Analisis manajemen risiko pembiayaan dan

advertisement
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA
(STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk)
Oleh
DIAN ROSALIA PRADINI
H24062329
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
2
RINGKASAN
DIAN ROSALIA PRADINI. H24062329. Analisis Manajemen Risiko
Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.
Dunia Perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas ekonomi.
Perbankan Indonesia tidak hanya diisi oleh perbankan konvensional, terdapat
pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 telah memainkan perannya di
dunia perbankan Indonesia. Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di
Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini berpengaruh pada
peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Dengan semakin besar
jumlah pembiayaan yang disalurkan maka potensi terjadinya risiko pun
semakin besar. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Kegiatan pembiayaan
dan pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh manajemen risiko
pembiayaan yang baik. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan
sangat penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap
berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada
pencapaian laba.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan, (2) Mengidentifikasi dan
menganalisis manajemen risiko pembiayaaan, (3) Menganalisis perkembangan
pembiayaan, NPF, dan laba, (4) Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF
terhadap laba. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah korelasi
pearson product moment untuk melihat derajat hubungan pembiayaan dan
NPF terhadap laba bank, dan regresi linier berganda untuk melihat pengaruh
perubahan pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank dengan
alat analisis minitab 14.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko pembiayaan dipengaruhi oleh
faktor internal (sumber daya manusia, teknologi informasi, kebijakan dan
prosedur, keuangan, dan pengendalian internal) dan faktor eksternal
(kebijakan pemerintah, peminjam, dan persaingan dengan bank lain).
Manajemen risiko pembiayaan yang dilakukan untuk mengendalikan dan
mengelola risiko dengan cara preventive control of finance (penetapan
prosedur dan kebijakan umum pembiayaan, asuransi, peningkatan kualitas
SDM, penagihan intensif, dan manajemen kolektibilitas) dan repressive
control of finance (proses revitalisasi, dan penyelesaian melalui jaminan baik
secara non litigasi maupun litigasi). Pembiayaan pada PT Bank Muamalat
Indonesia, Tbk terus mengalami peningkatan dengan rata-rata 5,54%
per triwulan selama periode 2007-2010 yang didominasi oleh pembiayaan
murabahah dengan persentase rata-rata 44,70% terhadap total pembiayaan.
Sedangkan NPF dan laba mengalami fluktuasi pada periode yang sama
dimana NPF tertinggi terjadi pada triwulan ke tiga 2009 sebesar 8,86% dan
terendah pada triwulan terakhir 2007 sebesar 2,91%. Pertumbuhan laba
terbesar terjadi pada triwulan pertama 2008 yaitu mencapai 37,89% dan
terendah turun sebesar 18,66% pada triwulan ke tiga 2009. Model regresi
menunjukkan bahwa pembiayaan memberikan pengaruh positif terhadap laba
dengan koefisien 0,0257 atau setiap kenaikan pembiayaan sebesar satu miliar
3
rupiah akan menaikkan perolehan laba sebesar 0,0257 miliar rupiah.
Sedangkan NPF memberikan pengaruh negatif terhadap laba dengan koefisien
-2147 atau dengan kenaikan NPF sebesar 1% akan menurunkan laba sebesar
2,147 miliar rupiah. Hasil uji F menunjukkan bahwa secara keseluruhan
pembiayaan dan NPF berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada
tingkat signifikansi 5% dengan nilai p-value 0,021. Namun, secara parsial
hanya pembiayaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada
tingkat signifikasi 5 % dengan nilai p-value 0,008. Model ini memiliki nilai
R-square sebesar 50,3% yang berarti keragaman nilai dari laba 50,3%
dipengaruhi oleh variabel dalam model yaitu pembiayaan dan NPF, sedangkan
49,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang tidak dijelaskan
dalam penelitian.
4
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA
(STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
DIAN ROSALIA PRADINI
H24062329
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
5
Skripsi : Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap
Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)
Nama : Dian Rosalia Pradini
NIM
: H24062329
Menyetujui:
Pembimbing,
(Farida Ratna Dewi, SE, MM)
NIP: 197103072005012001
Mengetahui:
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc)
NIP: 196101231986011002
Tanggal Lulus :
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 10 September 1988.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
pasangan H. Endang Ruswandi dan Hj. Sudiarti. Penulis
mengawali pendidikan formal di TK Desfita Pondok Indah,
Cilegon. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SD
Yayasan Pendidikan Warga Krakatau Steel (YPWKS) III
Cilegon pada tahun 1994 hingga 2000. Setelah selesai dari sekolah dasar penulis
melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Cilegon dari tahun 2000-2003.
Kemudian tahun 2003-2006, penulis menempuh pendidikan di SLTA Negeri 1
Cilegon. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)
pada tahun 2006 dan menempuh pendidikan di Departemen Manajemen tahun
2007. Selama perkuliahan penulis aktif berorganisasi di kelembagaan mahasiswa
sebagai bendahara divisi pendidikan dan keilmuan, Sharia Economic Student Club
(SES-C) dan sekretaris divisi keputrian FORMASI. Selain itu penulis juga
berkesempatan menjadi tentor kajian ekonomi syariah pada Small Group
Discussion SES-C.
Pada tahun 2009 penulis tergabung dalam divisi acara untuk SEASON 4
(Sharia Economic at Seminar, Expo, and Campaign). Pada tahun 2008, penulis
melaksanakan praktek kerja pada bidang Subdit Subsidiaris, Management
Accounting Krakatau Steel dan pada tahun 2009 pada bidang pemasaran dan
purchasing Krakatau Industrial and Entertainment Company.
iii
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Alloh
SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, dan hidayahNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Skripsi ini mengambil judul “Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan dan
Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk)” dilaksanakan sejak bulan November hingga Desember 2010. Dengan telah
selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan
motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skipsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk kemajuan
yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Alloh SWT. Amin.
Bogor, April 2011
Dian Rosalia Pradini
iv
8
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Alloh SWT atas karuniaNya sehingga
skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis Manajemen
Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba dilaksanakan pada PT.
BMI, Tbk sejak bulan November hingga Desember 2010.
Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibunda dan Ayahanda, atas kasih sayang dan pengorbanan Beliau berdua
kepada penulis dan sebagai motivator utama penulis dapat segera
menyelesaikan skripsi ini, juga adik-adikku tercinta Sevy Dwi Putri dan
Nanda Chesaria atas keceriaan, motivasi, dan dukungan yang diberikan.
2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM atas bimbingan Beliau dalam penyelesaian
pendidikan sarjana yang ditempuh oleh penulis, dan atas kesabaran Beliau
dalam membimbing.
3. Ibu Dra. Siti Rahmawati, MPd dan Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME atas
kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji dan
memberikan masukan yang membangun bagi penulis.
4. Bapak Ir. Arviyan Arifin selaku presiden direktur BMI dan Bapak Ahmad
Fadjri selaku direktur Muamalat Institute atas kesempatan yang diberikan
kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian pada PT. BMI, Tbk.
5. Ibu Sunarti atas segala bantuan dalam proses perolehan data, wawancara, dan
orientasi serta motivasi yang diberikan.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM
IPB.
7. Sahabat-sahabat rohis kelas manajemen 43 Manajemen Moeslem Society
(MMS) Ade gustika, Hendra Etri Gunawan, Munawar Holil, Indra Yuda, Tri
Joko, Yunita Tri Rahayu Purba, Dwi Rahayu, Lulus Fitriana, serta rekan-rekan
seperjuangan Salam ISC 2010 atas kerjasama, pengorbanan, teladan, dan
ukhuwah yang tak akan terlupakan.
8. Yunita Tri Rahayu Purba dan Dwi Rahayu atas bingkai persahabatan terindah
selama perkuliahan serta dukungan dan motivasi terselesainya skripsi.
v
9
9. Sahabat-sahabat SES-C angkatan 41, 42, 43, 44, dan 45 atas kerjasama,
pengorbanan, teladan, dan ukhuwah yang indah dan tak terlupakan.
10. Saudari-saudari NJ Houz atas bantuan dan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir.
11. Rekan-rekan Manajemen 43 yang selalu bersama-sama membuat kenangan
indah selama kuliah.
12. Teman-teman satu bimbingan skripsi Astrid, Dwi, Alini, Tunjung, Faisal,
Winda, Mevi, dan Ajit atas motivasi dan dukungan untuk segera
menyelesaikan tugas akhir.
13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga
Alloh SWT senantiasa memberikan balasan atas seluruh kebaikan yang telah
diberikan.
vi
10
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................
iii
KATA PENGANTAR .......................................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................
v
DAFTAR ISI .....................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .............................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................
xi
I.
PENDAHULUAN ....................................................................
1
1.1. Latar Belakang .....................................................................
1.2. Perumusan Masalah ............................................................
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................
1
4
5
6
6
TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................
7
2.1. Pengertian Bank ...................................................................
2.2. Bank Syariah ......................................................................
2.2.1. Definisi Bank Syariah ................................................
2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah ............................
2.3. Pembiayaan Bank Syariah ...................................................
2.3.1. Pengertian Pembiayaan ..............................................
2.3.2. Jenis-jenis Pembiayaan...............................................
2.3.3. Produk Pembiayaan ....................................................
2.3.4. Prinsip-Prinsip Penilaian Pembiayaan ........................
2.4. Risiko .................................................................................
2.4.1. Pengertian Risiko .......................................................
2.4.2. Jenis-jenis Risiko .......................................................
2.5. Risiko Pembiayaan .............................................................
2.6. Teknik Pengelolaan Risiko ..................................................
2.7. Manajemen Risiko ..............................................................
2.7.1. Definisi Manajemen Risiko ........................................
2.7.2. Karakter Manajemen Risiko Bank Syariah .................
2.7.3. Proses Manajemen Risiko ..........................................
2.8. Laba Bank ..........................................................................
2.9. Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................
7
8
8
8
11
11
12
12
15
17
17
17
20
23
24
24
25
27
29
29
III. METODE PENELITIAN ........................................................
30
3.1. Kerangka Pemikiran ...........................................................
30
II.
vii
11
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................
3.3. Metode Pengumpulan Data .................................................
3.4. Metode Pengolahan Dan Hasil Analisis Data .......................
3.4.1. Analisis Deskriptif .....................................................
3.4.2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment ...............
3.4.3. Analisis Regresi Linear Berganda...............................
3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F) ......................................
3.4.5. Analisis Uji Simultan (Uji t) .......................................
32
32
32
32
32
33
36
37
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................
38
4.1. Gambaran Umum Perusahaan .............................................
4.1.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan ..................................
4.1.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan ...........................
4.1.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan ....................
4.1.4. Pengendalian Dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan ....
4.2. Proses Penyaluran Pembiayaan ...........................................
4.3. Perkembangan Pembiayaan .................................................
4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Pembiayaaan.....
4.5. Manajemen Risiko Pembiayaan ..........................................
4.5.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan ..................................
4.5.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan ...........................
4.5.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan ....................
4.5.4. Pengendalian Dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan ....
4.6. Laba Bank Muamalat Indonesia ..........................................
4.7. Pengaruh Pembiayaan Dan Rasio NPF Terhadap Laba .........
4.7.1. Analisis Korelasi ........................................................
4.7.2. Analisis Regresi Linear Berganda...............................
4.7.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F) .........
4.7.4. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t) ..................
4.8. Implikasi Manajerial ............................................................
38
38
39
39
40
44
53
58
64
65
66
68
70
75
76
76
77
81
82
83
KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
85
1. Kesimpulan.....................................................................................
2. Saran ...........................................................................................
85
86
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
87
LAMPIRAN .......................................................................................
89
IV.
viii
12
DAFTAR TABEL
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Halaman
Jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional ..........................
Komposisi pembiayaan perbankan syariah ..........................................
Perbandingan bank syariah dan bank konvensional .............................
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ..............
Divisi dalam struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia ................
Garis besar pelaksanaan On The Spot (OTS).......................................
Perkembangan pembiayaan per triwulan periode 2007-2010...............
Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2007-2010 ........................
PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan kualitas .................
Jumlah kolektibilitas pembiayaan periode 2007-2010 .........................
Persentase Non Performing Finance (NPF) periode 2007-2010...........
Laba periode 2007-2010 .....................................................................
Nilai korelasi antar variabel pembiaayaan, NPF, dan laba ...................
Nilai VIF peubah bebas regresi berganda ............................................
ix
2
2
11
33
40
48
54
56
61
67
69
75
76
78
13
DAFTAR GAMBAR
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Halaman
Proses manajemen risiko bank Islam dan konvensional.......................
Penilaian risiko bank Islam dengan pendekatan kualitatif....................
Siklus manajemen risiko .....................................................................
Kerangka pemikiran penelitian ...........................................................
Proses penyaluran pembiayaan PT. BMI, Tbk .....................................
Grafik perkembangan pembiayaan berdasarkan produk.......................
Grafik perkembangan DPK dan pembiayaan periode 2007-2010 .......
Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2007-2010 ...................
Grafik perkembangan jumlah peminjam periode 2007-2010................
Komposisi kolektibilitas pembiayaan periode 2007-2010 ....................
Grafik perkembangan rasio NPF periode 2007-2010 ...........................
Grafik perkembangan laba periode 20017-2010 ..................................
Output uji heteroskedastisitas pada regresi ..........................................
Hasil run test terhadap residual model.................................................
Output uji heteroskedastisitas pada regresi ..........................................
x
25
26
28
31
52
53
55
56
57
66
70
76
79
80
81
14
DAFTAR LAMPIRAN
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Halaman
Struktur organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ......................
Tingkat pembiayaan bermasalah Bank Umum Syariah (BUS) .............
Pertumbuhan NPF perbankan syariah periode 2006-2010 ...................
Komposisi pembiayaan BMI terhadap total pembiayaan BUS .............
Pembiayaan BMI periode 2006-2010 ..................................................
Skema proses pemberian pembiayaan BMI .........................................
Proyeksi tingkat kesehatan pembiayaan ..............................................
Kuesioner penelitian ...........................................................................
Data kolektibilitas BMI periode 2007-2010 ........................................
Hasil perhitungan regresi berganda ....................................................
xi
89
90
91
92
93
94
95
96
101
115
151
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dunia perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas
ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami
penurunan maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah
menata sektor perbankan. Sehingga kebijakan pengembangan industri
perbankan diarahkan untuk mencapai suatu sistem perbankan yang sehat,
kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan yang pada
gilirannya akan membantu mendorong perekonomian nasional secara
berkesinambungan.
Perbankan Indonesia tidak hanya diisi oleh perbankan konvensional
saja. Terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 telah
memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Bank syariah adalah
bank yang tata cara dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
Islam dengan prinsip yang berorientasi produktif, berlandaskan keadilan,
dan mengembangkan investasi yang halal dalam perbaikan kesejahteraan
masyarakat (Karim, 2003).
Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami
kemajuan yang pesat. Salah satu faktornya disebabkan oleh dukungan
permintaan islamic product dari penduduk Indonesia yang sebagian besar
adalah muslim. Pada perkembangannya, jumlah perbankan syariah dalam
5 tahun terakhir selama periode 2006-2010 mengalami peningkatan.
Dengan berdirinya 5 bank syariah baru yaitu BCA syariah, BNI syariah,
Bank Jabar Banten syariah, Bank Victoria syariah, dan Maybank
Indonesia Syariah semakin mendorong pertumbuhan perbankan syariah
secara signifikan. Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2010),
jumlah jaringan kantor perbankan syariah mengalami peningkatan
rata-rata 29,83% per tahun selama periode 2006-2010, persentase tersebut
lebih besar dibanding perbankan konvensional yang mencapai 11,11%.
Tabel 1 menunjukkan jumlah jaringan kantor perbankan syariah dan
konvensional dalam kurun waktu tahun 2006 hingga tahun 2010.
162
Tabel 1. Jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional
Jenis Bank
Bank Umum Syariah
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
Unit Usaha Syariah
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
BPR Syariah
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
Bank Konvensional
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
Sumber: Bank Indonesia, 2010
2006
2007
2008
2009
2010
3
349
3
401
5
581
6
711
11
1.215
20
183
26
196
27
241
25
287
23
262
105
105
114
185
131
202
138
225
150
287
130
9110
130
124
121
122
9680 10868 12837 13837
Kondisi perbankan syariah yang semakin tumbuh berpengaruh pada
peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Di samping itu,
fungsi bank sebagai lembaga keuangan untuk menyalurkan dana kepada
peminjam yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan dan semakin
kompleksnya kebutuhan pendanaan baik yang bersifat modal, investasi
maupun konsumsi dari masyarakat dan korporasi mengakibatkan
pembiayaan perbankan syariah pun semakin berkembang.
Tabel 2. Komposisi pembiayaan perbankan syariah (triliun rupiah)
Akad
2006
2007
2008
2009
2010
Akad Mudharabah
2,335
4,406 7,411 10,412 14,624
Akad Musyarakah
4,062
5,578 6,205
6,597
8,631
Akad Murabahah
12,624 16,553 22,486 26,321 37,.508
Akad Salam
0
0
0
0
0
Akad Istishna
337
351
369
423
347
Akad Ijarah
836
516
765
1,305
2,341
Akad Qardh
250
540
959
1,829
4,731
Total
20,445 27,944 38,195 46,886 68,181
Sumber: Bank Indonesia, 2010
Tabel 2 menunjukkan bahwa total pembiayaan yang disalurkan
perbankan syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pada
tahun 2006 total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 20,445 triliun
dan terus meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2010 menjadi Rp
173
68,181 triliun atau mengalami pertumbuhan rata-rata 35,38 persen per
tahun.
Dari kegiatan pembiayaan ini, semakin banyak dana yang disalurkan
maka potensi timbulnya risiko pun semakin besar. Hal ini karena
pembiayaan merupakan salah satu aktivitas perbankan yang memiliki
risiko disebabkan oleh adanya ketidakmampuan peminjam untuk melunasi
kewajibannya
kepada
pihak
bank.
Besarnya
risiko
pembiayaan
ditunjukkan dalam rasio Non Performing Finance (NPF). Tingginya NPF
menunjukkan
banyaknya
jumlah
peminjam
yang
tidak
dapat
mengembalikan pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah
disepakati bersama antara bank dengan peminjam. Pembiayaan dengan
kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet termasuk dalam NPF.
Semakin besar NPF menunjukkan semakin tinggi tingkat pembiayaan
bermasalah,
sehingga
mengakibatkan
turunnya
pendapatan
yang
berpengaruh pada kinerja, tingkat kesehatan, dan kelangsungan bank.
Saat ini, dunia perbankan syariah di Indonesia mengalami kendala
dengan tingkat pembiayaan bermasalah. Bank Indonesia mencatat
sebanyak 6 periode triwulan selama 2006-2010, rasio pembiayaan
bermasalah (NPF) berada pada tingkat di atas 5%. Selama periode
tersebut, NPF tumbuh dengan persentase rata-rata sebesar 0,31%
per
triwulan. NPF meningkat dari 3,02% pada Desember 2010 menjadi 3,28%
per Januari 2011 dengan komposisi 45,2% modal kerja, 19,5% investasi,
dan 35,3% konsumsi (Lampiran 2).
Di Indonesia, salah satu bank syariah besar yang berkontribusi dalam
industri perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI).
Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2010), BMI merupakan bank
syariah besar dilihat dari sisi jumlah aktiva dan pembiayaan. BMI
menyediakan berbagai produk syariah bagi nasabah perorangan, usaha
kecil dan menengah (UKM), korporasi dan badan usaha milik negara
(BUMN). Sebagai lembaga intermediasi, BMI tidak hanya menyimpan
dana dari masyarakat tetapi juga menyalurkan dana kepada peminjam
yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan. Jumlah pembiayaan BMI
184
mencapai 14,38% dari total pembiayaan industri perbankan syariah di
Indonesia. Jumlah tersebut menempati posisi pertama. Selanjutnya, BSM
13,46% dan Bank Mega Syariah 0,70%, sedangkan 71,46% lainnya
merupakan pembiayaan dari 8 bank umum syariah yaitu BRI syariah,
Bank Bukopin Syariah, Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA
syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Syariah BNI, dan Maybank
Indonesia Syariah serta 24 unit usaha syariah (Lampiran 4). Berdasarkan
laporan keuangan BMI (2010), pembiayaan BMI terus mengalami
peningkatan dengan persentase rata-rata sebesar 4,57% per triwulan dalam
kurun waktu tahun 2006 sampai Juni 2010 (Lampiran 5). Dari kegiatan
pembiayaan tersebut bank memperoleh pendapatan. Namun di sisi lain,
potensi timbulnya risiko pun semakin besar.
Dalam upaya pencapaian laba yang maksimum, BMI sebagai bank
syariah besar dengan visi “Bank syariah utama di Indonesia, dominan di
pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional” harus terus berusaha
meningkatkan pembiayaan dengan nilai NPF yang rendah melalui
pengelolaan risiko pembiayaan yang baik. Risiko pembiayaan perlu
dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya
diantisipasi oleh kualitas sistem manajemen risiko pembiayaan yang baik.
Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan
berguna
sebagai
input
alternatif
manajerial
terhadap
berbagai
kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada
pencapaian laba. Dengan pencapaian laba yang maksimum, BMI
diharapkan mampu meningkatkan kinerja, mempertahankan kesehatan,
dan kelangsungan bank serta semakin mapan dalam persaingan di dunia
perbankan Indonesia.
1.2.
Perumusan Masalah
Fungsi Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi
menimbulkan kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan dalam kegiatan
penyaluran dana. Pembiayaan yang semakin besar mengakibatkan potensi
terjadinya risiko pembiayaan semakin tinggi. Hal ini karena pembiayaan
merupakan salah satu aktivitas bisnis bank yang memiliki risiko besar dan
195
signifikan. Pada penelitian ini, besarnya risiko pembiayaan ditunjukkan
dalam Non Performing Financing (NPF). Tingginya nilai NPF
menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat mengembalikan
pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah disepakati bersama
antara bank dengan peminjam. Hal ini perlu diantisipasi oleh manajemen
risiko yang baik melalui pengelolaan dan pengendalian risiko pembiayaan
agar dapat memaksimalkan pencapaian laba dan meminimalisasi kerugian
yang dihadapi oleh Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu,
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan pada
Bank Muamalat Indonesia?
2. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan pada Bank Muamalat
Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank
Muamalat Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank
Muamalat Indonesia?
1.3.
Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah seperti yang telah diuraikan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan
pada Bank Muamalat Indonesia.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaan
pada Bank Muamalat Indonesia.
3. Menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank
Muamalat Indonesia.
4. Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank
Muamalat Indonesia.
206
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan input
alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko
pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba sehingga dapat
meminimalisasi kerugian dan meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Bagi
pembaca,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
pengetahuan dan kontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia
terutama bagi kalangan akademisi dan masyarakat Indonesia pada
umumnya.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengenai analisis manajemen risiko pembiayaan dan
pengaruhnya terhadap laba. Terfokus pada analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko pembiayaan, manajemen risiko pembiayaan,
perkembangan pembiayaan, NPF dan laba, serta pengaruh pembiayaan dan
NPF terhadap laba Bank BMI. Data dan informasi yang digunakan dalam
penelitian hanya berdasarkan dari sudut pandang perusahaan. Perhitungan
risiko pembiayaan tidak memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga
dan inflasi serta tidak memperhitungkan aspek makroekonomi yang
mempengaruhi kinerja PT BMI. Penelitian ini hanya membahas risiko
pembiayaan sedangkan risiko operasional dan risiko pasar tidak menjadi
bahasan dalam penelitian.
21
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Bank
Bank secara etimologi memiliki arti tempat untuk menukarkan uang.
Secara lembaga keuangan, bank adalah setiap perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dan
menyalurkan dana, atau kedua-duanya, menghimpun dan menyalurkan
(Kasmir, 2000).
Menurut UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU
No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank diartikan sebagai badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari definisi bank diatas, menunjukkan bahwa kegiatan utama bank
adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan
sumber dana bank dan dari segi penyaluran dana, hendaknya bank tidak
semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tapi juga
kegiatannya harus diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat
(Siamat, 2004).
Bank sebagai suatu badan usaha yang memberikan jasa atau pelayanan
keuangan memiliki beberapa tujuan dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya. Menurut Siamat (2004), tujuan tersebut dapat dibedakan
berdasarkan jangka waktu, yaitu:
1. Tactical Planning (Jangka pendek)
a. Pemenuhan likuiditas, terutama untuk memenuhi likuiditas wajib
minimum yang ditetapkan oleh otoritas moneter disamping
kebutuhan likuiditas untuk memenuhi penarikan dana oleh nasabah
sehari-hari.
b. Memberikan pelayanan kepada nasabah secara maksimum.
2. Strategic Planning (Jangka Panjang)
a) Meningkatkan nilai perusahaan.
b) Memperoleh laba maksimum.
228
2.2.
Bank Syariah
2.2.1. Definisi Bank Syariah
Bank Islam adalah lembaga keuangan atau perbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada
prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu kepada
Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip syariah Islam (Siamat, 2004).
Menurut Karim (2003), dalam kegiatan operasionalnya, bank
syariah melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan,
memberikan pinjaman, dan memberikan pelayanan jasa dengan
berlandaskan prinsip syariah. Baraba dalam Darajat (2007),
menambahkan satu fungsi bank syariah, yaitu sebagai pengelola
fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta
penyaluran dana kebajikan.
2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah
Menurut Muhammad dalam Darajat (2007), hal-hal yang harus
dilakukan bank syariah dalam menjalankan operasionalnya adalah
dengan cara menjauhkan diri dari praktik-praktik yang memiliki
unsur riba serta menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.
