Think Tank

advertisement
Local Government and Public Service Reform Initiative
Managing
Think
Tanks
Petunjuk Praktis untuk
Pendewasaan Organisasi
Revisi Edisi Kedua
R
a
y
m
o
n
d
J
.
The Urban Institute
Str
u
y
k
OPENS SOCIETY INSTITUTE
LOCAL GOVERNMENT AND PUBLIC SERVICE REFORM INITIATIVE
Alamat
Oktober 6 utca 12.
H-1051 Budapest, Hungaria
Alamat pos:
P.O. Box 519
H-1357 Budapest, Hungaria
Telepon:
(36-1) 327-3104
Email:
[email protected]
Website:
http://lgi.osi.hu
Edisi kedua versi tambahan pertama kali diterbitkan pada tahun 2006 oleh Local Government and Public Service Reform Initiative, Opens Society Institute-Budapest
© OSI/LGI dan The Urban Institute, 2006
Local Government
and Public Service
Reform Initiative
The Urban Institute
Opens Society Institute
Edisi Bahasa Indonesia
Didukung oleh:
Edisi Bahasa Indonesia
Diterjemahkan oleh:
Semua hak adalah milik penerbit. Dilarang mencetak ulang, mereproduksi atau menggunakan buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik, mekanis atau secara apapun
yang dikenal pada saat ini atau cara lain yang ditemukan di masa mendatang, termasuk
memfotokopi dan merekam, atau dalam bentuk sistem penyimpanan informasi apapun,
tanpa izin tertulis dari penerbit.
Buku dalam bahasa Inggris dapat dipesan melal ui
email atau pos ke OSI.
Dicetak di Budapest, Hungaria, 2006.
Buku dalam bahasa Indonesia dapat dipesan melalui
email atau pos ke PATTIRO.
Dicetak di Jakarta, Indonesia, 2008.
Desain & tata-letak: Rudy Priyatno
Cetakan II, September 2010
Daftar Isi
The Urban Institute
v
Local Government and Public Service Reform Initiative
v
Pengantar Edisi Kedua
vii
Pengantar Edisi Pertama
ix
Pengantar Penulis
xi
Pengantar CSIS
xv
Pengantar Yayasan TIFA
xxi
Pengantar PATTIRO
xxiii
Pengantar PATTIRO Institute
xxix
1
Mengapa Kita Perlu Peduli dengan
­Manajemen?
1
Membangun Staf yang Produktif
2
3
Memotivasi Staf Agar Produktivitas Lebih
Tinggi Dan Kebetahan Meningkat
13
Mengorganisasi Pelatihan Staff
45
Kegiatan Operasional Inti
4
5
6
Jaminan Nasihat Yang Baik: Pengendalian
Mutu
63
Mengomunikasikan Hasil
81
Menggali Yang Terbaik Dari Dewan
125
iii
iv
Daftar Isi
Penentuan Agenda, Pencarian Dana
7
8
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
161
Memenangkan Kontrak Dari LembagaLembaga Pemerintah
203
Keuangan dan Manajemen Proyek
9
10
11
12
Manajemen Keuangan: Kesinambungan
dan Akuntabilitas
223
Informasi Yang Dibutuhkan Manajemen
Senior
259
Tim Atau Bintang? Pilihan-Pilihan Untuk
Menyusun Staf Penelitian
287
Menciptakan Pemimpin Tim
299
Lampiran
341
Daftar Pustaka
439
Tentang Penulis
449
The Urban Institute adalah organisasi nirlaba nonpartisan yang bergelut dalam bidang riset kebijakan
dan pendidikan, didirikan di Washington, D.C. pada 1968. Staf
The Urban Institute meneliti masalah-masalah sosial, ekonomi,
dan tata pemerintahan yang dihadapi negara serta mengevaluasi
saran-saran publik dan privat dalam mengatasi masalah-masalah
tersebut. The Urban Institute menyebarluaskan hasil risetnya mela�lui publikasi, website, media, seminar, dan forum-forum.
Melalui berbagai kerja, studi konseptual hingga pendampingan
teknis dan administratif, para peneliti The Urban Institute menyumbang wawasan pengetahuan dalam memandu pembuatan
keputusan untuk kepentingan publik.
Kesimpulan atau pendapat yang diungkapkan dalam publikasi
The Urban Institute menjadi hak penulis dan tidak mencerminkan
pandangan pejabat, dewan pengawas, atau dewan penasihat The
Urban Institute atau organisasi manapun yang memberi dukungan
finansial pada The Urban Institute.
Local Government and Public Service Reform
Initiative (LGI), sebagai program wilayah Open
Society Institute-Budapest (OSI), adalah organisasi
internasional yang bergerak di bidang pengembangan dan pemberian hibah untuk mendukung tata pemerintahan yang baik di
negara-negara Eropa Timur dan Tengah (CEE) serta negara-negara
merdeka baru (NIS). LGI berusaha memenuhi misinya dengan
melakukan penelitian, mendukung pengembangan dan kegiatan
operasional di bidang desentralisasi, pembuatan kebijakan publik,
dan reformasi administrasi publik.
Dengan proyek-proyeknya yang beroperasi di wilayah antara
Republik Ceska dan Mongolia, LGI berupaya mencapai tujuannya
melalui berbagai jenis kegiatan. LGI mendukung jaringan lembaga
dan professional tingkat wilayah yang bergerak dalam analisis kebiv
vi
jakan, pelatihan berorientasi reformasi, dan advokasi. LGI terlibat
dalam riset kebijakan dan menyebarluaskan studi kebijakan komparatif dan dapat diterapkan untuk menangani masalah-masalah
pemerintahan daerah. LGI menyelenggarakan pendampingan
teknis dan panduan profesional untuk yayasan-yayasan nasional
Soros. LGI mendukung pusat-pusat kebijakan dan lembaga-lembaga think tank di wilayah tersebut, menerbitkan buku-buku, hasil
kajian dan diskusi mengenai isu desentralisasi kebijkan publik dan
pelajaran yang dapat dipetik dari proses transisi. Materi tersebut
digunakan untuk menyusun kurikulum dan program pelatihan
organisasi.
Pengantar Edisi Pertama
S
etelah satu dasawarsa terjadi transisi di Eropa Timur dan
Tengah, iklim di sekitar reformasi sektor publik telah
berkembang menjadi semakin kompleks dan kait-mengait. Para
pembuat keputusan harus menyeimbangkan perubahan-perubahan legislatif, organisasional dan manajemen di negara-negara
mereka dengan tuntutan akan reformasi yang rasional dan efektif.
Rancangan kebijakan publik memerlukan pilihan profesional alternatif demi proses kebijakan yang melibatkan berbagai pelaku
serta konsekuensi institusional dan finansial yang penting bagi
keberhasilannya.
Untuk memenuhi permintaan tersebut, organisasi penasihat
dan konsultasi harus meningkatkan pelayanan profesional mereka.
Lembaga think tank domestik dan lembaga kebijakan terlibat dalam pembuatan keputusan. Biasanya seiring dengan peningkatan
cakupan ukuran dan kegiatan mereka, organisasi dan manajemen
ikut terpengaruh oleh pertumbuhan ini, entah itu pengaruh yang
menguntungkan atau merugikan. Selain perkembangan profesional, isu-isu kelembagaan dan kepemimpinan juga semakin
penting bagi keberhasilan proses evolusi lembaga.
Dalam organisasi yang dijalankan dengan baik, tanggung jawab
manajemen seperti motivasi, pengendalian mutu, kerja sama dengan dewan pengawas, dan komunikasi dengan pihak luar adalah
vii
viii
Pengantar Edisi Pertama
unsur-unsur normal fungsi harian. Buku ini menyajikan tinjauan
menyeluruh seputar masalah-masalah tersebut dan tugas-tugas
manajemen lain, seperti mencetak pemimpin tim, menghitung
biaya tak langsung, dan meluncurkan inisiatif konsultasi yang
baru. Banyak contoh disajikan untuk membuktikan kredibilitas
gagasan-gagasan tersebut bagi para pembaca di negara-negara
Eropa Timur dan Tengah.
Lembaga kebijakan dan think tank selalu menjadi fokus Open
Society Institute’s Local Government and Public Service Reform
Initiative (LGI). Dukungan hibah dan institusional untuk jaringan
profesional dan nasihat serta pelatihan bagi pembuat kebijakan
dilengkapi dengan program utama dalam hal pengembangan
lembaga kebijakan. Inisiatif kebijakan public LGI diarahkan pada
pengorganisasian kegiatan kepenasihatan yang efektif. Pusat-pusat
kebijakan publik yang berpartisipasi dalam program-program LGI
untuk pusat kebijakan mendapatkan pelatihan organisasi, dibimbing dalam hal penulisan proposal untuk Uni Eropa, dan telah
meluncurkan proyek-proyek bersama dalam bidang kebijakan.
Mereka juga telah menerima pengalaman berharga melalui skema
mentorship yang menghubungkan lembaga-lembaga think tank di
wilayah itu dengan rekan-rekannya dari Eropa Barat. Buku panduan
LGI yang baru—Writing Effective Policy Papers—ditujukan untuk
meningkatkan kualitas profesional pekerjaan mereka.
Publikasi mengenai pengelolaan lembaga think tank ini sangat
tepat mengisi rubrik tempat manajemen dan kebijakan saling
bersinggungan. Raymond Struyk, ahli pengembangan kebijakan
di Eropa Timur dan Tengah, menyajikan nasihat praktis mengenai
lembaga-lembaga kebijakan yang mapan, yang diasah dari pengalamannya di kawasan tersebut. Kami berharap publikasi bersama
The Urban Institute ini akan membantu kerja sama kita dalam
proyek-proyek riset dan pengembangan di masa mendatang.
Gábor Péteri
Direktur Riset LGI (2000-2004)
Pengantar Edisi Kedua
B
aik di negara-negara miskin maupun di negara-negara
industri maju, pengembangan lembaga kebijakan publik
adalah proses yang bersifat bertahap, dan perbaikan-perbaikan
dapat berbalik arah dengan cepat jika momentum tidak terjaga.
Nasihat yang lebih baik mengenai opsi kebijakan dan strategi
implementasi diperlukan oleh pemerintah di seluruh dunia.
Sejak publikasi edisi pertama Managing Think Tanks oleh LGI
dan The Urban Institute pada 2002, lembaga-lembaga think tank
terus melakukan analisis kebijakan dan mengusulkan saran-saran
pada pemerintah. Kebanyakan nasihat itu bersifat sangat teknis,
membutuhkan database yang sangat canggih, kemampuan analitis tinggi, dan kemampuan untuk memahami dan menerapkan
teori-teori ekonomi, serta kemampuan institusional. Lembaga
think tank menyadari bahwa nasihat yang mereka berikan harus
bagus, profesional dan laku dijual di berbagai kalangan pemangku
kepentingan, termasuk pemerintah. Dengan semakin banyaknya
rancangan kebijakan publik dan implementasi yang gagal di Eropa
dan Amerika Serikat, mungkin tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa nasihat yang bersifat praktis semakin diperlukan, demikian
juga wawasan yang mempengaruhi pemerintah untuk benar-benar
mendengarkan dan menjalankan nasihat yang tepat.
Lembaga think tank tidak dapat mengatur. Mereka hanya da�pat memberi saran. Untuk menghasilkan nasihat yang lebih baik
dan dapat dijalankan (adoptable), lembaga think tank sendiri
memerlukan nasihat praktis untuk meningkatkan kapasitas inix
x
Pengantar Edisi Kedua
stitusional mereka. Dalam edisi kedua bukunya, Struyk sekali lagi
menyajikan panduan praktis untuk mengelola, mengembangkan
dan menjalankan lembaga think tank. Disebutkan ada tiga tingkat
perkembangan lembaga think tank. Jika sebuah lembaga think tank
memiliki kurang dari 10 peneliti tetap, maka lembaga itu memiliki
tingkat kegiatan dan jumlah sponsor lebih rendah. Pada tingkat
kedua, lembaga think tank meningkatkan jumlah stafnya, menggaet
lebih banyak sponsor dan klien, serta terlibat dalam kegiatan riset
dan pendidikan yang semakin khusus dan terarah. Tingkat ketiga
adalah yang paling maju. Di negara-negara OECD, ada inang bagi
lembaga-lembaga think tank tingkat ketiga, misalnya Brookings
Institution (Amerika Serikat) dan Institute for Economic Research
(Jerman).
Buku ini diarahkan pada staf-staf di dua tingkat perkembangan
pertama, selain pada para pendukungnya, misalnya lembagalembaga donor bilateral dan multilateral. Ketrampilan-ketrampilan
praktis yang dapat dipelajari dari buku ini di antaranya adalah
bagaimana mendorong staf agar produktif, mengendalikan kualitas
produk, memahami cara bersaing untuk mendapatkan kontrak dari
pemerintah, menentukan tingkat overhead yang akan memuaskan
auditor, mengomunikasikan hasil, dan menghasilkan informasi
yang berguna bagi manajemen senior. Meskipun sudah empat tahun
berlalu sejak edisi pertama buku ini diterbitkan, belum banyak literatur praktis mengenai pengelolaan lembaga think tank. Lembagalembaga think tank kuat di wilayah FSE/CEE memiliki fungsi yang
tumpang tindih dengan NGO, lembaga konsultan dan yayasan.
Mereka sama-sama memiliki misi, struktur staf dan klien tertentu.
Lembaga think tank perlu memiliki panduan manajemen sendiri,
dan buku ini terus berupaya mengisi kesenjangan tersebut.
Seluruh buku Managing Think Tanks edisi pertama telah tersebar luas, sementara daftar pesanan terus meningkat. LGI dengan
bangga menanggapi permintaan tersebut dengan menerbitkan edisi
kedua dengan cakupan pembahasan yang lebih luas, bekerja sama
dengan The Urban Institute.
George M. Guess
Direktur Riset LGI (2004 - )
Pengantar Penulis
P
ulisan buku ini terutama diilhami oleh pengalaman saya bersama Institute for Urban Economics (IUE), sebuah lembaga
think tank yang didirikan di Moskow pada 1995. Keenam pendiri
IUE adalah staf saya yang mengerjakan proyek-proyek kerja sama
teknis berskala besar di Rusia. Sebagai penasihat di The Urban
Institute—lembaga think tank andal yang bertempat di Washington, D.C.—saya bekerja sama sangat erat dengan manajemen IUE
selama tiga tahun untuk membantu memantapkan fondasi IUE.
Selama masa itu saya mencari bahan tertulis mengenai manajemen
lembaga think tank. Namun, saya tak menemukan satu pun.
Sejak 1990 hingga kini, saya telah mengunjungi dan bekerja dengan lebih dari 15 lembaga think tank di Eropa Timur dan
Persemakmuran Negara Merdeka (CIS). Terkadang kerja sama itu
berlangsung intensif. Sering kali sebuah diskusi melahirkan suatu
tantangan manajemen tertentu, misalnya bagaimana menetapkan
tingkat overhead yang cukup meyakinkan auditor lembaga donor.
Saya ingin bisa berbuat lebih dari sekadar memberi mereka nasihat
sepintas. Namun, sekali lagi, saya merasa frustrasi karena tidak
adanya panduan tertulis.
Kebutuhan akan—dan tiadanya—informasi manajemen ini memunculkan motivasi kuat bagi saya untuk menulis buku tentang
xi
xii
Pengantar Penulis
praktik-praktik yang baik dalam bidang ini. Saya berkesimpulan
bahwa buku itu akan lebih berguna dan meyakinkan jika saya dapat
mendokumentasikan pola-pola manajemen aktual dengan informasi yang lebih sistematis mengenai praktik terkini lembaga-lembaga
think tank yang masih muda, termasuk contoh-contoh praktik
yang baik. Untuk itu, saya melakukan survei selama 2000-2001
mengenai beberapa aspek tertentu bidang manajemen. Kebanyakan
survei ini melibatkan wawancara dan tatap muka, tapi ada juga
yang menggunakan kuesioner yang diisi lewat e-mail. Informasi
tersebut, ditambah dengan data praktik-praktik yang dilakukan
kalangan bisnis, organisasi nirlaba, dan lembaga-lembaga think
tank, menjadi dasar bagi panduan-panduan dalam buku ini.
Saya menghabiskan sebagian besar masa hidup saya di lembaga
think tank—pertama di National Bureau of Economic Research
dan kemudian di The Urban Institute. Saya mendapat kesempatan
untuk mengamati praktik-praktik manajemen di lembaga-lembaga
ini dan mencari informasi dari 10 lembaga think tank lain di Barat
pada sebuah survei untuk suatu proyek beberapa tahun lalu. Datadata tersebut meyakinkan saya bahwa sudah banyak lembaga think
tank di Barat yang dikelola secara efektif dalam banyak bidang,
tapi cukup banyak pula yang merasakan manfaat dari perbaikan
sebagian aspek dalam praktik administrasinya.
Buku ini terutama ditujukan untuk lembaga-lembaga think
tank yang tergolong muda dan kecil di seluruh dunia, dan mungkin sangat berguna bagi lembaga-lembaga di negara-negara yang
sedang mengalami transisi ekonomi. Namun, saya yakin bahwa
lembaga-lembaga think tank di negara-negara industri juga dapat memetik pelajaran yang disajikan di sini. Buku ini juga dapat
membantu yayasan-yayasan serta badan-badan bantuan bilateral
dan multilateral yang bekerja dengan lembaga think tank. Para
sponsor proyek-proyek riset dan pendampingan teknis juga sering
meremehkan produktivitas investasi kecil dalam pengembangan
lembaga. Panduan yang disajikan di sini dapat mengingatkan
sponsor mengenai keterbatasan lembaga think tank dalam bidang
manajemen. Informasi ini juga menjadi dasar untuk menjawab
Pengantar Penulis
xiii
masalah.
Edisi kedua berisi tiga bab baru sebagai tanggapan atas saransaran yang diberikan para pemimpin lembaga think tank dan
kebutuhan yang timbul selama saya bekerja dengan berbagai organisasi riset kebijakan. Ada beberapa bab yang direvisi dan diperluas. Selain bahan-bahan pada bab-bab baru tersebut, saya belum
mengumpulkan bahan baru atau informasi mutakhir mengenai
praktik lembaga-lembaga think tank di Eropa Timur dan CIS yang
terlibat dalam edisi pertama. Tak diragukan lagi, para pemimpin
lembaga think tank telah memperkuat praktik mereka. Pembaca
didorong untuk memikirkan informasi kasus yang disajikan di
sini sebagai contoh abstrak, bukan praktik yang sedang terjadi di
lembaga yang dimaksud.
Saya ingin berterima kasih pada beberapa orang dan organisasi
yang telah memberi bantuan penting dalam penyusunan buku ini.
Yang pertama adalah 20 lembaga think tank yang telah berpartisipasi dalam survei-survei untuk buku ini. Saya sangat terbantu oleh
diskusi panjang mengenai topik-topik manajemen dengan beberapa
rekan di lembaga-lembaga think tank, baik dalam wawancara formal yang merupakan bagian dari survei maupun dalam konteks
lain. Utang budi terbesar saya adalah pada tim di Institute for Urban
Economics, terutama pada presidennya, Nadezhda B. Kosareva,
yang telah berbagi detail mengenai praktik manajemen yang baik
di IUE. Saya berterima kasih karena lembaga-lembaga think tank
itu mengizinkan saya menerbitkan bahan-bahan tersebut.
Presiden The Urban Institute, Robert D. Reischauer, antusias
mengenai proyek ini dan menawarkan dukungan moral. Staf dari
bagian administrasi juga menyumbangkan pelajaran dan bahanbahan berharga. Terima kasih khususnya saya tujukan kepada
Kathleen Courrier atas ide-ide cemerlangnya. The Urban Institute
juga mendukung penulisan buku ini dengan pendanaan.
Akhirnya, saya berterima kasih kepada pihak-pihak berikut yang
telah mengizinkan saya menggunakan bahan-bahan dari dokumen
yang memiliki hak cipta: Harold Liebovitz dan Laura Wherry dari
The Urban Institute untuk “Research to Practice: Evaluating As-
xiv
Pengantar Penulis
sessing the New Federalism Dissemination Activities”, Makalah
Assessing the New Federalism 04-02.
Raymond J. Struyk
Mei 2006
Pengantar CSIS
Mengelola Sebuah
“Think Tank” di Indonesia
P
ada permulaan 2008 ini CSIS dinyatakan sebagai satu dari
30 think tank utama di dunia di luar Amerika Serikat. Penilaian ini diberikan oleh Think Tanks and Civil Societies Program
di Philadelphia, Amerika Serikat, yang dipimpin oleh James G.
McGann. Dari 30 think tank itu, enam berada di Asia. Selain CSIS
di Indonesia, lima lembaga lainnya adalah Chinese Academy of
Social Science (CASS) dan Shanghai Institute for International
Studies (SIIS), keduanya di Cina, Institute for International Policy
Studies (IIPS) dan Japan Institute of International Affairs (JIIA),
keduanya di Jepang, serta Institute for Defense Studies and Analysis (IDSA) di India.1 Pernilaian ini didasarkan atas sejumlah
kriteria yang belum tentu diterima secara universal. Terlepas dari
persoalan ini, barangkali dapat disimpulkan bahwa CSIS di Indonesia telah memperoleh pengakuan internasional sebagai sebuah
think tank. Namun, dalam usianya yang telah mencapai 37 tahun
sebenarnya lembaga ini masih terus mengalami evolusi dan selalu
mencari bentuk yang sesuai dengan kondisi masyarakat yang juga
mengalami perkembangan.
Dalam rumusan James McGann, “Think tanks are public policy
research, analysis and engagement institutions that generate
policy-oriented research, analysis and advice on domestic and
international issues that enables policymakers and the public to
xv
xvi
Pengantar CSIS
make informed decisions about public policy issues. Think tanks
may be affiliated or independent institutions and are structured
as permanent bodies, not ad hoc commissions. These institutions
often act as a bridge between the academic and policymaking communities, serving in the public interest as an independent voice that
translates applied and basic research into a language and form
that is understandable, reliable, and accessible for policymakers
and the public”.2
Memang inilah yang menjadi cita-cita dan sekaligus acuan bagi
CSIS ketika didirikan pada 1 September 1971. Pada waktu itu kata
think tank belum lazim dipakai seperti sekarang. CSIS dirumuskan
sebagai lembaga studi yang berorientasi pada kebijakan (policyoriented), berbeda dari lembaga akademik yang mempunyai tujuan
utama mengembangkan ilmu pengetahuan.3 Namun, walaupun
CSIS bukan suatu lembaga akademik, hasil kajiannya harus dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik. Itulah tantangan terbesar
CSIS selama puluhan tahun pertama.
Para pendiri CSIS mengerti tentang adanya keperluan untuk
melakukan kajian yang bersifat “policy-oriented”, tetapi mereka
tidak tahu bagaimana melakukannya. Ini merupakan tantangan
pertama. Barangkali ini wajar. Pada waktu itu, “policy analysis”
juga belum lama dikembangkan di Amerika Serikat dan masih
mencari bentuk. Dalam membuat refleksi pada peringatan ulang
tahun CSIS ke-20, masih ada perasaan bahwa pengkajian yang
berorientasi pada kebijakan yang dilakukan di CSIS belum menemukan polanya yang mantap.4
Bagi CSIS, barangkali tantangan yang lebih besar adalah untuk
mendapatkan kredibilitas di mata pihak luar mengenai keberadaannya sebagai suatu lembaga studi dengan agenda yang mengutamakan kepentingan masyarakat pada umumnya (public). Hal ini karena CSIS didirikan oleh sejumlah sarjana muda yang terlibat aktif
dalam perubahan politik di tanah air pada akhir 1960-an hingga
permulaan 1970-an. Oleh karena itu, CSIS mempunyai suatu agenda
yang jelas dan barangkali memang tidak mungkin diterima semua
orang. Selain itu, pendirian CSIS didukung penuh oleh dua orang
Pengantar CSIS
xvii
yang berada di lingkaran terdalam struktur kekuasaan baru waktu
itu. Jendral Ali Moertopo dan Jendral Soedjono Hoemardani adalah
asisten pribadi (aspri) Presiden Suharto untuk bidang politik dan
ekonomi, dan mereka berdua—tentu saja dengan restu Presiden
Suharto—memberikan dukungan penuh pada CSIS.
Namun, agenda CSIS tidak pernah disembunyikan. Bahkan
pemikiran-pemikiran yang tumbuh dari persilangan pendapat
dan kajian-kajian mengenai arah pembangunan nasional telah dirangkum oleh Ali Moertopo dan diterbitkan dalam buku berjudul
Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahun. Pemikiranpemikiran yang termuat di dalam buku ini cukup kontroversial.
Tetapi, dua hal perlu dicatat. Pertama, gagasan yang dilontarkan
oleh Ali Moertopo yang merupakan seorang jendral TNI itu sama
sekali tidak ditujukan untuk melestarikan rezim yang didominasi
kelompok militer. Penataan kembali kehidupan politik—baik dari
segi suprastruktur maupun infrastruktur politik—ditujukan untuk
membangun fondasi kuat bagi demokratisasi. Gagasan “massa
mengambang” disalahartikan sebagai pemancungan politik atas
rakyat banyak. Padahal, gagasan ini ingin melindungi adanya ruang
gerak yang luas bagi masyarakat untuk menentukan pilihan politiknya pada saat pemilihan umum. Kedua, upaya menekan konflik
ideologis, yang dilihat sebagai sebab kehancuran bangsa, dengan
mengetengahkan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara barangkali dalam praktiknya telah ditarik terlampau jauh. Celakanya,
semangat hakiki Pancasila tidak ditunjukkan dalam kehidupan
sehari-hari oleh mereka yang mewartakannya ke mana-mana.
Kedekatan CSIS dengan sentra kekuasaan pada sekitar 15 tahun
pertama eksistensinya menjadi stigma yang tidak mudah dihilangkan. Banyak anggapan bahwa berbagai kebijakan yang diambil
pemerintah Orde Baru berasal dari CSIS. Sayangnya, hal ini tidak
benar. Memberikan nasihat kebijakan (policy advise) ternyata
bukan hal yang sederhana, apalagi karena Presiden Suharto tidak
pernah mau bergantung pada satu sumber nasihat. Kegiatan policy
advise merupakan suatu kiat (art) karena dari pengalaman, tidak
pernah ada nasihat yang akan diterima mentah-mentah. Kare-
xviii
Pengantar CSIS
nanya, sangat sulit bagi lembaga seperti CSIS, dan think tank pada
umumnya untuk dapat mendaku bahwa hasil kajiannya menjadi
dasar bagi pembuatan suatu kebijakan. Oleh karena itu pula, upaya
bagi suatu think tank untuk bisa mengharapkan bahwa kajiannya
ikut diperhitungkan adalah dengan meningkatkan mutu dan relevansi kajian tersebut. Secara singkat, harus ada kepercayaan bahwa
dengan input yang baik, maka dapat diharapkan output yang baik
pula. Itulah barangkali esensi dari kegiatan policy advise.
CSIS beranggapan bahwa eksistensinya bisa dipertanggungjawabkan bila lembaga ini dapat menghasilkan kajian-kajian yang
baik secara konsisten. Apakah hasil kajiannya itu dapat didaku
sebagai dasar pembuatan suatu kebijakan adalah hal sekunder.
Sebab, CSIS bukan lembaga konsultan atau lembaga yang melakukan kajian pesanan. CSIS lebih ingin memberikan sumbangan
pemikiran yang dapat ikut menciptakan lingkungan yang lebih baik
bagi berkembangnya masyarakat. Dalam melaksanakan upaya ini
maka kiranya tepat rumusan yang digunakan oleh James McGann
dalam menggambarkan kegiatan think tank serta tantangannya,
yaitu memadukan aspek mutu akademis (academic), pemberian
nasihat (advise), dan advokasi (advocacy) secara tepat.
Kesemua ini dapat dilihat sebagai aspek makro dari pengelolaan think tank. Aspek ini banyak berkaitan dengan kondisi dan
dinamika yang terjadi di luar lembaga bersangkutan. Aspek mikronya adalah bagaimana mengelola lembaga tersebut dari dalam
sehingga dapat memproduksikan “nilai tambah” yang tinggi. Buku
Managing Think Tanks karya Raymond J. Struyk menyangkut
aspek mikro ini.
Dalam 37 tahun eksistensinya, CSIS banyak memberikan perhatian pada aspek makro di atas, dan secara belajar sambil berjalan
berupaya meningkatkan pengelolaan aspek mikronya. Tentang yang
terakhir ini CSIS pun masih terus harus belajar. Seperti banyak
organisasi di Indonesia, CSIS masih mempunyai banyak kelemahan
dalam aspek ini. Pada tahapan di mana sebagai suatu lembaga CSIS
sudah cukup mantap (maturing organization), rasanya perbaikan
dalam pengelolaan aspek mikro ini akan dapat menghasilkan
lonjakan besar dalam sumbangannya kepada masyarakat melalui
Pengantar CSIS
xix
kajian-kajiannya.
Buku Raymond J. Struyk ini akan sangat bermanfaat bagi banyak
lembaga di Indonesia. Terima kasih untuk itu.
Jakarta, November 2008
Hadi Soesastro
Centre for Strategic and International Studies (CSIS)
CATATAN
Lihat James McGann, The Global Go To Think Tanks, Philadelphia: FPRI, 2008.
2
James McGann, Thank Tanks and Policy Advice in the U.S.:
Academics, Advisors and Advocates, London: Routledge, 2007.
3
Hadi Soesastro, “CSIS sebagai Lembaga Studi”, CSIS 20 Tahun, Jakarta: CSIS, 1991.
4
Ibid.
1
Pengantar Yayasan Tifa
B
uku ini pertama kali saya lihat ketika berkunjung ke kantor
Open Society Institute (OSI) di Budapest, Hungaria beberapa waktu yang lalu. Judulnya dengan mudah menarik perhatian
kita: Managing Think Tanks—panduan praktis untuk mendewasakan organisasi yang bergerak di bidang pengkajian kebijakan publik. Sekilas membaca isinya, saya segera membayangkan
manfaatnya jika buku ini dapat diterjemahkan dan disebarluaskan di Indonesia. Keinginan ini sempat saya kemukakan kepada
salah seorang pimpinan di Local Government and Public Service
Reform Initiative (LGI), salah satu lembaga yang menerbitkan
buku ini. Gagasan ini disambutnya dengan antusias. Beberapa
waktu berlalu setelah kunjungan itu hingga pada suatu saat rekan
di LGI tersebut menghubungi saya dan memberitahukan bahwa
ada keinginan serupa dari Pusat Telaah dan Informasi Regional
(PATTIRO) Jakarta untuk menerbitkan buku ini. Rekan-rekan di
PATTIRO bahkan sudah melangkah lebih jauh dan telah berhasil
menghubungi penulisnya, Raymond J. Struyk serta mendapatkan
izin bagi penerbitan bukunya. Maka, jadilah gagasan ini menjadi
sebuah kenyataa:, buku Managing Think Tanks dalam edisi bahasa
Indonesia yang diterbitkan atas kerjasama PATTIRO, Yayasan
Tifa, dan LGI.
Buku ini kami kira akan dapat memberi makna bagi upaya
xxi
xxii
Pengantar Yayasan Tifa
perbaikan kebijakan publik di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui
bahwa sejak reformasi pada 1998, berbagai perubahan telah terjadi
hampir di semua sektor kehidupan: ekonomi, politik, sosial, budaya dan lingkungan—yang kesemuanya membutuhkan rumusan
kebijakan publik yang progresif dan mampu mengelola perubahan
ini. Para pemikir, analis kebijakan, dan aktivis telah berperan dalam memengaruhi proses perumusan kebijakan publik selama ini,
yang di antaranya dilakukan melalui lembaga think tank. Memang,
tidak cukup banyak lembaga di Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai sebuah think tank, tapi fungsi think tank sebenarnya
cukup mudah dijumpai pada berbagai organisasi masyarakat sipil
di Indonesia. Di sinilah buku Managing Think Tanks memberikan
manfaatnya karena selain memberi pengetahuan tentang bagaimana mengelola sebuah think tank, buku ini juga dapat menjadi
“provokasi” tentang perlunya menegaskan identitas diri sebagai
suatu lembaga think tank.
Kepada Raymond J. Struyk, Yayasan Tifa mengucapkan terima
kasih atas bukunya yang cemerlang serta persetujuannya untuk
penerbitan edisi bahasa Indonesia. Penghargaan disampaikan
kepada PATTIRO atas inisiatif untuk merealisasikan upaya penerjemahan buku ini. Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada
Bapak Hadi Soesastro yang dalam kesibukannya telah bersedia
menyempatkan diri memberikan pengantar tentang Centre for
Strategic and International Studies (CSIS), sebagai ilustrasi kontekstual atas pengelolaan sebuah think tank Indonesia yang telah
berkiprah selama 37 tahun.
Semoga buku ini dapat memperkuat organisasi dan fungsi
lembaga-lembaga think tank di Indonesia agar dapat terus memberikan masukan atas kebijakan publik yang terbaik dalam mengawal
Indonesia menuju kondisi demokrasi yang lebih terkonsolidasi.
Jakarta, November 2008
Tri Nugroho
Direktur Eksekutif Yayasan Tifa
Pengantar PATTIRO
T
ahun 2010 ini, Indonesia tampaknya telah mulai mening­
galkan masa euforia dari demokrasi dan mulai menuju
masa pembuktian dari demokrasi itu sendiri. Demokrasi yang telah
tumbuh berkembang di Indonesia, khususnya sejak Reformasi
1998, saat ini sedang diuji apakah benar-benar mampu memberi
sesuatu yang signifikan bagi pencapaian tujuan bangsa ini atau
tidak. Pada kesempatan seperti ini negara dan masyarakat sipil,
sebagai produk dari proses demokrasi yang telah berlangsung,
dituntut untuk membuktikan perannya dalam menyelesaikan
berbagai persoalan nyata, tidak sekadar persolan politik saja, yang
dihadapi bangsa ini. Bagaimana mengalokasikan anggaran yang
adil, bagaimana menyusun desain pelayanan yang dapat diakses
oleh semua golongan masyarakat, atau bagaimana membuat kebijakan ekonomi yang mampu meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak adalah tantangan yang harus dijawab oleh negara saat ini.
Sedangkan bagaimana melakukan monitoring untuk mendorong
negara agar melakukan hal tersebut adalah tantangan yang harus
dijawab oleh masyarakat sipil.
Keberhasilan negara dan masyarakat sipil menjawab tantangan
tersebut, akan dicatat sebagai keberhasilan demokratisasi di Indonesia. Sebaliknya, jika negara dan masyarakat sipil gagal menjawab
tantangan tersebut, maka mungkin banyak orang akan menganggap sia-sia proses demokratisasi yang dilakukan di Indonesia.
xxiii
xxiv
Pengantar PATTIRO
Seiring dengan tuntutan pembuktian manfaat demokrasi
tersebut pemerintah di tingkat pusat dan daerah dituntut untuk
menghasilkan kebijakan yang berkualitas dan mampu menjawab
persoalan yang terjadi di masyarakat. Untuk itu, sebenarnya para
pembuat kebijakan membutuhkan pengetahuan, informasi dan
ide-ide yang relevan untuk meningkatkan kualitas kebijakannya
yang akan dibuatnya. Selain itu, pihak-pihak yang akan memonitor kebijakan (seperti NGO dan kelompok-kelompok kepentingan
di masyarakat) juga membutuhkan pengetahuan, informasi dan
ide-ide inovatif yang relevan dengan kebijakan tersebut. Karena
hal ini akan memperkuat kualitas monitoring dan tuntutan mereka
terhadap pemerintah, yang pada gilirannya akan mendorong pemerintah memastikan kebijakan yang dibuatnya adalah kebijakan
yang berkualitas.
Dalam era desentralisasi di Indonesia saat ini, kebutuhan terhadap kebijakan yang berkualitas semakin juga dirasakan oleh
masyarakat daerah. Banyak pemimpin daerah yang sangat serius
mempersiapkan kerja-kerja politik mereka, namun kurang siap
dalam menyusun strategi dan rencana pembangunan daerah yang
benar. Sehingga pembangunan terabaikan di banyak daerah di Indonesia. Dalam beberapa kasus yang ditemui PATTIRO di beberap
daerah, ketidak-mampuan memaksimalkan pembangunan daerah,
sebagian terjadi disebabkan oleh kesalahan dalam cara pengambilan kebijakan daerah. Kebijakan daerah banyak yang ditetatpkan
berdasar pertimbangan politik dan kurang mengunakan informasi
dan pengetahuan yang relevan. Sehingga kebijakan menjadi tidak
relevan dan tidak mudah diimplementasikan.
Untuk mencapai proses pembuatan kebijakan yang berkualitas
di Indonesia saat ini masih ada setidaknya dua kendala yang menghambat. Pertama, para pembuat kebijakan belum serius memanfaatkan pengetahuan, informasi dan ide-ide yang relevan dengan
kebijakan yang hendak dibuat. Hal ini terjadi terkait dengan kebiasaan dari lembaga-lembaga pembuat kebijakan publik di Indonesia. Proses-proses pembuatan kebijakan publik yang dilakukan oleh
pemerintah, seringkali dilakukan hanya sekadar memperhatikan
aspek legalitas semata, dan sangat kurang memperhatikan aspek
Pengantar PATTIRO
xxv
substansi dari setiap kebijakan yang akan dibuatnya.
Hambatan kedua adalah belum tersedianya pengetahuan, informasi dan ide-ide yang relevan atas kebijakan yang dapat dengan
mudah diakses dan digunakan oleh pemerintah. Pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, sering mengeluhkan
mengenai hal ini. Misalnya ketika ada pemerintah daerah yang
sangat reponsif terhadap upaya adaptasi atas dampak perubahan
iklim di daerahnya, serta ingin menyesuaikan kebijakan daerahnya
dengan hal itu. Ternyata sangat sulit bagi pemerintah daerah tersebut untuk memperoleh pengetahuan, informasi dan ide-ide yang
relevan untuk membuat kebijakan mengenai hal itu.
Pengembangan kapasitas riset dan kebijakan kurang mendapat
perhatian di lembaga-lembaga pembuat kebijakan publik. Pemerintah meskipun memiliki pusat-pusat penelitian dan pengembangan,
namun kurang memberi ruang bagi pusat-pusat penelitian tersebut
untuk terlibat ketika pemerintah membuat kebijakan. Partaipartai politik, yang seringkali turut mempengaruhi banyak proses
pengambilan keputusan publik, baik di tingkat nasional dan daerah,
juga jarang menyumbangkan alasan yang berkualitas ketika mendesak pemerintah membuat suatu kebijakan. Sehingga kebijakan
yang dihasilkan sering hanya mengakomodasi kepentingan politik
tertentu saja. Hal tersebut juga karena pengembangan kapasitas
riset dan kebijakan kurang diperhatikan di partai-partai politik.
Peran Lembaga Think Tank
Melihat realitas seperti itu, lembaga think tank menjadi lembaga
yang sangat dibutuhkan perannya saat ini. Pada satu sisi, lembaga
think dibutuhkan untuk mengisi kekosongan pengetahuan, informasi dan ide-ide yang relevan dalam proses-proses pembuatan
kebijakan yang selama ini tidak diisi oleh pemerintah maupun
organisasi-organisasi non pemerintah yang ada. Pada sisi lain, lembaga think tank juga dibutuhkan untuk menjadi sparring partner
dari para pembuat kebijakan, dengan melakukan penilaian atas
kebijakan pemerintah, baik penilaian ketika masih berupa usulan
kebijakan maupun penilaian terhadap implementasi kebijakan.
Selain itu, lembaga think tank juga dibutuhkan untuk memperkuat
xxvi
Pengantar PATTIRO
monitoring groups, agar tuntutan atau pengawasan dari para pihak
yang melakukan monitoring tersebut menjadi lebih berkualitas.
Lembaga think-tank pada kenyatannya juga sering menjadi monitoring groups itu sendiri.
Namun seringkali lembaga-lembaga think tank di Indonesia
masih disibukkan oleh persoalan-persoalan internal lembaga mereka. Masalah sustainabilitas lembaga, kaderisasi staf, ketiadaan
tata manajemen yang memenuhi standar dan sebagainya seringkali
menyita sebagaian besar waktu dari lembaga-lembaga think tank
tersebut. Sehingga lembaga-lembaga think tank tersebut harus
lebih banyak bersikap inward looking dan belum dapat memilih
untuk mengembangkan perannya keluar secara maksimal.
Di sisi eksternal, meskipun terdapat berbagai peluang seperti
disebutkan sebelumnya, namun terdapat beberapa hambatan eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam peningkatan peran
lembaga think tank. Misalnya bagaimana lembaga think tank harus
mengambil posisi ketika berhadapan dengan pembuat kebijakan,
bagaimana lembaga think tank memilih fungsinya (apakah sebagai
pelayan pengetahuan atau memperjuangkan ideologi), bagaimana
sistem insenif yang harus dipertimbangkan agar banyak lembaga
think tank menjadi lebih bertahan, dan sebagainya. Salah satu contoh tantangan yang terkait dengan itu adalah bagaimana mengatasi
rendahnya kepercayaan dari pemerintah (sebagai user potensial
dari lembaga think tank) terhadap lembaga-lembaga think tank
di Indonesia, seringkali mereka lebih percaya kepada hasil-hasil
penelitian yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga asing..
Buku “Managing Think Tank” yang Anda baca ini adalah edisi
kedua versi bahasa Indonesia dari buku tersebut. Lima ribu buku
edisi pertama yang kami cetak, di luar yang kami duga, dalam satu
tahun telah habis terdistribusikan atau dipesan oleh para pembaca
dari seluruh Indonesia. Banyak kawan dari NGO, perguruan tinggi,
peneliti, politisi dan pegawai pemerintah minta buku ini tapi kehabisan. Apakah hal ini menunjukan telah tumbuh antusiasme
yang tinggi pada gerakan think tank di Indonesia? Kami jelas tidak
berani mengambil kesimpulan itu. Tetapi setidaknya hal tersebut
menunjukkan bahwa ada ketertarikan orang atau keingin-tahuan
Pengantar PATTIRO
xxvii
orang terhadap lembaga think-tank.
Kami cukup berharap bahwa ketertarikan tersebut tidak sekadar ketertarikan untuk tahu. Namun juga ketertarikan untuk turut
mengembangkan lembaga think tank. Baik think tank untuk skala
nasional maupun untuk skala lokal. Pengembangan think tank
dalam skala lokal, pada saat ini tidaklah kalah penting dibanding skala nasional. Karena kebutuhan atas “strategi”, khususnya
strategi kebijakan, juga muncul di skala lokal (baik propinsi, kota/
kabupaten, bahkan desa), khususnya dalam era desentralisasi saat
ini. Justru tantangan pengembangan strategi kebijakan di tingkat
lokal menjadi lebih mendesak saat ini, karena di tingkat lokal
wewenang dan uang meningkat secara signifikan, namun strategi
pembangunan atau strategi kebijakan tidak cukup dipikirkan oleh
orang-orang di sana.
Buku ini sebetulnya lebih ditujukan kepada lembaga-lembaga
think tank baru atau lembaga think tank lama dalam skala kecil dan
menengah yang hendak mengembangkan dirinya untuk berperan
lebih strategis. Pendekatan perbaikan dari dalam lembaga itu sendiri lebih mendominasi dalam buku ini. Namun dengan pendekatan
seperti itu, buku ini bukanlah buku yang sekadar mengingatkan
kita pada kepatuhan atas teori manajemen. Namun buku ini juga
memberi inspirasi dan inovasi yang cukup untuk pengembangan
lembaga think tank. Penulis buku ini sangat memahami karakte­
ristik lembaga think tank, sehingga ada pendekatan-pendekatan
khusus dalam melakukan manajemen lembaga think tank yang
disajikan dalam buku ini. Tentunya pendekatan-pendekatan itu
adalah inovasi.
Akhirnya kami berterima kasih pada Anda yang telah bersedia
membaca buku ini. Semoga buku ini dapat memberi inspirasi dan
semangat untuk Anda.
Jakarta, September 2010
Ilham Cendekia Srimarga
Direktur PATTIRO
xxviii
MANAGING THINK TANKS
Pengantar PATTIRO Institute
“T
hink tank untuk perubahan”—demikian kira-kira refleksi
kami, sebagai salah satu organisasi masyarakat sipil yang
telah bergiat dalam isu desentralisasi dan tata pemerintahan
lokal selama 9 tahun berjalan ini. Indonesia membutuhkan keberadaan lembaga think tank yang terkelola untuk mendukung
gerakan masyarakat sipil di lapangan. Lembaga think tank dibutuhkan untuk memberi pemikiran-pemikiran baru bagi organisasi
masyarakat sipil dalam upayanya berpartisipasi memperjuangkan
kepentingan publik.
Ada dua hal yang mendasari mengapa penerjemahan buku ini
perlu dibuat. Pertama, perlunya penguatan peran lembaga think
tank dalam mendukung gerakan perubahan sosial di Indonesia.
Berbagai riset mengenai gerakan sosial di Indonesia saat ini
menunjukkan adanya kebutuhan terhadap pemikiran-pemikiran
baru yang dapat menjadi solusi bagi persoalan sosial yang ada.
Hal ini menumbuhkan tuntutan yang kuat terhadap keberadaan
lembaga think tank di Indonesia. Kedua, pengelolaan berbasis visi
dan misi bagi lembaga think tank, lembaga riset ataupun lembaga
advokasi adalah kebutuhan mutlak agar lembaga tersebut dapat
menjawab berbagai tuntutan perubahan yang selalu terjadi di saat
ini dan masa depan. Hal ini penting menjadi perhatian karena
xxix
xxx
Pengantar PATTIRO Institute
seringkali lembaga think tank memiliki sifat khusus dalam pengelolaannya, yaitu memadukan antara sifat gerakan yang vision-driven
atau ideology-driven dengan sifat intelektualisme yang mungkin
agak berbeda dengan lembaga bisnis atau lembaga sosial lainnya.
Pengalaman kami, sebagai NGO (non-governmental organization) yang bergerak dalam mendorong tata-pemerintahan lokal
yang baik, menunjukkan bahwa setelah kebijakan desentralisasi
diberlakukan pada 2000 banyak pemerintah daerah dan legislatif
daerah yang membutuhkan arahan, baik yang bersifat praktis
maupun strategis, untuk membuat perubahan di wilayahnya
masing-masing. Begitu pula kalangan masyarakat sipil di daerah.
Mereka juga membutuhkan rekomendasi peran dan strategi baru
untuk menyikapi situasi yang baru tersebut. Sering kali, baik pemerintah daerah dan legislatif daerah maupun kelompok-kelompok
masyarakat sipil memiliki komitmen untuk melakukan perubahan
di daerahnya. Namun, mereka kerap menemui jalan buntu karena
sulit sekali menemukan strategi yang tepat, baik untuk pelaksanaan
maupun memantau aksi-aksi perubahan yang akan dilakukan.
Banyak pemerintah daerah membutuhkan masukan untuk
membangun masyarakatnya agar lebih sejahtera, misalnya saja
bagaimana cara mengimplementasikan program kampanye mereka,
pendidikan dan kesehatan gratis. Namun, mereka masih bingung
untuk melaksanakannya di lapangan. Karena, pada kenyataannya, implementasi kebijakan sekolah gratis ternyata tidak cukup
dengan hanya membagi-bagikan beasiswa. Sering kali berbagai
faktor bertautan menyebabkan implementasi kebijakan seperti itu
tidak mudah. Pada saat seperti itu, banyak pemerintah daerah yang
mengajak NGO/LSM daerah yang bertindak sebagai mitra untuk
memberi masukan yang komprehensif dan aplikatif di lapangan.
Sayangnya, banyak organisasi advokasi yang tidak siap untuk
memberikan masukan-masukan yang memberikan penyelesaian
atas permasalahan-permasalahan tersebut. Akibatnya, peluang
untuk memberikan masukan untuk perubahan yang lebih konkret
pun terlewatkan.
Oleh karena itu, menurut kami, untuk memberi masukan akan
perubahan kebijakan dalam melakukan aksi-aksi strategisnya,
Pengantar PATTIRO Institute
xxxi
NGO/LSM perlu memiliki atau berjaringan dengan lembaga think
tank. Kecenderungan saat ini, di mana dibutuhkan organisasi yang
mampu melakukan advokasi berbasis evidence, memperkuat kebutuhan terhadap jejaring dengan lembaga think tank tersebut. Jika
hal ini terjadi, NGO/LSM dapat diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi aksi-aksi perubahan yang hendak dilakukan oleh
pemerintah daerah secara lebih tepat dan cepat. Hal ini juga akan
mempertinggi posisi tawar NGO/LSM tersebut dengan stakeholder
lain dalam menegosiasikan perubahan kebijakan publik.
Dari aspek manajemen lembaga, buku ini penting karena pengelolaan internal dan pendewasaan organisasi mutlak diperlukan
untuk menjadikan suatu organisasi up to date dengan tuntutan
yang berkembang di lingkungannya. Hal-hal kecil yang sering kali
diabaikan oleh NGO/LSM adalah bagaimana mengelola organisasi
dengan baik dan profesional serta bagaimana mengembangkannya
secara progresif. Banyak NGO/LSM jatuh tidak hanya karena tidak
memahami konteks perubahan di masyarakat atau kekurangan
dana, tapi karena ketidakmampuan mengelola permasalahan internal. Kepemimpinan, pengelolaan sumber daya, membangun kerja
sama, dan mengomunikasikan hasil untuk mempengaruhi kebijakan agar lebih efektif menjadi contoh kerja yang perlu dilakukan
dan diperbaiki terus-menerus demi mengembangkan organisasi.
Sebagai NGO yang berkiprah 9 tahun di bidang advokasi, organisasi kami membutuhkan manajemen yang baik dan progresif untuk
berkembang dan menjadi besar. Jika awalnya dimulai dengan 18
fasilitator, pada akhir 2008 bertambah menjadi 150 fasilitator
yang tergabung dalam 16 jaringan. Jika dulu hanya mengelola
satu isu, kini bergerak ke berbagai isu. Tentu saja ini merupakan
perkembangan besar bagi lembaga dan gerakan masyarakat sipil di
Indonesia. Perkembangan ini akan sulit dilakukan bila manajemen
pengelolaannya tidak mendukung perkembangan tersebut.
Dalam konteks itu, buku ini menurut saya dapat menjadi sumber
referensi. Contoh-contoh yang terdapat dalam buku ini diharapkan
dapat menutup kurangnya sumber referensi dari dalam negeri dalam hal pengembangan organisasi think tank. Sebab, saat ini tidak
banyak organisasi Indonesia di bidang think tank atau advokasi
xxxii
Pengantar PATTIRO Institute
yang bertahan dan membesar sehingga dapat dijadikan bahan
perbandingan. Menurut saya, buku ini cocok menjadi rujukan bagi
para manajer atau direktur yang selain mengarahkan kerja-kerja
lapangan juga mengarahkan pengelolaan kelembagaan.
Jakarta, September 2010
Dini Mentari
Direktur PATTIRO Institute
Raymond J. Struyk
1
Mengapa Kita Perlu Peduli
dengan Manajemen?
B
anyak direktur lembaga think tank yang fokus semata-mata
pada tugas-tugas yang diperlukan untuk memenuhi tujuan
pokok sebuah lembaga riset kebijakan publik, seperti memperbesar
jumlah kebijakan yang dianggap dapat menyelesaikan ma­salah
negara, memberikan fakta dan analisis pada partai-partai politik,
menga­dvokasi NGO untuk memberdayakan para pemain kecil dalam proses politik, serta memberi informasi pada publik mengenai
isu-isu penting terkini. Mereka menikmati saling pe­ngaruh dalam
proses pembuatan kebijakan dan tantangan untuk me­ngarahkan
para peneliti yang bagus. Secara umum, lembaga think tank memang memberi kontribusi signifikan pada proses kebijakan.1
Kebanyakan direktur lembaga think tank berasal dari latar
be­la­kang akademisi. Mereka umumnya memiliki gelar Ph.D.
dan menghabiskan sebagian besar kariernya di universitas atau
lembaga riset. Sebagian lagi di badan pemerintahan pada level
senior. Jadi, tidak mengherankan jika mereka kurang tertarik pada
masalah manajemen.
Jika Anda melihat kecenderungan tersebut pada direktur atau
lem­baga think tank Anda, berhati-hatilah terhadap risikonya.
Perhatikan hal-hal berikut:
l
Direktur lembaga memercayakan staf seniornya melakukan
riset berkualitas tinggi dan mengendalikan kualitas kerja
tim, jadi tidak ada prosedur untuk melakukan tinjauan rutin
1
2
MANAGING THINK TANKS
atas kualitas produk yang dihasilkan. Sebuah laporan menyangkut masalah mendesak yang sangat gamblang masuk
ke Departemen Keuangan dengan cacat analisis dan statistik
di dalamnya. Kesalahan ini ditemukan oleh seorang analis
dari organisasi lain setelah laporan disebarluaskan. Lembaga
think tank itu kehilangan kredibilitasnya di depan pemerintah dan klien-klien lain.
lLembaga think tank menerapkan prosedur informal dalam
penggajian pekerja. Dalam praktiknya, pihak manajemen
cenderung khawatir harus menaikkan gaji pekerja jika dia
dicurigai sedang mencari pekerjaan lain. Sering kali mereka
menolak pekerja baru yang berpotensi demi mempertahan­
kan staf lama. Akibatnya, banyak staf yang tidak puas karena
mereka yakin tidak ada yang benar-benar memantau kualitas
dan kuantitas kerja mereka. Hampir tidak ada umpan balik.
Satu-satunya cara untuk mendapat kenaikan gaji adalah
mengancam akan keluar. Semangat kerja yang rendah menurunkan produktivitas dan ada beberapa staf yang benar-benar
keluar untuk bergabung dengan lembaga think tank lain atau
perusahaan yang mereka anggap akan menghargai pekerjaan
mereka.
l Tidak ada peraturan yang mengharuskan audit tahunan di
negara tempat lembaga think tank bekerja dan direktur tidak
melakukannya dengan alasan menghemat uang. Dia memercayakan akuntannya untuk membuat profil biaya operasional
umum lembaga tersebut. Organisasi think tank berhasil
memenangkan kontrak besar dengan donor multinasional
besar. Donor tersebut mensyaratkan audit untuk memastikan tingkat biaya operasional cukup aman sebelum setuju
memberikan kontrak. Para auditor akhirnya menemukan
bahwa tingkat biaya operasional umum dan banyak praktik
keuangan lainnya tidak benar. Donor tersebut kemudian
memutuskan mengalihkan pekerjaan ke kontraktor lain.
Contoh-contoh di atas sungguh-sungguh terjadi dan memang
Mengapa Kita Perlu Peduli dengan Manajemen?
3
cukup mengkhawatirkan. Namun, ada lagi alasan yang lebih men­
dasar bagi para manajer senior di lembaga think tank untuk lebih
serius memikirkan tugas-tugas manajemen pokok administrasi dan
keuangan, yaitu agar kinerja organisasi lebih efisien. Kepemim­pinan
yang dinamis dan karismatik saja tidak cukup untuk mem­perbaiki
kesalahan sistem administrasi.
Pemimpin sejumlah lembaga think tank menyadari perlunya
perbaikan mutu. Pada musim gugur 1999, Jaringan Pembangunan
Global (Global Development Network, GDN) Bank Dunia melakukan survei online terhadap lembaga think tank mengenai jasa dan
bantuan apa yang mereka butuhkan dari GDN. Salah satu pertanyaannya adalah, “Seberapa bernilai aktivitas-aktivitas pelatihan
berikut ini bagi lembaga Anda?” Responden diminta memberi nilai
pada setiap jenis pelatihan pada skala 1-7, dengan nilai 7 sebagai
nilai tertinggi. Ke-104 lembaga think tank menanggapi2 dengan
memberi nilai rata-rata 5,73 untuk pelatihan tentang “isu-isu
yang terkait dengan manajemen lembaga kebijakan”. Lembagalembaga yang sama memberi nilai 5,13 untuk pelatihan “isu-isu
teknis metode kualitatif dan statistik”. Pola ini sangat konsisten di
semua daerah survei.3 Intinya, para direktur lembaga think tank
menganggap perbaikan manajemen organisasi sama pentingnya
dengan penguatan kapasitas analitis. Temuan ini sama dengan
temuan penulis pada riset terhadap lembaga-lembaga think tank
di luar negara-negara industri.
Buku ini memberi panduan untuk mengatasi masalah-masalah
potensial, semacam pengisi kekosongan. Sudah barang tentu, di
masa lalu komunitas donor sudah mengupayakan pengembangan
institusional think tank, khususnya di negara-negara berkembang
atau yang sedang dalam masa transisi. Upaya-upaya itu cenderung fokus pada dua kebutuhan institusi muda. Pertama, donor
menyediakan perangkat pendukung pelaksanaan riset, terutama
komputer, mesin faks, dan mesin fotokopi. Yang lebih mutakhir,
ada bantuan akses internet dan pembuatan situs internet. Kedua,
donor mengadakan pelatihan yang khusus membahas kebutuhankebutuhan NGO yang baru berdiri pada umumnya. Manfaat
4
MANAGING THINK TANKS
pelatihan mengenai manajemen keuangan dasar, tata-kelola korporat, penggalangan dana, interaksi dengan media, dan advokasi
kebijakan sudah banyak dirasakan NGO. Program-program ini
memberikan keterampilan-keterampilan penting bagi hal-hal teknis
yang terhitung baru dan sederhana.4
Namun, lembaga think tank yang mapan membutuhkan masukan yang lebih rumit dan pelik. Para pemimpin lembaga think tank
yang mencari panduan dan materi praktis sering mengandal­kan
buku-buku dan bahan-bahan yang ditulis untuk lembaga nirlaba,
tapi kurang sesuai dengan kebutuhan.5 Lembaga think tank memiliki misi, struktur staf, dan klien yang berbeda dari NGO.
SIAPA SAJA YANG PERLU MEMBACA BUKU INI?
Pemimpin lembaga think tank adalah sasaran utama buku ini.
Jumlah lembaga think tank, baik di dalam dan luar negara-negara
industri maju, terus berkembang selama 1990-an dan bahkan semakin menjamur pada dasawarsa lalu. Sebuah survei menunjukkan
bahwa kini ada lebih dari 1.200 lembaga think tank di Amerika
Serikat, atau bertambah beberapa ratus dari era 1980-an. Freedom
House (1999) memperkirakan ada 250 organisasi semacam itu di
Eropa Timur saja.
Salah satu survei terkini terhadap 800 lembaga think tank di
seluruh dunia menunjukkan bahwa 62 persen lembaga yang merespons survei ini di bekas blok Soviet didirikan pada 1990-an. Di
Afrika, angkanya sekitar 38 persen; jumlah yang sama didirikan
pada dasawarsa sebelumnya.6
Angka-angka untuk semua kawasan itu belum mencakup lembaga yang didirikan pada 1990-an karena sulitnya mengiden­tifikasi
lembaga-lembaga baru untuk bisa dimasukkan ke dalam survei.
Meskipun demikian, gambaran secara keseluruhan­nya adalah populasi think tank meningkat. Pada saat yang sama, banyak lembaga
think tank yang lebih lama mapan semakin berkembang dan matang
karena hasil analisis dan partisipasi mereka pada proses kebijakan
semakin dihargai dan dikenal oleh komunitas donor, pemerintah,
Mengapa Kita Perlu Peduli dengan Manajemen?
5
parlemen, dan para pelaku lain dalam arena kebijakan.
Jadi, organisasi think tank dalam jumlah signifikan di seluruh
dunia telah atau akan segera mencapai apa yang disebut “perkembangan tahap kedua”. Para pengkaji think tank sering memakai
kriteria 10 peneliti purnawaktu yang secara konsisten digunakan sebagai indikator sebuah think tank telah mencapai tahap
perkembangan ini. Lembaga-lembaga “tahap kedua” berada pada
titik ketika mereka beranjak dari kegiatan tingkat rendah, sering
dengan level operasi yang sangat beragam serta sedikit sponsor,
menuju level kegiatan yang lebih tinggi—staf lebih banyak, proyek
lebih banyak, spesialisasi penugasan staf lebih besar, dan lebih
banyak peluang untuk proses kebijakan dan untuk mendidik publik
mengenai isu-isu kebijakan terkini.7 Sementara itu, yang disebut
lembaga think tank tahap ketiga adalah lembaga-lembaga yang
mapan di Barat, misalnya Brookings Institution dan The Urban
Institute di AS atau Institute fuer Wirtschaft Forschung (Institut
Riset Ekonomi) di Jerman.
Ketika mencapai tahap kedua, lembaga think tank harus mengubah sistem manajemen dan keuangannya—dan mungkin juga
cara mereka menjangkau kelompok sasaran—agar efektif dan
efisien. Mengelola transisi ke tingkat kegiatan lebih tinggi memang
sulit. Seorang analis kebijakan yang hebat tidak akan berhasil jika
menghadapi sistem keuangan primitif yang tidak memungkinkan
lembaga mengendalikan atau menyusun anggaran yang kredibel.8
Lembaga think tank pada perkembangan tahap pertama dan
kedua adalah sasaran buku ini. Namun, ada sasaran kedua: yayasan
dan para pendukung think tank lain, yaitu donor bilateral dan multilateral, misalnya USAID dan Bank Dunia. Sponsor-sponsor ini
tertarik memperkuat manajemen dan kapasitas lembaga think tank
agar menjadi sumber daya yang kuat dan berkelanjutan di negara
dan bidang yang mereka geluti. Sponsor-sponsor ini juga tertarik
mendalami manajemen lembaga think tank karena lembaga-lembaga think tank yang baik bekerja lebih efisien dan relatif bersih
dari korupsi. Selain itu, tidak banyak manajer proyek di organisasi
donor yang berpengalaman dengan lembaga think tank dan sering
6
MANAGING THINK TANKS
tidak yakin bagaimana bekerja dengan mereka untuk meningkatkan
kemampuan manajemen mereka. Bab-bab pada buku ini memandu
apa saja yang diperlukan untuk itu.
CONTOH KONKRET ADALAH YANG TERBAIK
Dari pengalaman bekerja bertahun-tahun dengan banyak lembaga
think tank, penulis menyadari bahwa cara terbaik untuk mengomunikasikan ide adalah dengan contoh-contoh nyata yang spesifik
dan relevan. Setiap bab dalam buku ini menyajikan contoh-contoh
tersebut, baik yang diperoleh melalui wawancara dengan berbagai
pemimpin lembaga think tank maupun materi yang didapatkan
selama kunjungan ke berbagai lembaga tersebut.
Panduan yang disajikan di sini diambil dari empat sumber:
pengetahuan yang penulis dapatkan selama 30 tahun be­kerja dengan lembaga think tank, pengalaman dalam mengkaji dan sebagai
mentor think tank selama 15 tahun terakhir, wawancara mendalam
dengan lebih dari 30 lembaga think tank di negara-negara yang
sedang mengalami transisi ekonomi (lihat tabel 1-1), serta studi
ter­hadap praktik manajemen unggulan yang direkomendasikan
untuk lembaga-lembaga nirlaba dan pencari laba di bidang manajemen yang sama.
Riset untuk mencari bahan penulisan buku ini menggunakan
7
Mengapa Kita Perlu Peduli dengan Manajemen?
Table 1-1 Lembaga think tank yang diwawancara, berdasarkan Negara
Lembaga think tank
Negara
Lembaga think tank di AS dan Eropa Barat
American Enterprise InstituteAS
Brookings InstitutionAS
Center for European Policy StudiesBelgia
Center for Strategic and International StudiesAS
Council on Foreign RelationsAS
The Heritage FoundationAS
The Hoover InstitutionAS
Institute for International EconomicsAS
Stockholm International Peace Institute
Swedia
The Urban InstituteAS
Lembaga think tank di Eropa Timur-Persemakmuran Negara-negara Merdeka
Center for the Study of DemocracyBulgaria
Institute for Market EconomyBulgaria
Center for Political Studies and Comparative Analysis
Rumania
Institute for Urban Economics
Rusia
Institute for Economy in Transition
Rusia
Expert Institute of the Russian Union
of Industrialists and Entrepeneurs
Rusia
Center for Democracy and Free Enterprise
Republic Ceska
Center for Social and Economic Research
Polandia
Gdansk Institute for Market Economics
Polandia
Metropolitan Research InstituteHungaria
TARKI-Social Research InstituteHungaria
International Center for Policy Studies
Ukraina
Viitorul Foundation
Moldova
Center for Policy Studies – CEPOSBosnia dan Herzegovina
Economic Institute of SarajevoBosnia dan Herzegovina
Economics Institute of Banja LukaBosnia dan Herzegovina
Center for Security StudiesBosnia dan Herzegovina
8
MANAGING THINK TANKS
wawancara dengan berbagai lembaga think tank di AS, Eropa
Barat, negara-negara transisi Eropa Timur, dan Persemakmuran
Negara-Negara Merdeka. Kebetulan penulis sudah mengenal berbagai lembaga think tank di beberapa negara yang sedang dalam
masa transisi ekonomi di Eropa Timur dari proses wawancara untuk
buku sebelumnya, yaitu buku mengenai kinerja lembaga think tank
dalam pembuatan kebijakan di Bulgaria, Hungaria, Armenia, dan
Rusia.9 Beberapa pemimpin lembaga think tank di Asia mengatakan
kepada penulis bahwa tantangan manajerial yang mereka hadapi
sama dengan yang dihadapi lembaga-lembaga di negara-negara
transisi ekonomi itu. Dengan kata lain, praktik lembaga-lembaga
think tank yang diwawancarai untuk buku ini hampir sama dengan
lembaga-lembaga di belahan dunia lain. Lembaga-lembaga tersebut adalah yang berada dalam “tahap satu” dan “tahap kedua” di
seluruh dunia, termasuk AS dan Eropa Barat.
Dalam meninjau praktik dan pengalaman lembaga-lembaga di
Eropa Timur, sebaiknya digunakan konteks umum mengenai situasi
lembaga think tank di kawasan tersebut. Beberapa poin penting
dirangkum dalam boks 1-1.
CARA MENGGUNAKAN BUKU INI
Bab-bab berikutnya akan membahas 11 bidang penting manajemen yang patut diperhatikan para pemimpin lembaga think
tank:
lMendorong staf agar lebih produktif dan mendorong staf
penting agar bertahan (menggunakan elemen-elemen pen­
ting seperti penilaian staf, pelatihan, dan kompensasi);
l Mengadakan pelatihan yang sangat relevan;
l Mengontrol kualitas produk yang disajikan ke klien, ter­
utama melalui proses peninjauan oleh lembaga sejenis (peer
review);
l Mengomunikasikan secara efektif hasil-hasil riset ke pembuat
kebijakan dan publik;
l Bekerja dengan dewan pengawas atau dewan direksi untuk
Mengapa Kita Perlu Peduli dengan Manajemen?
l
l
l
l
l
9
memperoleh nasihat dari dewan mengenai isu-isu strategis
tanpa perlu melibatkan dewan terlalu jauh dalam masalah
manajemen;
Memahami cara bersaing mendapatkan kontrak pemerintah;
Menentukan tingkat biaya operasional umum yang akurat
dan tidak jatuh karena penyelidikan oleh auditor luar;
Memberikan informasi penting untuk manajer senior mengenai kegiatan-kegiatan organisasi;
Melakukan strukturisasi staf. Menentukan kapan dan mengapa perlu mempekerjakan tim peneliti atau peneliti senior
andal yang didukung oleh satu atau dua orang asisten peneliti; dan
Membentuk pemimpin tim yang kuat. Manajemen madya
di lembaga think tank yang mengetuai proyek-proyek dan
banyak berinteraksi dengan pembuat kebijakan.
Boks 1-1 Poin-poin Penting Lembaga Think Tank di Eropa Timur
dan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka
l Rezim lama mewariskan tradisi pembuatan kebijakan yang
bersifat tertutup sehingga cakupan solusi alternatif terbatas,
analisis kaku, dan evaluasi program nyaris tidak ada. Beberapa
tahun sebelum transisi, analis kebijakan di beberapa negara,
seperti Rusia dan Hungaria, didorong oleh kepentingan pembuat
kebijakan senior yang menginginkan proses kebijakan yang lebih
terbuka dan pluralis. Analisis kebijakan ala Barat masih tergolong baru di daerah tersebut, baik bagi para praktisi maupun
pembuatan kebijakan. Lembaga think tank banyak terlibat dalam
proses perumusan kebijakan di Eropa Tengah dan Timur, Rusia,
Ukraina, dan Moldova. Namun, di negara-negara CIS lain, tidak
banyak lembaga yang terlibat.
l Yayasan-yayasan Barat, terutama Amerika, sangat gencar mendorong pembentukan sejumlah lembaga think tank dan memiliki
pengaruh besar dalam industri analisis kebijakan swasta. Model
lembaga think tank Amerika yang ditandai dengan kemandirian
yang sangat kuat telah menjadi standar. Namun, banyak pula
lembaga think tank yang berafiliasi dengan partai politik atau
10
MANAGING THINK TANKS
serikat buruh industri yang menganut “model Eropa”. Masalah
kenetralan lembaga think tank juga menjadi pertanyaan. ­Banyak
lembaga think tank yang menjalin koneksi politik bagus dan
pemimpinnya menduduki jabatan senior dalam pemerintahan.
Meskipun menguntungkan bagi upaya pembuatan kebijakan,
posisi tersebut juga memunculkan pertanyaan apakah lembaga
think tank benar-benar bebas dari kepentingan politik.
l Kebanyakan lembaga think tank yang diamati berada pada tahap
perkembangan pertama. Namun, ada sekitar 30-35% yang berada pada tahap kedua. Lembaga-lembaga pada tahap pertama
hanya memiliki sedikit staf peneliti tetap (satu atau dua orang),
jumlah konsultan paruh waktu yang lebih banyak, pendanaan
yang tidak tetap, dan sistem keuangan dan administrasi yang
tergolong kuno. Lembaga-lembaga pada tahap kedua memiliki
jumlah staf peneliti tetap yang lebih banyak (minimal 5-10 orang),
pendanaan yang relatif stabil, sistem operasi yang lebih kompleks dan andal, serta spesialisasi tugas yang lebih jelas (misalnya, ada staf khusus untuk hubungan masyarakat, dan sebagainya). Kebanyakan lembaga think tank tahap kedua berkembang
dari tahap pertama. Namun, ada juga yang langsung terbentuk
sebagai lembaga tahap kedua karena bantuan pemerintah atau
lembaga donor.
l Pemerintah pusat dan daerah di Eropa Timur dan CIS adalah klien buruk bagi lembaga think tank. Banyak kontrak yang
dilakukan di Hungaria dan Rusia, tapi volumenya masih sedikit.
Lingkungan hukum dan pajaknya cukup mendukung, tapi lembaga think tank tidak mendapatkan kemudahan, terutama jika
dibandingkan dengan organisasi komersial di wilayah tersebut.
l Kalangan donor tidak memprioritaskan pengembangan institusional pada lembaga think tank. Umumnya lembaga donor
memanfaatkan lembaga think tank untuk mengejar agenda dan
kepentingan mereka. Selain akibat lemahnya kepemimpinan
lembaga donor, praktik pengelolaan di lembaga think tank sendiri
lemah.
Mengapa Kita Perlu Peduli dengan Manajemen?
11
Setiap bab berisi pembahasan prinsip-prinsip praktik manaje­
men yang baik beserta contoh-contohnya—baik yang positif maupun
negatif. Contoh praktik yang kuat disorot tegas. Lampiran berisi
template untuk praktik-praktik yang kuat, misalnya form penilaian
staf. Acuan ke pembahasan lain untuk isu ini juga tersedia.
Pembahasan dirancang untuk merangsang pemikiran mengenai
bidang manajemen. Meskipun ada contoh khusus langkah-langkah
organisasi think tank dalam menangani masalah di berbagai bidang,
bukan berarti contoh-contoh tersebut ditiru begitu saja. Setiap
organisasi perlu menyesuaikan diri dengan kondisi yang dihadapi
atau lingkungannya. Peraturan buruh mungkin akan mem­enga­ruhi
prosedur yang diterapkan pada personalia dan ide-ide untuk membuat inovasi sangat tergantung pada jenis calon klien. Singkat­nya,
bab-bab mendatang adalah panduan, bukan resep.
Catatan
1. Baca pustaka dari, misalnya, Johnson (2000), Langsford
dan Brownsey (1992), McGann (1999), Rich (2001), Smith (1991),
Stone, Denham dan Garnett (1998), Struyk (1999), dan Telegarsky
dan Ueno (1996).
2. Selain itu ada 98 perusahaan swasta dan organisasi pemerintah yang berpartisipasi dalam survei ini, tapi yang dicantumkan
pada teks hanya lembaga think tank. Kuesioner dibagikan ke 512
unit penelitian di seluruh dunia. Respons di seluruh dunia hampir
sama.
3. Rangkuman temuan survei telah dipublikasikan di http://
www.gdnet.org/survey2.htm. Hasil yang disajikan pada teks ini
berdasarkan apda tabulasi yang dibuat oleh The Urban Institute
dengan menggunakan file yang disediakan oleh Bank Dunia. Secara
keseluruhan, survei tidak banyak memperhatikan isu manajemen.
4. Salah satu contoh kursus manajemen keuangan jenis ini
adalah yang dibuat oleh Center for International Private Enterprise
(CIPE) untuk lembaga think tank dan asosiasi dagang. Kursus tersebut mencakup unsur-unsur dasar penganggaran, akuntansi dan
12
MANAGING THINK TANKS
kendali, tapi tidak membahas isu-isu lebih rumit yang dijelaskan
nanti pada buku ini. Untuk lebih jelas, baca “Financial Management
Handbook” (CIPE, 1998). Kini ada beberapa kursus intensif yang
ditawarkan bagi NGO. Misalnya, Institute for Development Policy
and Management di Universitas Manchester menawarkan kursus
lima minggu bertajuk “Mengelola NGO”. Dilihat dari garis besarnya,
dapat dilihat bahwa kursus tersebut membahs beberapa masalah
manajemen yang dihadapi lembaga think tank, tapi kegunaannya
kurang. Misalnya, NGO pada umumnya tidak memerlukan struktur
tingkat biaya umum (overhead rate) atau mekanisme kendali mutu
seperti yang diperlukan lembaga think tank. Kursus ini khusus
diberikan untuk NGO di Inggris, jadi kegunaannya untuk lembaga
think tank di negara lain pun terbatas.
5. Para pengamat di yayasan-yayasan Barat yang bekerja dengan lembaga-lembaga think tank percaya bahwa yayasan mereka
kurang berinvestasi pada pengembangan lembaga. Quigley (1997)
menunjuk hal ini dalam konteks yayasan dan lembaga-lembaga
donor di Eropa Timur.
6. Untuk rincian lebih lengkap, baca McGann (1999).
7. Survei komprehensif yang dilakukan pada 1997 terhadap
lembaga think tank di Eropa Timur menyimpulkan bahwa sekitar
30 persen lembaga think tank memenuhi kriteria tersebut. Survei
McGann yang dikutip di atas mengajukan pertanyaan sederhana
mengenai para pekerja (purnawaktu maupun paruhwaktu), peneliti, dan staf pendukung. Hal tersebut tidak digunakan di sini.
Survei tersebut dilaporkan pada Freedom House (1999). Di antara
negara-negara CIS, hanya Belarusia dan Ukraina yang tercakup
dalam direktori.
8. Kini di Amerika Serikat juga ada desakan untuk memperbaiki
manajemen NGO secara umum.
9. Presentasi umum tentang lembaga-lembaga think tank Eropa
Timur diberikan oleh Struyk (1993). Lembaga think tank yang
berpartisipasi kebanyakan berasal dari Eropa Timur dan CIS yang
terdapat dalam tabel 1-1 diwawancarai untuk sebuah kajian lebih
awal tentang keberhasilan lembaga think tank dalam membangun
kebijakan publik; informasi mengenai organisasi-organisasi ini
dilaporkan di dalam karya Struyk (1993).
Raymond J. Struyk
2
Memotivasi Staf Agar Lebih
Produktif dan Tetap Betah
K
ualitas staf adalah penentu utama keberhasilan semua
organisasi pelayanan. Namun, bagi lembaga think tank,
itu bersifat fundamental. Para peneliti dan analis kebijakan senior
menghasilkan ide-ide pemecahan masalah yang dihadapi negara
mereka dan dapat ditangani oleh lembaga, mengarahkan analisis masalah tersebut, dan memberikan respons kebijakan untuk
mengatasinya. Mereka juga merupakan wakil-wakil lembaga yang
bertugas meyakinkan elite pembuat kebijakan bahwa kebijakan
yang diusulkan lembaga adalah kebijakan yang efektif dan efisien.
Sebagaimana pada organisasi pelayanan lain, kompensasi bagi staf
memakan dua pertiga atau lebih biaya lembaga.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa “memotivasi
staf” menempati urutan pertama dalam survei The Urban Institute pada 2001 tentang apa yang paling ingin didapatkan oleh
lembaga-lembaga think tank di sembilan negara di Eropa Timur
dan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka.1 Hasil survei ini
sesuai dengan komentar dari para pemimpin lembaga think tank
lain di wilayah tersebut, yakni agar lebih yakin dalam mengelola
dan menyelesaikan masalah manajemen. Jelas bahwa problem
motivasi staf sangat memengaruhi operasional organisasi karena
berdampak pada rendahnya produktivitas dan mahalnya biaya
pergantian staf.
13
14
MANAGING THINK TANKS
Sebenarnya, energi, semangat, dan dedikasi yang diberikan staf
lembaga think tank pada pekerjaannya adalah hasil dari kebijakan
dan tindakan dalam manajemen personalia. Di luar hubungan personal yang terbentuk antara kepala lembaga atau anggota manajemen senior yang lain dengan staf, faktor-faktor penting lainnya yang
memengaruhi motivasi staf adalah kompensasi, kondisi kerja, imbalan yang bukan berupa uang atas pekerjaan yang baik, dan sistem
penilaian staf yang sangat mementingkan kualitas umpan balik
kinerja. Kelebihan di satu bidang bisa dilemahkan oleh kekurangan
di bidang lain. Dalam menganalisis faktor-faktor seperti pergantian,
semangat, dan produktivitas kerja staf, kita perlu melihat lebih jauh
dari sekadar faktor kompensasi atau sistem evaluasi kinerja. Kita
perlu melihat seluruh bentuk interaksi organisasi dengan staf.
Meski penting, peran motivasi dan kepuasan staf atas keberhasilan operasional lembaga think tank, baik di negara industri
maupun negara dalam transisi ekonomi, panduan untuk topik ini
amat sedikit.2 Tetapi, lembaga think tank dan donor yang mendukung mereka juga seharusnya berkepentingan pada motivasi staf
karena peran staf yang memiliki kemampuan dan motivasi tinggi
sangat menentukan bagusnya kinerja lembaga. Bab ini memberi
perspektif bagi lembaga think tank dan para sponsornya tentang
motivasi staf profesional. Bab ini diawali dengan mengkaji praktikpraktik yang umumnya dianjurkan dalam literatur manajemen
sumber daya manusia, terutama literatur tentang organisasi swasta
(termasuk NGO). Kajian ini menjadi panduan penting bagi lembaga think tank dalam merancang sistemnya sendiri. Kemudian
bahasan selanjutnya adalah membandingkan praktik-praktik ini
dengan praktik-praktik yang digunakan enam lembaga think tank
di wilayah bekas Uni Soviet dalam memotivasi stafnya.
Penulis menemukan bahwa lembaga-lembaga think tank
tersebut telah menangani berbagai masalah motivasi staf dengan imajinasi yang luas. Namun, ada banyak perbedaan dengan
“praktik-praktik baik” yang umum digunakan di Barat. Memang,
dari sejumlah lembaga think tank yang ditinjau hanya satu yang
melakukan praktik-praktik yang seperti umumnya digunakan di
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
15
dalam organisasi-organisasi “tahap ketiga”. Dalam beberapa hal
terdapat perbedaan akibat adanya perbedaan kebudayaan. Yang
dimaksud adalah perspektif yang agak berbeda pada organisasiorganisasi di Eropa Timur, yaitu tentang bagaimana staf akan
menanggapi berbagai tindakan dan kecenderungan memakai gaya
manajemen yang terbilang informal. Mungkin yang lebih penting,
praktik-praktik personalia lebih banyak muncul dari intuisi para
manajer lembaga think tank, bukan dari penggunaan praktikpraktik yang dilakukan organisasi pada umumnya.
Perlu diingat, ada satu perbedaan utama antara staf NGO, termasuk lembaga think tank, dengan staf lembaga pemerintahan atau
perusahaan komersial yang akan memengaruhi organisasi dalam
mengelola motivasi dan produktivitas stafnya. Inti perbedaan ini
tergambar dalam kutipan Letts, Ryan, dan Grossman (1999), sebagai berikut:
[staf sektor nirlaba] sangat berkomitmen terhadap misi sosial yang diperjuangkan organisasi mereka dan semangat untuk “membuat perbaikan”. Berkat hal inilah,
pengelolaan sumber daya manusianya berbeda dari perusahaan komersial. Tantangan
terbesar mereka tidak pada memikat orang-orang yang bermotivasi—karena mereka
akan mencari peluang di lembaga nirlaba—tapi menyalurkan energi mereka begitu rupa
sehingga mencapai misi dan tujuan organisasi tersebut. (107-8)
Praktik-Praktik yang Baik
Bagian ini menyorot praktik-praktik efektif yang diambil dari
literatur tentang memotivasi staf. Beberapa hal telah ditafsirkan
agar lebih mudah diterapkan pada beberapa lembaga think tank.
Penafsiran tersebut berdasarkan pada pengalaman penulis saat
bekerja sama dengan berbagai lembaga think tank selama bertahuntahun.
Penetapan Ekspektasi
Para peneliti bekerja dengan baik jika mereka memahami se­
penuh­nya apa yang diharapkan dari mereka. Para supervisor harus
menentukan ekspektasi itu dan memastikannya dipahami dengan
16
MANAGING THINK TANKS
baik oleh anggota staf dalam dua saat penting: ketika seorang
analis menjadi anggota organisasi dan saat evaluasi kinerja tahunan. Bagian ini membahas hal pertama, sedangkan penilaian staf
dibahas kemudian.
Sebelum seorang supervisor bisa mengomunikasikan secara
efektif ekspektasi kinerja, ia harus memahaminya secara jelas
rincian pekerjaannya. Dalam perekrutan staf baru, komunikasi
itu berhasil jika calon staf dapat memahami posisi dan kualifikasi
yang dibutuhkan. Bagian pertama lampiran A berisi formulir yang
digunakan The Urban Institute untuk mendefinisikan sebuah posisi
baru dan kualifikasi kandidat yang dibutuhkan untuk mengisi posisi
tersebut. Materi penetapan ekspektasi disertakan pada dua bagian
formulir tersebut. Bagian pertama adalah ringkasan singkat tanggung jawab pekerjaan dan bagian kedua berisi kualifikasi kandidat
yang dicari. Bagian pertama menggambarkan bermacam-macam
tugas yang awalnya menjadi tanggung jawab analis, sedangkan
bagian kedua menjelaskan berbagai jenis pendidikan, keterampilan, dan pengalaman yang mendukung jabatan tersebut, sekaligus
memperluas deskripsi tugas yang diemban si pemegang jabatan.
Berdasarkan materi-materi itu, interaksi dengan analis baru, dan
tugas-tugas spesifik yang dikerjakannya pada beberapa bulan pertama di lembaga tersebut, supervisor bisa menetapkan ekspektasinya
atas kinerja analis. Ini cukup dibuat ringkas—terdiri dari beberapa
poin saja. Namun, harus dalam bentuk tertulis dan benar-benar
didiskusikan dengan analis untuk memastikan ada pemahaman
yang sama tentang maknanya. Kinerja analis menjadi dasar untuk
mempertimbangkan imbalan yang patut diterimanya.
Imbalan
Teori-teori tentang motivasi bisa dibagi ke dalam dua kelompok:
struktur-struktur motivasional yang sangat bertumpu pada imbalan serta penguatan eksternal, dan struktur yang mengandalkan
faktor-faktor internal dalam posisi tersebut.3 Program personalia
yang didasarkan pada teori mana pun bisa diterapkan pada semua
pekerjaan, tetapi karakteristik penelitian kebijakan membuat lem-
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
17
baga think tank lebih cocok untuk menekankan faktor-faktor yang
melekat pada pekerjaan tersebut. Umumnya, melalui pendekatan
ini staf diberi lebih banyak tanggung jawab di dalam organisasi dan
secara intrinsik pekerjaan dibuat lebih memotivasi.
Sejumlah ahli personalia berpendapat bahwa faktor-faktor motivasional telah melekat pada pekerjaan.4 Lalu, jenis-jenis stimulasi
apa yang tepat untuk lembaga think tank? Perlu dicatat bahwa analis kebijakan yang berhasil adalah yang mampu mengksekusi tiga
tugas dengan baik: menjadi peneliti yang kuat; menjadi manajer
penelitian yang baik jika ia naik di atas level asisten peneliti; dan
promotor rekomendasi kebijakan yang baik, baik dalam presentasi tertulis maupun, terutama, secara personal. Berikut ini daftar
aspek-aspek pekerjaan analis kebijakan yang bisa dianggap sebagai
sumber motivasi.
1. Prestasi. Analis ingin merasa akan menghasilkan riset
kebijakan berkualitas tinggi dan memberikan pengaruh yang jelas
pada proses kebijakan. Tingkat ketersediaan sumber daya (komputer, koneksi Internet, asisten penelitian, dukungan dari spesialis
hubungan masyarakat, dan sebagainya) dan kondisi pekerjaan di
lembaga tersebut penting untuk membantu analis mencapai tujuantujuannya.
2. Penghargaan prestasi. Penghargaan terhadap hasil kerja
analis akan terasa lebih besar jika lembaga mengizinkan yang bersangkutan menyebarluaskan paper dan publikasi atas namanya
sendiri (bukan mencantumkan nama lembaga saja) dan jika lembaga tersebut memberikan lebih banyak kesempatan kepadanya
mengikuti pertemuan dan diskusi dengan pengambil kebijakan. Di
samping itu, pengakuan atas pencapaian dapat dilakukan dengan
memberikan berbagai imbalan khusus.5 Misalnya, analis diberi kesempatan dan waktu khusus (bukan demi mengerjakan proyek yang
diusulkan) untuk menulis buku atau makalah guna dipublikasikan
dalam jurnal atau diberi waktu dan dana perjalanan untuk mengikuti konferensi tertentu, diadakan acara internal untuk mengakui
prestasi tersebut, atau diberi bonus.
3. Muatan pekerjaan yang menarik. Semakin menarik suatu
18
MANAGING THINK TANKS
topik bagi analis, semakin besar motivasi analis untuk bekerja.
Salah satu kriteria topik yang menarik dalam konteks ini adalah
jika makin besar relevansinya dengan kebijakan yang berlaku pada
saat itu.
4. Peluang untuk tumbuh dan maju. Pada banyak lembaga
think tank, jenjang kariernya pendek, sering kali hanya tiga tingkat
posisi analis. Memang tidak ada hierarki yang jelas di lembagalembaga think tank kecil. Promosi jabatan pun tidak jelas (lampiran
A menunjukkan deskripsi posisi untuk jenjang karier enam tingkat
dari sebuah lembaga think tank “tahap ketiga”). Jika jenjang karier
jelas, promosi bisa menjadi stimulus yang kuat. Namun, jika jenjang karier tidak ada, manajemen harus menetapkan dengan jelas
penambahan tanggung jawab dan tingkat pekerjaan tanpa harus
mengubah nama jabatan dalam lembaga. Misalnya, dengan memberi nama analis sebagai investigator utama pada sebuah proyek
dan memberikan tugas-tugas dengan tingkat lebih rendah pada
seorang asisten penelitian atau lebih membebaskan analis untuk
mengadakan pertemuan dengan klien dan pengambil kebijakan.6
Memotivasi staf bisa dilakukan dengan memberi mereka tugas
yang menantang, misalnya tugas-tugas berprioritas tinggi atau yang
pencapaiannya mudah dipantau publik, seraya diselingi perubahan
fokus pekerjaan mereka. Ide-ide lain juga dapat dicoba, misalnya
memasukkan analis senior ke dalam dewan direksi lembaga (tim
manajemen) atau mengizinkan analis senior menghadiri pertemuan dengan dewan manajer keuangan dan bergabung dengan
para manajer keuangan tersebut. Yang juga penting adalah memberikan kesempatan pelatihan kepada staf penelitian. Pelatihan itu
dapat berupa peningkatan kecakapan khusus (misalnya lokakarya
ekonometrik) atau pelatihan untuk memperdalam pengetahuan
tentang sebuah topik kebijakan (misalnya konferensi internasional
tentang struktur program-pensiun alternatif).
5. Gaji yang bersaing. Tak perlu diragukan, gaji adalah
pertimbangan utama bagi semua staf karena besarnya gaji menentukan kualitas kehidupan analis dan mewakili nilai kinerja mereka
pada organisasi tersebut. Kompensasi biasanya berupa gaji pokok
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
19
ditambah imbalan lain, terutama bonus, yang dibayarkan setiap
tahun atau secara periodik untuk menandai pencapaian khusus
selama tahun tersebut. Lembaga-lembaga think tank beroperasi
dengan anggaran yang ketat sehingga sering menjadikan bonus
sebagai bagian kompensasi tahunan agar tidak menetapkan gaji
pokok yang tinggi.
Dari faktor-faktor yang baru saja dijabarkan tersebut, empat
faktor pertama melekat pada kepuasan kerja, sedangkan faktor kelima (gaji) bersifat ekstrinsik. Jelas, lembaga think tank
harus menggunakan kedua jenis stimulasi. Harus dibuat struktur
kompensasi dan imbalan nonmoneter secara teliti dalam lembaga
untuk menjaga arus kas dan agar tetap sesuai dengan anggaran
yang telah ditetapkan.
Para ahli manajemen sumber daya manusia pada organisasi
komersial maupun nirlaba umumnya berpendapat bahwa gaji
pokok yang cukup itu penting untuk mempertahankan staf dan
sebagai motivasi dasar. Tetapi, jenis-jenis imbalan lain, seperti
yang telah disebutkan di atas, lebih penting untuk memotivasi
staf agar mencapai tingkat prestasi yang lebih tinggi. Letts dan
rekan (1999) menyatakan bahwa gaji yang baik “… lebih merupakan proteksi terhadap ketidakpuasan daripada sumber motivasi
jangka panjang. Gaji tidak bisa menggantikan kepuasan atas hasil
yang dicapai.” (123).7 Sebuah studi kasus tentang sebuah program
untuk mereduksi pergantian staf yang diimplementasikan oleh
Fleet Boston Financial menunjukkan bahwa imbalan-bukan-uang
ditambah dengan kenaikan gaji yang layak berpengaruh besar pada
motivasi kerja (Nalbantian dan Szostak 2004).
Skema penggajian berdasarkan kinerja yang umumnya tidak
berhasil diterapkan dengan baik di organisasi pemerintahan, jarang pula dipakai di organisasi nirlaba (Liner dkk. 2001, 15-16),
bahkan di perusahaan komersial (Kerr 2003). Salah satu hambatan
besarnya adalah kesulitan dalam menetapkan indikator pencapaian
target dengan tepat.8 Misalnya, jika rekomendasi seorang analis
kebijakan senior tidak diterima parlemen, bagaimana penilai
menelusuri aktor-aktor yang terlibat dalam pengusulan tersebut?
20
MANAGING THINK TANKS
Peneliti yang bekerja menurut sistem insentif untuk memaksimalkan pendapatannya akan termotivasi untuk menghasilkan kualitas
pekerjaan yang benar-benar bisa diterima oleh klien. Kadangkadang kualitas pekerjaan tersebut berada di bawah standar yang
dapat diterima. Standar yang longgar semacam itu bisa melemahkan reputasi lembaga think tank dan menyebabkannya kehilangan
klien. Masalah-masalah lain yang sering terjadi adalah bahwa para
pekerja merasakan hubungan yang lemah antara kinerja dan kenaikan gaji, kehilangan integritas dalam penilaian, dan perbedaan
pola pembayaran berikutnya. Singkatnya, sistem ini mengirimkan
lebih banyak sinyal negatif daripada positif kepada staf (Perry 1991).
Namun, banyak perusahaan yang telah memperbaiki kinerja staf
dengan menerapkan sistem semacam itu (McAdams dan Hawk
1994).
Ada sejumlah imbalan yang bisa diberikan lembaga think tank
kepada staf, misalnya bonus tunai, waktu untuk menulis artikel
untuk jurnal profesional, acara khusus untuk menghargai pencapaiannya, partisipasi pada pertemuan-pertemuan penting dengan
klien dari kalangan pengambil kebijakan, promosi jabatan dalam
proyek penelitian dan hierarki administratif, peluang mengikuti
pelatihan, dan lain-lain. Agar imbalan-imbalan tersebut memberikan pengaruh seperti yang diharapkan, harus diperhatikan
beberapa hal berikut ini:
Diberikan sesuai prestasi staf secara konsisten,
l Mudah diidentifikasi oleh staf tersebut karena berhubungan
dengan prestasi khusus (yaitu jeda waktu singkat antara
kegiatan dan pemberian imbalan), dan
l Nilainya cukup besar sehingga bermakna.9
l
Evaluasi Kinerja
Penilaian staf merupakan pokok kontroversi di antara para ahli
personalia. Sistem penilaian yang kuat adalah sistem yang diguna-
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
21
kan terutama sebagai dasar untuk diskusi antara supervisor dan
pekerja, mengenai catatan prestasi pekerja, cita-cita pekerja, dan
kecocokannya dengan cita-cita dan misi lembaga, serta rencana
supervisor dan lembaga untuk pencapaian cita-cita tersebut. Sebagaimana pernyataan Glen (1990, 2),
Diharapkan bahwa data (evaluasi kinerja) dikumpulkan melalui pengamatan sistemik. Data tersebut tidak hanya untuk mengukur kinerja secara akurat, tetapi juga untuk
memperkuat kelebihan, mengidentifikasi kekurangan, dan memberi umpan balik yang
diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa depan. Tujuannya adalah untuk mengukur
kemajuan, membedakan antara tingkat kinerja, menunjukkan kebutuhan pelatihan,
mengesahkan imbalan, dan mengidentifikasi pekerja yang bisa dipromosikan.
Sistem penilaian yang baik bisa mendapatkan masukan substantif dari pekerja dalam penetapan tujuan dan deskripsi pencapaian (Lee 1996; Wilson 1994). Penilaian tersebut digunakan
untuk menginformasikan proses review gaji, tetapi tidak untuk
mengarahkan proses tersebut. Dengan kata lain, penyesuaian gaji
dan imbalan lainnya ditentukan dengan penilaian, tetapi imbalan
tidak semata-mata didasarkan pada penilaian.10 Lembar penilaian (score sheet) mekanis yang digunakan untuk menentukan gaji
umumnya menyebabkan lebih banyak masalah daripada menyelesaikan persoalan.11
Gagasan yang relatif baru adalah penilaian kinerja tim, bukan
kinerja individu saja (Heneman 2001, bab 8). (Lampiran A menggambarkan keunggulan sistem penilaian staf yang digunakan oleh
sebuah lembaga think tank tingkat ketiga.) Untuk lembaga think
tank dengan tim yang melaksanakan proyek-proyek besar, penilaian
tim semacam itu cukup bermanfaat. Namun, penilaian individual
jelas masih dipertahankan.
Ada sistem penilaian dan prosedur untuk lembaga think tank,
tapi tidak akan dijelaskan di bab ini.12 Yang penting, penilaian kinerja hanyalah salah satu data penting bagi personalia untuk memberi
imbalan sekaligus mengembangkan program untuk mendampingi
staf dalam perkembangan profesionalismenya. Pada gilirannya,
peningkatan profesionalisme memacu prestasi, kepuasan kerja
dan, tentu saja, motivasi.
22
MANAGING THINK TANKS
Pelatihan
Pelatihan staf dapat berupa kegiatan pelatihan resmi ataupun
pelatihan di tempat kerja (on the job training/OJT). OJT tidak
mungkin diabaikan, meskipun kebanyakan perusahaan dan lembaga think tank mengorganisasi OJT secara sembrono dan karenanya gagal menyadari potensinya (Bowsher 1998; Rothwell dan
Kazanas 1994). Bagian ini difokuskan pada pelatihan resmi karena
pelatihan tersebut dihubungkan lebih erat dengan pemberian imbalan pada staf.
Secara umum, manajemen bisa menggunakan pelatihan staf
dengan dua cara. Pada prinsipnya, kebutuhan pelatihan diidentifikasi melalui analisis kebutuhan organisasi dan penilaian personal. Cara pertama, memperbaiki kecakapan staf sehingga mereka
mampu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan khusus yang diberikan
kepada mereka dengan lebih baik dan menutup “kesenjangan
kinerja”. Jenis pelatihan ini bisa juga mempersiapkan staf untuk
pekerjaan-pekerjaan di tingkat lebih tinggi di masa depan atau
membantu mereka menyelesaikan pekerjaan yang berbeda pada
tingkat tanggung jawab yang sama. Pelatihan ini biasanya dilakukan
untuk mendukung strategi bisnis masa depan organisasi tersebut
(eksplisit atau implisit) dan kebutuhan kualifikasi staf yang sesuai
(Bowsher 1998; Ban, Faerman, dan Riccucci 1992).
Sementara, pada pelatihan berbasis penilaian personal, tujuannya adalah meningkatkan aset sumber daya manusia (human
capital). Pelatihan jenis ini meningkatkan kecakapan pekerja
pada bidang atau jenis keterampilan yang umumnya hanya bisa
diterapkan pada pekerjaan sekarang atau di masa depan di lembaga think tank tersebut. Misalnya, di lembaga think tank yang
tidak banyak memerlukan pekerjaan perbankan, pekerjanya bisa
mengambil kursus tentang manajemen risiko perbankan yang
kompleks. Kursus ini akan membantu dalam mengantisipasi jika
pekerjaan perbankan di lembaga tersebut meningkat, baik kuantitas
maupun kompleksitasnya. Bagi pekerja sendiri, kursus tersebut
menambah wawasan sekaligus aset profesionalnya. Kebanyakan
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
23
lembaga think tank tahap ketiga (dan organisasi-organisasi lain)
lebih mengutamakan jenis pelatihan pertama. Jenis pelatihan
kedua lebih sering digunakan sebagai hadiah untuk para pekerja
yang sangat dihargai.
Untuk menciptakan dan mempertahankan sebuah program
pelatihan, organisasi tersebut harus membuat rencana biaya yang
memadai dalam anggaran tahunannya, dan menyusun rencana
pelatihan.13 Untuk lembaga think tank, penganggaran tahunan
untuk pelatihan biasanya memberi isyarat bahwa memang ada
item biaya pelatihan.14 Program pelatihan bisa dikembangkan
sebagai pelatihan formal atau informal, tetapi literatur yang ada
menyebutkan bahwa pengembangan harus ada (baca misalnya,
Rothwell dan Kazanas 1994). Agar pelatihan memberi kontribusi
material pada keberhasilan lembaga, materinya harus dikaitkan
langsung dengan strategi bisnis implisit atau eksplisit lembaga
think tank tersebut. Termasuk di sini adalah menggunakan pelatihan sebagai imbalan bagi staf untuk meningkatkan motivasi kerja
dan loyalitasnya.15 The Institute for Urban Economics (Moskow)
sangat banyak berinvestasi pada pelatihan analisis keuangan untuk
para pekerjanya karena lembaga tersebut menyadari bahwa para
pekerjanya akan memiliki daya saing relatif lebih tinggi jika punya
keterampilan ini. Selain itu, kecakapan inti pada bidang analisis
keuangan memberikan lebih banyak fleksibilitas pada manajemen
untuk mempekerjakan staf di sejumlah proyek.
Sebuah tantangan bagi lembaga think tank di negara berkembang atau yang sedang dalam masa transisi ekonomi adalah
mengintegrasikan peluang pelatihan yang ditawarkan oleh lembaga
donor, sering kali diadakan di tingkat internasional, ke dalam
program-program pelatihan lembaga think tank. Terkadang, hal
ini sulit dilakukan karena tawaran tersebut sering datang secara
mendadak dan terkadang bukan berisi topik yang menjadi prioritas lembaga think tank tersebut. Tetapi biayanya yang rendah dan
tidak adanya pelatihan untuk topik tersebut dalam lingkup negara
setempat membuat peluang itu menjadi menarik. Bab selanjutnya
membahas pelatihan staf secara mendalam.
24
MANAGING THINK TANKS
Praktik-Praktik pada Lembaga Think Tank
Tahap Kedua
Bagian ini membahas tiga topik yang sama dan berhubungan
satu sama lain seperti bagian sebelumnya—kompensasi dan imbalan, penilaian staf, dan pelatihan—pada enam lembaga think tank
di wilayah bekas Uni Soviet. Bagian ini dimulai dengan menjelaskan
bagaimana lembaga think tank ini dipilih dan kemudian menggambarkan bagaimana mereka mengelola aspek-aspek penting
pengelolaan personalia.
Suatu lembaga think tank dianggap mencapai tingkat kedua jika
memenuhi kriteria umum, yaitu memiliki minimal sepuluh peneliti
purna waktu dan telah beroperasi di tingkat ini selama lima tahun
(cukup waktu untuk menjawab masalah personalia sebuah organisasi seukuran ini).16 Keenam lembaga think tank yang dimasukkan
dalam contoh berasal dari dua kelompok. Tiga lembaga think tank
pernah memiliki hubungan kerja dalam waktu lama dengan penulis.
Ketiganya dipilih karena masing-masing memiliki elemen-elemen
menarik dalam sistem personalianya. Tiga lembaga think tank
lainnya diambil dari lembaga-lembaga yang pernah diwawancarai
oleh tim The Urban Institute pada 1997 untuk studi awal lembaga
think tank di wilayah tersebut. Berdasarkan informasi yang diperoleh selanjutnya dan rekomendasi dari tiga lembaga think tank
pertama, mereka diminta untuk berpartisipasi. Semua informasi di
bagian ini menunjukkan praktik-praktik yang berlangsung sekitar
tahun 2000.
Nama dan jumlah peneliti tetap yang dimiliki keenam lembaga
tersebut pada 2000 ditunjukkan dalam tabel 2-1. (Perhatikan singkatan masing-masing lembaga karena akan digunakan seterusnya
dalam pembahasan di bawah ini). Ada tiga lembaga think tank di
Rusia dimasukkan dalam contoh karena sebagian besar organisasi
di Rusia memiliki staf peneliti purna waktu yang relatif banyak
(Struyk 1999). Tentu saja, lembaga think tank yang dibahas di sini
tidak dapat dianggap sebagai contoh representatif. Wawancara
selama setengah hari dengan pimpinan dan/atau direktur staf di
setiap lembaga contoh dilakukan pada Maret dan April 2001.
25
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
Penulis mengandalkan tinjauan literatur manajemen personalia
yang relevan dan praktik-praktik di beberapa lembaga think tank
di Amerika Serikat untuk mengidentifikasi praktik-praktik yang dipandang memiliki efek positif terhadap staf dan produktivitas, serta
menggunakan materi ini untuk membuat pedoman wawancara.
Pedoman ini mencakup sistem kompensasi staf (baik gaji pokok
maupun imbalan moneter), sistem pemberian imbalan staf, struktur
staf dan kriteria promosi, serta penggunaan program pelatihan.17
Lingkungan
Empat faktor, yang ditunjukkan dalam baris pertama Tabel 2-2
adalah elemen lingkungan kerja. Umumnya, lembaga think tank
yang dimasukkan tersebut memiliki lingkungan kerja yang hampir
sama. Mereka menganggap lingkungan kantornya dan dukungan
komputer kompetitif dengan organisasi sejenis, nama penulis
laporan dicantumkan pada bagian judul, dan staf didorong untuk
Tabel 2-1 Enam Lembaga Think Tank dan Jumlah Stafnya pada 2000
Lembaga
Lokasi
Tahun
didirikan
Jumlah
staf peneliti
tetap
Metropolitan Research e (MRI)
Social Research e (TARKI)a
Center for Study of Democracy (CSD)
Institute for Urban Economics (IUE)
Institute for Economy in Transition (IET)
Expert Institute of the Russian Union
of Industrialists and Entrepreneurs (Expert)
Budapest
Budapest
Sofia
Moscow
Moscow
Moscow
1990
1985
1990
1995
1990
1991
11
31
20
38
53
10b
TARKI mengubah operasi utamanya menjadi komersial pada 1997 meskipun TARKI
juga mempertahankan komponen nirlabanya.
b
Termasuk presiden, direktur eksekutif, dan enam pemimpin tim. Semua staf peneliti
lainnya dikontrak untuk proyek-proyek individual.
a
Baik; bisa
diperbaiki
Baik; bisa
diperbaiki
Baik
10-15%
0%
30%
25%e
0%
Ya
4
Ya
Ya
Tinggi
Sebanding
IET
Umumnya Baik, bisa
baik; bisa diperbaiki
diperbaiki
20%
0%
0%
0%
Yac
0%
Tidak
Ya
Bersaing
Bersaing
IUE
Tidak
5
bisa diterapkan
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tinggi
Tinggi
CSD
Tidak
3
bisa diterapkan
Ya
Ya
Ya
Tinggi
Sebanding
TARKI
Ya
Tinggi
Sebanding
MRI
a
Dibandingkan dengan organisasi-organisasi sejenis
.b Kecuali jika opini yang dijabarkan dalam publikasi tersebut adalah opini penulis dan bukan opini lembaga
c
Tingkat dari paling rendah sampai paling tinggi adalah ahli, ahli utama, pemimpin proyek, pemimpin tim, direktur departemen. Dua yang terakhir ditunjuk
.manajemen
.d Pergantian yang dimaksud adalah posisi yang lowong dan diisi. Ekspansi dan pengurangan staf tidak termasuk definisi ini
.e Tingkat-menengah: 5-10 persen; tingkat junior: 50 persen
Pandangan manajemen tentang produktivitas staf
?Staf didorong untuk menerbitkan
Tingkat pergantian staf pada 2000:d
Peneliti senior dan pemimpin tim tingkat
menengah dan
Peneliti junior
:Kebijakan kepenulisan
Nama penulis ditunjukkan pada bagian
?judul publikasi
Sistem klasifikasi resmi untuk posisi
pe­nelitian (misalnya, junior, menengah,
?)senior, atau pemimpin proyek
Jumlah tingkat
Penilaian terhadap fasilitas penelitian:a
Kualitas kantor dan ruang per orang
Komputer dan Internet
Lembaga
Tabel 2-2 Lingkungan Personalia pada Konsultan-Konsultan Contoh
Tidak bisa
diterapkan
Baik
0%
Tidak bisa
diterapkan
Ya
Tidak
Tidakb
Rata-rata
Sedikit lebih
tinggi
Expert
26
MANAGING THINK TANKS
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
27
memublikasikan tulisan. Semua ini merupakan faktor-faktor yang
positif. Sementara itu, hanya tiga organisasi yang memiliki sistem
klasifikasi peneliti resmi. Dengan demikian, di tiga lembaga think
tank lain posisi-posisi tidak ditetapkan secara eksplisit. Karena
promosi bisa digunakan sebagai imbalan bagi staf, ketiadaan jenjang karier juga meniadakan satu pilihan bagi manajemen untuk
menetapkan imbalan.
Perputaran staf sering digunakan sebagai indikator kepuasan
staf atas kondisi pekerjaan, misalnya atas gaji. Tetapi, pergantian
atau keluarnya staf dari lembaga harus ditafsirkan dengan hati-hati
karena banyak faktor yang memengaruhi. Enam lembaga think tank
yang menjadi contoh di sini menunjukkan pola yang hampir sama.
Tingkat perputaran staf senior sangat rendah, bahkan tidak ada
analis senior yang keluar dari keenam lembaga think tank tersebut.
Tetapi di tingkat staf junior, tingkat perputaran staf lebih beragam.
Staf junior dan madya yang keluar dan digantikan staf baru berkisar
dari 0 sampai 30 persen. Menurut responden, tingkat pergantian
staf yang lebih tinggi pada tingkat staf junior disebabkan mereka
kembali ke bangku universitas untuk mengejar pendidikan yang
lebih tinggi dan/atau mencari jenis pekerjaan baru. Sebagian dari
pergantian menyeluruh di tingkat ini dihubungkan dengan kinerja
yang buruk.
Responden ditanyai pandangan mereka tentang produktivitas
pekerja secara umum. Produktivitas adalah indikator kepuasan
manajemen atas staf peneliti. Produktivitas juga menjadi indikasi
tentang lingkungan kerja secara umum di organisasi tersebut.
Semakin besar ketidakpuasan manajemen dengan produktivitas
staf, barangkali semakin besar tekanan pada staf untuk melakukan
perbaikan. Meskipun tanggapan responden atas produktivitas staf
umumnya positif, tapi ada empat responden yang menyatakan pernah menyuruh melakukan perbaikan kinerja staf. Keluhan mereka
kebanyakan berkaitan seputar analis mengerjakan “penelitian yang
berlebih-lebihan”, ketidakmampuan staf untuk memenuhi tenggat
waktu (sangat penting jika pekerjaan menyangkut kebijakan yang
bersifat “mendesak”), dan ketumpulan kreativitas analis dalam
mengelola pekerjaannya. “Ketumpulan kreativitas” terjadi jika
28
MANAGING THINK TANKS
staf dapat memberikan asistensi teknis dengan baik kepada klien
tentang topik-topik umum atau menggunakan metode-metode
umum, tetapi enggan mengajukan topik atau mempelopori metodemetode baru. Masalah produktivitas ini memang terkait dengan
kecenderungan dan kebiasaan pribadi para staf dan mungkin akan
sulit diubah. Solusinya mungkin terletak pada pengawasan melekat
pada pekerjaan peneliti dan mentoring oleh pemimpin lembaga
think tank.
Penilaian Staf
Meskipun evaluasi resmi untuk memberikan umpan balik
kepada pekerja tentang kinerjanya dan menawarkan forum untuk membahas perkembangan pekerja di masa depan memiliki
peran penting, tapi hanya tiga dari enam lembaga tersebut yang
melakukan kegiatan evaluasi resmi (Tabel 2-3). Lembaga yang
tidak melakukan evaluasi resmi adalah CSD, Experts, dan IET.
Responden ketiga lembaga tersebut berkilah bahwa organisasi
mereka kecil dan bahwa umpan balik untuk staf pada dasarnya
diberikan terus-menerus, tanpa perlu menunggu proses resmi.18
Mereka tetap kukuh pada posisi tersebut, bahkan ketika ditanyai
tentang kemungkinan bahwa supervisor ingin menghindari potensi
konflik jika memberikan penilaian negatif pada staf. Dua organisasi
yang memberikan pernyataan ini masing-masing memiliki lebih
dari 20 peneliti.
Tidak
Ya
Terkait
Tidak
Ya
Umumnya
terkait
Sangat kecil
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Tidak
Tidak bisa
diterapkan
CSD
Pada
dasarnya
Terkait
Ya
Ya
Ya
Ya
IUE
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Tidak
Tidak bisa
diterapkan
IET
.a Penilaian akhir tahun terutama disesuaikan dengan kompensasi. Penilaian lain yang kurang resmi selama tahun tersebut lebih banyak ditujukan pada kinerja
Pada
dasarnyaa
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Apakah ada proses penilaian tahunan?
Apakah proses tersebut termasuk swa-
penilaian (self-assessment) oleh anggota staf?
Apakah supervisor mengisi formulir atau ­
membuat laporan tertulis?
Apakah hasil penilaian tersebut didiskusikan dengan anggota staf?
Seerat apakah kaitan keputusan penggajian dengan hasil penilaian tersebut?
Seerat apakah kaitan keputusan pemberian imbalan dengan hasil penilaian tersebut
TARKI
MRI
Praktik
Tabel 2-3 Praktik-praktik Penilaian Kinerja pada Lembaga-lembaga Think Tank Sampel
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Ya
Tidak bisa
diterapkan
Expert
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
29
30
MANAGING THINK TANKS
Pada dua dari tiga lembaga yang melakukan penilaian resmi
tersebut (yaitu MRI dan TARKI), penilaian melibatkan diskusi
antara satu atau dua anggota manajemen senior dan peneliti.
Tidak ada masukan resmi dari staf pada diskusi tersebut (misalnya,
pernyataan tertulis tentang kinerja selama tahun tersebut). Supervisor juga tidak menyiapkan sebuah pernyataan tertulis.
Hanya Institute for Urban Economics (IUE) yang memiliki
sistem penilaian staf yang lengkap. Proses tersebut dimulai oleh
anggota staf. Masing-masing membuat laporan tertulis tentang
kinerjanya selama tahun tersebut, perubahan tanggung jawab
dan kemampuan, tujuan yang akan dicapai pada tahun yang akan
datang, dan saran tentang bagaimana supervisor bisa membantu
pekerja mencapainya. Penilai, yaitu pemimpin departemen, mengisi
formulir penilaian pelengkap. Kedua dokumen tersebut dijadikan
dasar dalam pembahasan dengan pekerja. Wawancara mencakup
pandangan supervisor tentang pelatihan yang diperlukan analis
agar lebih produktif dan makin maju di lembaganya. Setelah semua
wawancara selesai, sebuah komisi penilaian khusus mengkaji hasil
diskusi tersebut dan rekomendasi kenaikan gaji pekerja. Pemimpin
departemen diundang dalam pembahasan penilaian para pekerjanya. Manajemen sangat menghargai proses penilaian karena
merupakan alat untuk berkomunikasi dengan staf tentang kinerja
dan perkembangan di masa depan. Proses IUE sama dengan proses
di lembaga think tank tahap ketiga.
Ketiga institusi yang menggunakan sistem penilaian menggunakannya untuk memberikan informasi keputusan tentang kenaikan
gaji pada proses pertimbangan kompensasi staf yang dilakukan
setiap tahun. Namun, hanya IUE yang menggunakan hasil-hasil
penilaian sebagai masukan primer untuk menentukan siapa yang
akan menerima imbalan bukan uang, seperti dukungan untuk
mengikuti konferensi internasional (lihat di bawah).
Kompensasi dan Imbalan
Responden umumnya menekankan pentingnya kompensasi
untuk menjaga loyalitas dan motivasi pekerja. Lembaga-lembaga
think tank yang dikaji umumnya memandang kalangan bisnis
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
31
sebagai pesaing utama dalam mendapatkan pekerja. Meskipun
mereka tidak bisa bersaing melalui kompensasi, mereka berusaha
membuat paket yang menarik (terdiri dari kompensasi, imbalan,
pekerjaan yang menarik, dan kualitas lingkungan) agar pekerja
tidak melirik pesaing mereka.
Kompensasi
Tiga lembaga think tank, yaitu TARKI, Expert, dan IET, memiliki program kompensasi yang berpeluang kuat menjadi sistem
penggajian yang sangat baik (Boks 2-1). Skema utama tersebut
digunakan manajer proyek untuk berunding dengan staf mengenai
kompensasi pekerjaan per proyek pada kontrak-kontrak berhargatetap. Analis bisa menambah pendapatannya dengan bekerja di luar
standar normal. IET kadang-kadang menambahkan bonus khusus
dari proyek. Sementara itu, TARKI memiliki skema insentif yang
menarik untuk pemimpin timnya: keuntungan bersih proyek dibagi
menurut rumus antara pemimpin tim dan organisasi. Cara di Expert
Institute tidak jauh berbeda dengan itu. Para pemimpin timnya
bisa merancang pelaksanaan proyek sehingga meraup untung bagi
lembaga karena mereka yang mengendalikan keputusan tentang
susunan kepekerjaan dan mengadakan kontrak dengan lembaga
think tank yang bekerja di proyek tersebut.
The Metropolitan Research Institute (MRI) kini menjalankan
sebuah skema kompensasi yang memberi insentif cukup besar kepada staf agar bekerja hingga 75 persen waktu yang mereka alokasikan untuk proyek (bukan anggaran baku) per periode enam bulan.
Tetapi, MRI tetap mempertahankan proses tradisional penentuan
gaji karyawan tetap secara tahunan. Sistem baru tersebut bisa
membuat uang yang diterima pekerja bertambah atau berkurang
dari jumlah gaji tetap tersebut, tergantung kinerjanya.
CSD memiliki sistem penghitungan gaji yang sangat fleksibel.
Bahkan, manajemen bisa menaikkan kompensasi analis sewaktuwaktu, tergantung pada berbagai faktor. Tetapi, jarang ada bonus
dan insentif bagi pekerja. Sementara itu, IUE memiliki sistem
penghitungan gaji yang paling tradisional di antara keenam lembaga
sampel tersebut. IUE melakukan proses penilaian tahunan, yakni
32
MANAGING THINK TANKS
penghitungan gaji berdasarkan perpaduan antara kondisi pasar,
perubahan biaya hidup, produktivitas staf (yang dapat didefinisikan
secara luas), dan keberhasilan pemasaran program-program IUE.
Perlu diketahui, sebuah komisi menilai kenaikan gaji yang direkomendasikan para kepala departemen untuk memastikan adanya
konsistensi dan keadilan bagi para pekerja.
Singkatnya, keenam lembaga think tank tersebut menunjukkan
perbedaan signifikan pada strategi kompensasinya. Kebanyakan
menyertakan pembayaran insentif yang sesuai dengan pandangan
mereka tentang peran utama gaji pada loyalitas dan motivasi staf.
