understanding of underachiever students

advertisement
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
UNDERSTANDING OF UNDERACHIEVER
STUDENTS
Nurfaizal
Bimbingan dan Konseling, STKIP Muhammadiyah Pringsewu
Email: [email protected]
Good learning habit will determine students learning achievement. Underachiever
students do not have good learning habit. They have characteristis for instance
bad competence in doing school assignment, bad learning habit, having
acceptance problem from their contemporary friends, having bad concentration in
school activities, do not have self management both in the school and home,
getting bored easily, leaving school activities, having good abiliy in spoken but
not in written, no patient, busy with their mind, less honesty, frequently
criticizing their self, having bad relationship with their friends, causing noise in
the class. Thus, underachiever students have to be understood and assisted in
order to develop maximally.
Key Words: underachiever students.
merupakan
1. PENDAHULUAN
Pendidikan juga merupakan dasar
bagi
kemajuan
dan
kelangsungan
unsur
penting
dalam
membangun masyarakat, kebudayaan dan
perkembangan bangsa. Penegasan dari
individu. Melalui pendidikan, individu
tujuan pendidikan,
memperoleh informasi dan pengetahuan
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
yang
ayat 1 yang berbunyi: Pendidikan adalah
dapat
dipergunakan
mengembangkan
diri
sesuai
untuk
dengan
usaha
sadar
dalam UU Sistem
dan
terencana
untuk
kemampuan, dan kesempatan yang ada.
mewujudkan suasana belajar dan proses
Pendidikan bertujuan menyiapkan siswa
pembelajaran agar peserta didik secara
menjadi
aktif mengembangkan potensi dirinya
anggota
masyarakat
yang
memiliki kemampuan akademik yang
untuk
dapat menerapkan dan mengembangkan
keagamaan,
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
kepribadian,
Pendidikan harus memberikan dampak
keterampilan yang diperlukan dirinya,
positif bagi kehidupan masyarakat dan
masyarakat, bangsa dan Negara.
kebudayaan
nasional
1992:149).
Pernyataan
menyiratkan
arti
(Depdikbud,
pendidikan
memiliki
Menurut
kekuatan
spritual
pengendalian
diri,
akhlak
mulia,
Nurihsan
serta
(2006:3)
tersebut
pendidikan yang bermutu di lingkungan
yang
pendidikan haruslah yang seimbang, yang
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
76
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
tidak hanya mampu mengantarkan pesera
prestasi. Fasilitas tersebut ditunjukkan
didik
agar individu mengenali, menemukan,
pada
pencapaian
standar
kemampuan profesional akademis, tetapi
dan
juga mampu membuat perkembangan diri
dimilikinya.
yang sehat dan produktif.
Sekolah
mengembangkan
Usaha
merupakan
potensi
dalam
yang
mengembangkan
lembaga
potensi individu dalam pendidikan dapat
pendidikan formal yang secara sistematik
dilakukan dengan mengacu pada dua
melaksanakan
komponen
program
bimbingan,
utama
pengajaran, dan latihan dalam rangka
program
membantu
pembelajaran.
siswa
agar
mampu
yaitu,
pendidikan
dan
Proses
proses
pembelajaran
mengembangkan potensinya, baik yang
merupakan
menyangkut
moral-spritual,
mewujudkan tujuan pendidikan, karena di
intelektual, emosional maupun sosial
dalamnya terdapat program dan aktivitas
(Yusuf, 2005:95).
belajar untuk memfasilitasi siswa dalam
aspek
usaha
kurikulum
strategis
untuk
Bimbingan dan konseling sebagai
mencapai perkembangan yang optimal,
bagian integral pendidikan mempunyai
yaitu situasi di mana siswa telah dapat
peran penting dalam mendukung dan
mengaktualisasikan potensi-potensi yang
memfasilitasi
terdapat di dalam dirinya.
pengembangan
potensi
peserta didik secara optimal. Sesuai
Salah satu indikator pencapaian
dengan tujuan pendidikan sebagaimana
keberhasilan belajar siswa dapat dilihat
yang dinyatakan dalam pasal 3, undang-
dari prestasi yang didapatkan, karena
undang sistem pendidikan nasional yaitu
prestasi
berkembangnya potensi peserta didik agar
manifestasi dari perubahan sebagai hasil
menjadi manusia yang beriman dan
dari proses belajar. Namun demikian,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
tidak
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
prestasi sesuai dengan potensi yang
kreatif, mandiri, dan menjadi warga
dimiliki,
negara yang bertanggung jawab.
menampilkan hasil optimal.
