ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk) Oleh DIAN ROSALIA PRADINI H24062329 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 2 RINGKASAN DIAN ROSALIA PRADINI. H24062329. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. Dunia Perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas ekonomi. Perbankan Indonesia tidak hanya diisi oleh perbankan konvensional, terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 telah memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini berpengaruh pada peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Dengan semakin besar jumlah pembiayaan yang disalurkan maka potensi terjadinya risiko pun semakin besar. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh manajemen risiko pembiayaan yang baik. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan, (2) Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaaan, (3) Menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba, (4) Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah korelasi pearson product moment untuk melihat derajat hubungan pembiayaan dan NPF terhadap laba bank, dan regresi linier berganda untuk melihat pengaruh perubahan pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank dengan alat analisis minitab 14. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko pembiayaan dipengaruhi oleh faktor internal (sumber daya manusia, teknologi informasi, kebijakan dan prosedur, keuangan, dan pengendalian internal) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, peminjam, dan persaingan dengan bank lain). Manajemen risiko pembiayaan yang dilakukan untuk mengendalikan dan mengelola risiko dengan cara preventive control of finance (penetapan prosedur dan kebijakan umum pembiayaan, asuransi, peningkatan kualitas SDM, penagihan intensif, dan manajemen kolektibilitas) dan repressive control of finance (proses revitalisasi, dan penyelesaian melalui jaminan baik secara non litigasi maupun litigasi). Pembiayaan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk terus mengalami peningkatan dengan rata-rata 5,54% per triwulan selama periode 2007-2010 yang didominasi oleh pembiayaan murabahah dengan persentase rata-rata 44,70% terhadap total pembiayaan. Sedangkan NPF dan laba mengalami fluktuasi pada periode yang sama dimana NPF tertinggi terjadi pada triwulan ke tiga 2009 sebesar 8,86% dan terendah pada triwulan terakhir 2007 sebesar 2,91%. Pertumbuhan laba terbesar terjadi pada triwulan pertama 2008 yaitu mencapai 37,89% dan terendah turun sebesar 18,66% pada triwulan ke tiga 2009. Model regresi menunjukkan bahwa pembiayaan memberikan pengaruh positif terhadap laba dengan koefisien 0,0257 atau setiap kenaikan pembiayaan sebesar satu miliar 3 rupiah akan menaikkan perolehan laba sebesar 0,0257 miliar rupiah. Sedangkan NPF memberikan pengaruh negatif terhadap laba dengan koefisien -2147 atau dengan kenaikan NPF sebesar 1% akan menurunkan laba sebesar 2,147 miliar rupiah. Hasil uji F menunjukkan bahwa secara keseluruhan pembiayaan dan NPF berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada tingkat signifikansi 5% dengan nilai p-value 0,021. Namun, secara parsial hanya pembiayaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada tingkat signifikasi 5 % dengan nilai p-value 0,008. Model ini memiliki nilai R-square sebesar 50,3% yang berarti keragaman nilai dari laba 50,3% dipengaruhi oleh variabel dalam model yaitu pembiayaan dan NPF, sedangkan 49,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian. 4 ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh : DIAN ROSALIA PRADINI H24062329 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 5 Skripsi : Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) Nama : Dian Rosalia Pradini NIM : H24062329 Menyetujui: Pembimbing, (Farida Ratna Dewi, SE, MM) NIP: 197103072005012001 Mengetahui: Ketua Departemen, (Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP: 196101231986011002 Tanggal Lulus : 6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 10 September 1988. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan H. Endang Ruswandi dan Hj. Sudiarti. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Desfita Pondok Indah, Cilegon. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SD Yayasan Pendidikan Warga Krakatau Steel (YPWKS) III Cilegon pada tahun 1994 hingga 2000. Setelah selesai dari sekolah dasar penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Cilegon dari tahun 2000-2003. Kemudian tahun 2003-2006, penulis menempuh pendidikan di SLTA Negeri 1 Cilegon. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006 dan menempuh pendidikan di Departemen Manajemen tahun 2007. Selama perkuliahan penulis aktif berorganisasi di kelembagaan mahasiswa sebagai bendahara divisi pendidikan dan keilmuan, Sharia Economic Student Club (SES-C) dan sekretaris divisi keputrian FORMASI. Selain itu penulis juga berkesempatan menjadi tentor kajian ekonomi syariah pada Small Group Discussion SES-C. Pada tahun 2009 penulis tergabung dalam divisi acara untuk SEASON 4 (Sharia Economic at Seminar, Expo, and Campaign). Pada tahun 2008, penulis melaksanakan praktek kerja pada bidang Subdit Subsidiaris, Management Accounting Krakatau Steel dan pada tahun 2009 pada bidang pemasaran dan purchasing Krakatau Industrial and Entertainment Company. iii 7 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Alloh SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini mengambil judul “Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)” dilaksanakan sejak bulan November hingga Desember 2010. Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skipsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Alloh SWT. Amin. Bogor, April 2011 Dian Rosalia Pradini iv 8 UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Alloh SWT atas karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba dilaksanakan pada PT. BMI, Tbk sejak bulan November hingga Desember 2010. Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibunda dan Ayahanda, atas kasih sayang dan pengorbanan Beliau berdua kepada penulis dan sebagai motivator utama penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini, juga adik-adikku tercinta Sevy Dwi Putri dan Nanda Chesaria atas keceriaan, motivasi, dan dukungan yang diberikan. 2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM atas bimbingan Beliau dalam penyelesaian pendidikan sarjana yang ditempuh oleh penulis, dan atas kesabaran Beliau dalam membimbing. 3. Ibu Dra. Siti Rahmawati, MPd dan Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji dan memberikan masukan yang membangun bagi penulis. 4. Bapak Ir. Arviyan Arifin selaku presiden direktur BMI dan Bapak Ahmad Fadjri selaku direktur Muamalat Institute atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian pada PT. BMI, Tbk. 5. Ibu Sunarti atas segala bantuan dalam proses perolehan data, wawancara, dan orientasi serta motivasi yang diberikan. 6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB. 7. Sahabat-sahabat rohis kelas manajemen 43 Manajemen Moeslem Society (MMS) Ade gustika, Hendra Etri Gunawan, Munawar Holil, Indra Yuda, Tri Joko, Yunita Tri Rahayu Purba, Dwi Rahayu, Lulus Fitriana, serta rekan-rekan seperjuangan Salam ISC 2010 atas kerjasama, pengorbanan, teladan, dan ukhuwah yang tak akan terlupakan. 8. Yunita Tri Rahayu Purba dan Dwi Rahayu atas bingkai persahabatan terindah selama perkuliahan serta dukungan dan motivasi terselesainya skripsi. v 9 9. Sahabat-sahabat SES-C angkatan 41, 42, 43, 44, dan 45 atas kerjasama, pengorbanan, teladan, dan ukhuwah yang indah dan tak terlupakan. 10. Saudari-saudari NJ Houz atas bantuan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir. 11. Rekan-rekan Manajemen 43 yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah. 12. Teman-teman satu bimbingan skripsi Astrid, Dwi, Alini, Tunjung, Faisal, Winda, Mevi, dan Ajit atas motivasi dan dukungan untuk segera menyelesaikan tugas akhir. 13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan balasan atas seluruh kebaikan yang telah diberikan. vi 10 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ........................................................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................... iv UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. v DAFTAR ISI ..................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ......................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xi I. PENDAHULUAN .................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................ 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................... 1 4 5 6 6 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 7 2.1. Pengertian Bank ................................................................... 2.2. Bank Syariah ...................................................................... 2.2.1. Definisi Bank Syariah ................................................ 2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah ............................ 2.3. Pembiayaan Bank Syariah ................................................... 2.3.1. Pengertian Pembiayaan .............................................. 2.3.2. Jenis-jenis Pembiayaan............................................... 2.3.3. Produk Pembiayaan .................................................... 2.3.4. Prinsip-Prinsip Penilaian Pembiayaan ........................ 2.4. Risiko ................................................................................. 2.4.1. Pengertian Risiko ....................................................... 2.4.2. Jenis-jenis Risiko ....................................................... 2.5. Risiko Pembiayaan ............................................................. 2.6. Teknik Pengelolaan Risiko .................................................. 2.7. Manajemen Risiko .............................................................. 2.7.1. Definisi Manajemen Risiko ........................................ 2.7.2. Karakter Manajemen Risiko Bank Syariah ................. 2.7.3. Proses Manajemen Risiko .......................................... 2.8. Laba Bank .......................................................................... 2.9. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................. 7 8 8 8 11 11 12 12 15 17 17 17 20 23 24 24 25 27 29 29 III. METODE PENELITIAN ........................................................ 30 3.1. Kerangka Pemikiran ........................................................... 30 II. vii 11 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................. 3.4. Metode Pengolahan Dan Hasil Analisis Data ....................... 3.4.1. Analisis Deskriptif ..................................................... 3.4.2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment ............... 3.4.3. Analisis Regresi Linear Berganda............................... 3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F) ...................................... 3.4.5. Analisis Uji Simultan (Uji t) ....................................... 32 32 32 32 32 33 36 37 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 38 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................. 4.1.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan .................................. 4.1.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan ........................... 4.1.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan .................... 4.1.4. Pengendalian Dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan .... 4.2. Proses Penyaluran Pembiayaan ........................................... 4.3. Perkembangan Pembiayaan ................................................. 4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Pembiayaaan..... 4.5. Manajemen Risiko Pembiayaan .......................................... 4.5.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan .................................. 4.5.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan ........................... 4.5.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan .................... 4.5.4. Pengendalian Dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan .... 4.6. Laba Bank Muamalat Indonesia .......................................... 4.7. Pengaruh Pembiayaan Dan Rasio NPF Terhadap Laba ......... 4.7.1. Analisis Korelasi ........................................................ 4.7.2. Analisis Regresi Linear Berganda............................... 4.7.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F) ......... 4.7.4. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t) .................. 4.8. Implikasi Manajerial ............................................................ 38 38 39 39 40 44 53 58 64 65 66 68 70 75 76 76 77 81 82 83 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 85 1. Kesimpulan..................................................................................... 2. Saran ........................................................................................... 85 86 DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 87 LAMPIRAN ....................................................................................... 89 IV. viii 12 DAFTAR TABEL No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Halaman Jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional .......................... Komposisi pembiayaan perbankan syariah .......................................... Perbandingan bank syariah dan bank konvensional ............................. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi .............. Divisi dalam struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia ................ Garis besar pelaksanaan On The Spot (OTS)....................................... Perkembangan pembiayaan per triwulan periode 2007-2010............... Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2007-2010 ........................ PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan kualitas ................. Jumlah kolektibilitas pembiayaan periode 2007-2010 ......................... Persentase Non Performing Finance (NPF) periode 2007-2010........... Laba periode 2007-2010 ..................................................................... Nilai korelasi antar variabel pembiaayaan, NPF, dan laba ................... Nilai VIF peubah bebas regresi berganda ............................................ ix 2 2 11 33 40 48 54 56 61 67 69 75 76 78 13 DAFTAR GAMBAR No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Halaman Proses manajemen risiko bank Islam dan konvensional....................... Penilaian risiko bank Islam dengan pendekatan kualitatif.................... Siklus manajemen risiko ..................................................................... Kerangka pemikiran penelitian ........................................................... Proses penyaluran pembiayaan PT. BMI, Tbk ..................................... Grafik perkembangan pembiayaan berdasarkan produk....................... Grafik perkembangan DPK dan pembiayaan periode 2007-2010 ....... Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2007-2010 ................... Grafik perkembangan jumlah peminjam periode 2007-2010................ Komposisi kolektibilitas pembiayaan periode 2007-2010 .................... Grafik perkembangan rasio NPF periode 2007-2010 ........................... Grafik perkembangan laba periode 20017-2010 .................................. Output uji heteroskedastisitas pada regresi .......................................... Hasil run test terhadap residual model................................................. Output uji heteroskedastisitas pada regresi .......................................... x 25 26 28 31 52 53 55 56 57 66 70 76 79 80 81 14 DAFTAR LAMPIRAN No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Halaman Struktur organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ...................... Tingkat pembiayaan bermasalah Bank Umum Syariah (BUS) ............. Pertumbuhan NPF perbankan syariah periode 2006-2010 ................... Komposisi pembiayaan BMI terhadap total pembiayaan BUS ............. Pembiayaan BMI periode 2006-2010 .................................................. Skema proses pemberian pembiayaan BMI ......................................... Proyeksi tingkat kesehatan pembiayaan .............................................. Kuesioner penelitian ........................................................................... Data kolektibilitas BMI periode 2007-2010 ........................................ Hasil perhitungan regresi berganda .................................................... xi 89 90 91 92 93 94 95 96 101 115 151 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata sektor perbankan. Sehingga kebijakan pengembangan industri perbankan diarahkan untuk mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan yang pada gilirannya akan membantu mendorong perekonomian nasional secara berkesinambungan. Perbankan Indonesia tidak hanya diisi oleh perbankan konvensional saja. Terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 telah memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Bank syariah adalah bank yang tata cara dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam dengan prinsip yang berorientasi produktif, berlandaskan keadilan, dan mengembangkan investasi yang halal dalam perbaikan kesejahteraan masyarakat (Karim, 2003). Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Salah satu faktornya disebabkan oleh dukungan permintaan islamic product dari penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah muslim. Pada perkembangannya, jumlah perbankan syariah dalam 5 tahun terakhir selama periode 2006-2010 mengalami peningkatan. Dengan berdirinya 5 bank syariah baru yaitu BCA syariah, BNI syariah, Bank Jabar Banten syariah, Bank Victoria syariah, dan Maybank Indonesia Syariah semakin mendorong pertumbuhan perbankan syariah secara signifikan. Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2010), jumlah jaringan kantor perbankan syariah mengalami peningkatan rata-rata 29,83% per tahun selama periode 2006-2010, persentase tersebut lebih besar dibanding perbankan konvensional yang mencapai 11,11%. Tabel 1 menunjukkan jumlah jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional dalam kurun waktu tahun 2006 hingga tahun 2010. 162 Tabel 1. Jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional Jenis Bank Bank Umum Syariah Jumlah Bank Jumlah Kantor Unit Usaha Syariah Jumlah Bank Jumlah Kantor BPR Syariah Jumlah Bank Jumlah Kantor Bank Konvensional Jumlah Bank Jumlah Kantor Sumber: Bank Indonesia, 2010 2006 2007 2008 2009 2010 3 349 3 401 5 581 6 711 11 1.215 20 183 26 196 27 241 25 287 23 262 105 105 114 185 131 202 138 225 150 287 130 9110 130 124 121 122 9680 10868 12837 13837 Kondisi perbankan syariah yang semakin tumbuh berpengaruh pada peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Di samping itu, fungsi bank sebagai lembaga keuangan untuk menyalurkan dana kepada peminjam yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan dan semakin kompleksnya kebutuhan pendanaan baik yang bersifat modal, investasi maupun konsumsi dari masyarakat dan korporasi mengakibatkan pembiayaan perbankan syariah pun semakin berkembang. Tabel 2. Komposisi pembiayaan perbankan syariah (triliun rupiah) Akad 2006 2007 2008 2009 2010 Akad Mudharabah 2,335 4,406 7,411 10,412 14,624 Akad Musyarakah 4,062 5,578 6,205 6,597 8,631 Akad Murabahah 12,624 16,553 22,486 26,321 37,.508 Akad Salam 0 0 0 0 0 Akad Istishna 337 351 369 423 347 Akad Ijarah 836 516 765 1,305 2,341 Akad Qardh 250 540 959 1,829 4,731 Total 20,445 27,944 38,195 46,886 68,181 Sumber: Bank Indonesia, 2010 Tabel 2 menunjukkan bahwa total pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2006 total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 20,445 triliun dan terus meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2010 menjadi Rp 173 68,181 triliun atau mengalami pertumbuhan rata-rata 35,38 persen per tahun. Dari kegiatan pembiayaan ini, semakin banyak dana yang disalurkan maka potensi timbulnya risiko pun semakin besar. Hal ini karena pembiayaan merupakan salah satu aktivitas perbankan yang memiliki risiko disebabkan oleh adanya ketidakmampuan peminjam untuk melunasi kewajibannya kepada pihak bank. Besarnya risiko pembiayaan ditunjukkan dalam rasio Non Performing Finance (NPF). Tingginya NPF menunjukkan banyaknya jumlah peminjam yang tidak dapat mengembalikan pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah disepakati bersama antara bank dengan peminjam. Pembiayaan dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet termasuk dalam NPF. Semakin besar NPF menunjukkan semakin tinggi tingkat pembiayaan bermasalah, sehingga mengakibatkan turunnya pendapatan yang berpengaruh pada kinerja, tingkat kesehatan, dan kelangsungan bank. Saat ini, dunia perbankan syariah di Indonesia mengalami kendala dengan tingkat pembiayaan bermasalah. Bank Indonesia mencatat sebanyak 6 periode triwulan selama 2006-2010, rasio pembiayaan bermasalah (NPF) berada pada tingkat di atas 5%. Selama periode tersebut, NPF tumbuh dengan persentase rata-rata sebesar 0,31% per triwulan. NPF meningkat dari 3,02% pada Desember 2010 menjadi 3,28% per Januari 2011 dengan komposisi 45,2% modal kerja, 19,5% investasi, dan 35,3% konsumsi (Lampiran 2). Di Indonesia, salah satu bank syariah besar yang berkontribusi dalam industri perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2010), BMI merupakan bank syariah besar dilihat dari sisi jumlah aktiva dan pembiayaan. BMI menyediakan berbagai produk syariah bagi nasabah perorangan, usaha kecil dan menengah (UKM), korporasi dan badan usaha milik negara (BUMN). Sebagai lembaga intermediasi, BMI tidak hanya menyimpan dana dari masyarakat tetapi juga menyalurkan dana kepada peminjam yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan. Jumlah pembiayaan BMI 184 mencapai 14,38% dari total pembiayaan industri perbankan syariah di Indonesia. Jumlah tersebut menempati posisi pertama. Selanjutnya, BSM 13,46% dan Bank Mega Syariah 0,70%, sedangkan 71,46% lainnya merupakan pembiayaan dari 8 bank umum syariah yaitu BRI syariah, Bank Bukopin Syariah, Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Syariah BNI, dan Maybank Indonesia Syariah serta 24 unit usaha syariah (Lampiran 4). Berdasarkan laporan keuangan BMI (2010), pembiayaan BMI terus mengalami peningkatan dengan persentase rata-rata sebesar 4,57% per triwulan dalam kurun waktu tahun 2006 sampai Juni 2010 (Lampiran 5). Dari kegiatan pembiayaan tersebut bank memperoleh pendapatan. Namun di sisi lain, potensi timbulnya risiko pun semakin besar. Dalam upaya pencapaian laba yang maksimum, BMI sebagai bank syariah besar dengan visi “Bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional” harus terus berusaha meningkatkan pembiayaan dengan nilai NPF yang rendah melalui pengelolaan risiko pembiayaan yang baik. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh kualitas sistem manajemen risiko pembiayaan yang baik. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba. Dengan pencapaian laba yang maksimum, BMI diharapkan mampu meningkatkan kinerja, mempertahankan kesehatan, dan kelangsungan bank serta semakin mapan dalam persaingan di dunia perbankan Indonesia. 1.2. Perumusan Masalah Fungsi Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi menimbulkan kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan dalam kegiatan penyaluran dana. Pembiayaan yang semakin besar mengakibatkan potensi terjadinya risiko pembiayaan semakin tinggi. Hal ini karena pembiayaan merupakan salah satu aktivitas bisnis bank yang memiliki risiko besar dan 195 signifikan. Pada penelitian ini, besarnya risiko pembiayaan ditunjukkan dalam Non Performing Financing (NPF). Tingginya nilai NPF menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat mengembalikan pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah disepakati bersama antara bank dengan peminjam. Hal ini perlu diantisipasi oleh manajemen risiko yang baik melalui pengelolaan dan pengendalian risiko pembiayaan agar dapat memaksimalkan pencapaian laba dan meminimalisasi kerugian yang dihadapi oleh Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu, permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia? 2. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia? 3. Bagaimana perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank Muamalat Indonesia? 4. Bagaimana pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank Muamalat Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Mengacu pada perumusan masalah seperti yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. 3. Menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank Muamalat Indonesia. 4. Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank Muamalat Indonesia. 206 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba sehingga dapat meminimalisasi kerugian dan meningkatkan kinerja perusahaan. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan kontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia terutama bagi kalangan akademisi dan masyarakat Indonesia pada umumnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai analisis manajemen risiko pembiayaan dan pengaruhnya terhadap laba. Terfokus pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan, manajemen risiko pembiayaan, perkembangan pembiayaan, NPF dan laba, serta pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba Bank BMI. Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian hanya berdasarkan dari sudut pandang perusahaan. Perhitungan risiko pembiayaan tidak memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga dan inflasi serta tidak memperhitungkan aspek makroekonomi yang mempengaruhi kinerja PT BMI. Penelitian ini hanya membahas risiko pembiayaan sedangkan risiko operasional dan risiko pasar tidak menjadi bahasan dalam penelitian. 21 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Bank secara etimologi memiliki arti tempat untuk menukarkan uang. Secara lembaga keuangan, bank adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dan menyalurkan dana, atau kedua-duanya, menghimpun dan menyalurkan (Kasmir, 2000). Menurut UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank diartikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari definisi bank diatas, menunjukkan bahwa kegiatan utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank dan dari segi penyaluran dana, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tapi juga kegiatannya harus diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat (Siamat, 2004). Bank sebagai suatu badan usaha yang memberikan jasa atau pelayanan keuangan memiliki beberapa tujuan dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Menurut Siamat (2004), tujuan tersebut dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu, yaitu: 1. Tactical Planning (Jangka pendek) a. Pemenuhan likuiditas, terutama untuk memenuhi likuiditas wajib minimum yang ditetapkan oleh otoritas moneter disamping kebutuhan likuiditas untuk memenuhi penarikan dana oleh nasabah sehari-hari. b. Memberikan pelayanan kepada nasabah secara maksimum. 2. Strategic Planning (Jangka Panjang) a) Meningkatkan nilai perusahaan. b) Memperoleh laba maksimum. 228 2.2. Bank Syariah 2.2.1. Definisi Bank Syariah Bank Islam adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam (Siamat, 2004). Menurut Karim (2003), dalam kegiatan operasionalnya, bank syariah melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan, memberikan pinjaman, dan memberikan pelayanan jasa dengan berlandaskan prinsip syariah. Baraba dalam Darajat (2007), menambahkan satu fungsi bank syariah, yaitu sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan. 2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah Menurut Muhammad dalam Darajat (2007), hal-hal yang harus dilakukan bank syariah dalam menjalankan operasionalnya adalah dengan cara menjauhkan diri dari praktik-praktik yang memiliki unsur riba serta menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan. Unsur riba tersebut dihindari dengan cara: 1) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan keberhasilan suatu usaha di muka secara pasti. 2) Menghindari penggunaan sistem presentasi untuk pembebanan biaya terhadap utang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis utang berjalannya waktu. atau simpanan tersebut hanya karena 239 3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas. 4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka tambahan atas utang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai utang secara sukarela. Hal lain yang membedakan bank syariah dengan bank konvesional terlihat dari beberapa aspek, yaitu aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja (Antonio, 2001). a) Akad dan Aspek Legalitas Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi baik duniawi maupun ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Setiap akad dalam bank syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad seperti halhal berikut: a. Rukun, mencakup penjual, pembeli, barang yang dipertukarkan, harga, dan akad (ijab kabul). b. Syarat, seperti: 1) Barang dan jasa bersifat halal, sehingga transaksi atas barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah. 2) Harga barang dan jasa harus jelas. 3) Tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi. 4) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan, tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki dan dikuasai. b) Struktur Organisasi Unsur yang paling membedakan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah adanya Dewan Pengawas 24 10 Syariah (DPS) pada bank syariah, yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. DPS biasanya diletakkan pada posisi setingkat dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini bertujuan untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh DPS. Oleh karena itu, biasanya penetapan anggota DPS dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota DPS tersebut mendapatkan rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional. c) Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Bank syariah tidak mungkin membiayai usaha yang terkandung didalamnya hal-hal yang diharamkan. Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya sebagai berikut: Apakah objek pembiayaan itu halal atau haram? Apakah proyek menimbulkan kerugian bagi masyarakat? Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila? (Antonio, 2001). d) Lingkungan Kerja dan Corporate Culture Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah, antara lain sikap amanah dan shiddiq yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah harus memiliki skill yang baik dan profesional, dan tabhligh. Dalam reward dan dan punishment pun juga diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan juga harus mengikuti syariat Islam (Antonio, 2001). Tabel 3 menunjukkan perbedaan bank syariah dengan bank konvensional. 25 11 Tabel 3. Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvesional Bank Syariah Bank Konvensional Melakukan investasi-investasi Investasi yang halal dan yang halal saja haram Berdasarkan prinsip bagi hasil, Memakai perangkat bunga jual beli, atau sewa Profit dan falah oriented Profit oriented Hubungan dengan nasabah dalam Hubungan dengan nasabah bentuk hubungan kemitraan adalah hubungan debiturkreditur Penghimpunan dan penyaluran Tidak ada dewan sejenis dana harus sesuai dengan fatwa DPS Sumber: Antonio, 2001 2.3. Pembiayaan Bank Syariah 2.3.1. Pengertian Pembiayaan Menurut UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Bank Indonesia (2007), menyebutkan bahwa pembiayaan syariah mengandung beberapa nilai dasar dalam pelaksanaannya, yaitu: 1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana. 2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan baik dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan tersebut. 26 12 2.3.2. Jenis-Jenis Pembiayaan Jenis-jenis pembiayaan pada bank syariah, yaitu (Karim, 2003): 1. Pembiayaan Modal Kerja Syariah. Adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. 2. Pembiayaan Investasi Syariah Adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk: a. Pendirian proyek baru, yaitu pendirian atau pembangunan proyek atau pabrik dalam rangka usaha baru. b. Rehabilitasi, yaitu penggantian mesin atau peralatan lama yang sudah rusak dengan mesin atau peralatan baru yang lebih baik. c. Modernisasi, yaitu penggantian secara keseluruhan mesin atau peralatan lama dengan mesin atau peralatan baru dengan teknologi yang lebih baik. d. Relokasi proyek yang sudah ada, yaitu pemindahan lokasi proyek atau pabrik secara keseluruhan (termasuk sarana penunjang pabrik, seperti laboratorium). 3. Pembiayaan Konsumsi Syariah Adalah pembiayaan yang bertujuan memenuhi kebutuhan nasabah baik barang maupun jasa yang tidak dipergunakan untuk tujuan usaha dan umumnya bersifat perorangan. 2.3.3. Produk Pembiayaan Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu (Karim, 2003): 1. Berdasarkan Prinsip Jual Beli Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga 27 13 atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan barangnya, yaitu: a. Murabahah Adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan dengan margin atau keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. b. Salam Adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu. Dalam transaksi ini, kualitas, kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. c. Istishna Adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. 2. Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil a. Musyarakah Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. b. Mudharabah Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana shahibul maal (pihak pertama) menyediakan seluruh atau 100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan 28 14 rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. c. Muzara’ah Adalah akad kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemiliki lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen. d. Musaqah Adalah akad kerja sama, merupakan bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah dimana penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. 3. Berdasarkan Prinsip Sewa a. Ijarah Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Harga sewa disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan nasabah. b. Ijarah Muntahiyyah Bittamlik Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa. Pada akhir masa sewa, bank menjual barang yang disewakannya kepada nasabah yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan nasabah. 4. Berdasarkan Prinsip Pinjaman Penyaluran dana bank syariah berdasarkan prinsip pinjaman dilakukan dengan menggunakan akad qardh yaitu penyediaan dana atau tagihan yang diberikan kepada pihak peminjam dan 29 15 mewajibkannya melakukan pembayaran baik secara langsung maupun angsuran dalam jangka waktu tertentu tanpa disertai tambahan pada saat pengembaliannya. Pembiayaan ini bersifat khusus dan bersumber dari sadaqah, infak, zakat atau modal yang sengaja dialokasikan untuk tujuan sosial. Oleh karenanya, al-qardh dikenal sebagai pembiayaan dana talangan bagi nasabah atau sebagai sumber dana talangan antar bank. 2.3.4 Prinsip-Prinsip Penilaian Pembiayaan Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, terdapat prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang harus dipenuhi oleh pemohon pembiayaan karena terdapat unsur kepercayaan dan risiko yang harus dipertaruhkan. Untuk memperkecil risiko pembiayaan yang mungkin terjadi, maka pembiayaan harus dinilai dengan memperhatikan (Munawir dalam Hartati, 2005): 1. Character Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya. Bank melakukan beberapa pendekatan untuk mengetahui karakter nasabah, diantaranya dengan mengenal dekat nasabah, mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur, dan mengumpulkan keterangan serta meminta pendapat dari rekan-rekannya, pegawai, dan pesaing mengenai reputasi, kebiasaan pribadi, pergaulan sosial, dan lain-lain. 2. Capacity Penilaian terhadap kemampuan calon peminjam baik dalam manajemen maupun keahlian pada bidang usaha yang dijalani. Hal-hal yang diperhatikan dalam penilaian, yaitu angka-angka hasil produksi, angka-angka penjualan dan pembelian, perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya, data-data finansial terdahulu yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan. Sehingga dapat mengukur kemampuan 30 16 nasabah untuk melaksanakan rencana kerjanya terkait dengan penggunaan pembiayaan tersebut. 3. Capital Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam dengan cara menganalisa posisi finansial perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya. Untuk itu bank melakukan analisa rasio sehingga dapat mengetahui likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas dari calon peminjam, serta analisis neraca, minimal neraca dua tahun terakhir. 4. Collateral Penilaian terhadap jaminan yang diberikan oleh calon peminjam untuk dapat meyakinkan, jika terjadi risiko kegagalan pembayaran maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. Untuk itu bank harus meneliti kepemilikian jaminan tersebut, mengukur stabilitas nilai jaminan, memperhatikan kemampuan jaminan untuk dapat dijadikan uang dalam waktu relatif singkat tanpa terlalu mengurangi nilainya, dan memperhatikan barang jaminan adalah benar-benar menjamin kepentingan bank sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. 5. Condition Penilaian terhadap kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat keterkaitannya dengan jenis usaha yang dijalani oleh calon peminjam. Bank memperhatikan keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan dan kondisi usaha, membandingkan dengan usaha sejenis lainnya didaerah dan lokasi lingkungannya, dan prospek usaha di masa yang akan datang serta pengaruh kebijakan pemerintah terhadap prospek industri dimana usaha calon peminjam termasuk didalamnya. 17 31 2.4. Risiko 2.4.1. Pengertian Risiko Risiko dalam konteks perbankan menurut Karim (2003) merupakan suatu kejadian potensial, baik anticipated (dapat diperkirakan) maupun unanticipated (tidak dapat diperkirakan) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Menurut Djohanputro (2004), risiko terkait dengan adanya keadaan tidak pasti dan tingkat ketidakpastian terukur secara kuantitatif yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan. Menurut Kountur (2004), risiko sebagai suatu keadaan tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan sehingga dapat memberikan dampak yang merugikan. 2.4.2. Jenis-Jenis Risiko Secara umum, risiko yang terjadi pada aktivitas fungsional bank syariah diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu (Karim, 2003): 1. Risiko Pembiayaan Risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan pihak lawan transaksi dalam memenuhi kewajibannya. Pada bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan pembiayaan korporasi. 2. Risiko Pasar Risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki bank akibat adanya pergerakan variabel pasar berupa suku bunga dan nilai tukar. Risiko pasar mencakup empat hal, yaitu: a. Risiko Tingkat Suku Bunga Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari fluktuasi tingkat bunga. Meskipun bank syariah tidak menetapkan tingkat bunga baik dari sisi pendanaan maupun dari sisi pembiayaan, namun bank syariah tidak terlepas dari risiko tingkat bunga. Hal ini disebabkan pasar yang dijangkau oleh bank syariah tidak hanya untuk nasabah-nasabah yang memiliki tingkat keloyalan penuh terhadap syariah 18 32 sehingga terdapat kemungkinan bank syariah menghadapi beberapa kondisi, diantaranya: 1) Direct Competitor Market Rate (DCMR) yaitu tingkat bagi hasil dari bank-bank yang menjalankan usaha dengan prinsip syariah. 2) Indirect Copetitor Market Rate (ICMR) yaitu tingkat bunga pada bank-bank konvensional. 3) Expected Competitive Return for Investor, yaitu hasil investasi yang kompetitif yang diharapkan oleh investor. Dari kondisi tersebut, interest rate risk timbul jika bagi hasil pendanaan syariah lebih kecil dari tingkat bunga atau pada sisi pembiayaan, jika margin yang dikenakan lebih besar dari tingkat bunga maka nasabah dapat beralih pada bank konvensional. b. Risiko Pertukaran Mata Uang Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari fluktuasi nilai tukar terhadap rugi laba bank. Hal ini karena bank syariah tidak terlepas dari adanya posisi dalam valuta asing meskipun aktivitas treasury syariah tidak terpengaruh risiko kurs secara langsung. c. Risiko Harga Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari perubahan harga. Pada bank syariah, risiko harga timbul dari perubahan harga atas instrumen keuangan (obligasi syariah dan reksadana syariah) dan komoditas. d. Risiko Likuiditas Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Risiko likuiditas yang dihadapi bank syariah, diantaranya: 1) Turunnya kepercayaan perbankan syariah. nasabah terhadap sistem 19 33 2) Turunnya kepercayaan nasabah pada bank syariah yang bersangkutan. 3) Dalam mudharabah kontrak, memungkin nasabah untuk menarik dananya kapan saja. 4) Mismatcing antara dana jangka pendek dengan pembiayaan jangka panjang. 5) Keterbatasan instrumen keuangan untuk solusi likuiditas. 3. Risiko Operasional Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional mencakup lima hal, yaitu: 1. Risiko Reputasi Adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi negatif terkait dengan kegiatan bank atau persepsi negatif terhadap bank. 2. Risiko Kepatuhan Adalah risiko yang disebabkan oleh tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal maupun eksternal. 3. Risiko Strategik Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidaktepatan dalam hal penetapan dan pelaksanaan strategi bank, pengambilan keputusan bisnis, dan ketidakpatuhan bank dalam melaksanakan perubahan perundang-undangan atau ketentuan lain yang berlaku. 4. Risiko Transaksi Adalah risiko yang disebabkan oleh permasalahan yang yang timbul dalam pelayanan atau produk-produk yang disediakan. Diantaranya, yaitu kekeliruan dalam penetapan 34 20 akad, kesempurnaan akad, dan sistem teknologi informasi dari bank tersebut. 5. Risiko Hukum Adalah risiko yang disebabkan oleh kelemahan aspek yuridis. Diantaranya, yaitu adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung dan kelemahan perjanjian sehingga tidak terpenuhinya syarat keabsahan suatu kontrak. 2.5. Risiko Pembiayaan Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan pihak lawan transaksi dalam memenuhi kewajibannya. Pada bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan pembiayaan korporasi, diantaranya (Karim, 2003): 1. Risiko Terkait Produk a) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Certainty Contracts (NCC) Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang memiliki kepastian pendapatan baik jumlah maupun waktunya dan pihakpihak yang bertransaksi saling menukarkan asetnya. Pembiayaan berbasis NCC, yaitu: 1) Murabahah Risiko yang timbul dari pembiayaan murabahah, diantaranya: - Default atau kelalaian diakibatkan oleh nasabah yang tidak membayar angsuran dengan sengaja. - Penundaan kewajiban pembayaran pada waktu jatuh tempo yang disebabkan oleh ketidakmampuan nasabah menimbulkan kerugian bagi bank, karena bank tidak diperbolehkan menerima keterlambatan tersebut tambahan melainkan pendapatan menunggu nasabah mampu membayar angsurannya. - Fluktuasi harga komparatif. dari hingga 35 21 - Penolakan nasabah terhadap barang yang dibeli karena rusak atau tidak sesuai dengan spesifikasi dari permintaan nasabah. 2) Ijarah Risiko yang timbul dari pembiayaan ijarah, diantaranya: - Dalam hal barang yang disewakan adalah milik bank, ketiadaan nasabah akan menimbulkan risiko tidak produktifnya aset ijarah. - Dalam hal barang yang disewakan adalah bukan milik bank, timbul risiko kerusakan barang diluar pemakaian normal. - Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewakan bank kepada nasabah memungkinkan timbulnya risiko ketidaksesuaian nasabah terhadap performance pemberi jasa. 3) Salam dan Istishna Risiko yang timbul dari pembiayaan salam dan istishna, diantaranya: - Risiko gagal-serah barang. - Risiko jatuhnya harga barang. b) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC) Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang belum memiliki kepastian pendapatan baik jumlah maupun waktunya dan pihakpihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya menjadi satu kesatuan untuk mendapatkan keuntungan serta risiko ditanggung bersama. Pembiayaan berbasis NUC, yaitu mudharabah dan musyarakah. Risiko yang timbul dari pembiayaan mudharabah dan musyarakah, diantaranya: - Asymmetric information problem, yaitu kecenderungan salah satu pihak lebih banyak menguasai informasi bersikap tidak jujur. 36 22 - Side streaming, yaitu nasabah tidak mengelola dana sesuai dengan kontrak perjanjian. - Kelalaian dan kesalahan yang disengaja. 2. Risiko Pembiayaan Korporasi Kompleksitas dan volume pembiayaan korporasi menimbulkan risiko tambahan selain risiko terkait produk, yaitu: a) Risiko Perubahan Kondisi Bisnis Nasabah Setelah Pencairan Pembiayaan Adalah risiko yang dapat timbul dari perubahan kondisi bisnis nasabah setelah pencairan biaya, diantaranya: 1) Over Trading Terjadi ketika nasabah mengembangkan volume bisnis yang besar dengan dukungan modal yang kecil. 