Beberapa skema pemberian insentif dirancang untuk mendorong
pemasaran dan penciptaan lapangan pekerjaan di dalam tubuh
lembaga. Tetapi, skema-skema tersebut juga dapat menimbulkan
insentif negatif. Para staf IET dan TARKI yang bekerja atas dasar
kontrak berharga-tetap mendapatkan insentif tinggi meskipun
hanya melakukan pekerjaan minimum atau sekadarnya yang diminta oleh kontrak. Pemimpin tim di TARKI dan Expert memiliki
insentif jelas untuk menekan klien agar memberikan harga maksimum sekaligus meminimalkan usaha mereka untuk menghasilkan
produk sesuai kontrak. Semua itu dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan dan pemasukan bersih. Jelas ada tantangan bagi
manajemen senior untuk membatasi perilaku semacam itu karena
klien mungkin tidak tertarik lagi mengadakan kontrak dengan
lembaga jika mereka harus membayar harga tinggi untuk produk
yang sederhana.
Hal yang sama terjadi di MRI. Ada insentif bagi tim untuk
menciptakan cukup lapangan pekerjaan agar semua anggotanya
dapat menggunakan setidaknya 75 persen waktu mereka untuk
mengerjakan proyek. Skema insentif tersebut dapat menghukum
anggota tim yang tidak ikut serta dalam pemasaran, jika manajer
dan staf senior yang bertanggung jawab atas pemasaran bekerja
dengan buruk. Kegagalan pencapaian tujuan dan pendapatan yang
menurun mungkin akan mengikis semangat staf yang menganggap
keberhasilan pemasaran bukan bagian dari tugas dan tanggung
jawab mereka.
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
33
Boks 2-1 Sistem Kompensasi untuk Peneliti pada Lembaga-lembaga think tank sampel
Institusi
MRI
Sistem
Semua staf. Pada awal 2001, para pekerja menerima 75 persen
gaji pokok setiap bulan. Dua tahun sekali, manajemen menilai
alokasi waktu yang digunakan untuk mengerjakan proyek-proyek
yang dapat ditagihkan. Jika alokasi tersebut lebih besar daripada
75 persen di seluruh periode, maka orang tersebut menerima 25
sisanya dari gaji pokok. Staf bisa menagih gaji untuk banyak jam
kerja (di atas 40 jam) dan menerima gaji ekstra untuk jam kerja
tambahan. Tetapi setidaknya 75 persen waktu yang diwajibkan ­
oleh proyek harus digunakan. Penggunaan waktu tersebut
­diarahkan oleh direktur operasional. Kompensasi individual ­
sangat tergantung pada kinerja seluruh tim.
TARKI
Direktur proyek atau pemimpin tim. Kompensasi total terdiri dari
gaji pokok dan bonus. Bonus bisa jadi menyamai atau bahkan ­
lebih besar dari gaji pokok. Bonus tersebut ditentukan ­
berdasarkan keuntungan bersih dari proyek-proyek yang
­dilaksanakan. Direktur proyek yang melakukan negosiasi ­kontrak
­dan bertanggung jawab atas pelaksanaannya. Keuntungan
bersih dibagi antara organisasi dan direktur proyek berdasarkan
rumus yang diketahui semua pihak.
Peneliti senior dan junior. Pekerja-pekerja ini juga memiliki
kesempatan mendapatkan uang di luar gaji pokok. Direktur
proyek bernegosiasi dengan staf junior tentang pembagian
waktu untuk melakukan tugas-tugas tertentu (misalnya, dua
bulan untuk melakukan analisis). Akibatnya, para staf diberi
kontrak-kontrak berharga-tetap. Mereka bisa bekerja lembur
untuk mengerjakan kontrak tersebut dan dengan demikian
menambah kompensasi yang diterima.
CSD
Semua staf.a Gaji pokok setiap tahun ditambah gaji bulan ­ke-13.
Jumlah gaji berubah-ubah menyesuaikan kondisi, misalnya inflasi
dan kebutuhan jasa meningkat. Oleh karena itu ada proses
­peninjauan gaji secara berkala.
Semua staf. Gaji ditetapkan pada saat proses penentuan gaji
tahunan, dihubungkan dengan proses penilaian staf yang
­komprehensif.
34
MANAGING THINK TANKS
Boks 2-1 Sistem Kompensasi untuk Peneliti pada Lembaga-lembaga think tank sampel (Lanjutan)
Institusi
Sistem
IUE
Semua staf. Gaji dihitung berdasarkan proses penghitungan
gaji yang diadakan per tahun dan terkait dengan proses
penilaian kinerja staf.
IET
Semua staf.b Penghitungan kompensasi berdasarkan tiga
komponen: gaji pokok yang kecil; pendapatan dari
keikutsertaan dalam proyek, yang menurut kontrak antara
pemimpin proyek dan pekerja; dan bonus dari kontrak
yang d
­ ananya baru ada pada akhir kontrak dan kualitasnya
ditentukan mutu pekerjaan yang indikatornya ditentukan oleh
pemimpin proyek.
Expert
Pemimpin tim. Gaji terdiri dari dua bagian: gaji bulanan
yang k­ ecil dan gaji untuk proyek yang dijalankan. Pemimpin
tim menentukan komposisi staf dan pelaksanaan proyek,
termasuk menentukan gaji untuk semua staf yang terlibat.
Kompensasi bagi pemimpin tim dari proyek yang dikerjakan­
ditentukan berdasarkan persetujuan dengan direktur
eksekutif.
Tidak termasuk dewan direktur (yaitu presiden, direktur eksekutif, dan
­ irektur penelitian) dan staf dalam unit penelitian survei. Staf bisa menerima
d
bonus sebagian besar atas dasar volume kelebihan waktu yang digunakan
untuk proyek.
b
Tidak termasuk manajemen senior.
a
Sistem sangat fleksibel yang digunakan oleh CSD memiliki beberapa keuntungan sekaligus kelemahan. Ketiadaan pernghitungan
gaji yang komprehensif mengakibatkan ketidakkonsistenan dalam
penggajian untuk staf dengan pekerjaan dan keterampilan sama.
Staf mungkin melihatnya sebagai sikap pilih kasih. Untuk mencegah hal ini, penyesuaian pada penghitungan gaji harus melalui
pertimbangan yang bijaksana. Ini adalah tugas yang tampaknya
cukup berat bagi organisasi apa pun.
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
35
Imbalan
Mungkin karena peran penting kompensasi pada strategi personalia keenam lembaga tersebut, imbalan bukan-uang tidak lagi
memainkan peran sangat besar. Semua lembaga think tank cukup
membantu staf menyiapkan publikasi, menghadiri konferensi, dan
berpartisipasi dalam pelatihan. Tetapi, dengan sedikit pengecualian,
aktivitas-aktivitas ini tidak dipandang secara jelas sebagai imbalan
karena alokasinya cenderung kepada orang yang paling pantas. Misalnya, dukungan untuk menulis makalah kadang-kadang diberikan
kepada orang yang tidak ikut dalam proyek pada saat itu. Berikut
ini beberapa contoh penggunaan imbalan.
TARKI menghadiahkan beasiswa penelitian internal tahunan
yang memberi pekerjaan selama beberapa bulan sebagai ajang
kompetisi bagi para peneliti dan analis. Beasiswa tersebut dipandang oleh manajemen dan peneliti senior sebagai hadiah yang
sangat berharga. Faktor penentu dalam pemilihan proyek terbaik
versi manajemen adalah peluang yang ditimbulkan proyek tersebut bagi perkembangan organisasi. Kinerja sebelumnya menjadi
pertimbangan kedua.
IUE, Expert, dan IET memberi kesempatan mengikuti konferensi dan pelatihan internasional sebagai hadiah untuk staf yang
produktif sekaligus cakap berbahasa Inggris. Mereka juga mempromosikan kenaikan jenjang karier penelitian. Promosi tersebut
adalah imbalan atas perbaikan kinerja dan kemampuan. IUE
bergerak lebih jauh. Lembaga ini terkadang memberikan hadiah
kepada pemimpin tim yang paling produktif dengan memasukkan
mereka ke dalam dewan IUE yang memutuskan arah pekerjaan
dan kebijakan penggunaan sumber daya. IUE juga menghadiahi
beberapa staf dengan mengizinkan mereka berpartisipasi dalam
pertemuan tahunan dewan komisarisnya. Beberapa staf diminta
membuat presentasi kepada dewan tersebut.
Semua lembaga think tank bisa dikatakan menghargai prestasi
stafnya dengan berbagai cara. Cara yang paling umum dilakukan
adalah melalui pengumuman di seminar lembaga, sidang kerja,
36
MANAGING THINK TANKS
serta pesta untuk peluncuran publikasi baru, perayaan keberhasilan konferensi, kontrak besar, atau hasil kebijakan. IET memuat
pemberitahuan tersebut dalam buletinnya. Di IUE, manajemen dan
direktur departemen setiap tahun memilih analis terbaik di setiap
kelompok (misalnya, ahli dan ahli senior) serta mengumumkannya
pada pertemuan staf akhir tahun.
Retreat
Kebanyakan lembaga think tank yang dikaji juga mengadakan
rehat bagi staf. Kegiatan ini didesain untuk membangun semangat
tim. Kadang-kadang kegiatan-kegiatan tersebut diselipi elemen
pekerjaan, tetapi kadang-kadang juga murni sebagai ajang bersosialisasi santai antarstaf. Misalnya, seluruh staf MRI dan keluarga
mereka pergi ke tempat rekreasi pada akhir pekan di musim panas.
Para staf IUE dan keluarga mereka berkumpul di rumah peristirahatan di pinggiran Moskow pada akhir pekan, beberapa kali setahun
selama musim dingin. Sebagian besar staf ikut serta dalam kegiatan
ini. Sementara itu, The Expert Institute juga melakukan kegiatan
serupa. Kegiatan-kegiatan ini terutama bersifat rekreasi.
Di lembaga CSD, para anggota suatu departemennya mengadakan rehat Jumat-Sabtu sekali atau dua kali setahun untuk
bersantai-santai dan mengevaluasi pekerjaan mereka serta merundingkan arah di masa depan. IUE mengadakan rehat tahunan
untuk “dewan”-nya (yaitu lembaga manajemen khusus yang menilai
program kerja dan merencanakan program kerja selanjutnya).
Semua kegiatan ini sebagian disubsidi oleh lembaga-lembaga
think tank tersebut. Semua lembaga think tank yang melaporkan
kegiatan-kegiatan semacam itu menganggap kegiatan itu penting
untuk menjaga semangat kerja.
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
37
Pelatihan
Keenam lembaga berbeda-beda dalam menilai makna pelatihan.
Tim manajemen CSD, Expert, dan TARKI tidak terlalu memprioritaskan pelatihan. Sebagian kecil staf mereka secara konsisten berpartisipasi dalam pelatihan di luar organisasi pada tahun tertentu.
Tetapi, Expert dan TARKI memiliki program-program pelatihan
internal yang substansial (lihat di bawah). Biaya pelatihan diperkirakan di bawah 1 persen biaya total lembaga. Lembaga-lembaga
tersebut memprioritaskan pelatihan pada tenaga terampil yang
cakap. Para peneliti senior di TARKI dan CSD mengajar di beberapa
universitas paling bergengsi di setiap negara supaya mereka dapat
mengikuti perkembangan disiplin ilmu mereka.
Tiga lembaga lain jauh lebih mementingkan pelatihan staf. Sekitar separuh staf penelitian lembaga-lembaga tersebut berpartisipasi
dalam konferensi atau kegiatan pelatihan resmi selama setahun
(Tabel 2-4). IUE menghabiskan 3 sampai 4 persen pendapatannya
untuk pelatihan, termasuk dana eksternal dan internal. Meskipun
demikian, terdapat perbedaan praktik di antara ketiga organisasi
ini. IUE dan IET memiliki rencana pelatihan yang hampir terdefinisi
matang. Bagi IUE, kebutuhan pelatihan adalah produk dari proses
penilaian staf meskipun lembaga tidak membuat rencana formal
pelatihan. Tawaran pelatihan internasional kadang-kadang memenuhi kebutuhan ini atau melengkapi pelatihan lain. Sebagaimana
disebutkan di atas, perjalanan internasional untuk mengikuti
pelatihan sering dialokasikan sebagai imbalan untuk staf.
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Siapa yang berpartisipasi?
Apakah rencana tersebut dibuat pada awal
tahun pembukuan?
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Tidak bisa
diterapkan
Tidak, tetapi
ada daftar
pelatihan yang
diperlukanb
Ya
Tinggi
IUE
Tidaka
Sangat rendah
Expert
Tidak
Menjawab
tawaran
donor
Tidak bisa
diterapkan
Manajemen Tidak bisa
senior
diterapkan
Ya, setiap
Tidak
enam bulan,
untuk lokasi
kesempatan
internasional
Tidak
Tinggi
IET
Bagaimana keputusan tentang pengalokasian Menjawab tawaran Aktivitas kecil; Menjawab Kebutuhan
Menjawab
sumber daya diambil?
donor dan
menjawab
permintaan yang ditetapkan tawaran
permintaan staf
permintaan staf staf
sebagai bagian dari donorc
dari proses
penilaian staf
Ya
Manajemen
senior dan
pemimpin tim
Ya, difokuskan Tidak
pada kegiatan
internal
Tidak
Apakah ada rencana pelatihan tahunan?
Ya
Tidak
Sangat
rendah
CSD
Apakah ada anggaran khusus untuk pelatihan Ya, tetapi bukan
umum yang dimasukkan secara eksplisit merupakan item
dalam beban biaya operasional?
terpisah
TARKI
Rendah
MRI
Prioritas yang diberikan oleh manajemen pada Tinggi
­pelatihan tambahan untuk staf penelitian
Isu Pelatihan
Tabel 2-4 Pelatihan Staff pada Lembaga Think Tank Sampel
38
MANAGING THINK TANKS
Ya; seminar
tentang topiktopik
metodologis
Sedikit
5 sampai
10%
Kecil
CSD
b
a
IET
Ya, seminar
tentang
topik-topik
dan metode
substantif
~50%
Ya, seminar
tentang
topik-topik
dan metode
substantif
~50%
Sangat penting Sangat
penting
IUE
Tetapi ada anggaran untuk perjalanan staf, dan biaya paling besar adalah untuk menghadiri kegiatan pelatihan dan konferensi.
Daftar tersebut muncul akibat dari proses penilaian staf.
c
Kepala departemen mengambil keputusan tentang kehadiran dalam konferensi domestik dan seminar dengan materi pelatihan.
d
Termasuk kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh berbagai donor dan yayasan.
Tidak, tetapi ada
seminar staf setiap
bulan tentang
proyek-proyek
yang sedang
berjalan
Apakah ada kegiatan pelatihan resmi di
organisasi?
Kecil
5 sampai 10%
Sangat penting
Seberapa penting kegiatan pelatihan yang
disponsori oleh organisasi lain?d
TARKI
Prosentase staf penelitian yang menghadiri ~50%
setidaknya satu pelatihan atau kursus
per tahun
MRI
Isu Pelatihan
Tabel 2-4 Pelatihan Staff pada Lembaga Think Tank Sampel (Lanjutan)
Ya, seminar
penilaian proyek
dan sesi
brainstorming
tentang
beberapa
metode
10 sampai 15%
Sangat penting
Expert
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
39
40
MANAGING THINK TANKS
Banyak sekali kegiatan pelatihan internasional yang tersedia di
IET dan rencana penggunaan sumber daya ini dipersiapkan sekitar dua kali setahun. Baik di IUE maupun IET, banyak pelatihan
terstruktur yang didapatkan staf dalam konferensi internasional
atau kegiatan pelatihan. Pelatihan ini didanai baik sebagai elemen
dalam kontrak atau imbalan yang diberikan kepada organisasi
tersebut maupun sebagai tawaran terpisah dari sponsor internasional. IUE juga mengirimkan staf ke kegiatan pelatihan di dalam
negeri dan kadang-kadang mengontrak organisasi ahli untuk
memberi pelatihan khusus untuk topik tertentu yang tidak ada di
pelatihan-pelatihan lain (misalnya, topik aspek keuangan dalam
analisis proyek).
Empat lembaga, yaitu TARKI, IUE, Expert, dan IET, mengadakan program seminar internal tentang topik-topik substantif
dan metodologis. Semua staf lembaga, khususnya staf junior dan
madya, sangat dianjurkan untuk mengikuti program tersebut. MRI
mengadakan seminar untuk stafnya setiap bulan. Dalam seminar
tersebut hasil kemajuan proyek dievaluasi. Informasi seputar
topik-topik teknis dan lingkup pekerjaan yang sedang berjalan di
lembaga tersebut juga disampaikan kepada staf.
Kesimpulan
Bagaimana perbandingan praktik-praktik di enam lembaga think
tank tahap kedua ini dengan yang dijalankan di organisasi tahap
ketiga? Secara umum, masih belum tergolong sempurna. Berikut
ini adalah ringkasan situasi tersebut.
l Penilaian staf adalah titik lemah. Hanya tiga dari keenam organisasi tersebut yang memiliki proses penilaian tahunan. Hanya
satu organisasi yang meminta masukan tertulis dari staf dan
penilai. Namun, hasil proses ini menjadi kontribusi penting bagi
pelatihan dan keputusan penyesuaian gaji.
l Struktur kompensasinya beragam, termasuk skema insentifnya.
Tiga skema insentif diarahkan untuk menaikkan upah bagi staf
yang potensial. Ada satu skema yang difokuskan untuk membuat proyek-proyek yang digunakan untuk membayar waktu
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
41
kerja staf. Satu lembaga think tank memiliki pendekatan administrasi gaji yang sangat fleksibel. Skema-skema insentif ini
hanya sedikit yang digunakan di Barat. Tingkat fleksibilitas pada
skema kelima akan menuai kritik karena rawan pilih kasih dan
penyalahgunaan. Hanya satu skema kompensasi yang sesuai
dengan praktik normal di Barat.
l Imbalan masih belum sebanding dengan rekomendasi dari literatur manajemen personalia. Lima dari enam lembaga think
tank yang dikaji menerapkan pemberian imbalan. Perjalanan
dinas internasional adalah bentuk imbalan yang paling sering
diberikan. Bentuk-bentuk lain juga digunakan untuk memotivasi pekerja.
lPelatihan dipandang sebagai sebuah elemen integral dalam
perkembangan staf pada lembaga think tank tahap ketiga
sehingga prioritas rendah pada pelatihan yang diberikan tiga
lembaga think tank yang dikaji di sini bisa dibilang di luar dugaan. Dua lembaga think tank lain memiliki program pelatihan
substansial, tetapi belum ada alokasi sumber daya yang khusus
untuk itu. Hanya satu lembaga think tank yang membahas kebutuhan pelatihan ke dalam proses penilaian staf.
Apakah perbedaan praktik pada keenam lembaga think tank
ini dengan praktik-praktik yang umumnya diterima di organisasi
tingkat ketiga mengharuskan mereka memperbaiki manajemen
personalianya? Para pemimpin lembaga-lembaga think tank ini
umumnya percaya bahwa sebagian besar praktik mereka sudah cocok dengan organisasi mereka, baik struktur, volume, maupun gaya
operasinya. Yang sangat ditekankan adalah atmosfer informalitas
dan keakraban demokratis. Sikap ini, persepsi tidak setaranya
kompetisi dengan kalangan bisnis untuk mendapatkan staf yang
lebih berkualitas, dan prioritas rendah pada isu-isu administratif,
mungkin adalah faktor-faktor utama yang menghasilkan praktik
pengelolaan personalia pada keenam lembaga tersebut. Namun,
lembaga-lembaga think tank yang dikaji menghasilkan pekerjaan
berkualitas tinggi dan berhasil memengaruhi proses kebijakan
(Struyk 1999).
42
MANAGING THINK TANKS
Meskipun demikian, keberhasilan sistem personalia yang kurang
maju di lima organisasi ini kelihatannya sangat bergantung pada
kepribadian dan gaya kepemimpinan para manajernya. Kebanyakan
lembaga think tank, terutama sekali yang masih muda, adalah hasil
cetakan para pendirinya. Jika motivasi staf selalu tergantung pada
gaya operasi yang personal itu, ada risiko terjadi gejolak pada masa
transisi jika muncul pemimpin baru di lembaga-lembaga think
tank ini. Lembaga-lembaga think tank tersebut bisa mengadopsi
praktik-praktik yang dilakukan di organisasi tahap ketiga tanpa
mengganggu gaya operasionalnya.
Singkatnya, penggunaan praktik personalia yang lebih terstruktur akan menghasilkan keuntungan jangka pendek dan jangka panjang. Keuntungan jangka pendeknya adalah persamaan perlakuan
yang dirasakan di antara para peneliti di bawah tingkat pemimpin
tim. Hal ini tentu saja memengaruhi produktivitas dan kebetahan
pekerja. Keuntungan jangka panjang adalah transisi yang lebih
lancar jika terjadi pergantian pemimpin.
CATATAN
1. Lembaga-lembaga think tank tersebut (satu lembaga think
tank setiap negara di sembilan negara di wilayah tersebut) adalah anggota Transition Policy Network (TPN), seperti The Urban
Institute. Untuk mengenal lebih jauh tentang TPN, lihat http://
www.urban.org/tpn. Tidak ada survei sistematis tentang lembaga
think tank yang mengidentifikasi bidang-bidang administrasi dan
manajemen keuangan yang diyakini responden harus diperkuat.
2. Kecuali beberapa esai dalam Struyk, Ueno, dan Suzuki
(1993).
3. Untuk gambaran tentang teori-teori ini, lihat Rabin dan
sebagainya (1985, 154-56).
4. Lihat Heneman (2001, 167), Herzberg (1987, 112-13), dan
Heskett (1987, 121).
5. Lihat Bowsher (1998) dan Wilson (1994).
6. Sejumlah contoh umum jenis ini diberikan dalam Herzberg
Memotivasi Staf Agar Lebih Produktif dan Tetap Betah
43
(1987).
7. Lihat juga Herzberg (1987); Heskett (1987); dan Wilson
(1994,83). Dukungan Heskett pada hal ini sangat menarik karena
ia menulis tentang motivasi personalia untuk perusahaan komersial
dalam industri jasa.
8. Lihat McAdams dan Hawk (1994, 33) dan Stone, Bigelow,
dan Crittenden (1999, 382).
9. Lihat Wilson (1994, 47-50).
10.Inilah sistem yang digunakan oleh beberapa lembaga think
tank di Barat yang diketahui oleh penulis. Selain itu, sejumlah korporasi yang dikelola dengan baik menggunakan prosedur tersebut,
termasuk General Electric Corporation (Glen 1990,3). Lee (1996)
dan Ledford (1995) juga sangat mendukung pemisahan penilaian
dari proses penyesuaian gaji resmi.
11.Fox (1991), Rabin, dan lain-lain 1985, 183-4), dan Wilson
(1994, bab 9) juga menjabarkan masalah-masalah dengan proses
penilaian. Lee (1996) melaporkan bahwa 60 persen dari 218 perusahaan yang disurvei dilaporkan menggunakan evaluasi naratif
dengan skor numerik secara keseluruhan; sistem kedua yang paling
sering digunakan adalah penilaian numerik.
12.Alternatif-alternatif yang dibahas pada tulisan Rabin dan
lain-lain (1985, 184-94), juga di bab 7 Heneman (2001).
13.Dalam dunia usaha, praktik umum tersebut adalah pengeluaran untuk pelatihan sama dengan sekitar 5 persen gaji karyawan.
14.Bab 9 memuat pembahasan lanjut tentang biaya operasional.
15.Lihat Ban (1992, 410) dan Bowsher (1998, bab 2).
16.Wawancara tentang praktik-praktik personalia diadakan
dengan dua lembaga think tank yang lebih kecil di wilayah tersebut,
dan hasilnya menegaskan bahwa praktik-praktik ini sangat tidak
terstruktur.
17.Perlakuan komprehensif topik-topik ini termasuk Bowsher
(1998), Dibble (1999), Heneman (2001), Letts dan rekan (1999),
serta Rabin dan lain-lain (1985).
44
MANAGING THINK TANKS
18.CSD menggunakan retreat staf di tingkat departemennya di
rumah peristirahatan untuk tujuan ini, sebagaimana yang digambarkan di bawah.
Raymond J. Struyk
3
Mengorganisasi
Pelatihan Staf
B
ab 2 membahas singkat pelatihan untuk staf think tank
dalam konteks praktik dan kebijakan personalia yang lebih
luas. Dalam bab ini, bahasan tersebut semakin diperluas dengan
membicarakan pengembangan dan implementasi program rutin
pelatihan staf.
Seiring dengan pergantian karyawan dan, dalam beberapa
kasus, berkaitan dengan tumbuh-kembangnya institusi, kebanyakan lembaga think tank mengalami tingkat perputaran staf (staff
turnover) yang signifikan, khususnya di tingkat peneliti junior
dan staf pendukung. Maka, banyak sekali waktu dicurahkan untuk
menyediakan pelatihan di tempat kerja (on-the-job training) bagi
staf baru, yaitu pelatihan ketika seorang pekerja menjelaskan kepada pekerja lainnya ihwal kebijakan-kebijakan institusi tersebut
terkait hal-hal teknis seperti memformat dokumen, mengarsip
analisis statistik, bekerja dengan klien, dan menggunakan sistem
teknologi informasi (TI).
Selain fungsi-fungsi rutin ini, ada kegiatan pelatihan yang
mengembangkan modal manusia (human capital) staf. Pelatihan
semacam itu sangat penting bagi peneliti yang masih hijau. Banyak peneliti baru tidak punya dasar yang kuat di bidang analisis
kebijakan atau pemantauan dan evaluasi program, padahal kecakapan tersebut sangat dibutuhkan di kebanyakan lembaga think
45
46
MANAGING THINK TANKS
tank. Kecakapan mungkin saja diperoleh staf pendukung dan para
peneliti secara bertahap melalui mentoring dari sesama kolega,
tetapi praktik ini tidak efisien. Kolega tidak selalu memiliki waktu
untuk memberi penjelasan dengan cermat, lengkap, dan benar,
serta tidak semua kolega mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan. Karena itulah, lembaga-lembaga think tank perlu
selalu memiliki program pelatihan staf secara internal.
Bab ini menyajikan sebuah program pelatihan bagi staf pendukung dan peneliti kebijakan. Program ini tidak mencakup pengembangan kecakapan umum untuk penelitian, seperti ilmu ekonometri
dan rancangan sampel survei. Jenis kecakapan penelitian, yang
dikenal sebagai kekuatan lembaga think tank, acap kali disampaikan melalui seminar in-house pada proyek-proyek penelitian tetap,
ditambah kursus-kursus formal di universitas. Di bab ini kita akan
membahas pelatihan-pelatihan yang berusaha membuat setiap
anggota staf sebagai pekerja yang efisien di lembaga dan pelatihanpelatihan untuk mengasah kecakapan khusus penelitian kebijakan
yang tidak mungkin diajarkan di universitas.1
Bab ini diatur sebagai berikut. Bagian berikut ini menjelaskan
secara garis besar sebuah program pelatihan staf komprehensif
untuk lembaga think tank yang sedang dalam perkembangn tahap
kedua atau tahap ketiga di negara transisi atau negara berkembang.
Program ini didasarkan pada hasil-hasil observasi penulis tentang
kebutuhan pelatihan dan pelatihan staf di beberapa lembaga think
tank.2 Sesudahnya, menyusul bahasan tentang tata cara pengorganisasian program pelatihan. Lampiran B dan Lampiran C di
bagian akhir buku ini memuat contoh-contoh skema atau presentasi lokakarya dasar untuk beberapa kursus yang didiskusikan di
dalam teks ini.
Mengorganisasi Pelatihan Staf
47
PROGRAM PELATIHAN KOMPREHENSIF
Kebutuhan pelatihan bagi sebuah lembaga think tank bisa dibedakan menjadi dua bagian: kebutuhan untuk sebagian besar staf
dan kebutuhan spesifik untuk jabatan individual atau anggota staf.
Seperti dikutip dalam bab 2, kebutuhan pelatihan spesifik-orang
atau spesifik-pekerjaan sering kali teridentifikasi melalui sistem
penilaian kinerja tahunan. Bab ini difokuskan pada pelatihan yang
akan memberi manfaat bagi kelompok-kelompok signifikan staf.
Tentu saja, tidak semua pelatihan cocok untuk semua staf. Perbedaan yang paling jelas adalah perbedaan di antara analis dan staf
pendukung. Namun, di bagian ini pun pengecualian atas aturan itu
teridentifikasi dengan mudah. Seorang staf penerjemah bisa meningkatkan kinerjanya dengan jalan mengikuti sebuah lokakarya tentang evaluasi program untuk mempelajari pengertian-pengertian
dan kosakata, kemudian menggunakan kecakapan-kecakapan baru
ini saat menerjemahkan laporan-laporan proyek. Meskipun begitu,
kita masih bisa mengidentifikasi acara pelatihan bagi berbagai kelompok berbeda dengan kebutuhan pelatihan yang relatif sama.
Boks 3-1 menyajikan daftar jenis pelatihan umum bagi analis
dan staf pendukung. Ada tiga jenis pelatihan bagi analis: orientasi
umum, pembinaan sumber daya manusia, dan peralatan bagi peneliti. Ada dua jenis pelatihan bagi staf pendukung: orientasi umum
dan peralatan bagi staf pendukung.
48
MANAGING THINK TANKS
Boks 3-1 Jenis-Jenis Pelatihan Staf Lembaga Think Tank
Untuk Analis
Orientasi umum
lAktivitas primer organisasi, pengorganisasian pekerjaan, nasihat
agar menjadi efektif
l Panduan kiat-kiat bekerja pada sebuah lembaga think tank, misalnya, mengerjakan banyak proyek secara bersamaan, bekerja
dengan anggaran terbatas.
l Tujuan dan filosofi, gaya bekerja, aturan kerja, dan sebagainya.
Pembinaan modal manusia
lAnalisis kebijakan publik, termasuk tulisan yang efektif untuk merekomendasikan kebijakan.
lEvaluasi program
l Analisis finansial terhadap proyek-proyek investasi, misalnya,
layanan masyarakat, jalan, angkutan massal, perumahan.
Peralatan bagi peneliti
l Perangkat lunak dasar (termasuk sistem komputer dalam kantor),
e-mail, pengarsipan, format laporan
l Membuat presentasi, termasuk menyiapkan presentasi PowerPoint.
l Paket statistik (misalnya, SPSS, SAS), Excel, Microsoft Project, dan
sebagainya.
Untuk Staf Pendukung
Orientasi umum
l Tujuan dan filosofi, gaya bekerja, aturan kerja, dan sebagainya.
lAturan-aturan untuk penanganan dokumen, format-format perusaha­
an, biaya perjalanan proses, dan sebagainya.
Peralatan bagi staf pendukung
l Program editor teks milik institusi
l Perangkat lunak dasar (termasuk sistem komputer dalam kantor),
e-mail, pengarsipan, format laporan.
Orientasi umum. Orientasi bagi analis sebaiknya mencakup dua
bidang, yaitu tugas-tugas utama organisasi dan kiat-kiat menjadi
konsultan yang sukses. Orientasi pada bidang pertama dirancang
untuk membiasakan peneliti baru dengan gaya operasional orga­
nisasi dan pola kerja yang disukai organisasi. Banyak lembaga
think tank memiliki aktivitas primer yang sangat beragam sehingga
orientasi mereka pun sama beragamnya. Orientasi peneliti baru
pada lembaga think tank yang amat mengutamakan penelitian
ekonometris mungkin terfokus pada pentingnya analisis bermutu
tinggi, pendekatan untuk menilai kualitas data, cara pengorga­
Mengorganisasi Pelatihan Staf
49
nisasian proyek, dan kebutuhan kerja tim dalam melaksanakan
proyek, tempat-tempat untuk mencari bantuan untuk masalah
komputasi, statistik, ekonometri, dan isu-isu lain. Sebaliknya,
lembaga think tank yang melakukan dan mengevaluasi proyekproyek pendampingan teknis guna memperbaiki kinerja pemerintah daerah, orientasinya akan terpusat pada praktik-praktik
yang baik dalam bekerja dengan pejabat setempat dan kalangan
lembaga swadaya masyarakat. Berikut ini topik-topik umum yang
bisa dimasukkan:
● memahami insentif-insentif kotapraja untuk berpartisipasi
dalam proyek-proyek percobaan.
● pendekatan terhadap salah satu administrasi pemerintahan
● bekerja sama dengan pejabat-pejabat setempat
● membangun kepercayaan dalam sebuah hubungan
● memahami pendampingan teknis yang “didorong oleh kebutuhan”.
Presentasi lokakarya pada Lampiran B ditujukan bagi organisasi
semacam itu.
Bidang orientasi yang kedua, kiat menjadi konsultan, sangat
umum. Analis yang baru pertama kali bekerja pada lembaga think
tank umumnya belum pernah mengerjakan proyek dengan anggaran sangat ketat. Artinya, analis itu punya banyak waktu untuk
menyelesaikan sebuah tugas dan tidak bisa meminta bayaran untuk
jam kerja panjang. Diskusi terbuka mengenai kiat-kiat mengelola
pekerjaan diri sendiri dan mengukur kemajuan juga sangat berguna. Begitu pula informasi tentang apa yang harus dilakukan bila
tampaknya waktu yang dialokasikan tidak cukup untuk menyelesaikan tugas. Sama pentingnya ialah nasihat tentang memenuhi
tuntutan-tuntutan dalam pengerjaan banyak proyek (barangkali
untuk banyak supervisor pula) dalam waktu yang bersamaan—dan
apa yang harus dilakukan bila tuntutan berbagai tugas itu menjadi
konflik yang menghambat analis. Topik lain yang layak didiskusikan
ialah pentingnya mengisi kartu jam kerja (time sheet) setiap hari
agar biaya proyek bisa ditelusuri dengan sebaik-baiknya.3
50
MANAGING THINK TANKS
Bagi staf pendukung, orientasi sama pentingnya. Boks 3-2 menyajikan agenda untuk satu sesi bagi staf pendukung. Topiknya
meliputi informasi tentang tujuan dan filosofi institusi, panduan
kiat menyelesaikan sejumlah tugas praktis, dan sumber daya yang
dapat dipakai oleh staf.
Yang mengherankan, hanya sedikit lembaga think tank yang
memiliki jenis program orientasi yang baru saja dibicarakan.
Akibatnya, banyak waktu dihabiskan staf baru untuk learning by
doing—“belajar dari mengerjakan”—ketika seharusnya mereka
sudah bisa berkontribusi untuk proyek.
Pembinaan sumber daya manusia. Ketika baru tiba di lembaga
think tank, kebanyakan peneliti junior dan peneliti tingkat menengah memiliki kecakapan analisis kuantitatif dasar atau lebih, juga
pengetahuan signifikan mengenai satu sektor dalam perekonomian.
Contoh: seorang peneliti baru tipikal lulusan pendidikan tinggi
dalam ilmu ekonomi dan memiliki pengalaman tiga tahun di sektor transportasi. Selama tiga tahun itu, peneliti tersebut menguasai
informasi tentang lingkungan kebijakan dan hukum di sektor itu
dan telah menganalisis data sekunder perihal kecenderungan pada
jumlah penumpang yang memanfaatkan jasa angkutan umum,
biaya, dan pendapatan untuk berbagai moda transportasi. Namun,
peneliti itu kurang cakap dalam teknik analisis kebijakan dan teknik
evaluasi program. Situasi ini biasa terjadi di negara berkembang
dan negara transisi akibat struktur dan muatan pada sistem pendidikan tinggi yang kurang mendukung. Tetapi, agar kinerja mereka
unggul di lembaga think tank, para analis seharusnya cakap dalam
bidang-bidang tersebut. Selain itu, mungkin peneliti baru memang
membutuhkan pelatihan lain, tergantung pada komposisi program
kerja institusinya. Contoh: jika sebuah lembaga think tank senantiasa mengerjakan analisis efisiensi ekonomi terhadap investasiinvestasi alternatif—seperti pada fasilitas air dan pembuangan
kotoran, pembangkit panas distrik, atau perbaikan transportasi—
kelak staf lembaga itu harus mampu melakukan analisis keuangan
pada proyek-proyek investasi. Ramuan spesifik pelatihan yang
tepat bagi sebuah lembaga think tank bergantung pada perpaduan
pekerjaan yang digelutinya.
Mengorganisasi Pelatihan Staf
51
Boks 3-2 Orientasi bagi staf Pendukung Institut
Pengenalan
l Definisi sebuah lembaga think tank
l Misi, pedoman-pedoman utama kegiatan
Dokumentasi staf
lBuku kerja
l Isi perjanjian kerja, konsistensinya dengan hukum nasional
Dokumen-dokumen Kantor
l Format untuk berbagai jenis dokumen, meliputi surat, laporan, laporan
kegiatan untuk sponsor.
l Pemeliharaan dan pembuatan format buku alamat dan daftar telepon.
Partisipasi dalam Program Pendidikan staf
l Tanggung jawab untuk mengingatkan staf yang ditunjuk agar hadir,
termasuk memantau jadwal-jadwal perjalanan.
Pengenalan pada Perpustakaan
l Memesan publikasi dari lembaga untuk dibagi-bagikan
l Menyediakan sejumlah besar salinan publikasi untuk acara-acara penting.
l Menggunakan perpustakaan dan katalog kartu otomatis
l Memperkenalkan koleksi perpustakaan, termasuk terbitan-terbitan
berkala.
Dokumentasi untuk Perjalanan Bisnis Dalam Negeri
l Uang muka untuk perjalanan
l Laporan pengeluaran
l Pentingnya membuat tagihan perjalanan untuk proyek.
Dokumentasi untuk Perjalanan Luar Negeri
l Pengurusan visa-surat-surat undangan, peraturan di kedutaan besar
yang berbeda-beda.
l Uang muka untuk perjalanan
l Laporan pengeluaran
Jaringan Komputer dan Peralatan Kantor
l Pengenalan jaringan komputer, termasuk tata cara back up-membuat
salinan file komputer
l Membuat salinan pengoperasian mesin (pengoperasian, kertas yang
digunakan, dan sebagainya)
l Pengoperasian alat pemindai (scanner)
l Rekaman CD-ROM
l Sistem telepon.
Mengingat pentingnya analisis kebijakan dan evaluasi program
bagi hampir semua lembaga think tank, ada uraian tambahan
yang cocok perihal lembaga-lembaga think tank tersebut. Boks 3-3
menyebutkan topik-topik dalam sebuah kursus analisis kebijakan
yang baru-baru ini diajarkan kepada para pejabat kotapraja di Rusia
52
MANAGING THINK TANKS
Boks 3-3 Tujuan Kursus Analisis Kebijakan: Kecakapan dan Prinsip Kebijakan
Subsidi. Berbagai bentuk subsidi; kekuatan dan kelemahan masing-masing
subsidi; ilustrasi berbagai prinsip (misalnya, keutamaan konsumen).
Pembidikan sasaran. Kekuatan dan kelemahan struktur-struktur alternatif;
contoh-contoh.
Insentif. Identifikasi dan pertanggungjawaban insentif kepada pemangku
kepentingan sebagai salah satu penentu utama keberhasilan dalam rancangan
program dan kebijakan; analisis pemangku kepentingan.
Proses analisis kebijakan dasar. Mengembangkan topik-topik yang telah didiskusikan, sehingga para siswa terbuka pada bahan yang langsung bermanfaat
sebelum presentasi yang lebih menjurus mengenai analisis kebijakan; definisi
masalah dan mempertimbangkan opsi-opsi kebijakan terhadap kriteria-kriteria
yang sudah jelas.
Efisiensi produksi barang dan jasa. Presentasi konsep ekonomi dasar, dengan penekanan pada peran tepat pemerintah sebagai penentu lingkungan
yang tepat (misalnya, kontrak yang dapat dilaksanakan) untuk sebagian besar
produksi, tetapi dengan peran produksi aktual sangat minimal; pengenalan
outsourcing sebagai alternatif bagi pemberian pelayanan langsung dari pemerintah; mendiskusikan argumen-argumen yang menyangkut kebaikan kompetisi,
dan sebagainya.
Pemantauan program. Dasar pemikiran untuk program pemantauan; contohcontoh tentang kapan informasi pemantauan bisa bermanfaat bagi manajemen
program; pengenalan log frame yang dimodifikasi untuk memutuskan informasi
apa yang harus dikumpulkan, laporan apa yang harus dibuat dan untuk siapa.
Teknik-teknik telaah data. Pengendalian mutu dalam kumpulan data (dapat
dianggap sebagai salah satu subtopik di bawah pemantauan program atau
evaluasi pelaksanaan program); penjelasan bahwa pejabat-pejabat setempat
seringkali tidak memeriksa tabel-tabel statistik untuk mencari kesalahan-kesalahan nyata yang dapat ditemukan dengan pemeriksaan logika sederhana.
Evaluasi pelaksanaan program. Jenis-jenis persoalan yang bisa diatasi dengan
evaluasi proses dan mengapa jawaban-jawabannya penting bagi terlaksananya manajemen program yang baik; contoh-contoh praktik yang baik, latihan
bersama kelas untuk mendefinisikan evaluasi-evaluasi semacam itu.
Tulisan tentang rekomendasi kebijakan. Memperkuat kemampuan menganalisis masalah dan mengajukan rekomendasi dengan gamblang; peluang untuk
mempraktikkan kecakapan menulis dan berpikir kritis; analisis-analisis studi
kasus yang mewajibkan peserta menggunakan konsep-konsep dari lokakaryalokakarya sebelumnya.
Sumber: Morse dan lain-lain (2002)
Mengorganisasi Pelatihan Staf
53
lalu, dalam bentuk yang agak dimodifikasi, diajarkan kepada staf di
sebuah lembaga think tank Rusia oleh tim yang meberikan kursus
kepada para pejabat kotapraja bersama sebuah lembaga think tank
Barat. Topik-topik diseleksi berdasarkan kebutuhan spesifik di
Rusia. Namun, untuk semua jenis kursus analisis kebijakan, barangkali topik-topik umum juga tepat. Patut dicatat bahwa seperempat
bagian dari kursus itu dipergunakan untuk mengajarkan siswa
menulis rekomendasi kebijakan yang singkat tapi efektif. Masalah
yang kerap teridentifikasi pada banyak lembaga think tank adalah
mereka tidak bisa menulis rekomendasi yang dapat dipahami.4
Penjabaran mengenai garis besar kursus yang lebih luas disajikan
dalam Lampiran C.
Program evaluasi di kebanyakan negara di luar Amerika Utara
dan Eropa Barat masih dalam masa bertumbuh. Bahkan, pemantauan program rutin pun masih sangat lemah. Lembaga-lembaga
think tank di negara berkembang dan negara transisi sebenarnya
bisa memimpin dalam mempromosikan evaluasi program dan
melaksanakan studi-studi serupa. Namun, untuk itu, mereka harus
memiliki staf yang mengerti nilai evaluasi-evaluasi itu bagi para
pengambil kebijakan dan bisa melibatkan para administrator program senior dalam satu dialog untuk menentukan isu-isu utama
yang hendak dibahas, sekaligus mampu mengorganisasikan proyek
evaluasi secara efektif. Tabel 3-1 berisi garis besar sebuah kursus
evaluasi program komprehensif yang bisa ditawarkan sebuah lembaga think tank kepada staf penelitinya. Walaupun sebagian besar
topik berhubungan dengan pengumpulan data dan teknik-teknik
analisis, unsur utama terdapat dalam blok 2 sampai blok 5 yang
diadakan untuk memastikan bahwa evaluasi ini benar-benar menangani masalah-masalah yang paling banyak menjadi perhatian
para pemangku kepentingan dan mendefinisikan struktur yang
tepat untuk penyelidikan ini.
Peralatan bagi peneliti dan staf pendukung. Pelatihan “peralatan” umumnya lebih meningkatkan produktivitas staf ketimbang
memberikan kecakapan di seluruh bidang baru, seperti evaluasi
program atau perangkat lunak desktop publishing yang canggih.
Boks 3-1 berisi daftar pelatihan semacam itu bagi peneliti dan
54
MANAGING THINK TANKS
Tabel 3-1 Garis Besar Kursus Evaluasi Program
Topik
Blok Bagian
1
2
3
4
5
6
7
8
1
1
2
3
1
2
1
2
3
1
1
2
3
4
5
1
2
1
Pengantar evaluasi
Penentuan bahan yang akan dievaluasi
Peran-peran evaluator yang mungkin
Definisi indikator-indikator dalam sebuah evaluasi
Evaluasi proses atau pelaksanaan
Pengukuran kinerja
Strategi-strategi untuk evaluasi dampak
Evaluasi dampak dengan rancangan percobaan
Evaluasi dampak dengan rancangan kuasi-percobaan
Evaluasi efisiensi (evaluasi biaya-pendapatan dan efektivitas-biaya)
Gambaran umum metode-metode pengumpulan data
Pengumpulan data dari catatan-catatan agensi
Rancangan dan pelaksanaan survei
Penggunaan kelompok-kelompok inti
Pengelolaan pengumpulan data lapangan
Penggunaan statistik yang tepat
Penggunaan model-model regresi untuk memperkirakan efek-efek program
Menulis laporan dan mempresentasikan hasil-hasilnya
Sumber: Struyk (2001).
staf pendukung. Kecakapan yang penting bagi para peneliti itu di
antaranya adalah presentasi dengan menggunakan fitur PowerPoint. Modul pelatihan ini sebaiknya memuat praktik-praktik yang
baik tentang penyusunan presentasi dan teknik-teknik berbicara.
Perhatikan pula bahwa daftar ini juga mencantumkan pelatihan
paket statistik yang digunakan lembaga think tank. Pelatihan formal
terbatas dengan perangkat lunak ini memberikan manfaat berdaya
saing bagi staf baru di awal kiprah mereka dengan paket statistik.
Bagi staf pendukung, contoh-contoh pelatihan “peralatan” dalam
Boks 3-1 ditujukan untuk membantu staf agar mahir menggunakan sistem komputer dan perangkat lunak yang sering digunakan,
khususnya penyunting teks yang dipakai oleh institusi.
Item-item yang terdaftar dalam tabel itu hanya saran. Setiap
lembaga think tank tentu paling mengetahui jenis-jenis pelatihan
Mengorganisasi Pelatihan Staf
55
seperti apa yang akan diberikan, tergantung pada program kerja
dan pelatihan formal stafnya.
Program pelatihan komprehensif. Bab ini sudah mendiskusikan
sejumlah besar aktivitas pelatihan yang luas ragamnya. Apa saja
yang mungkin tercakup dalam program pelatihan tahunan sebuah
think tank? Sebuah contoh disajikan dalam Tabel 3-2 dan Diagram
3-1 untuk Institute for Urban Economics (IUE) di Moskow. Ingat
bahwa ini adalah daftar penawaran pelatihan regular di institusi itu
dan karenanya tidak memasukkan pelatihan tambahan. Pelatihan
tambahan bisa mencakup pelatihan dan kunjungan studi yang
disponsori lembaga internasional maupun kursus-kursus yang
disponsori oleh lembaga think tank tersebut.
Program yang terangkum dalam tabel dan diagram tersebut
berisi penawaran-penawaran dari sebagian besar kategori yang
dibahas di atas dan terangkum dalam Boks 3-1. Ada acara orientasi
tersendiri bagi staf penelitian dan staf pendukung. Ada pula acara
pelatihan, baik dalam analisis kebijakan maupun evaluasi program
bagi staf penelitian, masing-masing terdiri dari banyak sesi. Sebuah
seminar tentang sensitivitas gender menjadi tambahan yang menarik. Perhatikan bahwa di samping acara-acara pelatihan formal
ini, IUE juga menggelar seminar untuk proyek individu.
MENGORGANISASI PELATIHAN
Beberapa persoalan organisasional perlu menjadi perhatian
dalam menyajikan satu program pelatihan dari jenis yang baru saja
digambarkan. Empat persoalan yang lebih penting akan dibicarakan dalam bagian ini, berkisar dari pendanaan pelatihan sampai
menentukan anggota staf mana yang akan menerima tiap-tiap
jenis pelatihan. Tampaknya daftar ini sulit, tetapi sesungguhnya
mengorganisasi program pelatihan seperti itu memakan waktu
relatif singkat.
Pendanaan pelatihan. Umumnya lembaga sudah memperhitungkan jumlah anggaran untuk pelatihan staf saat menentukan
jumlah dan komposisi beban biaya operasional tetap (overhead).
Dengan demikian, anggaran ini adalah sumber dana yang layak
Sedikitnya dua kali setahun
Dua kali setahun (seminar sehari)
Setiap kuartal (setiap topik
diberikan secara rotating basis atau secara bergilir; satu
seminar TI per kuartal)
Setahun sekali
Pekerja profesional
baru (wajib) dan
pekerja IUE yang
berminat (sukarela)
Semua staf pendukung
Semua pegawai baru
(wajib) dan pegawai
IUE yang berminat
(sukarela)
Pekerja profesional
baru (wajib) dan staf
lain (sukarela)
Pekerja profesional baru
Pekerja profesional baru
Menjadi konsultan IUE
l Cara mengelola proyek
l Cara menghadapi otoritas daerah dan LSM
l Cara melakukan presentasi publik
Menjadi anggota staf pendukung IUE
Seminar TI
l Pengenalan PowerPoint
l Penggunaan sistem jaringan IUE
l Dasar-dasar keamanan komputer dan proteksi informasi
Teknik-teknik dan metodologi evaluasi program
l Garis besar evaluasi program
l Evaluasi pelaksanaan
l Evaluasi dampak
l Evaluasi biaya-dan-manfaat
Menjadi peneliti kebijakan IUEa
Isu-isu sensitivitas gender
Handout
Slide PowerPoint
Slide PowerPoint
Demonstrasi komputer
online di ruang yang dilengkapi dengan beberapa
komputer untuk peserta
Handout
Slide PowerPoint
Bahan presentasi
a
Daftar topik untuk kursus ini ada di Boks 3-3.
Sumber: Institute for Urban Economics, Moskow, November 2002, dengan suntingan dari penulis.
Catatan: direktur administratif IUE bertanggung jawab atas pelatihan staf umum IUE. Direktur-direktur departemen IUE dianjurkan untuk membuatkan jadwal pekerjaan agar staf dapat berpartisipasi dalam pelatihan. Jadwal untuk sebulan ke depan bisa diumumkan dan dibicarakan pada rapat-rapat manajemen hari Senin. Kehadiran pada setiap pelatihan akan diperhitungkan.
Manajemen puncak IUE akan disodori daftar siapa saja yang diharapkan hadir dalam pelatihan, siapa saja yang benar-benar hadir, serta siapa saja supervisor mereka. Kantor Sumber Daya
Manusia akan mengidentifikasi staf baru/peserta sasaran dan menelusuri kehadirannya (untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan pelatihan yang digariskan dalam evaluasi-evaluasi kinerja
telah terpenuhi). Direktur untuk administrasi akan membantu dalam melakukan pemberitahuan kepada peserta, menyiapkan bahan-bahan, menyiapkan ruangan, menghitung kehadiran, dan
sebagainya.
Setahun sekali
Setahun sekali
Frekuensi
Peserta
Topik
Tabel 3-2 Pelatihan Umum staf IUE
56
MANAGING THINK TANKS
Isu-isu sensitivitas gender
Menjadi peneliti kebijakan IUE
Teknik-teknik dan metodologi evaluasi program
dan proteksi informasi
Seminar TI: Dasar-dasar keamanan komputer
Seminar TI: Penggunaan sistem jaringan IUE
Seminar TI: Pengenalan PowerPoint
(seminar sehari)
Menjadi anggota staf pendukung IUE
Menjadi konsultan IUE
Praktik
Diagram 3-1 Jadwal Aktivitas Pelatihan IUE
Mengorganisasi Pelatihan Staf
57
September 2003
Agustus 2003
Juli 2003
Juni 2003
Mei 2003
April 2003
Maret 2003
Februari 2003
Januari 2003
Desember 2002
November 2002
58
MANAGING THINK TANKS
diandalkan. Biasanya nilai anggaran ini dalam setahun sudah dapat
diketahui pada awal tahun. (Dana yang benar-benar tersedia tentu
akan bergantung pada keberhasilan lembaga think tank dalam
menggalang dana untuk tahun itu. Namun, umumnya lembaga
think tank mampu memperkirakan dan yakin dengan kisaran
dana yang dapat diperoleh.) Secara khusus, pendanaan overhead
merupakan sumber daya pelatihan yang utama.
Sumber dana yang kedua adalah acara-acara pelatihan yang
tercakup dalam proyek. Sumber daya proyek bisa dipakai dengan
sedikitnya dua cara. Pertama, banyak lembaga think tank menggarap proyek-proyek bekerja sama dengan para penasihat dari
luar. Para penasihat ini seringkali datang dari Amerika Utara atau
Eropa Barat dan menyumbangkan keahlian khusus mereka untuk
salah satu proyek. Penasihat yang berpengalaman dalam analisis
publik dan evaluasi program bisa diminta memberikan seminar
di bidang-bidang ini. Selain manfaat yang bisa diterima staf dari
seminar-seminar itu, bahan-bahan yang dibagikan saat seminar
bisa menjadi dasar presentasi serupa di masa mendatang oleh staf
institusi. Kedua, dana proyek bisa dipakai untuk menunjang kehadiran staf dalam acara-acara pelatihan yang langsung terkait dengan
pelaksanaan proyeknya. Mereka yang hadir dalam pelatihan itu
kelak dapat menjadi pelatih untuk topik ini di lembaga think tank
mereka sendiri. Meskipun topik-topik yang dibahas dalam acaraacara pelatihan yang baru saja dijelaskan sering kelewat sempit
untuk bisa bermanfaat sebagai “pembinaan modal manusia”, tentu
masih ada beberapa topik yang bisa menjadi dasar untuk lokakarya
yang lebih umum sifatnya.
Terakhir, staf bisa menyumbangkan sedikit waktunya untuk
menghadiri acara-acara pelatihan, alih-alih membebankan waktu
itu ke dalam tagihan proyek atau tagihan overhead. Banyak lembaga
think tank menyelenggarakan acara pelatihan singkat saat jam makan siang. Staf bisa menyantap makan siang sembari berpartisipasi
dalam pelatihan. Ada pula lembaga yang menjadwalkan pelatihan di
ujung hari sehingga kebanyakan pelatihan terjadi sesudah jam kerja
yang normal. Umumnya, “berbagi biaya” seperti ini merupakan
gagasan bagus. Namun, perlu diperhatikan benar-benar agar semangat staf tidak jadi merosot akibat terlalu sering memberlakukan
Mengorganisasi Pelatihan Staf
59
kondisi ini atau kondisi ini dilakukan sesekali saja bila opportunity
cost sedang tinggi, misalnya saat musim liburan.
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Tema yang konsisten untuk presentasi ini ialah bahwa kebutuhan pelatihan lembaga think
tank amat bervariasi, tergantung pada ukuran, tingkat perputaran
staf, dan pedoman utama kerja lembaga itu sendiri. Tidak ada program pelatihan baku yang cocok untuk semua lembaga think tank.
Pembahasan dalam bagian pertama bab ini menjelaskan secara
garis besar beberapa gagasan umum mengenai sebuah program
pelatihan, tapi kemungkinan gagasan-gagasan itu masih perlu
penyesuaian dulu untuk masing-masing lembaga think tank.
Program pelatihan yang akhirnya benar-benar diadopsi akan
bergantung pada sumber daya pelatihan lembaga, kebutuhankebutuhan yang teridentifikasi, dan jumlah orang yang akan dilatih
dalam satu periode tertentu. Faktor terakhir yang jelas berpengaruh ialah biaya sebuah acara pelatihan per staf individu yang
dilatih dan seberapa sering acara-acara pelatihan tertentu harus
diberikan. Lembaga-lembaga think tank kecil seharusnya dapat
menggali sumber daya mereka bersama lembaga-lembaga serupa
agar melaksanakan beberapa lokakarya pembinaan sumber daya
manusia yang secara umum lebih diperlukan. Namun, mereka
mungkin menentangnya karena khawatir akan memperkuat para
pesaing.
Menggelar pertemuan istimewa sekali dalam setahun atau
dua tahun bersama pengurus senior dan para ketua tim sering
kali efektif sebagai cara untuk menentukan kebutuhan pelatihan
secara umum. Pertemuan akan lebih produktif bila para peserta
terlebih dahulu diberitahu perihal tujuan pertemuan itu berikut
daftar ilustratif topik-topik pelatihan yang mungkin diberikan guna
merangsang pikiran. Agenda pelatihan dipertahankan agar tetap
dalam batas-batas yang dapat dilaksanakan dengan jumlah biaya
yang dapat diperkirakan dari anggaran pelatihan tahunan dan biaya
acara khusus sebagai masukan untuk dipertimbangkan. Dalam
pembahasan-pembahasan tersebut, beberapa peserta mungkin
masih rancu dalam membedakan kebutuhan pelatihan anggota
staf individual dengan kebutuhan seluruh staf. Untuk itu, perlu
dijelaskan perbedaan antara kedua kebutuhan tersebut.
60
MANAGING THINK TANKS
Memutuskan siapa yang hendak menjalankan pelatihan.
Memanfaatkan anggota staf lembaga think tank sendiri sebagai
pelatih tentu merupakan pilihan yang lebih disukai sebab orangorang ini pasti mengetahui minat-minat khusus setiap staf, dapat
menyesuaikan waktu pelatihan dengan jadwal mereka, dan honor
buat mereka mungkin lebih murah daripada honor pakar dari luar
lembaga. Selain itu, mereka bisa menjawab pertanyaan atau persoalan lanjutan di luar acara. Tentu saja, bila tidak ada anggota staf
yang memiliki keahlian yang dibutuhkan, perlu direkrut seorang
pakar dari luar. Namun, kalaupun itu yang terjadi, sebelum acara
pelatihan berlangsung, pengurus lembaga think tank harus menunjuk salah seorang staf sebagai penyaji dalam pelatihan semacam
itu di masa mendatang. Analis yang ditunjuk ini kemudian bisa
mencurahkan perhatian khusus dalam lokakarya tersebut dan, bila
perlu, meminta bacaan-bacaan tambahan kepada penyaji lokakarya.
Bila pakar dalam topik yang dibutuhkan tidak dapat dijumpai di
wilayah setempat, pengurus lembaga think tank perlu melakukan
salah satu hal berikut ini:
● Manfaatkan peluang dan mintalah pakar asing dari luar
negeri untuk memimpin lokakarya. Bila perlu, sang pakar
dapat dibayar ekstra untuk tugas itu.
● Carikan kursus singkat relevan yang sedang diberikan di
tempat lain lalu utus anggota staf yang ditunjuk sebagai calon
penyaji untuk mengikuti kursus tersebut.
Akan lebih baik bila suatu lembaga memiliki banyak penyaji
atau pengajar siap pakai di sebuah kursus. Penawaran kursus
menjadi lebih luwes; program pelatihan terjaga agar tidak bubar
bila pengajar tidak ada. Cara yang relatif mudah untuk melatih
seorang pengajar tambahan ialah dengan menugaskan analis yang
berminat sebagai pengajar pengganti atau guru bantu untuk satu
kursus. Kelak, orang tersebut dapat menaruh perhatian ekstra
selama pelaksanaan kursus berikutnya, atau bila dia sudah berpartisipasi dalam kursus itu, dia dapat mengajar satu segmen di
bawah bimbingan pengajar utama.
Memilih peserta. Sebagai kebijakan umum, kebanyakan acara
Mengorganisasi Pelatihan Staf
61
pelatihan harus bersifat terbuka bagi staf yang berminat. Batasan
diberlakukan karena kapasitas ruang pelatihan, jumlah komputer
yang tersedia untuk satu sesi pelatihan TI, atau keterbatasan logistik lainnya. Bila staf yang berpartisipasi membebankan waktunya
pada tagihan pelatihan overhead, mungkin pengurus lembaga
think tank cenderung membatasi jumlah kehadiran. Namun, untuk
acara pelatihan selama jam makan siang, saat staf berpartisipasi
dengan waktunya sendiri, kebijakan umum kehadiran terbuka
lebih disukai.
Bila pihak pengurus lembaga percaya bahwa bahan yang diajarkan pada suatu kursus akan berpengaruh dalam meningkatkan
kecakapan dan produktivitas staf yang menerima pelatihan maka
perintah agar staf ikut serta dalam kursus tersebut tentu dibenarkan. Namun, jadwal kursus harus diumumkan jauh-jauh hari
sebelumnya untuk mempermudah staf berpartisipasi dan mengganti tanggalnya bila perlu. Contohnya, bila tanggal-tanggal untuk
sebuah konferensi nasional besar tentang satu topik prioritas-tinggi
diumumkan setelah jadwal pelatihan dibuat maka waktu penyelenggaraan konferensi itu bisa jadi bertabrakan dengan tanggal
pelatihan.
Para pengurus senior yang mengadakan pertemuan dengan
para ketua tim harus memutuskan staf mana yang jelas-jelas
membutuhkan pelatihan. Para staf ini kemudian bisa diberi tahu
bahwa partisipasi mereka bersifat wajib. Namun, untuk beberapa
aktivitas pelatihan yang dijelaskan di atas, seluruh kategori staf
harus berpartisipasi.Mereka bisa diidentifikasi dan diberi tahu
oleh pegawai personalia. Tugas menghitung kehadiran juga acap
diserahkan kepada kantor personalia dan partisipasi anggota staf
dalam berbagai acara menjadi salah satu item dalam penilaian
kinerja tahunan.
PENUTUP
Pelatihan staf merupakan sumber perbaikan produktivitas yang
sering diabaikan di lembaga think tank. Jauh dari bermewahmewah, investasi pada pelatihan merupakan keputusan rasional
untuk mendongkrak efisiensi staf. Namun, lebih dari itu, staf yang
62
MANAGING THINK TANKS
memperoleh pengetahuan dan kecakapan-kecakapan baru menjadi
lebih puas dengan pekerjaannya, sehingga meningkatkan moral
dan kelanggengan staf di tempat kerja. Organisasi dengan reputasi pelatihan yang bagus mempunyai keuntungan pula dalam hal
merekrut staf baru yang potensial.
Bab ini menerangkan unsur-unsur dalam sebuah program pelatihan komprehensif bagi peneliti dan staf pendukung di lembaga-lembaga think tank. Walaupun setiap lembaga think tank mempunyai
kebutuhan masing-masing, gagasan-gagasan yang disajikan akan
membantu para pemimpin lembaga think tank mengawali proses
pengorganisasian sebuah program pelatihan. Bila sebuah program
pelatihan sudah dipikirkan dengan cermat dengan memaksimalkan
penggunaan sumber-sumber daya internal, biaya pelaksanaannya
tentu akan menjadi sangat hemat.
CATATAN
1. Bahkan di negara-negara Barat, para mahasiswa yang lulus dengan nilai tinggi dalam jurusan ilmu-ilmu sosial biasanya
memiliki kemampuan analitis yang payah. Walaupun universitasuniversitas kerap memiliki program kebijakan publik, banyak
mahasiswa ilmu sosial tidak mengambil mata kuliah ini. Padahal,
para peneliti baru ini bisa mengambil manfaat dari kuliah singkat
tentang kebijakan publik.
2. Tak ada literatur tentang topik ini yang bisa ditemukan. Pengutipan terhadap literatur tentang pelatihan secara umum terdapat
di Bab 2.
3. Diskusi di Bab 9 menggarisbawahi soal ini.
4. Ini didokumentasikan sebagai situasi di wilayah Eropa
Timur–CIS di dalam Struyk (1999), Bab 4.
Raymond J. Struyk
4
Saran yang Harus Dilaksanakan:
Pengendalian Mutu
P
ersepsi-persepsi tentang tingginya kualitas karya amat pen­
ting untuk menjaga kredibilitas laporan dan rekomendasi
lembaga think tank, bahkan keberlangsungannya. Reputasi yang
kokoh menjadi hal utama untuk mendapat pekerjaan sebab banyak
klien lembaga penelitian tidak dalam posisi untuk menilai mutu
produk tertentu secara independen.
Karena itu, kebanyakan lembaga penelitian kebijakan publik
independen swasta tahap ketiga—lembaga-lembaga think tank—di
Barat amat mementingkan pengendalian mutu. Untuk menjamin
hasil karya bermutu tinggi, metode yang terbaik adalah mempekerjakan anggota staf yang sangat cakap.1 Namun, seandainya
rekrutmen sukses pun, kesalahan masih bisa saja terjadi.
Dalam sistem pengendalian mutu menyeluruh yang sudah mapan, peer review (proses evaluasi oleh lembaga sejenis) menjadi
unsur kritis. Tampaknya semua lembaga think tank tahap ketiga
dengan jumlah staf cukup banyak sudah menjalankan proses
tersebut.2 Kualitas produk terlihat dari standar yang dipakai dalam proses peer review, baik secara eksplisit maupun implisit,
yaitu analisis harus benar secara faktual, konsisten secara logika,
meyakinkan secara metodologis, memiliki dasar yang kuat pada
literatur masa lalu dan masa kini, objektif, dan dibuat secara tertulis sehingga berguna bagi pembaca primer.
63
64
MANAGING THINK TANKS
Pada beberapa lembaga think tank seperti The Urban Institute,
reviewer (penilai) memikul tanggung jawab secara bersama dengan
penulis untuk masalah-masalah signifikan yang ditemukan setelah
sebuah laporan disebarluaskan. Pada beberapa lembaga think tank
seperti Abt Associates, nama-nama para reviewer muncul di halaman judul bersama nama penulis.3
Bab ini memberikan nasihat konkret tentang cara mengorganisasi proses peer review yang tepat untuk lembaga-lembaga think
tank tahap pertama dan tahap kedua. Bab ini dibuka dengan tinjauan umum tentang unsur-unsur dalam sebuah sistem peer review
standar pada lembaga think tank tahap-ketiga. Berikutnya, bab
ini memaparkan sebuah survei terhadap lembaga-lembaga think
tank di Eropa Timur (wilayah CIS), yaitu tentang praktik-praktik
peer review mereka, dan menarik sejumlah kesimpulan tentang
kelayakan cakupan dan prosedur-prosedurnya. Bagian terakhir
berisi saran mengenai hal-hal yang perlu dilakukan oleh lembaga
think tank yang tengah berkembang untuk menjaga pengendalian
mutunya.
PROSES PEER REVIEW
Berikut ini adalah deskripsi mengenai salah satu proses peer
review. Kebanyakan unsurnya terdapat pada lembaga-lembaga
think tank tahap-ketiga di Amerika Serikat dan diduga ada pula
pada lembaga-lembaga think tank di negara-negara lain.
Proses peer review bersifat formal, dalam arti wajib sifatnya
dan ada pernyataan kebijakan tertulis mengenainya. Pernyataan
itu menerangkan beberapa hal:
● kisaran produk yang di-review;
● orang yang bertanggung jawab menunjuk reviewer untuk
berbagai produk;
● kriteria yang dipakai dalam review itu—biasanya, metode
bermutu tinggi untuk analisis, kesimpulan-kesimpulan yang
berdasarkan pada analisis tersebut, presentasi yang gamblang
Saran yang Harus Dilaksanakan: Pengendalian Mutu
65
dan efektif, serta memastikan produk sudah sesuai dengan
keperluan yang ada dalam perjanjian kontrak atau perjanjian
dana bantuan;
● bentuk komentar-komentar yang hendak diberikan (misalnya, bentuk tertulis, bentuk lisan, bentuk tertentu lainnya);
● proses penyelesaian perselisihan yang mungkin ada di antara
review dan penulis(-penulis); dan
● tingkat pertanggungjawaban reviewer untuk segala masalah
yang kemudian teridentifikasi pada produk itu.
Biasanya pada setiap produk ada formulir untuk mencatat nama
reviewer. Reviewer membubuhkan tanda tangannya sebagai tanda
turut bertanggung jawab atas review tersebut.
Namun, program review yang dimiliki banyak lembaga berbeda
dengan bentuk yang baru saja digambarkan di atas. Banyak program
review kurang formal daripada itu: ketua tim bertanggung jawab
atas perintah melakukan review produk dan catatan eksplisit tidak
ada. Perbedaan lainnya, pada dasarnya organisasi-organisasi itu
dalam proses peer review-nya tidak lagi memakai produk-produk
yang dihasilkan staf senior. Beberapa lembaga think tank menggunakan acara seminar untuk me-review produk-produk mereka,
alih-alih melakukan proses review formal sebagai metode pelaksanaan pengendalian mutu. Seminar-seminar seperti itu bisa sangat
bermanfaat untuk pedoman proyek, tetapi tidak bisa menjaga
kualitas produk akhir.
PRAKTIK LEMBAGA THINK TANK TAHAP KEDUA
PADA MASA KINI
Informasi yang disajikan di bawah ini diperoleh dari sebuah
survei yang dikirimkan ke lima belas lembaga think tank di Eropa
Timur dan Persemakmuran Negara Merdeka (Commonwealth of
Independent States/CIS). Sepuluh di antaranya merespons survei.
Lembaga-lembaga think tank yang menjadi sasaran survei umumnya berwujud organisasi dengan sedikitnya sepuluh analis purna
waktu dan paruh waktu. Semuanya sudah beroperasi sedikitnya
66
MANAGING THINK TANKS
lima tahun. Penulis mengunjungi semua lembaga think tank yang
tercantum pada sampel terakhir. Hanya satu lembaga yang tidak
didatangi. Walaupun cakupan geografi sampel cukup luas, secara
statistik baik sampel awal maupun sampel akhir tidak bisa dianggap representatif.
Tabel 4-1 menyajikan daftar nama dan lokasi lembaga think
tank yang mengirimkan respons. Kesepuluh lembaga think tank itu
berasal dari tujuh negara. Tabel ini juga mencantumkan komposisi
staf (jumlah staf kebijakan/peneliti purna waktu dan paruh waktu)
pada 2000 serta jumlah laporan yang dirampungkan pada tahun
Tabel 4-1 Organisasi Peserta Survei: Staf dan Volume Laporan pada 2000
Organisasi
(nama/
singkatan)
Gdansk Institute for
Market Economy
(Gdansk)
Institute for Urban
Economics (IUE)
International Center for
Policy Studies
(ICPS)
Center for the Study of
Democracy (CSD)
Institute for Market
Econoy (IME)
Metropolitan Research
Institute (MRI)
Social Research
Institute (TARKI)
Viitorul Foundation
(Viitorul)
Center for Policy
Studies and
Comparative
Analysis (CPSCA)
Crakow Real Estate
(CREI)
— = tidak ada
Lokasi
Jumlah staf Jumlah staf
penelitian
penelitian
purna waktu paruh waktu
Jumlah laporan
yang dihasilkan
per tahun
Polandia
35
7
60
Rusia
38
5
80
Ukraina
25
10
30
Bulgaria
23
30
40
Bulgaria
9
25
32
Hongaria
10
2
10
Hongaria
8
25
80
Moldova
14
12
2
Rumania
2
8
14
Polandia
—
2
10
Saran yang Harus Dilaksanakan: Pengendalian Mutu
67
itu. Untuk memudahkan identifikasi perbedaan praktik terkait
ukuran kelompok, dalam tabel ini dan tabel-tabel lain, lembagalembaga think tank itu disusun dari besar ke kecil. Pada 2000 itu,
enam organisasi yang lebih besar menghasilkan 30 laporan atau
lebih, sementara empat lembaga think tank lain yang lebih kecil
tidak ada yang menghasilkan lebih dari 14 laporan. Dua lembaga
think tank—CPSCA dan CREI—kecil sekali; CPSCA hanya memiliki
dua staf peneliti purna waktu dan CREI tidak punya staf peneliti
sama sekali.
Kuesioner atau daftar pertanyaan dikirim via e-mail kepada
pemimpin tiap-tiap organisasi diiringi sepucuk surat yang menjelaskan tujuan survei dan memintanya berpartisipasi dalam proyek
itu dengan mengisi kuesioner dan mengembalikannya. Kuesioner
mencakup topik-topik yang dibahas di atas. Bila memungkinkan,
diberikan jawaban-jawaban yang sudah ada polanya sebagai pilihan
untuk memudahkan pengisian formulir dan memperbesar komparabilitas. Muatan kuesioner didasarkan pada praktik-praktik di
The Urban Institute dan lembaga-lembaga think tank tahap ketiga
lainnya yang dikenal penulis.
Review mengenai praktik lembaga-lembaga think tank yang
menjadi responden pada 2000 dibedakan menjadi tiga bidang:
proses, cakupan, dan pertanggungjawaban. Pascasurvei, praktik
di semua organisasi ini mungkin sudah mengalami perubahan.
Namun, setidaknya praktik-praktik semua organisasi itu telah
memberikan gambaran mengenai kondisi think tank tahap pertama
dan tahap kedua secara umum.
Proses Review
Unsur-unsur utama dalam proses peer review meliputi adanya
kebijakan formal, penunjukan dan pembayaran seorang reviewer,
pembuatan komentar-komentar tertulis, serta adanya metodemetode untuk menyelesaikan konflik antara reviewer dan penulis.
Pertanyaan terakhir adalah digunakan atau tidaknya seminar inhouse sebagai salah satu unsur dalam proses review.
68
MANAGING THINK TANKS
Sembilan dari sepuluh think tank yang masuk di sini menerapkan kebijakan bahwa produk penelitian harus melalui p
­ eer-review
(Tabel 4-2), kecuali MRI dari Hongaria. Tampaknya MRI mengakui
perlunya prosedur review, tapi organisasi itu tidak mampu melaksanakannya.
Yang menarik, dari sembilan lembaga think tank yang memiliki kebijakan review, hanya empat terbesar yang mempunyai
pernyataan tertulis tentang pengaturan proses review. Walau
tidak adanya pedoman tertulis bukan berarti membuat proses
review menjadi kurang tepercaya, tapi akibatnya timbul berbagai
interpretasi mengenai kebutuhan yang diperlukan, khususnya
pada organisasi-organisasi yang lebih besar. Bila pedoman tertulis
tidak ada, pengurus senior harus dengan saksama memperhatikan
proses review ini.
Dari sembilan lembaga think tank yang mewajibkan peer review,
tujuh di antaranya mewajibkan review dibuat secara tertulis. Dari
lembaga-lembaga think tank yang lebih kecil, hanya dua yang tidak
menerapkan kebijakan ini. Review tertulis mempunyai banyak
manfaat nyata, antara lain mempersempit peluang terjadinya kesalahpahaman dan komentar-komentar pun dicatat secara formal.
Ada perbedaan signifikan di antara responden, yaitu, dalam hal
siapa yang bertanggung jawab menunjuk reviewer. Dalam empat
kasus, ketua tim atau peneliti individu yang memilih reviewer.
Meskipun begitu, umumnya pengurus senior juga turut mengawasi.
Contoh: di IME, peneliti individulah yang mencalonkan reviewer,
tetapi pihak pengurus memberi persetujuan atas pencalonan
itu. Dalam kebanyakan kasus, tampaknya pihak pengurus sudah
mengenal reviewer yang sedang diseleksi walaupun tidak secara
terang-terangan menyetujui setiap pilihan.
Ada banyak sekali variasi dalam hal penggunaan reviewer dari
luar dan reviewer dari dalam, begitu pula dalam hal biaya yang
dikeluarkan untuk review. IUE, CSD, CPSCA, dan CREI hanya
memercayai review dari orang dalam. Dari keempat organisasi ini,
hanya IUE yang mempunyai rekening tempat para reviewer bisa
menentukan ongkos untuk waktu mereka. Lembaga-lembaga think
tank lain di antara kedua acuan itu. Mereka memakai jasa reviewer
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
TM
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ketua proyek
Direktur divisi
Pengurus
Presiden
Anggota timd
TM
Ketua proyek
Ketua tim
Direktur eksekutif
Pengurus
Sering
Tidak
Selalu
Tidak
Kadang-kadang
TM
Kadang-kadang
Sering
Tidake
Tidake
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
TM
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Penulis
Pengurus
Pengurus
Direktur penelitian
Pengurus
TM
Direktur penelitian
—
Diskusi
Penulis yang memutuskan
TM = tidak menerapkan
— = tidak ada
a
Pertanyaan yang diajukan: Apakah organisasi Anda mempunyai kebijakan bahwa laporan dan/atau dokumen lainnya harus di-review oleh orang lain yang tidak turut mengerjakan proyek
spesifik itu sebelum laporan/dokumen tersebut dikirim kepada klien atau dipublikasikan?
b
Reviewer dari dalam dengan bayaran berdasarkan waktu untuk satu proyek atau rekening overhead; reviewer dari luar menerima bayaran.
c
Izin untuk publikasi masih harus diminta dari pihak pengurus lembaga.
d
Pilihan yang harus disetujui pihak pengurus lembaga.
e
Diwajibkan membuat laporan berbahasa Inggris.
Gdansk
IUE
ICPS
CSD
IME
MRI
TARKI
Viitorul
CPSCA
CREI
Organisasi
Adakah kebi- Adakah pernyataan
Review
Apakah meng- Apakah para Bila terjadi sengjakan review tertulis mengenai pemdibuat
keta, siapa yang
Siapa yang menunjuk gunakan reviewer reviewer
formal?a
buatan review?
secara tertulis?
dari luar?
dibayar?b menjadi penengah?
reviewer?
Tabel 4-2 Unsur-unsur dalam Kebijakan Peer Review
Saran yang Harus Dilaksanakan: Pengendalian Mutu
69
70
MANAGING THINK TANKS
dari luar, khususnya untuk proyek-proyek penting atau bila di kalangan staf tidak ada yang memiliki keahlian yang diperlukan.
Topik utama yang mewarnai jawaban-jawaban tentang penyelesaian perselisihan di antara reviewer dan penulis adalah jarang
sekali pihak ketiga perlu dilibatkan. Penulis dan reviewer membahas komentar-komentar dan mencapai kesepakatan tentang
perubahan-perubahan yang harus dilakukan. Seperti diungkapkan responden untuk TARKI, “Bukan penilaian yang perlu kami
lakukan, tetapi lebih pada usaha melakukan perbaikan.” Dalam
contoh-contoh yang amat jarang terjadi, bila sampai ada perselisihan mengenai hal yang pokok sifatnya, direktur penelitian atau
pengurus senior lainnya turut serta mencarikan penyelesaian.
Persoalan ini di IUE dibicarakan pada rapat mingguan para ketua
tim yang dipimpin oleh presiden lembaga.
Secara prinsip, seminar in-house juga bisa menjadi bagian integral dari proses pengendalian mutu. Selama proyek penelitian berlangsung, seminar tersebut memberikan poin-poin tambahan bagi
para pengurus lembaga untuk membuat komentar-komentar kritis
setelah peer review proyek berakhir. Sebenarnya, seminar malah
bisa menggantikan peer review. Dari sepuluh lembaga think tank
yang mengirimkan respons, enam di antaranya menggelar seminar in-house tentang proyek-proyek tetap (Tabel 4-3, dua kolom
terakhir). Dari enam think tank yang menggelar seminar in-house,
lima menggunakan seminar dan peer review. Salah satunya, MRI,
memakai seminar sebagai satu-satunya wahana review. Hanya
ICPS yang menetapkan presentasi in-house sebagai kewajiban.
IUE, misalnya, setengah dari seluruh jumlah peneliti proyeknya
mempresentasikan kesimpulan-kesimpulan pada sebuah seminar
yang dihadiri staf proyek, para direktur departemen, dan tim pengurus. Seminar-seminar di ICPS umumnya diselenggarakan sekitar
tengah semester proyek itu dan analis-analis dari luar diundang
untuk berpartisipasi. Baik di IUE maupun ICPS dan TARKI, untuk
proyek-proyek yang sangat penting dilakukan presentasi lebih dari
satu kali.
71
Saran yang Harus Dilaksanakan: Pengendalian Mutu
Tabel 4-3 Pertanggungjawaban dan Peran Seminar
Formulir PertanggungPakai
ditanda- jawaban
Organisasi formulir?a tangani?b bersama?c
Seminar
Pelengkap atau
sebagai
pengganti peer
forum review? review?
Gdansk
IUE
ICPS
CSD
IME
MRI
TARKI
Viitorul
CPSCA
CREI
Sekali-sekali
Paling sering
Selalu
Tidak
Tidak
Sekali-sekali
Ya
Tidak
Tidak
Sekali-sekali
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
TM
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
TM
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
TM
Ya
Ya
Tidak
Ya
Pelengkap
Pelengkap
Pelengkap
TM
TM
Pengganti
Pelengkap
TM
TM
Pelengkap
TM = tidak menerapkan
a
Pertanyaan yang diajukan: Punyakah institut formulir yang menunjukkan bahwa makalah di-review dan
oleh siapa?
b
Pertanyaan yang diajukan: Apakah reviewer yang menandatanganinya formulir menyatakan bahwa
review sudah diselesaikan?
c
Pertanyaan yang diajukan: Tanggungjawab utama atas muatan laporan tentu dipikul oleh penulisnya.
Mengenai reviewer, apakah institut juga menyatakan reviewer bertanggung jawab bila produk yang
diserahkan kepada klien atau dipublikasikan bermutu jelek?
Cakupan
Tabel 4-4 berisi daftar tujuh jenis produk yang dapat di-review.
Daftar ini luas cakupannya, meliputi beberapa jenis produk yang
bahkan oleh lembaga think tank tahap ketiga pun sering tidak direview, misalnya makalah yang diserahkan staf ke jurnal-jurnal
ilmiah dan artikel-artikel untuk surat kabar populer.
Kolom pertama dalam tabel ini mencantumkan praktik terpenting yang berhubungan dengan reputasi sebuah lembaga think
tank, yaitu laporan untuk klien. Kebanyakan responden menyatakan bahwa jawaban mereka untuk kategori ini juga berlaku bagi
publikasi organisasi sendiri—klasifikasi produk tidak ditanyakan
secara terpisah dalam kuesioner. Dari sembilan lembaga think
tank, tujuh di antaranya menerapkan kebijakan me­-review produk.
Ya, kec. 1
Ya, kec. 2
Ya
Kadang-kadang
Ya
TM
Ya
Kadang-kadang
Ya
Ya, kec. 4
Organisasi
Gdansk
IUE
ICPS
CSD
IME
MRI
TARKI
Viitorul
CPSCA
CREI
Kadang-kadang
Ya
Ya
Kadang-kadang
Ya
TM
Tidak
Kadang-kadang
Ya, kec. 4
Kadang-kadang
Presentasi
konferensi
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
TM
Tidak
—
Ya, kec. 4
Kadang-kadang
Makalah untuk
jurnal ilmiah
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
TM
Tidak
Ya
TM
Ya, kec. 4
Dokumen untuk
konferensi pers
Dokumen untuk
konferensi
Kadang-kadang Hampir tidak pernah Hampir tidak pernah
Ya
Ya, kec. 3
Ya, kec. 3
Ya
Ya
Ya
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Tidak
Tidak
Ya
TM
TM
TM
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Kadang-kadang
—
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Ya, kec. 4
Ya, kec. 4
Ya, kec. 4
Kadang-kadang
Ya, kec. 4
Ya, kec. 4
Buku untuk Artikel untuk surat
penerbit
kabar populer
TM = tidak menerapkan
— = tidak ada
Catatan: Kode untuk pengecualian (1) adalah proyek kecil, kertas kerja; (2) proyek yang dilaksanakan berbagai divisi dengan laporan di-review oleh dua pengelola atau lebih;
(3) bahan-bahan standar dan makalah-makalah yang sebelumnya di-review; dan (4) makalah yang dibuat ketua tim, kecuali bila wajib di-review.
a
Umumnya juga termasuk publikasi in-house lembaga tersebut.
Laporan
kepada kliena
Jenis Produk
Tabel 4-4 Jenis-Jenis Produk yang Wajib Di-review dan Pengecualiannya
72
MANAGING THINK TANKS
Saran yang Harus Dilaksanakan: Pengendalian Mutu
73
Semua dokumen dalam kategori ini wajib di-review dengan sedikit
pengecualian. Dua lembaga think tank yang lain, CSD dan Viitorul,
menunjukkan bahwa beberapa produknya tidak harus di-review,
tapi tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenainya. Pendeknya,
cakupan dalam kategori ini kuat, jauh lebih kuat daripada untuk
produk lainnya.
Buku-buku yang akan diterbitkan sering dijadikan sasaran untuk
peer review. Lima dari delapan lembaga think tank yang stafnya
membuat buku, mewajibkan peer review. Sisanya mengandalkan
pihak penerbit untuk melakukan pengendalian mutu.
Beberapa lembaga think tank yang menjadi responden, secara
rutin me-review makalah yang diserahkan ke jurnal-jurnal ilmiah
(tiga dari sembilan think tank—IUE, CSD, dan CPSCA) atau artikel
yang diserahkan untuk surat kabar populer (tiga dari sembilan
lembaga think tank—IUE, ICPS, dan CPSCA). Semua bersikap
agak lebih hati-hati untuk me-review presentasi konferensi (empat
dari sembilan lembaga think tank) dan dokumen yang dibagikan
di konferensi (lima dari sembilan lembaga think tank). Barangkali
mengejutkan juga, dari sembilan think tank hanya empat yang
memiliki kebijaksanaan jelas untuk melakukan review terhadap
bahan-bahan yang dibagikan di dalam konferensi pers. Tiga
lembaga think tank lainnya melakukan review dokumen untuk
beberapa konferensi pers, sedangkan dua lembaga think tank lagi
tidak pernah atau hampir tidak pernah mewajibkan dokumen
seperti itu di-review.
Pertanggungjawaban
Sebagian pengelola lembaga think tank percaya bahwa menyerahkan tanggung jawab atas produk akhir kepada reviewer,
juga kepada penulis, akan memberikan insentif tambahan bagi
reviewer untuk bekerja dengan cermat dan bertanggung jawab.
Perlu dibedakan antara dua aspek komunikasi pertanggungjawaban
bagi reviewer atas produk akhir. Aspek pertama ialah penyerahan
formal tanggung jawab bersama atas mutu produk akhir (dengan
74
MANAGING THINK TANKS
mengasumsikan bahwa komentar-komentar reviewer tecermin
lengkap dalam versi akhir produknya). Aspek yang satu lagi bersifat
informal dan berhubungan dengan cara menanamkan tanggung
jawab kepada reviewer. Artinya, adakah isyarat-isyarat dari luar
kepada reviewer bahwa reviewer memikul tanggung jawab tertentu
atas mutu produk akhir selain isyarat-isyarat yang disampaikan
secara formal mengenai tanggung jawab tersebut?
Kuesioner mengajukan pertanyaan secara langsung, apakah
lembaga think tank memiliki kebijakan untuk meminta reviewer
memikul tanggung jawab bersama penulis atas mutu produk akhir.
Dari sembilan think tank yang menerapkan kebijakan atas produk
peer review, hanya empat yang membenarkan (Tabel 4-3).
Mengenai isyarat atau indikator tanggung jawab reviewer, responden ditanya apakah think tank menggunakan formulir yang
mencatat ihwal penugasan review, judul dokumen, penulis, dan
identitas reviewer, serta keharusan reviewer menandatangani
formulir itu atau tidak. Tiga organisasi—IUE, IME, dan Viitorul—
menggunakan formulir standar dan meminta reviewer menandatanganinya. Ketiganya juga termasuk empat organisasi yang
meminta reviewer memikul tanggung jawab bersama penulis atas
mutu produk akhir (Tabel 4-3).
Rangkuman
Umumnya lembaga-lembaga think tank yang dipelajari dalam
studi ini memandang serius pengendalian mutu, seperti terlihat
dari fakta bahwa sembilan dari sepuluh lembaga think tank yang
masuk analisis menerapkan kebijakan peer review untuk dokumendokumen tertentu. Proses review dipahami secara luas sebagai perbaikan terhadap mutu produk, bukan hanya sebagai penyampaian
kritik. Tujuh dari sembilan think tank yang menganut kebijakan
peer review mewajibkan para reviewer menyiapkan komentarkomentar tertulis tentang dokumen-dokumen yang mereka baca.
Empat dari lembaga think tank yang lebih besar pada sampel ini
sudah menerapkan pernyataan kebijakan tertulis.
Saran yang Harus Dilaksanakan: Pengendalian Mutu
75
Meskipun begitu, ada beberapa organisasi pada sampel ini yang
kinerjanya jelas lebih baik. Bagi lembaga think tank yang tidak
menerapkan kebijakan review, disarankan untuk mengadopsi
kebijakan dan prosedur-prosedur yang diperlukan. Selain itu, dua
lembaga think tank yang tidak membuat komentar tertulis sebaiknya juga mulai membuat komentar-komentar secara tertulis
sebab komentar tertulis adalah dokumentasi catatan kritis dari
reviewer yang bisa dimanfaatkan pihak pengurus lembaga untuk
mengambil keputusan apakah sebuah dokumen hendak disiarkan
untuk umum atau tidak.
Dari sembilan lembaga think tank yang menganut kebijakan
review, tujuh di antaranya mewajibkan agar semua laporan kepada
klien dan publikasi mereka sendiri di-review. Ini semua merupakan klasifikasi kritis terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh
lembaga think tank. Dua organisasi lain mewajibkan peer review
terhadap sebagian kecil dari dokumen-dokumen ini. Untuk produk
jenis lain, seperti presentasi konferensi dan makalah (handout)
di konferensi, artikel untuk surat kabar populer, dan buku-buku,
praktik review jauh lebih bervariasi. Secara keseluruhan, dilakukannya review ini hanyalah setengah dari penyediaan laporan
untuk klien.
Lembaga-lembaga think tank ini memusatkan peer review untuk
laporan klien dan publikasi mereka. Tentu ini dapat dimaklumi,
mengingat pentingnya produk-produk ini bagi reputasi sebuah
think tank. Akan tetapi, reputasi lembaga-lembaga think tank itu
bisa juga tercemar karena presentasi konferensi yang kurang baik,
bahan tidak akurat yang disebarkan ke pers, artikel surat kabar dan
majalah yang buruk penulisannya, serta buku-buku menyesatkan
yang ditulis oleh staf mereka. Rupanya banyak di antara lembagalembaga think tank ini yang mengandalkan pihak lain (seperti
penerbit dan media) untuk melakukan pengendalian mutu terhadap
beberapa produk. Tindakan ini bisa menjadi kesalahan karena tak
ada insentif yang lebih kuat untuk menjamin kualitas output lembaga think tank selain lembaga think tank itu sendiri.
76
MANAGING THINK TANKS
SEBUAH PROGRAM YANG REALISTIS
Tidak ada keraguan lagi, pengendalian mutu yang baik memang
sangat penting. Akan tetapi, sebaiknya masing-masing lembaga
penelitian kebijakan publik menentukan sumber-sumber daya
yang bisa dan harus disediakan untuk pengendalian mutu. Faktorfaktor yang dipertimbangkan dalam memutuskan sebuah kebijakan
review institusional mencakup hal-hal berikut:
● kompetensi dan pengalaman staf—semakin berpengalaman
staf, semakin hebat keahliannya, semakin berkurang kebutuhan untuk mengadakan pemantauan detail;
● kombinasi staf terkait pengalaman dan keahliannya—semakin banyak variasinya, semakin besar kebutuhan untuk
pemantauan eksplisit;
● kecanggihan yang diharapkan untuk suatu produk tertentu
berikut antisipasi menyangkut distribusi dan kemampuan
produk untuk menarik perhatian publik (visibility); dan
● tingkat pengalaman organisasi dengan masing-masing analis
dan dengan berbagai produk: contohnya, pihak pengurus
mungkin sudah membaca beberapa laporan dari seorang
analis senior baru dan merasa yakin akan keahlian menulisnya, tetapi tidak mengetahui apa-apa tentang kecakapan
orang ini sebagai pembicara publik atau penulis artikel.
Ambil contoh sebuah lembaga think tank yang sangat kecil,
terdiri dari tiga atau empat anggota staf senior yang sudah bekerja sama bertahun-tahun dengan catatan menghasilkan karya
berkualitas tinggi. Lembaga think tank tersebut sebenarnya bisa
menerapkan kebijakan peer review yang relatif ringan. Namun, di
antara grup kecil seperti itu pun seorang anggota timnya mungkin
saja kurang cakap sebagai pembicara publik dan perlu berulangulang menghafal presentasi untuk review yang kritis. Kebijakan
yang spesifik orang per orang (person-specific policies) memang
sulit dilaksanakan akibat sensitivitas staf, sehingga dalam kasus
Saran yang Harus Dilaksanakan: Pengendalian Mutu
77
ini kebijakan umum untuk me-review presentasi bisa diterima.
Namun, untuk mengadopsi kebijakan yang lebih komprehensif,
dapat tercipta dua argumen. Pertama, mengadopsi kebijakan ini
secara implisit menimbulkan asumsi bahwa susunan staf tidak
akan berubah lagi. Namun, bila ternyata ada peluang besar yang
akan muncul atau lenyap akibat perbuatan staf dalam tahun-tahun
mendatang maka kebijakan review setengah-setengah ini bisa
jadi adalah kesalahan. Bila perubahan staf sudah dapat diramalkan, kebijakan review yang lebih komprehensif perlu dilakukan.
Kedua, orang-orang yang paling senior pun terkadang menghasilkan produk bermutu rendah karena beban yang mereka tanggung
melebihi kemampuan. Masalah-masalah demikian dapat dicegah
dengan menerapkan kebijakan review komprehensif. Satu saja
masalah kualitas yang sangat mencolok bisa melemahkan sebuah
lembaga think tank selama bertahun-tahun.
Jelas sudah, semakin besar dan semakin beragam lembaga think
tank, semakin besar kebutuhan akan peer review komprehensif.
Dan secara praktis, kebijakan umum selalu menjadi solusi yang
dipilih.
Proses peer review terdiri dari dua komponen utama—proses
itu sendiri dan cakupannya (maksudnya, produk yang mana dan
analis mana yang wajib di-review). Rekomendasi tentang kedua
hal ini disajikan di bawah ini.
Proses Peer Review
Dari berbagai komponen dalam proses review yang digambarkan di awal bab ini, empat unsur yang terdaftar dalam Boks 4-1
tergolong penting: sistem yang sebaiknya diatur dengan pernyataan
tertulis; review sebaiknya dibuat dalam bentuk tertulis; formulir
standar harus digunakan untuk mencatat informasi penting tentang
review tersebut dan harus ditandatangani oleh reviewer; dan reviewer harus dinyatakan memikul tanggung jawab secara eksplisit
bersama penulis atas produk akhirnya.
78
MANAGING THINK TANKS
Boks 4-1 Poin-poin Kunci dalam Proses Review
yang Disarankan
1. Kebijakan review harus diformalisasikan dalam bentuk pernyataan tertulis
yang meliputi segala aspek dalam proses itu, termasuk deskripsi tentang
produk-produk mana saja yang wajib di-review. (Pernyataan kebijakan ada
pada Lampiran D.) Pernyataan tertulis mengklarifikasi apa saja kebutuhan
yang diperlukan dan menyingkirkan kesalahpahaman terkait proses itu.
2. Review harus dibuat dalam bentuk tertulis. Hal ini akan mengurangi
masalah komunikasi di antara reviewer dan penulis, asalkan ada catatan
jelas yang dapat dirujuk pihak pengurus dalam menilai suatu produk, juga
menyediakan catatan berkelanjutan mengenai review tersebut.
3. Sebaiknya ada formulir review standar. Formulir itu mencatat identitas
produk, penulis, dan reviewer. Formulir itu juga sedikitnya memasukkan
sebuah ringkasan komentar-komentar sang reviewer. Formulir itu harus
ditandatangani oleh reviewer untuk menegaskan pertanggungjawaban
reviewer. (Contohnya terlampir pada Lampiran D.)
4. Reviewer harus bertanggung jawab secara bersama-sama dengan penulis.
Reviewer dan penulis berbagi pertanggungjawaban atas mutu produk akhir,
dengan berasumsi bahwa komentar-komentar reviewer dipertimbangkan
secara semestinya. Perihal pertanggungjawaban secara bersama ini
disebutkan pada kebijakan review dan formulir standar, jadi, soal ini sudah
jelas sekali bagi reviewer dan penulis.
Cakupan
Produk dan anggota staf mana yang wajib di-review mungkin
termasuk isu yang paling memancing perdebatan dalam proses peer
review. Rekomendasi untuk itu ditampilkan pada Tabel 4-5. Secara
keseluruhan, penulis menyarankan cakupan yang luas—hampir semua produk yang dipublikasikan di luar, kecuali artikel jurnal dan
buku, harus di-review. Dasar pemikiran untuk pandangan ini sudah
jelas: biaya peer review tergolong murah bila dibandingkan dengan
biaya kerugian terhadap reputasi sebuah lembaga think tank akibat
mempublikasikan analisis atau rekomendasi yang keliru atau cacat.
Semua staf harus diwajibkan menjalani proses peer review.
Satu lagi poin tambahan: ada baiknya dibedakan antara review teknis terhadap analisis dan metodologi di satu sisi dengan
rekomendasi kebijakan yang diajukan melalui suatu dokumen di
sisi lain. Berbagai staf akan sanggup mengerjakan review teknis,
tapi lebih baik jika staf paling seniorlah yang diserahi me-review
rekomendasi kebijakan, khususnya untuk isu-isu besar.
Reputasi adalah aset utama bagi sebuah lembaga think tank.
Melindungi reputasi lembaga think tank menjadi salah satu tugas
terpenting bagi pengurus lembaga tersebut.
79
Saran yang Harus Dilaksanakan: Pengendalian Mutu
Tabel 4-5 Cakupan yang Disarankan untuk Proses Review
Status Umum Review
Jenis Produk
Prioritas sangat tinggi Laporan kepada klien
Publikasi institut
Prioritas tinggi
Prioritas rendah
Presentasi konferensi
Komentar
Sedikit sekali pengecualian—contoh
pengecualian mungkin berupa
laporan konsep kerja yang dise­
rahkan kepada klien
Presentasi dengan PowerPoint
minimum sebaiknya di-review;
presenter yang kurang ber­pe­
ngalaman sebaiknya diwajibkan
“mengulang-ulang” review.
Makalah (handout) konfe- Wajib review, kecuali bila penelirensi
tian dasarnya sudah di-review
Artikel untuk surat kabar
terlebih dahulu. Namun, produkpopuler
produk yang akan menjadi sorot­
Siaran pers (press release),
an publik tetap harus di-review.
dan dokumen-dokumen
untuk konferensi pers.
Barangkali perlu me-review usul-usul
dari staf yang kurang senior
Artikel yang diserahkan ke
untuk membantu mereka memjurnal ilmiah
bentuk reputasi bahwa mereka
Buku untuk diterbitkan oleh
mampu menghasilkan pekerjaan
penerbit luar
yang baik.
CATATAN
Dessislava Petkov memberikan komentar berharga untuk konsep
bab ini.
1. Lihat bab 2 yang membahas praktik-praktik luar biasa untuk memotivasi dan mempertahankan staf di lembaga think tank.
2. Sebagian lembaga think tank juga meminta pertimbangan dari klien tentang kinerja mereka. Dalam beberapa contoh,
sponsor utama think tank akan berinvestasi pada penilaian komprehensif mengenai kontribusi yang telah diberikan organisasi.
Survei terhadap 10 think tank ternama (delapan di Amerika Serikat, dua di Eropa) pada awal 1990-an melaporkan bahwa enam
lembaga think tank sudah menerapkan evaluasi eksternal dalam
80
MANAGING THINK TANKS
dasawarsa terakhir, sedangkan tiga lainnya menjalankan evaluasi
diri yang intens dan substansial. Dari sembilan evaluasi, hanya
dua yang menyertakan survei terhadap klien-klien lembaga, dan
evaluasi-evaluasi ini dianggap sangat produktif (Struyk, 1993,
51—52)
3. Ada beberapa literatur tentang praktik lembaga think tank
di negara-negara Barat. Kingsley (1993) memberikan panduan
tentang pengorganisasian yang dilakukan lembaga think tank untuk proses review produk.
Raymond J. Struyk
5
Mengomunikasikan
Hasil Kerja
U
ntuk keberhasilan sebuah lembaga think tank, mengomunikasikan hasil kerja secara efektif kepada khalayak yang
tepat sama pentingnya dengan menghasilkan analisis kebijakan
dan penelitian yang berkualitas tinggi. Analisis kebijakan yang
tajam tidak akan banyak gunanya bila hanya ditumpuk di rak buku
hingga terbungkus debu. Industri rumah tangga tumbuh berkembang dengan diiringi analisis tiada henti terhadap hubungan antara
pengembangan penelitian dan kebijakan dengan limpahan nasihat
tentang konseptualisasi penyebarluasan hasil-hasil penelitian
1
secara efektif. Banyaknya tulisan mengenai hal ini membuktikan
kesulitan yang dialami kebanyakan peneliti dan lembaga think
tank dalam mengupayakan agar hasil-hasil pekerjaan mereka
dimanfaatkan. Setelah mengulas banyak sekali laporan dan mewawancarai para pekerja kontrak penelitian, Saywell dan Cotton
(1993, 42) mengungkapkan:
Tak dapat disangkal lagi bahwa penelitian tidak mungkin dimanfaatkan, kecuali
bila dapat dipakai oleh mereka yang mungkin paling tepat untuk menggunakannya, pada saat mereka membutuhkannya, dalam format yang bisa mereka
gunakan, dan dengan kesimpulan-kesimpulan yang dapat dipahami serta bisa
disesuaikan dengan keadaan setempat … [P]enyebarluasan penelitian yang
diterapkan para pekerja kontrak penelitian yang berbasis di Inggris … tidak
berhasil memenuhi kriteria dasar ini.
Alih-alih mencoba merangkum banyak sekali pustaka tentang
penyebarluasan penelitian terhadap kebijakan dan komunitas
81
82
MANAGING THINK TANKS
lainnya, bab ini memberikan pedoman praktis tentang cara penyusunan program komunikasi yang efektif. Uraian ini secara sengaja memakai istilah komunikasi, bukan penyebarluasan. Sebab,
penyebarluasan menunjukkan proses penyebaran produk setelah
dihasilkan.
Dalam bab ini, komunikasi menyoroti proses yang mencetuskan
dimulainya sebuah proyek penelitian dengan identifikasi klien-klien
kebijakan atas hasil-hasilnya, mendefinisikan produk-produknya
agar sesuai dengan kebutuhan berbagai audiens yang teridentifikasi, kemudian memperbarui rancangan sesuai perkembangan
kebutuhan proyek penelitian.
Uraian ini disusun menjadi lima bagian. Bagian pertama mengulas beberapa prinsip tentang bentuk rumusan kebijakan yang
dapat membantu memandu pengembangan strategi komunikasi
yang konkret. Bagian kedua mencontoh literatur pemasaran: menjabarkan tujuh tahap pengembangan rencana komunikasi untuk
suatu produk. Masing-masing tahap disesuaikan dengan selukbeluk perkomunikasian di ajang kebijakan publik. Bagian ketiga
menawarkan petunjuk-petunjuk agar ketujuh tahap tadi semakin
efektif. Bagian keempat menjelaskan dan memperbandingkan
praktik-praktik yang saat ini diperagakan beberapa lembaga think
tank maju di Eropa Barat dan Persemakmuran Negara Merdeka
(PNM/CIS), serta sedikit informasi mengenai sebuah kelompok
think tank di Afrika. Bagian terakhir membahas secara singkat
pengorganisasian fungsi komunikasi di dalam sebuah lembaga
think tank.
PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Bardach (1984); Stone, Maxwell, dan Keating (2001); Greenberg, Linksz, dan Mandell (2003, 48—58); dan banyak lagi lainnya menyatakan bahwa pada dasarnya konteks saat penelitian
dihasilkan memengaruhi kegunaan hasil-hasil penelitian tersebut
bagi pembuat kebijakan. Artinya, bila isu yang dipelajari termasuk
topik “panas”, pekerjaan itu bisa memiliki pengaruh yang besar
walaupun tidak terkemas dengan baik. Sebaliknya, penelitian besar
83
Mengomunikasikan Hasil Kerja
yang disajikan dengan baik, mungkin saja tidak menarik perhatian
sama sekali bila isu kebijakan yang ditangani tidak penting dalam
agenda pemerintahan atau dewan legislatif.
Para ilmuwan politik berbicara tentang “jendela-jendela peluang” bagi perubahan kebijakan (Hall 1990; Kingdon 1984). Harihari pertama sebuah pemerintahan baru acap kali dijuluki sebagai
momen peluang, mirip dengan jendela bagi penggunaan efektif
penemuan-penemuan penelitian dalam proses kebijakan, yaitu bila
sebuah isu memang penting dalam agenda negara dan sedang hangat dibicarakan (Garrett dan Islam 1998). Dalam realitas, ada banyak jenis dan tingkatan peluang, seperti terpampang pada Tabel 5-1
tentang isu-isu kebijakan tingkat nasional. Peluang-peluang yang
ada di dalam tabel itu dibedakan berdasarkan kepentingan isunya—
Tabel 5-1 Jenis-jenis Isu Kebijakan dari Perspektif Komunikasi
Peluang
Audiens sasaran
Persoalan kebijakan utama yang sedang
hangat dibicarakan
Anggota-anggota utama pemerintahan
dan dewan legislatif berikut staf
mereka; pihak-pihak perantara
yang ber­pengaruh besara
Staf cabang pemerintahan dan legislatif
serta pihak-pihak perantaranya
Persoalan kebijakan yang mungkin menjadi
persoalan utama dan akan diangkat
dalam jangka menengah
Perkara kebijakan lapis kedua, misalnya
perkara-perkara yang membahas
perbaikan penyelenggaraan sebuah
program yang sedang hangat dibicarakan.
Perkara-perkara kebijakan lapis kedua
yang kemungkinan besar akan menarik
perhatian dalam jangka menengah
Identifikasi isu kebijakan baru yang berpotensi menjadi kebijakan utama
Para administrator program utama,
kelompok-kelompok kepentingan,
pihak-pihak perantara
Para administrator program utama,
kelompok-kelompok kepentingan,
pihak-pihak perantara
Anggota-anggota senior dalam peme­
rintahan dan anggota dewan legislatif
yang bertanggung jawab dalam
bidang ini, kalangan LSM advokasi
yang relevan, pihak-pihak perantara,
masyarakat umum.
Pihak-pihak perantara meliputi lembaga swadaya masyarakat advokasi yang relevan (LSM), think tank, dan
firma-firma konsultan yang bekerja di bidang ini, lembaga donatur, serta para pakar individu dan ahli lobi.
a
84
MANAGING THINK TANKS
apakah isu itu memerlukan tindakan segera dari pemerintah atau
dewan legislatif, atau sebuah instansi pemerintah dari tingkat yang
lebih rendah—serta ketepatan waktu isu tersebut (maksudnya, isu
itu sedang menjadi pembicaraan hangat atau tidak).
Isu-isu kebijakan publik yang paling utama adalah lingkup kerja
pejabat pemerintah senior dan dewan legislatif. Pemain utamanya
adalah pemimpin-pemimpin di tubuh dewan legislatif. Anggota
pemerintahan dan para pemimpin legislatif dibantu oleh staf
mereka dan pihak perantara seperti lembaga swadaya masyarakat
advokasi (LSM), lembaga think tank, para pakar dan pelobi ber2
pengalaman.
Salah satu contoh paling terkenal tentang rekomendasi kebijakan yang tepat waktu diberikan oleh salah satu lembaga think
tank Barat, U.S. Heritage Foundation. Ronald Reagan adalah
presiden terpilih pada November 1980. Reagan segera membentuk
kabinetnya dan mempertimbangkan arah-arah kebijakan utama
bagi pemerintahan yang baru. Beberapa minggu kemudian, Heritage Foundation menyerahkan cetak biru kebijakan yang sudah
ditunggu-tunggu pemerintah. Cetak biru kebijakan itu tebalnya
beberapa ratus halaman, disusun dengan argumen yang rapi dan
komprehensif. Perhatian utamanya tertuju pada tindakan-tindakan
awal yang perlu diambil pemerintah baru. Berpijak pada hasil kerja
berbulan-bulan sebelumnya, rekomendasi yayasan ini berpengaruh besar bagi pemerintah baru itu. Tindakan ini juga menarik
imajinasi komunitas kebijakan dan mendefinisikan ulang makna
“waktu yang tepat” bagi komunitas kebijakan AS. Sejak itu, seluruh
industri lembaga think tank bekerja lebih keras dalam mengupayakan ketepatan waktu dan memperjelas rekomendasi-rekomendasi
kebijakan mereka.
Wajar saja bila analisis yang dipesan kepada sebuah think tank,
khususnya oleh seorang pejabat senior, bisa memiliki pengaruh luar
biasa. Contoh keberhasilan signifikan sebuah lembaga think tank
Rusia disajikan dalam Boks 5-1. Namun, penting diingat bahwa
bila pekerjaan diberikan dengan cara seperti ini, tugas komunikasi
menjadi jauh lebih sederhana sebab audiensnya memang sudah
dipikirkan lebih dulu.
Mengomunikasikan Hasil Kerja
85
Boks 5-1 Isu Prioritas Nasional dengan Input Lembaga
Think Tank pada Saat yang Tepat
Perumahan bagi Purnawirawan Rusia
Pada awal Oktober 1997 para pejabat tertinggi Rusia memutuskan bahwa pe­
nanganan masalah kurangnya perumahan bagi para purnawirawan militer sudah tidak dapat ditawar lagi. Jumlah purnawirawan militer yang tinggal bersama
teman atau keluarga atau sedang dalam penjadwalan pergantian sementara
saat itu sudah mencapai 150.000 orang. Sebanyak 50.000 orang perwira lainnya akan menyusul dipurnatugaskan sebagai bagian dari restrukturisasi militer
di negara itu. Pengabaian telah menumbuhkan sebuah partai politik konservatif
baru berorientasi militer yang cepat merebut hati orang banyak. Keluhan yang
memang wajar terlontar semakin menambah daya tarik partai tersebut yang
kelak pasti menjadi ancaman sesungguhnya bagi reformasi liberal negara itu
dalam pemilihan berikutnya.
Deputi Pertama Perdana Menteri, Boris Nemstov, meminta Institute for Urban
Economics (IUE), lembaga think tank setempat, agar membuatkan konsep
program dalam waktu lima belas hari. Saat masih menjabat gubernur Oblast
Nizhniy Novgorod, Nemstov pernah bekerja sama dengan IUE dalam menguji
rencana tunjangan konsumen bagi purnawirawan. Dia dan IUE sepakat bahwa
rencana ini akan menjadi landasan bagi program baru tersebut. IUE menye­
rahkan konsep program sesuai jadwal. Menurut program itu, para perwira akan
menerima dana bantuan hingga 80 persen dari harga pembelian sebuah unit
rumah di daerah tempat mereka tinggal dari tunjangan yang dibayarkan oleh
bank yang bertindak sebagai perantara pemerintah secara langsung dengan
penjual rumah tersebut. Sepuluh hari kemudian, Institute Urban Economics
­menyerahkan rancangan untuk membiayai program tersebut dengan biaya
negara minimum. Pada akhir Oktober 1997, konsep itu disahkan oleh Presiden Boris Yeltsin. Program tersebut kemudian ditetapkan secara resmi melalui
keputusan pemerintah dan dilaksanakan.
Sumber: Struyk (1999), 1
Isu lapis kedua ditangani para pejabat pemerintah dari tingkat
yang lebih rendah walaupun sikap terakhir terhadap suatu persoalan mungkin memerlukan persetujuan dari kabinet. Pelaksanaan
hasil-hasil dari sejumlah evaluasi program terdapat di tingkat ini.
Perubahan peraturan juga kerap terjadi dalam kategori ini. Salah
satu contoh penelitian efektif tentang masalah lapis-kedua ialah
penilaian Rusia terhadap kualitas pengelolaan program-program
bantuan sosial. Program-program ini dikelola secara universal
melalui kantor-kantor pemerintah daerah di Rusia pada 2000,
kadang-kadang dengan aturan amat ketat dari kementeriankementerian negara, tetapi sering kali tidak demikian.
Analisis terhadap sembilan kantor di empat kota besar menunjukkan bahwa umumnya prosedur-prosedur administratif masih
86
MANAGING THINK TANKS
ketinggalan untuk bidang-bidang yang rawan seperti pelatihan staf
dan penyeliaan, pengendalian mutu terhadap kelayakan (eligibility)
dan penetapan tunjangan, penyiapan laporan-laporan manajemen,
serta pelaksanaan program pemantauan. Hasil-hasil analisis ini
disajikan di hadapan staf senior di Kementerian Buruh dan Kesejahteraan Sosial yang termotivasi untuk setuju mengembangkan
3
program guna meningkatkan pengelolaan kantor-kantor daerah.
Mengenai penggunaan hasil-hasil kebijakan untuk isu-isu lapis
kedua, Platt (1987) menyoroti pentingnya jaringan kerja, seperti
asosiasi profesi, dalam menyampaikan informasi kepada pihak
administrator dan membangun konsensus untuk perubahan. Layak
ditekankan bahwa komunitas-komunitas kebijakan yang terlibat
umumnya memiliki landasan yang sangat kokoh, sering kali berwujud sebuah grup relatif kecil dengan sejumlah pertanggungjawaban
4
administratif langsung.
Terakhir, ada klasifikasi ketiga untuk topik kebijakan—isu
yang baru teridentifikasi. Contoh yang amat terkenal di Amerika
Serikat adalah karya Michael Harrington yang mempublikasikan
kemiskinan luar biasa di dalam negeri pada 1960-an. Deskripsi
menarik Harrington dalam The Other America telah menempatkan pengurangan dampak kemiskinan sebagai salah satu prioritas
dalam agenda kebijakan negara. Audiens untuk isu-isu kebijakan
baru mungkin berbeda sekali dengan audiens untuk item-item yang
sudah ada dalam agenda kebijakan. Dan untuk menarik perhatian,
mungkin terlebih dahulu perlu melibatkan kepentingan publik
dengan isu tersebut.
Selain keutamaan isu, dimensi utama yang menentukan dalam
komunikasi dengan audiens yang relevan adalah tempat isu itu
sendiri dalam agenda kebijakan—apakah sedang dalam pertimbangan, sudah ada di dalam agenda tapi tidak mungkin dipertimbangkan sampai tahun depan, atau malah tidak ada di dalam agenda?
Artinya, adakah momentum peluang itu? Bila isu itu termasuk jenis
topik panas maka lembaga think tank harus membuat produk yang
ringkas dan bekerja keras untuk mengomunikasikan hasil-hasilnya
kepada para pembuat kebijakan senior dan penasihat mereka.
Bila persoalan kebijakan itu belum ada untuk sekarang ini, men-
Mengomunikasikan Hasil Kerja
87
gomunikasikan penemuan-penemuan analitis kepada audiens yang
relevan tetaplah penting. Sedikitnya ada dua alasan untuk itu. Pertama, analisis dini yang kuat terhadap suatu isu dapat menentukan
kondisi-kondisi perdebatan di masa mendatang. Para pakar dalam
satu bidang, di dalam dan di luar pemerintahan, mulai memikirkan
isu tersebut sesuai dengan penggambaran dalam analisis-analisis
awal. Dalam hal ini, Andrew Rich (2001) memberikan analisis
terbaru yang tajam tentang pengaruh lembaga-lembaga think tank
Amerika Serikat. Kendati dari hari ke hari lembaga-lembaga think
tank dengan perspektif konservatif jauh lebih aktif dalam proses
kebijakan nasional ketimbang rekan-rekan mereka yang lebih liberal, Rich tidak melihat organisasi-organisasi konservatif ini lebih
berpengaruh. Alasannya karena lembaga-lembaga think tank liberal
lebih banyak menghasilkan analisis dasar dan perhitungan angka,
sementara lembaga think tank konservatif menawarkan banyak
argumentasi, tetapi lebih sedikit informasi baru. Kenyataannya,
lembaga think tank liberal lebih berhasil dalam menggiring arah
pembicaraan tentang suatu isu. Ini keuntungan yang luar biasa
dalam debat kebijakan.
Kedua, amat penting bahwa hasil-hasil analisis untuk topik
khusus tertentu diteruskan ke pihak-pihak perantara utama—
entah berupa LSM-LSM advokasi, anggota staf pemerintahan dan
legislatif, lembaga donatur, lembaga think tank, atau pakar-pakar
yang akan dihubungi bila sebuah isu memperoleh perhatian utama.
Bardach (1984) menyebut lembaga dan individu ini sebagai “bank
5
informasi” atau “lemari penyimpanan”. Mereka adalah sumber
daya yang akan dihubungi para pembuat kebijakan utama setelah
sebuah isu berkembang sempurna. Memang sudah tugas mereka
untuk dijadikan tempat rujukan sehingga mereka bisa membuat
daftar secara informal dan menyimpan lema-lema tentang satu
topik yang harus tersedia saat isu itu merangkak naik dalam per6
ingkat agenda.
Kebanyakan lembaga think tank tidak membeda-bedakan isuisu kebijakan seperti yang disebutkan dalam Tabel 5-1; strategi
komunikasi yang mereka miliki tidak berbeda. Mereka cenderung
menggunakan sarana yang sama untuk menyebarluaskan pen-
88
MANAGING THINK TANKS
emuan mereka tanpa menghiraukan keutamaan atau ketepatan
waktu isunya. Namun, pelajaran yang tersirat dalam keberhasilan
pustaka penelitian atau keberhasilan besar seperti kisah sukses
Harrington ialah bahwa tahap pertama dalam mengembangkan
strategi komunikasi untuk suatu proyek adalah memahami keutamaan kebijakan dan ketepatan waktu isunya.
PROSES TAHAP-DEMI-TAHAP
Wakil presiden bagian komunikasi sebuah yayasan besar mendefinisikan “komunikasi strategis” sebagai:
The managed process by which information is produced and conveyed to
achieve specific objectives vital to an organization’s mission—Proses yang
dikelola untuk menghasilkan informasi dan disampaikan untuk mencapai
tujuan-tujuan spesifik yang penting bagi misi suatu organisasi. (Karel 2000)
Bagaimana sebuah lembaga think tank bisa menjadi komunikator strategis? Pengembangan dan pelaksanaan sebuah strategi ko7
munikasi berwujud sebuah proses dalam tujuh tahap. Tahap-tahap
yang terdaftar dalam Boks 5-2 tidak perlu diikuti secara mutlak guna
memunculkan strategi yang baik, tapi ketujuh tahap itu memang
menciptakan struktur proses yang mudah dimengerti.