Salah satu kata kunci dari definisi
pendidikan
di
atas
belajar
semua
siswa
siswa
merupakan
dapat
mencapai
banyak di antara siswa tidak
Proses belajar yang dilakukan siswa
adalah
di sekolah pada kenyataannya dipengaruhi
mengembangnya potensi siswa. Peran
oleh berbagai faktor, sehingga hasil
pendidikan adalah memfasilitasi menjadi
belajar
yang
dicapai
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
akan
sangat
77
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
tergantung pada interaksi dari berbagai
prestasi belajarnya tergolong rendah atau
faktor yang saling terkait antara satu
dibawah
dengan
dimilikinya, (Surya :1983).
yang
merupakan
lainya.
salah
satu
Inteligensi
faktor
yang
rata-rata
Sedangkan
potensi
Rimm
yang
(2000:218)
diprediksikan sebagai penyebab utama
mengemukakan bahwa yang dimaksud
dalam pencapaian prestasi belajar siswa
dengan underachiever adalah kemampuan
oleh karena itu tingkat inteligensi sering
anak dalam penelitian ini dijabarkan
digunakan
meramalkan
dengan skor IQ yang diperoleh siswa.
kemampuan dalam belajar serta prestasi
Sedangkan prestasi sekolah dijabarkan
yang akan diraih siswa.
dalam bentuk nilai tes hasil belajar. Untuk
untuk
Dalyono
(Djamarah,
menyebutkan
secara
2002:160)
tegas
mengidentifikasi
underachiever
bahwa
didasarkan kereteria perkembangan antara
seseorang yang memiliki inteligensi baik
IQ dengan proses perbandingan dalam
(IQ-nya tinggi) umumnya mudah dalam
tiga mata pelajaran, tidak sesuai, mata
belajar dan hasilnya cenderung baik,
pelajaran dibawah rata-rata kelompok
sebaliknya orang yang inteligensinya
(total/kelasnya masing-masing.
rendah, cenderung mengalami kesukaran
dalam belajar,
lambat
berpikir, dan
prestasi yang rendah.
Secara teoritis dapat dinyatakan
bahwa siswa yang mempunyai tingkat
intelegensi normal bisa memperoleh hasil
Oleh karena itu, menurut Nasution
(Djamrah,
2002:160)
mempunyai
peran
kecerdasan
penting
dalam
belajar yang baik jika ia mempunyai
kebiasaan
lingkungan
belajar
yang
sekitarnya
baik
dan
memberikan
menentukan berhasil tidaknya seseorang
pengaruh yang positif. Sebaliknya, jika
mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu
siswa yang memiliki tingkat kecerdasan
program pendidikan dan pengajaran. Dan
yang tinggi tidak didukung dengan
orang yang lebih cerdas pada umumnya
kebiasaan belajar yang baik maka tidak
akan lebih mampu belajar dari pada orang
menutup kemungkinan akan mendapat
yang kurang cerdas.
hasil belajar yang kurang memuaskan.
Kebiasaan belajar yang baik akan
2. PEMBAHASAN
Underachiever adalah siswa yang
memiliki potensi tergolong tinggi tetapi
menentukan
prestasi
belajar
yang
diperoleh oleh siswa. Menurut Nedi
(2008) suatu tuntutan atau tekad serta
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
78
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
cita-cita yang ingin
mendorong
dicapai dapat
seseorang
sekolah, tidak bisa mengatur diri baik di
untuk
rumah maupun di sekolah, mudah bosan,
membiasakan dirinya melakukan sesuatu
“meninggalkan” kegiatan kelas, memiliki
agar apa yang diinginkannya tercapai
kemampuan berbahasa oral yang baik tapi
dengan baik. Kebiasaan belajar yang baik
buruk dalam menulis, mudah terdistraksi
akan dapat meningkatkan prestasi belajar
dan
siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang
pikirannya sendiri, kurang jujur, sering
tidak
mengkritik diri sendiri,
baik
cenderung
menyebabkan
prestasi belajar siswa menjadi rendah.