2) Adverse Trading Terjadi ketika nasabah mengembangkan bisnisnya dengan kebijakan melakukan pengeluaran tetap yang besar setiap tahunnya sedangkan volume penjualannya tidak stabil. Dalam keadaan ini, posisi nasabah lemah dan berisiko tinggi. 3) Liquidity Run Terjadi ketika nasabah mengalami kesulitan likuiditas karena kehilangan sumber pendapatan dan peningkatan pengeluaran yang tidak terduga. Keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan nasabah dalam menyelesaikan kewajibannya kepada bank. b) Risiko Analisis Bank 1) Analisis Pembiayaan yang Keliru Terjadi karena kesalahan dalam pengambilan keputusan pembiayaan dari informasi yang tersedia. Kekeliruan bukan karena perubahan kondisi nasabah yang tidak terduga tetapi nasabah yang bersangkutan berisiko tinggi. 37 23 2) Creative Accounting Terjadi karena adanya kecurangan dari pihak nasabah melalui penggunaan kebijakan akuntansi perusahaan yang memberikan keterangan tidak sesuai dengan laporan keuangan yang sebenarnya. Seperti, menggambarkan keuntungan lebih besar, aset lebih bernilai, pengurangan kewajiban pada neraca keuangan. 3) Karakter Nasabah Terjadi karena adanya kesengajaan dari pihak nasabah untuk menciptakan pembiayaan macet dan bank belum secara objektif memberikan penilaian terhadap karakter nasabah. 2.6. Teknik Pengelolaan Risiko Pada prinsipnya, terdapat empat teknik pengelolaan risiko secara klasik. Keempat teknik tersebut adalah penghindaran risiko, pengurangan risiko, pemindahan risiko, dan penanganan risiko (Djohanputro, 2004): 1. Penghindaran Risiko Penghindaran risiko adalah tindakan bank untuk tidak melakukan kegiatan tertentu yang mengandung risiko yang tidak diinginkan. Pada dasarnya, tidak ada manusia yang bisa menghindari risiko, demikian halnya dengan bank. Oleh karena itu, bank dapat menghindari beberapa risiko dengan tidak memasuki wilayah bisnis atau kegiatan tertentu. Hal terpenting adalah kemampuan bank melakukan studi dan identifikasi risiko. 2. Pengurangan Risiko Pengurangan risiko penting dilakukan oleh bank agar dapat menekan besarnya risiko. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara pengurangan kemungkinan terjadinya peril (risiko yang menjadi kenyataan) atau menekan besarnya dampak bila peril terjadi. 3. Pemindahan Risiko Pemindahan atau pengalihan risiko dilakukan dengan cara memindahkan risiko dari satu pihak ke pihak lainnya dengan tujuan bisnis, seperti asuransi. 38 24 Akibat pemindahan risiko menimbulkan biaya. Terdapat dua macam biaya yang ditanggung bank akibat mengalihkan risiko kepada pihak lain. Biaya berupa premi yang harus dibayarkan kepada pihak penanggung risiko dan biaya berupa hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dengan menanggung risiko. 4. Penanganan Risiko Penanganan terhadap risiko dilakukan karena dua sebab. Pertama, bank secara sadar ingin mempertahankan risiko dan mengelolanya sendiri. Dengan pertimbangan didasarkan atas efektivitas biaya dan selama manajemen memiliki kemampuan serta sumber daya untuk mengelola sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari risiko itu sendiri. Kedua, bank tidak mengetahui risiko tersebut sehingga risiko yang tidak teridentifikasi tidak akan dikelola. 2.7. Manajemen Risiko 2.7.1. Definisi Manajemen Risiko Kontur (2004), mendefinisikan manajemen risiko adalah caracara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Proses manajemen dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur, dan menangani risiko-risiko yang dihadapi perusahaan. Menurut Karim (2003), manajemen risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter terhadap kegiatan usaha bank. Tujuan manajemen risiko adalah (Karim, 2003): 1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator. 2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable. 3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled. 39 25 4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko. 5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko. 2.7.2 Karakter Manajemen Risiko Bank Syariah Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda dengan bank konvensional. Perbedaan tersebut terletak pada proses manajemen risiko operasional bank Islam yang meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko, dan monitoring risiko (Karim, 2003). Gambar 1 menunjukkan perbandingan proses manajemen risiko antara bank Islam dengan bank konvensional. Bank Konvensional Identifikasi Risiko General Banking Bank Syariah General Banking Risk Syariah Spesific Risk Penilaian Risiko Penilaian Risiko Penilaian Risiko General Banking Response Antisipasi Risiko Antisipasi Risiko Syariah Banking Response Monitoring Risiko Monitoring Risiko General Banking Activities Syariah Spesific Activities Gambar 1. Perbandingan Proses Manajemen Risiko antara Bank Islam dengan Bank Konvensional (Karim, 2003) 1. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko yang dilakukan bank Islam tidak hanya mencakup risiko yang ada pada bank-bank secara umum, tetapi 26 40 juga meliputi risiko pada bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. 2. Penilaian Risiko Penilaian risiko pada bank Islam mengacu pada hubungan antara probability dan impact yang ditunjukkan dalam IMPACT pendekatan kualitatif pada (gambar 2). High III VI IX Med II V VIII Low I IV VII Low Med High PROBABILITY Gambar 2. Penilaian Risiko Bank Islam Dengan Pendekatan Kualitatif (Karim, 2003) Berdasarkan kuadran tersebut: a) Kuadran I sampai IX merupakan posisi suatu jenis risiko b) Jenis risiko V, VI, VIII, IX (area abu-abu) merupakan jenis risiko yang memiliki prioritas pengendalian karena kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dalam tingkat sedang dan tinggi. c) Jenis risiko dalam kuadran I, II, III, IV, dan VII (area putih) diselesaikan setelah penyelesaian risiko pada area abu-abu. d) Adanya otoritas perbankan dan otoritas syariah mengakibatkan risiko di area putih masuk ke daerah abuabu. 3. Antisipasi Risiko Pada bank Islam, antisipasi risiko dilaksanakan dengan Tujuan: a) Preventive, bank Islam diharuskan mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah terkait kebijakan atas segala kegiatan usahanya untuk mencegah kekeliruan dalam proses dan transaksi dari aspek syariah. Selain itu, bank 41 27 Islam memerlukan fatwa Dewan Syariah Nasional bila Bank Indonesia memandang persetujuan Dewan Pengawas Syariah belum memadai atau berada diluar kewenangannya. b) Detective, pengawasan terhadap jalannya setiap kegiatan usaha bank Islam baik dari segi aspek perbankan oleh Bank Indonesia maupun aspek syariah oleh Dewan Pengawas Syariah. c) Recovery, koreksi atas kesalahan dengan melibatkan Bank Indonesia untuk aspek perbankan dan Dewan Syariah Nasional untuk aspek syariah. 4. Monitor dan Pengendalian Risiko Aktivitas monitoring dalam bank Islam tidak hanya melibatkan manajemen bank Islam tetapi juga Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah nasional (DSN). 2.7.3. Proses Manajemen Risiko Proses manajemen risiko pada bank Islam menurut Karim (2003) dimulai dengan mengenal, memahami, dan mengidentifikasi risiko baik yang sudah ada maupun yang mungkin terjadi dari kegiatan usaha baru. Kemudian, dilakukan pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko secara berkesinambungan membentuk sebuah siklus. Menurut Djohanputro (2004), secara umum siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap yaitu identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan dan pengawasan serta pengendalian risiko dapat ditunjukkan pada (gambar 3). 42 28 Identifikasi Risiko Evaluasi Pihak Berkepentingan Pengawasan dan Pengendalian Pengukuran Risiko Model Pengelolaan Pemetaan Risiko Gambar 3. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004) Tahap 1 : Identifikasi Risiko Pada tahap ini, perusahaan mengidentifikasi risiko yang akan dihadapi. Langkah pertama dalam memulai proses identifikasi adalah dengan melakukan analisis pihak berkepentingan. Tahap 2 : Pengukuran Risiko Pada tahap ini, perusahaan mengukur seberapa besar kemungkinan risiko yang akan terjadi. Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai eksposure yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko dapat terjadi. Tahap 3 : Pemetaan Risiko Pada tahap ini, perusahaan menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingan. Penetapan prioritas disebabkan karena keterbatasan sumber daya yang ada untuk menghadapi semua risiko. Tahap 4 : Model Pengelolaan Risiko Pada tahap ini, risiko dikelola dengan model pengelolaan risiko perusahaan. Pengelolaan risiko dapat dilakukan secara konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi pengelolaan. 43 29 Tahap 5 : Monitor dan Pengendalian Pada tahap ini, perusahaan melakukan monitoring dan pengendalian. Hal ini penting untuk dilakukan, karena: manajemen perlu (1) memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana, (2) memastikan bahwa model pengelolaan risiko cukup efektif, dan (3) memantau perkembangan terhadap kecenderungan berubahnya profil risiko, karena perubahan ini berpengaruh pada pergeseran peta risiko atau prioritas risiko. 2.8. Laba Bank Menurut Sastradipoera dalam Rohaeni (2009), laba adalah jumlah yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari penerimaan bank, kelebihan pendapatan di atas pengeluaran bank. Jadi untuk mengetahui laba suatu perusahaan (bank) harus mengetahui terlebih dahulu nilai seluruh pendapatan dan nilai biaya secara keseluruhan. Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan menunjukkan sejauh mana manajemen perusahaan berhasil mengorganisasi bisnis dan sebaliknya. 2.9. Hasil Penelitian Terdahulu Gumayantika (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh risiko kredit terhadap laba pada Bank Jabar Ciamis. Hasil penelitian ini dengan menggunakan korelasi pearson product moment membuktikan bahwa terdapat hubungan yang negatif sebesar 0,652 antara risiko kredit dan laba. Pada penelitian Rohaeni (2009), menganalisis pengaruh kredit bermasalah terhadap laba pada PT Bank X. Penelitian ini membuktikan bahwa berdasarkan model regresi linier berganda NPL memberikan pengaruh negatif sebesar 1,13E+08, artinya bahwa kenaikan NPL satu satuan akan menurunkan laba sebesar 1,13E+08. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji t, membuktikan bahwa kredit bermasalah berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap laba. 44 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi mempunyai kegiatan utama yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. Sumber dana yang ada akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Namun dalam realisasinya, pembiayaan tidak terlepas dari prinsip risk and return, dimana kegiatan yang diharapkan akan mempunyai hasil atau pendapatan yang besar, biasanya mempunyai risiko yang tinggi. Dengan jumlah pembiayaan yang semakin besar maka peluang untuk mendapatkan keuntungan pun semakin besar. Namun di sisi lain, tingkat risiko yang mungkin terjadi akan semakin tinggi pula. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh manajemen risiko pembiayaan yang baik. Manajemen risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dalam kegiatan usaha dengan tujuan agar terhindar dari kerugian yang lebih besar. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba. Dalam penelitian ini, pembiayaan dan Non Performing Finance (NPF) adalah variabel yang digunakan untuk meneliti pengaruh manajemen risiko terhadap laba. Manajemen risiko secara tidak langsung berpengaruh pada pencapaian laba yang maksimal melalui pengelolaan dan pengendalian risiko pembiayaan yang mungkin terjadi akibat tingginya konsentrasi pembiayaan dan nilai NPF. Pengelolaan dan pengendalian manajemen risiko diharapkan mampu menekan tingkat NPF meski pembiayaan terus ditingkatkan sehingga pencapaian laba dapat maksimal. NPF menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat membayar secara kontinyu pinjamannya. Sedangkan laba bank yang digunakan adalah laba bersih sebelum dikurangi pajak. 45 31 Besarnya pembiayaan dan nilai NPF berpengaruh terhadap laba bank. Analisis linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh perubahan pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank. Sedangkan analisis korelasi digunakan untuk melihat derajat hubungan diantara pembiayaan dan nilai NPF terhadap laba bank. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi input alternatif dalam peningkatan laba. Adapun kerangka pemikiran konseptual dari penelitian ini, dapat dilihat pada (gambar 4). BMI Pembiayaan Murabahah Mudharabah Musyarakah Istishna Qardh Ijarah Risiko Pembiayaan Manajemen Risiko Pembiayaan Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Pembiayaan Pembiayaan NPF Korelasi Pearson Product Moment Laba Pengaruh Pembiayaan dan NPF terhadap laba Implikasi Manajerial Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian Keterangan : : Alur pemikiran : Alat analisis Regresi Linear Berganda Uji F Uji t 46 32 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Muamalat Institute dengan objek penelitian PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk yang berlokasi di Arthaloka Building Jalan Jenderal Sudirman No.2 Jakarta Pusat. Data diperoleh melalui Muamalat Institute yang berlokasi di Gedung Dana Pensiun Telkom Lantai 2 Jalan Jenderal S Parman kav 56 Slipi, Jakarta Barat. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive. Waktu penelitian dimulai dari bulan November 2010 sampai Desember 2010. 3.3. Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pencatatan, pengumpulan data, dan wawancara langsung dengan pihak analisis pembiayaan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur, buku, skripsi, data historis, dan laporan keuangan bank. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode statistik yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif, analisis korelasi pearson product moment, analisis linier berganda, dan diolah dengan menggunakan minitab 14. 3.4.1. Analisis deskriptif Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiono, 2006). 3.4.2. Analisis Korelasi Person Product Moment Korelasi pearson product moment adalah statistik yang mengukur keserasian hubungan diantara dua variabel. Rumus dibawah ini digunakan bila sekaligus akan menghitung persamaan regresi. 47 33 Dalam sugiono (2006), perumusan untuk korelasi pearson product moment yaitu: n∑XiYi __ ( ∑Xi ) ( ∑Yi ) r= = ...(1) √ n∑ Xi2 __ ( 2 ∑ Xi ) n∑ Yi2 __ ( 2 ∑ Yi ) Dimana: r =Koefisien korelasi Y = Variabel terikat ( laba ) X = Variabel bebas ( tingkat risiko kredit ) n = Lamanya periode Korelasi pearson product moment dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤+1). Nilai r = -1 memiliki arti korelasi negatif sempurna; r = 0 berarti tidak ada korelasi; dan r = 1 memiliki arti korelasi sangat kuat. Tabel 4. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.00 – 0.199 Sangat rendah 0.20 – 0.399 Rendah 0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat 0.80 – 1.000 Sangat kuat Sumber : Sugiono, 2006 3.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda Menurut Arief (2006), analisis regresi digunakan untuk melihat bagaimana variasi peubah dari beberapa peubah bebas mempengaruhi peubah tidak bebas dalam suatu fenomena yang kompleks. Analisis regresi dapat dibedakan menjadi regresi sederhana dan regresi berganda. Jika parameter dari suatu hubungan fungsional antara satu peubah tidak bebas dengan lebih dari satu peubah bebas maka yang digunakan adalah regresi berganda. Analisis berganda menjelaskan seberapa jauh suatu peubah mempengaruhi peubah lainnya. Pada penelitian ini pembiayaan yang disalurkan dan pembiayaan bermasalah menjadi 48 34 peubah bebas yang mempengaruhi peubah tidak bebas yaitu laba. Model regresi berganda ditunjukkan oleh persamaan berikut ini: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + e …………………………………...…... (2) Keterangan : Y = Laba β = Konstanta X1= Pembiayaan X2= NPF e = Tingkat kesalahan (galat) Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh model regresi. Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan heroskedastisitas menurut (Gujarati dalam Rohaeni, 2009). a. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan jika data yang digunakan kurang dari 30 untuk mengetahui distribusi kenormalan data, yaitu apakah data dapat dianggap berdistribusi normal atau tidak. Ketika data telah berdistribusi normal, maka data tersebut dapat diolah menggunakan model regresi berganda. Untuk menguji kenormalan data dilakukan dengan menguji kenormalan data residual. Uji normalitas dapat dilihat dengan melihat nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) pada uji normalitas residual. Jika nilai statistik KS lebih kecil dibanding nilai tabel KS dan nilai p-value lebih besar dari α, maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006) b. Uji Multikoliniearitas Multikolinieritas adalah kondisi dimana peubah-peubah bebas memiliki korelasi diantara satu dengan lainnya. Jika peubah-peubah bebas memiliki korelasi sama dengan 1 atau berkorelasi sempurna mengakibatkan koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat diperkirakan dan nilai standar error 49 35 setiap koefisien regresi menjadi tak hingga (Arief, 2006). Uji multikolinieritas adalah uji untuk melihat apakah terdapat korelasi antara peubah bebas yang digunakan dalam model regresi. Untuk melihat apakah ada multikolinieritas pada model regresi dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF masing-masing peubah bebas memiliki nilai lebih besar dari 5 maka model regresi memiliki multikolinieritas sehingga menjadi tidak valid (Iriawan dan Astuti, 2006) c. Uji Autokorelasi Menurut Arief (2006), penaksiran model regresi linear memiliki asumsi bahwa tidak terdapat autokorelasi. Autokorelasi kemungkinan terjadi pada data time series. Model regresi yang baik tidak memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah pengujian hipotesis dalam uji F menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyimpang pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir. Uji autokorelasi dengan perangkat lunak minitab melalui uji run test residual. Jika hasil perhitungan didapatkan p-value lebih besar dari α, menunjukkan tidak adanya autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk peubah bebas yang diketahui. Jika varian dari residual untuk peubah yang diketahui tetap, disebut dengan homoskedastisitas. Jika varian berbeda, disebut heteroskedastisitas (Arief, 2006). Asumsi pada model regresi adalah varian setiap variabel independen mempunyai nilai yang konstan atau memiliki varian yang sama. Masalah heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data cross sectional. Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas adalah kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam 50 36 uji F karena pengujian yang kurang kuat (Iriawan dan Astuti, 2006). Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan dengan perangkat lunak Minitab. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas (Iriawan dan Astuti, 2006). 3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Kuncoro, 2003). Langkah-langkah uji statistik F: 1. Merumuskan hipotesis a) H0 : βi = 0, i=1,2,3 b) H1 : βi ≠ 0, i=1,2,3 2. Menentukan F tabel a) F α (k-1, n-k) b) Taraf nyata (α) = 0,05; yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir. c) Derajat bebas pembilang = k-1 d) Derajat bebas penyebut = n-k 3. Menentukan F hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui perangkat lunak minitab 14. 4. Membandingkan F hitung dengan F tabel a) Jika statistik hitung (angka F output) > statistik tabel (F tabel) atau F hitung < -F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. b) Jika –F tabel < statistik hitung (angka F output) < statistik table (F tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak. 51 37 3.4.5. Analisis Uji Simultan (Uji t ) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003). Langkahlangkah uji statistik t adalah: 1. Merumuskan Hipotesis a. H0 : β1 = 0 Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (β1) sama dengan nol. Artinya, suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b. H0 : β1 ≠ 0 Hipotesis alternatifnya (H1), parameter suatu variabel tidak sama dengan nol. Artinya, semua variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Menentukan t tabel a. Menentukan besarnya t-tabel : t (α/2,df) b. Taraf nyata (α) = 0,05 yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir c. Derajat bebas (df) = n-k 3. Menentukan t hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui program minitab 14. 4. Membandingkan t hitung dengan t tabel a. Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (t tabel) atau t hitung < –t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. b. Jika –t tabel < statistik hitung (angka t output) < statistik tabel (t tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak. 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991. Pendirian Bank Muamalat Indonesia ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Kegiatan operasi BMI di mulai pada 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Setelah dua tahun sejak didirikan, bank Muamalat berhasil mendapatkan predikat sebagai Bank Devisa tepatnya pada tanggal 27 Oktober 1994. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus berkembang. Pada akhir tahun 90an, bank Muamalat terkena dampak krisis moneter. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat kerugian sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, bank Muamalat memperoleh bantuan dari Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham bank Muamalat. Dalam kurun waktu 1999-2002, bank Muamalat berhasil mengubah kondisi dari rugi menjadi laba melalui upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat, kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Pada akhir tahun 2004, bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar. Saat ini, BMI 53 39 merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri yaitu Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam upaya aksesibilitas nasabah di Malaysia, BMI melakukan kerjasama melalui jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank Muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional, dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong). 