari konflik dan masalah. gunanya. upaya di Dengan perilaku 4) Memperlihatkan tanda permusuhan menghindar mereka melindungi diri terhadap figur orang dewasa yang dari menghindar tersebut diantaranya berwibawa adalah menyalahkan sekolah untuk masyarakat, menghindari tanggung jawab mereka untuk berprestasi. 5) Menantang dan dipercayai pengaruh yang diberikan guru dan orang tua lain, Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 81 Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 6) Merasa menjadi korban, 7) Tidak menyukai sekolah dan guru serta memiliki 18) sikap negatif Tidak mampu berfikir dan merencanakan masa depan. Ciri umum lain yang ditampilkan terhadap sekolah, siswa underachiever menurut Runikasari 8) Memperlihatkan sikap sukarelawan, (2012) adalah sebagai berikut. 9) Memiliki dan Memiliki self esteem yang rendah, keterampilan akademik yang lemah kurang merasa berharga untuk tampil dan kurang diantara 10) Cenderung motivasi memiliki kebiasaan studi yang jelek, kurang dalam pengerjaan tugas rumah, dan meninggalkan pekerjaan sebelum Kurang dalam penyelesaian intelektual, 12) 13) Berpegang teguh pada status komunikasi, menghindari risiko, tidak berdaya Pasif, taat hanya sekedarnya saja Agresif, memberontak Menolak perintah atau instruksi dari Kurang memiliki kematangan tokoh otoritas (orangtua, guru dan lain-lain) Memperlihatkan penyesuaian diri Tidak memiliki minat, hobi, dan kreativitas yang dapat digunakan Menyalahkan orang lain kalau ada masalah Kurang konstruktif dalam kelompok Tidak punya tokoh identifikasi, tidak punya teman dekat dalam mengisi waktu luang, Sering menunjukkan nilai tes yang Kurang fleksibel, sering „mentok‟, kreativitas rendah jelek, 17) yang gagal atau tidak berguna kurang populir di kelas perasaan secara terbatas, 16) realistis, kadang merasa sebagai anak kepemimpinan yang rendah dan yang rendah dan mengeksperesikan 15) Memiliki konsep diri yang tidak (menunggu diajak orang lain) dalam belajar, 14) atau keluarganya Menghindari selesai, 11) teman-teman Cenderung memiliki aspirasi yang IQ lebih tinggi dari prestasi dan rendah dalam belajar dan tidak prestasinya memiliki bagus, kadang tidak pendapat yang jelas inkonsisten: kadang mengenai tujuan pekerjaan, Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 82 Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 Tidak menyelesaikan pekerjaan piskis yang rentan menjadi penyebab underachiever. rumah Takut kondisi gagal (atau sukses) Menurut dan beberapa menghadapi ulangan. Tidak punya inisiatif, malas, bahkan Munandar kerentanan menyebabkan (2004) yang seseorang ada dapat menjadi underachiever, yaitu: depresi. 1) Perfeksionisme, yaitu dorongan untuk b. Penyebab Underachiver mencapai kesempurnaan. Munculnya underachiever tidak serta merta dengan sendirinya. Ada beberapa faktor yang berpotensi menjadi penyebab underachiever. kajian teori yang diasumsikan penulis lakukan, faktor penyebab underachiever, yaitu kondisi fisik, keadaan psikis, keluarga, sekolah, yang diungkapkan Semiawan (2004) menyebutkan bahwa sakit, ada gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau ada cacat fisik”. Hal-hal tersebut sangat mungkin menganggu proses belajar anak sehingga Hawadi faktor-faktor prestasinya tidak bisa menggambarkan kemampuannya. Selain kondisi fisik, kondisi psikis juga berpeluang menjadi faktor penyebab munculnya underachiever. Beberapa ahli mengungkapkan pendapat (2004) menyebutkan kepribadian yang bisa menyebabkan siswa underachiever seperti perfectionism , terlalu sensitif, tidak berdaya guna dalam keterampilan sosial, dengan siswa lain, tidak percaya diri, dan terlalu banyak kegiatan. Clark penyebab underachiever yang berasal dari sisi fisik misalnya anak mengalami 3) Kurang keterampilan sosial. malu dan rendah diri karena berbeda teman sebaya, dan masyarakat. ”faktor-faktor berlebih. Berdasarkan beberapa Seperti 2) Supersensitivity, yaitu kepekaan yang mengenai (Ajeng, 2012) juga menyebutkan kondisi pribadi anak yang berpotensi menyebabkan underachiever, yaitu sebagai berikut. 