Tahap 1: Mengidentifikasi Audiens Sasaran
Seperti terangkum dalam Tabel 5-1, audiens sasaran amat sangat
bergantung pada siapa yang bertanggung jawab atas pembahasan
persoalan kebijakan dan apakah isu itu sedang dalam pembicaraan
atau tidak, atau mungkin baru akan dibicarakan kemudian. Dalam
mengidentifikasi audiens sasaran, perjelas dulu sasaran akhirnya.
Tidak masalah jika perlu menentukan perantaraan sasaran, yaitu
pihak yang mampu menjadi pembawa pesan bagi pembuat keputusan tertinggi. Namun, perlu disadari perbedaan peran kedua
belah pihak.
Mengomunikasikan Hasil Kerja
89
Boks 5-2 Tujuh Tahap Komunikasi Efektif
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mengidentifikasi audiens sasaran.
Menentukan tujuan komunikasi bagi masing-masing audiens
Menyeleksi saluran komunikasi
Merancang pesan
Menyusun anggaran komunikasi untuk proyek ini
Mengambil keputusan tentang perpaduan komunikasi
Mengukur hasil-hasil komunikasi
Sumber: Diadaptasi dari Kotler (2000), 552
Tahap 2: Menentukan Tujuan Komunikasi bagi
Masing-masing Audiens
Tujuan berkomunikasi dengan audiens tertentu dapat berupa
respons kognitif, afektif, atau behavioral. Artinya, mungkin lembaga think tank ingin menanamkan suatu gagasan atau kesan
pada pikiran orang, mengubah sikapnya terhadap sebuah isu, atau
memengaruhi seseorang untuk bertindak. Literatur pemasaran
mencantumkan empat “model hierarki respons” utama yang menyikapi ketiga hasil ini sebagai peristiwa sekuensial, yaitu proses
berpikir alami seseorang yang berlangsung melalui serangkaian
respons standar: kognitif! afektif! behavioral.
Jadi, menurut model komunikasi yang dijabarkan Kotler (2000,
555) dan direproduksi di sini (Tabel 5-2), tujuan dalam tahap
kognitif adalah menarik perhatian orang yang dijadikan sasaran,
memengaruhinya agar menerima informasi (memperhatikan informasi itu), dan meminta orang tersebut mencerna intinya secara
intelektual. Dalam tahap afektif, informasi harus memengaruhi
sikap orang itu terhadap isunya, sekurang-kurangnya cukup untuk
memasukkan isu tersebut ke agendanya, kemudian merangsang
penerima informasi untuk membentuk suatu opini dan niat untuk
bertindak. Selanjutnya, dalam tahap behavioral—perilaku—orang
itu mengambil tindakan.
90
MANAGING THINK TANKS
Tabel 5-2 Model Komunikasi Tiga-Tahap
Peristiwa
Tahap
Tahap kognitif
Tahap afektif
Tahap perilaku
l
l
l
l
l
l
Keterpaparan
Penerimaan
Respons kognitif
Sikap
Niat
Perilaku/tindakan
Ambil contoh berikut. Bila penelitian mengidentifikasi isu kebijakan baru yang berpotensi menjadi isu utama (misalnya buruknya
pelayanan kesehatan bagi balita di pedesaan), salah satu audiens
sasaran ialah populasi luas yang berkepentingan untuk meningkatkan kondisi-kondisi yang teridentifikasi tersebut. Akan tetapi,
untuk menjangkau audiens ini, perlu dimanfaatkan media massa.
Jadi, dalam pelaksanaannya, ada dua audiens—media terakhir
(penduduk) dan media terdekat (media massa). Untuk menarik
perhatian reporter dan editor, hasil-hasil penelitian harus bisa
dimengerti, diungkapkan dalam bahasa yang hidup (tapi akurat),
dan disajikan dalam bentuk dokumen ringkas yang memuat angkaangka nyata dan disertai, bila mungkin, cuplikan adegan singkat
menarik dari kerja lapangan proyek itu.
Lembaga think tank dapat menggelar santiaji (briefing) bagi
pihak pers yang berminat mengikuti siaran pers yang dilarang
rilis sampai sehari sesudah santiaji. Tujuannya untuk memikat
perhatian para reporter dan mempertahankannya cukup lama
demi meyakinkan pentingnya masalah ini, kemudian menggiring
mereka agar bertindak—mula-mula untuk memperoleh lebih banyak informasi dan mempertimbangkan penulisan berita, kemudian
membuat berita itu. Tujuan untuk penduduk bersifat kognitif dan
afektif—persetujuan bahwa masalah itu memang nyata dan agar
bersikap simpatik terhadap seruan agar pemerintah menangani
masalah ini.
Di lain pihak, untuk isu kebijakan lapis kedua yang kemungkinan
baru diperhatikan pada pertengahan semester, tujuannya sangat
91
Mengomunikasikan Hasil Kerja
kognitif. Lembaga think tank berupaya menarik pihak-pihak yang
peduli dengan isu itu—kalangan LSM, staf elite kebijakan—agar
memperhatikan pekerjaan bagus yang termuat dalam laporan sehingga laporan tersebut pasti akan dikutip saat isu tersebut terangkat
di kemudian hari.
Tahap 3: Menyeleksi Saluran Komunikasi
Bagaimana cara berkomunikasi dengan audiens sasaran?
Tentu saja ini pertanyaan kritis dalam mengembangkan strategi
komunikasi untuk hasil-hasil penelitian kebijakan. Tabel 5-3 menampilkan daftar lima belas platform yang dikelompokkan menjadi
empat judul yang digunakan dalam komunitas pemasaran: promosi,
hubungan masyarakat, “penjualan” personal, dan pemasaran langsung (direct marketing). Platform atau kombinasi platform mana
yang cocok untuk sebuah tugas komunikasi penelitian kebijakan
tertentu amat tergantung pada posisi isu kebijakan itu dalam kon-
Tabel 5-3 Platform Komunikasi untuk Promosi Kebijakan
Promosi
Hubungan masyarakat
“Penjualan” personal Pemasaran langsung
Pameran di
Press kit (bahan promosi Rapat dengan
Mengeposkan
konferensi
untuk media) dan
para pembuat
­dokumen
Pameran
konferensi pers
­kebijakan
di rapat
Ceramah di konferensi Rapat dengan pihak- Mengunggah
asosiasi
dan rapat profesi
pihak perantara
­hasil-hasil
profesi
­penelitian
­kebijakan di
sebuah web site
Partisipasi di dalam
Mengorganisasi
Pengumuman lewat
seminar
diskusi ­
e-mail
Laporan tahunan
dengan para
Publikasia
pembuat
“Memo kebijakan” ­
kebijaksanaan
pendek
Artikel surat kabar
Sumber: Adaptasi dari Kotler (2000), tabel 18.1
a
Mencakup laporan penelitian pendek, laporan penelitian besar, dan buku-buku.
92
MANAGING THINK TANKS
tinum yang disajikan pada Tabel 5-1. Contoh-contoh perpaduan di
bawah ini mengilustrasikan kemungkinan-kemungkinan itu.
Untuk isu “panas”—isu menonjol secara nasional yang tengah
ditangani pemerintah atau parlemen—tim yang bertugas mengembangkan strategi bisa memilih salah satu kombinasi berikut ini:
● penjualan personal—meminta orang-orang paling senior
mereka bertemu dengan para pembuat kebijakan dan pihakpihak perantara, seperti LSM dan staf pembuat kebijakan
utama;
● memo kebijakan pendek untuk mendukung kunjungan dan
disebarkan kepada pembuat kebijakan serta pihak perantara
lainnya;
● laporan penelitian yang melengkapi memo-memo tersebut
dengan menyediakan dukungan teknis dan ditayangkan pada
situs web lembaga tersebut (pemasaran langsung); dan
● presentasi oleh staf senior di konferensi dan rapat profesi
tempat isu itu sedang dibahas (hubungan masyarakat).
Tergantung pada keutamaan temuan-temuan yang ada, konferensi pers mungkin juga cocok.
Perpaduan yang amat berlainan mungkin cocok untuk isu lapis
kedua yang belum menjadi agenda tindakan pembuat keputusan
yang berwenang. Dalam hal ini, perpaduan itu bisa berwujud sebagai berikut:
● sebuah laporan penelitian yang disampaikan kepada pihakpihak perantara yang terutama berkepentingan pada isu ini
dan dipublikasikan pada situs web;
● rapat-rapat di tingkat teknis antara staf lembaga think tank
dan pihak-pihak perantara;
● presentasi pada konferensi profesi dan seminar; dan
● penerbitan artikel berdasarkan penelitian itu di salah satu
jurnal profesi.
Mengomunikasikan Hasil Kerja
93
Strategi komunikasi jarang menggunakan satu sarana saja. Sebaliknya, jenis perpaduan yang diilustrasikan di atas sudah lazim
dimanfaatkan.
Tahap 4: Merancang Pesan
Dalam tahap ini, tim yang bekerja merancang strategi penyebarluasan untuk hasil-hasil sebuah proyek penelitian kebijakan telah
menentukan posisi isu kebijakan tersebut pada kontinum prioritas yang ditunjukkan pada Tabel 5-1. Mereka sudah mengetahui
hasil-hasil karya penelitian mereka (atau dengan sedikit kemungkinan mampu memperhitungkan hasil-hasil itu), mengidentifikasi
audiens sasaran, dan memutuskan platform komunikasi mana
yang hendak digunakan untuk menyebarluaskan temuan-temuan
tersebut. Dalam tahap keempat, tim menentukan pesan yang akan
dikirimkan dengan mendefinisikan tiga unsur terpisah: isi pesan,
format pesan, dan sumber pesan. Dalam mengulas poin-poin di
bawah, ingatlah tiga alasan umum di Boks 5-3 yang menyebabkan
pesan-pesan termaksud tidak sampai.
Isi pesan. Isi terfokus pada hal-hal utama yang ingin disampaikan tim kepada audiens terpilih. Sungguh, para peneliti acap
kali kesulitan dalam meringkas inti penemuan mereka menjadi
beberapa poin sederhana. Memang benar penyederhanaan yang
kelewatan bisa merugikan kekayaan temuan dan mendatangkan
risiko yang tidak sepenuhnya disampaikan kepada orang yang
menerima informasi. Namun, komunikasi tidak akan berhasil bila
poin-poin itu tidak jelas dan lugas. Generalisasi yang berlebihan
dapat dihindari tanpa membahayakan salah satu tujuan. Cara meringkas pesan ditentukan oleh audiens sasaran, format pesan, dan
platform atau sarana yang dipilih (memo kebijakan, acara teelvisi,
jurnal ilmiah, dan lain lain.).
Format pesan. Setelah isi pesan tersampaikan dan platform yang
digunakan teridentifikasi, isu utama adalah bagaimana seharusnya
tampilan atau bunyi pesan itu. Sayangnya, kebanyakan lembaga
94
MANAGING THINK TANKS
think tank cenderung mencurahkan tenaga lebih banyak untuk
mengembangkan isi pesan dengan mengorbankan formatnya.
Di negara transisi dan negara berkembang, hanya sedikit
lembaga think tank yang kuat bekerja keras untuk mendapatkan
tata letak memo kebijakan yang sedap dipandang dan menarik
perhatian. Dengan serius mereka memperhatikan kualitas kertas,
warna-warna spanduk dan slogan, kutipan-kutipan perlu dicuplik
dari teks dan diperbesar atau tidak, begitu pula mengenai ukuran huruf, margin, panjang artikel, dan memformat pertanyaan
seperti menggunakan bullet atau tidak. Tata letak yang meliputi
warna, ukuran huruf, dan slogan-slogan, membantu mendefinisikan seberapa pentingnya pesan yang sedang disampaikan dan
bagaimana persepsi yang diinginkan organisasi itu. Pesan yang
disampaikan warna-warna yang lebih lembut, kertas bermutu
Boks 5-3 Tiga Alasan Audiens Termaksud Tidak Menerima
Pesan yang Dimaksud
Ingatlah selalu celah-celah kelemahan ini dan pertimbangkan semua opsi
yang dapat meminimalkan efek merugikan setiap kelemahan saat merancang
strategi penyebarluasan temuan-temuan spesifik.
1. Perhatian yang selektif. Orang-orang kunci dalam komunitas kebijakan
—para pembuat kebijakan, staf mereka, para peneliti di berbagai lembaga
think tank, para penasihat di LSM-LSM—menerima banyak sekali memo,
laporan, suratkabar, majalah, dan dokumen lain, masih ditambah sejumlah
besar panggilan telepon dan e-mail. Pesan yang paling bagus bentuknya
pun akan luput dari perhatian dalam situasi yang kacau-balau ini.
2. Distorsi yang selektif. Para penerima akan mendengar apa yang sesuai
dengan sistem keyakinan mereka. Akibatnya, sering kali mereka menambahkan makna yang sesungguhnya tidak ada pada pesan (amplifikasi)
dan tidak memperhatikan komponen-komponen lain yang ada di sana
(penyamarataan). Karena itu, komunikator wajib berjuang mengupayakan
kesederhanaan, kejelasan, minat, dan repetisi agar inti masalahnya tersampaikan.
3. Ingatan yang efektif. Banyak orang yang dalam ingatan jangka panjangnya hanya mengingat sebagian kecil dari pesan yang sampai kepada mereka. Efektivitas dalam penyampaian pesan amat penting dalam menentukan
diingat atau tidaknya pesan itu nantinya. Pesan-pesan dengan penerimaan
positif jauh lebih mungkin diingat kembali di kemudian hari daripada pesanpesan yang menimbulkan kesan pertama negatif. Namun, pesan negatif
efektif yang menyebabkan penerimanya melatih argumen yang berlawanan,
kemungkinan besar juga akan diingat.
Sumber: Diadaptasi dari Kotler (2000), 552
Mengomunikasikan Hasil Kerja
95
tinggi, ukuran huruf yang sedang dan bahasa yang sopan sangat
berbeda dengan pesan yang disampaikan warna-warna mencolok
berkilauan, kertas murahan, dan slogan-slogan berupa seruan keras
untuk bertindak.
Banyak lembaga think tank membuat spanduk dan tata letak khas untuk masing-masing serial memo kebijakan sehingga
penerima bisa cepat mengenali dokumen ini berasal dari institut
tertentu dan berhubungan dengan topik yang spesifik. Terkadang
berbagai format yang berbeda-beda dibuat untuk serial laporan
serupa tentang satu topik khusus atau bidang penelitian khusus.
Pelaziman seperti itu memunculkan harapan kuat bahwa penerima
yang sangat terlibat dalam satu persoalan kebijakan spesifik akan
memilih dokumen itu.
Bila organisasi berupaya menarik liputan melalui media cetak,
taktik yang bagus adalah memulai cerita dengan kasus pendek
aktual untuk mempersonifikasikan cerita itu pada pembaca. Cerita
tentang perbaikan sistem kesehatan dapat dimulai dengan satudua paragraf yang melukiskan betapa seseorang tidak terlayani
dengan baik oleh sistem yang ada—pelayanan buruk atau tidak ada
pelayanan sama sekali, ongkos mahal, dan seterusnya. Deskripsi
ini akan membuat isu itu segera menarik perhatian reporter dan
pembaca. Selanjutnya, keseimbangan dalam artikel bisa menjelaskan reformasi yang diusulkan.
Format pesan pasti berpengaruh pada penerimaan sebuah
dokumen—begitu pula dengan pesan yang disampaikannya. Itu
sebabnya, lembaga think tank perlu mempertimbangkan presentasi
isu-isu dengan sangat cermat.
Sumber pesan. Literatur pemasaran menegaskan bahwa pesan
yang dapat dipercaya didasarkan pada cara orang yang menerima
informasi melalui tiga aspek informasi tersebut: kepakaran, kelayakan untuk dipercaya, dan daya tariknya. Kepakaran adalah
pengetahuan spesialisasi yang dimiliki orang atau organisasi untuk
menunjang sebuah pernyataan. Kelayakan untuk dipercaya ialah
persepsi seberapa jujurkah sumber informasi itu. Daya tarik, yang
lebih menonjol dalam pertemuan personal dan presentasi, menjabarkan kemampuan sumber pesan itu menarik perhatian orang.
96
MANAGING THINK TANKS
Kualitas seperti keterbukaan, humor, dan kealamiahan, menjadikan
8
sebuah sumber lebih disukai. Untuk komunikasi personal, keterampilan anggota staf sebagai penyaji juga sangat penting.
Untuk produk-produk tertulis, reputasi lembaga sering kali
tampak dalam pernyataan-pernyataan implisit yang menunjukkan kepakaran dan kredibilitas. Inilah sebabnya lembaga think
tank wajib mencurahkan perhatian guna mengendalikan kualitas
output-nya. Bagi para peneliti yang belum mapan dalam satu
bidang, nama dan logo institusi yang ada pada suatu publikasi
atau afiliasinya yang disebutkan pada satu program konferensi
amat sangat berarti. Bagi para peneliti yang sudah mapan, afiliasi
institusional tidak terlalu penting artinya, tapi kombinasi seorang
peneliti terpandang dan afiliasi dengan sebuah lembaga think tank
unggulan kemungkinan besar akan menerima perhatian penuh dari
komunitas penentu kebijakan.
Soal siapa yang sebaiknya dipilih organisasi untuk peristiwa-peristiwa personal, perlu dipertimbangkan masak-masak. Terkadang,
seorang peneliti yang berhasil menyelesaikan pekerjaannya ternyata
bukan penyaji presentasi yang efektif. Peneliti yang lebih muda
mungkin masih kurang kredibilitasnya sehingga direktur lembaga
think tank atau kepala departemenlah yang harus memantapkannya. Dia mungkin juga kurang berpengalaman dalam merangkum
temuan-temuan penelitian yang kompleks sehingga pembuat
kebijakan nonteknis malah bisa dengan mudah memahami hal itu
mereka. Sering kali solusi terbaik adalah meminta personel senior
dan sang peneliti untuk bersama-sama mengundang para pembuat
kebijakan utama. Dengan demikian, personel senior meminjamkan
kredibilitasnya untuk pernyataan-pernyataan si peneliti, sedangkan
si peneliti mulai membangun kredibilitasnya sendiri. Peneliti bisa
“jalan sendiri” untuk rapat-rapat dan seminar-seminar yang lebih
teknis, misalnya bersama para pihak perantara dan staf pembuat
kebijakan.
Peristiwa personal harus diorganisasikan secara matang. Tim
yang merancang strategi komunikasi harus bekerja sama dengan
pihak pengurus senior untuk mendefinisikan acara dan menetapkan
siapa saja yang akan menghadiri tiap-tiap acara. Jelaslah bahwa
Mengomunikasikan Hasil Kerja
97
penentuan waktu dan urutan jalannya rapat dan seminar menjadi
sangat penting. Pembuat kebijakan utama harus diajak bicara
terlebih dahulu sehingga mereka tidak tersinggung harus belajar
tentang temuan-temuan ini dari tangan kedua.
Tahap 5: Menyusun Anggaran Komunikasi
Dalam tahap ini, strategi komunikasi sudah menetapkan audiens
sasaran, platform yang digunakan, dan pesan yang disampaikan.
Kini, cara mengomunikasikan gagasan-gagasan tersebut harus
diperhitungkan dengan anggaran yang tersedia. Walaupun begitu,
ingatlah bahwa anggaran yang pada akhirnya tersedia untuk mengomunikasikan hasil-hasil sebuah proyek penelitian kebijakan pasti
dihasilkan dari proses berulang—menentukan strategi, menghitunghitung biaya, merevisi strategi untuk merealisasikan penghematanpenghematan, dan seterusnya. Saat proyek penelitian mendekati
selesai, strategi yang telah dirancang menjelang proyek dimulai
harus dibicarakan lagi terkait keutamaan isu itu saat ini. Bila isu
itu mendadak menjadi sangat penting, lembaga bisa mencurahkan
lebih banyak sumber daya untuk mengomunikasikan hasil-hasil
penelitiannya, termasuk presiden institusi atau pihak-pihak lain
yang dilibatkan dalam mempromosikan pandangan yang muncul
dalam temuan-temuan penelitian.
“Anggaran yang tersedia” ini merupakan konsep yang elastis.
Dalam praktiknya, sumber-sumber daya untuk melaksanakan
sebuah strategi komunikasi biasanya datang dari dua sumber terpisah. Sumber pertama adalah jalur dalam anggaran proyek untuk
penulisan laporan dan aktivitas-aktivitas penyebarluasan. Sering
kali sumber-sumber daya ini tidak digali untuk melaksanakan
strategi umum sampai tahap yang dimungkinkan. Lebih sering
lagi, peneliti menulis laporan untuk klien, baru kemudian mulai
memikirkan produk untuk diedarkan secara lebih luas. Sebenarnya,
bila strategi komunikasi didefinisikan lebih dulu di dalam proyek
ini, peneliti bisa membuat produk-produk yang lebih berguna
bagi klien sebagai produk atau sumber produk untuk strategi ko-
98
MANAGING THINK TANKS
munikasi. Contohnya, bila strategi menghendaki memo kebijakan
didistribusikan maka ringkasan laporan kepada klien dapat diberi
lebih banyak perhatian daripada biasanya dan ditulis dengan
format begitu rupa dengan penyesuaian-penyesuaian kecil yang
biasanya dikomunikasikan dengan audiens yang lebih luas. Tidak
banyak klien yang tidak puas menerima laporan dengan ringkasan
yang tertulis rapi dan jelas. Begitu pula, bila dana untuk publikasi
laporan sudah tersedia, laporan dapat disusun sejak awal dengan
sasaran-sasaran komunikasi spesifik yang diinginkan.
Selain sumber-sumber daya proyek, ada pula sumber-sumber
daya milik lembaga—baik dana maupun staf. Beberapa staf dapat
dipekerjakan khusus untuk itu dengan menggunakan anggaran
untuk biaya operasional tanpa dana tambahan. Namun tentu saja,
peluang mereka yang dikorbankan (opportunity cost) untuk tugas
tersebut harus diperhitungkan. Bila lembaga think tank punya seorang personel hubungan masyarakat, berapa banyak waktu dapat
dia curahkan untuk memasarkan hasil-hasil ini (misalnya menjadwalkan wawancara dengan kolumnis surat kabar, dan mengoordinasikan tata letak untuk sebuah memo kebijakan)? Berapa lama
waktu yang dipersiapkan presiden lembaga untuk menghubungi
dan mengadakan pertemuan dengan para pembuat kebijakan senior? Anggaran yang komprehensif harus mencantumkan jumlah
dana dan sumber daya dalam bentuk barang dan jasa.
Tahap 6: Keputusan tentang Paduan Komunikasi
Dengan anggaran tersedia serta pesan dan saluran sudah ditentukan, tim komunikasi bisa mulai menentukan perpaduan aktivitas
yang akan ditempuh. Perpaduan yang nanti diputuskan itu akan
bergantung pada biaya untuk setiap aktivitas pemasaran dan efektivitas yang dirasakan dalam mencapai tujuan komunikasi.
Setiap lembaga think tank harus menentukan biaya atau “harga
internal” untuk tiap-tiap aktivitas. Ketika membuat semua perhitungan ini, pertimbangkan biaya-biaya yang diadakan untuk setiap
tahap. Pengalaman masa lalu bisa memberi petunjuk keputusan
Mengomunikasikan Hasil Kerja
99
tentang berapa lama waktu staf yang diperlukan untuk berbagai
tugas, ongkos cetak dokumen, dan sebagainya. Berikut ini beberapa
contoh komponen biaya aktivitas:
● Rapat dengan para pembuat kebijakan. Biaya waktu staf
untuk rapat-rapat itu dan penjadwalannya.
● Diskusi roundtable. Biaya waktu staf untuk mengorganisasikan acara itu, termasuk (a) logistik, seperti membuat dan
menyebar undangan, mengirim surat-surat pemberitahuan,
dan menangani pertanyaan-pertanyaan; dan (b) mengundang
peserta-peserta utama. Biaya waktu staf untuk berpartisipasi
di dalam acara. Biaya makanan dan minuman yang disajikan,
serta sewa tempat untuk penyelenggaraan acara.
● Memo kebijakan. Waktu staf untuk menulis dan menyunting
memo, termasuk review pengurus senior, waktu bagi personel desktop publication (penggunaan personal computer
dan spesialis perangkat lunak untuk merancang, menata
letak, dan mencetak dokumen) untuk mengerjakan tata letak
dan perubahan-perubahan penting; pencetakan dan distribusi, termasuk waktu staf untuk membuat daftar kontak
dan alamat penerima surat, lalu memasukkan ke dalam
amplop.
● Partisipasi seminar. Waktu staf untuk menyiapkan presentasi dan berpartisipasi di dalam konferensi, biaya perjalanan,
dan biaya dokumen yang hendak didistribusikan.
● Artikel surat kabar. Waktu staf hubungan masyarakat untuk
mengidentifikasi reporter yang ingin melakukan wawancara,
waktu peneliti untuk menyiapkan write-up (ulasan bahan)
sesuai pesanan dengan sudut pandang (angle) yang mungkin
menarik bagi surat kabar, dan waktu untuk mengadakan
pertemuan dengan reporter dan barangkali pekerjaan selanjutnya dengan reporter itu di kemudian hari.
Setelah “daftar harga” ini selesai dibuat, biaya total aktivitas
bisa ditentukan. Dalam menghitung biaya-biaya ini, bedakan
100
MANAGING THINK TANKS
antara biaya yang diusulkan (set-up cost) atau biaya tetap (fixed
cost) dengan biaya marginal. Contohnya, setelah peneliti dan tim
komunikasi selesai menyiapkan sebuah memo kebijakan, biaya
distribusi memo itu ke lima puluh orang lebih pasti amat murah.
Sebaliknya, nyaris tidak ada yang dapat dihemat untuk mengadakan
pertemuan personal dengan para pembuat kebijakan.
Menaksir efektivitas masing-masing platform atau aktivitas
komunikasi dalam mencapai tujuan-tujuan kampanye komunikasi
jauh lebih sulit dilakukan. Sampai tingkat terbatas, frekuensi berbagai platform yang benar-benar digunakan oleh lembaga-lembaga
think tank pada satu negara, menjadi tolok ukur efektivitas mereka.
(Informasi jenis ini disajikan dalam bagian tentang praktik-praktik
lembaga think tank.) Namun, informasi yang terkumpul seperti itu
tidak menerangkan kegunaan sebuah saluran dalam menjangkau
audiens yang berbeda dan untuk isu dengan berbagai tingkat keutamaan kebijakan berbeda-beda. Itu sebabnya, pengalaman lembaga think tank itu sendiri dan pemahaman mengenai efektivitas
berbagai aktivitas akan sangat penting artinya.
Dalam menyelidiki biaya total penggunaan berbagai platform
sampai berbagai tingkat berbeda dan efektivitas masing-masing
platform, tim yang merancang strategi komunikasi pasti perlu
menimbang kembali beberapa keputusan yang pernah dibuat di
tahap-tahap awal. Secara khusus, tahap 3 sampai tahap 6 sebaiknya dipertimbangkan lagi.
Jelas sudah, sepanjang pengembangan rencana komunikasi itu,
pengurus senior dan peneliti harus berunding bersama dan mencapai kata sepakat tentang produk akhir. Rencana ini membantu
memandu para peneliti dalam menghasilkan produk-produk yang
diperlukan di bawah perjanjian dana bantuan atau kontrak yang
mendanai proyek tersebut. Rencana ini juga memberi kesempatan
bagi semua pihak dalam menemukan peluang-peluang baru untuk
menggelar presentasi di konferensi-konferensi dan seterusnya,
apalagi saat proyek mendekati akhir.
Saat temuan-temuan penelitian terkristalisasi menjelang akhir
proyek, strategi harus ditinjau ulang untuk memastikan semua
Mengomunikasikan Hasil Kerja
101
temuan aktual sudah tertampung. Terkadang, proyek yang paling matang perencanaannya pun membuahkan hasil yang lemah.
Terkadang, prioritas-prioritas kebijakan negara berbalik arah saat
penelitian tengah berlangsung, apalagi bila periode penelitian masih
berlangsung enam bulan lebih. Perubahan-perubahan seperti ini
membuat strategi perlu diperbaiki atau bahkan dipikirkan ulang
seluruhnya.
Tahap 7: Mengukur Hasil-Hasil Komunikasi
Organisasi-organisasi yang memantau efektivitas aktivitas
komunikasi mereka di masa lalu kinerjanya akan menjadi lebih
baik bila merancang strategi komunikasi yang baru. Mereka sudah
memiliki informasi penting tentang efektivitas berbagai platform
yang hendak digunakan untuk menentukan perpaduan komunikasi,
seperti dibicarakan di atas.
Lain aktivitas, lain pula pendekatan pemantauan yang cocok
dengannya. Efektivitas konferensi pers bisa dinilai dari jumlah liputan surat kabar dan televisi, tentu saja dengan toleransi sepantasnya
untuk acara-acara lain yang bernilai berita lebih tinggi yang terjadi
pada hari yang sama. Indikator kesuksesan lainnya ialah banyaknya
radio yang meliput kelanjutan berita dan tayangan-tayangan di
televisi menyusul konferensi pers tersebut.
Efektivitas penyebaran surat atau distribusi dokumen (misalnya
policy brief dan laporan kebijakan) dapat dinilai dengan kuesioner
yang disebarkan lewat surat tiga-empat minggu pascadistribusi
pertama. Kuesioner itu sederhana sekali, hanya perlu semenit untuk
menyelesaikannya. Angka di sudut kanan atas dikodekan sesuai
nama responden untuk memberi kesan anonimitas kepada responden serta untuk menghemat waktu. Mengaitkan jawaban-jawaban
dengan pekerjaan responden (misalnya pejabat pemerintah, anggota staf lembaga think tank, pembuat kebijakan, asisten seorang
pembuat kebijakan, dan sebagainya) memungkinkan analisis tentang proses yang dialami dokumen tersebut dengan berbagai audi-
102
MANAGING THINK TANKS
ens yang berbeda-beda. Kuesioner itu sendiri dapat berupa kartu
pos beralamat agar dikembalikan kepada lembaga dengan prangko
yang sudah tersedia. Contoh survei terhadap penerima diberikan
pada Boks 5-4 dan sebuah studi kasus mini di Boks 5-5.
Boks 5-4 Sampel Kuesioner Lewat Pos untuk Mengukur
Efektivitas Beberapa Jenis Aktivitas Komunikasi
Kolega yang terhormat,
#225
Sekitar tiga minggu yang lalu, Policy Institute mengirimi Anda Policy Brief,
«Membantu Anak-anak dari Keluarga Miskin», dengan isu haruskah pemerintah
nasional mengganti program tunjangan perumahan sehingga menjadi
bermanfaat bagi sasarannya, yaitu, keluarga berpenghasilan rendah. Silakan
Anda melengkapi kuesioner pendek ini dan mengembalikannya kepada kami
dengan melingkari jawaban yang sudah ada. Terima kasih.
Ingatkah Anda pernah melihat dokumen ini? Ya Bila tidak, jangan jawab pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Tidak
Apakah Anda menyaringnya?
Ya Tidak atau
membacanya? Ya Tidak
Menurut Anda waktu itu, apakah isinya (1 = jawaban sangat positif; 2 = Bagus; ­
3 = respons negatif)
l Memberi Anda informasi tentang topik itu?
1
l Memberi Anda perspektif baru tentang topik itu?
1
lApakah ditulis dengan rapi dan disajikan dengan baik? 1
2
2 2 3
3
3
Boks 5-5 Memeriksa Efektivitas Serial Policy Brief
The Urban Institute di Washington, D. C., memprakarsai serial Straight Talk
untuk policy brief (satu halaman) pada 1999 tentang isu-isu seputar reformasi
dana pensiun di Amerika Serikat. Tiga puluh empat brief diproduksi dan diposkan kepada 600 orang yang diyakini benar-benar tertarik pada subjek ini. Serangkaian brief ini ditulis oleh seorang pengurus senior lembaga tersebut yang
memiliki reputasi bagus dalam bidang komunitas kebijakan terkait topik ini.
Setahun sesudah serial itu dimulai, The Urban Institute mengirim surat
kepada penerima-penerima isu Straight Talk yang menanyakan mereka ingin
terus menerima policy brief itu atau tidak. Kartu pos untuk penerima sudah
dibubuhi perangko bercap dan beralamat, juga ada tempat kosong agar pe­
nerima bisa menulis komentar. Mayoritas penerima merespons dengan permin­
taan agar tetap dicantumkan di dalam daftar. Selain itu, hampir 100 responden
memberikan komentar—semua bernada positif—tentang rangkaian policy brief
itu dan penulisnya. Sejumlah dokumen yang sudah diseleksi ini kemudian
dibagikan sebagai bagian dari permohonan dana untuk melanjutkan serial
tersebut.
Mengomunikasikan Hasil Kerja
103
Kuesioner-kuesioner serupa dapat dikirimkan kepada para
peserta di acara roundtable dan seminar yang diselenggarakan
oleh suatu lembaga think tank. Dengan memanfaatkan hasil-hasil
survei yang dilakukan pada beberapa laporan atau policy brief
secara cermat, organisasi dapat mengambil keputusan yang lebih
baik dalam menentukan format mana yang berhasil mencapai
audiens alternatif.
Meskipun pendekatan survei mungkin cukup menjanjikan,
pengalaman membuktikan bahwa tingkat respons terhadap surveisurvei demikian ternyata rendah. Tingkat respons bisa ditingkatkan
dengan memberikan insentif agar respons itu keluar, misalnya
dengan mempertahankan nama pemberi respons tetap ada di daftar
penerima lembar kuesioner atau menyatakan bahwa daftar yang
sudah di-update akan digunakan sebagai dasar untuk membuat
undangan bagi seminar dan diskusi roundtable yang akan datang.
Namun, tetap saja, kurangnya pengalaman dan biaya survei membuat ciut nyali banyak lembaga think tank, termasuk lembagalembaga think tank dengan aktivitas komunikasi maju sekalipun,
untuk mengekstensifkan penggunaan survei.
Pada zaman Internet, muncul alternatif untuk survei surat, yaitu,
dengan menggunakan daftar pengunjung ke home page sebuah
lembaga think tank. Pengunjung ditanyai ihwal kepuasan mereka
terkait produk-produk organisasi tersebut—policy brief, makalah,
serta informasi yang dipublikasikan pada situs—dan pengunjung
dapat menggunakan bahan-bahan tersebut dalam konteks kebijakan atau tidak. Nilai respons menjadi jauh lebih besar bila ada
informasi pelengkap yang terhimpun dalam survei tersebut ihwal
kedudukan responden saat ini (pembuat kebijakan, pejabat terpilih, penasihat atau penyedia jasa, peneliti, pekerja media), minat
khususnya, dan informasi serupa lainnya. Selanjutnya, respons
terhadap berbagai jenis produk penelitian bisa ditabulasikan-silang
terhadap atribut-atribut ini.
Survei komprehensif jenis inilah yang dilakukan proyek The
Urban Institute, Assessing the New Federalism, pada 2003 dan
memberikan informasi berharga. (Aktivitas penyebarluasan dan
penilaian dijabarkan agak mendetail pada Lampiran E.) Tingkat
104
MANAGING THINK TANKS
responsnya layak dicatat. Sekitar 19.000 orang telah menyetujui
secara spesifik untuk menerima pemberitahuan dan publikasi online dari proyek ini. Sebagai respons untuk empat putaran “pengiriman”, dilakukan survei selama satu bulan terhadap 15.840 alamat
e-mail resmi. Sebanyak 538 pengguna, atau 3,4 persen, mengisi
kuesioner itu. Rendahnya tingkat respons untuk survei kiriman
seperti ini sudah diketahui. Rendahnya tingkat respons itu juga
mencuatkan pertanyaan tentang tingkat representasi dan kegunaan
respons-respons itu.
Survei daftar distribusi e-mail memiliki kekurangan, yaitu turut
memasukkan mereka yang diketahui paling sedikit menerima (atau
tidak menggunakan sama sekali) penemuan-penemuan penelitian
sebuah lembaga. Untuk mengukur dengan lebih baik jangkauan
dan pengaruh aktivitas komunikasi penelitian sebuah lembaga
think tank, lembaga tersebut harus mengidentifikasi dan menanyai mereka yang aktif dalam pengembangan kebijakan sebuah isu
spesifik perihal sumber-sumber informasi yang mereka percayai.
Metodologi ini lebih sulit dan jauh lebih mahal, tapi hasilnya jauh
lebih dapat dipercaya.
Gagasan lain yang bisa menjadi pertimbangan pengurus senior
ialah mempekerjakan orang luar untuk menelaah efektivitas program komunikasi lembaga. Orang ini bisa jadi orang media, praktisi hubungan masyarakat, atau anggota staf pengajar komunikasi
universitas. Orang luar ini bisa mengerjakan review sederhana
tentang program komunikasi tersebut atau mengerjakan review
tersebut ditambah survei efektivitas mirip dengan survei-survei
yang digambarkan di atas. Gagasannya di sini sederhana saja,
yaitu bahwa pemantauan atas aktivitas diri sendiri tidak mungkin
berguna bila keseluruhan programnya tidak bagus.
Efektivitas rapat dengan pembuat kebijakan atau stafnya sulit
sekali dinilai. Keputusan aktual yang dibuat peserta kebijakan, tentu
saja, menjadi indikator terakhir kesuksesan atau kegagalan. Namun,
kecenderungan pembuat keputusan terhadap satu isu dan berbagai
pertimbangan politik acap kali mengalahkan argumen-argumen
yang paling berpengaruh dan paling meyakinkan.
Dari semua uraian tadi, staf urusan publik bisa berbagi pen-
Mengomunikasikan Hasil Kerja
105
galaman dengan sesama rekan mereka di lembaga-lembaga think
tank lain. Walaupun lebih menitikberatkan pada kesan-kesan, informasi yang diperoleh acap kali cukup berharga. Metode apa pun
yang dipakai untuk memantau efektivitas kegiatan komunikasi,
bagaimanapun umpan balik seperti itu diperlukan lembaga think
tank bila ingin terhindar dari pemborosan sumber-sumber daya
langka untuk aktivitas yang tidak produktif.
TIPS-TIPS AGAR PROSES STRATEGI KOMUNIKASI BERHASIL
Presentasi ketujuh tahap itu mungkin memberi kesan yang
salah bahwa mengembangkan program komunikasi yang mantap
ibarat membakar kue lezat: ikuti saja resepnya dan hasilnya pasti
memuaskan. Itu tidak benar. Komunikasi adalah ilmu pengetahuan
sekaligus seni. Berikut ini beberapa saran yang bila diikuti akan
secara drastis meningkatkan proses tahap-demi-tahap.
Pengalaman Itu Penting
Orang yang masih hijau dalam dunia perkomunikasian bisa
saja sudah berusaha dengan tekun sekali mengikuti proses tujuh
tahap tadi, tapi masih menemui hasil yang mengecewakan. Mereka
yang ditugasi mengembangkan strategi komunikasi untuk lembaga
think tank dan membantu menyusun rencana untuk menghasilkan proyek-proyek penelitian kebijakan spesifik akan mendapat
manfaat tak terhingga dari berbagai pengalaman. Pengalaman ini
termasuk belajar dari lokakarya dan para profesional hubungan
masyarakat, membina hubungan dengan para jurnalis agar staf
hubungan masyarakat tidak perlu menebak-nebak apa keinginan
jurnalis, bertukar catatan dengan lembaga nirlaba lain di bidang
yang sama, melakukan mentoring, dan selalu mengikuti perkembangan teknologi komunikasi. Pengurus senior perlu membangkitkan semangat staf komunikasi dan hubungan masyarakat agar mau
terjun dalam jenis-jenis aktivitas ini dan tak hanya duduk-duduk
di kantor.
106
MANAGING THINK TANKS
Memperjelas Bahasa
Pentingnya bahasa yang jelas, atau bahkan bahasa yang hidup,
digarisbawahi di bagian terakhir ini. Pertanyaannya, bagaimana
caranya pesan yang jelas itu bisa tercapai. Sering kali proses itu
memerlukan personel hubungan masyarakat yang mampu menyunting produk peneliti. Hampir sama seringnya, tahap ini tidak
cukup mentransformasi sebuah laporan penelitian menjadi tulisan
yang menarik bagi media atau masyarakat umum.
Ada dua cara untuk menghindari situasi ini, dan lembaga think
tank harus cermat dalam mempertimbangkan kedua-duanya,
setidaknya untuk hasil-hasil yang mudah terlihat atau berprioritas
tinggi. Cara pertama ialah menambah jumlah staf komunikasi di
lembaga dengan mengajak seorang jurnalis terlatih untuk “menerjemahkan” penemuan-penemuan itu ke dalam format dan bahasa
yang lebih jelas dan lebih efektif.
Cara yang kedua untuk menangani masalah ini ialah meningkatkan kualitas tulisan staf. Sedikit sekali peneliti yang paham akan arti
komunikasi yang efektif. Bila para peneliti tidak berupaya membuat
tulisan yang dapat dipahami audiens non akademik atau tidak
mengerti apa yang dibutuhkan dari mereka, aktivitas komunikasi
akan sangat terganggu. Pendekatan yang sudah terbukti hasilnya
ialah dengan menggelar lokakarya bagi staf penelitian tentang cara
membuat tulisan yang baik. Melalui lokakarya tersebut, disajikan
prinsip-prinsip menulis dengan efektif dan para hadirin menulis
esai pendek sesuai prinsip-prinsip tersebut. Instruktur memberikan
umpan balik kepada kelas untuk satu atau dua esai dengan cara
menjelaskan kelemahan dan kekuatan esai-esai tersebut. Terkadang formatnya divariasikan dengan menggunakan esai-esai yang
disiapkan di antara rapat-rapat kelompok.
Seperti halnya kebutuhan akan tulisan yang lebih baik, kebutuhan pelatihan untuk tampil di televisi dan radio sering kali
lebih kuat lagi. Dalam menjawab pertanyaan reporter atau pembawa acara bincang-bincang, para peneliti cenderung memberikan
pernyataan yang akurat, tetapi panjang lebar, ditambah-tambahi
dengan banyak anak kalimat tidak berujung pangkal. Jawabanjawaban seperti itu sungguh membosankan bagi pemirsa televisi
Mengomunikasikan Hasil Kerja
107
atau pendengar radio. Pernyataan yang ringkas, padat, dengan
kalimat tersusun rapi adalah pilihan lain untuk jenis audiens ini.
Sekali lagi, peneliti harus memperjelas dua atau tiga poin terpenting
yang ingin dikomunikasikannya sebelum wawancara berlangsung.
Bicara memang gampang; tetapi ingatlah untuk melakukan hal ini
dengan berlatih. Sesi-sesi latihan—termasuk merekam dan memeriksa wawancara latihan—bisa sangat produktif hasilnya.
Barangkali pelatihan penulisan dan berbicara itu bisa dilakukan
oleh personel hubungan masyarakat, tapi sering kali akan lebih baik
lagi bila mengajak orang luar yang memiliki pengalaman lokakarya
relevan.
Praktik telah membuktikan sulitnya mengajak orang-orang
yang sesungguhnya paling membutuhkan perbaikan pada tulisan
mereka agar mau berpartisipasi dalam latihan-latihan tersebut;
dalam kasus-kasus demikian, pengurus senior perlu menggalakkan
partisipasi. Yang lebih umum, pengurus senior perlu membangun
“budaya komunikasi yang efektif”—artinya para manajer perlu
sering-sering menekankan pentingnya mengomunikasikan hasilhasil penelitian secara efektif kepada berbagai audiens lembaga
think tank. Meskipun begitu, para manajer dan pengurus senior
juga harus bersiap-siap bila ternyata hanya segelintir staf saja yang
menunjukkan minat serius untuk bekerja sama dengan media atau
meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka.
Siapa Bekerja untuk Siapa?
Agar fungsi komunikasi menjadi efektif, pengertian yang paling
penting ialah bahwa staf komunikasi bekerja untuk audiens atau
pembaca atas nama penulis. Bila mereka mengerjakan perintah
dari penulis, itu artinya staf komunikasi tidak melakukan pekerjaan
mereka. Kegagalan untuk memahami hal ini menjadi sebab utama
perselisihan paham antara penulis dan komunikator. Sekali lagi,
menjadi tugas penting pengurus senior untuk menegaskan bahwa
para spesialis komunikasi bekerja untuk audiens. Ini bukan jenis
pesan yang disebarluaskan dengan perintah. Tapi sebaliknya,
berdasarkan kasus per kasus, pengurus harus kembali pada staf
108
MANAGING THINK TANKS
komunikasi untuk memperbaiki kejelasan dan pengaruh hasil-hasil
proyek penelitian kebijakan.
PRAKTIK-PRAKTIK LEMBAGA THINK TANK
Apa saja yang telah dilakukan lembaga-lembaga think tank di
negara berkembang dan negara dalam transisi ekonomi untuk
berkomunikasi dengan para pembuat kebijakan dan masyarakat
umum? Sayang, informasi yang ada terbatas. Jenis data yang
sangat lengkap hanya tentang jenis-jenis sarana penyebarluasan
yang digunakan—publikasi, kontak personal, media publik—oleh
lembaga-lembaga think tank di Eropa Timur bersama informasi indikator untuk sebuah sampel lembaga think tank di Afrika. Namun,
tidak ada informasi tentang cara lembaga-lembaga think tank ini
menyeleksi sarana komunikasi dan menyesuaikan sarana-sarana ini
dengan perbedaan lingkungan kebijakan seperti yang diterangkan
pada Tabel 5-1. Meskipun begitu, informasi yang sudah ada menyediakan pemahaman luas tentang praktik-praktik saat ini.
Proses presentasi berlangsung dalam tiga bagian. Bagian pertama memberikan informasi tentang praktik-praktik penyebarluasan
sampel lembaga-lembaga think tank di empat negara bekas blok
9
Soviet pada 1997: Armenia, Bulgaria, Hongaria, dan Rusia. Praktikpraktik ini menarik, khususnya karena organisasi-organisasi yang
menerapkannya sangat aktif dalam perkembangan politik. Bagian
kedua menyajikan informasi tentang praktik-praktik sampel
lembaga-lembaga think tank di Afrika. Bagian ketiga mengubah
perspektif dengan mengulas pandangan-pandangan ekspresif
klien-klien think tank di Washington, D. C., terkait bentuk-bentuk
informasi yang mereka sukai.
Praktik-Praktik di Bekas Blok Soviet
Survei terhadap 37 lembaga think tank di empat negara yang
disebut di atas menghasilkan informasi detail mengenai cara berkomunikasi para peneliti dengan para pembuat kebijakan, jenis-jenis
Mengomunikasikan Hasil Kerja
109
publikasi dan dokumen lain yang dihasilkan, serta kiprah lembaga
think tank bersama media, terutama untuk mendidik masyarakat
10
umum tentang isu-isu saat ini. Akibat cara penyusunan kuesioner
itu, tidak ada informasi tentang bagaimana pendapat direkturdirektur think tank terkait efektivitas komparatif berbagai sarana
ini dalam memengaruhi hasil-hasil kebijakan. Maksudnya, hasil
kuesioner tidak menjelaskan apakah para direktur berpendapat
mengadakan pertemuan atau menelepon para pembuat kebijakan
itu lebih efektif ketimbang mendistribusikan memorandum-memorandum pendek yang jujur tanpa basa-basi dalam meyakinkan
pembuat kebijakan akan suatu sikap atau pandangan.
Berkomunikasi dengan Pembuat Kebijakan
Bagaimanakah kerja sama lembaga think tank di daerah dengan
pembuat kebijakan? Apakah lembaga think tank menggunakan
peluang terstruktur, seperti dengar pendapat komite parlemen atau
panel penasihat formal yang dibentuk salah satu kementerian? Atau
lebih pentingkah kontak-kontak personal informal? Bila ditanya
tentang bagaimana mereka sampai memiliki akses untuk proses
kebijakan, para pemimpin lembaga think tank secara berlebihan
memberi isyarat bahwa kontak-kontak personal adalah basis bagi
keterlibatan mereka. Secara praktis, hanya pemimpin lembaga
think tank di Bulgaria dan Rusia yang melaporkan bahwa peluang
terstruktur, seperti partisipasi di dalam sebuah kelompok kerja
parlemen, digunakan dalam proses pemberian saran.
Publikasi
Semua lembaga think tank di dalam sampel menyediakan
waktu untuk menulis buku, artikel, memorandum, buku pedoman
pelatihan, dan publikasi-publikasi lainnya. Alokasi upaya, diukur
dari waktu yang dihabiskan staf profesional untuk menulis publikasi, sangat bervariasi. Dua pertiga organisasi mengalokasikan
20 persen atau kurang dari tenaga staf profesional untuk menulis
publikasi, berimbang dengan penelitian dan konsultasi, seminar,
110
MANAGING THINK TANKS
dan dalam beberapa kasus, pelatihan. Beberapa lembaga Bulgaria
dan Hongaria memasang penulisan itu pada prioritas yang lebih
tinggi, mencurahkan 21–40 persen waktu staf untuk itu. Pada
tingkat ekstrem, dilaporkan satu lembaga think tank Bulgaria dan
satu think tank Armenia mengalokasikan 50 persen dari waktu staf
mereka untuk menulis publikasi.
Pada dasarnya, semua lembaga think tank mendistribusikan
beberapa publikasi secara gratis, bahkan sekitar 37 persen mendistribusikan semua publikasi secara gratis. Sisanya menawarkan
sebagian publikasi dengan pesanan berbiaya atau berlangganan.
Publikasi jarang sekali diperhatikan sebagai sumber pendapatan
signifikan bagi lembaga-lembaga think tank di daerah.
Strategi Membidik Sasaran
Strategi dan tingkat upaya—bukan pengaruh aktivitas ini terhadap kebijakan—terekam dalam wawancara-wawancara yang
dilakukan bersama lembaga think tank. Beberapa lembaga yang
lebih akademik sifatnya terutama menerbitkan buku-buku, sementara organisasi-organisasi yang lebih akrab terlibat dalam praktik
kebijakan, terutama menerbitkan brief policy position paper.
Banyak publikasi penelitian didistribusikan dan dibaca di dalam
grup think tank dan LSM yang menaruh minat pada topik-topik
yang dicakupnya.
Lebih 80 persen lembaga think tank mempunyai strategi membidik sasaran untuk mengedarkan publikasi gratis. Ada beberapa
pola yang muncul dengan jelas:
● Enam puluh delapan persen mengirim publikasi secara langsung kepada para pembuat kebijakan, yang disasar dengan
menggunakan daftar kontak yang terdiri dari para pejabat
yang berminat pada topik yang dipublikasikan, atau dengan
mendistribusikan publikasi di seminar yang dihadiri para
pembuat kebijakan.
● Sekitar 75 persen lembaga think tank Hongaria dan Rusia
Mengomunikasikan Hasil Kerja
111
dalam sampel melaporkan sebagian menyasar pembuat
kebijakan, sementara hanya 55 persen lembaga think tank
Bulgaria dan 50 persen lembaga think tank Armenia yang
melaporkan pendekatan ini.
● Beberapa lembaga think tank menggunakan daftar langganan
untuk menyasar para politisi.
● Beberapa lembaga think tank menyebutkan bahwa distribusi
publikasi yang diproduksi dengan uang dana bantuan diatur
dengan syarat-syarat dalam perjanjian dana.
Salah satu lembaga think tank Bulgaria menerangkan bahwa
strateginya adalah menyerahkan “bahan topik singkat” secara
langsung kepada para pembuat kebijakan yang sudah menyatakan
berminat pada topik tersebut. Lembaga think tank lain memilih
30­­–40 tokoh terkemuka untuk dikirimi memorandum, buku, dan
makalah tak berkala secara gratis buat penerimanya.
Buletin, Newsletter, Jurnal, dan Makalah
Lembaga-lembaga think tank yang diwawancara umumnya
beranggapan dokumen-dokumen ringkas merupakan publikasi
terbaik untuk menjangkau pembuat kebijakan, mengingat keterbatasan waktu audiens mereka dan luasnya cakupan sumber
informasi yang bersaing dengan waktu. Dua pertiga lembaga think
tank yang diwawancara menyebutkan memorandum kebijakan
yang ringkas dan spesifik, analisis atau rangkuman laporan, jurnal, atau buletin. Metode lain yang juga disukai ialah menerbitkan
artikel melalui surat kabar dan terbitan berkala lainnya. Dalam
tahun studi tersebut, 75 persen lembaga think tank memproduksi
buletin dan newsletter. Lebih dari 90 persen lembaga think tank
Bulgaria memproduksi satu buletin atau newsletter, begitu pula 60
persen lebih lembaga think tank yang menjadi bahan penelitian di
Rusia dan Hongaria.
Sekitar 17 persen lembaga think tank dalam sampel, kebanyakan
dari Hongaria, secara teratur menerbitkan satu jurnal akademik.
112
MANAGING THINK TANKS
Institute of Economic Transition di Rusia, misalnya, memprioritaskan penerbitan sebuah jurnal hingga empat kali setahun, baik
dalam bahasa Inggris maupun dalam bahasa Rusia, sebab jurnal
itu menjangkau kaum politisi, ekonom, dan sektor bisnis dengan
analisis independen serta update reformasi ekonomi dan politik.
Jurnal itu juga ditujukan bagi masyarakat umum dan bertujuan
memopulerkan gagasan-gagasan reformasi ekonomi dan nilai
“demokrasi pasar”.
Buku
Lembaga think tank Rusia menerbitkan lebih banyak judul buku
dan mendistribusikan lebih banyak jumlah buku daripada negaranegara lain dalam studi ini. Sepuluh dari sebelas lembaga think tank
Rusia menerbitkan buku dan 90 persen dari jumlah ini mencetak
antara 1.000–50.000 kopi buku, sebagian besar menempati posisi
rendah dari kisaran itu. Dalam tahun survei tersebut, lebih dari 80
persen lembaga think tank Bulgaria menerbitkan buku; seluruhnya,
kesembilan organisasi ini menerbitkan 36 judul buku, yang lebih
dari sepertiganya dicetak sampai 1.000–5.000 kopi. Tujuh lembaga
think tank Hongaria memproduksi total 34 buku, dan lima dari
judul-judul ini dicetak sampai sedikitnya 1.000 kopi.
Upaya institusi Rusia, Bulgaria, dan Hongaria memang mencolok
sebab tak satu pun lembaga think tank dalam sampel ini memilih
buku sebagai jenis publikasi terbaik agar sampai ke pembuat kebijakan, dan hanya empat institusi (dua institusi Bulgaria dan dua
institusi Rusia) yang memilih buku sebagai salah satu jenis publikasi
terbaik untuk meraih “kalangan nonpakar yang berminat”. Biaya
pembuatan buku tergolong tidak murah dan produksinya lambat.
Buku juga lebih banyak menjadi tradisi lembaga penelitian yang
berorientasi akademik daripada tradisi lembaga think tank yang
aktif dalam perkembangan politik. Meskipun demikian, lembagalembaga think tank besar yang aktif dalam bidang kebijakan itu
termasuk terpandang di kalangan organisasi yang menerbitkan
beberapa judul buku dengan jumlah cetakan tinggi.
Mengomunikasikan Hasil Kerja
113
Ada berbagai alasan lembaga think tank selalu menyediakan
sumber daya untuk menerbitkan buku. Salah satunya adalah prestise. Alasan lainnya ialah pada beberapa kasus, buku lebih impresif
bagi kaum pembuat kebijakan. Contohnya, EpiCenter di Rusia menargetkan buku untuk berbagai kawasan bila dianggap format itu
sangat berpengaruh dalam membentuk opini masyarakat. Format
buku juga menarik sponsor-sponsor swasta agar menerbitkan serial buku. Satu lagi alasan untuk menerbitkan buku, terutama bila
topik-topik yang diurai bukan termasuk prioritas tinggi kebijakan
saat itu: semakin panjang format yang dimungkinkan, semakin
lengkap pengembangan sebuah sikap dan presentasi bukti yang
mendukung. Uraian tersebut bisa membingkai diskusi isu ini saat
akhirnya para pembuat kebijakan mau membicarakannya.
Mendidik Masyarakat
Studi ini mengukur aktivitas berdasarkan tingkatan dan jenis
peristiwa media yang dilaporkan oleh para tokoh lembaga think
tank. Hampir semua lembaga think tank menyatakan bahwa
mendidik masyarakat umum mengenai isu-isu terhangat saat
itu menjadi tujuan utama mereka, dan bahwa dalam upaya itu
mereka memanfaatkan media massa. Hanya empat organisasi—
satu di tiap-tiap negara yang dipelajari—yang melaporkan sedikit
sekali kontak pers atau penyediaan layanan lainnya bagi masyarakat
umum. Wawancara-wawancara itu tidak menerangkan alasan
organisasi-organisasi itu sampai mengadopsi kebijakan demikian,
atau bahkan apakah itu merupakan kebijakan resmi atau bukan.
Namun, mayoritas lembaga think tank aktif berupaya menggapai
masyarakat (lihat Tabel 5-4). Acaranya meliputi konferensi pers,
siaran pers, kerja sama dengan reporter perseorangan yang mencari
berita untuk dipublikasikan, iklan layanan masyarakat singkat,
serta tampil di acara televisi dan bincang-bincang radio. Dari data
wawancara ini, muncul dua kesan. Pertama, pada umumnya lembaga think tank rajin berupaya memberikan berita-berita kepada
media dan berpartisipasi di acara televisi dan radio, tetapi variasi
114
MANAGING THINK TANKS
di antara organisasi yang berbeda amat besar, baik untuk jumlah
acara maupun jenis acara yang didukung.
Tabel 5-4 Angka Median Acara Media oleh Think Tank di Eropa Timur,
berdasarkan Negara
Jenis acara
Konferensi pers
Siaran pers atau kerjasama dengan reporter
Iklan layanan masyarakat audio atau visual
Tampil di acara TV atau radio
Armenia Bulgaria Hongaria
2
6
0
4
4
25
1
10
2–3
30
0
15–20
Rusia
4
30
8–10
5
Sumber: Struyk (1999), tabel 4.3
Tingkat aktivitas pers di antara lembaga think tank Armenia
yang teramati, jauh lebih rendah. Lebih dari satu kasus menampakkan penyebabnya, yaitu terbatasnya penawaran peluang dari
pihak media—baik media cetak maupun elektronik—alih-alih sikap
diam di pihak lembaga think tank untuk berpartisipasi. Jumlah
surat kabar hanya sedikit, angka sirkulasinya pun rendah. Televisi
diawasi oleh pemerintah, kecuali satu saluran dengan program
terbatas, dan stasiun-stasiun ini tidak memiliki sudut pandang
11
yang beragam.
Pola kedua yang tersorot ialah bahwa konferensi pers cukup
jarang dimanfaatkan. Hanya setengah lusin lembaga think tank
dilaporkan menggelar delapan acara serupa setahun. Salah satu
alasannya karena acara-acara seperti itu menelan biaya yang tidak
sedikit. Bila tidak punya tempat sendiri yang pantas, institusi-institusi tersebut harus menyewa forum. Sering kali, saluran-saluran
media besar berharap dibayar untuk menayangkan acara yang akan
disiarkan pada sebuah konferensi pers seperti ini. Dalam beberapa
contoh, organisasi yang menjadi tuan rumah harus pula menyediakan makanan dan minuman yang lezat agar dapat memikat pers
dalam kondisi yang tepat. Selain mahal, biasanya penyelenggaraan
konferensi pers mengharuskan lembaga penyelenggara memiliki
berita besar untuk disampaikan, lengkap dengan angka-angka
Mengomunikasikan Hasil Kerja
115
nyata dan kesimpulan kebijakan yang meyakinkan. Penghalang ini
mungkin lebih penting daripada penghalang finansial.
Sejauh ini sarana yang populer secara lebih konsisten bagi
lembaga-lembaga think tank yang diteliti adalah siaran pers atau
berita di media cetak dan tampil di acara radio atau televisi. Angka
median untuk kategori-kategori ini jelas impresif. Dalam kedua
kategori itu, distribusi di sekitar angka-angka median sama-sama
lebar. Berikut ini lembaga-lembaga think tank yang paling aktif
memproduksi artikel dan siaran pers dengan volume impresif
dalam satu tahun:
● Economics 2000 (Bulgaria), 45 sampai 60 artikel.
● European Information Correspondents Center (Bulgaria),
300+ artikel dan siaran pers
● Financial Research, Ltd. (Hongaria), 150–200 artikel dan
siaran pers
● Reforma (Rusia), 600+ artikel dan siaran pers
Jumlah penampilan di radio dan televisi lebih rendah, tetapi
masih menunjukkan tingkat paparan yang amat tinggi bagi para
pemimpin lembaga-lembaga think tank. Dalam menimbang
angka-angka ini, ingatlah bahwa, menurut sumber-sumber lokal
yang mengetahui informasi, sebagian besar artikel dan presentasi
lisan merupakan cuplikan-cuplikan opini. Dalam banyak kasus,
hasil-hasil proyek penelitian yang cermat malah tidak ditampilkan.
Seandainya hasil-hasil penelitian yang asli diwajibkan untuk tampil
di setiap media, pimpinan dari lembaga-lembaga ini tidak akan
berkontribusi dalam komentar publik.
Pertanyaan yang menggugah rasa ingin tahu ialah berapa banyak upaya yang dicurahkan lembaga think tank agar pesan mereka sampai pada masyarakat umum. Salah satu indikator tingkat
upaya itu ialah jumlah staf yang mengerjakan hubungan eksternal.
Masing-masing pemimpin lembaga think tank ditanya, sudahkah
organisasinya mempunyai petugas khusus yang sedikitnya setengah
waktunya dihabiskan untuk mengurusi hubungan masyarakat. Bila
sudah mempunyai, masing-masing pemimpin lembaga think tank
116
MANAGING THINK TANKS
ditanya jumlah staf paruh waktu yang secara resmi terlibat dalam
aktivitas-aktivitas ini. Jawaban-jawaban untuk pertanyaan itu
mungkin mengecilkan arti sumber-sumber daya yang dialokasikan
untuk tugas-tugas ini sebab banyak organisasi kecil tidak menugaskan satu orang khusus untuk menangani urusan publik. Bila setiap
orang berpartisipasi, bisa diduga profesionalisme dalam penyelesaian tugas itu lebih kecil dan dampaknya pun tidak besar.
Sebelas lembaga think tank, kira-kira 30 persen dari lembaga
think tank yang ada dalam database, menugaskan sedikitnya satu
orang personel untuk hubungan eksternal paruh waktu. Yang menarik, tujuh dari sebelas lembaga think tank itu berasal dari Rusia.
Dengan dua pengecualian, kesebelas lembaga think tank dengan
satu orang personel hubungan eksternal itu tergolong organisasi
besar, ukurannya berkisar dari 12 sampai 60 orang profesional
paruh waktu. Dua lembaga think tank lainnya masing-masing mempunyai 4 staf profesional, tapi kesuksesan tidak hanya ditentukan
dari ukuran organisasi dan volume acara media. Pengamatan pada
aktivitas media lembaga-lembaga think tank dengan dan tanpa seorang personel hubungan eksternal mengesankan bahwa organisasi
yang telah mengambil langkah ini lebih kreatif. Contoh mencolok
datang dari Armenia, tempat Armenian Center for National and International Studies mempunyai dua orang staf hubungan eksternal.
Program medianya jauh lebih komprehensif dan agresif daripada
program media ketiga lembaga think tank lain dalam sampel negara
ini. Perbedaan-perbedaan itu tidak hanya disebabkan oleh jumlah
staf, tetapi keberadaan staf hubungan masyarakat profesional itu
sendiri mencerminkan pandangan pimpinan organisasi terhadap
upaya menggapai masyarakat umum.
Secara ringkas, dalam gambaran yang dilukiskan para pemimpin
lembaga think tank, organisasi mereka sangat aktif dalam mempublikasikan hasil-hasil penelitian mereka, sering kali dengan cara
yang sudah disesuaikan untuk menjangkau pembuat kebijakan yang
sibuk. Begitu pula, sebagian besar organisasi bekerja aktif dengan
media untuk mendidik masyarakat umum tentang isu-isu penting
dan untuk memperoleh pengakuan institusional. Namun, ada pertanyaan yang muncul tentang efektivitas banyaknya acara di media
Mengomunikasikan Hasil Kerja
117
bila staf lembaga think tank hanya berperan sebagai komentator,
bukan pakar teknis.
Setidaknya, di permukaan, variasi aktivitas lembaga think tank
dalam mendidik publik masing-masing jauh lebih besar daripada
karya mereka secara langsung bersama pembuat kebijakan. Lebih
luas lagi, studi ini mencatat bahwa mayoritas lembaga think tank
tampaknya tidak memiliki strategi komunikasi sama sekali.
Praktik-Praktik di Afrika Sub-Sahara
Pada 1998, Johnson (2000) menyurvei dan mewawancarai para
pemimpin dari 24 lembaga think tank ternama di Afrika Sub-Sahara
tentang beberapa topik, meliputi komunikasi mereka dengan para
pembuat kebijakan serta interaksi mereka dengan media. (Sebagian
besar data dari 1997.) Setelah menelaah cara berkomunikasi para
peneliti ini dengan pihak pembuat kebijakan, Johnson meminta
responden menilai preferensi mereka terhadap suatu cara tertentu dalam menyajikan pandangan-pandangan mereka kepada
pembuat kebijakan, dengan menggunakan skala 1 sampai 8 untuk
mengurutkan delapan opsi (metode yang paling disukai dinilai 1).
Seperti tampak pada Tabel 5-5, memo kebijakan dan konferensi
publik dinilai lebih tinggi dari pada rapat formal atau informal
bersama para pembuat kebijakan. Agaknya inilah perbedaan nyata
dengan hasil-hasil dari lembaga-lembaga think tank di bekas blok
Soviet walaupun penemuan-penemuan dari kedua studi ini tidak
dapat disamakan. Bagaimanapun, perbedaan nyata ini menekankan
pentingnya memo-memo pendek dalam ajang kebijakan di Afrika
Sub-Sahara.
Johnson pun melaporkan beberapa statistik menarik tentang
interaksi dengan media. Berikut ini temuannya:
● Siaran pers: 69 persen (11 dari 16 responden) mengumumkan
siaran pers pada 1997 dengan rata-rata 7,5 siaran pers dan
jumlah tertinggi 10.
118
MANAGING THINK TANKS
Tabel 5-5 Metode-metode yang Dipakai Lembaga Think Tank di
Afrika Sub-Sahara untuk Berkomunikasi dengan Pembuat
Kebijakan
Metode
Memo kebijakan
Konferensi publik
Rapat resmi (dengan pembuat kebijakan)
Percakapan informal (dengan pembuat kebijakan)
Makalah tentang isu kebijakan
Briefing isu
Dengar pendapat parlemen
Konsep undang-undang dan white paper
Skora
2,1
2,5
3,0
3,1
3,2
3,6
4,3
5,2
Sumber: Johnson (2000), 469.
a
Responden menilai kepentingan masing-masing metode dengan skala 1 sampai 8, dengan 1 sebagai
metode yang paling disukai.
● Konferensi pers: 60 persen (9 dari 15) menggelar konferensi
pers dengan angka rata-rata 4 dan angka tertinggi 6.
Menurut pandangan Johnson, persentase lembaga think tank
yang mengeluarkan siaran pers sangat rendah, mengingat pentingnya mengomunikasikan misi sebuah lembaga think tank kepada
masyarakat umum.
Johnson pun menemukan bahwa 60 persen dari lembaga-lembaga ini memiliki sekurang-kurangnya satu orang personel paruh
waktu yang ditugaskan untuk berkomunikasi dengan media. Ini
jauh lebih tinggi daripada 30 persen lembaga think tank di bekas
blok Soviet tadi.
Pandangan Klien
Sebagai tuan rumah bagi lebih dari 100 lembaga think tank,
Washington, D. C., tak diragukan lagi, merupakan ibukota lembaga
think tank di dunia. Lembaga-lembaga ini bersaing ketat satu sama
lain untuk merebut perhatian pembuat kebijakan. Dengan begitu
banyak pendekatan berlainan untuk memenangkan perhatian ini,
juga amat banyak klien kebijakan langsung dan tak langsung yang
berpartisipasi, pembuat kebijakan di Washington merupakan kel-
Mengomunikasikan Hasil Kerja
119
ompok sangat berpengalaman yang layak ditanyai perihal preferensi
mereka dalam mendapatkan informasi dari lembaga think tank.
Boks 5-6 merangkum penemuan-penemuan sebuah survei yang
dilakukan di Washington pada 2005 oleh Jeff Hayes (2005). Responden adalah mereka yang telah setuju dimasukkan pada daftar
distribusi informasi via e-mail atau hadir pada acara sebuah lembaga think tank. Yang mengesankan, 809 orang mengisi kuesioner
yang dikirim via e-mail.
Boks 5-6 Pandangan Klien-klien Kebijakan di Washington
terhadap Lembaga Think Tank dan Preferensi
Mereka dalam Menerima Informasi Kebijakan
Vitalnya Kualitas Keilmuan Sebuah Think Tank
Kualitas keilmuan paling banyak menyumbang pada cara pandang individu terhadap lembaga think tank tersebut—56 persen responden menjawab kualitas
keilmuan paling penting bagi persepsi mereka. Dua puluh dua persen menyebut partisan lembaga think tank atau agenda ideologis, sementara 18 persen
menyebut dampak lembaga think tank tersebut terhadap kebijakan publik.
Mayoritas Luas Menggunakan Web atau E-Mail untuk Berinteraksi dengan
Lembaga Think Tank
Sembilan puluh dua persen responden menyatakan mereka berinteraksi
dengan lembaga think tank melalui situs web institusi dan lewat penerimaan email. Wawancara media juga merupakan sumber informasi penting, dengan 76
persen menyatakan mereka melihat, membaca atau mendengar para ilmuwan
dari lembaga think tank melalui wawancara di media.
Situs web juga menjadi metode yang paling disukai untuk berinteraksi dengan
lembaga think tank. Sekitar 47 dan 44 persen, masing-masing menyatakan
mereka lebih suka berinteraksi dengan lembaga think tank dengan cara
mengunjungi situs web atau menerima e-mail. Empat puluh persen lebih suka
menghadiri acara yang diselenggarakan atau disponsori sebuah lembaga think
tank.
Diskusi Panel Memang Populer
Ketika diminta menyeleksi dua metode yang disukai untuk kontak personal
dengan lembaga think tank, 64 persen menjawab diskusi panel merupakan
pendekatan yang mereka sukai. Metode berikutnya yang paling populer ialah
acara makan siang dan makan malam (39 persen) serta kunjungan-kunjungan
ilmuwan think tank (25 persen).
Yang Terbaik Adalah Materi Tertulis yang Pendek (Tapi Bukan Terlalu
Pendek)
Ketika diminta memilih format favorit mereka untuk studi penelitian tertulis, 46
persen responden menjawab mereka lebih menyukai policy papers sepanjang
10–20 halaman. Tiga puluh lima persen menyukai policy brief sepanjang tiga
sampai lima halaman, dan kurang dari 10 persen memilih buku pilihan, dua
halaman topik menarik untuk didiskusikan, atau e-mail pendek.
Sumber: Hayes (2005)
120
MANAGING THINK TANKS
Nyaris tak perlu dikatakan lagi, semua hasil ini tidak pasti
berlaku di luar Washington. Namun, untuk sejumlah lokasi,
penemuan-penemuan itu secara umum memang konsisten dengan
informasi lainnya yang tersaji di dalam bab ini. Yang mencolok
adalah pentingnya kualitas keilmuan yang dirasakan terhadap
sebuah lembaga think tank—menyiratkan bahwa organisasi yang
memiliki reputasi untuk memenangkan opini alih-alih kesimpulan
berdasarkan bukti, pasti akan kalah dalam pertarungan perebutan
pengaruh. Preferensi terhadap diskusi panel tampak jelas, begitu
pula preferensi terhadap dokumen-dokumen yang cukup panjang
untuk menyajikan presentasi lengkap fakta alih-alih rangkuman
singkat.
MENGORGANISASI FUNGSI KOMUNIKASI
Bagian ini mengulas secara singkat siapa, di mana, dan kapan
saatnya mengorganisasi fungsi komunikasi dalam sebuah lembaga
think tank. Karena perbedaan antar lembaga think tank amat luas
dalam hal ukuran, fokus, misi, pendanaan, dan struktur internalnya,
sulit sekali menentukan satu struktur konkret yang akan berguna
bagi lebih dari segelintir kecil dari semua lembaga think tank. Karena itu, berikut ini terdapat beberapa usulan yang dapat diadaptasi
setiap lembaga think tank dengan situasinya masing-masing.
Siapa dan Di Mana
Bagian ini menerangkan dua pertanyaan yang amat erat
berkaitan tentang siapa yang sebaiknya dilibatkan dalam mengembangkan rancangan komunikasi untuk menyebarluaskan penemuan-penemuan dari satu proyek penelitian kebijakan tertentu dan
di mana letak tanggung jawab atas pengembangan dan pelaksanaan
seluruh strategi komunikasi serta rencana-rencana komunikasi itu
di dalam organisasi.
Untuk di mana, pentingnya fungsi ini dan fakta bahwa rencanarencana komunikasi memang dibutuhkan oleh semua divisi yang
Mengomunikasikan Hasil Kerja
121
melaksanakan penelitian kebijakan, sangat pentinga kaitannya
untuk mendukung fungsi komunikasi menyeluruh terpusat. Pada
sebagian besar think tank besar di Barat, ada kantor tersendiri
untuk komunikasi yang khususnya bertanggung jawab atas hubungan masyarakat sekaligus publikasi. Menempatkan publikasi dan
hubungan masyarakat di bawah manajer yang sama dimaksudkan
untuk mendukung koordinasi di antara kedua jenis aktivitas ini.
Direktur di kantor ini biasanya melapor secara langsung kepada
presiden lembaga.
Pada lembaga-lembaga think tank yang lebih kecil, spesialisasi
demikian tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, fungsi komunikasi dapat dipikul bersama oleh pengurus senior dan petugas
hubungan masyarakat, kalau petugas seperti itu ada. Tim inilah
yang biasanya mengambil keputusan perihal strategi umum organisasi: tingkat sumber-sumber daya milik lembaga sendiri yang
hendak dicurahkan untuk komunikasi, prioritas-prioritas umum
di bidang ini, dan rancangan umum—yaitu, platform mana yang
lebih disukai karena terbukti efektif di masa lalu. Strategi umum
kemungkinan besar menjadi topik diskusi dengan dewan pengawas.
Tak peduli ukuran organisasi dan “departemen komunikasi”-nya,
harus ada orang yang ditunjuk agar mengemban tanggung jawab
utama untuk fungsi komunikasi.
Dalam mengembangkan rancangan komunikasi untuk penemuan-penemuan sebuah proyek penelitian kebijakan tertentu,
petugas hubungan masyarakat, peneliti utama, direktur divisi
tempat proyek itu berada, dan salah satu anggota pengurus senior
harus berpartisipasi. Sebagai tim, mereka bisa menjalankan tujuh
tahap yang telah dijelaskan di atas. Personel hubungan masyarakat
dapat memperkirakan berbagai campuran dan tingkatan aktivitas
untuk tim tersebut. Diharapkan seluruh proses itu memerlukan
dua atau tiga kali pertemuan. Kelihatannya mirip investasi besar,
tetapi nantinya menghasilkan banyak penghematan dalam biaya
komunikasi sebab peneliti bisa menyiapkan laporan dan produk
lain untuk klien sembari mengetahui keterkaitan mereka dengan
produk-produk tersebut yang akan digunakan dalam komunikasi
hasil yang lebih luas.
122
MANAGING THINK TANKS
Kapan
Menjelang proyek dimulai, tim yang membuat rancangan komunikasi harus mengadakan rapat. Beberapa sponsor, terutama
yayasan, mewajibkan adanya rencana penyebarluasan sebagai
bagian dari suatu proposal atau rencana kerja untuk sebuah proyek
baru. Dalam kasus demikian, tim harus mengadakan rapat guna
menyiapkan bagian proposal atau rencana kerja ini. Persiapan
rencana tersebut harus dipandu dengan proses tujuh tahap seperti
diuraikan di atas.
Menjelang akhir proyek, orang-orang yang sama harus kembali
mengadakan rapat untuk me-review rancangan terkait perkembangan-perkembangan yang mungkin telah terjadi sementara
penelitian berlangsung. Bila ada perubahan signifikan yang harus
diperhitungkan—kemungkinan besar itu berupa topik analisis
yang tiba-tiba muncul atau dicoret dari agenda kebijakan negara—
inilah saatnya untuk menyesuaikan strategi. Kemungkinan adanya
penyesuaian-penyesuaian yang cocok, meningkat tajam bila periode
penelitian diperpanjang lebih dari enam bulan.
CATATAN
Penulis berterima kasih kepada Kathleen Courier, wakil presiden untuk komunikasi pada The Urban Institute, atas komentarkomentar cemerlang tentang konsep naskah bab ini.
1. Tentang proses umum perkembangan kebijakan, silakan
melihat Dolowitz dan Marsh (1996), Feulner (1985), dan Kingdon
(1984). Khusus untuk penyaluran penemuan-penemuan penelitian
bagi pembuat kebijakan, silakan melihat Bardach (1984), Corwin
dan Louis (1982), Garrett dan Islam (1998), Lomas (1993), Rich
(2001), Saywell dan Cotton (1999), dan Stone, Maxwell, dan Keating (2001). Untuk penyaluran temuan-temuan penelitian bagi
administrator program, silakan melihat Huberman (1994), Platt
(1987), dan Stapleton (1983).
2. Saywell dan Cotton (1999) dan Lomas (1993) mengomentari
pentingnya pihak-pihak perantara seperti itu dalam proses pengem-
Mengomunikasikan Hasil Kerja
123
bangan kebijakan. Stone (2000) secara spesifik membahas peran
think tank dalam proses ini.
3. Hasil-hasil penilaian kantor itu disajikan dalam Richman
dan Struyk (2002).
4. Begitu pula, Huberman (1994) menekankan pentingnya peneliti menemukan sarana yang tepat untuk meraih administrator
garis depan (atau dalam kasus ini para guru) untuk menindaklanjuti
penemuan-penemuan penelitian.
5. Greenberg dan kolega (2003, 47) menyebut pengumpulan
informasi ini sebagai “pembuatan inventaris”.
6. Rumusan ini sesuai dengan “mazhab utilisasi pengetahuan”
yang memandang pengetahuan itu kumulatif. Penemuan-penemuan penelitian yang terakumulasi selama periode yang panjang
mengubah pandangan para pembuat kebijakan tentang sebab-sebab
masalah maupun utilitas intervensi-intervensi kebijakan alternatif.
Lihat, misalnya, Sundquist (1978).
7. Bagian ini banyak mengambil dari Kotler (2000), Bab 18. Presentasi dalam buku Kotler menggunakan urutan delapan poin yang
di sini dimodifikasi agar lebih sesuai dengan keperluan-keperluan
lembaga think tank.
8. Lihat Kotler (2000), 559.
9. Nama-nama lembaga think tank ini terdaftar dalam Lampiran E.
10.Bagian ini banyak mengambil dari Struyk (1999).
11.Kebebasan pers dinilai terbatas di negara itu menurut laporan
Freedom House saat itu. Lihat Karatnycky, Motyl, dan Shor (1997),
45.
124
MANAGING THINK TANKS
Raymond J. Struyk
6
Menggali yang Terbaik
dari Dewan Anda
P
elaku manajerial kunci di lembaga think tank adalah dewan
pengawas atau dewan direksi, presiden atau pimpinan,
atau dewan manajemen kalau ada, serta para pemimpin tim riset.
Dewan pengawas atau direksi dapat menjadi aset berharga bagi
lembaga riset kebijakan publik milik swasta. Sayangnya, hal ini
jarang terwujud. Penyebabnya bermacam faktor, dari ketidakjelasan peran dewan, ketidaksesuaian antara bakat dan tugas yang
diterima, serta kegagalan pimpinan untuk bekerja sama secara
kreatif dengan dewan untuk mengundang partisipasi anggota
dalam urusan lembaga.
Selain itu, produktivitas dewan dapat terganggu jika tanggung
jawab untuk keputusan manajerial dilimpahkan pada dewan,
eksekutif senior, dan dewan manajemen. Keputusan-keputusan
kunci mencakup menentukan agenda lembaga, kompensasi bagi
staf, dan struktur operasi penelitian lembaga. Di banyak negara,
distribusi tanggung jawab formal sangat ditentukan oleh hukum
yang mengamanatkan struktur organisasi tertentu bagi lembaga
nirlaba. Namun, bahkan dalam situasi tersebut dewan sering kali
bebas memberikan nasihat pada berbagai isu secara informal sehingga memperbaiki efektivitas organisasi.
Bab ini membahas struktur dan potensi kontribusi dewan
lembaga atau direksi (kemudian disebut sebagai dewan saja). Penyajiannya diarahkan ke pimpinan atau direktur eksekutif (untuk
kemudian disebut dengan pimpinan saja) lembaga think tank dan
125
126
MANAGING THINK TANKS
menyoroti metode yang dapat digunakan pimpinan untuk bekerja
secara efektif dengan—dan mengambil manfaat dari—dewan lembaga. Tujuan utama pimpinan dalam hal tersebut adalah meminta
dewan menggunakan waktunya untuk membantu masalah-masalah
penting dalam pengembangan lembaga think tank.
Pembahasan dimulai dengan definisi dewan dan model manajemen pengelolaan alternatif yang digunakan oleh lembaga think
tank. Kemudian tugas-tugas utama yang harus dilakukan semua
dewan dirangkum dan alasan mengapa dewan membuang waktu
dan tenaga selama rapat dibahas. Bagian selanjutnya membahas
cara-cara untuk berfokus pada kerja dewan dan menyeimbangkan
distribusi tanggung jawab antara dewan dan pimpinan. Setelah itu,
isu-isu operasional yang menyangkut bentuk dan isi rapat dewan
dibahas. Bagian puncak membahas pentingnya masalah perekrutan
anggota baru untuk mengerjakan tugas-tugas mereka. Bab ini ditutup dengan beberapa ide untuk mewujudkan efektivitas dewan.
Banyak pembahasan yang disajikan di sini menyangkut interaksi
antara pimpinan dewan dalam organisasi yang cukup dewasa, yaitu
telah berumur sepuluh tahun atau lebih dan menjadi lembaga think
tank “tahap kedua” selama beberapa tahun serta tidak banyak pergantian anggota dewan atau pimpinan. Kematangan dan kestabilan
organisasi sangat penting karena menunjukkan sejauh apa dewan
mempercayakan mandat pada pimpinan. Suatu organisasi semakin
dewasa dan stabil, maka dewan semakin dapat berkonsentrasi pada
masalah-masalah “besar” dan menyerahkan urusan manajemen
pada pimpinan.
Isi panduan ini terdiri dari tiga sumber: pengalaman penulis
sebagai anggota dewan,1 wawancara dengan pemimpin senior dari
sepuluh lembaga think tank tahap ketiga,2 dan ulasan beberapa
buku yang membahas peningkatan produktivitas dewan.3
PRINSIP-PRINSIP UTAMA
Otoritas tertinggi lembaga think tank terletak di tangan dewan
pengawas atau direksi—istilah yang tepat tergantung pada hukum
dan praktik yang berlaku di tiap-tiap negara. (Di sini dewan be-
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
127
rarti dewan pengurus, yaitu badan yang memiliki tanggung jawab
korporat tertinggi.) Tugas-tugas dewan tersurat jelas pada hukum
nasional yang mengatur pembentukan organisasi nirlaba.4 Tugastugas tersebut dapat diringkas menjadi dua: menjaga akuntabilitas
dan mengamankan kepercayaan publik. Tanggung jawab terhadap
akuntabilitas berarti memastikan bahwa sumber daya organisasi
digunakan dengan sebaik-baiknya; tidak diboroskan pada peralatan
kantor yang mahal, uang transportasi, dan gaji, atau lenyap untuk
menyuap. Lembaga think tank juga harus menjaga kepercayaan
publik. Di banyak negara, organisasi nirlaba memiliki keuntungan
hukum, terutama dari segi pajak dibandingkan organisasi pencari
laba. Sebagai gantinya, lembaga think tank diharapkan memberi kontribusi pada publik. Misalnya, lembaga think tank harus
melakukan pekerjaan yang memperbaiki pembuatan keputusan dan
mendidik publik mengenai kebijakan utama yang diberlakukan.
Tugas utama dewan adalah menjamin bahwa lembaga think tank
bekerja untuk mencapai tujuan itu.
Pilihan-Pilihan Organisasional
Banyak lembaga think tank memiliki dua dewan: dewan atau
komite manajemen dan dewan direksi atau pengawas. Dewan
manajemen mengemban tanggung jawab tugas operasional harian. Sementara itu, dewan direksi atau pengawas berkutat dengan
strategi dan memiliki tanggung jawab tertinggi dalam hubungan
pemegang mandat dan pelaksana. Ini model standar.
Namun, ada variasi. Di beberapa negara, pendiri organisasi
menjabat sebagai dewan. Dalam hal tersebut, lembaga think tank
terkadang membentuk dewan penasihat yang terdiri dari para
pemikir terkemuka yang memberi arahan dan panduan seperti
dilakukan dewan. Dewan penasihat tidak memiliki tanggung jawab
yang berhubungan dengan pemegang mandat sehingga mereka
tidak akan terlibat dalam audit kelembagaan dan hal-hal terkait.
Jika tidak ada keterangan khusus maka pembahasan menyangkut
model standar.
128
MANAGING THINK TANKS
Dimensi-Dimensi Peran Dewan
Ada tiga aspek peran dewan: peran hukum, fungsional, dan
simbolis.5 Hukum yang mengatur pembentukan lembaga think
tank mengamanatkan untuk mengawasi pemenuhan beberapa
syarat. Beberapa syarat itu adalah syarat rutin (misalnya, rapat
dewan harus diadakan sekurang-kurangnya setahun sekali), tapi
ada dua syarat yang bersifat mendasar: dewan bertanggung jawab
terhadap integritas fiskal dan memastikan bahwa organisasi setia
pada misinya (yaitu tujuan pendiriannya).
Tanggung jawab fungsional dewan di setiap lembaga think tank
berbeda-beda. Namun, seperti yang akan dibahas nanti, masalah
terbesar dewan adalah bahwa tugas mereka tidak terdefinisi secara
jelas. Ada daftar tanggung jawab yang umum, seperti memastikan
bahwa organisasi mewujudkan misinya secara efektif, mempekerjakan pimpinan lembaga, mengevaluasi kinerja pimpinan, memahami kinerja keuangan organisasi, dan membantu penggalangan
dana. Namun, banyak dewan yang akhirnya berkutat pada detail
operasional, seperti menentukan spesifikasi telepon atau sistem
komputer yang harus dibeli, atau gaji untuk berbagai posisi karyawan, dan tugas-tugas yang sebaiknya ditangani manajemen. Sering
kali perhatian untuk hal-hal kecil seperti itu menghabiskan waktu
yang seharusnya dapat digunakan untuk memberi nasihat atau
menentukan arah lembaga.
Dimensi simbolis kerja dewan sangat penting. Anggota dewan
meminjam prestise lembaga think tank karena publik mengasosiasikan lembaga itu dengan namanya dan citra yang diwakilinya.
Daftar nama di kop surat organisasi, amplop atau benda cetak lainnya adalah bagian dari nilai-nilai dan kekuatan organisasi.
Anggota dewan memiliki keuntungan signifikan terhadap
pimpinan dan staf lain dalam mewakili organisasi, yaitu dengan
membawa pesan organisasi dan menyebarkan pengaruhnya. Anggota dewan dianggap tidak banyak mengambil keuntungan dari
nama baik lembaga think tank dan kredibilitasnya. Anggota dewan
dapat memainkan perannya sebagai duta untuk memperjuangkan posisi kebijakan atau menggalang dana. Tugas penting bagi
pimpinan lembaga adalah menentukan bagaimana anggota dewan
mengambil peran aktif.
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
129
MASALAH-MASALAH UMUM DI DEWAN
Pembentukan dewan sering diwarnai dengan pemborosan
waktu, ketidakefisienan dan kehilangan peluang. Dari obrolan
penulis dengan beberapa pimpinan lembaga think tank mengenai
fungsi dewan di lembaga mereka juga menunjukkan keputusasaan
mereka karena ketidakmampuan pimpinan akibat dewan terdiri
dari orang-orang yang lebih kreatif, dinamis, dan sukses.
Hal-hal yang umum dilakukan oleh dewan dan struktur rapat
dewan dapat menguras efektivitasnya. Carver (1997, 9-10) memberikan sejumlah contoh bagus:
● Waktu yang digunakan untuk hal-hal remeh. Hal-hal yang
remeh atau kurang penting mendapat perhatian yang tidak
semestinya.
● Bias jangka pendek. Dewan berkonsentrasi pada hal-hal
harian yang dapat dilakukan oleh staf biasa, bukan hal-hal
yang memiliki konsekuensi besar bagi organisasi.
● Sikap reaktif. Dewan hanya menanggapi inisiatif dan informasi staf, bukan menunjukkan kepemimpinan (misalnya
mengajukan topik untuk agenda rapat).
● Mengulas, mengulang pembahasan, dan kegiatan. Dewan
menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengulas pekerjaan staf. Hal ini seharusnya menjadi fungsi manajemen.
● Akuntabilitas bocor. Anggota dewan “melangkahi” presiden
dengan memberi tugas-tugas kepada staf sehingga sulit meminta tanggung jawab pimpinan atas hasilnya.
● Wewenang yang kabur. Tanggung jawab khusus pimpinan
dan dewan tidak didefinisikan dengan jelas sehingga mengganggu akuntabilitas.
Karena pimpinan membuat draft agenda untuk rapat dewan
dan menentukan sejauh apa materi yang diberikan ke anggota dan
kapan mendistribusikannya maka pimpinan memiliki potensi untuk
membuat dewan lebih efektif. Namun, bagaimana cara menggerakkan dewan ke arah ini?
130
MANAGING THINK TANKS
MEMFOKUSKAN DEWAN
Konsultan yang bekerja dengan dewan untuk meningkatkan
efektivitasnya umumnya menentang jenis-jenis masalah yang
tampak menyia-nyiakan keahlian dan pengalaman anggota dewan.
Konsultan mencari cara untuk mempromosikan ide untuk memfokuskan energi dan sumber daya intelektual dewan pada tugastugas penting organisasi dan rencana jangka panjang. Dengan kata
lain, dewan lembaga think tank seharusnya berkonsentrasi pada
sebaik apa organisasi memenuhi misi utamanya dalam melakukan
riset kebijakan yang berkualitas, memengaruhi kebijakan, dan
menginformasikan debat kebijakan. Sementara, pada perencanaan
jangka panjang, isu-isu yang penting adalah agenda kebijakan yang
baru muncul dan sumber potensial untuk kerja lembaga. Nasihat
dewan seharusnya adalah yang menyangkut hal-hal semacam itu.
Tentu saja tidak semua anggota dewan berkualitas setara untuk
memberikan nasihat pada topik-topik tersebut dan pimpinan
harus memandu diskusi agar memperoleh masukan berharga dari
dewan.
Pimpinan dan dewan harus sepakat mengenai tanggung jawab
dewan untuk memberikan nasihat manajemen. Jika diperlukan,
dewan dapat meminta informasi dan mencampuri urusan manajemen. Permintaan untuk informasi lebih lanjut yang mungkin timbul
dari diskusi terbuka untuk hal-hal mendasar dan substansial akan
dibahas kemudian. Namun, hal ini adalah suatu perkecualian,
bukan peraturan.
Untuk menggerakkan dewan ke arah ini, titik awalnya adalah
membuat pernyataan jelas mengenai misi organisasi. Boks 6-1 menyajikan contoh pernyataan tersebut. Pernyataannya tidak spesifik.
Begitu dewan menerimanya, sejumlah indikator untuk mengukur
kinerja lembaga think tank harus ditambahkan. Misalnya, indikator yang terkait dengan “melakukan riset kebijakan dengan standar
profesional tinggi” dapat mencakup pengiriman artikel oleh staf
yang dimuat di jurnal tertentu dan memiliki sejumlah tertentu buku
yang diterbitkan oleh penerbit bermutu.
Meyakinkan dewan bahwa tugas utamanya adalah mengerjakan
isu-isu besar dari misi sentral lembaga think tank barulah seten-
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
131
Kotak 6-1 Contoh Pernyataan tentang Misi Anggota Dewan
Sebuah Lembaga Think Tank
Lembaga untuk penelitian kebijakan akan memfokuskan aktivitasnya pada:
l Mengadakan penelitian kebijakan, evaluasi program, dan proyek percobaan
dengan sebuah standar profesional tinggi yang bertujuan agar hasil pekerjaan ini memberi kontribusi bagi pengembangan kebijakan publik.
l Mengomunikasikan secara efektif hasil-hasil pekerjaan ini kepada pembuat
kebijakan dan pihak-pihak yang tertarik dengan isu-isu terkait, termasuk
lembaga swadaya masyarakat, partai politik, dan publik, dengan sebuah
jalan yang didesain untuk memengaruhi pengembangan kebijakan secara
positif.
l Menyelenggarakan seminar, workshop, dan kursus-kursus sebagai kontribusi terhadap pengembangan profesional kepada pegawai negeri, guru, peneliti, dan analis di dalam bidang perancangan kebijakan publik, implementasi, dan training.
gah perjuangan. Setengah yang lain adalah membuat pemahaman
yang jelas antara pimpinan dan dewan mengenai tanggung jawab
manajemen masing-masing. Berikut adalah ilustrasi daftar topik
tanggung jawab manajerial yang sering kali menyedot perhatian
dari isu-isu lain yang lebih penting dan seharusnya menjadi fokus
perhatian pimpinan atau dewan (Carver 1997, 75-76).
● Personalia: membuat keputusan tentang rancangan pekerjaan, mempekerjakan, memberhentikan, promosi dan disiplin karyawan.
● Kompensasi: menangani isu-isu yang menyangkut gaji, tingkat, penyesuaian, insentif, tunjangan (kecuali gaji pimpinan
yang memang harus ditentukan dewan)
● Pasokan: membuat keputusan mengenai pembelian, otorisasi
penawaran, penyimpanan, inventaris, dan barang-barang
yang diselamatkan dari musibah.
● Akuntansi: mengurusi masalah perkiraan, anggaran, deposit,
kendali keuangan, investasi dan pemotongan pengeluaran.
● Fasilitas: menentukan alokasi ruang dan spesfikasinya, penyewaan, pengadaan, renovasi.
● Manajemen resiko: berurusan dengan asuransi, pemeliharaan, klaim dan penyangkalan.
132
MANAGING THINK TANKS
● Pelaporan: memastikan kondisi laporan hibah, pajak, pemenuhan syarat sesuai hukum dan peraturan.
● Komunikasi : membuat kebijakan yang menyangkut sistem
telepon, rapat, dan surat menyurat.
● Metode manajemen: berurusan dengan penentuan tujuan,
pola pengaturan karyawan, tim, aliran umpan balik, teknik
perencanaan, metode kontrol, tingkat partisipasi.
Jika dewan terlalu banyak mengurusi wilayah ini, waktunya akan
tersia-sia. Namun, dewan pada organisasi yang masih muda perlu
mencurahkan perhatian pada masalah manajemen. Pada organisasi
yang lebih dewasa dan memiliki sistem yang lebih mapan, semakin
lama dewan dan pimpinan bekerja sama, semakin sedikit waktu
yang diperlukan dewan untuk menangani hal-hal tersebut.
Terlepas dari banyaknya tanggung jawab yang dilimpahkan
anggota dewan kepada pimpinan dan tim manajemennya untuk
tugas-tugas tersebut, tanggung jawab itu harus dinyatakan secara
eksplisit. Tujuan pembatasan eksekutif yang telah ditetapkan memiliki dua sisi. Pertama, pembatasan melarang praktik oleh staf yang
dianggap anggota dewan kurang etis atau berisiko tinggi. Kedua,
dalam organisasi di mana kepercayaan penuh tidak ditetapkan
antara pimpinan dan dewan, pembatasan akan memberi panduan
tambahan kepada pimpinan tentang cara untuk melaksanakan
tugas-tugas manajemen tertentu. Dewan dan presiden membutuhkan saling pengertian tentang siapa yang bertanggung jawab
atas suatu hal. Dewan bertanggung jawab secara periodik untuk
mengecek bahwa manajemen berjalan sesuai dengan peraturan
yang telah disusun pada pembatasan eksekutif.
Pada Boks 6-2, ada dua contoh tentang pernyataan pokok yang
mengatur hubungan antara dewan dan pimpinan organisasi. “Penugasan kepada Pimpinan” menggarisbawahi kekuasaan dan tanggung jawab pimpinan. “Komunikasi dan Dukungan untuk Dewan”
memberitahukan kewajiban pimpinan kepada dewan.
“Penugasan kepada Pimpinan” mengikat delegasi tanggung
jawab pada pernyataan misi organisasi yang telah disetujui dewan
dan Pembatasan Eksekutif. Pernyataan misi telah mengatakan
dengan jelas bahwa Pembatasan Eksekutif dapat mengubah
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
133
alokasi tanggung jawab antara dewan dan pimpinan organisasi.
Pernyataan ini melindungi pimpinan dari permintaan yang tidak
masuk akal akan informasi dari anggota atas nama perseorangan.
Jelas pula bahwa pimpinan hanya perlu mengikuti keputusan dari
seluruh dewan, tidak dari seorang anggota atau sebuah komite saja.
Pernyataan tersebut sangat jelas dalam menerangkan kekuasaan
operasional pimpinan.
Pernyataan pada “Komunikasi dan Dukungan untuk Dewan”
mensyaratkan kepada pimpinan untuk memberikan informasi
tertentu kepada dewan. Ini meliputi informasi yang dibutuhkan
untuk menilai kemajuan lembaga think tank dalam mencapai tujuan
utama dan informasi pada perubahan sewaktu-waktu yang dapat
memengaruhi reputasi organisasi dan kesehatan finansialnya.
Kedua pernyataan tersebut menetapkan aturan umum, tapi perlu
didukung dengan panduan dari dewan tentang parameter otoritas
pimpinan. Boks 6-3 memberi contoh pernyataan-pernyatan untuk
pengelolaan finansial, aset, dan staf. Sebagai contoh, pimpinan
memiliki otoritas untuk mengikutsertakan organisasi dalam kontrak
dan menyetujui sumbangan yang mencapai 50.000 dolar. Di luar
batas ini, keputusannya harus mendapat persetujuan dewan.6 Ini
artinya pimpinan mempunyai otoritas yang luas saat berhadapan
dengan ranah personelnya, tapi keputusan mengenai kompensasi
dan promosi harus objektif dan bisa dipertahankan.
Poin penting adalah bahwa pernyataan tentang pembatasan
eksekutif menjelaskan wilayah operasi dari pimpinan terhadap
wilayah dewan. Tidak ada alasan bagi dewan untuk memasuki
wilayah pimpinan, terutama pada besarnya tanggung jawab
pimpinan terhadap segalanya. Tugas dewan adalah secara periodik
mencari kepastian bahwa peraturan yang ditetapkan itu dipatuhi
dan dilaksanakan (dalam ranah perlindungan aset dan finansial,
audit tahunan sangat mungkin memberi banyak informasi yang
dibutuhkan). Pada dasarnya, pimpinan dapat meminta saran dari
dewan pengurus untuk hal-hal yang langsung dalam yurisdiksinya
dan banyak pimpinan organisasi melakukannya. Selama sikap saling mempertanyakan tidak sering terjadi dan tidak formal, kedua
pihak dapat membangun dukungan dan kepercayaan.
134
MANAGING THINK TANKS
Kotak 6-2Contoh “Penugasan kepada Pimpinan” dan
­“Komunikasi dan Dukungan untuk Dewan Pengurus”
Pernyataan Dikeluarkan oleh Sebuah Dewan Pengurus
Penugasan kepada Pimpinan
Seluruh otoritas dewan yang diberikan kepada staf kini diberikan kepada
pimpinan organisasi sehingga seluruh otoritas dan akuntabilitas dari staf–
–sejauh mana dewan terlibat––dianggap sebagai otoritas dan akuntabilitas
pimpinan.
Selama pimpinan menggunakan penafsiran yang masuk akal tentang
pernyataan misi organisasi (yang telah disetujui dewan) dan kebijakan pembatasan eksekutif, pimpinan diperbolehkan menetapkan semua kebijakan lebih
lanjut, membuat seluruh keputusan, melakukan seluruh tindakan yang perlu,
menetapkan seluruh praktik organisasi, dan mengembangkan semua aktivitas.
l Dewan dapat mengubah semua pernyataan tentang misi dan kebijakan
pembatasan untuk eksekutif sehingga mengubah batas antara kedudukan
dewan dan pimpinan organisasi. Dengan melakukannya, dewan mengubah garis-garis besar yang telah diberikan untuk pimpinan. Selama
penugasan tersebut tepat, dewan akan menghormati dan mendukung
pilihan presiden.
lHanya keputusan dari dewan yang berperan sebagai sebuah badan dapat
mengikat pimpinan.
l Keputusan atau instruksi dari anggota dewan secara perseorangan,
pejabat, atau komite tidak mengikat pada pimpinan, kecuali dalam situasisituasi tertentu saat dewan secara spesifik menunjuknya atau mengizinkannya.
l Semisal anggota dewan meminta informasi atau bantuan tanpa izin
dewan, pimpinan dapat menolak permintaan yang dianggap mengganggu
tersebut atau, dalam penilaian pimpinan itu sendiri, meminta waktu staf
yang cukup atau dana.
Komunikasi dan Dukungan untuk Dewan
Masih dengan pertimbangan dalam memberi informasi dan berkonsultasi
dengan dewan, pimpinan tidak bisa membiarkan dewan kekurangan informasi.
Akibatnya, dia tidak boleh:
l Tidak mengumpulkan informasi pengawasan yang dibutuhkan oleh dewan
dengan cara yang tepat, akurat, dan bisa dimengerti.
l Membiarkan dewan tidak tahu tentang kecenderungan yang sedang
terjadi, mengantisipasi pemberitaan negatif media, dan perubahan internal serta eksternal, terutama perubahan yang diasumsikan mendasari
kebijakan-kebijakan dewan sebelumnya.
l Tidak memberi masukan kepada dewan jika, dalam opini pimpinan, dewan
tidak sesuai dengan kebijakannya sendiri.
l Tidak memberi informasi pada dewan tentang staf, sudut pandang, isu-isu
dan pilihan-pilihan yang dibutuhkan sehingga dewan benar-benar menguasai informasi lengkap.
l Gagal membuat persetujuan dengan dewan, kecuali saat a) memenuhi
permintaan individu akan informasi atau b) merespons pejabat atau komite
yang langsung dipegang oleh anggota dewan.
l Gagal melaporkan ketidakpatuhan aktual atau yang telah diantisipasi,
yakni kepatuhan pada kebijakan dari dewan, pada saat yang tepat.
Sumber: Penulis mengedit sebagai bahan dari Carver (1997) halaman 5.
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
135
Boks 6-3 Contoh-Contoh Pembatasan Eksekutif yang Dikeluarkan
oleh Dewan kepada Pimpinan Lembaga
Manajemen Keuangan
Mengenai operasi keuangan yang baik dan aman, pimpinan lembaga tidak
boleh mempertaruhkan kestabilan keuangan lembaga. Oleh karena itu, pimpinan tidak boleh:
l Membuat organisasi harus menanggung utang selain pinjaman jangka
pendek untuk pengeluaran rutin.
l Menggunakan uang muka dari cadangan uang tunai selain untuk keperluan
pengeluaran operasional biasa.
l Menggunakan sumbangan terbatas untuk keperluan lain selain dari tujuan
pemberian sumbangan itu.
l Membayar gaji dan utang tidak tepat waktu.
l Membiarkan pengeluaran melenceng dari prioritas yang ditetapkan dewan.
l Membiarkan dana cadangan tunai kurang dari 6 persen dari pengeluaran
operasional.
l Menandatangani kontrak atau perjanjian dengan nilai yang melebihi 50.000
dolar tanpa persetujuan dari dewan.
Perlindungan Aset
Pimpinan lembaga tidak boleh membiarkan aset tidak terlindungi, kurang
terawat atau mengahadapi risiko yang tidak perlu. Oleh karena itu, pimpinan
lembaga tidak boleh:
l Gagal mengasuransikan aset dari risiko pencurian dan kehilangan hingga
paling tidak 80 persen dari nilai penggantian dan menghadapi kehilangan
pertanggungjawaban dari anggota dewan, staf, atau organisasi itu sendiri
dalam jumlah besar daripada rata-rata.
l Membiarkan orang yang tidak berwenang memegang uang.
l Membiarkan tempat dan peralatan dalam pemeliharaan yang seadanya.
l Melakukan pembelian atau melibatkan organisasi dalam pengeluaran biaya
yang lebih besar dari 25.000 dolar. Melakukan pembelian a) belum ada proteksi yang jelas untuk menghindari konflik kepentingan; b) lebih dari 1.500
dolar tanpa mendapatkan kualitas yang sepadan dengan harga.
l Gagal melindungi aset intelektual, informasi, dan file dari kehilangan atau
kerusakan signifikan dan penggandaan tanpa izin.
l Menerima, memproses, atau menghabiskan dana tanpa kontrol sehingga
tidak layak menurut standar auditor yang telah ditunjuk oleh dewan.
l Menginvestasikan atau mengoperasikan modal dalam investasi yang
berisiko.
Penanganan Staf
Pimpinan tidak boleh menjadi penyebab atau membiarkan kondisi yang tidak
manusiawi, tidak adil, atau tidak layak. Akibatnya, dia tidak boleh:
l Membeda-bedakan anak buah dalam pembayaran, tugas, atau promosi,
kecuali untuk alasan yang terkait dengan pekerjaan dan yang harus dilakukan.
l Gagal mengambil langkah yang masuk akal untuk melindungi staf dari
kondisi tidak aman atau tidak sehat.
l Menyembunyikan prosedur yang seharusnya dapat digunakan oleh anak
buah untuk menyampaikan keluhan tanpa ada bias.
l Gagal menyadarkan staf akan hak-hak mereka dalam kebijakan ini.
Sumber: Penulis mengedit sebagai bahan dari Carver (1997) halaman 5.
136
MANAGING THINK TANKS
Pengadopsian dari pernyataan tentang misi, yang diungkapkan
secara jelas dengan indikator serupa untuk pencapaian tujuan
dan Pembatasan Eksekutif, membantu dalam memfokuskan kerja
dewan dalam isu-isu strategis. (Indikator terhadap performa organisasi akan disajikan di Bab 10. Pimpinan dapat mengajukan
seperangkat indikator kepada dewan dan begitu sebuah perangkat
disetujui, dia akan memberi informasi tentang hal tersebut secara
teratur.) Berpijak pada kekuatan dewan ini, akan terbentuk keanggotaan yang baik.
RAPAT DEWAN
Pimpinan sebuah lembaga think tank jelas harus menyiapkan
secara cermat setiap rapat anggota dewan pengurus. Dua tugas
penting harus dilakukan sebelum rapat itu sendiri: menyusun
agenda dan membagikan materi rapat kepada anggota dewan.
Membuat Agenda
Agenda harus dapat mengatur jalannya rapat dewan. Akibatnya,
hal-hal di dalam agenda harus dipertimbangkan masak-masak.
Beberapa poin tentang cara merumuskan agenda:
● Pimpinan biasanya membuat draf agenda, tapi pimpinan
dewan harus mengulasnya sebelum dibagikan kepada anggota dewan yang lain.
● Pembahasan pada rapat harus diarahkan pada poin penting. Tentukan poin-poin tentang hal-hal yang berhubungan
langsung dengan tugas-tugas utama—baik berupa pelaporan
hal-hal yang telah dicapai maupun rencana kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan di masa mendatang—dan yang terkait
dengan keamanan keuangan organisasi.
● Jika mungkin, informasi pada hal-hal manajerial harus
disediakan pada dewan dalam bentuk materi yang disusun
sebelum rapat. Ini lebih baik daripada meletakkannya pada
agenda rapat. Seorang anggota dewan dapat menanyakan
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
137
tentang item-item informasi tersebut, tapi hal ini tidak menjadi prioritas utama.
● Agenda harus mengindikasikan tindakan yang diinginkan
pimpinan organisasi dari dewan pada setiap item, baik berupa
informasi, saran, maupun keputusan.
● Acara makan malam sebelum rapat dewan dapat membangkitkan semangat dinamis yang dibutuhkan oleh dewan untuk
melakukan tugasnya. Acara-acara sosial yang informal cukup
populer di kalangan anggota dewan karena mereka membantu kerja sama dan terbentuknya jaringan (Shultz 2001,
205).
Boks 6-4 memberikan agenda yang lazim untuk sebuah rapat
yang diikuti anggota dewan atau pemegang andil di sebuah lembaga think tank. Tiga bagian pertama adalah laporan dari komite
eksekutif. Pada rapat ini, bagian pertama meliputi pembahasan
laporan audit tahunan, sebuah topik yang harus dipikirkan oleh
seluruh anggota dewan dan juga oleh komite. Komite juga akan
melaporkan isu-isu administratif di mana pimpinan dapat mencari
panduan atau keputusan.
Boks 6-4 Agenda Tipikal untuk Pertemuan Anggota Dewan Direktur dari Sebuah Lembaga Think Tanks
Pembukaan
Notulensi yang disetujui sebelum rapat
Laporan komite eksekutif
lHasil audit keuangan
l Pembahasan tentang kandidat untuk keanggotaan dewan
l Laporan tentang hal-hal administratif
Laporan dari pimpinan
l Keadaan lembaga
l Isu-isu yang membutuhkan saran
Presentasi dari peneliti senior
Bagian kedua adalah laporan pimpinan tentang performa
lembaga dalam wilayah-wilayah pokok. Informasi yang diberikan
seharusnya mencakup paling tidak indikator-indikator performa
yang telah disetujui sebelumnya bersama-sama dewan. Pimpinan
juga harus menggunakan kesempatan ini untuk memberi infor-
138
MANAGING THINK TANKS
masi kepada dewan tentang perkembangan penting yang dapat
meningkatkan kinerja finansial organisasi atau yang berpengaruh
pada pembuatan kebijakan. Hal-hal seperti ini sering disebut juga
penyelidikan lingkungan.
Sebagai contoh, pemilihan pemerintahan baru sering kali memiliki dampak penting bagi lembaga think tank. Lembaga mungkin
saja telah mendapatkan kontrak dari menteri pada pemerintahan
lama. Pergantian pemerintahan dapat mengurangi kesempatan
untuk memperoleh proyek di masa datang. Hal yang sama pentingnya adalah pergantian staf pembantu pimpinan pemerintahan.
Pergantian tersebut dapat meningkatkan atau mengurangi akses
staf senior pada kalangan pembuat keputusan. Sama halnya ketika
penyumbang terbesar atau sumber proyek penting bagi organisasi, seperti Bank Dunia, mengumumkan pergantian dalam arah
program-programnya, hal ini harus menjadi agenda dalam rapat.
Hal-hal lain yang bisa berpengaruh adalah pengumuman program
penghematan dari pemerintah yang mungkin berakibat pemangkasan anggaran menteri untuk kegiatan penelitian dan evaluasi
program atau sebuah keputusan dari pesaing berat untuk menantang secara langsung sebuah lembaga think tank karena organisasi
tersebut telah lama menikmati keuntungan nyata.
Informasi ini harus menjadi basis untuk pembahasan tentang
penyesuaian yang mungkin dilakukan pada rencana organisasi.
Ajang ini juga menjadi tempat di dalam agenda pimpinan organisasi untuk mencari panduan yang diperlukan untuk isu-isu
sensitif. Salah satunya adalah keseimbangan antara pengambilan
kesempatan di antara peluang kebijakan atau pendanaan seraya
tetap menjaga misi utama. Kapankah sebuah proyek dianggap
keluar terlalu jauh dari program kerja dan misi utama? Yang pasti,
sejumlah peluang bagi pekerjaan konsultasi lebih tepat masuk ke
dalam kategori ini daripada penelitian tentang kebijakan (lihat
Bab 7). Setiap lembaga think tank berjuang dari waktu ke waktu
dengan isu-isu untuk menjaga agar tetap independen—baik secara
nyata maupun di mata publik. Pemilihan umum nasional sering
memunculkan isu ini ketika organisasi mempertimbangkan untuk
membantu sebuah partai politik.7 Namun, di lain waktu, seperti saat
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
139
organisasi mengerjakan pekerjaan besar untuk sebuah kementerian
tertentu, pertanyaan lain pun muncul. Apakah staf lembaga menjadi
terlalu dekat dengan menteri? Apakah pendanaan organisasi juga
tergantung pada kementerian tersebut? Sebuah diskusi terbuka
dan gamblang mengenai isu-isu tersebut akan sangat membantu
pimpinan.
Bagian terakhir dari agenda adalah dua atau tiga peneliti senior
mempresentasikan proyek yang penting atau tepat untuk dewan.
Secara normal, presentasi ini cukup singkat dan lugas (tidak lebih
dari 15 menit) dan merupakan presentasi yang telah diujicobakan
dengan baik sehingga dapat memberikan informasi kepada dewan
tentang pekerjaan yang bisa terus dilakukan organisasi.8 Sebaiknya
disediakan waktu yang cukup banyak untuk diskusi dengan dewan
setelah presentasi. Anggota dewan pengurus adalah tokoh senior
yang terbiasa mengarahkan perhatian dan memberikan pandangan
mereka. Pimpinan harus memilih topik presentasi, sebagian untuk
mendapatkan perhatian dari dewan, sebagian lagi untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dewan sehingga dapat digunakan
dalam diskusi bersama pembuat keputusan.
Membagi Materi Sebelum Rapat
Segala materi rapat yang diberikan pihak manajemen kepada
dewan harus dirancang agar membuat rapat yang akan dilangsungkan menjadi efisien dan produktif. Sebelum rapat, dewan
harus menerima informasi latar belakang pada isu-isu pokok di
dalam agenda dan informasi mengenai hal-hal prosedural untuk
kepentingan administratif atau hukum. (Charan 1998:116). Materi
harus dipersiapkan secara hati-hati, ringkas dan jelas. Memberikan informasi yang terlalu banyak atau kurang tertata baik akan
mengalahkan tujuan dalam memberikan informasi secara cepat,
karena anggota dewan yang sibuk tidak akan sempat membacanya
(Schultz 2001, Bab 9). Format-formatnya dan presentasi itu harus
dibuat sederhana dan mengundang minat.
Boks 6-5 berisi materi yang diberikan kepada anggota dewan
140
MANAGING THINK TANKS
Boks 6-5 Materi-Materi yang Diberikan kepada Anggota Dewan
The Urban Institute Sebelum Rapat
1.Agenda untuk rapat komite eksekutif dan rapat seluruh anggota dewan.
2.Notulensi dari rapat dewan sebelumnya
3. Penjelasan tentang keuangan
4. Laporan keanggotaan dewan
5. Laporan bantuan
6. Laporan pendanaan
7. Laporan pengeluaran
8. Laporan komunikasi (The Urban Institute di media, publikasi, dan lain-lain)
9. Laporan personel
10. Proyek yang masih berjalan dan proposal yang diajukan (daftar lampiran)
11. Informasi tentang pemegang andil
12. Jadwal rapat 2001-2002
13. Biografi staf yang berpartisipasi
pengawas The Urban Institute sebelum rapat pada musim semi
2001. Tidak lebih dari setengah jam dibutuhkan untuk mengulas
materi tersebut. Banyak materi yang ditujukan untuk memberi
informasi bagi dewan dan melibatkan topik-topik yang tidak akan
dibahas di dalam rapat dewan, kecuali bila seorang peserta mengajukan pertanyaan. Hal ini meliputi, sebagai contoh, laporan tentang
personel dan komunikasi serta daftar lampiran tentang proyek yang
masih berjalan dan proposal yang sangat baik.
Meskipun item-item tersebut tidak ada pada agenda, dewan
perlu mengetahui informasi latar belakang tentang hal tersebut.
Pikirkan tentang daftar proyek yang masih berlangsung. Jika dewan
telah memberikan otoritas kepada pimpinan untuk memutuskan
penghargaan mana yang diterima, daftar tersebut membantu
dewan untuk tetap berdampingan dalam kerja lembaga. Anggota
dewan yang mengulas daftar tersebut mungkin melihat sebuah
proyek pada sebuah topik yang ia rasa telah keluar dari program
kerja seperti yang telah dibahas dengan dewan atau sebuah proyek
untuk seorang klien yang memiliki beberapa kepentingan dengan
anggota dewan itu. Daftar tersebut dapat memunculkan pertanyaan
dari anggota itu.
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
141
Memanfaatkan Dewan Pengurus
Seperti yang telah diutarakan, pimpinan organisasi memiliki
hak bertindak yang begitu besar dalam menangani hal-hal yang
dihadapi dewan. Pimpinan selalu memiliki informasi lebih daripada
ketua dewan yang paling banyak mendapat informasi sekalipun.
Keuntungan ini dapat digunakan baik secara positif maupun negatif.