Unsur riba tersebut dihindari dengan cara:
1) Menghindari
penggunaan
sistem
yang
menetapkan
keberhasilan suatu usaha di muka secara pasti.
2) Menghindari penggunaan sistem presentasi untuk pembebanan
biaya terhadap utang atau pemberian imbalan terhadap
simpanan yang mengandung unsur melipatgandakan secara
otomatis
utang
berjalannya waktu.
atau
simpanan
tersebut
hanya
karena
239
3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau penyewaan
barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan
memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas.
4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka
tambahan atas utang yang bukan atas prakarsa yang
mempunyai utang secara sukarela.
Hal lain yang membedakan bank syariah dengan bank
konvesional terlihat dari beberapa aspek, yaitu aspek legal, struktur
organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja (Antonio,
2001).
a) Akad dan Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki
konsekuensi baik duniawi maupun ukhrawi karena akad yang
dilakukan berdasarkan hukum Islam. Setiap akad dalam bank
syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun
ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad seperti halhal berikut:
a. Rukun,
mencakup
penjual,
pembeli,
barang
yang
dipertukarkan, harga, dan akad (ijab kabul).
b. Syarat, seperti:
1) Barang dan jasa bersifat halal, sehingga transaksi atas
barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum
syariah.
2) Harga barang dan jasa harus jelas.
3) Tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak
pada biaya transportasi.
4) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam
kepemilikan, tidak boleh menjual sesuatu yang belum
dimiliki dan dikuasai.
b) Struktur Organisasi
Unsur yang paling membedakan antara bank syariah
dengan bank konvensional adalah adanya Dewan Pengawas
24
10
Syariah (DPS) pada bank syariah, yang bertugas mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan
garis-garis syariah. DPS biasanya diletakkan pada posisi
setingkat dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini bertujuan
untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan
oleh DPS. Oleh karena itu, biasanya penetapan anggota DPS
dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para
anggota DPS tersebut mendapatkan rekomendasi dari Dewan
Syariah Nasional.
c) Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Bank syariah tidak mungkin membiayai usaha yang
terkandung didalamnya hal-hal yang diharamkan. Dalam
perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui
sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya sebagai
berikut: Apakah objek pembiayaan itu halal atau haram?
Apakah proyek menimbulkan kerugian bagi masyarakat?
Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila? (Antonio,
2001).
d) Lingkungan Kerja dan Corporate Culture
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja
yang sejalan dengan syariah, antara lain sikap amanah dan
shiddiq yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah
harus memiliki skill yang baik dan profesional, dan tabhligh.
Dalam reward dan dan punishment pun juga diperlukan prinsip
keadilan yang sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, cara
berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan juga harus
mengikuti syariat Islam (Antonio, 2001). Tabel 3 menunjukkan
perbedaan bank syariah dengan bank konvensional.
25
11
Tabel 3. Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvesional
Bank Syariah
Bank Konvensional
Melakukan
investasi-investasi Investasi yang halal dan
yang halal saja
haram
Berdasarkan prinsip bagi hasil, Memakai perangkat bunga
jual beli, atau sewa
Profit dan falah oriented
Profit oriented
Hubungan dengan nasabah dalam Hubungan dengan nasabah
bentuk hubungan kemitraan
adalah hubungan debiturkreditur
Penghimpunan dan penyaluran Tidak ada dewan sejenis
dana harus sesuai dengan fatwa
DPS
Sumber: Antonio, 2001
2.3.
Pembiayaan Bank Syariah
2.3.1. Pengertian Pembiayaan
Menurut UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan UU No.10 tahun 1998, pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan
dengan
itu,
berdasarkan
persetujuan
atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Bank Indonesia (2007), menyebutkan bahwa pembiayaan
syariah mengandung beberapa nilai dasar dalam pelaksanaannya,
yaitu:
1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang
menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana.
2. Kepercayaan,
merupakan
landasan
dalam
menentukan
persetujuan pembiayaan baik dalam menghitung margin
keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan
tersebut.
26
12
2.3.2. Jenis-Jenis Pembiayaan
Jenis-jenis pembiayaan pada bank syariah, yaitu (Karim, 2003):
1. Pembiayaan Modal Kerja Syariah.
Adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada
perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
2. Pembiayaan Investasi Syariah
Adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang
untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk:
a. Pendirian proyek baru, yaitu pendirian atau pembangunan
proyek atau pabrik dalam rangka usaha baru.
b. Rehabilitasi, yaitu penggantian mesin atau peralatan lama
yang sudah rusak dengan mesin atau peralatan baru yang
lebih baik.
c. Modernisasi, yaitu penggantian secara keseluruhan mesin
atau peralatan lama dengan mesin atau peralatan baru
dengan teknologi yang lebih baik.
d. Relokasi proyek yang sudah ada, yaitu pemindahan lokasi
proyek atau pabrik secara keseluruhan (termasuk sarana
penunjang pabrik, seperti laboratorium).
3. Pembiayaan Konsumsi Syariah
Adalah pembiayaan yang bertujuan memenuhi kebutuhan
nasabah baik barang maupun jasa yang tidak dipergunakan
untuk tujuan usaha dan umumnya bersifat perorangan.
2.3.3. Produk Pembiayaan
Dalam
menyalurkan
dananya
pada
nasabah,
produk
pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu (Karim, 2003):
1. Berdasarkan Prinsip Jual Beli
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan
kepemilikan
barang
atau
benda.
Tingkat
keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga
27
13
atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan
berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan
barangnya, yaitu:
a. Murabahah
Adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah
dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh
nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang
bersangkutan dengan margin atau keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah.
b. Salam
Adalah perjanjian jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran
harga terlebih dahulu. Dalam transaksi ini, kualitas,
kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti.
c. Istishna
Adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan dan penjual.
2. Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
a. Musyarakah
Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
kesepakatan.
b. Mudharabah
Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
shahibul maal (pihak pertama) menyediakan seluruh atau
100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan
usaha
mudharabah
dibagi
menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
28
14
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian pengelola.
c. Muzara’ah
Adalah akad kerja sama pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dan penggarap, dimana pemiliki lahan
memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk
ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu
(persentase) dari hasil panen.
d. Musaqah
Adalah akad kerja sama, merupakan bentuk yang lebih
sederhana dari muzara’ah dimana penggarap hanya
bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.
Sebagai imbalan, penggarap berhak atas nisbah tertentu dari
hasil panen.
3. Berdasarkan Prinsip Sewa
a. Ijarah
Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Harga
sewa disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan
nasabah.
b. Ijarah Muntahiyyah Bittamlik
Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa
melalui pembayaran upah sewa. Pada akhir masa sewa,
bank menjual barang yang disewakannya kepada nasabah
yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan. Harga sewa
dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank
dengan nasabah.
4. Berdasarkan Prinsip Pinjaman
Penyaluran dana bank syariah berdasarkan prinsip pinjaman
dilakukan dengan menggunakan akad qardh yaitu penyediaan
dana atau tagihan yang diberikan kepada pihak peminjam dan
29
15
mewajibkannya melakukan pembayaran baik secara langsung
maupun angsuran dalam jangka waktu tertentu tanpa disertai
tambahan pada saat pengembaliannya. Pembiayaan ini bersifat
khusus dan bersumber dari sadaqah, infak, zakat atau modal
yang sengaja dialokasikan untuk tujuan sosial. Oleh karenanya,
al-qardh dikenal sebagai pembiayaan dana talangan bagi
nasabah atau sebagai sumber dana talangan antar bank.
2.3.4 Prinsip-Prinsip Penilaian Pembiayaan
Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, terdapat
prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang harus dipenuhi oleh
pemohon pembiayaan karena terdapat unsur kepercayaan dan
risiko yang harus dipertaruhkan. Untuk memperkecil risiko
pembiayaan yang mungkin terjadi, maka pembiayaan harus dinilai
dengan memperhatikan (Munawir dalam Hartati, 2005):
1. Character
Penilaian
terhadap
karakter
atau
kepribadian
calon
peminjam dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan
bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya. Bank
melakukan beberapa pendekatan untuk mengetahui karakter
nasabah,
diantaranya dengan
mengenal dekat
nasabah,
mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur,
dan mengumpulkan keterangan serta meminta pendapat dari
rekan-rekannya, pegawai, dan pesaing mengenai reputasi,
kebiasaan pribadi, pergaulan sosial, dan lain-lain.
2. Capacity
Penilaian terhadap kemampuan calon peminjam baik dalam
manajemen maupun keahlian pada bidang usaha yang dijalani.
Hal-hal yang diperhatikan dalam penilaian, yaitu angka-angka
hasil
produksi,
angka-angka
penjualan
dan
pembelian,
perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya,
data-data finansial terdahulu yang tercermin dalam laporan
keuangan perusahaan. Sehingga dapat mengukur kemampuan
30
16
nasabah untuk melaksanakan rencana kerjanya terkait dengan
penggunaan pembiayaan tersebut.
3. Capital
Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh
calon peminjam dengan cara menganalisa posisi finansial
perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio
finansial dan penekanan pada komposisi modalnya. Untuk itu
bank melakukan analisa rasio sehingga dapat mengetahui
likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas dari calon peminjam,
serta analisis neraca, minimal neraca dua tahun terakhir.
4. Collateral
Penilaian terhadap jaminan yang diberikan oleh calon
peminjam untuk dapat meyakinkan, jika terjadi risiko
kegagalan pembayaran maka jaminan dapat dipakai sebagai
pengganti dari kewajibannya. Untuk itu bank harus meneliti
kepemilikian jaminan tersebut, mengukur stabilitas nilai
jaminan, memperhatikan kemampuan jaminan untuk dapat
dijadikan uang dalam waktu relatif singkat tanpa terlalu
mengurangi nilainya, dan memperhatikan barang jaminan
adalah benar-benar menjamin kepentingan bank sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
5. Condition
Penilaian terhadap kondisi ekonomi yang terjadi di
masyarakat dan secara spesifik melihat keterkaitannya dengan
jenis usaha yang dijalani oleh calon peminjam. Bank
memperhatikan keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi
perkembangan dan kondisi usaha, membandingkan dengan
usaha sejenis lainnya didaerah dan lokasi lingkungannya, dan
prospek usaha di masa yang akan datang serta pengaruh
kebijakan pemerintah terhadap prospek industri dimana usaha
calon peminjam termasuk didalamnya.
17
31
2.4.
Risiko
2.4.1. Pengertian Risiko
Risiko dalam konteks perbankan menurut Karim (2003)
merupakan suatu kejadian potensial, baik anticipated (dapat
diperkirakan) maupun unanticipated (tidak dapat diperkirakan)
yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan
bank. Menurut Djohanputro (2004), risiko terkait dengan adanya
keadaan tidak pasti dan tingkat ketidakpastian terukur secara
kuantitatif yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan.
Menurut Kountur (2004), risiko sebagai suatu keadaan tidak
pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan sehingga dapat
memberikan dampak yang merugikan.
2.4.2. Jenis-Jenis Risiko
Secara umum, risiko yang terjadi pada aktivitas fungsional
bank syariah diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu (Karim, 2003):
1. Risiko Pembiayaan
Risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan pihak lawan
transaksi dalam memenuhi kewajibannya. Pada bank syariah,
risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan
pembiayaan korporasi.
2. Risiko Pasar
Risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki
bank akibat adanya pergerakan variabel pasar berupa suku
bunga dan nilai tukar. Risiko pasar mencakup empat hal, yaitu:
a. Risiko Tingkat Suku Bunga
Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari fluktuasi
tingkat bunga. Meskipun bank syariah tidak menetapkan
tingkat bunga baik dari sisi pendanaan maupun dari sisi
pembiayaan, namun bank syariah tidak terlepas dari risiko
tingkat bunga. Hal ini disebabkan pasar yang dijangkau
oleh bank syariah tidak hanya untuk nasabah-nasabah yang
memiliki tingkat
keloyalan penuh terhadap
syariah
18
32
sehingga terdapat kemungkinan bank syariah menghadapi
beberapa kondisi, diantaranya:
1) Direct Competitor Market Rate (DCMR) yaitu tingkat
bagi hasil dari bank-bank yang menjalankan usaha
dengan prinsip syariah.
2) Indirect Copetitor Market Rate (ICMR) yaitu tingkat
bunga pada bank-bank konvensional.
3) Expected Competitive Return for Investor, yaitu hasil
investasi yang kompetitif yang diharapkan oleh
investor.
Dari kondisi tersebut, interest rate risk timbul jika
bagi hasil pendanaan syariah lebih kecil dari tingkat
bunga atau pada sisi pembiayaan, jika margin yang
dikenakan lebih besar dari tingkat bunga maka nasabah
dapat beralih pada bank konvensional.
b. Risiko Pertukaran Mata Uang
Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari fluktuasi
nilai tukar terhadap rugi laba bank. Hal ini karena bank
syariah tidak terlepas dari adanya posisi dalam valuta asing
meskipun aktivitas treasury syariah tidak terpengaruh risiko
kurs secara langsung.
c. Risiko Harga
Adalah risiko
yang terjadi sebagai akibat
dari
perubahan harga. Pada bank syariah, risiko harga timbul
dari perubahan harga atas instrumen keuangan (obligasi
syariah dan reksadana syariah) dan komoditas.
d. Risiko Likuiditas
Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan
bank untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Risiko likuiditas yang dihadapi bank syariah, diantaranya:
1) Turunnya
kepercayaan
perbankan syariah.
nasabah
terhadap
sistem
19
33
2) Turunnya kepercayaan nasabah pada bank syariah yang
bersangkutan.
3) Dalam mudharabah kontrak, memungkin nasabah
untuk menarik dananya kapan saja.
4) Mismatcing
antara
dana
jangka
pendek
dengan
pembiayaan jangka panjang.
5) Keterbatasan
instrumen
keuangan
untuk
solusi
likuiditas.
3. Risiko Operasional
Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakcukupan atau
tidak
berfungsinya proses
internal, kesalahan
manusia,
kegagalan sistem dan adanya problem eksternal yang
mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional mencakup
lima hal, yaitu:
1. Risiko Reputasi
Adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi
negatif terkait dengan kegiatan bank atau persepsi negatif
terhadap bank.
2. Risiko Kepatuhan
Adalah risiko yang disebabkan oleh tidak dipatuhinya
ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal
maupun eksternal.
3. Risiko Strategik
Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidaktepatan
dalam hal penetapan dan pelaksanaan strategi bank,
pengambilan keputusan bisnis, dan ketidakpatuhan bank
dalam melaksanakan perubahan perundang-undangan atau
ketentuan lain yang berlaku.
4. Risiko Transaksi
Adalah risiko yang disebabkan oleh permasalahan yang
yang timbul dalam pelayanan atau produk-produk yang
disediakan. Diantaranya, yaitu kekeliruan dalam penetapan
34
20
akad, kesempurnaan akad, dan sistem teknologi informasi
dari bank tersebut.
5. Risiko Hukum
Adalah risiko yang disebabkan oleh kelemahan aspek
yuridis. Diantaranya, yaitu
adanya tuntutan hukum,
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung
dan kelemahan perjanjian sehingga tidak terpenuhinya
syarat keabsahan suatu kontrak.
2.5.
Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya
kegagalan pihak lawan transaksi dalam memenuhi kewajibannya. Pada
bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan
pembiayaan korporasi, diantaranya (Karim, 2003):
1. Risiko Terkait Produk
a) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Certainty Contracts (NCC)
Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang memiliki
kepastian pendapatan baik jumlah maupun waktunya dan pihakpihak yang bertransaksi saling menukarkan asetnya. Pembiayaan
berbasis NCC, yaitu:
1) Murabahah
Risiko yang timbul dari pembiayaan murabahah, diantaranya:
-
Default atau kelalaian diakibatkan oleh nasabah yang tidak
membayar angsuran dengan sengaja.
-
Penundaan kewajiban pembayaran pada waktu jatuh tempo
yang
disebabkan
oleh
ketidakmampuan
nasabah
menimbulkan kerugian bagi bank, karena bank tidak
diperbolehkan
menerima
keterlambatan
tersebut
tambahan
melainkan
pendapatan
menunggu
nasabah mampu membayar angsurannya.
-
Fluktuasi harga komparatif.
dari
hingga
35
21
-
Penolakan nasabah terhadap barang yang dibeli karena
rusak atau tidak sesuai dengan spesifikasi dari permintaan
nasabah.
2) Ijarah
Risiko yang timbul dari pembiayaan ijarah, diantaranya:
-
Dalam hal barang yang disewakan adalah milik bank,
ketiadaan
nasabah
akan
menimbulkan
risiko
tidak
produktifnya aset ijarah.
-
Dalam hal barang yang disewakan adalah bukan milik
bank, timbul risiko kerusakan barang diluar pemakaian
normal.
-
Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewakan bank kepada
nasabah memungkinkan timbulnya risiko ketidaksesuaian
nasabah terhadap performance pemberi jasa.
3) Salam dan Istishna
Risiko yang timbul dari pembiayaan salam dan istishna,
diantaranya:
-
Risiko gagal-serah barang.
-
Risiko jatuhnya harga barang.
b) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC)
Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang belum memiliki
kepastian pendapatan baik jumlah maupun waktunya dan pihakpihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya menjadi
satu kesatuan untuk mendapatkan keuntungan serta risiko
ditanggung
bersama.
Pembiayaan
berbasis
NUC,
yaitu
mudharabah dan musyarakah.
Risiko yang timbul dari pembiayaan mudharabah dan
musyarakah, diantaranya:
-
Asymmetric information problem, yaitu kecenderungan salah
satu pihak lebih banyak menguasai informasi bersikap tidak
jujur.
36
22
-
Side streaming, yaitu nasabah tidak mengelola dana sesuai
dengan kontrak perjanjian.
-
Kelalaian dan kesalahan yang disengaja.
2. Risiko Pembiayaan Korporasi
Kompleksitas dan volume pembiayaan korporasi menimbulkan
risiko tambahan selain risiko terkait produk, yaitu:
a) Risiko Perubahan Kondisi Bisnis Nasabah Setelah Pencairan
Pembiayaan
Adalah risiko yang dapat timbul dari perubahan kondisi bisnis
nasabah setelah pencairan biaya, diantaranya:
1) Over Trading
Terjadi ketika nasabah mengembangkan volume bisnis
yang besar dengan dukungan modal yang kecil.
2) Adverse Trading
Terjadi ketika nasabah mengembangkan bisnisnya dengan
kebijakan melakukan pengeluaran tetap yang besar setiap
tahunnya sedangkan volume penjualannya tidak stabil. Dalam
keadaan ini, posisi nasabah lemah dan berisiko tinggi.
3) Liquidity Run
Terjadi ketika nasabah mengalami kesulitan likuiditas
karena kehilangan sumber pendapatan dan peningkatan
pengeluaran
yang
tidak
terduga.
Keadaan
ini
akan
mempengaruhi kemampuan nasabah dalam menyelesaikan
kewajibannya kepada bank.
b) Risiko Analisis Bank
1) Analisis Pembiayaan yang Keliru
Terjadi karena kesalahan dalam pengambilan keputusan
pembiayaan dari informasi yang tersedia. Kekeliruan bukan
karena perubahan kondisi nasabah yang tidak terduga tetapi
nasabah yang bersangkutan berisiko tinggi.
37
23
2) Creative Accounting
Terjadi karena adanya kecurangan dari pihak nasabah
melalui penggunaan kebijakan akuntansi perusahaan yang
memberikan keterangan tidak sesuai dengan laporan keuangan
yang sebenarnya. Seperti, menggambarkan keuntungan lebih
besar, aset lebih bernilai, pengurangan kewajiban pada neraca
keuangan.
3) Karakter Nasabah
Terjadi karena adanya kesengajaan dari pihak nasabah
untuk menciptakan pembiayaan macet dan bank belum secara
objektif memberikan penilaian terhadap karakter nasabah.
2.6.
Teknik Pengelolaan Risiko
Pada prinsipnya, terdapat empat teknik pengelolaan risiko secara
klasik. Keempat teknik tersebut adalah penghindaran risiko, pengurangan
risiko, pemindahan risiko, dan penanganan risiko (Djohanputro, 2004):
1. Penghindaran Risiko
Penghindaran risiko adalah tindakan bank untuk tidak melakukan
kegiatan tertentu yang mengandung risiko yang tidak diinginkan.
Pada dasarnya, tidak ada manusia yang bisa menghindari risiko,
demikian halnya dengan bank. Oleh karena itu, bank dapat
menghindari beberapa risiko dengan tidak memasuki wilayah bisnis
atau kegiatan tertentu. Hal terpenting adalah kemampuan bank
melakukan studi dan identifikasi risiko.
2. Pengurangan Risiko
Pengurangan risiko penting dilakukan oleh bank agar dapat
menekan besarnya risiko. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara
pengurangan kemungkinan terjadinya peril (risiko yang menjadi
kenyataan) atau menekan besarnya dampak bila peril terjadi.
3. Pemindahan Risiko
Pemindahan atau pengalihan risiko dilakukan dengan cara
memindahkan risiko dari satu pihak ke pihak lainnya dengan tujuan
bisnis, seperti asuransi.
38
24
Akibat pemindahan risiko menimbulkan biaya. Terdapat dua macam
biaya yang ditanggung bank akibat mengalihkan risiko kepada pihak
lain. Biaya berupa premi yang harus dibayarkan kepada pihak
penanggung risiko dan biaya berupa hilangnya kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan dengan menanggung risiko.
4. Penanganan Risiko
Penanganan terhadap risiko dilakukan karena dua sebab. Pertama,
bank secara sadar ingin mempertahankan risiko dan mengelolanya
sendiri. Dengan pertimbangan didasarkan atas efektivitas biaya dan
selama manajemen memiliki kemampuan serta sumber daya untuk
mengelola sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari
risiko itu sendiri. Kedua, bank tidak mengetahui risiko tersebut
sehingga risiko yang tidak teridentifikasi tidak akan dikelola.
2.7.
Manajemen Risiko
2.7.1. Definisi Manajemen Risiko
Kontur (2004), mendefinisikan manajemen risiko adalah caracara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai
permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Proses
manajemen dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur, dan
menangani risiko-risiko yang dihadapi perusahaan.
Menurut
Karim
(2003),
manajemen
risiko
adalah
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
pelaksanaan kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar
secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan
demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter terhadap
kegiatan usaha bank.
Tujuan manajemen risiko adalah (Karim, 2003):
1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator.
2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat
unacceptable.
3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat
uncontrolled.
39
25
4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.
5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.
2.7.2 Karakter Manajemen Risiko Bank Syariah
Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang
berbeda dengan bank konvensional. Perbedaan tersebut terletak
pada proses manajemen risiko operasional bank Islam yang
meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko, dan
monitoring risiko (Karim, 2003). Gambar 1 menunjukkan
perbandingan proses manajemen risiko antara bank Islam dengan
bank konvensional.
Bank Konvensional
Identifikasi Risiko
General Banking
Bank Syariah
General Banking Risk
Syariah
Spesific Risk
Penilaian Risiko
Penilaian Risiko
Penilaian Risiko
General Banking
Response
Antisipasi Risiko
Antisipasi Risiko
Syariah
Banking Response
Monitoring Risiko
Monitoring Risiko
General Banking
Activities
Syariah
Spesific Activities
Gambar 1. Perbandingan Proses Manajemen Risiko antara Bank
Islam dengan Bank Konvensional (Karim, 2003)
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko yang dilakukan bank Islam tidak hanya
mencakup risiko yang ada pada bank-bank secara umum, tetapi
26
40
juga meliputi risiko pada bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko pada bank Islam mengacu pada hubungan
antara probability dan impact yang ditunjukkan dalam
IMPACT
pendekatan kualitatif pada (gambar 2).
High
III
VI
IX
Med
II
V
VIII
Low
I
IV
VII
Low
Med
High
PROBABILITY
Gambar 2. Penilaian Risiko Bank Islam Dengan Pendekatan
Kualitatif (Karim, 2003)
Berdasarkan kuadran tersebut:
a) Kuadran I sampai IX merupakan posisi suatu jenis risiko
b) Jenis risiko V, VI, VIII, IX (area abu-abu) merupakan jenis
risiko
yang memiliki prioritas pengendalian karena
kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dalam tingkat
sedang dan tinggi.
c) Jenis risiko dalam kuadran I, II, III, IV, dan VII (area putih)
diselesaikan setelah penyelesaian risiko pada area abu-abu.
d) Adanya
otoritas
perbankan
dan
otoritas
syariah
mengakibatkan risiko di area putih masuk ke daerah abuabu.
3. Antisipasi Risiko
Pada bank Islam, antisipasi risiko dilaksanakan dengan
Tujuan:
a) Preventive, bank Islam diharuskan mendapat persetujuan
dari Dewan Pengawas Syariah terkait kebijakan atas segala
kegiatan usahanya untuk mencegah kekeliruan dalam
proses dan transaksi dari aspek syariah. Selain itu, bank
41
27
Islam memerlukan fatwa Dewan Syariah Nasional bila
Bank Indonesia memandang persetujuan Dewan Pengawas
Syariah
belum
memadai
atau
berada
diluar
kewenangannya.
b) Detective, pengawasan terhadap jalannya setiap kegiatan
usaha bank Islam baik dari segi aspek perbankan oleh Bank
Indonesia maupun aspek syariah oleh Dewan Pengawas
Syariah.
c) Recovery, koreksi atas kesalahan dengan melibatkan Bank
Indonesia untuk aspek perbankan dan Dewan Syariah
Nasional untuk aspek syariah.
4. Monitor dan Pengendalian Risiko
Aktivitas monitoring dalam bank Islam tidak hanya
melibatkan manajemen bank Islam tetapi juga Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah nasional (DSN).