1) Adanya tekanan dalam diri sendiri untuk mencapai kesempurnaan. 2) Memiliki sensitivitas yang tinggi. 3) Kurangnya kemampuan sosial. 4) Merasa tertekan karena dianggap berbeda dengan anak lain, sehingga dikucilkan. 5) Merasa tidak cocok dengan kurikulum sekolah. Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 83 Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 6) Kurang sesuai dengan cara mengajar guru. sikap otoriter, sikap membiarkan atau 7) Kurang nyaman dengan lingkungan membolehkan secara berlebih, dan ketidakajegan sikap orang tua”. kelas. 8) Terlalu banyak minat terhadap sesuatu, sehingga sulit fokus. Menurut Rimm (Sabili,1998) ada beberapa 9) Terlalu banyak kegiatan sehingga tidak bisa perlindungan berlebih dari orang tua, memanajemen kegiatannya sendiri. faktor penyebab underachiever yang berasal dari keluarga sebagai berikut. 1) Perilaku orang tua yang perfectionist. Hawadi (2004) menyatakan bahwa ada beberapa faktor dari keluarga yang berpotensi menyebabkan 2) Orang tua terlalu meremehkan kemampuan anak. 3) Orang tua kurang perhatian. siswa underachiever, yaitu: 4) Orang tua bersikap terlalu permisif. 1) Belajar dan prestasi tidak mendapat 5) Konflik keluarga yang serius. penghargaan. 6) Orang tua sering mengkritik. 2) Tidak ada sikap positif orang tua terhadap karier anak. (overprotective) 3) Orang tua terlalu dominan dalam belajar anak. 4) Prestasi 7) Orangtua terlalu melindungi Selain faktor keluarga sekolah juga berpeluang menjadi salah satu faktor anak menjadi ancaman kebutuhan superioritas orang tua. 5) Adanya perebutan kekuasaan dalam keluarga penyebab underachiever. Siswa menghabiskan sebagian waktunya untuk belajar di sekolah. Oleh sebab itu sekolah berperan dalam menciptakan 6) Status sosial ekonomi yang rendah. berprestasi. 7) Keluarga mengalami disfungsi dengan kenyataannya sekolah juga berpotensi berbagai alasan. Munandar (2002) Akan tetapi siswa pada menyebabkan siswanya kurang mampu menyebutkan mengembangkan potensi yang dimiliki. bahwa ada beberapa kondisi keluarga Seperti yang diungkapkan oleh Hawadi yang (2004) bahwa terdapat beberapa faktor dapat menjadi mengakibatkan anaknya underachiever diataranya sekolah yang menjadi “keluarga dengan moral rendah, keluarga penyebab underachiever, yaitu sebagai terpecah berikut. (perceraian atau kematian), Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 84 Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 1) Lingkungan sekolah tidak mendukung atau memberikan penghargaan terhadap keberhasilan akademik. 3) Lingkungan kelas yang kaku dan otoriter. berdasarkan pada umumnya tes intelegensi hasil 2) Kerekteristik prestasi dinyatakan dalam bentuk tingkatan (grade). Untuk prestasi secara keseluruhan dinyatakan 4) Penghargaan tidak dibuat untuk perbedaan individual. dengan cara mengajar guru. sebaya dalam bentuk nilai pukul rata-rata dalam bentuk nilai komposit dari setiap 5) Gaya belajar siswa yang tidak cocok ternyata potensi dengan menggunakan skor 2) Kurikulum tidak cocok dengan siswa. Teman 1) Untuk prastasi. siswa juga bidang studi yang dipandang mewakili berbakat berpotensi menyebabkan underachiever. Menurut Runikasari (2012) mengatakan bahwa Langkah-langkah untuk menentukan siswa underachiever adalah sebagai berikut: 1) Menggolongkan siswa-siswa yang “salah pilih teman juga bisa menyebabkan berpotensi tinggi berdasarkan hasil tes seorang remaja menjadi underachiever”. intelegensi Pada usia remaja, teman menjadi segalanya bagi mereka, sehingga sangat sulit menolak pengaruh dari teman. 