Pimpinan lembaga think tank disarankan memanfaatkan dewan
sebagai sumber daya dan dia harus terbuka dengan dewan. Lagi
pula, anggota-anggota dewan dipilih sehingga dapat berkontribusi
dengan memberi saran yang baik kepada organisasi, khususnya kepada pimpinan. Sebagaimana yang diungkapkan Robinson, “Kunci
hubungan yang sukses antara dewan dan direktur eksekutif adalah
adanya perhatian yang dapat digunakan direktur untuk menjalin
hubungan baik dengan dewan. Dalam metode penghitungan yang
unik dari sektor nonprofit, dewan yang lebih kuat tidak secara otomatis mengorbankan otoritas atau otonomi direktur eksekutif.”
Artinya, pimpinan harus dengan hati-hati memilih topik yang
disajikan kepada dewan. Sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya, pimpinan perlu mendapat kejelasan apakah dia memberi informasi, mencari saran, atau mencari keputusan untuk setiap item.
Hal ini sangat penting mengingat tugas dewan dijelaskan sebelum
pembahasan apa pun. Isu yang dipresentasikan harus tergantung
sebagian pada kemampuan dan pembatasan dari dewan. Sejalan
dengan waktu, pimpinan akan mengetahui kedua hal tersebut dan
dapat menyesuaikannya dengan agenda.
Saat Rapat
Hal paling penting saat rapat—dan yang paling memakan
waktu—adalah pembahasan tentang performa lembaga dalam penelitian dan usaha-usaha dalam membuat kebijakan serta rencana
dan strategi untuk masa depan. Bagi anggota dewan yang bertemu
sekali atau dua kali dalam setahun, hal ini pasti menjadi topik
utama. Untuk rapat-rapat yang lebih sering, kedua item seharusnya
masih mendominasi rapat, kecuali jika ada perkembangan drama-
142
MANAGING THINK TANKS
tis di antara dua rapat rutin setengah tahunan yang memerlukan
konsultasi. Paling tidak sekali dalam setahun, dewan seharusnya
mengevaluasi performa lembaga, khususnya dalam hal indikatorindikator yang telah disetujui bersama pimpinan lembaga. Merupakan tugas pimpinan untuk memberi informasi yang jelas pada
indikator-indikator itu untuk digunakan dewan.
Laporan pimpinan tentang pencapaian-pencapaian, kesulitankesulitan, dan prospek ke depan seharusnya didesain untuk
menarik komentar serius dari anggota dewan dan pertukaran
pandangan atau opini. Tidak semua anggota memiliki kemampuan
yang sama untuk mendiskusikan “industri gagasan”, tapi semua
dipilih karena mereka dapat memberi kontribusi penuh makna
pada situasi yang perlu diperhatikan. Tugas pimpinan organisasi
dan ketua dewan adalah mendapat masukan sebesar-besarnya dari
sebagian besar anggota.
Satu pertanyaan penting yang berhubungan dengan sebuah
strategi lembaga untuk masa depan adalah menentukan proyek
yang akan dilakukan dalam waktu satu atau dua tahun ke depan.
Pengalaman dari 10 lembaga think tank tahap ketiga yang disebutkan pada Bab 1 dalam menentukan program kerja menawarkan
sebuah titik tolak yang baik karena mereka telah lama berada dalam
kancah tersebut dan telah fasih dalam proses penetapan agenda
penelitian (Struyk 1993: 45-46). Mungkin hal yang mengejutkan,
agenda dari sebagian besar lembaga tersebut didefinisikan secara
informal. Umumnya proses dipandu oleh manajemen senior yang
mengonsultasikan pimpinan tim atau peneliti senior pada pekerjaan yang ingin mereka lakukan. Pimpinan sesekali menambah
proyek yang sangat diprioritaskan ke dalam daftar. Karena seluruh
lembaga tersebut tergantung sebagian pada dana dari luar, agendaagenda dipengaruhi (dalam tingkatan yang berbeda-beda) oleh
topik-topik penelitian yang dibahas yang dapat menarik penyalur
dana. The Urban Insitute, satu-satunya lembaga dalam survei yang
mendapat sebagian besar dana dari sumbangan dan kontrak dari
pemerintah, tergantung pada penelitian dan evaluasi yang diminati
pemerintah.
Hanya tiga lembaga yang melaporkan telah mengambil semua
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
143
proyek mereka untuk dimintakan persetujuannya kepada dewan
pengawas. Lembaga-lembaga lain mengambil proyek terbesar untuk dewan dengan memberikan gambaran kepada anggota dewan
tentang proyek yang diajukan. Tidak mengejutkan bahwa dua dari
tiga lembaga yang mengambil seluruh proyek untuk dewan adalah
lembaga-lembaga yang kurang bergantung pada dana dari luar.
Jadi, bagi proyek-proyek tersebut, pengawasan dewan yang lebih
besar mungkin dilihat sebuah pengganti daripada harus diuji oleh
pasar untuk relevansi dan produktivitasnya. Perlu dicatat bahwa
dewan dari kesepuluh lembaga sangat jarang menolak proyekproyek tertentu. Sebagaimana yang disebutkan di atas, di Amerika
dan Eropa, hampir semua dewan menunjukkan ketertarikan yang
besar terhadap arah umum dari kerja lembaga think tank, tapi
jarang melibatkan diri dalam program kerja.
Sebagaimana ditunjukkan oleh informasi sebelumnya, pengaturan agenda pada sebuah lembaga think tank dikendalikan terutama oleh permintaan akan pekerjaan pada topik-topik tertentu dan
oleh kepentingan staf, bukan oleh panduan dari dewan. Namun,
penetapan ide oleh pimpinan organisasi dan manajer senior yang
lain mungkin lebih besar daripada seperti yang disampaikan dalam
pernyataan tersebut. Jika manajemen senior telah secara aktif menerapkan sebuah proses yang dirancang untuk meletakkan inovasi
dalam agenda organisasi9 maka pengaruh dari manajemen mungkin
dapat menjadi signifikan meskipun diungkapkan di dalam proyek
yang dilakukan oleh tim peneliti khusus atau peneliti senior.
Singkatnya, otoritas pembuat keputusan dari sebagian besar
lembaga think tank tampak terbagi di antara dewan dan manajemen
senior. Dewan mempunyai peranan penting (dan mungkin memiliki
otoritas final) atas arah program lembaga secara umum.10 Dengan
pengaturan arah secara umum, pimpinan (atau dalam beberapa
kasus, dewan manajemen) memiliki otoritas atas proyek. Otoritas
ini berkembang baik pada proyek yang didanai oleh sumbangan dari
luar atau kontrak dan proyek-proyek yang ditujukan pada sumber
daya lembaga itu sendiri.
Topik kedua yang memerlukan perhatian penuh dari dewan
adalah manajemen keuangan lembaga think tank. Ulasan oleh
dewan biasanya terpusat pada laporan tahunan auditor.11 Setelah
144
MANAGING THINK TANKS
mengulas laporan audit dan surat manajemen, dewan biasanya
akan dijelaskan secara singkat oleh auditor secara khusus. Jika
audit menemukan masalah, dewan harus menyuruh pimpinan
(secara tertulis) untuk membuat perbaikan dalam waktu yang telah
ditetapkan. Masalah serius dalam memenuhi persyaratan dewan
dapat mengundang respons keras dari anggota dewan.
Menjalankan Rapat
Ada dua hal yang harus diingat oleh para pemimpin organisasi
mengenai pekerjaan dewan. Pertama, dewan mengerjakan apa yang
ada di depan mereka. Tidak ada isu yang terlalu besar atau kecil
bagi mereka. Kedua, dewan tidak memiliki mekanisme penghentian
kerja sehingga mereka terus bekerja seperti yang telah dilakukan di
masa lalu, kecuali bila mereka diarahkan keluar dari jalur tersebut
(Robinson 2001:46). Pengamatan tersebut seharusnya menguatkan
peran sentral pimpinan dalam menerangkan hal yang dihadapi dewan serta peranan yang dimiliki pimpinan dan ketua dewan dalam
memandu diskusi dewan untuk menyelesaikan pembahasan saat
kontribusi prinsipil pada sebuah topik telah dibuat.
Di sini ada dua poin tentang penyelenggaraan rapat yang efektif:
● Yakinkan bahwa seluruh anggota memiliki kesempatan untuk berkontribusi pada isu-isu yang penting. Jika beberapa
anggota kurang berperan, ketua dewan harus menanyakan
pendapat mereka.
● Tampilkan segala sesuatu yang ada. Dengan kata lain, seluruh
informasi dan pendapat harus dinyatakan pada rapat seluruh
anggota dewan. Anggota dewan secara perseorangan tidak
seharusnya melobi pimpinan organisasi di luar ajang rapat
anggota dewan; isu-isu penting seharusnya tidak disimpan
untuk sebuah komite dalam dewan karena hal ini lebih merupakan simpati dengan posisi pimpinan organisasi atau ketua
dewan. Dalam jangka panjang, keterbukaan akan menjadi
kebijakan terbaik.
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
145
Saran untuk pimpinan organisasi: Informasi yang diberikan
kepada dewan saat rapat haruslah sesuai dengan standar: “tanpa
kejutan”. Tidak ada dewan yang ingin tampak tak tahu apa-apa atau
dipermalukan di depan publik karena terbukanya suatu masalah
atau pencapaian yang seharusnya diketahui anggota dewan. Jika ada
masalah yang mengancam lembaga think tank, salah satu akibatnya
adalah menerima tekanan. Jika ada prestasi yang diharapkan dan
telah dicapai, dewan harus mengetahuinya sebelum rapat. Jika
tidak, anggota-anggota dewan mungkin bakal menyesali keputusan
pimpinan untuk menyembunyikan informasi. Penyesalan tersebut
dapat memicu masalah yang lebih besar. Jadi, tetaplah memberi
informasi kepada dewan melalui rapat anggota dewan.
Waktu di Antara Dua Rapat
Komunikasi dengan anggota dewan di sela-sela dua rapat sangat dibutuhkan. Anggota yang diingatkan keanggotaan mereka
akan terdorong bekerja demi keuntungan organisasi. Komunikasi
tersebut tidak perlu terlalu rumit. Banyak lembaga think tank yang
tetap berhubungan dengan anggota dewannya dengan mengirimi
mereka salinan setiap publikasi baru. Ini memiliki dua tujuan. Pertama, untuk mengingatkan kepada anggota kepada kinerja lembaga.
Kedua, jika publikasi terkait dengan sebuah topik kebijakan yang
terkait dengan kepentingan khusus anggota dewan, hal ini dapat
membuat anggota lebih siap dalam debat publik.
Pada beberapa kasus, pimpinan lembaga think tank mengirimi
dewan lembaga tersebut sebuah laporan tentang kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di antara dua rapat. Laporan-laporan tersebut
biasanya diberikan setiap trimester untuk dewan yang melakukan
rapat sekali atau dua kali dalam setahun. Ada dua format yang
umum. Pertama, sebuah laporan yang cukup menyeluruh yang
dapat mencapai lima halaman atau lebih—seperti sebuah buletin.
Bentuk kedua adalah bentuk yang lebih pendek, lebih pribadi, dan
ditandatangani oleh pimpinan dan berisi beberapa aktivitas yang
dikedepankan.
146
MANAGING THINK TANKS
Seperti yang telah diindikasikan sebelumnya, penting bagi
pimpinan organisasi untuk memberi informasi kepada dewan
tentang problem besar atau perkembangan positif organisasi ketika kejadian-kejadian tersebut muncul. Dalam beberapa kasus,
pimpinan disarankan untuk berkonsultasi secara formal paling
tidak dengan ketua dewan berkaitan dengan perubahan, krisis,
atau masalah besar.
HAL-HAL OPERASIONAL
Bagian ini mencakup tujuh pertanyaan praktis tentang struktur
dan komposisi dewan serta perekrutan anggota dewan baru. Hal
ini mencakup diskusi tentang keanggotaan dewan dari perspektif
lembaga think tank dan orang-orang yang sedang direkrut, cara
mengenali potensi dan merekrut anggota yang kuat, dan cara
memperkenalkan anggota baru kepada organisasi dan tugas-tugas
mereka.
Struktur Dewan
Kecenderungan di sepanjang dekade ini menunjukkan bahwa
dewan di organisasi perusahaan dan organisasi nirlaba beranggota
lebih sedikit dan memiliki lebih sedikit komite dari sebelumnya.
Ada lebih banyak pekerjaan yang dikerjakan oleh dewan dan sebuah
dewan yang beranggota lebih sedikit akan mendorong untuk diskusi
terbuka dan bertukar pikiran. Jumlah anggota dewan sangat bervariasi, tapi jumlah yang dianggap efektif adalah delapan sampai
sepuluh orang. Beberapa dewan beranggotakan hanya lima atau
enam orang. Mereka dapat melakukan pertukaran pikiran dengan
baik di antara mereka, seperti halnya antara dewan dengan pimpinan. (Charan 1998, 40-41)
Era organisasi nirlaba yang memiliki beberapa komite untuk
beberapa tujuan telah berlalu. Sekarang ini merupakan hal biasa
jika di dewan organisasi nirlaba hanya memiliki sebuah komite.
Komite itu dapat berupa komite audit yang berhubungan dengan
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
147
isu-isu manajemen keuangan atau sebuah komite eksekutif yang
berhubungan dengan keuangan dan menangani masalah-masalah
yang lebih besar.12 Sebuah komite eksekutif yang efektif dapat mengadakan rapat dengan seluruh anggota dewan untuk isu-isu yang
penting. Sebagai contoh, komite eksekutif dapat ditugasi untuk
mengulas secara rinci laporan audit dan bertemu dengan auditor.
Selanjutnya, komite dapat membuat kesimpulan dari hasil untuk
diberikan kepada seluruh anggota dewan dan membuat rekomendasi penting berkaitan dengan pengarahan yang diberikan kepada
pimpinan organisasi.
Tentu saja, dewan terkadang perlu menugasi komite untuk
fungsi-fungsi tertentu. Salah satu komite sementara yang paling
umum adalah komite untuk mencari pimpinan baru dari lembaga
think tank.
Frekuensi Rapat
Sebagian besar dewan dari lembaga think tank tingkat tiga
bertemu dua kali dalam setahun. Ada dua alasan untuk tidak sering melakukan rapat. Pertama karena partisipasi sebagai anggota
dewan bersifat suka rela dan tidak dibayar, dan juga karena lembaga
think tank bekerja keras untuk menarik orang-orang yang berkualitas untuk menjadi anggota; hanya sebuah komitmen dalam waktu
terbatas yang dapat diharapkan. Kedua, di sepanjang waktu, banyak
organisasi telah mengembangkan sistem yang ditetapkan dengan
baik untuk memastikan kontrol keuangan dan kualitas penelitian
sehingga pelaksanaannya hanya memerlukan sedikit pengawasan
dari dewan. Rapat dewan dua kali setahun telah menjadi standar
yang masuk akal bagi organisasi-organisasi tersebut.13
Untuk lembaga yang lebih muda, disarankan melakukan empat
kali rapat dalam setahun. Pimpinan organisasi dan ketua dewan
dapat berpikir untuk menggunakan rapat sebagai ajang memfokuskan organisasi pada aspek-aspek yang berbeda dari kinerja dan
pengoperasian lembaga think tank. Sebagai contoh, dua kali rapat
dalam setahun dapat memusatkan perhatian pada isu-isu yang
paling penting, kemajuan yang dicapai lembaga terhadap tujuan
148
MANAGING THINK TANKS
dan arah masa depan. Rapat yang berlangsung setelah selesainya
laporan audit dapat membahas tentang manajemen keuangan dan
rapat keempat dapat membahas isu-isu manajemen lain. Satu item
di dalam agenda untuk salah satu dari rapat-rapat dapat berupa
pembagian tanggung jawab di antara dewan dan pimpinan organisasi: Apakah Pembatasan Eksekutif harus disesuaikan? Ketika
kebutuhan akan pengawasan dari dewan yang biasanya cukup
ketat berkurang, rapat dewan dapat dilangsungkan hanya dua kali
dalam setahun.
Perekrutan Anggota Baru
Dalam dunia perusahaan, dewan biasanya tidak memiliki sistem
yang cukup efektif untuk memilih anggota baru (Nadler 2004, 107).
Lembaga nirlaba juga mengalami hal yang sama.
Perjanjian yang dibuat sebagian besar lembaga think tank menjelaskan secara spesifik berapa lama anggota dewan bertugas dan
juga proses pergantian anggota. Menurut standar yang umum, seseorang dapat ditunjuk untuk bertugas selama tiga atau lima tahun
dalam satu periode, dengan kemungkinan dapat dipilih satu atau
dua kali lagi. Beberapa organisasi membuat aturan yang memungkinkan seorang anggota bertugas lebih lama dengan memberinya
status seperti “anggota seumur hidup” sehingga dia dapat bertugas
selama mungkin tanpa batasan. Namun, biasanya anggota tersebut
hanya merupakan tambahan bagi anggota yang dipilih secara reguler dan dia tidak begitu aktif dibandingkan dengan anggota lain.
Anggota dapat diganti sewaktu-waktu sehingga anggota inti yang
berpengalaman selalu ada.
Sebuah argumen yang masuk akal menyatakan bahwa jika
sebuah dewan bekerja secara efektif, susunan keanggotaannya seharusnya tidak diubah. Namun, ketika dewan telah cocok dengan
susunan yang ada dan bekerja sama dengan baik dengan manajemen, kegagalan dalam menghadirkan anggota baru sangat mungkin dapat menjadi sebuah kesalahan. Anggota baru mungkin saja
dapat mengajukan pertanyaan tentang performa atau mengusulkan
kebutuhan akan perubahan dalam agenda lembaga, atau bahkan
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
149
pimpinan lembaga. Pemilihan anggota “seumur hidup” memberi
jalan bagi dewan untuk tetap mempertahankan anggota lama dan
sekaligus menambah tenaga baru.
Perekrutan: Hal-Hal yang Diinginkan Anggota Dewan
Sebagian besar orang yang menjadi anggota dari dewan di sebuah
lembaga think tank melakukan perekrutan karena tiga alasan, yang
dapat dikombinasikan satu dengan yang lain. Pertama, mereka akan
senang bekerjasama dengan rekan sesama anggota dewan. Hal ini
dapat merupakan dorongan yang kuat jika dewan lembaga tersebut
dipenuhi oleh orang-orang yang prestisius. Kedua, anggota ingin
merasa bahwa mereka sedang melakukan pekerjaan yang bagus.
Mereka sedang memberikan sesuatu untuk komunitas mereka dengan memberikan pelayanan tanpa kompensasi.14 Ketiga, anggota
dewan ingin tergabung ke dalam organisasi yang melakukan kerja
berkualitas tinggi. Lembaga think tank yang diperhitungkan dan
aktif di wilayah publik akan lebih mudah dalam menarik kandidat
anggota dewan yang paling diinginkan daripada lembaga lain.
Sepanjang waktu, dewan dapat menjadi lebih menarik bagi anggota baru yang potensial dengan membantu lembaga think tank
meraih tujuan utamanya dan dengan merekrut anggota baru yang
layak. Di sini, suksesi berkembang lebih lanjut. Anggota diberi
peran sentral dalam kehidupan lembaga dan mendapat keuntungan
yang dicarinya setelah bekerja dalam dewan. Tidaklah mengejutkan
bila dewan biasanya mengerahkan banyak energi dalam merekrut
anggota.
Orang yang Dapat Direkrut
Seluruh dewan berusaha mencari seseorang dengan reputasi
kuat dalam bidangnya. Namun, kualifikasi lain apakah yang harus
dimilikinya?
Untuk awalan, ada dua aturan sederhana tentang orang yang
bisa direkrut.
150
MANAGING THINK TANKS
1. Tak punya konflik kepentingan: Kesalahan yang biasa terjadi
di antara lembaga think tank adalah menyuruh direktur
atau pimpinan dari lembaga think tank lain untuk menjadi
anggota dewan. Hal ini tentu saja kontraproduktif karena
lembaga-lembaga think tank akan bersaing satu dengan
lainnya dalam pendanaan dan dalam diskusi tentang isu
kebijakan yang sama. Anggota dewan memiliki akses penuh
untuk strategi pengembangan masa depan lembaga. Memberi
informasi kepada calon pesaing merupakan hal yang tidak
diinginkan dan menempatkan anggota pada posisi yang
lemah.
2. Tidak ada kroni: Beberapa dewan adalah kumpulan dari
rekan pimpinan organisasi atau anggota dewan. Hal ini dapat membuat rapat yang menyenangkan, tapi manajemen
menjadi kurang baik. Adanya kroni juga membuat potensi
perpecahan di dalam dewan, membuat kerumitan dalam
tugas-tugas pengawasan, dan menghambat wacana produktif.
Masing-masing kandidat untuk keanggotaan dewan haruslah
seorang profesional dengan reputasi kuat dalam hal integritas,
kreativitas, dan pemikiran. Di luar hal tersebut, paling tidak beberapa anggota harus memiliki pengalaman yang signifikan dalam
pengembangan kebijakan publik, penelitian ilmu sosial dan evaluasi, serta keuangan perusahaan. Juga penting untuk menyertakan
orang-orang dengan latar belakang pernah bekerja di media atau
bentuk lain dari komunikasi. Dewan sering kali kekurangan pengalaman ini sehingga masukan dari perspektif tersebut tidak ada atau
cenderung naif ketika membahas inisiatif baru. Jika kemampuan
tersebut tidak ada dalam dewan seluruhnya, dewan akan kesulitan
dalam memenuhi tanggung jawabnya.
Anggota dewan harus juga mampu bekerja dengan baik di
dalam tim dan menjadi kolega yang baik: dewan bukan tempat
untuk segala keributan yang tidak perlu. Satu alasan yang membuat
hampir seluruh dewan bertanggung jawab dalam menominasikan
anggota baru adalah anggota yang sedang menjabat dapat men-
151
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
dukung kandidat yang mereka pilih berdasarkan hubungan kerja
yang telah dijalin.
Yang terakhir, pimpinan lembaga think tank seharusnya meminta seorang kandidat dewan meletakkan tugas mengabdi pada
lembaga sebagai salah satu dari tiga prioritas utamanya di antara
keanggotaan dewan dan tugas-tugas lain di luar pekerjaan utamanya. Banyak kandidat terbaik telah bekerja di dewan lain. Tak
pelak, bekerja dalam beberapa dewan akan menurunkan perhatian
seseorang yang sebenarnya dapat diberikan secara menyeluruh. Ketika orang tersebut direkrut sebagai anggota dewan tambahan, akan
ada rapat dewan yang terlewatkan dan perhatian yang berkurang
pada lembaga saat jeda di antara rapat-rapat dewan. Untuk alasan
ini, meminta calon anggota untuk menjadikan pekerjaan di dewan
sebagai prioritas dapat memberikan sinyal yang kuat bagi harapan
pimpinan organisasi dan ketua dewan. Lebih baik seorang kandidat mengundurkan diri daripada menjadi anggota, tapi hanya
berkontribusi sedikit.
Setelah mempelajari posisi reguler yang ditempati oleh anggota
dewan pada lembaga think tank, lembaga cenderung mengadopsi
salah satu dari kedua model dalam merekrut anggota dewan (lihat
Tabel 6-1). Model-model ini adalah contoh kasar dan banyak terjadi
perpaduan dari model-model tersebut. Namun, kasus-kasus yang
mencolok berguna untuk penggambaran ini.
Tabel 6-1 Pekerjaan Orang yang Direkrut untuk Dua Prototipe Dewan
yang Berisi Orang-Orang Kepercayaan
Model ‘saran ahli’
Model ‘orang khusus’
l
Mantan menteri, gubernur wilayah,
anggota dewan perwakilan rakyat
senior
l Akademisi ilmu sosial ternama
l Pemilik industri dan keuangan
l Anggota media
l Pemimpin LSM terkenal, termasuk
kelompok kepentingan publik dan
perkumpulan dagang
l
Mantan menteri, gubernur
wilayah, anggota dewan perwakilan
rakyat senior
l Anggota media
l Pemimpin LSM terkenal,
termasuk kelompok kepentingan
publik dan perkumpulan dagang yang
kepentingannya bertalian dengan
kepentingan lembaga think tank
152
MANAGING THINK TANKS
Pada model “orang khusus”, penekanannya adalah pada cara
menarik orang-orang yang prestisius untuk mendongkrak citra lembaga. Tentu saja, keterampilan-keterampilan pokok yang terdaftar
di atas harus ada di antara anggota dewan keseluruhan. Namun, jika
dewan berjumlah lebih besar (misalnya lebih dari delapan orang),
mungkin dewan sebaiknya memiliki anggota-anggota yang memiliki berbagai kepentingan dan latar belakang, seperti industrialis,
ahli keuangan, dan pelaku bisnis—banyak di antaranya yang tidak
memiliki hubungan dengan kelompok pembuat kebijakan. Dewan
tersebut memberi pandangan dan saran dalam jangkauan luas
untuk pimpinan. Pada saat yang sama, keragaman anggota dapat
saja mengganggu kesatuan dan saling keterkaitan dewan.
Pada model “saran ahli” minat anggota lebih condong pada
penelitian dan kepentingan kebijakan lembaga think tank. Dewan
ini biasanya lebih kecil jumlahnya demi menjaga diskusi tetap
terfokus dan untuk mengambil keuntungan maksimal dari setiap
masukan anggota. Para anggota dewan tersebut mungkin lebih
bisa memberi saran yang jelas bagi pimpinan organisasi tentang
strategi dan pengoperasian lembaga. Di sisi lain, dewan tipe ini
mungkin akan menjadi terlalu berkuasa dalam mengarahkan serta
anggotanya mungkin bisa mewakili latar belakang dan pengalaman
yang minim.
Mungkin yang lebih penting daripada model adalah seperangkat
tujuan. Pimpinan lembaga dan ketua dewan harus menentukan
tujuan dewan. Mereka juga harus memahami bahwa jika diperlukan sewaktu-waktu dapat dilakukan restrukturisasi dewan untuk
meningkatkan efektivitasnya.
Satu faktor penting lagi yang masuk ke dalam perhitungan
seleksi anggota: keragaman. Sebagian besar dewan lembaga mencoba memelihara keterwakilan dengan keberagaman dalam beberapa faktor selain latar belakang profesional. Keragaman tersebut
memberi dewan dan pimpinan lembaga sudut pandang yang lebih
luas. Pernyataan berikut dari para CEO menggambarkan hal ini
(Schultz 2001, 128):
Beberapa CEO yang memiliki sepuluh atau sebelas orang yang
memiliki latar belakang dan pengalaman serupa, dan berada di
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
153
sekitarnya saat rapat dewan bagaikan sedang berbicara dengan
diri sendiri.
Jika Anda menambahkan air pada air, Anda akan memperoleh
air. Mungkin air tersebut dapat diminum, tapi bukan merupakan
jus yang enak.
Sekelompok orang dengan latar belakang dan pengalaman
yang sama akan membuat sebuah solusi yang dapat diprediksi.
Itu bukan ide yang bagus untuk kehidupan. Sudut pandang yang
berbeda akan menghasilkan sebuah pendekatan yang luwes dalam
pembuatan keputusan.
Susunan dewan juga memberi pesan tentang filosofi dan nilainilai yang dianut lembaga kepada calon sponsor dan klien.
Syarat keseimbangan yang pertama adalah afiliasi politik para
anggota. Sebagian besar lembaga think tank berjuang agar dikenal
menghasilkan rekomendasi kebijakan yang objektif, dan hanya
beberapa lembaga yang menginginkan dikenal kecondongannya
kepada partai politik tertentu. Sebuah cara untuk menunjukkan
ketakterlibatan pada salah satu partai politik adalah menyertakan anggota dari berbagai latar belakang politik yang berbeda.
Faktor kedua untuk menyeimbangkan adalah susunan gender:
memberikan lebih banyak kesempatan untuk perempuan dalam
urusan publik. Keterlibatan perempuan dalam dewan merupakan
suatu keharusan. Ketiga, perwakilan dari berbagai wilayah atau
etnis harus ada. Tipe spesifik untuk keseimbangan dalam hal ini
tergantung pada kondisi daerah. Sebagai contoh, dewan yang
beranggotakan khusus orang-orang dari ibu kota negara dapat
memberi gambaran bahwa lembaga think tank tersebut bersifat
lokal. Jika suatu negara memiliki beberapa kelompok etnis yang
dominan, perwakilan dari setiap kelompok etnis dalam lembaga
adalah kebijakan yang bagus.
Dewan menghabiskan waktu yang penting untuk merekrut
anggota. Mereka mula-mula harus menetukan kualifikasi yang
dibutuhkan, seperti yang telah dibahas sebelumnya. Selanjutnya,
kandidat-kandidat diseleksi oleh dewan. Akhirnya, seorang kandidat dipilih dan dilantik.
154
MANAGING THINK TANKS
Cara Merekrut
Sebelum melantik anggota dewan baru, dewan perlu menjelaskan harapan minimum untuk pekerjaan yang menghasilkan sukses
dalam dewan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan? Anggota dewan
yang mengenal kandidat biasanya diminta untuk membuat kontak
pertama. Robinson (2001, 126-127) memberikan sebuah daftar
pertanyaan yang bagus yang perlu dijawab berkaitan dengan calon
anggota dewan sebelum dewan membahas keanggotaan dengan
kandidat.
● Isu besar apa yang sedang difokuskan oleh dewan?
● Bakat, keahlian, kualitas atau karakteristik apa yang dicari
oleh dewan dari anggota baru tersebut?
● Seberapa sering anggota dewan mengadakan rapat dan untuk
berapa lama?
● Apakah setiap orang diperintahkan untuk bekerja dalam
sebuah komite? Bagaimana tugas-tugas komite dibuat?
● Jenis penyandang dana apakah yang diperlukan oleh anggota
dewan?
● Apakah hubungan antara dewan dan direktur eksekutif dan
antara dewan dengan staf lain?
● Apakah ada program orientasi?
● Apakah dewan mengadakan program rehat tahunan?
● Adakah perubahan-perubahan pada cakrawala yang harus
diketahui oleh seorang anggota baru dewan?
Banyak perbincangan tentang seberapa cepat waktu yang
diperlukan untuk merekrut anggota dewan. Hal ini merupakan
kesalahan karena dua alasan. Pertama, ini dapat memicu harapan
yang tidak realistis bagi anggota bar, sehingga mungkin berakibat
tingkat keterlibatan yang lebih rendah daripada yang dibutuhkan
dewan. Alasan kedua dan lebih penting adalah karena hal tersebut
mengurangi alasan utama seseorang direkrut: bakat dan pengalaman mereka akan berharga dalam membantu membentuk kinerja
dan agenda masa depan lembaga. Pendek kata, membiarkan segala
ketidaknyamanan kinerja adalah pukulan balik.
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
155
Orientasi Anggota Baru
Program orientasi, baik yang formal maupun informal, membuat
anggota baru dari sebuah dewan akan merasa lebih cepat berkontribusi pada lembaga. Meskipun banyak negara memiliki program
latihan formal untuk pimpinan organisasi nirlaba, program-program tersebut mungkin kurang cocok bagi pimpinan sebagian besar
lembaga think tank karena dua alasan. Pertama, sebagian besar
program tersebut dibuat untuk sejumlah besar organisasi nonpemerintah (NGO), jarang yang didesain untuk lembaga think tank.
Lembaga think tank sering kali lebih mirip perusahaan konsultan
yang berorientasi mencari laba atau pusat penelitian universitas,
berbeda dengan LSM biasa yang memberikan jasa kemanusiaan
(contohnya konseling, pelatihan, dan jasa sosial yang beragam).
Kedua, macam-macam orang yang direkrut ke dalam lembaga think
tank mungkin tidak memiliki minat atau waktu untuk menghadiri
acara seperti itu.
Program sederhana yang dirancang oleh ketua dewan dan
pimpinan lembaga think tank untuk orientasi anggota baru dapat
menyampaikan informasi yang penting. Pada orientasi di kebanyakan lembaga think tank, anggota baru dewan diundang ke lembaga
untuk sebuah rapat yang cukup lama dengan pimpinan organisasi
dan untuk perkenalan kepada anggota staf utama. Ketika anggota
baru tinggal di kota lain, ada semacam etika yang menyebutkan
bahwa pimpinan harus mengunjungi anggota baru untuk memberikan orientasi atau paling tidak menawarkannya terlebih dahulu.
Materi orientasi harus meliputi ringkasan sejarah organisasi karena aktivitas dan sikap kebijakan organisasi dipengaruhi oleh akar
dan perkembangan awalnya.15 Topik-topik tambahan meliputi:
● Visi dan misi;
● Program kerja yang sedang berjalan;
● Sukses terkini dalam penelitian dan proses kebijakan;
● Sejarah keuangan terkini;
● Penggalangan dana, terutama jika hal ini merupakan masalah
signifikan yang dialami dari tahun ke tahun, seiring dengan
strategi yang berhubungan dengan masalah pendanaan;
156
MANAGING THINK TANKS
● Banyak masalah lain, yang sedang dihadapi atau akan dihadapi, yang telah didiskusikan dengan dewan; dan
● Staf utama lembaga, dengan menyoroti kontribusi utama
mereka.
Setiap anggota baru harus diberi satu paket materi tentang
organisasi: aturan dan dokumen-dokumen hukum lain adalah
keharusan, demikian juga dengan pernyataan tentang keuangan
terkini dan rencana strategis, jika ada. Laporan tahunan untuk dua
atau tiga tahun terakhir dan contoh produk lembaga juga harus
disertakan.
Sering dikatakan bahwa bertanya adalah cara belajar terbaik.
Hal ini juga berlaku bagi anggota dewan.16 Rapat empat mata
dengan pimpinan lembaga akan memberi cakupan signifikan dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun, presiden juga harus
mendorong setiap anggota baru yang ingin berbicara dengan anggota staf senior—baik peneliti maupun administrator—untuk terus
maju.
Tidak ada orientasi yang lengkap tanpa pembahasan tugas-tugas
bagi anggota baru dewan dan harapan yang ditujukan organisasi
kepadanya. Perbincangan ini dapat dipimpin oleh pimpinan organisasi atau ketua dewan. Dalam hal ini, perbincangan harus dipandu
dengan sebuah pernyataan yang dibuat oleh dewan, idealnya pada
saat yang sama ketika dewan membahas kandidat yang spesifik
untuk bekerja di dalam dewan. Sebagian besar tugas akan menjadi biasa untuk semua anggota, termasuk kehadiran pada rapat
dewan, partisipasi aktif dalam rapat, dan sebagainya. Namun, ada
banyak tugas khusus untuk beberapa anggota. Sebagai contoh,
seorang anggota dengan latar belakang finansial yang bagus dapat
diperintahkan untuk memimpin pengawasan kondisi dan kontrol
keuangan organisasi, bisa dengan cara mengulas audit dari pihak
luar dalam keuangan lembaga.
Menilai Dewan
Tidak diragukan lagi, dewan perlu menilai kinerjanya setiap
beberapa tahun. Sebuah pandangan yang realistis dan mengarah
langsung pada aktivitas dewan dapat mempercepat langkah untuk
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
157
memperkuat kinerjanya. Namun, langsung memulai proses tersebut
tanpa pemahaman dan itikad untuk ikut terlibat dan betul-betul
berniat menyelesaikan tugas-tugasnya adalah kesalahan. Robinson (2001, 148-149) menggariskan elemen-elemen berikut untuk
penilaian diri:
● Komitmen partisipasi dari seluruh anggota dewan;
● Sebuah komite atau kelompok kecil dengan tugas untuk
mengawasi, mengulas, dan menyusun hasilnya;
● Sebuah jadwal lengkap yang mencantumkan spesifikasi waktu
untuk pertanyaan penilaian pribadi akan diulas oleh seluruh
anggota dewan, dibagikan, dan dikembalikan;
● Waktu yang disediakan pada rapat dewan atau untuk sebuah
rapat khusus guna mengulas hasilnya.
● Sebuah rencana tindakan yang mengarah pada kelemahan
yang dilihat oleh dewan pada peranan atau struktur; dan
● Sebuah cara untuk mengawasi apakah rencana tindakan
sedang dijalankan.
Sejumlah panduan tersedia untuk membantu dewan mengatur
penilaian diri.17 Pada akhirnya, apakah dewan merancang sendiri
proses atau mengikuti panduan dari pihak lain, pertanyaan-pertanyaan seperti yang terdaftar pada Boks 6-6 akan perlu ditujukan.
Boks 6-6 Isu-Isu dan Pertanyaan-Pertanyaan yang Umumnya
Ditujukan untuk Penilaian Diri bagi Dewan
l
Misi: Apakah pernyataan tentang misi telah digunakan untuk memandu
keputusan? Apakah pernyataan misi dijalankan saat ini?
l Susunan dan struktur dewan: Apakah bakat seseorang yang dibutuhkan
organisasi telah terwakili dalam dewan? Apakah struktur komite telah berfungsi?
l Rapat-rapat dewan: Apakah rapat-rapat itu terfokus pada isu-isu yang
tepat? Apakah dewan memiliki informasi yang dibutuhkan untuk membuat
suatu keputusan? Adakah waktu yang cukup untuk diskusi dan debat?
lHubungan dewan/staf: Apakah dewan menghormati otoritas dari direktur
eksekutif? Apakah evaluasi direktur eksekutif berguna untuk dewan dan
bagi dia sendiri?
lAktivitas utama: Apakah dewan mengevaluasi keefektifan kegiatan-kegiatan
itu?
l Keuangan: Apakah dewan memahami rencana pengembangan sumber
daya? Apakah dewan memahami kewajibannya untuk membantu menggalang dana?
158
MANAGING THINK TANKS
Bentuk penilaian diri singkat di atas disertai pertanyaan-pertanyaan yang dapat menawarkan titik tolak bagi ketua dewan dan
pimpinan lembaga think tank untuk menilai baik buruknya dewan
dalam melaksanakan tugasnya. Dewan dan pimpinan lembaga dapat memetakan rencana untuk menunjukkan setiap masalah yang
nyata. Sasarannya adalah memaksimalkan kontribusi yang dibuat
oleh orang-orang berbakat yang bekerja sebagai anggota dewan,
tanpa melihat apakah seluruh anggota dewan terlibat atau tidak,
serta apakah perubahan yang dihasilkan dari konsultasi antara
ketua dewan dan pimpinan lembaga.
CATATAN
1. Pengalaman ini meliputi saat menjadi anggota dewan kepercayaan organisasi nirlaba Institute for Urban Economics di
Moskow (1995–sekarang), dewan dan pimpinan lembaga yang
berorientasi laba, Metropolitan Research Institute di Budapest
(1992-1997), serta dewan direktur lembaga yang berorientasi laba,
E-A Ratings di Moskow (1997-2001).
2. Daftar Lembaga think tank ini ada pada Bab 1.
3. Literatur tersebut adalah buku-buku Robinson (2001),
Schultz (2001), Carver (1997), dan Charan (1998).
4. Perlu dicatat bahwa di banyak negara, aturan hukumnya
kurang menjelaskan secara spesifik tentang bentuk-bentuk organisasi sehingga aturan untuk aktivitas lembaga think tank kurang
terakomodasi di dalamnya.
5. Bagian ini dikutip dari Robinson (2001, 11-12, 29-40).
6. Batas sederhana ini layak untuk lembaga think tank yang
baru saja terbentuk, tapi batas lebih tinggi akan lebih pantas ketika lembaga telah memperoleh pengalaman.
7. Kebijakan The Urban Institute adalah tidak bekerja sebagai
sebuah lembaga dengan suatu partai politik. Petunjuk pelaksanaan untuk personel berisi pernyataan berikut tentang aktivitas
politik dari staf:
Menggali yang Terbaik dari Dewan Anda
159
The Urban Institute tidak membatasi aktivitas politik individu. Untuk menjaga status non-partisan lembaga, karyawan tidak boleh memakai waktu kerja
atau sumber daya lembaga untuk kepentingan aktivitas politik, misalnya untuk berkampanye atau melakukan lobi. Staf bebas untuk ikut dalam aktivitas
yang dilakukan di luar lembaga, yang tidak ada hubungannya dengan The Urban Institute dan tidak menunjukkan bahwa dia mewakili The Urban Institute
dengan cara apa pun.
8. Charan (1998, 117) mengusulkan untuk menggunakan ketiga pertanyaan berikut sebagai panduan untuk menyiapkan presentasi.
1. Wawasan apakah (dua atau tiga buah) yang seharusnya
didapat oleh dewan dari presentasi ini?
2. Isu-isu apakah (dua atau tiga buah) yang didapatkan
oleh penyaji dari wawasan dewan?
3. Poin-poin apakah yang dipercaya oleh penyaji akan dapat memberi informasi kepada dewan?
9. Lihat Bab 7.
10.Bahkan pada wilayah ini, sangat tidak biasa bagi seorang
anggota dewan atau anggota seluruhnya untuk memaksakan
sebuah inisiatif kepada manajemen senior (yang berlawanan dengan kehendaknya). Kekuatan dewan terletak pada menolak inisiatif baru yang cenderung mempertahankan yang lama daripada
membuatnya.
11.Tanpa audit, dewan atau komite akan harus mengulas
pernyataan tentang keuangan dengan perhatian besar, dan seharusnya menunjuk sebuah komite untuk memastikan bahwa kontrol
dasar sudah pada tempatnya dan dijalankan.
12.Sebagai alternatif, beberapa anggota dewan menunjuk seorang bendahara yang tugas utamanya bertanggung jawab atas
pengawasan keuangan. Di sisi lain, dengan tanggung jawab yang
dibebankan kepada seorang bendahara, anggota yang lain dari
dewan sering kali percaya bahwa mereka terbebas dari tanggung jawab untuk urusan ini. Terlebih, tidak semua bendahara
memiliki performa yang bagus untuk mejalankan tugas penting.
Namun, dewan kurang memiliki cara untuk mengetahui apakah
ini penyebabnya. Untuk alasan-alasan tersebut, menjaga tang-
160
MANAGING THINK TANKS
gung jawab dengan dewan tetap diperlukan, baik melalui sebuah
komite maupun seluruh anggota dewan.
13.Jika sebuah lembaga think tank memiliki sebuah dewan
manajemen dan sebuah dewan tersendiri untuk pengawasan,
mungkin penting bagi dewan pengawas untuk bertemu setiap tahun dan untuk memusatkan perhatian pada pencapaian lembaga
atau rencana program.
14.Dua alasan ini tertulis dalam Robinson (2001, 22).
15.Paragraf ini dikutip dari Robinson (2001, 76-77).
16.Lihat Charan, sebagai contoh (1998 85-88).
17.Lihat Slesinger, sebagai contoh (1995), juga Holland dan
Blackmon (2000).
Raymond J. Struyk
7
Memperbarui Program Kerja:
Menciptakan Inovasi
S
eperti lembaga-lembaga lain, lembaga think tank perlu
memperbarui agenda mereka dari waktu ke waktu.
Setidaknya ada tiga alasan di balik itu. Pertama, mereka perlu
mengubah arah riset mereka untuk menjamin bahwa kerja-kerja
mereka tetap relevan dengan agenda kebijakan negara yang terus
berkembang. Kedua, ingatan dan semangat staf tergantung pada
anggota-anggota kunci yang memiliki kesempatan untuk mengubah fokus penelitian dan analisis kebijakan mereka. Ketiga, dan
mungkin yang paling mendasar, adalah bahwa untuk menggalang
dana organisasi mereka harus menawarkan penelitian dan analisis pada topik yang sesuai permintaan yang berlaku­­­­—singkatnya,
mereka harus mengikuti pasar.
Membuat dan menerapkan inovasi dalam program kerja sering
disebut dengan perencanaan strategis. Dalam bentuknya yang
paling maju, perencanaan strategis disajikan sebagai produk formal tertulis. Penyusunan rencana strategis memerlukan relevansi
antara pernyataan misi organisasi dengan situasi terkini dan
analisis sistematik program-program baru untuk lembaga think
tank. Arahan yang baru bagi agenda organisasi tersebut adalah
inovasi. Yang perlu dicatat adalah bahwa lembaga think tank yang
berhasil adalah yang membuat perencanaan berkesinambungan
dan berkala, misalnya per tahun, sehingga ada saat untuk mengam161
162
MANAGING THINK TANKS
bil persediaan gagasan dan menilai pilihan-pilihan baru—topik
riset baru, klien alternatif, dan kegiatan yang berbeda (misalnya
menawarkan program pelatihan baru atau mencari subsidi untuk
melakukan survei rumah tangga). Atmosfer pada lembaga think
tank seperti inilah yang mendorong staf mencari inovasi.
Dengan kata lain, perencanaan strategis harus dilakukan hanya
jika lembaga think tank menghadapi masalah keuangan serius.
Meskipun dorongan untuk perubahan mungkin berguna, tapi
pengambilan keputusan terbaik jarang terjadi dalam suasana krisis.
Demikian juga menanam investasi pada saat kelangkaan sumber
daya hanya bisa terjadi jika intuisi pemimpin lembaga mengatakan
ada pasar untuk upaya tersebut. Analisis awal yang jeli sangat penting untuk meningkatkan peluang keberhasilan inovasi tersebut.
Persiapan rencana strategis formal tentu saja berguna. Namun,
bab ini tidak hanya berfokus pada mengenali dan menilai peluang
bagi lembaga think tank. Alasannya adalah karena mempersiapkan
rencana formal untuk suatu inovasi dapat memakan biaya tinggi.
Lebih baik menggunakan sumber daya terbatas yang ada untuk
mencari dan menilai ide produk baru yang dapat ditawarkan lembaga think tank, klien-klien baru untuk jenis analisis atau evaluasi,
atau kelompok audiens baru untuk temuan kebijakan.1
Bab ini membahas tentang bagaimana mendorong, membuat
dan menilai inovasi di lembaga think tank. Namun, penting diingat bahwa berfokus pada arah baru dapat menjadi pengalaman
yang berat bagi organisasi think tank. Untuk itu, bagian pertama
bab ini akan membahas jenis tantangan serta keuntungan dari
mencoba kegiatan yang baru dan sama sekali berbeda dari biasanya. Bagian kedua akan mengulas inovasi yang dilakukan oleh
empat lembaga think tank di Eropa Timur dan Rusia­­—bagaimana
inovasi-inovasi tersebut diidentifikasi, dinilai dan dilakukan, serta
masalah-masalah apa saja yang ditemui selama proses tersebut.
Bagian terakhir akan menyajikan pelajaran yang dapat disaring
dari literatur mengenai cara mendorong inovasi dalam organisasi
nirlaba dan pencari laba.2
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
163
TANTANGAN DAN IMBALAN
Lembaga think tank dapat melakukan bermacam inovasi yang
beberapa di antaranya akan dipaparkan di bagian selanjutnya.
Untuk menyederhanakan pembahasan, bab ini akan berfokus pada
perubahan khusus: memberikan jasa konsultasi selain melakukan
riset dan analisis kebijakan yang didukung yayasan. Pada prinsipnya lembaga riset kebijakan publik swasta dapat memiliki empat
kelompok klien: lembaga pemerintah pusat, pemerintah lokal, donor dan kalangan bisnis. Kontrak-kontrak dengan lembaga donor
dan pemerintah pusat sering kali mendukung jenis pekerjaan yang
digeluti lembaga think tank: pembuatan kebijakan, termasuk studi
latar belakang empiris; evaluasi program; implementasi program
percontohan/pilot; dan pelatihan bagi pejabat mengenai program
baru atau perubahan rancangan pada program yang ada. Bekerja
dengan pemerintah daerah cenderung lebih teknis atau manual.
Meskipun isu kebijakan masih menonjol pada berbagai tugas yang
dilakukan lembaga, penekanannya tetap pada menjawab masalah
konkret untuk meningkatkan efisiensi yang menjadi alasan pada
jasa yang diberikan, kenaikan pajak, pembuatan anggaran, atau
penyimpanan dana sebagai modal. Sementara itu, bekerja dengan
kalangan bisnis jauh lebih bervariasi. Misalnya, kontrak-kontrak
bank untuk perkiraan makroekonomi, pelatihan staf, rancangan
produk pinjaman baru, prosedur pelayanan pinjaman untuk
mendukung produk pinjaman baru, dan penilaian atas calon pasar
yang baru.
Tantangan dan imbalan yang terkait dengan keragaman tersebut
dipaparkan di daftar berikut, dan masing-masing akan dibahas
di bab selanjutnya. Perlu dicatat bahwa dalam sekitar 15 tahun
terakhir, banyak organisasi nonpemerintah yang mendapat tambahan pendapatan dari kegiatan jasa yang dibayar, sebagian karena
mengantisipasi kekurangan pemasukan dari sumber “tradisional”
dan sebagian lagi karena keinginan untuk memperluas cakupan
layanan.3
164
MANAGING THINK TANKS
Tantangan bagi lembaga think tank dari kegiatan konsultasi
hingga kegiatan komersial lain adalah sebagai berikut:
● Penetapan agenda dan fokus yang kurang baik;
● Penggunaan data dan publikasi yang terbatas;
● Kurangnya kemandirian;
● Konflik budaya di dalam tubuh lembaga think tank;
● Klien atau sponsor yang “sulit”;
● Tantangan manajerial.
Peluang imbalan yang dapat diraih di antaranya:
● Pengalaman dalam pembuatan kebijakan semakin luas;
● Peningkatan efisiensi;
● Memperoleh dukungan untuk pengeluaran tambahan;
● Semakin dikenal dan menambah peluang pasar.
Banyak lembaga think tank yang menganggap bahwa subsidi
silang dari proyek berorientasi laba bagi kalangan bisnis itu menguntungkan. Subsidi tersebut hampir sama dengan struktur pengeluaran operasional seperti pada lembaga nirlaba, tapi ditambah
laba. Subsidi sering kali disebut dengan nama lain agar klien dan
sponsor tidak bingung tentang pekerjaan dan proyek apa yang
dikerjakan lembaga think tank.
Tantangan
Penetapan agenda dan fokus yang kurang baik
Konsultan, menurut definisinya, bekerja menanggapi kebutuhan
kliennya. Sering kali konsultan tidak mengerti kebutuhan klien
sebelum dikontak oleh mereka. Karena klien yang menentukan
agenda, semakin besar bagian pekerjaan konsultasi yang ditangani
suatu perusahaan maka semakin reaktif pula perusahaan tersebut dan semakin lemah kemampuannya menetapkan agendanya
sendiri.
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
165
Di Amerika Serikat misalnya, banyak lembaga think tank yang
memperoleh sebagian besar pemasukannya dari kontrak-kontrak
pemerintah federal, misalnya MDRC dan The Urban Institute,
mengendalikan sebagian besar agenda mereka dengan mendapatkan dana dari yayasan-yayasan untuk mengupayakan topik-topik
yang mungkin menjadi agenda federal saat itu. Kesulitan yang
dikandung oleh model ini untuk lembaga think tank di berbagai
belahan dunia adalah bahwa volume dana dari yayasan mungkin
tidak cukup untuk membuat proyek-proyek yang ditentukan sendiri
berada pada tingkat kritis/penting.4
Penggunaan data dan publikasi yang terbatas
Dalam melakukan konsultasi dengan kalangan usaha dan
lembaga donor ada pembatasan tegas atas hak konsultan untuk
menggunakan data yang diperoleh atau laporan-laporan yang
dihasilkan selama proses konsultasi untuk tujuan apa pun selain
yang langsung menyangkut kepentingan klien. Itu cukup membatasi
kerja konsultasi yang dilakukan lembaga think tank dalam proses
kebijakan.5
Kurangnya kemandirian
Kurangnya kemandirian yang tampak sebagai akibat kegiatan
konsultasi reguler dengan klien adalah masalah umum bagi lembaga
think tank yang bergelut dengan pekerjaan tersebut. Bahkan, ketika
ada hak untuk mempublikasikan bahan-bahan yang berdasarkan
pekerjaan menurut kontrak, masih ada masalah lain, yaitu apakah
konsultan think tank melakukan sensor diri (self-censorship) untuk menjaga kelanjutan hubungan baik dengan klien.6 Kredibilitas
hanya dapat dicapai melalui sejarah posisi kebijakan konsisten
yang hanya berdasarkan riset. Namun, posisi tersebut terkadang
berlawanan dengan yang diinginkan sponsor. Hal itu tak dapat
dihindarkan.
166
MANAGING THINK TANKS
Konflik budaya di dalam lembaga think tank
Para staf lembaga think tank yang mengabdikan diri untuk
kepentingan publik­­—yang merupakan tujuan pendirian lembaga—
akan merasa sangat terganggu dengan keputusan lembaga untuk
melakukan pekerjaan yang mencari laba.7 Akan ada tuduhantuduhan seperti penyimpangan dari tujuan dan pembelotan ke
arah “perilaku korporasi”.
Klien atau sponsor yang “sulit”
Sponsor yang telah lama mendukung lembaga think tank mungkin tidak setuju dengan argumen lembaga untuk melakukan pekerjaan konsultasi seperti biasanya. Langkah ekstrem yang mungkin
mereka lakukan adalah menarik bantuan mereka.8
Tantangan manajerial
Direktur lembaga think tank harus memiliki naluri manajemen
yang baik agar berhasil menjalankan perusahaan. Namun, naluri
saja sering kali tidak cukup untuk memandu perusahaan jika skala
operasinya berkembang signifikan, khususnya jika jumlah proyek
yang ditangani secara simultan dan jumlah sponsor terpisah terus
meningkat. Singkatnya, melakukan praktik konsultasi sering kali
membutuhkan pengembangan manajemen dan sistem keuangan
lebih lanjut dan besarnya tugas tersebut tidak bisa dengan mudah
disepelekan.
Imbalan
Daftar di atas adalah tugas dan kesulitan yang mungkin dihadapi
lembaga think tank ketika memilih pekerjaan konsultan. Namun,
kesulitan tersebut diimbangi dengan sejumlah imbalan yang bukan
sekadar tambahan pendapatan.
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
167
Pengalaman dalam riset pemuatan kebijakan
­semakin luas
Banyak tugas konsultasi yang mengharuskan peneliti untuk
menggali lebih dalam rincian operasional program publik atau operasi perusahaan. Tugas tersebut menuntut lembaga bekerja lebih
keras daripada menggali informasi pada riset biasa. Misalnya, untuk
mendampingi bank mengenai prospeknya jika menanam modal
besar dalam operasi perbankan retail maka peneliti harus melakukan survei rumah tangga mengenai layanan yang kini digunakan
konsumen dan saran mereka untuk perbaikan layanan tersebut.
Analisis terinci atas pasar dan cakupan tingkat persaingan juga
menjadi elemen penting. Analisis yang dilakukan sangat spesifik.
Namun, pengalaman yang diperoleh tersebut tidak akan berguna,
bahkan jika hanya dijadikan latar belakang umum, jika dilakukan
untuk Departemen Keuangan atau Bank Sentral untuk kebijakan
peraturan perbankan retail.
Peningkatan efisiensi
Beberapa lembaga think tank bekerja untuk kelompok klien
tertentu di dunia yayasan. Yayasan cenderung memilih pekerjaan
terbaik pada bidang pembuatan kebijakan, yaitu pekerjaan dengan
risiko imbalan kecil. Terlebih lagi, proyek-proyek tersebut tidak
membutuhkan jadwal kerja intensif. Sebaliknya dengan pekerjaan konsultasi untuk kalangan bisnis. Pertama, pelayanan untuk
kalangan bisnis biasanya dilakukan pada jadwal yang pendek dan
padat. Jika suatu peluang atau masalah terdefinisi maka kalangan
bisnis biasanya ingin bertindak secepatnya untuk mengatasinya.
Kepadatan jadwal pada pekerjaan untuk lembaga pemerintah dan
donor berada di antara kepadatan jadwal kerja untuk yayasan
dan kalangan bisnis. Yang kedua, perbedaan antara bekerja untuk
yayasan dengan klien lain adalah bekerja atas dasar hibah atau
kontrak. Kontrak lebih jelas mengutarakan spesifikasi produk,
tenggat waktu, dan pelaporan. Selain itu, persaingan untuk mem-
168
MANAGING THINK TANKS
peroleh kontrak lebih ketat karena yang bersaing adalah organisasi
laba dan nirlaba. Oleh karena itu, lembaga think tank yang bekerja
berdasarkan kontrak dengan lembaga pemerintah, bisnis, dan donor berada dalam lingkungan kerja yang menuntut lebih daripada
lembaga yang bekerja untuk yayasan. Beberapa direktur lembaga
think tank yang diwawancarai dalam studi sebelumnya menyatakan hal tersebut. Dari pekerjaan konsultasi yang mereka lakukan,
mereka memandang akibatnya, yaitu peningkatan efisiensi, sebagai
hal positif (Struyk 1999).
Dukungan untuk biaya operasional tambahan
Dari perspektif keuangan, kontrak konsultasi biasanya dipandang positif karena membuat staf profesional tetap sibuk mengerjakan proyek yang menarik. Namun, masih ada dimensi keuangan
kedua yang juga penting. Dengan peningkatan pemasukan total,
pendapatan dari jasa konsultasi mengurangi biaya operasional
tambahan. Misalnya, pengoperasian perpustakaan, salah satu item
biaya operasional tambahan bisa dilunasi karena basis pemasukan semakin besar sehingga mengurangi biaya operasional yang
terkait dengan jam operasional staf. Keberadaan proyek memang
membuat lebih banyak buku yang harus dipesan, tapi pertambahan
biaya untuk itu masih tergolong kurang dari proporsional. Dengan
demikian, pada tingkat ekspansi yang wajar, semakin besar volume
kerja mengakibatkan penurunan biaya operasional staf profesional
per jam kerja, dengan syarat pengaturan kerja pelayanan tersebut
tetap atau konstan.9
Semakin dikenal dan peluang pasar meningkat
Dengan memperluas cakupan klien pada topik yang digeluti
lembaga think tank maka konsultasi akan memperbesar kemampuan organisasi memasuki segmen pasar baru.
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
169
INOVASI DALAM PRAKTIK
Bagian ini mengulas inovasi yang diterapkan oleh empat lembaga think tank di Eropa Timur dan Rusia yang diidentifikasi sebagai
terobosan wirausaha dalam mengembangkan bidang kerja baru,
yaitu kegiatan dagang yang hampir sama dengan yang dilakukan
perusahaan konsultan. Atau, dalam mengetuk kalangan bisnis
untuk mengulurkan sumbangan dengan menawarkan seminar
atau produk-produk lain yang merupakan kepentingan langsung
kalangan tersebut. Lembaga-lembaga tersebut adalah Center for
the Study of Democracy di Sofia, Institute for Urban Economics di
Moskow, Center for Democracy and Free Enterprise di Praha, dan
Center for Social and Economic Research di Warsawa.
Lembaga-lembaga tersebut diidentifikasi melalui wawancara
dengan para pemimpin lembaga think tank pada studi sebelumnya
dan melalui konsultasi dengan orang-orang yang mengenal lembaga
think tank di wilayah tersebut. Perlu ditekankan bahwa mereka yang
menominasikan think tank juga menyebutkan lembaga yang sama.
Selain itu, daftarnya juga pendek, dan itu berarti bahwa kewirausahaan bukan hal biasa. Secara total, hanya empat lembaga di luar
keempat lembaga di atas yang direkomendasikan. Tiga lembaga
menolak berpartisipasi dalam proyek ini dan penulis tidak dapat
mengunjungi lembaga keempat.10 Kelompok ini belum tentu cukup
representatif. Namun, tujuannya di sini adalah merangsang ide
untuk mencari peluang di lingkungan lembaga think tank.
Informasi yang disajikan di sini berdasarkan wawancara semiterstruktur tentang kepemimpinan lembaga yang dilakukan penulis
pada 1998 dan 1999 dan ulasan atas laporan tahunan, situs web,
dan bahan-bahan lain.
Tinjauan Atas Inisiatif
Berapa banyak dan apa saja inisiatif yang dilakukan lembagalembaga think tank tersebut? Mengapa mereka melakukannya?
170
MANAGING THINK TANKS
Sepenting apakah arti inisiatif itu bagi lembaga? Tabel 7-1 dan Boks
7-1 menyajikan informasi ringkasnya. Boks 7-1 berisi gambaran
singkat setiap inisiatif tersebut.11
Dari keempat lembaga yang dipelajari, tiga di antaranya jelas
berada pada perkembangan tahap kedua. Artinya, mereka memiliki
lebih dari lima peneliti purna waktu, pemberi dana tetap, dan cukup
mapan di pasarnya. Satu lembaga lain, yaitu Center for Democracy
and Free Enterprise (CDFE) hampir mencapai tahap tersebut. Ketiga lembaga lain tergolong besar menurut standar lokal.
Setiap lembaga melaporkan satu atau dua inisiatif yang berkembang cukup baik. Inisiatif tersebut memiliki cakupan luas dan
menyertakan survei pasar, lembaga pembuat peringkat (rating),
program pelatihan korporat, dan pusat konsultasi untuk tugas di
negara-negara lain yang juga sedang dalam transisi ekonomi.
Kebanyakan inisiatif dilakukan setelah lembaga think tank
beroperasi selama dua atau tiga tahun, tapi ada perkecualian untuk
aturan tersebut. Salah satunya adalah stasiun radio yang didirikan
oleh Center for the Study of Democracy (CSD). Pendirian stasiun
radio ini adalah salah satu kegiatan pertama dan utama lembaga,
dan ditujukan untuk mengimbangi monopoli pemberitaan lokal
dari pemerintah melalui acara-acara Voice of America. Selama
bertahun-tahun format pemrograman telah berubah sesuai dengan
perkembangan minat konsumen.
Contoh lain adalah Center for Social and Economic Research
(CASE). Sejak didirikan, lembaga ini mulai memberikan konsultasi
pada negara-negara lain yang juga dalam masa transisi ekonomi.
Pada saat itu salah satu staf senior CASE diundang bekerja sama
dengan gerakan reformasi Rusia untuk masalah kebijakan makroekonomi.
The Institute for Urban Economics (IUE) cepat melejit karena
lembaga ini percaya bahwa ia hanya akan bertahan jika secara
agresif melakukan diversifikasi kegiatan dan memperbanyak klien
dari proyek awalnya. Proyek awal yang dikerjakan adalah proyek reformasi pemukiman dan real estate yang didukung oleh USAID.
Motivasi untuk mengusulkan inisiatif beragam. CDFE sedang
mengalami kesulitan keuangan sehingga diversifikasi kegiatan
171
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
Tabel 7-1 Jumlah, Waktu dan Nilai Penting Inisiatif
Item
CSD
IUE
CDFE
CASE
1991
1996
1991
1992
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
1
2
1
2
1
0
0
2
30%
10%
28
36
Waktu
Tahun pendirian lembaga
1989 1995
Tahun ketika lembaga mulai serius 1994 1996
melakukan diversifikasi
Motivasi
Mengurangi ketergantungan terhadap Tidak
sumber pendana utama
Perlu melakukan jenis pekerjaan baru Ya
Jumlah inisiatif
Jumlah yang bergabung dengan
kegiatan utama
Jumlah yang terpisah dari kegiatan
utama
Nilai penting semua inisiatif terhadap
pendapatan perusahaan
Ukuran
Jumlah staf professional (setara staf
purna waktu)
-30 hingga 20% 40 hingga 55%
6a
40
CSD = Center for the Study of Democracy
IUE = Institute for Urban Economics
CDFE = Center for Democracy and Free Enterprise
a
Selain internal parlementer
menjadi langkah yang tak terhindarkan. “Inisiatif korporat” CASE
adalah upaya lugas untuk menambah sumber dana. Di sisi lain,
CSD menetapkan operasi riset pasar karena menawarkan peluang
untuk menggeluti bidang baru. Sementara itu, CASE melakukan
pendampingan teknis ke negara-negara yang berada dalam masa
transisi ekonomi karena para stafnya ingin berbagi keahlian. IUE
terdorong keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada sponsor utama dan untuk memasuki bidang lain.
Salah satu elemen dalam menentukan sifat inisiatif adalah basis
kegiatan awal lembaga. CSD melakukan operasi survei pemasaran
172
MANAGING THINK TANKS
Boks 7-1 Rangkuman Berbagai Inisiatif
Perusahaan
CSD
Judul Inisiatif dan keterangannya
Stasiun radio. Dimulai pada April 1991 dengan penyiaran
replay Voice of America. Menerima dukungan dari pemerintah
AS dan bantuan peralatan untuk mendirikan stasiun radio.
Setelah transisi dimulai, stasiun radio mencoba format radio
berita. Namun tidak lama kemudian format ini ditinggalkan
karena pasar menganggapnya kurang menarik. Sejak tahun
1993, stasiun radio ini beralih ke siaran-siaran musik diselingi
berita singkat, dan berkembang menjadi tiga stasiun. Dengan
format baru ini, stasiun radio ini mampu meraih laba.
Survei pasar. Meskipun survei pertama CSD dilakukan pada
tahun 1990, Vitosha Research (VR), lembaga yang melakukan
survei pasar dan analisis untuk klien komersial, baru terbentuk
pada tahun 1994. VR memiliki sejumlah klien internasional
dan spesialisasi dalam pekerjaan survei yang lebih berat.
IUE
Instansi penilai kredit. IUE mendirikan instansi kredit pertama
di Rusia pada tahun 1997. Awalnya kegiatan instansi tersebut
berfokus pada penilaian obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah kota dan di bawah wewenang Federasi. Pada tahun
1998, mereka mendapat subsidi penuh (E-A Ratings Service)
dan menandatangani kesepakatan afiliasi strategis dengan
Standard & Poor>s. Pada tahun 2001, S&P membeli 70%
saham di E-A Ratings.
Pembangunan ekonomi kota. Terbentuk pada musim gugur
1997, sebuah tim dalam IUE memberi jasa konsultasi mengenai perencanaan pembangunan ekonomi pada kota-kota
berukuran sedang.
CDFE
Pelatihan korporat. Program memberi pelatihan pengembangan dan manajemen program pendidikan yang khusus untuk
staf senior bank dan perusahaan.
CASE
Pendampingan teknis untuk negara-negara transisi. Pada
tahun 1992, sebuah lembaga mengundang staf CASE untuk
memberi pendampingan teknis pada Rusia mengenai topik
kebijakan makroekonomi. Selanjutnya, permintaan untuk pendampingan teknis muncul dari lembaga-lembaga donor.
Kegiatan lain pun berkembang. Pada tahun 1994-1995, CASE
semakin aktif mencari dukungan bagi pekerjaannya.
Sponsor korporat. CASE merekrut «perusahaan pelindung»
dari 70 perusahaan dan bank terbesar di Polandia. Para
pelindung memberi sumbangan tetap dan menerima publikasi
dan undangan-undangan CASE ke seminar terbuka, dan
undangan ke kegiatan-kegiatan «khusus untuk perusahaan
pelindung».
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
173
karena memiliki kapasitas survei. IUE mendirikan lembaga pemeringkatan (rating) untuk obligasi pemerintah daerah di sekitar
tim yang telah mengerjakan proyek-proyek terkait pendanaan
pemerintahan kota. CDFE mampu membangun reputasinya dalam
mengadakan proyek pelatihan karena menyiapkan sendiri paket
pelatihan untuk klien korporat. Operasi konsultasi internasional
dilakukan CASE berdasarkan kerja kelompok pada topik serupa
di Polandia.
Singkat kata, inisiatif organisasi yang baik dibangun atas reputasi
positif dari kemapanan kegiatan yang telah dilakukan dan kapasitas
staf-stafnya. Membangun berdasarkan kelebihan atau kekuatan
yang ada adalah strategi bisnis yang umum. Namun, modal paling
sederhana yang mungkin harus dikorbankan untuk menjalankan
suatu inisiatif juga menghambat lembaga untuk terus menjalankan
inisiatif baru di luar kegiatan intinya.
Mengidentifikasi dan Meluncurkan Inisiatif
Pola peluncuran inisiatif yang paling umum adalah berasal dari
ide presiden atau anggota staf organisasi (Tabel 7-2). Ide tersebut
kemudian didiskusikan di antara staf dan beberapa orang di luar
organisasi dan biasanya dengan dewan pengawas. Jika semua
menganggap ada peluang untuk menjalankan inisiatif tersebut dan
menyetujuinya maka pekerjaan atau kegiatan baru mulai dipasarkan dari mulut ke mulut di seminar-seminar, di mana pasar dapat
menerima materi promosi dan menilai keahlian khusus lembaga
tersebut. Proses ini dapat disebut proses informal yang tidak memerlukan teknologi tinggi. Naluri bermain seperti analisis berperan
dalam pembuatan keputusan.
Tidak banyak yang menyusun rencana bisnis formal untuk menguji apakah inisiatif dapat dijalankan. Dari keempat lembaga yang
disurvei penulis, hanya dua lembaga yang melakukannya, yaitu inisiatif survei pemasaran oleh CSD dan fasilitas pembuatan peringkat
kredit oleh IUE. IUE adalah satu-satunya kelompok yang dikontrak
untuk bantuannya dalam menganalisis inisiatifnya. Lembaga ini
menyewa perusahaan konsultan manajemen internasional untuk
Perwakilan USG:
Pimpinan CSD
staf
staf
staf
Sumber ide
Tidak
y2
y2
Tidak
y1
y2
1
1
1
Tidak
Upaya promosib
(ya/tidak)
2, 4
1, 3, 4
1
2
Jenis analisis
yang dilakukana
Beragam
5 – 6 negara
3 – 4 sponsord
8 sponsor
25 – 30
3 -5c
2
Tidak jelas
Jumlah order
tahunan
Ya
Ya
Ya
Terlalu awal
untuk dinilai
Ya
Ya
Ya
Keberhasilan
­financial (ya/tidak)
a
1= dibahas antar staf; 2= mencari nasihat dari yang lebih ahli (sukarela); 3= membayar untuk nasihat ahli dari luar; 4= dipersiapkan untuk standar
professional
b
y1 = promosi terdiri dari mencari peluang melalui presentasi di seminar dan konferensi; membuat dan menyebarkan laporan; dan mencantumkan
kegiatan pada website organisasi.
y2 = kegiatan pemasaran formal selain yang tersebut pada y1, misalnya mengadakan konferensi pers, seminar, atau menerbitkan dan menyebarkan
brosur promosi khusus. Meskipun jarang, proyek percontohan yang dilakukan untuk mendemonstrasikan «produk» (misalnya tim pembangunan
ekonomi IUE bekerja tanpa upah untuk kota di Rusia berukuran menengah untuk membuat strategi pembangunan ekonomi yang kemudian dapat
ditunjukkan lembaga ke kota-kota lain) juga termasuk upaya promosi ini.
c
Satu «order» dapat menyangkut peringkat sejumlah kota (misalnya donor multilateral yang meminta informasi kapasitas hutang beberapa kota)
d
Sponsor terkadang mendukung pekerjaan lebih dari satu negara
CSD: Survey pasar
IUE: Penilaian kredit
IUE: pembangunan
­ekonomi kota
CDFE: Pelatihan korporat Pimpinan CDFE
CASE: Pendampingan
staf
teknis di negara transisi
CASE: Sponsor korporat
staf
CSD: stasiun radio
Lembaga
dan inisiatif
Tabel 7-2 Asal, Perkembangan dan Peringkat dari Setiap Inisiatif
174
MANAGING THINK TANKS
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
175
membantunya menyusun rencana bisnis. IUE menganggapnya
perlu karena rencana bisnis yang kuat akan meyakinkan Standard
& Poor’s (S&P) untuk menandatangani kesepakatan afiliasi strategis
dengan lembaga pembuat peringkat kredit, kurang dari setahun
sebelum inisiatif itu dijalankan.
Upaya pemasaran inisiatif baru secara formal, atau di luar acara
seminar, adalah hal yang tidak lazim. IUE lebih agresif memasarkan
idenya daripada kebanyakan lembaga think tank lain. Lembaga ini
mensponsori presentasi oleh peneliti utama di berbagai seminar di
Rusia, menonjolkan kegiatan tersebut pada situs webnya, membuat
dan kemudian mengedarkan brosur tiga-lipat di berbagai konferensi, dan mensponsori suatu sesi di konferensi internasional besar
di London mengenai pembuatan peringkat kredit di Persemakmuran Negara Merdeka (PNM/CIS). Afiliasi dengan Standard & Poor’s
diumumkan pada konferensi pers di sebuah hotel berbintang lima
di Moskow.
CASE meluncurkan programnya, “perusahaan pelindung”,
dengan mengirim surat yang dirancang khusus ke 70 perusahaan
dan bank terbesar di Polandia, diikuti kontak per telepon, untuk
merekrut perusahaan pelindung.
Cara mempromosikan program yang umum dan sederhana
adalah menyediakan kolom di newsletter dan situs web lembaga.
Karena kebanyakan proyek menghasilkan laporan maka laporan
juga dicantumkan untuk menjaring calon klien.12
Dari beberapa lembaga yang diwawancara, hanya CASE yang
menyebutkan contoh inisiatif yang tidak berhasil. CASE berusaha
mendapatkan kontrak dari pemerintah Polandia untuk melakukan
riset dan analisis kebijakan. Meskipun pemerintah menggunakan
hasil pekerjaan CASE, tapi mereka tidak mau membayarnya. Inisiatif ini dikerjakan sangat informal. Praktik pemberian kontrak
kerja yang dilakukan departemen-departemen pemerintah Polandia
berubah drastis sejak 2000. Hingga 2005, departemen-departemen
pemerintah menjadi klien terbanyak lembaga think tank. (Baca bab
selanjutnya untuk mengetahui tender pemerintah untuk pekerjaan
riset kebijakan dan jasa evaluasi.)
176
MANAGING THINK TANKS
Imbalan dan Tantangan
Bagaimana faktor-faktor plus dan minus di atas diseimbangkan
oleh lembaga think tank? Tabel 7-3 menunjukkan tinjauan singkat
penggunaan faktor-faktor di atas.
Imbalan
Secara finansial, pemasukan yang diperoleh setiap program atau
inisiatif cukup penting karena mewakili 10-30 persen pemasukan
total (Tabel 7-1). Namun, pendampingan yang dilakukan CASE di
negara-negara yang mengalami transisi ekonomi terhitung sangat
berhasil karena memberi 40-55 persen dari pemasukan total pada
dua tahun sebelum wawancara ini diadakan.
Direktur lembaga think tank menganggap inisiatif mereka berhasil. Namun, istilah “berhasil” belum tentu benar karena keberhasilan finansial suatu inisiatif tidak berdasarkan jumlah pemasukan
bersih atas biaya awal pelaksanaannya. Bagi banyak inisiatif, biaya
tersebut termasuk rendah, sehingga penyesuaian yang diperlukan
pun kecil. Namun, dalam beberapa hal, misalnya promosi gencar
IUE dan bantuan teknis yang dibayar dalam pembuatan rencana
bisnis, penilaian keberhasilan pun bergeser. Sayangnya, lembagalembaga think tank tersebut tidak mencatat segala biaya yang dapat
diidentifikasi untuk tujuan itu.
Beberapa responden menekankan bahwa tanda terima dana itu
penting. Baik CDFE maupun CSD melaporkan bahwa penggunaan
laba dari pelatihan korporat dan stasiun radio tidak dibatasi dan
dapat digunakan sangat fleksibel. Misalnya, dapat digunakan untuk
menutup dana untuk hibah yayasan, membeli komputer, atau untuk membangun lembaga. Di sisi lain, jika kegiatan meningkatkan
operasi total, tapi tidak mengubah laba, maka dana pada biaya
operasional naik. Namun, itu semua memiliki tujuan tertentu.
Keempat lembaga think tank yakin bahwa inisiatif/program
mereka telah meningkatkan reputasi dan popularitas mereka di
kalangan masyarakat lokal, terutama kalangan bisnis. Program
pembuatan peringkat kredit IUE membuat namanya dikenal di
kalangan profesional keuangan. Program “perusahaan pelindung”
177
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
Tabel 7-3 Kesimpulan Tanggapan Terhadap Tantangan dan Imbalan
Imbalan/tantangan
Jumlah perusahaan
yang menyebutkan
imbalan/tantangan
Imbalan
Basis pengalaman yang lebih luas untuk pengembangan kebijakan
Peningkatan efisiensi
Dukungan untuk fungsi overhead
Peningkatan peluang pasar dan kepopuleran
3
2
0
4
Tantangan
Penetapan agenda dan kurang fokus
Penggunaan data dan publikasi yang terbatas
Kurang kemandirian
Pertentangan budaya dalam tubuh lembaga
Klien atau sponsor yang sulit
Tantangan manajemen
0
0
0
0
0
2
CASE mengeratkan hubungannya dengan masyarakat bisnis. Pelatihan dan kursus rancangan CDFE lebih berjasa dalam memberi akses
CDFE ke proyek-proyek lain daripada sekadar menaikkan reputasinya. Sedangkan CSD memandang pekerjaan survei pasarnya untuk
perusahaan multinasional sebagai pengakuan atas kemampuan
mereka—pengakuan yang dapat digunakan untuk membuat calon
klien terkagum-kagum.
Tiga sampel lembaga think tank juga melihat berbagai aspek
dari inisiatifnya sebagai pengembangan pengalaman dalam bidang pembuatan kebijakan. Bekerja di bidang-bidang baru ini
juga mengembangkan perspektif para peneliti yang terlibat dan
memperkenalkan pada analisis kebijakan lain. Inisiatif pemeringkatan yang dilakukan IUE memberi para analisnya wawasan baru
tentang kondisi keuangan pemerintah daerah dan relasi fiskal di
pemerintahan.
Yang menarik, beberapa manfaat tak terduga disebut sebagai
bagian penting dari sukses secara keseluruhan pengalaman baru
tersebut. Pertama, CSD menganggap survei pasarnya telah membantu mereka mempertahankan staf. Program itu memberi penye-
178
MANAGING THINK TANKS
garan pada analis dari rutinitas tugas riset dan aktivitas menulis
biasa. CASE memandang perubahan laju kerja karena perjalanan
ke luar negeri dan berbagai tugas membuat staf merasa nyaman
bekerja di lembaga ini.
IUE dan CASE menyebutkan keuntungan tambahan, yaitu
bahwa kegiatan-kegiatan baru tersebut mendorong pelatihan staf.
Bagi IUE, pelatihan dalam program pembuatan peringkat kredit
datang dari kelas pelatihan yang diberikan oleh Standard & Poor’s
(S&P) dan oleh staf IUE yang bekerja langsung dengan staf S&P
untuk pembuatan tolok ukur (benchmarking) dan tugas-tugas lain.
Pemimpin CASE menjelaskan bahwa para staf muda ditantang
untuk bertugas di luar negeri supaya kapasitas mereka sebagai
peneliti dan analis kebijakan lebih cepat berkembang. Pelatihan
dan penyesuaian untuk manajemen (dijelaskan di bawah) dapat
dianggap peningkatan efisiensi dan operasi.
Tidak satu pun dari keempat lembaga think tank menyebutkan
peningkatan pemasukan operasional sebagai keuntungan meskipun
hal itu mungkin menunjukkan pernyataan positif tentang keberhasilan finansial.
Tantangan
Para pemimpin lembaga think tank menyatakan hampir tidak
ada masalah dalam implementasi inisiatif-inisiatif baru yang lebih
komersial tersebut. Dalam wawancara, mereka juga ditanyai apakah
menjumpai berbagai masalah (yang disebutkan dalam daftar di
atas). Untuk itu, responden diberi waktu dan kesempatan untuk
mengingat-ingat. Baik IUE maupun CDFE tidak menyebutkan ada
masalah. Direktur IUE mengatakan bahwa mereka menganggap
tidak ada masalah karena orientasi organisasi sendiri sejak awal
telah bekerja untuk berbagai proyek yang melibatkan hubungan
dekat dengan pejabat dan bank pemerintah daerah. CDFE menyebutkan tekanan finansial begitu berat sehingga staf memahami
bahwa organisasi perlu mengubah arah supaya dapat bertahan.
CSD tidak melihat ada masalah filosofis di antara staf, dewan
pengawas atau klien yayasan. Namun, masalah justru ditemukan
dalam perubahan orientasi tugas karyawan. Staf kini dijauhkan dari
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
179
pekerjaan pemasaran. Di CASE, masalah yang ditemui hanya dari
segi manajerial. Ada persaingan antara permintaan order konsultasi
jangka pendek di luar negeri dengan proyek-proyek dalam negeri
yang lebih besar dan sudah terjadwal. Proyek-proyek tersebut menjadi terbengkalai karena para staf bepergian ke luar negeri untuk
memberi konsultasi. Konflik ini akhirnya diselesaikan dengan menambah jumlah staf permanen dan staf pembantu. Kedua macam
masalah ini dapat digolongkan sebagai masalah manajemen.
Perlu dicatat bahwa tidak ada lembaga yang merasa ada masalah
dengan peleburan fokus pekerjaan mereka, kemandirian dalam
proses kebijakan, atau konflik budaya dalam tubuh organisasi.
Kepuasan ini mungkin timbul karena bidang kerja baru yang ditangani masih dekat dengan kegiatan utama lembaga dan bahwa
keempatnya adalah lembaga muda yang identitasnya belum tertatah
di prasasti sehingga masih cukup lentur dalam menciptakan dan
memanfaatkan peluang.
Kesimpulan Atas Pengamatan
Keempat studi kasus jelas menggambarkan peluang bagi lembaga think tank untuk mencari sumber pendanaan alternatif untuk menjaga kelangsungan hidupnya, bahkan menambah ragam
kegiatannya. Sungguh, semuanya hampir menunjukkan hal itu
mudah dilakukan. Seperti terlihat dari wawancara, identifikasi dan
analisis peluang tidak terlalu penting, seperti halnya jenis tindakan
yang diperlukan untuk meluncurkan kegiatan. Keempat lembaga
think tank menjawab nyaris tidak ada masalah dengan manajemen,
identifikasi kelembagaan, atau semangat staf dari penambahan
kegiatan baru yang lebih berorientasi komersial. Mungkin hal
itu dikarenakan keempatnya adalah lembaga yang relatif muda,
fleksibel dan dinamis. Keempatnya juga aktif mencari peluang lain
untuk memperluas bidang kerjanya.
Dapatkah lembaga-lembaga think tank lain mengandalkan
perjalanan mulus tersebut? Mungkin tidak. Sebagai contoh, kebanyakan NGO/LSM di Amerika Serikat gagal mencari tambahan
pemasukan dari kegiatan berorientasi laba (Foster dan Bradach
2005).
180
MANAGING THINK TANKS
Dua faktor penting harus diingat ketika menilai kemampuan
lembaga think tank untuk menyamai keempat contoh tersebut.
Pertama, keempat lembaga think tank tersebut jeli dalam memilih
bidang inovasi karena bidang tersebut tidak jauh dari kompetensi
dan reputasi mereka. Bekerja pada bidang yang terkait erat dengan
yang digeluti sebelumnya akan meningkatkan kemampuan mereka
menilai peluang permintaan akan jasa baru. Selain itu, biaya awal
dapat dikurangi karena staf tetap mengerjakan tugas-tugas biasa
meskipun permintaan untuk kegiatan baru meningkat. Untuk inovasi lebih jauh dari kompetensi inti, satu atau dua ahli perlu dipekerjakan, dan mereka akan mencurahkan sebagian besar waktunya
untuk pengembangan program (dengan biaya operasional).
Kedua, keempat lembaga tersebut adalah lembaga wirausaha
yang pemimpinnya memiliki naluri pasar bagus, dapat menilai
peluang secara realistis, dan mau mengambil inisiatif jika peluang muncul. Karakteristik tersebut jarang ditemukan. Selain itu,
keempat lembaga tersebut memiliki budaya dan sistem yang telah
mengakar dan mendorong staf untuk berpikir kreatif dan mengajukan ide-ide di luar program kerja yang ada. Sifat-sifat organisasi
seperti itulah yang menjadikan mereka organisasi inovatif.
MENDORONG INOVASI
Kalangan bisnis dikenal dari usaha tanpa henti untuk membuat
produk baru bagi klien. Dalam beberapa tahun terakhir, tekanan
yang sama juga diberikan pada sektor nirlaba Amerika Serikat. Hal
ini memaksa NGO memikirkan kembali jasa yang mereka berikan
dan bagaimana mereka memberikannya, termasuk kegiatankegiatan yang mewajibkan peserta membayar.13 Kini adalah era
persaingan ketat NGO untuk mendapatkan dukungan yayasan dan
antara NGO dan lembaga nirlaba untuk berperan sebagai agen
penyelenggara layanan sosial bagi pemerintah daerah. Lembaga
nirlaba memandang perlu untuk berpikir dan mengorganisasi diri
seperti lembaga bisnis (Letts, Ryan, dan Grossman 1999; Light
1998).
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
181
Tantangan utama yang dihadapi NGO dan lembaga think tank
adalah mengembangkan lingkungan dan praktik yang kondusif
bagi inovasi. Orang-orang yang mempelajari inovasi di lembaga
nirlaba Amerika Serikat berpendapat bahwa seharusnya lembaga
nirlaba berfokus pada bagaimana menciptakan dan menerapkan
satu tindakan inovasi, bukan pada menciptakan lingkungan yang
memungkinkan terjadinya berbagai inovasi (Letts, dkk, 1999, 73;
Light 1998, 7). Letts dan rekan-rekannya menyatakan bahwa tidak
ada konsep bagus untuk pengembangan program bagi lembaga nirlaba (1999, 74). Sementara itu, para pakar di lapangan menyerukan
perlunya “pencarian peluang tanpa kenal lelah” (Kitzi 2001, 44).
Paparan berikut terdiri dari dua bagian. Bagian pertama membahas faktor-faktor kunci dalam lingkungan kerja yang kondusif bagi
penciptaan inovasi, termasuk sifat kepemimpinan yang mendorong
munculnya inovasi. Bagian kedua menyajikan poin-poin penting
untuk mengidentifikasi, menilai dan melakukan inovasi. Dalam
pembahasan ini, penekanan adalah pada prinsip-prinsip, bukan
pada pembuatan “rencana strategis”. Berfokus pada dokumen formal dapat menghambat lembaga think tank dalam memikirkan ide
untuk inovasi. Jika diteruskan, hal itu bahkan akan menghambat
kreativitas.14 Memang banyak literatur yang menyebutkan bahwa
pembuatan rencana strategis oleh lembaga-lembaga nirlaba AS
adalah untuk memenuhi syarat yang diajukan donor utama pada
saat organisasi sedang dalam krisis. Kebutuhan klien sendiri jarang
menerima perhatian dengan bobot yang sama (Stone, Bigelow, dan
Crittendon 1999). Kedua bagian dari pembahasan berikut berdasarkan pada literatur mengenai dorongan terhadap proses inovasi di
lembaga-lembaga laba dan nirlaba.
Menciptakan Lingkungan yang Kondusif
Ada tujuh tindakan yang dapat dilakukan lembaga think tank untuk
menciptakan kondisi kondusif bagi staf untuk memikirkan arah
baru bagi organisasi.15
182
MANAGING THINK TANKS
Organisasi yang datar dan informal adalah yang
paling efektif
Orang yang telah mempelajari inovasi mengamati bahwa semakin
banyak lapisan antara staf dengan manajemen senior, semakin
kecil kemungkinan ide-ide baru dipelajari dan muncul di kalangan manajemen. Dengan demikian, pelajaran yang dapat dipetik
adalah menjaga organisasi tetap ramping (tidak banyak lapisan
manajemen). Demikian pula, semakin banyak tanggung jawab yang
dibebankan ke bawah, semakin besar kemungkinan staf tingkat
bawah mengakses dan menjalin hubungan kerja dengan manajemen
serta percaya bahwa dirinya penting bagi keberhasilan organisasi.
Di lembaga yang lebih besar, jika tanggung jawab dipusatkan pada
pemimpin tim (bukan dibagi dan dipadukan antara pemimpin
tim dan anggota tim proyek) maka pemimpin proyek jarang dapat
melakukan kontak dengan manajemen dan akan kurang menyambut ide-ide baru. Singkat kata, semakin informal suatu organisasi,
semakin besar kemungkinan staf mendekati langsung manajemen
dengan ide-ide inovatif.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kebanyakan lembaga think tank bukan organisasi besar yang memiliki berlapis-lapis
manajer yang memisahkan pemimpin proyek dari direktur organisasi. Namun, meskipun hanya satu lapis, jika tidak dikelola dengan
benar akan menghambat timbulnya ide-ide cemerlang muncul dan
ditanggapi lapisan atas. Suatu sinyal positif —setidaknya di kawasan
CIS/Eropa Timur—adalah sifat hubungan informal yang alami di
antara staf di semua level organisasi (lihat Bab 2).
Keberagaman staf akan membantu
Mudah saja, proses pengambilan keputusan umumnya akan
lebih kuat jika melibatkan orang-orang dari berbagai latar belakang
dan opini. Ide yang dianggap bagus bagi sekelompok akademisi
mungkin saja dianggap menohok orang dari kalangan bisnis atau
pemerintah daerah. Jika lembaga think tank terdiri dari staf yang
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
183
homogen, sebaiknya diundang penasihat yang memiliki perspektif
lain untuk membahas inovasi yang dapat dilakukan.
Guncangan internal dapat merangsang perubahan
Terkadang guncangan diperlukan untuk merangsang staf
berpikir kreatif. Tanpa guncangan tersebut, staf akan cenderung
berfokus pada apa yang mereka kerjakan dan tidak peduli untuk
membuat perubahan. Guncangan internal seperti kepergian anggota staf penting atau kondisi keuangan yang suram, dapat mendorong staf untuk berpikir di luar batas normal. Tentu saja porsi
guncangan itu tidak boleh berlebihan. Jika melewati titik tertentu,
kejutan dan ketidakpastian dapat melumpuhkan fungsi staf. Gejala
yang lazim dari masalah itu adalah jika staf terlalu sering berkumpul untuk membahas masa depan mereka, alih-alih melakukan
pekerjaannya.
Hambatan internal berkadar rendah membantu
­pertukaran ide antarstaf
Lembaga think tank yang memiliki hanya 10 staf peneliti tetap
biasanya memiliki unit terpisah untuk menangani berbagai topik
kebijakan. Secara manajerial hal ini memang logis. Namun, jika
unit-unit tersebut menjadi benar-benar terpisah, maka organisasi
akan kehilangan ide-ide yang berasal dari interaksi antartim yang
bekerja untuk subjek dan klien yang berbeda. Salah satu teknik
yang digunakan banyak lembaga think tank adalah menyelenggarakan seminar bagi proyek-proyeknya dan dihadiri oleh para
staf dari semua kelompok kerja. Seminar ini menjadi ajang untuk
menginformasikan semua staf mengenai substansi proyek yang
dikerjakan sekaligus ajang untuk saling berinteraksi. Teknik lain
adalah mengadakan pertemuan rutin antarmanajer senior dan
pemimpin tim untuk bertukar ide dan pertanyaan seputar proyek
mereka dan lembaga.
184
MANAGING THINK TANKS
Sumber daya internal diperlukan untuk meraih
inovasi
Jika para staf tahu bahwa ada cukup dana untuk mendukung
pengembangan konsep-konsep inovatif, mereka akan berdiskusi
untuk memanfaatkannya.16 Ada dua elemen penting yang terlibat
di sini. Pertama, dana tersebut harus benar-benar ada. Banyak
lembaga think tank yang mendanai pekerjaan inovatifnya dari
pemasukan (sebut saja laba) dan dana operasional, meskipun
awalnya ditujukan untuk pos “pengembangan lembaga” atau
hal-hal sejenisnya. Kedua, staf harus tahu bahwa dana tersebut
benar-benar digunakan untuk mengembangkan atau menguji inovasi. Lembaga think tank dapat memastikannya dengan mendanai
inovasi. Bahkan di organisasi besar yang terdiri dari 50 staf, para
stafnya akan mengetahui sumber dana untuk membiayai kegiatan
baru organisasinya.
Inovasi adalah proses terus-menerus
Staf akan memahami bahwa mengajukan proyek dan arah baru
bagi organisasi akan didukung jika akan menghasilkan efek positif
dan ada indikator jelas yang menunjukkannya. Jika lembaga think
tank mengadakan rehat tahunan bagi para staf senior untuk memikirkan kembali pekerjaan operasional yang sedang dijalankan
dan masa depan organisasi—termasuk inovasi dalam program yang
sedang berjalan—serta ada masukan-masukan yang dicari selama
acara rehat tersebut, staf akan merasa terdorong untuk berpikir kreatif sekaligus ekspansif. Namun, jika manajemen hanya menyambut
poin-poin tertentu saja, maka itu bukan tindakan tepat. Peluang
tidak mau menunggu. Ada tanda-tanda lain yang menunjukkan staf
dapat menyumbangkan ide-ide segar, apalagi jika ada dukungan
dari manajemen. Proses berkelanjutan ini sangat bertolak-belakang
dengan model inisiatif-tunggal, di mana ada perubahan arah yang
signifikan diambil dan setelah itu organisasi kembali menjalankan
operasinya seperti biasa.
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
185
Kepemimpinan adalah faktor kunci
Paul Light mengeluarkan pernyataan berikut mengenai pentingnya kepemimpinan bagi inovasi:
Pemimpin memainkan peran sentral dalam setiap tahap proses inovasi, dari awal
pemikiran hingga implementasinya, terutama dalam mengalokasikan sumber
daya yang melaksanakan inovasi tersebut. Kepemimpinan sangat penting hingga
beberapa akademisi menganggapnya sebagai satu-satunya faktor keberhasilan
(1998, 19).
Ada empat atribut kepemimpinan yang penting bagi inovasi.
Perlu ditekankan bahwa peran kepemimpinan untuk inovasi tidak
harus berada pada pemimpin lembaga think tank. Peran itu dapat
diembankan pada orang lain yang memiliki kecakapan yang dibutuhkan, dan jika orang tersebut didukung sepenuhnya oleh sang
pemimpin.
Visi. Pemimpin harus mampu membayangkan berbagai peran
bagi organisasi mereka agar inovasi berhasil. Pemimpin organisasi
yang berfokus pada riset kebijakan juga dapat melihatnya sebagai
lembaga pelatihan dan pendidikan atau, seperti pada kasus Center
for the Study of Democracy, memiliki survei pasar yang berorientasi laba. Pemimpin lembaga think tank juga harus mampu
membayangkan cara untuk menarik berbagai macam bakat yang
dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Pembentukan visi juga berarti pendefinisian peran-peran baru tersebut,
setidaknya dalam konteks umum.
Perangai yang fleksibel. Kita dapat dengan mudah membayangkan kepribadian yang mendukung keberhasilan inovasi: memiliki
rasa ingin tahu dan intelektualitas, gaya bekerja yang fleksibel,
terbuka, mendukung terhadap staf yang dibebani tanggung jawab,
berorientasi-tindakan, dan sabar dalam melewati proses eksperimen dan inovasi tersebut. Kewirausahaan juga penting untuk ditambahkan.
Kecakapan komunikasi. Staf yang termotivasi memahami apa
yang terjadi dalam organisasinya. Pemimpin yang baik mampu
berkomunikasi secara teratur dengan staf, baik langsung maupun
melalui bawahannya yang bertanggung jawab menyampaikan
186
MANAGING THINK TANKS
informasi mengenai perkembangan dalam lembaga think tank.
Staf perlu mengerti inovasi apa yang sedang diupayakan dan
bagaimana inovasi tersebut dapat sesuai dengan perkembangan
jangka panjang organisasi. Hal ini akan mendorong pekerja untuk
memikirkan inovasi lain sekaligus memberi kepastian mengenai
masa depan lembaga.
Kecakapan berinovasi. Pemimpin harus mampu memupuk
pemikiran dan ide-ide selama proses inovasi (dari sejak pencetusan
ide inovasi, pemeriksaan, hingga pengujian), mengetahui berapa
banyak yang harus diinvestasikan untuk itu, seberapa cepat proses
berlangsung, bagaimana bersikap adil dalam menilai kritik, dan
membantu penyesuaian terhadap ide asli. Pemimpin juga harus
mau mengambil risiko. Kecakapan ini membutuhkan kecerdasan
intelektual, semangat tim, kesabaran dan penilaian yang baik serta
kewirausahaan.
Daftar atribut kepemimpinan tersebut memang menakjubkan.
Tidak semua pemimpin lembaga think tank memiliki keempatnya.
Daftar tersebut memang berguna bagi pemimpin untuk memastikan bahwa anggota inti pembuat keputusan memiliki semuanya
sebagai tim (bukan sebagai perorangan) dan dapat melaksanakan
fungsi-fungsi yang penting, misalnya berkomunikasi secara baik
dengan staf.
Proses Inovasi
Proses dapat dibagi menjadi tiga fase: mematangkan ide, menilai
alternatif yang ada, dan membentuk kandidat-kandidat yang kuat.
Proses ini memang tidak bisa dibilang fase yang jelas, terpisah,
dan mungkin akan ada tumpang tindih antarfase dari satu inovasi
ke inovasi lanjutannya. Kita dapat membayangkan bahwa uji coba
suatu inovasi masih dijalankan ketika ide baru sudah mulai masuk
tahap pembahasan.17
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
187
Menggodok Ide
Mula-mula, staf harus memahami bahwa lembaga mengejar
ide-ide segar. Jika ada acara rehat untuk pemimpin tim dan manajemen, maka pemimpin tim harus menjelaskan dan membahas
ide-ide dari kelompok mereka. Mereka harus paham bahwa rehat
akan lebih produktif jika orang-orang yang hadir membawa ide-ide
segar dan disajikan matang. Namun, sebelumnya perlu ada waktu
untuk merenung.
Direktur lembaga think tank perlu memberi pengarahan awal
mengenai ide-ide yang dicari. Jika topik rehat adalah mencari
arahan baru yang memiliki prospek baik untuk mendapatkan
bantuan dari luar, maka tidak seharusnya mengajukan topik yang
jauh berbeda dari yang hendak dibahas. Poin ini semakin diperluas
pada Boks 7-2 yang mengacu pada organisasi berorientasi laba,
tapi masih dapat diterapkan pada lembaga think tank. Staf juga
sebaiknya berorientasi pasar, bukan sekadar berorientasi produksi
dan penjualan. Hanya dengan membayangkan kebutuhan klien
dan sponsor (atau dalam bahasa ekonominya disebut “permintaan
efektif”) maka staf lembaga think tank akan berhasil mendefinisikan
inovasi yang berpotensi sukses.
Staf dapat didorong untuk memikirkan inovasi dalam berbagai
bidang. Dengan melihat daftar yang diajukan Dees (2001b, 163-164)
maka topik-topik yang disajikan Boks 7-3 dapat ditandai sebagai
topik yang perlu dipertimbangkan.
Sebelum mengajukan ide inovatif, kita perlu mengujinya dengan
menanyakan lima pertanyaan berikut:
● Apakah yang diperlukan (kebutuhan fungsional) dan pasar
yang disasar (studi analitis, jasa konsultasi, pendampingan
teknis di lokasi, pelatihan, perangkat lunak)? Sebesar apakah
potensi pasarnya?
● Apakah ada alasan persaingan—adakah kebutuhan tak terpenuhi yang belum pernah teridentifikasi atau tidak ada yang
berwenang menanganinya?
188
MANAGING THINK TANKS
Boks 7-2 Orientasi Bisnis Alternatif
Orientasi produksi
Berfokus pada
Kurang menekankan
Orientasi penjualan
Berfokus pada
Kurang menekankan
Orientasi pasar
Berfokus pada
Membutuhkan
Menghasilkan
Apa yang dapat kita hasilkan
Memenuhi kebutuhan konsumen
Mempromosikan apa yang telah kita lakukan
Memenuhi kebutuhan konsumen melalui inovasi
produk
Memenuhi kebutuhan konsumen —termasuk konsumen
untuk jenis jasa baru
1. Pemahaman terinci mengenai kebutuhan konsumen
2. Definisi target pasar yang tepat
1. Fungsi bisnis yang berorientasi pelayanan konsumen
2. Order kerja jangka panjang di atas rata-rata
● Apakah keunggulan kompetitif lembaga think tank: produk
unggulan, biaya rendah, kemampuan pemasaran dan jangkauan lebih luas daripada penyedia layanan lain, potensi
lebih besar untuk melanjutkan inovasi produk (misal, mampu
memberi pendampingan teknis berkualitas tinggi kepada
pemerintah daerah pada sektor-sektor tertentu dengan mentransfer praktik yang baik di antara mereka)?
● Apakah organisasi memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk
memanfaatkan peluang tersebut? Jika tidak, apakah keahlian
tersebut dapat diperoleh dengan biaya rendah?
● Apakah organisasi memiliki kapasitas untuk mendukung
inisiatif tersebut (misalnya ruang kelas, perangkat keras
dan lunak komputer untuk membuat situs internet yang
bagus)?
Lembaga think tank menghadapi tantangan khusus dalam menganalisa potensi permintaan jasa: klien yang meminta jasa tersebut
sering kali bukan entitas yang mendanai mereka. Misalnya, donor
bilateral mendanai pendampingan teknis untuk pemerintah daerah
yang menjadi klien langsung jasa tersebut. Dalam hal ini, lembaga
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
189
Boks 7-3 Jenis-jenis Peluang Inovasi
1. Menciptakan produk atau jasa baru -yang belum dikenal pengguna atau salah
satu aspeknya masih tergolong baru bagi klien.
Contoh: Organisasi dengan praktik realestat dapat memproduksi teks untuk digunakan di asosiasi dagang atau kuliah di perguruan tinggi.
2. Memperkenalkan strategi atau metode operasi baru atau perbaikan dari
strategi atau metode sebelumnya —yaitu yang belum digunakan organisasi
yang menerapkannya.
Contoh: Lembaga think tank yang bekerja dengan pemerintah kota dalam beberapa bidang kerja dapat menawarkan paket jasa yang lebih strategis (menurut
lembaga think tank) sekaligus efektif (bagi pemerintah kota), dan lebih hemat bagi
klien dibandingkan dengan beberapa inisiatif satu fokus.
3. Meraih pasar baru, memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi —membuat
produk, jasa atau program bagi kelompok yang aksesnya (ke program, produk
atau jasa tersebut) kurang
Contoh: Organisasi dapat membuat peringkat kredit dewan pemerintah kota jika
sebelumnya tidak ada.
4. Membuat syarat kesepakatan baru —mengubah syarat dan ketentuan hubung­
an organisasi dengan klien, konsumen, pemberi dana, dan/atau karyawan.
Contoh: lembaga think tank yang telah bekerja dengan pemerintah pusat atau
daerah dalam menyusun perubahan legislasi dan menerapkan proyek percontohan
dengan dana dari masyarakat donor dapat mulai menawarkan jasa yang serupa
dengan diupah karena dukungan donor ditarik.
5. Membuat struktur pendanaan baru —mengembangkan berbagai pilihan untuk
mengurangi atau menutup biaya produksi atau penyelenggaraan suatu jasa.
Contoh: Lembaga think tank dengan komponen pelatihan besar untuk NGO-NGO
lokal atau pemerintah daerah dapat mengurangi jumlah lokasi pelatihan yang ditawarkan dan menggantinya dengan pelatihan untuk kelompok atau kelas yang lebih
besar pada cakupan tema yang lebih sempit.
Sumber: Dees (2001a, 163-164)
think tank harus berusaha mengidentifikasi program-program yang
berguna bagi kepentingan klien maupun donor. Dalam beberapa
kasus, lembaga think tank dapat mengajukan ide ke donor setelah
melakukan riset pasar dengan penerima manfaat untuk proyekproyek baru. Namun, sumber permintaan efektif harus diidentifikasi dengan jelas ketika inovasi ditelaah. Identifikasi terhadap
190
MANAGING THINK TANKS
kebutuhan untuk mengajukan proyek pendampingan pemerintah
daerah saja tidak cukup jika donor tidak dapat diyakinkan akan
proyek tersebut.
Terakhir, panduan yang mendorong pemikiran tentang wilayah
kegiatan baru harus jelas dan bahwa arah baru tersebut ditentukan
berdasarkan kekuatan lembaga. Ingat bahwa hal ini adalah pola
untuk inovasi yang diulas sebelumnya pada bab ini. Membangun
berdasarkan keberhasilan yang dicapai tentu saja sangat diinginkan,
karena lembaga dapat memanfaatkan sepenuhnya reputasinya
dalam memasuki bidang baru tersebut. Pemasaran pun akan lebih
efisien karena para pelaku kunci dan calon klien juga telah teridentifikasi. Biaya untuk memulainya pun menjadi lebih rendah karena
sumber daya yang ada telah diarahkan ke kegiatan baru tersebut.
Menilai Alternatif-Alternatif
Bacon dan Butler (1998, 60) menyebutkan tiga atribut peluang
(inovasi) yang diinginkan bagi suatu perusahaan:
● Kebutuhan nilai-nilai signifikan bagi klien atau calon klien
yang belum terpenuhi;
● Perusahaan dapat menyediakan jasa dan menghasilkan laba
yang sesuai untuk itu; dan
● Pekerjaan yang memajukan perusahaan dalam mencapai
tujuan taktis dan strategisnya.
Lembaga think tank harus menelaah setiap ide berdasarkan
ketiga atribut di atas.
Proses penelaahan penting untuk mencapai hasil yang diinginkan. Seperti yang disebutkan oleh Dees, “Kesuksean inovasi
tergantung pelaksanaan pada sekaligus kesegaran idenya.” (2001b,
161). Proses review harus dijalankan dengan saksama. Tentu saja
ide-ide yang diajukan akan sangat tidak tepat dan dapat dikesampingkan jika tidak ada tindak lanjut. Agar ide bertahan dan lolos
dari penyaringan awal, proses review harus teliti (lagi pula, sumber
daya terbatas yang dimiliki lembaga think tank untuk menjalankan
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
191
inovasi harus ditanami dengan ide-ide terbaik). Staf juga perlu
memandang proses review sebagai proses yang adil dan objektif
agar mereka tidak merasa enggan berkontribusi dalam proses ini
di masa depan.18
Bagi lembaga think tank, atribut terakhirlah yang mungkin
terpenting: pekerjaan yang baru harus sesuai dengan misi dan
tujuan organisasi. Organisasi harus setia pada tujuannya. Bagian
sebelumnya membahas kegiatan yang sangat berbeda dari kegiatankegiatan di masa lalu, namun juga menunjukkan betapa mudahnya
melebih-lebihkan guncangan yang akan dialami ketika melakukan
kegiatan baru.
Jelas harus ada penekanan lebih pada penilaian pasar untuk
menerima inovasi. Lembaga dapat menyusun rencana bisnis
formal, dan membantu memetakan biaya dan pendapatan yang
diharapkan.19 Namun, menentukan pasar yang mungkin disasar
adalah tugas utama. Gampangnya, untuk jenis-jenis layanan yang
ditawarkan lembaga think tank, mereka perlu mengamati calon
klien dengan teliti. Misalnya:20
● Organisasi donor besar dalam hal proyek-proyek kajian teknis
dan pendampingan teknis;
● Pemerintah daerah untuk proyek pendampingan teknis dalam reformasi kebijakan dan manajemen serta ajang-ajang
pelatihan;
● Pemerintah nasional untuk analisis kebijakan dan evaluasi
program; dan
● Perkumpulan dagang dan para anggotanya (bank, pemerintah
kota, rumah sakit) untuk proyek pelatihan dan pendampingan teknis.
Selain berbicara langsung dengan klien, staf dapat menggali ide
seputar potensi permintaan dari sumber-sumber lain, misalnya
presentasi di acara konferensi dan arahan perubahan yang dibuat
oleh pemerintah nasional (misalnya tanggung jawab yang diberikan pada pemerintah daerah dapat berarti ekspansi pasar dalam
pendampingan teknis dan pelatihan bagi entitas-entitas tersebut).
192
MANAGING THINK TANKS
Terlebih lagi, pemantauan terhadap jalannya persaingan sering
merangsang pemikiran tentang arah yang baru. Penentuan cakupan
pasar adalah pekerjaan yang memakan banyak waktu dan menuntut
kerja keras,tapi lembaga think tank berani mengambil risikonya.
Tim yang disusun untuk melakukan telaah terhadap inovasi
yang diajukan harus menggunakan lima poin di atas untuk menguji
proposal-proposal yang melewati penyaringan awal. Telaah tersebut harus dilakukan dengan teliti, tapi singkat karena terlalu lama
berkutat dengan pengumpulan data dapat berakibat “kelumpuhan
analisis”. Ini berbahaya bagi lembaga riset (Kitzi 2001, 51). Tim juga
harus mempertimbangkan apakah inovasi memiliki celah peluang:
sepenting apakah pengaruh pemilihan waktu (timing) terhadap
keberhasilan? Apakah permintaan terjadi sekali lalu hilang, atau
terus-menerus ada?
Pada titik ini, penting bagi direktur lembaga untuk melakukan
pembahasan awal mengenai inisiatif dengan dewan pengawas.
Lagipula perlu ada sumber daya signifikan yang berkomitmen pada
upaya ini. Poin terpenting adalah dewan setuju bahwa inisiatif
berada dalam mandat organisasi, sesuai dengan pengembangan
lembaga, dan memiliki peluang untuk berhasil asal ditunjang
informasi yang ada. Direktur eksekutif berupaya agar dapat menggunakan sumber daya yang ada bagi perkembangan lebih lanjut,
biasanya disertai janji untuk kembali ke dewan sebelum beralih
ke tahap operasi atau peluncuran inovasi. Jika rapat dewan tidak
dijadwalkan ketika perkembangan inovasi mencapai tahap ini maka
direktur eksekutif harus membahas inovasi tersebut dengan komite
eksekutif atau dengan ketua dan sat- dua anggota dewan.
Menguji Inovasi yang Menjanjikan
Lembaga think tank umumnya memutuskan untuk menjalankan
satu atau dua inovasi dalam setahun yang mencerminkan kehadiran
dua jenis batasan: keterbatasan sumber daya keuangan untuk kebebasan pembelanjaan dan keterbatasan kapasitas untuk memulai
dan mengelola inisiatif.
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
193
Menentukan Kebutuhan Sumber Daya
Setelah lembaga think tank memutuskan untuk mengimplementasikan suatu inovasi, biasanya dibuat rencana untuk mengarahkan
inovasi dengan membuat penawaran dan menguji pasar. Setelah
tahap ini dilalui, dibuatlah draf anggaran. Anggaran akan mencakup
pengeluaran sebagai berikut:
● Mengembangkan produk baru, misalnya kursus, pelatihan
atau keahlian yang dapat diterapkan dalam bidang baru
tersebut. Untuk itu, terkadang diperlukan mempekerjakan
ahli baru untuk masa kerja satu atau dua tahun.
● Melakukan satu atau dua aplikasi di bidang kerja baru untuk
mengembangkan keahlian dan membuat rekam jejak untuk
cakupan pemasaran yang lebih jauh. Lembaga think tank
mungkin perlu mencari klien untuk diajak bekerja sama
dan mencoba penerapan layanan baru tersebut (misalnya,
bekerja sama dengan bank untuk membuat program pinjaman hipotek baru, membantu pemerintah kota menyusun
rencana pembangunan ekonomi, atau menawarkan program
pelatihan untuk NGO). Sebagai gantinya, lembaga mungkin
perlu membiayai penulisan dan penerbitan edisi pertama
majalah yang ditujukan untuk isu kebijakan yang luas. Yang
jelas, pada awalnya semuanya memerlukan subsidi.
● Mengembangkan dan menjalankan program pemasaran yang
ditujukan khusus untuk sekelompok klien tertentu. Lembaga
mungkin perlu mencetak materi baru, misalnya brosur, atau
mengizinkan staf mengikuti konferensi yang memungkinkan
dia mengumumkan penawaran baru tersebut. Setelah tahap
penyusunan materi, barulah dilakukan kampanye pemasaran. Jika memungkinkan, langkah itu disusul dengan penerapan proyek percontohan sehingga pengalaman tersebut
dapat digunakan sebagai kualifikasi.
Pada titik ini, kita perlu menentukan sumber daya total yang
dapat dikerahkan untuk menjalankan proyek percontohan inovasi
194
MANAGING THINK TANKS
tersebut dan menentukan jadwal yang pas untuk itu: sebanyak
apakah waktu yang tersedia dalam setiap bulan pada enam bulan
pertama dan seperempatnya sesudah itu selama masa percobaan?
Kita mungkin perlu mengulang tahap pembuatan draf anggaran
untuk proyek percontohan disesuaikan dengan dana yang ada.
Ada tiga gagasan untuk meminimalkan biaya:
● Lakukan pembiayaan bertahap, kucurkan dana tiap satu
atau dua tahap. Alokasikan dana setelah melewati satu tahap
proyek atau tahapan target.
● Ubah biaya tetap menjadi biaya variabel. Alih-alih mempekerjakan konsultan baru untuk program inovasi tersebut,
cobalah menawarkannya untuk menjadi karyawan paruh
waktu selama masa-masa awal program. Organisasi yang
memiliki program pelatihan panjang dapat menyewa ruang
kelas yang diperlukan, sehingga tidak perlu membeli kantor
atau ruang baru.
● Cari sumber daya berlebih yang tidak terpakai. Dapatkah
staf yang beban kerjanya kecil diperbantukan untuk program
inovasi tersebut? Dapatkah staf spesialis humas melakukan
kampanye pemasaran?21
Lembaga think tank perlu mengetahui dengan jelas sumber daya
apa saja yang diperlukan untuk peluncuran program tersebut. Sering kali dibutuhkan dukungan politik atau sponsor untuk program
inovasi tersebut. Sponsor terbesar dapat datang dari dewan pengawas lembaga think tank, namun masih dibutuhkan dukungan lebih
lanjut. Pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dipikirkan lagi:
● Siapa yang ditugaskan untuk menghubungi kepala asosiasi
dagang terkait, menteri terkait atau kepala kantor perwakilan
Bank Dunia?
● Bagaimana peluang keberhasilan kontak dengan pejabatpejabat tersebut? Sejauh apa kegagalan yang diderita jika
mereka menolak memberi dukungan?
● Kegiatan-kegiatan tertentu juga membutuhkan dukungan:
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
195
siapa yang dapat mendekati Walikota untuk meminta partisipasi kota dalam proyek percontohan pembangunan ekonomi
kota?
Bahkan jika sudah tersusun rencana pelaksanaan program,
beberapa tindakan persiapan masih mungkin mengakibatkan kegagalan. Ada tugas-tugas utama yang masih perlu dilakukan.
Meminta persetujuan dewan. Semua informasi yang kini terdapat pada inovasi sebenarnya, seperti hasil-hasil analisis pasar,
cara meluncurkan program, dan berapa biaya peluncuran tersebut.
Informasi tersebut harus dibeberkan pada dewan dan kesepakatan
umumnya dijalankan. Mungkin beberapa anggota dewan akan
menambahkan ide-ide untuk perbaikan dan sumbangan mereka
perlu dipertimbangkan. Namun, seperti yang telah dibahas pada
Bab 6, dewan sebaiknya dijauhkan dari hal-hal operasional karena
masalah-masalah itu adalah urusan staf. Di sisi lain, tawaran untuk
membantu promosi kegiatan baru juga harus disambut hangat, asal
sesuai dengan dengan rencana keseluruhan, kecuali jika tindakan
yang ditawarkan jelas-jelas berwujud perbaikan. Jika rapat dewan
masih jauh dari jadwal maka direktur eksekutif dan ketua dewan
sebaiknya memutuskan apakah perlu ada pertemuan khusus atau
jika perlu konsultasi informal untuk memberi masukan penting
dari dewan.
Tentukan target kinerja bagi masa percobaan—biasanya satu
atau dua tahun. Penetapan target akan memaksa semua pihak
mengungkapkan harapan mereka terhadap inovasi tersebut. Tujuan tersebut harus disebutkan dalam bentuk syarat-syarat yang
konkret. Jelas bahwa harapan tersebut harus disesuaikan dengan
sumber daya yang tersedia dan dikerahkan untuk peluncuran inovasi tersebut.22
Buat kalender kegiatan penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Buat daftar “kegiatan yang harus dilakukan” dalam
sebulan. Sekali lagi, jelaskan mengenai jadwal dari tiap komponen,
hubungan antar komponen, dan siapa yang bertanggung jawab agar
sumber daya dapat dihemat dan tidak terjadi keputusasaan selama
masa percobaan tersebut.
196
MANAGING THINK TANKS
Tuliskan asumsi di balik definisi keberhasilan proyek percontohan dan identifikasi asumsi yang paling krusial. Misalnya,
asumsi yang paling krusial pada program pendampingan teknis
inovatif yang dirancang untuk mendorong pembangunan ekonomi
kota adalah bahwa laju kontrak pemerintah kota untuk layanan
tersebut setelah pendekatan yang baru didemonstrasikan di dua
kota. Bagaimana jika laju yang diasumsikan terlalu optimis (terlalu
tinggi)? Sebesar apa margin kesalahan yang dapat ditoleransi tanpa
mengakibatkan kegagalan program? Jika asumsi yang lebih realistis
dapat mengurangi margin kesalahan menjadi terlalu tipis, maka
keputusan untuk terus maju perlu dipikirkan lagi.
Rancang risiko dengan tonggak yang dapat mencerminkan titik-titik di mana asumsi paling krusial akan diuji. Tonggak-tonggak
tersebut harus mencerminkan tahap perkembangan produk atau
jasa dan harus mampu melacak kepentingan, perintah dan uang
yang diakibatkan inovasi tersebut pada berbagai titik waktu.
Sertakan juga “izin untuk gagal” dalam rencana. Meskipun
lembaga think tank harus mampu memantau tingkat keberhasilan
suatu inovasi, tapi ia juga harus siap mengakui bahwa, dalam hal
ini, tidak ada tuntutan untuk produk atau jasa baru—dan untuk
melakukannya tepat waktu. staf perlu tahu bahwa mengupayakan
inovasi yang akhirnya gagal tidak akan membuat statusnya dalam
organisasi menjadi tercela.23 Jika inovasi dinilai secara menyeluruh
seperti yang dibahas sebelumnya maka kegagalan, seperti juga keberhasilan, akan memiliki “ribuan ayah”. Manajemen seniorlah yang
membuat keputusan dan akhirnya mengemban tanggung jawab,
namun mengumpankan kesalahan tidak akan ada gunanya.