2.7.3. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko pada bank Islam menurut Karim
(2003)
dimulai
dengan
mengenal,
memahami,
dan
mengidentifikasi risiko baik yang sudah ada maupun yang
mungkin terjadi dari kegiatan usaha baru. Kemudian, dilakukan
pengukuran,
pemantauan,
dan
pengendalian
risiko
secara
berkesinambungan membentuk sebuah siklus.
Menurut Djohanputro (2004), secara umum siklus manajemen
risiko terdiri dari lima tahap yaitu identifikasi risiko, pengukuran
risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan dan pengawasan serta
pengendalian risiko dapat ditunjukkan pada (gambar 3).
42
28
Identifikasi Risiko
Evaluasi Pihak
Berkepentingan
Pengawasan dan
Pengendalian
Pengukuran
Risiko
Model
Pengelolaan
Pemetaan Risiko
Gambar 3. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004)
Tahap 1 : Identifikasi Risiko
Pada tahap ini, perusahaan mengidentifikasi risiko yang akan
dihadapi. Langkah pertama dalam memulai proses identifikasi
adalah dengan melakukan analisis pihak berkepentingan.
Tahap 2 : Pengukuran Risiko
Pada tahap
ini,
perusahaan
mengukur
seberapa besar
kemungkinan risiko yang akan terjadi. Pengukuran risiko mengacu
pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas
risiko terkait dengan berapa banyak nilai eksposure yang rentan
terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu
risiko dapat terjadi.
Tahap 3 : Pemetaan Risiko
Pada tahap ini, perusahaan menetapkan prioritas risiko
berdasarkan kepentingan. Penetapan prioritas disebabkan karena
keterbatasan sumber daya yang ada untuk menghadapi semua
risiko.
Tahap 4 : Model Pengelolaan Risiko
Pada tahap ini, risiko dikelola dengan model pengelolaan risiko
perusahaan.
Pengelolaan
risiko
dapat
dilakukan
secara
konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi
pengelolaan.
43
29
Tahap 5 : Monitor dan Pengendalian
Pada tahap ini, perusahaan melakukan monitoring dan
pengendalian. Hal ini penting untuk dilakukan, karena: manajemen
perlu (1) memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko
berjalan sesuai dengan rencana, (2) memastikan bahwa model
pengelolaan risiko cukup efektif, dan (3) memantau perkembangan
terhadap
kecenderungan
berubahnya
profil
risiko,
karena
perubahan ini berpengaruh pada pergeseran peta risiko atau
prioritas risiko.
2.8.
Laba Bank
Menurut Sastradipoera dalam Rohaeni (2009), laba adalah jumlah
yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari
penerimaan bank, kelebihan pendapatan di atas pengeluaran bank. Jadi
untuk mengetahui laba suatu perusahaan (bank) harus mengetahui terlebih
dahulu nilai seluruh pendapatan dan nilai biaya secara keseluruhan. Laba
yang diperoleh oleh suatu perusahaan menunjukkan sejauh mana
manajemen perusahaan berhasil mengorganisasi bisnis dan sebaliknya.
2.9.
Hasil Penelitian Terdahulu
Gumayantika (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh risiko
kredit terhadap laba pada Bank Jabar Ciamis. Hasil penelitian ini dengan
menggunakan korelasi pearson product moment membuktikan bahwa
terdapat hubungan yang negatif sebesar 0,652 antara risiko kredit dan laba.
Pada penelitian Rohaeni (2009), menganalisis pengaruh kredit
bermasalah terhadap laba pada PT Bank X. Penelitian ini membuktikan
bahwa berdasarkan model regresi linier berganda NPL memberikan
pengaruh negatif sebesar 1,13E+08, artinya bahwa kenaikan NPL satu
satuan akan menurunkan laba sebesar 1,13E+08. Berdasarkan hasil
pengujian dengan menggunakan uji t, membuktikan bahwa kredit
bermasalah berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap laba.
44
30
III. METODE PENELITIAN
3.1.
Kerangka Pemikiran
Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi mempunyai
kegiatan utama yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. Sumber dana
yang ada akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan. Namun dalam realisasinya, pembiayaan tidak terlepas dari
prinsip risk and return, dimana kegiatan yang diharapkan akan
mempunyai hasil atau pendapatan yang besar, biasanya mempunyai risiko
yang tinggi. Dengan jumlah pembiayaan yang semakin besar maka
peluang untuk mendapatkan keuntungan pun semakin besar. Namun di sisi
lain, tingkat risiko yang mungkin terjadi akan semakin tinggi pula.
Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Pengendalian risiko hendaknya
diantisipasi oleh manajemen risiko pembiayaan yang baik. Manajemen
risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dalam
kegiatan usaha dengan tujuan agar terhindar dari kerugian yang lebih
besar. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat
penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai
kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada
pencapaian laba.
Dalam penelitian ini, pembiayaan dan Non Performing Finance (NPF)
adalah variabel yang digunakan
untuk meneliti pengaruh manajemen
risiko terhadap laba. Manajemen risiko secara tidak langsung berpengaruh
pada pencapaian laba yang maksimal
melalui pengelolaan dan
pengendalian risiko pembiayaan yang mungkin terjadi akibat tingginya
konsentrasi pembiayaan dan nilai NPF. Pengelolaan dan pengendalian
manajemen risiko diharapkan mampu menekan tingkat NPF meski
pembiayaan terus ditingkatkan sehingga pencapaian laba dapat maksimal.
NPF menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat membayar
secara kontinyu pinjamannya. Sedangkan laba bank yang digunakan
adalah laba bersih sebelum dikurangi pajak.
45
31
Besarnya pembiayaan dan nilai NPF berpengaruh terhadap laba bank.
Analisis linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh perubahan
pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank. Sedangkan
analisis korelasi digunakan untuk melihat derajat hubungan diantara
pembiayaan dan nilai NPF terhadap laba bank. Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi input alternatif dalam peningkatan laba. Adapun kerangka
pemikiran konseptual dari penelitian ini, dapat dilihat pada (gambar 4).
BMI
Pembiayaan
Murabahah
Mudharabah
Musyarakah
Istishna
Qardh
Ijarah
Risiko Pembiayaan
Manajemen Risiko
Pembiayaan
Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Pembiayaan
Pembiayaan
NPF
Korelasi Pearson
Product Moment
Laba
Pengaruh Pembiayaan
dan NPF terhadap laba
Implikasi Manajerial
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
Keterangan :
: Alur pemikiran
: Alat analisis
Regresi
Linear
Berganda
Uji F
Uji t
46
32
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Muamalat Institute dengan objek penelitian
PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk yang berlokasi di Arthaloka Building
Jalan Jenderal Sudirman No.2 Jakarta Pusat. Data diperoleh melalui
Muamalat Institute yang berlokasi di Gedung Dana Pensiun Telkom
Lantai 2 Jalan Jenderal S Parman kav 56 Slipi, Jakarta Barat. Pemilihan
tempat dilakukan secara purposive. Waktu penelitian dimulai dari bulan
November 2010 sampai Desember 2010.
3.3.
Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan
data
sekunder.
Data
primer
diperoleh
melalui
pencatatan,
pengumpulan data, dan wawancara langsung dengan pihak analisis
pembiayaan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur,
buku, skripsi, data historis, dan laporan keuangan bank.
3.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis dengan
metode statistik yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif,
analisis korelasi pearson product moment, analisis linier berganda, dan
diolah dengan menggunakan minitab 14.
3.4.1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk
menganalisis
data
dengan
cara
mendeskripsikan
atau
menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiono, 2006).
3.4.2. Analisis Korelasi Person Product Moment
Korelasi pearson product moment adalah statistik yang
mengukur keserasian hubungan diantara dua variabel. Rumus
dibawah ini digunakan bila sekaligus akan menghitung persamaan
regresi.
47
33
Dalam sugiono (2006), perumusan untuk korelasi pearson
product moment yaitu:
n∑XiYi __ ( ∑Xi ) ( ∑Yi )
r=
= ...(1)
√ n∑
Xi2 __ (
2
∑ Xi )
n∑
Yi2 __ (
2
∑ Yi )
Dimana:
r =Koefisien korelasi
Y = Variabel terikat ( laba )
X = Variabel bebas ( tingkat risiko kredit )
n = Lamanya periode
Korelasi pearson product moment dilambangkan dengan (r)
dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤+1).
Nilai r = -1 memiliki arti korelasi negatif sempurna; r = 0 berarti
tidak ada korelasi; dan r = 1 memiliki arti korelasi sangat kuat.
Tabel 4. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien
Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199
Sangat rendah
0.20 – 0.399
Rendah
0.40 – 0.599
Sedang
0.60 – 0.799
Kuat
0.80 – 1.000
Sangat kuat
Sumber : Sugiono, 2006
3.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Arief (2006), analisis regresi digunakan untuk melihat
bagaimana
variasi
peubah
dari
beberapa
peubah
bebas
mempengaruhi peubah tidak bebas dalam suatu fenomena yang
kompleks. Analisis regresi dapat dibedakan menjadi regresi
sederhana dan regresi berganda. Jika parameter dari suatu
hubungan fungsional antara satu peubah tidak bebas dengan lebih
dari satu peubah bebas maka yang digunakan adalah regresi
berganda. Analisis berganda menjelaskan seberapa jauh suatu
peubah mempengaruhi peubah lainnya. Pada penelitian ini
pembiayaan yang disalurkan dan pembiayaan bermasalah menjadi
48
34
peubah bebas yang mempengaruhi peubah tidak bebas yaitu laba.
Model regresi berganda ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e …………………………………...…... (2)
Keterangan :
Y = Laba
β = Konstanta
X1= Pembiayaan
X2= NPF
e = Tingkat kesalahan (galat)
Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh model regresi.
Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi yang meliputi uji
normalitas,
uji
multikolinearitas,
uji
autokorelasi,
dan
heroskedastisitas menurut (Gujarati dalam Rohaeni, 2009).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan jika data yang
digunakan kurang dari 30 untuk mengetahui distribusi
kenormalan
data,
yaitu
apakah
data
dapat
dianggap
berdistribusi normal atau tidak. Ketika data telah berdistribusi
normal, maka data tersebut dapat diolah menggunakan model
regresi berganda. Untuk menguji kenormalan data dilakukan
dengan menguji kenormalan data residual. Uji normalitas dapat
dilihat dengan melihat nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (KS)
pada uji normalitas residual. Jika nilai statistik KS lebih kecil
dibanding nilai tabel KS dan nilai p-value lebih besar dari α,
maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi
yang telah dibuat dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006)
b. Uji Multikoliniearitas
Multikolinieritas adalah kondisi dimana peubah-peubah
bebas memiliki korelasi diantara satu dengan lainnya. Jika
peubah-peubah bebas memiliki korelasi sama dengan 1 atau
berkorelasi
sempurna
mengakibatkan
koefisien-koefisien
regresi menjadi tidak dapat diperkirakan dan nilai standar error
49
35
setiap koefisien regresi menjadi tak hingga (Arief, 2006). Uji
multikolinieritas adalah uji untuk melihat apakah terdapat
korelasi antara peubah bebas yang digunakan dalam model
regresi. Untuk melihat apakah ada multikolinieritas pada model
regresi dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Jika
nilai VIF masing-masing peubah bebas memiliki nilai lebih
besar dari 5 maka model regresi memiliki multikolinieritas
sehingga menjadi tidak valid (Iriawan dan Astuti, 2006)
c. Uji Autokorelasi
Menurut Arief (2006), penaksiran model regresi linear
memiliki
asumsi
bahwa
tidak
terdapat
autokorelasi.
Autokorelasi kemungkinan terjadi pada data time series. Model
regresi
yang
baik
tidak
memperkenankan
terjadinya
autokorelasi. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah
pengujian hipotesis dalam uji F menjadi tidak valid dan jika
diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyimpang
pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir.
Uji autokorelasi dengan perangkat lunak minitab melalui
uji run test residual. Jika hasil perhitungan didapatkan p-value
lebih besar dari α, menunjukkan tidak adanya autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari
residual untuk peubah bebas yang diketahui. Jika varian dari
residual untuk peubah yang diketahui tetap, disebut dengan
homoskedastisitas.
Jika
varian
berbeda,
disebut
heteroskedastisitas (Arief, 2006). Asumsi pada model regresi
adalah varian setiap variabel independen mempunyai nilai yang
konstan
atau
memiliki
varian
yang
sama.
Masalah
heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data cross sectional.
Konsekuensi
dari
adanya
heteroskedastisitas
adalah
kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam
50
36
uji F karena pengujian yang kurang kuat (Iriawan dan Astuti,
2006).
Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat
heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar
pada output perhitungan dengan perangkat lunak Minitab.
Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun
tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa model
regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas (Iriawan
dan Astuti, 2006).
3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
(Kuncoro, 2003). Langkah-langkah uji statistik F:
1. Merumuskan hipotesis
a) H0 : βi = 0, i=1,2,3
b) H1 : βi ≠ 0, i=1,2,3
2. Menentukan F tabel
a) F α (k-1, n-k)
b) Taraf nyata (α) = 0,05; yaitu tingkat kesalahan yang masih
dapat ditolerir.
c) Derajat bebas pembilang = k-1
d) Derajat bebas penyebut = n-k
3. Menentukan F hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui
perangkat lunak minitab 14.
4. Membandingkan F hitung dengan F tabel
a) Jika statistik hitung (angka F output) > statistik tabel (F
tabel) atau F hitung < -F tabel maka H0 ditolak dan H1
diterima.
b) Jika –F tabel < statistik hitung (angka F output) < statistik
table (F tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak.
51
37
3.4.5.
Analisis Uji Simultan (Uji t )
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003). Langkahlangkah uji statistik t adalah:
1. Merumuskan Hipotesis
a. H0 : β1 = 0
Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu
parameter (β1) sama dengan nol. Artinya, suatu variabel
independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
b. H0 : β1 ≠ 0
Hipotesis alternatifnya (H1), parameter suatu variabel tidak
sama dengan nol. Artinya, semua variabel tersebut
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Menentukan t tabel
a. Menentukan besarnya t-tabel : t (α/2,df)
b. Taraf nyata (α) = 0,05 yaitu tingkat kesalahan yang masih
dapat ditolerir
c. Derajat bebas (df) = n-k
3. Menentukan t hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui
program minitab 14.
4. Membandingkan t hitung dengan t tabel
a. Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (t
tabel) atau t hitung < –t tabel maka H0 ditolak dan H1
diterima.
b. Jika –t tabel < statistik hitung (angka t output) < statistik
tabel (t tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak.
52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 H atau 1 November 1991. Pendirian Bank Muamalat
Indonesia ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia. Kegiatan operasi BMI di mulai pada 27
Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Setelah dua tahun sejak didirikan,
bank Muamalat berhasil mendapatkan predikat sebagai Bank
Devisa tepatnya pada tanggal 27 Oktober 1994. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah
pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun
produk yang terus berkembang.
Pada akhir tahun 90an, bank Muamalat terkena dampak krisis
moneter. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai
lebih dari 60%. Perseroan mencatat kerugian sebesar Rp 105
miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar
kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat
permodalannya, bank Muamalat memperoleh bantuan dari Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab
Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi
salah satu pemegang saham bank Muamalat. Dalam kurun waktu
1999-2002, bank Muamalat berhasil mengubah kondisi dari rugi
menjadi laba melalui upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat,
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat,
serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara
murni.
Pada akhir tahun 2004, bank Muamalat tetap merupakan bank
syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar
Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar
serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar. Saat ini, BMI
53
39
merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang
luar negeri yaitu Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam upaya
aksesibilitas nasabah di Malaysia, BMI melakukan kerjasama
melalui jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS)
sehingga layanan dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di
Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank Muamalat
berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak
hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan
aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen
tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga
nasional, dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari
70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun
terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain Best Islamic Bank
in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur),
Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global
Finance (New York) serta The Best Islamic Finance House in
Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar
spiritual, dikagumi di pasar rasional.
b. Misi Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Menjadi Role Model Lembaga Keuangan Syariah dunia
dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan
manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk
memaksimumkan nilai bagi stakeholder.
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan
Pemegang tertinggi dalam struktur organisasi bank Muamalat
adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang membawahi
Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris. Pada struktur
organisasi Bank Muamalat Indonesia, Presiden Direktur terletak
dibawah Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris serta
54
40
membawahi 5 Divisi diantaranya Compliance and Corporate
Planning Director, Corporate Banking Director, Retail Banking
Director, Treasury and International Banking Director, Finance
and Operation Director. Tabel 5 menunjukkan struktur organisasi
PT BMI, Tbk.
Tabel 5. Divisi dalam struktur organisasi Bank Muamalat
Indonesia, Tbk.
Compliance and
1. Compliance Division
Corporate Planning
2. Corporate Secreatry Division
3. Corporate Planning Division
Corporate Banking
1. Financing Support Division
2. Remedial Division
3. Product Development Division
Retail Banking
1. Retail Division
2. Sales Management and Support
Division
3. Channel Management Division
Treasury and
1. Treasury Division
International Banking
2. International Banking and
Financial Institution Division
3. Funding Policy and Service
Division
Finance and Operations
1. Administration
and
Network
Operation Division
2. IT Management Division
3. Finance and Accounting
Division
Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
4.1.4. Produk dan Jasa
Produk dan jasa pada Bank Muamalat Indonesia terdiri dari
penghimpunan dan penyaluran dana.
41
55
a. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana merupakan kegiatan Bank Muamalat
Indonesia untuk menghimpun dana dari masyarakat. BMI
memiliki 8 produk penghimpunan dana, yaitu:
1. Shar-e, Merupakan tabungan investasi syariah yang
memadukan kemudahan akses ATM, Debit, dan Phone
Banking dalam satu kartu. Shar-e sudah terhubung dengan
jaringan ATM Malaysia yang tergabung dalam MEPS
(Malaysian Electronis Payment System): Maybank, Hong
Leong Bank, Affin Bank, dan Southern Bank serta bekerja
sama dengan perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia,
antara lain: PT. Asuransi Takaful Keluarga, PT. Asuransi
Jiwa Mega Life, PT. Asuransi Bintang, dan PT. Asuransi
Jiwa Sinarmas.
2. Tabungan Ummat, merupakan investasi murni yang sesuai
dengan
syariah
memungkinkan
dalam
nasabah
mata
uang
melakukan
rupiah
yang
penyetoran
dan
penarikan tunai dengan mudah. Selain itu, Tabungan
Ummat merupakan tabungan investasi dengan akad
mudharabah
yang penarikannya dapat dilakukan secara
bebas biaya di seluruh counter bank Muamalat dan jaringan
ATM bersama.
3. Tabungan Ummat Junior, merupakan tabungan yang
diperuntukkan khusus untuk pelajar.
4. Tabungan
Haji
Arafah,
ditujukan
bagi
nasabah
merupakan
yang
tabungan
berkeinginan
yang
untuk
menunaikan ibadah haji secara terencana sesuai dengan
kemampuan dan jangka waktu yang nasabah inginkan.
Tabungan Haji Arafah plus ditujukan bagi nasabah
premium yang memiliki perencanaan haji singkat.
5. Deposito Mudharabah, merupakan jenis investasi syariah,
tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan dengan
56
42
pilihan mata uang dalam rupiah atau USD. Deposito
Mudharabah dapat diperpanjang secara otomatis dan
dijadikan jaminan pembiayaan di bank Muamalat.
6. Deposito Fulinvest, merupakan pilihan investasi dalam
mata uang rupiah maupun USD dengan jangka waktu 6 dan
12 bulan yang ditujukan bagi nasabah yang ingin
berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah. Deposito ini
dikhususkan bagi nasabah perseorangan dan dilengkapi
dengan fasilitas asuransi jiwa.
7. Giro Wadi’ah, merupakan titipan dana pihak ketiga berupa
simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, bilyet giro dan aplikasi
pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi
maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha.
8. DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) Muamalat,
merupakan lembaga yang menyelenggarakan program
pensiun, yaitu suatu program yang menjanjikan sejumlah
uang yang pembayarannya dilakukan secara berkala. DPLK
Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia 18 tahun,
atau sudah menikah, dan pilihan usia pensiun 45-65 tahun
dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minimal Rp. 50.000
perbulan. Peserta juga dapat mengikuti program wasiat
umat, dimana selama masa kepesertaan akan dilindungi
asuransi jiwa sesuai ketentuan berlaku. Dengan asuransi ini,
keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun sebesar
yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal
dunia sebelum memasuki masa pensiun.
b. Penyaluran Dana
Penyaluran dana merupakan kegiatan bank Muamalat
dalam menyalurkan dana kepada masyarakat. BMI memiliki 8
produk penyaluran dana, yaitu:
57
43
a. Pembiayaan Jual Beli
1. Murabahah, merupakan fasilitas penyaluran dana
dengan sistem jual beli untuk pembiayaan modal,
investasi, dan konsumtif. Pihak bank akan membelikan
barang-barang halal yang nasabah butuhkan kemudian
menjualnya kepada nasabah untuk diangsur sesuai
kemampuan nasabah dan kesepakatan kedua belah
pihak.
2. Istishna, merupakan kegiatan jual beli dimana produsen
ditugaskan membuat barang pesanan dari pemesan.
Objek pesanan harus dibuat atau di pesan terlebih
dahulu dengan ciri-ciri khusus yang dipesan oleh
pemesan. Pembayaran dapat dilakukan di awal, di
tengah atau di akhir pesanan. Umumnya digunakan
untuk
pembiyaan
pembangunan
property
dan
penyediaan barang atau aset yang memiliki kriteria
spesifik.
b. Pembiayaan Bagi Hasil
1. Musyarakah, merupakan kerjasama yang dilakukan
antara bank dengan nasabah dalam suatu usaha dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana,
pekerjaan atau keahlian dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan. Umumnya digunakan untuk
pembiayaan modal dan investasi.
2. Mudharabah, merupakan kerja sama antara dua pihak
dimana bank selaku penyedia dana dan pihak lain
(nasabah) bertindak sebagai pengelola usaha. Bank
menyerahkan modalnya kepada nasabah untuk di
kelola.
44
58
c. Pembiayaan Sewa
1. Ijarah, merupakan perjanjian antara bank selaku
pemberi sewa dengan nasabah selaku penyewa atas
suatu barang atau aset milik bank. Bank mendapatkan
jasa atas barang atau aset yang disewakan.
2. Ijarah
Muntahia
Bittamlik
(IMBT),
merupakan
perjanjian antara bank selaku pemberi sewa dengan
nasabah selaku penyewa. Dengan konsep IMBT,
nasabah (penyewa) setuju akan membayar uang sewa
selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa
berakhir
penyewa
mempunyai
hak
opsi
untuk
memindahkan kepemilikan objek sewa tersebut dari
pemberi sewa. Umumnya digunakan untuk pembiayaan
investasi alat-alat besar.
3. Qardh, merupakan pinjaman dari bank kepada nasabah
yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti
dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk
pinjaman yang bersifat
konsumtif. Pengembalian
pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu
(sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman dan
pembayarannya
dilakukan
secara
angsuran
atau
sekaligus. Umumnya digunakan untuk pembiayaan
dana talangan haji.
4.2.
Proses Penyaluran Pembiayaan
Proses penyaluran pembiayaan di BMI terdiri dari beberapa tahap,
yaitu:
1. Pengumpulan dan verifikasi data
Tahap pengumpulan dan verifikasi data merupakan langkah awal
BMI dalam menyalurkan pembiayaan. Pada tahap ini, bank melakukan
inisiasi yaitu proses awal menetapkan kriteria nasabah pembiayaan
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan bank Muamalat. Inisiasi
59
45
dilakukan melalui beberapa tahapan yang terdiri dari solisitasi,
evaluasi, dan keputusan hasil evaluasi.
a. Solisitasi
Pada tahap ini, bank melakukan pencarian nasabah sesuai
kriteria yang telah ditetapkan bank Muamalat. Proses solisitasi
dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu penetapan target market,
sektor bisnis, dan nasabah.
1. Penetapan target market
Dalam menetapkan target market, bank memperhatikan
sektor ekonomi yang memiliki prospek bisnis yang baik
sehingga posisi bank tergolong aman dan menguntungkan
apabila membiayai sektor tersebut. Kriteria BMI untuk bisnis
yang aman dan menguntungkan antara lain:
ï‚·
Bisnis yang sedang tumbuh.
ï‚·
Bisnis yang tidak terkena resesi.
ï‚·
Bisnis yang didukung oleh regulasi pemerintah.
ï‚·
Bisnis yang memiliki pasar yang jelas.
2. Penetapan sektor bisnis
BMI menetapkan sektor bisnis yang dapat dibiayai, antara
lain: pertanian, pertambangan, industri pengolahan, konstruksi,
perdagangan, restoran dan hotel, listrik, gas dan air, jasa-jasa
dunia usaha dan sosial/masyarakat, serta usaha halal lainnya.
3. Penetapan nasabah
Dalam upaya menetapkan calon nasabah yang memiliki
kriteria sesuai dengan ketetapan yang ada, pihak BMI
mengadakan proses wawancara. Melalui wawancara, bank akan
memperoleh data sementara tentang kondisi nasabah yang
sebelumnya telah diperiksa kelengkapan dan kebenarannya.