2) Menganalisa prestasi belajar untuk mengetahui siswa underachiever. Surya (1979) mengemukakan Ketika berteman dengan anak-anak yang bahwa pada umumnya dikenal ada tiga kurang memperhatikan prestasi, maka macam prosedur yang ditempuh untuk akan membuat siswa juga malas belajar. mengidentifikasi siswa underachiever. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya 1) Identifikasi dengan mengelompokkan ketakutan ditinggalkan teman, sehingga siswa yang sama taraf potensinya, mereka lebih baik mengalahkan prestasi kemudian belajar daripada pertemanannya. belajarnya. Jadi, terlebih dahulu harus membandingkan prestasi mengidentifikasi siswa yang memiliki c. Kriteria Underachiver Surya bahwa untuk (1979) potensi yang tergolong tinggi, dan mengemukakan mengidentifikasi siswa underachiever terlebih dahulu ditetapkan karakteristik potensi dan prestasi. setelah itu dibandingkan diantara prestasi mereka belajarnya. Mereka yang berprestasi belajar rendah dikelompokkan sebagai Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung siswa 85 Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 underachiever dan mereka yang Tabel 2.1 Katagori Underachiever berprestasi tinggi digolongkan siswa berprestasi lebih. Kategori Underachiever 2) Identifikasi dengan membandingkan Kategori IQ Prestasi Di bawah 80 0 – 15 underachiever adalah mereka yang Jauh di bawah ratarata Di bawah rata-rata 80 – 89 16 – 29 memiliki Rendah rata-rata 90 – 94 30 – 44 Rata-rata 95 – 104 45 – 55 3) Identifikasi dengan memperhitungkan Rata-rata tinggi 105 – 109 56 – 69 rasio antara hasil potensi dengan Di atas rata-rata 110 – 119 70 – 79 prestasi. Siswa underachiever adalah Unggulan 120 – 129 80 – 89 siswa Sangat unggul 130 + 90 – 99 potensi dan prestasi. prestasi lebih Siswa rendah dibandingkan dengan potensinya. yang memiliki rasio yang rendah. 4) Identifikasi dengan membandingkan antara nilai prestasi belajar yang 3. KESIMPULAN Siswa yang underachiever tidak diperoleh dengan nilai prestasi belajar percaya yang diharapkan berdasarkan pola kemampuan untuk berprestasi, karenanya yang telah ditetapkan. Mereka yang mereka tidak berusaha keras untuk belajar memiliki nilai nyata lebih rendah dari dan mudah menyerah ketika menghadapi nilai yang diharapkan, diidentifikasi kegagalan. Kemudian kegagalan dalam sebagai siswa underachiever. bidang akademik akan membuat mereka Silvia mengemukakan B Rimm (1986) kriteria siswa bahwa mereka mempunyai tidak percaya diri dalam belajar sehingga mereka kehilangan konsep dirinya. underachiever dengan membandingkan Hubungan yang negatif antara konsep diri skor IQ yang dimiliki siswa dengan akademik dengan prestasi akademik yang diperoleh dari lingkaran yang nilai rata-rata raportnya. Adapun batasan underachievement sulit diputus. prestasi membuat menjadi pola yang digunakan untuk membatasi luasnya Salah satu penyebab utama anak underachiever pada siswa adalah sebagai menjadi underachiever ialah cara kita berikut. membimbing anak kita baik di rumah maupun di sekolah. Kita menggunakan memakai metode one size fits all ( atau Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 86 Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 dalam ukuran baju disebut free size atau all size). Artinya anak dipaksakan mengikuti sistem yang ada. Misalnya, guru mengatakan bahwa kurikulum sudah demikian maka anak harus mengikutinya begitu. Orang tua juga hanya menurut guru dan berkata pada anak, “Apa yang Hawadi. (2004). Akselerasi A-Z Informasi Program Percepatn Belajar dan Anak berbakat Intelektual. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. Munandar. (2002). Kreativitas & Keberbakatan; Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. (2004) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. dikatakan guru sudah bagus. Kamu harus ikut sistem sekolah!” Prestasi anak menjadi rendah, namun tidak pernah Nedi. terpikirkan bahwa mungkin caranya yang salah, bukan anaknya. Lalu bagaimana solusinya? Anak-anak underachiever butuh curahan kasih sayang yang lebih. Orang tua dan para pendidik perlu menerima anak apa adanya. 4. DAFTAR PUSTAKA Ajeng. Delisie. (2012). Karakteriskik siswa Underachiever. [Onlene]. Tersedia : http://ajenganjar. blogspot.com. [12 februari 2015]. (1992). Dealing with the Stereotype of Underachiverment. Tersedia di http://www.geocities.com/Athens ?Crete?1019/Interests/delisle.htm l. [12 februari 2015]. Depdikbud. (1992). Empat Strategi Dasar Kebijakan Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud. (2008). Metode serta Media Pembelajaran. Tersedia di www. Indoskripsi.com. [12 februari 2015]. Nurihsan. Juntika (2006). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai latar Belakang Kehidupan. Bandung: Bandung: Refika Aditama Panji. (2008). Pengaruh Kebiasaan Belajar dan Kecerdasan Terhadap Hasil Belajar. [Online]. Tersedia di http://semuatentangbelajar.blogs pot.com/ [12 februari 2015]. Rahmi. (2008). Anak Underachiver : Berpotensi Meski Tak Berprestasi. [Online]. Tersedia di http://halohalo.co.id/index2.php. [12 februari 2015]. Rimm, Silvia. B. (1986). Underachievement Syndrome Cause and Curse. Watertovn: Apple Publishing. Djamarah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 87 Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88 (2000). Why Bright Kids Get Poor Grades. Alih bahasa: A Mangunhardjana. Jakarta. Grasindo. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Surabaya: KARINA. Runikasari. (2012). Motivasi Remaja Underachiever. [Online] Tersedia; http://www.lptui.com/artikel (5 februari 2015). Withmore. (1980). Giftedness, conflict and underachievement. Boston: Allyn and Bacon. Sabili (1998). Beberapa faktor penyebab underachiver. [Online] Tersedia di www.gwocities.com. (5 februari 2016). Yusuf. Samsu (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Roskadarya. Semiawan. (2004). Perkembangan Anak Usia Dini. Makalah dalam Seminar Pendidikan Nasional Anak Usia Dini (Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda Depdiknas dengan UNJ, 9 - 11 Oktober. 2004), p. 8 Surya. (1979 ). Pengaruh Faktor-Faktor non Intelektual Terhadap gejala Prestasi Kurang. Disertasi FPS IKIP Bandung. Tidak diterbitkan. (1983). Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisi. Tarmidi. (2008). Underachiver. [Online]. Tersedia di htt://tarmizi.wordpress.com/2008 /11/19/underachiver/konsep guru siswa underachiver/[diakses 16 februari 2015] Trevallion. (2008). Underachievement: A Model For Improving Academic Direction In School. [Onlene]. Tersedia di vvaare.edu.au [diakses 16 februari 2015] Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 88