4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan a. Visi Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional. b. Misi Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Menjadi Role Model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder. 4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan Pemegang tertinggi dalam struktur organisasi bank Muamalat adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang membawahi Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris. Pada struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia, Presiden Direktur terletak dibawah Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris serta 54 40 membawahi 5 Divisi diantaranya Compliance and Corporate Planning Director, Corporate Banking Director, Retail Banking Director, Treasury and International Banking Director, Finance and Operation Director. Tabel 5 menunjukkan struktur organisasi PT BMI, Tbk. Tabel 5. Divisi dalam struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Compliance and 1. Compliance Division Corporate Planning 2. Corporate Secreatry Division 3. Corporate Planning Division Corporate Banking 1. Financing Support Division 2. Remedial Division 3. Product Development Division Retail Banking 1. Retail Division 2. Sales Management and Support Division 3. Channel Management Division Treasury and 1. Treasury Division International Banking 2. International Banking and Financial Institution Division 3. Funding Policy and Service Division Finance and Operations 1. Administration and Network Operation Division 2. IT Management Division 3. Finance and Accounting Division Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk. 4.1.4. Produk dan Jasa Produk dan jasa pada Bank Muamalat Indonesia terdiri dari penghimpunan dan penyaluran dana. 41 55 a. Penghimpunan Dana Penghimpunan dana merupakan kegiatan Bank Muamalat Indonesia untuk menghimpun dana dari masyarakat. BMI memiliki 8 produk penghimpunan dana, yaitu: 1. Shar-e, Merupakan tabungan investasi syariah yang memadukan kemudahan akses ATM, Debit, dan Phone Banking dalam satu kartu. Shar-e sudah terhubung dengan jaringan ATM Malaysia yang tergabung dalam MEPS (Malaysian Electronis Payment System): Maybank, Hong Leong Bank, Affin Bank, dan Southern Bank serta bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia, antara lain: PT. Asuransi Takaful Keluarga, PT. Asuransi Jiwa Mega Life, PT. Asuransi Bintang, dan PT. Asuransi Jiwa Sinarmas. 2. Tabungan Ummat, merupakan investasi murni yang sesuai dengan syariah memungkinkan dalam nasabah mata uang melakukan rupiah yang penyetoran dan penarikan tunai dengan mudah. Selain itu, Tabungan Ummat merupakan tabungan investasi dengan akad mudharabah yang penarikannya dapat dilakukan secara bebas biaya di seluruh counter bank Muamalat dan jaringan ATM bersama. 3. Tabungan Ummat Junior, merupakan tabungan yang diperuntukkan khusus untuk pelajar. 4. Tabungan Haji Arafah, ditujukan bagi nasabah merupakan yang tabungan berkeinginan yang untuk menunaikan ibadah haji secara terencana sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu yang nasabah inginkan. Tabungan Haji Arafah plus ditujukan bagi nasabah premium yang memiliki perencanaan haji singkat. 5. Deposito Mudharabah, merupakan jenis investasi syariah, tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan dengan 56 42 pilihan mata uang dalam rupiah atau USD. Deposito Mudharabah dapat diperpanjang secara otomatis dan dijadikan jaminan pembiayaan di bank Muamalat. 6. Deposito Fulinvest, merupakan pilihan investasi dalam mata uang rupiah maupun USD dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan yang ditujukan bagi nasabah yang ingin berinvestasi secara halal, murni sesuai syariah. Deposito ini dikhususkan bagi nasabah perseorangan dan dilengkapi dengan fasilitas asuransi jiwa. 7. Giro Wadi’ah, merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro dan aplikasi pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha. 8. DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) Muamalat, merupakan lembaga yang menyelenggarakan program pensiun, yaitu suatu program yang menjanjikan sejumlah uang yang pembayarannya dilakukan secara berkala. DPLK Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia 18 tahun, atau sudah menikah, dan pilihan usia pensiun 45-65 tahun dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minimal Rp. 50.000 perbulan. Peserta juga dapat mengikuti program wasiat umat, dimana selama masa kepesertaan akan dilindungi asuransi jiwa sesuai ketentuan berlaku. Dengan asuransi ini, keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun sebesar yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa pensiun. b. Penyaluran Dana Penyaluran dana merupakan kegiatan bank Muamalat dalam menyalurkan dana kepada masyarakat. BMI memiliki 8 produk penyaluran dana, yaitu: 57 43 a. Pembiayaan Jual Beli 1. Murabahah, merupakan fasilitas penyaluran dana dengan sistem jual beli untuk pembiayaan modal, investasi, dan konsumtif. Pihak bank akan membelikan barang-barang halal yang nasabah butuhkan kemudian menjualnya kepada nasabah untuk diangsur sesuai kemampuan nasabah dan kesepakatan kedua belah pihak. 2. Istishna, merupakan kegiatan jual beli dimana produsen ditugaskan membuat barang pesanan dari pemesan. Objek pesanan harus dibuat atau di pesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus yang dipesan oleh pemesan. Pembayaran dapat dilakukan di awal, di tengah atau di akhir pesanan. Umumnya digunakan untuk pembiyaan pembangunan property dan penyediaan barang atau aset yang memiliki kriteria spesifik. b. Pembiayaan Bagi Hasil 1. Musyarakah, merupakan kerjasama yang dilakukan antara bank dengan nasabah dalam suatu usaha dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, pekerjaan atau keahlian dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Umumnya digunakan untuk pembiayaan modal dan investasi. 2. Mudharabah, merupakan kerja sama antara dua pihak dimana bank selaku penyedia dana dan pihak lain (nasabah) bertindak sebagai pengelola usaha. Bank menyerahkan modalnya kepada nasabah untuk di kelola. 44 58 c. Pembiayaan Sewa 1. Ijarah, merupakan perjanjian antara bank selaku pemberi sewa dengan nasabah selaku penyewa atas suatu barang atau aset milik bank. Bank mendapatkan jasa atas barang atau aset yang disewakan. 2. Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT), merupakan perjanjian antara bank selaku pemberi sewa dengan nasabah selaku penyewa. Dengan konsep IMBT, nasabah (penyewa) setuju akan membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan objek sewa tersebut dari pemberi sewa. Umumnya digunakan untuk pembiayaan investasi alat-alat besar. 3. Qardh, merupakan pinjaman dari bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman dan pembayarannya dilakukan secara angsuran atau sekaligus. Umumnya digunakan untuk pembiayaan dana talangan haji. 4.2. Proses Penyaluran Pembiayaan Proses penyaluran pembiayaan di BMI terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1. Pengumpulan dan verifikasi data Tahap pengumpulan dan verifikasi data merupakan langkah awal BMI dalam menyalurkan pembiayaan. Pada tahap ini, bank melakukan inisiasi yaitu proses awal menetapkan kriteria nasabah pembiayaan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan bank Muamalat. Inisiasi 59 45 dilakukan melalui beberapa tahapan yang terdiri dari solisitasi, evaluasi, dan keputusan hasil evaluasi. a. Solisitasi Pada tahap ini, bank melakukan pencarian nasabah sesuai kriteria yang telah ditetapkan bank Muamalat. Proses solisitasi dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu penetapan target market, sektor bisnis, dan nasabah. 1. Penetapan target market Dalam menetapkan target market, bank memperhatikan sektor ekonomi yang memiliki prospek bisnis yang baik sehingga posisi bank tergolong aman dan menguntungkan apabila membiayai sektor tersebut. Kriteria BMI untuk bisnis yang aman dan menguntungkan antara lain: ï‚· Bisnis yang sedang tumbuh. ï‚· Bisnis yang tidak terkena resesi. ï‚· Bisnis yang didukung oleh regulasi pemerintah. ï‚· Bisnis yang memiliki pasar yang jelas. 2. Penetapan sektor bisnis BMI menetapkan sektor bisnis yang dapat dibiayai, antara lain: pertanian, pertambangan, industri pengolahan, konstruksi, perdagangan, restoran dan hotel, listrik, gas dan air, jasa-jasa dunia usaha dan sosial/masyarakat, serta usaha halal lainnya. 3. Penetapan nasabah Dalam upaya menetapkan calon nasabah yang memiliki kriteria sesuai dengan ketetapan yang ada, pihak BMI mengadakan proses wawancara. Melalui wawancara, bank akan memperoleh data sementara tentang kondisi nasabah yang sebelumnya telah diperiksa kelengkapan dan kebenarannya. Selain itu, akan diketahui pula komitmen dan konsistensi keabsahan terhadap data yang sebelumnya telah disampaikan secara tertulis oleh nasabah. Data tertulis tersebut sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana keakurasian dengan data 60 46 hasil wawancara. Account manager memiliki nilai standar tentang informasi yang diperoleh, sehingga data diharapkan objektif, tidak bersifat relatif dan spekulatif. Hal ini penting dalam pengambilan keputusan secara tepat apakah pengajuan pembiayaan dapat dilanjutkan atau tidak. Informasi diperoleh dengan pendekatan 5C, antara lain: 1. Character Keyakinan bahwa calon nasabah tersebut memiliki kepribadian yang positif, kooperatif, dan tanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan dalam menjalankan kegiatan usaha. Penilaian character juga dilakukan dengan memperoleh informasi dari perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang pernah bekerja sama atau memberikan pembiayaan sebelumnya kepada calon nasabah. 2. Capacity Penilaian terhadap kemampuan calon nasabah dalam manajemen maupun keahlian pada bidang usaha yang dijalani sehingga dapat mengukur kemampuan untuk melaksanakan rencana kerjanya terkait dengan penggunaan pembiayaan dan kemampuan repayment kepada bank. Hal ini ditinjau dari: a) Kondisi hasil produksi. b) Sistem dan strategi distribusi dan pemasaran. c) Kekuatan dan kelemahan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan pesaing. d) Hasil penjualan tertinggi yang pernah dicapai dan piutang dagang. e) Sumber dan sistem pengadaan bahan baku. f) Sistem pelaporan kegiatan usaha dan keuangan telah di audit oleh kantor akuntan atau sesuai dengan ketentuan bank muamalat. g) Adanya alternatif sumber pengembalian lain. 61 47 3. Capital Penilaian terhadap kemampuan modal yang di miliki oleh calon nasabah dengan cara menganalisa posisi finansial perusahaan secara keseluruhan dan penekanan pada komposisi modalnya. 4. Collateral Penilaian terhadap jaminan yang diberikan oleh calon nasabah untuk dapat meyakinkan, jika terjadi risiko kegagalan pembayaran maka jaminan dapat di pakai sebagai pengganti dari kewajiban. Dalam memperoleh informasi jaminan, unit support pembiayaan wajib memperhatikan hal-hal berikut: a) Jenis jaminan yang diajukan, marketable dan nilai pasar jaminan, serta kepemilikan jaminan. b) Kemudahan dalam memonitor jaminan, termasuk lokasi jaminan itu berada, jenis, sifat fisika dan kimianya. c) Status hukum jaminan, termasuk asuransi. 5. Condition of Economy Penilaian terhadap kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat keterkaitannya dengan jenis usaha yang dijalani oleh calon memperhatikan keadaan ekonomi yang nasabah. Bank mempengaruhi perkembangan dan kondisi usaha. Oleh karenanya, bank memerlukan informasi terkait gambaran bisnis secara keseluruhan mengenai filosofi bisnis perusahaan, sasaran yang ingin di capai, rencana kerja, prospek masa depan perusahaan, informasi terkait bidang usaha yang dijalankan, rekan bisnis perusahaan, teknologi yang digunakan, dan prospek masa depan bidang usaha. b. Evaluasi Setelah dilakukan inisiasi, selanjutnya bank mengadakan kunjungan kepada calon nasabah. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi secara menyeluruh dari calon 48 62 nasabah yang berguna untuk evaluasi terhadap pembiayaan yang akan dibiayai. Hasil kunjungan akan disajikan dalam bentuk call report / on the spot yaitu laporan kunjungan ke lokasi usaha nasabah. Laporan on the spot di buat oleh account manager sebagai dasar untuk proses pembiayaan selanjutnya, sekurang-kurangnya harus berisikan hari dan tanggal kunjungan, nama kru pengelola pembiayaan yang melakukan kunjungan, lokasi kunjungan dan nama serta jabatan orang yang dimintai informasi. Tabel 6 menunjukkan garis besar pelaksanaan on the spot . Tabel 6. Garis besar pelaksanaan On The Spot (OTS) Sumber data Informasi Kantor Nasabah ï‚· Kas ï‚· Persediaan ï‚· Harta tetap ï‚· Piutang dagang dan hutang dagang keadaan pegawai Pabrik/ Toko/ Lokasi Usaha/ ï‚· Fasilitas produksi dan Lokasi Poyek penyimpanan ï‚· Keadaan proyek ï‚· Hasil produksi ï‚· Keadaan pegawai Kantor/ Pemasok/ Pembeli ï‚· Volume penjualan dan pembelian ï‚· Syarat-syarat penjualan dan pembelian ï‚· Waktu penyerahan barang ï‚· Waktu dan riwayat pembayaran, tingkat kepuasan pembeli ï‚· Tingkat penyelesaian pekerjaan ï‚· Kuantitas dan kualitas peralatan, Jaminan ï‚· Lokasi ï‚· Kondisi ï‚· Bukti kepemilikan ï‚· Pemanfaatan ï‚· Kapasitas ï‚· Umur teknis ï‚· Harga pasar dari jaminan Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Setelah data dan informasi terkumpul, pihak bank kemudian melakukan evaluasi kelayakan usaha yang akan dibiayai dengan beberapa analisa, diantaranya: 49 63 a) Analisa laporan Keuangan Bank melakukan analisa rasio-rasio keuangan dari laporan keuangan calon nasabah. Untuk meminimalisasi risiko, bank tidak hanya menginginkan laporan periode tahun sebelumnya, namun juga laporan keuangan terkini sehingga informasi mengenai kondisi keuangan calon nasabah cukup up to date untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dalam menganalisa laporan keuangan, bank memiliki penekanan yang berbeda antara perusahaan manufaktur atau industri dengan perusahaan jasa. Analisa laporan keuangan pada perusahaan manufaktur lebih ditekankan pada profitabilitas terkait kualitas profit yang diperoleh, hal ini menjadi penting karena profit berkaitan langsung terhadap kontinuitas produksi yang menjadi sumber pengembalian. Sedangkan pada perusahaan jasa, bank menekankan analisanya pada kualitas asset untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi perusahaan. b) Analisa kebutuhan pembiayaan Bank melakukan analisa kebutuhan pembiayaan calon nasabah secara keseluruhan, sehingga akan diketahui apakah pembiayaan yang diperlukan perusahaan bersifat insidentil atau permanen. Selain itu, bank juga menilai jumlah pembiayaan yang diajukan perusahaan layak untuk diberikan atau tidak dengan memperhatikan cashflow, siklus, dan kondisi calon nasabah. c) Analisa jaminan Bank menganalisa jaminan dari calon nasabah secara teliti dan akurat mengenai kepemilikan, letak, kondisi, dan nilai likuidasi. 64 50 d) Analisa risiko Bank menganalisa risiko-risiko yang mungkin terjadi dari kegiatan usaha calon nasabah. Selain itu, bank juga melakukan analisa sensitifitas yang bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan pendapatan dan biaya operasional terhadap kemungkinan risiko yang dialami calon nasabah. e) Perhitungan APR Account Profitability Ratio (APR) merupakan perhitungan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar keuntungan atau kontribusi yang dapat disumbangkan nasabah kepada bank atas pembiayaan yang diberikan. Oleh karenanya, bank dapat mengetahui bahwa pricing (bagi hasil) cukup menguntungkan dan kompetitif atau tidak. 2. Pengajuan Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP) Tahap ini dilakukan setelah bank memutuskan bahwa proses permohonan pembiayaan dapat dilanjutkan. Berdasarkan data dan informasi yang telah di analisa, bank memberikan kesimpulan yang mengarah pada suatu konklusi yang dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam bentuk rekomendasi. Account manager akan membuat Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP), di dalamya terlampir struktur pembiayaan yaitu jumlah pembiayaan yang diberikan, harga jual, bagi hasil yang ditetapkan, jangka waktu pembiayaan, biaya administrasi bank dan hal lain terkait dengan setting pembiayaan yang diberikan. Setelah itu, MUP tersebut akan diajukan untuk proses selanjutnya. 3. Keputusan Pembiayaan Pada tahap ini, account manager mempresentasikan Usulan Pembiayaan (UP) di depan komite pembiayaan. Keputusan komite pembiayaan dapat berupa persetujuan atau penolakan terhadap pembiayaan yang diajukan. Apabila permohonan pembiayaan disetujui, maka account manager membuat Offering Letter (OL) yaitu dokumentasi legal berisi komitmen bank untuk membiayai usaha 65 51 nasabah yang ditandatangani oleh direksi/ pemimpin cabang/ kepala divisi. Namun, jika permohonan pembiayaan tidak disetujui maka seluruh dokumen nasabah dikembalikan disertai surat penolakan. 4. Realisasi Keputusan Pada tahap ini, bank menyampaikan Surat Persetujuan Pembiayaan (SPP) kepada nasabah dan dilakukan penandatanganan akad pembiayaan serta jaminan. Akad pembiayaan adalah perjanjian antara pihak bank dan nasabah. Di dalam akad ini, nasabah harus bersedia memenuhi hak dan kewajibannya setelah pembiayaan diberikan. Penandatanganan akad pembiayaan di hadiri oleh notaris, pihak bank, dan nasabah. Kemudian, dicatat dan didaftarkan pada pengadilan negeri yang sesuai dengan domisili bank sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat semua pihak. 5. Pemantauan Pembiayaan Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah akan terus dipantau penggunaannya. Pada tahap ini, bank juga memantau kondisi usaha nasabah, jaminan, dan pembayaran kembali. Selama proses pemantauan, bank melakukan monitoring aktif dan pasif. Monitoring aktif yaitu kegiatan kunjungan kepada nasabah secara berkala dan hasil kunjungan akan disajikan dalam bentuk call report yang akan disampaikan kepada komite pembiayaan. Sedangkan monitoring pasif yaitu memonitoring pembayaran kewajiban nasabah kepada bank setiap akhir bulan. 6. Pelunasan Pembiayaan Proses pembayaran angsuran dilakukan dengan mendebet otomatis saldo direkening tabungan nasabah. Setelah jatuh tempo dan nasabah melunasi pembiayaan, bank membuat bukti pelunasan untuk penyerahan kembali jaminan kepada nasabah. Proses pemberian keputusan persetujuan pembiayaan tidak lepas dari keterkaitan account manager, unit support pembiayaan, bussiness manager, dan komite pembiayaan. Skema proses pembiayaan BMI mulai dari permohonan pembiayaan calon nasabah kemudian diproses 66 52 oleh account manager, unit support pembiayaan, bussiness manager hingga persetujuan permohonan pembiayaan oleh komite pembiayaan ditunjukkan pada (lampiran 6). Gambar 5 menunjukkan secara garis besar proses penyaluran pembiayaan BMI. Pengumpulan Data Verifikasi Data Pengajuan Memorandum Usulan Pembiayaan Keputusan Pembiayaan Tidak Pembiayaan ditolak Ya Akad Pembiayaan Realisasi Pembiayaan Pemantauan Pembiayaan Pelunasan Pembiayaan Gambar 5. Proses Penyaluran Pembiayaan PT BMI, Tbk 67 53 4.3. Perkembangan Pembiayaan Sebagai lembaga keuangan, Bank Muamalat Indonesia menjalankan fungsi intermediasi yang salah satu kegiatan utamanya adalah menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. BMI merupakan bank syariah besar dilihat dari segi penyaluran pembiayaan. Selama tiga tahun terakhir, yaitu periode tahun 2007-2010 perkembangan usaha BMI dalam hal menyalurkan pembiayaan secara keseluruhan mengalami peningkatan. Gambar 6 menunjukkan perkembangan jumlah pembiayaan berdasarkan produk selama periode tahun 2007-2010. Gambar 6. Grafik Perkembangan Jumlah Pembiayaan Berdasarkan Produk Pembiayaan Periode 2007-2010. Sumber: Laporan Keuangan PT BMI, Tbk (data diolah) Gambar 6 menunjukkan bahwa berdasarkan produk pembiayaan, ke tujuh jenis pembiayaan yang disalurkan mengalami perkembangan yang berbeda selama 3 tahun terakhir. Pembiayaan musyarakah merupakan jenis pembiayaan yang mengalami peningkatan setiap tahun, sebaliknya pembiayaan istishna terus mengalami penurunan. Sedangkan untuk jenis pembiayaan mudharabah, murabahah, qardh, dan ijarah mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Namun, secara keseluruhan dari total pembiayaan yang disalurkan oleh BMI, jumlah pembiayaan terus meningkat dari tahun ke tahun selama periode 2007-2010. Tabel 7 menunjukkan perkembangan jumlah pembiayaan BMI per periode triwulan dalam kurun waktu 3 tahun. 68 54 Tabel 7. Perkembangan pembiayaan per triwulan periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah) Periode Total Pembiayaan 6,400,578 100 % 7,302,083 Jun 100% 8,209,610 Sept 100% 8,579,572 Des 100% 8,743,740 Mar-08 100% 9,615,975 Jun 100% 10,408,969 Sept 100% 10,479,749 Des 100% 10,655,895 Mar-09 100% 11,135,534 Jun 100% 11,275,560 Sept 100% 11,391,076 Des 100% 11,939,200 Mar-10 100% 12,769,968 Jun 100% Persentase rata-rata Mar-07 Berdasarkan Produk Pembiayaan ( dalam jutaan rupiah) Musyarakah Mudharabah Murabahah Istishna Qardh 466,847 7,29 % 1,054,084 14,44 % 1,433,152 17,46 % 1,783,074 20,78 % 2,048,980 23,43 % 2,268,068 23,59 % 2,796,195 26,86 % 3,044,130 29,05 % 3,556,277 33,37 % 4,069,135 36,54 % 4,430,335 39,29 % 4,550,364 39,95 % 4,754,965 39,83 % 5,086,606 39,83 % 27,98 % 2,199,768 34,37 % 2,307,569 31,60 % 2,400,371 29,24 % 2,368,207 27,60 % 2,274,212 26,01 % 2,300,790 23,93 % 2,158,777 20,74 % 1,940,431 18,52 % 1,785,704 16,76 % 1,651,649 14,83 % 1,508,239 13,38 % 1,391,472 12,22 % 1,294,323 10,84 % 1,319,340 10,33 % 20,74 % 3,034,817 47,41 % 3,629,865 49,71 % 4,055,053 49,39 % 4,064,004 47,37 % 3,988,901 45,62 % 4,525,901 47,07 % 4,835,304 46,45 % 4,890,799 46,67 % 4,610,212 43,26 % 4,546,191 40,83 % 4,437,767 39,36 % 4,547,459 39,92 % 4,919,196 41,20 % 5,305,388 41,55 % 44,70 % 179,401 2,80 % 169,923 2,33 % 162,998 1,99 % 156,989 1,83 % 150,654 1,72 % 137,153 1,43 % 128,392 1,23 % 101,763 0,97 % 92,521 0,87 % 83,115 0,75 % 73,691 0,65 % 62,899 0,55 % 53,425 0,45 % 46,767 0,37 % 1,28% 41,118 0,64 % 48,318 0,66 % 71,182 0,87 % 123,242 1,44 % 182,107 2,08 % 213,735 2,22 % 183,044 1,76 % 186,492 1,78 % 227,208 2,13 % 280,349 2,52 % 287,004 2,55 % 306,414 2,69 % 387,584 3,25 % 447,687 3,51 % 2,01 % Ijarah 478,627 7,48 % 92,324 1,26 % 86,854 1,06 % 84,056 0,98 % 98,886 1,13 % 170,328 1,77 % 307,257 2,95 % 316,134 3,02 % 383,973 3,60 % 505,095 4,54 % 538,524 4,78 % 532,468 4,67 % 529,707 4,44 % 564,180 4,42% 3,29% Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk (data diolah) Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa penyaluran pembiayaan murabahah dari tahun 2007-2010 selalu memiliki komposisi terbesar dibandingkan dengan pembiayaan lainnya, kecuali pada triwulan ke empat tahun 2009 didominasi oleh pembiayaan musyarakah dengan persentase yang tidak jauh berbeda dengan murabahah yaitu sebesar 39,95% sedangkan murabahah sebesar 39,92%. Murabahah merupakan jenis pembiayaan yang paling banyak disalurkan dengan rata-rata 44,70% terhadap total pembiayaan. Selanjutnya oleh pembiayaan musyarakah sebesar 27,98%, mudharabah 20,74%, ijarah 3,29%, qard 2,01%, dan istishna 1,28%. Hal ini terjadi karena sebagian besar kebutuhan peminjam 55 69 terfokus pada produk jual-beli dengan akad murabahah. Disamping itu, kemungkinan terjadinya risiko pada akad murabahah tergolong rendah jika dibandingkan dengan pembiayaan lainnya. Secara keseluruhan dari total pembiayaan, BMI terus meningkatkan pembiayaan dengan persentase rata-rata sebesar 5,54% per triwulan selama 3 tahun terakhir. Pada triwulan ke dua 2010, jumlah pembiayaan mencapai Rp 12.769.968.000.000 atau meningkat 74,88% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2007 sebesar Rp 7.302.083.000.000. Peningkatan ini terjadi karena jumlah dana pihak ketiga dan peminjam juga meningkat selama periode 2007-2010. Gambar 7 menunjukkan bahwa penyaluran pembiayaan BMI mengalami peningkatan karena didukung oleh jumlah DPK yang berhasil dihimpun. Gambar 7.Grafik Perkembangan Jumlah Dana Pihak Ketiga (Giro, Tabungan, Deposito) dan Penyaluran Pembiayaan Periode 2007-2010. Sumber: Laporan Keuangan PT BMI, Tbk (data diolah) Untuk dapat memenuhi permintaan uang dalam bentuk pembiayaan dalam jumlah besar dibutuhkan jumlah dana pihak ketiga yang besar pula. Hal ini terlihat dari perkembangan pembiayaan dengan persentase rata-rata 5,54% diimbangi oleh jumlah dana pihak ketiga yang tumbuh dengan persentase rata-rata sebesar 4,26%. Dengan tersedianya dana dalam jumlah yang cukup tinggi maka akan berimplikasi pada kemampuan BMI untuk menyalurkan pembiayaannya. Hal ini karena untuk melakukan ekspansi pembiayaan dibutuhkan dana yang memenuhi. Kebutuhan dana untuk melakukan ekspansi pembiayaan tersebut, dipenuhi BMI dengan mengelola beberapa sumber dana. Sumber utama untuk menyalurkan 70 56 pembiayaan berasal dari penghimpunan dana pihak ketiga yaitu tabungan, giro, dan deposito. Gambar 8 menunjukkan komposisi dana pihak ketiga yang dihimpun BMI selama periode 2007-2010 Gambar 8. Komposisi Dana Pihak Ketiga (Giro, Tabungan, Deposito) Periode 2007-2010. Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah) Selama periode 2007-2010, deposito memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap total DPK yang berhasil dihimpun oleh BMI yaitu sebesar 55,72%, tabungan sebesar 35,56%, dan giro sebesar 8,72%. Besarnya kontribusi deposito terhadap DPK disebabkan oleh nisbah bagi hasil deposito lebih besar daripada dua produk simpanan lainnya, hal ini dikarenakan dana deposito memiliki jangka waktu yang lebih lama untuk diinvestasikan kepada bank. Oleh karenanya, nasabah lebih tertarik menyimpan uangnya pada produk simpanan dalam bentuk deposito dibandingkan giro dan tabungan. Tabel 8. Jumlah Dana Pihak Ketiga (Giro, Tabungan, Deposito) periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah) Periode Giro Mar-07 744,285 Jun 714,179 Sept 895,587 Des 950,152 Mar-08 933,682 Jun 1,017,581 Sept 871,344 Des 767,484 Mar-09 858,034 Jun 867,321 Sept 920,715 Des 1,201,634 Mar-10 1,023,914 Jun 1,475,816 Persentase rata-rata Tabungan Deposito Total DPK 2,603,116 2,795,755 3,055,692 3,447,528 3,455,606 3,650,757 3,805,209 3,972,304 4,203,957 4,312,812 4,283,054 4,194,616 4,351,897 4,464,492 3,984,246 4,262,666 4,272,587 4,616,118 5,076,520 4,877,810 5,628,483 6,060,764 6,493,913 7,620,779 7,488,454 8,225,530 6,644,445 6,414,616 7,331,647 7,772,601 8,223,866 9,013,798 9,465,808 9,546,148 10,305,036 10,800,552 11,555,904 12,800,912 12,692,223 13,621,780 12,020,256 12,354,924 Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk (data diolah) Tingkat Pertumbuhan 6,01% 5,81% 9,61% 5,01% 0,85% 7,95% 4,81% 6,99% 10,77% -0,85% 7,32% -11,76% 2,78% 4,26% 57 71 Seperti yang terlihat pada Tabel 8 sepanjang tahun 2007 sampai 2010, deposito selalu menjadi pemberi kontribusi terbesar dibandingkan giro dan tabungan terhadap total DPK. Secara keseluruhan, jumlah DPK yang berhasil dihimpun BMI terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan persentase rata-rata sebesar 4,26%. Peningkatan jumlah DPK terjadi mulai dari periode Juni 2007 hingga 2009, kemudian menurun sebesar 0,85% yaitu pada periode September 2009 dan berhasil ditingkatkan kembali di periode Desember 2009 sebesar 7,32%. Pada triwulan pertama tahun 2010, DPK kembali mengalami penurunan sebesar 11,76% dan berhasil ditingkatkan kembali pada periode berikutnya sebesar 2,78%. Selain dana pihak ketiga, besarnya jumlah peminjam yang terus bertambah merupakan faktor lain yang mengakibatkan peningkatan jumlah pembiayaan selama periode 2007-2010. Gambar 9. Grafik Perkembangan Jumlah Peminjam Berdasarkan Produk Pembiayaan Periode 2007-2010 Sumber: Laporan Keuangan PT BMI, Tbk (data diolah) Gambar 9 menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2007 sampai tahun 2010 jumlah peminjam selalu bertambah. Pada periode Juni 2010 jumlah peminjam produk pembiayaan sebanyak 103.096 orang atau mengalami peningkatan sebesar 188,72% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2007 dengan jumlah peminjam mencapai 35.708 orang. Meningkatnya jumlah peminjam disebabkan oleh beberapa hal, yaitu dukungan permintaan islamic product yang berdampak pada respon positif terhadap 72 58 bank syariah dan semakin bertambahnya dunia bisnis yang membutuhkan bantuan permodalan. 4.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Risiko Pembiayaan Sebagai lembaga keuangan yang salah satu kegiatan utamanya adalah menyalurkan dana kepada nasabah, BMI tidak terlepas dari risiko pembiayaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan terdiri dari sumber daya manusia, teknologi informasi, kebijakan dan prosedur, serta keuangan. Sedangkan faktor eksternal yang sifatnya berasal dari luar bank dan berpengaruh terhadap terjadinya risiko pembiayaan terdiri dari debitur, kebijakan pemerintah, dan persaingan dengan bank lain. 1. Internal Perusahaan a. Sumber Daya Manusia Bank Muamalat Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang tata kerjanya dilakukan oleh sumber daya manusia. Oleh karenanya, SDM penting untuk diperhatikan agar hasil kerja yang diperoleh dapat optimal. Kualitas SDM terkait dengan risiko pembiayaan berkenaan dengan moral hazard dan morale hazard. Terjadinya karyawan dengan sengaja moral hazard apabila melakukan tindakan untuk menguntungkan diri sendiri sehingga menimbulkan kerugian bagi bank. Sedangkan morale hazard terjadi karena kondisi atau lingkungan yang menyebabkan karyawan kurang hati-hati dalam melakukan proses pembiayaan kepada peminjam. Account manager merupakan SDM analis pembiayaan yang sangat mempengaruhi risiko pembiayaan. Hal ini karena account manager mengetahui secara keseluruhan informasi calon nasabah dan melakukan analisis kelayakan pembiayaan untuk calon nasabah tersebut. Pada BMI, moral hazard tidak pernah dilakukan baik oleh karyawan maupun account manager karena setiap karyawan mendapat pengawasan ketat dari supervisor atau unit di atasnya 73 59 begitu pula dengan account manager. Sebelum pembiayaan disetujui, account manager harus mempresentasikan usulan pembiayaannya di depan komite pembiayaan dan berada di bawah pengawasan langsung business manager. Sedangkan morale hazard yang terjadi tidak mempengaruhi risiko pembiayaan secara signifikan. Hal ini karena pihak BMI melakukan upaya antisipasi untuk meminimalisasi terjadinya morale hazard melalui beberapa tindakan pencegahan risiko yaitu pada saat proses recruitment dan pelatihan analisis pembiayaan secara intensif. Perekrutan ditekankan pada knowledge, skill, dan attitude. Analis pembiayaan diberikan pelatihan terkait pembiayaan seperti, pelatihan analisis pembiayaan dan pembiayaan bermasalah, pelatihan aspek legal dan akad-akad bank syariah, project finance and loan syndication training, serta personal development. Kualitas SDM terutama analis pembiayaan yang baik akan meminimalisasi risiko pembiayaan sehingga mengurangi kerugian akibat risiko tersebut. b. Teknologi Informasi Sistem Teknologi Informasi (TI) yang terpadu merupakan suatu keharusan bagi setiap bank untuk dapat mengelola jutaan informasi dengan efektif dan efisien. Disamping itu, ketentuan undang-undang perbankan dalam peraturan BI No 9/15/PBI/2007 menuntut setiap bank untuk menjalankan sistem IT terkini dalam rangka memantau dan mengendalikan risiko. Sejalan dengan misi BMI untuk menjadi role model lembaga keuangan syariah dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen, dan orientasi investasi yang inovatif maka untuk memberikan pelayanan terbaik kepada stakeholders, manajemen memahami pentingnya teknologi informasi yang terintegrasi, akurat, up to date, konsisten, tepat waktu, dan relevan dalam pengelolaan risiko. Sebagai bukti komitmen dalam menerapkan manajemen risiko di bidang teknologi informasi, saat ini BMI telah menjalankan 74 60 Financing Orginating System (FOS) yaitu sistem informasi debitur yang mendukung kegiatan pemberian pinjaman dan pengelolaan risiko dengan kapasitas di atas puluhan ribu transaksi per menit. Selain itu, BMI juga menggunakan Daftar Hitam Nasional dan credit scoring model (CSM) sebagai alat bantu pengambilan keputusan pemberian pembiayaan perorangan. Aplikasi tersebut memungkinkan efektivitas dan efisiensi waktu untuk menilai kelayakan calon peminjam secara tepat. Ketepatan penilaian kelayakan calon peminjam meminimalisasi kerugian risiko pembiayaan. c. Kebijakan dan Prosedur Ekspansi pembiayaan dari tahun ke tahun dapat meningkatkan potensi risiko pembiayaan. Oleh karenanya, perusahaan perlu menetapkan kebijakan yang mengatur pembiayaan tersebut. Kebijakan mengenai jangka waktu pengembalian dan profit sharing (nisbah bagi hasil) dengan peminjam berpengaruh terhadap risiko pembiayaan. Kebijakan tersebut akan dapat meningkatkan atau mengurangi risiko pembiayaan. Jangka waktu pengembalian adalah waktu jatuh tempo bagi peminjam untuk melakukan pembayaran kembali pembiayaannya. Semakin lama jangka waktu yang diberikan maka pengembalian yang diperoleh bank akan semakin besar. Namun di sisi lain, kemungkinan terjadinya gagal bayar semakin tinggi. Profit sharing antara bank dengan peminjam disepakati antara kedua belah pihak di awal perjanjian. Semakin besar jumlah dana yang dipinjam maka profit sharing yang diterima bank akan semakin besar pula. Namun di sisi lain, beban bank kepada penabung juga lebih besar apabila peminjam tidak mampu membayar kembali pinjamannya. Hal ini karena keuntungan bank tidak diperoleh dengan mendapatkan spread positif cara konsep biaya dimana bank atau selisih antara pendapatan dari peminjam dengan beban yang harus dibayar kepada penabung. 75 61 Keuntungan yang diperoleh bank adalah pendapatan dari pembiayaan yang kemudian dibagi dua dengan penabung berdasarkan nisbah bagi hasil di awal perjanjian. Di samping itu, bank perlu memberikan bagi hasil yang kompetitif guna menjaga loyalitas penabung agar tidak beralih kepada bank lain dalam menginvestasikan dananya. Ketidakmampuan peminjam membayar kembali pinjamannya akan meningkatkan risiko pembiayaan. Oleh karenanya, kebijakan dan prosedur yang tepat terkait penetapan jangka waktu pengembalian dan penetapan nisbah bagi hasil disesuaikan dengan kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran kembali. Hal ini membantu bank mengelola risiko pembiayaan sehingga mengurangi kerugian akibat risiko tersebut. d. Keuangan Kemampuan keuangan BMI berhubungan dengan kemampuan dalam mencadangkan sejumlah uang (cadangan penghapusan piutang ragu-ragu) untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian akibat peminjam gagal bayar. Cadangan penghapusan piutang raguragu harus mampu menutupi kemungkinan kerugian yang akan dihadapi oleh BMI secara efisien dan efektif. Dana yang dicadangkan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu mewajibkan bank untuk membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Tetap (PPAP) terhadap pembiayaan yang disalurkan dengan ketetapan sebagai berikut: Tabel 9. PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan kualitas. Kualitas Pembiayaan Minimum PPAP Lancar 1% x pembiayaan lancar Dalam Perhatian Khusus 5% x (Pembiayaan DPK) Kurang Lancar 15% x (Pembiayaan KL – agunan) Diragukan 50% x (Pembiayaan D – agunan) Macet 100% x (Pembiayaan M – agunan) Sumber: PBI No.8/2/2006 76 62 Selama periode 2007-2010, persentase rata-rata CAR yang dimiliki BMI yaitu sebesar 11,48% atau berada di atas nilai minimal CAR yang harus dimiliki oleh bank berdasarkan ketetapan BI yaitu 8%. Hal ini menunjukkan kemampuan keuangan perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian akibat gagal bayar, sehingga dapat meminimalisasi risiko pembiayaan yang terjadi. e. Pengendalian Internal (Internal Control) Internal control atau pengendalian internal adalah suatu bentuk pengendalian terhadap masing-masing faktor yang menyebabkan timbulnya risiko pembiayaan. Pengendalian internal ini berupa pengawasan aktif oleh Branch Risk Control Officer (BRCO) pada masing-masing cabang yang menilai kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan sistem informasi manajemen risiko. Dengan dilakukan Internal control maka bank dapat menfilterisasi sejak awal terjadinya risiko pembiayaan sehingga dapat mengurangi kemungkinan kerugian akibat risiko tersebut. 2. Eksternal Perusahaan a. Kebijakan Pemerintah Ketentuan dan tata cara tentang lembaga keuangan perbankan syariah diatur dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Bank syariah pun secara khusus diatur dalam UU No 23 tahun 2008 dan PP No 72 tahun 1992, sehingga perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan dibatasi. Dalam praktiknya, manajemen risiko BMI mengacu pada kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI), diantaranya adalah PBI No.11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, PBI No12/07/PBI/2010 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum, dan PBI 63 77 No.10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Pemerintah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap pengelolaan risiko bagi perbankan syariah dengan dibentuknya regulasi manajemen risiko perbankan syariah secara tersendiri. Dengan diberlakukannya regulasi tersebut, membantu BMI menyehatkan dan memperbaiki pengelolaan risiko yang memiliki variasi akad untuk produk pembiayaannya sehingga kerugian akibat risiko tersebut dapat diminimalisasi. b. Peminjam Peminjam merupakan pengguna dari pembiayaan yang diberikan bank. Terhentinya pembayaran kembali oleh peminjam berakibat pada terjadinya risiko pembiayaan. Hal ini dapat terjadi karena unsur kesengajaan, artinya peminjam tidak mau membayar kewajiban pembiayaannya. Selain itu adanya unsur ketidaksengajaan karena musibah seperti bencana alam juga menjadi faktor penyebab terjadinya risiko. Hal ini sulit dikendalikan pihak bank dan sifatnya berbeda dengan faktor internal dimana bank dapat mengawasi dan mengontrol faktor tersebut. Risiko dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari peminjam, diantaranya: karakter peminjam, pekerjaan atau usaha peminjam, dan musibah. Karakter adalah sifat atau watak dari peminjam seperti kepribadian yang positif, kooperatif, dan tanggung jawab. Penilaian yang tidak objektif terhadap karakter calon peminjam memungkinkan peminjam dengan sengaja melakukan pembiayaan macet. Penilaian karakter perlu diperhatikan karena berkaitan dengan i’tikad dan kesadaran calon nasabah untuk membayar kembali pinjamannya. Pekerjaan dan usaha calon nasabah mempengaruhi risiko pembiayaan. Terganggunya kegiatan usaha yang berdampak pada pendapatan peminjam dapat mempengaruhi kemampuan membayar 78 64 kembali pinjamannya. Selain dilihat dari sisi pendapatan, bagi peminjam yang memiliki pekerjaan atau berprofesi sebagai ahli hukum perlu diperhatikan apakah kooperatif atau tidak karena dikhawatirkan peminjam dapat menghindari kewajibannya dengan mencari kekurangan dari segi hukum atas perjanjian yang disepakati. Musibah merupakan faktor penyebab terjadinya risiko yang berasal dari peminjam dan sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, seperti bencana alam dan pemutusan hubungan kerja. Karakter peminjam yang tidak cooperative, terganggunya kegiatan usaha, dan musibah yang dialami peminjam meningkatkan risiko pembiayaan. c. Persaingan dengan Bank Lain Perkembangan dunia usaha perbankan yang semakin agresif menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar bank. Setiap bank bersaing untuk terus menambah jumlah jaringan kantor pelayanan, menambahkan inovasi kedalam berbagai produk yang ditawarkan dan memberikan kemudahan dalam bentuk persyaratan pembiayaan dan proses pencairan serta kompetitif dalam memberikan nisbah bagi hasil kepada peminjam. Dengan semakin mudahnya persyaratan pembiayaan dan proses pencairan, maka semakin banyak orang yang tertarik dengan sistem tersebut. Bank Syariah Mandiri merupakan pesaing utama BMI yang memberikan pembiayaan tanpa jaminan bagi nasabah sehingga persyaratan pembiayaan dan proses pencairan lebih mudah dan cepat. Persaingan ini meningkatkan risiko pembiayaan. 4.5. Manajemen Risiko Pembiayaan Praktik manajemen risiko BMI mengacu pada peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum yang dijelaskan lebih lanjut di dalam ketentuan internal bank sebagai Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko (PKMR). Proses manajemen risiko dijalankan dengan melakukan 79 65 identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko. Untuk mendukung pelaksanaan tersebut dilakukan penilaian terhadap sistem kontrol risiko yang meliputi peran aktif dewan direksi dan komisaris, kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem informasi manajemen serta pengendalian internal. Penerapan manajemen risiko diarahkan untuk memperkuat infrastruktur manajemen risiko, yaitu kelengkapan organisasi dan SDM, kecukupan kebijakan dan prosedur pembiayaan serta sistem informasi manajemen. Secara garis besar, beberapa langkah penting yang masih akan dilakukan guna menyempurnakan ketiga elemen tersebut, diantaranya: ï‚· Sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat bank. ï‚· Review terhadap kebijakan dan prosedur pembiayaan, salah satunya adalah penyesuaian limit persetujuan komite pembiayaan yang disesuaikan dengan kondisi risiko serta target pertumbuhan bisnis bank Muamalat. ï‚· Menyempurnakan Lembar Kerja Pencatatan dan Pelaporan Transaksi Berisiko (LKPPTB) sehingga menjadi lebih komprehensif, efektif dan efisien. ï‚· Mengembangkan dan melengkapi instrumen pemeringkatan credit worthiness (kelayakan) nasabah. ï‚· Menguji metode pengukuran potensial loss berdasarkan database yang terbentuk . ï‚· Pengukuran profil risiko per posisi triwulanan. Perhatian manajemen terhadap pentingnya pengelolaan risiko pembiayaan dijalankan oleh Financing Risk Management Unit mulai dari tingkat cabang, area, sampai pusat. Financing Risk Management Unit berada di bawah pengawasan Risk Management Division dengan fungsi utama melakukan filterisasi awal terhadap setiap proposal pembiayaan nasabah yang diajukan oleh cabang, sebelum diputuskan oleh komite pembiayaan sesuai dengan pembiayaan BMI meliputi: kewenangannya. Manajemen risiko 66 80 4.5.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan Proses pengidentifikasian risiko dilakukan oleh BMI dengan sistem yang terintegrasi dan terkomputerisasi. Hal ini menunjukkan perhatian dan kesadaran bank terhadap pentingnya penggunaan teknologi informasi dalam pelaksanaan manajemen risiko, termasuk identifikasi risiko. Pengidentifikasian dilakukan pada akhir bulan oleh analis pembiayaan. Semua data terkait angsuran dan sisa pinjaman masuk ke dalam database sehingga dapat terlihat besarnya pembiayaan bermasalah yang terjadi. Proses pengidentifikasian ini sangat penting untuk tahap selanjutnya. 4.5.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan Setelah melalui tahap pengidentifikasian, selanjutnya dilakukan pengelompokan pembiayaan yang mengalami keterlambatan pembayaran. Proses pengelompokan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 november 1999 tentang kualitas aktiva produktif yaitu pembiayaan dikelompokkan dalam 5 jenis kolektibilitas berdasarkan tingkat kelancaran pembayaran kewajiban peminjam yang diukur dari jumlah hari tunggakan. Kelima jenis kolektibilitas itu antara lain kolektibilitas lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Pembiayaan dengan kualitas lancar dan dalam perhatian khusus digolongkan ke dalam pembiayaan tidak bermasalah, sedangkan pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet digolongkan dalam pembiayaan bermasalah. Besar masing-masing kolektibilitas pada tahun 2007-2010 terlihat pada Gambar 10 dan Tabel 10. Gambar 10.Komposisi Kolektibilitas Pembiayaan 2007-2010 Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah) periode 67 81 Tabel 10. Jumlah Kolektibilitas Pembiayaan Periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah) Tahun Pembiayaan Lancar Pembiayaan Dalam Perhatian Khusus Pembiayaan Kurang Lancar Pembiayaan diragukan Pembiayaaan macet Mar-07 5,854,865 310,617 Jun 6,541,362 385,492 Sept 7,381,220 287,149 Des 8,168,357 161,738 Mar-08 8,107,216 353,583 Jun 8,779,607 372,766 Sept 9,531,499 364,295 Des 9,658,805 365,739 Mar-09 9,254,621 718,529 Jun 9,836,709 858,470 Sept 9,317,690 958,950 Des 9,995,758 856,864 Mar-10 9,887, 240 1,266,885 Jun 10,484,572 1,682,672 Rata-rata 8,771,394 638,839 Persentase 88,40% 6,44% Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah) 91,772 166,589 225,136 61,257 87,498 248,932 285,892 290,389 391,753 181,713 617,000 41,849 470,396 256,803 244,070 2,46% 18,755 64,451 117,585 26,085 37,844 62,948 69,823 28,895 59,801 57,315 55,236 401,297 32,783 39,585 76,600 0,77% 124,569 144,189 198,520 162,135 157,599 151,722 157,460 135,741 231,191 201,327 326,684 95,308 281,896 306,336 191,048 1,93% Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa rata-rata pembiayaan lancar memiliki persentase yang paling besar diantara kolektibilitas lainnya yaitu sebesar 88,40% terhadap total rata-rata kolektibilitas. Selama tiga tahun terakhir, kolektibilitas lancar paling rendah terjadi pada periode Maret 2007 yaitu sebesar Rp 5.854.865.000.000 dan paling tinggi pada periode Juni 2010 yaitu sebesar Rp 10.484.572.000.000. Pembiayaan dalam perhatian khusus merupakan kolektibilitas yang kedua dimana keterlambatan pembayaran kurang dari 90 hari, dengan persentase rata-rata 6,44% terhadap total kolektibilitas. Jumlah pembiayaan dalam perhatian khusus paling tinggi terjadi pada periode Juni 2010 yaitu sebesar Rp 1.682.672.000.000. Sedangkan paling rendah terjadi pada periode Desember 2007 yaitu sebesar Rp 161.738.000.000. Pembiayaan pada kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet dikatakan bermasalah dan termasuk kedalam Non Performing Finance (NPF). NPF adalah pembiayaan yang tidak 68 82 diikuti oleh pelunasan pembayaran pokok atau angsuran sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam perjanjian sehingga ada kemungkinan potensial loss. Persentase dari total rata-rata pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet yaitu masingmasing sebesar 2,46%, 0,77%, dan 1,93%. Kolektibilitas kurang lancar dimana keterlambatan pembayaran kurang dari 180 hari paling tinggi terjadi pada periode September 2009 yaitu sebesar Rp 617.000.000.000 sedangkan paling rendah terjadi pada periode Desember 2009 yaitu sebesar Rp 41.849.000.000. Kolektibilitas diragukan dimana keterlambatan pembayaran kurang dari 270 hari paling tinggi terjadi pada periode Desember 2009 yaitu sebesar Rp 401.297.000.000 sedangkan paling rendah terjadi pada periode Maret 2007 yaitu sebesar Rp 18.755.000.000. Kolektibilitas macet dimana keterlambatan pembayaran lebih dari 270 hari paling tinggi terjadi pada periode September 2009 yaitu sebesar Rp 326.684.000.000 sedangkan paling rendah terjadi pada periode Desember 2009 yaitu sebesar Rp 95.308.000.000. 