Selain itu, akan diketahui pula komitmen dan konsistensi
keabsahan terhadap data yang sebelumnya telah disampaikan
secara tertulis oleh nasabah. Data tertulis tersebut sebagai
acuan untuk mengetahui sejauh mana keakurasian dengan data
60
46
hasil wawancara. Account manager memiliki nilai standar
tentang informasi yang diperoleh, sehingga data diharapkan
objektif, tidak bersifat relatif dan spekulatif. Hal ini penting
dalam pengambilan keputusan secara tepat apakah pengajuan
pembiayaan dapat dilanjutkan atau tidak. Informasi diperoleh
dengan pendekatan 5C, antara lain:
1. Character
Keyakinan
bahwa calon
nasabah tersebut
memiliki
kepribadian yang positif, kooperatif, dan tanggung jawab
kepada masyarakat dan lingkungan dalam menjalankan
kegiatan usaha. Penilaian character juga dilakukan dengan
memperoleh informasi dari perbankan dan lembaga keuangan
lainnya
yang
pernah
bekerja
sama
atau
memberikan
pembiayaan sebelumnya kepada calon nasabah.
2. Capacity
Penilaian terhadap kemampuan calon nasabah dalam
manajemen maupun keahlian pada bidang usaha yang dijalani
sehingga dapat mengukur kemampuan untuk melaksanakan
rencana kerjanya terkait dengan penggunaan pembiayaan dan
kemampuan repayment kepada bank. Hal ini ditinjau dari:
a) Kondisi hasil produksi.
b) Sistem dan strategi distribusi dan pemasaran.
c) Kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan dengan
perusahaan pesaing.
d) Hasil penjualan tertinggi yang pernah dicapai dan piutang
dagang.
e) Sumber dan sistem pengadaan bahan baku.
f) Sistem pelaporan kegiatan usaha dan keuangan telah di
audit oleh kantor akuntan atau sesuai dengan ketentuan
bank muamalat.
g) Adanya alternatif sumber pengembalian lain.
61
47
3. Capital
Penilaian terhadap kemampuan modal yang di miliki oleh
calon nasabah dengan cara menganalisa posisi finansial
perusahaan secara keseluruhan dan penekanan pada komposisi
modalnya.
4. Collateral
Penilaian terhadap jaminan yang diberikan oleh calon
nasabah untuk dapat meyakinkan, jika terjadi risiko kegagalan
pembayaran maka jaminan dapat di pakai sebagai pengganti
dari kewajiban. Dalam memperoleh informasi jaminan, unit
support pembiayaan wajib memperhatikan hal-hal berikut:
a) Jenis jaminan yang diajukan, marketable dan nilai pasar
jaminan, serta kepemilikan jaminan.
b) Kemudahan dalam memonitor jaminan, termasuk lokasi
jaminan itu berada, jenis, sifat fisika dan kimianya.
c) Status hukum jaminan, termasuk asuransi.
5. Condition of Economy
Penilaian terhadap kondisi ekonomi yang terjadi di
masyarakat dan secara spesifik melihat keterkaitannya dengan
jenis usaha
yang dijalani oleh calon
memperhatikan
keadaan
ekonomi
yang
nasabah.
Bank
mempengaruhi
perkembangan dan kondisi usaha. Oleh karenanya, bank
memerlukan
informasi
terkait
gambaran
bisnis
secara
keseluruhan mengenai filosofi bisnis perusahaan, sasaran yang
ingin di capai, rencana kerja, prospek masa depan perusahaan,
informasi terkait bidang usaha yang dijalankan, rekan bisnis
perusahaan, teknologi yang digunakan, dan prospek masa
depan bidang usaha.
b. Evaluasi
Setelah dilakukan inisiasi, selanjutnya bank mengadakan
kunjungan kepada calon nasabah. Kegiatan ini bertujuan untuk
memperoleh data dan informasi secara menyeluruh dari calon
48
62
nasabah yang berguna untuk evaluasi terhadap pembiayaan yang
akan dibiayai. Hasil kunjungan akan disajikan dalam bentuk call
report / on the spot yaitu laporan kunjungan ke lokasi usaha
nasabah. Laporan on the spot di buat oleh account manager sebagai
dasar untuk proses pembiayaan selanjutnya, sekurang-kurangnya
harus berisikan hari dan tanggal kunjungan, nama kru pengelola
pembiayaan yang melakukan kunjungan, lokasi kunjungan dan
nama serta jabatan orang yang dimintai informasi. Tabel 6
menunjukkan garis besar pelaksanaan on the spot .
Tabel 6. Garis besar pelaksanaan On The Spot (OTS)
Sumber data
Informasi
Kantor Nasabah
ï‚· Kas
ï‚· Persediaan
ï‚· Harta tetap
ï‚· Piutang dagang dan hutang
dagang keadaan pegawai
Pabrik/ Toko/ Lokasi Usaha/ ï‚· Fasilitas produksi dan
Lokasi Poyek
penyimpanan
ï‚· Keadaan proyek
ï‚· Hasil produksi
ï‚· Keadaan pegawai
Kantor/ Pemasok/ Pembeli ï‚· Volume penjualan dan pembelian
ï‚· Syarat-syarat penjualan dan
pembelian
ï‚· Waktu penyerahan barang
ï‚· Waktu dan riwayat pembayaran,
tingkat kepuasan pembeli
ï‚· Tingkat penyelesaian pekerjaan
ï‚· Kuantitas dan kualitas peralatan,
Jaminan
ï‚· Lokasi
ï‚· Kondisi
ï‚· Bukti kepemilikan
ï‚· Pemanfaatan
ï‚· Kapasitas
ï‚· Umur teknis
ï‚· Harga pasar dari jaminan
Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Setelah data dan informasi terkumpul, pihak bank kemudian
melakukan evaluasi kelayakan usaha yang akan dibiayai dengan
beberapa analisa, diantaranya:
49
63
a) Analisa laporan Keuangan
Bank melakukan analisa rasio-rasio keuangan dari laporan
keuangan calon nasabah. Untuk meminimalisasi risiko, bank
tidak hanya menginginkan laporan periode tahun sebelumnya,
namun juga laporan keuangan terkini sehingga informasi
mengenai kondisi keuangan calon nasabah cukup up to date
untuk
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
pengambilan keputusan.
Dalam menganalisa laporan keuangan, bank memiliki
penekanan yang berbeda antara perusahaan manufaktur atau
industri dengan perusahaan jasa. Analisa laporan keuangan
pada
perusahaan
manufaktur
lebih
ditekankan
pada
profitabilitas terkait kualitas profit yang diperoleh, hal ini
menjadi penting karena profit berkaitan langsung terhadap
kontinuitas produksi yang menjadi sumber pengembalian.
Sedangkan pada perusahaan jasa, bank menekankan analisanya
pada kualitas asset untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas mengenai kondisi perusahaan.
b) Analisa kebutuhan pembiayaan
Bank melakukan analisa kebutuhan pembiayaan calon
nasabah secara keseluruhan, sehingga akan diketahui apakah
pembiayaan yang diperlukan perusahaan bersifat insidentil atau
permanen. Selain itu, bank juga menilai jumlah pembiayaan
yang diajukan perusahaan layak untuk diberikan atau tidak
dengan memperhatikan cashflow, siklus, dan kondisi calon
nasabah.
c) Analisa jaminan
Bank menganalisa jaminan dari calon nasabah secara teliti
dan akurat mengenai kepemilikan, letak, kondisi, dan nilai
likuidasi.
64
50
d) Analisa risiko
Bank menganalisa risiko-risiko yang mungkin terjadi dari
kegiatan usaha calon nasabah. Selain itu, bank juga melakukan
analisa sensitifitas yang bertujuan untuk melihat pengaruh
perubahan
pendapatan
dan
biaya
operasional
terhadap
kemungkinan risiko yang dialami calon nasabah.
e) Perhitungan APR
Account Profitability Ratio (APR) merupakan perhitungan
yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan
atau kontribusi yang dapat disumbangkan nasabah kepada bank
atas pembiayaan yang diberikan. Oleh karenanya, bank dapat
mengetahui bahwa pricing (bagi hasil) cukup menguntungkan
dan kompetitif atau tidak.
2. Pengajuan Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP)
Tahap ini dilakukan setelah bank memutuskan bahwa proses
permohonan pembiayaan dapat dilanjutkan. Berdasarkan data dan
informasi yang telah di analisa, bank memberikan kesimpulan yang
mengarah pada suatu konklusi yang dapat dijadikan dasar pengambilan
keputusan dalam bentuk rekomendasi. Account manager akan
membuat Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP), di dalamya
terlampir struktur pembiayaan yaitu jumlah pembiayaan yang
diberikan, harga jual, bagi hasil yang ditetapkan, jangka waktu
pembiayaan, biaya administrasi bank dan hal lain terkait dengan
setting pembiayaan yang diberikan. Setelah itu, MUP tersebut akan
diajukan untuk proses selanjutnya.
3. Keputusan Pembiayaan
Pada tahap ini, account manager mempresentasikan Usulan
Pembiayaan (UP) di depan komite pembiayaan. Keputusan komite
pembiayaan dapat berupa persetujuan atau penolakan terhadap
pembiayaan
yang
diajukan.
Apabila
permohonan
pembiayaan
disetujui, maka account manager membuat Offering Letter (OL) yaitu
dokumentasi legal berisi komitmen bank untuk membiayai usaha
65
51
nasabah yang ditandatangani oleh direksi/ pemimpin cabang/ kepala
divisi. Namun, jika permohonan pembiayaan tidak disetujui maka
seluruh dokumen nasabah dikembalikan disertai surat penolakan.
4. Realisasi Keputusan
Pada tahap ini, bank menyampaikan Surat Persetujuan Pembiayaan
(SPP) kepada nasabah dan dilakukan penandatanganan akad
pembiayaan serta jaminan. Akad pembiayaan adalah perjanjian antara
pihak bank dan nasabah. Di dalam akad ini, nasabah harus bersedia
memenuhi hak dan kewajibannya setelah pembiayaan diberikan.
Penandatanganan akad pembiayaan di hadiri oleh notaris, pihak bank,
dan nasabah. Kemudian, dicatat dan didaftarkan pada pengadilan
negeri yang sesuai dengan domisili bank sehingga memiliki kekuatan
hukum yang mengikat semua pihak.
5. Pemantauan Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah akan terus dipantau
penggunaannya. Pada tahap ini, bank juga memantau kondisi usaha
nasabah,
jaminan,
dan
pembayaran
kembali.
Selama
proses
pemantauan, bank melakukan monitoring aktif dan pasif. Monitoring
aktif yaitu kegiatan kunjungan kepada nasabah secara berkala dan hasil
kunjungan akan disajikan dalam bentuk call report yang akan
disampaikan kepada komite pembiayaan. Sedangkan monitoring pasif
yaitu memonitoring pembayaran kewajiban nasabah kepada bank
setiap akhir bulan.
6. Pelunasan Pembiayaan
Proses pembayaran angsuran dilakukan dengan mendebet otomatis
saldo direkening tabungan nasabah. Setelah jatuh tempo dan nasabah
melunasi pembiayaan, bank membuat
bukti pelunasan untuk
penyerahan kembali jaminan kepada nasabah.
Proses pemberian keputusan persetujuan pembiayaan tidak lepas
dari keterkaitan account manager, unit support pembiayaan, bussiness
manager, dan komite pembiayaan. Skema proses pembiayaan BMI
mulai dari permohonan pembiayaan calon nasabah kemudian diproses
66
52
oleh account manager, unit support pembiayaan, bussiness manager
hingga persetujuan permohonan pembiayaan oleh komite pembiayaan
ditunjukkan pada (lampiran 6). Gambar 5 menunjukkan secara garis
besar proses penyaluran pembiayaan BMI.
Pengumpulan
Data
Verifikasi
Data
Pengajuan
Memorandum Usulan Pembiayaan
Keputusan
Pembiayaan
Tidak
Pembiayaan
ditolak
Ya
Akad
Pembiayaan
Realisasi
Pembiayaan
Pemantauan
Pembiayaan
Pelunasan
Pembiayaan
Gambar 5. Proses Penyaluran Pembiayaan PT BMI, Tbk
67
53
4.3.
Perkembangan Pembiayaan
Sebagai lembaga keuangan, Bank Muamalat Indonesia menjalankan
fungsi
intermediasi
yang
salah
satu
kegiatan
utamanya
adalah
menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. BMI
merupakan bank syariah besar dilihat dari segi penyaluran pembiayaan.
Selama tiga tahun terakhir, yaitu periode tahun 2007-2010 perkembangan
usaha BMI dalam hal menyalurkan pembiayaan secara keseluruhan
mengalami peningkatan. Gambar 6 menunjukkan perkembangan jumlah
pembiayaan berdasarkan produk selama periode tahun 2007-2010.
Gambar 6. Grafik Perkembangan Jumlah Pembiayaan Berdasarkan
Produk Pembiayaan Periode 2007-2010.
Sumber: Laporan Keuangan PT BMI, Tbk (data diolah)
Gambar 6 menunjukkan bahwa berdasarkan produk pembiayaan, ke
tujuh jenis pembiayaan yang disalurkan mengalami perkembangan yang
berbeda selama 3 tahun terakhir. Pembiayaan musyarakah merupakan
jenis pembiayaan yang mengalami peningkatan setiap tahun, sebaliknya
pembiayaan istishna terus mengalami penurunan. Sedangkan untuk jenis
pembiayaan mudharabah, murabahah, qardh, dan ijarah mengalami
perkembangan yang berfluktuasi. Namun, secara keseluruhan dari total
pembiayaan yang disalurkan oleh BMI, jumlah pembiayaan terus
meningkat dari tahun ke tahun selama periode 2007-2010. Tabel 7
menunjukkan perkembangan jumlah pembiayaan BMI per periode
triwulan dalam kurun waktu 3 tahun.
68
54
Tabel 7. Perkembangan pembiayaan per triwulan periode 2007-2010
(dalam jutaan rupiah)
Periode
Total
Pembiayaan
6,400,578
100 %
7,302,083
Jun
100%
8,209,610
Sept
100%
8,579,572
Des
100%
8,743,740
Mar-08
100%
9,615,975
Jun
100%
10,408,969
Sept
100%
10,479,749
Des
100%
10,655,895
Mar-09
100%
11,135,534
Jun
100%
11,275,560
Sept
100%
11,391,076
Des
100%
11,939,200
Mar-10
100%
12,769,968
Jun
100%
Persentase rata-rata
Mar-07
Berdasarkan Produk Pembiayaan ( dalam jutaan rupiah)
Musyarakah Mudharabah Murabahah Istishna
Qardh
466,847
7,29 %
1,054,084
14,44 %
1,433,152
17,46 %
1,783,074
20,78 %
2,048,980
23,43 %
2,268,068
23,59 %
2,796,195
26,86 %
3,044,130
29,05 %
3,556,277
33,37 %
4,069,135
36,54 %
4,430,335
39,29 %
4,550,364
39,95 %
4,754,965
39,83 %
5,086,606
39,83 %
27,98 %
2,199,768
34,37 %
2,307,569
31,60 %
2,400,371
29,24 %
2,368,207
27,60 %
2,274,212
26,01 %
2,300,790
23,93 %
2,158,777
20,74 %
1,940,431
18,52 %
1,785,704
16,76 %
1,651,649
14,83 %
1,508,239
13,38 %
1,391,472
12,22 %
1,294,323
10,84 %
1,319,340
10,33 %
20,74 %
3,034,817
47,41 %
3,629,865
49,71 %
4,055,053
49,39 %
4,064,004
47,37 %
3,988,901
45,62 %
4,525,901
47,07 %
4,835,304
46,45 %
4,890,799
46,67 %
4,610,212
43,26 %
4,546,191
40,83 %
4,437,767
39,36 %
4,547,459
39,92 %
4,919,196
41,20 %
5,305,388
41,55 %
44,70 %
179,401
2,80 %
169,923
2,33 %
162,998
1,99 %
156,989
1,83 %
150,654
1,72 %
137,153
1,43 %
128,392
1,23 %
101,763
0,97 %
92,521
0,87 %
83,115
0,75 %
73,691
0,65 %
62,899
0,55 %
53,425
0,45 %
46,767
0,37 %
1,28%
41,118
0,64 %
48,318
0,66 %
71,182
0,87 %
123,242
1,44 %
182,107
2,08 %
213,735
2,22 %
183,044
1,76 %
186,492
1,78 %
227,208
2,13 %
280,349
2,52 %
287,004
2,55 %
306,414
2,69 %
387,584
3,25 %
447,687
3,51 %
2,01 %
Ijarah
478,627
7,48 %
92,324
1,26 %
86,854
1,06 %
84,056
0,98 %
98,886
1,13 %
170,328
1,77 %
307,257
2,95 %
316,134
3,02 %
383,973
3,60 %
505,095
4,54 %
538,524
4,78 %
532,468
4,67 %
529,707
4,44 %
564,180
4,42%
3,29%
Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk (data diolah)
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa penyaluran pembiayaan
murabahah dari tahun 2007-2010 selalu memiliki komposisi terbesar
dibandingkan dengan pembiayaan lainnya, kecuali pada triwulan ke empat
tahun 2009 didominasi oleh pembiayaan musyarakah dengan persentase
yang tidak jauh berbeda dengan murabahah yaitu sebesar 39,95%
sedangkan murabahah sebesar 39,92%. Murabahah merupakan jenis
pembiayaan yang paling banyak disalurkan dengan rata-rata 44,70%
terhadap total pembiayaan. Selanjutnya oleh pembiayaan musyarakah
sebesar 27,98%, mudharabah 20,74%, ijarah 3,29%, qard 2,01%, dan
istishna 1,28%. Hal ini terjadi karena sebagian besar kebutuhan peminjam
55
69
terfokus pada produk jual-beli dengan akad murabahah. Disamping itu,
kemungkinan terjadinya risiko pada akad murabahah tergolong rendah
jika dibandingkan dengan pembiayaan lainnya.
Secara keseluruhan dari total pembiayaan, BMI terus meningkatkan
pembiayaan dengan persentase rata-rata sebesar 5,54% per triwulan
selama 3 tahun terakhir. Pada triwulan ke dua 2010, jumlah pembiayaan
mencapai Rp 12.769.968.000.000 atau meningkat 74,88% dibandingkan
periode yang sama pada tahun 2007 sebesar Rp 7.302.083.000.000.
Peningkatan ini terjadi karena jumlah dana pihak ketiga dan peminjam
juga meningkat selama periode 2007-2010. Gambar 7 menunjukkan
bahwa penyaluran pembiayaan BMI mengalami peningkatan karena
didukung oleh jumlah DPK yang berhasil dihimpun.
Gambar 7.Grafik Perkembangan Jumlah Dana Pihak Ketiga (Giro,
Tabungan, Deposito) dan Penyaluran Pembiayaan Periode
2007-2010.
Sumber: Laporan Keuangan PT BMI, Tbk (data diolah)
Untuk dapat memenuhi permintaan uang dalam bentuk pembiayaan
dalam jumlah besar dibutuhkan jumlah dana pihak ketiga yang besar pula.
Hal ini terlihat dari perkembangan pembiayaan dengan persentase rata-rata
5,54% diimbangi oleh jumlah dana pihak ketiga yang tumbuh dengan
persentase rata-rata sebesar 4,26%. Dengan tersedianya dana dalam jumlah
yang cukup tinggi maka akan berimplikasi pada kemampuan BMI untuk
menyalurkan pembiayaannya. Hal ini karena untuk melakukan ekspansi
pembiayaan dibutuhkan dana yang memenuhi. Kebutuhan dana untuk
melakukan ekspansi pembiayaan tersebut, dipenuhi BMI dengan
mengelola beberapa sumber dana. Sumber utama untuk menyalurkan
70
56
pembiayaan berasal dari penghimpunan dana pihak ketiga yaitu tabungan,
giro, dan deposito. Gambar 8 menunjukkan komposisi dana pihak ketiga
yang dihimpun BMI selama periode 2007-2010
Gambar 8. Komposisi Dana Pihak Ketiga (Giro, Tabungan, Deposito)
Periode 2007-2010.
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
Selama periode 2007-2010, deposito memiliki kontribusi yang sangat
besar terhadap total DPK yang berhasil dihimpun oleh BMI yaitu sebesar
55,72%, tabungan sebesar 35,56%, dan giro sebesar 8,72%. Besarnya
kontribusi deposito terhadap DPK disebabkan oleh nisbah bagi hasil
deposito lebih besar daripada dua produk simpanan lainnya, hal ini
dikarenakan dana deposito memiliki jangka waktu yang lebih lama untuk
diinvestasikan kepada bank. Oleh karenanya, nasabah lebih tertarik
menyimpan uangnya pada produk simpanan dalam bentuk deposito
dibandingkan giro dan tabungan.
Tabel 8. Jumlah Dana Pihak Ketiga (Giro, Tabungan, Deposito)
periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah)
Periode
Giro
Mar-07
744,285
Jun
714,179
Sept
895,587
Des
950,152
Mar-08
933,682
Jun
1,017,581
Sept
871,344
Des
767,484
Mar-09
858,034
Jun
867,321
Sept
920,715
Des
1,201,634
Mar-10 1,023,914
Jun
1,475,816
Persentase rata-rata
Tabungan
Deposito
Total DPK
2,603,116
2,795,755
3,055,692
3,447,528
3,455,606
3,650,757
3,805,209
3,972,304
4,203,957
4,312,812
4,283,054
4,194,616
4,351,897
4,464,492
3,984,246
4,262,666
4,272,587
4,616,118
5,076,520
4,877,810
5,628,483
6,060,764
6,493,913
7,620,779
7,488,454
8,225,530
6,644,445
6,414,616
7,331,647
7,772,601
8,223,866
9,013,798
9,465,808
9,546,148
10,305,036
10,800,552
11,555,904
12,800,912
12,692,223
13,621,780
12,020,256
12,354,924
Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk (data diolah)
Tingkat
Pertumbuhan
6,01%
5,81%
9,61%
5,01%
0,85%
7,95%
4,81%
6,99%
10,77%
-0,85%
7,32%
-11,76%
2,78%
4,26%
57
71
Seperti yang terlihat pada Tabel 8 sepanjang tahun 2007 sampai 2010,
deposito selalu menjadi pemberi kontribusi terbesar dibandingkan giro dan
tabungan terhadap total DPK. Secara keseluruhan, jumlah DPK yang
berhasil dihimpun BMI terus mengalami peningkatan setiap tahunnya
dengan persentase rata-rata sebesar 4,26%. Peningkatan jumlah DPK
terjadi mulai dari periode Juni 2007 hingga 2009, kemudian menurun
sebesar 0,85% yaitu pada periode September 2009 dan berhasil
ditingkatkan kembali di periode Desember 2009 sebesar 7,32%. Pada
triwulan pertama tahun 2010, DPK kembali mengalami penurunan sebesar
11,76% dan berhasil ditingkatkan kembali pada periode berikutnya sebesar
2,78%.
Selain dana pihak ketiga, besarnya jumlah peminjam yang terus
bertambah merupakan faktor lain yang mengakibatkan peningkatan jumlah
pembiayaan selama periode 2007-2010.
Gambar 9. Grafik Perkembangan Jumlah Peminjam Berdasarkan Produk
Pembiayaan Periode 2007-2010
Sumber: Laporan Keuangan PT BMI, Tbk (data diolah)
Gambar 9 menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2007 sampai tahun
2010 jumlah peminjam selalu bertambah. Pada periode Juni 2010 jumlah
peminjam produk pembiayaan sebanyak 103.096 orang atau mengalami
peningkatan sebesar 188,72% dibandingkan periode yang sama pada tahun
2007 dengan jumlah peminjam mencapai 35.708 orang. Meningkatnya
jumlah peminjam disebabkan oleh beberapa hal, yaitu dukungan
permintaan islamic product yang berdampak pada respon positif terhadap
72
58
bank syariah dan semakin bertambahnya dunia bisnis yang membutuhkan
bantuan permodalan.
4.4.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Risiko Pembiayaan
Sebagai lembaga keuangan yang salah satu kegiatan utamanya adalah
menyalurkan dana kepada nasabah, BMI tidak terlepas dari risiko
pembiayaan.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
terjadinya
risiko
pembiayaan berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Faktor
internal yang mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan terdiri dari
sumber daya manusia, teknologi informasi, kebijakan dan prosedur, serta
keuangan. Sedangkan faktor eksternal yang sifatnya berasal dari luar bank
dan berpengaruh terhadap terjadinya risiko pembiayaan terdiri dari
debitur, kebijakan pemerintah, dan persaingan dengan bank lain.
1. Internal Perusahaan
a. Sumber Daya Manusia
Bank Muamalat Indonesia merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak di bidang jasa yang tata kerjanya dilakukan oleh
sumber daya manusia. Oleh karenanya, SDM penting untuk
diperhatikan agar hasil kerja yang diperoleh dapat optimal. Kualitas
SDM terkait dengan risiko pembiayaan berkenaan dengan moral
hazard dan morale hazard. Terjadinya
karyawan
dengan
sengaja
moral hazard apabila
melakukan
tindakan
untuk
menguntungkan diri sendiri sehingga menimbulkan kerugian bagi
bank. Sedangkan morale hazard terjadi karena kondisi atau
lingkungan yang menyebabkan karyawan kurang hati-hati dalam
melakukan proses pembiayaan kepada peminjam.
Account manager merupakan SDM analis pembiayaan yang
sangat mempengaruhi risiko pembiayaan. Hal ini karena account
manager mengetahui secara keseluruhan informasi calon nasabah
dan melakukan analisis kelayakan pembiayaan untuk calon nasabah
tersebut. Pada BMI, moral hazard tidak pernah dilakukan baik oleh
karyawan maupun account manager karena setiap karyawan
mendapat pengawasan ketat dari supervisor atau unit di atasnya
73
59
begitu pula dengan account manager. Sebelum pembiayaan
disetujui, account manager harus mempresentasikan usulan
pembiayaannya di depan komite pembiayaan dan berada di bawah
pengawasan langsung business manager.