Berdasarkan
Francisco
penelitian
(Panji,
2008)
tidak
sabaran,
sibuk
dengan
mempunyai
hubungan pertemanan yang kurang baik,
San
mengatakan
suka bercanda di kelas
(membuat
keributan), ramah terhadap orang yang
bahwa keberhasilan siswa dalam studinya,
lebih tua, dan berperilaku
kebiasaan belajar menduduki ranking
biasa.
yang tidak
tertinggi di atas minat dan IQ.
Banyak
ditemukan
underachiever
tidak
siswa
a. Karakteristik Underachiever
mempunyai
Pada
masa
anak-anak
siswa
kebiasaan yang baik. Menurut Rahmi
underachiever menunjukan kemampuan
(2008) mengemukakan bahwa pada siswa
belajar yang sangat baik. Namun secara
underachiever dapat
perlahan-lahan
biasanya mereka
prestasinya
terus
tidak punya keinginan untuk sekolah dan
menurun. Penurunan prestasi ini nampak
berprestasi. Sekolah acapkali dijadikan
jelas dari nilai-nilai ulangan dan nilai
prioritas terakhir dan selalu kalah dengan
raport yang semakin lama makin rendah,
kegiatan
bahkan ada yang sulit untuk mencapai
lainnya
yang
disukainya,
misalnya bolos hanya untuk bermain.
nilai
rata-rata.
Siswa
underachiever
Selain itu Preckle at al. (Tarmidi,
dikatakan tidak berprestasi sesuai dengan
2008:9) mengemukakan bahwa siswa
kemampuannya, sebenarnya mereka bisa
underachiever
karakteristik
mencapai prestasi yang baik jika sedang
keahlian dalam
dalam keadaan penuh semangat. Namun
tugas-tugas sekolah, kebiasaan belajar
ketika motivasinya hilang, prestasi belajar
yang
masalah
yang diraihnya kembali buruk (Rimm,
sebaya,
1986).
memiliki
antara lain buruknya
buruk,
penerimaan
memiliki
oleh
teman
konsentrasi yang buruk dalam aktivitas
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
79
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
Berkaitan
dengan
karakteristik
underachiever ditemukan bahwa siswa
underachiever
Kaufman
underachiever cenderung menarik diri
(Trevallion, 2008) menyatakan bahwa
dari pergaulan, tidak mandiri, merasa
siswa underachiever tampil dalam dua
tidak mempunyai kebiasaan bertindak
arah perilaku di dalam kelas yaitu
tidak ada rasa memiliki, dan merasa
perilaku agresif atau menghindar. Siswa
tidak berarti. Sedangkan siswa achiver
underachiever sering mengatakan bahwa
menunjukan kepercayaan diri, merasa
pelajaran di sekolah tidak relevan atau
bebas membuat pilihan sendiri. bisa
tidak penting karena itu mereka biasanya
menghadapi kesulitan dan mengatasinya
lebih tertarik dengan kegiatan lain selain
dengan baik.
siswa
kegiatan sekolah.
Siswa
Karakteristik
dari
menilai
siswa
dirinya inadekuat dan rendah diri. Dilain
underachiever dinyatakan oleh Rimm
pihak siswa achiever dapat menerima
(1986) yaitu buruknya keahlian dalam
dirinya, penuh optimisme, serta percaya
mengerjakan
sekolah,
diri akan kemampuan-kemampuannya.
kebiasaan belajar yang buruk, memiliki
Selain itu siswa underacniever mampu
masalah penerimaan oleh teman sebaya,
membuat target-target yang reailistis
konsentrasi yang buruk dalam aktivitas
untuk diwujudkan, sedangkan siswa-
sekolah, tidak bisa mengatur
siswa underachiever adalah image diri
dengan
lain
underachiever
tugas-tugas
dirinya
baik di rumah maupun di
yang buruk.