Namun, lebih berguna jika mencoba memahami asumsi-asumsi
mana yang salah dan di mana penyebab proses review gagal.
Jawabannya mungkin adalah keterbatasan informasi. Mungkin
organisasi tidak melakukan riset pasar yang cukup dan hal itu dapat
diperbaiki di masa mendatang. Nilai ex post review yang begitu
teliti dan sistematis akan sulit dilebih-lebihkan.24
Perlu juga dicoba untuk menelaah apakah kondisi kritis yang
menyebabkan kegagalan akan berubah dalam waktu dekat atau
dapat diubah dengan pendekatan promosi lain. Meskipun ada
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
197
rintangan terhadap upaya itu, ada alasan untuk mengalokasikan
modal tambahan untuk menjaga kelangsungan hidup inovasi atau
membuat kampanye promosi baru.
RANGKUMAN
Lembaga think tank dapat menjadi i=novator yang sukses, dan
keempat studi kasus yang disajikan di sini menunjukkan sejumlah
peluang itu. Masih banyak lagi inovasi yang dapat dilakukan, misalnya menulis buku teks untuk asosiasi dagang, bermitra dengan
asosiasi dagang untuk menawarkan program pelatihan, atau menambah bidang keahlian baru pada program riset. Lembaga think
tank yang inovatif , yaitu yang selalu memikirkan inovasi baru,
hanya sedikit. Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan perusahaan
dan NGO yang inovatif di dunia nirlaba ataupun yang berorientasi
laba. Kemampuan lembaga think tank berinovasi adalah akibat dari
lingkungan yang mendorong staf untuk berpikir luas dan kreatif dan
dari kepemimpinan yang mengorganisasi dan memberi inspirasi
bagi proses untuk menangkap gagasan baru dan menilainya secara
terbuka dan objektif.
Organisasi perlu memiliki dana kebijaksanaan (discretionary
fund) untuk menyokong implementasi inovasi yang paling menjanjikan. Menguji coba suatu inovasi yang paling menjanjikan
harus diiringi dengan struktur yang cermat. Memang, pengamat
yang objektif berpendapat bahwa persiapan untuk beberapa studi
kasus inovasi yang disajikan di atas tidak cukup menyeluruh. Namun, contoh tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan akan jenis
layanan baru dan belum terpenuhi begitu kuat sehingga inovasi
tersebut berhasil. Sayangnya, kebanyakan inovasi tidak didukung
struktur yang kuat.
Pada akhirnya, inovasi itu penting bagi kelangsungan hidup lembaga think tank karena lembaga harus menyesuaikan diri dengan
perubahan agenda kebijakan dan kebutuhan kelompok kliennya
yang beragam. Lembaga think tank akan menyesuaikan diri dengan
gesit jika mereka sadar dalam menjalankan inovasi melalui proses
198
MANAGING THINK TANKS
teratur dan mengandung elemen-elemen yang diuraikan di dalam
bab ini.
CATATAN
1. Dua panduan baru untuk mengelola inovasi dalam lembaga
nirlaba membuat keputusan yang sama (jika keduanya tidak termasuk cara menyusun rencana strategis): Light (1998) dan Dees,
Emerson, dan Economy (2001). Lihat Bryson (1995) dan Covello
dan Hazelgren (1995) mengenai penyusunan rencana strategis.
2. Teks akan berkonsentrasi pada program kerja lembaga
think tank dan sponsor. Ada dua jenis inovasi yang layak mendapat perhatian: restrukturisasi organisasi untuk mencapai peningkatan produktivitas yang signifikan, serta merger dari beberapa
lembaga think tank independen.
Tidak banyak yang mendengar tentang reorganisasi internal
besar-besaran yang dirancang untuk memotong biaya dan meningkatkan efektivitas dan daya saing lembaga think tank. Kurangnya
informasi ini mungkin karena perubahan tersebut hanya terjadi
di tingkat internal. Namun setidaknya kita dapat membayangkan
jenis perubahan yang dapat dilakukan. Misalnya, sebuah lembaga
think tank yang telah mengorganisasi pekerjaannya sesuai tema
(misalnya kebijakan kesehatan, keuangan pemerintah daerah,
pendampingan sosial) dapat memutuskan bahwa pekerjaannya
tidak efisien karena setiap kelompok tema melibatkan proyek
pendampingan teknis, evaluasi, dan analisa ekonometri. Kelompok-kelompok tersebut terlalu kecil untuk menjadikan kompetensi teknisnya mencapai taraf ahli. Hasilnya adalah pekerjaan
kurang bagus yang dikerjakan staf yang tidak ahli, staf lain tidak
dipekerjakan secara optimal, dan beberapa staf lain frustrasi karena bekerja di bidang yang tidak disukai. Reorganisasi menurut
jenis keahlian (pendampingan teknis, analisis ekonometri, evaluasi) dipadukan dengan tim kecil tematik dapat mengatasi masalah
tersebut.
Kebanyakan merger disebabkan oleh tekanan keuangan, seperti
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
199
memotong biaya, memperoleh pangsa pasar, dan menawarkan beragam keahlian pada sponsor. Tekanan ini cukup akut di wilayah
Eropa Timur pada beberapa tahun terakhir karena dukungan donor untuk transisi ekonomi dan politik di kawasan tersebut turun
drastis dan lembaga-lembaga think tank yang tergantung pada
donor terpaksa melakukan penyesuaian fundamental. Dua bentuk
penyesuaian yang mungkin (LaPiana 1997) cukup relevan. Salah
satunya adalah konsolidasi back office; bagian yang menjalankan
fungsi administrasi inti dan dibiayai lembaga think tank. Fungsi
administrasi tersebut mencakup akuntansi, penyalinan dokumen,
hubungan masyarakat, sekretariat, dan dalam beberapa lembaga,
asisten riset.
Merger yang umum adalah yang berdasarkan kesamaan atau
akuisisi efektif antar satu lembaga dengan lembaga lain. Ada banyak literatur mengenai proses tersebut pada organisasi-organisasi
nirlaba untuk dijadikan referensi. Pola yang umum adalah beberapa merger dianalisis mendalam dari perspektif bisnis sebagai
bagian dari persiapan. Masalah terbesar dalam mencapai kesepakatan untuk merger adalah status relatif kedua organisasi—dan
para pemimpinnya—setelah merger. Jika merger dilakukan terburu-buru, biasanya disusul dengan penurunan semangat staf. Oleh
karena itu, resep penting bagi keberhasilan adalah kepemimpinan
yang baik dan jujur, serta komunikasi terbuka antara pemimpin
dan staf organisasi. Untuk poin-poin lebih lanjut, lihat LaPiana
(1997), McMurtry, Netting dan Kettner (1991), Singer dan Yankey
(1991), juga Wernet and Salamon (2002).
3. Kecenderungan ini tampak jelas di Amerika; misalnya mengacu pada Yound dan Salamon (2002).
4. Bruckner (1996) mengomentari kecenderungan lembaga
think tank di kawasan ini yang mengejar kontrak untuk bertahan
hidup, serta masalah-masalah yang ditimbulkannya.
5. Di Barat, lembaga think tank menghadapi masalah dengan
dua cara. Pertama, mereka bekerja keras merundingkan klausul
tentang publikasi dan penggunaan data dalam kontrak mereka sehingga hak-hak mereka dalam kedua hal tersebut terjamin. Terkadang hal ini berakibat klien dapat menggunakan data secara ek-
200
MANAGING THINK TANKS
sklusif selama periode tertentu, biasanya tiga hingga enam bulan.
Dalam hal lain, para klien menjamin hak untuk menerima salinan
awal segala publikasi mengenai proyek dengan hak untuk memberi komentar terhadapnya selama periode tertentu, tapi mereka
tidak dapat menghalangi publikasi. Kedua, lembaga think tank
menolak menerima kontrak dari beberapa kelompok pengguna
jasa mereka. Di Amerika Serikat, salah satu syarat bagi lembaga
think tank untuk mempertahankan status pajak nirlabanya adalah
bahwa semua pekerjaan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi tersebut dilakukan untuk kepentingan publik; riset kepemilikan
dan konsultasi tidak sesuai dengan persyaratan ini.
6. Lembaga think tank di Amerika Serikat dan Eropa melakukan berbagai metode untuk menangani tugas sulit ini. Tugas-tugas
tersebut termasuk di antaranya member tahu klien-klien mengenai posisi kebijakan yang diambil lembaga think tank pada isu tertentu dan salinan awal artikel itu diserahkan untuk dipublikasikan selain untuk media populer atau ilmiah. Pendekatan yang
lebih ramah adalah penawaran briefing ke klien sebelum konferensi pers atau kesaksian di dewan legislatif. Pada kedua contoh,
klien tidak terhindar dari kemungkinan tidak siap menanggapi
pernyataan lembaga think tank. Keduanya adalah peluang untuk
dibahas lembaga think tank, bukan tawaran bagi lembaga think
tank untuk mengubah kesimpulannya. Langkah-langkah tersebut
turut membantu mempertahankan hubungan baik dengan klien,
tapi tidak banyak membantu untuk memastikan objektivitas rekomendasi lembaga think tank.
7. Masalah ini dan kedua masalah berikutnya dibahas pada tulisan Davies (1997, 33-34).
8. Misalnya, lihat tulisan Tschirbart (1996) mengenai bagaimana mengelola transaksi secara efektif.
9. Perusahaan dapat memilih mengambil keuntungan dari
“deviden” ini dalam dua cara; tingkat biaya operasional tambahan
(overhead) dapat dikurangi sehingga perusahaan semakin berdaya saing untuk mendapatkan kerja atau jasa tambahan. Misalnya,
karena perusahaan berkembang maka perusahaan mempekerjakan staf humas tanpa mengurangi posisi daya saingnya.
Memperbarui Program Kerja: Menciptakan Inovasi
201
10.Penulis merasa bahwa setidaknya dua dari organisasi-organisasi tersebut tidak mau memberikan informasi yang menurut
mereka bersifat rahasia.
11.Perlu dicatat bahwa semua tindakan yang dikutip sebagai
tindakan wirausaha oleh responden telah disertakan di sini. Beberapa organisasi mulai menunjukkan minat pada saat wawancara dilakukan dan beberapa yang lain mengambil pendekatan
berbeda terhadap klien-klien lama mereka.
12.CDFE tidak tertarik mengiklankan keahliannya dalam
pelatihan korporat karena beberapa staf menganggap pelatihan
tidak sepenuhnya sesuai dengan misi utamanya, jadi instrumen
ini tidak digunakan.
13.Baca, misalnya Bullen dan rekan-rekan (1997), Burlingame
dan Ilchman (1996), Davis (1997), dan Maxwell (1996).
14.Wheeler dan Hunger (2000) membuat perlakuan komprehensif perencanaan strategis.
15.Dari sumber yang ditanyai, pembahasan ini banyak menyoroti Light (1998, bab-bab 1 dan 4).
16.Letts dan rekan-rekan (1999), selain beberapa penulis lain,
menekankan poin ini.
17.Bagian ini secara umum mengacu pada Bacon dan Butler
(1998) dan Kitzi (2001).
18.Light (1998, 50) juga menyoroti poin ini untuk organisasi
nirlaba.
19.Untuk topik pembuatan rencana bisnis, baca, antara lain,
Covello dan Hazelgren (1995).
20. Majeska (2001) memberikan review bagus mengenai analisis terhadap kebutuhan konsumen.
21.Dees (2001a) memiliki ide-ide tambahan dalam arah ini.
22. Bacon dan Butler (1998, 66) juga menekankan pentingnya
tujuan konkret.
23. Light (1998, 145) menulis daftar beberapa cara memberikan
“izin untuk gagal” ini kepada staf, termasuk pemakaman dramatis
“New Orleans” untuk suatu inovasi yang mati, penghargaan untuk
impian paling muluk tahun ini, atau bahkan kupon pengampunan
dan slip izin kegagalan dari direktur eksekutif.
202
MANAGING THINK TANKS
24. Darling, Parry dan Moore (2005) menyertakan pembahasan menarik untuk membuat review atas hasil sebenarnya (ex
post review).
Raymond J. Struyk
8
Memenangkan Kontrak dari
Lembaga Pemerintah
P
ada tahun-tahun pertama, hampir semua lembaga think
tank bergantung pada dana dari yayasan-yayasan internasional atau kontrak-kontrak dengan donor bilateral dan internasional. Di antara sumber-sumber dana tersebut adalah Bank
Dunia, UNDP (United Nations Development Program), dan DFID
(Department for International Development) milik pemerintah
Inggris. Meskipun ada banyak sumber dana, penting bagi lembaga
think tank untuk bisa meragamkan pendanaan mereka, termasuk
mendapatkan dukungan signifikan dari sumber-sumber lokal.
Sponsor lokal memberikan kredibilitas dalam hal rekomendasi
kebijakan. Di samping itu, sponsor lokal juga dapat membantu melindungi kegiatan lembaga think tank saat menghadapi “kelelahan
donor” yang umum dijumpai pada donor-donor internasional. Selain itu, karena dukungan filantropis dari yayasan-yayasan ataupun
perusahaan-perusahaan di luar negara-negara Eropa Barat dan
Amerika Utara biasanya kurang berkembang, bekerja sama dengan
pemerintah lokal menjadi penting bagi lembaga think tank.
Mayoritas lembaga think tank mulai bekerja sama dengan
organisasi-organisasi pemerintah hanya setelah periode awal,
seperti disarankan di atas. Pada titik tersebut lembaga think tank
memiliki pengalaman yang harus dibangun dengan yayasanyayasan internasional dan organisasi donor. Hal ini penting
203
204
MANAGING THINK TANKS
terutama dalam hal penulisan proposal, kemampuan analisis, dan
kemampuan presentasi. Namun, pada kenyataannya berurusan
dengan organisasi-organisasi pemerintah berbeda dengan berurusan dengan organisasi internasional.
Sehubungan dengan meningkatnya penghargaan pemerintah di banyak negara pada nilai penting dari analisis eksternal
maka dibuatlah pedoman program anggaran yang eksplisit untuk
pekerjaan tersebut. Selain itu jumlah dana yang dianggarkan pun
meningkat. Pada 2005 anggaran untuk riset dan pengembangan
di beberapa kementerian nasional dan organisasi-organisasi
pemerintah cukup besar. Misalnya, Kementerian Ekonomi dan
Perindustrian Estonia menganggarkan 31 juta dolar (Lee 2005).
Contoh lainnya adalah Kementerian Ekonomi dan Perdagangan
Rusia yang menganggarkan 8 juta dolar untuk riset eksternal. Sebagai perbandingan, pada tahun yang sama di Hongaria organisasi
pemerintah yang lebih kecil, yaitu Kantor Perumahan dan Bangunan, menghabiskan 150.000 dolar untuk penugasan penelitian.
Bab ini memuat panduan untuk memenangkan kontrak kerja
dari lembaga-lembaga pemerintah di negara asal lembaga think
tank. Langkah pertama adalah memahami mengapa organisasiorganisasi pemerintah memperkerjakan tenaga kontrak untuk
penelitian dan evaluasi program dan bagaimana mereka diorganisasi untuk melakukan pekerjaan tersebut. Setelah membahas
topik tersebut, pada bagian kedua dibahas cara memenangkan
kontrak dengan organisasi-organisasi pemerintah. Bagian terakhir
membahas apa yang bisa dilakukan lembaga think tank untuk meningkatkan keadaan di negara yang memiliki sedikit atau bahkan
sama sekali tidak ada tenaga kontrak untuk melakukan penelitian.
Pembahasan didasarkan pada informasi, wawancara, dan pengalaman-pengalaman dari Rusia, Hongaria, Bosnia-Herzegovina, dan
Amerika Serikat, serta informasi yang diperoleh dari konferensi
dan diskusi-diskusi tambahan.
Memenangkan Kontrak dari Lembaga Pemerintah
205
MEMAHAMI BAGAIMANA LEMBAGA PEMERINTAH
MENGADAKAN KONTRAK
Mengapa Menggunakan Tenaga Kontrak?
Ada tiga alasan mengapa lembaga pemerintah mengadakan kontrak dengan pihak luar (outsourcing) untuk penelitian dan evaluasi.
Yang pertama adalah adanya hambatan yang berhubungan dengan
staf atau SDM. Sangat diragukan bahwa sebuah kementerian akan
diizinkan untuk mempekerjakan staf sebanyak-banyaknya supaya
memenuhi kebutuhan untuk melakukan riset dan evaluasi program
yang biasanya diminta oleh menteri, asisten menteri, maupun perdana menteri sendiri. Menghadapi kenyataan tersebut maka perlu
kiranya mempekerjakan tenaga dari luar organisasi pemerintah.
Alasan kedua adalah akan sulit bagi pemerintah untuk menarik
minat para ahli ekonomi, analis politik, ahli statistik, ahli survei
dan sampling dan ahli-ahli lainnya untuk bekerja sebagai pegawai
negeri.
Alasan ketiga adalah fleksibilitas. Pada praktiknya setiap organisasi pemerintah mengerjakan bermacam-macam program.
Akibatnya riset dan evaluasi untuk program-program tersebut
membutuhkan berbagai macam keterampilan dan latar belakang
supaya masalah-masalah dari berbagai program yang berbeda tadi
dapat ditangani secara efisien dan akurat. Akan tidak masuk akal
apabila pemerintah harus mempekerjakan banyak staf apabila
kebutuhan akan kecakapan khusus tadi tidak terjadi setiap hari.
Program tertentu, misalnya, hanya memerlukan evaluasi dampak
sebanyak sekali dalam beberapa tahun. Oleh karena itu mempekerjakan tenaga kontrak menjadi lebih efisien daripada membentuk
staf khusus.
Penting untuk diketahui, kebanyakan kementerian di negaranegara sosialis memiliki lembaga riset sendiri. Setiap tahun kementerian dan lembaga riset bernegosiasi untuk membahas rencana
kerja. Pendanaan untuk rencana kerja tersebut diperoleh dari
206
MANAGING THINK TANKS
anggaran pemerintah pusat (bukan dari anggaran kementerian).
Dengan kata lain, ada kebiasaan di Persemakmuran Negara-Negara
Merdeka (PNM/CIS) di Eropa Timur mempekerjakan lembaga
think tank untuk melakukan penelitian. Yang telah berubah adalah
pekerjaan riset tersebut sekarang diberikan secara kompetitif dan
para manajer lebih memperhatikan ketepatan waktu dan manfaat
hasil analisis.
Apa yang Dibutuhkan dalam Outsourcing?
Hal pertama yang dibutuhkan oleh tenaga kontrak adalah uang.
Dengan kata lain, anggaran dari pemerintah harus memuat dana
yang dibutuhkan. Hampir semua negara memiliki pos riset dan
evaluasi atau yang sejenis yang eksplisit dalam anggaran organisasi pemerintah. Di negara di mana tidak terdapat anggaran yang
eksplisit, seperti di negara-negara Eropa Timur saat ini, organisasi
pemerintah terpaksa harus mengganti sumber dana dari hasil kontrak untuk mendanai pekerjaan tersebut. Ini memang merupakan
situasi yang problematis. (Bagaimana anggaran ditentukan akan
dibahas di bawah ini.)
Di luar masalah keuangan, penggunaan tenaga kontrak untuk
riset dan evaluasi membutuhkan organisasi pemerintah yang diatur
untuk mengerjakan fingsi ini. Tabel 8.1 mengilustrasikan tiga tipe
yang diadopsi pemerintah untuk jenis pengontrakan di atas.
Model A banyak ditemukan di negara-negara barat tetapi
tidak ditemukan di negara-negara transisi. Pemain utama untuk
tipe A adalah sebuah kantor khusus yang bertanggung jawab atas
pengembangan kebijakan dan penelitian serta melaporkan langsung
pada menteri. Pada model ini, fungsi pengembangan kebijakan
lebih dipusatkan daripada ditugaskan kepada para asisten menteri yang bertanggung jawab atas sebuah bidang program. Model
ini menempatkan sejumlah kecil ahli-ahli kebijakan di kementerian dalam sebuah kantor yang sama yang membantu tugas mereka. Keadaan tersebut juga menyiratkan kenyataan bahwa beban
kerja pengembangan kebijakan dalam satu area program sangat
207
Memenangkan Kontrak dari Lembaga Pemerintah
bervariasi sepanjang waktu. Saat staf kebijakan ditempatkan di
kantor-kantor program, staf dalam satu kantor akan terbebani sedangkan staf di kantor sebelah tidak digunakan. Pengaturan model
A mengumpulkan di satu tempat staf yang memiliki keahlian riset,
menulis rencana rujukan (terms of reference), dan menyelenggarakan kompetisi.
Kantor terpusat ini berkonsultasi dengan kantor-kantor program dalam mengembangkan riset tahunan dan agenda evaluasi.
Staf di kantor program me-review rencana rujukan dan berpartisipasi dalam panel yang mendapatkan proposal dari kontraktor,
tetapi proses ini dikendalikan dan diatur oleh kantor riset pusat.
Kantor pengadaan kontrak atau kantor kontrak memonitor kompetisi dan menegosiasikan kontrak dengan bantuan dari kantor
riset serta menandatangani kontrak tersebut.
Model B merupakan pengaturan yang umum terjadi di kawasan
Eropa Timur. Pertanggungjawaban dibagi antara kantor program
dan kantor pengadaan kontrak. Tidak terdapat kantor penelitian
dan pengembangan kebijakan yang terpusat dalam model ini.
Tugas-tugas dalam proses kontrak (seperti dijelaskan di bagian
berikutnya) dibagi antara keduanya.
Model C, di mana kantor program memiliki tanggung jawab
penuh, biasanya muncul bersama Model B di kebanyakan lembaga
pemerintah. Biasanya model ini diterapkan kantor program apabila
nilai kontrak di bawah nilai maksimal, yaitu nilai yang ditetapkan
Tabel 8.1 Pengaturan Organisasi Pemerintah dalam Mengontrak Pihak Luar
Model Kantor Program
A
B
C
Sekunder
Berbagi
Eksklusif*
Kantor Riset Terpusat
di Organisasi Pemerintah
Kantor pengadaan kontrak
di Organisasi Pemerintah
Pokok
T/A
T/A
Pengawasan Luas
Berbagi
Pengawasan Luas
T/A: Tidak dapat dipakai
* biasa terjadi pada kontrak-kontrak kecil – kontrak dibawah nilai maksimal
yang ditetapkan dalam peraturan pengadaan kontrak nasional.
208
MANAGING THINK TANKS
dalam peraturan pengadaan kontrak nasional. Pada prinsipnya,
Model C sebaiknya tidak sering digunakan. Namun, kenyataannya
berbeda, model ini sering dipakai secara rutin oleh kantor-kantor
untuk menghindari kerumitan administratif yang muncul dalam
menggunakan Model B.1 Dalam model C, di beberapa negara kantor program dapat menyeleksi sebuah lembaga tanpa harus melalui
pelelangan yang kompetitif untuk nilai kontrak yang kecil. Untuk
nilai di atas batas kontrak non-kompetisi dan di bawah batas kontrak dengan kompetisi penuh di mana Model B digunakan, kantor
program mengadakan kompetisi terbatas yang biasanya berarti
ada tiga lembaga harus mengajukan penawaran. Keluwesan yang
dimiliki kantor program karena adanya peraturan ini memengaruhi
bagaimana lembaga think tank memasarkan lembaga mereka pada
organisasi pemerintah yang ingin mereka ajak kerja sama, seperti
dijelaskan selanjutnya.
Tugas-Tugas yang Termasuk dalam Outsourcing
Setiap organisasi pemerintah yang mengadakan kontrak untuk
sebuah penelitian harus melakukan serangkaian tindakan. Setiap
tindakan dibahas di bawah ini. Perbedaan dalam cara menjalankan
tugas bergantung pada bagaimana organisasi pemerintah mengatur
pengadaan kontrak (tiga model) sesuai dengan keadaan lembaga
think tank. Sangat disarankan untuk mengerti siklus pengadaan
kontrak karena hal tersebut adalah langkah pertama dalam membangun strategi untuk bisa bekerja secara efektif di lingkungan
tersebut.
Menentukan anggaran tahunan. Sebagai bagian dari persiapan
anggaran organisasi pemerintah, organisasi pemerintah menentukan besar anggaran penelitian untuk setiap kantor. Proses ini
dimulai setahun sebelum tahun anggaran, yaitu tahun di mana dana
tersebut dipakai. Pada Model A, kantor riset dan evaluasi terpusat
menyiapkan anggaran yang direkomendasikan bersama dengan
deskripsi umum mengenai penggunaannya setelah anggaran dikonsultasikan dengan kantor program. Proposal anggaran tersebut
diteliti dan disesuaikan oleh kementerian sebelum dikirimkan
Memenangkan Kontrak dari Lembaga Pemerintah
209
kepada Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan kemudian
melakukan meninjau isi proposal dan menentukan jumlah final dari
anggaran. Pada model lain, secara keseluruhan prosesnya sama,
kecuali dalam hal setiap kantor program menyiapkan proposal anggaran dan rencana penelitian yang akan diajukan. Pada beberapa
kejadian, hanya angka dari anggaran yang diperlukan tanpa perlu
ada pernyataan yang mengesahkan. Review internal dan koordinasi
dengan kementerian biasanya dibahas dengan kantor pengadaan
kontrak. Dalam semua model, agenda penelitian yang rinci untuk
satu tahun dikembangkan hanya setelah sumber-sumber yang ada
diketahui.
Ada dua poin yang harus diperhatikan: pertama, kantor program
menentukan agenda, kecuali dalam Model A. Apabila sebuah lembaga think tank ingin memengaruhi agenda riset di masa depan,
maka kantor program ini adalah target yang tepat. Kedua, staf di
tiap kantor program yang diwawancarai penulis menyatakan bahwa
anggaran penelitian yang tersedia jumlahnya di bawah kebutuhan
mereka. Dengan kata lain, proses penentuan anggaran secara
sistematis berujung pada riset yang kurang dana. Ini berarti harga
akan sering menjadi pertimbangan utama dalam menentukan pemenang di antara lembaga-lembaga yang bersaing.
Mempersiapkan Rencana Rujukan (Term of Reference/TOR).
Pada Model B dan C, kantor program biasanya membuat draf TOR.
Pada model B, TOR di-review dan apabila mungkin dimodifikasi
oleh kantor pengadaan kontrak. Di beberapa negara, organisasi
pemerintah membentuk panel yang bertugas menyiapkan TOR
yang beranggotakan staf dari kantor program dan kantor pengadaan
kontrak serta kantor-kantor lain dari beberapa organisasi pemerintah yang berhubungan dengan hal yang dibahas. Pada Model A,
TOR dirancang oleh kantor riset pusat dan di-review oleh kantor
program.
Mendistribusikan Permintaan Proposal (Request for Proposal/
RFP). Prosedur standar adalah RFP tersedia untuk publik secara
luas. Sering kali RFP dipasang di website organisasi pemerintah
di mana semua pengadaan kontrak muncul. Dalam beberapa
kejadian, organisasi pemerintah mengirim pemberitahuan RFP
210
MANAGING THINK TANKS
kepada lembaga-lembaga yang pernah mengirimkan proposal di
masa lalu.
Bagi pengadaan kontrak dengan nilai di bawah ambang kritis
maka pemberitahuan lebih terbatas. Seperti telah dijelaskan, pada
kasus dengan kompetisi yang terbatas biasanya hanya tiga proposal
yang diperlukan. Untuk kontrak yang lebih kecil, satu kontraktor
diundang untuk mengumpulkan proposal. Banyak kantor program
mengatur pengadaan kontrak mereka untuk menghindari kompetisi
penuh. Praktik ini jelas mampu menguntungkan lembaga-lembaga
tertentu.
Ini bukanlah korupsi. Alasannya, mereka mengenal baik lembaga yang akan mengerjakan riset tersebut, artinya mengetahui
kemampuannya dalam bidang riset tersebut serta kekuatan dan
kelemahan relatif yang dimilikinya pada berbagai topik. Jadi,
mereka ingin memilih lembaga yang akan mengerjakan proyek.
Sebagian hal ini mencerminkan sering adanya keterbatasan kemampuan di antara lembaga-lembaga yang ada, sehingga kemudian memunculkan keterbatasan kemungkinan adanya persaingan
murni. Namun, hal ini jelas-jelas tidak akan mendorong lembaga
yang ada memperluas area keahlian mereka jika mereka percaya
bahwa mereka takkan dipilih atau dikontrak saat terdapat lembaga
yang telah memimpin. Hal ini akan lebih menakutkan bagi mereka
yang berniat mendirikan lembaga think tank baru di suatu bidang
keahlian.
Bagaimana dengan lembaga riset yang sebelumnya telah berhubungan dengan kementerian-kementerian? Jawaban singkatnya
adalah bahwa mereka bebas untuk bersaing mendapatkan kontrak.
Dana yang kecil biasanya tersedia untuk lembaga-lembaga ini
dengan sifat non kompetitif. Memang kebanyakan lembaga telah
melemah menjadi bayang-bayang dari diri mereka dulu seiring
dengan menghilangnya dukungan besar bagi penelitian pada masa
Soviet ambruk bersama dengan ambruknya rezim. Manajer program yang bertugas dalam penelitian biasanya lebih tertarik pada
menerima kualitas produk yang membantu tugas mereka daripada
mendukung organisasi-organisasi tertentu.
Penilaian proposal. Proposal untuk kompetisi yang padat dan
Memenangkan Kontrak dari Lembaga Pemerintah
211
terbuka dinilai secara formal serta diumumkan dalam RFP. Dalam model B sebuah panel yang terdiri dari staf , baik dari kantor
program maupun dari kantor penyelenggara tender kontrak yang
ditunjuk untuk melakukan tugas ini. Di Rusia, staf dari kantor
program menilai proposal-proposal dan dua atau tiga ahli dari luar
organisasi pemerintah juga melakukan penilaian secara terpisah.
Keduanya menggunakan standar yang terdiri dari 15 faktor, dua
set dari penilaian dibahas dan diterima dalam rapat yang terdiri
dari pihak-pihak yang menilai proposal bersama-sama dengan
perwakilan kantor penyelenggara tender kontrak maupun kantor
organisasi pemerintah yang berminat. Pada tahap selanjutnya,
kantor program merekomendasikan pemenang dan komisi yang
sama bertemu untuk membahas proposal tersebut. Yang menjadi
pertimbangan adalah kualitas terbaik dan biaya.
Dalam model A, panel yang menilai proposal terdiri dari staf
dari kantor program dan kantor riset pusat. Panel merekomendasikan pemenang pada pejabat senior yang biasanya hanya membuat
review pro forma sebelum memberikan persetujuan.
Prosedur penilaian proposal pada kompetisi yang lebih kecil
tidak sedetail di atas. Di Hongaria, pihak yang menilai proposal pengadaan kontrak hanyalah kantor program. Kompetisi di beberapa
organisasi pemerintah secara tegas hanya didasarkan pada harga.
Mereka yang diwawancarai organisasi pemerintah dengan praktik
di atas menunjukkan bahwa proposal riset terlalu subjektif untuk
dinilai menggunakan kriteria penilaian standar. RFP mensyaratkan
pelelang untuk menunjukkan bahwa mereka mampu melakukan
tugas yang dikontrakkan tersebut, namun RFP tidak meminta proposal membahas bagaimana kontraktor akan mengerjakan tugasnya. Kontrak yang dibutuhkan disebutkan dalam RFP. Pemenang
adalah lembaga yang menawarkan harga terendah di antara para
pesaingnya yang berkualitas untuk menjalankan kontrak. Jelas
sekali dengan hanya tiga lembaga yang diperlukan untuk bersaing
dan diundang oleh kantor program maka akan terdapat celah kolusi
dan favoritisme.
Menegosiasikan kontrak. Untuk kompetisi yang padat dan
terbuka, praktik yang umum berkaitan dengan kontrak secara tegas
212
MANAGING THINK TANKS
merupakan tanggung jawab kantor pengadaan kontrak. Misalnya
saja syarat dalam draf kontrak mengenai hak lembaga untuk menerbitkan hasil penelitian. Dalam model B, kantor pengadaan kontrak
juga bernegosiasi dengan kontraktor mengenai penyesuaian lingkup
kerja, kemungkinan berdasarkan nasihat dari kantor program. Pada
model A, kantor riset pusat memiliki peran yang lebih aktif dalam
menegosiasikan perubahan-perubahan ini namun bekerja lebih
dekat dengan kantor penyelenggara lelang kontrak.
Akan tetapi praktik yang berbeda terjadi pada kontrak-kontrak
kecil. Pada banyak praktik kantor program bernegosiasi dan menandatangani kontrak. Tetapi pada kasus lain kantor penyelenggara
lelang kontrak menjalankan kontrak berdasarkan rekomendasi dari
kantor program.
Kendali mutu dan penerimaan kontrak. Pada model B dan C,
kantor program bertanggung jawab atas kerja sama yang dijalin
dengan kontraktor. Tanggung jawab tersebut berhubungan dengan
proyek yang berjalan untuk menjamin mutu kerja yang diharapkan
telah disiapkan kantor yang mengerjakan kontrak tersebut. Pada
model A hal ini adalah tugas dari kantor riset pusat, singkatnya
kantor program atau kantor riset pusat merupakan klien yang
sebenarnya dalam kontrak tersebut.
Di hampir semua negara, kantor yang bertanggung jawab
memiliki semacam review eksternal untuk tugas-tugas yang dikerjakan. Di Hongaria, satu kantor melaporkan bahwa pengawasan
terdiri dari pengecekan keberadaan fisik dari laporan dan CD-ROM
yang dilaporkan dalam tiap proyek. Di kementerian Ekonomi Rusia,
ada komisi khusus yang ditunjuk melakukan review produk yang
dihasilkan untuk ditentukan apakah telah memenuhi persyaratan
kontrak atau belum.
Bagian sebelumnya menggarisbawahi kerja dari siklus mendapatkan kontrak penelitian yang umum terjadi di banyak negara.
Titik awal bagi lembaga think tank untuk sukses memenangkan
kontrak adalah dengan memahami detail spesifikasi dari proses
kontrak yang dijalankan organisasi pemerintah terkait. Seperti
telah diindikasikan, tidak semua organisasi pemerintah melakukan
praktik yang sama. Bagaimana agar bisa memasarkan secara efektif
Memenangkan Kontrak dari Lembaga Pemerintah
213
pada setiap kantor tergantung pada bagaimana lembaga think tank
menjalankan proses pengadaan kontrak.
CARA MEMENANGKAN KONTRAK
Memenangkan kontrak dari beberapa organisasi pemerintah
bukan sekadar tentang menulis kontrak yang bagus. Pada bagian
sebelumnya telah dijelaskan berbagai cara yang bisa dilakukan
sebuah lembaga untuk mendapatkan keuntungan dengan cara
yang sangat objektif. Bagian ini tidak membahas cara penulisan
proposal. Kebanyakan lembaga think tank telah mempelajari hal
tersebut saat bekerja sama dengan yayasan dan donor internasional.
Bagian ini lebih fokus pada bagaimana mengolah kerja sama dan
mendapatkan keuntungan.
Mempengaruhi Agenda
Cara yang baik bagi sebuah organisasi untuk menciptakan kesan
paham isu pembuatan kebijakan dan mampu membantu kantor
pemerintah dalam mengatur agenda riset di masa depan adalah
dengan cara menawarkan ide proyek-proyek analisis yang nantinya
akan berguna bagi pertimbangan kebijakan. Program evaluasi juga
merupakan topik yang bagus meskipun kebanyakan manajer di
kawasan ini masih belum menghargai peran penting dari evaluasi
dalam meningkatkan kinerja program. Banyak lembaga think tank
menggunakan pendekatan ini karena hal tersebut bagus dari sisi
marketing dan karena mereka percaya bahwa proposal penelitian
menarik minat masyarakat.
Jelas bahwa lembaga think tank harus bersiap dengan teliti
dalam menghadapi pertemuan-pertemuan dengan organisasi pemerintah. Hal ini tidak mudah karena membutuhkan pengamatan
selama setahun atau lebih untuk bisa meramal jenis analisis apa
yang dibutuhkan oleh organisasi pemerintah: topik kebijakan apa
yang akan dipertimbangkan? Akan lebih baik jika ada ringkasan
sepanjang 1-2 halaman yang dikumpulkan. Hal ini menimbulkan
214
MANAGING THINK TANKS
kesan keseriusan lembaga think tank. Meskipun organisasi pemerintah memahami bahwa pertemuan yang berlangsung lebih
bersifat pemasaran, namun penting bagi lembaga think tank untuk
menjaga substansi penelitian. Organisasi pemerintah akan lebih
menghargai kemampuan dan kualitas dari presentasi dan diskusi
yang dilakukan lembaga think tank. Rapat yang sukses ditutup
dengan kepercayaan organisasi pemerintah bahwa analisis yang
ditawarkan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Rapat jenis ini juga merupakan kesempatan yang baik untuk
mencari tahu tentang pengadaaan kontrak yang akan datang sehingga lembaga think tank dapat bersiap untuk memperebutkan
kontrak.
Kesalahan yang umum terjadi adalah lembaga think tank terpaku pada topik yang sama terlalu lama. Dengan kata lain terus
mengajukan proposal untuk kerja tambahan pada topik yang analisisnya pernah dilakukan sebelumnya. Biasanya proposal tersebut
mengajukan analisis lebih banyak. Dengan sumberdaya yang
terbatas dan menyoroti banyak bidang sembari meneruskan kerja
pada suatu topik khusus tersebut tidaklah mungkin bagi kantor
program. Jika lembaga think tank terus menekan cara tersebut,
pemimpinnya mungkin justru akan kesulitan membuat janji dengan
staf dari organisasi pemerintah tersebut.
Reputasi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sering kali pejabat pemerintah sudah mengetahui lembaga mana yang ingin mereka
ajak bekerja untuk menyelesaikan tugas tertentu. Pejabat tadi
juga bekerja keras mengatur pengadaan kontrak sehingga mereka
bisa mendapatkan pilihan mereka. Hal ini berarti bahwa reputasi
lembaga dalam suatu bidang sangat penting karena menentukan
kemungkinan untuk diundang dalam lelang kontrak dengan persaingan terbatas. Kinerja di masa lalu merupakan faktor yang
jelas. Jika pegawai organisasi pemerintah (mungkin pegawai baru)
tidak cukup menghargai catatan kinerja lembaga maka akan lebih
Memenangkan Kontrak dari Lembaga Pemerintah
215
baik dan efektif jika lembaga mengirimkan surat atau brosur yang
dikemas dengan baik.
Yang juga tak kalah penting adalah mengingatkan pegawai
pemerintah tentang kemampuan lembaga think tank. Cara yang
umum dilakukan adalah dengan mengirimkan laporan berbentuk
hard copy yang diharapkan akan menarik perhatian dan minat
instansi tertentu. Termasuk pula dalam hal ini adalah memasukkan
daftar klien yang relevan maupun potensial di dalam daftar kirim
e-mail. E-mail tersebut berisi ringkasan penelitian yang masih
baru serta tautan-tautan yang bisa diunduh. Selain itu klien juga
dapat diundang pada acara-acara yang diadakan lembaga think
tank seperti diskusi ataupun presentasi yang relevan.
Penuh Perhatian
Tindakan dalam daftar berikut dirancang untuk menjaga nama
baik dan reputasi lembaga. Berikut ini contoh hal-hal yang bisa
dilakukan lembaga think tank untuk mempromosikan orang-orang
mereka pada organisasi pemerintah:
● Kebanyakan lembaga think tank mengadakan semacam
pesta tahunan di mana para klien diundang. Pesta biasanya
diadakan pada hari Natal atau Tahun Baru. Beberapa lembaga think tank mengadakan piknik atau pesiar pada musim
panas.
● Kebanyakan lembaga think tank menawarkan pelatihan
bagi deputi kementerian yang masih baru yang belum terbiasa dengan subjek yang menjadi tanggung jawab mereka.
Pelatihan berisi hal-hal umum yang penting. Pegawai tersebut
bersedia dan melakukan pelatihan selama setengah hari.
● Sebuah lembaga think tank menemukan bahwa pegawai
senior senang bekerja dengan profesional muda. Lembaga
think tank tersebut memiliki beberapa staf yang mengajar di
universitas. Lembaga think tank tersebut mengatur supaya
pegawai tersebut menjadi presenter tamu dalam salah satu
kuliah.
216
MANAGING THINK TANKS
● Biasanya sebuah lembaga think tank mempunyai kesempatan
mempengaruhi komposisi dari tim yang dikirim ke luar negeri
untuk melakukan kunjungan studi. Klien akan sangat menghargai apabila mereka diikutsertakan dalam hal tersebut.
Banyak lembaga think tank melakukan sedikit di bawah atau
tepat di atas daftar inisiatif untuk menjaga “reputasi” tadi. Sangatlah
penting untuk menerapkan hal tersebut secara sistemastis dan tidak
hanya sesekali apalagi dinomorduakan. Staf junior dapat diminta
menangani proses ini.
Penghormatan
Pada sebuah kompetisi di musim panas 2005 mengenai kerja
sama pemerintah dengan organisasi penelitian kebijakan, presentasi dilakukan di dalam proses pengontrakan.2 Pegawai pemerintah
dari berbagai negara menekankan dalam presentasi tadi bahwa
penting bagi pimpinan lembaga think tank dan para ahli untuk
menunjukkan penghormatan tertentu kepada mereka. Hal ini
tidak berhubungan dengan penghormatan pada kantor. Selama
ini masalah yang ada adalah para ahli berbicara dengan pegawaipegawai pemerintah dengan cara yang menyombongkan keahlian
mereka dan merendahkan pegawai-pegawai tadi. Pimpinan dari
lembaga think tank harus memperhatikan sikap staf mereka dan
jika perlu mengadakan pelatihan.
Persekutuan
Poin utama dalam bagian sebelumnya menjelaskan bahwa memenangkan penghargaan dari pemerintah merupakan pekerjaan
orang dalam. Reputasi yang dipegang lembaga think tank merupakan hal yang sangat penting. Salah satu cara supaya lembaga
think tank lebih kompetitif dalam suatu kontrak adalah dengan
bersekutu bersama lembaga lain yang memiliki kemampuan yang
bisa melengkapi. Dengan kata lain, kedua lembaga yang bersekutu
Memenangkan Kontrak dari Lembaga Pemerintah
217
diuntungkan dengan kemampuan masing-masing dalam bersaing
untuk mendapatkan proyek.
Pertimbangkan contoh berikut mengenai kementerian perumahan yang berminat meningkatkan target dari program tunjangan
perumahan sehingga subsidi dikonsentrasikan pada keluarga berpenghasilan rendah. Sebuah lembaga memiliki pengetahuan yang
rinci mengenai program perumahan di negara tersebut, tapi tidak
banyak tahu tentang penargetan program sosial. Lembaga kedua
memiliki reputasi bagus dalam penargetan bidang pendampingan
sosial, termasuk penargetan keuntungan dari program transfer tunai bagi rakyat miskin. Lembaga kedua tidak tahu apa-apa tentang
program perumahan. Gabungan keahlian dari dua lembaga akan
sangat menguntungkan proyek. Memang pada kenyataannya tidak
semua kompetisi terbuka untuk kombinasi semacam tadi, namun
pilihan ini layak untuk dipertimbangkan.
Melakukan persekutuan dalam kasus di atas sangatlah penting. Namun, penting pula untuk meyakinkan kantor klien supaya
menghargai gabungan kemampuan kedua lembaga. Rapat antara
kedua lembaga dan pemerintah sangat perlu, terutama dalam
kompetisi terbatas di mana kantor program menentukan lembaga
mana yang diundang untuk mengumpulkan proposal. Mengirimkan
pernyataan tertulis mengenai persekutuan dan niat untuk bekerja
sama dalam proyek tersebut adalah pendekatan yang terbaik. Telepon untuk menindaklanjuti hal tadi juga sangat penting.
Belajar dari Usaha yang Gagal
Kebanyakan lembaga think tank kalah sebanyak mereka menang. Kadangkala alasan di balik kekalahan mereka terdengar
aneh. Namun, kadangkala kesalahan terdapat pada pendekatan
yang dilakukan. Kebanyakan lembaga (terutama yang berorientasi
laba) tidak benar-benar mengerahkan sumberdaya yang mencukupi
untuk belajar dari kekalahan.3
Lembaga-lembaga dapat melakukan paling tidak dua cara untuk
meningkatkan kesempatan memenangkan proposal. Yang pertama
adalah meminta sesi tanya jawab dengan pemerintah yang men-
218
MANAGING THINK TANKS
gadakan kompetisi. Pada acara tersebut pejabat pemerintah yang
berwenang dalam proses seleksi akan menginformasikan kepada
perwakilan lembaga think tank kelemahan dan kekuatan proposal
mereka dibandingkan dengan proposal lembaga lain. Mungkin saja
biaya yang diajukan terlalu tinggi, waktu yang dialokasikan untuk
pengaturan proyek terlalu sedikit, atau pendekatan yang diajukan
mengabaikan poin metodologi yang penting. Biasanya pernyataan
dari pihak pemerintah bersifat umum tetapi apabila diperhatikan
baik-baik maka akan ditemukan masalah penting. Informasi ini
jelas penting bagi lembaga yang kalah. Keuntungan tidak langsung
lainnya adalah: staf pemerintah biasanya memperhatikan lembaga
yang meminta sesi tanya jawab serta terkesan dengan keuletan
lembaga yang mau melakukan usaha pembelajaran tersebut.
Pimpinan lembaga think tank yang berpartisipasi dalam sesi
tanya jawab harus tahan terhadap keluhan dan pernyataan menantang dari staf pemerintah kecuali ada bukti jelas bahwa peraturan
dasar dari persaingan telah dilanggar. Mengeluh menimbulkan
kesan tidak membangun dan membawa dampak negatif pada sikap
pembahas proposal di masa depan.
Tidak semua organisasi pemerintah mengadakan sesi tanya
jawab, apakah mereka berkewajiban melakukan hal tersebut tergantung pada peraturan pengadaan kontrak. Sulit mencari garis
besar dalam poin ini karena peraturan yang ada berbeda-beda
di tiap negara. Jika peraturan memberikan hak tanya jawab, tapi
pemerintah menolak maka kontraktor dapat mempertimbangkan
apakah memaksa pemerintah mengadakan sesi tanya jawab layak
dilakukan.
Tindakan kedua yang bisa dilakukan lembaga think tank adalah
dengan mengadakan rapat dengan siapa saja yang harus ikut menyiapkan proposal. Dalam rapat tersebut dibahas elemen-elemen
proposal, baik elemen teknis maupun biaya. Elemen utama yang
perlu dipertimbangkan dalam proposal teknis adalah:
● Kualitas dari staf yang diajukan –apakah mereka memiliki
kualifikasi yang tepat untuk pekerjaan yang ditugaskan.
Memenangkan Kontrak dari Lembaga Pemerintah
219
● Struktur organisasi proyek –apakah jumlah waktu diajukan
untuk tiap orang? Apakah kontrol untuk fungsi tertentu (misalnya survei rumah tangga) mencukupi? Jika subkontraktor
dilibatkan, apakah garis kewenangan antarpihak telah jelas?
Apakah pihak-pihak yang dapat langsung menjawab pertanyaan pemerintah pengguna jasa telah jelas?
● Kualitas dari pendekatan penelitian atau analisis –apakah
masalah yang diajukan telah jelas? Dalam membaca ulang
RFP, apakah isu-isu yang tidak tersirat dapat teridentifikasi?
Apakah penjadwalan telah realistis? Apakah aktivitas yang
ada berhubungan secara logis?
Setelah pembahasan proposal tersebut, lembaga think tank
harus mempelajari temuan-temuan dari pembahasan proposalproposal sejenis beberapa bulan sebelumnya untuk mengidentifikasi pola.4 Sebagai tambahan lembaga think tank harus memeriksa hasil persaingan dengan kantor pemerintah yang sama untuk
mendeteksi pola dari apa yang kompetisi tawarkan dibandingkan
dengan proposal yang telah diajukan.
Review mendetail yang hampir sama pada biaya proposal juga
dilakukan. Analisis harus benar-benar teliti jika lembaga kalah karena biaya yang diajukan memiliki margin yang lebar. Komentar dari
lembaga think tank lain di kawasan yang sama digabungkan dengan
diskusi dengan pemerintah di kantor program yang mengontrak
menunjukkan bahwa klien pemerintah sering tidak benar-benar
menghargai hubungan antara harga dengan kualitas produk yang
diterima. Sepertinya mereka berpikir bahwa kontraktor melebihlebihkan anggaran atau memiliki dana cadangan untuk menomboki
biaya yang dibutuhkan jika perlu untuk menjaga kualitas. Padahal
kenyataannya lembaga think tank tidak melakukan hal tersebut.
Sayangnya akan makan waktu bertahun-tahun sebelum banyak
organisasi pemerintah yang mengontrak untuk penelitian menjadi
lebih mengabaikan kualitas produk.
220
MANAGING THINK TANKS
BILA LEMBAGA PEMERINTAH TIDAK MEMILIKI
ANGGARAN RISET
Pada era manajemen publik yang baru ini, perkembangan outsourcing oleh pemerintah dalam semua jenis pengadaan barang
dan jasa menjadi hal yang umum. Namun, yang mengherankan
adalah bahwa beberapa negara tidak mampu membantu pemerintahnya untuk secara rutin mempekerjakan riset dan program
evaluasi. Bosnia-Herzegovina adalah salah satu contoh negara
tersebut.5 Azerbaijan adalah contoh yang lain.6 Di negara-negara ini
pengontrakan skala kecil dibiayai dengan dana dari pos anggaran
lain, biasanya pos yang membiayai pelaksanaan program aktual.
Kadangkala, pemerintah masih bergantung pada lembaga riset
yang dibiayai terpisah.
Pertanyaan yang menarik di sini adalah apa yang bisa dilakukan
lembaga think tank dalam kasus tersebut untuk bisa mengajukan
pengesahan yang akan menciptakan pos anggaran penelitian dalam
anggaran pemerintah. Dari pengamatan kasus Bosnia ada dua hal
yang penting untuk memajukan hal tersebut. Yang pertama adalah
demonstrasi kebutuhan penggunaan riset dalam proses kebijakan.
Idenya adalah mencari contoh penelitian yang dijalankan lembaga
think tank dengan pendanaan yayasan dan donor international
(misalnya Bank Dunia atau UNDP) yang memiliki peran penting dalam menginformasikan isu-isu kebijakan tertentu pada pemerintah
dan parlemen. Beberapa contoh akan lebih baik daripada hanya satu
atau dua. Contoh tersebut haruslah memberikan informasi yang
jelas. Karena kebanyakan negara berkembang dan negara transisi
telah mengembangkan program pengurangan kemiskinan dengan
bantuan dari donor penting, negara tersebut adalah tempat yang
tepat untuk mencari contoh. Kasus-kasus tersebut merupakan bukti
bagi pemerintah dan parlemen bahwa riset kebijakan berperan
penting dalam mengembangkan program dan kebijakan negara.
Hal penting kedua adalah menyatukan usaha lembaga think
tank lokal untuk melobi menteri-menteri penting atau mungkin perdana menteri dan anggota parlemen untuk mengesahkan undangundang dan menyediakan paling tidak sedikit dana untuk riset-riset
Memenangkan Kontrak dari Lembaga Pemerintah
221
baru karena mendapatkan kerja sama dengan lembaga think tank
mungkin agak sulit. Kata terbaik untuk menggambarkan hubungan
antarlembaga think tank adalah “kompetisi” bukan “pertemanan”.
Hal ini dapat dimengerti, namun berikut ini sebuah kasus di mana
niat baik berujung pada kemajuan. Perpaduan lembaga think tank
lokal memiliki kontak penting dengan pimpinan pemerintah dan
parlemen. Dengan kerja sama di tangan, cara yang terbaik adalah
menjalankan rencana lobi yang telah disusun dengan teliti di bawah
pimpinan dua hingga tiga lembaga think tank. Lembaga-lembaga
think tank tersebut mengunjungi pimpinan politik yang penting dan
membuat kasus untuk pendanaan penelitian. Argumen dasarnya
jelas. Berikut adalah contoh konkret di mana riset berperan penting dalam meningkatkan pengesahan atau penerapan program.
Hal tersebut dapat tersedia apabila dibiayai oleh pihak luar. Untuk
meningkatkan pembuatan kebijakan nasional dan administrasi
program pemerintah harus bisa membiayai riset mereka sendiri.
Untuk menguatkan argumen tersebut, dapat pula diberikan
contoh dari negara-negara tetangga yang secara eksplisit membiayai
riset dengan dana pemerintah. Membuat daftar dukungan yang
ditargetkan dari kepala kantor-kantor donor internasional dan
lokal juga bermanfaat.
CATATAN
1. Di Hongaria, pada 2005, sebuah instansi dapat menegosiasikan sebuah kontrak dengan satu kontraktor jika nilai kontraknya di bawah HUF 2 juta (mendekati 10.000 dolar ). Nilai
kontrak maksimum untuk persaingan terbatas adalah HUF 10
juta. Kedua nilai maksimum tersbut tidak dikenai pajak pertambahan nilai.
2. “Beyond Analysis––The Broader Role of Policy Research
Organizations in BiH,” Jahorina (Sarajevo), Bosnia, 14-16 Juli
2005.
3. Darling, dll,(2005) menyertakan pembahasan yang bagus
mengenai belajar dari kekalahan.
222
MANAGING THINK TANKS
4. Untuk melakukan hal tersebut, perlu dibuat catatan rangkuman atas review sebelumnya.
5. Pada 2004, dengan bantuan dari Uni Eropa, BiH membuat
Unit Perencanaan Kebijakan Ekonomi di instansi perdana menteri dengan tugas memantau implementasi strategi pembangunan jangka menengah dan melakukan riset kebijakan yang tepat
waktu. Riset tersebut adalah satu-satunya yang mendapat dana
formal dalam pemerintahan saat itu meskipun beberapa instansi
mendapatkan dana dari berbagai sumber untuk melakukan kajian.
6. Berdasarkan wawancara dengan pejabat senior pemerintah
di tiga kementerian.
Raymond J. Struyk
9
Manajemen Keuangan:
Kesinambungan
dan Akuntabilitas
S
eperti halnya organisasi ekonomi, lembaga think tank
memiliki peran dalam sistem pasar. Perdebatan tentang
think tank cenderung mengarah pada aspek pasar yang berkaitan
dengan berbagai ide dan kebijakan, meliputi: Permasalahan dan isu
apa yang tengah hangat di masyarakat dan di kalangan pengambil
keputusan? Topik apa yang tengah digemari sponsor? Sementara
itu, pada aspek ekonomi pasar, menyangkut: Seberapa besarkah
dana yang tersedia untuk penyelenggaraan penelitian? Dana apakah yang dipakai untuk pelaksanaan penelitian tersebut? Namun,
terlepas dari organisasi dengan sumbangan dananya, kebanyakan
think tank tetap harus mampu berjuang dengan keterbatasan dana
yang dimiliki.
Dengan asumsi lembaga think tank memiliki kualitas teknis
untuk berkompetisi di pasar ide dan kebijakan, kemampuan bergulat dengan keterbatasan dana juga menuntut adanya: pemahaman tentang pendanaan itu sendiri, kontrol, serta akuntabilitas
pendanaan sponsor. Pemahaman tentang pendanaan diperlukan
berkaitan dengan penelitian yaitu ketersediaan dana dari sponsor.
Suatu lembaga yang selalu meremehkan biaya riil akan menyita
sumber dana dan membuat sponsor enggan melanjutkan atau
menambah pendanaan pada proyek-proyek yang belum terselesaikan. Sementara itu, kontrol dan akuntabilitas pendanaan sponsor
223
224
MANAGING THINK TANKS
diperlukan untuk membuktikan kepada sponsor bahwa dana yang
diberikan benar-benar dipakai sesuai tujuan yang direncanakan.
Sponsor membuka banyak peluang pendanaan (misalnya beasiswa/
hibah yang memungkinkan keleluasaan lebih bagi penerima dana
jika dibandingkan dengan kontrak/perjanjian), tapi kebanyakan
sponsor menuntut adanya rincian pengeluaran dana untuk alasan
kepentingan sponsor sendiri.
Selain pentingnya aspek-aspek manajemen keuangan bagi kesinambungan think tank, pemahaman tentang dan laporan tentang
dana sering kali bermasalah, baik bagi organisasi itu sendiri maupun sponsornya, sebab think tank kini semakin menjadi organisasi
yang lebih substansial.
Selain di negara-negara industri maju, think tank biasa memulai
langkahnya dari salah satu cara berikut: Pertama, sebagai suatu
kelompok kecil para profesional dengan dipimpin oleh pimpinan
teknik yang berpengaruh, atau kedua, sebagai suatu organisasi bersponsor tunggal. Dalam kedua cara tersebut, manajemen keuangan
yang diterapkan sama-sama tidak dapat langsung merespons kedua
kualifikasi yang telah disebutkan di atas.
Pada kasus pertama, organisasi berjalan secara ad-hoc di mana
staf tidak bergaji (atau setidaknya hanya dibayar dengan jumlah
tertentu), sementara penggajian didasarkan pada proyek /hasil
kerja (seperti konsultan), yaitu ketika tersedia dana. Sementara
itu biaya tetap (misalnya untuk sewa, perlengkapan, dan administrasi) dialokasikan pada proyek-proyek secara tidak sistematis, dan
biaya pengembangan bisnis tidak dibayarkan baik oleh organisasi
(melalui staf tak dibayar) atau oleh dana proyek. Pada kasus kedua,
keadaan ekstrem lebih sering muncul yaitu manajemen keuangan
organisasi diatur sedemikian rupa demi tercapainya kepentingan
sponsor, bukan kepentingan organisasi. Dalam kasus tertentu,
dana sponsor mampu menutup sebagian besar pengeluaran tetap
organisasi.
Oleh karena think tank berkembang dari tahap awal tersebut
menuju organisasi yang lebih mapan, beberapa situasi berikut
umum terjadi yaitu:
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
225
● Besarnya formasi karyawan (pembayaran gaji tetap, pembayaran pajak dan asuransi sosial, ketentuan cuti kerja,
ketentuan bagi para magang dan pengembangan profesi).
● Lebih banyaknya pengeluaran tetap terkait dengan fasilitas
(penyewaan, perlengkapan, peralatan, dan perawatan) dan
administrasi organisasi (staf administrasi, persyaratan pajak,
manajemen internal organisasi), dan
● Besarnya biaya pengembangan bisnis (waktu bagi para karyawan untuk menggali informasi peluang perolehan dana baru
dan penulisan proposal) serta pengumpulan dana.1
Semua perubahan ini menimbulkan penambahan biaya pengeluaran organisasi yang tidak dapat diikutsertakan pada proyek
penelitian maupun ditambahkan begitu saja pada proyek tertentu
oleh karena hambatan administratif. Biaya-biaya tersebut (biasanya
disebut biaya tambahan jika terkait dengan biaya yang berhubungan
dengan staf dan disebut “overhead” jika terkait dengan biaya fasilitas dan administrasi; istilah “indirect cost” atau biaya tak langsung
mengacu pada keseluruhan biaya tersebut secara umum) merupakan input vital kesinambungan jangka panjang think tank:
● Jika organisasi tidak dapat menawarkan paket kompensasi
dan keuntungan yang kompetitif maka akan sulit kiranya
mempertahankan dan memotivasi para staf.
● Tanpa adanya fasilitas dan perlengkapan yang memadai,
para staf tidak akan mampu melakukan penelitiannya secara
efektif dan efisien.
● Tanpa adanya pelatihan dan kesempatan pengembangan profesionalisme, para staf tidak akan mampu mempertahankan
kemampuan teknis guna mempertahankan persaingan.
● Tanpa adanya dana pendukung pengembangan bisnis dan
pengumpulan dana, organisasi tidak akan sanggup melanjutkan pengerjaan proyek baru penunjang keberlangsungan
organisasi dan para penelitinya.
226
MANAGING THINK TANKS
Secara sederhana, biaya total penelitian termasuk dalam bagian
biaya penting keseluruhan organisasi. Mengetahui biaya total suatu
proyek penelitian merupakan dasar analisis keuangan suatu proyek
(dari organisasi) dan menjadi dasar permohonan penggantian uang
dari sponsor untuk keseluruhan pengeluaran proyek penelitian.
Meski biaya-biaya tersebut sangatlah penting bagi vitalitas
dan kesinambungan think tank, sponsor biasanya enggan membayar biaya-biaya itu. Dari perspektif yang lebih sempit sebagai
pendukung sebagian penelitian berdana terbatas, sangatlah wajar
jika sponsor meminta adanya pembatasan dana penelitian hanya
diberikan untuk pos yang ditujukan langsung untuk penelitian
(tentu saja hal ini menyisakan pertanyaan tentang siapa yang harus
membayar biaya-biaya tidak langsung ini). Meskipun dari perspektif
yang lebih luas sponsor berperan sebagai pendukung, baik untuk
penelitian maupun think tank yang menjalankan penelitian, satu
pertanyaan layak muncul: dalam jangka panjang, apakah seluruh
biaya tak langsung tugas tersebut perlu kiranya ditanggung si think
tank? Dengan pemberian dana terbatas, sponsor menghendaki hasil
investasi maksimal dan perlu untuk diyakinkan bahwasanya biaya
tak langsung tengah diminimalisasi agar think tank mampu terus
bertahan dan berkembang.
Sponsor, sebagai sumber dana, memiliki wewenang lebih di sini.
Salah satunya adalah wewenang pembatasan biaya tak langsung
yang akan dibayarkan sponsor.2 Meski begitu, seperti yang akan
dibahas secara detail berikut ini, biaya tak langsung tergantung
pada interpretasi atas pola organisasi, kegiatan yang ditangani,
dan kesulitan alokasi dana proyek individual. Hasilnya semakin
rumit dengan metode-metode pembayaran proyek dana tak langsung. Metode-metode tersebut secara valid dapat didasarkan pada
biaya langsung proyek bilamana biaya tak langsungnya dapat dialokasikan (biasanya dalam bentuk persentase biaya dasar proyek
langsung). Karenanya, pembatasan pada biaya tak langsung yang
mencapai lebih dari 30 persen disebut “terlalu tinggi” karena akan
membahayakan organisasi di mana alokasi pembiayaannya tidak
sesuai dengan anggaran pembatasan dana.
Think tank dengan prediksi kesinambungan jangka panjang-
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
227
nya harus memperhitungkan cara pelaporan biaya tak langsung
untuk:
1. Memberikan cara pengaturan internal mengenai identifikasi
dan pengaturan biaya yang sangat krusial bagi kesinambungan organisasi.
2. Memberikan pernyataan yang jelas dan dapat dipahami
tentang kebijakan pemulihan biaya tak langsung sehingga
meyakinkan sponsor untuk membayar hanya biaya-biaya
penting saja dari keseluruhan pengeluaran organisasi.
Dalam praktiknya, hal ini ditujukan untuk mengembangkan
sistem pengaturan keuangan guna memisahkan biaya tak langsung
dengan biaya proyek langsung. Idealnya, pemisahan kedua biaya
ini dilakukan secara prospektif (melalui pengembangan anggaran
operasional organisasi) dan retrospektif (melalui sistem pelaporan
dana). Hal ini memungkinkan organisasi untuk memprediksi biayabiaya yang diperlukan (sehingga dapat diketahui biaya tak langsung
apa saja yang harus dimunculkan untuk proyek baru selanjutnya)
dan biaya apa sajakah yang telah muncul (sehingga dapat diketahui
biaya tak langsung apakah yang muncul pada proyek yang tengah
dijalankan).
Meskipun sebuah think tank perlu meyakinkan sponsor bahwa
perolehan kembali biaya tak langsung dapat konsisten dengan
kebijakannya, tiap organisasi tetap harus terus meyakinkan sponsornya. Seiring dengan terus berkembangnya lembaga dan nilai
pendanaan sponsor yang juga meningkat, maka audit eksternal
tahunan pun semakin diperlukan. Audit ini akan mampu meyakinkan kekonsistenan pemulihan biaya tak langsung dan validitas
biaya langsungnya. (Meski begitu, beberapa sponsor mengharuskan
adanya audit pengeluaran proyek ketika suatu pendanaan telah
mencapai level tertentu. Misalnya, pemerintah Amerika Serikat
mewajibkan suatu lembaga diaudit ketika pendanaan mencapai
300.000 dolar). Keterlibatan audit dalam kebijakan manajemen
think tank dan pengeluaran tambahan pada operasional organisasi,
juga menunjukkan akuntabilitas puncak pendanaan sponsor.
228
MANAGING THINK TANKS
Bab ini akan lebih disempurnakan dengan pembahasan
pedoman-pedoman pengembangan sistem pemulihan biaya tak
langsung yang selain menjelaskan berbagai model dan pendekatan
berbagai bentuk sistem, juga membahas peran audit dalam manajemen keuangan organisasi, serta menyoroti problema umum seputar
biaya tak langsung.
MENETAPKAN BIAYA TAK LANGSUNG
Bagi lembaga think tank, biaya dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tak langsung (indirect
cost). Biaya langsung adalah biaya yang dengan mudah dan jelas
dapat dimasukkan pada proyek penelitian tertentu. Misalnya, biaya
pelaksanaan survei pengumpulan data pada penelitian tentang
rendahnya penghasilan dapat dihubungkan pada sebagian proyek
penelitian tertentu.
Biaya tak langsung adalah biaya yang tidak dapat dengan mudah
diidentifikasikan dengan proyek penelitian tertentu, tapi penting
(seperti disebutkan di atas) dalam proyek penelitian ataupun pelaksanaan proyek penelitian itu sendiri. Biaya ini terbagi-bagi dalam
proyek dan di beberapa kasus terbagi dalam fungsi-fungsi organisasi
(penelitian langsung, administrasi umum dan manajemen, serta
pengembangan bisnis dan/atau pengumpulan dana).
Biaya biasanya dikelompokkan ke dalam bentuk biaya tak langsung jika salah satu atau kedua kondisi berikut muncul: (1) biaya
tersebut membawa keuntungan pada organisasi dan semua proyek
ditangani oleh organisasi, atau (2) biaya tersebut dapat ditambahkan pada proyek tertentu, tapi biaya administratif dari pengalokasian dana tersebut lebih banyak pada individu jika dibandingkan
pada keuntungan pelaksanaannya.
Contoh untuk kasus pertama adalah biaya bagi seorang direktur
personalia yang menangani perekrutan, pengembangan dan implementasi kebijakan personal, serta memastikan adanya jaminan hukum bagi para karyawan. Tugas-tugas penting tersebut merupakan
kepentingan mutlak organisasi, bukan bagian dari proyek peneli-
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
229
tian tertentu. Pada kasus kedua, biaya percakapan telepon lokal
sulit untuk ditambahkan pada proyek individu karena panggilan
telepon tersebut tidak terperinci. Karenanya, pengalokasian biaya
telepon lokal memerlukan daftar panggilan telepon (maintaining
logs) guna mendaftar nomor dan durasi panggilan telepon untuk
selanjutnya memeriksa biaya tersebut. Oleh karena biaya panggilan
telepon lokal relatif murah, dan biaya (dari segi waktu pengerjaan)
penyusunan log sangatlah penting, maka pengalokasian biayanya
sebagai biaya tak langsung untuk keseluruhan proyek merupakan
solusi tepat.
Meskipun terdapat kesepakatan umum tentang pembedaan
biaya langsung dan biaya tak langsung, spesifikasi sponsor tentang
validitas biaya langsung dan tak langsung sangatlah bervariasi.
Dua definisi yang digunakan dalam organisasi-organisasi nirlaba
di Amerika Serikat dikemukakan oleh FASB (Financial Accounting
Standards Board) dan USOMB (U.S. Office of Management and
Budget).
Pernyataan tentang standar akuntansi keuangan No.117 yang
dikemukakan oleh FASB mensyaratkan organisasi-organisasi
nirlaba melaporkan seluruh pengeluaran dengan cara “klasifikasi
fungsional”. Kedua klasifikasi fungsional dasar yang meliputi “pelayanan program” (biaya proyek langsung) dan “aktivitas pendukung” (manajemen dan administrasi umum, pengumpulan dana,
dan pengembangan keanggotaan) didefinisikan sebagai berikut:
Pelayanan program merupakan kegiatan yang menghasilkan barang dan layanan
yang didistribusikan kepada pewaris, konsumen, maupun anggota yang memenuhi tujuan atau misi organisasi. Aktivitas Pendukung merupakan seluruh
kegiatan dari organisasi nirlaba selain pelayanan-pelayanan program. Manajemen dan aktivitas umum meliputi pengawasan, manajemen bisnis, pendataan
umum, penganggaran, pendanaan dan kegiatan administratif terkait, serta
seluruh kegiatan manajemen dan administrasi kecuali pelaksanaan berbagai
pelayanan program maupun kegiatan-kegiatan pengumpulan dana. Kegiatan
pengumpulan dana meliputi publikasi dan pengumpulan dana, menggunakan
daftar kontak para donor, pelaksanaan acara-acara khusus penggalangan dana,
persiapan dan pendistribusian baik manual penggalangan dana, instruksi
maupun materi-materi lainnya, dan pelaksanaan aktivitas-aktivitas lain yang
berkaitan dengan kontribusi dari masing-masing individu, yayasan, agen-agen
kepemerintahan dan lain-lain. Aktivitas pengembangan keanggotaan meliputi
pengumpulan anggota-anggota prospektif dan hak-hak keanggotaan, relasi
keanggotaan, dan kegiatan-kegiatan lain yang serupa. (Pernyataan FASB No.117,
paragraf 27 dan 28).
230
MANAGING THINK TANKS
Surat edaran anggaran OMB A-122, Cost Principles for Nonprofit Organizations, memberikan definisi biaya tak langsung
suatu proyek berdana dari pemerintah Amerika Serikat (lampiran
A, paragraf C.1-C.3), sebagai berikut:
1. Biaya tak langsung adalah biaya yang telah dikeluarkan untuk tujuan umum maupun tujuan bersama dan tidak dapat
diidentifikasi secara jelas dengan tujuan biaya akhir tertentu.
(beberapa biaya langsung yang relatif rendah memungkinkan
untuk diikutsertakan dalam biaya tak langsung demi alasan
praktis bahwa biaya kegiatan tertentu telah termasuk dalam
anggaran biaya akhir.3). Setelah biaya langsung ditetapkan
dan ditambahkan dalam nominal dana bantuan maka biaya
tak langsungnya diambilkan dari sisa dana keseluruhan.
Suatu biaya tidak dimasukkan sebagai biaya tak langsung
jika telah ada biaya lain yang bertujuan sama meski termasuk
dalam biaya langsung.
2. Oleh karena adanya berbagai karakteristik dan praktik
akunting organisasi-organisasi nirlaba, tidaklah mungkin
membedakan jenis-jenis biaya secara spesifik selalu ke dalam
biaya tak langsung. Meski demikian, contoh umum biaya
tak langsung bagi organisasi-organisasi nirlaba mencakup
penurunan nilai atau pemberlakuan upah pada bangunan
dan peralatan, biaya operasional dan perawatan peralatan,
dan administrasi serta pengeluaran umum, seperti gaji dan
pengeluaran bagi para petugas eksekutif, administrasi personalia, dan akuntan.
3. Biaya tak langsung seharusnya dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yaitu “fasilitas” dan “administrasi”. “Biaya Fasilitas”
didefinisikan sebagai penurunan nilai dan pemberlakuan
sewa pada bangunan, peralatan dan peningkatan modal,
bunga pinjaman yang berkaitan dengan bangunan tertentu,
peralatan dan peningkatan modal serta pengeluaran operasional dan perawatan. Sementara itu ”biaya administrasi”
didefinisikan sebagai biaya administrasi umum dan pengeluaran umum seperti misalnya kantor direktur, akuntan,
personalia, pengeluaran perpustakaan dan pengeluaran-
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
231
pengeluaran lain yang tidak termasuk secara spesifik dalam
subkategori ”fasilitas” ( termasuk alokasi silang dari sektor
lain).
Selain itu, Lampiran B pada Surat Edaran OMB No.A-122 membedakan jenis biaya yang ”diperbolehkan”, ”diperbolehkan dengan
pembatasan atau situasi”, atau ”biaya yang tidak diperbolehkan”
bagi pendanaan beasiswa pemerintah AS. Tabel 9-1 merupakan
paparan dari lampiran B tersebut.
Petunjuk di atas masih menyisakan pembedaan baik pada praktik maupun kebijakan pengalokasian pengeluaran antara biaya
langsung dan tidak langsung. Alhasil, bagaimana suatu pengeluaran
dialokasikan dalam tiap kategori masih sangat variatif antarorganisasi. Contohnya, waktu yang dipakai bagi seorang direktur
eksekutif dalam mengembangkan dan memantau program secara
sah dapat dimasukkan dalam pengeluaran suatu program, bahkan
beberapa organisasi memasukkan seluruh gaji direktur pada anggaran proyek. Tiap organisasi perlu kiranya menetapkan pengeluaran
mana sajakah yang termasuk pada program dan pengeluaran mana
sajakah yang bersifat mendukung. Hal ini dilakukan dalam rangka
penentuan biaya langsung dan biaya tidak langsungnya. Apakah
alokasi tersebut dapat diterima auditor dan pemberi dana? Itu
tergantung pada seberapa masuk akalkah keputusan tersebut.
Oleh karena ketiadaan standar pengalokasian pengeluaran tak
langsung yang berarti juga ketiadaan ”standar” anggaran biaya tak
langsung, suatu organisasi dapat mengevaluasi anggaran biaya tak
langsungnya sendiri sehingga sangatlah masuk akal bagi suatu
organisasi untuk menentukan trend biaya tak langsungnya dari
waktu ke waktu. Pertanyaan yang mungkin muncul mengenai kecenderungan tersebut adalah:
● Bagaimanakah perubahan bentuk hubungan antara biaya
proyek langsung dan biaya proyek tak langsung yang terjadi
dari waktu ke waktu?
● Apabila biaya tak langsung mengalami perubahan dalam
kaitannya dengan biaya proyek langsung, faktor apakah yang
232
MANAGING THINK TANKS
menjadi penyebabnya?
● Apabila biaya tak langsung mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan biaya langsung proyek, apakah peningkatan tersebut memengaruhi kemampuan organisasi dalam
mendapatkan pendanaan? Jika ya, apa yang dapat dilakukan
untuk mengolah trend yang ada?
● Apabila biaya tak langsung mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan biaya proyek langsung, adakah investasi organisasi (misalnya pelatihan bagi para staf atau sistem
peningkatan manajemen) yang didapat tanpa memengaruhi
kemampuan organisasi dalam mendapatkan pendanaan?
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
233
Tabel 9-1. Boleh Tidaknya Suatu Biaya Menurut OMB Circular N0.A-122
Biaya yang
Diperbolehkan
Biaya yang Diperbolehkan
(dengan pembatasan)
Biaya yang tidak
Diperbolehkan
Permintaan dan proposal
dana
Komunikasi
Kompensasi bagi staf
Penurunan nilai/
penggunaan dana
Kesejahteraan/kesehatan
employee
Penelitian independen
dan pengembangan
Asuransi dan ganti rugi
Biaya relasi pekerja
Biaya perawatan dan
perbaikan
Bahan dan persediaan
Pertemuan dan
konferensi
Keanggotaan, ­
abonemen, dan
biaya kegiatan
profesi
Tagihan halaman jurnal
profesi
Biaya partisipan
pendukung
Biaya keamanan gedung
Biaya layanan
profesional/biaya
konsultan
Biaya penyewaan
Royalti/biaya
penggunaan hak
paten dan copyright
Pajak
Pendidikan dan pelatihan
bagi para staf
Biaya transportasi
Pengiklanan dan hubungan
publik
Pembelaan/penuntutan kasus
kriminal
Perlengkapan/peningkatan
modal
Jaminan sosial /tunjangan
tambahan (termasuk
pensiun)
Pengeluaran untuk akomodasi
dan biaya hidup
Fasilitas fase istirahat (idle)
Biaya tak langsung yang
berhubungan dengan
kerja yang tidak diupah
Bunga pinjaman modal
Lembur
Biaya patent
Biaya pre-award
Laba/rugi disposisi
perlengkapan dan aset
modal lainnya.
Biaya publikasi dan
percetakan
Biaya pengaturan ulang
Biaya rekonversi
Biaya perekrutan
Biaya relokasi karyawan
Biaya penjualan dan
marketting
Uang pesangon
Fasilitas khusus
Biaya perjalanan bagi
karyawan
Biaya perjalanan bagi
komisaris.
Minuman keras
Pinjaman ilegal
Kontribusi/donasi bagi
organisasi lain
Hiburan
Denda dan hukuman
Pengumpulan dana
Barang/pelayanan
bagi kepentingan
personal
Bunga pinjaman modal
Biaya manajemen
investasi
Lobbying
Kerugian proyek lain
Biaya organisasi (dalam
kaitannya dengan
perkembangan/
pengorganisasian
ulang)
234
MANAGING THINK TANKS
METODE-METODE PENGALOKASIAN BIAYA TAK
LANGSUNG
Ketika suatu organisasi telah menetapkan biaya tak langsungnya
maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengembangkan suatu metode pendistribusian atau pengalokasian biayabiaya tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan organisasi (jika biaya
tak langsung tersebut memberikan keuntungan bagi organisasi).
Meskipun terdapat beberapa metode pengalokasian biaya tak
langsung, bab ini akan menekankan pembahasan pada dua cara
alokasi biaya yang umum diterapkan yaitu Alokasi Biaya Per Kasus
dan pengembangan Nilai Biaya Tak Langsung.
Alokasi Biaya Per Kasus
Metode Alokasi Biaya Per Kasus untuk biaya tak langsung
adalah suatu sistem pengalokasian biaya untuk menentukan penggunaan anggaran riil bagi tiap-tiap kegiatan organisasi. Dalam
bentuk yang paling sederhana, pendekatan ini dapat digunakan
untuk menghitung biaya-biaya yang mudah ditelusuri. Contoh dari
pendekatan ini adalah penelusuran panggilan telepon jarak jauh
dengan menggunakan sebuah konter atau log untuk memfotokopi,
atau menggunakan lembar presensi (time sheet) sebagai sarana penentuan alokasi gaji manajer dan staf administrasi (seperti direktur
eksekutif, manajer keuangan, maupun asisten administrasi) yang
kinerjanya lebih dari satu ranah program atau kegiatan. Seperti
yang ditampilkan pada contoh di atas, suatu metode lain dapat
diterapkan untuk tiap-tiap biaya.
Keuntungan dari metode ini adalah terciptanya pertalian yang
kuat antara kegiatan dan biaya tak langsung yang mendukungnya. Meski begitu, kelemahannya adalah bahwa pendekatan ini
memerlukan pengalokasian waktu lebih lama meski hanya untuk
pengeluaran yang relatif kecil. Selain itu, meskipun pendataan
lengkap telah dilakukan, akan tetap ada biaya tambahan yang tidak
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
235
dapat dialokasikan secara pasti. (contohnya biaya sisa ruang dapat
dialokasikan pada kegiatan pemanfaatan ruang sisa tersebut dan
ruang-ruang yang terpakai. Namun, selanjutnya, bagaimanakah ruang umum seperti aula dialokasikan? Hal serupa terjadi pada kasus
telepon lokal dan jaringan internet yang umumnya telah memiliki
anggaran per bulan, tanpa mempertimbangkan jumlah pemakaian,
maka tidaklah mudah untuk ditelusuri biaya per kasusnya.)
Alhasil dalam pendistribusian biaya tak langsung, kebanyakan
organisasi tidak hanya menerapkan sistem Alokasi Per Kasus saja.
Pilihan penggunaan sistem Alokasi Per Kasus atau Penggunaan
Nilai Biaya Tak Langsung (seperti yang akan dipaparkan berikutnya) tergantung dari dua faktor berikut ini:
● Pengurangan sistem pencatatan manual, di mana sistem
otomatis dapat menelusur biaya-biaya proyek dengan sedikit
usaha (misalnya sistem pelacakan dengan komputer untuk
panggilan telepon interlokal atau fotokopi), akan mendistribusikan biaya dengan lebih akurat jika menggunakan sistem
Alokasi per Kasus.
● Variabel biaya proyek, di mana biaya sangatlah beragam
dalam suatu proyek sehingga penerapan sistem Alokasi Per
Kasus dapat meminimalisasi pemberian tunjangan silang
biaya tak langsung. Sebagai contoh jika suatu proyek tertentu
memerlukan sedikit fotokopi sementara proyek yang lain
memerlukan begitu banyak fotokopi (misalnya karena harus
mendistribusikan banyak laporan) maka sistem Alokasi Per
Kasus akan meyakinkan bahwa proyek tertentu tersebut tidak
harus memunculkan ketidaksebandingan pembagian biaya
fotokopi.
Berdasarkan paparan di atas, kiranya penerapan Nilai Biaya Tak
Langsung akan lebih tepat diterapkan karena biaya tersebut tidak
dapat dengan mudah dialokasikan secara langsung pada proyek
atau kegiatan tertentu.
236
MANAGING THINK TANKS
Nilai Biaya Tak Langsung
Metode Nilai Biaya Tak Langsung merupakan cara pendistribusian biaya tak langsung secara proporsional dalam kegiatan atau
proyek organisasi. Untuk melakukannya, semua biaya pengeluaran
organisasi harus dipisahkan menjadi dua, yaitu biaya langsung
(yang biasanya merupakan biaya proyek atau biaya program) dan
biaya tak langsung. Biaya tak langsung tersebut untuk selanjutnya
dikumpulkan dalam suatu “kolam” yang kemudian dialokasikan
ke biaya proyek dan biasanya dinyatakan dalam rasio biaya tak
langsung (pembilang pada rasio) terhadap biaya langsung (bisa
biaya langsung total atau komponennya [misalnya pengeluaran
untuk tenaga kerja]; dan pembaginya itu disebut dengan “base/
pokok”).4
Pemilihan metode alokasi yang tepat serta biaya langsung bagi
pembilang /pokok pada rasio nilai biaya tak langsung haruslah
didasarkan pada kesamaan biaya tak langsung terhadap keseluruhan pengeluaran biaya langsungnya. Bagi kebanyakan organisasi,
terdapat hubungan kuat antara biaya tak langsung (yang terkesan
lebih berat pada tenaga administratif, biaya pendukung serta biaya
fasilitas) dengan biaya langsung tenaga kerja. Dalam banyak kasus,
jika biaya tenaga kerja langsung dijadikan bilangan pembagi pada
rasio biaya langsung maka akan memberikan distribusi adil pada
biaya tak langsung. Meski demikian, ketika perbandingan tenaga
kerja langsung terhadap biaya total langsung berbeda dari satu
proyek dengan proyek lainnya (misalnya proyek-proyek memiliki
perbedaan biaya yang cukup jauh untuk biaya perjalanan, biaya bagi
konsultan, kontrak tambahan maupun biaya-biaya langsung lainnya), total biaya langsung––sebagai bilangan pembagi––akan lebih
tepat untuk pengalokasian laba biaya tak langsung bagi proyek.
Selanjutnya, bab ini akan mengkaji dengan lebih detail bagaimana cara mengembangkan nilai biaya tak langsung.
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
237
JENIS-JENIS NILAI BIAYA TAK LANGSUNG
Seperti yang dipaparkan di atas, kalkulasi nilai biaya tak langsung didasarkan pada perbandingan biaya-biaya tak langsung
terhadap pokok biaya langsung. Perbandingan aktual biaya tak
langsung terhadap biaya langsung hanya dapat diketahui setelah
periode akuntansi (biasanya tahun pembukuan organisasi) di
mana penentuan anggaran telah selesai dilaksanakan, yaitu yang
disebut dengan anggaran final. Meski demikian, oleh karena organisasi dan si pemberi dana sering kali tidak bisa menunggu hingga
akhir periode akuntansi guna membayar pengeluaran dan tagihan,
biaya tak langsungnya sering kali ditetapkan berdasarkan analisis
biaya-biaya prospektif (nilai “sementara”). Berikut ini merupakan
deskripsi berbagai jenisnya5 :
● Nilai biaya final. Nilai biaya tak langsung final dibuat setelah biaya sebenarnya pada periode akuntansi tertentu telah
diketahui. Ketika telah disusun, nilai final tersebut digunakan
untuk mempertimbangkan biaya-biaya tak langsung yang
mengacu pada nilai biaya sementara (lihat keterangan di
bawah). Penyesuaian biaya aktual sebenarnya adalah untuk
suatu periode tertentu di mana biaya-biaya tersebut benarbenar telah terjadi karena biaya tersebut tidak mungkin
ditentukan sebelum akhir suatu periode.
● Nilai biaya sementara. Biaya tak langsung sementara disusun untuk periode yang akan datang guna memungkinkan
penganggaran dan pembayaran pengeluaran kepada/oleh
para pemberi dana hingga biaya-biaya tak langsung sebenarnya dapat ditentukan dan nilai biaya finalnya dibuat.
Nilai biaya sementara biasanya didasarkan pada rencana
anggaran organisasi (mengacu pada praduga pengeluaran
dan kegiatan-kegiatan yang dijalankan). Nilai biaya final
untuk tahun tertentu dapat juga digunakan sebagai acuan
nilai biaya sementara bagi tahun selanjutnya jika perubahan
yang dapat diantisipasi pada tahap pendanaan atau biayanya
kecil.
238
MANAGING THINK TANKS
Karena nilai biaya sementara dibuat berdasarkan kegiatan
yang diharapkan (yang mungkin sedikit banyak berbeda
dari hasil sebenarnya), nilai biaya sementara pada akhirnya
harus disesuaikan melalui pembuatan nilai biaya final yang
berdasarkan biaya-biaya tak langsung yang benar-benar telah
dikeluarkan. Organisasi kemudian dapat mencari tambahan
dana dari donor (jika nilai biaya sementara terlalu rendah dan
termasuk biaya tak langsung yang tidak dapat dipulihkan)
atau mengembalikan dana ke donor (jika nilai biaya sementara terlalu tinggi dan pemulihan biaya-biaya tak langsung
mengalami kelebihan) untuk jenis kompensasi-biaya (costreimbursement) kesepakatan yang terjadi antara organisasi
dan para pendirinya.
● Nilai biaya pasti (predetermined rate). Nilai biaya tetap
dapat dibuat untuk periode berjalan atau periode mendatang
dan tidak akan dilakukan penyesuaian terhadapnya. Nilai
biaya ini dapat digunakan pada kontrak atau hibah karena
ada jaminan logis bahwa tidak akan ada perubahan signifikan pada nilai biaya berdasarkan biaya sebenarnya. Jenis
nilai biaya ini akan digunakan jika organisasi memiliki nilai
biaya tak langsung yang konsisten sepanjang masa (misalnya,
karena struktur dan pendanaannya sangat stabil).6
Nilai biaya sementara dan final lebih banyak dipilih karena:
● Nilai biaya sebenarnya dialokasikan untuk proyek-proyek
pada periode yang telah terjadi, sehingga hasilnya adalah
informasi biaya yang lebih akurat.
● Tidak perlu membuat biaya tak langsung pada periode sebelumnya dibebankan pada periode selanjutnya untuk ditutup
dana baru.
● Semua biaya tak langsung didanai pada periode ketika biaya
tersebut dikeluarkan, sehingga organisasi tidak mengalami
laba atau rugi dari biaya tersebut.
● Sistem akuntansi organisasi harus menentukan biaya
sebenarnya setiap tahun; kemampuan ini harus dimiliki
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
239
untuk menyelaraskan akuntansi, penganggaran, dan alokasi
biaya.
● Biaya sebenarnya akibat jasa atau program ditentukan secara
tahunan dan dengan demikian informasi tersebut tersedia
bagi keperluan manajemen internal dan penganggaran.
DOKUMENTASI NILAI BIAYA TAK LANGSUNG
Untuk mendukung nilai biaya tak langsung yang diajukan, organisasi perlu membuat serangkaian dokumentasi bagi pemberi
dana. Dokumentasi ini mencakup informasi yang disebutkan di
bawah. Contoh dokumen-dokumen untuk Organisasi Contoh disajikan sebagai bukti.
Informasi organisasi. Informasi yang disebutkan me cakup:
 Informasi mengenai struktur organisasi yang menjelaskan
tugas dan tanggung jawab semua unit organisasi.
 Data keuangan, misalnya laporan keuangan (bersertifikat,
jika perlu), anggaran, atau laporan-laporan akuntansi lain
yang mendasari nilai biaya tak langsung yang diajukan
tersebut.
 Jika ada nilai biaya tak langsung bagi pemberi dana lain,
daftar kontraktor atau hibah, dengan rincian pemberi
dana, nilai, periode kinerja, dan segala batasan pada biaya
tak langsung tersebut.
Laporan kebijakan biaya. Laporan kebijakan biaya (cost
policy statement/CPS) menyatakan dengan jelas biaya mana
yang akan ditagihkan langsung, dan biaya mana yang ditagihkan tidak langsung. Contoh CPS disertakan pada Lampiran
G pada akhir buku ini.
 Laporan gaji dan tunjangan. Dokumen ini berisi perkiraan
dan biaya sebenarnya untuk gaji dan tunjangan karyawan.
Tunjangan biasanya digolongkan ke dalam dua jenis: (1) yang
menurut ketentuan hukum (misalnya sumbangan asuransi

240
MANAGING THINK TANKS
sosial, tunjangan pengangguran, pajak penghasilan, dan
sumbangan-sumbangan lain yang wajib dibayar majikan
atau tunjangan cuti [misalnya cuti hari libur atau cuti sakit]
atas nama karyawan lain); dan (2) tunjangan sosial yang
ditentukan oleh organisasi (misalnya cuti tahunan, kompensasi di luar gaji [misalnya, bonus atas kinerja], atau asuransi
kesehatan/hidup). Tunjangan yang ditentukan organisasi
biasanya dievaluasi oleh pemberi dana sebagai bagian dari
kompensasi total yang diterima personil. Contoh laporan
gaji dan tunjangan untuk organisasi contoh disajikan di Boks
9-1.
 Laporan alokasi dan biaya tenaga kerja. Contoh laporan ini
disajikan pada Boks 9-2. Jika laporan ini digunakan untuk
mendukung nilai biaya sementara, akan berdasarkan pada
anggaran organisasi yang direncanakan. Jika nilai biaya tak
langsung dihitung, maka biaya sebenarnya harus digunakan
pada laporan ini.
Contoh laporan di atas mencerminkan perkiraan biaya gaji
langsung atau biaya gaji sebenarnya (biaya bersih yang dibayarkan melalui tunjangan) yang dibelanjakan pada kegiatan
langsung atau tidak langsung. Persentase waktu per posisi
harus disebar menurut kategori biaya yang tepat dan dipastikan bahwa setiap posisi mendapat alokasi 100 persen.7
Laporan juga menunjukkan (sesuai dengan CPS) di mana
biaya dialokasikan sebagai biaya tak langsung, langsung atau
biaya yang tak disertakan (excluded cost)/dibolehkan (unallowable cost). Jumlah dari semua kategori biaya tersebut
harus sesuai dengan jumlah biaya total yang dikeluarkan
organisasi.
241
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
Boks 9-1 Contoh Laporan Gaji dan Tunjangan
Total
gaji
­tahunan
Gaji
Direktur eksekutif
Staff teknis (5 @ $40,000)
Manajer keuangan
Asisten administrative
$ 60,000
200,000
30,000
20,000
$ 310,000
Komponen
gaji
cutia
$ 9,321
30,769
4,615
3,077
$ 47,692
Komponen
gaji
non-cutib
$ 50,769
169,231
25,385
16,923
$ 262,308
Biaya
tunjangan
Tunjangan
Asuransi kesehatan/sosial
(sumbangan karyawan)
Dana pension
(sumbangan majikan)
Cuti tahunan, hari libur, sakit
(40 hari/tahun)
Nilai tunjanganc
15.00% dari total gaji
$ 46,500
5.00% dari total gaji
15,500
15,38% dari total gaji
47,692
$ 109,692
41,818%
Komponen cuti dari gaji sama dengan 15,385% dari total gaji tahunan (yaitu 40 hari
cuti dibagi 260 hari kerja yang dibayar per tahun). Biaya-biaya itu dibayarkan sebagai
bagian dari tunjangan dan tidak dianggap bagian dari gaji untuk keperluan penghitungan tunjangan dan biaya tak langsung.
b
Komponen non-cuti sama dengan 84,615% dari total gaji tahunan (yaitu 220 hari
kerja bukan-cuti dibagi 260 hari kerja yang dibayar per tahun).
c
Nilai tunjangan dihitung dengan membagi biaya tunjuangan dengan komponen gaji
bukan-cuti ($109,692/$ 262,308 = 41,818%)
a
$30,000
3,600
2,400
2,400
2,400
6,000
3,000
5,000
4,000
3,600
2,400
2,400
2,400
6,000
3,000
5,000
4,000
$40,692
$25,385
$16,923
$97,308
$38,077
$16,923
Biaya
$30,000
41.818%
41.82% gaji $109,692
Non-cuti
100.00%
100.00%
37.097%
$25,385
$16,923
$262,308
Biaya tak langsung
di luar utk tenaga kerja
Sewa, utilitas,
$2,500\bulan
­pembersihan
Alat-alat kantor
$300\bulan
Telepon lokal/
$200\bulan
interlokal/fax
Pos, kurir, paket
$200\bulan
Fotokopi
$200\bulan
Komputer
$500\bulan
Sewa peralatan
$250\bulan
Depresiasi alat-alat
20,00% nilai
modal yang dimiliki
peralatan
Pelatihan Staff
Tunjangan sosial
75.00%
10.00%
% Bagian
Kolom B
Biaya
tak langsung
$50,769
$169,231
Gaji (biaya utk tenaga kerja,
hanya komponen non-cuti)
Direktur Eksekutif
staff teknis
(5 @ $40000)
Manajer Keuangan
Asisten Administratif
Kolom A
Biaya
Total
41.818%
0.00%
0.00%
62.903
25.00%
90.00%
% Bagian
$69,000
$165,000
$12,692
$152,308
Biaya
Kolom C
Biaya langsung
utk proyek
Boks 9-2 Contoh Uraian Lembaga Tentang Alokasi Pekerja dan Biaya Total
41.818%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
% Bagian
$—
$—
—
$—
—
Biaya
Kolom D
Biaya tak disertakan/
dibolehkan
100.00%
100.00%
100.00%
100.00%
100.00%
% Bagian
4,000
2,400
2,400
6,000
3,000
5,000
3,600
2,400
$30,000
$109,692
$25,385
$16,923
$262,308
$50,769
$169,231
Biaya
Kolom E=B+C+D=A
Pencocokan
242
MANAGING THINK TANKS
$25,000
$3,000
$3,000
$72,800
$3,000
$3,000
$72,800
$279,200
$10,000
$210,800
$500,000
$—
$3,000
$10,000
$6,000
$45,200
$6,000
$45,200
$3,000
$10,000
$3,600
$3,600
$7,000
$12,000
$3,600
$12,000
$3,600
$—
$7,000
$20,000
$—
$20,000
$—
$6,000
$2,000
$6,000
$2,000
$500,000
$3,000
$10,000
$7,000
$6,000
$45,200
$3,600
$12,000
$3,600
$20,000
$3,000
$3,000
$72,800
$6,000
$2,000
a
Biaya pembelian perlengkapan dan renovasi besar (dalam beberapa kasus juga biaya subkontrak) bervariasi dari proyek ke proyek sehingga ini menyebabkan biaya tak langsung dialokasikan dalam jumlah yang tidak proporsional dengan laba. Maka, biaya semacam itu biasanya
dikeluarkan dari anggaran ketika anggaran total biaya langsung yang digunakan. Utang dan biaya hiburan adalah contoh jenis pengeluaran
yang tak diperbolehkan.
Total
Biaya tak disertakan/
dibolehkana
.........Modal
Modal
Tak terdepresiasi
Kredit macet/hiburan
Biaya-biaya langsung lain
/Jasa konsultan
subkontrak
month\$1,000
Perjalanan
month\$300
/Telepon lokal
interlokal/fax
Pasokan/materi month\$30
utk proyek
Cetak, reproduksi month\$500
Pengambangan usaha
Pengeluaran dewan
pengawas
Asuransi
Audit
Boks 9-2 Contoh Uraian Lembaga Tentang Alokasi Pekerja dan Biaya Total (Lanjutan)
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
243
244
MANAGING THINK TANKS
 Penghitungan nilai biaya tak langsung. Boks 9-3 menunju
kan penghitungan dua jenis nilai biaya tak langsung: metode
1 menggunakan biaya langsung untuk tenaga kerja sebagai
bilangan pembagi dan metode 2 menggunakan total biaya
langsung sebagai pembagi. Penghitungan nilai biaya tak langsung dilakukan dengan (1) menggolongkan biaya total untuk
periode pokok (biasanya tahun pembukuan organisasi); dan
(2) membagi biaya tak langsung yang dibolehkan dengan
pokok distribusi yang sama.
Hasil dari proses ini adalah nilai biaya tak langsung, yang digunakan untuk mendistribusikan biaya tak langsung ke proyek-proyek
yang didanai oleh kontrak atau hibah dan untuk biaya yang tidak
dibolehkan yang berasal dari kegiatan berbiaya tak langsung. Nilai
ini diungkapkan (dalam persentase) sebagai rasio dari jumlah total
biaya tak langsung yang dibolehkan (pembilang) dan pokok yang
dipilih (pembagi). Metode ini juga digunakan di mana organisasi
hanya memiliki satu fungsi utama yang mencakup jumlah proyek
atau kegiatan atau di mana nilai penghargaan federal bagi organisasi relatif kecil.
Perhatikan bahwa meskipun jumlah total biaya tak langsung
sama di setiap penghitungan, rasionya berbeda-beda tergantung
pada biaya pokoknya. Jadi, rasio yang lebih rendah tidak selalu
“lebih baik” daripada rasio yang tinggi. Perbedaan rasio ini hanya
menunjukkan distribusi kolam biaya tak langsung terhadap berbagai biaya pokok.
AUDIT KEUANGAN
Audit adalah sebuah proses yang biasanya dilakukan setiap tahun oleh seorang akuntan yang memenuhi standar yang ditetapkan
(di Amerika Serikat akuntan tersebut ditetapkan sebagai akuntan
publik). Audit dilakukan untuk menguji dan menilai kelengkapan
dan keakuratan informasi keuangan suatu organisasi (biasanya
berupa sejumlah laporan keuangan). Apabila organisasi nirlaba
245
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
Boks 9-3 Contoh Laporan Biaya Tak Langsung dan Penghitungan
Rasio
Metode 1 –Pembagi: Biaya Tenaga Kerja Langsung (termasuk tunjangan)
Biaya tak langsung (dari 2)
Biaya pokok (dari kotak 2)
Biaya langsung untuk tenaga kerja
Tunjangan social (41,818% dari biaya langsung utk tenaga kerja)
Biaya pokok total
Nilai biaya tak langsung (biaya tak langsung/total biaya pokok)
Rekonsiliasi dengan biaya total (dari kotak 2)
Biaya langsung untuk tenaga kerja
Tunjangan sosial (41,818% dari biaya langsung untuk tenaga kerja)
Biaya tak langsung (90,085% dari biaya langsung untuk gaji dan
tunjangan)
Biaya langsung lain
Biaya yang tidak dibolehkan
Biaya yang tidak disertakan
Biaya total
Metode 2 -pembagi: Total Biaya Langsung
Biaya tak langsung (dari kotak 2)
Biaya pokok (dari kotak 2)
Biaya langsung untuk tenaga kerja
Tunjangan social (41,818% dari biaya langsung untuk tenaga kerja)
Biaya-biaya langsung lain
Biaya yang tidak dibolehkana
Biaya pokok total
nilai biaya tak langsung (biaya tak langsung/total biaya pokok)
Rekonsiliasi dengan biaya total (dari kotak 2)
Biaya langsung untuk tenaga kerja
Tunjangan social (41,818% dari biaya langsung utk tenaga kerja)
Biaya tak langsung (74,699% dari total biaya langsung)
Biaya langsung lain
Biaya yang tidak dibolehkana
Biaya yang tidak disertakan
Biaya total
$ 210,800
$ 165,000
69,000
$ 234,000
90.085%
$ 165,000
69,000
210,800
45,200
3,000
7,000
$ 500,000
$ 210,800
$ 165,000
$ 69,000
$ 45,200
3,000
$ 282,200
74.699%
$ 165,000
69,000
210,800
45,200
3,000
7,000
$ 500,000
Biaya-biaya yang tidak dibolehkan dimasukkan dalam biaya pokok jika biaya-biaya
tersebut mewakili kegiatan yang dapat memperoleh alokasi dari biaya-biaya tak langsung
a
seperti think tank sering diminta melakukan audit karena nilai aktivitas mereka yang melebihi batas, maka organisasi tersebut dapat
dan sebaiknya menggunakan audit sebagai perangkat manajemen.
Sejalan dengan semakin dewasanya suatu organisasi dan semakin
kompleksnya struktur keuangan akibat digunakannya mekanisme
penyeimbangan pengeluaran maka audit dapat menjadi jaminan
246
MANAGING THINK TANKS
bahwa manajemen keuangan dari lembaga tersebut baik-baik saja.
Selain itu informasi keuangan tadi dapat memotret operasi dari
think tank baik pada nilai perusahaan maupun pada nilai proyek
dengan akurat. Audit dapat mengenali masalah-masalah umum
terkait biaya tidak langsung yang dibahas di bawah ini. Audit
juga mampu memberikan ukuran-ukuran untuk membenahi dan
menghindari masalah tersebut.
Tujuan utama dari audit adalah menilai hal-hal berikut:
● Kecukupan kontrol internal dari sistem organisasi terhadap
transaksi-transaksi keuangan. Kontrol internal adalah hal
yang penting untuk meyakinkan sponsor, pemerintah sebagai
pembuat peraturan dan masyarakat bahwa think tank memiliki akuntabilitas. Think tank yang menawarkan kebijakan
publik harus mencapai tahap tertinggi dalam hal pemenuhan
hukum dan tingkah laku etis untuk menjaga kredibilitasnya.
Secara umum, kontrol internal yang baik menghasilkan
prosedur yang meyakinkan bahwa sumber daya organisasi
(uang, perlengkapan, properti atau aset lainnya) digunakan
untuk tujuan yang telah ditetapkan. Pertanggungjawaban
untuk dokumentasi dan persetujuan dari penggunaan sumber daya tadi dibagi sehingga tidak menumpuk pada satu
orang saja di lembaga think tank tersebut. (Walaupun di
dalam organisasi yang kecil, pembagian ini tidak selalu bisa
dilaksanakan, beberapa pengukuran kontrol internal dapat
ditetapkan dengan merencanakan secara teliti tugas-tugas
pertanggungjawaban dan melakukan review manajemen
yang teratur pada transaksi-transaksi yang terjadi).
● Laporan keuangan mencerminkan kerja organisasi secara
akurat. Suatu audit membahas catatan-catatan keuangan dan
dokumen-dokumen pendukung untuk meyakinkan bahwa
semua kondisi keuangan yang penting telah tergambarkan
dengan akurat dalam informasi keuangan organisasi. Audit
biasanya juga membahas sampel-sampel transaksi untuk
meyakinkan bahwa dokumentasi telah dicatat dengan benar
dalam sistem manajemen keuangan. Audit biasanya tidak
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
247
menjamin bahwa semua transaksi telah didokumentasikan
secara layak atau dicatat dengan benar dalam suatu sistem
manajemen keuangan. Audit yang berhasil tidak lantas bisa
ditafsirkan sebagai bukti tidak adanya masalah.
● Pejabat yang layak untuk pengeluaran belanja dan proyek.
Dokumentasi organisasional (misalnya tindakan yang disetujui oleh dewan direktur atau kebijakan prosedur organisasional) dan persetujuan kontrak dengan sponsor di-review
dalam suatu audit untuk meyakinkan bahwa pengeluaran
belanja telah konsisten dengan syarat-syarat yang ada. Secara
khusus, suatu audit harus menegaskan bahwa pengeluaran
belanja telah memenuhi peraturan-peraturan atau syaratsyarat khusus yang ada dalam kontrak atau sumber dana.
● Keberadaan aset-aset yang tercatat. Keberadaan dan verifikasi aset-aset organisasi, misalnya neraca bank, rekeningrekening yang bisa diterima dan aset-aset fisik seperti peralatan, properti nyata, saham, dan investasi harus dimasukkan
dalam audit.
● Pelaporan dan pembayaran kewajiban publik yang tepat
waktu. Akhirnya suatu audit harus membahas pengarsipan
laporan-laporan yang diperlukan pemerintah pembuat
peraturan dan pembayaran-pembayaran kewajiban publik
(misalnya biaya perizinan, perusahaan, penjualan, pajak
pertambahan nilai, dan penghasilan serta pajak-pajak lainnya yang berhubungan dengan pegawai) untuk meyakinkan
bahwa hal-hal tadi telah dibayar dengan akurat dan tepat
waktu.
Dalam melakukan review di atas, auditor harus memperhatikan pengalokasian biaya tidak langsung dalam neraca manajemen
keuangan internal sesuai dengan pernyataan dalam kebijakan
pembiayaan organisasi. Apabila ditemukan masalah (seperti yang
dicantumkan dalam daftar di bagian berikutnya), auditor dan manajemen harus bekerja sama untuk mengintensifkan peningkatan bagi
sistem manajemen keuangan dan kontrol internal untuk mencegah
munculnya hal yang sama di masa depan.
248
MANAGING THINK TANKS
Berikut adalah beberapa kriteria memilih auditor di mana setiap kriteria harus dinilai secara berbeda dalam keadaan tertentu.
● Kualifikasi dan pengalaman. Ada perbedaan antara akuntansi organisasi nirlaba dan lembaga pencari laba. Oleh
karena itu, auditor yang berpengalaman dengan jenis perusahaan yang sama––khususnya yang bergerak dalam bidang
yang sama––akan lebih memahami masalah dan tujuan
dari organisasi. Kriteria ini harus dievaluasi baik pada level
firma maupun pada level individu staf yang diperkerjakan.
Tim audit yang berkualitas akan memberikan hasil yang
baik. Tim audit yang akan selalu terhubung dan memiliki
kesinambungan dengan audit perusahaan.
● Konflik kepentingan. Auditor harus bebas dari konflik kepentingan antara auditor dan organisasi, misalnya memiliki
hubungan bisnis dengan anggota dewan pengawas dari organisasi maupun pihak pendana proyek.
● Sumber daya. Auditor harus mampu menyediakan staf yang
berkualitas dan sumber daya teknologi untuk bisa memenuhi
jadwal penyelesaian audit dari organisasi (terutama apabila
audit harus memenuhi syarat peraturan dan perundangan).
Sebagai tambahan, organisasi dan auditor harus punya pemahaman yang sama yang jelas mengenai sumber daya apa
saja yang diperlukan organisasi untuk membantu auditor.
● Tugas-tugas lain. Auditor harus bisa membantu organisasi dalam tugas-tugas lain yang memerlukan pengetahuan
mendetail auditor mengenai organisasi. Tugas ini meliputi
pendampingan dalam mengarsip pengembalian pajak atau
pengawasan persyaratan peraturan dan membantu dalam pemenuhan syarat-syarat tersebut. Meskipun begitu, organisasi
harus menyadari bahwa tugas tertentu seperti tata buku atau
penilaian aset berpotensi menimbulkan konflik bagi fungsi
audit.
● Referensi. Referensi harus didapatkan (terutama dari klien
organisasi sejenis) untuk membantu menilai kriteria-kriteria
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
249
di atas sekaligus untuk menilai auditor dalam faktor-faktor
yang lebih subjektif. Misalnya kemampuan komunikasi,
fleksibilitas dalam memahami peraturan tertentu dari organisasi, maupun kemampuan untuk mengerjakan proses
audit dengan “halus”.
● Gaji. Gaji merupakan kriteria yang sulit dievaluasi. Pada
kasus yang langka, auditor menawarkan jasa pro bono atau
potongan harga bagi organisasi nirlaba. Akan tetapi pada
kebanyakan kasus, organisasi harus menyeimbangkan gaji
auditor dengan jasa yang mereka berikan. Gaji rendah
mungkin tidak berarti murah. Biasanya biaya yang murah
merupakan pertanda bahwa auditor tidak benar-benar memahami pekerjaan dan kurang pengalaman yang kemudian
mengakibatkan waktu penyelesaian audit yang lebih lama.
Selain itu organisasi juga harus menyiapkan banyak hal
untuk mempersiapkan audit. Dengan sengaja menawarkan
gaji yang rendah pada tahun pertama dan gaji yang lebih
tinggi pada tahun berikutnya saat mengganti auditor juga
membutuhkan biaya tinggi. Auditor harus mampu mengajukan gaji yang diharapkan secara terperinci sehingga cukup
bagi organisasi untuk mengevaluasi nilai komitmen mereka
dan hasil yang diberikan. Misalnya, akankah auditor hanya
akan mengerjakan review dari pernyataan keuangan yang
disiapkan organisasi atau akankah auditor menyiapkan surat
manajemen tertulis yang me-review kebijakan dan prosedur
manajemen keuangan organisasi, mengidentifikasi kelemahan kontrol internal dan saran-saran perbaikan.
Terus berganti auditor tidak efektif bagi anggaran organisasi,
begitu pula dengan menerima audit yang dikerjakan dengan buruk
atau tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi. Semua kriteria
di atas perlu dipenuhi untuk menyeimbangkan pengeluaran dan
keuntungan dari audit.
250
MANAGING THINK TANKS
MASALAH-MASALAH UMUM TERKAIT B
­ IAYA
TIDAK LANGSUNG
Bagian ini memaparkan contoh-contoh masalah umum terkait
biaya tidak langsung yang diperlihatkan oleh audit organisasi
nirlaba.
Sistem Pencatatan Waktu
Gaji pegawai, baik yang diambilkan langsung dari kontrak maupun dari dana bantuan atau dari pos pengeluaran tidak langsung,
harus dibuat berdasarkan catatan waktu yang akurat. Catatan waktu
harus mencatat semua aktivitas pegawai. Masalah yang umum
muncul ada dua. Pertama, kegagalan dalam menggunakan sistem
pencatatatan waktu untuk menelusuri kegiatan pegawai. Masalah
yang kedua adalah penggunaan sistem pencatatan yang hanya
bertujuan untuk menghitung penggajian (dengan kata lain hanya
untuk mencatat kehadiran dan bukan aktivitas pegawai). Boks
9-4 adalah contoh lembar pencatatan waktu yang mencatat baik
aktivitas proyek maupun gaji pegawai yang bersifat tidak langsung
seperti pembuatan proposal, pelatihan staf dan biaya tunjangan
tambahan seperti cuti tahunan atau cuti sakit.
Perlakuan yang Konsisten dan Identifikasi Pengeluaran Secara Spesifik
Biaya harus dibuat secara konsisten pada semua proyek organisasi. Beberapa masalah yang muncul adalah menagihkan
proyek-proyek tertentu secara langsung dengan harga yang secara
fisik dapat diidentifikasi dengan proyek lain. Masalah lain adalah
menagihkan biaya-biaya yang tidak diperlakukan sama dengan
biaya-biaya lain yang terjadi untuk tujuan sama dan dalam keadaan
yang sama.
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
251
Pengeluaran-Pengeluaran untuk Kegiatan tak
­Terduga
Jika pengeluaran tak terduga dibebankan pada pengeluaran
tidak langsung maka akan muncul dua masalah. Pertama, itu dapat
menggelembungkan jumlah pengeluaran tidak langsung. Hasilnya
adalah pengeluaran tidak langsung lebih tinggi dari yang sepantasnya untuk pemulihan pengeluaran tak terduga. Kedua, tak semua
pengeluaran dibebankan langsung pada kategori kegiatan tak terduga. Akibatnya, pengeluaran langsung dalam proyek dialokasikan
dengan pembagian yang tidak proporsional dalam pengeluaran
tidak langsung organisasi.
Walaupun kegiatan organisasi ataupun pengeluaran tidak
langsung tertentu yang dibiayai oleh kontrak ataupun sumber dana
menyediakan sedikit bahkan tidak ada penggantian untuk pengeluaran tidak langsung, pembagian penuh dari pengeluaran tidak
langsung harus dialokasikan dalam kegiatan tersebut serta dalam
kontrak atau sumber dana. Dengan kata lain, pengeluaran tidak
langsung tidak bisa dialihkan dengan tidak adil pada proyek lain
tanpa batasan dalam pembayaran pengeluaran tidak langsung.
4
5
6
7
8
8 8 8 8 8
8 4
4 8 8
3
8
8 8 8 8 8
8 8 8 8 8
8 8 8 8 8
6
6 5 8 8 2
2 3
8 8 8 8 8
8 8
2
6 8 8
8
8
19
48
29
16
8
40
8
168
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 TOTAL
[Tanda tangan Supervisor]
2
[Tanda tangan karyawan]
1
Tanggal
Persetujuan Supervisor:
Saya telah menerima Lembar Presensi ini dan informasi
di dalamnya benar sebagaimana adanya
10024
10031
90055
00203
00101
00102
00103
Kode
Proyek
Bulan Juni Tahun 2002
Pernyataan karyawan:
Saya menyatakan bahwa lembar presensi ini akurat sesuai
dengan alokasi waktu kerja dan cuti yang diambil
Review pendampingan sosial
Reformasi subsidi perumahan
Proposal studi pajak
Pelatihan staff
Liburan yang dibayar
Cuti tahunan
Cuti sakit
Nama Proyek
Nama Karyawan: Robert Smith
Boks 9-4 Contoh Lembar Presensi Karyawan
252
MANAGING THINK TANKS
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
253
Kredit
Kredit yang dihasilkan melalui aktivitas-aktivitas proyek seperti
konferensi yang diadakan untuk keuntungan proyek tertentu harus
dimasukkan dalam proyek spesifik tadi. Hampir sama, kredit yang
bisa digunakan untuk biaya tidak langsung, misalnya menyewakan
lagi tempat yang telah disewa harus dimasukkan dalam biaya tidak
langsung.
Dasar Pengalokasian Biaya Tidak Langsung
Pokok biaya langsung harus mengalokasikan biaya tidak
langsung ke semua biaya langsung dari proyek dengan pantas.
Untuk meyakinkan bahwa tujuan tersebut terpenuhi, organisasi
harus mengevaluasi apakah pokok biaya langsung telah mendistribusikan secara tidak proporsional biaya tidak langsung di antara
proyek. Contoh, sebuah organisasi mungkin telah memilih pokok
biaya langsung untuk belanja pegawai karena organisasi tersebut
sebelumnya memiliki proyek dengan pembagian yang mirip untuk
belanja pegawai dan biaya tidak langsung lainnya. Jika organisasi
tersebut melakukan proyek baru yang sangat besar (relatif terhadap
total aktivitas organisasi), yang memiliki pembagian biaya langsung
lebih besar dibandingkan belanja pegawai langsung, maka pergantian pokok biaya total bisa dilakukan untuk mengalokasikan biaya
tidak langsung organisasi secara lebih pantas.
Transfer Antar-Organisasi dan Transaksi dengan
Pihak Terkait
Suplai dan jasa yang diperoleh dari rekanan, pihak terkait dan
organisasi di bawah kendali umum harus didasarkan pada pengeluaran aktual organisasi yang menyediakan suplai dan jasa. “Harga”
dari suplai dan jasa dari organisasi terkait harus dimasukkan
dalam laba atau kenaikan-kenaikan yang ditambahkan organisasi
terkait.
254
MANAGING THINK TANKS
Biaya yang Tidak Didukung
Supaya diperbolehkan, semua biaya tidak langsung dan langsung harus didukung sumber-sumber dokumentasi yang cukup
yang menunjukkan dengan jelas tujuan-tujuan dan keadaan di
mana biaya dikeluarkan. Contohnya, cek yang dibatalkan, catatan
transfer bank dan nota kartu kredit saja bukanlah dokumentasi
pengeluaran yang memenuhi syarat. Hal ini karena benda-benda
tadi tidak menunjukkan tujuan pengeluaran. Benda-benda tadi
hanyalah catatan penggunaan dana. Dokumentasi pengeluaran
yang mencukupi harus mencatat tujuan dan keadaan dari pengeluaran. Contohnya, dokumentasi pendukung untuk biaya perjalanan
harus menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh siapa, kapan dan
proyek/aktivitas yang membutuhkan perjalanan tersebut (untuk
menentukan apakah pengeluaran tadi langsung/tidak langsung
atau terduga/tak terduga).
KESIMPULAN
Di negara berkembang dan transisional think tank secara umum
dibagi dalam dua kategori berdasarkan perkembangan lembaga
tersebut dalam area manajemen keuangan. (1) organisasi kecil yang
bekerja dengan gaya panitia khusus dan (2) organisasi yang lebih
besar dan lebih terorganisasi yang menerima pendanaan yang besar
dari donor maupun yayasan internasional.
Kebanyakan organisasi dalam kategori (1) belum memiliki
sistem manajemen keuangan yang sesuai dengan standar yang
dibahas dalam bab ini. Kebanyakan dari mereka tidak memahami
pengeluaran tidak langsung dengan baik. Anggaran proyek mereka
hanya didasarkan pada pengeluaran langsung, yang sering berarti
bahwa mereka tidak benar-benar memasukkan semua biaya organisasi dalam pengajuan pendanaan, atau mereka memasukkan
faktor panitia khusus untuk “pengeluaran tambahan”. ”Pengeluaran
tambahan” tersebut biasanya merupakan penambahan harga yang
berubah-ubah yang dikenakan pada pengeluaran total. Jumlah
pengeluaran itu lebih didasarkan pada perkiraan yang dipelajari
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
255
mengenai nilai sumber daya keuangan organisasi yang dibutuhkan
untuk bertahan daripada analisis keuangan yang bisa dipertahankan pada penyandang dana. Akibatnya, organisasi ini tampak
selalu mengalami krisis keuangan, hidup dari proyek ke proyek
dengan stabilitas keuangan yang rendah, baik untuk organisasi
maupun stafnya.