Sedangkan morale hazard yang terjadi tidak mempengaruhi
risiko pembiayaan secara signifikan. Hal ini karena pihak BMI
melakukan upaya antisipasi untuk meminimalisasi terjadinya
morale hazard melalui beberapa tindakan pencegahan risiko yaitu
pada saat proses recruitment dan pelatihan analisis pembiayaan
secara intensif. Perekrutan ditekankan pada knowledge, skill, dan
attitude. Analis pembiayaan diberikan pelatihan terkait pembiayaan
seperti, pelatihan analisis pembiayaan dan pembiayaan bermasalah,
pelatihan aspek legal dan akad-akad bank syariah, project finance
and loan syndication training, serta personal development. Kualitas
SDM terutama analis pembiayaan yang baik akan meminimalisasi
risiko pembiayaan sehingga mengurangi kerugian akibat risiko
tersebut.
b. Teknologi Informasi
Sistem Teknologi Informasi (TI) yang terpadu merupakan
suatu keharusan bagi setiap bank untuk dapat mengelola jutaan
informasi dengan efektif dan efisien. Disamping itu, ketentuan
undang-undang perbankan dalam peraturan BI No 9/15/PBI/2007
menuntut setiap bank untuk menjalankan sistem IT terkini dalam
rangka memantau dan mengendalikan risiko. Sejalan dengan misi
BMI untuk menjadi role model lembaga keuangan syariah dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen,
dan orientasi investasi yang inovatif maka untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada stakeholders, manajemen memahami
pentingnya teknologi informasi yang terintegrasi, akurat, up to
date, konsisten, tepat waktu, dan relevan dalam pengelolaan risiko.
Sebagai bukti komitmen dalam menerapkan manajemen risiko di
bidang teknologi informasi, saat ini
BMI telah menjalankan
74
60
Financing Orginating System (FOS) yaitu sistem informasi debitur
yang mendukung kegiatan pemberian pinjaman dan pengelolaan
risiko dengan kapasitas di atas puluhan ribu transaksi per menit.
Selain itu, BMI juga menggunakan Daftar Hitam Nasional dan
credit scoring model (CSM) sebagai alat bantu pengambilan
keputusan pemberian pembiayaan perorangan. Aplikasi tersebut
memungkinkan efektivitas dan efisiensi waktu untuk menilai
kelayakan calon peminjam secara tepat. Ketepatan penilaian
kelayakan calon peminjam meminimalisasi kerugian risiko
pembiayaan.
c. Kebijakan dan Prosedur
Ekspansi pembiayaan dari tahun ke tahun dapat meningkatkan
potensi risiko pembiayaan. Oleh karenanya, perusahaan perlu
menetapkan kebijakan yang mengatur pembiayaan tersebut.
Kebijakan mengenai jangka waktu pengembalian dan profit sharing
(nisbah bagi hasil) dengan peminjam berpengaruh terhadap risiko
pembiayaan. Kebijakan tersebut akan dapat meningkatkan atau
mengurangi risiko pembiayaan.
Jangka waktu pengembalian adalah waktu jatuh tempo bagi
peminjam untuk melakukan pembayaran kembali pembiayaannya.
Semakin lama jangka waktu yang diberikan maka pengembalian
yang diperoleh bank akan semakin besar. Namun di sisi lain,
kemungkinan terjadinya gagal bayar semakin tinggi.
Profit sharing antara bank dengan peminjam disepakati antara
kedua belah pihak di awal perjanjian. Semakin besar jumlah dana
yang dipinjam maka profit sharing yang diterima bank akan
semakin besar pula. Namun di sisi lain, beban bank kepada
penabung juga lebih besar apabila peminjam tidak mampu
membayar kembali pinjamannya. Hal ini karena keuntungan bank
tidak
diperoleh
dengan
mendapatkan spread positif
cara
konsep
biaya
dimana
bank
atau selisih antara pendapatan dari
peminjam dengan beban yang harus dibayar kepada penabung.
75
61
Keuntungan
yang
diperoleh
bank
adalah
pendapatan
dari
pembiayaan
yang kemudian dibagi dua dengan penabung
berdasarkan nisbah bagi hasil di awal perjanjian. Di samping itu,
bank perlu memberikan bagi hasil yang kompetitif guna menjaga
loyalitas penabung agar tidak beralih kepada bank lain dalam
menginvestasikan dananya.
Ketidakmampuan peminjam membayar kembali pinjamannya
akan meningkatkan risiko pembiayaan. Oleh karenanya, kebijakan
dan prosedur
yang tepat terkait
penetapan jangka waktu
pengembalian dan penetapan nisbah bagi hasil disesuaikan dengan
kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran kembali. Hal
ini membantu bank mengelola risiko pembiayaan sehingga
mengurangi kerugian akibat risiko tersebut.
d. Keuangan
Kemampuan keuangan BMI berhubungan dengan kemampuan
dalam mencadangkan sejumlah uang (cadangan penghapusan
piutang ragu-ragu) untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian
akibat peminjam gagal bayar. Cadangan penghapusan piutang raguragu harus mampu menutupi kemungkinan kerugian yang akan
dihadapi oleh BMI secara efisien dan efektif.
Dana yang dicadangkan sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu mewajibkan bank untuk
membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Tetap (PPAP) terhadap
pembiayaan yang disalurkan dengan ketetapan sebagai berikut:
Tabel 9. PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan
kualitas.
Kualitas Pembiayaan
Minimum PPAP
Lancar
1% x pembiayaan lancar
Dalam Perhatian Khusus 5% x (Pembiayaan DPK)
Kurang Lancar
15% x (Pembiayaan KL – agunan)
Diragukan
50% x (Pembiayaan D – agunan)
Macet
100% x (Pembiayaan M – agunan)
Sumber: PBI No.8/2/2006
76
62
Selama periode 2007-2010, persentase rata-rata CAR yang
dimiliki BMI yaitu sebesar 11,48% atau berada di atas nilai minimal
CAR yang harus dimiliki oleh bank berdasarkan ketetapan BI yaitu
8%. Hal ini menunjukkan kemampuan keuangan perusahaan untuk
mengantisipasi kemungkinan kerugian akibat gagal bayar, sehingga
dapat meminimalisasi risiko pembiayaan yang terjadi.
e. Pengendalian Internal (Internal Control)
Internal control atau pengendalian internal adalah suatu bentuk
pengendalian terhadap masing-masing faktor yang menyebabkan
timbulnya risiko pembiayaan. Pengendalian internal ini berupa
pengawasan aktif oleh Branch Risk Control Officer (BRCO) pada
masing-masing cabang yang menilai kecukupan proses identifikasi,
pengukuran, pemantauan, dan sistem informasi manajemen risiko.
Dengan dilakukan Internal control maka bank dapat menfilterisasi
sejak awal terjadinya risiko pembiayaan sehingga dapat mengurangi
kemungkinan kerugian akibat risiko tersebut.
2. Eksternal Perusahaan
a. Kebijakan Pemerintah
Ketentuan dan tata cara tentang lembaga keuangan perbankan
syariah diatur dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun
1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998. Bank syariah pun secara khusus diatur dalam UU No
23 tahun 2008 dan PP No 72 tahun 1992, sehingga perbankan
merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan
dibatasi.
Dalam praktiknya, manajemen risiko
BMI mengacu pada
kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Bank
Indonesia (PBI), diantaranya adalah PBI No.11/25/PBI/2009
tanggal 1 Juli 2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum, PBI No12/07/PBI/2010 tentang Sertifikasi Manajemen
Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum, dan PBI
63
77
No.10/15/PBI/2008
tentang
Kewajiban
Penyediaan
Modal
Minimum Bank Umum.
Pemerintah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap
pengelolaan risiko bagi perbankan syariah dengan dibentuknya
regulasi manajemen risiko perbankan syariah secara tersendiri.
Dengan diberlakukannya regulasi tersebut, membantu BMI
menyehatkan dan memperbaiki pengelolaan risiko yang memiliki
variasi akad untuk produk pembiayaannya sehingga kerugian akibat
risiko tersebut dapat diminimalisasi.
b. Peminjam
Peminjam merupakan pengguna dari pembiayaan yang
diberikan bank. Terhentinya pembayaran kembali oleh peminjam
berakibat pada terjadinya risiko pembiayaan. Hal ini dapat terjadi
karena unsur kesengajaan, artinya peminjam tidak mau membayar
kewajiban
pembiayaannya.
Selain
itu
adanya
unsur
ketidaksengajaan karena musibah seperti bencana alam juga
menjadi faktor penyebab terjadinya risiko. Hal ini sulit dikendalikan
pihak bank dan sifatnya berbeda dengan faktor internal dimana
bank dapat mengawasi dan mengontrol faktor tersebut. Risiko dapat
terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari peminjam,
diantaranya: karakter peminjam, pekerjaan atau usaha peminjam,
dan musibah.
Karakter adalah sifat atau watak dari peminjam seperti
kepribadian yang positif, kooperatif, dan tanggung jawab. Penilaian
yang
tidak
objektif
terhadap
karakter
calon
peminjam
memungkinkan peminjam dengan sengaja melakukan pembiayaan
macet. Penilaian karakter perlu diperhatikan karena berkaitan
dengan i’tikad dan kesadaran calon nasabah untuk membayar
kembali pinjamannya.
Pekerjaan dan usaha calon nasabah mempengaruhi risiko
pembiayaan. Terganggunya kegiatan usaha yang berdampak pada
pendapatan peminjam dapat mempengaruhi kemampuan membayar
78
64
kembali pinjamannya. Selain dilihat dari sisi pendapatan, bagi
peminjam yang memiliki pekerjaan atau berprofesi sebagai ahli
hukum perlu diperhatikan apakah kooperatif atau tidak karena
dikhawatirkan peminjam dapat menghindari kewajibannya dengan
mencari kekurangan dari segi hukum atas perjanjian yang
disepakati.
Musibah merupakan faktor penyebab terjadinya risiko yang
berasal dari peminjam dan sifatnya tidak dapat diprediksi
sebelumnya, seperti bencana alam dan pemutusan hubungan kerja.
Karakter peminjam yang tidak cooperative, terganggunya
kegiatan usaha, dan musibah yang dialami peminjam meningkatkan
risiko pembiayaan.
c. Persaingan dengan Bank Lain
Perkembangan dunia usaha perbankan yang semakin agresif
menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar bank. Setiap bank
bersaing untuk terus menambah jumlah jaringan kantor pelayanan,
menambahkan inovasi kedalam berbagai produk yang ditawarkan
dan memberikan kemudahan dalam bentuk persyaratan pembiayaan
dan proses pencairan serta kompetitif dalam memberikan nisbah
bagi
hasil
kepada
peminjam.
Dengan
semakin
mudahnya
persyaratan pembiayaan dan proses pencairan, maka semakin
banyak orang yang tertarik dengan sistem tersebut. Bank Syariah
Mandiri merupakan pesaing utama BMI yang memberikan
pembiayaan tanpa jaminan bagi nasabah sehingga persyaratan
pembiayaan dan proses pencairan lebih mudah dan cepat.
Persaingan ini meningkatkan risiko pembiayaan.
4.5.
Manajemen Risiko Pembiayaan
Praktik manajemen risiko BMI mengacu pada peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum yang dijelaskan lebih lanjut di dalam
ketentuan internal bank sebagai Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko
(PKMR). Proses manajemen risiko dijalankan dengan melakukan
79
65
identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko. Untuk
mendukung pelaksanaan tersebut dilakukan penilaian terhadap sistem
kontrol risiko yang meliputi peran aktif dewan direksi dan komisaris,
kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem informasi manajemen serta
pengendalian internal.
Penerapan
manajemen
risiko
diarahkan
untuk
memperkuat
infrastruktur manajemen risiko, yaitu kelengkapan organisasi dan SDM,
kecukupan kebijakan dan prosedur pembiayaan serta sistem informasi
manajemen. Secara garis besar, beberapa langkah penting yang masih
akan
dilakukan
guna
menyempurnakan
ketiga
elemen
tersebut,
diantaranya:
ï‚·
Sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat bank.
ï‚·
Review terhadap kebijakan dan prosedur pembiayaan, salah satunya
adalah penyesuaian limit persetujuan komite pembiayaan yang
disesuaikan dengan kondisi risiko serta target pertumbuhan bisnis bank
Muamalat.
ï‚·
Menyempurnakan Lembar Kerja Pencatatan dan Pelaporan Transaksi
Berisiko (LKPPTB) sehingga menjadi lebih komprehensif, efektif dan
efisien.
ï‚·
Mengembangkan dan melengkapi instrumen pemeringkatan credit
worthiness (kelayakan) nasabah.
ï‚·
Menguji metode pengukuran potensial loss berdasarkan database yang
terbentuk .
ï‚·
Pengukuran profil risiko per posisi triwulanan.
Perhatian
manajemen
terhadap
pentingnya
pengelolaan
risiko
pembiayaan dijalankan oleh Financing Risk Management Unit mulai dari
tingkat cabang, area, sampai pusat. Financing Risk Management Unit
berada di bawah pengawasan Risk Management Division dengan fungsi
utama melakukan filterisasi awal terhadap setiap proposal pembiayaan
nasabah yang diajukan oleh cabang, sebelum diputuskan oleh komite
pembiayaan
sesuai
dengan
pembiayaan BMI meliputi:
kewenangannya.
Manajemen
risiko
66
80
4.5.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan
Proses pengidentifikasian risiko dilakukan oleh BMI dengan
sistem yang terintegrasi dan terkomputerisasi. Hal ini menunjukkan
perhatian dan kesadaran bank terhadap pentingnya penggunaan
teknologi informasi dalam pelaksanaan manajemen risiko, termasuk
identifikasi risiko. Pengidentifikasian dilakukan pada akhir bulan
oleh analis pembiayaan. Semua data terkait angsuran dan sisa
pinjaman masuk ke dalam database sehingga dapat terlihat besarnya
pembiayaan bermasalah yang terjadi. Proses pengidentifikasian ini
sangat penting untuk tahap selanjutnya.
4.5.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan
Setelah melalui tahap pengidentifikasian, selanjutnya dilakukan
pengelompokan
pembiayaan
yang
mengalami
keterlambatan
pembayaran. Proses pengelompokan sesuai dengan peraturan Bank
Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 november 1999 tentang
kualitas aktiva produktif yaitu pembiayaan dikelompokkan dalam 5
jenis kolektibilitas berdasarkan tingkat kelancaran pembayaran
kewajiban peminjam yang diukur dari jumlah hari tunggakan.
Kelima jenis kolektibilitas itu antara lain kolektibilitas lancar, dalam
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Pembiayaan
dengan kualitas lancar dan dalam perhatian khusus digolongkan ke
dalam pembiayaan tidak bermasalah, sedangkan pembiayaan
dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet digolongkan
dalam pembiayaan bermasalah. Besar masing-masing kolektibilitas
pada tahun 2007-2010 terlihat pada Gambar 10 dan Tabel 10.
Gambar
10.Komposisi Kolektibilitas Pembiayaan
2007-2010
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
periode
67
81
Tabel 10. Jumlah Kolektibilitas Pembiayaan Periode 2007-2010
(dalam jutaan rupiah)
Tahun
Pembiayaan
Lancar
Pembiayaan
Dalam
Perhatian
Khusus
Pembiayaan
Kurang
Lancar
Pembiayaan
diragukan
Pembiayaaan
macet
Mar-07
5,854,865
310,617
Jun
6,541,362
385,492
Sept
7,381,220
287,149
Des
8,168,357
161,738
Mar-08
8,107,216
353,583
Jun
8,779,607
372,766
Sept
9,531,499
364,295
Des
9,658,805
365,739
Mar-09
9,254,621
718,529
Jun
9,836,709
858,470
Sept
9,317,690
958,950
Des
9,995,758
856,864
Mar-10
9,887, 240 1,266,885
Jun
10,484,572 1,682,672
Rata-rata
8,771,394
638,839
Persentase
88,40%
6,44%
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
91,772
166,589
225,136
61,257
87,498
248,932
285,892
290,389
391,753
181,713
617,000
41,849
470,396
256,803
244,070
2,46%
18,755
64,451
117,585
26,085
37,844
62,948
69,823
28,895
59,801
57,315
55,236
401,297
32,783
39,585
76,600
0,77%
124,569
144,189
198,520
162,135
157,599
151,722
157,460
135,741
231,191
201,327
326,684
95,308
281,896
306,336
191,048
1,93%
Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa rata-rata pembiayaan lancar
memiliki persentase yang paling besar diantara kolektibilitas
lainnya yaitu sebesar 88,40% terhadap total rata-rata kolektibilitas.
Selama tiga tahun terakhir, kolektibilitas lancar paling rendah
terjadi
pada
periode
Maret
2007
yaitu
sebesar
Rp 5.854.865.000.000 dan paling tinggi pada periode Juni 2010
yaitu sebesar Rp 10.484.572.000.000.
Pembiayaan dalam perhatian khusus merupakan kolektibilitas
yang kedua dimana keterlambatan pembayaran kurang dari 90 hari,
dengan persentase rata-rata 6,44% terhadap total kolektibilitas.
Jumlah pembiayaan dalam perhatian khusus paling tinggi terjadi
pada periode Juni 2010 yaitu sebesar Rp 1.682.672.000.000.
Sedangkan paling rendah terjadi pada periode Desember 2007
yaitu sebesar Rp 161.738.000.000.
Pembiayaan pada kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan
macet
dikatakan
bermasalah
dan
termasuk
kedalam Non
Performing Finance (NPF). NPF adalah pembiayaan yang tidak
68
82
diikuti oleh
pelunasan
pembayaran
pokok
atau
angsuran
sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam perjanjian sehingga
ada kemungkinan potensial loss. Persentase dari total rata-rata
pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet yaitu masingmasing sebesar 2,46%, 0,77%, dan 1,93%. Kolektibilitas kurang
lancar dimana keterlambatan pembayaran kurang dari 180 hari
paling tinggi terjadi pada periode September 2009 yaitu sebesar Rp
617.000.000.000 sedangkan paling rendah terjadi pada periode
Desember 2009 yaitu sebesar Rp 41.849.000.000. Kolektibilitas
diragukan dimana keterlambatan pembayaran kurang dari 270 hari
paling tinggi terjadi pada periode Desember 2009 yaitu sebesar
Rp 401.297.000.000 sedangkan paling rendah terjadi pada periode
Maret 2007 yaitu sebesar Rp 18.755.000.000. Kolektibilitas macet
dimana keterlambatan pembayaran lebih dari 270 hari paling tinggi
terjadi
pada
periode
September
2009
yaitu
sebesar
Rp 326.684.000.000 sedangkan paling rendah terjadi pada periode
Desember 2009 yaitu sebesar Rp 95.308.000.000.
4.5.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan
Setiap pembiayaan yang disalurkan memiliki potensi risiko.
Besarnya risiko pembiayaan ditunjukkan oleh Non Performing
Finance (NPF) yaitu pembiayaan yang tidak diikuti oleh pelunasan
pembayaran pokok atau angsuran sebagaimana yang telah
dipersyaratkan dalam perjanjian sehingga ada kemungkinan
potensial loss. Kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet
termasuk ke dalam NPF. Rasio NPF diperoleh dari pembagian
antara NPF dengan total pembiayaan yang disalurkan. Semakin
besar rasio NPF, semakin tinggi pula risiko yang ditanggung oleh
bank. Tingginya NPF menunjukkan kegagalan bank dalam
mengelola dana yang ada. Nilai NPF akan mempengaruhi laba
yang diperoleh dan menentukan posisi bank tersebut dinyatakan
sehat atau tidak. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank
wajib memiliki NPF neto di bawah 5 persen. Bank dengan nilai
69
83
NPF neto di atas 5 persen akan masuk dalam program pengawasan
intensif BI.
Tabel 11. Persentase Non Performing Finance pembiayaan
periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah)
Tahun
NPF
Pembiayaan
Mar-07
253.096
6.400.578
Jun
375.229
7.302.083
Sept
541.241
8.209.610
Des
249.477
8.579.572
Mar-08
282.941
8.743.740
Jun
463.602
9.654.529
Sept
513.175 10.408.969
Des
455.025 10.479.749
Mar-09
682.745 10.655.895
Jun
440.355 11.135.534
Sept
998.920 11.275.560
Des
538.454 11.391.076
Mar-10
785.075 11.939.200
Jun
602.724 12.769.968
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
NPF
Gross
PPAP
3,67%
5,14%
6,59%
2,91%
3,24%
4,82%
4,93%
4,34%
6,41%
3,95%
8,86%
4,73%
6,58%
4,72%
141.126
174.617
218.113
232.778
242.793
209.519
218.990
165.685
180.509
210.517
308.363
207.474
230.308
259.760
NPF
net
2,70%
3,93%
4,96%
1,33%
1,61%
3,72%
3,88%
3,80%
5,99%
3,23%
7,32%
4,11%
5,83%
3,93%
Tabel 11 menunjukkan bahwa NPF pada BMI mengalami
fluktuasi setiap tahunnya. NPF gross terendah terjadi pada triwulan
terakhir 2007 yaitu sebesar 2,91% dengan NPF net 1,33% dan
tertinggi pada triwulan ke tiga 2009 yaitu sebesar 8,86% dengan
NPF net 7,32%. Pada tahun 2009 terdapat dua periode dimana
tingkat NPF di atas 5%, yaitu pada triwulan pertama sebesar 6,41%
dan triwulan ke tiga sebesar 8,86%. Hal ini terjadi karena situasi
ekonomi pada awal tahun 2009 masih diliputi ketidakpastian
setelah krisis keuangan global akhir tahun 2008. Pada akhir 2009,
BMI mampu menurunkan posisi NPF ke level yang lebih rendah
yaitu sebesar 4,73% melalui rencana kerja perbaikan dan
mengarahkan pembiayaan ke sektor yang relatif aman dan berisiko
rendah. Meski demikian, tingkat NPF masih mengalami fluktuasi
yaitu pada triwulan pertama 2010, NPF meningkat mencapai
6,58% dan turun kembali pada triwulan berikutnya yaitu sebesar
4,72%. Pergerakan NPF gross dapat dilihat pada Gambar 11.
84
70
Gambar 11. Grafik Perkembangan Rasio NPF Gross periode
2007-2010
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
4.5.4. Pengendalian dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan
Pengendalian risiko pembiayaan adalah upaya untuk menjaga
pembiayaan yang diberikan lancar dan produktif. Strategi
pengendalian dan pengelolaan pembiayaan BMI terdiri dari
preventive control of credit dan repressive control of credit.
1. Preventive Control of Finance
Preventive
control
of
finance
adalah
pengendalian
pembiayaan yang dilakukan dengan tindakan pencegahan
sebelum pembiayaan tersebut bermasalah. Upaya preventive
control of finance dilakukan dengan cara:
a. Penetapan Prosedur dan Kebijakan Umum Pembiayaan.
Prosedur dan kebijakan pembiayaan merupakan acuan
bank dalam melakukan pengendalian risiko mulai dari
pemberian pembiayaan sampai pada penagihan. Sehingga
dalam penetapannya, menekankan pada aspek yuridis dan
kehati-hatian. Aspek yuridis, yaitu prosedur dan kebijakan
sesuai dengan peraturan dan ketetapan Bank Indonesia.
Aspek kehatian-hatian, yaitu menjaga sistem perbankan yang
sehat, kuat, dan efisien. Prosedur dan kebijakan pembiayaan
yang baik dan teratur memudahkan koordinasi pusat dengan
cabang dalam melakukan pengawasan terhadap berbagai
kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan.
71
85
b. Asuransi
Untuk mengurangi kemungkinan kerugian dari risiko
pembiayaan, bank melakukan kerjasama dengan beberapa
asuransi, yaitu asuransi jiwa yang digunakan apabila
peminjam meninggal dunia dan asuransi pembiayaan untuk
mengurangi kerugian akibat pembiayaan macet. Asuransi
yang digunakan BMI adalah asuransi jiwa sinarmas syariah
untuk asuransi jiwa, sedangkan asuransi takaful untuk
asuransi pembiayaan.
Pembayaran premi asuransi dilakukan saat realisasi
pembiayaan. Klaim pembiayaan diajukan kepada pihak
asuransi jika terjadi pembiayaan macet. Klaim harus
memperhatikan waktu jatuh tempo dan masa berlakunya,
karena jika melebihi jatuh tempo maka klaim tidak lagi
berlaku. Dana yang ditanggung oleh pihak asuransi yaitu
sebesar 75% dan bank 25%.
c. Peningkatan kualitas SDM
SDM merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap timbulnya risiko pembiayaan. Oleh karenanya,
manajemen mengadakan pelatihan sebagai upaya untuk terus
meningkatkan kualitas SDM, diantaranya: pelatihan analisa
pembiayaan dan pembiayaan bermasalah, pelatihan aspek
legal dan akad-akad bank syariah, project finance and loan
syndication training, serta personal development.
d. Penagihan Intensif.
Penagihan
secara
intensif
dilakukan
dengan
cara
memantau saldo di rekening tabungan peminjam dan
melakukan potongan sejumlah angsuran saat jatuh tempo.
Apabila terdapat peminjam yang menunggak pada tahun
pertama
maka
dilakukan
menghindari kerugian, yaitu:
beberapa
langkah
untuk
86
72
1) Pengiriman surat pemberitahuan angsuran kedua.
2) Konfirmasi melalui telepon.