4.5.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan Setiap pembiayaan yang disalurkan memiliki potensi risiko. Besarnya risiko pembiayaan ditunjukkan oleh Non Performing Finance (NPF) yaitu pembiayaan yang tidak diikuti oleh pelunasan pembayaran pokok atau angsuran sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam perjanjian sehingga ada kemungkinan potensial loss. Kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet termasuk ke dalam NPF. Rasio NPF diperoleh dari pembagian antara NPF dengan total pembiayaan yang disalurkan. Semakin besar rasio NPF, semakin tinggi pula risiko yang ditanggung oleh bank. Tingginya NPF menunjukkan kegagalan bank dalam mengelola dana yang ada. Nilai NPF akan mempengaruhi laba yang diperoleh dan menentukan posisi bank tersebut dinyatakan sehat atau tidak. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank wajib memiliki NPF neto di bawah 5 persen. Bank dengan nilai 69 83 NPF neto di atas 5 persen akan masuk dalam program pengawasan intensif BI. Tabel 11. Persentase Non Performing Finance pembiayaan periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah) Tahun NPF Pembiayaan Mar-07 253.096 6.400.578 Jun 375.229 7.302.083 Sept 541.241 8.209.610 Des 249.477 8.579.572 Mar-08 282.941 8.743.740 Jun 463.602 9.654.529 Sept 513.175 10.408.969 Des 455.025 10.479.749 Mar-09 682.745 10.655.895 Jun 440.355 11.135.534 Sept 998.920 11.275.560 Des 538.454 11.391.076 Mar-10 785.075 11.939.200 Jun 602.724 12.769.968 Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah) NPF Gross PPAP 3,67% 5,14% 6,59% 2,91% 3,24% 4,82% 4,93% 4,34% 6,41% 3,95% 8,86% 4,73% 6,58% 4,72% 141.126 174.617 218.113 232.778 242.793 209.519 218.990 165.685 180.509 210.517 308.363 207.474 230.308 259.760 NPF net 2,70% 3,93% 4,96% 1,33% 1,61% 3,72% 3,88% 3,80% 5,99% 3,23% 7,32% 4,11% 5,83% 3,93% Tabel 11 menunjukkan bahwa NPF pada BMI mengalami fluktuasi setiap tahunnya. NPF gross terendah terjadi pada triwulan terakhir 2007 yaitu sebesar 2,91% dengan NPF net 1,33% dan tertinggi pada triwulan ke tiga 2009 yaitu sebesar 8,86% dengan NPF net 7,32%. Pada tahun 2009 terdapat dua periode dimana tingkat NPF di atas 5%, yaitu pada triwulan pertama sebesar 6,41% dan triwulan ke tiga sebesar 8,86%. Hal ini terjadi karena situasi ekonomi pada awal tahun 2009 masih diliputi ketidakpastian setelah krisis keuangan global akhir tahun 2008. Pada akhir 2009, BMI mampu menurunkan posisi NPF ke level yang lebih rendah yaitu sebesar 4,73% melalui rencana kerja perbaikan dan mengarahkan pembiayaan ke sektor yang relatif aman dan berisiko rendah. Meski demikian, tingkat NPF masih mengalami fluktuasi yaitu pada triwulan pertama 2010, NPF meningkat mencapai 6,58% dan turun kembali pada triwulan berikutnya yaitu sebesar 4,72%. Pergerakan NPF gross dapat dilihat pada Gambar 11. 84 70 Gambar 11. Grafik Perkembangan Rasio NPF Gross periode 2007-2010 Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah) 4.5.4. Pengendalian dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan Pengendalian risiko pembiayaan adalah upaya untuk menjaga pembiayaan yang diberikan lancar dan produktif. Strategi pengendalian dan pengelolaan pembiayaan BMI terdiri dari preventive control of credit dan repressive control of credit. 1. Preventive Control of Finance Preventive control of finance adalah pengendalian pembiayaan yang dilakukan dengan tindakan pencegahan sebelum pembiayaan tersebut bermasalah. Upaya preventive control of finance dilakukan dengan cara: a. Penetapan Prosedur dan Kebijakan Umum Pembiayaan. Prosedur dan kebijakan pembiayaan merupakan acuan bank dalam melakukan pengendalian risiko mulai dari pemberian pembiayaan sampai pada penagihan. Sehingga dalam penetapannya, menekankan pada aspek yuridis dan kehati-hatian. Aspek yuridis, yaitu prosedur dan kebijakan sesuai dengan peraturan dan ketetapan Bank Indonesia. Aspek kehatian-hatian, yaitu menjaga sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien. Prosedur dan kebijakan pembiayaan yang baik dan teratur memudahkan koordinasi pusat dengan cabang dalam melakukan pengawasan terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan. 71 85 b. Asuransi Untuk mengurangi kemungkinan kerugian dari risiko pembiayaan, bank melakukan kerjasama dengan beberapa asuransi, yaitu asuransi jiwa yang digunakan apabila peminjam meninggal dunia dan asuransi pembiayaan untuk mengurangi kerugian akibat pembiayaan macet. Asuransi yang digunakan BMI adalah asuransi jiwa sinarmas syariah untuk asuransi jiwa, sedangkan asuransi takaful untuk asuransi pembiayaan. Pembayaran premi asuransi dilakukan saat realisasi pembiayaan. Klaim pembiayaan diajukan kepada pihak asuransi jika terjadi pembiayaan macet. Klaim harus memperhatikan waktu jatuh tempo dan masa berlakunya, karena jika melebihi jatuh tempo maka klaim tidak lagi berlaku. Dana yang ditanggung oleh pihak asuransi yaitu sebesar 75% dan bank 25%. c. Peningkatan kualitas SDM SDM merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya risiko pembiayaan. Oleh karenanya, manajemen mengadakan pelatihan sebagai upaya untuk terus meningkatkan kualitas SDM, diantaranya: pelatihan analisa pembiayaan dan pembiayaan bermasalah, pelatihan aspek legal dan akad-akad bank syariah, project finance and loan syndication training, serta personal development. d. Penagihan Intensif. Penagihan secara intensif dilakukan dengan cara memantau saldo di rekening tabungan peminjam dan melakukan potongan sejumlah angsuran saat jatuh tempo. Apabila terdapat peminjam yang menunggak pada tahun pertama maka dilakukan menghindari kerugian, yaitu: beberapa langkah untuk 86 72 1) Pengiriman surat pemberitahuan angsuran kedua. 2) Konfirmasi melalui telepon. 3) Pengiriman surat peringatan (SP1, SP2, SP3, dan SP terakhir). e. Manajemen Kolektibilitas Meningkatnya nilai kolektibilitas kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet mengakibatkan PPAP yang harus dibentuk semakin besar. Hal ini berdampak pada menurunnya laba, dan CAR sehingga tingkat kesehatan pembiayaan memburuk. Oleh karenanya, pengelolaan kolektibilitas penting dilakukan karena berpengaruh terhadap kelangsungan usaha suatu bank. Manajemen kolektibilitas dilakukan dengan cara: 1) Mengevaluasi setiap pembiayaan, terutama pembiayaan kolektibilitas 2,3,4, dan 5. 2) Membuat action plan penyelesaian pembiayaan 3) Membuat proyeksi coll untuk mengetahui sejak awal tingkat kesehatan pembiayaan. 2.Repressive Control of Finance Repressive control of finance adalah pengendalian dan pengelolaan pembiayaan yang dilakukan melalui tindakan penyelesaian setelah pembiayaan tersebut bermasalah. Upaya repressive control of finance dilakukan dengan cara: a. Proses Revitalisasi. Revitalisasi dilakukan jika usaha nasabah diindikasikan masih berjalan dan hasil usaha nasabah masih mampu untuk memenuhi kewajiban angsuran kepada bank. Proses yang hanya revitalisasi meliputi: 1) Rescheduling Perubahan ketentuan pembiayaan menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktunya, sehingga peminjam yang terlambat membayar 87 73 pembiayaannya diberi jangka waktu tertentu untuk membayar dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 2) Reconditioning Perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan termasuk perubahan jangka waktu sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo pembiayaan. 3) Restructuring Perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan, termasuk perubahan maksimum saldo pembiayaan. b. Penyelesaian Melalui Jaminan Penyelesaian melalui jaminan dilakukan jika nasabah sudah tidak memiliki usaha dan tidak kooperatif untuk menyelesaikan pembiayaan. 1. Penyelesaian Melalui Jaminan (Non Litigasi) a) Off-Set Penyelesaian pembiayaan melalui penyerahan jaminan oleh peminjam kepada bank. Off-set dilakukan bila peminjam bersedia untuk menjual jaminannya kepada bank. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan off-set, antara lain: 1.Menganalisis kecukupan nilai jaminan untuk menutup seluruh kewajiban dan biaya-biaya yang dikeluarkan saat proses off-set. 2.Negosiasi dengan peminjam untuk pembelian jaminan 3.Setelah mendapat persetujuan komite penyelesaian pembiayaan, dilakukan jual beli. Bila nasabah ingin membeli kembali jaminan yang di beli oleh bank, maka diberikan hak opsi kepada peminjam dengan jangka waktu berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. 88 74 b) BAMUI (Badan Arbitrase Muamalat Indonesia) Sesuai dengan pasal 17 perjanjian pembiayaan, setiap sengketa yang timbul antara peminjam dengan BMI, maka akan diselesaikan melalui BAMUI. Langkahlangkah yang dilakukan, antara lain: 1.Membuat usulan penyelesaian ke komite pembiayaan. 2.Membuat surat dan pengajuan gugatan ke BAMUI. 3.Proses sidang dalam jangka waktu maksimal 6 bulan. 4.Keputusan BAMUI. 5.Pendaftaran putusan BAMUI ke pengadilan negeri. 2. Penyelesaian Melalui Jaminan (Litigasi). a) Gugatan Perdata Kondisi dimana peminjam tidak dapat menyelesaikan kewajiban secara sukarela, cepat, dan tuntas melalui hak tanggungan. Gugatan mendapatkan keputusan perdata dilakukan berkekuatan hukum untuk dan mengikat yang wajib dilaksanakan oleh pihak terkait dalam perkara gugatan. Melalui cara ini, memungkinkan bank untuk menguasai atau menjual aset nasabah yang bukan jaminan. b) Gugatan Pidana Kondisi dimana peminjam melakukan suatu tindakan pidana sehingga menimbulkan kerugian. Gugatan pidana bertujuan untuk menekan psikologis peminjam supaya mengakui kesalahan dan menyelesaikan kewajibannya. c) Riil Eksekusi Jaminan Kondisi dimana penyelesaian pembiayaan dapat dilakukan melalui jaminan yang telah diikat dengan hak tanggungan. Riil eksekusi jaminan bertujuan untuk mengeksekusi jaminan yang telah dibebani hak tanggungan sehingga kewajiban peminjam dapat dilunasi. Penyelesaian pembiayaan melalui riil eksekusi jaminan 75 89 dapat dilaksanakan dalam waktu singkat dan memiliki kepastian pengembalian. d) Permohonan Kepaillitan Kondisi dimana jaminan tidak dapat dilikuidasi dengan cepat dan bank sulit bernegosiasi dengan peminjam. 4.6. Laba Bank Muamalat Indonesia Laba yang diperoleh suatu perusahaan menunjukkan keberhasilan perusahaan tersebut dalam mengelola usahanya, baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran pembiayaan. Peningkatan laba dari periode ke periode berikutnya dapat dijadikan gambaran bagi pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Tabel 12. Laba periode 2007-2010 (dalam jutaan rupiah) Periode Jumlah Laba Tingkat Pertumbuhan Mar '07 230687 Jun 208276 -9,71% Sept 238234 14,38% Des 220875 -7,29% Mar '08 304564 37,89% Jun 287172 -5,71% Sept 356156 24,02% Des 340891 -4,29% Mar '09 432384 26,84% Jun 372430 -13,87% Sept 302950 -18,66% Des 272746 -9,97% Mar '10 328733 20,53% Jun 354567 7,86% Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah) Perkembangan laba per triwulan periode 2007-2010 mengalami fluktuasi. Pertumbuhan laba terbesar terjadi pada triwulan pertama tahun 2008 yaitu sebesar 37,89%. Hal ini didukung oleh tingginya pertumbuhan pembiayaan pada periode tersebut yang mencapai 9,98%, dimana rata-rata pertumbuhan pembiayaan per triwulan periode 2007-2010 sebesar 5,54% dan tingkat NPF gross yang rendah sebesar 3,24% dengan NPF net mencapai 1,61%. Sedangkan pada tiga periode terakhir 2009, laba 90 76 mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena ketidakpastian usaha akibat krisis keuangan global akhir tahun 2008 sehingga berdampak pada tingginya NPF yang berpengaruh terhadap pencapaian laba. Penurunan terbesar terjadi pada triwulan ketiga tahun 2009 yaitu sebesar 18,66%. Hal ini didukung oleh tingginya NPF pada periode tersebut sebesar 8,86% dengan NPF net 7,32%, dimana tingkat NPF tersebut merupakan persentase tertinggi selama periode 2007-2010. Pada triwulan pertama tahun 2010, laba kembali mengalami peningkatan sebesar 20,53% dan terus meningkat pada periode berikutnya sebesar 7,86% terlihat pada Gambar 12. Hal ini terjadi karena upaya remedial yang dilakukan bank dan situasi ekonomi yang mulai stabil. Gambar 12. Grafik Perkembangan Laba Periode 2007-2010 Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah) 4.7. Pengaruh Pembiayaan dan Rasio NPF Terhadap Laba 4.7.1. Analisis Korelasi Analisis kolerasi pearson product moment digunakan untuk mengetahui hubungan pembiayaan dan tingkat NPF terhadap laba PT BMI, Tbk. Hasil dari perhitungan kolerasi pearson product moment yang diolah dengan menggunakan minitab 14 Tabel 13. Nilai Kolerasi antar variabel pembiayaan, NPF, dan laba Variabel Laba Pembiayaan Nilai Korelasi 0.707 Pembiayaan p-value 0.005 Nilai Kolerasi -0.197 0,344 NPF p-valuae 0.499 0,229 91 77 Dari hasil analisis korelasi, terlihat bahwa variabel yang memiliki pengaruh linear paling kuat terhadap laba adalah pembiayaan dengan nilai kolerasi 0,707. Sedangkan variabel NPF terhadap laba memiliki nilai korelasi 0,197 yang berarti bahwa korelasi antara NPF dengan laba sangat rendah. 4.7.2 Analisis Regresi Linear Berganda Untuk menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba, dilakukan analisis regresi berganda. Laba merupakan peubah tidak bebas (Y) yang dipengaruhi oleh jumlah pembiayaan dan NPF (X1, X2) sebagai peubah bebas. Persamaan yang dihasilkan sebagai berikut: Y = 59635 + 0.0257 X1 - 2147 X2 Keterangan: Y = Laba X1 = Pembiayaan X2 = NPF Dari persamaan hasil regresi linear berganda, menunjukkan bahwa pembiayaan (variabel X1) mempunyai pengaruh positif terhadap laba bank (variabel Y), dimana setiap kenaikan pembiayaan akan mengakibatkan kenaikan pada laba. Sedangkan NPF (variabel X2) memiliki pengaruh negatif terhadap laba bank (variabel Y), dimana kenaikan NPF akan mengakibatkan penurunan pada laba. Pada persamaan regresi terlihat bahwa kenaikan pembiayaan satu satuan akan menaikkan laba sebesar 0,0257 satuan, sedangkan kenaikan NPF satu persen akan mengakibatkan penurunan pada laba sebesar 2,147 miliar rupiah. Regresi berganda yang baik memiliki persyaratan beberapa uji klasik, yaitu uji multikolinieritas, uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Model regresi dapat diketahui layak atau tidak layak melalui keempat uji tersebut. 92 78 A. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah uji yang dilakukan apakah terdapat korelasi antar variabel independen yang digunakan dalam model regresi. Identifikasi adanya multikolinieritas dalam model dapat dilakukan dengan melihat variance inflation factor (VIF). Iriawan dan Astuti (2006) menyatakan bahwa miltikolinieritas dapat diidentifikasi pada parameter dengan nilai VIF ≥ 5. Jika peubah VIF masing-masing peubah bebas memiliki nilai lebih besar dari 5 maka model regresi memiliki multikolinieritas sehingga menjadi tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan nilai VIF seperti pada Tabel 14. Peubahpeubah bebas dalam model regresi ini tidak mempunyai kendala multikolinieritas karena nilai VIF pada variabel pembiayaan dan NPF masing-masing adalah 1,1. Tabel 14. Nilai VIF peubah bebas regresi berganda Peubah Bebas Nilai NPF Pembiayaan 1,1 NPF 1,1 B. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui distribusi kenormalan residual. Hal ini bertujuan untuk memutuskan bahwa residual model regresi yang dibuat telah terdistribusi normal untuk memenuhi asumsi model regresi mengenai kenormalan residual model. Pengujian normalitas dilakukan menggunakan statistik kolmogorovsmirnov. Jika nilai statistik KS lebih kecil dibanding nilai tabel KS dan nilai p-value lebih besar dari α, maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006). 79 93 Probability Plot of RESI1 Normal 99 Mean StDev N KS P-Value 95 90 -9.35480E-11 46054 14 0.153 >0.150 80 Pe rc ent 70 60 50 40 30 20 10 5 1 -100000 -50000 0 RESI1 50000 100000 Gambar 13. Uji normalitas residual pada regresi berganda Sumber : PT BMI, Tbk (data diolah) Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan minitab diperoleh nilai p-value 0,150 dan nilai statistik KS sebesar 0,153. Uji kolmogorov-smirnov dilakukan dengan menggunakan α sebesar 5% dengan jumlah pengamatan sebanyak 14 menghasilkan nilai KS pada tabel sebesar 0,349. Nilai statistik KS < nilai tabel KS yaitu 0,153 < 0,349 dan pvalue memiliki nilai 0,150 dimana nilai tersebut lebih besar dari α yaitu 0,05 sehingga residual model regresi yang dibuat telah memenuhi asumsi kenormalan. C. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antar variabel yang diurutkan melalui deret waktu (time series). Autokorelasi mengakibatkan varian residual yang diperoleh akan lebih daripada semestinya sehingga koefisien determinasi menjadi lebih tinggi. Selain itu, autokorelasi menyebabkan pengujian hipotesis pada uji F dan uji t menjadi tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang tidak benar pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir. Model regresi yang baik tidak terjadi autokorelasi. 94 80 Runs test for RESI1 Runs above and below K = -9.32232E-11 The observed number of runs = 6 The expected number of runs = 7.85714 6 observations above K, 8 below * N is small, so the following approximation may be invalid. P-value = 0.291 Gambar 14. Hasil Run Test Terhadap Residual Model Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah) Uji autokorelasi menggunakan perangkat lunak minitab melalui uji run test residual. Jika p-value lebih besar daripada α, menunjukkan tidak adanya korelasi. Hasil run test ditunjukkan pada gambar bahwa p-value sebesar 0,291 sehingga p-value > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada residual sehingga asumsi kebebasan terpenuhi. D. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat varian dari variabel independen apakah memiliki nilai yang sama (homoskedastisitas) atau berbeda. Model regresi yang memiliki heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisienkoefisien regresi menjadi tidak efisien. Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa pada model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. Pada gambar terlihat bahwa titik-titik tidak membentuk pola tertentu, melainkan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian pada model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. 81 95 Residuals Versus the Fitted Values (response is Laba) 100000 Residual 50000 0 -50000 200000 250000 300000 Fitted Value 350000 400000 Gambar 15. Ouput Uji Heteroskedastisitas pada Regresi Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah) 4.7.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel independen terhadap variabel independen. Perhitungan menggunakan minitab 14. Untuk mengetahui apakah variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen pada tingkat signifikan tertentu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Perumusan hipotesis H0 : βi = 0, i=1,2,3 Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. H1 : βi ≠ 0, i=1,2,3 Hipotesis alternatifnya (H1), tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol. Artinya, paling sedikit terdapat satu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 82 96 2. Menentukan F tabel Dengan taraf nyata (α = 5%), yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir. Derajat bebas pembilang = k-1 = 2-1 = 1 Derajat bebas penyebut = n-k = 14-2 = 12 Dengan demikian F tabel sebesar F 0,05 (12,1) = 4,75 3. Menentukan besarnya F hitung Hasil perhitungan menggunakan minitab 14 menunjukkan nilai F hitung adalah 5,56. 4. Membandingkan F hitung dengan F tabel a. jika F hitung > F tabel atau F hitung < -F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. b. Jika –F tabel < F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil uji menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 5,56 > 4,75. Dengan demikian, H0 ditolak dan H1 diterima. Pembiayaan dan NPF secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap laba pada taraf nyata 5% dengan p-value sebesar 0,021. 4.7.4. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t) Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui variabel independen mana yang mempengaruhi variabel dependen pada tingkat signifikansi tertentu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Perumusan hipotesis H0 : β = 0 Artinya, variabel independen (X1) tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (Y). H1 : β ≠ 0 Artinya, variabel independe (X1) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). 83 97 2. Menentukan variabel Dengan taraf nyata (α = 5%), yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat ditolerir, df: n-k = 14-2 = 12. Dengan demikian ttabel sebesar t (α/2, df) = (0,025, 12) = 2,179 3. Menentukan besarnya t hitung dengan t tabel Hasil perhitungan menggunakan minitab 14 menunjukkan bahwa t hitung untuk variabel X1 dan X2 adalah masing-masing sebesar (3,20, -0,23). 4. Membandingkan t hitung dengan t tabel a. Jika membandingkan t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. b. Jika –t tabel < t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. 5. Pengaruh pembiayaan (X1) terhadap laba Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung > t tabel, yaitu 3,20 > 2,179 dengan tingkat signifikansi 0,008. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga secara parsial pembiayaan (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap laba bank pada taraf nyata 5% 6. Pengaruh NPF (X2) terhadap laba Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung < -t tabel, yaitu -0,23 < -2,179 dengan tingkat signifikansi 0,822. Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Sehingga secara parsial NPF (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap laba bank pada taraf nyata 5%. 4.8. Implikasi Manajerial a. Bank perlu terus meningkatkan ekspansi pembiayaan. Hal ini karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembiayaan memiliki derajat hubungan yang kuat dan berpengaruh positif terhadap laba. b. Menetapkan pengalokasian kebijakan pembiayaan pembiayaan dengan yang tepat dalam memperhatikan hal tingkat 84 98 pertumbuhan, tingkat pengembalian dan risiko pada masing-masing sektor tujuan pembiayaan , serta nisbah bagi hasil yang kompetitif. 1) Bank perlu memperhatikan tingkat pertumbuhan pembiayaan. Apabila kondisi pembiayaan mulai mengalami penurunan maka dapat dilakukan upaya untuk meningkatkan dana pihak ketiga yang dihimpun. 