sekolah, mudah bosan, '"meninggalkan''
Penelitian yang diadakan oleh
kegiatan kelas, memiliki kemampuan
Combs (Withmore, 1980) memberikan
berbahasa yang baik tetapi buruk dalam
ringkasan
menulis,
mudah terdistraksi dan tidak
siswa underachiever sebagai berikut: 1)
sabaran, sibuk dengan pikirannya sendiri,
memandang diri kurang mampu atau
kurang jujur,
tidak adekuat (memenuhi syarat) 2)
sendiri,
sering mengkritik diri
kepribadian
hubungan
memandang diri kurang diterima oleh
pertemanan yang kurang baik, suka
orang lain 3) memandang teman sebaya
bercanda di kelas (membuat keributan),
kurang
dan berperilaku yang tidak biasa.
memandang orang dewasa kurang mau
Beberapa
mempunyai
karakteristik
penelitian
yang
membandingkan siswa achiever dan
mau
menerima
mereka
4)
menerima mereka 5) tidak merasa punya
kebebasan,
dan
kurang
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
mampu
80
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
mengekspresikan perasaan dengan tepat
3)
Karakteristik tersier. Karena siswa
6) pendekatan terhadap masalah tidak
underachiever menghindari usaha
efisien dan tidak efektif.
dan prestasi untuk melindungi rasa
Rimm dan Whitmore (Munandar,
2002)
siswa
mengungkapkan
underachiever
harga diri mereka yang rentan, maka
karakteristik
adalah
timbul karakteristik tersier berupa
sebagai
kebiasaan buruk yang diperlihatkan
berikut.
1)
di sekolah.
Karakteristik primer: rasa harga diri
yang
rendah,
paling
karakteristik
yang
ditemukan
secara
sering
konsisten pada siswa underachiever
(1992)
mengungkapkan
secara jelas mengenai karakteristik siswa
underachiever sebagai berikut.
1)
Menemukan secara berulang-ulang
adalah rasa harga diri yang rendah.
adanya konsep diri yang rendah
Mereka
terutama pada aspek eveluasi diri,
tidak
kemampuan
2)
Delisie
percaya
yang
dengan
dimiliki
dan
memiliki
rasa
inferior
merasa tidak mampu melakukan apa
ditunjukan
yang menjadi harapan orang tua dan
ketidakpercayaan,
guru terhadap mereka.
perhatian,
Karakteristik
sekunder:
perilaku
mengakibatkan
perilaku
bentuk
kurangnya
dan
memperlihatkan
menghindar. Rasa harga diri yang
rendah
dengan
yang
sesekali
permusuhan
terhadap orang lain,
2)
Sering merasa ditolak oleh keluarga
menghindar yang non produktif baik
dan merasa orang tua tidak puas
di
terhadap mereka,
sekolah
Misalnya.
menghindari
maupun
siswa
rumah.
underachiever
3)
Karena rasa tidak percaya, mereka
berprestasi
tidak bertanggung jawab terhadap
dengan menyatakan bahwa belajar
perilakunya, dan tidak dapat keluar
adalah suatu kegiatan yang tidak ada
dari konflik dan masalah.
gunanya.
upaya
di
Dengan
perilaku
4)
Memperlihatkan tanda permusuhan
menghindar mereka melindungi diri
terhadap figur orang dewasa yang
dari menghindar tersebut diantaranya
berwibawa
adalah menyalahkan sekolah untuk
masyarakat,
menghindari tanggung jawab mereka
untuk berprestasi.
5)
Menantang
dan
dipercayai
pengaruh
yang
diberikan guru dan orang tua lain,
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
81
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
6)
Merasa menjadi korban,
7)
Tidak menyukai sekolah dan guru
serta
memiliki
18)
sikap
negatif
Tidak
mampu
berfikir
dan
merencanakan masa depan.
Ciri umum lain yang ditampilkan
terhadap sekolah,
siswa underachiever menurut Runikasari
8)
Memperlihatkan sikap sukarelawan,
(2012) adalah sebagai berikut.