3) Pengiriman surat peringatan (SP1, SP2, SP3, dan SP
terakhir).
e. Manajemen Kolektibilitas
Meningkatnya nilai kolektibilitas kualitas kurang lancar,
diragukan, dan macet mengakibatkan PPAP yang harus
dibentuk semakin besar. Hal ini berdampak pada menurunnya
laba, dan CAR sehingga tingkat kesehatan pembiayaan
memburuk. Oleh karenanya, pengelolaan kolektibilitas
penting dilakukan karena berpengaruh terhadap kelangsungan
usaha suatu bank. Manajemen kolektibilitas dilakukan
dengan cara:
1) Mengevaluasi setiap pembiayaan, terutama pembiayaan
kolektibilitas 2,3,4, dan 5.
2) Membuat action plan penyelesaian pembiayaan
3) Membuat proyeksi coll untuk mengetahui sejak awal
tingkat kesehatan pembiayaan.
2.Repressive Control of Finance
Repressive control of finance adalah pengendalian dan
pengelolaan pembiayaan yang dilakukan melalui tindakan
penyelesaian setelah pembiayaan tersebut bermasalah. Upaya
repressive control of finance dilakukan dengan cara:
a. Proses Revitalisasi.
Revitalisasi dilakukan jika usaha nasabah diindikasikan
masih berjalan dan hasil usaha nasabah masih mampu untuk
memenuhi
kewajiban
angsuran
kepada
bank.
Proses
yang
hanya
revitalisasi meliputi:
1) Rescheduling
Perubahan
ketentuan
pembiayaan
menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktunya,
sehingga
peminjam
yang
terlambat
membayar
87
73
pembiayaannya diberi jangka waktu tertentu untuk
membayar dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
2) Reconditioning
Perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan
termasuk perubahan jangka waktu sepanjang tidak
menyangkut perubahan maksimum saldo pembiayaan.
3) Restructuring
Perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan,
termasuk perubahan maksimum saldo pembiayaan.
b. Penyelesaian Melalui Jaminan
Penyelesaian melalui jaminan dilakukan jika nasabah
sudah tidak memiliki usaha dan tidak kooperatif untuk
menyelesaikan pembiayaan.
1. Penyelesaian Melalui Jaminan (Non Litigasi)
a) Off-Set
Penyelesaian
pembiayaan
melalui
penyerahan
jaminan oleh peminjam kepada bank. Off-set dilakukan
bila peminjam bersedia untuk menjual jaminannya
kepada bank. Langkah-langkah yang dilakukan untuk
melakukan off-set, antara lain:
1.Menganalisis kecukupan nilai jaminan untuk menutup
seluruh kewajiban dan biaya-biaya yang dikeluarkan
saat proses off-set.
2.Negosiasi dengan peminjam untuk pembelian jaminan
3.Setelah mendapat persetujuan komite penyelesaian
pembiayaan, dilakukan jual beli.
Bila nasabah ingin membeli kembali jaminan yang di beli
oleh bank, maka diberikan hak opsi kepada peminjam
dengan jangka waktu berdasarkan persetujuan kedua
belah pihak.
88
74
b) BAMUI (Badan Arbitrase Muamalat Indonesia)
Sesuai dengan pasal 17 perjanjian pembiayaan, setiap
sengketa yang timbul antara peminjam dengan BMI,
maka akan diselesaikan melalui BAMUI. Langkahlangkah yang dilakukan, antara lain:
1.Membuat usulan penyelesaian ke komite pembiayaan.
2.Membuat surat dan pengajuan gugatan ke BAMUI.
3.Proses sidang dalam jangka waktu maksimal 6 bulan.
4.Keputusan BAMUI.
5.Pendaftaran putusan BAMUI ke pengadilan negeri.
2. Penyelesaian Melalui Jaminan (Litigasi).
a) Gugatan Perdata
Kondisi dimana peminjam tidak dapat menyelesaikan
kewajiban secara sukarela, cepat, dan tuntas melalui hak
tanggungan.
Gugatan
mendapatkan
keputusan
perdata
dilakukan
berkekuatan
hukum
untuk
dan
mengikat yang wajib dilaksanakan oleh pihak terkait
dalam perkara gugatan. Melalui cara ini, memungkinkan
bank untuk menguasai atau menjual aset nasabah yang
bukan jaminan.
b) Gugatan Pidana
Kondisi dimana peminjam melakukan suatu tindakan
pidana sehingga menimbulkan kerugian. Gugatan pidana
bertujuan untuk menekan psikologis peminjam supaya
mengakui kesalahan dan menyelesaikan kewajibannya.
c) Riil Eksekusi Jaminan
Kondisi dimana penyelesaian pembiayaan dapat
dilakukan melalui jaminan yang telah diikat dengan hak
tanggungan. Riil eksekusi jaminan bertujuan untuk
mengeksekusi
jaminan
yang
telah
dibebani
hak
tanggungan sehingga kewajiban peminjam dapat dilunasi.
Penyelesaian pembiayaan melalui riil eksekusi jaminan
75
89
dapat dilaksanakan dalam waktu singkat dan memiliki
kepastian pengembalian.
d) Permohonan Kepaillitan
Kondisi dimana jaminan tidak dapat dilikuidasi
dengan cepat dan bank sulit bernegosiasi dengan
peminjam.
4.6.
Laba Bank Muamalat Indonesia
Laba yang diperoleh suatu perusahaan menunjukkan keberhasilan
perusahaan
tersebut
dalam
mengelola
usahanya,
baik
dalam
penghimpunan dana maupun penyaluran pembiayaan. Peningkatan laba
dari periode ke periode berikutnya dapat dijadikan gambaran bagi pihak
yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan.
Tabel 12. Laba periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah)
Periode
Jumlah Laba
Tingkat Pertumbuhan
Mar '07
230687
Jun
208276
-9,71%
Sept
238234
14,38%
Des
220875
-7,29%
Mar '08
304564
37,89%
Jun
287172
-5,71%
Sept
356156
24,02%
Des
340891
-4,29%
Mar '09
432384
26,84%
Jun
372430
-13,87%
Sept
302950
-18,66%
Des
272746
-9,97%
Mar '10
328733
20,53%
Jun
354567
7,86%
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
Perkembangan laba per triwulan periode 2007-2010 mengalami
fluktuasi. Pertumbuhan laba terbesar terjadi pada triwulan pertama tahun
2008 yaitu sebesar 37,89%. Hal ini didukung oleh tingginya pertumbuhan
pembiayaan pada periode tersebut yang mencapai 9,98%, dimana rata-rata
pertumbuhan pembiayaan per triwulan periode 2007-2010 sebesar 5,54%
dan tingkat NPF gross yang rendah sebesar 3,24% dengan NPF net
mencapai 1,61%. Sedangkan pada tiga periode terakhir 2009, laba
90
76
mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena ketidakpastian usaha akibat
krisis keuangan global akhir tahun 2008 sehingga berdampak pada
tingginya NPF yang berpengaruh terhadap pencapaian laba. Penurunan
terbesar terjadi pada triwulan ketiga tahun 2009 yaitu sebesar 18,66%. Hal
ini didukung oleh tingginya NPF pada periode tersebut sebesar 8,86%
dengan NPF net 7,32%, dimana tingkat NPF tersebut merupakan
persentase tertinggi selama periode 2007-2010.
Pada triwulan pertama tahun 2010, laba kembali mengalami
peningkatan sebesar 20,53% dan terus meningkat pada periode berikutnya
sebesar 7,86% terlihat pada Gambar 12. Hal ini terjadi karena upaya
remedial yang dilakukan bank dan situasi ekonomi yang mulai stabil.
Gambar 12. Grafik Perkembangan Laba Periode 2007-2010
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
4.7.
Pengaruh Pembiayaan dan Rasio NPF Terhadap Laba
4.7.1. Analisis Korelasi
Analisis kolerasi pearson product moment digunakan untuk
mengetahui hubungan pembiayaan dan tingkat NPF terhadap laba
PT BMI, Tbk. Hasil dari perhitungan kolerasi pearson product
moment yang diolah dengan menggunakan minitab 14
Tabel 13. Nilai Kolerasi antar variabel pembiayaan, NPF, dan
laba
Variabel
Laba
Pembiayaan
Nilai Korelasi
0.707
Pembiayaan
p-value
0.005
Nilai Kolerasi
-0.197
0,344
NPF
p-valuae
0.499
0,229
91
77
Dari hasil analisis korelasi, terlihat bahwa variabel yang
memiliki pengaruh linear paling kuat terhadap laba adalah
pembiayaan dengan nilai kolerasi 0,707. Sedangkan variabel NPF
terhadap laba memiliki nilai korelasi 0,197 yang berarti bahwa
korelasi antara NPF dengan laba sangat rendah.
4.7.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap
laba, dilakukan analisis regresi berganda. Laba merupakan peubah
tidak bebas (Y) yang dipengaruhi oleh jumlah pembiayaan dan
NPF (X1, X2) sebagai peubah bebas. Persamaan yang dihasilkan
sebagai berikut:
Y = 59635 + 0.0257 X1 - 2147 X2
Keterangan:
Y = Laba
X1 = Pembiayaan
X2 = NPF
Dari persamaan hasil regresi linear berganda, menunjukkan
bahwa pembiayaan (variabel X1) mempunyai pengaruh positif
terhadap laba bank (variabel Y), dimana setiap kenaikan
pembiayaan akan mengakibatkan kenaikan pada laba. Sedangkan
NPF (variabel X2) memiliki pengaruh negatif terhadap laba bank
(variabel Y), dimana kenaikan NPF akan mengakibatkan
penurunan pada laba. Pada persamaan regresi terlihat bahwa
kenaikan pembiayaan satu satuan akan menaikkan laba sebesar
0,0257 satuan, sedangkan kenaikan NPF satu persen akan
mengakibatkan penurunan pada laba sebesar 2,147 miliar rupiah.
Regresi berganda yang baik memiliki persyaratan beberapa uji
klasik,
yaitu
uji
multikolinieritas,
uji
normalitas,
uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Model regresi dapat
diketahui layak atau tidak layak melalui keempat uji tersebut.
92
78
A. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah uji yang dilakukan apakah terdapat
korelasi antar variabel independen yang digunakan dalam
model regresi. Identifikasi adanya multikolinieritas dalam
model dapat dilakukan dengan melihat variance inflation factor
(VIF).
Iriawan dan
Astuti (2006)
menyatakan
bahwa
miltikolinieritas dapat diidentifikasi pada parameter dengan
nilai VIF ≥ 5. Jika peubah VIF masing-masing peubah bebas
memiliki nilai lebih besar dari 5 maka model regresi memiliki
multikolinieritas sehingga menjadi tidak valid. Berdasarkan
hasil perhitungan nilai VIF seperti pada Tabel 14. Peubahpeubah bebas dalam model regresi ini tidak mempunyai
kendala multikolinieritas karena nilai VIF pada variabel
pembiayaan dan NPF masing-masing adalah 1,1.
Tabel 14. Nilai VIF peubah bebas regresi berganda
Peubah Bebas
Nilai NPF
Pembiayaan
1,1
NPF
1,1
B. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk
mengetahui distribusi kenormalan residual. Hal ini bertujuan
untuk memutuskan bahwa residual model regresi yang dibuat
telah terdistribusi normal untuk memenuhi asumsi model
regresi mengenai kenormalan residual model. Pengujian
normalitas dilakukan menggunakan statistik kolmogorovsmirnov. Jika nilai statistik KS lebih kecil dibanding nilai tabel
KS dan nilai p-value lebih besar dari α, maka asumsi
kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat
dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006).
79
93
Probability Plot of RESI1
Normal
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value
95
90
-9.35480E-11
46054
14
0.153
>0.150
80
Pe rc ent
70
60
50
40
30
20
10
5
1
-100000
-50000
0
RESI1
50000
100000
Gambar 13. Uji normalitas residual pada regresi berganda
Sumber : PT BMI, Tbk (data diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
minitab diperoleh nilai p-value 0,150 dan nilai statistik KS
sebesar 0,153. Uji kolmogorov-smirnov dilakukan dengan
menggunakan α sebesar 5% dengan jumlah pengamatan
sebanyak 14 menghasilkan nilai KS pada tabel sebesar 0,349.
Nilai statistik KS < nilai tabel KS yaitu 0,153 < 0,349 dan pvalue memiliki nilai 0,150 dimana nilai tersebut lebih besar
dari α yaitu 0,05 sehingga residual model regresi yang dibuat
telah memenuhi asumsi kenormalan.
C. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antar
variabel yang diurutkan melalui deret waktu (time series).
Autokorelasi mengakibatkan varian residual yang diperoleh
akan lebih daripada semestinya sehingga koefisien determinasi
menjadi lebih tinggi. Selain itu, autokorelasi menyebabkan
pengujian hipotesis pada uji F dan uji t menjadi tidak valid dan
jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang tidak benar
pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir.
Model regresi yang baik tidak terjadi autokorelasi.
94
80
Runs test for RESI1
Runs above and below K = -9.32232E-11
The observed number of runs = 6
The expected number of runs = 7.85714
6 observations above K, 8 below
* N is small, so the following approximation
may be invalid.
P-value = 0.291
Gambar 14. Hasil Run Test Terhadap Residual Model
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
Uji autokorelasi menggunakan perangkat lunak minitab
melalui uji run test residual. Jika p-value lebih besar daripada
α, menunjukkan tidak adanya korelasi. Hasil run test
ditunjukkan pada gambar bahwa p-value sebesar 0,291
sehingga p-value > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat autokorelasi pada residual sehingga asumsi kebebasan
terpenuhi.
D. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat varian dari
variabel independen apakah memiliki nilai yang sama
(homoskedastisitas) atau berbeda. Model regresi yang memiliki
heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisienkoefisien regresi menjadi tidak efisien. Untuk melihat apakah
pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari
sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan.
Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun
tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa pada
model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.
Pada gambar terlihat bahwa titik-titik tidak membentuk pola
tertentu, melainkan menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y. Dengan demikian pada model regresi tidak
terjadi heteroskedastisitas.
81
95
Residuals Versus the Fitted Values
(response is Laba)
100000
Residual
50000
0
-50000
200000
250000
300000
Fitted Value
350000
400000
Gambar 15. Ouput Uji Heteroskedastisitas pada Regresi
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
4.7.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel
independen
terhadap
variabel
independen.
Perhitungan
menggunakan minitab 14. Untuk mengetahui apakah variabel
independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen
pada tingkat signifikan tertentu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Perumusan hipotesis
H0 : βi = 0, i=1,2,3
Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji adalah apakah semua
parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua
variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
H1 : βi ≠ 0, i=1,2,3
Hipotesis alternatifnya (H1), tidak semua parameter secara
simultan sama dengan nol. Artinya, paling sedikit terdapat satu
variabel independen merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
82
96
2. Menentukan F tabel
Dengan taraf nyata (α = 5%), yaitu tingkat kesalahan yang
masih dapat ditolerir.
Derajat bebas pembilang = k-1 = 2-1 = 1
Derajat bebas penyebut = n-k = 14-2 = 12
Dengan demikian F tabel sebesar F 0,05 (12,1) = 4,75
3. Menentukan besarnya F hitung
Hasil perhitungan menggunakan minitab 14 menunjukkan nilai
F hitung adalah 5,56.
4. Membandingkan F hitung dengan F tabel
a. jika F hitung > F tabel atau F hitung < -F tabel, maka H0
ditolak dan H1 diterima.
b. Jika –F tabel < F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1
ditolak.
Hasil uji menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 5,56 >
4,75. Dengan demikian, H0 ditolak dan H1 diterima. Pembiayaan
dan NPF secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap laba
pada taraf nyata 5% dengan p-value sebesar 0,021.
4.7.4. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui
variabel independen mana yang mempengaruhi variabel dependen
pada tingkat signifikansi tertentu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Perumusan hipotesis
H0 : β = 0
Artinya, variabel independen (X1) tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen (Y).
H1 : β ≠ 0
Artinya, variabel independe (X1) mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen (Y).
83
97
2. Menentukan variabel
Dengan taraf nyata (α = 5%), yaitu tingkat kesalahan yang
masih dapat ditolerir, df: n-k = 14-2 = 12. Dengan demikian ttabel sebesar t (α/2, df) = (0,025, 12) = 2,179
3. Menentukan besarnya t hitung dengan t tabel
Hasil perhitungan menggunakan minitab 14 menunjukkan
bahwa t hitung untuk variabel X1 dan X2 adalah masing-masing
sebesar (3,20, -0,23).
4. Membandingkan t hitung dengan t tabel
a. Jika membandingkan t hitung > t tabel atau t hitung < -t
tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Jika –t tabel < t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1
ditolak.
5. Pengaruh pembiayaan (X1) terhadap laba
Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung > t tabel, yaitu 3,20 >
2,179 dengan tingkat signifikansi 0,008. Dengan demikian H0
ditolak dan H1 diterima. Sehingga secara parsial pembiayaan
(X1) berpengaruh secara signifikan terhadap laba bank pada
taraf nyata 5%
6. Pengaruh NPF (X2) terhadap laba
Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung < -t tabel, yaitu -0,23 <
-2,179 dengan tingkat signifikansi 0,822. Dengan demikian H0
diterima dan H1 ditolak. Sehingga secara parsial NPF (X2)
tidak berpengaruh signifikan terhadap laba bank pada taraf
nyata 5%.
4.8.
Implikasi Manajerial
a. Bank perlu terus meningkatkan ekspansi pembiayaan. Hal ini karena
berdasarkan
hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
pembiayaan
memiliki derajat hubungan yang kuat dan berpengaruh positif terhadap
laba.
b. Menetapkan
pengalokasian
kebijakan
pembiayaan
pembiayaan
dengan
yang
tepat
dalam
memperhatikan
hal
tingkat
84
98
pertumbuhan, tingkat pengembalian dan risiko pada masing-masing
sektor tujuan pembiayaan , serta nisbah bagi hasil yang kompetitif.
1) Bank perlu memperhatikan tingkat pertumbuhan pembiayaan.
Apabila kondisi pembiayaan mulai mengalami penurunan maka
dapat dilakukan upaya untuk meningkatkan dana pihak ketiga yang
dihimpun.
2) Bank perlu mengetahui tingkat pengembalian dan risiko pada
masing-masing sektor tujuan pembiayaan sehingga prioritas
alokasi pembiayaan ditujukan pada sektor yang relatif aman dan
berisiko rendah.
3) Bank perlu memberikan nisbah yang kompetitif. Hal ini bertujuan
untuk mempertahankan peminjam lama agar tidak beralih kepada
bank lain dan menarik peminjam baru untuk melakukan
pembiayaan pada bank.
c. Memperkuat sistem manajemen risiko pembiayaan yang telah
dilaksanakan serta melakukan perbaikan terhadap berbagai kekurangan
yang terjadi untuk mengendalikan dan mengelola risiko pembiayaan
yang muncul. Selain itu, sistem manajemen risiko yang kuat akan
dapat menekan laju pertumbuhan NPF meski pembiayaan terus
ditingkatkan.
d. Meningkatkan
kualitas
Sumber
Daya
Manusia
dalam
upaya
meminimalisasi risiko pembiayaan melalui analisis pembiayaan yang
tepat kepada peminjam yang memenuhi kualifikasi.
e. Melakukan strategi pemasaran yang tepat dan efektif dalam
menghadapi persaingan pasar, dengan cara menambah inovasi dan
jenis produk yang ditawarkan sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan syariah dan meningkatkan pemasaran terhadap inovasi dan
produk tersebut guna meningkatkan pembiayaan.
99
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan diantaranya faktor
internal perusahaan (SDM, teknologi informasi, kebijakan dan prosedur,
keuangan, serta pengendalian internal) dan faktor eksternal (kebijakan
pemerintah, peminjam, dan persaingan dengan bank lain).
b. Manajemen risiko pembiayaan yang dilakukan untuk mengendalikan dan
mengelola risiko dengan cara preventive control of finance (penetapan
prosedur dan kebijakan pembiayaan, asuransi, peningkatan kualitas SDM,
penagihan secara intensif, dan manajemen kolektibilitas) dan repressive
control of finance (proses revitalisasi dan penyelesaian melalui jaminan
baik secara non litigasi maupun litigasi).
c. Pembiayaan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk terus mengalami
peningkatan dengan persentase rata-rata sebesar 5,54% selama periode
2007-2010 yang didominasi oleh pembiayaan murabahah dengan
persentase
rata-rata
terhadap
total
pembiayaan
sebesar
44,70%.
Selanjutnya musyarakah 27,98%, mudharabah 20,74%, ijarah 3,29%,
qard 2,01%, dan istishna 1,28%. Sedangkan NPF dan laba mengalami
fluktuasi pada periode yang sama dimana NPF tertinggi terjadi pada
triwulan ke tiga 2009 sebesar 8,86% dan terendah pada triwulan terakhir
tahun 2007 sebesar 2,91%. Pertumbuhan laba terbesar terjadi pada
triwulan pertama tahun 2008 yaitu sebesar 37,89% dan terendah pada
triwulan ketiga tahun 2009 sebesar 18,66% .
d. Berdasarkan hasil regresi, pembiayaan memberikan pengaruh positif
terhadap laba dengan koefisien 0,0257, yang berarti setiap kenaikan
pembiayaan sebesar 1 miliar rupiah akan menaikkan perolehan laba
sebesar 0,0257 miliar rupiah. Sedangkan NPF memberikan pengaruh
negatif terhadap laba dengan koefisien -2147 yang berarti, kenaikan NPF
sebesar 1% akan menurunkan perolehan laba sebesar 2,147 miliar rupiah.
Model ini memiliki nilai R-square sebesar 50,3% menunjukkan bahwa
keragaman nilai dari laba 50,3% dipengaruhi oleh variabel dalam model
86
100
yaitu pembiayaan dan NPF, sedangkan 49,7% dipengaruhi oleh variabel
lain diluar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian. Berdasarkan
hasil pengujian uji F, menunjukkan bahwa pembiayaan dan NPF secara
keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada taraf nyata
5% dengan nilai p-value sebesar 0,021. Namun, secara parsial pengujian
dengan uji t menunjukkan hanya pembiayaan yang berpengaruh secara
signifikan terhadap laba dengan p-value sebesar 0,008 sedangkan secara
parsial NPF tidak berpengaruh nyata terhadap laba.
2. Saran
a. Bank Muamalat Indonesia sebaiknya semakin memperkuat sistem
manajemen risiko pembiayaan yang telah dilakukan dengan memperbaiki
pengelolaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan
baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan melalui
pengawasan, evaluasi dan perbaikan secara berkala. Serta lebih intensif
memantau pergerakan NPF agar dapat meminimalisasi risiko pembiayaan
sejak awal sehingga NPF tidak melebihi ketentuan yang ditetapkan Bank
Indonesia.
b. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menganalisis variabel lain
terkait manajemen risiko pembiayaan yang mempengaruhi laba seperti
DPK, FDR, PPAP, dan CAR. Selain itu, juga menganalisis kontribusi dari
masing-masing produk atau sektor pembiayaan terhadap perolehan laba.
101
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Statistik Perbankan Syariah. www.bi.go.id. [11 Mei 2010]
Antonio, MS. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press,
Jakarta.
Arief, S. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta.
Dendawijaya, L. 2000. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Djohanputra, B. 2004. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. PPM, Jakarta.
Hartati, S. 2005. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pertumbuhan Penjualan, Laba,
dan Aset Nasabah (Studi Kasus Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS
Amanah Ummah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor). Skripsi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Iriawan, N. dan S. P. Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah
Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Karim, A. 2003. Analisis Fiqih dan Keuangan Bank Islam. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kountur, R. 2004. Manajemen Risiko. Abdi Tandur, Jakarta.
Kuncoro, M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga, Jakarta.
PT BMI, Tbk. Maret 2007. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT BMI, Jakarta.
. Juni 2007. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT BMI, Jakarta.
.September 2007. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT BMI, Jakarta.
.Desember 2007. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT BMI, Jakarta.
. Maret 2008. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta.
. Juni 2008. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta.
.September 2008. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta.
.Desember 2008. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta
. Maret 2009. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta.
102
88
. Juni 2009. Laporan Keuangan Tahun 2009. PT BMI, Jakarta.
.September 2009. Laporan Keuangan Tahun 2009. PT BMI, Jakarta.
.Desember 2009. Laporan Keuangan Tahun 2009. PT BMI, Jakarta
. Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2010. PT BMI, Jakarta.
. Juni 2010. Laporan Keuangan Tahun 2010. PT BMI, Jakarta.
Rohaeni, H. 2009. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bermasalah
Terhadap Laba (Studi Kasus PT Bank X). Skripsi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Sugiono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Alvabeta, Bandung.