2) Bank perlu mengetahui tingkat pengembalian dan risiko pada masing-masing sektor tujuan pembiayaan sehingga prioritas alokasi pembiayaan ditujukan pada sektor yang relatif aman dan berisiko rendah. 3) Bank perlu memberikan nisbah yang kompetitif. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan peminjam lama agar tidak beralih kepada bank lain dan menarik peminjam baru untuk melakukan pembiayaan pada bank. c. Memperkuat sistem manajemen risiko pembiayaan yang telah dilaksanakan serta melakukan perbaikan terhadap berbagai kekurangan yang terjadi untuk mengendalikan dan mengelola risiko pembiayaan yang muncul. Selain itu, sistem manajemen risiko yang kuat akan dapat menekan laju pertumbuhan NPF meski pembiayaan terus ditingkatkan. d. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam upaya meminimalisasi risiko pembiayaan melalui analisis pembiayaan yang tepat kepada peminjam yang memenuhi kualifikasi. e. Melakukan strategi pemasaran yang tepat dan efektif dalam menghadapi persaingan pasar, dengan cara menambah inovasi dan jenis produk yang ditawarkan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan syariah dan meningkatkan pemasaran terhadap inovasi dan produk tersebut guna meningkatkan pembiayaan. 99 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan diantaranya faktor internal perusahaan (SDM, teknologi informasi, kebijakan dan prosedur, keuangan, serta pengendalian internal) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, peminjam, dan persaingan dengan bank lain). b. Manajemen risiko pembiayaan yang dilakukan untuk mengendalikan dan mengelola risiko dengan cara preventive control of finance (penetapan prosedur dan kebijakan pembiayaan, asuransi, peningkatan kualitas SDM, penagihan secara intensif, dan manajemen kolektibilitas) dan repressive control of finance (proses revitalisasi dan penyelesaian melalui jaminan baik secara non litigasi maupun litigasi). c. Pembiayaan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk terus mengalami peningkatan dengan persentase rata-rata sebesar 5,54% selama periode 2007-2010 yang didominasi oleh pembiayaan murabahah dengan persentase rata-rata terhadap total pembiayaan sebesar 44,70%. Selanjutnya musyarakah 27,98%, mudharabah 20,74%, ijarah 3,29%, qard 2,01%, dan istishna 1,28%. Sedangkan NPF dan laba mengalami fluktuasi pada periode yang sama dimana NPF tertinggi terjadi pada triwulan ke tiga 2009 sebesar 8,86% dan terendah pada triwulan terakhir tahun 2007 sebesar 2,91%. Pertumbuhan laba terbesar terjadi pada triwulan pertama tahun 2008 yaitu sebesar 37,89% dan terendah pada triwulan ketiga tahun 2009 sebesar 18,66% . d. Berdasarkan hasil regresi, pembiayaan memberikan pengaruh positif terhadap laba dengan koefisien 0,0257, yang berarti setiap kenaikan pembiayaan sebesar 1 miliar rupiah akan menaikkan perolehan laba sebesar 0,0257 miliar rupiah. Sedangkan NPF memberikan pengaruh negatif terhadap laba dengan koefisien -2147 yang berarti, kenaikan NPF sebesar 1% akan menurunkan perolehan laba sebesar 2,147 miliar rupiah. Model ini memiliki nilai R-square sebesar 50,3% menunjukkan bahwa keragaman nilai dari laba 50,3% dipengaruhi oleh variabel dalam model 86 100 yaitu pembiayaan dan NPF, sedangkan 49,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian. Berdasarkan hasil pengujian uji F, menunjukkan bahwa pembiayaan dan NPF secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada taraf nyata 5% dengan nilai p-value sebesar 0,021. Namun, secara parsial pengujian dengan uji t menunjukkan hanya pembiayaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap laba dengan p-value sebesar 0,008 sedangkan secara parsial NPF tidak berpengaruh nyata terhadap laba. 2. Saran a. Bank Muamalat Indonesia sebaiknya semakin memperkuat sistem manajemen risiko pembiayaan yang telah dilakukan dengan memperbaiki pengelolaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan melalui pengawasan, evaluasi dan perbaikan secara berkala. Serta lebih intensif memantau pergerakan NPF agar dapat meminimalisasi risiko pembiayaan sejak awal sehingga NPF tidak melebihi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. b. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menganalisis variabel lain terkait manajemen risiko pembiayaan yang mempengaruhi laba seperti DPK, FDR, PPAP, dan CAR. Selain itu, juga menganalisis kontribusi dari masing-masing produk atau sektor pembiayaan terhadap perolehan laba. 101 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Statistik Perbankan Syariah. www.bi.go.id. [11 Mei 2010] Antonio, MS. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press, Jakarta. Arief, S. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta. Dendawijaya, L. 2000. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Djohanputra, B. 2004. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. PPM, Jakarta. Hartati, S. 2005. Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pertumbuhan Penjualan, Laba, dan Aset Nasabah (Studi Kasus Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS Amanah Ummah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Iriawan, N. dan S. P. Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi, Yogyakarta. Karim, A. 2003. Analisis Fiqih dan Keuangan Bank Islam. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kountur, R. 2004. Manajemen Risiko. Abdi Tandur, Jakarta. Kuncoro, M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga, Jakarta. PT BMI, Tbk. Maret 2007. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT BMI, Jakarta. . Juni 2007. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT BMI, Jakarta. .September 2007. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT BMI, Jakarta. .Desember 2007. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT BMI, Jakarta. . Maret 2008. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta. . Juni 2008. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta. .September 2008. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta. .Desember 2008. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta . Maret 2009. Laporan Keuangan Tahun 2008. PT BMI, Jakarta. 102 88 . Juni 2009. Laporan Keuangan Tahun 2009. PT BMI, Jakarta. .September 2009. Laporan Keuangan Tahun 2009. PT BMI, Jakarta. .Desember 2009. Laporan Keuangan Tahun 2009. PT BMI, Jakarta . Maret 2010. Laporan Keuangan Tahun 2010. PT BMI, Jakarta. . Juni 2010. Laporan Keuangan Tahun 2010. PT BMI, Jakarta. Rohaeni, H. 2009. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bermasalah Terhadap Laba (Studi Kasus PT Bank X). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sugiono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Alvabeta, Bandung. Siamat, D. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. 89 103 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Risk Monitoring Committee Nomination and Remuneration Committee Board of Comissioners Shariah Supervisiory Board President Director Audit Committee Compliance and Corporate Planning Director IT Committe e Compliance Division Financing Committe e Asset and Liability Committe Corporate Banking Director Retail Banking Director Treasury and International Banking Treasury Division Finance and Operations Director Financing Support Division Retail Product Development Corporate Secretary Division Remedial Division Corporate Planning Division Product Development Division Sales Management and Support Division Int’l Banking and Financing Institutions Division IT Management Division Channel Management Division Funding Policy and service Finance and Accounting Division Risk Management Committee Budget Committee Corporate Branch Retail Branch General Admin and Network Division 90 104 Lampiran 2. Tingkat Pembiayaan Bermasalah Bank Umum Syariah Pembiayaan Bermasalah Bank Umum Syariah (BUS) Kolektibilitas Pembiayaan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jan 2011 14,803 19,474 26,813 36,686 45,004 66,120 67,436 Lancar Lancar 14,027 18,583 25,494 35,076 41,931 63,006 63,600 Dalam perhatian khusus 776 891 1,319 1,610 3,074 3,114 3,835 429 971 1,131 1,509 1,882 2,061 2,288 Kurang Lancar 201 353 321 525 435 677 797 Diragukan 73 236 267 224 582 332 361 Macet 155 383 543 759 865 1,052 1,130 Non Lancar Total Pembiayaan Persentase NPF 15,232 20,445 27,944 38,195 46,886 68,181 69,724 2,82% 4,75% 4,05% 3,95% 4,01% 3,02% 3,28% Sumber: Statistik Bank Indonesia, 2010 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Umum Syariah (BUS) Jenis Penggunaan Jan 2011 7,988 10,405 15,656 20,554 22,873 31,855 31,484 2005 2006 2007 2008 2009 2010 48,8% 46,7% 45,2% 9,955 13,416 13,601 Modal Kerja Nilai Investasi Pangsa Nilai 52,4 % 4,288 50,9% 4,374 56,0% 5,637 53,8% 7,907 Konsumsi Pangsa Nilai 28,1 % 2,956 21,4% 5,666 20,2% 6,652 20,7% 21,2% 19,7% 19,5% 9,734 14,058 22,910 24,639 Pangsa 19,4 % 27,7% 23,8% 25,5% 30,0% 33,6% 35,3% 15,232 20,445 27,944 38,195 46,886 68,181 69,724 Total Sumber: Statistik Bank Indonesia, 2010 105 91 Lampiran 3. Pertumbuhan Non Performing Finance (NPF) Perbankan Syariah Periode 2006-2010 Periode NPF (%) Tingkat Pertumbuhan (%) Mar'06 4.27 -0.04 Jun 4.23 0.9 Sept 5.13 -0.38 Des 4.75 0.98 Mar'07 5.73 0.47 Jun 6.2 0.06 Sept 6.26 -2.21 Des 4.05 0.12 Mar'08 4.17 0.06 Jun 4.23 -0.11 Sept 4.12 -0.17 Des 3.95 1.19 Mar'09 5.14 -0.75 Jun 4.39 1.33 Sept 5.72 -1.71 Des 4.01 0.52 Mar'10 4.53 -0.64 Jun 3.89 0.06 Sept 3.95 -0.93 Des 3.02 0.26 Sumber: Statistik Bank Indonesia, 2010 106 92 Lampiran 4. Komposisi Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Terhadap Total Pembiayaan Perbankan Syariah Indonesia Periode 2006-2010 Periode 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata BSM 2.630.766 1.539.660 247.566 15.042.000 17,49% 10,24% 1,65% 100% 2.696.514 2.640.764 157.077 20.219.000 13,34% 13,06% 0,78% 100% 4.136.279 4.322.032 82.037 27.107.000 15,26% 15,94% 0,30% 100% 5.099.316 5.464.113 133.653 38.201.000 13,35% 14,30% 0,35% 100% 5.884.951 6.487.043 196.277 47.140.000 12,48% 13,76% 0,42% 100% 14,38% 13,46% 0,70% 100% Sumber: Statistik Bank Indonesia, 2010 MegaSyariah Bank Umum BMI Syariah 107 93 Lampiran 5. Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Periode 2006 – 2010 Tahun Pembiayaan Tingkat Pertumbuhan (dalam jutaan ) Maret ‘06 5,798,349 5.52% Juni 6,118,678 1.66% Sept 6,219,985 -2.40% Des 6,070,997 5.43% Maret ‘07 6,400,578 14.08% Juni 7,302,083 12.43% Sept 8,209,610 4.51% Des 8,579,572 1.91% Maret ‘08 8,743,740 9.98% Juni 9,615,975 8.25% Sept 10,408,969 0.68% Des 10,479,749 1.68% Maret ‘09 10,655,895 4.50% Juni 11,135,534 1.26% Sept 11,275,560 1.02% Des 11,391,076 4.81% Maret ‘10 11,939,200 6.96% Juni 12,769,968 Rata-rata Sumber: PT BMI, Tbk (data diolah) 4,57% 108 94 Lampiran 6. Skema Proses Pemberian Pembiayaan BMI Calon Nasabah Surat Permohonan Kelengkapan Data Account Manager Support Business Manager Komite Pembiayaan Inisiasi Solisitasi Trade checking. Bank checking. Informasi Pembeli, penjual, pesaing. Verifikasi Data/infor masi. Verifikasi Data/infor masi. Analisa Yuridis. Kunjungan setempat (OTS). Analisa Kelayakan Pembiayaan Pembuatan Memorandum Usulan Pembiayaan Penerbitan Surat Persetujuan Pembiayaan (SPP) Penerimaan SPP Review FPN Review SPP Penyampaian SPP Sumber: Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Review FPN. Pemberian keputusan di cabang Penandatanganan SPP Review FPN. Pemberian keputusan. 95 109 Lampiran 7. Lembar Proyeksi Tingkat Kesehatan Pembiayaan BANK MUAMALAT CABANG……. EVALUASI DAN POSISI COLL, ACTION PLAN PERIODE : Maret 2011 A/M: No Nasabah Jumlah Coll Permasalahan Action Target Proyeksi Monitoring Tunggakan Mar Plan Date Realisasi Coll Mar ……….., ……… 2011 Mengetahui / Menyetujui Account Manager Pimpinan Cabang 96 110 Lampiran 8. Kuesioner Penelitian Lembar Interview Penelitian Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan dan Pengaruhnya Terhadap Laba Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk I. Gambaran Ringkas Penelitian ini dilakukan oleh Dian Rosalia Pradini (H24062329), mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan skripsi, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Dunia Perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata sektor perbankan. Sehingga kebijakan pengembangan industri perbankan diarahkan untuk mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan yang pada gilirannya akan membantu mendorong perekonomian secara berkesinambungan. Perbankan Indonesia tidak hanya di isi oleh perbankan konvensional, terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 mulai memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat, salah satu faktornya adalah dukungan permintaan islamic product dari penduduk Indonesia yang sebagian besar adalah muslim. Hal ini berpengaruh pada peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Dengan semakin besar jumlah pembiayaan yang disalurkan maka potensi terjadinya risiko pun semakin besar. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh manajemen risiko yang baik. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif dalam melaksanakan strategi fungsional dan operasional terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba. Penelitian ini bertujuan untuk: mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan, mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaaan, menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba serta menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk melihat pengaruh perubahan pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank dan Korelasi pearson product moment untuk melihat derajat hubungan pembiayaan dan nilai NPF terhadap laba bank. Informasi yang didapatkan dari wawancara ini akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan analisis statistik. 111 97 Lanjutan Lampiran 8 II. Petunjuk Umum 1. Lembar interview ini terdiri 4 bagian, yaitu: data umum BMI, prosedur pemberian pembiayaan, jenis dan besarnya pembiayaan, dan pembiayaan bermasalah. 2. Lembar interview penelitian ini terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup. III. Contact Person Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Dian Rosalia Pradini. NRP H24062329. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dengan no handphone: 085214897321. 112 98 Lanjutan Lampiran 8 A. Data Umum BMI : Alamat :…………………………………………………. No Telp :……………fax:…………………Email:……… Tahun Berdiri :…………………………………………………. 1. Apa visi dan misi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ? 2. Bagaimana sejarah berdirinya PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ? 3. Apa saja kegiatan usaha yang dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ? 4. Bagaimana struktur organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ? B. Prosedur Pemberian Pembiayaan : 1. Bentuk pembiayaan yang diberikan (jawaban boleh lebih dari satu) a. Individual b. Usaha kecil dan menengah (UKM) c. Korporasi d. BUMN e. Lainnya, ………… 2. Faktor-faktor yang menentukan BMI ketika akan menilai kelayakan suatu pembiayaan. No Faktor-faktor 1 Kesanggupan peminjam memperoleh pendapatan 2 Riwayat peminjam 3 Keabsahan/legalitas usaha 4 Karakter calon peminjam 5 Hubungan antara pengurus dengan peminjam Peringkat 113 99 Lanjutan Lampiran 8 3. Faktor apa yang paling menentukan dari 5 C’s, ketika BMI menilai pengajuan pembiayaan calon peminjam? (1= paling penting sampai 5= paling tidak penting) Faktor Penentu Kredir Urutan Character Capacity Capital Collateral Condition C. Jenis dan Besarnya Pembiayaan : Dilihat dari segi produk dan tujuan penggunaanya No Jenis Pembiayaan Jml Peminjam Jml Pembiayaan NPF (orang) (ribuan rupiah) (%) Akad jual beli 1 a. Murabahah b. Salam c. Istishna Akad bagi hasil 2 a. Musyarakah b. Mudharabah 3 Akad sewa Mengapa pada produk tersebut memiliki jumlah pembiayaan yang paling besar ? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Produk tersebut prospektif b. Memiliki peminat yang banyak c. Risiko yang ditimbulkan kecil d. Lainnya, …………… 100 114 Lanjutan Lampiran 8 D. Pembiayaan Bermasalah : 1. Alasan timbul pembiayaan bermasalah (jawaban boleh lebih dari satu) a. Tidak ada itikad baik dari peminjam untuk membayar pinjamannya b. Pendapatan peminjam menurun c. Peminjam mengalami masalah kesehatan ekonomi d. Lainnya, ……………. 2. Apa saja faktor internal dan eksternal perusahaan yang berpengaruh pada timbulnya risiko pembiayaan ? (jawaban boleh lebih dari satu) Lanjutan Lampiran 6 3. Kolektibilitas pembiayaan dan jumlah peminjam No 1 2 Jenis Pembiayaan Jml Peminjam Jml Pembiayaan NPF (orang) (ribuan rupiah) (%) Lancar Dalam Perhatian Khusus 3 Kurang lancar 4 Diragukan 5 Macet 4. Tindakan penyelamatan pembiayaan apa saja yang dilakukan ? 5. Dalam penyaluran pembiayaan, manakah yang menjadi prioritas. Apakah penambahan plafon pembiayaan bagi peminjam lama atau penyaluran pembiayaan kepada peminjam baru ? Kolektibilitas Pembiayaan No. Jenis Produk Lancar Tidak Terkait Rp Terkait Val 1 Musyarakah 412,570 2 Mudharabah 2,004,467 3 Murabahah 2,440,756 4 Salam - 5 Istisna' 179,401 6 Qardh 39,905 7 Ijarah 400,447 Jumlah Dlm Perhatian Khusus 5,477,546 Rp Tidak Terkait Val Rp Kurang Lancar Terkait Val Rp Tidak Terkait Val Rp Terkait Val Rp Val Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Macet Tidak Terkait Rp Jumlah Terkait Val Rp Val Rp Val 49,888 - - 435 - - - 330 - - - - - - - 3,624 - - - 416,959 49,888 66,474 2,415 - 89,183 - - - 17,618 - - - 3,577 - - - 16,034 - - - 2,133,294 66,474 213,196 6,605 - 209,781 4,749 293 - 66,803 5,258 222 - 14,724 - 4 - 72,426 - - - 2,811,614 223,203 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 179,401 - - 620 - 79 - - - - - - - - - - - 514 - - - 41,118 - 38,121 - - 1,488 4,609 - - 1,541 - - - 450 - - - 31,971 - - - 435,897 42,730 367,679 9,640 - 300,966 9,358 293 - 86,292 5,258 222 - 18,751 - 4 - 124,569 - - - 6,018,283 382,295 Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh O/S 1 Musyarakah 27 2 Mudharabah 2,654 3 Murabahah 16,781 4 Salam - 5 Istisna' 1 6 Qardh 1,976 7 Ijarah 1 Jumlah 21,440 Plafon > 50 - 500 Juta Jml Nsbh O/S 511 59,604 288,248 30 34,037 48 382,478 55 5,569 Plafon > 0.5 - 1 M Jml Nsbh O/S 12,187 1,027,132 29 677 4,217 575,640 371 - - - 3 298 3 26 4,881 3 6 2,085 2 9,876 1,622,223 1,085 Plafon > 1 - 5 M Jml Nsbh O/S 21,397 472,741 258,187 2,050 2,200 1,236 757,811 39 281 423 Plafon > 5 - 10 M Jml Nsbh O/S 99,870 503,615 906,838 13 7 47 Plafon > 10 M Jml Nsbh O/S 90,754 51,311 324,132 11 5 36 - - - - - 4 4,758 - - 6 - - - - - 9 23,931 4 756 1,539,012 71 24,752 490,949 11 69 TOTAL Jml Nsbh O/S 242,128 85,365 681,772 172,265 426,575 1,608,105 174 466,847 9,193 2,199,768 21,875 3,034,817 - - 17 179,401 2,005 41,118 33 478,627 33,297 Lampiran 9. Data Kolektibilitas PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2007 (dalam jutaan rupiah) 6,400,578 101 Kolektibilitas Pembiayaan Lancar No. Jenis Produk Tidak Terkait Rp 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Dlm Perhatian Khusus Terkait Val Rp Tidak Terkait Val Rp Kurang Lancar Terkait Val Tidak Terkait Rp Val Rp Terkait Val Rp Val Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Macet Tidak Terkait Rp Jumlah Terkait Val Rp Val Rp Val 699,759 120,849 48,079 - 103,366 - - - 44,774 - - - 330 - - - 36,927 - - - 933,235 120,849 2,151,433 3,039 2,104 - 91,548 - 438 - 20,890 - - - 10,457 - - - 27,660 - - - 2,304,530 3,039 2,689,855 508,289 12,507 - 180,469 7,871 - - 100,046 - 162 - 53,214 - - - 77,452 - - - 3,113,705 516,160 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 169,923 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 44,965 - 2,300 - 444 - - - - - - - - - - - 609 - - - 88,260 - - - 1,356 - - - 717 - - - 450 - - - 1,541 - - - 5,844,195 632,177 64,990 - 377,183 7,871 438 - 166,427 - 162 - 64,451 - - - 144,189 - - - - Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Juni 2007 (dalam jutaan rupiah) - 169,923 - 48,318 - 92,324 - 6,662,035 640,048 Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh O/S Plafon > 50 - 500 Juta Jml Nsbh O/S 41 1,047 2,734 59,757 18,043 310,331 - - - - 2,082 32,856 1 22,901 44 404,035 106 5,774 4,694 2 89 2 10,667 Plafon > 0.5 - 1 M Jml Nsbh O/S 25,489 1,063,314 644,505 465 10,197 527 1,744,497 35 730 363 2 5 1 1,136 Plafon > 1 - 5 M Jml Nsbh O/S 25,364 515,129 250,466 1,288 3,765 717 796,729 52 301 479 Plafon > 5 - 10 M Jml Nsbh O/S 141,001 556,513 1,037,435 19 6 57 - - - 4 4,506 - 1 1,500 - 5 11,440 - 842 1,752,395 82 Plafon > 10 M Jml Nsbh O/S 135,074 43,749 398,074 576,897 24 3 45 6 2 80 TOTAL Jml Nsbh O/S 726,109 69,107 989,054 163,664 79,596 2,027,530 277 9,548 23,681 14 2,177 11 35,708 1,054,084 2,307,569 3,629,865 169,923 48,318 92,324 7,302,083 102 Kolektibilitas Pembiayaan Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Lancar Tidak Terkait Rp Val Terkait Rp val Dlm Perhatian Khusus Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Kurang Lancar Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Macet Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Jumlah Rp Val 1,073,471 163,255 - - 8,652 - - - 110,450 - - - 40,500 - - - 36,824 - - - 1,269,897 163,255 2,240,583 5,013 2,017 - 86,846 - - - 17,224 - - - 16,763 - - - 31,925 - - - 2,395,358 5,013 3,046,096 543,134 13,976 - 191,060 - 216 - 69,746 3,253 - - 59,710 - 162 - 127,700 - - - 3,508,666 546,387 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 162,998 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 162,998 - 65,564 2,593 2,051 - 375 - - - 69 - - - - - - - 530 - - - 68,589 2,593 60,469 - - - - - - - 24,394 - - - 450 - - - 1,541 - - - 86,854 - 6,649,181 713,995 18,044 - 286,933 - 216 - 221,883 3,253 - - 117,423 - 162 - 198,520 - - - 7,492,362 717,248 - Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk September 2007 (dalam jutaan rupiah) - Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh O/S Plafon > 50 - 500 Juta Jml Nsbh O/S 165 6,653 2,988 68,068 18,629 337,125 - - - - 3,142 55,239 1 40 24,925 467,125 589 6,088 5,002 1 40 2 11,722 111,275 1,105,322 694,987 254 7,550 525 1,919,913 Plafon > 0.5 - 1 M Jml Nsbh O/S 64 746 397 2 4 1 1,214 Plafon > 1 - 5 M Jml Nsbh O/S 49,214 519,398 275,117 1,225 3,200 591 848,745 98 314 488 Plafon > 5 - 10 M Jml Nsbh O/S 265,679 595,890 1,077,911 27 9 71 - - - 4 4,246 - 3 5,193 - 4 6,363 - 911 1,955,282 107 Plafon > 10 M Jml Nsbh O/S 203,646 60,505 492,518 756,669 26 2 828 6 2 864 TOTAL Jml Nsbh O/S 796,685 51,188 1,177,395 157,273 79,335 2,261,876 969 10,147 25,415 13 3,189 10 39,743 1,433,152 2,400,371 4,055,053 162,998 71,182 86,854 8,209,610 103 Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Desember 2007 (dalam jutaan rupiah) Kolektibilitas Pembiayaan Lancar No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Tidak Terkait Dlm Perhatian Khusus Terkait Tidak Terkait Rp Val Rp Val 1,475,982 226,943 1,441 - 2,283,561 5,120 3,047 3,290,410 507,187 - Rp Kurang Lancar Terkait Tidak Terkait Val Rp Val Rp 31,407 - - - 7,829 - 26,570 - - - 13,082 - 