9)
Memiliki
dan
 Memiliki self esteem yang rendah,
keterampilan akademik yang lemah
kurang merasa berharga untuk tampil
dan kurang
diantara
10)
Cenderung
motivasi
memiliki
kebiasaan
studi yang jelek, kurang dalam
pengerjaan
tugas
rumah,
dan
meninggalkan pekerjaan sebelum
Kurang
dalam
penyelesaian
intelektual,
12)
13)
Berpegang
teguh
pada
status
komunikasi,
menghindari risiko, tidak berdaya
 Pasif, taat hanya sekedarnya saja
 Agresif, memberontak
 Menolak perintah atau instruksi dari
Kurang
memiliki
kematangan
tokoh otoritas (orangtua, guru dan
lain-lain)
Memperlihatkan penyesuaian diri
Tidak memiliki minat, hobi, dan
kreativitas yang dapat digunakan
 Menyalahkan orang lain kalau ada
masalah
 Kurang konstruktif dalam kelompok
 Tidak punya tokoh identifikasi, tidak
punya teman dekat
dalam mengisi waktu luang,
Sering menunjukkan nilai tes yang
 Kurang fleksibel, sering „mentok‟,
kreativitas rendah
jelek,
17)
yang gagal atau tidak berguna
kurang populir di kelas
perasaan secara terbatas,
16)
realistis, kadang merasa sebagai anak
kepemimpinan yang rendah dan
yang rendah dan mengeksperesikan
15)
 Memiliki konsep diri yang tidak
(menunggu diajak orang lain)
dalam belajar,
14)
atau
keluarganya
 Menghindari
selesai,
11)
teman-teman
Cenderung memiliki aspirasi yang
 IQ lebih tinggi dari prestasi dan
rendah dalam belajar dan tidak
prestasinya
memiliki
bagus, kadang tidak
pendapat
yang
jelas
inkonsisten:
kadang
mengenai tujuan pekerjaan,
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
82
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
 Tidak
menyelesaikan
pekerjaan
piskis
yang
rentan
menjadi
penyebab underachiever.
rumah
 Takut
kondisi
gagal
(atau
sukses)
Menurut
dan
beberapa
menghadapi ulangan.
 Tidak punya inisiatif, malas, bahkan
Munandar
kerentanan
menyebabkan
(2004)
yang
seseorang
ada
dapat
menjadi
underachiever, yaitu:
depresi.
1) Perfeksionisme, yaitu dorongan untuk
b. Penyebab Underachiver
mencapai kesempurnaan.
Munculnya underachiever
tidak
serta merta dengan sendirinya. Ada
beberapa faktor yang berpotensi menjadi
penyebab underachiever.
kajian
teori
yang
diasumsikan
penulis
lakukan,
faktor
penyebab underachiever, yaitu kondisi
fisik, keadaan psikis, keluarga, sekolah,
yang
diungkapkan
Semiawan (2004) menyebutkan bahwa
sakit,
ada
gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan, atau
ada cacat fisik”. Hal-hal tersebut sangat
mungkin menganggu proses belajar anak
sehingga
Hawadi
faktor-faktor
prestasinya
tidak
bisa
menggambarkan kemampuannya.
Selain kondisi fisik, kondisi psikis
juga berpeluang menjadi faktor penyebab
munculnya underachiever. Beberapa ahli
mengungkapkan
pendapat
(2004)
menyebutkan
kepribadian
yang
bisa
menyebabkan siswa underachiever seperti
perfectionism
, terlalu
sensitif,
tidak
berdaya guna dalam keterampilan sosial,
dengan siswa lain, tidak percaya diri, dan
terlalu banyak kegiatan.
Clark
penyebab underachiever
yang berasal dari sisi fisik misalnya anak
mengalami
3) Kurang keterampilan sosial.
malu dan rendah diri karena berbeda
teman sebaya, dan masyarakat.
”faktor-faktor
berlebih.
Berdasarkan
beberapa
Seperti
2) Supersensitivity, yaitu kepekaan yang
mengenai
(Ajeng,
2012)
juga
menyebutkan kondisi pribadi anak yang
berpotensi
menyebabkan underachiever,
yaitu sebagai berikut.
1)
Adanya tekanan dalam diri sendiri
untuk mencapai kesempurnaan.
2) Memiliki sensitivitas yang tinggi.
3) Kurangnya kemampuan sosial.