Siamat, D. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
89
103
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Risk
Monitoring
Committee
Nomination
and
Remuneration
Committee
Board of
Comissioners
Shariah
Supervisiory Board
President
Director
Audit
Committee
Compliance and
Corporate Planning
Director
IT
Committe
e
Compliance
Division
Financing
Committe
e
Asset and
Liability
Committe
Corporate
Banking
Director
Retail
Banking
Director
Treasury and
International
Banking
Treasury
Division
Finance and
Operations
Director
Financing
Support
Division
Retail
Product
Development
Corporate
Secretary
Division
Remedial
Division
Corporate
Planning
Division
Product
Development
Division
Sales
Management
and Support
Division
Int’l
Banking and
Financing
Institutions
Division
IT
Management
Division
Channel
Management
Division
Funding
Policy and
service
Finance and
Accounting
Division
Risk
Management
Committee
Budget
Committee
Corporate
Branch
Retail
Branch
General
Admin and
Network
Division
90
104
Lampiran 2. Tingkat Pembiayaan Bermasalah Bank Umum Syariah
Pembiayaan Bermasalah Bank Umum Syariah (BUS)
Kolektibilitas Pembiayaan
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jan
2011
14,803 19,474 26,813 36,686 45,004 66,120 67,436
Lancar
Lancar 14,027 18,583 25,494 35,076 41,931 63,006 63,600
Dalam perhatian khusus
776
891
1,319
1,610
3,074
3,114
3,835
429
971
1,131
1,509
1,882
2,061
2,288
Kurang Lancar
201
353
321
525
435
677
797
Diragukan
73
236
267
224
582
332
361
Macet
155
383
543
759
865
1,052
1,130
Non Lancar
Total Pembiayaan
Persentase NPF
15,232 20,445 27,944 38,195 46,886 68,181 69,724
2,82%
4,75%
4,05%
3,95%
4,01%
3,02%
3,28%
Sumber: Statistik Bank Indonesia, 2010
Pertumbuhan Pembiayaan Bank Umum Syariah (BUS)
Jenis Penggunaan
Jan
2011
7,988 10,405 15,656 20,554 22,873 31,855 31,484
2005
2006
2007
2008
2009
2010
48,8% 46,7% 45,2%
9,955 13,416 13,601
Modal Kerja
Nilai
Investasi
Pangsa
Nilai
52,4 %
4,288
50,9%
4,374
56,0%
5,637
53,8%
7,907
Konsumsi
Pangsa
Nilai
28,1 %
2,956
21,4%
5,666
20,2%
6,652
20,7% 21,2% 19,7% 19,5%
9,734 14,058 22,910 24,639
Pangsa
19,4 % 27,7% 23,8% 25,5% 30,0% 33,6% 35,3%
15,232 20,445 27,944 38,195 46,886 68,181 69,724
Total
Sumber: Statistik Bank Indonesia, 2010
105
91
Lampiran 3. Pertumbuhan Non Performing Finance (NPF) Perbankan Syariah
Periode 2006-2010
Periode
NPF (%)
Tingkat Pertumbuhan (%)
Mar'06
4.27
-0.04
Jun
4.23
0.9
Sept
5.13
-0.38
Des
4.75
0.98
Mar'07
5.73
0.47
Jun
6.2
0.06
Sept
6.26
-2.21
Des
4.05
0.12
Mar'08
4.17
0.06
Jun
4.23
-0.11
Sept
4.12
-0.17
Des
3.95
1.19
Mar'09
5.14
-0.75
Jun
4.39
1.33
Sept
5.72
-1.71
Des
4.01
0.52
Mar'10
4.53
-0.64
Jun
3.89
0.06
Sept
3.95
-0.93
Des
3.02
0.26
Sumber: Statistik Bank Indonesia, 2010
106
92
Lampiran 4. Komposisi Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Terhadap Total
Pembiayaan Perbankan Syariah Indonesia Periode 2006-2010
Periode
2006
2007
2008
2009
2010
Rata-rata
BSM
2.630.766
1.539.660
247.566
15.042.000
17,49%
10,24%
1,65%
100%
2.696.514
2.640.764
157.077
20.219.000
13,34%
13,06%
0,78%
100%
4.136.279
4.322.032
82.037
27.107.000
15,26%
15,94%
0,30%
100%
5.099.316
5.464.113
133.653
38.201.000
13,35%
14,30%
0,35%
100%
5.884.951
6.487.043
196.277
47.140.000
12,48%
13,76%
0,42%
100%
14,38%
13,46%
0,70%
100%
Sumber: Statistik Bank Indonesia, 2010
MegaSyariah
Bank Umum
BMI
Syariah
107
93
Lampiran 5. Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Periode 2006 – 2010
Tahun
Pembiayaan
Tingkat Pertumbuhan
(dalam jutaan )
Maret ‘06
5,798,349
5.52%
Juni
6,118,678
1.66%
Sept
6,219,985
-2.40%
Des
6,070,997
5.43%
Maret ‘07
6,400,578
14.08%
Juni
7,302,083
12.43%
Sept
8,209,610
4.51%
Des
8,579,572
1.91%
Maret ‘08
8,743,740
9.98%
Juni
9,615,975
8.25%
Sept
10,408,969
0.68%
Des
10,479,749
1.68%
Maret ‘09
10,655,895
4.50%
Juni
11,135,534
1.26%
Sept
11,275,560
1.02%
Des
11,391,076
4.81%
Maret ‘10
11,939,200
6.96%
Juni
12,769,968
Rata-rata
Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah)
4,57%
108
94
Lampiran 6. Skema Proses Pemberian Pembiayaan BMI
Calon Nasabah
Surat
Permohonan
Kelengkapan
Data
Account
Manager
Support
Business
Manager
Komite
Pembiayaan
Inisiasi
Solisitasi
Trade
checking.
Bank
checking.
Informasi
Pembeli,
penjual,
pesaing.
Verifikasi
Data/infor
masi.
Verifikasi
Data/infor
masi.
Analisa
Yuridis.
Kunjungan
setempat
(OTS).
Analisa
Kelayakan
Pembiayaan
Pembuatan
Memorandum
Usulan
Pembiayaan
Penerbitan
Surat
Persetujuan
Pembiayaan
(SPP)
Penerimaan
SPP
Review
FPN
Review
SPP
Penyampaian
SPP
Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Review FPN.
Pemberian
keputusan di
cabang
Penandatanganan SPP
Review
FPN.
Pemberian
keputusan.
95
109
Lampiran 7. Lembar Proyeksi Tingkat Kesehatan Pembiayaan
BANK MUAMALAT CABANG…….
EVALUASI DAN POSISI COLL, ACTION PLAN
PERIODE : Maret 2011
A/M:
No Nasabah Jumlah
Coll Permasalahan Action Target Proyeksi Monitoring
Tunggakan Mar
Plan
Date
Realisasi
Coll
Mar
……….., ……… 2011
Mengetahui / Menyetujui
Account Manager
Pimpinan Cabang
96
110
Lampiran 8. Kuesioner Penelitian
Lembar Interview Penelitian
Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan
dan Pengaruhnya Terhadap Laba
Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
I. Gambaran Ringkas
Penelitian ini dilakukan oleh Dian Rosalia Pradini (H24062329),
mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan
skripsi, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
Dunia Perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas ekonomi.
Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan maka salah
satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata sektor perbankan.
Sehingga kebijakan pengembangan industri perbankan diarahkan untuk
mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan yang pada gilirannya akan membantu
mendorong perekonomian secara berkesinambungan. Perbankan Indonesia
tidak hanya di isi oleh perbankan konvensional, terdapat pula perbankan
syariah yang sejak tahun 1992 mulai memainkan perannya di dunia perbankan
Indonesia. Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami
kemajuan yang pesat, salah satu faktornya adalah dukungan permintaan
islamic product dari penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah muslim.
Hal ini berpengaruh pada peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010.
Dengan semakin besar jumlah pembiayaan yang disalurkan maka potensi
terjadinya risiko pun semakin besar. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan.
Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh
manajemen risiko yang baik. Identifikasi dan analisis manajemen risiko
pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif dalam
melaksanakan strategi fungsional dan operasional terhadap berbagai
kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian
laba. Penelitian ini bertujuan untuk: mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan, mengidentifikasi dan
menganalisis manajemen risiko pembiayaaan, menganalisis perkembangan
pembiayaan, NPF, dan laba serta menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF
terhadap laba. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linier berganda untuk melihat pengaruh perubahan pembiayaan dan NPF
secara simultan terhadap laba bank dan Korelasi pearson product moment
untuk melihat derajat hubungan pembiayaan dan nilai NPF terhadap laba bank.
Informasi yang didapatkan dari wawancara ini akan dirahasiakan dan
hanya akan digunakan untuk keperluan analisis statistik.
111
97
Lanjutan Lampiran 8
II. Petunjuk Umum
1. Lembar interview ini terdiri 4 bagian, yaitu: data umum BMI, prosedur
pemberian pembiayaan, jenis dan besarnya pembiayaan, dan pembiayaan
bermasalah.
2. Lembar interview penelitian ini terdiri dari pertanyaan terbuka dan
tertutup.
III. Contact Person
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Dian Rosalia Pradini. NRP
H24062329. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor. Dengan no handphone: 085214897321.
112
98
Lanjutan Lampiran 8
A. Data Umum BMI
:
Alamat
:………………………………………………….
No Telp
:……………fax:…………………Email:………
Tahun Berdiri
:………………………………………………….
1. Apa visi dan misi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ?
2. Bagaimana sejarah berdirinya PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ?
3. Apa saja kegiatan usaha yang dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk ?
4. Bagaimana struktur organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ?
B. Prosedur Pemberian Pembiayaan :
1. Bentuk pembiayaan yang diberikan (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Individual
b. Usaha kecil dan menengah (UKM)
c. Korporasi
d. BUMN
e. Lainnya, …………
2. Faktor-faktor yang menentukan BMI ketika akan menilai kelayakan suatu
pembiayaan.
No
Faktor-faktor
1
Kesanggupan peminjam memperoleh pendapatan
2
Riwayat peminjam
3
Keabsahan/legalitas usaha
4
Karakter calon peminjam
5
Hubungan antara pengurus dengan peminjam
Peringkat
113
99
Lanjutan Lampiran 8
3. Faktor apa yang paling menentukan dari 5 C’s, ketika BMI menilai
pengajuan pembiayaan calon peminjam? (1= paling penting sampai 5=
paling tidak penting)
Faktor Penentu Kredir
Urutan
Character
Capacity
Capital
Collateral
Condition
C. Jenis dan Besarnya Pembiayaan :
Dilihat dari segi produk dan tujuan penggunaanya
No
Jenis Pembiayaan
Jml Peminjam
Jml Pembiayaan
NPF
(orang)
(ribuan rupiah)
(%)
Akad jual beli
1
a. Murabahah
b. Salam
c. Istishna
Akad bagi hasil
2
a. Musyarakah
b. Mudharabah
3
Akad sewa
Mengapa pada produk tersebut memiliki jumlah pembiayaan yang paling
besar ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Produk tersebut prospektif
b. Memiliki peminat yang banyak
c. Risiko yang ditimbulkan kecil
d. Lainnya, ……………
100
114
Lanjutan Lampiran 8
D. Pembiayaan Bermasalah :
1. Alasan timbul pembiayaan bermasalah (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Tidak ada itikad baik dari peminjam untuk membayar pinjamannya
b. Pendapatan peminjam menurun
c. Peminjam mengalami masalah kesehatan ekonomi
d. Lainnya, …………….
2. Apa saja faktor internal dan eksternal perusahaan yang berpengaruh pada
timbulnya risiko pembiayaan ? (jawaban boleh lebih dari satu)
Lanjutan Lampiran 6
3. Kolektibilitas pembiayaan dan jumlah peminjam
No
1
2
Jenis Pembiayaan
Jml Peminjam
Jml Pembiayaan
NPF
(orang)
(ribuan rupiah)
(%)
Lancar
Dalam Perhatian
Khusus
3
Kurang lancar
4
Diragukan
5
Macet
4. Tindakan penyelamatan pembiayaan apa saja yang dilakukan ?
5. Dalam penyaluran pembiayaan, manakah yang menjadi prioritas. Apakah
penambahan plafon pembiayaan bagi peminjam lama atau penyaluran
pembiayaan kepada peminjam baru ?
Kolektibilitas Pembiayaan
No.
Jenis
Produk
Lancar
Tidak Terkait
Rp
Terkait
Val
1
Musyarakah
412,570
2
Mudharabah
2,004,467
3
Murabahah
2,440,756
4
Salam
-
5
Istisna'
179,401
6
Qardh
39,905
7
Ijarah
400,447
Jumlah
Dlm Perhatian Khusus
5,477,546
Rp
Tidak Terkait
Val
Rp
Kurang Lancar
Terkait
Val
Rp
Tidak Terkait
Val
Rp
Terkait
Val
Rp
Val
Diragukan
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Macet
Tidak Terkait
Rp
Jumlah
Terkait
Val
Rp
Val
Rp
Val
49,888
-
-
435
-
-
-
330
-
-
-
-
-
-
-
3,624
-
-
-
416,959
49,888
66,474
2,415
-
89,183
-
-
-
17,618
-
-
-
3,577
-
-
-
16,034
-
-
-
2,133,294
66,474
213,196
6,605
-
209,781
4,749
293
-
66,803
5,258
222
-
14,724
-
4
-
72,426
-
-
-
2,811,614
223,203
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
179,401
-
-
620
-
79
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
514
-
-
-
41,118
-
38,121
-
-
1,488
4,609
-
-
1,541
-
-
-
450
-
-
-
31,971
-
-
-
435,897
42,730
367,679
9,640
-
300,966
9,358
293
-
86,292
5,258
222
-
18,751
-
4
-
124,569
-
-
-
6,018,283
382,295
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis Produk
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
O/S
1
Musyarakah
27
2
Mudharabah
2,654
3
Murabahah
16,781
4
Salam
-
5
Istisna'
1
6
Qardh
1,976
7
Ijarah
1
Jumlah
21,440
Plafon > 50 - 500 Juta
Jml Nsbh
O/S
511
59,604
288,248
30
34,037
48
382,478
55
5,569
Plafon > 0.5 - 1 M
Jml Nsbh
O/S
12,187
1,027,132
29
677
4,217
575,640
371
-
-
-
3
298
3
26
4,881
3
6
2,085
2
9,876
1,622,223
1,085
Plafon > 1 - 5 M
Jml Nsbh
O/S
21,397
472,741
258,187
2,050
2,200
1,236
757,811
39
281
423
Plafon > 5 - 10 M
Jml Nsbh
O/S
99,870
503,615
906,838
13
7
47
Plafon > 10 M
Jml Nsbh
O/S
90,754
51,311
324,132
11
5
36
-
-
-
-
-
4
4,758
-
-
6
-
-
-
-
-
9
23,931
4
756
1,539,012
71
24,752
490,949
11
69
TOTAL
Jml Nsbh
O/S
242,128
85,365
681,772
172,265
426,575
1,608,105
174
466,847
9,193
2,199,768
21,875
3,034,817
-
-
17
179,401
2,005
41,118
33
478,627
33,297
Lampiran 9. Data Kolektibilitas PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2007 (dalam jutaan rupiah)
6,400,578
101
Kolektibilitas Pembiayaan
Lancar
No.
Jenis Produk
Tidak Terkait
Rp
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Dlm Perhatian Khusus
Terkait
Val
Rp
Tidak Terkait
Val
Rp
Kurang Lancar
Terkait
Val
Tidak Terkait
Rp
Val
Rp
Terkait
Val
Rp
Val
Diragukan
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Macet
Tidak Terkait
Rp
Jumlah
Terkait
Val
Rp
Val
Rp
Val
699,759
120,849
48,079
-
103,366
-
-
-
44,774
-
-
-
330
-
-
-
36,927
-
-
-
933,235
120,849
2,151,433
3,039
2,104
-
91,548
-
438
-
20,890
-
-
-
10,457
-
-
-
27,660
-
-
-
2,304,530
3,039
2,689,855
508,289
12,507
-
180,469
7,871
-
-
100,046
-
162
-
53,214
-
-
-
77,452
-
-
-
3,113,705
516,160
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
169,923
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
44,965
-
2,300
-
444
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
609
-
-
-
88,260
-
-
-
1,356
-
-
-
717
-
-
-
450
-
-
-
1,541
-
-
-
5,844,195
632,177
64,990
-
377,183
7,871
438
-
166,427
-
162
-
64,451
-
-
-
144,189
-
-
-
-
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Juni 2007 (dalam jutaan rupiah)
-
169,923
-
48,318
-
92,324
-
6,662,035
640,048
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
O/S
Plafon > 50 - 500 Juta
Jml Nsbh
O/S
41
1,047
2,734
59,757
18,043
310,331
-
-
-
-
2,082
32,856
1
22,901
44
404,035
106
5,774
4,694
2
89
2
10,667
Plafon > 0.5 - 1 M
Jml Nsbh
O/S
25,489
1,063,314
644,505
465
10,197
527
1,744,497
35
730
363
2
5
1
1,136
Plafon > 1 - 5 M
Jml Nsbh
O/S
25,364
515,129
250,466
1,288
3,765
717
796,729
52
301
479
Plafon > 5 - 10 M
Jml Nsbh
O/S
141,001
556,513
1,037,435
19
6
57
-
-
-
4
4,506
-
1
1,500
-
5
11,440
-
842
1,752,395
82
Plafon > 10 M
Jml Nsbh
O/S
135,074
43,749
398,074
576,897
24
3
45
6
2
80
TOTAL
Jml Nsbh
O/S
726,109
69,107
989,054
163,664
79,596
2,027,530
277
9,548
23,681
14
2,177
11
35,708
1,054,084
2,307,569
3,629,865
169,923
48,318
92,324
7,302,083
102
Kolektibilitas Pembiayaan
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Lancar
Tidak Terkait
Rp
Val
Terkait
Rp
val
Dlm Perhatian Khusus
Tidak Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Kurang Lancar
Tidak Terkait
Terkait
Rp
Val
Rp Val
Diragukan
Tidak Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Macet
Tidak Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Jumlah
Rp
Val
1,073,471
163,255
-
-
8,652
-
-
-
110,450
-
-
-
40,500
-
-
-
36,824
-
-
-
1,269,897
163,255
2,240,583
5,013
2,017
-
86,846
-
-
-
17,224
-
-
-
16,763
-
-
-
31,925
-
-
-
2,395,358
5,013
3,046,096
543,134
13,976
-
191,060
-
216
-
69,746
3,253
-
-
59,710
-
162
-
127,700
-
-
-
3,508,666
546,387
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
162,998
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
162,998
-
65,564
2,593
2,051
-
375
-
-
-
69
-
-
-
-
-
-
-
530
-
-
-
68,589
2,593
60,469
-
-
-
-
-
-
-
24,394
-
-
-
450
-
-
-
1,541
-
-
-
86,854
-
6,649,181
713,995
18,044
-
286,933
-
216
-
221,883
3,253
-
-
117,423
-
162
-
198,520
-
-
-
7,492,362
717,248
-
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk September 2007 (dalam jutaan rupiah)
-
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
O/S
Plafon > 50 - 500 Juta
Jml Nsbh
O/S
165
6,653
2,988
68,068
18,629
337,125
-
-
-
-
3,142
55,239
1
40
24,925
467,125
589
6,088
5,002
1
40
2
11,722
111,275
1,105,322
694,987
254
7,550
525
1,919,913
Plafon > 0.5 - 1 M
Jml Nsbh
O/S
64
746
397
2
4
1
1,214
Plafon > 1 - 5 M
Jml Nsbh
O/S
49,214
519,398
275,117
1,225
3,200
591
848,745
98
314
488
Plafon > 5 - 10 M
Jml Nsbh
O/S
265,679
595,890
1,077,911
27
9
71
-
-
-
4
4,246
-
3
5,193
-
4
6,363
-
911
1,955,282
107
Plafon > 10 M
Jml Nsbh
O/S
203,646
60,505
492,518
756,669
26
2
828
6
2
864
TOTAL
Jml Nsbh
O/S
796,685
51,188
1,177,395
157,273
79,335
2,261,876
969
10,147
25,415
13
3,189
10
39,743
1,433,152
2,400,371
4,055,053
162,998
71,182
86,854
8,209,610
103
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Desember 2007 (dalam jutaan rupiah)
Kolektibilitas Pembiayaan
Lancar
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Tidak Terkait
Dlm Perhatian Khusus
Terkait
Tidak Terkait
Rp
Val
Rp
Val
1,475,982
226,943
1,441
-
2,283,561
5,120
3,047
3,290,410
507,187
-
Rp
Kurang Lancar
Terkait
Tidak Terkait
Val
Rp
Val
Rp
31,407
-
-
-
7,829
-
26,570
-
-
-
13,082
-
103,761
-
-
-
-
-
-
-
156,989
-
-
-
-
120,649
-
1,624
-
82,322
-
-
7,409,913
739,250
19,194
Terkait
Val
Diragukan
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Rp
Val
-
-
-
248
-
-
-
18,596
-
-
-
6,255
-
-
-
29,026
5,314
117
-
18,298
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
375
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
161,738
-
-
-
55,826
5,314
Macet
Tidak Terkait
Rp
Jumlah
Terkait
Val
Rp
Val
Rp
Val
39,224
-
-
-
1,556,131
226,943
-
25,058
-
-
-
2,363,087
5,120
-
-
96,647
-
162
-
3,551,503
512,501
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
156,989
-
-
-
-
-
-
594
-
-
-
123,242
-
-
-
1,284
-
-
-
450
-
-
-
84,056
-
117
-
26,085
-
-
-
161,973
-
162
-
7,835,008
744,564
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
O/S
Plafon > 50 - 500 Juta
Jml Nsbh
O/S
340
14,175
3,154
72,145
20,096
344,336
-
-
-
-
4,870
86,260
1
35
28,461
516,951
1,210
6,126
4,995
1
35
2
12,369
206,991
1,098,381
686,377
254
6,028
525
1,998,556
Plafon > 0.5 - 1 M
Jml Nsbh
O/S
122
695
384
5
6
2
1,214
Plafon > 1 - 5 M
Jml Nsbh
O/S
93,917
484,145
268,790
4,102
4,454
1,123
856,531
120
308
473
1
1
2
905
Plafon > 5 - 10 M
Jml Nsbh
O/S
303,102
589,080
1,057,689
1,034
1,500
4,817
1,957,222
29
12
74
115
Plafon > 10 M
Jml Nsbh
O/S
213,187
84,974
513,345
811,506
33
1
54
6
1
2
97
TOTAL
Jml Nsbh
O/S
951,702
39,482
1,193,467
151,599
25,000
77,556
2,438,806
1,854
10,296
26,076
13
4,913
9
43,161
1,783,074
2,368,207
4,064,004
156,989
123,242
84,056
8,579,572
104
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2008 (dalam jutaan rupiah)
Kolektibilitas Pembiayaan
Lancar
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Tidak Terkait
Dlm Perhatian Khusus
Terkait
Rp
Tidak Terkait
Rp
Val
Val
Rp
1,676,413
269,304
-
-
40,426
2,105,370
35,393
1,055
-
3,051,170
434,262
107,035
-
-
150,654
Kurang Lancar
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val
Rp
Val
Terkait
Val
Diragukan
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Tidak Terkait
Rp
Val
-
-
-
17,413
-
-
-
7,700
-
-
-
72,814
-
-
-
16,763
-
-
-
13,760
-
-
-
182,561
57,782
-
-
51,736
-
1,586
-
16,009
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
177,936
-
1,472
-
-
-
-
-
-
-
-
87,947
9,205
-
-
-
-
-
-
-
-
7,249,490
748,164
109,562
-
295,801
57,782
-
-
85,912
-
Macet
Rp
Jumlah
Terkait
Val
Rp
Val
Rp
Val
37,724
-
-
-
1,779,676
269,304
-
28,657
-
400
-
2,238,819
35,393
-
-
86,598
-
162
-
3,496,857
492,044
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
150,654
-
-
375
-
-
-
2,324
-
-
-
182,107
-
-
-
-
-
-
-
1,734
-
-
-
89,681
9,205
1,586
-
37,844
-
-
-
157,037
-
562
-
7,937,794
805,946
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
Plafon > 50 - 500 Juta
O/S
Jml Nsbh
569
23,525
3,510
76,603
20,276
352,330
-
-
-
-
6,064
102,303
2
31
30,421
554,792
1,771
5,868
5,086
2
60
3
12,790
O/S
Plafon > 0.5 - 1 M
Jml Nsbh
287,419
1,036,377
690,857
748
11,869
993
2,028,263
162
626
358
5
21
1,172
Plafon > 1 - 5 M
O/S
Jml Nsbh
122,640
435,026
252,895
4,293
17,000
831,854
146
278
460
Plafon > 5 - 10 M
O/S
Jml Nsbh
346,660
515,446
996,768
29
11
80
-
-
-
-
-
-
15
25,935
-
2
4,817
2
901
1,889,626
122
Plafon > 10 M
O/S
Jml Nsbh
208,782
74,112
565,941
16,705
865,540
38
4
53
6
1
2
104
TOTAL
O/S
Jml Nsbh
O/S
1,059,954
2,715
2,048,980
136,648
10,297
2,274,212
1,130,110
26,313
3,988,901
-
-
145,613
25,000
76,340
2,573,665
13
6,161
11
45,510
150,654
182,107
98,886
8,743,740
105
Kolektibilitas Pembiayaan
No.