Jenis kedua adalah organisasi yang lebih memahami isu terkait
pengeluaran tidak langsung namun pemahaman mereka lebih pada
persyaratan dari donor utama mereka dibandingkan pada pemeriksaan kebutuhan organisasi secara teliti. Organisasi ini biasanya
menetapkan pengeluaran tidak langsung namun pengeluaran tadi
sering dikembangkan beberapa tahun sebelumnya sebagai bagian
dari kontrak atau sumber dana utama dan belum di-review untuk
dilihat apakah masih sesuai dengan kebutuhan organisasi. Jadi,
tidak jelas apakah banyak dari organisasi ini bisa berhasil mempertahankan struktur pengeluaran tidak langsung mereka pada
penyandang dana yang dengan serius menanyakan nilai pengeluaran tidak langsung mereka.
Masih ada jarak panjang yang harus ditempuh kebanyakan
organisasi dalam negara berkembang dan transisional sebelum
praktik manajemen keuangan mereka saat ini mencapai tingkat
yang memungkinkan mereka mengatur dan menilai kebutuhan
keuangan mereka secara lebih jelas. Kesadaran penyandang dana
bahwa pengeluaran tidak langsung merupakan hal penting dan
penekanan bagi tiap organisasi untuk meneruskan operasi dan
menjelaskan, bukannya mempertahankan, pengeluaran tidak langsung mengimplikasikan bahwa pengeluaran tidak langsung tidak
produktif. Hal ini akan membantu meyakinkan organisasi untuk
lebih memperhatikan pengembangan kelembagaan mereka.
CATATAN
1. “Pengumpulan dana” yang dimaksud di sini adalah dana
yang digunakan oleh lembaga think tank untuk keperluan tidak
terbatas (dibandingkan dengan keperluan “pengembangan bisnis” yang digunakan khusus untuk kegiatan proyek penelitian).
256
MANAGING THINK TANKS
2. Pemerintah Amerika Serikat, misalnya, menetapkan aturan
pembatasan biaya overhead yang dibayarkan pada perguruan
tinggi yang bekerja berdasarkan kontrak atau hibah dari pemerintah federal.
3. Surat edaran OMB no. A-122, Lampiran A, Paragraf B-2.
4. Meskipun pokok dapat ditentukan melalui bermacam cara
(misalnya, jumlah jam kerja tambahan staf proyek, besarnya
fasilitas yang digunakan untuk tiap proyek, atau metode-metode
lain yang memiliki dasar logika terkait dengan sifat kegiatan atau
proyek), tapi kebanyakan organisasi menggunakan biaya tenaga
kerja atau biaya langsung total sebagai variabel pokoknya. Jadi,
tidak ada satu-satunya cara yang dianggap “benar” dalam menentukan nilai biaya tak langsung, untuk menentukan biaya yang dapat dianggap biaya tak langsung, atau hingga sebanyak apa biaya
tak langsung dapat dianggap wajar. Menurut garis besar pemerintah federal Amerika Serikat, kisaran biaya langsung adalah 3–70
persen, dan ini bervariasi antar instansi.
Meskipun banyak organisasi donor yang beroperasi dari perspektif bahwa nilai biaya umum (overhead rate) yang rendah adalah lebih baik, tapi nilai rendah belum tentu menunjukkan efektivitas organisasi. Misalnya, bayangkan sebuah organisasi yang
melakukan banyak proyek di mana setiap proyek memiliki staf
akuntansi sendiri, membeli barang-barang pasokan sendiri, dan
memiliki perangkat sendiri. Organisasi tersebut tidak akan memiliki biaya tak langsung sama sekali. Namun, jika organisasi tersebut memutuskan para staf akuntansi menangani semua program,
dan semua barang pasokan dan perangkat dimiliki bersama oleh
semua proyek, itu tidak akan efisien.
5. Deskripsi ini berdasarkan informasi dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat pada Indirect Cost Rate Determination Guide untuk kontraktor dan penerima hibah pada situsnya di
http://www.dol.gov
6. Jenis lain nilai biaya tak langsung adalah “nilai tetap dengan
penyesuaian berlanjut (carry-forward)”. Pada struktur ini, ada
jumlah biaya tetap untuk satu jangka waktu bagi penganggaran
dan penagihan/pembayaran pembelanjaan untuk/oleh pemberi
Manajemen Keuangan: Kesinambungan dan Akuntabilitas
257
dana. Biaya sebenarnya dibuat oleh sistem akuntansi organisasi
dan selisihnya pada biaya tak langsung dihitung oleh nilai biaya
tetap tak langsung dan nilai biaya sebenarnya dibebankan ke periode mendatang (biasanya tahun pembukuan selanjutnya) untuk
menyesuaikan nilai tetap pada selisih biaya tak langsung, baik
kelebihan maupun kekurangan dari biaya sebenarnya. Struktur ini
hanya akan digunakan jika struktur pendanaan untuk organisasi
stabil. Jika tidak, struktur penghitungan biaya ini mengakibatkan
alokasi biaya tak langsung yang tidak tepat bagi pemberi dana
karena ketidaksesuaian antara struktur pendanaan yang berubah
dan perubahan pemulihan biaya tak langsung di luar periode di
mana biaya tersebut dikeluarkan.
7. Organisasi harus membuat sistem distribusi waktu (misalnya
dengan time sheet) untuk mendokumentasikan pengeluaran untuk
gaji yang dilakukan sepanjang kegiatan biaya langsung dan tidak
langsung dan antarproyek untuk personil yang waktunya ditagihkan
untuk lebih dari satu biaya kegiatan atau proyek.
258
MANAGING THINK TANKS
10
Raymond J. Struyk
Informasi yang Dibutuhkan
Manajemen Senior
P
impinan lembaga think tank mempunyai kebutuhan untuk memiliki informasi yang tepat waktu tentang kinerja
berbagai bagian dalam lembaganya. Kebutuhan ini mulai dari
informasi tentang pembiayaan-pembiayaan dasar (bagaimana
perbandingan pendapatan dan pengeluaran untuk tahun ini?)
sampai catatan lembaga think tank itu dalam berkomunikasi
dengan khalayak luas (berapa banyak artikel dan opini “op-ed”di
surat kabar, ceramah, konferensi pers, dan sebagainya?). Tanpa
informasi tersebut, para pimpinan akan mengalami kesulitan
sebab acap kali sikap mereka adalah reaksi terhadap peristiwa,
bukan mengantisipasinya. Contoh: krisis kekurangan uang tunai
yang tiba-tiba muncul seharusnya bisa dicegah dengan adanya
informasi yang tepat mengenai arus-arus kas dan proyeksi tarif
pemanfaatan-staf. Penanganan krisis-krisis demikian banyak
sekali menyita waktu manajer senior dan ujung-ujungnya jelas
akan menguras efektivitas lembaga tersebut.
Dahulu, tugas pemantauan berarti penelusuran pembiayaan.
Namun, pandangan itu sudah diperluas perusahaan-perusahaan
pencari laba dalam lima belas tahun terakhir. Dengan semakin
berorientasi pada klien, perusahaan-perusahaan tersebut sudah
mulai memantau kepuasan klien, sebab kepuasan klienlah yang
1
banyak mengendalikan hasil-hasil keuangan. Pendekatan serupa
259
260
MANAGING THINK TANKS
perlu diambil oleh lembaga-lembaga think tank untuk memantau
aktivitas mereka. Artinya, perbedaan di antara misi lembaga think
tank dan perusahaan nirlaba lainnya dengan perusahaan pencari
laba menjadi kian nyata saat informasi yang relevan bagi para
manajer puncak di lembaga-lembaga think tank diperbandingkan
dengan informasi terbaik bagi rekan-rekan mereka di lembagalembaga lain.
Bab ini menerangkan beberapa jenis informasi pemantauan yang
perlu dihimpun dan dipergunakan secara teratur oleh lembaga think
tank. Berikut ini adalah definisi bidang-bidang umum yang perlu
dipantau. Sub bab-sub bab berikutnya menerangkan indikatorindikator spesifik yang memerlukan pengumpulan data. Lampiran
H memuat contoh-contoh jenis laporan yang dapat dipraktikkan
para manajer.
Bab ini menyajikan program pemantauan yang cocok untuk lembaga dengan jumlah staf cukup besar (50+) dan para spesialis yang
menjalankan fungsi personalia dan hubungan masyarakat. Lembaga
think tank yang lebih kecil bisa menyeleksi indikator-indikator
terbaik yang cocok dengan kebutuhannya. Karena pemantauan
yang cukup komprehensif pun tampaknya agak terbatas dilakukan
di lembaga-lembaga think tank di negara transisi dan di negara
berkembang pada umumnya—dan di antara negara menengah
dan negara kecil pada khususnya—maka yang digunakan untuk
menyusun bab ini ialah praktik lembaga think tank tahap ketiga
2
dan beberapa lembaga think tank tahap kedua.
Teks-teks kontemporer tentang penentuan informasi yang dapat
digunakan oleh para manajer puncak kebanyakan sangat terfokus
pada pembuatan data dengan menggunakan sistem informasi
manajemen (SIM). Maka, yang menjadi tantangannya adalah penggunaan kapasitas komputer secara efektif untuk memilih-milih,
dari kumpulan data yang tersedia, informasi yang diperlukan untuk
indikator-indikator penting dan memanfaatkan informasi yang tak
terpakai untuk membantu memantau dan meningkatkan kinerja.
SIM yang terancang dengan baik dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi berharga yang kalau tidak demikian pasti
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
261
terbengkalai tak terpakai di lembaga nirlaba. Namun, sebagian
besar informasi yang diperlukan untuk menafsirkan indikator acap
kali tidak membutuhkan SIM rumit untuk pengolahannya. Biasanya
data-data ini didapat dari perhitungan sederhana (misalnya, jumlah
publikasi yang diproduksi dalam tiga bulan terakhir). Satu-satunya
pengecualian ialah informasi akuntansi tertentu.
Berikut ini beberapa hal terakhir yang perlu disampaikan sebagai
pengantar. Pertama, informasi harus disampaikan kepada orang
yang tepat di saat yang tepat. Orang yang tepat itu tidak selalu ketua
lembaga. Sebagai langkah pertama dalam pembuatan indikatorindikator kinerja, manajer harus menentukan siapa yang posisinya
paling tepat untuk menggali informasi yang akan meningkatkan
mutu pekerjaan lembaga itu. Orang-orang inilah yang nantinya
akan menerima informasi itu dan menindaklanjutinya atau, dalam
beberapa kasus, bersama-sama manajemen senior memutuskan
tindakan-tindakan yang akan diambil bila masalah dan kesempatan
sudah teridentifikasi.
Perlu diperhatikan agar manajer senior tidak dibuat kewalahan dengan banjir informasi. Sudah cukup bila yang memegang
indikator-indikator itu adalah kepala bagian hubungan masyarakat
atau kepala akuntan (misalnya) dengan basis reguler. Seorang
pemimpin lembaga, setidaknya secara tersirat, mengharapkan para
manajer ini memeriksa efisiensi kantor mereka secara sistematis.
Penyediaan informasi lengkap tentang suatu bidang operasional
bagi pimpinan bisa dilakukan melalui review tahunan dan persiapan rapat dewan pengurus. Perkembangan-perkembangan spesifik,
lengkap dengan informasi indikator penunjang, dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan direktur eksekutif bila perlu.
Langkah kedua, menyediakan informasi bagi manajer senior
dan menyerahkannya dalam bentuk yang bisa dipergunakan tidak
berarti harus berwujud laporan yang lengkap dan bergaya. Ketika
penulis masih bertugas di Kementerian Perumahan AS, setiap
bulan menteri dan staf utamanya disajikan map-map besar tabel
statistik tentang segala aspek penting kinerja kementerian itu.
Ketiga ratus map ini berisi informasi yang sangat berguna bagi
262
MANAGING THINK TANKS
para manajer yang bertanggung jawab atas pembelanjaan 10 miliar
dolar setahun, tetapi untuk mengumpulkannya diperlukan banyak
sekali waktu staf.
Pemimpin lembaga think tank harus mengukur kebutuhan
informasi mereka dengan sumber-sumber daya yang dimiliki
lembaganya. Manajemen di lembaga think tank besar tahap ketiga
pun memperoleh informasi pemantauannya sedikit demi sedikit
sehingga tidak terjadi kelebihan beban informasi (informational
overload). Para manajer bisa memilah-milah data tersebut secara
informal. Pendeknya, daripada terpaku pada format presentasi dan
penyusunan laporan yang lengkap dan luas, fokuskan saja perhatian untuk menghasilkan sedikit indikator yang menyampaikan
informasi berguna bagi manajer dengan berbasiskan ketepatan
waktu (timely basis).
Ketiga, indikator keuangan dasar seperti arus kas, keadaan
cadangan (reserve position), dan “simpanan” piutang dibahas secara sepintas saja. Mengenai hal itu, sudah ada banyak teks tentang
pembiayaan dan keuangan dasar. Selain itu, beberapa lembaga
donatur, termasuk USAID, memiliki bahan-bahan panduan tentang
manajemen keuangan yang meyakinkan dalam hal kontrol, alokasi
biaya, dan pemantauan belanja.
SASARAN PANTAUAN: GAMBARAN UMUM
Sistem pemantauan yang benar-benar berhasil akan menyediakan informasi tepat waktu yang relevan tentang unsur-unsur kunci
operasi lembaga think tank bagi manajemen senior dan orang-orang
yang diserahi tanggung jawab besar oleh mereka. Diadopsi secara
luas di sektor swasta dalam tahun-tahun belakangan ini dan kerap
dijuluki “kartu skor berimbang”, pendekatan ini menegaskan bahwa
untuk bisa maju dan memperbaiki diri, perusahaan harus mampu
menghasilkan nilai lebih atau skor dalam semua operasi kunci,
entah itu kontrol inventaris, kepuasan pelanggan, inovasi produk,
3
atau investasi menguntungkan dalam cadangan kas.
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
263
Logika serupa berlaku untuk lembaga think tank. Apa gunanya
menjalankan suatu pekerjaan yang kuat secara finansial bila hasilhasil penelitian lembaga itu tidak diajukan dalam proses kebijakan?
Terutama, tanpa berinvestasi pada staf dan mencetuskan penelitian inovatif, kreativitas dan kecakapan kebijakan lembaga akan
menurun.
Logika “kartu skor berimbang” mengajukan lima bidang atau
aktivitas penting yang harus dipantau para manajer senior lembaga
think tank. Masing-masing juga menerangkan cara untuk mengukur
kinerja sebuah lembaga think tank.
1. Perspektif kebijakan publik. Keberhasilan dalam mengomunikasikan hasil-hasil penelitian kepada para pembuat
kebijakan, para pemangku kepentingan (stakeholder) lain,
anggota masyarakat, dan dalam menginformasikan isu-isu
penting saat ini kepada masyarakat.
2. Perspektif klien. Keberhasilan dalam mempertemukan
ekspektasi penyandang dana yang mensponsori pekerjaan
kebijakan dan ekspektasi mereka yang mengikat kontrak
dengan lembaga itu untuk urusan penelitian, proyek-proyek
percontohan, dan evaluasi.
3. Perspektif bisnis internal. Keberhasilan dalam melaksanakan
penelitian, aktivitas komunikasi, dan fungsi-fungsi penunjang secara efisien.
4. Perspektif inovasi dan pembelajaran. Keberhasilan dalam
mempertinggi tingkat keterampilan dan campuran staf serta
dalam mendefinisikan proyek-proyek kebijakan penting yang
akan dilaksanakan.
5. Perspektif keuangan. Keberhasilan dalam menggalang dana
untuk menunjang program penelitian dan mengelola sumbersumber daya lembaga dengan sebaik-baiknya.
Perspektif kebijakan publik merupakan satu-satunya perspektif
yang tidak biasa digunakan kalangan bisnis. Banyak klien lembaga
think tank tidak begitu memperhatikan misi utamanya—member-
264
MANAGING THINK TANKS
ikan pengaruh yang membangun pada kebijakan dan memberi
informasi pada masyarakat—dan malah banyak mencurahkan
4
perhatian pada hasil-hasil penelitian langsung. Contohnya, sebuah
kementerian menugaskan satu lembaga think tank melakukan
evaluasi program untuk menentukan sebab-sebab rendahnya angka
partisipasi dalam sebuah program penyejahteraan. Lembaga think
tank itu mungkin ingin memasukkan hasil-hasil evaluasinya pada
pembahasan kebijakan walaupun staf kementerian menugaskan
pekerjaan itu hanya untuk memperkaya debat yang tidak terlalu
penting artinya bagi tugasnya yang sebenarnya, yaitu meningkatkan
mutu program. Secara umum, kepentingan lembaga think tank
lebih erat berhubungan dengan kepentingan yayasan daripada
dengan klien yang lain.
Tabel 10-1 memberikan beberapa contoh indikator kinerja
masing-masing untuk kelima perspektif itu. Dari jenis item yang
terdaftar, banyak yang menyatakan luasan topik yang perlu senantiasa diketahui oleh pihak manajemen senior. Semakin sempit
pendekatannya, semakin besar peluang masalah-masalah untuk
berkembang dan memburuk. Sekali lagi, yang menjadi tujuan adalah mengidentifikasi masalah yang baru mulai dan menanganinya
sebelum menjadi tantangan besar bagi lembaga.
Besar kemungkinan indikator yang digunakan umumnya lembaga think tank untuk memantau banyak aktivitas yang tersebut
dalam daftar itu mirip dengan indikator-indikator yang tadi ditunjukkan. Namun, sering kali informasi yang diberikan staf hanya
sepotong-sepotong sebagai respons terhadap permintaan khusus
atau permintaan ad hoc dari ketua lembaga. Ini bisa jadi salah
kaprah. Sebagian informasi penting harus dicari dan dipergunakan
secara teratur; beberapa item terpenting perlu ditelusuri setiap
bulannya, walaupun informasi per kuartal atau bahkan tahunan
tentang beberapa fungsi dan bidang kinerja sudah memadai.
Dalam uraian berikut mengenai indikator-indikator yang bermanfaat, perhatikan bahwa beberapa indikator memberikan informasi berguna dengan berdasarkan lebih dari satu perspektif.
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
265
Tabel 10-1 Skema Informasi Lembaga Think Tank yang Berimbang
Perspektif
Perspektif kebijakan
publik
Perspektif klien
Perspektif bisnis
intern
Perspektif inovasi
dan
pembelajaran
Perspektif
keuangan
Indikator-indikator Contoh
l
Jumlah kunjungan ke situs web
Jumlah forum web yang digelar; jumlah peserta
l Jumlah konferensi dan seminar dengan staf sebagai penyaji
l Jumlah policy brief yang dihasilkan dan didistribusikan kepada
para pembuat kebijakan
l Jumlah artikel yang ditulis oleh staf di suratkabar atau majalah
populer
l Jumlah proyek yang tidak selesai tepat waktu
l Distribusi skor evaluasi untuk seminar dan acara pelatihan
yang ditawarkan
l Jumlah publikasi yang laku terjual
l Kecenderungan keikutsertaan dalam kursus-kursus yang
berbasiskan biaya
l Jumlah kontrak/dana bantuan dari klien-klien lama
l Jumlah proyek atas anggaran dan jumlah dolar sebagai
persentase dari anggaran belanja
l Angka pemanfaatan staf (% waktu yang dibebankan pada
proyek-proyek yang bisa dimintakan tagihannya)
l Biaya/proposal; persen proposal yang lolos
l Jumlah pelatihan staf untuk peran/produk baru dan
­pengembangan staf umum
l Staf baru yang dipekerjakan dengan keterampilan khusus
untuk mengerjakan topik inovatif dan memperkuat tim
l Proyek-proyek percontohan yang sedang berjalan;
­keberhasilannya dibandingkan dengan benchmarks
l Arus kas
l Pertumbuhan tahun-ke-tahun
l Tingkat pengembalian (rate of return) untuk aktiva lancar
l Piutang: piutang seluruhnya dan piutang berdasarkan tanggal
jatuh tempo (by aging)
l
Perspektif Kebijakan Publik
Perspektif kebijakan publik membahas pelayanan lembaga think
tank di dalam komunitas berkaitan dengan partisipasi yang bersifat
membangun dalam pengembangan kebijakan dan memberikan
266
MANAGING THINK TANKS
informasi kepada warga negara tentang isu-isu penting yang memengaruhi masyarakat. Menentukan keberhasilan sebuah lembaga
think tank dalam kedua tugas itu jelas merupakan tantangan berat.
Ada pustaka ilmiah tentang topik ini berikut beberapa studi kasus
tentang pentingnya beraneka lembaga dan individu dalam membentuk akibat dari suatu kebijakan. Namun, pemantauan dampak
melalui studi-studi kasus akan menelan banyak waktu dan biaya;
alternatif seperti wawancara dengan para pembuat kebijakan utama
memerlukan persiapan wawancara secara teratur, dan tidak ada
jaminan bahwa para pembuat kebijakan itu akan bersikap jujur
dan terbuka.
Pendekatan yang lebih baik ialah menggunakan indikatorindikator pencatat aktivitas yang ditujukan untuk menggunakan
pengaruh kebijakan dan mendidik masyarakat—maksudnya, ditujukan pada hasil (output), bukan akibat (outcome). Tak diragukan,
informasi yang diberikan indikator-indikator ini mengenai dampakdampak tersebut amat terbatas. Namun, indikator-indikator tadi
memang berguna. Paling tidak, sebuah lembaga yang tidak banyak
berusaha atau malah tidak berusaha sama sekali agar hasil-hasil
penelitian kebijakannya dimanfaatkan, sadar sekali akan fakta ini.
Penggunaan indikator-indikator untuk menelaah perpaduan aktivitas komunikasi juga terbukti sangat penting. Contoh, manajemen
senior memutuskan bahwa menerbitkan “policy brief” ke sejumlah
pembuat kebijakan yang disasar dengan cermat merupakan cara
terbaik untuk memengaruhi akibat-akibat kebijakan. Bila benar,
sekilas pandang ke sebuah grafik yang menunjukkan jumlah terbitan policy brief dalam enam bulan terakhir akan mengungkapkan
alat ini masih dipergunakan atau tidak.
Tabel 10-2 berisi daftar beberapa indikator untuk memantau
pekerjaan sebuah think tank dari perspektif kebijakan publik dan
menerangkan di mana akan ditemukan sumber informasi di dalam
5
lembaga tersebut. Para pakar TI dan publikasi bertanggung jawab
atas indikator-indikator dalam bidang mereka. Untuk beberapa
kelompok indikator lain, spesialis hubungan masyarakat (humas)
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
267
akan membuat indikator-indikator itu berdasarkan informasi yang
diberikan oleh berbagai tim atau bagian. Pada banyak lembaga think
tank, spesialis hubungan masyarakat atau asisten administratif
memperoleh data itu dari laporan aktivitas bulanan atau dwibulanan yang disusun oleh tim-tim untuk manajemen senior. Dalam
kasus-kasus lain, para asisten administratiflah yang menelusuri
informasi tersebut dan mengirimkannya secara teratur kepada
spesialis kehumasan.
Seperti tadi disebutkan, pertanyaan yang utama ialah mana dari
informasi ini yang perlu dibaca pihak manajemen senior secara
teratur. Berdasarkan praktik-praktik, jumlahnya perlu dibatasi.
Umumnya, para spesialis hubungan masyarakat bertanggung
jawab memastikan agar dihasilkan informasi jenis ini, kemudian
meneruskannya kepada pihak manajemen senior setelah melewati
pertimbangan mereka. Liputan hangat dari pers (“applause”) atas
hasil kerja lembaga selalu menarik perhatian atasan. Informasi itu
juga menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan atau
kecenderungan yang sangat positif atau peristiwa-peristiwa penting
yang hanya terjadi sekali. Informasi yang berhasil dihimpun akan
dipergunakan kantor humas untuk menyusun laporan tahunan
dan data untuk “perenungan” manajemen. Sebuah esai dengan
bagian pendek-pendek berisi ringkasan segala perkembangan dan
arah kecenderungan, berdasarkan indikator-indikator tadi, sering
kali lebih banyak memberikan informasi bagi manajemen senior
daripada tabel berisi angka-angka.
Indikator-indikator dalam Tabel 10-2 terfokus pada aktivitas komunikasi dan pelayanan informasi lembaga think tank. Indikatorindikator itu berupa jumlah tindakan yang sudah diselesaikan. Ada
sebagian indikator yang menghasilkan jauh lebih banyak informasi
bila ditelusuri sepanjang waktu dan mengungkapkan kecenderungan-kecenderungan penting. Walaupun banyak indikator dalam
tabel itu bersifat sudah jelas dengan sendirinya (self-explanatory),
penjelasan masih diperlukan.
268
MANAGING THINK TANKS
Tabel 10-2 Indikator-indikator Kinerja dari Perspektif Kebijakan Publik
Indikator
Aktivitas situs web
l Jumlah kunjungan ke situs dan
­pengunduhan dokumen dari situs tersebutb
l Jumlah forum web yang diselenggarakan;
jumlah peserta pada tiap-tiap forum
l Jumlah dokumen dan publikasi yang
­dipesan online
l Jumlah makalah dan laporan baru yang
ditayangkan di situs tersebut
Seminar/konferensi
l Jumlah konferensi dan seminar yang staf
menjadi penyaji di dalamnya
l Jumlah kota yang berbeda-beda tempat
penyelenggaraan acara-acara ini
l Jumlah peserta pada acara-acara ini
Forum kebijakan
l Jumlah roundtable atau forum lain yang
diselenggarakan lembaga think tank untuk
mendiskusikan isu-isu kebijakan saat ini
l Jumlah hadirin dan kehadiran para
pengambil kebijakan senior atau orangorang media penting yang ditargetkan untuk
hadirc
Hubungan masyarakat
l Jumlah artikel suratkabar yang ditulis
oleh ­staf atau artikel surat kabar yang
di ­dalamnya mengutip nama staf atau
­lembaga sebagai sumber informasi
l Jumlah panggilan telepon dari reporter ­dan
editor
l Jumlah artikel opinid yang dimuate
l Jumlah konferensi pers yang digelar;
jumlah ­berita yang dimuat di suratkabar dan
ditayangkan TV setelah konferensi pers
l Jumlah pemunculan staf di radio dan TV;
jumlah pemunculan terkait topik-topik
Sumber yang mungkina
Staf Teknologi Informasi
(TI) atau hubungan
masyarakat
Hubungan masyarakat,
berdasarkan informasi
dari pusat-pusat riset
Staf hubungan masyarakat,
berdasarkan informasi
dari pusat-pusat riset
Staf hubungan masyarakat,
berdasarkan informasi
dari pusat-pusat riset
269
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
Tabel 10-2 Indikator-indikator Kinerja dari Perspektif Kebijakan Publik
Lanjutan
Indikator
Publikasi
l Jumlah policy brief yang telah terbit; jumlah
yang telah dikirimkan kepada audiens sasaran
l Jumlah laporan yang diterbitkan; jumlah
cetakan yang didistribusikan
l Jumlah dan tempat review yang telah
dipublikasikan mengenai publikasi-publikasi
lembaga tersebut; buku-buku yang ditulis
oleh staf
l Jumlah desk copy yang diminta dosendosen universitas untuk peluang diadopsi
sebagai bahan kuliah
Sumber yang mungkina
Staf publikasi dan penulis
Siapa yang seharusnya mengirim informasi itu ke orang yang membuat indikator dan menyusun
laporan.
b
Beberapa lembaga think tank berpendapat akan bermanfaat juga bila menghimpun informasi tentang
kota dan negara asing tempat asal pengunjung yang mengakses situs.
c
Pemberitaan ini lebih baik dilakukan secara narasi atau kualitatif daripada dalam bentuk hitungan.
d
«Op-ed» adalah artikel opini yang ditandatangani oleh penulisnya. Disebut «op-ed» sebab artikel
tersebut dalam banyak surat kabar dimuat pada halaman yang berhadapan (opposite page) dengan
halaman yang berisi editorial atau tajuk rencana suratkabar tersebut.
e
Departemen hubungan masyarakat akan melihat gunanya menelusuri penolakan artikel op-ed yang
diajukan, jadi, departemen ini bisa mengetahui berapa sering sebuah suratkabar tertentu dicoba dikirimi
artikel op-ed. Tujuannya bukan untuk kelewat sering mengirim ke satu saluran keluar saja, sebab kebanyakan suratkabar ingin menghindari penerbitan terlalu banyak ulasan dari sumber yang sama.
a
● Aktivitas situs web. Semua hitungan ini menyediakan dua
jenis informasi bagi manajemen. Pertama, seluruh hitungan
ini merupakan indikator sejauh mana pesan dari lembaga
think tank itu sampai kepada masyarakat umum. Kedua,
seluruh hitungan ini menunjukkan efektivitas situs tersebut
secara keseluruhan: bila aktivitas hanya sedikit atau menurun
tajam, mungkin desain situs itu tidak bagus atau promosinya
payah.
● Seminar/konferensi dan hubungan masyarakat. Indikatorindikator ini melaporkan keberhasilan lembaga tersebut
dalam menyampaikan pesannya kepada dua audiens yang
sangat berbeda—penyelenggara dan peneliti dalam hal
270
MANAGING THINK TANKS
seminar dan konferensi, serta masyarakat umum dalam hal
aktivitas-aktivitas hubungan masyarakat. Secara umum,
semakin banyak aktivitas, semakin besar keberhasilannya.
Namun, tidak semua surat kabar merangkul pembaca dengan jumlah yang sama, apalagi jumlah pembaca lembaga
think tank; ada acara televisi yang lebih bergengsi dan lebih
banyak ditonton kalangan pakar daripada acara-acara lainnya. Jadi, banyak lembaga menambah hitungan ini dengan
daftar—majalah yang memublikasikan item-item spesifik,
penampilan di acara-acara televisi, konferensi dan seminar
dengan anggota staf sebagai penyajinya.
Walaupun umumnya pemunculan di televisi dan radio
memang diinginkan, informasi tentang pemunculan para tokoh lembaga think tank di Eropa Timur menunjukkan bahwa
sering kali para tokoh itu diundang karena mereka adalah
individu yang berwawasan luas dan pandai bicara, bukan
karena mereka adalah pakar mengenai topik yang sedang
dibahas (Struyk, 1999). Karena itulah, tabel ini memasukkan
dua indikator yang membedakan antara semua pemunculan
dan pemunculan yang mengedepankan penemuan-penemuan
penelitian kebijakan dari lembaga itu.
● Forum kebijakan. Efektivitas dalam kasus ini sangat bergantung pada siapa yang sungguh-sungguh hadir. Manajemen
harus memberikan pedoman bagi staf yang me-review daftar
hadir tentang siapa-siapa saja yang memenuhi syarat sebagai
“pembuat kebijakan senior” atau “orang media penting”.
Indikator-indikator tentang hasil (output) ini dapat dan harus
dilengkapi dengan informasi tentang biaya penyelenggaraan berbagai aktivitas ini.
Perspektif Klien
Perspektif ini memandang lembaga menurut persepsi penyandang dana utamanya, baik mereka adalah yayasan donatur, instansi
271
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
penyedia bantuan atau badan pemerintah yang mengizinkan
kontrak. Indikator-indikatornya terfokus pada unsur-unsur dasar
6
kinerja. (Lihat Tabel 10-3). Ukuran umum untuk sebab-musabab
para pendukung ini akan puas atau tidak puas dengan hasil pekerjaan lembaga think tank, sulit untuk ditetapkan. Kualitas penelitian
kebijakan adalah satu contohnya.
Dua indikator di bawah judul “kerja proyek” menunjukkan secara langsung kinerja inti sebuah lembaga dalam proyek-proyek
penelitian: apakah laporan-laporan itu diserahkan tepat waktu
dan biaya proyek yang dibebankan kepada klien masih dalam
batas-batas anggaran? Kecuali untuk keadaan-keadaan luar biasa,
terlambat mengirimkan laporan atau meminta dana tambahan kepada klien untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sudah ditentukan
Tabel 10-3 Indikator-indikator Kinerja dari Perspektif Klien
Indikator
Kerja proyek
l Persentase jumlah laporan yang tidak diserahkan
tepat waktu kepada klien dari semua laporan yang
diserahkan
l Jumlah proyek dengan biaya melebihi batas, (a)
total, (b) jumlah kelipatan dana-dana tambahan
yang diterima dari sponsor, dan (c) jumlah ketika
kelebihan batas itu dibiayai secara internal
l Persentase jumlah kontrak/dana bantuan dalam
12 bulan terakhir dari klien-klien lama dari semua
kontrak/dana
Lain-lain
l Distribusi skor evaluasi untuk seminar dan acaraacara pelatihan yang ditawarkan
l Kecenderungan jumlah hadirin per kursus dalam
kursus yang mewajibkan peserta membayar untuk
kursus-kursus yang selalu sama sepanjang waktu
l Jumlah publikasi yang terjual; cetakan rata-rata
per publikasi terjual (hanya berlaku untuk publikasi
yang ditawarkan untuk dijual, misalnya, sebagian
disponsori dan didistribusikan secara gratis)
a
Sumber yang mungkina
Para ketua tim
Kepala keuangan
Kepala keuangan
Ketua tim
Ketua tim
Kantor publikasi
Siapa yang akan mengirim informasi kepada orang yang membuat indikator dan menyusun laporan
272
MANAGING THINK TANKS
merupakan dosa besar dalam bisnis penelitian. Satu-satunya yang
lebih parah ialah menyerahkan analisis dan rekomendasi yang asal
jadi atau lemah secara teknis.
Tanda jelas pelaksanaan penelitian kebijakan yang bermutu
tinggi dan relevan ialah ketika para sponsor kembali mendanai
proyek-proyek baru untuk lembaga think tank yang sama. Namun,
salah satu syaratnya ialah bahwa bagian substansial dari semua
yayasan memiliki kebijakan yang melarang pendanaan berkelanjutan untuk lembaga think tank manapun. Jadi, dua atau tiga kali
dana berturut-turut masih mungkin, namun kemudian tidak boleh
dilakukan lagi sampai beberapa tahun. Inilah sebabnya masuk akal
bila mengadakan penelusuran “repeat sales” secara terpisah untuk
dana dan kontrak.
Indikator-indikator di bawah judul “lain-lain” mengukur kepuasan klien sehubungan dengan perilaku mereka. Namun, masingmasing indikator ini perlu ditafsirkan dengan cermat.
● Skor evaluasi seminar/pelatihan. Keikutsertaan akan dipengaruhi kualitas tawaran. Kecenderungan sesuai waktu sama
pentingnya dengan tingkat mutlak. Namun, presisi skorskor tersebut dapat berkurang akibat perubahan-perubahan
yang sepanjang waktu terjadi pada topik-topik yang hendak
dicakup dan komposisi staf pengajar. Jadi, yang paling baik
ialah menelusuri hasil-hasil ini kursus per kursus.
● Kecenderungan pada jumlah kehadiran dalam kursuskursus berbasis biaya. Indikator “uji pasar” ini cukup akurat
sebab menelusuri masing-masing kursus secara terpisah.
Namun, dalam menafsirkan indikator ini, harus diingat
bahwa pasar untuk kursus tertentu mungkin sudah jenuh
atau topiknya tidak lagi relevan. Contoh kejenuhan ialah
mengajarkan satu kursus untuk para bankir hipotek di sebuah
republik di Asia Tengah, di tempat yang volume pinjaman
hipotek sedang rendah-rendahnya. Setelah para bankir yang
saat ini bertanggung jawab atas pinjaman-pinjaman tersebut menyelesaikan kursus, ternyata permintaan yang ada
hanya sedikit. Satu contoh tentang berkurangnya relevansi
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
273
ialah mengajarkan kursus mengenai penyusunan anggaran
tahunan kotapraja di sebuah negara di Eropa Tengah; setelah
sebagian besar kotapraja selesai mengikuti kursus, permintaan anjlok. Untuk selanjutnya, di kotapraja-kotapraja tersebut dilakukan pelatihan di tempat kerja, dan para pejabat
keuangan kota pun siap untuk menerima kursus yang lebih
lanjut.
● Publikasi yang laku terjual. Sekali lagi, indikator-indikator
ini memberikan informasi berharga, namun harus ditafsirkan berdasarkan kemungkinan daya tarik judul baru. Semua
lembaga think tank cenderung menerbitkan buku-buku
untuk memajukan suatu posisi kebijakan (policy position),
atau terkadang demi prestise, alih-alih untuk menaikkan
pendapatan penjualan. Perubahan pada ramuan judul akan
sangat memengaruhi angka-angka ini.
Indikator-indikator dalam Tabel 10-3 dapat membantu para
manajer senior untuk memahami relasi dengan klien dengan lebih
baik. Meskipun demikian, manajer yang sama juga harus tetap berbicara langsung kepada klien utama terkait kinerja lembaga dalam
menunaikan suatu proyek dan mengomunikasikan hasil-hasilnya
secara umum.
Perspektif Bisnis Internal
Indikator-indikator ini terfokus pada relasi antara input dan
output (hasil), termasuk item persentase anggaran sebuah proyek
yang sudah dihabiskan sampai tanggal waktu proyek itu sudah
berjalan dan pendapatan rata-rata yang diperoleh melalui penulisan proposal diperbandingkan dengan biaya penulisan proposal.
Berbagai indikator yang ada dalam daftar Tabel 10-4 memberikan
gagasan kepada manajer senior tentang efisiensi setengah lusin
bidang operasi lembaga think tank. (Tabel sampel 5 sampai 9 dalam
Lampiran H adalah format untuk melaporkan beberapa indikator
ini.) Karena kerja merupakan persentase besar dari pengeluaran
total lembaga think tank, indikator-indikatornya sering mengguna-
274
MANAGING THINK TANKS
Tabel 10-4 Indikator-indikator Kinerja dari Perspektif Bisnis Intern
Indikator
A. Dasar
1. Ikhtisar belanja proyek-pengeluaran untuk tiap proyek,
dibandingkan dengan persentase belanja sampai hari ini
terhadap anggaran total versus persentase periode kerja
yang sudah dijalani
2. Hasil-hasil penggalangan dana: dana-dana yang diperoleh versus tujuan-tujuan per kuartal atau tahunan
3. Saluran proses pendanaan (pipeline) tim: pendapatan
kontrak yang belum dipakai/biaya kerja tim yang dibebani
4. Penggunaan staf oleh tim dalam tiga bulan terakhir
5. Penggunaan staf yang diproyeksikan untuk satu kuartal
ke depan
B. Proposal dan kemajuan
6. Penggunaan dana versus proyeksi pengeluaran dalam
setahun
7. Analisis efisiensi proposal
l Proposal yang menang versus proposal total (baik
berdasarkan jumlah maupun berdasarkan belanja
untuk pengembangan proposal)
l Biaya/proposal; pendapatan yang diperoleh (dolar)/
semua biaya proposal
l Nilai dana dan kontrak yang didapatkan/dana-dana
proposal yang sudah dibelanjakan
8. Penggunaan dana pengembangan program (berdasarkan inisiatif) -pengeluaran, diperbandingkan dengan
persentase belanja dari dana total yang dialokasikan
versus persentase dari waktu pengembangan total yang
terpakai
C. Sumberdaya manusia
9. Staf total /staf sumber daya manusia (SDM)
10.Jumlah pegawai baru /staf SDM
11. Jumlah staf baru SDM yang diminta merekrut/staf SDM
12.Jumlah staf yang keluar/staf SDM
13.Jumlah klaim asuransi kesehatan yang telah diproses/
staf SDMd
Waktua Sumber yang mungkinb
B
Bag. Akuntansi
B
Bag. Akuntansi
K
Bag. Akuntansi
K
K
Bag. Akuntansi
Ketua tim
K
Bag. Akuntansi
K
Bag. Akuntansi
K
Bag. Akuntansi
S
S
S
S
S
Bag. SDM
Bag. SDM
Bag. SDM
Bag. SDM
Bag. SDM
D. Akuntansi/pembiayaan
14.Jumlah proyek yang tidak ada tagihannya selama 60 hari B
lebih setelah masa penagihan berakhir
15.Jumlah proyek dan besar dana yang pembayaran di
B
muka tunai untuk itu tidak dapat dimintakan tepat waktue
Bag. Akuntansi
Bag. Akuntansi
275
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
Tabel 10-4 Indikator-indikator Kinerja dari Perspektif Bisnis Intern (lanjutan)
Indikator
Waktua Sumber yang mungkinb
16.Volume piutang berdasarkan jatuh tempo utang
17.Jumlah proyek yang sedang berjalan berdasarkan tipe
sponsor,f staf total dan per laporan
18.Jumlah proyek yang ditutup, staf total dan per laporan
keuangan
19.Jumlah perjalanan bisnis staf, staf total dan per laporan
keuangang
20.Jumlah anggaran untuk proposal-proposal yang telah
disusun, staf total dan per laporan keuangan
E. Manajemen kontrak
21.Jumlah kontrak dan dana yang sedang dikelola, staf total
dan per kontrak
22.Jumlah kontrak dan dana baru, staf total dan per kontrak
23.Jumlah kontrak yang ditutup, staf total dan per kontrak
24.Jumlah subkontrak yang dibuka, staf total dan per kontrak
25.Jumlah subkontrak yang ditutup, staf total dan per kontrak
F. Hubungan masyarakat
26.Jumlah artikel surat kabar oleh staf atau artikel yang
di ­dalamnya mengutip nama staf atau nama lembaga
sebagai sumber informasi: staf total dan per hubungan
masyarakat (Humas)
27.Jumlah artikel op-ed yang dimuat: staf total dan per
­Humas
28.Jumlah konferensi pers yang digelar; jumlah berita
­suratkabar dan TV pascakonferensi pers: staf total dan
­­
­ Humas
per
29.Jumlah pemunculan staf di radio dan TV; jumlah
­pemunculan yang memperbincangkan topik-topik
­program penelitian lembaga: staf total dan staf Humas
30.Jumlah policy brief yang dipublikasikan; jumlah yang
terkirim ke audiens sasaran: staf total dan per Humas
B
K
Bag. Akuntansi
Bag. Akuntansi
K
Bag. Akuntansi
S
Bag. Akuntansi
S
Bag. Akuntansi
S
Kantor kontrak
S
S
S
S
Kantor kontrak
Kantor kontrak
Kantor kontrak
Kantor kontrak
S
Kantor HuMas
S
Kantor HuMas
S
Kantor HuMas
S
Kantor HuMas
S
Kantor HuMas
B = bulanan; K = kuartalan; S = semitahunan
Siapa yang akan mengirim informasi kepada orang yang membuat indikator dan menyusun laporan
c
Persen waktu yang ditagihkan pada proyek versus tagihan overhead.
d
Ini adalah contoh salah satu tugas rutin yang harus dilakukan bagian SDM; dapat pula mencakup tugas-tugas lain.
e
Populasi dalam proyek-proyek hanya meliputi populasi yang memungkinkan pembayaran di muka
f
Desegregasi berdasarkan tipe sponsor berguna bila dana atau kontrak dari sponsor tertentu menghabiskan jauh
lebih banyak waktu untuk pengelolaannya daripada dana atau kontrak dari sponsor-sponsor lain
g
Di beberapa negara, misalnya Rusia, pembayaran per diem (harian) di atas pembayaran minimum yang sangat
rendah, dihitung sebagai pemasukan bagi orang yang melakukan perjalanan. Pemasukan ekstra ini harus dicatat
dan dibebani pajak-pajak, yang merupakan beban signifikan pada lembaga think tank yang sering sekali melakukan
perjalanan.
a
b
276
MANAGING THINK TANKS
kan rasio output tertentu (misalnya kontrak yang sedang dikelola,
jumlah artikel yang dimuat di surat kabar) terhadap jumlah staf
yang ditugaskan untuk fungsi tersebut.
Satu kolom tambahan pada tabel ini menunjukkan seberapa sering seharusnya manajemen me-review masing-masing indikator.
Indikator yang memerlukan pemeriksaan bulanan hanya sedikit
sekali, yaitu, indikator-indikator yang dipakai untuk memantau
aspek-aspek utama efektivitas keuangan lembaga—produksi penelitian yang masih dalam batas-batas anggaran dan penggalangan
dana. Kebanyakan indikator dalam tabel itu hanya perlu di-review
secara semitahunan.
Panel A dan panel B dalam tabel tersebut berfokus pada status
dan efisiensi operasi penelitian, termasuk penulisan proposal dan
pengembangan program.7 Walaupun banyak indikator dalam
panel-panel ini sudah jelas dengan sendirinya (self-explanatory),
ada beberapa yang perlu dijelaskan.
● A.3 Saluran proses pendanaan (pipeline) oleh tim: pendapatan kontrak yang belum terpakai/biaya kerja tim yang
terbebani. Ini termasuk salah satu indikator kasar mengenai
batas cakupan sebuah tim di masa mendatang. Kegunaannya terbatas sebab pekerjaan yang belum tergarap dapat
dibagi-bagi untuk jangka waktu yang pendek atau panjang.
Bila jangka waktunya panjang, maka tidak akan cukup untuk
mencakup semua staf yang ada sekarang. Pertimbangkan
contoh berikut ini, biaya tim yang dibebani adalah 20.000
dolar per bulan dan berikut ini dana-dana kontrak yang masih
tersisa:
Dalam contoh ini, bila tim membelanjakan dana-dana
itu secara merata selama jangka waktu kontrak, akan ada
kekurangan sekitar 1.600 dolar untuk bulan pertama. Tentu
saja masalah ini dapat segera diatasi dengan mempercepat
pengerjaan kontrak pertama (dengan lima bulan tersisa)
untuk menutup kekurangan itu. Namun, barangkali ada
batas-batas ketat untuk jumlah pekerjaan yang bisa di-frontload. Contoh tersebut menggambarkan mengapa indikator
ini harus ditafsirkan dengan sangat hati-hati.
277
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
Kontrak
1
2
3
Rata-rata
Sisa dana
$50.000
150.000
50.000
Sisa bulan
dalam kontrak
5
36
12
Dana rata-rata yang
tersedia per bulan
$10.000
4.200
4.200
18.400
● A.4 Penggunaan staf dalam tiga bulan terakhir. Bila staf
secara teratur membebankan waktu yang signifikan besarnya
pada rekening overhead, itu bisa menjadi isyarat bahwa tim
mengalami masalah dana lancar (coverage problems). Ketika sebuah laporan menunjukkan kecenderungan ke arah
ini, pihak manajemen harus mengatasinya bersama ketua
tim. Mungkin, dana-dana overhead hanya digunakan untuk
membayari waktu yang digunakan analis yang bekerja paruh
waktu. Harus ditentukan, apakah itu merupakan investasi
yang baik untuk dana-dana yang sebagian tergantung pada
seberapa cepat dana tambahan dapat diharapkan. (Mungkin
juga biaya-biaya overhead tersebut diperbolehkan jika ada
kegiatan setumpuk penulisan proposal, misalnya.)
● A.5 Penggunaan staf yang diproyeksikan dalam kuartal
berikutnya. Walaupun formulir standar boleh jadi bermanfaat dalam memandu diskusi, manajemen senior harus
mengadakan rapat dengan setiap ketua tim tentang prospek
tim mereka masing-masing. Ada saja informasi yang sulit
disampaikan secara tertulis. Contoh: para ketua tim harus
sering-sering melakukan pembicaraan dengan pihak sponsor.
Pihak sponsor akan turut menyumbangkan gagasan-gagasan
baik tentang potensi penggalangan dana bersama mereka.
Bila tampaknya tim akan mengalami masa-masa ketika
akan terjadi permintaan berlebih terhadap pekerjaannya,
perlu dirundingkan cara mendapatkan sumber-sumber daya
tambahan guna memenuhi beban puncak ini.
● B.6 Penggunaan dana-dana proposal versus proyeksi pengeluaran dalam setahun. Banyak lembaga think tank mengalami pola pasang-surut reguler dalam hal penggalangan
dana. Lembaga think tank dengan pekerjaan besar untuk
badan-badan pemerintah sering kali menjumpai sebagian
278
MANAGING THINK TANKS
besar kontrak—dan karenanya, sejumlah besar dari semua
penulisan kontrak—diselesaikan menjelang akhir tahun
fiskal pemerintahan tersebut. Pengalaman ini harus menjadi
dasar proyeksi pengeluaran untuk penulisan proposal agar
para manajer senior mengerti cara menafsirkan dengan benar angka-angka pada tarif pengeluaran dalam dana-dana
pengembangan proposal.
Panel C sampai panel F menerangkan efektivitas beberapa
tipe operasi penunjang: sumberdaya manusia, akuntansi/pembiayaan, manajemen kontrak, dan hubungan masyarakat. Tujuannya
menyediakan indikator-indikator bermakna bagi para manajer
senior tentang beban kerja dan produktivitas. Kebanyakan indikator mengukur produktivitas dari output per anggota staf. Dalam
mengomputasi anggota staf, gunakan ekuivalen purna waktu (fulltime equivalents—FTEs). Artinya, bila tiga orang mencurahkan
masing-masing setengah waktunya untuk urusan personalia, maka
nilai FTE-nya adalah 1,5 dan inilah nilai yang digunakan dalam
menafsirkan indikator-indikator tersebut.8
Walaupun jelas berguna, indikator-indikator dalam tabel itu
sendiri jauh dari memadai. Manajer-manajer yang sudah berpengalaman menawarkan empat nasihat umum tentang kiat menghasilkan informasi tambahan untuk menilai efisiensi operasional.
Bandingkan operasi lembaga Anda dengan operasi dari
lembaga serupa. Sekelompok direktur keuangan untuk beberapa
lembaga think tank besar di Washington, D. C. mengadakan pertemuan secara teratur untuk membicarakan isu-isu operasional.
Mereka berbagi informasi tanpa membocorkan rahasia lembaga
(misalnya, angka overhead). Bila mungkin, para direktur keuangan
di kota-kota dan negara-negara lain dapat mencoba menyelenggarakan perbincangan serupa tentang jumlah staf yang digunakan
dalam berbagai fungsi penunjang, misalnya, lengkap dengan upah
atau gaji mereka.
Dengarkan suara “klien dalam”. Manajemen senior harus
mendengarkan dengan serius keluhan staf tentang hal-hal seperti
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
279
kelambatan penggantian pembayaran untuk biaya perjalanan, keluhan yang dilaporkan staf dari kliennya mengenai keterlambatan
tagihan, kurangnya dukungan dalam memasang artikel di surat
kabar, atau penundaan dalam mengambil tindakan kritis tentang
urusan-urusan kontrak dari manajer kontrak.
Jangan menerima staf baru untuk masa-masa puncak. Hampir
semua fungsi penunjang memiliki irama musiman. Staf akuntansi
terutama mengalami tekanan saat tahun pembukuan lembaga
think tank itu berakhir dan berbagai pajak jatuh tempo. Manajer
kontrak akan kewalahan di akhir tahun pembukuan pemerintah
bila kontrak-kontrak baru harus diselesaikan dengan segera. Mereka yang bertanggung jawab atas segala aktivitas ini lebih memilih
punya cukup banyak staf agar dapat mengatasi masa-masa puncak
tanpa stres yang tidak perlu, namun pendekatan ini menyebabkan
jumlah staf berlebih (overstaffing) untuk sisa tahun itu. Manajer
senior harus menempatkan keluhan staf dalam konteks beban
kerja musiman tiap departemen dan harus ingat bahwa keluhan
dalam musim beban puncak mungkin memiliki makna berbeda
dan memerlukan respons berbeda dengan respons-respons yang
diungkapkan dalam masa santai.
Pantaulah semua kecenderungan. Untuk banyak indikator
dalam panel C sampai panel F, nilai-nilai mutlak sulit ditafsirkan.
Apakah 65 pegawai per anggota staf sumber daya manusia merupakan angka yang realistis? Kalau hanya angka ini saja, memang
sulit untuk ditafsirkan, namun jelas sekali bahwa lonjakan dari 65
menjadi 150 orang dalam dua tahun berarti staf SDM saat ini jauh
lebih sibuk ketimbang dua tahun yang lalu. Tidak jelas apakah
jumlah staf yang lebih banyak itu memang penting.
● Panel C. Sumber daya manusia. Umumnya, pegawai baru
dan pekerjaan baru lebih banyak menyita waktu staf daripada
meneruskan memakai pegawai lama. Akibatnya, perputaran
pekerjaan (job turnover) dan pertumbuhan staf memaksa
terjadinya beban kerja. Namun, rasio pegawai total terhadap
jumlah pegawai sumber daya manusia juga merupakan tolok
280
MANAGING THINK TANKS
ukur yang berguna sebab beban kerja SDM untuk asuransi
kesehatan, pemantauan cuti, penilaian kinerja, dan administrasi gaji meningkat seiring dengan jumlah staf.
● D.14 dan D.15. Kedua indikator piutang dagang ini adalah elemen terpenting ketika terjadi hambatan akuntansi/keuangan.
Jika piutang tidak dibayar oleh klien tepat pada waktunya,
maka kesehatan keuangan organisasi akan terganggu. Perlu
perhatian dan pengawasan kuat dari manajemen senior untuk
kedua indikator ini.
● Panel D. Akuntansi/pembiayaan, indikator-indikator lainnya. Untuk sebagian besar ukuran ini, ada gunanya melihat
beban kerja total dan beban kerja per anggota staf akuntansi.
Yang tidak tampak di sini adalah indikator-indikator yang
berkaitan dengan jumlah dan kompleksitas pengajuan berbagai pajak dan kontribusi untuk dana sosial, sebab pengajuan-pengajuan ini harus cukup konstan sepanjang waktu.
Bila tidak, maka tindakan yang tepat ialah menambahkan
indikator untuk mencakup pengeluaran tenaga ini.
● Panel E. Manajemen kontrak. Umumnya manajer kontrak
akan lebih sibuk bila ada kontrak baru dimenangkan dan
bila kontrak dihentikan daripada selama masa pelaksanaan
kontrak. Karena itulah indikator-indikator ini terfokus pada
kontrak-kontrak baru dan kontrak-kontrak yang dihentikan
(close outs). Begitu pula bila lembaga think tank mengadakan
subkontrak dengan lembaga lain, upaya substansial itu harus
pula terpantau. Kontrak-kontrak yang masih berlangsung
memiliki beberapa aktivitas dasar:
 meneruskan laporan kepada klien
 meminta izin untuk mengadakan subkontrak
 membuktikan bahwa pemilihan subkontraktor sudah
sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan
 menangani segenap perubahan dalam lingkup pekerjaan,
personel utama, dan ketentuan-ketentuan lain
Untuk alasan itulah, penelusuran jumlah total kontrak
yang sedang dikelola juga pasti berguna.
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
281
● Panel F. Hubungan masyarakat. Indikator-indikator efekti­
vitas kebijakan publik ini berpusat pada sejumlah peristiwa—
artikel-artikel yang dimuat di surat kabar, pemunculan staf
di radio dan TV, artikel-artikel op-ed yang dimuat—untuk
memantau produktivitas staf Humas tersebut. Karena upaya
dapat diarahkan pada salah satu sarana komunikasi ini,
indikator-indikator itu perlu dipertimbangkan bersamasama. Para manajer senior juga harus memahami betapa
kesulitan dalam melakukan berbagai jenis penempatan bisa
bervariasi. Para manajer harus pula senantiasa ingat bahwa
nilai indikator-indikator ini peka terhadap jumlah pekerjaan
yang diperkontrakkan, termasuk pekerjaan desain desktop
untuk policy brief, penyuntingan, surat-menyurat, bahkan
memekerjakan seseorang untuk menelepon guna mengurus pemuatan artikel-artikel tersebut. Perhatikan bahwa
indikator-indikator ini ditafsirkan dengan menggunakan
informasi yang sama seperti dalam Tabel 10-2 plus jumlah
staf yang bekerja di bagian hubungan masyarakat.
Informasi untuk menyusun daftar indikator dalam tabel itu
berasal dari banyak sumber. Masuk akal bila staf kantor direktur
akuntan menghitung indikator-indikator tersebut guna menjamin
konsistensi dan ketepatan waktu.
Perspektif Inovasi dan Pembelajaran
Indikator-indikator ini dirancang untuk memberikan informasi
kepada manajer-manajer senior tentang kinerja lembaga untuk
mendapatkan informasi terkini, terutama dengan memperkuat
kualitas staf, juga melalui perambahan lapangan baru atau
pekerjaan baru bersama kelompok klien yang baru. Kuncinya di
sini adalah kecenderungan atau arah gejala (trend), tapi review
perkembangan tahunan harus dapat menangkap semua kecenderungan itu.
282
MANAGING THINK TANKS
Banyak lembaga think tank mengisi kolom biaya overhead-nya
dengan daftar pelatihan staf dan bentuk-bentuk perkembangan
kelembagaan seperti memulai topik-topik baru dan meluncurkan
proyek-proyek percontohan.9 Untuk menilai penggunaan dana sudah optimal atau belum, manajer senior harus mengetahui apakah
dana yang tersedia untuk tahun itu sudah dihabiskan (item 3–5 dan
item 7 dalam Tabel 10-5).
Tabel 10-5 Indikator-indikator Kinerja dari Perspektif Inovasi dan
­Pembelajaran
Indikator
Pelatihan
1. Jumlah dan bagian dari staf yang menerima pelatihan
untuk pekerjaan/produk baru
2. Jumlah dan bagian dari staf yang menerima pelatihan
umum untuk meningkatkan kualifikasi profesional
3. Pengeluaran pelatihan staf overhead/staf total
4. Pengeluaran pelatihan staf overhead/staf yang dilatih
dengan dana-dana inib
5. Persen dana pelatihan staf overhead yang dikeluarkan
Perbaikan Staf
6. Jumlah staf baru yang dipekerjakan dengan keahlian
khusus untuk mengerjakan topik inovatif atau untuk
memperkuat tim
Sumber yang mungkina
Bagian staf dan ketua-ketua tim
Bagian staf
Bagian akuntansi
Bagian akuntansi
Bagian akuntansi
Ketua-ketua tim
Inovasi
7. Persentase dana overhead yang dialokasikan untuk
Bagian akuntansic
perkembangan kelembagaan yang dibelanjakan untuk
program-program inovasi
8. Untuk proyek-proyek percontohan yang sedang ber- Ketua-ketua tim yang mengelola
jalan, keberhasilan diperbandingkan dengan benchproyek-proyek percontohan
marks
Siapa yang akan mengirimkan informasi kepada orang yang menyusun indikator dan laporan.
Kecuali orang-orang yang dilatih melalui program-program penyandang dana, misalnya, tanpa biaya.
c
Informasi ini dimiliki bagian akuntansi hanya bila saat laporan aktivitas-aktivitas ini dimulai, bagian akuntansi diberitahu bahwa aktivitas tersebut termasuk klasifikasi ini.
a
b
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
283
Indikator-indikator pelatihan menelusuri jumlah dan bagian staf
yang menerima pelatihan dalam setahun dari beraneka sumber—
dari lembaga think tank itu sendiri atau dari berbagai lembaga
donatur. Ada baiknya memisahkan aktivitas pelatihan bersponsor
untuk meningkatkan kualifikasi individu untuk tugas-tugas baru
(misalnya, meningkatkan keahlian individu dalam ekonometrika
atau menyiapkan individu untuk menggarap topik baru seperti
ilmu ekonomi kesehatan).
Lembaga think tank sering kali menjumpai bahwa mempekerjakan orang baru dengan keahlian yang dibutuhkan lebih efektif
daripada mencoba melatih orang yang sudah ada dalam staf untuk topik baru. Sekali lagi, ada gunanya untuk selalu menelusuri
keputusan-keputusan perihal penerimaan pegawai baru ini untuk
memahami sejauh mana lembaga itu sanggup menyesuaikan diri
dengan permintaan-permintaan baru (item 6 dalam Tabel 10-5).
Terakhir, Tabel 10-5 memasukkan dua indikator dasar tentang
penggunaan dana-dana penunjang kelembagaan.10 Salah satu
indikator ialah bagian dari dana yang disediakan untuk tujuan ini
diambil dari biaya-biaya overhead yang dikeluarkan dalam setahun
terakhir untuk pengembangan program-program inovasi. Artinya,
sampai sejauh mana lembaga mempergunakan sumber-sumber
daya yang ada untuk tujuan ini sepanjang tahun lalu? Adalah
meragukan bahwa keberhasilan proyek-proyek percontohan akan
dapat disamakan dengan segelintir angka saja. Karena itu, hanya
perbandingan eksplisit dengan tujuan-tujuan yang sudah ditetapkanlah yang penting (indikator 8).11 Manajemen senior akan diharuskan mengadakan pertemuan dengan ketua tim terkait untuk
memeriksa perkembangannya. Indikator-indikator yang baik untuk
perkembangan yang positif selalu berhasil menerapkan proyek
percontohan dan kepentingan calon-calon sponsor pada topik yang
baru. Pendanaan aktual yang diterima adalah indikator kuat bahwa
pekerjaan itu dipersepsikan akan bermanfaat.
284
MANAGING THINK TANKS
RENUNGAN AKHIR
Banyak indikator telah disajikan untuk menelusuri kinerja dalam
lembaga-lembaga think tank. Sedikit sekali lembaga think tank yang
berhasil mengembangkan kumpulan indikator komprehensif, bahkan lebih sedikit lagi yang berhasil menghimpun indikator menjadi
laporan bagi pimpinan lembaga. Namun, untuk mengisi kebutuhan
ini, sudah sejak lama lembaga-lembaga think tank memiliki sistem
informal. Informalitas tidak menjadi soal, asalkan pemantauan bisa
berjalan dengan baik.
Sudah tentu setiap lembaga think tank itu berbeda-beda. Pimpinan pada setiap lembaga harus mengenali bidang operasional yang
sudah mereka kuasai informasinya dan bidang operasional yang
belum mereka ketahui. Kemudian, mereka harus menimbang potensi manfaat dari menghasilkan atau memilah-milah informasi
tambahan untuk “bidang-bidang yang sedang dipantau” itu terhadap biaya. Pertimbangan seperti itu mungkin akan melibatkan
manajer-manajer yang paling penting.
Bila para manajer menganggap diperlukan informasi yang lebih
banyak atau lebih baik, langkah berikutnya ialah mempertimbangkan pilihan untuk menghasilkan informasi itu secara regular dan
menentukan siapa yang akan menerimanya. Indikator yang ada
dalam daftar tabel-tabel di bab ini serta tabel-tabel contoh yang
ada dalam Lampiran H menunjukkan gagasan tentang informasi
paling relevan yang akan dihasilkan.
Pentingnya lembaga think tank untuk memiliki sistem-sistem
pemantauan yang mencakup semua aspek kritis dalam operasi
mereka, seperti ditentukan dalam lima perspektif yang dibahas di
atas, sulit untuk dilebih-lebihkan. Dengan sedikit imajinasi saja,
orang bisa menentukan sederet perkembangan yang—bila terlalu
lama dibiarkan tak terdeteksi—dapat mengganggu jalannya kinerja
lembaga atau bahkan mengancam eksistensinya. Manfaat pemantauan amat besar dan gamblang—bila sulit untuk diukur—dan
merupakan investasi yang baik.
Informasi yang Dibutuhkan Manajemen Senior
285
CATATAN
Penulis berterima kasih kepada John Rogers, wakil ketua senior;
Kathleen Courrier, wakil ketua untuk komunikasi; dan Bob Plannasky, wakil ketua, untuk diskusi terbuka mengenai praktik-praktik
pemantauan secara umum dan praktik-praktik spesifik The Urban
Institute. Beberapa sejawat di lembaga think tank lain, terutama
Galina Golenkova, direktur keuangan pada Institute for Urban Economics, juga memberikan nasihat dan komentar yang berharga.
1. Bacalah esai-esai dalam Harvard Business Review (1998),
sebagai contoh.
2. Tiga tahap perkembangan lembaga think tank yang sudah
dijelaskan dalam Bab 1.
3. Lihat penjelasan lengkapnya dalam Kaplan dan Norton
(1992).
4. Beberapa korporasi telah mendefinisikan sejumlah misi yang
tidak ada kaitannya dengan kepentingan utama klien mereka. Contoh: sejumlah korporasi yang terlibat dalam ekstraksi sumberdaya
alam selalu menyediakan sumberdaya signifikan dalam upaya mengurangi dampak aktivitas mereka terhadap lingkungan. Tentunya
orang bisa berargumen bahwa investasi sukarela oleh korporasi seperti ini dalam jangka panjang akan menghasilkan harga komoditas
yang lebih murah bagi para klien sebab mereka meramalkan untuk
pemenuhan peraturan pemerintah akan menelan banyak biaya.
5. Tabel contoh dalam Lampiran H menunjukkan format laporan yang dapat dipakai.
6. Tabel contoh 2–4 dalam Lampiran H menunjukkan formatformat laporan yang dapat dipakai.
7. Seperti dijelaskan dalam pengantar, banyak indikator kondisi
keuangan memang sengaja dihilangkan, sebab dapat dijumpai di
mana-mana. Salah satu indikator yang tidak dimasukkan tabel,
tetapi mungkin saja menjadi item prioritas ialah perbandingan per
kuartal pengeluaran overhead berbasis line-item dengan proyeksiproyeksi untuk tahun itu.
8. Alat lain untuk memahami efisiensi operasi intern adalah
286
MANAGING THINK TANKS
pembiayaan berbasis aktivitas (misalnya, menentukan biaya penuh
untuk tiap aktivitas). Ini bisa sangat sulit, sebab biaya banyak aktivitas tersebar di seluruh bagian lembaga, dan menciptakan satu
sistem operasi untuk menelusuri unsur-unsur ini dan menyatukannya menjadi biaya aktivitas yang berbeda-beda akan kompleks dan
mahal. Karena itulah, pendekatan ini umumnya tidak disarankan
bagi lembaga think tank. Beberapa contoh dari pembiayaan seperti
itu ada di dalam Bab 5. Lihat juga contohnya, Ness dan Cucuzza
(1995).
9. Lihat Bab 4 untuk diskusi tentang cara mengambil keputusan
dalam area-area tersebut.
10.Tabel sampel 10 dalam Lampiran H menunjukkan format
laporan yang mungkin untuk beberapa indikator.
11 Lihat Bab 7 untuk diskusi yang lebih lengkap.
11
Raymond J. Struyk
Tim atau Bintang?
Pilihan-Pilihan untuk
­ enyusun Staf Penelitian
M
M
engorganisasi kerja riset dan analisis sebuah think tank
secara efektif dan efisien adalah salah satu tugas terpen­
ting manajemen senior lembaga itu. Namun, pengorganisasian
kerja para peneliti dalam melaksanakan proyek lebih sering
merupakan hasil kebetulan historis semata, bukan keputusan
yang dipertimbangkan secara hati-hati. Saat lembaga think tank
mulai beroperasi, penekanannya adalah pada pemenangan proyekproyek, menyelesaikannya dengan baik, dan menggunakan hasilhasilnya untuk proses kebijakan. Kekuatiran tentang manajemen
dan keputusan-keputusan organisasi berada di belakang isu-isu
yang lebih mendesak. Kalau isu-isu manajemen lainnya, khususnya
manajemen keuangan dan staf, ditangani belakangan, masalah
penataan kerja penelitian kerap diabaikan karena pekerjaan itu
dilakukan menurut standar yang bisa diterima.
Lembaga think tank mungkin menghasilkan karya berkualitas
tinggi dengan pengaturannya saat ini. Namun, pekerjaan itu dapat
pula dilakukan lebih efisien dan dengan kepuasan staf yang lebih
besar jika manajemen mengambil suatu struktur alternatif bagi
beberapa atau seluruh analisis riset dan kebijakannya. Sekarang
mungkin menjadi waktu yang tepat bagi para manajer untuk mempertimbangkan kembali operasi mereka.
287
288
MANAGING THINK TANKS
Bab ini memiliki tiga tugas: menguraikan cara-cara alternatif
yang dapat dilakukan lembaga think tank dalam menjalankan riset,
memberikan informasi tentang beragam praktik yang dilakukan
lembaga think tank di dalam beragam lingkungan, dan memberikan
beberapa pedoman bagi para manajer lembaga think tank senior
untuk menilai apakah struktur mereka saat ini adalah yang paling
cocok dengan operasi-operasi mereka.
MODEL-MODEL ALTERNATIF
Barangkali tidaklah mengherankan, beberapa model nyata untuk
menyusun kerja analisis dan kebijakan telah muncul di antara lembaga think tank belakangan ini. Model-model ini didasarkan pada
wawancara dan observasi di tempat terhadap sekitar 30 lembaga
think tank di enam negara.1
Model-model ini dihasilkan dari interaksi kompleks dua aspek
yang berbeda mengenai bagaimana lembaga think tank menjalankan riset mereka. Aspek pertama mengenai cara riset diadakan.
Seseorang dapat membedakan antara dua model berikut:
● Model “bintang solo”. Menurut model ini, peneliti terkenal
dan berpengaruh pada dasarnya bekerja secara independen
dengan bantuan satu atau dua asisten peneliti. Riset yang
mereka hasilkan lebih sering bersifat “lunak”, dalam pengertian bahwa ia melibatkan manipulasi terbatas sekumpulan
data besar dan analisis statistik kompleks. Hasil-hasilnya
biasanya diterbitkan dengan nama sang bintang. Di Amerika
Serikat misalnya, lembaga-lembaga yang menjalankan pekerjaan bintang solo mempunyai para peneliti senior dengan
koneksi yang kuat dengan pemerintah, Kongres, dan akademisi.
● Model tim. Lembaga think tank yang mengandalkan kerja tim
cenderung melaksanakan proyek-proyek penelitian skala besar, evaluasi program, serta proyek-proyek demonstrasi dan
pilot. Pekerjaan lebih sering meliputi pengumpulan data asli
dan kerja lapangan lainnya; analisis statistik sering bersifat
Tim atau Bintang? Pilihan-Pilihan untuk M
­ enyusun Staf Penelitian
289
kompleks dan teliti.
Aspek kedua yang mempengaruhi model-model adalah struktur staf. Lembaga think tank mengandalkan baik staf purnawaktu
maupun beragam bentuk staf tambahan; mitra, yang biasanya
merupakan beberapa tipe paruhwaktu atau purnawaktu yang dibedakan dari rekan tamu yang dipekerjakan untuk proyek tertentu;
dan konsultan, yang disewa untuk bekerja pada proyek-proyek
khusus, sering bersama staf tetap pada think tank. Dalam konteks
ini, istilah “mitra” dan “konsultan” dibatasi pada proyek di mana
staf ini memiliki peran utama bagi kehidupan proyek; kecuali jika
fungsi konsultan atau mitra tersebut adalah memberikan nasehat
ahli yang spesifik bagi suatu proyek (sering disebut peran klasik
konsultan jangka pendek). Beberapa variasi dalam susunan ini
bisa dibedakan:
● staf tetap sangat dominan; beberapa peneliti tambahan
mungkin hadir namun bukan menjadi bagian integral dari
operasi lembaga
● staf tetap yang bekerja bersama konsultan
● staf tetap yang bekerja bersama rekanan
● campuran staf tetap, mitra, dan konsultan
Model-model yang telah diadopsi oleh lembaga think tank dalam
berbagai situasi tertera dalam Tabel 11-1 dan 11-2. Tabel-tabel tersebut berdasarkan informasi dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Tabel 11-1 menunjukkan susunan kepegawaian pada 10 lembaga
think tank tahap ketiga di Amerika Serikat dan Eropa Barat. Model
bintang solo, yang dipilih oleh 5 dari 10 lembaga think tank, benarbenar dominan. Model paling umum kedua, yang dipilih oleh tiga
lembaga think tank, adalah staf tetap yang bekerja bersama konsultan dan mitra. Menurut model ini, pekerjaan juga cenderung
diatur menurut model bintang solo daripada model tim.
Tabel 11-2 memberikan informasi tentang suatu kelompok
terpilih yang terdiri atas 37 lembaga think tank yang berlokasi di
empat negara di Eropa Timur dan Persemakmuran Negara-Negara
290
MANAGING THINK TANKS
Tabel 11-1 Organisasi Staf Penelitian Pada Think Tank Terpilih Tingkat Tiga
Think tank
Bintang solo
Think tank AS
American Enterprise Institute
Brookings Institution
Council on Foreign Relations
Center for Strategic and International
Studies
Heritage Foundation
Hoover Institution
Institute for International Economics
Urban Institute
Think tank Eropa
Center for European Policy
Stockholm International Peace
Research Institute
Tim
X
X
X
Staf dan
konsultan/
rekanan
Staf dan
rekanan
asing
X
X
X
X
X
X
Sumber: Struyk, Ueno, dan Suzuki (1993), tabel 4.1
Catatan: Informasi pada awal 1990-an
Merdeka (PNM/CIS). Pembahasan ini terfokus pada 21 lembaga
think tank dengan setidaknya tujuh peneliti penuh ––dengan kata
lain, bisa disebut lembaga tahap kedua. Dua puluh satu lembaga
think tank ini lebih memilih model staf penuh membentuk sedikit
staf inti dan banyak peneliti paruh waktu. Hanya dua dari lembaga
think tank ini––keduanya di Bulgaria–– yang melaporkan memiliki
lebih banyak peneliti paruh waktu daripada peneliti penuh.2 Dua
lembaga think tank ini melaporkan jumlah peneliti paruh waktu
yang amat banyak (70 dan 30). Inilah mengapa Bulgaria memiliki
jumlah rata-rata peneliti paruh waktu yang tinggi (kolom terakhir
pada tabel). Di tiga negara lainnya, jumlah rata-rata peneliti paruh
waktu berkisar 4 orang, sementara di Bulgaria 18 orang. Singkatnya,
di Eropa Timur dan wilayah CIS, lembaga think tank memilih model
yang menggunakan staf tetap secara dominan. Tidak ada informasi
X
Tim atau Bintang? Pilihan-Pilihan untuk M
­ enyusun Staf Penelitian
291
Tabel 11-2 Status Sewa Peneliti Pada Think Tank Terpilih di Eropa Timur
dan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka
Jumlah Lembaga Think Tank dengan Setidaknya Tujuh Peneliti Penuh
Negara
Armenia
Bulgaria
Hongaria
Rusia
Jumlah
l­embaga
think tank
yang diteliti
4
11
11
11
Total
Jumlah lembaga think tank
dengan staf penuh yang
lebih banyak dibanding staf
paruh waktu
Jumlah
rata-rata
staf paruh
waktu
1
6
5
9
1
4
5
9
5
18
3
8
Sumber: Struyk (1999), lampiran E-3
apakah organisasi-organisasi ini mengistimewakan model bintang
solo atau tim dari penelitian yang digunakan pada Tabel 11-2. Namun, observasi di tempat pada berbagai lembaga think tank ini
memperlihatkan bahwa model tim adalah yang dominan.
Meskipun informasi yang diberikan tersebut dapat menggambarkan praktik-praktik saat ini, ia tidak dapat menggambarkan
keanekaragaman model yang ada dalam praktik. Kenyataannya,
lembaga think tank menggabungkan dua rangkaian pilihan bagi
penelitian susunan kepegawaian––bintang solo versus tim, dengan penekanan yang bervariasi pada staf tetap––dalam bermacam
cara. Tabel 11-3 menampilkan pilihan-pilihan ini dan mengetengahkan pendapat penulis tentang seberapa sering model-model
yang bervariasi dipakai. Dua model yang paling umum adalah staf
tetap sangat dominan dan staf tetap dengan konsultan. Namun
keduanya memiliki varian bintang solo dan tim. Contohnya, di
antara lembaga tahap ketiga dengan staf tetap sangat dominan
atau bintang solo adalah Brookings Institution di Washington D.C.
Namun, The Urban Institute, juga di Washington D.C., menerapkan
struktur staf tetap sangat dominan/tim. Lembaga think tank yang
menerapkan struktur bintang solo mungkin menggaet rekanan atau
konsultan sekadar untuk memimpin proyeknya atau berkolaborasi
pada proyek yang sangat besar.
292
MANAGING THINK TANKS
Banyak lembaga think thank menggunakan struktur staf
tetap dengan konsultan karena struktur tersebut lebih fleksibel
untuk menyusun komposisi staf pada proyek-proyek khusus dan
menghindari tingginya biaya tetap yang disebabkan oleh banyaknya
staf permanen. Contoh dari Barat meliputi Center for Strategic
and International Studies dan Center for European Policy Studies.
Model ini sering dipakai di Eropa Timur dengan konsultan yang
sering memimpin tim-tim proyek (misalnya Center for Study of
Democracy di Sofia, sebuah lembaga think tank tahap kedua). Pada
kasus lain, kepemimpinan diselenggarakan oleh pemimpin tim staf
reguler, dan staf musiman/intermiten menyusun sebagian besar
anggota tim lainnya (misalnya Expert Institute di Moskow, sebuah
lembaga think tank tahap kedua).
Tentu saja, hanya sedikit lembaga think tank yang menerapkan contoh murni dari salah satu model ini. Urban Institute, yang
umumnya memakai pendekatan tim, juga memiliki mitra senior
yang biasanya menjalankan riset mereka sebagai bintang solo.
Sama halnya, Brookings Institution membentuk tim-tim riset untuk
melaksanakan proyek-proyek sangat besar – namun tim tersebut
cenderung dibubarkan saat proyek selesai.
Dua model terakhir, yang melibatkan penggunaan jumlah
ilmuwan tamu yang signifikan di dalamnya untuk menjalankan
proyek, secara umum agak jarang dipakai. Menyesuaikan kepentingan tamu dan jadwal dengan agenda lembaga think tank jangka
panjang selalu menjadi tantangan. Model-model ini bekerja dengan
baik ketika lembaga think tank memperoleh pendanaan inti yang
stabil dan jumlahnya signifikan dari badan pemerintah atau sumber
lainnya. Mereka tidak dibahas lebih dalam.
MODEL MANA YANG DIPILIH?
Para manajer seharusnya mempertimbangkan enam faktor
saat menentukan susunan terbaik untuk lembaga think thank
mereka.
Tim atau Bintang? Pilihan-Pilihan untuk M
­ enyusun Staf Penelitian
293
Jenis dan Ukuran Proyek
Semakin besar pembagian beban kerja lembaga think tank–
–yang terdiri dari evaluasi program, proyek demonstrasi dan
pilot, proyek pendampingan teknis, dan proyek-proyek lain yang
memerlukan pengumpulan data primer yang signifikan- semakin
kuat argumen bagi model tim. Model tim normalnya terdiri dari
staf-staf tetap agar ada ikatan dan penataan yang diperlukan
untuk mengelola proyek. Contohnya, suatu proyek percontohan
bersama pemerintah lokal untuk meningkatkan ketepatan-sasaran
program-program bantuan sosial yang dikelola secara lokal. Proyek
ini memerlukan tim merancang dan melaksanakan proyek-proyek
percontohan untuk kemudian melakukan implementasi atau proses
evaluasi dengan teliti guna menentukan apakah proyek percontohan
tadi berhasil. Sebuah tim yang terdiri dari enam profesional atau
lebih dapat disewa untuk suatu proyek lebih dari dua tahun.3
Sebaliknya jika lembaga think tank menekankan analisis kebijakan yang memanfaatkan data sekunder atau jumlah informasi
kualitatif yang terbatas, model bintang solo lebih tepat digunakan.
Jika analis membahas persoalan yang melibatkan kebijakan luar
negeri suatu negara, maka tugas-tugasnya akan meliputi tinjauan
literatur substansial dan barangkali menguji volume dokumen kementerian luar negeri internal. Wawancara dengan anggota elite
kebijakan dapat pula dimasukkan. Seorang asisten peneliti yang
cakap mungkin dapat memberikan dukungan yang memadai bagi
peneliti senior dalam mengerjakan proyek tersebut.
Jika rekanan dan konsultan begitu juga staf tetap dapat menjadi
bintang solo, kader staf senior perlu membantu untuk memberikan
kredibilitas lembaga think tank. Karena itu, model bintang solo
tanpa mayoritas anggota staf tetap jarang dijumpai.
Keragaman Beban Kerja
Semakin besar keragaman (positif dan negatif) volume total kegiatan atau distribusi kegiatan lembaga di antara berbagai topik yang
digeluti, semakin besar tantangan bagi manajemen institusi untuk
294
MANAGING THINK TANKS
menjaga kemapanan staf inti. Manajer harus berupaya menjaga staf
penuh tetap bekerja pada proyek-proyek yang sesuai saat beban
kerja/kegiatan rendah dan merekrut serta melatih staf tambahan
dengan cara yang tepat saat lembaga menambah kegiatan. Karena
itu semakin besar keragaman kerja, semakin kuat alasan memiliki
staf penuh yang jumlahnya terbatas, dan lebih mengandalkan pada
staf intermiten, mitra, dan konsultan.
Fleksibilitas Staf
Agenda lembaga dapat berubah secara substansial dari tahun ke
tahun karena pergeseran prioritas kebijakan negara dan kepentingan para pemberi dana, meskipun volume kerja total tidak banyak
berubah. Sejumlah staf tetap senior tetap perlu dipertahankan
dalam kondisi yang sulit ini. Pengetahuan kelembagaan, loyalitas
dan kontinuitas yang diberikan para analis tersebut merupakan
aset yang penting bagi lembaga.
Namun, persoalan pokoknya adalah kemauan dan kemampuan meraka untuk bekerja dengan efektif dalam topik-topik baru.
Keengganan peneliti senior untuk memindahkan fokus kerjanya
dari topik atau jalur analisis yang disukai sering menjadi persoalan
yang lebih besar daripada kemampuannya bekerja. Persuasi sensitif
dan panduan dari manajemen senior mungkin diperlukan guna
meyakinkan analis senior untuk melakukan perubahan dan tetap
berada dalam organisasi.
Pada umumnya, jika staf senior cukup fleksibel bekerja pada
topik yang berlainan, lebih beralasan untuk memiliki staf tetap
yang lebih banyak. Selain itu baik kiranya bagi manajemen senior
untuk menambah staf tetap mereka dengan para pakar untuk jangka
pendek agar mempertahankan kualitas analisis tetap tinggi pada
topik-topik baru.
Tim atau Bintang? Pilihan-Pilihan untuk M
­ enyusun Staf Penelitian
295
Konsekuensi Pajak dan Dana Sosial
Terdapat perbedaan biaya bagi lembaga think tank yang mempekerjakan orang yang sama menjabat sebagai anggota staf atau
konsultan. Hal ini terjadi di beberapa negara. Tanggung jawab
majikan untuk memotong gaji untuk pajak penghasilan pribadi
dan/atau memberikan iuran bagi berbagai dana sosial (misalnya
asuransi kesehatan, pensiun) pada kedua jenis pekerjaan/jabatan
tersebut memang berbeda. Konsultan biasanya relatif lebih murah bagi lembaga think tank dalam situasi ini. Supaya memiliki
nilai saing, lembaga think tank tidak mempunyai banyak pilihan
selain mempekerjakan konsultan sebagai sebagian besar dari staf
penelitinya.
Reputasi Lembaga
Kemampuan lembaga think tank memilih antara model-model
staf tetap, konsultan, dan tamu khusus akan bergantung secara
substansial pada reputasi lembaga. Semakin prestisius lembaga
think tank, semakin mudah baginya menarik analis atau peneliti
kebijakan senior untuk menjadi anggota staf paruh waktu atau
rekanan tamu. Jika lembaga tersebut telah menempatkan dirinya
di antara kelompok lembaga think tank terbaik di negaranya, menyewa sosok senior sebagai konsultan mungkin menjadi strategi
yang tepat karena menguatkan reputasi staf tetap dan lembaga.
Umumnya staf tetap mendapat insentif kuat untuk bekerja
dengan baik untuk membangun reputasi lembaga. Konsultan dari
luar biasanya memaksimalkan nilai upah per jam untuk penugasan
mereka dan karena itu mungkin kurang memberikan hasil kerja
yang patut dicontoh.
296
MANAGING THINK TANKS
Kasus-Kasus Khusus
Tanpa mengabaikan model dasar penyusunan riset dan analisis
yang dipilih manajemen lembaga think tank, kadang-kadang terdapat alasan yang bagus untuk membuat perkecualian terhadap
aturan tersebut. Misalnya, sebuah lembaga think tank yang memiliki tradisi kuat memakai pengorganisasian tim untuk risetnya. Jika
ia mempunyai kesempatan menarik seorang ilmuwan terkenal dalam suatu wilayah kepentingan khusus bagi agenda jangka panjang
lembaga think tank, namun sang peneliti memilih bekerja dengan
model bintang solo, maka layak bagi lembaga think tank untuk
mengakomodasi sang ilmuwan. Contoh lainnya, lembaga think
tank yang umumnya menerapkan model peneliti tetap penuh bisa
saja ingin menyewa staf senior paruh waktu bahkan intermiten saat
melakukan pekerjaan di wilayah baru. Dengan volume kerja yang
sangat tidak menentu dalam beberapa bulan pertama, fleksibilitas
ini mungkin diperlukan untuk menjaga inisiatif tetap hidup secara
finansial.
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN AKHIR
Kebanyakan lembaga think tank akan memeriksa dengan cermat susunan kepegawaian dan strategi struktur penelitian mereka
setiap beberapa tahun. Menyiapkan dengan hati-hati karakterisasi
lembaga pada masing-masing dari lima faktor pertama yang disebut
di atas dapat menjadi titik awal yang berguna bagi pertimbangan
ini. Berikut ini tiga nasihat lebih lanjut untuk hal itu.
Pertama, jangan sekadar berpikir tentang keperluan-keperluan
lembaga saat ini tapi juga tentang tujuan-tujuan organisasi yang
akan dicapai dalam beberapa tahun mendatang. Apakah lembaga
sedang berupaya pindah dari konsentrasi pada proyek pendampingan teknis ke proyek-proyek riset kebijakan? Apakah ia sedang
berupaya melakukan evaluasi proses atau implementasi programprogram pemerintah sebagai bagian substansial agendanya? Rencana-rencana ini seharusnya direfleksikan dalam pengembangan
struktur operasi penelitian.
Tim atau Bintang? Pilihan-Pilihan untuk M
­ enyusun Staf Penelitian
297
Kedua, bersikaplah fleksibel. Tidak perlu memakai berbagai
model tunggal sebagai struktur dasar menjalankan riset. Sebagaimana terlihat, lembaga-lembaga think tank besar di Amerika
Serikat dan Eropa sering memakai lebih dari satu model, tergantung
pada tugas yang dikerjakan. Saat diperlukan, model-model yang
berlainan sebaiknya digunakan agar pas dengan kondisi-kondisi
tertentu. Namun demikian, barangkali lembaga think tank perlu
memakai sebuah pendekatan umum tertentu bagi penyusunan risetnya, yaitu model yang diyakini efektif dalam kondisi operasi saat
ini, kecuali jika terdapat alasan yang bagus untuk mengubahnya.
Ketiga, bersikaplah kreatif. Contohnya, beberapa lembaga think
tank menemukan bahwa meskipun model staf tetap/tim umumnya
berhasil bagi mereka, tapi setiap tim tidak bisa benar-benar berdiri
sendiri. Umumnya, tim-tim peneliti lembaga membutuhkan bantuan pada aspek-aspek evaluasi atau analisis ekonometri, tapi tidak
membutuhkan staf ahli ekonometri bekerja penuh di lembaga. Jadi,
lembaga think tank mempekerjakan seorang ahli ekonometri yang
bertindak sebagai konsultan in-house bagi tim yang juga melaksanakan proyek-proyeknya sendiri. Pakar sampling dan survei juga
dapat bekerja lintas proyek.
CATATAN
1. Sebagian besar informasi ini terangkum dalam Struyk
(1993, 1999).
2. Survei juga menanyakan jumlah “staf-staf lain” yang di�maksudkan untuk melihat jumlah staf total yang terlibat dalam
penelitian (yaitu pewawancara dan konsultan). Informasi menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut tidak selalu dapat dipahami
sebagaimana maksud survei, dan jawabannya kadang melenceng
menjadi jumlah staf yang lebih banyak daripada jenis kelompokkelompok yang disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, informasi tersebut tidak disertakan di pembahasan ini.
3. Perhatikan bahwa meskipun anggota tim dapat melakukan
wawancara dengan para elit, tapi mereka tidak akan melakukan
298
MANAGING THINK TANKS
survei rumah tangga atau survei-survei lain yang berskala besar. Pakar sampling dan survei serta pewawancara yang akan
mengemban tanggung jawab ini. Namun, tim juga dapat bertanggung jawab mengelola proses survei untuk memastikannya memenuhi kebutuhan proyek.
12
Raymond J. Struyk
Menciptakan
­ emimpin-Pemimpin Tim
P
P
emimpin-pemimpin tim––manajer menengah penelitian
pada lembaga think tank––menjadi bagian terpenting
kedua setelah pimpinan lembaga think tank. Pemimpin tim, yang
sebutannya bermacam-macam menurut lembaga think tank-nya
masing-masing––direktur pusat, kepala departemen, manajer
divisi––memimpin kelompok peneliti yang terdiri dari mulai dua
atau tiga analis hingga lebih dari 20 orang. Pada departemen yang
besar, direktur proyek menyampaikan laporan pada pemimpin
tim.1 Segera setelah organisasi memiliki staf analisis setidaknya
10 orang, tim biasanya dibentuk dan pemimpin tim ditunjuk–
–kadang-kadang secara formal, kadang-kadang informal.2
Pemimpin tim terutama bertanggung jawab melaksanakan
proyek, namun tugas lainnya meliputi menjaga staf tetap bekerja
secara produktif, memelihara lingkungan kerja tetap positif, menjamin mutu laporan tetap tinggi, aktif dalam proses kebijakan, dan
mencari proyek baru. Peran pemimpin tim dapat digambarkan
memiliki empat elemen umum: menyusun tujuan, mengatur, dan
menyelaraskan tim sehingga dapat bekerja sebaik-baiknya; menyediakan sumber-sumber daya bagi tim; menghubungkan tim
dengan bagian organisasi lainnya; dan menjadi anggota tim yang
aktif.3
299
300
MANAGING THINK TANKS
Idealnya pemimpin tim pada lembaga think tank akan memikul
sekumpulan atribut yang berat. Mereka seharusnya:
● memiliki keahlian riset dan kebijakan yang solid untuk mengatur staf dan menjadi pemimpin dalam proses pengembangan
kebijakan;
● memiliki keahlian antarpersonal dan kepemimpinan kuat
yang sangat penting untuk mendapatkan hasil terbaik dari
tim;
● menjadi manajer proyek yang baik, yaitu mengetahui volume sumber daya yang diperlukan guna melaksanakan
suatu proyek dan bagaimana menjadwalkan serta mengatur
sumber-sumber daya ini secara efektif;
● memiliki keahlian organisasi yang kuat untuk menjaga tim
bekerja secara penuh dan produktif, mampu memenuhi
deadline, dan menjaga kualitas produk;
● efektif dalam memasarkan keahlian tim pada klien-klien yang
ada; dan
● inovatif dalam menilai kebutuhan klien yang sudah ada dan
klien baru, serta mampu mengidentifikasi isu-isu kebijakan
baru dan kegiatan-kegiatan yang ingin dicapai oleh tim.
Tidaklah mengherankan bahwa hanya sedikit pemimpin tim
yang unggul dalam semua area ini. Yang mengherankan adalah
hampir tidak ada lembaga think tank yang memiliki program pelatihan dan mentoring pemimpin tim guna menjamin mereka akan
bertindak efektif. Dalam situasi tertentu, peneliti yang tampaknya
terorganisasi dengan baik, cukup ramah, dan memiliki beberapa
selera pemasaran dipromosikan menjadi pemimpin tim. Dari hal
itu, pemimpin tim belajar dari praktik, dengan didukung presiden
atau direktur penelitian. Kebanyakan pemimpin tim akhirnya
mampu melakukan pekerjaan mereka sesuai standar yang pantas
namun banyak yang andilnya kurang signifikan bagi organisasi–
–terlalu bagus untuk ditugaskan kembali dan terlalu buruk dalam
memuaskan kebutuhan staf dan lembaga think tank mereka.
Lembaga think tank dapat meningkatkan keefektifan manajer
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
301
penting ini dengan terang-terangan mempekerjakannya bersama
calon pemimpin tim atau pemimpin tim baru pada serangkaian
tugas yang akan mereka emban. Bab ini memberikan langkahlangkah yang dapat diambil manajemen senior untuk membentuk
pemimpin tim yang efektif sesuai keinginan mereka, berdasarkan
praktik-praktik dalam industri swasta dan pengamatan terhadap
para pemimpin tim yang sukses.
Bab ini berbeda dari yang lain karena tidak menyajikan contoh
praktik-praktik lembaga think tank saat ini, bahkan praktik-praktik
dari organisasi tingkat tiga. Pada dasarnya ini tidak perlu dibicarakan karena lembaga think tank berkenaan dengan topik.
Presentasi telah diatur menjadi dua bagian. Yang pertama
membahas secara singkat kualitas pemimpin tim yang sebaiknya
dicari oleh manajemen senior dan bagaimana manajemen bisa
membantu pemimpin tim melakukan pekerjaan mereka dengan
lebih baik. Bagian kedua membicarakan serangkaian tugas yang
harus dilakukan pemimpin tim dan memberi petunjuk bagaimana
melakukan pekerjaan dengan efektif dan efisien.
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN SENIOR
Pemimpin lembaga think tank bertanggung jawab merekrut
pemimpin tim. Pada beberapa kasus, hal ini mudah karena kandidat
yang nyata sudah ada pada staf, biasanya dalam kelompok yang
akan dipimpinnya. Namun, sering diperlukan perekrutan dari luar
organisasi. Pada keduanya, perlu penilaian cermat menurut kriteria
jelas terhadap para kandidat. Ketika seleksi dilakukan, manajemen
senior dapat mengambil beberapa tindakan guna meningkatkan
kepastian pergantian pemimpin tim baru.
Memilih Seorang Pemimpin Tim
Terdapat banyak syarat bagi pergantian seorang pemimpin
tim. Kriteria yang berguna untuk menilai para kandidat tercantum
dalam Tabel 12-1. Ini menjadi perangkat kualifikasi yang diterima
302
MANAGING THINK TANKS
secara umum dan mencakup semua atribut pokok yang disebutkan
di atas. Tabel juga menunjukkan bobot relatif yang diberikan pada
atribut yang beragam. Nilai-nilai yang ditetapkan lebih subjektif
daripada kriteria mereka sendiri dan akan dijelaskan di bawah
ini. Namun, poin pentingnya adalah bahwa manajemen senior
seharusnya menentukan bobot pada seperangkat kualifikasi ini
atau kualifikasi yang serupa sehingga mereka dapat saling sepakat
dalam menilai para kandidat.
Bobot tertinggi telah ditetapkan pada pengetahuan substantif dan ketajaman kebijakan pemimpin tim. Di atas semua itu
pemimpin tim harus benar-benar menguasai topik yang dikerjakan tim yang sedang ia pimpin. Tanpa keahlian ini, tim mungkin
bekerja secara dangkal dan akan dipaksa belajar sangat banyak
mengenai pekerjaan itu. Pengetahuan yang cermat sangat penting
untuk memberikan kepemimpinan intelektual bagi seluruh anggota
tim.
Tabel 12-1 Bobot Yang Ditetapkan Bagi Atribut-Atribut Pemimpin Tim Yang Sangat Diperlukan
Bobot yang
ditetapkan
26
20
16
14
12
12
100
Atribut
Pengetahuan substantif - sangat familier dengan area topik, berpengalaman bertahun-tahun, memiliki pemahaman yang kuat akan
kebijakan
Keahlian antarpersonal - pemimpin dan mentor alami; menjadi
peserta yang produktif dalam rapat-rapat manajemen
Inisiatif dan visi - mencari peluang, memikirkan cara-cara memperkuat staf; baik dalam mengantisipasi perubahan-perubahan
dalam prioritas kebijakan dan keinginan klien
Terorganisasi dengan baik - berencana ke depan, tetap berjalan di
jalurnya serta memenuhi komitmen dan tenggat
Keahlian analisis - memiliki penguasaan ekonometri dan teknikteknik lain yang lebih rumit a
Potensi pertumbuhan - Kreatif secara intelektual dan fleksibel; tampak memiliki keahlian manajemen yang kuat
Nilai total
Diasumsikan bahwa semua kandidat setara dengan Ph.D. dari universitas AS atau pengalaman analisis yang cukup agar setara secara fungsional dalam ekonomi atau ilmu sosial lainnya
a
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
303
Namun, pengetahuan substantif tidaklah cukup. Kandidat juga
harus memiliki keahlian yang terjamin dalam arena kebijakan
yang relevan. Siapa pun yang pernah bekerja dengan peneliti akan
mengerti bahwa banyak peneliti merasa amat kesulitan membuat
hubungan yang kuat antara analisis mereka dan soal-soal kebijakan
khusus. Hanya sedikit peneliti yang berkembang dalam analisis
kebijakan yang kuat. Karenanya diperlukan keahlian kebijakan
yang nyata––dalam produk-produk tertulis dan dalam urusan
kandidat di arena kebijakan, dengan kata lain, mahir dalam mengajukan ide-ide pada para pejabat pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), dan pembuat undang-undang. Jika mungkin,
sebaiknya kandidat telah diakui sebagai pakar dalam komunitas
kebijakan. Seandainya kandidat belum mencapai level itu, pandangannya terhadap isu-isu kebijakan seharusnya kuat, tersusun rapi,
dan meyakinkan. Tulisan-tulisan kebijakan dan presentasi publik
memberikan ide-ide bagus tentang apa yang diharapkan.
Bobot terbesar kedua ditetapkan pada keahlian antarpersonal.
Ini mungkin terlihat asing dalam profesi di mana kualitas individu
seperti fasilitas teknis dan kemampuan melakukan presentasi
yang efektif sangat dihargai. Meski demikian, justifikasinya jelas:
pemimpin tim dengan keahlian antarpersonal yang buruk dapat
mengurangi produktivitas tim dan bahkan menghancurkan tim
dengan menyebabkan orang-orang yang kompeten pergi. Penulis
mengetahui lembaga think tank tahap kedua dan ketiga di mana hal
ini terjadi di dalam tim sebelum pemimpin lembaga memutuskan
bahwa benar-benar tidak ada alternatif selain memecat seorang
pemimpin tim kebijakan efektif yang meskipun kompeten secara
teknis, tapi menyusahkan bawahan-bawahannya. Bunkler, Kram,
dan Ting (2002) berpendapat, pemimpin sejati haruslah mudah
ditemui, mampu membangun semangat tim, dan memotivasi tim.4
Ini memerlukan tingkat kematangan emosional tertentu yang kerap
tidak ditemui pada diri analis muda. Namun, tipe kematangan ini
tidak sungguh-sungguh berkorelasi dengan usia.
Bagaimana manajemen mengumpulkan informasi tentang
keahlian antarpersonal kandidat untuk posisi pemimpin tim? Jika
304
MANAGING THINK TANKS
kandidat adalah staf lembaga think tank, seharusnya ada cukup
kesempatan untuk melakukan penilaian itu. Staf yang berpotensi
memiliki masalah keahlian antarpersonal adalah yang menunjukkan tanda-tanda seperti: suka menyendiri (memilih tidak bekerja
pada proyek tim atau keberatan membantu orang lain); selalu
mencela, apalagi jika celaan dilakukan tanpa tujuan yang konstruktif; atau menghindari tanggung jawab atas kualitas produk atau
dalam melakukan presentasi.
Kandidat luar lebih sukar dinilai. Namun, ada cara-cara mengumpulkan informasi di samping wawancara kandidat dengan
petinggi di lembaga think tank Anda. Berikut ini beberapa kemungkinannya:
● Tanyai staf atau ahli lain dalam bidang tertentu––yang dikenal oleh staf di lembaga think tank Anda dan pernah berada
di konferensi dan sidang pengolahan kebijakan bersama
kandidat––tentang gaya kandidat: apakah kooperatif dan
konstruktif, kompetitif, atau bahkan destruktif?
● Cek orang-orang yang pernah bekerja dengan kandidat.
Tanyakan tentang gaya kerja kandidat dan hubungan dengan
sesama rekan tim. Penyelidikan sering sulit dilakukan pada
staff di tempat kandidat tersebut sedang bekerja, namun
pengalaman di posisi sebelumnya juga relevan. Contohnya,
jika kita menanyai teman yang bekerja di lembaga lain tempat
kandidat tersebut pernah bekerja.
● Mintalah kandidat melakukan wawancara dengan dua atau
tiga orang yang akan menjadi timnya. Kadang-kadang kandidat akan menjadi sangat agresif dalam pertemuan ini, atau
menunjukkan sinyal jelas akan superioritas mereka. Kita
dapat mendeteksi tanda-tanda sifat negatif dari sini dengan
cara meminta umpan balik yang jujur dari staf Anda yang
mewawancarainya.
● Undanglah kandidat untuk memberikan seminar tentang
suatu topik yang berada dalam bidang keahliannya.
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
305
Tiga atribut berikutnya yang tertera dalam tabel diberikan bobot yang sedikit lebih kecil, namun ini menjadi faktor yang sangat
penting untuk dipertimbangkan. Mungkin terlihat aneh bahwa
keahlian analisis dalam kelompok ini diberikan bobot yang lebih
kecil. Namun, analisis ini mengasumsikan bahwa semua kandidat
memiliki gelar setara dengan Ph.D. dari universitas AS dalam
ilmu sosial.5 Mungkin dibutuhkan kecakapan ekonometri dan
kompetensi statistik, tapi banyak lembaga think tank menganggap
bahwa para kandidat dapat dibantu oleh orang lain yang memiliki
spesialisasi dalam bidang statistik. The Urban Institute misalnya,
memiliki seorang konsultan ekonometri in-house yang memberikan
pendampingan dalam masalah ekonometri atau melakukan analisis
yang diperlukan. Banyak lembaga think tank yang menugaskan
staf dengan keahlian khusus yang diperlukan tim atau menyewa
jasa konsultan yang berpengalaman dalam bidang itu. Singkatnya,
banyak syarat teknis yang dapat kita tentukan bagi pemimpin tim.
Namun, yang penting, seorang pemimpin harus memahami teknik
mana yang sesuai untuk mengatasi suatu masalah dan meskipun
berkaitan dengan suatu bidang keahlian tertentu, ia tidak perlu
menjadi seorang spesialis di bidang itu.
Oleh karena itu, pembahasan lebih berkonsentrasi pada kualitas yang ditunjukkan kandidat. Potensi pertumbuhan kerap sama
pentingnya dengan catatan kinerja hingga sekarang, khususnya bagi
kandidat pemimpin tim yang berusia muda. Tanda-tanda potensi
apa yang dicari? Penilaian potensi ini dalam praktiknya bersifat
subjektif dan rumit. Tabel 12-2 mencantumkan standar penilaian
potensi yang dihimpun bagi perusahaan pencari laba (Charan,
Drotter, dan Noel 2001). Kolom sebelah kiri mencantumkan atributatribut bagi orang-orang dengan potensi substansial, sedangkan
kolom sebelah kanan untuk orang-orang yang mungkin hanya
mengembangkan posisinya saat ini ke tingkat yang terbatas.
Standar yang disajikan dalam tabel itu hanyalah untuk memberi gagasan mengenai potensi yang dicari dari seorang kandidat.
306
MANAGING THINK TANKS
Tabel 12-2 Standar-Standar Penilaian Potensi
Potensi kepemimpinan substansial
l
l
l
l
l
l
l
Memperlihatkan lingkup keahlian
operasi, teknis, dan profesional yang
luas dan dalam
Memperlihatkan keahlian manajerial
yang baik
Menunjukkan keahlian kepemimpinan
yang sesuai dengan posisi pemimpin
tim
Secara rutin bekerja mengembangkan keahlian dan kemampuan baru
Menginginkan tingkat tantangan dan
peluang yang lebih tinggi
Menunjukkan minat dan energi yang
tinggi dalam kerja lembaga
Berorientasi pada keberhasilan
lembaga keseluruhan, bukan hanya
tim ini
Potensi kepemimpinan terbatas
l
Secara berimbang, memperlihatkan
keahlian operasi, teknis, dan profesional yang layak untuk level saat ini
l Menunjukkan sedikit upaya membangun keahlian baru namun menjaga keahlian saat ini tetap tajam
l Ingin tetap bersama lembaga
namun tidak menunjukkan banyak
minat untuk memikul tantangan
yang lebih besar
l Termotivasi untuk melakukan apa
yang dibutuhkan dalam pekerjaan
saat ini
l Memahami pekerjaan saat ini
l Terutama terfokus pada keberhasilan teknis
Sumber: Berdasarkan Charan, Drotter, dan Noel (2001), lihat 10.1.
Jelas bahwa standar tersebut lebih mudah diterapkan pada kandidat internal daripada kandidat eksternal. Bagi kandidat internal,
hasil-hasil penilaian kinerja di masa lalu dan diskusi dengan penilai
mereka menjadi masukan yang penting. Namun kandidat di luar
organisasi pun dapat ditanyai tentang minat mereka dalam manajemen, begitu juga mengenai keahlian mereka. Tanyakan pada
kandidat, misalnya, bagaimana mereka menangani tugas-tugas
tertentu, seperti merancang kerja tim, memikirkan arahan-arahan
baru bagi kerja tim, atau menyerahkan tanggung jawab pekerjaan
tertentu.
Akhirnya keputusan tentang siapa yang menjadi pemimpin tim
bergantung pada keahlian yang ditunjukkan (sebagaimana ditegaskan dalam Tabel 12-1) serta potensi pertumbuhan dan perkemban-
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
307
gan kandidat. Dalam membandingkan kandidat-kandidat alternatif,
cukup berguna jika dua atau tiga pemimpin lembaga secara eksplisit
menilai masing-masing kandidat, menggunakan perangkat faktor
yang sama. Kemudian, kelompok seharusnya membahas hasil penilaian dan menguraikan alasan terjadinya perbedaan-perbedaan.
Tidak ada yang mampu menghapuskan risiko membuat pilihan
yang buruk, tapi tinjauan kelompok terbukti efektif.
Mendukung Pemimpin Tim
Melakukan transisi dari seorang analis kebijakan yang produktif
menjadi manajer tim memerlukan perubahan yang tajam dalam
berpikir. Kebanyakan orang ingin terus melakukan hal-hal yang
mereka anggap baik dan mereka nikmati. Namun, pemimpin tim
yang baru harus belajar mengalokasi ulang waktunya––memindahkannya dari riset pada tugas-tugas manajemen. Sering kali hal
ini sulit bagi manajer yang baru pertama bekerja, yang diminta
mencurahkan energinya yang sedikit untuk pekerjaan berat yang
sukses mereka tetapkan. Mereka juga harus belajar menyerahkan
tanggung jawab daripada berupaya mengerjakan tanggung jawab
yang sangat banyak itu. Tabel 12-3 menguraikan dengan lebih
sistematis lingkup perubahan dalam keahlian, alokasi waktu, dan
nilai kerja yang terkait dalam pergeseran dari individu menjadi
pemimpin tim.
Karena mengalami perubahan besar saat menjadi pemimpin
tim baru, dukungan dari pemimpinan lembaga think tank terasa
penting. Bantuan tepat waktu berupa tugas-tugas baru dapat menyelamatkan pemimpin dan tim dari risiko frustrasi. Bagian ini
menguraikan secara singkat bagaimana para manajer senior dapat
memudahkan proses transisi pemimpin tim.
308
MANAGING THINK TANKS
Tabel 12-3 Perubahan-Perubahan Program Kerja Dalam Pergeseran
Dari Anggota Tim Menjadi Pemimpin Tim
Anggota Tim
Keahlian
l Keahlian teknis atau profesional
l Permainan tim
l Pembangunan hubungan untuk
keuntungan pribadi, hasil-hasil
pribadi a
l Pemakaian peralatan, proses,
dan prosedur perusahaan
Pemimpin Tim
l
l
l
l
l
l
l
l
l
l
Alokasi waktu
l Disiplin sehari-hari
l Memenuhi tenggat pribadi
untuk pengerjaan proyek
- biasanya manajemen
waktu jangka pendek dengan
mengambil lembur
Nilai kerja
l Memperoleh hasil-hasil melalui
kecakapan pribadi
l Menghasilkan kerja profesional
berkualitas tinggi
l Menerima nilai-nilai institusi
Perencanaan - proyek, anggaran, tim
Rancangan kerja
Seleksi anggota tim
Delegasi
Pengawasan kinerja
Pelatihan dan umpan balik
Imbalan dan motivasi
Komunikasi dan pembentukan iklim kerja
Membangun hubungan dengan atasan
dan bawahan dan dengan klien demi
keuntungan tim
Akuisisi usaha
l
Perencanaan tahunan dan bulanan ­anggaran, proyek
l Berikan waktu senggang untuk bawahan
- atas permintaan pemimpin tim sendiri
dan bawahan
l Menyusun prioritas tim
l Waktu komunikasi dengan bagian organisasi lainnya dan klien
l
Memperoleh hasil-hasil melalui orang lain
Keberhasilan anggota tim
l Kerja dan disiplin manajerial
l Keberhasilan unit
l Bersikap sebagai manajer
l Integritas yang nyata
l
Sumber: Charan, Drotter, dan Noel (2001), tabel 2.1
a
Item-item berkurang drastis saat seseorang menjadi manajer
Menetapkan Tugas dengan Hati-Hati
Skenario yang umum adalah anggota staf berkembang menjadi
analis kebijakan dan menjadi pemimpin tim di waktu mendatang.
Pemimpin lembaga think tank biasanya bertemu tim untuk me-
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
309
nyampaikan pengumuman dan menguraikan program kerja tim
serta prospek di bulan-bulan mendatang. Namun, pemimpin tim
baru akan kurang memahami secara detil tanggung jawab baru dan
tugas-tugas khusus yang harus ia laksanakan. Banyak lembaga think
tank tidak memiliki deskripsi pekerjaan tertulis. Kalaupun ada,
deskripsi tersebut cenderung bersifat umum. Pemimpin tim yang
baru diharapkan tahu apa yang harus dilakukan dengan mengamati
pemimpin tim lainnya terdahulu.
Pimpinan lembaga atau wakilnya dapat membantu pemimpin
tim baru dengan memberikan sebuah deskripsi pekerjaan tertulis
dan sebuah daftar tugas konkret tambahan yang menjadi tanggung jawab pemimpin tim. Daftar tugas seharusnya menentukan
seberapa sering tiap tugas perlu dilakukan. Tugas tersebut meliputi
menyusun proyeksi pencapaian staf per tiga bulan menurut bantuan dana dan kontrak yang ada dan diharapkan, laporan aktivitas
bulanan atas permintaan klien, kendali mutu atas laporan yang
dihasilkan, dan jadwal perjalanan bulanan anggota tim.
Di luar ini manajemen senior seharusnya peka terhadap apa
yang diharapkan dari tim. Pemasaran dan tambahan penghasilan
oleh tim tentu salah satunya. Target pendapatan dapat berasal dari
tagihan bulanan yang diperlukan guna mempertahankan ukuran
tim. Topik lainnya berkisar tentang gagasan pemimpin lembaga
mengenai arah masa depan kerja tim – yang akan secara langsung
mempengaruhi nilai jual dan keberlangsungan kerja pemimpin
tim.
Adanya kejelasan tugas-tugas yang diemban pemimpin tim
setidaknya memiliki dua keuntungan. Pertama, pemimpin tim
baru menjadi lebih paham sehingga tidak mudah dikejutkan oleh
adanya permintaan baru. Tugas tambahan tak terduga tidak menjadi soal jika pemimpin tim mengalokasikan waktunya dengan
hati-hati. Kedua, kejelasan tersebut membuat pemimpin lembaga
dan pemimpin tim paham mengenai rangkaian kegiatan inti yang
diemban pemimpin tim, sehingga memudahkan pengawasan kinerja pemimpin tim.
310
MANAGING THINK TANKS
Cara Membantu
Manajemen senior perlu memonitor kinerja pemimpin tim
dengan hati-hati selama enam hingga dua belas bulan pertama
dan memberikan umpan balik serta pelatihan untuk membantu
pemimpin tim melakukan transisi.
Mengawasi Kinerja
Manajemen dapat memakai sekumpulan dokumen untuk memonitor kegiatan tim; time sheet untuk mengecek alokasi waktu
yang dibebankan oleh tim dan pemimpin tim, target pencapaian
staf, catatan perjalanan yang terkait dengan proyek, dan peer review atas produk-produk tim. Selain itu, dilakukan diskusi dengan
pemimpin tim agar dapat menilai bagaimana pemimpin tim mengelola staf tim (perubahan dalam spesialisasi, pola-pola perjalanan)
dan apakah ia dapat memasarkan pelayanan tim dan organisasi
secara efektif. Sama pentingnya adalah umpan balik dari anggota
Boks 12-1 Contoh-Contoh Masalah Yang Dapat Dialami ­­
Pemimpin Tim
Masalah yang terkait hasil kerja tim
l Proyek tidak selesai tepat waktu dan/atau tidak sesuai anggaran
l Persoalan kendali mutu
l Perencanaan ke depan yang buruk berarti bahwa anggota tim sedikit bekerja atau bekerja
berlebihan
l Lemahnya hasil-hasil pemasaran
Perilaku tidak produktif dari pemimpin tim
l Penyalahgunaan wewenang dengan memperlakukan orang secara kasar
l Menilai berlebihan kemampuannya menyebabkan kesulitan untuk menerima pandangan
orang lain, muncul sebagai orang yang arogan
l Tidak percaya pada orang lain, terlalu memperhatikan detail-detail kecil dan hal-hal remeh,
tidak mendelegasikan tugas dengan baik
l Bekerja sendiri dan kurang mampu mengomunikasikan strategi
" Tidak stabil, kadang antusias dan esoknya berubah menjadi acuh tak acuh
l Ingin menyenangkan hati dan enggan menentang otoritas demi mendukung anggota tim
l Enggan mencoba hal-hal baru guna menyesuaikan dengan perubahan tren
l Terobsesi dengan detil-detil, terpengaruh dengan aturan dan prosedur, dan tidak fleksibel
l Tampak mendukung keputusan, namun kemudian berbuat semaunya. Mengabaikan permintaan tanpa memberi penjelasan
Sumber: Beberapa contoh di panel bawah berasal dari Dotlich dan Cairo (1999), 96.
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
311
tim tentang hubungan kerja, atmosfer dalam tim, produktivitas
tim, serta reaksi mereka terhadap gaya kepemimpinannya. Umpan
balik klien juga penting.
Masalah apa yang mungkin dihadapi? Ada dua kelompok
masalah yang dapat diidentifikasi: masalah yang terlihat dari hasil
kerja tim dan masalah yang lebih terkait langsung dengan gaya
kepemimpinan pemimpin tim. Contoh-contohnya tercantum dalam
Boks 12-1. Dua jenis masalah ini sangat berbeda tingkat kesulitannya dalam diidentifikasi dan diatasi.
Masalah yang terkait hasil kerja tim jelas merupakan bahaya
karena integritas lembaga think tank yang dipertaruhkan. Masalah
tersebut memerlukan perhatian segera. Pada prinsipnya manajemen seharusnya mudah mengidentifikasi masalah, kecuali masalahmasalah yang terkait dengan kendali mutu. Jika tidak ada peer
review dan pemimpin tim tidak berperan aktif dalam proses ini,
maka masalah kualitas produk penelitian tidak terdeteksi selama
beberapa waktu, hingga seorang klien mengeluh atau seorang
analis mengecam laporan. Asal tidak terkait masalah pemasaran,
penanganan masalah kualitas produk cukup gamblang, yaitu terutama dengan perbaikan organisasi kerja. Manajemen senior bisa
memberikan petunjuk bagaimana melakukan ini dan barangkali
menganjurkan pemimpin tim merengkuh seorang anggota tim
untuk membantu menelusuri jadwal guna menyelesaikan tugas
yang beragam.
Namun, perilaku tidak produktif lebih sulit diidentifikasi dan
diatasi. Manajemen lebih sulit menemukan perilaku tersebut karena mereka terlahir di dalam tim. Saat teridentifikasi, persoalanpersoalan tadi bisa saja berhadapan dengan koreksi ringan karena
lebih terkait dengan sikap dan kepribadian pemimpin tim, bukan
karena kurang waspada atau energi dalam menjalankan fungsifungsi manajemen penelitian dasar.
Charan, Drotter, dan Noel (2001) mengungkapkan beberapa cara bagi manajemen senior merintis keberhasilan transisi
pemimpin tim baru dari sebagai “kontributor” menjadi manajer
dan pemimpin. Tiga teknik berikut menjanjikan pencapaian yang
diharapkan:
312
MANAGING THINK TANKS
● Pahamilah bagaimana pemimpin tim mengalokasikan waktunya. Alokasi waktu memberi pemahaman yang baik untuk
memahami nilai yang diletakkan pemimpin tim pada setiap
kegiatan. Seharusnya banyak waktu dicurahkan untuk perencanaan, diskusi dengan anggota staf individu dan tim sebagai
suatu keseluruhan, serta pemasaran. Dibanding anggota tim,
pemimpin tim seharusnya tidak banyak menghabiskan waktu
untuk terjun langsung ke penelitian dan penulisan laporan.
● Dengarkan dengan saksama bagaimana manajer mengevaluasi para bawahan. Komentar negatif yang berlebihan
tentang anggota staf atau pendapat mengenai satu dimensi
kinerja patut mendapat perhatian.
● Lihatlah rencana-rencana yang dibuat pemimpin tim (dalam bentuk tertulis atau lisan) dari sudut pandang nilainilai. Rencana tersebut kerap mengungkapkan prioritas
manajer. Mungkin tim banyak mencurahkan waktu untuk
penelitian dan analisis––maka topik-topik tersebutlah yang
menjadi perhatian terbesar pemimpin tim––dan hanya
sangat waktu untuk pemasaran serta pelatihan anggota tim.