4) Merasa tertekan karena dianggap
berbeda dengan anak lain, sehingga
dikucilkan.
5) Merasa tidak cocok dengan kurikulum
sekolah.
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
83
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
6) Kurang sesuai dengan cara mengajar
guru.
sikap otoriter, sikap membiarkan atau
7) Kurang nyaman dengan lingkungan
membolehkan
secara
berlebih,
dan
ketidakajegan sikap orang tua”.
kelas.
8) Terlalu banyak minat terhadap sesuatu,
sehingga sulit fokus.
Menurut Rimm (Sabili,1998) ada
beberapa
9) Terlalu banyak kegiatan sehingga tidak
bisa
perlindungan berlebih dari orang tua,
memanajemen
kegiatannya
sendiri.
faktor
penyebab
underachiever yang berasal dari keluarga
sebagai berikut.
1) Perilaku orang tua yang perfectionist.
Hawadi (2004) menyatakan bahwa
ada beberapa faktor dari keluarga yang
berpotensi
menyebabkan
2) Orang tua terlalu meremehkan
kemampuan anak.
3) Orang tua kurang perhatian.
siswa underachiever, yaitu:
4) Orang tua bersikap terlalu permisif.
1) Belajar dan prestasi tidak mendapat
5) Konflik keluarga yang serius.
penghargaan.
6) Orang tua sering mengkritik.
2) Tidak ada sikap positif orang tua
terhadap karier anak.
(overprotective)
3) Orang tua terlalu dominan dalam
belajar anak.
4) Prestasi
7) Orangtua terlalu melindungi
Selain faktor keluarga sekolah juga
berpeluang menjadi salah satu faktor
anak
menjadi
ancaman
kebutuhan superioritas orang tua.
5) Adanya perebutan kekuasaan dalam
keluarga
penyebab underachiever.
Siswa
menghabiskan sebagian waktunya untuk
belajar di sekolah. Oleh sebab itu sekolah
berperan
dalam
menciptakan
6) Status sosial ekonomi yang rendah.
berprestasi.
7) Keluarga mengalami disfungsi dengan
kenyataannya sekolah juga berpotensi
berbagai alasan.
Munandar (2002)
Akan
tetapi
siswa
pada
menyebabkan siswanya kurang mampu
menyebutkan
mengembangkan potensi yang dimiliki.
bahwa ada beberapa kondisi keluarga
Seperti yang diungkapkan oleh Hawadi
yang
(2004) bahwa terdapat beberapa faktor
dapat
menjadi
mengakibatkan
anaknya
underachiever diataranya
sekolah
yang
menjadi
“keluarga dengan moral rendah, keluarga
penyebab underachiever, yaitu sebagai
terpecah
berikut.
(perceraian
atau
kematian),
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
84
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
1) Lingkungan sekolah tidak mendukung
atau
memberikan
penghargaan
terhadap keberhasilan akademik.
3) Lingkungan kelas yang kaku dan
otoriter.
berdasarkan
pada
umumnya
tes
intelegensi
hasil
2) Kerekteristik
prestasi
dinyatakan
dalam bentuk tingkatan (grade). Untuk
prestasi secara keseluruhan dinyatakan
4) Penghargaan
tidak
dibuat
untuk
perbedaan individual.
dengan cara mengajar guru.
sebaya
dalam bentuk nilai pukul rata-rata
dalam bentuk nilai komposit dari setiap
5) Gaya belajar siswa yang tidak cocok
ternyata
potensi
dengan menggunakan skor
2) Kurikulum tidak cocok dengan siswa.
Teman
1) Untuk
prastasi.
siswa
juga
bidang studi yang dipandang mewakili
berbakat
berpotensi
menyebabkan underachiever.
Menurut
Runikasari (2012) mengatakan bahwa
Langkah-langkah
untuk
menentukan siswa underachiever adalah
sebagai berikut:
1) Menggolongkan
siswa-siswa
yang
“salah pilih teman juga bisa menyebabkan
berpotensi tinggi berdasarkan hasil tes
seorang remaja menjadi underachiever”.
intelegensi
Pada
usia
remaja,
teman
menjadi
segalanya bagi mereka, sehingga sangat
sulit menolak pengaruh dari teman.