Jenis
Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Lancar
Dlm Perhatian Khusus
Tidak Terkait
Terkait
Rp
Tidak Terkait
Rp
Val
Val
Rp
1,788,380
240,647
-
-
100,144
2,010,087
79,200
68,144
-
3,643,899
414,920
15,797
-
-
137,153
Kurang Lancar
Terkait
Val
Tidak Terkait
Rp
Val
Rp
Val
-
-
-
67,406
63,755
6,630
-
-
-
193,124
8,962
151
-
-
-
-
-
-
-
-
211,284
-
1,502
-
159,398
9,196
-
7,950,201
743,963
85,443
Terkait
Diragukan
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Macet
Tidak Terkait
Rp
Jumlah
Terkait
Rp
Val
Val
44,303
-
-
3,136
-
-
-
16,232
23,722
-
-
-
13,649
-
-
-
35,603
-
56,906
56,524
71
-
46,045
-
118
-
86,346
3,038
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
949
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,734
-
357,023
15,592
151
-
148,034
100,827
71
-
62,830
-
118
-
140,864
7,820
-
10,858
Rp
Val
-
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Juni 2008 (dalam jutaan rupiah)
Rp
Val
-
1,975,298
292,770
-
-
2,214,960
85,830
-
-
4,042,457
483,444
-
-
-
-
-
-
137,153
-
-
-
213,735
-
-
-
161,132
9,196
-
-
8,744,735
871,240
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
Plafon > 50 - 500 Juta
O/S
Jml Nsbh
O/S
Jml Nsbh
1,135
39,635
2,724
430,284
5,394
106,476
5,592
1,007,897
21,395
373,372
5,522
741,792
-
-
-
-
1
458
6,358
106,786
121
22,843
26
3
926
626,295
13,963
2,204,200
1
34,283
-
Plafon > 0.5 - 1 M
-
Plafon > 1 - 5 M
O/S
255
584
360
5
34
1,238
Jml Nsbh
193,571
404,832
253,395
3,967
26,583
882,348
161
264
458
Plafon > 5 - 10 M
O/S
Jml Nsbh
395,730
487,888
1,002,161
37
20
99
-
-
-
-
-
-
19
32,523
-
1
1,284
2
903
1,919,586
158
Plafon > 10 M
O/S
Jml Nsbh
270,469
133,568
678,576
15,897
1,098,510
35
5
65
6
1
3
115
TOTAL
O/S
Jml Nsbh
O/S
943,615
4,347
2,273,304
193,447
11,859
2,334,108
1,476,605
27,899
4,525,901
-
-
132,728
25,000
152,195
2,923,590
12
6,533
10
50,660
137,153
213,735
170,328
9,654,529
106
Kolektibilitas Pembiayaan
Lancar
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Tidak Terkait
Dlm Perhatian Khusus
Terkait
Rp
Tidak Terkait
Val
Rp
Kurang Lancar
Terkait
Rp
Val
Val
Rp
2,185,685
244,159
62
-
93,739
-
8,834
1,931,647
70,631
475
-
80,293
10,288
3,935,473
467,427
79,679
-
161,956
-
-
-
-
128,392
-
-
181,874
-
296,261
8,659,332
Tidak Terkait
Val
Rp
Val
-
104,861
-
-
8,518
252
-
-
-
-
405
-
9,329
-
791,546
80,621
Terkait
Diragukan
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Rp
Val
102,627
-
-
32,765
-
-
19,496
-
-
-
6,596
-
-
58,908
-
-
-
30,443
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10
-
-
-
-
-
-
405
-
-
-
-
-
336,403
18,806
9,086
-
183,265
Macet
Tidak Terkait
Rp
Val
-
15,463
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
102,627
-
Jumlah
Terkait
Rp
Val
8,000
-
39,351
-
-
92,648
-
-
-
-
19
-
-
-
-
69,823
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk September 2008 (dalam jutaan rupiah)
Rp
Val
-
2,441,409
354,786
-
-
2,077,858
80,919
-
-
-
4,359,359
475,945
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
128,392
-
-
-
736
-
-
-
183,044
-
-
-
-
1,262
-
-
-
297,928
9,329
-
-
-
149,460
8,000
-
-
9,487,990
920,979
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis Produk
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
O/S
1
Musyarakah
970
2
Mudharabah
3,449
3
Murabahah
30,319
4
Salam
-
5
Istisna'
-
6
Qardh
5,046
7
Ijarah
2
Jumlah
Plafon > 50 - 500 Juta
39,786
Jml Nsbh
39,748
76,519
434,452
88,355
51
639,125
Plafon > 0.5 - 1 M
O/S
3,715
5,562
6,016
1
160
1
15,455
Jml Nsbh
587,623
1,014,700
809,535
421
29,936
405
2,442,620
Plafon > 1 - 5 M
O/S
328
519
365
5
43
1,260
Jml Nsbh
248,001
351,593
256,723
3,628
32,113
892,058
178
243
477
Plafon > 5 - 10 M
O/S
Jml Nsbh
431,585
442,128
1,087,233
Plafon > 10 M
O/S
45
16
98
Jml Nsbh
332,950
98,501
672,245
40
5
72
-
-
-
-
-
-
-
1
8,653
5
21
32,640
-
-
-
1
1,262
3
920
1,994,848
163
23,544
1,135,893
4
126
TOTAL
O/S
Jml Nsbh
O/S
1,156,288
5,276
2,796,195
175,336
9,794
2,158,777
1,575,116
37,347
4,835,304
-
-
12
128,392
5,270
183,044
281,995
11
307,257
3,304,425
57,710
10,408,969
115,690
-
107
Kolektibilitas Pembiayaan
Lancar
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Dlm Perhatian Khusus
Tidak Terkait
Terkait
Rp
Tidak Terkait
Rp
Val
Val
Rp
2,411,246
391,859
-
-
163,909
1,766,919
56,572
405
-
4,052,034
363,836
13,508
-
-
101,763
Kurang Lancar
Terkait
Val
Tidak Terkait
Rp
Val
Rp
-
-
-
21,995
53,799
14,562
-
-
-
133,013
-
150
-
-
-
-
-
-
-
-
183,288
-
1,400
-
305,282
10,693
-
8,820,532
822,960
15,313
Terkait
Val
Diragukan
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Macet
Tidak Terkait
Rp
Val
Rp
Val
-
-
-
7,190
-
-
-
38,504
16,647
-
-
-
4,318
-
-
-
-
64,707
186,381
-
-
17,387
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
306
-
-
-
350
-
150
-
-
-
-
-
-
159
-
-
-
351,027
14,562
150
-
103,858
186,381
150
Jumlah
Terkait
Rp
Val
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Desember 2008 (dalam jutaan rupiah)
Rp
Val
9,247
-
-
2,642,844
401,106
27,209
-
-
-
1,869,297
71,134
-
59,783
-
-
-
4,340,582
550,217
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
101,763
-
-
-
-
-
998
-
-
-
186,492
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
305,441
10,693
-
28,895
-
-
-
126,494
9,247
-
-
9,446,419
1,033,150
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
Plafon 0 - 50 Juta
No.
Jenis Produk
Jml Nsbh
O/S
1
Musyarakah
1,082
2
Mudharabah
3,499
3
Murabahah
34,654
4
Salam
-
5
Istisna'
1
6
Qardh
4,885
7
Ijarah
2
Jumlah
Plafon > 50 - 500 Juta
44,123
Jml Nsbh
42,950
78,998
443,999
81,631
16
647,594
Plafon > 0.5 - 1 M
Jml
O/S
Nsbh
O/S
4,133
5,268
5,940
2
203
1
15,547
Plafon > 1 - 5 M
Jml Nsbh
649,149
336
249,091
950,154
427
293,268
795,361
344
240,806
-
-
-
883
4
2,774
37,288
43
32,485
159
-
-
2,432,994
1,154
818,424
173
204
467
Plafon > 5 - 10 M
O/S
Jml Nsbh
431,022
367,412
1,105,595
O/S
52
16
103
-
-
-
-
-
2
23
35,088
-
2
10,000
2
869
1,949,117
Plafon > 10 M
175
Jml Nsbh
377,941
99,273
709,524
13,079
13,671
1,213,488
45
3
72
3
5
128
TOTAL
O/S
Jml Nsbh
1,293,977
151,326
1,595,514
85,027
292,288
3,418,132
O/S
5,821
9,417
41,580
12
5,154
12
61,996
3,044,130
1,940,431
4,890,799
101,763
186,492
316,134
10,479,749
108
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2009 (dalam jutaan rupiah)
Kolektibilitas Pembiayaan
Lancar
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Tidak Terkait
Dlm Perhatian Khusus
Terkait
Rp
Tidak Terkait
Rp
Val
Val
2,732,845
185,529
-
-
1,523,033
62,694
333
3,772,556
261,932
-
Rp
Kurang Lancar
Terkait
Tidak Terkait
Val
Rp
Val
Rp
Val
220,773
-
-
-
115,580
-
123,609
-
-
-
13,544
-
374,078
-
6
-
-
-
-
-
92,521
-
-
-
-
224,441
-
1,220
-
372,321
11,652
-
8,717,717
521,807
15,097
Terkait
Diragukan
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Rp
Val
197,702
-
-
37,573
-
-
18,686
14,120
-
-
5,283
-
-
37,435
7,795
147
-
16,945
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
63
-
288
-
-
-
-
-
-
-
-
718,460
-
69
-
171,989
Macet
Tidak Terkait
Rp
Val
-
56,473
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
219,617
147
Jumlah
Terkait
Rp
Val
Rp
Val
9,802
-
-
3,163,244
393,033
37,946
-
-
-
1,708,890
76,814
-
125,774
-
-
-
4,340,485
269,727
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
92,521
-
-
-
-
-
1,046
-
150
-
227,208
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
372,321
11,652
-
59,801
-
-
-
221,239
9,802
150
-
9,904,669
751,226
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
Plafon > 50 - 500 Juta
O/S
Jml Nsbh
1,126
45,305
3,676
78,390
37,760
449,373
-
-
-
-
4,467
77,477
1
47,030
12
650,557
4,486
4,923
5,911
2
484
15,806
Plafon > 0.5 - 1 M
O/S
Jml Nsbh
689,890
872,028
784,976
806
52,338
2,400,038
353
367
317
4
539
1
1,581
Plafon > 1 - 5 M
O/S
Jml Nsbh
259,663
258,517
225,176
2,444
43,891
906
790,597
182
184
390
Plafon > 5 - 10 M
O/S
Jml Nsbh
O/S
Jml Nsbh
TOTAL
O/S
Jml Nsbh
O/S
453,810
57
404,088
51
1,703,521
6,255
3,556,277
340,236
11
71,734
4
164,799
9,165
1,785,704
923,795
111
751,694
73
1,475,198
44,562
4,610,212
-
-
-
-
1
1,466
673
53,502
5
16,354
1,435
Plafon > 10 M
1,789,163
2
-
13,004
-
2
-
74,801
-
2
13,106
7
353,595
183
1,253,626
137
3,771,914
11
6,163
16
66,172
92,521
227,208
383,973
10,655,895
109
Kolektibilitas Pembiayaan
No
.
Lancar
Tidak Terkait
Rp
Val
Jenis
Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Terkait
Rp
Val
Dlm Perhatian Khusus
Tidak Terkait
Terkait
Rp
Val
Rp
Val
Kurang Lancar
Tidak Terkait
Terkait
Rp
Val
Rp
Val
Diragukan
Tidak Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Macet
Tidak Terkait
Terkait
Rp
Val
Rp
Val
Jumlah
Rp
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Juni 2009 (dalam jutaan rupiah)
Val
3,010,760
450,883
-
-
407,804
-
-
-
105,393
-
-
-
26,375
-
-
-
59,261
8,659
-
-
3,609,593
459,542
1,404,870
52,135
261
-
128,351
-
-
-
18,014
-
-
-
9,875
-
-
-
38,143
-
-
-
1,599,514
52,135
3,917,116
182,144
12,973
-
274,442
-
1,408
-
42,495
-
-
-
20,993
-
-
-
94,466
-
154
-
4,364,047
182,144
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
83,115
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
278,282
-
478
-
760
-
56
-
-
-
-
72
-
-
-
644
-
-
-
433,857
9,835
-
-
45,649
-
-
-
7,090
-
8,664
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9,128,000
694,997
13,712
-
857,006
-
1,464
-
173,049
-
8,664
-
57,315
-
-
-
192,514
8,659
154
-
57
-
-
83,115
-
280,349
495,260
10,431,878
9,835
703,656
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
O/S
1,226
48,604
3,536
74,003
37,913
450,996
-
-
-
-
10,444
111,426
1
6
53,120
685,035
Plafon > 50 - 500 Juta
Jml Nsbh
5,231
4,602
6,123
3
2,068
18,027
O/S
809,583
805,832
806,824
1,214
63,729
2,487,182
Plafon > 0.5 - 1 M
Jml Nsbh
384
344
323
3
233
1
1,288
O/S
278,216
241,175
228,091
1,614
44,912
875
794,883
Plafon > 1 - 5 M
Jml Nsbh
200
175
397
Plafon > 5 - 10 M
O/S
Jml Nsbh
42
477,399
9
323,023
102
959,995
-
-
-
2
5,022
1
105
54,990
1
3
6,221
5
882
1,826,650
160
O/S
298,286
57,393
712,339
5,114
5,292
38,109
1,116,533
Plafon > 10 M
Jml Nsbh
52
4
73
O/S
138
7,135
8,670
150,223
1,387,946
-
44,931
11
70,151
7
Jml Nsbh
2,157,047
2
TOTAL
459,884
4,225,251
12,851
17
73,615
O/S
4,069,135
1,651,649
4,546,191
83,115
280,349
505,095
11,135,534
110
Kolektibilitas Pembiayaan
Lancar
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Tidak Terkait
Dlm Perhatian Khusus
Terkait
Rp
Val
Rp
3,154,330
134,490
789
1,276,268
47,674
3,894,071
Tidak Terkait
Val
Rp
Val
-
346,703
194
-
80,107
24,056
-
-
73,691
Kurang Lancar
Terkait
Tidak Terkait
Rp
Val
Diragukan
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Terkait
Rp
Val
Rp
Val
275,828
-
-
313,484
-
-
-
17,489
-
-
76,120
-
-
-
48,766
-
-
-
14,397
-
-
235,812
-
757
-
84,475
-
1,345
-
23,099
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
279,118
-
2,802
-
2,934
-
-
-
1,302
-
350,100
-
-
-
11,577
9,219
-
-
167,628
9,027,578
262,271
27,841
-
673,146
285,047
757
-
615,655
Macet
Tidak Terkait
Rp
Val
-
176,123
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,345
Jumlah
Terkait
Rp
Val
11,099
-
44,820
-
-
94,045
-
-
-
-
195
-
-
-
-
55,180
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk September 2009 (dalam jutaan rupiah)
Rp
Valas
-
4,008,918
421,417
-
-
1,460,565
47,674
-
-
-
4,357,660
80,107
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
73,691
-
56
-
597
-
-
-
287,004
-
-
-
-
-
-
-
-
529,305
9,219
-
56
-
315,585
11,099
-
-
10,717,143
558,417
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
Plafon > 50 - 500 Juta
O/S
Jml Nsbh
1,335
52,910
3,315
68,872
38,191
430,823
-
-
-
-
6,306
112,318
-
-
49,147
664,923
Plafon > 0.5 - 1 M
O/S
Jml Nsbh
6,102
940,576
418
4,342
745,548
370
6,289
830,165
329
-
-
-
6
2,389
-
977
70,193
786
2
485
1
17,718
2,589,356
1,904
Plafon > 1 - 5 M
O/S
Jml Nsbh
299,311
261,203
225,395
42,015
802
828,726
236
151
402
Plafon > 5 - 10 M
O/S
Jml Nsbh
O/S
Jml Nsbh
546,412
35
250,121
267,633
9
54,988
955,678
99
700,810
-
-
3
5,801
984
57,186
3
6,175
1,779
Plafon > 10 M
1,838,885
1
60
3
67
-
-
-
2
5,292
-
5
36,570
149
1,047,781
8
140
TOTAL
O/S
Jml Nsbh
O/S
2,341,005
8,186
4,430,335
109,995
8,190
1,508,239
1,294,896
45,377
4,437,767
-
-
65,501
494,492
4,305,889
11
9,054
19
70,837
73,691
287,004
538,524
11,275,560
111
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Desember 2009 (dalam jutaan rupiah)
Kolektibilitas Pembiayaan
Lancar
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Tidak Terkait
Dlm Perhatian Khusus
Terkait
Rp
Val
Rp
3,411,008
196,352
811
1,272,805
44,406
4,207,535
Tidak Terkait
Val
Rp
Val
-
379,016
123
-
83,955
24,431
-
-
62,899
Terkait
Kurang Lancar
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Rp
Val
267,931
-
-
20,254
-
-
-
37,419
-
-
-
5,629
-
-
-
156,759
-
-
-
15,266
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
303,018
-
2,294
-
40
-
-
386,121
-
-
-
6,829
8,870
9,643,386
324,713
27,659
-
580,063
276,801
Diragukan
Tidak Terkait
Rp
Macet
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val
Rp
Val
Terkait
Val
Rp
Val
248,419
-
-
-
26,573
-
-
13,450
-
-
-
17,640
-
-
-
8,780
-
-
-
50,733
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
700
-
-
-
-
-
-
-
306
-
-
-
-
-
-
-
130,648
-
-
-
-
-
-
-
41,849
-
-
-
401,297
-
-
-
95,252
-
56
56
Jumlah
Rp
Val
-
4,086,081
464,283
-
1,347,066
44,406
-
4,463,504
83,955
-
-
-
-
62,899
-
-
306,414
-
-
523,598
8,870
-
10,789,562
601,514
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7 Ijarah
Jumlah
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
Plafon > 50 - 500 Juta
O/S
Jml Nsbh
1,453
55,307
3,237
67,595
41,482
443,018
-
-
-
-
8,547
153,169
-
-
54,719
719,089
6,812
4,010
6,347
6
964
4
18,143
O/S
Plafon > 0.5 - 1 M
Jml Nsbh
1,049,222
681,334
840,454
1,932
64,638
921
2,638,501
451
333
340
722
1
1,847
Plafon > 1 - 5 M
O/S
Jml Nsbh
324,190
234,146
235,171
36,101
786
830,394
243
131
383
Plafon > 5 - 10 M
O/S
Jml Nsbh
O/S
Jml Nsbh
565,904
39
288,238
237,348
9
61,063
896,286
99
698,456
-
-
1
1,466
979
47,214
3
6,043
1,40
Plafon > 10 M
1,754,261
1
57
3
73
-
-
-
2
5,292
-
5
34,714
153
1,087,763
8
143
TOTAL
O/S
Jml Nsbh
O/S
2,267,503
9,055
4,550,364
109,986
7,723
1,391,472
1,434,074
48,724
4,547,459
-
-
9
62,899
11,213
306,414
490,004
21
532,468
4,361,068
76,745
11,391,076
59,501
-
112
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2010 (dalam jutaan rupiah)
Kolektibilitas Pembiayaan
Lancar
No.
Jenis Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Tidak Terkait
Dlm Perhatian Khusus
Terkait
Tidak Terkait
Rp
Val
Rp
Val
Rp
3,429,604
317,383
1,481
-
404,516
1,128,091
43,485
51
-
4,054,555
83,986
23,676
-
-
53,425
Kurang Lancar
Terkait
Val
Tidak Terkait
Rp
Val
156,650
-
-
75,620
-
-
-
595,675
-
-
-
-
-
-
-
382,753
-
2,127
358,123
8,500
9,406,551
453,354
Rp
Terkait
Diragukan
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Val
Rp
Val
363,583
-
-
-
22,229
-
-
-
-
11,994
-
-
-
2,665
-
-
14
-
94,815
-
-
-
7,889
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,975
-
-
-
4
-
-
-
-
32,435
-
-
-
-
-
27,335
-
1,110,221
156,650
14
-
470,396
-
Macet
Tidak Terkait
Rp
Jumlah
Terkait
Val
Rp
Val
Rp
Val
59,519
-
-
-
4,280,932
474,033
-
32,417
-
-
-
1,250,838
43,485
-
-
58,586
-
-
-
4,835,210
83,986
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
53,425
-
-
-
-
-
-
669
-
56
-
387,584
-
-
-
-
-
-
-
130,649
-
-
-
521,207
8,500
-
-
32,783
-
-
-
281,840
-
56
-
11,329,196
610,004
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis Produk
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
1
Musyarakah
1,546
2
Mudharabah
3,313
3
Murabahah
50,994
4
Salam
-
5
Istisna'
-
6
Qardh
13,453
7
Ijarah
-
Jumlah
69,306
Plafon > 50 - 500 Juta
O/S
Jml Nsbh
58,287
66,530
478,969
242,504
846,290
7,473
3,693
6,622
6
945
4
18,743
O/S
Plafon > 0.5 - 1 M
Jml Nsbh
1,150,956
622,812
876,902
1,458
62,513
963
2,715,604
477
307
334
718
1
1,837
Plafon > 1 - 5 M
O/S
Jml Nsbh
338,368
213,242
229,323
32,941
651
814,525
250
130
375
1
977
4
1,737
Plafon > 5 - 10 M
O/S
Jml Nsbh
575,300
240,280
883,534
1,466
44,334
9,484
1,754,398
44
7
98
1
6
156
Plafon > 10 M
O/S
Jml Nsbh
315,057
47,821
689,975
5,292
42,763
1,100,908
59
3
86
2
8
158
TOTAL
O/S
Jml Nsbh
2,316,997
103,638
1,760,493
50,501
475,846
4,707,475
9,849
7,453
58,509
9
16,094
23
91,937
O/S
4,754,965
1,294,323
4,919,196
53,425
387,584
529,707
11,939,200
113
Kolektibilitas Pembiayaan
No.
Lancar
Jenis
Produk
Tidak Terkait
Rp
1
Musyarakah
3,428,263
2
Mudharabah
1,160,182
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Dlm Perhatian Khusus
Terkait
Val
Rp
Tidak Terkait
Val
Rp
Kurang Lancar
Terkait
Val
Rp
Tidak Terkait
Val
Rp
Diragukan
Tidak
Terkait
Terkait
Rp
Val Rp Val
Terkait
Val
Rp
Val
Macet
Tidak Terkait
Rp
Jumlah
Terkait
Val
Rp
Val
Rp
Val
401,473
777
-
842,703
170,957
675
-
155,027
-
-
-
14,326
-
-
-
72,405
-
-
-
4,514,176
572,430
712
5
-
91,441
-
-
-
20,453
-
-
-
7,323
-
-
-
39,224
-
-
-
1,318,628
712
4,379,110
201,566
22,653
-
539,516
-
-
-
80,998
-
-
-
17,932
-
-
-
63,613
-
-
-
5,103,822
201,566
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
46,767
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
46,767
-
438,338
-
2,011
-
6,820
-
-
-
67
-
-
-
4
-
-
-
391
-
56
-
447,687
-
344,961
57,754
-
-
30,560
-
-
-
258
-
-
-
-
-
-
-
130,647
-
-
-
506,426
57,754
9,797,621
661,505
25,446
-
1,511,040
170,957
675
-
256,803
-
-
-
39,585
-
-
-
306,280
-
56
-
11,937,506
832,462
Lanjutan Lampiran 9
Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2010 (dalam jutaan rupiah)
Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk
No.
Jenis
Produk
1
Musyarakah
2
Mudharabah
3
Murabahah
4
Salam
5
Istisna'
6
Qardh
7
Ijarah
Jumlah
Plafon 0 - 50 Juta
Jml Nsbh
O/S
Plafon > 50 - 500 Juta
Jml Nsbh
O/S
Plafon > 0.5 - 1 M
Jml Nsbh
O/S
Plafon > 1 - 5 M
Jml Nsbh
O/S
Plafon > 5 - 10 M
Jml Nsbh
O/S
Plafon > 10 M
Jml Nsbh
O/S
TOTAL
Jml Nsbh
10,887
O/S
1,662
62,151
8,307
1,282,884
520
367,491
283
612,928
53
380,028
62
2,381,124
3,348
63,312
3,587
615,448
320
224,309
159
292,189
10
67,540
2
56,542
485,167
7,476
991,698
365
253,489
444
1,019,471
101
719,122
92
1,836,441
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
965
1
560
3
3,741
1
5,355
1
36,146
12
46,767
316,535
894
56,338
708
25,188
977
44,334
1
5,292
-
-
-
7
1,775
1
628
5
14,316
5
35,514
9
511,947
927,165
20,277
2,949,108
1,915
871,665
1,871
1,986,979
171
1,212,851
166
4,822,200
56,893
16,793
78,696
7,426
65,371
19,373
27
103,096
5,086,606
1,319,340
5,305,388
447,687
564,180
12,769,968
114
115
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Regresi Berganda
Correlations: Laba, Pembiayaan, NPF
Laba
0.707
0.005
Pembiayaan
NPF
Pembiayaan
0.197
0.499
0.344
0.229
Cell Contents: Pearson correlation
P-Value
Uji multikolenieritas
Regression Analysis: Laba versus Pembiayaan, NPF
The regression equation is
Laba = 59635 + 0.0257 Pembiayaan - 2147 NPF
Predictor
Constant
Pembiayaan
NPF
Coef
59635
0.025686
-2147
S = 50066.1
SE Coef
78426
0.008019
9305
R-Sq = 50.3%
T
0.76
3.20
-0.23
P
0.463
0.008
0.822
VIF
1.1
1.1
R-Sq(adj) = 41.2%
Analysis of Variance
Source
Regression
Residual Error
Total
Source
Pembiayaan
NPF
DF
2
11
13
SS
27874530161
27572717396
55447247557
DF
Seq SS
1 27741125636
1
133404525
MS
13937265080
2506610672
F
5.56
p
0.021
116
Lanjutan Lampiran 10
Unusual Observations
Obs
9
Pembiayaan Laba
10655895 432384
Fit
SE Fit
319580 17886
Residual St Resid
112804
2.41R
R denotes an observation with a large standardized
residual.
Uji Autokorelasi
Runs Test: RESI1
Runs test for RESI1
Runs above and below K = -9.32232E-11
The observed number of runs = 6
The expected number of runs = 7.85714
6 observations above K, 8 below
* N is small, so the following approximation may be
invalid.
P-value = 0.291
Uji Normalitas
Probability Plot of RESI1
Normal
99
Mean
StDev
N
KS
P-Value
95
90
Percent
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
-100000
-50000
0
RESI1
50000
100000
-9.35480E-11
46054
14
0.153
>0.150
117
Lanjutan Lampiran 10
Uji Heteroskedastisitas
Residuals Versus the Fitted Values
(response is Laba)
100000
Residual
50000
0
-50000
200000
250000
300000
Fitted Value
350000
400000
Residual Histogram for Laba
Histogram of the Residuals
(response is Laba)
5
Frequency
4
3
2
1
0
-40000
0
40000
Residual
80000
120000
Residual vs Order for Laba
Residuals Versus the Order of the Data
(response is Laba)
100000
Residual
50000
0
-50000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Observation Order
10
11
12
13
14
115
Download