Mutu rancangan juga penting. Rencana yang kacau-balau
menandai pemikiran yang buruk atau nilai perencanaan
yang rendah secara umum, keduanya perlu mendapatkan
perhatian.
Saat persoalan yang signifikan teridentifikasi, bagaimana manajer senior dapat membantu?
Mulailah dengan Bos, Bukan Pemimpin Tim
Saat sebuah masalah terdeteksi, manajemen senior seharusnya
lebih dulu menguji tindakan-tindakannya sendiri terhadap tim
guna meyakinkan bahwa ia tidak turut menyumbang timbulnya
persoalan. Contohnya, pernahkah manajer senior:
● mengontrol pemimpin tim secara mendetail, mengirimkan
sinyal bahwa merekalah yang menangani penjadwalan
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
313
dan perencanaan serta menyisakan sedikit ruang saja bagi
pemimpin tim untuk mengupayakan inovasi dalam menjalankan tim?
● gagal mengomunikasikan harapan-harapan tim atau
pergeseran arah dalam kepemimpinan lembaga think
tank?
● kurang menyediakan sumber-sumber daya yang memadai
bagi tim dan karena itu mengurangi kemampuan tim menyelesaikan proyek tepat waktu?
● memberi tugas pada anggota tim secara individu, tanpa sepengetahuan pemimpin tim, sehingga dengan demikian mengurangi otoritas pemimpin serta mengurangi sumber daya
yang ada untuk melaksanakan penelitian dan analisis?
Kesadaran diri pada bagian manajer senior akan mencegah
mereka dari sikap meremehkan dan mengecilkan pemimpin tim
dan dapat mencegah konflik antara mereka dan pemimpin tim.
Pelatihan
Pemimpin tim baru nyaris tak terelakkan akan melakukan kesalahan. Pengawasan yang tepat memungkinkan identifikasi terhadap tindakan salah langkah sebelum menimbulkan masalah serius.
Tidak ada yang lebih baik daripada pelatihan satu orang kepada satu
orang, yaitu dari bos kepada pemimpin tim yang baru. “Pelatihan
merupakan bantuan personal yang diberikan untuk mengembangkan keahlian dan memperbaiki cara kerja orang-orang. Pelatihan
tersebut merupakan kegiatan praktis yang terkait dengan tugas hari
ini, bukan tugas mendatang.” (Leigh dan Maynard 1995, 141)
Literatur tersebut menguraikan proses umum bagi seorang
mentor (misalnya salah satu petinggi lembaga think tank) untuk
bekerja dengan seorang “klien” (pemimpin tim) saat masalah
teridentifikasi jelas. Proses ini diatur menjadi empat langkah dan
ada dalam lampiran bab ini, sehingga ia dapat berperan sebagai
sumber umum.
Pandangan lama melihat bahwa pemimpin diciptakan, bukan
dilahirkan. Hal itu sesuai dengan uraian yang diberikan di sini.
314
MANAGING THINK TANKS
Kebanyakan direktur lembaga think tank telah lama mempelajari
bahasan ini. Membentuk pemimpin tim yang efisien dan andal biasanya memerlukan investasi kuat yang signifikan dalam berbagai
jenis aktivitas yang diuraikan di atas. Meskipun mahal, investasi
tersebut biasanya memiliki tingkat hasil yang tinggi.
TUGAS-TUGAS PEMIMPIN TIM
Bagian ini memberi petunjuk bagi manajer tim tentang pelaksanaan beberapa tugas mereka. Tugas-tugas dibagi ke dalam tiga
kelompok: perencanaan dan pengontrolan penggunaan staf, pelaksanaan proyek, dan produktivitas staf.
Perencanaan dan Pengontrolan Pemakaian Staf
Pada riset atau proyek pendampingan teknis yang umumnya
dilaksanakan oleh lembaga think tank, mayoritas biaya digunakan untuk pemakaian staf. Terlepas dari biaya tambahan, yang
kebanyakan termasuk dalam upah per jam staf yang mengerjakan
proyek, biaya staf sering melampaui 70 persen dari biaya total.
Itu berarti bahwa pengontrolan pemakaian staf merupakan kunci
menjaga proyek tetap sesuai anggaran. Yang sama pentingnya
adalah memastikan bahwa tersedia pekerjaan bagi anggota tim
dalam bulan-bulan mendatang. Ini merupakan elemen terpenting
guna menjamin bahwa tim dapat terus bekerja pada levelnya saat
ini. Bagian ini secara singkat meninjau cara-cara pemimpin tim
menelusuri pemakaian staf selama pelaksanaan proyek dan menilai
cakupan tim di masa depan.
Menelusuri Pemakaian
Langkah pertama pemimpin tim untuk mengontrol tuntutan
waktu suatu proyek adalah menyiapkan rencana yang hati-hati
untuk melaksanakan proyek, yaitu dengan menganggarkan alokasi
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
315
waktu tertentu bagi setiap orang yang bekerja pada proyek tersebut.
Yang sama pentingnya adalah bahwa tugas yang harus dilakukan
seseorang dan waktu yang tersedia harus diberitahukan dengan
jelas kepada setiap anggota staf. Kemudian dilakukan kontrol
terhadap alokasi tugas tersebut. Beban waktu yang ditagihkan staf
dibandingkan mereka dengan kemajuan yang mereka capai dalam
menjalankan tugas.
Meskipun pemantauan tersebut tampaknya sederhana, banyak
proyek di banyak lembaga think tank, termasuk lembaga tingkat
tiga, mengalami masalah karena pemantauan yang buruk. Akibatnya biaya membengkak dan mengganggu kesehatan keuangan
lembaga think tank, bahkan terkadang sangat parah.
Mengawasi beban waktu lebih efektif daripada menelusuri
pengeluaran total, meskipun keduanya sama-sama penting. Pengeluaran total lebih sulit ditelusuri karena umumnya terdapat jeda
antara waktu terjadinya biaya dengan waktu penghitungan biaya
oleh akuntan dan pembuatan laporan biaya. Sementara, beban
waktu dapat dicatat segera setelah time sheet diserahkan.
Jika manajer tidak menelusuri pemakaian waktu terhadap
anggaran, staf yang menyadari bahwa dirinya tidak mampu memenuhi tugas dalam waktu yang telah dialokasikan––atau barangkali tidak memiliki proyek lain untuk dikerjakan––mungkin terus
meminta tambahan waktu bagi proyek tersebut dan menagih gaji
untuk tambahan waktu itu. (Diasumsikan bahwa staf menyadari
kalau ia melampaui alokasi waktu yang dianggarkan; meskipun itu
tidak selalu terjadi.) Karena kurangnya waktu, pemimpin tim dan
manajer senior sebaiknya memiliki suatu sistem yang memonitor
secara rutin beban waktu staf terkait proyek.
Tabel 12-4 dan 12-5 menggambarkan sistem manajemen waktu
di Institute for Urban Economics. Tiap tabel merupakan petikan
dari laporan bulanan yang lebih besar. Laporan yang disampaikan dalam Tabel 12-4 tersusun oleh jumlah proyek (kolom 2) dan
menunjukkan jam yang ditagihkan oleh setiap orang yang telah
mengerjakan proyek. Laporan berbasis proyek bagi pemimpin tim
dan manajemen dipakai untuk menilai pemakaian waktu untuk
proyek tertentu. Laporan yang dikutip dalam Tabel 12-5, di sisi
316
MANAGING THINK TANKS
lain, disusun oleh anggota staf, yang menunjukkan waktu yang
dibebankan pada setiap proyek di mana anggota staf dianggarkan
untuk menuntut waktu atau sebaliknya memiliki beban waktu.
Baris terakhir tiap anggota staf menunjukkan total seluruh proyek
di mana orang ini dapat meminta gaji atas waktu kerjanya. Ini
bertujuan membantu staf menjaga catatan waktu kerja mereka,
dan bagian keuangan memakainya untuk melakukan kontrol akhir
beban waktu di akhir bulan. Pada prinsipnya, setiap jam yang dituntut oleh anggota staf seharusnya terlihat dalam jumlah waktu
yang dianggarkan bagi orang tersebut yang tampak dalam laporan
ini.
Lihatlah laporan lebih teliti. Kedua laporan dipakai pada Agustus
2000. Kolom anggaran menunjukkan jumlah jam yang dialokasikan
Tabel 12-4 Tabel Kontrol Terhadap Beban Waktu Staf: Berbasis
Proyek
Karyawan
Proyek
Total jam
yang dihabiskan
Jam yang
Jam
dihabiskan dalam
bulan lalu anggaran
Sisa
10468-702-04
10468-702-04
10468-702-04
10468-702-04
10468-702-04
10468-702-04
10468-702-04
10468-702-04
10468-702-04
10468-702-04
4
448
145
88
60
366
89
11
596
1.807
4
32
7
0
0
32
4
0
24
103
346
778
346
259
86
518
173
173
1.123
3.802
342
330
201
171
26
152
84
162
527
1.995
Volodia Anopochkin 50039-000-00
Lena Belozerskaya 50039-000-00
50039-000-00
Elena Elagina
Galina Golenkova 50039-000-00
50039-000-00
Liza Levina
50039-000-00
Lena Makhova
50039-000-00
Ira Tolstova
50039-000-00
Victor Yashanin
50039-000-00
Tatiana Zykova
50039-000-00
Total
75
56
456
4
16
30
18
20
48
724
10
2
88
2
4
15
10
5
88
144
90
192
2.079
96
96
96
48
96
192
2.985
14
136
1.623
92
80
66
30
76
144
2.261
Vladimir Gasyak
Dima Gofman
Lena Khamova
Andrei Molchanov
Sasha Puzanov
Igor Rumiantsev
Lena Sedova
Ira Tolstova
Georgy Zadonsky
Total
Sumber: Petikan dari Institute for Urban Economics, Agustus 2000
317
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
Tabel 12-5 Tabel Kontrol Terhadap Beban Waktu Staf: Berbasis Staf
Karyawan
Proyek
Total jam
yang dihabiskan
Jam yang
Jam
dihabiskan dalam
bulan lalu anggaran
Sisa
10468-501-00
10468-503-00
10468-505-01
10468-703-04
10468-802-04
10468-807-04
20279-000-00
50029-000-00
OVH-019-10
OVH-019-23
48
176
732
40
64
223
40
209
16
8
1.556
0
28
40
8
32
16
16
16
8
4
168
86
346
950
69
69
864
40
208
16
8
2.656
38
170
218
29
5
641
0
-1
0
0
1.100
Tatiana Kutakova 10468-300-00
10468-300-01
10468-704-04
20019-000-00
20069-000-00
20279-000-00
OVH-018-30
OVH-019-01
Total
242
1.304
48
4
136
24
8
8
1.774
22
96
24
4
16
0
4
2
168
259
1.382
173
4
136
40
12
4
2.010
17
78
125
0
0
16
4
-4
236
Andrei Khakhalin
Total
Sumber: Tabel dikutip dari Institute for Urban Economics, Agustus 2000
bagi anggota staf untuk mengerjakan suatu proyek. Normalnya ini
berasal dari anggaran yang disiapkan untuk menentukan biaya
pelaksanaan proyek. Kolom “Total Baru” menunjukkan jumlah
jam yang digunakan selama Agustus. Kolom Sisa menunjukkan
sisa jam yang dipakai anggota staf. Demikian pula pada tabel 12-5,
baris pertama Andrei Khakhalin memperlihatkan bahwa ia awalnya
diberi alokasi 86 jam untuk proyek 10478-501-00, telah memakai
48 jam selama Juli, dan mempunyai 38 jam sisa pengerjaan proyek.
Jika pemimpin tim mengubah alokasi waktu staf yang bekerja pada
proyek tersebut, ia akan memberi tahu staf yang bertanggung jawab
menjaga catatan ini.
318
MANAGING THINK TANKS
Sistem tersebut gamblang dan menghapus ketidakpastian. Ia
diperbarui setiap bulan berdasarkan time sheet bulan sebelumnya. Lembaga think tank tentu perlu mempunyai laporan-laporan
yang disiapkan melalui komputer seperti yang telah ditunjukkan.
Namun, pemimpin tim tidak perlu menyimpan beberapa bentuk
catatan tadi guna menghindari pembengkakan anggaran proyek.
Perencanaan ke Depan
Perencanaan pemakaian staf di masa depan sama pentingnya
dengan pengontrolan pemakaian staf pada proyek-proyek saat ini.
Mengabaikan jenis perencanaan ini dapat menimbulkan beberapa
persoalan.
Kurangnya Perhatian Terhadap Pemasaran
Saat terlihat adanya kekurangan staf, tim seharusnya benarbenar aktif membuat proyek-proyek baru. Jika pemimpin tim
tidak menyadari terjadinya penurunan volume pekerjaan, masalah
keuangan yang serius mungkin timbul, yang barangkali menyebabkan organisasi harus mengurangi jam kerja sehingga staf bekerja
paruh waktu atau bahkan diberhentikan.
Kelebihan Beban
Di sisi lain, pemimpin tim mungkin menerima terlalu banyak
tugas. Meskipun situasi ini lebih menyenangkan dibanding masalah
keuangan, ia menciptakan persoalannya sendiri. Yang paling jelas
adalah tekanan terhadap staf agar bekerja ekstra keras untuk memenuhi semua syarat kontrak atau syarat dari donor. Kualitas dapat
menurun karena kondisi kerja yang penuh tekanan.
Kelebihan Beban Selektif
Dalam beberapa kasus, satu atau dua anggota utama tim
bertindak over-komitmen. Dalam beberapa tingkatan, biasanya
dimungkinkan mengganti staf kunci dengan staf lain, namun terdapat batasan-batasan tertentu. Sikap konsisten staf kunci untuk
319
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
menerima kelebihan beban dapat mendorong mereka untuk mencari lingkungan kerja yang lebih kecil tekanannya.
Manajemen senior tidak akan senang mendengar bahwa
pemimpin tim harus menghadapi berbagai situasi ini karena kelalaian perencanaan. Beberapa lembaga think tank menggunakan
proses proyeksi yang eksplisit untuk membantu pemimpin tim
menjalankan rencana ke depan mereka.
Tabel 12-6 menunjukkan suatu formulir yang biasa dipakai oleh
sejumlah lembaga think tank. Formulir dilengkapi setiap anggota
staf untuk tiga bulan mendatang. Bagian atas formulir menunjukkan proyek-proyek yang sedang dikerjakan. Bagian bawah adalah
untuk proyek-proyek prospektif yang biasanya proposal-proposalnya sangat bagus. Berdasarkan pengalaman terdahulu dengan klien
Tabel 12-6 Contoh Bagan Staf Perencanaan Ke Depan
Nama staf:
Departemen:
Periode:
Dilengkapi oleh:
Richard Jones
Pemerintah lokal
1April2001hingga1Juli2001
Andrei Suchkov
Bulan
Nama proyek
1
2
3
Total
hari
Proyek-proyek yang sedang berjalan
Pembuatan undang-undang tentang nirlaba 00127-00 10
00136-00 9
TA perumahan pemerintah lokal
19
Subtotal
8
9
17
2
9
11
20
27
47
Proyek-proyek yang diproyeksikan
TA penyampaian pelayanan LSM
Persiapan proposal
Bantuan ke Menteri Keuangan
Subtotal
3
2
5
8
5
13
8
8
16
8
2
26
24
21
30
19
19
20
73
60
Total
Pekerjaan sebenarnya/yang diproyeksikan
Hari kerja dalam bulan
Jumlah
proyek
OV
320
MANAGING THINK TANKS
atau diskusi dengan klien mengenai proposal-proposal tersebut,
pemimpin tim dapat meningkatkan peluang bagi proposal-proposal
itu, sehingga mendapatkan proyek tersebut dan bantuan dana atau
kontrak. Memperhitungkan cakupan anggota staf atas proyekproyek saat ini dan yang diharapkan memberikan pemimpin tim
penilaian yang realistis tentang situasi cakupan setiap anggota staf
untuk tiga bulan mendatang.
Tabel 12-6 menunjukkan bahwa anggota staf, Richard Jones,
mengerjakan beban kerja yang sangat baik selama tiga bulan pertama, yang dimulai pada April 2001. Sebenarnya selama dua bulan
pertama Tuan Jones menerima terlalu banyak pekerjaan (lihat dua
baris terbawah). Beban kerjanya akut, khususnya pada bulan Mei,
saat ia memiliki 11 hari lebih banyak dari hari kerja, tim seharusnya
memenangkan kontrak pendampingan teknis bagi penyelenggara
jasa LSM. Pemimpin tim seharusnya menggunakan informasi ini
untuk mencari anggota lain dalam tim yang dapat mengerjakan
salah satu proyek Tuan Jones, agar semua komitmen dijalani sepenuhnya. Pemimpin tim juga dapat mempertimbangkan upaya
mendapatkan izin dari klien untuk menunda tenggat beberapa
produk.
Siapa yang seharusnya mengisi formulir ini? Pengalaman
menunjukkan bahwa anggota staf sering kekurangan informasi
tentang proyek-proyek yang diusulkan. Sering kali mereka tidak
dilibatkan dalam pembuatan proposal ataupun diskusi tentang
kemungkinan menang. Jadi, mereka tidak berada dalam posisi
yang bagus untuk mengisi bagian bawah formulir. Ini biasanya
menimbulkan penggelembungan perkiraan beban kerja. Umumnya lebih mudah bagi pemimpin tim untuk melengkapi formulir
seluruh anggota tim. Proyeksi seharusnya dilakukan setiap tiga
bulan. Dalam lingkungan yang dinamis, di mana proposal-proposal
baru diserahkan secara rutin dan hasil-hasil yang lain diumumkan,
pembaruan yang lebih sering diperlukan supaya pemimpin tim
memiliki pandangan yang realistis tentang situasi.
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
321
Pelaksanaan Proyek
Lima tugas yang esensial bagi pelaksanaan proyek tercantum
dalam Boks 12-2. Siklus dimulai dengan menentukan tujuan
kebijakan­­––yang mungkin disebutkan atau tidak dalam kontrak
penelitian atau pendampingan teknis––dan strategi komunikasi
terkait (yaitu mengidentifikasi klien utama kebijakan dan bagaimana cara terbaik menyampaikan hasil-hasil secara efektif pada orang
atau kelompok ini). Dari kelima tugas, bagian ini memfokuskan
pada yang ketiga––penjadwalan proyek––tugas yang barangkali
pemimpin tim baru memiliki pengalaman paling sedikit.
Penjadwalan proyek merupakan pengaturan waktu pemakaian sumber daya ke dalam proyek. Penjadwalan pemakaian staf
Boks 12-2 Lima Langkah Pelaksanaan Proyek
1. Tentukan tujuan-tujuan kebijakan dan strategi komunikasi terkait
Buat pernyataan yang jelas tentang persoalan-persoalan kebijakan yang sedang ditangani,
Identifikasi orang-orang atau organisasi yang memiliki minat paling besar dalam isu dan
karena itu yang paling berniat menjadi «pemenang untuk perubahan», dan tentukan strategi
komunikasi untuk mencapai mereka. Bandingkan ini dengan syarat-syarat yang terdapat pada
kontrak dan/atau bantuan dana, dan damaikan perbedaan-perbedaan sebagaimana diperlukan.
2. Tentukan pendekatan analisis
Dalam suatu proyek penelitian, ini meliputi pembuatan hipotesis yang relevan, penentuan
sumber data untuk menguji hipotesis, dan menentukan analisis yang akan dilakukan. Untuk
proyek pendampingan teknis, tugas-tugas meliputi bekerja dengan klien guna menentukan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, mengidentifikasi perubahanperubahan legal yang diperlukan Jika ada, pilih pendekatan terhadap pelaksanaan pelatihan
dan/atau proyek-proyek percontohan, serta menilai hasil-hasilnya.
3. Jadwalkan proyek
Ungkapkan batas waktu proyek dan kejadian-kejadian penting yang berkaitan. Tentukan
siapa yang akan bekerja pada proyek dan pada hal apa. Jadwalkan perjalanan, acara-acara
pelatihan, seminar, dan semua laporan.
4. Kontrol kualitas kerja
Jadwalkan seminar-seminar awal, pertengahan, atau akhir proyek sebagaimana dibutuhkan.
Identifikasi peninjau dari lembaga sejenis (peer reviewer) dan berikan waktu untuk review ke
dalam jadwal.
5. Beritahukan hasil-hasilnya
Kirimkan hasil-hasilnya kepada klien dan pemerhati kebijakan primer (jika hasil-hasil ini
berbeda dan jika kontrak membolehkan penyingkapan hasil-hasil ke seseorang selain klien).
322
MANAGING THINK TANKS
sangat penting: pemimpin tim berusaha tidak membuang-buang
sumber daya dengan membiarkan peneliti kekurangan pekerjaan
dan memastikan tidak ada penundaan yang disebabkan oleh jumlah staf yang tersedia terlalu sedikit untuk bekerja pada titik-titik
kritis proyek tersebut. Selain itu, acara-acara pokok seperti survei,
seminar, dan tanggal penyerahan laporan harus dijadwalkan.
Sistem manajemen proyek yang rumit ini, yang kini kebanyakan terkomputerisasi, digunakan dalam industri konstruksi,
misalnya, untuk menjadwal subkontraktor, buruh, dan kedatangan
material di tempat kerja. Sistem ini jauh lebih rumit daripada yang
dibutuhkan oleh hampir semua riset, evaluasi, dan proyek-proyek
pendampingan teknis. Namun, pembuatan grafik-grafik sederhana
dan kejadian-kejadian penting terkait dapat menggunakan komputer dan sangat berguna untuk menuntun proyek-proyek.
Gambar 12-1 dan 12-2 memberikan contoh bagan-bagan
sederhana. Bagan tersebut dibuat oleh Urban Institute untuk
sebuah proyek pelatihan di Polandia. Proyek meminta kontraktor
menyiapkan studi-studi kasus untuk digunakan dalam pelatihan;
mengatur semua aspek pelatihan, termasuk menyewa dan memberi
uraian singkat pada para pelatih lokal yang memenuhi syarat; serta
memberikan pelatihan di banyak tempat dalam dua tahap utama,
dengan pelatihan lanjutan setelah pelatihan utama dalam setiap
tahap. Proyek berlangsung dalam jangka waktu singkat tujuh bulan,
yang memerlukan jumlah pelatih yang relatif banyak.
Gambar 12-1 menunjukkan pemilihan waktu pelaksanaan
masing-masing dari 12 tugas (panel atas) dan jadwal penyelesaian
dan penyerahan laporan (panel bawah). Gambar 12-2 kemudian
menunjukkan pemakaian staf yang terkait. Dalam proyek yang
agak sederhana ini, pelatih dan manajer proyek bekerja penuh pada
proyek itu, sehingga penjadwalannya relatif sederhana dibandingkan penjadwalan staf yang bekerja paruh waktu dalam masa
perpanjangan. Jika staf dijadwalkan bekerja paruh waktu selama
berminggu-minggu, pemimpin tim sebaiknya menjalankan perencanaan yang lebih detil dengan setiap anggota staf karena waktu
mereka dibutuhkan.
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
323
Bagan sederhana dari tipe ini mudah disusun dan diperbarui.
Ini menjadi perangkat yang tak ternilai bagi pemimpin tim dalam
mengatur kerja tim mereka, terutama saat berbagai proyek dikerjakan secara bersamaan.
Memaksimalkan Produktivitas Tim
Pemimpin tim baru menghadapi sejumlah. persoalan, Kenaikan
pangkat tentu disambut baik namun ia datang bersama tantangan,
khususnya bagi seseorang yang dipromosikan secara internal.
Kekuatiran terbesar yang kerap muncul adalah bagaimana menangani orang-orang yang sebelumnya adalah rekan atau teman
pemimpin tim. Bagaimana mereka akan merespons pemimpin baru
sebagai sosok otoritas terbuka menjadi pertanyaan terbuka dan
sangat bergantung pada tingkah laku pemimpin tim. Tantangannya adalah menjalankan wewenang sembari meningkatkan harga
diri setiap anggota tim.
Kerja tim mempunyai dua dimensi: tugas dan sosial. Elemen
tugas memusatkan pada pekerjaan yang harus dilakukan tim: mengumpulkan dan menganalisis data, membuat laporan, menyiapkan
dan menyelenggarakan seminar, atau dalam hal tugas pendampingan teknis dengan pejabat lokal atau LSM, melaksanakan proyek
perintis. Dimensi sosial adalah seputar bagaimana hubungan anggota tim satu sama lain dan keanggotaan mereka dalam tim (Rees
2001). Pemimpin tim harus memikirkan kedua dimensi itu dengan
perhatian seimbang. Jika dimensi sosial terabaikan, maka produktivitas tim dalam menjalankan tugas-tugasnya dapat terganggu.
Bagian ini pertama-tama akan membahas konteks menjadi
pemimpin tim saat ini, yaitu perubahan hubungan antara bos dan
karyawan yang terjadi di seluruh dunia. Setelah itu, bagian ini
membicarakan bagaimana pemimpin tim dapat menangani empat
isu spesifik yang menjadi kunci keseluruhan kinerja mereka.
324
MANAGING THINK TANKS
Gambar 12-1 Jadwal Kegiatan
Bulan
Kegiatan (Pekerjaan)
1
2
3
4
5
6
7
A. Penyelidikan Lapangan dan Item-Item Penelitian
Tugas 1. Awal Proyek
Tugas 2. Penilaian Kebutuhan/Program Kerja Akhir
Tugas 3. Seleksi Peserta Pelatihan
Tugas 4. Pemilihan Tempat
Tugas 5. Persiapan Materi Pelatihan
Tugas 6. Pelatihan Tim
Tugas 7. Persiapan Studi Kasus
Tugas 8. Pelatihan Tahap 1
Tugas 9. Pelatihan Tahap 2
Tugas 10. Pelatihan
Tugas 11. Karyawisata
Tugas 12. Evaluasi Pelatihan
B. Penyelesaian dan Penyerahan Laporan
1. Penilaian Kebutuhan/Program Kerja Akhir (Tugas 2)
X
2. Formulir Evaluasi Lokakarya (Tugas 8 dan 9)
X
3. Materi Pelatihan Tahap 1 dan Konsep Tahap 2
(Tugas 8 dan 9)
X
4. Materi Pelatihan Tahap 2 (Akhir) (Tugas 9)
5. Studi Kasus (Tugas 7)
6. Daftar Peserta Karyawisata (Tugas 11)
7. Laporan Evaluasi (Tugas 12)
kegiatan penuh
kegiatan paruh waktu
X
X
X
X
X
X
325
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
Gambar 12-2 Jadwal Waktu Bagi Personil Profesional
Nama
Posisi
K. Alison
Pelatih
Hak
pelaporan/
aktivitas
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah
hari
Pelatihan
37
M. Borkowska Pelatih; Lingkungan/
Ekonomi
Pelatihan
85
T. Driscoll
Pelatih; Air
Pelatihan
35
D. Edwards
Pelatih
Pelatihan
35
A. Eymontt
Pelatih; Lingkungan
Pelatihan
85
B. Ferrone
Pelatih; Jalan/Sekolah Pelatihan
35
G. Frelick
Pelatih
Pelatihan
45
A. Grzybek
Pelatih; Ekonomi/
Energi
Pelatihan
85
A. Law
Pelatih; Pengusahaan Pelatihan
35
M. Lebkowski Pelatih; Keuangan
Pelatihan
85
R. Marcola
Pelatih; Keuangan
Pelatihan
85
B. Markiel
Pelatih; Lingkungan
Pelatihan
85
R. Milaszewski Pelatih; Air/Ekonomi
Pelatihan
85
G. Mikeska
Pelatihan,
Manajemen
79
A. Muzalewski Pelatih; Ekonomi/
Sampah
Pelatihan
85
A. Pecikie
Pelatihan,
Manajemen
140
Pelatihan
35
Pelatih; Manajer
Proyek
Pelatih; Manajer
Proyek
326
MANAGING THINK TANKS
Gambar 12-2 Jadwal Waktu Bagi Personil Profesional (Lanjutan)
Nama
Posisi
Hak
pelaporan/
aktivitas
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
Jumlah
hari
F. Rosensweig Pelatih
Pelatihan,
Manajemen
27
B.Ruszkowska Pelatih; Lingkungan
Pelatihan
85
D. Wallgren
Pelatih; Sampah
Padat
Pelatihan
35
T. Wojcicki
Pelatih; Keuangan/
Jalan
Pelatihan
85
kegiatan penuh
kegiatan paruh waktu
Penuh: Pecikiewicz dan Ruszkowska (yang lainnya paruh waktu)
Hak pelaporan: akhir proyek
Lama kegiatan: 7 bulan
Mengubah Suasana Kerja, Mengubah Gaya
Kepemimpinan
Banyak organisasi berkembang dari organisasi yang sekadar
menyuruh dan memberi tahu stafnya, kemudian menjadi organisasi
yang melibatkan para staf dalam menentukan dan memutuskan bagaimana cara terbaik menyelesaikan tugas-tugas pokok. Perubahan
ini terutama tampak dalam industri pengetahuan, di mana karyawan terdidik meminta pergantian atas gaya kepemimpinan otoriter
yang lazim di Barat hingga 15 atau 20 tahun lalu. Akan tetapi di
Eropa Timur, Persemakmuran Negara-Negara Merdeka, kebanyakan negara Afrika, dan banyak negara di Asia, gaya kepemimpinan
otoriter masih kerap dijumpai.
Tabel 12-7 menyoroti perbedaan-perbedaan antara gaya
kepemimpinan tradisional dan peran yang lebih mempermudah
yang dipakai oleh organisasi-organisasi progresif. Terdapat perbedaan kontras antara gaya pengontrol, di mana arahan yang kuat
327
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
dan pemecahan problem oleh pemimpin menjadi unsure sentral,
dengan proses yang lebih terbuka, konsultatif, serta teliti, di mana
tanggung jawab dibagi secara lebih luas.
Alasan perusahaan-perusahaan mendorong manajer untuk
mengubah gaya mereka adalah jelas; gaya yang lebih inklusif dan
konsultatif menghasilkan produktivitas staf yang lebih besar dan
staf semakin betah. Para karyawan pada organisasi-organisasi tadi
memberikan kontribusi lebih banyak dengan memberi saran tentang bagaimana melakukan hal-hal, merasa lebih bahagia dengan
pekerjaan mereka, dan lebih mau menerima tanggung jawab tambahan serta bekerja lebih lama dan lebih keras (Leigh dan Maynard
1995; Rees 1999; Conger dan Benjamin 1999).
Namun, tugas dasar seorang manajer tidaklah berubah. Manajer mereka tetap melakukan empat tugas yang disampaikan di awal
bab ini. Perlu juga ditekankan bahwa manajer jenis fasilitator tidak
menyerahkan tanggung jawab terakhir tentang pembuatan keputusan. Dengan kata lain, dibanding gaya kepemimpinan tradisional,
gaya fasilitator lebih banyak berkonsultasi dengan anggota tim,
sehingga anggota tim dapat memberi informasi dan interpretasi,
namun pemimpin tim masih berhak membuat keputusan akhir.
Tabel 12-7 Karakteristik Gaya-Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan
Gaya pengontrol
l
l
l
l
l
l
l
Mengatakan
Menjual
Memerintah
Memutuskan
Memecahkan masalah-masalah
Menentukan tujuan-tujuan
Menggunakan wewenang untuk
menyuruh melakukan sesuatu
Sumber: Rees (1999), 55.
Gaya fasilitator
l
Mendengarkan
Menanyakan persoalan-persoalan
l Mengarahkan proses kelompok
l Melatih
l Mengajari
l Membangun konsensus
l Berbagi dalam penentuan tujuan
l Berbagi dalam pembuatan keputusan
l Menguasakan pada yang lain untuk
menyuruh sesuatu dilakukan
l
328
MANAGING THINK TANKS
Mengembangkan sebuah tim yang secara substansial “mengatur dirinya sendiri” adalah tantangan. Di negara dan organisasi di
mana gaya fasilitator merupakan sesuatu yang baru, pemimpin tim
mungkin kesulitan untuk mengumpulkan jenis masukan dan kerja
sama yang mereka cari dan yang dibutuhkan oleh gaya manajemen
ini agar menjadi benar-benar efektif. Sebaiknya hal itu dilakukan
selangkah demi selangkah. Pemimpin dapat mendorong partisipasi
anggotanya dengan meminta pendapat dan ide-ide serta menjadi
pendengar yang baik bagi mereka. Dengan demikian, lebih banyak
tanggung jawab yang dapat diserahkan ke bawah. Lama-kelamaan
gaya yang masih baru baru itu akan menjadi kebiasaan sehari-hari
dan staf akan lebih sungguh-sungguh berpartisipasi.
Pengalaman mengungkapkan bahwa terdapat beberapa tanda
yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang disampaikan
di atas (dan yang diulas lebih dalam di bawah ini) berjalan dan
bahwa semangat tim yang positif muncul (Leigh dan Maynard
1995, 105). Tiga hal ini memiliki aplikasi khusus bagi tim-tim riset
dan analisis dan tim-tim yang sedang menjalankan proyek-proyek
pendampingan teknis di lembaga-lembaga think tank.
● Hubungan saling mendukung. Staf saling membantu dalam
berbagai hal. Ini meliputi berbagi informasi dan sumbersumber lain, demikian pula membantu langsung penyelesaian tugas, seperti sukarela membacakan laporan konsep.
● Investasi personal. Anggota tim “mengambil pemilikan” kerja
tim. Mereka merasa bertanggung jawab langsung terhadap
mutu kerja dan mau bekerja melebihi upaya kerja rutin untuk
mencapai tujuan tim.
● Dorongan permisif. Anggota tim umumnya bereaksi positif
terhadap ide-ide baru yang diutarakan oleh teman-teman
mereka tentang bagaimana mengerjakan pekerjaan atau
proposal tentang bidang-bidang kerja baru. Budaya “ya” lebih
menonjol daripada “tidak”; kecemburuan terhadap orang
yang memiliki ide-ide baru cenderung diminimalkan.
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
329
Suatu tim yang memperlihatkan sifat-sifat ini akan efektif
dalam pekerjaannya dan menghargai para anggotanya seperti
menghargai sebuah tempat kerja.
Membuat Pekerjaan dalam Kelompok Menjadi Menarik
Seorang pemimpin tim bisa merancang posisi-posisi yang ia
kontrol, khususnya staf yang lebih senior, dengan cara-cara yang
membuat mereka lebih atau kurang menarik. “Menarik” berarti
memiliki ruang gerak yang relatif luas dalam empat dimensi.
● Rentang kontrol menunjuk pada sumber-sumber daya yang
tersedia bagi analis. Kita kerap berpikir bahwa seorang analis
senior membutuhkan seorang asisten peneliti. Namun ada
masukan-masukan penting lainnya yang potensial––jasa
sekretaris, nasihat dari ahli ekonometri kawakan, dan jasa editorial––yang telah ada. Seorang analis senior yang memiliki
sumber-sumber daya yang siap panggil, barangkali setelah
rapat perencanaan dengan kepala bagian, dapat menggunakannya sehingga memudahkan kerja suatu proyek.
● Rentang akuntabilitas merupakan jangkauan kompromi
yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja seseorang. Seperti
tertera dalam Bab 2, pencarian dana, kualitas dan kuantitas
penelitian, tingkat keberhasilan dalam arena kebijakan,
dan kinerja dalam mengelola proyek-proyek (tepat waktu
dan sesuai anggaran) menjadi yang terpenting bagi staf
senior. Lebih besar fleksibilitas dalam menilai kinerja lintas
tiga dimensi ini, staf lebih mampu mengejar satu bidang di
tahun ini dan bidang lain di tahun berikutnya, yang dengan
demikian memaksimalkan kepuasan kerja mereka dan nilai
mereka terhadap organisasi.
● Rentang pengaruh memusatkan pada peran anggota staf
dalam kelompok dan organisasi keseluruhan. Jelasnya,
semakin besar peluangnya memberi masukan-masukan ke
330
MANAGING THINK TANKS
dalam persoalan-persoalan analisis, isu-isu kebijakan, dan
keputusan-keputusan manajemen, maka pekerjaan akan
menjadi lebih menyenangkan. Karena itu, pemimpin tim
dapat terang-terangan mencari masukan dalam menyiapkan
penilaian kinerja; peer review menjadi area nyata lainnya
untuk meminta staf berpartisipasi.
● Rentang dukungan menunjuk pada jumlah bantuan individu
yang dapat diharapkan dari bagian organisasi. Saat menyiapkan sebuah proposal, apakah bagian keuangan menghasilkan anggaran tepat waktu dan bersikap kooperatif? Apakah
proposal diperiksa dengan cepat manajemen atas sehingga
krisis-krisis dapat dihindari? Apakah bagian akuntansi menangani faktur-faktur secara profesional untuk menghindari
perpindahan klien analis? Yang jelas, bagaimana tugas-tugas
ini dilakukan memiliki dampak substansial bagi kepuasan
kerja.
Penetapan Tujuan
Para ahli tentang manajemen tim menekankan pentingnya
tim memiliki tujuan-tujuan yang lebih dari sekadar penyelesaian
tugas-tugas proyek (Rees 1999; Leigh dan Maynard 1995). Tujuan
menjadi tema pemersatu bagi pekerjaan berbasis proyek, membantu mengarahkan pekerjaan tim dari hari ke hari, dan dapat
menjadi sangat penting dalam menghasilkan jenis kepaduan tim
yang diutarakan di atas. Menetapkan tujuan secara cerdas dapat
memberikan peluang lebih besar bagi kesuksesan pelaksanaan
proyek-proyek, karena staf melihat penyelesaian setiap proyek
sebagai pembangunan sesuatu yang lebih penting. Singkatnya,
tujuan-tujuan menjadikan visi umum yang memandu kerja tim
lebih konkret dan bahkan mengilhami upaya tim. Visi merupakan
gambaran besar apa yang diinginkan tim. Tujuan merupakan
langkah-langkah untuk mencapai visi.
Sebuah contoh akan menggambarkan ide-ide ini. Pada akhir
1990-an, visi penuntun dari International Activity Center di Urban
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
331
Institute adalah agar menjadi penyedia layanan paling efektif untuk
layanan pendampingan teknis dan nasihat kebijakan mengenai
isu-isu pemerintahan lokal, keuangan, dan pendampingan sosial
terhadap ekonomi transisi. Dalam pengembangan strategi untuk
mewujudkan visi ini, International Activity Center memahami
bahwa ia harus menyelesaikan beberapa tugas yang ia tetapkan
sebagai tujuan. Salah satu tujuannya adalah mengembangkan
kapasitas untuk memenangkan kontrak kerja dengan pemerintah
nasional dan lokal dalam ekonomi transisi mengenai isu-isu pokok
yang meliputi peningkatan hubungan fiskal antarpemerintah,
penguatan kapasitas pemerintah lokal sebagai manajer fiskal dan
perancang serta penyampai layanan terhadap rakyat mereka, serta
perbaikan transparansi operasi-operasi pemerintah dan kepekaan
respons pemerintah lokal terhadap rakyat mereka.
Namun, jelas bahwa untuk merealisasikan tujuan ini, tujuan
lain juga harus tercapai: kelompok harus mengembangkan persekutuan kerja dengan lembaga think tank lokal yang sama-sama
bersaing untuk mendapatkan proyek-proyek dan mengerjakannya
sesuai kontrak. Kerja sama The Urban Institute dan lembaga think
tank lokal dapat efisien karena adanya perpaduan keahlian lokal
dan internasional, dan dapat kompetitif karena pencampuran struktur biaya dua organisasi. Namun, sebagai tambahan, kerja sama
adalah baik untuk diri sendiri karena ia meningkatkan kapasitas
institusi-institusi lokal untuk bekerja dengan pemerintah lokal di
masa depan.
Untuk mencapai tujuan ini, The Urban Institute membentuk
dan mempertahankan Transition Policy Network, sebuah jaringan
lembaga think tank di Eropa Timur dan Persemakmuran NegaraNegara Merdeka. Pada 2001, Network beranggotakan sembilan
lembaga think tank di wilayah tersebut––masing-masing satu dari
sembilan negara––plus The Urban Institute.
Agar berguna di level praktis, tujuan-tujuan ini harus dibuat
operasional. Kemajuan pada tujuan pertama diukur oleh pembagian
kontrak sebagai hasil dari persaingan tim. Untuk tujuan kedua,
target ditetapkan untuk menciptakan kerja sama dengan sejumlah
negara tertentu selama dua tahun.
332
MANAGING THINK TANKS
Dalam contoh ini, sebuah visi dan tujuan-tujuan memberi
struktur pelapis pada kegiatan harian. Pemimpin di kebanyakan
lembaga think tank memiliki visi dan tujuan yang implisit, namun
penting bagi staf untuk membaginya pada mereka. Terlebih lagi
tujuan-tujuan di tingkat institusi sering tidak cukup memotivasi
atau menuntun tim-tim individu. Untuk alasan ini, penting bagi
pemimpin tim bekerja bersama tim mereka untuk menetapkan
tujuan-tujuan dari waktu ke waktu. Dengan membuatnya menjadi latihan yang kooperatif, para pemimpin menjadikannya lebih
mungkin supaya anggota tim memahami tujuan-tujuan itu, menerimanya, dan lebih terpacu untuk mencapainya. Semakin spesifik
tujuan-tujuan tersebut, akan lebih baik.
Dalam praktiknya, tidak banyak pemimpin tim pada lembaga think tank yang secara eksplisit menetapkan tujuan-tujuan.
Pemimpin tim akan memberi tahu visi dan tujuan secara implisit
dengan beragam cara, tapi sering disertai tingkat ambiguitas yang
signifikan. Jauh lebih baik jika dia menjelaskan upaya dan memotivasi tim dengan membuat penetapan tujuan menjadi acara yang
partisipatif.
Memandu Rapat Tim
Rapat tim bisa menjadi kesempatan untuk meningkatkan
produktivitas, berbagi informasi, menambah pengetahuan, dan
memperkuat koordinasi serta kerja tim. Singkatnya, rapat tim
merupakan perangkat manajemen yang penting. Pada kenyataannya kebanyakan pemimpin tim sangat jarang bertemu dengan tim
mereka dan saat rapat diselenggarakan, mereka tidak produktif.
Barangkali kurangnya produktivitas dapat menjelaskan jarangnya
rapat.
Rees (1999, 126-27) mengungkapkan empat jenis prototipe
rapat.
● Gaya instruksi. Di setiap rapat pemimpin siap memberi
tahu anggota tim mengenai keputusan yang sudah dibuat.
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
333
Supaya meyakinkan, berlangsung penjelasan dan diskusi, tapi
tujuannya adalah untuk memberi tahu dan mengumpulkan
dukungan.
● Gaya penyebaran informasi. Pemimpin tim menggunakan
rapat untuk memberi tahu setiap orang apa yang sedang
terjadi dalam departemen dan organisasi yang menaunginya.
Mungkin ada laporan-laporan, yang telah disiapkan atau
spontan, dari anggota tim. Isu-isu dari segala macam hal
kerap dimunculkan dalam sesi-sesi tersebut namun mereka
jarang dibahas secara mendalam atau dipecahkan.
● Gaya partisipatif “bebas untuk semua”. Acara-acara yang
berlangsung longgar memberi peserta banyak waktu untuk
memberikan kontribusi dan membahas topik-topik yang
diajukan. Namun demikian hanya sedikit kemajuan dibuat
bagi pemecahan isu-isu atau pembuatan keputusan karena
pemimpin tim tidak mempunyai keahlian untuk menuntun
agar diskusi diakhiri atau memang tidak ingin melakukannya.
Frustrasi lazim terjadi pada mereka yang sedang mencari-cari
arah yang jelas. Penyebab utamanya adalah tidak ada agenda
rapat yang jelas. Jenis rapat ini menyediakan interaksi aktif
tapi tidak ada kesimpulan yang jelas.
● Gaya terfokus partisipatif. Rapat terfokus karena tujuannya
telah diputuskan di awal acara. Sementara partisipasi dianjurkan, pemimpin tim menjaga diskusi tetap terfokus pada
pemecahan isu-isu dalam agenda. Rapat mungkin beralih ke
topik lain selama beberapa waktu, tapi pemimpin tim bisa
membawanya kembali ke agenda dan berkonsentrasi pada
pencapaian tujuan. Di saat yang sama, sangat penting bagi
pemimpin tim untuk memaksa orang-orang agar berbicara
dan meminta opini mereka guna menghasilkan dukungan
terhadap kesimpulan yang dicapai. Waktu yang cukup harus
disediakan bagi diskusi yang mendalam.
Jelas bahwa model terakhir adalah model yang seharusnya
disampaikan pemimpin tim. Barangkali faktor terpenting yang me-
334
MANAGING THINK TANKS
nentukan keberhasilan suatu rapat tim adalah agenda yang dibuat
secara cermat. Penyiapan agenda dengan disiplin akan membuat
pemimpin tim mengecek apakah rapat benar-benar diperlukan dan
memikirkan siapa yang sebaiknya hadir. Agenda sebaiknya ditulis,
bahkan seandainya masih berbentuk kerangka, sebaiknya dibuat
menjadi serangkaian item tindakan yang mungkin dilakukan. Gunakan kata kerja tindakan––merencanakan, mengembangkan,
memutuskan, menentukan, mengidentifikasi, merekomendasikan,
mencantumkan, memprioritaskan, memecahkan, menghasilkan–
–untuk menggambarkan item-item agenda menyampaikan pengertian tentang tujuan penanganan setiap item.
Sikap aktual pada rapat menjadi hal yang penting. Setelah
mempresentasikan agenda, pemimpin tim seharusnya meminta
item-item agenda lainnya dan, jika cocok, menambahkan atau tidak
menambahkan pada daftar agenda rapat. Pemimpin dapat menyarankan misalnya, bahwa sebuah item yang diusulkan mungkin
memerlukan waktu pembahasan lebih banyak daripada yang tersedia dalam rapat ini, atau perlu suatu rapat terpisah di kesempatan
berikutnya untuk membahas topik tersebut.
Seperti ditekankan dalam bagian sebelumnya, pemimpin
tim harus menarik kontribusi dari staf karena anggota staf kerap
memiliki pandangan-pandangan yang berharga tentang topik yang
sedang dipikirkan dan karena dengan bertanya pada staf akan
membuat mereka lebih termotivasi untuk melaksanakan hasilnya. Pemimpin tim perlu menjadi pendengar yang baik, meminta
pertanyaan-pertanyaan lanjutan, meningkatkan diskusi di antara
tim, meringkas atau memarafrasekan argumen-argumen, serta
menuntun diskusi agar ditutup pada saat yang tepat.
Pelaporan dan pembagian informasi merupakan elemen penting di banyak pertemuan. Tantangannya adalah memfokuskan
kontribusi dari anggota tim agar berguna secara maksimal bagi tim
sebagai suatu keseluruhan. Pemimpin tim seharusnya menjelaskan
bahwa laporan-laporan tentang kegiatan proyek tidak sekadar
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
335
untuk menyampaikan informasi (misalnya “Kita telah melakukan
analisis jenis ini dan hasilnya adalah …”). Penyaji presentasi seharusnya lebih tertantang untuk berkonsentrasi pada ulasan dari
analisis yang tampaknya paling bermanfaat bagi anggota tim lainnya. Apakah poin umumnya?
Pertimbangkan dua opsi untuk mempresentasikan temuantemuan dari kerja lapangan. Ambillah misalnya, sebuah tim yang
memfokuskan pada penyediaan bantuan teknis bagi pemerintahpemerintah lokal. Dua analis yang bekerja pada suatu kotamadya
menemukan bahwa pemerintah di mana mereka sedang bertugas
telah memutuskan menawarkan kontrak kepada penyelenggara
layanan sosial tertentu sebagai pengganti badan-badan kota yang
menjadi badan penyelenggara tunggal (monopolistik). Yang jelas
ini dapat menjadi suatu perkembangan besar di mana seluruh tim
sebaiknya diberi tahu. Merupakan suatu inovasi di mana tim mungkin ingin mendorong kota-kota lain akan hal yang sama. Dengan
demikian, topik tersebut menjadi perhatian yang kuat bagi tim. Jika
pekerjaan diuraikan sebagai serangkaian rapat dengan berbagai
pejabat yang membahas topik umum penyelenggaraan layanan
sosial, dengan inovasi yang amat rahasia, maka hal itu tidak akan
menarik.
Di akhir rapat, pemimpin tim seharusnya memeriksa kesimpulan yang dicapai. Hal ini sangat penting. Namun, sama pentingnya
adalah menindaklanjuti pernyataan temuan-temuan ini dengan
pernyataan singkat tertulis mengenai kesimpulan tadi––satu halaman sudah cukup. Pernyataan tertulis menguatkan pesan-pesan
dari rapat, menghasilkan catatan yang jelas tentang keputusan
yang telah dibuat, dan memberi tahu mereka yang absen dalam
rapat mengenai hasil-hasil utama. Serangkaian hal penting, yang
siap dalam beberapa menit, paling diperlukan. Sayangnya, hanya
sedikit pemimpin tim atau manajer senior yang mengikuti praktik
ini, yang sering menimbulkan kebingungan tentang apa yang sebenarnya telah diputuskan pada rapat-rapat sebelumnya.
336
MANAGING THINK TANKS
Persoalan Anak Buah
Pemimpin dapat meraih yang terbaik dari tim jika tim termotivasi secara positif oleh misi dan tujuannya, dan mampu berjalan
bersama-sama. Pencapaian dan pemeliharaan kondisi yang menyenangkan ini bukanlah kebetulan. Boks 12-3 mencantumkan
langkah-langkah yang dapat diambil pemimpin tim guna menunjukkan nilai kontribusi setiap orang terhadap tim. Menginginkan
aturan-aturan di daftar ini menjadi tindakan akan membutuhkan
proses yang lama agar bisa meminimalkan masalah-masalah personil di dalam tim.
Akan tetapi, pemimpin tim harus waspada dalam melihat semangat anggota tim. Masalah umum personil (yang nyata atau yang
dirasakan) yang dapat mengurangi kekompakan dan produktivitas
tim meliputi:
● keluhan di antara anggota tim;
● rasa ketidakberdayaan;
● pembagian informasi yang tidak memadai;
● ketidakpuasan terhadap alokasi kerja;
● perilaku kompetitif;
● ketidakpuasan terhadap keputusan;
● kegagalan meraih dukungan;
● frustrasi atas beberapa insiden masa lalu; dan
● kekesalan atas kurangnya apresiasi atau pengakuan.
Pada banyak contoh, problem-problem ini akan diperhatikan
oleh pemimpin tim. Tak pelak lagi masalah tersebut harus didiskusikan dengan orang-orang yang terlibat dan dicari solusinya.
Seandainya tepat, jenis pelatihan yang dilukiskan sebelumnya
dapat digunakan.
Pada beberapa kasus, penyebab turunnya produktivitas tim
lebih sulit diidentifikasi. Lama-kelamaan anggota tim bisa menjadi
sangat jenuh. Menjaga pekerjaan tetap menyenangkan merupakan
tantangan tetap para pemimpin. Salah satu caranya adalah memberikan staf tugas baru, barangkali pelatihan silang orang-orang
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
337
Boks 12-3 Bagaimana Pemimpin Tim Dapat Menunjukkan Bahwa Mereka Menghargai Setiap Orang dalam Tim
Beri anggota peran yang bernilai dengan
l memberi anggota tugas-tugas yang berarti
l menegaskan bahwa apa yang mereka lakukan benar-benar berarti
l delegasi tugas secara penuh
Akui usaha-usaha anggota tim dengan
l menunjukkan apresiasi saat mereka berusaha keras
l secara tetap berterima kasih pada orang-orang atas kontribusi mereka
l mengakui keberhasilan orang-orang
Dengarkan anggota dengan seksama dengan
l memberi perhatian penuh dengan mendengarkan secara aktif
l menggunakan respon-respon yang menunjukkan bahwa pemimpin mendengarkan mereka
l mendorong orang-orang untuk mengatakan apa yang mereka pikirkan
Tunjukkan respek pada anggota dengan
l memperlakukan setiap orang penting sebagai sosok yang penting
l menerima bahwa setiap orang memiliki sudut pandang
l tidak meragukan alasan seseorang
Cari tahu apa yang sedang dirasakan orang-orang dengan
l mencari respon pribadi
l meminta reaksi-reaksi naluriah mereka
l memperhatikan emosi
Ungkapkan perhatian terhadap kesejahteraan mereka dengan
l memperlihatkan bahwa pemimpin peduli jika anak buahnya memiliki persoalan
l menawarkan bantuan di saat-saat sulit
l menanyakan bagaimana mereka bisa maju
Pastikan kerja karyawan dihargai oleh yang lain dengan
l ceritakan pada yang lain apa yang telah dikerjakan seseorang
l memberi pujian dan pengakuan kepada umum
Sumber: Berdasarkan Leigh dan Maynard (1995), 121
di dalam tim dengan tugas tim yang bervariasi. Meskipun mungkin awalnya terdapat tentangan dari staf terhadap hal ini karena
kekuatiran mendasar atas sesuatu yang tidak dikenal, hasilnya
seringkali sangat positif, yang memberi anggota tim individu kesegaran baru dalam pekerjaan mereka dan fleksibilitas pemimpin tim
yang lebih besar dalam menyusun proyek-proyek. Sama halnya, staf
dapat diberi tugas-tugas yang mungkin awalnya terlihat berada di
338
MANAGING THINK TANKS
luar kompetensi mereka, namun dengan anjuran yang tepat dapat
dilakukan secara kompeten, Kepercayaan diri dan kepuasan kerja
staf akan menguat kembali.
Pemimpin tim seharusnya waspada terhadap kemungkinankemungkinan dan mengupayakan mereka sebagai keterbukaan
peluang. Kelalaian yang lazim terjadi di banyak lembaga think tank
adalah meremehkan level tanggung jawab yang terhitung mampu
dipikul staf junior. Peneliti senior cenderung menganggap staf
junior sebagai orang yang melakukan analisis data atau tinjauan
literatur meskipun pada kenyataannya mereka juga sering dapat
melakukan tugas lain, seperti jenis kerja lapangan tertentu, dengan
dibantu beberapa saran. Tugas tersebut bisa meliputi wawancara
elite, kelompok-kelompok fokus utama, dan penyusunan serta
analisis informasi kualitatif yang diperoleh dari wawancara dan
kelompok-kelompok fokus.
Bahkan dengan upaya-upaya ini pun, terkadang ada anggota
staf yang sangat tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Pada
banyak kasus, problem-problem tersebut sedikit harus dijalani
bersama pekerjaan mereka. Problem-problem yang lazim adalah
gangguan medis (atau efek samping dari obat-obatan yang dipakai
untuk menyembuhkan gangguan), kurang percaya diri, stres atau
problem-problem emosional, atau kesulitan-kesulitan dalam keluarga. Jika pemimpin tim memahami bahwa problem tersebut lebih
dalam dari yang dapat ia atasi, seharusnya pemimpin tadi lekas
memperingatkan manajemen senior dan departemen personalia,
jika ada. Organisasi akan membantu karyawan kembali ke perannya
semula pada lembaga think tank. Berapa lama dan berapa banyak
bantuan yang diberikan mungkin akan bergantung pada kondisikondisi dalam lembaga think tank (misalnya apakah ada orang
lain yang bisa mengambil-alih tanggung jawab sang staf selama
beberapa waktu) dan barangkali kualitas asuransi. Cara pemimpin
tim menangani masalah ini––yaitu menunjukkan sikap penyayang
dan belas kasih––akan berdampak kuat terhadap semangat tim
lebih dari biasanya.
Menciptakan ­Pemimpin-Pemimpin Tim
339
RINGKASAN
Pemimpin tim menempati posisi sentral pada lembaga-lembaga
think tank. Pemimpin tim adalah manajer baris pertama yang
mengemban tanggung jawab hari ke hari atas pelaksanaan proyek,
perencanaan, serta pemasaran, dan menjadi tugasnya untuk menjamin produktivitas tim mereka. Karena ini menjadi persoalan,
mengherankan bahwa pengembangan dan mentoring pemimpin
tim kurang mendapat perhatian dari para pakar lembaga think
tank.
Manajemen senior pada kebanyakan lembaga think tank
perlu menyadari kenyataan bahwa produktivitas seluruh organisasi
bergantung pada keefektifan pemimpin tim. Menjamin bahwa
pemimpin tim berhasil dalam tugas mereka dimulai dengan seleksi
yang sangat hati-hati guna mengisi posisi ini. Setelah pengangkatan
atau kenaikan pangkat, manajer senior seharusnya membimbing
dan melatih para pendatang baru.
Pemimpin tim dalam organisasi dengan suatu gaya manajemen
“tokoh otoritas” mendapat tugas yang benar-benar menantang.
Pengalaman menunjukkan bahwa tim-tim dipimpin dengan lebih
baik dan lebih produktif di bawah gaya kepemimpinan yang lebih
partisipatif dan konsultatif. Inklusi anggota tim dalam menentukan
arah tim pastilah dilakukan dengan ikhlas. Pemimpin tim perlu
mendengarkan dengan penuh perhatian, terbuka dengan pendapat
yang berlainan, dan jika sesuai, menetapkan ulang posisi mereka
sesuai masukan yang diperoleh. Mereka juga berusaha keras menjadikan pekerjaan terasa menyenangkan dalam pengertian yang
diuraikan di atas.
Penentuan tujuan penting guna memotivasi tim dan memberi
mereka pengertian arahan yang luas. Penetapan tujuan dapat berjalan efektif khususnya jika dilakukan bersama tim melalui proses
partisipatif.
Rapat-rapat tim yang diselenggarakan dengan baik menjadi
perangkat manajemen lainnya yang berguna. Jika dipandu oleh
sebuah agenda berorientasi tujuan dan memasukkan gaya partisipatif, rapat-rapat ini akan efisien, khususnya untuk berbagi
informasi dan mencapai keputusan.
340
MANAGING THINK TANKS
Pemimpin tim dapat memanfaatkan sejumlah bantuan dalam mengelola tim mereka. Beberapa di antara bantuan ini telah
diuraikan di atas, seperti teknik-teknik penjadwalan masukan
pada proyek-proyek besar dan pengontrolan pemakaian staf serta
biaya-biaya proyek. Yang sama pentingnya dengan tugas-tugas
manajemen proyek adalah “tugas-tugas anak buah”: bersikap penuh
perhatian terhadap dinamika personal di dalam tim dan bersedia
bekerja jika dibutuhkan untuk mereka yang memerlukan pelatihan
atau bimbingan. Seorang pemimpin tim dengan gaya manajemen
partisipatif dan yang memberi perhatian kepada anggota timnya
sangat mungkin akan mendorong produktivitas kelompoknya di
atas ekspektasi manajer senior yang terbiasa bekerja dengan model
kepemimpinan yang lebih otoriter.
CATATAN
1. Supaya jelas, posisi pemimpin tim yang dibahas di sini
merupakan posisi manajemen yang permanen. Sebaliknya banyak
perusahaan kini membentuk tim untuk menangani suatu tugas
spesifik dan membubarkan mereka saat tugas tersebut selesai.
2. Satu jenis lembaga think tank tidak mengikuti model ini.
Ini merupakan organisasi yang tersusun atas para sarjana senior
yang bekerja sendiri secara substansial pada proyek-proyek penelitian yang kadang-kadang dibantu oleh seorang asisten peneliti.
Para sarjana ini dapat dikelompokkan ke dalam divisi-divisi atau
pusat-pusat sebagai perangkat administratif belaka. Contoh lembaga think tank yang mengikuti model ini adalah Brookings Institution dan Carnegie Endowment for International Peace.
3. Berdasarkan Rees (2001, 86).
4. Mengenai perbedaan antara pemimpin dan manajer, lihat
Kellerman (2004).
5. Pada sistem Eropa, inilah yang sering disebut “gelar kan�didat” (yaitu telah melengkapi semua persyaratan gelar doktor,
kecuali disertasi doktor yang amat banyak syaratnya).
Lampiran
341
342
MANAGING THINK TANKS
Lampiran
A
Penilaian Staf dan Pemberian
Gaji di Urban
Institute, Washington D.C.
U
The Urban Institute merupakan salah satu lembaga think
tank terbesar dan paling dihormati di Amerika Serikat
dengan staf lebih dari 400 orang. Staf bekerja pada lingkup isu yang
luas, meliputi kebijakan pensiun, pembangunan perumahan dan
komunitas di daerah perkotaan, kebijakan kesehatan, kebijakan
pendidikan, serta pendampingan sosial dan layanan sosial. Bidangbidang yang sama diterjuni The Urban Institute di negara-negara
lain di luar Amerika Serikat.
Lampiran ini memuat dokumen-dokumen dari sistem administrasi personalia The Urban Institute, khususnya dokumen dari
empat bidang.
1. Formulir dan Kebijakan Deskripsi Jabatan untuk TujuanTujuan Perekrutan
Terutama yang penting adalah formulir deskripsi wewenang
jabatan di halaman 1 dan bagian yang menjelaskan tentang
aneka kualifikasi di halaman 2.
2. Deskripsi Jabatan untuk Peneliti dan Standar-standar
Promosi
The Urban Institute menerapkan struktur enam tingkat
343
344
Lampiran A
bagi penelitinya: asisten peneliti, researcher associate I, researcher associate II, senior researcher associate, principal
researcher associate, dan senior fellow. Tiga tingkat pertama mempunyai deskripsi jabatan resmi. Kualifikasi untuk
jabatan senior researcher associate, principal researcher
associate, dan senior fellow dapat disimpulkan dari standar-standar promosi untuk tingkat-tingkat ini. Kualifikasi
tersebut mencakup pula deskripsi kerja dan standar-standar
promosi untuk beraneka jabatan.
3. Penilaian Kinerja—Kebijakan dan Formulir-Formulir
Halaman-halaman berikut ini memuat pernyataan resmi The
Urban Institute tentang proses penilaian staf dan formulir
yang dipergunakan dalam proses tersebut. Ada dua formulir:
satu untuk peneliti-peneliti yang paling senior—peneliti yang
di samping tugas-tugas analisis, juga mengemban wewenang
besar dalam penggalangan dana dan manajemen—dan satu
lagi untuk semua staf lainnya. Kedua formulir sama-sama
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama diisi oleh anggota
staf sebagai masukan untuk penilaian penyelia; berisi prestasi
dan penetapan tujuan untuk tahun mendatang. Bagian kedua
digunakan oleh penyelia. Kedua-duanya menjadi dasar diskusi antara penyelia dan anggota staf.
3. Kebijakan Pemberian Gaji
Dokumen terakhir merupakan pernyataan kebijakan The
Urban Institute untuk penentuan gaji. Kinerja pekerjaan
akan menghasilkan rekomendasi kenaikan gaji, namun bukan
satu-satunya faktor penentu.
1
Pengadaan Jabatan
346
Lampiran A
URBAN INSTITUTE
Kantor Sumber Daya Manusia
Proyek No.: .............................
FORMULIR PERMINTAAN SPESIFIKASI JABATAN/PEKERJAAN
Instruksi: Diisi oleh penyelia dan dikembalikan ke Kantor SDM
Pusat/Kantor:
Pusat/Kantor:
Nama Jabatan:
Jabatan Ini:
q Baru
q Menggantikan: .............................
Status Hubungan Kerja:
q Tetap
q Tidak tetap
q Sementara
q Ekspatriat
Jabatan Ini:
q Baru
q Menggantikan: .............................
Jadwal:
q Purna waktu
q Paruh waktu (.........%)
q Lepas (..........jam/minggu)
Masa bertugas (bila ada masa tugas):
Tempat:
q Lokasi proyek
q Tidak di lokasi proyek
Nama tempat lokasi proyek
Diinginkan Mulai Bekerja pada Tanggal:
Saran perekrutan: (Buat daftar kandidat yang direkomendasikan atau daftar organisasi tempat
ditemukannya calon kandidat. Kantor SDM akan berkonsultasi dengan Anda terkait tujuan-tujuan aksi
afirmatif Urban Institute untuk kategori jabatan ini.)
Ringkasan wewenang jabatan: (mencakup prestasi-prestasi yang diharapkan, sumber daya yang wajib
dikelola, jumlah staf yang diselia, keperluan-keperluan perjalanan, aspek-aspek jabatan lain yang tidak
biasa.)
TANDA TANGAN:
Penyelia Pekerjaan:
Tanggal:
Direktur Pusat/Kantor:
Tanggal:
Direktur Sumber Daya Manusia:
Tanggal:
Wakil Presiden Senior:
Tanggal:
Persetujuan:
q Jabatan yang Disetujui
q Ditolak (jelaskan alasannya):
347
Lampiran A
Kualifikasi: Tunjukkan yang relatif penting dengan memberikan peringkat pada masing-masing faktor
dengan skala 1 sampai 4 (1 = paling penting)
PENDIDIKAN
Peringkat:
Tingkat gelar yang dipilih:
Bidang gelar(-gelar) yang dipilih:
Peringkat:
Pelatihan berspesialisasi:
PENGALAMAN
Jenis pekerjaan:
Peringkat:
Prestasi:
Lingkungan kerja sebelumnya (akademis, nirlaba, pemerintah dsb.)
KEAHLIAN
Tuliskan macam-macam keahlian yang harus dimiliki kandidat ideal
Peringkat:
KUALITAS
LAIN YANG
DIINGINKAN
Peringkat:
Tulislah atribut-atribut khusus yang diperlukan untuk kinerja pekerjaan
yang berhasil, misalnya kedewasaan, penilaian, kreativitas, keterampilan
berorganisasi, kemampuan memimpin, motivasi-diri, kemampuan bekerja
secara mandiri dan menjadi bagian dari tim, dll.:
348
Lampiran A
U R B A N
I N S T I T U T E
Kebijakan dan Prosedur Personalia Subjek Kebijakan danProsedur No. 101
Tanggal: 28/2/03
Tanggal K&PP.: 31/3/95
Pengesahan:.......... per RDR...................
Pengadaan Jabatan
Kebijakan
Sebelum menerima pegawai, mula-mula ditentukan jabatan berikut rentang
dan nilai gaji yang dibuat berdasarkan spesifikasi pekerjaan yang akan dilakukan. Selain itu, ditentukan pula masa jabatan yang diharapkan, jadwal
kerja, dan status jabatan menurut Fair Labor Standards Act (FLSA).
Syarat boleh tidaknya dimasukkan program-program tunjangan pegawai
The Urban Institute sebagian ditentukan oleh status hubungan kerja.
Lampiran A berisi ringkasan syarat yang wajib dipenuhi untuk memperoleh
tunjangan berdasarkan status hubungan kerja. Untuk mengisi informasi
tunjangan dan syarat-syarat pemenuhan, silakan merujuk deskripsi rencana
ringkasan yang sudah dipersiapkan atau kebijakan dan prosedur The Urban
Institute untuk /masing-masing tunjangan.
Deskripsi Status Hubungan Kerja
Jabatan (position) dapat diklasifikasikan menjadi jabatan tetap (regular),
jabatan tidak tetap (intermittent), jabatan sementara (temporary), jabatan
setara tidak tetap (intermittent fellow) atau ekspatriat (expatriate) sesuai
definisi-definisi yang tertera di bawah ini:
“Jabatan tetap” berarti jabatan dengan jam kerja tidak terbatas atau jabatan dengan masa hubungan kerja di atas 1.000 jam dan memiliki jadwal
kerja purna waktu atau paruh waktu yang tetap dan dapat diprediksi sesuai
deskripsi di bawah ini. Sebagian besar jabatan di The Urban Institute
berstatus tetap. Jabatan tetap menghasilkan beban full fringe, overhead, dan
G&A untuk tujuan-tujuan penetapan harga dan pengajuan tagihan.
Lampiran A
349
“Jabatan sementara” berarti jabatan yang disetujui untuk jam kerja
kurang dari 1.000 jam dalam masa 12 bulan. Pegawai sementara tidak
boleh bekerja pada The Urban Institute dengan status jabatan lainnya selama delapan bulan sejak tanggal terakhir bekerja sebagai pegawai sementara (yang berakibat terciptanya masa cooling-off delapan bulan setelah
suatu tugas sementara selesai). Pegawai tetap juga tidak diizinkan dipekerjakan kembali atau diubah statusnya menjadi pegawai sementara sampai
delapan bulan berlalu sejak hari terakhir hubungan kerja sebagai pegawai
tetap. Jadwal pekerjaan untuk jabatan sementara dapat bersifat purnawaktu,
parowaktu, atau kerja lepas. Jabatan sementara menghasilkan statutory
fringe dan full G&A, tapi tidak overhead untuk tujuan penetapan harga dan
pengajuan tagihan.
“Jabatan tidak tetap” berarti jabatan (seperti jabatan sementara) dengan jam kerja tidak terbatas dan memiliki jadwal kerja lepas. Jabatan ini
disetujui untuk jam kerja kurang dari 1.000 jam dalam satu tahun kalender. Jabatan tidak tetap hanya dimanfaatkan bila ada pegawai tetap yang
dipekerjakan kembali atau diubah menjadi jadwal kerja lepas sebelum
masa cooling-off delapan bulan berakhir atau sebagai alternatif untuk status
sementara bila kantor atau pusat yang mempekerjakan ingin mempertimbangkan pegawai itu untuk hubungan kerja tetap setelah tugas selesai.
Jabatan tidak tetap menghasilkan beban full fringe, overhead, dan G&A
untuk tujuan penetapan harga dan pengajuan tagihan.
“Jabatan Setara Tidak Tetap” berarti jabatan dengan jam kerja tidak
terbatas dan disetujui untuk masa kerja di atas 1.000 jam dalam satu tahun
kalender. Jabatan setara tidak tetap hanya digunakan sesuai kehendak
presiden. Jabatan setara tidak tetap menghasilkan beban statutory fringe,
ditambah full overhead dan G&A untuk tujuan penetapan harga dan pengajuan tagihan.
“Ekspatriat” berarti jabatan yang penugasannya di luar Amerika Serikat
dan berlangsung selama enam bulan atau lebih lama, dan yang ongkos
kerja langsungnya (direct labor costs) dilindungi, terutama oleh kontrak/
dana bantuan dari sebuah sumber dana luar kepada The Urban Institute. Jabatan ekspatriat menghasilkan full fringe, overhead, dan G&A untuk tujuan
penetapan harga dan pengajuan tagihan.
350
Lampiran A
Deskripsi Jadwal Kerja
“Purna waktu” berarti jadwal kerja yang tetap dan dapat diprediksi selama 40 jam per minggu.
“Paruh waktu” berarti jadwal kerja yang tetap dan dapat diprediksi
sedikitnya 20 jam, tetapi kurang dari 40 jam per minggu.
“Lepas” berarti jadwal kerja rata-rata dengan rata-rata kurang dari 20 jam
per minggu atau rata-rata per minggu selama masa tugas kurang dari 20
jam.
Deskripsi FLSA
Kantor sumber daya manusia mengklasifikasikan setiap jabatan sebagai
jabatan exempt atau non-exempt seperti definisi di bawah ini.
“Exempt” berarti jabatan itu tidak tercakup dalam Fair Labor Standards
Act (FLSA). Pegawai yang memegang jabatan exempt tidak berhak menerima uang lembur di luar jam kerja The Urban Institute 40 jam per minggu.
“Non-exempt” berarti jabatan itu tercakup dalam Fair Labor Standards
Act. Pegawai yang memegang jabatan non-exempt berhak atas uang lembur
untuk jam kerja di luar jam kerja mingguan The Urban Institute 40 jam per
minggu (lihat Kebijakan dan Prosedur The Urban Institute No. 100—Jam
Kerja dan Lembur).
Prosedur
Mendapatkan Izin untuk Menempati Jabatan
Untuk menentukan jabatan baru, mengganti pegawai yang sudah habis
masa hubungan kerjanya pada suatu jabatan yang sudah ada, atau menerima pekerja sementara, penyelia penerima pegawai mengisi Formulir
Permohonan Spesifikasi Posisi/Pekerjaan (Lampiran B) yang dapat diambil
dari kantor sumber daya manusia. Di dalam formulir itu, pengawas diwajibkan menentukan kisaran gaji yang dianggarkan, status di lokasi proyek
atau di luar lokasi proyek, status hubungan kerja, penyelia, tanggal mulai
bekerja yang diinginkan, dan jabatan itu memiliki wewenang penyeliaan
atau tidak. Penyelia penerima pegawai juga menuliskan deskripsi wewenang, tugas, dan keahlian yang diperlukan agar pekerjaan terselesaikan
dengan baik, dan membuat kesan-kesan perekrutan untuk menarik pelamar
yang memenuhi syarat. Permohonan ini harus ditandatangani dan disetujui
direktur pusat atau kantor.
Lampiran A
351
Formulir yang sudah diisi lengkap diteruskan ke direktur sumber daya
manusia. Direktur sumber daya manusia memeriksa spesifikasi pekerjaan
itu dan membuat klasifikasi jabatan sesuai prosedur evaluasi kerja The
Urban Institute (lihat Kebijakan dan Prosedur The Urban Institute No.
108—Pemberian Gaji). Setelah diklasifikasikan, permohonan-permohonan
jabatan baru itu dikirimkan kepada wakil presiden senior untuk dimintakan
persetujuan. Direktur sumber daya manusia menyetujui permohonan pergantian jabatan, mengirimkan pemberitahuan kepada penyelia bila jabatan
baru dan pergantian jabatan itu disetujui, serta membuat catatan mengenai
jabatan-jabatan yang disetujui.
Pekerjaan sementara memungkinkan peneliti memenuhi kebutuhan tenaga
kerja jangka-pendek secara cepat dan efektif dari segi biaya. Seperti halnya
kebijakan untuk semua penawaran kerja, penawaran hubungan kerja tanpa
melihat status hubungan kerja hanya dapat diperpanjang melalui kantor
sumber daya manusia.
Memublikasikan Lowongan
Semua jabatan tetap yang sedang lowong, terkecuali senior fellow, akan
dipublikasikan secara internal di tempat-tempat umum dan dikirimkan ke
sumber-sumber di luar yang tepat, kecuali bila pegawai dipromosikan atau
dipindahkan di dalam pusat atau kantor yang sama, atau bila ada permohonan tertulis untuk melepaskan syarat pengumuman pekerjaan yang disetujui oleh wakil presiden senior. Senior fellow bekerja atas undangan presiden The Urban Institute dan diseleksi berdasarkan keahlian mereka yang
diakui secara nasional dalam bidang studi tertentu.
Pengumuman jabatan exempt minimum berlangsung untuk dua minggu, jabatan non-exempt minimum berlangsung untuk satu minggu. Untuk jabatan
sementara dan jabatan tidak tetap tidak perlu diadakan pengumuman.
Membatalkan Lowongan
Jabatan exempt yang sudah diumumkan dan tidak terisi selama enam bulan
lebih, dapat dibatalkan, kecuali kalau penyelia penerima pegawai membuat
permohonan tertulis kepada direktur sumber daya manusia agar jabatan itu
tetap dibuka untuk tiga bulan lagi.
352
Lampiran A
Jabatan non-exempt yang sudah diumumkan dan tidak terisi sampai tiga
bulan lebih, akan dibatalkan, kecuali bila penyelia penerima pegawai
membuat permohonan tertulis kepada direktur sumber daya manusia agar
jabatan itu tetap dibuka hingga tiga bulan mendatang.
Lampiran A—Status Hubungan Kerja dan Pemenuhan Syarat untuk Menerima Tunjangan (\persnnel\policies\statuses.xls)
Lampiran B—Permohonan Jabatan—Formulir Spesifikasi Jabatan (\persnnel\forms\jobspecs.xls)
2
Deskripsi Jabatan Peneliti
dan Standar Promosi
354
Lampiran A
U R B A N
I N S T I T U T E
Deskripsi Pekerjaan
Nama Pekerjaan: Asisten Peneliti
Nilai Gaji: R01
Laporan ke: Peneliti yang lebih berpengalaman
KebijakanUraian Umum
Dengan pengawasan cermat oleh peneliti yang lebih berpengalaman, mem­bantu pelaksanaan penelitian ilmu sosial dengan mengumpulkan informasi
dan membantu mengolah materi yang akan dimasukkan laporan. Bisa
mela­-ku­kan survei dan/atau mengurusi kuesioner dan mengumpulkan hasilhasilnya. Mengumpulkan, membuat tabulasi, dan mengolah data dengan
menggunakan metode statistik dasar dan perangkat lunak analisis statistik.
Tugas dan Wewenang Khusus
1. Melakukan riset perpustakaan untuk topik-topik tertentu dan meng­himpun materi dalam bentuk bibliografi, abstraksi, memorandum dan
laporan sesuai instruksi.
2. Membuatkan tabulasi dan/atau mengolah data yang telah dihimpun
dengan cara membuat kode atau menyusun data menjadi tabel atau
grafik.
3. Mengolah data dari alat perekam (tape) atau sumber perangkat data
lainnya menggunakan perangkat lunak analisis statistik seperti SAS
atau SPSS.
4. Menganalisis data primer dan data sekunder menggunakan metodemetode statistik dasar.
5. Menyelenggarakan survei-survei berstruktur (wawancara lewat telepon,
wawancara tertulis, wawancara dengan dibantu komputer, dan wawan­
-cara langsung) untuk proyek-proyek yang memerlukan pengumpulan
data primer.
6. Menugaskan pekerjaan kepada staf administrasi tingkat junior atau staf
sementara.
Kualifikasi
Pengetahuan akademis tentang suatu disiplin ilmu yang umumnya
dikaitkan dengan pencapaian gelar sarjana atau kombinasi ekivalen antara
pendidikan dan pengalaman atau kemampuan yang sudah terbukti untuk
mengawali penelitian di satu bidang ilmu sosial.
Kualifikasi hanya mencakup tugas-tugas kerja utama yang memerlukan
evaluasi kerja yang tepat dan/atau analisis pasar tenaga kerja. Tugas-tugas
lain dapat ditentukan oleh penyelia.
Nonor Pekerjaa: 60000
Status FLSA:...........
355
Lampiran A
U R B A N
I N S T I T U T E
Deskripsi Pekerjaan
Nama Pekerjaan: Research Associate II
Nilai Gaji: R02
Laporan kepada: Peneliti yang lebih senior
Uraian Umum
Bertanggung jawab melaksanakan bagian-bagian dari proyek penelitian
ilmu sosial yang telah ditugaskan di bawah arahan anggota staf yang lebih
senior. Membantu pengembangan pendekatan penelitian dan instrumen
pengumpulan data serta membantu pemilihan teknik-teknik statistik.
Menghimpun data dan menerapkan metode-metode analisis statistik
standar. Melaporkan temuan-temuan penelitian dalam bentuk tertulis.
Tugas dan Wewenang Khusus
1. Me-review dan membuat rangkuman kritis tentang literatur penelitian
dan/atau kebijakan publik.
2. Menyelenggarakan survei (wawancara telepon, tertulis, dibantu
komputer, dan wawancara langsung). Mengunjungi lokasi serta
melakukan survei dan wawancara dengan para pejabat publik lokal dan/
atau warga pribadi.
3. Menganalisis data menggunakan teknik-teknik statistik standar seperti
regresi berganda dan analisis faktor; menarik kesimpulan dari data yang
dianalisis; menyiapkan laporan-laporan statistik dan presentasi data.
4. Menulis hasil-hasil penelitian; membantu penulisan proposal dan
menyiapkan makalah untuk publikasi. Dapat diminta mempresentasikan
hasil-hasil kepada klien.
5. Mengawasi dan memberikan tugas bagi asisten peneliti dan staf
administrasi junior.
Kualifikasi
Pengetahuan akademis tentang suatu disiplin ilmu yang umumnya terkait
dengan pencapaian gelar magister (biasanya dengan gelar sarjana dalam
bidang terkait) atau kombinasi ekivalen antara pendidikan dan pengalaman
kerja relevan yang semakin matang.
Kualifikasi hanya mencakup tugas-tugas kerja utama yang memerlukan
evaluasi kerja yang tepat dan/atau analisis pasar tenaga kerja. Tugas-tugas
lain dapat ditentukan oleh penyelia.
Nonor Pekerjaa: 62000
Status FLSA:...........
356
Lampiran A
U R B A N
I N S T I T U T E
Deskripsi Pekerjaan
Nama Pekerjaan: Research Associate I
Nilai Gaji: R03
Laporan kepada: Peneliti senior
Uraian Umum
Bertanggung jawab merencanakan dan mengerjakan secara mandiri
segmen utama suatu proyek penelitian ilmu sosial dengan bimbingan dan
pengawasan umum seorang direktur pusat, senior research associate,
atau principle research associate. Merancang pendekatan penelitian
dan memilih alat analisis kuantitatif yang tepat atau alat analisis lainnya
dengan bimbingan dari staf yang lebih senior. Melakukan analisis, menarik
kesimpulan kebijakan, menulis dan mempresentasikan laporan-laporan.
Mengembangkan dan menulis proposal-proposal. Dapat bertugas sebagai
penyelidik utama dan manajer proyek untuk proyek-proyek kecil.
Wewenang dan Tugas Khusus
1. Mengembangkan atau berpartisipasi dalam pengembangan topik-topik
penelitian, proposal, dan rancangan penelitian.
2. Memilih teknik statistik yang tepat untuk menganalisis data yang
terkumpul.
3. Mengawasi dan/atau ikut serta dalam pengumpulan data, dan analisis
oleh staf penelitian yang lebih junior; ikut menafsirkan data dari suatu
perspektif kebijakan.
4. Mengunjungi lokasi, melakukan wawancara dengan para pejabat publik,
dan mengawasi penelitian lapangan.
5. Mengurus anggaran dan mengelola sumber-sumber daya untuk segmensegmen proyek penelitian yang ada di bawah tanggung­-jawab­nya;
mengawasi peneliti yang lebih junior.
6. Ikut menulis laporan akhir dan mempresentasikan hasil-hasil penelitian
kepada klien.
Kualifikasi
Kombinasi antara keahlian kuantitatif, analisis, dan menulis, pengetahuan
substantif yang relevan, serta pengalaman penelitian kebijakan sosial yang
diperlukan untuk menjalankan tugas-tugas yang dijelaskan di atas, atau
pengetahuan akademis tentang suatu disiplin ilmu yang umumnya terkait
dengan pencapaian gelar Ph.D., berikut pengalaman penelitian dalam
disiplin ilmu tersebut.
Kualifikasi hanya mencakup tugas-tugas kerja utama yang memerlukan
evaluasi kerja yang tepat dan/atau analisis pasar tenaga kerja. Tugas-tugas
lain dapat ditentukan oleh penyelia.
Nonor Pekerjaa: 60000
Status FLSA:...........
357
Lampiran A
U R B A N
I N S T I T U T E
Standar Promosi dari Asisten
Peneliti Menjadi Research Associate II
Asisten-asisten peneliti yang dipromosikan menjadi RAII harus
menunjukkan kemampuan melakukan penelitian yang kualitas dan ketelitian
kerjanya setara dengan penelitian yang dilakukan untuk gelar magister.
Kinerja yang mereka tunjukkan harus melebihi tingkatan asisten peneliti.
Yang terpenting, mereka harus secara konsisten menunjukkan tingkat
kemandirian dan inisiatif yang tinggi dalam bekerja. Syarat ini berlaku, baik
pekerjaan asisten peneliti sebagian besar bersifat kuantitatif atau kualitatif.
Umumnya, untuk mencapai tingkat RPII, diperlukan pengalaman minimum
dua sampai dua setengah tahun sebagai asisten peneliti; namun, dengan
mempertimbangkan kinerja yang luar biasa, jangka waktu untuk pemenuhan
standar ini dapat dipersingkat.
Asisten peneliti harus menghasilkan kontribusi substantif bagi proyekproyek penelitian dengan membantu mengerjakan hal-hal berikut: (1)
menyusun pertanyaan-pertanyaan analisis; (2) mengidentifikasi ukuran dan
sumber-sumber data yang relevan; (3) mengatur proses pengumpulan data
dan analisisnya; dan (4) menafsirkan hasil-hasilnya.
Agar mendapat promosi, seorang asisten peneliti harus secara konsisten
menunjukkan sedikitnya tiga hal berikut:
l
l
l
l
l
l
l
Keahlian dalam memanipulasi dan menganalisis data kompleks menggu­­nakan perangkat lunak pemrograman statistik, seperti SAS atau STATA.
Pemahaman yang rinci dan teliti tentang satu software database
(misalnya CPS, SIPP, atau NSAF) atau lebih atau perangkat lunak
pemrograman. Sebagai pakar dalam bidang-bidang ini, asisten peneliti
berperan sebagai narasumber bagi peneliti lainnya.
Keterampilan menulis yang kuat, ditunjukkan melalui sumbangansumbangan bermutu tinggi untuk laporan dan artikel.
Pengetahuan luas mengenai bidang(-bidang)nya, meliputi pemahaman
tentang isu-isu kebijakan yang utama dan kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan tersebut pada penelitian.
Pengumpulan data yang efektif melalui survei atau kunjungan ke
lokasi. Contoh: asisten peneliti pasti akan berhasil menyelenggarakan
wawancara di lokasi dan menghimpun informasi yang sudah terkumpul
dalam satu kunjungan lokasi, dengan cara mengidentifikasi isu-isu utama
yang muncul dan persoalan-persoalan yang perlu tindak lanjut.
Keterampilan berkomunikasi yang sangat baik dan penilaian yang baik
saat bekerja dengan rekan dari pihak luar atau pihak dalam.
Mentoring efektif untuk para asisten peneliti yang baru, termasuk
membantu melatih mereka.
358
Lampiran A
U R B A N
I N S T I T U T E
Standar Promosi dari Research Associate II
Menjadi Research Associate I
Peneliti yang dipromosikan menjadi RAI harus menunjukkan kombinasi
antara keterampilan analisis dan keterampilan menulis, pengetahuan
substantif yang relevan, serta pengalaman riset kebijakan sosial yang
umumnya dikaitkan dengan pencapaian gelar Ph.D. Semua keterampilan
ini harus muncul saat bekerja di bawah pengawasan peneliti yang lebih
senior. Umumnya, untuk mencapai tingkat RAI, disyaratkan pengalaman
penelitian minimum empat tahun pada tingkat RAII, walaupun tidak semua
pengalaman ini harus dijalani di Urban Institute. Selain itu, empat dari lima
standar kinerja berikut wajib dipenuhi RAII agar menerima promosi:
1. Memainkan peran yang signifikan dalam mengembangkan
dan merancang proyek-proyek penelitian.
Merancang pendekatan dan metodologi untuk sekurang-kurangnya satu
proposal, proyek penelitian, atau komponen yang signifikan dari sebuah
proyek besar.
l Rancangan penelitian dan/atau kontribusi proposal harus
memperlihatkan keahlian mandiri dalam konsep dan metode penelitian
ilmu sosial (kendati mereka diperbolehkan mengikutsertakan
penggunaan metodologi-metodologi terdahulu dan seorang peneliti
yang lebih senior dapat berpartisipasi sebagai penasihat dan/atau
kontributor).
l
2. Menganalisis informasi kualitatif dan/atau data kuantitatif
secara mandiri.
Tanggung jawab utama untuk melaksanakan teknik-teknik statistik
dan/atau metode analisis data lainnya dalam sekurang-kurangnya satu
proyek penelitian yang signifikan, dan
l Menunjukkan kemampuan menyatukan hasil-hasil dan menarik
kesimpulan dari analisis empiris.
l Semua prestasi ini harus diungkapkan dalam satu proposal tertulis atau
lebih, dokumen rancangan, atau laporan penelitian.
l
Lampiran A
359
3. Menulis laporan penelitian secara mandiri atau bersamasama.
Menulis sedikitnya tiga laporan proyek, artikel jurnal, atau bab-bab
buku (lihat kebijakan baru UI mengenai penulisan), secara mandiri atau
bersama-sama.
l Semua publikasi harus melibatkan kerja analisis yang berbedabeda (bukan tiga versi dari analisis yang sama) dan memperlihatkan
pengetahuan substantif mengenai bidang dan isu-isu kebijakan yang
relevan.
l Untuk publikasi yang kandidat merupakan salah satu penulisnya,
kandidat tersebut harus memegang wewenang untuk satu komponen
yang signifikan atau lebih dalam analisis dan penulisan tersebut.
l
4. Mengelola komponen-komponen utama proyek-proyek
penelitian.
Mengambil inisiatif dan bekerja secara kolaboratif dengan penyelianya
dalam melaksanakan proyek-proyek penelitian dan manajemennya;
l Merencanakan dan mengatur kegiatan-kegiatan penelitian, seperti
pengumpulan data, pengembangan database, atau analisis statistik; dan
l Mengatur jadwal, anggaran, serta koordinasi proyek pada sedikitnya
satu proyek penelitian yang berdana.
l
5. Mempresentasikan metode dan temuan-temuan penelitian
kepada klien dan audiens lain dari luar.
Sekurang-kurangnya dua presentasi kepada klien atau di konferensi
akademis atau konferensi kebijakan, atau
l Mengemban tanggungjawab primer atas komunikasi dengan klien luar
atau para pengguna penelitian Urban Institute lainnya.
l
360
Lampiran A
U R B A N
I N S T I T U T E
Standar Promosi untuk Menjadi
Senior Research Associate
Penerima promosi SRA harus sudah menunjukkan pada lebih dari satu
peristiwa kemampuan mereka untuk melakukan penelitian yang ketelitian
dan orisinalitasnya setara dengan penyelesaian disertasi gelar doktor.
Umumnya mereka juga harus memenuhi syarat-syarat minimum dalam
empat kategori kinerja:
Publikasi-mencapai syarat kualitatif yang setara dengan menjadi penulis
tunggal untuk dua artikel yang diterbitkan dalam jurnal-jurnal acuan
selektif (misalnya Journal of Human Resources);
n Aktivitas sosialisasi lainnya-mencapai syarat kualitatif yang setara
dengan (a) menjadi penulis utama dua laporan proyek dengan oplah
tinggi dan mendapat perhatian luas serta (b) mempresentasikan enam
makalah penelitian pada konferensi tertentu tingkat nasional;
n Penggalangan dana-dalam jangka waktu tidak lebih dari dua tahun,
mencapai syarat kualitatif yang setara dengan menghasilkan dana untuk
tiga tahun kegiatan penelitian bagi staf profesional; dan
n Manajemen-dalam jangka waktu tidak lebih dari dua tahun, mencapai
syarat kualitatif yang setara dengan mengatur relasi anggaran, staf,
jadwal, pekerjaan substantif, dan hubungan eksternal untuk tiga tahun
kegiatan penelitian bagi staf profesional.
n
Pemenuhan syarat-syarat minimum secara luar biasa dalam satu kategori
dapat menutup kekurangan relatif pada syarat-syarat minimum dalam
kategori lainnya. Kombinasi antara publikasi dan aktivitas sosialisasi
lainnya dapat diterapkan untuk memenuhi satu dari dua syarat sosialisasi
tersebut. Pengalaman khusus (misalnya, bekerja sebagai pengelola program
atau pengacara praktisi) akan dipertimbangkan jika relevan.
361
Lampiran A
U R B A N
I N S T I T U T E
Standar Promosi untuk Menjadi
Principal Research Associate
Kualifikasi dasar penunjukan PRA adalah reputasi nasional untuk
penelitian/analisis yang terkait kebijakan. Reputasi ini harus ditunjukkan
lewat sejumlah prestasi penelitian:
Rekor publikasi yang luas, termasuk sejumlah signifikan artikel dalam
jurnal-jurnal terkemuka dan kumpulan karya terbitan lainnya seperti
policy brief, kontribusi untuk buku-buku, dan laporan-laporan proyek
yang berpengaruh;
n Kepemimpinan penelitian yang ditunjukkan melalui pemulaian dan
penyelesaian sejumlah proyek penelitian yang sangat kompleks dan
sukses, serta kemampuan yang sudah terbukti untuk membimbing staf
junior; dan
n Rekor penelusuran penggalangan dana substansial yang mengontribusi
secara signifikan bagi basis dukungan finansial pusat penelitian mereka.
n
Seorang PRA diharapkan akan memenuhi sebagian besar kriteria ini,
jika tidak seluruhnya. Umumnya status PRA memerlukan pengalaman
penelitian minimum 15 tahun melebihi gelar Ph.D. atau setara dengan gelar
Ph.D. Penunjukan status PRA melalui promosi atau proses penerimaan
pegawai hanya terjadi setelah melewati pertimbangan komite pemeriksa
SRA/PRA Urban Institute.
362
Lampiran A
U R B A N
I N S T I T U T E
Standar Promosi Menjadi Senior Fellow
Senior fellow harus memiliki reputasi nasional berbasis luas untuk keahlian
pada isu-isu utama, yang untuk itu pandangan, analisis, dan ulasan mereka
diburu oleh khalayak luas kebijakan publik (yang meliputi kalangan
akademisi, tokoh politik, wartawan, serta individu atau kelompok dari
sektor swasta). Mereka sering memegang jabatan yang cukup terpandang
di sektor publik/swasta. Mereka sudah terbukti memiliki kemampuan untuk
berinteraksi secara kompeten dengan kalangan pembuat kebijakan publik di
berbagai forum di bawah tekanan publik. Contohnya, mereka sering terlibat
dalam aktivitas-aktivitas berikut:
n
n
n
n
n
Interaksi dengan media (sering dikutip di media cetak, radio dan televisi
lokal dan nasional).
Berceramah di forum dan pertemuan berkualitas tinggi yang difokuskan
pada kebijakan publik luas-tidak hanya rapat-rapat akademik.
Menulis artikel substantif untuk suratkabar populer yang serius
seperti tajuk-tajuk opini atau artikel-artikel untuk surat kabar nasional
(misalnya, koran-koran besar, Atlantic Monthly, Harpers dll.).
Bekerja (atau pernah bekerja) pada komisi-komisi pemerintah dan
swasta, panel-panel substantif, dan/atau dewan-dewan penasihat.
Memberikan kesaksian di depan Kongres.
Senior fellow akan bertanggung jawab atas penggalangan dana untuk
mendukung aktivitas mereka sendiri dan aktivitas yang memajukan misi
Urban Institute. Penunjukan status senior fellow dilakukan berdasarkan
kebijakan presiden Urban Institute.
3
Penilaian Kinerja—
Formulir dan Kebijakan
364
Lampiran A
U R B A N
Kebijakan dan Prosedur
Personalia (KPP) Subyek I N S T I T U T E
Kebijakan dan Prosedur No. 109
Tanggal: 14/7/2000
Menggantikan KPP Tanggal: 9/10/1995
Pengesahan:.......... per RDR.....................
Penilaian Kinerja
Kebijakan
Penilaian kinerja adalah bagian berkelanjutan dari proses manajemen.
Sepanjang tahun para penyelia diharapkan mampu berkomunikasi
dengan pegawai terkait progres kerja pegawai, memberitahukan hal-hal
yang diharapkan dari mereka dan standar-standar yang digunakan untuk
menilai mereka. Segala kekurangan pada kinerja seorang pegawai harus
diberitahukan oleh penyelia dalam pertemuan konseling tatap muka empat
mata dengan si pegawai sebelum kekurangan tersebut dicatat dalam
penilaian kinerja tahunannya.
Setahun sekali, biasanya pada musim gugur, diadakan review resmi
terhadap semua pegawai Urban Institute. Pemeriksaan tersebut terdiri dari
self-assessment tertulis dan evaluasi tertulis sang penyelia yang diteruskan
dengan diskusi penilaian kinerja.
Proses review tahunan bertujuan untuk menilai dan mencatat pencapaianpencapaian karyawan sejak penilaian terakhir atau tanggal penerimaan;
menunjukkan poin-poin yang memungkinkan diadakannya perbaikan; dan
menentukan sasaran-sasaran di masa mendatang, tujuan-tujuan karier, serta
kebutuhan-kebutuhan pelatihan. Karena penilaian kinerja memengaruhi
penyesuaian gaji, pemindahan, promosi, dan tindakan personalia lainnya,
penilaian itu harus jujur, objektif, spesifik dan hanya merujuk pada kriteria
yang berhubungan dengan pekerjaan.
Bila penerimaan atau pemindahan seorang pegawai atau pemindahan atau
pemutusan hubungan kerja seorang penyelia tidak bersamaan waktunya
dengan proses review kinerja tahunan, maka diperlukan penilaian di-luarsiklus seperti penjelasan di bawah ini. Penilaian tertulis juga diperlukan
sebelum berakhirnya periode triwulan bagi tiap pegawai nonexempt baru
dan pada akhir periode enam bulan bagi staf exempt baru.
Lampiran A
365
Prosedur
Review Kinerja Tahunan
Untuk mengisi penilaian kinerja, kantor personalia menyiapkan instruksi,
formulir, dan jadwal. Formulir penilaian terdiri dari dua bagian, yaitu, selfassessment yang diisi oleh pegawai, dan evaluasi penyelia yang diisi oleh
penyelia resmi pegawai itu. Formulir penilaian dibagikan lebih dulu oleh
kantor personalia sebelum periode yang ditetapkan untuk diskusi penilaian.
Pegawai menandatangani dan mengembalikan formulir self-assessment
yang sudah diisi lengkap kepada penyelianya pada tanggal yang tertera
pada jadwal yang sudah disiapkan oleh kantor personalia.
Penyelia resmi me-review self-assessment pegawai dan menulis
evaluasi kinerja pegawai yang bersangkutan untuk periode dua belas
bulan sebelumnya. Penyelia berkonsultasi dengan orang-orang yang
menerima laporan dari pegawai tersebut perihal proyek tertentu atau untuk
memperoleh bimbingan atau penyeliaan harian, lalu memasukkan pendapat
orang-orang tersebut dan respons mereka terhadap masalah-masalah yang
tercatat dalam self-assessment pegawai tersebut, ke dalam evaluasi tertulis
penyelia. Evaluasi penyelia diserahkan kepada pegawai untuk di-review
sedikitnya 24 jam sebelum diskusi penilaian kinerja, yang dijadwalkan
pada saat ini.
Topik-topik diskusi penilaian kinerja harus mencakup masalah pegawai
yang diungkapkan dalam self-assessment dan evaluasi kinerja pegawai
yang dibuat pihak penilai. Setelah diskusi penilaian kinerja ditutup,
pegawai, penyelia penilai, dan direktur pusat atau direktur kantor (bila
orangnya berbeda dengan penyelia penilai) harus menandatangani formulir
penilaian. Pegawai harus membubuhkan tanda tangan yang menyatakan
bahwa dia telah membaca dan mendiskusikan isi formulir penilaian
tersebut. Tanda tangan pegawai tidak niscaya menyatakan persetujuan.
Pegawai dapat mengungkapkan penolakannya terhadap penilaian tertulis
itu dengan cara menyampaikan memorandum tersendiri yang melalui
penyelia mereka ditujukan kepada kantor personalia. Memorandum
tersebut kelak menjadi bagian arsip personalia pegawai itu bersama
formulir penilaian tertulisnya.
Formulir penilaian kinerja yang sudah diisi lengkap dikembalikan ke
kantor personalia untuk di-review dan ditandatangani oleh direktur
personalia, dan jika pantas, oleh wakil presiden senior sebelum dimasukkan
ke arsip personalia pegawai.
366
Lampiran A
Masa Percobaan Tiga Bulan bagi Pegawai Nonexempt
Pegawai nonexempt diterima bekerja dengan masa percobaan tiga bulan
pertama hubungan kerja. Bila kinerja selama jangka waktu itu tidak
memuaskan, penyelia dapat sewaktu-waktu menyarankan pemutusan
hubungan kerja tanpa mengikuti proses disiplin progresif yang dijelaskan
dalam Kebijakan dan Prosedur N. 112. Bila mungkin, sebaiknya pegawai
diberi masa pemberitahuan pemutusan hubungan kerja itu sedikitnya satu
minggu.
Dalam keadaan yang meringankan, direktur pusat/kantor bisa membuat
permintaan tertulis kepada direktur personalia untuk memperpanjang
masa percobaan. Perihal perpanjangan masa percobaan itu pegawai harus
diberitahu secara tertulis berikut dengan segala ketentuannya.
Penilaian Awal untuk Pegawai Baru
Pegawai nonexempt baru akan diberi penilaian awal tentang kinerja mereka
tidak kurang dari dua bulan dan tidak lebih dari tiga bulan sejak tanggal
hubungan kerja dimulai. Jangka waktu evaluasi awal untuk pegawai
exempt baru adalah enam bulan sejak tanggal penerimaan pegawai.
Pelaksanaan Pemindahan Pegawai
Sebelum mengesahkan pemindahan, direktur personalia akan memastikan
bahwa calon penyelia mengerti prestasi seorang pegawai memuaskan atau
tidak. Direktur personalia akan mewajibkan penyelia yang pegawainya
akan dipindahkan untuk menyiapkan penilaian kinerja bila sudah berlalu
enam bulan lebih sejak penilaian kinerja yang terakhir.
Pergantian Penyelia
Bila seorang penyelia memutuskan hubungan kerja atau pindah keluar dari
pusat atau kantor, dia harus menyiapkan penilaian kinerja untuk masingmasing anak buahnya bila sudah enam bulan lebih berlalu sejak penilaian
kinerja yang terakhir.
367
Lampiran A
U R B A N
I N S T I T U T E
Penilaian Kinerja Tahunan
(Bagian Satu) Self-Assessment Pegawai
Nama Pegawai: Pusat:
Nama Pekerjaan:
Masa Kerja: (dari/sampai)
(Bila jumlah halaman kurang, sediakan kertas tambahan)
1. Buatlah daftar prestasi besar Anda selama masa penilaian: contoh
Staf Penelitian meliputi pengumpulan data dan analisisnya, tinjauan
pustaka, laporan/publikasi penelitian, proposal penelitian, dan
aktivitas lain untuk penggalangan dana, aktivitas luar istimewa
(ceramah, pemberian kesaksian, keterangan singkat), kegiatan
internal istimewa (kepanitiaan, presentasi, pengembangan staf).
Contoh Layanan Administrasi dan Komputer meliputi cara-cara
yang telah Anda sumbangkan demi efisiensi dan kinerja kantor/
pusat Anda, termasuk kegiatan istimewa seperti keikutsertaan dalam
kepanitiaan, presentasi, dan lain-lain.
2. Apakah Anda berhasil mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh
Anda dan penyelia Anda dalam setahun terakhir? (Jelaskan.)
3. Dalam masa ini, apakah Anda menerima tanggungjawab baru
ataukah tanggungjawab penyeliaan Anda diperluas? Jika ya, dengan
cara bagaimana? Bila staf penelitian, apakah tingkat penelitian Anda
meningkat? Jika ya, dengan cara bagaimana?
4. Apakah baru-baru ini Anda belajar kecakapan baru yang berkaitan
dengan pekerjaan atau mengikuti kursus yang akan mempersiapkan
Anda untuk menerima tanggungjawab tambahan di masa mendatang
atau meningkatkan kecakapan Anda dalam jabatan Anda saat ini?
Bila ya, harap jelaskan lebih spesifik.
5. Bila Anda sudah mengemban tanggungjawab pengelolaan proyek/
anggaran sepanjang tahun lalu, sudahkah Anda bekerja sesuai
anggaran dan jadwal? Jelaskan.
368
Lampiran A
6. Langkah apa yang telah Anda ambil untuk menangani
pengembangan karier para bawahan yang memberikan laporan
kepada Anda? (Hanya untuk pegawai yang mengemban tanggung
jawab kepenyeliaan-lainnya beri tanda N/A.)
7. Tunjukkan bidang-bidang yang Anda harapkan akan memperbaiki
kinerja Anda dan tujuan-tujuan yang ingin Anda capai dalam tahun
mendatang.
8. Adakah cara agar penyelia(-penyelia) Anda bisa membantu
memperbaiki kinerja Anda atau mencapai tujuan-tujuan Anda? Jika
ya, harap tunjukkan:
o perjelas ekspektasi
o berikan umpan balik yang lebih sering
o tetapkan tenggat waktu kerja yang lebih realistis
o sediakan sumber-sumber daya tambahan seperti:
o lainnya (sebutkan):
9. Adakah aspek-aspek lain dalam pekerjaan Anda yang ingin
dibicarakan dalam review kinerja? Jika ya, harap jelaskan.
10.Adakah orang lain yang telah mengarahkan pekerjaan Anda selama
masa penilaian? Jika ya, sebutkan nama-nama mereka dan berikan
gambaran singkat tentang pekerjaan yang telah diselesaikan.
Catatan: Staf Penelitian harus melampirkan resume sekarang untuk
assessment ini.
Tanda tangan Pegawai:
Tanggal:
369
Lampiran A
U R B A N
I N S T I T U T E
Penilaian Kinerja Tahunan
(Bagian Satu) Self-Assessment Pegawai
Nama Pegawai: Pusat:
Nama Pekerjaan:
Masa Kerja: (dari/sampai)
(Bila jumlah halaman kurang, sediakan kertas tambahan)
A. Berikan komentar tentang self-assessment pegawai mengenai kinerja
pekerjaan selama masa penilaian dan catat hal-hal penting yang belum
tercantum. Jika pandangan Anda tentang prestasi pegawai berbeda
dengan pandangan pegawai itu, harap jelaskan.
B. Berikan komentar untuk tujuan pegawai di tahun yang akan datang
sesuai pernyataan dalam self-assessment dan tujuan-tujuan tambahan
yang telah Anda tetapkan bagi pegawai tersebut. Bila Anda tidak setuju
dengan tujuan-tujuan yang dikemukakan pegawai, harap jelaskan.
C. Kenali kelebihan-kelebihan pegawai. Berikan contoh kinerja teladan
atau luar biasa.
D. Catat bidang kinerja apa saja yang memerlukan perbaikan dan jelaskan
rencana Anda untuk memperbaikinya.
Pertanyaan berikut untuk tujuan perencanaan dan pengembangan
karier di masa depan dan bukan bagian dari penilaian kinerja
pekerjaan dari tahun sebelumnya. Ini harus dipakai sebagai dasar
diskusi pengembangan karier pegawai dalam jangka panjang.
E. Berikan sedikitnya satu saran yang jika diikuti dapat meningkatkan
kinerja pegawai, memantapkan keterampilan, atau meningkatkan
kesempatan pegawai untuk maju atau peningkatan karier.
F. Pengurutan Peringkat Faktor Kinerja Umum: Dengan
menggunakan definisi-definisi yang diberikan di bawah ini, tentukan
peringkat tiap-tiap faktor kinerja umum berikut ini sesuai tingkat
kompetensi khusus yang ditunjukkan oleh pegawai.
370
Lampiran A
E Tingkat kinerja EXCEPTIONAL-LUAR BIASA: Pegawai memenuhi syarat-syarat
jabatan dengan cara yang patut dicontoh, menambah kedalaman dan luasannya
dengan secara konsisten bekerja melebihi lingkup dan ekspektasi yang ditetapkan.
CATATAN: bahkan pegawai yang kinerjanya sangat tinggi pun tidak bisa selalu bekerja
dengan sempurna.
*Sebutkan contoh spesifik.
S Tingkat prestasi SUPERIOR-UNGGULAN: Kinerja pegawai memenuhi semua kriteria
normal kriteria prestasi dan jauh melebihi beberapa kriteria lain, tetapi tidak semua.
*Sebutkan contoh spesifik.
F Kinerja yang FULLY SUCCESSFUL-SANGAT BERHASIL: Pegawai sudah memenuhi
semua syarat normal dan secara konsisten memenuhi semua ekspektasi kinerja Urban
Institute yang biasanya memang tinggi.
I
IMPROVEMENT REQUIRED-MEMERLUKAN PERBAIKAN: Pegawai gagal
memenuhi satu syarat atau tujuan pekerjaan atau lebih. Perbaikan diperlukan agar
seluruh syarat pekerjaan dapat terpenuhi. Diharapkan beberapa pegawai baru yang
masih mempelajari aspek-aspek jabatannya akan memperoleh peringkat ini karena
beberapa faktor. *Sebutkan contoh spesifik saat diperlukan perbaikan kinerja dan buat
rencana untuk mencapai perbaikan itu.
D KELEMAHAN SERIUS dalam mendekati atau menyelesaikan pekerjaan: Perbaikan
besar diperlukan untuk memenuhi semua syarat pekerjaan. *Penyelia harus
memberikan penjelasan lengkap mengenai peringkat ini. Kecuali terjadi keadaan
luar biasa, peringkat ini harus menjadi subjek sesi konseling tatap muka empat mata
sebelumnya dengan pegawai yang bersangkutan. Peringkat ini merupakan peringatan
tertulis adanya masalah kinerja serius seperti yang dinyatakan dalam Kebijakan UI
(Urban Institute) 112, Perihal Masalah Kinerja.
CA = TIDAK BISA DI-ASSESS
NA = TIDAK BERLAKU
UNTUK SEMUA PEGAWAI:
Faktor-faktor Kinerja Umum
1. Kualitas Kerja/muatan, akurasi, kesinambungan-dan-penyelesaian,
ketelitian, kreativitas:
o E* oS* oF* oI*
oD* oCA oNA
2. Produktivitas/kuantitas kerja yang berkualitas tinggi:
o E* oS*
o F* oI*
oD* oCA
oNA
3. Keterampilan Berorganisasi & Ketepatan Waktu/merencanakan dan
mengorganisasi pekerjaan secara efisien; memperoleh hasilnya tepat
waktu:
oE* oS*
oF* oI*
oD* o CA oNA
4. Keterampilan Teknis/kompetensi dalam melaksanakan pekerjaan
teknis (harap diperinci*):
oE* oS*
oF* oI*
oD* oCA oNA
Lampiran A
371
5. Inisiatif/memulai sendiri, pekerjaan selesai dengan baik, walaupun
tidak ada instruksi lengkap:
o E* o S*
o F*
o I*
o D* o CA o NA
6. Penyelesaian Masalah/mengantisipasi atau mengenali masalah dan
menyarankan atau menerapkan solusi:
o E* o S*
o F* o I*
o D* o CA o NA
7. Kecakapan Menulis/menghasilkan karya tulis yang ringkas dan enak
dibaca:
o E* o S*
o F* o I*
o D* o CA o NA
8. Kecakapan Berkomunikasi Lisan/meneruskan atau menyajikan informasi secara jelas, akurat, dan dengan cara yang profesional dan penempatan waktu yang tepat:
o E* o S*
o F* o I*
o D*
o CA o NA
9. Keluwesan/pandai beradaptasi dengan perubahan prioritas dan situasi
pekerjaan; mudah menyesuaikan dengan kolega, gagasan, dan prosedur
baru:
o E* o S*
o F* o I*
o D* o CA o NA
10.Keterampilan Interpersonal/sikap kerja positif dan kemampuan untuk
bekerja dengan orang lain agar memudahkan kinerja kelompok:
o E* o S*
o F* o I*
o D*
o CA o NA
11.Kebiasaan dalam Bekerja/kehadiran dan tepat waktu:
oE* o S*
o F* o I*
o D*
o CA
o NA
UNTUK STAF PENELITIAN SAJA:
12.Pemahaman Kebijakan/pengetahuan mengenai isu-isu kebijakan dan
kemampuan untuk menghubungkannya dengan penelitian dan sebaliknya:
o E* o S*
o F* o I*
o D* o CA o NA
13.Kemampuan Konseptual/kemampuan untuk merumuskan dan merancang rencana penelitian:
o E* o S*
o F* o I*
o D* o CA o NA
14.Keterlibatan Profesional: presentasi dalam rapat profesional, artikel
dalam jurnal profesional, pengarahan singkat, kesaksian, dsb:
o E* o S*
o F* o I*
o D* o CA o NA
372
Lampiran A
15.Menggalang Dana untuk Menunjang Penelitian:
o E* o S*
o F* o I* o D* o CA
o NA
UNTUK PENYELIA DAN MANAJER:
16.Keterampilan Kepenyeliaan: mengambil keputusan tepat waktu dan
efektif, memberikan umpan balik yang membangun, mengembangkan
staf, menyelesaikan masalah-masalah kinerja secara tepat, memanfaatkan staf secara efisien, dan menjaga staf agar selalu mengingat kebijakan, praktik, dan tujuan Urban Institute:
o E* o S* o F* o I*
o D* o CA o NA
17.Manajemen Keuangan/menggunakan sumber-sumber daya keuangan
secara efisien dan tidak melebihi anggaran:
o E* o S*
o F*
o I*
o D* o CA o NA
18.Ketaatan pada Kebijakan dan Prosedur Lembaga/menyatukan
tujuan-tujuan kantor dan tujuan-tujuan Urban Institute:
o E* o S*
o F*
o I*
o D* o CA o NA
19.Ketaatan pada Program Aksi Afirmatif Urban Institute/memenuhi
tujuan program dan memastikan para bawahan memenuhinya pula;
menjamin upaya tulus untuk memasukkan kelompok-kelompok yang
kurang terwakili dalam pengambilan keputusan perekrutan dan promosi:
o E* o S*
o F* o I*
o D*
o CA o NA
G. Berdasarkan semua bagian evaluasi di atas, bagaimanakah assessment
Anda secara keseluruhan terhadap kinerja pegawai ini?
Komentar Tambahan:
Tanda Tangan:
Penyelia Penilai: Tanggal:
(jika orangnya berbeda dengan direktur pusat/kantor)
Direktur Pusat/Kantor:
Tanggal:
Tanda Tangan Pegawai:*
Tanggal Diskusi Penilaian:
(*tanda tangan menyatakan bahwa pegawai sudah membaca penilaian ini)
Review Kantor Eksekutif/Personalia:
Tanda tangan:
Tanggal:
4
Kebijakan Pemberian Gaji
374
Kebijakan dan Prosedur
Personalia (KPP) Subyek Lampiran A
Kebijakan dan Prosedur No. 109
Tanggal: 14/7/2000
Menggantikan KPP Tanggal: 9/10/1995
Pengesahan:.......... per RDR....................
Pemberian Gaji
Kebijakan
Program pemberian gaji Urban Institute bertujuan untuk memungkinkan
Urban Institute menarik, menahan, dan memotivasi pegawai dengan jumlah
dan kemampuan yang sesuai keperluan untuk mencapai tujuan-tujuannya.
Demi mencapai tujuan ini, Urban Institute telah mengembangkan sebuah
struktur logika tingkat-tingkat pekerjaan dan kisaran gaji terkait sebagai
kompensasi yang patut bagi pegawai untuk bentuk dan tingkat pekerjaan
yang dilakukannya serta untuk memberikan kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang.
Kisaran gaji yang ditetapkan untuk tiap tingkat pekerjaan dalam struktur
gaji itu dirancang dan dipertahankan agar konsisten dengan keadaan keuangan Urban Institute, adil secara internal, dan bersaing dengan gaji yang
disediakan lembaga lain untuk pekerjaan yang sama. Proses review gaji
memberikan metode efektif untuk mengevaluasi dan memberikan penghargaan atas kinerja pekerjaan individu.
Kebijakan pemberian gaji berusaha menaati hukum Distrik Columbia dan
hukum federal yang relevan dan senantiasa menginformasikan kepada pegawai masalah-masalah kompensasi yang berdampak pada mereka sambil
tetap melindungi kerahasiaan informasi gaji yang berhubungan dengan
pegawai-pegawai Urban Institute lainnya.
Dalam membuat keputusan tentang gaji, Urban Institute hanya
­mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dengan pekerjaan dan tidak
melakukan diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, umur, jenis kelamin,
orientasi seksual, agama, kebangsaan, cacat tubuh, matrikulasi, status
­veteran, status pernikahan, penampilan personal, tanggungan keluarga, ­
atau afiliasi politik.
Lampiran A
375
Definisi
Jabatan: Pekerjaan yang mengandung tanggungjawab dan kewajiban yang
ditugaskan kepada satu pegawai. Sekurang-kurangnya jumlah jabatan di
dalam Urban Institute sama dengan jumlah pegawainya.
Pekerjaan: Pengelompokan jabatan yang pada dasarnya memiliki kesamaan pada sifat dan tingkat pekerjaan yang dijalankan oleh pemegang
jabatan itu. Setiap pekerjaan memiliki nama, klasifikasi, dan tingkatan
golongan yang terkait.
Deskripsi Pekerjaan: Ada deskripsi resmi untuk tanggung jawab, tugas,
dan tingkat kerja utama yang dilakukan untuk setiap pekerjaan. Deskripsi
pekerjaan tersebut bukan daftar tanggungjawab yang lengkap.
Kuesioner Deskripsi Pekerjaan: Kuesioner diisi oleh pegawai dan direview oleh penyelia yang menjelaskan tugas kerja pegawai tersebut dan
menyebutkan daftar keahlian dan kemampuan yang biasanya diharuskan
ada agar pekerjaan terselesaikan dengan memuaskan. Kuesioner memberikan dasar bagi kantor personalia untuk melakukan evaluasi dan klasifikasi
suatu jabatan, menyiapkan atau memperbarui suatu deskripsi pekerjaan.
Evaluasi Pekerjaan: Proses yang biasanya menentukan tingkatan, klasifikasi yang sesuai, dan nilai gaji untuk masing-masing pekerjaan relatif
terhadap semua pekerjaan lain di Urban Institute.
Nilai Gaji: Tingkat klasifikasi yang ditetapkan untuk sekelompok pekerjaan yang serupa. Walaupun syarat keahlian dan pengetahuan serta jenisjenis pekerjaan yang dilakukan berbeda, namun tingkat kesulitan dan tanggung jawabnya cukup serupa untuk menerima nilai gaji yang sama.
Kisaran Gaji: Jumlah uang minimum sampai maksimum yang dibayarkan
kepada pengemban jabatan untuk setiap nilai gaji.
Struktur Gaji: Hierarki nilai dan kisaran gaji yang memungkinkan klasifikasi yang layak untuk setiap pekerjaan.