2) Menganalisa prestasi belajar untuk
mengetahui siswa underachiever.
Surya
(1979)
mengemukakan
Ketika berteman dengan anak-anak yang
bahwa pada umumnya dikenal ada tiga
kurang memperhatikan prestasi, maka
macam prosedur yang ditempuh untuk
akan membuat siswa juga malas belajar.
mengidentifikasi siswa underachiever.
Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya
1) Identifikasi dengan mengelompokkan
ketakutan ditinggalkan teman, sehingga
siswa yang sama taraf potensinya,
mereka lebih baik mengalahkan prestasi
kemudian
belajar daripada pertemanannya.
belajarnya. Jadi, terlebih dahulu harus
membandingkan
prestasi
mengidentifikasi siswa yang memiliki
c. Kriteria Underachiver
Surya
bahwa
untuk
(1979)
potensi yang tergolong tinggi, dan
mengemukakan
mengidentifikasi
siswa
underachiever terlebih dahulu ditetapkan
karakteristik potensi dan prestasi.
setelah
itu
dibandingkan
diantara
prestasi
mereka
belajarnya.
Mereka yang berprestasi belajar rendah
dikelompokkan
sebagai
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
siswa
85
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
underachiever
dan
mereka
yang
Tabel 2.1
Katagori Underachiever
berprestasi tinggi digolongkan siswa
berprestasi lebih.
Kategori Underachiever
2) Identifikasi dengan membandingkan
Kategori
IQ
Prestasi
Di bawah 80
0 – 15
underachiever adalah mereka yang
Jauh di bawah ratarata
Di bawah rata-rata
80 – 89
16 – 29
memiliki
Rendah rata-rata
90 – 94
30 – 44
Rata-rata
95 – 104
45 – 55
3) Identifikasi dengan memperhitungkan
Rata-rata tinggi
105 – 109
56 – 69
rasio antara hasil potensi dengan
Di atas rata-rata
110 – 119
70 – 79
prestasi. Siswa underachiever adalah
Unggulan
120 – 129
80 – 89
siswa
Sangat unggul
130 +
90 – 99
potensi
dan
prestasi.
prestasi
lebih
Siswa
rendah
dibandingkan dengan potensinya.
yang
memiliki
rasio
yang
rendah.
4) Identifikasi dengan membandingkan
antara nilai prestasi belajar yang
3. KESIMPULAN
Siswa yang underachiever tidak
diperoleh dengan nilai prestasi belajar
percaya
yang diharapkan berdasarkan pola
kemampuan untuk berprestasi, karenanya
yang telah ditetapkan. Mereka yang
mereka tidak berusaha keras untuk belajar
memiliki nilai nyata lebih rendah dari
dan mudah menyerah ketika menghadapi
nilai yang diharapkan, diidentifikasi
kegagalan. Kemudian kegagalan dalam
sebagai siswa underachiever.
bidang akademik akan membuat mereka
Silvia
mengemukakan
B
Rimm
(1986)
kriteria
siswa
bahwa
mereka
mempunyai
tidak percaya diri dalam belajar sehingga
mereka
kehilangan
konsep
dirinya.
underachiever dengan membandingkan
Hubungan yang negatif antara konsep diri
skor IQ yang dimiliki siswa dengan
akademik
dengan
prestasi akademik yang diperoleh dari
lingkaran
yang
nilai rata-rata raportnya. Adapun batasan
underachievement sulit diputus.
prestasi
membuat
menjadi
pola
yang digunakan untuk membatasi luasnya
Salah satu penyebab utama anak
underachiever pada siswa adalah sebagai
menjadi underachiever ialah cara kita
berikut.
membimbing anak kita baik di rumah
maupun di sekolah. Kita menggunakan
memakai metode one size fits all ( atau
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
86
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
dalam ukuran baju disebut free size atau
all
size).
Artinya
anak
dipaksakan
mengikuti sistem yang ada. Misalnya,
guru mengatakan bahwa kurikulum sudah
demikian maka anak harus mengikutinya
begitu.
Orang tua juga hanya menurut guru
dan berkata pada anak, “Apa yang
Hawadi. (2004). Akselerasi A-Z Informasi
Program Percepatn Belajar dan
Anak
berbakat
Intelektual.