103,761 - - - - - - - 156,989 - - - - 120,649 - 1,624 - 82,322 - - 7,409,913 739,250 19,194 Terkait Val Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Rp Val - - - 248 - - - 18,596 - - - 6,255 - - - 29,026 5,314 117 - 18,298 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 375 - - - - - - - - - - 161,738 - - - 55,826 5,314 Macet Tidak Terkait Rp Jumlah Terkait Val Rp Val Rp Val 39,224 - - - 1,556,131 226,943 - 25,058 - - - 2,363,087 5,120 - - 96,647 - 162 - 3,551,503 512,501 - - - - - - - - - - - - - - - - - 156,989 - - - - - - 594 - - - 123,242 - - - 1,284 - - - 450 - - - 84,056 - 117 - 26,085 - - - 161,973 - 162 - 7,835,008 744,564 Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh O/S Plafon > 50 - 500 Juta Jml Nsbh O/S 340 14,175 3,154 72,145 20,096 344,336 - - - - 4,870 86,260 1 35 28,461 516,951 1,210 6,126 4,995 1 35 2 12,369 206,991 1,098,381 686,377 254 6,028 525 1,998,556 Plafon > 0.5 - 1 M Jml Nsbh O/S 122 695 384 5 6 2 1,214 Plafon > 1 - 5 M Jml Nsbh O/S 93,917 484,145 268,790 4,102 4,454 1,123 856,531 120 308 473 1 1 2 905 Plafon > 5 - 10 M Jml Nsbh O/S 303,102 589,080 1,057,689 1,034 1,500 4,817 1,957,222 29 12 74 115 Plafon > 10 M Jml Nsbh O/S 213,187 84,974 513,345 811,506 33 1 54 6 1 2 97 TOTAL Jml Nsbh O/S 951,702 39,482 1,193,467 151,599 25,000 77,556 2,438,806 1,854 10,296 26,076 13 4,913 9 43,161 1,783,074 2,368,207 4,064,004 156,989 123,242 84,056 8,579,572 104 Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2008 (dalam jutaan rupiah) Kolektibilitas Pembiayaan Lancar No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Tidak Terkait Dlm Perhatian Khusus Terkait Rp Tidak Terkait Rp Val Val Rp 1,676,413 269,304 - - 40,426 2,105,370 35,393 1,055 - 3,051,170 434,262 107,035 - - 150,654 Kurang Lancar Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Terkait Val Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Tidak Terkait Rp Val - - - 17,413 - - - 7,700 - - - 72,814 - - - 16,763 - - - 13,760 - - - 182,561 57,782 - - 51,736 - 1,586 - 16,009 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 177,936 - 1,472 - - - - - - - - 87,947 9,205 - - - - - - - - 7,249,490 748,164 109,562 - 295,801 57,782 - - 85,912 - Macet Rp Jumlah Terkait Val Rp Val Rp Val 37,724 - - - 1,779,676 269,304 - 28,657 - 400 - 2,238,819 35,393 - - 86,598 - 162 - 3,496,857 492,044 - - - - - - - - - - - - - - - - - 150,654 - - 375 - - - 2,324 - - - 182,107 - - - - - - - 1,734 - - - 89,681 9,205 1,586 - 37,844 - - - 157,037 - 562 - 7,937,794 805,946 Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh Plafon > 50 - 500 Juta O/S Jml Nsbh 569 23,525 3,510 76,603 20,276 352,330 - - - - 6,064 102,303 2 31 30,421 554,792 1,771 5,868 5,086 2 60 3 12,790 O/S Plafon > 0.5 - 1 M Jml Nsbh 287,419 1,036,377 690,857 748 11,869 993 2,028,263 162 626 358 5 21 1,172 Plafon > 1 - 5 M O/S Jml Nsbh 122,640 435,026 252,895 4,293 17,000 831,854 146 278 460 Plafon > 5 - 10 M O/S Jml Nsbh 346,660 515,446 996,768 29 11 80 - - - - - - 15 25,935 - 2 4,817 2 901 1,889,626 122 Plafon > 10 M O/S Jml Nsbh 208,782 74,112 565,941 16,705 865,540 38 4 53 6 1 2 104 TOTAL O/S Jml Nsbh O/S 1,059,954 2,715 2,048,980 136,648 10,297 2,274,212 1,130,110 26,313 3,988,901 - - 145,613 25,000 76,340 2,573,665 13 6,161 11 45,510 150,654 182,107 98,886 8,743,740 105 Kolektibilitas Pembiayaan No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Lancar Dlm Perhatian Khusus Tidak Terkait Terkait Rp Tidak Terkait Rp Val Val Rp 1,788,380 240,647 - - 100,144 2,010,087 79,200 68,144 - 3,643,899 414,920 15,797 - - 137,153 Kurang Lancar Terkait Val Tidak Terkait Rp Val Rp Val - - - 67,406 63,755 6,630 - - - 193,124 8,962 151 - - - - - - - - 211,284 - 1,502 - 159,398 9,196 - 7,950,201 743,963 85,443 Terkait Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Macet Tidak Terkait Rp Jumlah Terkait Rp Val Val 44,303 - - 3,136 - - - 16,232 23,722 - - - 13,649 - - - 35,603 - 56,906 56,524 71 - 46,045 - 118 - 86,346 3,038 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 949 - - - - - - - - - - - - - 1,734 - 357,023 15,592 151 - 148,034 100,827 71 - 62,830 - 118 - 140,864 7,820 - 10,858 Rp Val - Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Juni 2008 (dalam jutaan rupiah) Rp Val - 1,975,298 292,770 - - 2,214,960 85,830 - - 4,042,457 483,444 - - - - - - 137,153 - - - 213,735 - - - 161,132 9,196 - - 8,744,735 871,240 Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh Plafon > 50 - 500 Juta O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh 1,135 39,635 2,724 430,284 5,394 106,476 5,592 1,007,897 21,395 373,372 5,522 741,792 - - - - 1 458 6,358 106,786 121 22,843 26 3 926 626,295 13,963 2,204,200 1 34,283 - Plafon > 0.5 - 1 M - Plafon > 1 - 5 M O/S 255 584 360 5 34 1,238 Jml Nsbh 193,571 404,832 253,395 3,967 26,583 882,348 161 264 458 Plafon > 5 - 10 M O/S Jml Nsbh 395,730 487,888 1,002,161 37 20 99 - - - - - - 19 32,523 - 1 1,284 2 903 1,919,586 158 Plafon > 10 M O/S Jml Nsbh 270,469 133,568 678,576 15,897 1,098,510 35 5 65 6 1 3 115 TOTAL O/S Jml Nsbh O/S 943,615 4,347 2,273,304 193,447 11,859 2,334,108 1,476,605 27,899 4,525,901 - - 132,728 25,000 152,195 2,923,590 12 6,533 10 50,660 137,153 213,735 170,328 9,654,529 106 Kolektibilitas Pembiayaan Lancar No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Tidak Terkait Dlm Perhatian Khusus Terkait Rp Tidak Terkait Val Rp Kurang Lancar Terkait Rp Val Val Rp 2,185,685 244,159 62 - 93,739 - 8,834 1,931,647 70,631 475 - 80,293 10,288 3,935,473 467,427 79,679 - 161,956 - - - - 128,392 - - 181,874 - 296,261 8,659,332 Tidak Terkait Val Rp Val - 104,861 - - 8,518 252 - - - - 405 - 9,329 - 791,546 80,621 Terkait Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Rp Val 102,627 - - 32,765 - - 19,496 - - - 6,596 - - 58,908 - - - 30,443 - - - - - - - - - - - - 10 - - - - - - 405 - - - - - 336,403 18,806 9,086 - 183,265 Macet Tidak Terkait Rp Val - 15,463 - - - - - - - - - - - - 102,627 - Jumlah Terkait Rp Val 8,000 - 39,351 - - 92,648 - - - - 19 - - - - 69,823 Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk September 2008 (dalam jutaan rupiah) Rp Val - 2,441,409 354,786 - - 2,077,858 80,919 - - - 4,359,359 475,945 - - - - - - - - - - - 128,392 - - - 736 - - - 183,044 - - - - 1,262 - - - 297,928 9,329 - - - 149,460 8,000 - - 9,487,990 920,979 Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh O/S 1 Musyarakah 970 2 Mudharabah 3,449 3 Murabahah 30,319 4 Salam - 5 Istisna' - 6 Qardh 5,046 7 Ijarah 2 Jumlah Plafon > 50 - 500 Juta 39,786 Jml Nsbh 39,748 76,519 434,452 88,355 51 639,125 Plafon > 0.5 - 1 M O/S 3,715 5,562 6,016 1 160 1 15,455 Jml Nsbh 587,623 1,014,700 809,535 421 29,936 405 2,442,620 Plafon > 1 - 5 M O/S 328 519 365 5 43 1,260 Jml Nsbh 248,001 351,593 256,723 3,628 32,113 892,058 178 243 477 Plafon > 5 - 10 M O/S Jml Nsbh 431,585 442,128 1,087,233 Plafon > 10 M O/S 45 16 98 Jml Nsbh 332,950 98,501 672,245 40 5 72 - - - - - - - 1 8,653 5 21 32,640 - - - 1 1,262 3 920 1,994,848 163 23,544 1,135,893 4 126 TOTAL O/S Jml Nsbh O/S 1,156,288 5,276 2,796,195 175,336 9,794 2,158,777 1,575,116 37,347 4,835,304 - - 12 128,392 5,270 183,044 281,995 11 307,257 3,304,425 57,710 10,408,969 115,690 - 107 Kolektibilitas Pembiayaan Lancar No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Dlm Perhatian Khusus Tidak Terkait Terkait Rp Tidak Terkait Rp Val Val Rp 2,411,246 391,859 - - 163,909 1,766,919 56,572 405 - 4,052,034 363,836 13,508 - - 101,763 Kurang Lancar Terkait Val Tidak Terkait Rp Val Rp - - - 21,995 53,799 14,562 - - - 133,013 - 150 - - - - - - - - 183,288 - 1,400 - 305,282 10,693 - 8,820,532 822,960 15,313 Terkait Val Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Macet Tidak Terkait Rp Val Rp Val - - - 7,190 - - - 38,504 16,647 - - - 4,318 - - - - 64,707 186,381 - - 17,387 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 306 - - - 350 - 150 - - - - - - 159 - - - 351,027 14,562 150 - 103,858 186,381 150 Jumlah Terkait Rp Val Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Desember 2008 (dalam jutaan rupiah) Rp Val 9,247 - - 2,642,844 401,106 27,209 - - - 1,869,297 71,134 - 59,783 - - - 4,340,582 550,217 - - - - - - - - - - - - - - - 101,763 - - - - - 998 - - - 186,492 - - - - - - - - - - 305,441 10,693 - 28,895 - - - 126,494 9,247 - - 9,446,419 1,033,150 Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta No. Jenis Produk Jml Nsbh O/S 1 Musyarakah 1,082 2 Mudharabah 3,499 3 Murabahah 34,654 4 Salam - 5 Istisna' 1 6 Qardh 4,885 7 Ijarah 2 Jumlah Plafon > 50 - 500 Juta 44,123 Jml Nsbh 42,950 78,998 443,999 81,631 16 647,594 Plafon > 0.5 - 1 M Jml O/S Nsbh O/S 4,133 5,268 5,940 2 203 1 15,547 Plafon > 1 - 5 M Jml Nsbh 649,149 336 249,091 950,154 427 293,268 795,361 344 240,806 - - - 883 4 2,774 37,288 43 32,485 159 - - 2,432,994 1,154 818,424 173 204 467 Plafon > 5 - 10 M O/S Jml Nsbh 431,022 367,412 1,105,595 O/S 52 16 103 - - - - - 2 23 35,088 - 2 10,000 2 869 1,949,117 Plafon > 10 M 175 Jml Nsbh 377,941 99,273 709,524 13,079 13,671 1,213,488 45 3 72 3 5 128 TOTAL O/S Jml Nsbh 1,293,977 151,326 1,595,514 85,027 292,288 3,418,132 O/S 5,821 9,417 41,580 12 5,154 12 61,996 3,044,130 1,940,431 4,890,799 101,763 186,492 316,134 10,479,749 108 Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2009 (dalam jutaan rupiah) Kolektibilitas Pembiayaan Lancar No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Tidak Terkait Dlm Perhatian Khusus Terkait Rp Tidak Terkait Rp Val Val 2,732,845 185,529 - - 1,523,033 62,694 333 3,772,556 261,932 - Rp Kurang Lancar Terkait Tidak Terkait Val Rp Val Rp Val 220,773 - - - 115,580 - 123,609 - - - 13,544 - 374,078 - 6 - - - - - 92,521 - - - - 224,441 - 1,220 - 372,321 11,652 - 8,717,717 521,807 15,097 Terkait Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Rp Val 197,702 - - 37,573 - - 18,686 14,120 - - 5,283 - - 37,435 7,795 147 - 16,945 - - - - - - - - - - - - - - 63 - 288 - - - - - - - - 718,460 - 69 - 171,989 Macet Tidak Terkait Rp Val - 56,473 - - - - - - - - - - - - 219,617 147 Jumlah Terkait Rp Val Rp Val 9,802 - - 3,163,244 393,033 37,946 - - - 1,708,890 76,814 - 125,774 - - - 4,340,485 269,727 - - - - - - - - - - - - - - - 92,521 - - - - - 1,046 - 150 - 227,208 - - - - - - - - - - 372,321 11,652 - 59,801 - - - 221,239 9,802 150 - 9,904,669 751,226 Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh Plafon > 50 - 500 Juta O/S Jml Nsbh 1,126 45,305 3,676 78,390 37,760 449,373 - - - - 4,467 77,477 1 47,030 12 650,557 4,486 4,923 5,911 2 484 15,806 Plafon > 0.5 - 1 M O/S Jml Nsbh 689,890 872,028 784,976 806 52,338 2,400,038 353 367 317 4 539 1 1,581 Plafon > 1 - 5 M O/S Jml Nsbh 259,663 258,517 225,176 2,444 43,891 906 790,597 182 184 390 Plafon > 5 - 10 M O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh TOTAL O/S Jml Nsbh O/S 453,810 57 404,088 51 1,703,521 6,255 3,556,277 340,236 11 71,734 4 164,799 9,165 1,785,704 923,795 111 751,694 73 1,475,198 44,562 4,610,212 - - - - 1 1,466 673 53,502 5 16,354 1,435 Plafon > 10 M 1,789,163 2 - 13,004 - 2 - 74,801 - 2 13,106 7 353,595 183 1,253,626 137 3,771,914 11 6,163 16 66,172 92,521 227,208 383,973 10,655,895 109 Kolektibilitas Pembiayaan No . Lancar Tidak Terkait Rp Val Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Terkait Rp Val Dlm Perhatian Khusus Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Kurang Lancar Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Macet Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Jumlah Rp Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Juni 2009 (dalam jutaan rupiah) Val 3,010,760 450,883 - - 407,804 - - - 105,393 - - - 26,375 - - - 59,261 8,659 - - 3,609,593 459,542 1,404,870 52,135 261 - 128,351 - - - 18,014 - - - 9,875 - - - 38,143 - - - 1,599,514 52,135 3,917,116 182,144 12,973 - 274,442 - 1,408 - 42,495 - - - 20,993 - - - 94,466 - 154 - 4,364,047 182,144 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 83,115 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 278,282 - 478 - 760 - 56 - - - - 72 - - - 644 - - - 433,857 9,835 - - 45,649 - - - 7,090 - 8,664 - - - - - - - - - 9,128,000 694,997 13,712 - 857,006 - 1,464 - 173,049 - 8,664 - 57,315 - - - 192,514 8,659 154 - 57 - - 83,115 - 280,349 495,260 10,431,878 9,835 703,656 Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh O/S 1,226 48,604 3,536 74,003 37,913 450,996 - - - - 10,444 111,426 1 6 53,120 685,035 Plafon > 50 - 500 Juta Jml Nsbh 5,231 4,602 6,123 3 2,068 18,027 O/S 809,583 805,832 806,824 1,214 63,729 2,487,182 Plafon > 0.5 - 1 M Jml Nsbh 384 344 323 3 233 1 1,288 O/S 278,216 241,175 228,091 1,614 44,912 875 794,883 Plafon > 1 - 5 M Jml Nsbh 200 175 397 Plafon > 5 - 10 M O/S Jml Nsbh 42 477,399 9 323,023 102 959,995 - - - 2 5,022 1 105 54,990 1 3 6,221 5 882 1,826,650 160 O/S 298,286 57,393 712,339 5,114 5,292 38,109 1,116,533 Plafon > 10 M Jml Nsbh 52 4 73 O/S 138 7,135 8,670 150,223 1,387,946 - 44,931 11 70,151 7 Jml Nsbh 2,157,047 2 TOTAL 459,884 4,225,251 12,851 17 73,615 O/S 4,069,135 1,651,649 4,546,191 83,115 280,349 505,095 11,135,534 110 Kolektibilitas Pembiayaan Lancar No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Tidak Terkait Dlm Perhatian Khusus Terkait Rp Val Rp 3,154,330 134,490 789 1,276,268 47,674 3,894,071 Tidak Terkait Val Rp Val - 346,703 194 - 80,107 24,056 - - 73,691 Kurang Lancar Terkait Tidak Terkait Rp Val Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Terkait Rp Val Rp Val 275,828 - - 313,484 - - - 17,489 - - 76,120 - - - 48,766 - - - 14,397 - - 235,812 - 757 - 84,475 - 1,345 - 23,099 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 279,118 - 2,802 - 2,934 - - - 1,302 - 350,100 - - - 11,577 9,219 - - 167,628 9,027,578 262,271 27,841 - 673,146 285,047 757 - 615,655 Macet Tidak Terkait Rp Val - 176,123 - - - - - - - - - - - - - 1,345 Jumlah Terkait Rp Val 11,099 - 44,820 - - 94,045 - - - - 195 - - - - 55,180 Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk September 2009 (dalam jutaan rupiah) Rp Valas - 4,008,918 421,417 - - 1,460,565 47,674 - - - 4,357,660 80,107 - - - - - - - - - - - 73,691 - 56 - 597 - - - 287,004 - - - - - - - - 529,305 9,219 - 56 - 315,585 11,099 - - 10,717,143 558,417 Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh Plafon > 50 - 500 Juta O/S Jml Nsbh 1,335 52,910 3,315 68,872 38,191 430,823 - - - - 6,306 112,318 - - 49,147 664,923 Plafon > 0.5 - 1 M O/S Jml Nsbh 6,102 940,576 418 4,342 745,548 370 6,289 830,165 329 - - - 6 2,389 - 977 70,193 786 2 485 1 17,718 2,589,356 1,904 Plafon > 1 - 5 M O/S Jml Nsbh 299,311 261,203 225,395 42,015 802 828,726 236 151 402 Plafon > 5 - 10 M O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh 546,412 35 250,121 267,633 9 54,988 955,678 99 700,810 - - 3 5,801 984 57,186 3 6,175 1,779 Plafon > 10 M 1,838,885 1 60 3 67 - - - 2 5,292 - 5 36,570 149 1,047,781 8 140 TOTAL O/S Jml Nsbh O/S 2,341,005 8,186 4,430,335 109,995 8,190 1,508,239 1,294,896 45,377 4,437,767 - - 65,501 494,492 4,305,889 11 9,054 19 70,837 73,691 287,004 538,524 11,275,560 111 Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Desember 2009 (dalam jutaan rupiah) Kolektibilitas Pembiayaan Lancar No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Tidak Terkait Dlm Perhatian Khusus Terkait Rp Val Rp 3,411,008 196,352 811 1,272,805 44,406 4,207,535 Tidak Terkait Val Rp Val - 379,016 123 - 83,955 24,431 - - 62,899 Terkait Kurang Lancar Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Rp Val 267,931 - - 20,254 - - - 37,419 - - - 5,629 - - - 156,759 - - - 15,266 - - - - - - - - - - - - - - - 303,018 - 2,294 - 40 - - 386,121 - - - 6,829 8,870 9,643,386 324,713 27,659 - 580,063 276,801 Diragukan Tidak Terkait Rp Macet Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Terkait Val Rp Val 248,419 - - - 26,573 - - 13,450 - - - 17,640 - - - 8,780 - - - 50,733 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 700 - - - - - - - 306 - - - - - - - 130,648 - - - - - - - 41,849 - - - 401,297 - - - 95,252 - 56 56 Jumlah Rp Val - 4,086,081 464,283 - 1,347,066 44,406 - 4,463,504 83,955 - - - - 62,899 - - 306,414 - - 523,598 8,870 - 10,789,562 601,514 Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh Plafon > 50 - 500 Juta O/S Jml Nsbh 1,453 55,307 3,237 67,595 41,482 443,018 - - - - 8,547 153,169 - - 54,719 719,089 6,812 4,010 6,347 6 964 4 18,143 O/S Plafon > 0.5 - 1 M Jml Nsbh 1,049,222 681,334 840,454 1,932 64,638 921 2,638,501 451 333 340 722 1 1,847 Plafon > 1 - 5 M O/S Jml Nsbh 324,190 234,146 235,171 36,101 786 830,394 243 131 383 Plafon > 5 - 10 M O/S Jml Nsbh O/S Jml Nsbh 565,904 39 288,238 237,348 9 61,063 896,286 99 698,456 - - 1 1,466 979 47,214 3 6,043 1,40 Plafon > 10 M 1,754,261 1 57 3 73 - - - 2 5,292 - 5 34,714 153 1,087,763 8 143 TOTAL O/S Jml Nsbh O/S 2,267,503 9,055 4,550,364 109,986 7,723 1,391,472 1,434,074 48,724 4,547,459 - - 9 62,899 11,213 306,414 490,004 21 532,468 4,361,068 76,745 11,391,076 59,501 - 112 Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2010 (dalam jutaan rupiah) Kolektibilitas Pembiayaan Lancar No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Tidak Terkait Dlm Perhatian Khusus Terkait Tidak Terkait Rp Val Rp Val Rp 3,429,604 317,383 1,481 - 404,516 1,128,091 43,485 51 - 4,054,555 83,986 23,676 - - 53,425 Kurang Lancar Terkait Val Tidak Terkait Rp Val 156,650 - - 75,620 - - - 595,675 - - - - - - - 382,753 - 2,127 358,123 8,500 9,406,551 453,354 Rp Terkait Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Val Rp Val 363,583 - - - 22,229 - - - - 11,994 - - - 2,665 - - 14 - 94,815 - - - 7,889 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1,975 - - - 4 - - - - 32,435 - - - - - 27,335 - 1,110,221 156,650 14 - 470,396 - Macet Tidak Terkait Rp Jumlah Terkait Val Rp Val Rp Val 59,519 - - - 4,280,932 474,033 - 32,417 - - - 1,250,838 43,485 - - 58,586 - - - 4,835,210 83,986 - - - - - - - - - - - - - - - - - 53,425 - - - - - - 669 - 56 - 387,584 - - - - - - - 130,649 - - - 521,207 8,500 - - 32,783 - - - 281,840 - 56 - 11,329,196 610,004 Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh 1 Musyarakah 1,546 2 Mudharabah 3,313 3 Murabahah 50,994 4 Salam - 5 Istisna' - 6 Qardh 13,453 7 Ijarah - Jumlah 69,306 Plafon > 50 - 500 Juta O/S Jml Nsbh 58,287 66,530 478,969 242,504 846,290 7,473 3,693 6,622 6 945 4 18,743 O/S Plafon > 0.5 - 1 M Jml Nsbh 1,150,956 622,812 876,902 1,458 62,513 963 2,715,604 477 307 334 718 1 1,837 Plafon > 1 - 5 M O/S Jml Nsbh 338,368 213,242 229,323 32,941 651 814,525 250 130 375 1 977 4 1,737 Plafon > 5 - 10 M O/S Jml Nsbh 575,300 240,280 883,534 1,466 44,334 9,484 1,754,398 44 7 98 1 6 156 Plafon > 10 M O/S Jml Nsbh 315,057 47,821 689,975 5,292 42,763 1,100,908 59 3 86 2 8 158 TOTAL O/S Jml Nsbh 2,316,997 103,638 1,760,493 50,501 475,846 4,707,475 9,849 7,453 58,509 9 16,094 23 91,937 O/S 4,754,965 1,294,323 4,919,196 53,425 387,584 529,707 11,939,200 113 Kolektibilitas Pembiayaan No. Lancar Jenis Produk Tidak Terkait Rp 1 Musyarakah 3,428,263 2 Mudharabah 1,160,182 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Dlm Perhatian Khusus Terkait Val Rp Tidak Terkait Val Rp Kurang Lancar Terkait Val Rp Tidak Terkait Val Rp Diragukan Tidak Terkait Terkait Rp Val Rp Val Terkait Val Rp Val Macet Tidak Terkait Rp Jumlah Terkait Val Rp Val Rp Val 401,473 777 - 842,703 170,957 675 - 155,027 - - - 14,326 - - - 72,405 - - - 4,514,176 572,430 712 5 - 91,441 - - - 20,453 - - - 7,323 - - - 39,224 - - - 1,318,628 712 4,379,110 201,566 22,653 - 539,516 - - - 80,998 - - - 17,932 - - - 63,613 - - - 5,103,822 201,566 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 46,767 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 46,767 - 438,338 - 2,011 - 6,820 - - - 67 - - - 4 - - - 391 - 56 - 447,687 - 344,961 57,754 - - 30,560 - - - 258 - - - - - - - 130,647 - - - 506,426 57,754 9,797,621 661,505 25,446 - 1,511,040 170,957 675 - 256,803 - - - 39,585 - - - 306,280 - 56 - 11,937,506 832,462 Lanjutan Lampiran 9 Tabel Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Maret 2010 (dalam jutaan rupiah) Tabel Pembiayaan dan Jumlah Peminjam Berdasarkan Jenis Produk No. Jenis Produk 1 Musyarakah 2 Mudharabah 3 Murabahah 4 Salam 5 Istisna' 6 Qardh 7 Ijarah Jumlah Plafon 0 - 50 Juta Jml Nsbh O/S Plafon > 50 - 500 Juta Jml Nsbh O/S Plafon > 0.5 - 1 M Jml Nsbh O/S Plafon > 1 - 5 M Jml Nsbh O/S Plafon > 5 - 10 M Jml Nsbh O/S Plafon > 10 M Jml Nsbh O/S TOTAL Jml Nsbh 10,887 O/S 1,662 62,151 8,307 1,282,884 520 367,491 283 612,928 53 380,028 62 2,381,124 3,348 63,312 3,587 615,448 320 224,309 159 292,189 10 67,540 2 56,542 485,167 7,476 991,698 365 253,489 444 1,019,471 101 719,122 92 1,836,441 - - - - - - - - - - - - - - - - 6 965 1 560 3 3,741 1 5,355 1 36,146 12 46,767 316,535 894 56,338 708 25,188 977 44,334 1 5,292 - - - 7 1,775 1 628 5 14,316 5 35,514 9 511,947 927,165 20,277 2,949,108 1,915 871,665 1,871 1,986,979 171 1,212,851 166 4,822,200 56,893 16,793 78,696 7,426 65,371 19,373 27 103,096 5,086,606 1,319,340 5,305,388 447,687 564,180 12,769,968 114 115 Lampiran 10. Hasil Perhitungan Regresi Berganda Correlations: Laba, Pembiayaan, NPF Laba 0.707 0.005 Pembiayaan NPF Pembiayaan 0.197 0.499 0.344 0.229 Cell Contents: Pearson correlation P-Value Uji multikolenieritas Regression Analysis: Laba versus Pembiayaan, NPF The regression equation is Laba = 59635 + 0.0257 Pembiayaan - 2147 NPF Predictor Constant Pembiayaan NPF Coef 59635 0.025686 -2147 S = 50066.1 SE Coef 78426 0.008019 9305 R-Sq = 50.3% T 0.76 3.20 -0.23 P 0.463 0.008 0.822 VIF 1.1 1.1 R-Sq(adj) = 41.2% Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total Source Pembiayaan NPF DF 2 11 13 SS 27874530161 27572717396 55447247557 DF Seq SS 1 27741125636 1 133404525 MS 13937265080 2506610672 F 5.56 p 0.021 116 Lanjutan Lampiran 10 Unusual Observations Obs 9 Pembiayaan Laba 10655895 432384 Fit SE Fit 319580 17886 Residual St Resid 112804 2.41R R denotes an observation with a large standardized residual. Uji Autokorelasi Runs Test: RESI1 Runs test for RESI1 Runs above and below K = -9.32232E-11 The observed number of runs = 6 The expected number of runs = 7.85714 6 observations above K, 8 below * N is small, so the following approximation may be invalid. P-value = 0.291 Uji Normalitas Probability Plot of RESI1 Normal 99 Mean StDev N KS P-Value 95 90 Percent 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 -100000 -50000 0 RESI1 50000 100000 -9.35480E-11 46054 14 0.153 >0.150 117 Lanjutan Lampiran 10 Uji Heteroskedastisitas Residuals Versus the Fitted Values (response is Laba) 100000 Residual 50000 0 -50000 200000 250000 300000 Fitted Value 350000 400000 Residual Histogram for Laba Histogram of the Residuals (response is Laba) 5 Frequency 4 3 2 1 0 -40000 0 40000 Residual 80000 120000 Residual vs Order for Laba Residuals Versus the Order of the Data (response is Laba) 100000 Residual 50000 0 -50000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Observation Order 10 11 12 13 14 115