Klasifikasi Pekerjaan dan Struktur Gaji
Setiap kategori pegawai Urban Institute mempunyai klasifikasi pekerjaan
dan struktur gaji sendiri:
376
Lampiran A
Staf Penelitian (Nilai R10 – R05)
Staf Administrasi (Nilai A01 – A08)
Staf Layanan Komputer (Nilai C01 – C05)
Urban Institute memberikan nilai gaji untuk masing-masing pekerjaan
menurut struktur gaji yang layak berdasarkan evaluasi kelayakan relatif
pekerjaan itu bagi Urban Institute dan besar gaji yang diberikan lembaga
lain untuk pekerjaan yang serupa. Kantor personalia menggunakan sistem
point-factor untuk mengevaluasi pekerjaan-pekerjaan yang diberikan
kepada struktur administrasi. Jabatan penelitian dan komputer diklasifikasikan menurut kategori industri standar pada masing-masing tingkatan.
Bersamaan dengan penentuan nilai gaji, kantor personalia memberikan nama yang sesuai untuk masing-masing pekerjaan dan menyiapkan
deskripsi pekerjaan standar. (Lihat Kebijakan dan Prosedur No. 101: Pengadaan Jabatan.)
Setiap pekerjaan juga ditetapkan sebagai pekerjaan exempt atau nonexempt
berdasarkan peraturan-peraturan lembur dalam Fair Labor Standards Act.
(Lihat Kebijakan dan Prosedur No. 100: Jam Kerja dan Lembur.)
Review Tahunan untuk Kisaran Gaji
Setahun sekali, biasanya pada bulan November, kantor personalia akan
me-review kisaran gaji untuk ketiga struktur gaji tersebut diperbandingkan dengan nilai gaji yang diberikan oleh lembaga lain di berbagai pasar
tenaga kerja tempat Urban Institute turut bersaing. Direktur personalia
akan menerima hasil survei atau mengadakan survei pasar tenaga kerja luar
dan memberikan saran kepada wakil presiden senior perubahan-perubahan
struktur klasifikasi yang diperlukan agar Urban Institute tetap memiliki
daya saing. Bila memang dapat dilaksanakan, wakil presiden senior akan
menyetujui perubahan tersebut berdasarkan kondisi pasar tenaga kerja dan
tidak secara langsung berdasarkan pada perubahan-perubahan biaya hidup.
Proses ini berlangsung terpisah dengan penyesuaian yang dibuat untuk gaji
perseorangan.
Review Tahunan untuk Gaji Perseorangan
Anggaran Kenaikan Gaji: Setiap musim gugur, kantor personalia akan
membagikan kepada direktur pusat dan direktur kantor data gaji terdahulu
Lampiran A
377
dan gaji perbandingan untuk staf mereka. Sebelum pertemuan musim gugur
dewan pengawas Urban Institute, wakil presiden senior dan/atau direktur
personalia akan bertemu dengan direktur pusat dan direktur kantor untuk
membahas masalah kepegawaian saat ini dan merekomendasikan anggaran
kenaikan gaji untuk review tahunan berdasarkan data pasar kerja bersaing yang tersedia saat itu. Saran itu akan diteruskan wakil presiden senior
kepada presiden yang akan mengesahkan anggaran kenaikan gaji setelah
berkonsultasi dengan dewan pengawas.
Komite Review Gaji: Komite review gaji terdiri dari wakil presiden senior,
wakil presiden dan pengawas, semua direktur pusat, dua direktur kantor
yang ditunjuk oleh wakil presiden senior, serta direktur personalia. Komite
review gaji bertugas memastikan kekonsistenan dan kejujuran dalam
proses review gaji dan penyesuaian-penyesuaian gaji yang disetujui untuk
anggota-anggota staf. Komite me-review kenaikan gaji dan rekomendasi
jabatan untuk semua staf yang tingkatannya di bawah direktur pusat/kantor.
Rekomendasi Kenaikan Gaji: Sedikitnya tiga minggu sebelum direktur
pusat dan kantor mengajukan rekomendasi kenaikan gaji, wakil presiden
senior akan mengeluarkan memorandum bagi seluruh staf, berisi pedoman review tahunan seperti pemenuhan syarat untuk menerima kenaikan
gaji, besar anggaran gaji yang disetujui oleh dewan pengawas, persentase
kenaikan rata-rata, dan jadwal pengajuan rekomendasi. Rekomendasi
direktur pusat dan direktur kantor akan dilandaskan pada kinerja pekerjaan
individu, tingkat tanggungjawab, dan jabatan komparatif dalam kisaran
gaji tersebut. Para direktur akan menyediakan alasan singkat tertulis untuk
masing-masing rekomendasi kenaikan gaji secara signifikan di atas atau di
bawah jumlah kenaikan rata-rata. Penyelia tidak boleh memberitahukan
jumlah rekomendasi penyesuaian itu kepada pegawai sampai sudah
disetujui secara resmi oleh komite review gaji, karena terkadang perlu
dilakukan perubahan pada rekomendasi pertama demi keadilan dan
alasan-alasan lain.
Keputusan Komite Peninjauan Gaji: Rekomendasi kenaikan gaji akan
dikirim direktur pusat dan direktur kantor kepada komite review gaji
melalui direktur personalia. Kantor personalia akan me‑-review kekonsistenan rekomendasi itu dengan penilaian kinerja terbaru dan tujuantujuan Program Aksi Afirmatif Urban Institute, dan memastikan bahwa
rekomendasi-rekomendasi itu masih dalam kisaran gaji yang ditetapkan.
Kantor personalia akan menyediakan informasi yang diperlukan komite
review gaji untuk mengambil keputusan yang jujur, adil, dan pantas. Rekomendasi komite review gaji harus di-review dan disetujui oleh presiden
atau calon presiden. Untuk gaji di tingkat ES-4 pemerintah federal atau di
atasnya, diperlukan persetujuan dari dewan pengawas. Karena persetujuan
ini mungkin saja terjadi setelah rapat komite peninjauan gaji, kenaikan ini
akan dibuat berlaku surut sampai 1 Januari.
378
Lampiran A
Pemberitahuan kepada Pegawai: Melalui direktur pusat atau direktur
kantor, kantor personalia akan meneruskan pemberitahuan kepada setiap
pegawai yang akan menerima kenaikan gaji. Selain itu, direktur personalia
akan memberitahukan kepada masing-masing direktur perihal alasan rekomendasi mereka ditolak atau diubah. Direktur pusat atau direktur kantorlah
yang akan memberitahukan alasan itu kepada masing-masing pegawai yang
tidak menerima kenaikan gaji.
Permohonan Peninjauan Kembali Penyesuaian Gaji: Pegawai yang
ingin keputusan kenaikan gaji ditinjau kembali harus menyampaikan permohonan peninjauan kembali itu melalui direktur pusat atau direktur kantor
dan direktur personalia kepada komite review gaji. Permohonan peninjauan
kembali harus dibuat secara tertulis dan menjelaskan alasan pegawai itu
berpendapat bahwa keputusan komite review gaji harus diubah. Permohonan itu harus diterima komite pada tanggal penerbitan memo bagi seluruh
staf tentang jadwal review gaji tahunan. Komite akan menimbang informasi
yang tersaji dalam permohonan tertulis itu dan membuat rekomendasi
kepada presiden untuk mengambil keputusan terakhir. Perubahan yang
dihasilkan dari suatu permohonan peninjauan kembali akan dinyatakan
berlaku surut sampai 1 Januari.
Review Pertengahan Tahun untuk Gaji Perseorangan
Setiap tahun, komite review gaji mengadakan pertemuan pada bulan Juni
untuk mempertimbangkan rekomendasi kenaikan gaji bagi para pegawai
yang tanggal penerimaan masuk kerjanya tidak memenuhi syarat untuk
dipertimbangkan dalam review tahunan atau yang para penyelianya memilih menunda pertimbangan itu hingga pertengahan tahun. Komite juga
menindaklanjuti rekomendasi kenaikan gaji untuk asisten penelitian yang
tanggal penerimaan masuk kerjanya membuat pertengahan tahun bisa
menjadi waktu pertimbangan yang tepat. Proses untuk membuat rekomendasi kenaikan gaji itu sama dengan proses dalam review tahunan, terkecuali
tidak ada penerbitan memo untuk seluruh pegawai. Direktur pusat dan
direktur kantor dapat bertemu secara terpisah dengan direktur personalia
untuk membicarakan informasi pasar kerja saat ini dan ekuitas internal
sebelum membuat rekomendasi kenaikan gaji pada pertengahan tahun.
Gaji Permulaan untuk Pegawai Baru
Direktur pusat dan direktur kantor dapat mengajukan rekomendasi kepada
direktur personalia sehubungan dengan penerimaan pegawai baru, tetapi
hanya direktur personalia yang memiliki wewenang untuk memperpanjang
penawaran resmi hubungan kerja atau memberi kuasa kepada pegawai
Lampiran A
379
Urban Institute lain untuk memperpanjang penawaran hubungan kerja
secara lisan. Penetapan gaji permulaan tidak mungkin di bawah kisaran gaji
minimum atau di atas gaji maksimum untuk pekerjaan itu.
Direktur personalia akan merekomendasikan semua gaji permulaan dengan
berdasarkan pada ekuitas internal dan pasar tenaga kerja luar. Direktur personalia dapat menyetujui gaji permulaan untuk semua pegawai nonexempt
dan semua pegawai exempt setingkat Research Associate I (R03) (tingkat
C03 pada struktur Staf Komputer; tingkat A07 pada struktur Staf Administrasi). Semua gaji permulaan lain, dan gaji permulaan yang tidak disetujui
oleh direktur pusat atau direktur kantor dan direktur personalia, memerlukan izin dari wakil presiden senior.
Penjadwalan Review Gaji Pertama bagi Pegawai Baru
Semua Pegawai, kecuali Asisten Peneliti¯Umumnya, pegawai yang
diterima bekerja antara 1 Januari dan 31 Juli akan memenuhi syarat untuk
diikutkan penyesuaian gaji 1 Januari sebagai bagian dari proses review gaji
tahunan.
Pegawai yang diterima bekerja di antara 1 Agustus dan 31 Oktober dapat
memenuhi syarat untuk penyesuaian gaji 1 Januari dengan kebijaksanaan
dari direktur pusat atau direktur kantor. Atau direktur pusat atau direktur
kantor bisa memilih untuk menunda pertimbangan gaji itu sampai pertengahan tahun. Pegawai yang diterima bekerja antara 1 November dan 31
Desember tidak memenuhi syarat untuk penyesuaian gaji pada 1 Januari,
tetapi fakta ini akan terungkap pada gaji permulaan mereka. Pegawaipegawai ini akan memenuhi syarat untuk penyesuaian gaji pada 1 Januari
berikutnya sebagai bagian dari proses review gaji tahunan.
Gaji untuk pegawai tetap dengan masa tugas ditentukan berdasarkan
lamanya masa tugas itu. Bila masa tugas itu diperpanjang atau diperbarui, gaji pegawai untuk masa tugas saat itu akan dipertimbangkan guna
penyesuaian gaji untuk masa tugas yang baru. Bila pegawai tersebut tetap
memiliki status hubungan kerja tetap, namun tidak lagi menerapkan masa
tugas tertentu, gajinya pun disesuaikan saat itu juga atau penyesuaian gaji
itu ditunda sampai siklus review tahunan berikutnya. Setelah itu, pegawai
tersebut akan mendapat pertimbangan gaji selama siklus review tahunan.
Asisten Penelitian¯Selain siklus review gaji tetap yang dijelaskan di atas,
asisten penelitian memperoleh review gaji enam bulan yang hanya terjadi
sekali. Karena rapat komite review gaji untuk mempertimbangkan rekomendasi gaji hanya diadakan pada waktu-waktu tertentu dalam setahun,
maka beberapa rekomendasi mungkin baru ditindaklanjuti setelah tang-
380
Lampiran A
gal efektif kenaikan gaji tersebut. Dalam keadaan ini, kenaikan gaji yang
sudah disetujui akan dinyatakan berlaku surut sampai tanggal efektif
tersebut (hari pertama dari masa pembayaran penuh pertama setelah enam
bulan hubungan kerja sebagai asisten penelitian tetap purnawaktu atau
­parowaktu).
Setelah kenaikan gaji enam bulan itu, asisten penelitian akan menerima
pertimbangan dalam masa review gaji yang pantas berikutnya (pada
­pertengahan tahun atau pada 1 Januari, tergantung pada rentang waktu
sejak review yang terakhir) dan pada siklus review tahunan sesudahnya.
Kenaikan Gaji di Luar Siklus
Ada keadaan yang membenarkan kenaikan gaji diadakan pada waktuwaktu ­dalam satu tahun di luar masa review tahunan, misalnya promosi ke
suatu jabatan yang sedang kosong atau keharusan untuk menanggapi suatu
penawaran dari luar kepada salah satu pegawai Urban Institute. Dalam
keadaan demikian, kenaikan gaji yang bersangkutan akan efektif pada tanggal persetujuan.
Pengurangan Gaji
Kadang-kadang, karena kebutuhan jadwal kerja, penyesuaian dengan
tingkat tanggungjawab yang lebih sedikit atau lebih rendah, perubahanperubahan organisasional yang mengakibatkan hilangnya jabatan terdahulu
seorang pegawai, perubahan jalur karier, atau karena alasan lain, seorang
pegawai terpaksa melamar lowongan untuk pekerjaan di tingkat yang
lebih rendah. Dalam keadaan demikian, besarnya gaji akan ditentukan
dalam kisaran jabatan baru itu pada satu nilai yang sebanding dengan gaji
yang pernah diberikan kepada para pemegang jabatan di tingkat golongan
itu yang mengemban tanggung jawab pekerjaan yang serupa dan tingkat
kinerja pekerjaan serupa. Direktur personalia akan merekomendasikan nilai
gaji yang pantas, dengan berkonsultasi pada direktur kantor/direktur pusat
dan disetujui oleh wakil presiden senior.
Promosi
Pegawai akan memperoleh promosi bila dia mengisi lowongan yang
diumumkan dengan nilai gaji lebih tinggi. Kenaikan gaji yang berhubungan dengan promosi akan didasarkan pada kinerja individu dan jabatan
relatif dalam kisaran gaji yang baru. Kenaikan gaji itu akan efektif pada
Lampiran A
381
hari ­pertama masa pembayaran setelah tanggal persetujuan, kecuali bila
­dinyatakan sebaliknya.
Klasifikasi Ulang
Klasifikasi ulang terjadi bila jabatan seorang pegawai saat ini dievaluasi
kembali oleh kantor personalia dan diklasifikasikan ulang ke dalam nilai
gaji yang lebih tinggi atau lebih rendah sebagai akibat dari perubahan
yang dapat dilihat dan dapat diukur pada tingkat pertanggungjawaban dan
keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Klasifikasi
ulang yang mengakibatkan suatu jabatan dipindah ke nilai gaji yang lebih
tinggi akan dianggap sebagai promosi. Evaluasi ulang pekerjaan juga dapat
mengakibatkan berubahnya nama suatu jabatan (tanpa perubahan nilai
gaji) atau tidak mengubah klasifikasi jabatan itu sama sekali. Permintaan
untuk mengadakan klasifikasi ulang umumnya dipertimbangkan saat siklus
review gaji tahunan. Setiap penyesuaian gaji yang timbul dari klasifikasi
ulang tersebut akan berlaku efektif pada 1 Januari.
Permintaan klasifikasi ulang dapat dicetuskan oleh penyelia atau
­pegawai ­melalui penyelia tersebut dan harus didukung dengan bukti
kuat bahwa ­memang ada perubahan signifikan dan berkelanjutan pada
­tingkat k­ emandirian yang menyertai pekerjaan individu tersebut, tingkat
­pertimbangan yang wajib dilaksanakan individu tersebut, tingkat kesulitan
tugas-tugas yang dikerjakan, atau tanggung jawab kepenyeliaan individu
itu. Perubahan pada jumlah tugas yang terkait dengan suatu pekerjaan
atau jumlah individu yang diselia saja tidak cukup sebagai alasan untuk
­membenarkan pelaksanaan klasifikasi ulang terhadap suatu jabatan.
Prosedur Klasifikasi Ulang untuk Staf Layanan Administrasi dan
Komputer: Pegawai mengisi formulir Kuesioner Deskripsi Pekerjaan yang
dapat diperoleh dari kantor personalia. Penyelia akan me-review jawabanjawaban pegawai dan mengisi bagian kepenyeliaan sebelum mengirimkan
kuesioner yang sudah terisi lengkap dan data pendukung lainnya kepada
direktur personalia beserta permintaan tertulis untuk melakukan klasifikasi
ulang.
Kantor personalia akan membandingkan kuesioner itu dengan d­ eskri­psi
­pekerjaan yang ada dan data klasifikasi pekerjaan lainnya untuk
­menentukan klasifikasi yang sesuai untuk jabatan tersebut. Jika sesuai,
direktur personalia akan mengusulkan nama, klasifikasi, dan nilai gaji
untuk pekerjaan baru itu kepada wakil presiden senior. Keputusannya akan
diberitahukan kepada pegawai melalui penyelia.
382
Lampiran A
Prosedur Klasifikasi Ulang untuk Staf Penelitian: Ketika seorang p­ eneliti
telah menunjukkan secara konsisten, dalam suatu periode waktu, pekerjaan
dengan tingkat kemandirian dan kemampuan yang lebih tinggi daripada
yang diharapkan dari peneliti-peneliti lain dengan t­ingkat p­ ekerjaan yang
sama, direktur pusat boleh merekomendasikan p­ romosi. Direktur pusat
harus menyerahkan formulir Permohonan Promosi (­ tersedia di kantor
­personalia) atau memorandum tertulis yang menyatakan c­ ontoh-contoh
­kinerja spesifik yang menunjukkan tingkat kerja melebihi harapan untuk
tingkat pekerjaan saat ini. Bersama memo itu harus disertakan resume
­terbaru dan contoh-contoh karya tulis terbaru individu tersebut.
Permohonan promosi biasanya dipertimbangkan dalam siklus review gaji
tahunan. Direktur personalia akan me-review kelengkapan dan kesesuaian
rekomendasi itu dengan penilaian kinerja yang terbaru dan menyerahkannya
kepada komite review gaji untuk diambilkan keputusan. Keputusan itu akan
diberitahukan kepada pegawai lewat penyelia.
Lampiran
B
Contoh Seminar Orientasi
C
ontoh berikut ini berdasarkan presentasi PowerPoint yang
dipersiapkan oleh Burton Richman dari Urban Institute
untuk anggota tim baru Institute for Urban Economics (Moskow)
untuk United States Agency for International Development
(USAID)— proyek pendampingan teknis bersponsor yang bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah daerah di Rusia untuk
meningkatkan pemberian bantuan sosial dan layanan sosial bagi
penduduk. Karena itu, bagian pertama diorientasikan untuk bekerjasama dengan pemerintah daerah. Bagian kedua membicarakan
unsur-unsur umum yang bergerak dalam sebuah lembaga think
tank yang sangat banyak terlibat dalam proyek-proyek pendamp.ingan teknis
384
Lampiran B
Penyediaan Pendampingan Teknis
kepada Kotapraja untuk Badan Donatur
BAGIAN I: BEKERJA DENGAN KLIEN
Insentif yang Disediakan Kotapraja untuk Partisipasi
l
Dana untuk meningkatkan operasi?
l Perjalanan untuk sesi pelatihan atau studi wisata?
l Peningkatan kepercayaan atau reputasi profesional?
Pendekatan kepada Pemerintah —Apa Saja yang Penting?
l
l
l
l
l
l
Kualitas gagasan yang diajukan
Tingkat kompetensi yang diperhitungkan
Jenis gaya bekerja yang diperhitungkan
Memahami masalah-masalah mereka
Jangan berikan janji yang muluk-muluk—tetap fokus pada
agenda Anda
Perbaikan manajemen hampir tidak pernah menjadi prioritas
Bekerja dengan Mitra Kerja —Pedoman Dasar
l
Sikap
Mulailah dengan masalah mereka
l Pahami letak dukungan Anda dalam pemerintahan dan
­temukan cara memanfaatkannya
lBersikap responsif
l Selalu ada tepat waktu
l Sediakan bahan-bahan yang penting—buatkan dokumen
sampel, bagan, dsb. bila diperlukan
l
Lampiran B
385
l
Jadilah “yang aktif”—selalu bertanya sampai Anda mengerti
situasinya, baru kemudian membuat proposal-proposal yang
konkret
lHindari pendekatan-pendekatan yang sifatnya “pukul rata”.
l Putuskan perubahan apa yang hendak direkomendasikan:
o Jangan langsung memberikan respons pada masalahmasalah yang sedang diamati
oBicarakan ide-ide perubahan dengan anggota tim yang lain
o Buatlah rekomendasi yang sangat konkret dan spesifik
sehingga berguna
Hubungan yang Penuh Kepercayaan
l
Membangun hubungan yang kepercayaan terhadap Anda
merupakan hal yang amat penting di dalamnya.
BAGIAN II: PENDAMPINGAN TEKNIS
“SESUAI PERMINTAAN”
Apakah Implikasinya?
l
Jangan mengikutsertakan kota yang jelas-jelas tidak tertarik.
Mereka tidak mungkin menjadi mitra yang baik
l Mulailah dengan klien lebih banyak dari yang Anda harapkan
layak untuk berhasil
lBerikan tugas-tugas penting kepada mitra kerja, tetapi jangan
terlalu lepas tangan dari pekerjaan itu yang berakibat mitra
kerja dapat membuat keputusan-keputusan besar tanpa perlu
berkonsultasi dengan Anda
lBersabarlah, jangan terlalu menekan. Jika memungkinkan, kurangi tingkat pekerjaan dengan kota, tetapi tetap
­berhubungan untuk mengetahui bila tingkat kepentingan
meningkat
386
Lampiran B
Menangani Banyak Proyek
lAturlah
waktu Anda
lBuatlah satu rencana yang detail
l Mintalah bantuan sebelum Anda ketinggalan
l Tetapkan prioritas atau ketahuilah apa saja prioritasnya
l Gunakan alat apa saja yang tersedia
Bekerja Sesuai Anggaran
l
Kenalilah anggaran dan segala aktivitas yang ditopang
­dengan anggaran itu
l Manfaatkan laporan-laporan manajemen atau catatan pribadi
Anda untuk selalu menelusuri pengeluaran apa saja yang
Anda buat dan pengeluaran apa saja yang perlu Anda buat
l Siapkan antisipasi penanganan masalah sebelum terjadi
Skeptisisme Data
l
Jangan percaya angka-angka dari klien tanpa
­mengonfirmasikannya terlebih dahulu
l Lakukan pemeriksaan ulang untuk semuanya
l Carilah kejanggalan-kejanggalan jika ada
l Pastikan semua ketentuan sudah memiliki dasar yang kuat
Lampiran
C
Kerangka Kursus
Analisis Kebijakan
K
erangka ini dihasilkan dari pengembangan materi oleh
Urban Institute atau Institute for Urban Economics. Kursus
ini pada 2005 telah diajarkan kepada pejabat kota dan staf LSM
di 12 kota di Rusia, kepada staf LSM advokasi dan lembaga think
tank, pejabat-pejabat pemerintah di Bosnia dan Herzegovina,
dan serta pejabat pemerintah dan staf LSM advokasi di Republik
Kyrgyz. Buku teks untuk kursus ini adalah Policy Analysis for Effective Development: Strengthening Transition Economies oleh
Kristin Morse dan Raymond Struyk (Boulder, CO: Lynne Rienner
.)Publishers, 2006
388
Lokakarya 1: Lampiran C
Pemikiran Kritis tentang Program dan Subsidi
Masyarakat Lokakarya
Menit
Hari ke-1
09.00 - 09.30
30
09.30 - 10.00
10.00 - 10.30
30
30
10.30 - 10.45
10.45 - 11.45
11.45 - 12.30
12.30 - 13.30
13.30 - 14.00
14.00 - 14.45
15
60
45
60
30
45
14.45 - 15.00
15.00 - 15.45
15.45 - 16.15
15
45
30
16.15 - 16.30
15
Hari ke-2
09.00 - 09.20
09.20 - 09.40
09.40 - 10.40
20
20
60
10.40 - 10.55
10.55 - 12.00
15
65
12.00 - 13.00
60
13.00 - 14.00
14.00 - 14.45
60
45
14.45 - 15.30
15.30 - 15.45
15.45 - 16.00
45
15
15
Peristiwa
Perkenalan dengan instruktur, peserta,
IUE, dan UI
Tinjauan bahan kursus
Latihan 1: Macam-macam tindakan
kebijakan
Istirahat
Penargetan
Latihan 2: Penargetan
Makan siang
Macam-macam subsidi
Latihan 3: Menganalisis bentuk-bentuk
subsidi alternatif untuk pendampingan
sosial
Istirahat
Subsidi: Perhitungan manfaat
Latihan 4: Perhitungan manfaat dari berbagai subsidi
Rangkuman hari ke-1, sekilas ulasan
bahan hari ke-2
Pengantar analisis kebijakan
Analisis stakeholder
Latihan 5: Analisis stakeholder (tiga
bagian)
Istirahat
Analisis Kebijakan: Proses dengan enam
langkah
Contoh kota Perm
Pengantar latihan
Latihan 6: Analisis Kebijakan ?Studi kasus Arzamas dan militer
Makan siang
Latihan 6: Analisis Kebijakan (lanjutan)?
Studi kasus kota Arzamas dan studi
kasus militer (presentasi/diskusi)
Tes
Evaluasi/pekerjaan rumah
Rangkuman lokakarya 1, sekilas ulasan
bahan untuk lokakarya 2
Penyaji
389
Lampiran C
Lokakarya 2: Memberikan Pelayanan Masyarakat Secara Efisien
Menit
Peristiwa
Hari ke-1
09.00 - 09.20
20
09.20 - 09.40
20
09.40 - 10.00
10.00 - 10.30
20
30
10.30 - 10.45
10.45 - 11.05
11.05 - 11.50
15
20
45
11.50 - 12.30
40
12.30 - 13.00
30
13.00 - 14.00
14.00 - 14.20
60
20
14.20 - 14.50
14.50 - 15.05
15.05 - 15.50
30
15
45
15.50 - 16.15
16.15 - 16.25
25
10
Hari ke-2
09.00 - 09.20
09.20 - 10.30
Pertanyaan-pertanyaan dari lokakarya 1,
pekerjaan rumah dikumpulkan
Pengantar lokakarya 2
Benda-benda milik umum (public
goods)/peran pemerintah dalam
ekonomi pasar
Tanggung jawab pengeluaran
Latihan 1: Fungsi dan tanggung jawab
pemerintah
Istirahat
Wewenang pendapatan
Pilihan untuk melaksanakan fungsi
­pemerintahan
Latihan 2: Pilihan yang tepat untuk fungsi
pemerintahan
Pengantar pengalaman terbaru/pembelian berdaya saing
Makan siang
Pengantar pengalaman terbaru/
pembelian berdaya saing, lanjutan
Presentasi peserta (tugas lokakarya 1)
Istirahat
Kontrak yang berhasil: proses dengan
enam tahap
Mempelajari bahan kursus
Rangkuman hari ke-1, sekilas ulasan
bahan hari ke-2
20
70
10.30 - 10.45
10.45 - 11.30
15
45
11.30 - 12.30
60
12.30 - 13.30
60
Review kontrak/pengantar latihan
Latihan 3: Mengikat
kontrak?mempersiapkan
persaingan dan mengajukan
permohonan proposal
Istirahat
Latihan mengupayakan kontrak:
­Mempersiapkan proposal
Latihan mengupayakan kontrak:
­Presentasi dan evaluasi?
perumahan
Makan siang
Penyaji
390
Lampiran C
Lokakarya 2: Memberikan Pelayanan Masyarakat Secara Efisien
Menit
13.30 - 14.30
60
14.30 - 14.45
14.45 - 15.15
15
30
15.15 - 15.30
15
15.30 - 16.15
45
Peristiwa
Latihan mengupayakan kontrak:
Presentasi dan evaluasi? pelayanan
masyarakat
Istirahat
Latihan mengupayakan kontrak:
Pemantauan (diskusi kelompok)
Rangkuman lokakarya 2, sekilas ulasan
bahan lokakarya 3
Tes/pekerjaan rumah/evaluasi
Penyaji
391
Lampiran C
Lokakarya 3: Evaluasi dan Pemantauan Program
Menit
Peristiwa
Hari ke-1
09.00 - 09.15
15
09.15 - 09.25
09.25 - 09.50
09.50 - 10.05
10.05 - 10.35
10
25
15
30
10.35 - 10.50
10.50 - 11.30
15
40
11.30 - 12.00
12.00 - 12.15
30
15
12.15 - 12.30
15
12.30 - 13.00
13.00 - 14.00
14.00 - 14.15
30
60
15
14.15 - 14.40
25
14.40 - 15.05
15.05 - 15.25
25
20
15.25 - 16.10
45
Hari ke-2
09.00 - 09.35
Pertanyaan-pertanyaan dari lokakarya 2,
pekerjaan rumah dikumpulkan
Pengantar lokakarya 3
Pembuatan model program
Latihan 1: Pembuatan model program
Pemantauan
Latihan 2: Menelaah indikator
pemantauan
Istirahat
Pelaksanaan pengumpulan data untuk
pemantauan
Latihan 3: Pembuatan kerangka logika
Assessment data kritis, masalahmasalah/pemeriksaan data
Latihan 4: Pemeriksaan data
pemantauan
Telaah data penting dan analisisnya
Makan siang
Telaah data penting dan analisisnya,
lanjutan
Latihan (diskusi) 5: Mengubah data
menjadi informasi berguna
Pengantar evaluasi program
Pelaksanaan evaluasi proses
Tahap 1: Rancangan evaluasi
Latihan 6: Rancangan evaluasi untuk
­program makan siang sekolah­
sekolah di Arzamas
35
09.35 - 09.45
10
09.45 - 10.15
10.15 - 10.45
10.45 - 11.00
11.00 - 11.45
11.45 - 12.05
12.05 - 12.50
12.50 - 13.00
13.00 - 14.00
30
30
15
45
20
45
10
60
Pelaksanaan evaluasi proses
Tahap 2: Pengumpulan data
Tahap 3: Analisis data
Pelaksanaan evaluasi proses
Tahap 4: Memanfaatkan evaluasi
Contoh evaluasi tunjangan rumah
Latihan 7: Contoh evaluasi
Istirahat
Latihan 7: Contoh evaluasi, lanjutan
Presentasi pekerjaan rumah
Tes/pekerjaan rumah/evaluasi
Rangkuman
Makan siang
Penyaji
392
Lampiran C
Lokakarya 4: Mempersiapkan Rekomendasi Kebijakan
Menit
Hari ke-1
09.00 - 09.15
15
09.15 - 09.25
09.25 - 10.25
10
60
10.25 - 10.40
10.40 - 11.00
15
20
11.00 - 11.15
15
11.15 - 13.00
105
Hari ke-2
90+
60
15
Peristiwa
Pertanyaan dari lokakarya 3,
pengumpulan pekerjaan rumah
Pengantar untuk lokakarya 4
Rekomendasi kebijakan yang kuat/ lemah
Diskusi kelas: Contoh-contoh rekomendasi
kebijakan
Istirahat
Cara menulis rekomendasi kebijakan
Review analisis kebijakan/konsep-konsep
penting
Struktur rekomendasi kebijakan
Macam-macam rekomendasi
Latihan: Masalah-masalah kebijakan
Setiap kasus mendapat waktu kira-kira
1½ jam, termasuk waktu untuk
presentasi. Selesaikan sesuai waktu
yang disediakan
Latihan: Masalah-masalah Kebijakan
Setiap kasus mendapat waktu sekitar 1½
jam, termasuk waktu untuk presentasi.
Selesaikan sedikitnya satu kasus sebelum tes (peserta menulis sendiri­sendiri)
Tes
Evaluasi
Pilihan: waktu tambahan bagi peserta
­untuk melaksanakan tes susulan
Upacara kelulusan
Perayaan
Penyaji
Lampiran
D
Kebijakan Pengendalian Mutu
Institute for Urban
Economics (Moskow)
393
394
Lampiran D
INSTITUTE
Regulasi Sah
FOR URBAN
ECONOMICS
Presiden Institute
for Urban Economics
30/05/2000
N. B. Kosareva
Perihal Pengendalian Mutu Dokumen
dan Publikasi yang Dikeluarkan
Uraian Umum
Regulasi-regulasi itu menetapkan prosedur untuk mengendalikan dokumen
dan publikasi yang dikeluarkan personel IUE sebagai bagian dari tanggung
jawab pekerjaan (produk) mereka dan dimaksudkan untuk sosialisasi
keluar. Daftar produk yang harus menjalani prosedur pengendalian mutu
diberikan dalam annex 1.
Kepala unit struktural bertanggung jawab atas mutu semua produk yang
keluar dari unit tersebut (termasuk produk-produk yang tidak termasuk
cakupan regulasi-regulasi tersebut, namun disosialisasikan sebagai produk
IUE) dan memastikan bahwa produk sudah memenuhi syarat-syarat dalam
regulasi-regulasi ini.
Regulasi harus mempertimbangkan dua tipe reviewing internal
(pengendalian mutu): tipe lengkap dan tipe singkat.
Kontrol terhadap pemenuhan jadwal waktu yang ditentukan dalam
semua Regulasi ini harus diserahkan kepada direktur pusat informasi dan
publikasi.
Penulis, direktur unit struktural tempat penulis bernaung, dan petugas
review bertanggung jawab atas mutu akhir produk.
Penyerahan bahan kepada kepala unit struktural untuk mendapat
persetujuan setelah prosedur-prosedur reviewing internal mengisyaratkan
penyerahan produk kepada lembaga.
Bila diperlukan penyesuaian pada bahan setelah bahan itu diserahkan ke
Pusat Informasi dan Publikasi, sedangkan dana telah dihabiskan untuk
membiayai pengembangan bahan dan sosialisasi bahan itu keluar, kepala
unit struktural harus menyusun memo yang dialamatkan kepada presiden
IUE (dengan satu tembusan memo itu kepada direktur keuangan).
Lampiran D
395
Prosedur Reviewing Internal Lengkap
Dalam menerapkan prosedur-prosedur pengaturan untuk reviewing internal
lengkap, untuk melaksanakan prosedur pengendalian mutu yang lengkap,
seorang petugas review untuk masing-masing produk yang keluar harus
ditunjuk melalui rapat mingguan para kepala unit struktural IUE sesuai
dengan proposal yang dibuat oleh kepala unit struktural tempat penulis
bernaung.
Penulis bahan harus menyiapkan bahan tersebut untuk di-review sedikit­nya empat minggu sebelum tanggal terakhir penyerahan bahan itu ke Pusat
Informasi dan Publikasi. Tanggung jawab atas kelengkapan bahan ada pada
penulis bahan itu. Kelengkapan bahan mengisyaratkan adanya bagianbagian ini di dalam bahan tersebut:
halaman judul (penulis, nama, tahun publikasi)
halaman judul belakang (intisari)
n teks dengan daftar isi
n daftar referensi (jika ada)
n lampiran (jika ada)
n
n
Petugas review akan me-review bahan dalam dua minggu sesuai syaratsyarat yang ditetapkan dalam regulasi-regulasi ini, lalu mengembalikan
bahan tersebut kepada penulis bersama review itu dengan dilampiri
sepucuk surat pengantar (annex 2)
Bila petugas review berkesimpulan bahwa bahan tersebut akan
disosialisasikan tanpa perubahan apa pun, penulis menyerahkan bahan
itu kepada kepala unit struktural untuk mendapat persetujuan, lalu
menyerahkannya ke Pusat Informasi dan Publikasi bersama salinan asli
review tadi dengan dilampiri surat pengantar.
Bila petugas review menyarankan beberapa perubahan harus dimasukkan
pada bahan, penulis harus mengoreksi bahan itu dalam dua minggu sesuai
rekomendasi yang dinyatakan dalam review tadi, kemudian sekali lagi
penulis menyerahkan bahan itu untuk direvisi (dengan mengulang kembali
prosedur-prosedur yang dijelaskan dalam tiga paragraf sebelumnya). Setiap
tahap dalam pengolahan bahan harus dijelaskan dalam surat pengantar.
Prosedur Pengaturan Reviewing Internal Singkat
Dalam melaksanakan prosedur reviewing internal singkat, kepala unit
struktural tempat penulis bahan itu bernaung harus menyusun memo berisi
396
Lampiran D
usulan penunjukan petugas review yang ditujukan kepada presiden IUE,
direktur utama, atau direktur eksekutif (annex 3). Penunjukan petugas
review juga dapat dilakukan dalam rapat para direktur setelah usulan dari
kepala unit struktural tempat penulis bernaung (prosedurnya sama dengan
yang tadi dijelaskan).
Setelah memo ditandatangani dan penunjukan petugas review ditegaskan
dalam risalah rapat kepala-kepala unit struktural, penulis menyerahkan
bahannya kepada petugas review. Petugas review akan me-review bahan
itu dalam tiga hari sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam
bagian berikutnya dalam regulasi-regulasi ini, kemudian bahan tersebut
dikembalikan kepada penulis dilampiri sepucuk surat pengantar (review
tidak perlu ditulis).
Jika petugas review berkesimpulan bahwa bahan tersebut akan
disosialisasikan tanpa perubahan apa pun, penulis menyerahkan bahan
itu kepada kepala unit struktur untuk minta persetujuan, kemudian bahan
itu diserahkan ke Pusat Informasi dan Publikasi dilampiri sepucuk surat
pengantar.
Bila petugas review merekomendasikan agar beberapa perubahan
dimasukkan pada bahan itu, penulis mengoreksi bahan dalam dua minggu
sesuai dengan rekomendasi-rekomendasi yang dinyatakan dalam review
tadi, kemudian sekali lagi penulis menyerahkan bahan itu kepada Pusat
Informasi dan Publikasi, diserta surat pengantar.
Jika peninjau menyarankan bahwa perubahan harus dimasukkan
dalam materi, maka penulis mengoreksi materi dalam dua minggu
sesuai rekomendasi yang dinyatakan dalam tinjauan, setelah itu ia juga
mengumpulkan materi untuk revisi (dengan mengulang kembali prosedurprosedur yang dijelaskan dalam tiga paragraf sebelumnya). Setiap tahap
pengolahan bahan harus dijelaskan dalam surat pengantar.
Reviewing
Review mengungkapkan opini perihal materi, meliputi analisis,
karakterisasi, dan evaluasinya.
Syarat-syarat review:
objektif dan opini didasarkan pada prinsip-prinsip yang sudah
ditetapkan
n evaluasi didasarkan pada standar bermutu tinggi dan opini-opini yang
meyakinkan
n
Lampiran D
n
397
semua kesimpulan dan rekomendasi disertai dengan pembuktian yang
layak
semua data sumber, referensi, dan contoh dapat dipercaya
n laporan yang menjadi hak sesuai dengan syarat-syarat pelanggan yang
disebutkan dalam persetujuan/kontrak/dana bantuan yang membiayai
pembuatan bahan tersebut.
n
Syarat-syarat pembuatan review:
Review ditulis pada lembar kertas terpisah
Review ditandatangani petugas review dengan menyebutkan tanggal
review.
n Panjang review sedikitnya satu halaman, tetapi tidak lebih dari tiga
halaman, dicetak di atas kertas A4 dengan spasi 1,5 dan ukuran huruf
12, kecuali untuk produk-produk yang tebalnya 150 halaman lebih,
maka review-nya bisa lebih dari tiga halaman.
n
n
Unsur-unsur struktural dalam review:
evaluasi umum isi bahan, kesesuaiannya dengan judul yang
diumumkan, dan kebutuhan pembaca sasaran
n komentar tentang struktur dan isi review (editor boleh mengomentari isi
bahan tersebut): disarankan agar komentar dibuat dalam bentuk daftar
bernomor
n kesimpulan dan saran.
n
Penyelesaian Sengketa
Bila penulis bahan tidak setuju dengan opini petugas review, bahan tersebut
harus diserahkan untuk didiskusikan oleh Dewan Ilmiah IUE.
Bila anggota Dewan Ilmiah IUE tidak bisa mencapai keputusan yang
mufakat, bahan akan dipertimbangkan oleh presiden IUE atau orang lain
yang ditunjuk oleh presiden IUE.
CATATAN
1. Contoh, artikel-artikel dalam surat kabar lokal, dan sebagainya.
398
Lampiran D
A NNEX 1
Bahan-bahan yang Wajib Menjalani Prosedur Pengendalian Mutu
Jenis materi
Peristiwa
Bahan pelatihan analisis/metodologis/
laporan akhir atau perpaduan dari bahan­bahan tersebut dengan panjang lebih
dari 8 halaman, dicetak di atas kertas
A4 ­(dengan spasi 1,5 dan huruf 12),
­dimaksudkan IUE untuk sosialisasi atau
pelanggan dalam bentuk buku, CD-Rom,
atau dipasang pada situs weba
Prosedur reviewing internal
lengkap
Cetakan ulang bahan yang sudah di-­
review dengan penambahan dan
­perubahan
Prosedur reviewing internal
singkat
CD-Rom/buku kompilasi/produk kombinasi lainnya dengan bahan-bahan yang
sudah di-review dengan penambahan dan
perubahan
Prosedur reviewing internal
singkat
Policy brief, intisari analisis, bahan-bahan
analisis lainnya dengan panjang kurang
dari 8 halaman, dicetak di atas kertas A4
(dengan spasi 1,5 dan huruf 12), presentasi terakhir implementasi proyek dengan
menggunakan alat elektronik (dibuat dengan program PowerPoint atau perangkat
lunak sejenis)
Prosedur reviewing internal
singkat
Artikel majalah
Prosedur reviewing internal
singkat
Bahan presentasi (buklet yang disajikan
dengan salah satu bahan proyek, brosur
berlipat, selebaran, dsb.)
Prosedur reviewing internal
singkat
399
Lampiran D
A N aN E X 2
Judul
bahan:
Jenis bahan:
o BUKU
o ARTIKEL o POLICY BRIEF o CD-Rom
o Bahan analisis untuk ditampilkan di situs web
o Laporan kepada pelanggan
Penulis
Petugas review
Direktur unit struktural
Tanggal penyerahan kepada petugas review
Kesimpulan petugas review:
oBahan siap diterbitkan tanpa perubahan
oBahan siap diterbitkan dengan sedikit perubahan
oBahan siap diterbitkan hanya setelah dilakukan perubahan-perubahan
besar
oBahan perlu dikerjakan ulang seluruhnya
Komentar:
Tanda tangan
Tanggal penyerahan kepada petugas review
Petugas review
Tanggal penyerahan kepada penulis
Penulis
400
Lampiran D
Pengulangan reviewing 1 (diisi jika menurut kesimpulan petugas
review, bahan tidak boleh dicetak tanpa perbaikan)
Kesimpulan oleh petugas review:
oBahan siap diterbitkan tanpa perubahan
oBahan siap diterbitkan dengan sedikit perubahan
oBahan siap diterbitkan hanya setelah dilakukan perubahan-perubahan besar
oBahan perlu dikerjakan ulang seluruhnya
Komentar:
aTanda tangan
Tanggal penyerahan kepada petugas review
Petugas review
Tanggal penyerahan kepada penulis
Penulis
Pengulangan reviewing 2 (diisi jika menurut kesimpulan petugas
review, bahan tidak boleh dicetak tanpa perbaikan)
Kesimpulan oleh petugas review:
oBahan siap diterbitkan tanpa perubahan
oBahan siap diterbitkan dengan sedikit perubahan
oBahan siap diterbitkan hanya setelah dilakukan perubahan-perubahan besar
oBahan perlu dikerjakan ulang seluruhnya
Komentar:
Tanda tangan
Tanggal penyerahan kepada petugas review
Petugas review
Tanggal penyerahan kepada penulis
Penulis
Penulis
Direktur unit struktural
Petugas review
Tanda tangan
M. Yu. Ledovskiy, Direktur Pusat Informasi dan Publikasi
Tanggal
401
Lampiran D
A NNEX 3
DISETUJUI
Direktur Utama Institute for Urban Economics
Komentar:
Tanggal
Kepada Direktur Utama Institute for
Urban Economics
A.S. Puzanov
MEMO KANTOR
Sesuai Paragraf 3.1 dari Regulasi, Perihal Pengendalian Mutu Dokumen dan
Publikasi yang Dikeluarkan, mohon disetujui
Nama, nama keluarga calon
sebagai petugas review
Judul bahan
Tanggal
Direktur unit struktural
Tanda tangan
Nama lengkap
402
Lampiran
E
Menilai Keefektifan
Strategi Sosialisasi:
Program Urban Institute
“Assessing the New Federalism”
Latar belakang
Assessing the New Federalism adalah proyek multitahun The
Urban Institute untuk menganalisis pendelegasian tanggung jawab
atas program-program sosial dari pemerintah federal ke pemerintah negara bagian. Proyek ini terutama berfokus pada perawatan
kesehatan, jaminan pendapatan, program pelatihan dan pekerjaan,
serta pelayanan masyarakat.1 Para peneliti memantau perubahanperubahan program dan perkembangan fiskal. Tujuan proyek ialah
memberikan informasi yang tepat waktu dan tidak memihak perihal
debat publik dan membantu negara dan para pembuat keputusan
daerah menjalankan tanggung jawab mereka dengan lebih efektif.
Unsur-unsur utama proyek ini terdiri dari survei rumah tangga dan
studi kebijakan di 13 negara bagian.
Sejak dimulai pada 1996, Assessing the New Federalism (ANF)
dan para penyandang dananya berpendapat sosialisasi adalah
bagian integral dari seluruh proyek. Proyek tersebut memahami
bahwa perbaikan kesejahteraan—dan delegasi tanggung jawab
pembuatan keputusan sebagai prinsip utama hukum yang baru—
meletakkan tanggung jawab baru ke tangan para pemangku kepentingan (stakeholder) di tingkat negara bagian. Staf proyek perlu
memastikan bahwa kegiatan pembuatan kebijakan stakeholder
403
404
Lampiran E
akan mendapat manfaat dari penelitian dan data terakhir tentang
bantuan uang tunai, perawatan anak, kesejahteraan anak, tunjangan anak, perlindungan asuransi kesehatan, akses dan penggunaan
Medicaid, State Children’s Health Insurance Program, dan lebih
umumnya jaringan pengaman kesehatan.
Sasaran, Tujuan, dan Strategi
Sosialisasi ANF
Untuk mencapai sasaran proyek—mengintegrasikan sumber
data dan penelitian ANF ke dalam proses pembuatan kebijakan
negara bagian—tim komunikasi menetapkan tiga tujuan, yaitu:
● Menyusun data dan analisis ANF yang dapat dipercaya oleh
semua pihak dalam debat kebijakan.
● Merangkul banyak stakeholder nasional maupun negara bagian,
terdiri dari pejabat-pejabat terpilih, pengurus instansi, pengacara, penyedia jasa, asosiasi profesi dan asosiasi perdagangan.
● Menggabungkan data dan penelitian ANF menjadi diskusi kebijakan nasional dan negara bagian.
Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, ANF mengusung tujuh
strategi, yaitu:
● Mengajukan data dan analisis ANF berdasarkan “kesempatan
yang sama” kepada ragam luas stakeholder di semua pihak dalam debat politik. ANF menggunakan beberapa taktik untuk
menjalankan strategi ini: menjaga transparansi survei metodologi; menghindari pertimbangan nilai dalam menjelaskan
data; menawarkan hasil yang positif maupun negatif dari
pilihan-pilihan kebijakan; mempromosikan akses data dan
penggunaan data tersebut oleh pihak-pihak lain; dan menerbitkan rangkuman—press release pada hari-hari pertama
proyek) untuk semua publikasi ANF.
● Menyediakan penelitian dalam berbagai format guna memenuhi
Lampiran E
405
kebutuhan berbagai stakeholder yang berbeda-beda. Contoh,
pembuat-kebijakan negara bagian sudah membatasi waktu
dan sumber daya untuk me-review penelitian. Publikasi yang
disasarkan kepada mereka harus singkat, fokus pada satu isu,
menekankan kesimpulan, dan menghubungkan penelitian dengan implikasi-implikasi kebijakan. Kebalikannya, para peneliti
membutuhkan publikasi yang lebih rinci.
Proyek ANF meluncurkan penelitian dalam empat format.
Policy brief menganalisis isu spesifik yang relevan dengan kebijakan. Policy brief menggunakan alat statistik sederhana, lebih
mengutamakan bagan dan grafik daripada tabel, dan dirancang
untuk dibaca stakeholder dalam waktu 30 menit. ANF menerbitkan policy brief-nya pada Januari 1997. Brief seri “A” yang
saat ini berjumlah 62, menganalisis banyak macam data. Brief
seri “B” yang dimulai pada Agustus 1999, hanya mengandalkan
data National Survey of America’s Families (NSAF). Sejauh ini
sudah ada 55 brief seri “B”.
Makalah berkala lebih rinci sifatnya. Topik-topik digali secara
lebih mendalam, analisis data yang diperlukan lebih kompleks,
atau berisi laporan data kualitatif. Berdasarkan kunjungan kami
ke 13 negara bagian fokus, kebanyakan makalah menerangkan
adaptasi jaringan pengaman untuk perbaikan kesejahteraan dan
diterbitkan sebagai makalah berkala. ANF menerbitkan makalah
berkala pertamanya pada Juli 1997. Saat ini sudah ada 71 dalam
seri-seri makalah itu.
Selain kedua jenis publikasi utama ini, ANF menerbitkan
tiga set Snapshots of American Families untuk mengumumkan temuan-temuan awal dari setiap babak National Survey
of America’s Families. Snapshots memberikan gambaran awal
topik-topik seperti perlindungan asuransi kesehatan, kemiskinan dan pekerjaan, susunan keluarga, lingkungan keluarga, dan
kesejahteraan anak.
“Fast Facts” menyoroti isu-isu dari publikasi-publikasi ANF.
Kebanyakan “Fast Facts” terpusat pada informasi khusus seperti perbedaan kebijakan sanksi di masing-masing 50 negara
bagian, perubahan perlindungan asuransi kesehatan di kalangan
406
Lampiran E
orang dewasa berpenghasilan rendah, atau orangtua angkat
yang masih memiliki hubungan kerabat sebagai persentase dari
semua orangtua angkat. Hanya sedikit “Fast Facts” yang menyediakan ikhtisar topik yang lebih luas—menyoroti dari evaluasi
ANF SCHIP atau isu-isu reotorisasi TANF. “Fast Facts” hanya
ada di situs web; edisi cetaknya tidak ada. Sejauh ini ANF telah
meluncurkan 43 “Fast Facts”.
● Memanfaatkan komunikasi elektronik untuk mempromosikan
penggunaan situs web dan meningkatkan hubungan dengan
stakeholder. Ketika proyek ini dimulai pada 1996, akses yang
dimiliki stakeholder ke e-mail—surat elektronik—dan Internet
hanya terbatas. Sejak saat itu, semua audiens ANF mampu
menggunakan komunikasi elektronik.
Komunikasi elektronik dirancang untuk menyediakan audiens sasaran akses cepat untuk bahan-bahan yang mereka pilih.
Stakeholder dapat mengakses dokumen yang dilampirkan pada
e-mail atau menggunakan hyperlink untuk menerima dokumen
tertentu secara kilat. Bila ANF mengirimkan hard copy—data
cetak— melalui bulk mail—iklan lewat surat, pengirimannya
memerlukan waktu satu hingga tiga minggu.
ANF mengakui, kemampuan stakeholder dalam mengakses
Internet tidak sama. Untuk memudahkan stakeholder, ANF
menyediakan publikasi dalam bentuk dokumen html dan pdf.
Dokumen html lebih mudah digunakan stakeholder yang menggunakan koneksi dial-up. Pengaksesan laporan via situs web
dengan menggunakan kedua format tersebut hampir seban­
ding.
Dengan mendorong stakeholder mengakses publikasi via
situs web, ANF dapat mengurangi biaya cetak dan biaya kirim.
Biaya publikasi pun berkurang dua per tiganya. ANF menggunakan perangkat lunak manajemen-kontak untuk membangun
dan mengelola jaringan sosialisasi dengan 1.300 kontak lebih.
Perangkat lunak ini menelusuri minat-minat setiap partisipan,
menyimpan history keterlibatan mereka dengan proyek, dan
mengotomatisasi kontak e-mail pribadi dengan banyak orang di
dalam jaringan secara bersamaan. ANF menggunakan Act! atau
Lampiran E
407
Automated Contact Tracking, perangkat lunak untuk mengelola
basis data ini.
Untuk memberitahukan perihal laporan-laporan baru kepada
pengguna akhir, ANF membuat publikasi e-mail yang disebut
Hot Off the Press from ANF (HOTP) pada Mei 1999. HOTP
menyediakan rangkuman singkat (100 – 150 kata) untuk setiap publikasi baru ANF. Tidak seperti intisari biasa yang berisi
gambaran topik dalam ukuran satu halaman kertas, rangkuman
HOTP menyediakan data spesifik yang menyoroti temuantemuan terpenting. Dengan membaca rangkuman itu, pembaca
sudah memperoleh banyak hal yang penting-penting mengenai
penelitian. Setiap deskripsi disertai link menuju laporan lengkap
di situs web. Agar HOTP selalu singkat, ANF membatasi setiap
isu menjadi tiga item saja. Agar stakeholder terhindar dari
kelebihan beban e-mail, distribusi HOTP hanya dilakukan satu
kali dalam seminggu. Sejauh ini telah terbit sembilan puluh satu
edisi HOTP. Listserv-nya diurus oleh penyedia layanan untuk
itu dengan kontrak mandiri.
Listserv—layanan diskusi gratis bagi pengguna—ANF dibuat
dengan mengambil alamat-alamat e-mail dari mailing list—
daftar nama dan alamat—milik The Urban Institute. ANF juga
menyurvei orang-orang yang menerima hard copy laporan kami
untuk mengetahui apakah mereka lebih menyukai pemberitahuan laporan via e-mail. Mereka yang menyukai pemberitahuan
lewat e-mail akan dimasukkan ke listserv. Pelanggan baru
ditambahkan melalui rekomendasi, konferensi, dan kontak
langsung.
● Jaringan dengan organisasi nasional dan negara bagian untuk
mendidik anggota mereka tentang data dan analisis baru ANF.
Banyak sekali bahan berorientasi kebijakan yang diterima stakeholder dari banyak organisasi yang berbeda-beda. Stakeholder
yang menjadi anggota organisasi nasional sering memprioritaskan bahan dari organisasi-organisasi tersebut. Untuk mendorong
penggunaan penelitian ANF, ANF menjalin hubungan dengan
dua atau tiga organisasi nasional yang meliputi konstituensi atau
isu spesifik. Melalui hubungan ini, para peneliti ANF memasang
408
Lampiran E
artikel dalam newsletter stakeholder, berceramah di konferensi
mereka, dan mengidentifikasi kontak daerah dan negara bagian
untuk ditambahkan ke dalam jaringan.
● Memberikan kesempatan kepada stakeholder untuk memanfaatkan penelitian. Untuk mendorong stakeholder agar menaruh
perhatian pada penelitian ANF, proyek ini mengembangkan
strategi “komentator.” Strategi ini melibatkan stakeholder
dalam sosialisasi dan memberi mereka kepentingan istimewa
pada penelitian. Strategi ini menciptakan insentif bagi stakeholder agar menjadi terbiasa dengan penelitian. Banyak komentator ingin berbicara dengan para reporter untuk mempromosikan agenda mereka. Karena ANF melakukan penelitian
dasar, “komentator” mudah berpartisipasi. Bila komentator
mengetahui menerima panggilan dari salah seorang reporter
tentang penelitian ANF, mereka mempunyai cukup waktu untuk membaca laporannya. Setelah membaca laporan itu, lebih
besar kemungkinannya mereka akan mempergunakannya
dengan cara lain.
● Mendorong media yang meliput penelitian ANF agar menceritakan secara panjang-lebar tentang penelitian ANF yang baru.
Bekerjasama dengan kantor Urusan Umum The Urban Institute,
ANF berupaya mendapatkan liputan di media nasional. Liputan
tersebut terdiri dari media berita umum, publikasi asosiasi dan
perdagangan, serta jurnal-jurnal profesi. ANF juga menargetkan
outlet media di 13 negara bagian tempat proyek itu dipelajari
secara intensif (Alabama, California, Colorado, Florida, Massachusetts, Michigan, Minnesota, Mississippi, New Jersey, New
York, Texas, Washington, dan Wisconsin). Dengan berkembangnya proyek, jangkauan ANF meluas hingga merangkul kalangan
minoritas kulit hitam, Hispanik, dan penganut kepercayaan. Kebanyakan aktivitas layanan media ditujukan pada outlet-outlet
cetak, tetapi ANF juga menerbitkan beberapa news release radio
dan tampil di banyak sekali berita televisi.
Aktivitas layanan media berupaya melindungi reputasi ANF
sebagai sumber data dan analisis yang objektif, tidak memihak,
dan dapat dipercaya. Bekerja bersama “para komentator” me-
Lampiran E
409
mungkinkan ANF menawarkan kontak kepada reporter yang
dapat membahas implikasi kebijakan dari penelitian itu dan
makna data bagi masyarakat yang sesungguhnya. Ini memudahkan para peneliti ANF untuk memusatkan perhatian pada
penemuan-penemuan riset.
● Memperbarui strategi sosialisasi sebagai respons terhadap
perubahan lingkungan dan umpan balik dari stakeholder. ANF
mengubah prioritas-prioritas sosialisasinya dan memperbarui
strategi kegiatannya untuk memenuhi tantangan dan kesempatan baru, termasuk ketergantungan yang semakin meningkat
pada e-mail dan situs web (seperti dijelaskan di atas), mengubah
fokus dari implementasi negara bagian ke reotorisasi TANF, dan
membina kapasitas stakeholder untuk menggunakan perangkatperangkat data yang dihasilkan oleh proyek ANF.
Metodologi Penelitian
Berdasarkan tujuan dan strateginya, ANF menyodorkan enam
persoalan penelitian.
● Apakah bahan penelitian ANF memenuhi kebutuhan-kebutuhan
stakeholder? Untuk menjawab pertanyaan ini, ANF menganalisis bermacam-macam makalah, menelaah makalah itu enak
dibaca atau tidak, dan menganalisis opini pengguna akhir tentang format dan isinya.
● Apakah stakeholder merasa puas dengan penggunaan komunikasi elektronik untuk mengakses data dan analisis ANF?
Laporan menjelaskan struktur situs web dan sistem untuk
berkomunikasi dengan stakeholder secara elektronik, mereview kecenderungan sejumlah pelanggan pada listserv ANF,
me-review penggunaan situs web, menganalisis penggunaan
situs oleh para pengguna akhir dan kepuasan mereka pada situs
web itu, serta kepuasan pengguna pada listserv ANF.
● Apakah ANF memperoleh liputan media yang signifikan secara
nasional dan di 13 negara bagian yang menjadi fokus perhatian-
410
Lampiran E
nya? Sebuah analisis yang menyertakan kliping media memeriksa kapan berita-berita yang berhubungan dengan penelitian
ANF dimuat, jenis berita yang dimuat, dan topik-topik yang
paling besar peluangnya untuk diliput.
● Berhasilkah ANF mengintegrasikan “komentator” ke dalam
upaya jangkauan media kami? ANF menganalisis basis data
kliping media tadi untuk mengidentifikasi seberapa sering para
reporter menyertakan komentator ke dalam cerita mereka.
● Apakah stakeholder berpendapat penelitian ANF dapat dipercaya dan analisis ANF objektif? ANF mengukur kredibilitas
dengan tiga cara. Pertama, publikasi data dan penelitian ANF
dalam jurnal-jurnal yang di-review cermat menunjukkan bahwa
data dan analisis ANF memiliki kredibilitas di kalangan komunitas intelektual. Kedua, ANF me-review kliping media untuk
mengetahui cara para reporter memandang karakter The Urban
Institute. Ketiga, proyek ANF bertanya langsung kepada pengguna akhir tentang ada tidaknya bias ideologis yang dirasakan
dalam bahan-bahan ANF.
● Apakah stakeholder menggunakan penelitian ANF untuk
membuat kebijakan? Hipotesis ini diuji dengan memanfaatkan
informasi dari sebuah survei stakeholder tentang seberapa
bermanfaatkah publikasi dan data ANF menurut pandangan
masyarakat. Jawaban terbuka tentang cara responden memanfaatkan bahan-bahan ANF dipergunakan untuk menjelaskan
data kuantitatif.
Untuk menguji hipotesis-hipotesis ini, dipergunakan empat
sumber data primer:
● Penelitian menggunakan skor Flesch Reading Ease dan skor
Flesch-Kincaid Grade Level untuk menguji tingkat kemudahan publikasi ANF untuk dibaca. Skor Flesch Reading Ease
menghitung tingkat kemudahan berdasarkan jumlah rata-rata
suku kata per kata dan jumlah rata-rata kata per kalimat. Skala
yang dipakai adalah 0-100. Semakin tinggi skor, semakin mudah
dokumen untuk dibaca. Flesch-Kincaid Grade Level melaporkan
Lampiran E
411
skor dalam bentuk tingkat nilai. Microsoft Word menggunakan
dua uji ini.
● The Urban Institute memakai perangkat lunak WebTrends untuk
menelusuri penggunaan situs web tersebut. WebTrends mengukur sesi-sesi pengguna situs web ANF setiap bulan. WebTrends
juga memasukkan informasi berguna tentang akses ke publikasi
individual dan ke halaman-halaman situs web ANF.
● ANF menyusun basis data kliping media. Basis data melacak
kapan dan di mana setiap artikel itu dimuat, siapa penulisnya,
jenis artikel, isu-isu yang diliput artikel tersebut, keberadaan
komentator di dalam artikel itu, kemasyhuran ANF, dan bagaimana deskripsi tentang The Urban Institute.
Basis data kliping media dioperasikan mulai 1 Januari 2002
sampai 31 Agustus 2003. Basis data ini memasukkan 693 artikel
dan 1.542 kliping. Artikel adalah berita yang ditulis oleh reporter
perseorangan. Kliping menunjukkan berapa kali artikel itu
dimuat. Contoh: proyek mengumpulkan 27 kliping media dari
sebuah artikel yang ditulis oleh Laura Meckler di Associated
Press tentang asuransi kesehatan anak-anak. Sekitar 10 persen
dari seluruh kliping media yang terkumpul muncul pada halaman pertama (160).
● ANF menyurvei 19.150 pelanggan dalam listserv-nya empat kali
antara 16 Juni dan 16 Juli 2003. Sekitar 3.310 alamat e-mail
bermasalah. Para pelanggan dikirimi tiga undangan untuk berpartisipasi dalam survei tersebut. ANF menerima 538 respons,
dengan 3,4 persen respons mengecewakan.
Ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya
tingkat respons. Ada pelanggan yang mungkin sedang menikmati liburan musim panas. Kebanyakan dewan legislatif negara
bagian sedang tidak dalam masa sidang. Karena ANF mendaftar
orang-orang ke dalam listserv sebelum mereka sendiri sempat
menyatakan “setuju”, kemungkinan mereka enggan menjawab
survei tersebut.
Meskipun demikian, ketika ANF menganalisis para responden, diketahui bahwa mereka mewakili stakeholder ANF secara
representatif. Untuk menguji temuan ini, ANF membandingkan
412
Lampiran E
proporsi orang dengan berbagai extension pada listserv (misalnya, .gov, .org, .edu) dengan proporsi responden survei dari
kelompok-kelompok pengguna akhir yang berbeda-beda.
Responden diminta memilih kategori yang paling menggambarkan pekerjaan mereka saat ini. Kategori-kategorinya
adalah pemerintah (yang dipilih, ditunjuk, atau pegawai negeri
sipil—101 respons; 20,2 persen), pengacara (59 respons; 11,8
persen), penyedia jasa (28 respons; 5,6 persen), asosiasi perdagangan atau asosiasi profesi (20 respons, 4 persen), peneliti
(107 respons; 21,4 persen), reporter atau perwakilan media (10
respons; 2 persen), dosen atau mahasiswa (104 respons; 20,8
persen), dan lain-lain (71 respons; 14,2 persen). Mereka yang
menjawab “lain-lain” diminta untuk menjelaskan pekerjaan
mereka secara spesifik.
Pemerintah (20 persen dengan extension .gov pada listserv dan 21 persen responden survei) dan audiens universitas
(masing-masing 20 persen dengan extension .edu pada listserv
dan 23 persen dari responden survei) tertata nyaris sama persis.
Walaupun 32 persen responden survei mewakili pengacara, jasa,
atau organisasi perdagangan, hanya 25 persen pada listserv yang
memiliki extension .org. Peneliti mengisi tempat 22 persen dari
responden survei, namun tidak ada extension yang cocok untuk
kelompok ini. Sebaliknya, 34 persen alamat e-mail memiliki
extension .com dan .net (5 persen adalah pelanggan AOL) dan
tidak merupakan pengguna akhir tertentu. Peneliti, pengacara,
penyedia jasa, dan asosiasi perdagangan cenderung bekerja pada
perusahaan atau menggunakan layanan Internet yang memakai
extension-extension ini.
Walaupun mungkin kelewat merepresentasikan para pengguna berat bahan-bahan ANF, responden mengungkapkan basis
pelanggan ANF. Para penulis menyimpulkan bahwa sampel
ini cukup besar dan representatif untuk menarik kesimpulankesimpulan berguna tentang program sosialisasi ANF.
Lampiran E
413
Dari sampel ini terbentuk lima kelompok stakeholder.
 Stakeholder pemerintah yang mengidentifikasi diri mereka
sendiri sebagai pemerintah.
 Pengacara, penyedia jasa, dan perwakilan asosiasi dagang
(ASA) dikelompokkan menjadi satu kelompok stakeholder.
Pekerjaan utama konstituensi-konstituensi ini berbedabeda, tetapi semuanya beroperasi di luar grup pemerintah,
memiliki kepentingan pribadi pada hasil debat kebijakan,
dan berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan.
 Peneliti
 Dosen dan mahasiswa
 Perwakilan media
Survei meminta responden untuk menerangkan cara
mereka memanfaatkan penelitian ANF dan perbedaan apa
yang dapat dilakukan ANF. Keterangan-keterangan mereka
menguatkan data kuantitatif dan menggambarkan pengaruh
strategi-strategi sosialisasi terhadap stakeholder.
Kesimpulan
Evaluasi ini menunjukkan bahwa ANF pada dasarnya memenuhi
tujuan-tujuan ini.
Banyak sekali stakeholder negara bagian dan federal
bersedia memasukkan penelitian canggih ke proses kebijakan. Sesuai harapan, para pengacara, penyedia jasa, perwakilan
asosiasi, dan pejabat pemerintah lebih menyukai format pendek.
Analisis bahasa yang dipakai dalam makalah berkala dan policy
brief menunjukkan bahwa publikasi yang lebih singkat pun menggunakan bahasa yang rumit dan menuntut perhatian penuh dari
pembaca.
Minat pada publikasi pendek seperti “Fast Facts” menunjukkan bahwa stakeholder menginginkan bahan yang berisi
rangkuman data-data penting dan menyoroti penemuanpenemuan nomor satu. “Snapshots of America’s Families” tidak
414
Lampiran E
memenuhi model ini. Sepertinya penyebabnya ada dua faktor.
Pertama, “Snapshots” tidak membangun identitas yang sama seperti policy brief dan “Fast Facts” karena “Snapshots” diterbitkan
dengan selang waktu lebih dari dua tahun. Kedua, “Snapshots”
berisi pandangan umum terhadap topik-topik seperti kesehatan,
pemasukan, dan kesejahteraan; tidak membahas topik tertentu saja
seperti publikasi ANF lainnya.
Umumnya stakeholder puas dengan topik-topik penelitian ANF. Responden dari kalangan pemerintah cenderung
kurang puas. Barangkali ini mencerminkan kenyataan bahwa
kebijakan seringkali dibuat sebelum peneliti dapat mengevaluasi
pilihan-pilihan alternatif.
Tanpa e-mail dan situs web, aktivitas sosialisasi ANF
membutuhkan biaya yang jauh lebih besar dan menjangkau lebih sedikit orang dengan lebih lambat. ANF mengoordinasikan distribusi listserv, Hot Off the Press from ANF, dengan
situs web-nya. Karena deskripsi listserv mencakup temuan-temuan
terpenting, para pengguna akhir menganggapnya bermanfaat,
walaupun mereka tidak mengakses laporan lengkapnya. Format
ini mempermudah banyak pengguna untuk saling berbagi dengan
pengguna yang lain. Mengingat penggunaan web sempat melonjak tajam setelah peluncuran HOTP, strategi ini juga membangun
konstituensi untuk penelitian ANF. Pemberitahuan berkala akan
adanya penelitian baru mendorong para pelanggan untuk terus memanfaatkan situs web tersebut. Banyak pengguna akhir melaporkan
mereka sering mengunjungi situs ini.
Strategi jangkauan media ANF berhasil. Artikel-artikel
bermunculan di semua negara bagian yang menjadi fokus. Dengan sedikit pengecualian mencolok, proporsi klip yang muncul di
tiap negara bagian mencerminkan populasi relatif masing-masing
negara bagian. Artikel-artikel yang muncul berbicara tentang semua isu yang diliput ANF. Perawatan anak dan kesejahteraan anak
menyedot lebih banyak perhatian daripada kuantitas penelitian
yang diperkirakan untuk masing-masing topik. Dalam kedua kasus
tersebut, data ANF memberikan analisis rinci yang tidak tersedia
di tempat lain.
Lampiran E
415
Lebih daripada tujuan itu sendiri, ANF menggunakan aktivitas jangkauan media sebagai mekanisme untuk mendorong pengguna akhir agar memasukkan penelitian ke
pemikiran mereka. Strategi ini memungkinkan ANF mempertahankan objektivitasnya sambil tetap tanggap terhadap kebutuhan
reporter untuk menempatkan penelitian dalam konteks kebijakan.
“Komentator” muncul baik dalam berita maupun berita feature.
Agar dianggap layak dipercaya oleh semua pihak dalam
debat politik, ANF perlu menjaga reputasi objektivitas The
Urban Institute. Proyek ANF telah bekerja keras untuk
mencapai—dan biasanya berhasil mencapai—sasaran ini.
Artikel-artikel berita umumnya berpendapat ANF tidak memihak
atau objektif. Di kalangan pengguna akhir, telah terbentuk pola yang
menarik. Mereka yang menganggap diri sendiri tidak memihak,
lebih cenderung memandang ANF juga tidak memihak. Mereka
yang menganggap diri sendiri liberal atau konservatif cenderung
berpendapat ANF itu liberal.
Survei pengguna akhir menunjukkan bahwa pengguna
akhir memang memanfaatkan data dan analisis ANF
dalam aktivitas pembuatan kebijakan. Ada sedikit variasi
di kalangan pengguna akhir tentang cara pemanfaatan penelitian
tersebut. Komentar-komentar dari para pengguna akhir menguatkan penemuan-penemuan kuantitatif di bidang ini. Tentu saja ANF
juga memiliki daftar panjang contoh-contoh spesifik yang di dalamnya kelompok stakeholder memanfaatkan penemuan-penemuan
spesifik untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakan mereka.
Evaluasi juga menunjukkan bidang-bidang yang kinerja ANF di
dalamnya dapat ditingkatkan.
● Menggabungkan penelitian yang berhubungan dengan debat
kebijakan nasional dan negara bagian untuk memperbaiki
ketepatan waktu (timeliness) dan relevansi bahan penelitian.
Tindakan ini juga dapat memperpanjang umur penelitian.
● Memperbarui situs web The Urban Institute guna memudahkan
pergerakan di dalam situs dan memperkuat fungsi pencarian.
Tindakan ini termasuk pembuatan katalog penelitian untuk
memudahkan akses.
416
Lampiran E
● Mengevaluasi sejauh mana strategi komentator meningkatkan
penggunaan penelitian ANF. Survei telepon dengan sampel terbatas memperbandingkan mereka yang telah menjadi komentator dengan mereka yang belum pernah menjawab pertanyaan
ini.
● Mengevaluasi penggunaan penelitian ANF oleh pengguna akhir
di kalangan pemerintah secara sistematis. Survei telepon dengan
sampel terbatas dapat mengidentifikasikan variasi di antara
anggota dewan legislatif dan administrator.
● Memperluas pemanfaatan data dan analisis ANF di kalangan
audiens pemerintahan seperti National Governors Association,
National Conference of State Legislatures, dan American Public
Human Services Association.
CATATAN
1. Lampiran-lampiran ini dikutip dari Liebovitz dan Wherry
(2004) dengan izin. Penemuan rinci tidak dimasukkan di sini, tetapi
tersedia dalam dokumen aslinya dan di situs web UI di http://www.
urban.org/url.cfm? ID=310983.
Lampiran
F
Lembaga Think Tank
di Eropa Timur—
CIS yang Dimasukkan Survei
Publikasi dan Praktik Media
Armenia
1. Armenian Center for National and International Studies
2. Magistros Physicians Association
3. Center for Health Services Research
4. Transformation Society Research Institute
Bulgaria
1. Access Association
2. Agency for Social Analysis
3. Center for Liberal Strategies
4. Center for Social Practices
5. Center for Strategic Studies—XXI Century Foundation
6. Center for the Study of Democracy
7. Center for the Study of Social and Political Change—Sofia
Foundation
8. Economics 2000
9. European Information Correspondents Center for Bulgaria
10.Ianko Sakazov Foundation
11.Institute for Market Economy
417
418
Lampiran F
Hungaria
1. Agroconsult Economic Consulting
2. Center for Security and Defense Studies
3. GKI Economic Research Company
4. Institute of Central European Studies
5. Research Company
6. Foundation for Market Economy
7. Metropolitan Research Institute
8. Public Policy Institute
9. Foundation for Small Enterprise Economic Development
10.Szazadveg Political School and Policy Research Center
11.Association for Social Research and Information—TARKI
Rusia
1. Center for Political Technologies
2. Center for Russian Environmental Policy
3. Center for Ethnopolitical and Regional Research
4. EpiCenter: Center for Political and Economic Research
5. Expert Institute of the Russian Union of Industrialists and
Entrepreneurs
6. Institute of Economic Transition
7. International Fund for Economic and Social Reforms (Fund
Reforma)
8. Fund of Efficient Politics
9. Institute for Urban Economics
10.St. Petersburg Center for Humanities and Political Science
Strategy
11.Institute for Strategic Analysis and Development of Entrepreneurship (ISAPP)
Lampiran
G
Model Laporan
­Kebijakan Biaya
M
odel Laporan Kebijakan Biaya atau Cost Policy Statement (CPS) dalam lampiran ini diadaptasi dari Indirect
Cost Rate Determination Guide: Cost Principles and Procedures
for Non-Profit Organizations dari Departemen Tenaga Kerja AS.
Model ini disajikan sebagai contoh jenis dokumentasi yang harus
dibuat oleh organisasi untuk menunjukkan kepada para penyandang dana bahwa mereka memiliki metode pengalokasian dan
pengembalian biaya tidak langsung yang jelas, masuk akal, dan
dapat dipertanggungjawabkan. Tentu donatur masing-masing
memiliki syarat-syarat khusus untuk biaya tidak langsung (misalnya, batas atas besar biaya tidak langsung yang dapat diganti atau
jenis-jenis biaya tertentu yang tidak dapat dimintakan gantinya)
yang mungkin bertentangan dengan contoh yang diberikan di
bawah ini. Setiap organisasi harus memutuskan cara menyusun
pengembalian biaya tidak langsungnya untuk mencerminkan
situasi pembiayaannya sendiri.
Model CPS ini beranggapan bahwa organisasi contoh (OC)
menggunakan metode alokasi langsung untuk pembebanan biaya
(maksudnya, selain biaya-biaya langsung), OC memiliki prosedur
akuntansi siap pakai yang memungkinkan organisasi ini langsung
mencatat beberapa biaya sebagai beban yang kalau tidak demikian
akan dianggap sebagai biaya-biaya tidak langsung (untuk contohnya, lihat penjelasan di bawah ini tentang cara pembebanan
biaya fotokopi).
419
420
Lampiran G
Organisasi Contoh
Laporan Kebijakan Biaya
I. Kebijakan Akuntansi Umum
A. Asas Akuntansi
Asas Akrual
B. Periode Fiskal
1 Juli sampai 30 Agustus
C. Dasar Alokasi
Dasar Alokasi Langsung
D.Dasar Alokasi
Gaji dan Upah Langsung
Jumlah Biaya Termasuk Tunjangan
Tidak Langsung
Tambahan Yang Berlaku
E. Dasar Tunjangan Tambahan Gaji Langsung
F. Organisasi Contoh (OC) melakukan kontrol internal yang
cukup untuk memastikan bahwa tidak ada biaya yang
dibebankan secara langsung maupun tidak langsung untuk
kontrak maupun dana bantuan.
G. OC mengakumulasi semua biaya dan pendapatan langsung
dalam laporan, masing-masing dengan judul “PengeluaranBiaya Tidak Langsung” dan “Pendapatan-Biaya Tidak
­Langsung.”
II. Deskripsi Metodologi Alokasi Biaya
A. Gaji dan Upah
1. Biaya Langsung―Mayoritas staf OC membebankan-langsung
biaya gaji mereka karena secara spesifik pekerjaan mereka dapat disamakan dengan dana bantuan, kontrak, atau aktivitas
organisasi lainnya. Pembebanan itu didukung dengan laporan
distribusi pekerjaan yang dapat diaudit, mengungkapkan
aktivitas pegawai yang sesungguhnya.
Lampiran G
421
2. Biaya tidak langsung―Staf berikut ini membebankan 100
persen biaya gaji mereka secara secara langsung:
Manajer Keuangan
Asisten Administrasi
3. Beban-beban Campuran―Staf berikut ini dapat membebankan biaya gaji mereka untuk aktivitas langsung maupun
aktivitas tidak langsung:
Direktur Eksekutif
Staf Teknis
Perbedaan antara langsung dan tidak langsung pada
umumnya bergantung pada fungsi-fungsi yang dilakukan.
Misalnya, bila jabatan yang ditunjukkan itu melakukan
fungsi-fungsi yang penting dan bermanfaat untuk semua
program, maka fungsi-fungsi itu bersifat tidak langsung.
Bila fungsi-fungsi itu spesifik untuk satu program atau lebih,
maka fungsi-fungsi itu bersifat langsung sebab manfaatnya
tidak untuk semua program.
Catatan distribusi kerja teraudit yang mengungkapkan aktivitas pegawai yang sesungguhnya, dibuat untuk menunjang
perpaduan antara beban langsung/tidak langsung.
B. Tunjangan Tambahan (Fringe Benefits)
Biaya masa cuti (cuti liburan yang dibayarkan, cuti sakit yang
terpakai, dan tunjangan hari raya) dianggap sebagai biaya
tunjangan tambahan (fringe benefit costs). Sistem akuntansi
OC mencatat masa cuti sebagai biaya tunjangan tambahan,
begitu pula dengan pencatatan biaya gaji. Cuti liburan yang
dibayarkan, namun belum dipakai dalam tiap-tiap periode
fiskal, dicatat sebagai biaya dalam periode cuti itu dibayarkan.
OC memberikan tunjangan tambahan berikut ini kepada
para pegawainya: jaminan sosial/asuransi kesehatan (termasuk asuransi pengangguran dan kompensasi pegawai)
422
Lampiran G
dan kontribusi yang sesuai untuk dana pensiunan.
C. Perjalanan
Biaya perjalanan dapat dibayarkan sebagai biaya langsung
maupun tidak langsung tergantung pada tujuan perjalanan
tersebut. Misalnya, direktur eksekutif mengadakan perjalanan ke kantor di suatu daerah untuk memberikan informasi
baru per triwulan kepada pegawai. Perjalanan ini bersifat
tidak langsung dan harus dibebankan sebagai biaya tidak
langsung. Namun, bila direktur eksekutif bepergian ke kantor
daerah guna melakukan tugas spesifik untuk sebuah kontrak
maka perjalanan itu dianggap sebagai biaya langsung.
D. Pengeluaran Dewan Pengurus
Pengeluaran dewan pengurus yang dibebankan dengan basis
tidak langsung ialah pengeluaran untuk perjalanan dari/ke
rapat dewan serta uang jasa tahunan 250 dolar untuk setiap
anggota dewan. Pengeluaran dewan lainnya ditanggung OC
dan tidak dibebankan secara langsung maupun tidak langsung pada kontrak atau dana bantuan.
E. Persediaan dan Alat-Alat
Sampai jumlah maksimum yang mungkin, persediaan
dan alat-alat kantor dibebankan-langsung pada kontrak/
dana bantuan yang menggunakan persediaan atau alat-alat
tersebut. Persediaan dan alat yang dipakai oleh staf dalam
aktivitas tidak langsung akan dibebankan dengan basis tidak
langsung.
F. Biaya Fasilitas
OC menempati tempat yang disewanya dari Lessor Corporation. Perusahaan persewaan ini mensyaratkan pembayaran
secara bulanan dalam jumlah yang sama selama masa sewa
berlangsung. Semua uang sewa dibebankan sebagai biaya
tidak langsung.
Sewa OC termasuk biaya semua utilitas, kecuali listrik.
Biaya listrik dibebankan sebagai biaya tidak langsung.
Lampiran G
423
G. Komunikasi
1. Ada catatan harian untuk mencatat semua pengiriman faks.
Biaya jasa faks dibebankan sebagai biaya langsung atau
biaya tidak langsung berdasarkan apakah pengiriman faks
itu menghasilkan manfaat langsung ataukah manfaat tidak
langsung.
2. Panggilan telepon jarak jauh dibebankan sebagai biaya langsung atau biaya tidak langsung berdasarkan apakah panggilan
telepon itu menghasilkan manfaat langsung ataukah manfaat
tidak langsung.
3. Biaya layanan telepon lokal dianggap sebagai biaya tidak
langsung.
4. OC menggunakan sistem meteran untuk biaya pos. Meteran
pos telah diprogramkan untuk mengidentifikasi proyek atau
aktivitas tertentu yang biaya-biayanya akan dianggap sebagai
beban. Ongkos surat kilat juga diidentifikasi secara spesifik
untuk proyek atau aktivitas yang membutuhkan biaya ongkos
surat kilat itu.
H. Fotokopi dan Percetakan
OC membuat catatan harian untuk kegiatan fotokopi. Dari
catatan ini, OC dapat membagi rata pengeluaran fotokopi
untuk setiap proyek ini berdasarkan volume kopi yang dibuat
untuk masing-masing program. Pegawai administrasi akan
mencatat jumlah kopi salinan yang dibuat untuk proyek
yang menguntungkan itu sampai tingkat praktis maksimum.
Dalam situasi ketika fotokopi yang dibuat oleh pegawai administrasi tidak dapat diidentifikasikan dengan proyek tertentu dan materi yang dikopi berhubungan dengan kegiatan
OC secara umum, biaya kopi akan dibebankan pada catatan
“Pengeluaran-Biaya Tidak Langsung.”
Biaya percetakan dibebankan untuk aktivitas yang menguntungkan.
I. Layanan Dari Luar
OC membuat pengeluaran untuk biaya layanan dari luar
seperti audit tahunan, biaya pengacara, dan spesialis pengem-
424
Lampiran G
bangan staf.
1. Biaya audit tahunan dibebankan sebagai biaya tidak langsung.
2.Secara umum, biaya pengacara dibebankan sebagai biaya
langsung pada proyek atau aktivitas yang menguntungkan.
3.Biaya pengacara yang tidak dapat diidentifikasikan dengan
proyek langsung tertentu dibebankan sebagai biaya tidak
langsung.
J. Barang-barang Modal
Belanja untuk modal dibebankan sebagai biaya langsung terhadap proyek hanya bila ada kontrak atau dana bantuan yang
secara spesifik menyetujui beban-beban tersebut. Tidak ada
barang modal yang dibebankan sebagai biaya tidak langsung.
Harga barang modal yang dibeli dengan dana nonkontrak/
dana bantuan diganti melalui beban depresiasi. Modal awal
OC adalah $500.
K. Depresiasi atau penyusutan
Harga barang modal yang dibeli dengan dana nonkontrak/
dana bantuan yang digunakan dengan cara yang menguntungkan proyek diganti melalui beban depresiasi. OC mengganti harga barang-barang modal dengan menggunakan metode depresiasi garis lurus sesuai prinsip-prinsip akuntansi
yang umumnya diakui. Depresiasi dibebankan sebagai biaya
tidak langsung.
L. Biaya yang Tidak Ada Tunjangannya
OC mengakui bahwa daftar biaya di bawah ini adalah bebanbeban yang tidak ada tunjangannya dengan kontrak/dana
bantuan dan memiliki kontrol-kontrol internal siap pakai
untuk memastikan bahwa biaya-biaya tersebut tidak dibebankan pada kontrak/dana bantuan.

Iklan dan hubungan masyarakat
 Hiburan/minuman beralkohol
 Belanja modal
425
Lampiran G

Utang
bermasalah

Bunga

Lobi dan penggalangan dana
(Tanda tangan)
(Nama)
Organisasi Contoh
(Alamat)
(Tanggal)
Lampiran
H
Tabel Sampel
untuk Menyampaikan
Informasi Penting
kepada Manajemen Senior
K
erangka tabel berikut ini didasarkan pada laporan aktual
yang dibuat oleh lembaga-lembaga think tank. Kerang­
kanya telah disesuaikan agar bermanfaat bagi lebih banyak
pengguna. Tabel-tabel dirancang untuk menggambarkan macammacam indikator dan format presentasi. Oleh karena itu, tidak
semua indikator yang terdaftar dalam tabel 10-2-10-5 dimasukkan
pada tabel-tabel sampel
427
Periode 1
Hubungan masyarakat
Jumlah artikel surat kabar yang ditulis oleh stafa
Jumlah panggilan telepon dari reporter dan editor untuk staf
Forum kebijakan
Jumlah roundtable/forum
Jumlah hadirin
Seminar dan konferensi
Jumlah konferensi dan seminar yang staf menjadi penyajinya
Jumlah kota yang berbeda-beda tempat acara-acara ini digelar
Jumlah peserta dalam acara-acara ini
Aktivitas situs Internet
Jumlah kunjungan ke situs
Jumlah unduhan dari situs
Jumlah forum web yang digelar
Jumlah peserta dalam forum selama periode (maksimum-minimum)
l Forum tentang draf hukum perumahan
l Forum tentang pembangunan ekonomi daerah
Jumlah dokumen dan laporan yang dipesan online
Jumlah makalah dan laporan baru yang dipasang di situs
Indikator
Tabel Sampel 1
Indikator Kinerja dari Perspektif Kebijakan Publik
Periode 2
Periode 3
Periode 4
428
Lampiran H
b
a
Oleh staf atau bila staf atau institusi tersebut dikutip sebagai sumber informasi.
Dapat dilengkapi dengan daftar tempat-tempat review dimuat untuk setiap publikasi yang di-review
Publikasi
Policy brief
l Jumlah yang dipublikasikan
l Jumlah salinan yang dikirimkan ke audiens sasaran
Laporan/buku-buku yang diterbitkan
l Jumlah yang diterbitkan
l Jumlah kopi yang diterbitkan
l Jumlah kopi yang terjual
Jumlah review terhadap publikasi institusib
Jumlah desk copy yang diminta oleh para dosen
Jumlah halaman op-ed (opposite editorial) yang dimuat
Jumlah konferensi pers yang digelar
Jumlah cerita surat kabar dan TV setelah konferensi pers
Jumlah penampilan staf di radio dan TV
Berbagi penampilan tentang topik-topik penelitian lembaga
Lampiran H
429
Periode 1
Jumlah laporan yang tidak diserahkan kepada klien tepat waktu
­sebagai persentase dari seluruh laporan yang diserahkan
Jumlah proyek dengan biaya membengkak
Jumlah proyek dengan biaya membengkak yang berhasil ditutup
dalam periode ini-total proyek
l Jumlah proyek yang menerima dana tambahan dari sponsor
l Jumlah proyek yang pembengkakan biayanya didanai
secara internal
Jumlah dana bantuan dan kontrak dalam 12 bulan terakhir sejak
klien-klien sebelumnya
l Jumlah sebagai persentase dari seluruh dana bantuan dan
kontrak
Indikator
Tabel Sampel 2
Indikator Kinerja dari Perspektif Klien: Kerja Proyek
Periode 2
Periode 3
Periode 4
430
Lampiran H
a
Periode 1
Menggunakan skala dari 1 sampai 5, dengan 5 menunjukkan tingkat kepuasan tertinggi siswa.
Kursus tentang pembangunan ekonomi kotapraja
Tanggal kursus yang ditawarkan
Rata-rata skor evaluasi siswa
% skor < 3,5
Jumlah hadirin
Kursus bagi Pemberi Jasa Pinjaman Hipotek yang Sah
Tanggal kursus yang ditawarkan
Rata-rata skor evaluasi siswa
% skor < 3,5
Jumlah hadirin
Seminar tentang penyusunan anggaran kotapraja
Tanggal kursus yang ditawarkan
Rata-rata skor evaluasi siswa
% skor < 3,5a
Jumlah hadirin
Indikator
Tabel Sampel 3
Indikator Kinerja dari Perspektif Klien: Seminar dan Pelatihan
Periode 2
Periode 3
Periode 4
Lampiran H
431
Strengthening National Labor Market
Policies
Reform of the System for Setting
Electricity Tariffs
Guidelines for Administering Housing
Allowances
Judul
6 bulan setelah publikasi
Kopi
Kopi lainnya yang
yang terjual
didistribusikan
Tabel Sampel 4
Indikator Kinerja dari Perspektif Klien: Publikasi
6--12 bulan setelah publikasi
Kopi
Kopi lainnya yang
yang terjual
didistribusikan
Lebih dari 1 tahun setelah publikasi
Kopi
Kopi lainnya yang
yang terjual
didistribusikan
432
Lampiran H
a
Peramalan ekonomi
Seminar regional
Nama
proyek
$120.000
32.000
Anggaran
totala
35
75
% belanja
hingga kini
Tidak termasuk pengeluaran atau laba tetap, jika termasuk dalam jumlah yang dikabulkan.
0722-00
0745-00
Nomor
proyek
Tabel Sampel 5
Indikator Kinerja dari Perspektif Bisnis Internal: Belanja Proyek
12
6
Masa kerja
(bulan)
42
50
% waktu
terpakai
0,83
1,50
% belanja/
% waktu terpakai
Lampiran H
433
–
–
–
–
1,3
0,1
5,2
Pendukung
Akuntansi
Komunik./humas
Kantor Ex..
SDM
TI
Manaj. Kantor
Total
8,5
88,8
78,2
4,1
61,1
–
–
–
–
–
Admin.
umum
4,7
–
14,3
0,4
0,9
0,1
–
4,5
1,3
3,1
4,5
5,4
Pengembangan
pusat
3,6
–
0,5
–
6,3
–
–
13,7
6,5
4,4
3,2
3,0
Manajemen
pusat
6,3
–
36,8
7,1
1,8
55,8
24,1
0,4
–
–
–
–
Lain-lain
56,2
–
9,0
0,1
3,6
30,5
0,1
64,1
75,1
71,1
74,1
70,4
Penelitian
luara
1,7
–
26,2
2,8
10,9
–
–
–
0,2
0,1
–
0,3
Bag.
Umumb
Catatan: Tabel serupa juga bisa dibuat untuk staf di setiap pusat untuk menelusuri jam-jam yang dapat ditagihkan dan utilisasi peneliti perseorangan
a
Didanai dengan dana bantuan untuk proyek dan kontrak tertentu
b
Didanai dari pendapatan uang jasa dan dana bantuan yang tak terbatas untuk institusi
6,5
4,7
7,4
5,3
6,2
Proposal
Penelitian
Perumahan
Reform. Hukum
Pemerint. Daerah
Bantuan Sosial
Kesehatan
Pusat
Laporan overhead
13,7
11,2
13,3
11,4
72,4
12,4
14,6
10,9
12,2
14,0
13,0
14,7
Tambahantambahan
Tabel Sampel 6
Indikator Kinerja dari Perspektif Bisnis Internal: Pemanfaatan Staf, Januari-Agustus 2002 (Persentase distribusi jam)
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Total
434
Lampiran H
1.359.000
29
Total
1
2
6
1
3
13
$2.400
6.000
9.000
7.500
6.600
31.500
825.000
$20.000
97.000
48.000
450.000
220.000
Proposal yang lolos
Jumlah dana
yang dikabulkan
Jumlah
Catatan: Termasuk proposal yang diserahkan pada 2001 yang keputusan dari penyandang dananya dikeluarkan pada 2002
a
Dana pembuatan proposal (PP) yang dibelanjakan untuk semua proposal.
b
Dana pembuatan proposal (PP) yang dibelanjakan.
$35.000
240.000
74.000
640.000
370.000
2
5
12
3
7
Perumahan
Reformasi hukum
Pemerintah daerah
Bantuan sosial
Kesehatan
Pusat
Proposal yang diserahkan dengan hasil diketahui
Jumlah dana
Jumlah
yang dikabulkan
Dana PPb
Tabel Sampel 7
Indikator Kinerja dari Perspektif Bisnis Internal: Efisiensi Dana Proposal, 2002
2.423
$2.400
3.000
1.500
7.500
2.200
26,19
8,33
16,16
5,33
60,00
33,33
Ukuran efisiensia
Jumlah yang
PP$/jumlah
dikabulkan$/PP$
yang lolos
Lampiran H
435
Pemerintah daerah
07274
2131
3154
4431
Nomor
faktur
27/9/01
12/12/01
20/6/02
Tanggal
faktur
Catatan: Hanya memasukkan proyek dengan faktur menunggak.
Armenia
Nama
proyek
07230
Nomor
proyek
23.400
37.500
44.736
Jumlah
faktur
23.400
19.600
21.678
Jumlah
tunggakan
21.678
0-30 hari 31-60 hari
61-90 hari
Tabel Sampel 8
Indikator Kinerja dari Perspektif Bisnis Internal: Kantor Akuntansi, Piutang Jatuh Tempo, 15 Agustus 2002.
23.400
19.600
>90 hari
23.400
19.600
21.678
Total
436
Lampiran H
2002
2001
2000
b
a
Anggota staf akuntansi setara-purna waktu
Diperlukan kerja ekstra untuk menghasilkan pemasukan dan deduksi (potongan) pajak gaji lain, dan dalam beberapa kasus, kesepakatan untuk deposito gaji bank langsung.
c
Lajur ini adalah contoh penggambaran beberapa fitur khusus sebuah sistem perpajakan yang memerlukan upaya ekstra dari staf akuntansi. Di beberapa negara seperti Rusia,
pembayaran harian (per diem payments) di atas minimum amat rendah akan dihitung sebagai pemasukan bagi orang yang melakukan perjalanan. Pemasukan ekstra ini harus
dicatat dan dikenakan pajak, yang merupakan beban besar bagi lembaga think tank yang sering mengadakan perjalanan.
Proyek total di bawah kontrak
l Jumlah proyek dari donatur bilateral dan multilateral
l Jumlah proyek dari yayasan
l Jumlah proyek yang didukung sponsor lainnya
Proyek total di bawah kontrak/stafa
Jumlah proyek yang sudah ditutup
Jumlah proyek yang sudah ditutup/staf
Jumlah anggaran proposal yang disiapkan
Jumlah anggaran proposal/staf
Jumlah pegawai baru dan pegawai yang keluar dari lembagab
Jumlah pegawai baru dan pegawai yang keluar dari lembaga/staf
Jumlah perjalanan bisnis yang dilakukan stafc
Jumlah perjalanan bisnis yang dilakukan staf/staf
Indikator
Tabel Sampel 9
Indikator Kinerja dari Perspektif Bisnis Internal: Review Tahunan Kantor Akuntansi, 2002
1999
Lampiran H
437
C. Inovasi
Persentase dana overhead yang dialokasikan untuk pengembangan
institusional yang dibelanjakan untuk program inovatif atau program
percontohan
B. Peningkatan kualitas staf
Jumlah staf penelitian baru yang diterima bekerja dengan keahlian khusus
untuk menggarap topik-topik inovatif atau memperkuat tim
A. Pelatihan
Jumlah staf penelitian yang menerima pelatihan untuk jabatan/produk baru
l Bagian dari staf penelitian yang menerima pelatihan tersebut
Jumlah staf penelitian yang menerima pelatihan pengembangan umum
l Bagian dari staf pendukung yang menerima pelatihan
% dana pelatihan overhead yang benar-benar dibelanjakan
Indikator
2002
Tabel Sampel 10
Indikator Kinerja dari Perspektif Bisnis Internal: Review Tahunan, 2002
2001
2000
1999
Daftar Pustaka
Bacon, F. R., Jr., dan T. W. Butler, Jr. 1998. Achieving Planned
Innovation: A Proven System for Creating Successful New
Products and Services. New York: Free Press.
Ban, C., S. R. Faerman, and N. M. Riccucci. 1992. “Productivity and
the Personnel Process.” Dalam Public Productivity Handbook,
suntingan M. Holzer (401–23). San Francisco: Jossey-Bass.
Bardach, E. 1984. “The Dissemination of Policy Research to Policymakers.” Knowledge: Creation, Diffusion, Utilization 6(2):
125–44.
Bowsher, J. E. 1998. Revolutionizing Workforce Performance: A
Systems Approach to Mastery.San Francisco: Jossey-Bass,
Pfeiffer.
Bruckner, S. 1996. “Policy Research Centers in Russia: Tottering
Toward an Uncertain Future.” NIRA Review (Musim Panas):
32–36.
Bryson, J. M. 1995. Strategic Planning for Public and Nonprofit
Organizations. San Francisco:Jossey-Bass.
Bullen, P., S. Lawrence, P. Schwenke, A. Williamson, dan S. Williamson. 1997. Nonprofits in Busine$$. Surry Hills, NSW,
Australia: WorkVentures, Ltd.
Bunkder, K. A., K. E. Kram, dan S. Ting. 2002. “The Young and the
Clueless.” Harvard Business Review, Desember: 81–87.
Burlingame, D. F., dan W. F. Ilchman, ed. 1996. Alternative Revenue
Sources: Prospects,Requirements, and Concerns for Nonprofits. San Francisco: Jossey-Bass.
Carver, J. 1997. Boards That Make a Difference: A New Design
for Leadership in Nonprofit and Public Organizations. Edisi
Kedua. San Francisco: Jossey-Bass.
439
440
Daftar Pustaka
Center for International Private Enterprise (CIPE). 1998. Financial
Management Handbook. Washington, DC: CIPE.
Charan, R. 1998. Boards at Work: How Corporate Boards Create
Competitive Advantage. San Francisco: Jossey-Bass.
Charan, R., S. Drotter, dan J. Noel. 2001. The Leadership Pipeline.
San Francisco: Jossey-Bass.
CIPE. Lihat Center for International Private Enterprise.
Conger, J. A., dan B. Benjamin. 1999. Building Leaders: How
Successful Companies Develop the Next Generation. San
Francisco: Jossey-Bass.
Corwin, R. G., dan K. S. Louis. 1982. “Organization Barriers to the
Utilization of Research.” Administrative Sciences Quarterly
27: 623–40.
Covello, J. A., dan B. J. Hazelgren. 1995. The Complete Book of
Business Plans. Naperville, IL: Sourcebooks.
Darling, M., C. Parry, dan J. Moore. 2005. “Learning in the Thick
of It.” Harvard Business Review, Juli–Agustus: 84–92.
Davies, Lee. 1997. “The NGO-Business Hybrid: Is the Private Sector
the Answer?” Washington, DC: The Johns Hopkins University,
Nitze School of Advanced International Studies.
Dees, J. G. 2001a. “Mobilizing Resources.” Dalam Enterprising
Nonprofits: A Toolkit for Social Entrepreneurs, suntingan J.
G. Dees, J. Emerson, dan P. Economy (63–102). New York:
John Wiley & Sons.
———. 2001b. “Mastering the Art of Innovation.” Dalam Enterprising Nonprofits: A Toolkit for Social Entrepreneurs, suntingan
J. G. Dees, J. Emerson, dan P. Economy (161–98). New York:
John Wiley & Sons.
Dees, J. G., J. Emerson, dan P. Economy, eds. 2001. Enterprising
Nonprofits: A Toolkit for Social Entrepreneurs. New York:
John Wiley & Sons.
Dibble, S. 1999. Keeping Your Valuable Employees: Retention
Strategies for Your Organization’s Most Important Resource.
New York: John Wiley & Sons.
Dolowitz, D., dan D. Marsh. 1996. “Who Learns from Whom: A
Review of the Policy Transfer Literature.” Political Studies
Daftar Pustaka
441
44: 343–57.
Dotlich, D. L., dan P. C. Cairo. 1999. Action Coaching. San Francisco: Jossey-Bass.
Feulner, E. J. 1985. “Ideas, Think-Tanks, and Governments.” Quadrant, November: 22–6.
Foster, W., dan J. Bradach. 2005. “Should Nonprofits Seek Profits?”
Harvard Business Review, Februari: 92–100.
Fox, C. J. 1991. “Employee Performance Appraisal: The Keystone
Made of Clay.” Dalam Public Personnel Management: Current
Concerns, Future Challenges, suntingan C. Ban dan N. Riccorci
(58–71). New York: Longman.
Freedom House. 1999. Think Tanks in Central and Eastern Europe:
A Comprehensive Directory. Budapest: Freedom House.
Garrett, J. L., dan Y. Islam. 1998. Policy Research and the Policy
Process: Do the Twain Ever Meet? Gatekeeper Series No. 5A74.
Stockholm: IIED.
Glen, R. M. 1990. “Performance Appraisal: An Unnerving Yet Useful
Process.” Public Personnel Management 19(1): 1–10.
Greenberg, D., D. Linksz, dan M. Mandell. 2003. Social Experimentation and Public Policymaking. Washington, DC: The
Urban Institute Press.
Hall, P. 1990. “Policy Paradigms, Experts and the State: The Case
of Macro-economic Policy Making in Britain.” Dalam Social
Scientists, Policy and the State, suntingan S. Brooks dan A.-G.
Gagnon. New York: Praeger.
Hayes, J. 2005. “Feedback about Think Tanks—Report on the
Findings.” Washington, DC: Stratalys Research. Komunikasi
e-mail.
Heneman, R. L. 2001. Business-Driven Compensation Policies.
New York: American Management Association.
Herzberg, F. 1987. “One More Time: How Do You Motivate Employees?” Harvard Business Review, September–Oktober:
109–20.
Heskett, J. L. 1987. “Lesson in the Service Sector.” Harvard Business Review, March–April: 118–26.
Holland, T. P., dan M. Blackmon. 2000. Measuring Board Effective-
442
Daftar Pustaka
ness: A Tool for Strengthening Your Board. Washington, DC:
National Center for Nonprofit Boards. 344 REFERENCES
Huberman, M. 1994. “Research Utilization: The State of the Art.”
Knowledge and Policy: The International Journal of Knowledge Transfer and Utilization 7(4): 13–33.
Johnson, E. 2000. “Think Tanks in Sub-Saharan Africa.” Dalam
Think Tanks & Civil Societies, suntingan J. G. McGann and
R. K. Weaver (465–90). New Brunswick, NJ: Transaction
Publishers.
Kaplan, R. S., dan D. P. Norton. 1992. “The Balanced Scorecard—
Measures that Drive Performance.” Harvard Business Review,
Januari–Februari.
Karatnycky, A., A. Motyl, dan B. Shor. 1997. Nations in Transit
1997. New Brunswick, NJ: Transaction Publishers.
Karel, F. 2000. “Getting the Word Out: A Foundation Memoir and
Personal Journey.” Dalam To Improve Health and Health
Care: The Robert Wood Johnson Anthology, suntingan S. L.
Isaccs dan J. R. Knickman (23–51). Princeton, NJ: The Robert
Wood Johnson Foundation.
Kellerman, B. 2004. “Leadership, Warts and All.” Harvard Business
Review, Januari: 40–45.
Kerr, S. 2003. “The Best-Laid Plans Incentive Plans.” Harvard
Business Review, Januari: 27–33.
Kingdon, J. 1984. Agendas, Alternatives and Public Policies. Boston: Little Brown & Co.
Kingsley, T. 1993. “Ideas for Managing a Japanese Think Tank.”
Dalam A Japanese Think Tank: Exploring Alternative Models,
suntingan R. Struyk, M. Ueno, dan T Suzuki (Lampiran D).
Washington, DC: The Urban Institute.
Kitzi, J. 2001. “Recognizing and Assessing New Opportunities.”
Dalam Enterprising Nonprofits: A Toolkit for Social Entrepreneurs, suntingan J. G. Dees, J. Emerson, dan P. Economy
(43–62). New York: John Wiley & Sons.
Kotler, P. 2000. Marketing Management. Edisi Kesepuluh. Upper
Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Langsford, J. W., dan K. L. Brownsey, ed. 1992. Think Tanks and
Daftar Pustaka
443
Governance in the Asia-Pacific Region. Halifax, Nova Scotia:
Institute for Research on Public Policy.
LaPiana, D. 1997. Beyond Collaboration: Strategic Restructuring
of Nonprofit Organizations.Washington, DC: National Center
for Nonprofit Boards.
Ledford, G. E. Jr. 1995. “Designing Nimble Reward Systems.” Compensation and Benefits Review (Juli–Agustus): 46–54.
Lee, C. 1996. “Performance Appraisal.” Training 33(5): 44–59.
Lee, U. 2005. “Estonia’s Policy Analysis Industry Grows Up.” Local
Governance Brief, Musim Semi-Musim Panas: 37–38.
Leigh, A., and M. Maynard. 1995. Leading Your Team: How to
Involve and Inspire Teams. London: Nicholas Brealey Publishing.
Letts, C. W., W. P. Ryan, dan A. Grossman. 1999. High Performance
Nonprofit Organizations:Managing Upstream for Greater
Impact. New York: John Wiley & Sons.
Liebovitz, H., dan L. Wherry. 2004. “Research to Practice: Evaluating Assessing the New Federalism Dissemination Activities.”
Assessing the New Federalism Discussion Paper 04-02. Washington, DC: The Urban Institute.
Light, P. C. 1998. Sustaining Innovation: Creating Nonprofit and
Government Organizations that Innovate Naturally. San
Francisco: Jossey-Bass.
———. 2000. Making Nonprofits Work: A Report on the Tides of
Nonprofit Management Reform. Washington, DC: Brookings
Institution Press.
Liner, B., H. Hatry, E. Vinson, R. Allen, P. Dusenbury, S. Bryant,
dan R. Snell. 2001. Making Results-Based State Government
Work. Washington, DC: The Urban Institute.
Lomas, J. 1993. “Diffusion, Dissemination, and Implementation:
Who Should Do What?” Annals New York Academy of Sciences, hal. 226–37.
Majeska, K. 2001. “Understanding and Attracting Your ‘Customer.’
” Dalam Enterprising Nonprofits: A Toolkit for Social Entrepreneurs, suntingan J. G. Dees, J. Emerson, dan P. Economy
(199–250). New York: John Wiley & Sons.
444
Daftar Pustaka
Maxwell, M. M. 1996. “New Ventures in a Nonprofit Environment.”
Dalam Alternative Revenue Sources: Prospects, Requirements
and Concerns for Nonprofits, suntingan D. F. Burlingame dan
W. F. Ilchman. San Francisco: Jossey-Bass.
McAdams, J. L., dan E. J. Hawk. 1994. Organizational Performance and Rewards. Scottsdale, AZ: American Compensation
Association.
McGann, J. 1999. “Think Tanks: Catalysts for Ideas in Action—An
International Survey.” Philadelphia: Foreign Policy Research
Institute.
McMurtry, S. L., F. E. Netting, dan P. M. Kettner. 1991. “How Nonprofits Adapt to a Stringent Environment,” Nonprofit Management & Leadership 1(3): 235–52.
Morse, K., dan R. Struyk. 2006. Policy Analysis for Effective Development: Strengthening Transition Economies. Boulder,
CO: Lynne Rienner Publishers.
Morse, K., M. Pinegina, C. Romanik, M. Shapiro, dan R. Struyk.
2002. “In-Service Training in Public Policy for Russian Local
Government Civil Servants and Advocacy NGO Staff.” Laporan
untuk Institute for Urban Economics. Washington, DC: The
Urban Institute.
Nadler, D. A. 2004. “Building Better Boards.” Harvard Business
Review, Mei: 102–11.
Nalbantian, H. R., dan A. Szostak. 2004. “How Fleet Bank Fought
Employee Flight.” Harvard Business Review, April: 116–25.
Ness, J. A., dan T. C. Cucuzza. 1995. “Tapping the Full Potential of
ABC.” Harvard Business Review, Juli–Agustus.
Nicholson, N. 2003. “How to Motivate Your Problem People.”
Harvard Business Review, Januari: 57–65.
Perry, J. L. 1991. “Linking Pay to Performance: The Controversy
Continues.” Dalam Public Personnel Management: Current
Concerns, Future Challenges, suntingan C. Ban dan N. Riccorci
(73–86). New York: Longman.
Platt, J. 1987. “Research Dissemination: A Case Study.” The Quarterly Journal of Social Affairs 3(3): 181–98.
Quigley, K. F. F. 1997. For Democracy’s Sake: Foundations and
Daftar Pustaka
445
Democracy Assistance in Central Europe. Washington, DC:
The Woodrow Wilson Center Press.
Rabin, J., C. E. Teasley III, A. Finkle, dan L. F. Carter. 1985. Personnel: Managing Human Resources in the Public Sector. San
Diego: Harcourt Brace Jovanovich.
Rees, F. 2001. How to Lead Work Teams. San Francisco: JosseyBass, Pfeiffer.
Rich, A. 2001. “U.S. Think Tanks and the Intersection of Ideology,
Advocacy, and Influence.” NIRA Review 8(1): 54–59.
Richman, B., dan R. Struyk. 2002. “Local Administration of Social
Assistance Programs in Russia.” International Journal of
Public Administration 25(6): 773–804.
Robinson, M. K. 2001. Nonprofit Boards that Work: The End
of One-Size-Fits-All Governance. New York: John Wiley &
Sons.
Rothwell, W. J., dan H. C. Kazanas. 1994. Improving On-the-Job
Training. San Francisco: Jossey-Bass.
Saywell, D., dan A. Cotton. 1999. Spreading the Word: Practical
Guidelines for Research Dissemination Strategies. Leicestershire, UK: Loughborogh University. Bisa diakses di www.lboro.
ac.uk/wedc/publications.
Shultz, S. F. 2001. The Board Book: Making Your Corporate Board
a Strategic Force in Your Company’s Success. New York:
American Management Association.
Simons, R. 2005. “Defining High-Performance Jobs.” Harvard
Business Review, Juli–Agustus: 55–62.
Singer, M. I., dan J. A. Yankey. 1991. “Organizational Metamorphosis: A Study of Eighteen Nonprofit Mergers, Acquisitions,
and Consolidations.” Nonprofit Management & Leadership
1(4): 357–69.
Slesinger, L. H. 1995. Self-Assessment for Nonprofit Governing
Boards. Washington, DC: Center for Nonprofit Boards.
Smith, J. S. 1991. The Idea Brokers: Think Tanks and the Rise of
the New Policy Elite. New York: The Free Press.
Stapleton, B. 1983. “Disseminating Social Services Research.” Research, Policy and Planning 1(2): 14–17.
446
Daftar Pustaka
Stone, D. 2000. “Non-Governmental Policy Transfer: The Strategies
of Independent Policy Institutes.” Governance: An International Journal of Policy and Administration 13(1): 45–62.
Stone, D., with S. Maxwell, dan M. Keating. 2001. “Bridging Research and Policy.” Makalah yang disajikan di sebuah seminar
internasional, Coventry, UK.
Stone, D., A. Denham, dand M. Garnett. 1998. Think Tanks across
Nations: A Comparative Approach. Manchester: Manchester
University Press.
Stone, M. M., B. Bigelow, dan W. Crittenden. 1999. “Research on
Strategic Management in Nonprofit Organizations: Synthesis,
Analysis, and Future Directions.” Administration & Society
31(3): 378–423.
Struyk, R. 1993. “Learning from the U.S. and European Experience.” Dalam A Japanese Think Tank: Exploring Alternative
Models, susunan R. Struyk, M. Ueno, dan T. Suzuki (31–55).
Washington, DC: The Urban Institute.
———. 1999. Reconstructive Critics: Think Tanks in Post–Soviet
Bloc Democracies.Washington, DC: Urban Institute Press.
———. 2001. “A Course in Program Evaluation: An Outline.” Disiapkan untuk National Institute for Research Advancement,
Tokyo. Washington, DC: The Urban Institute.
Struyk, R., M. Ueno, dan T. Suzuki. 1993. A Japanese Think Tank:
Exploring Alternative Models. Washington, DC: The Urban
Institute.
Sundquist, J. L. 1978. “Research Brokerage: The Weak Link.” Dalam
Knowledge and Policy: The Uncertain Connection, susunan L.
E. Lynn. Washington, DC: National Academy of Sciences.
Telgarsky, J., dan M. Ueno, ed. 1996. Think Tanks in a Democratic
Society: An Alternative Voice. Washington, DC: The Urban
Institute.
Tschirbart, M. 1996. “Maintaining Legitimacy and Reputation
through Impression Management.” Dalam Alternative Revenue
Sources: Prospects, Requirements and Concerns for Nonprofits, suntingan D. F. Burlingame dan W. F. Ilchman (75–86).
San Francisco: Jossey-Bass.
Daftar Pustaka
447
Wernet, S. P., dan S. A. Jones. 1992. “Merger and Acquisition Activity between Nonprofit Social Service Organizations: A Case
Study.” Nonprofit and Voluntary Sector Quarterly 21(4):
367–80.
Wheeler, T. L., dan J. D. Hunger. 2000. Strategic Management
and Business Policy. 7th ed. Upper Saddle River, NJ: Prentice
Hall.
Wilson, T. 1994. Innovative Reward Systems for the Changing
Workplace. New York: McGraw-Hill.
Young, D., dan L. M. Salamon. 2002. “Commercialization, Social
Ventures, and For-Profit Competition.” Dalam The State of
Nonprofit America, suntingan L. M. Salamon (423–46). Washington, DC: Brookings Institution Press.
448
MANAGING THINK TANKS
Tentang Penulis
Raymond J. Struyk adalah staf senior di The Urban Institute,
Washington, D.C. Dia menyandang gelar Ph.D. untuk bidang
ekonomi dari Washington University (St. Louis). Sebelum bergabung dengan The Urban Institute pada 1972, Struyk adalah anggota staf National Bureau of Economic Research dan mengajar di
Universitas Rice dan Rutgers. Kariernya yang utama dijalani di
The Urban Institute, selain ditunjuk sebagai Asisten Wakil Menteri Urusan Riset dan Evaluasi di Departemen Permukiman dan
Pembangunan Perkotaan Amerika Serikat.
Struyk menyusun program internasional The Urban Institute
pada 1983 dan mengetuainya hingga 1992. Dia berkonsentrasi
pada pekerjaan di negara-negara berkembang dan yang sedang
dalam masa transisi selama 20 tahun terakhir. Dari 1992 hingga
1998 dia menjadi direktur residen Program Pembaruan Sektor
Permukiman di Rusia. Dia menjadi pendiri Transitional Policy
Network, sebuah kelompok yang terdiri dari sembilan lembaga
think tank di bekas wilayah Uni Soviet dan The Urban Institute;
menjabat sebagai presiden dari 1997 hingga 2000. Dia terus bekerja di Rusia dan negara-negara CIS dalam isu-isu permukiman
dan pembaruan pendampingan sosial dan bekerja sama erat dengan Institute for Urban Economics di Moskow, serta manjadi
bagian dari Dewan Pengawas IUE.
449
450
Tentang Penulis
Struyk telah memublikasikan banyak karya, antara lain Reconstructive critics: Think Tanks in Post-Soviet Democracies (Urban
Institute Press, 1999); Making Aid Work: Lessons from Successful Technical Cooperation in the Former Soviet Bloc Democracies
(Urban Institute Press, 1997); dan laporan Homeownership and
Housing Finance Policy in the Former Soviet Bloc: Costly Populism Democracies (Urban Institute Press, 2000).
Jeffrey P. Telgarsky adalah wakil presiden senior dan direktur program-program internasional di National Opinion Research
Center (NORC) di Universitas Chicago. Dia memiliki gelar M.Sc.
dalam bidang Ekonomi Pembangunan dan M.A. di bidang Politik, Filsafat dan Ekonomi dari Universitas Oxford. Telgarsky bergabung dengan NORC pada 2005 setelah mengabdi selama 18
tahun di The Urban Institute, Washington, D.C. Di The Urban
Institute, Telgarsky bekerja sebagai rekanan peneliti untuk isuisu pembangunan kota di Asia, Amerika Latin, Karibia, dan Eropa
Timur selama 1987-1992 dan menjadi direktur program-program
internasional lembaga itu pada 1993.
Dalam kedua jabatan eksekutifnya, tanggung jawab Telgarsky mencakup mengelola portofolio proyek-proyek pembangunan internasional luar negeri, termasuk proyek-proyek di Eropa
Timur, bekas Uni Soviet, Asia dan Timur Tengah. Dalam perannya
tersebut, dia bekerja sama erat dengan organisasi-organisasi asing yang berkolaborasi untuk proyek-proyek riset ini dan terbiasa
menghadapi tantangan pengembangan lembaga. Karya-karyanya
yang telah dipublikasikan di antaranya adalah Think Tanks in a
Democratic Society: An Alternative Voice (dengan Makiko Ueno,
editor; The Urban Institute, 1996) dan Toward a Market-Oriented
Housing Sector in Eastern Europe (dengan Raymond J. Struyk,
The Urban Institute, 1990).
451
452
MANAGING THINK TANKS
Download