Jakarta: Gramedia Widia Sarana
Indonesia.
Munandar. (2002).
Kreativitas
&
Keberbakatan;
Strategi
Mewujudkan Potensi Kreatif &
Bakat. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
(2004)
Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat.
Jakarta: Rineka Cipta.
dikatakan guru sudah bagus. Kamu harus
ikut
sistem
sekolah!”
Prestasi
anak
menjadi rendah, namun tidak pernah
Nedi.
terpikirkan bahwa mungkin caranya yang
salah, bukan anaknya. Lalu bagaimana
solusinya?
Anak-anak
underachiever
butuh curahan kasih sayang yang lebih.
Orang tua dan para pendidik perlu
menerima anak apa adanya.
4. DAFTAR PUSTAKA
Ajeng.
Delisie.
(2012). Karakteriskik siswa
Underachiever.
[Onlene].
Tersedia : http://ajenganjar.
blogspot.com.
[12
februari
2015].
(1992). Dealing with the
Stereotype
of
Underachiverment. Tersedia di
http://www.geocities.com/Athens
?Crete?1019/Interests/delisle.htm
l. [12 februari 2015].
Depdikbud.
(1992). Empat Strategi
Dasar Kebijakan Pendidikan
Nasional. Jakarta: Depdikbud.
(2008).
Metode
serta Media Pembelajaran.
Tersedia
di
www.
Indoskripsi.com. [12 februari
2015].
Nurihsan. Juntika (2006). Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling Dalam
Berbagai
latar
Belakang
Kehidupan. Bandung: Bandung:
Refika Aditama
Panji.
(2008). Pengaruh Kebiasaan
Belajar
dan
Kecerdasan
Terhadap
Hasil
Belajar.
[Online].
Tersedia
di
http://semuatentangbelajar.blogs
pot.com/ [12 februari 2015].
Rahmi. (2008). Anak Underachiver :
Berpotensi
Meski
Tak
Berprestasi. [Online]. Tersedia
di
http://halohalo.co.id/index2.php.
[12 februari 2015].
Rimm,
Silvia.
B.
(1986).
Underachievement
Syndrome
Cause and Curse. Watertovn:
Apple Publishing.
Djamarah. (2002). Psikologi Belajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
87
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 76-88
(2000). Why Bright Kids Get
Poor Grades. Alih bahasa: A
Mangunhardjana.
Jakarta.
Grasindo.
Undang-Undang Republik Indonesia No.
20 Tahun 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2004.
Surabaya: KARINA.
Runikasari. (2012). Motivasi Remaja
Underachiever.
[Online]
Tersedia;
http://www.lptui.com/artikel
(5 februari 2015).
Withmore. (1980). Giftedness, conflict
and underachievement. Boston:
Allyn and Bacon.
Sabili (1998). Beberapa faktor penyebab
underachiver. [Online] Tersedia
di www.gwocities.com.
(5
februari 2016).
Yusuf.
Samsu
(2005).
Psikologi
Perkembangan
Anak
dan
Remaja.
Bandung:
Remaja
Roskadarya.
Semiawan. (2004). Perkembangan Anak
Usia Dini. Makalah dalam
Seminar Pendidikan Nasional
Anak Usia Dini (Jakarta: Ditjen
PLS dan Pemuda Depdiknas
dengan UNJ, 9 - 11 Oktober.
2004), p. 8
Surya. (1979 ). Pengaruh Faktor-Faktor
non Intelektual Terhadap gejala
Prestasi Kurang. Disertasi FPS
IKIP
Bandung.
Tidak
diterbitkan.
(1983). Psikologi Konseling.
Bandung: Pustaka Bani Quraisi.
Tarmidi. (2008). Underachiver. [Online].
Tersedia
di
htt://tarmizi.wordpress.com/2008
/11/19/underachiver/konsep guru
siswa underachiver/[diakses 16
februari 2015]
Trevallion. (2008). Underachievement: A
Model For Improving Academic
Direction In School. [Onlene].
Tersedia
di
vvaare.edu.au
[diakses 16 februari 2015]
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
88
Download